geo penduduk.docx

14
PERBANDINGAN DAN PERKEMBANGAN TEORI-TEORI MIGRASI Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Penduduk Disusun oleh : Anwar Juniansah 12405241052 Faqih Bachtiar 12405241055 Apta Maulida M. 12405244025

Upload: anwar-juniansah

Post on 26-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PERBANDINGAN DAN PERKEMBANGAN TEORI-TEORI MIGRASI

Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Penduduk

Disusun oleh :

Anwar Juniansah12405241052Faqih Bachtiar12405241055Apta Maulida M.12405244025

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFIFAKULTAS ILMU SOSIALUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2014

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDi era modern kini di mana segala sektor kehidupan sangat dipengaruhi oleh berbagai jenis teknologi. Salah satunya yaitu tentang mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk kini bisa dikatakan sangat tinggi, hal tersebut tak dapat dilepaskan dari semakin majunya teknologi transportasi yang dapat memberikan efisiensi waktu. Jika kita flashback ke belakang, maka akan ditemui kondisi yang kontradiktif dengan keadaan zaman sekarang khususnya dalam hal mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk zaman dulu bisa dikatakan rendah. Hal tersebut dikarenakan penguasaan akan teknologi terutama teknologi transportasi bisa dikatakan masih minim. Misal dulu untuk pergi dari satu pulau ke pulau lain di dunia bisa menghabiskan waktu berhari-hari, namun sekarang berkat kemajuan teknologi transportasi bepergian ke lain pulau di dunia bisa dilakukan hanya dalam waktu beberapa jam saja.Perubahan zaman juga menuntut berubah dan berkembangnya khazanah ilmu pengetahuan khususnya pada disiplin ilmu geografi penduduk. Hal itu dapat dibuktikan dengan berkembang dan berubahnya berbagai teori mengenai kajian geografi penduduk. Teori zaman dahulu atau lebih dikenal dengan teori tradisional tentu berbeda dengan teori zaman sekarang atau teori modern. Teori zaman dahulu lahir tentu dari berbagai kondisi dan faktor-faktor yang ada pada zaman dahulu, begitupun dengan teori modern yang lahir atas kondisi dan berbagai faktor yang ada pada zaman sekarang. Maka dapat dimaklumi dengan adanya beberapa teori yang sudah tidak relevan lagi dengan zaman sekarang karena adanya perkembangan zaman.Mobilitas mempunyai bermacam-macam arti seperti diantaranya adalah mobilitas fisik/ mobilitas geografis yang merupakan perpindahan tempat tinggal (menetap/sementara) dari suatu tempat ke tempat yang lain. Kemudian, mobilitas sosial yaitu suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial ini terdiri dari dua tipe, yaitu mobilitas sosial horisontal dan vertikal. Dari adanya mobilitas yang terjadi dalam masyarakat maka akan menumbuhkan beberapa konsep mobilitas yang akan senantiasa berkembang seiring perkembangan zaman.Berangkat dari uraian di atas maka kami mencoba menelaah dan memperdalam tentang bergesernya teori-teori lama oleh teori-teori baru yang diakibatkan oleh semakin berkembangnya zaman, dalam sebuah karya tulis ilmiah berbentuk makalah.

B. Rumusan Masalah1. Apa sajakah teori-teori tentang migrasi penduduk yang dikemukakan oleh para ahli geografi penduduk?2. Bagaimanakah perbandingan dan perkembangan antara teori-teori migrasi yang dikemukakan oleh para ahli geografi penduduk?

C. Tujuan1. Untuk mengetahui teori-teori migrasi yang telah dikemukakan oleh para ahli.2. Untuk mengetahui perbandingan dan perkembangan teori-teori migrasi yang telah dikemukakan oleh para ahli geografi penduduk.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Teori-teori Migrasi oleh para Ahli Geografi Penduduk1. Teori Migrasi Menurut E G Ravenstin (1889)Teori migrasi menurut Ravenstein (dalam Puspitasari:2010) mengungkapkan tentang perilaku mobilisasi penduduk (migrasi) yang disebut dengan hukum-hukum migrasi berkenaan sampai sekarang. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :a. Para migran cenderung memilih tempat tinggal terdekat dengan daerah tujuan.b. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi adalah sulitnya memperoleh pendapatan di daerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan.c. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah pindah ke daerah lain merupakan informasi yang sangat pentingd. Informasi yang negatif dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk untuk bermigrasi.e. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besar tingkat mobilitas orang tersebut.f. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi mobilitas orang tersebut.g. Para migran cenderung memilih daerah dimana telah terdapat teman atau sanak saudara yang bertempat tinggal di daerah tujuan.h. Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit untuk diperkirakan.Teori Revenstin merupakan teori migrasi paling lama yaitu pada tahun 1889. Menurut teori Ravenstin, para pelaku migran cenderung bermigrasi ke tempat yang mempunyai potensi tinggi di bandingkan dengan daerah asal. Faktor tersebut merupakan faktor utama yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi dengan harapan dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi. Selain itu mereka mencari tempat tinggal yang dekat dengan tempat bekerja atau bersekolah agar akses mudah dan dapat mengurangi pengeluaran biaya (transportasi). Untuk sekarang ini migrasi penduduk sulit diperkirakan tetapi relatif, tergantung jumlah penduduk dan tingkat pengangguran. Semakin banyak pertumbuhan penduduk maka tingkat migrasi juga semakin tinggi begitu juga dengan tingkat pengangguran yang akan bermigrasi ke kota untuk mendapatkan pekerjaan.2. Teori Migrasi Menurut Everett S. Lee (1976)Menurut Lee (dalam Pratama, 2013) di daerah asal dan di daerah tujuan terdapat faktor-faktor yang disebut sebagai:a.Faktor positif (+) yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan bila bertempat tinggal ditempat tersebut.b.Faktor negatif (-) yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau merugikan bila tinggal ditempat tersebut sehingga seseorang merasa perlu untuk pindah ke tempat lain.c.Faktor netral (0) yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan seorang individu untuktetap tinggal di tempat asal atau pindah ke tempat lain.Namun selain ketiga faktor di atas, terdapat beberapa hambatan seperti : ongkos pindah, topografi wilayah asal dengan daerah tujuan atau sarana transportasi. Faktor yang tidak kalah penting dalam mobilitas penduduk adalah faktor individu. Dimana faktor individu tersebut dapat menentukan pilihan untuk bertahan atau melakukan perpindahan. Jadi menurut Everett S. Lee (dalam Pratama, 2013) arus migrasi dipengaruhi oleh 4 faktor, yakni : faktor individu, faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, seperti : keterbatasan kepemilikan lahan, upah di desa rendah, waktu luang (Time lag) antara masa tanam dan masa panen, sempitnya lapangan pekerjaan di desa,terbatasnya jenis pekerjaan di desa, faktor di daerah tujuan, seperti : tingkat upah yang tinggi, luasnya lapangan pekerjaan yang beraneka ragam dan rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan, seperti : sarana transportasi, topografi desa ke kota dan jarak desa kota. Dari teori yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa teori push and pull sampai sekarang masih berlaku. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya para urban yang memilih untuk pergi ke kota untuk mengadu nasib ketimbang bertahan di desa untuk bertani atau mengembala ternak. Hal tersebut jelas menjadi pembuktian bahwa adanya keterbatasan jenis pekerjaan di desa sangat mempengaruhi individu dalam mengambil sebuah keputusan dengan memilih daerah tujuan yang dianggap memberikan kesempatan pada individu tersebut untuk mendapat pekerjaan dengan upah yang tinggi.3. Teori Migrasi Menurut Lewis- Fei- RanisTeori migrasi menurut Lewis-Fei-Ranis berfokus pada proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan peluang kerja di sektor modern. Menurut Susilo (dalam Pratama, 2013) menyatakan dalam teori Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.Dalam penjelasannya Susilo (dalam Pratama, 2013) menyatakan bahwa jumlah penduduk desa yang tinggi menyebabkan kelebihan suplai tenaga kerja sehingga tingkat upah menjadi rendah. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa upah yang rendah akan memicu tenaga kerja atau pencari kerja mencari alternatif upah yang tinggi, yang tidak lain ditawarkan oleh perkotaan karena mendasarkan pada Industri sebagai sektor utamanya. Hal tersebutlah yang kemudian menjadi faktor penarik daerah tujuan (kota) sebagai dasar melakukan migrasi. Dimana faktor upah ini juga mendukung teori migrasi menurut Everet Lee, sebagai faktor daerah tujuan. Selain faktor di atas dapat diketahui semakin berkembangnya industri di suatu wilayah, maka akan semakin banyak pula penduduk yang bermigrasi ke wilayah tersebut. Dengan semakin maraknya migrasi maka secara tidak langsung akan berhubungan dengan persaingan kerja di wilayah tersebut. Akibatnya jumlah lapangan kerja semakin berkurang dan tingkat upah semakin rendah.4. Teori Migrasi TodaroMenurut Mantra (2000) Teori Migrasi Todaro ini bertolak dari asumsi bahwa migrasi dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu fenomena ekonomi. Keputusan seorang individu untuk melakukan migrasi ke kota merupakan keputusan yang telah dirumuskan secara rasional. Teori Todaro mendasarkan diri pada pemikiran bahwa arus migrasi itu berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara desa dengan kota. Namun, pendapatan yang dipersoalkan disini bukan pendapatan yang aktual, melainkan pendapatan yang diharapkan (expected income). Model migrasi Todaro memiliki empat pemikiran dasar sebagai berikut :1) Migrasi desa-kota dirangsang, terutama sekali oleh berbagai pertimbangan ekonomi yang rasional dan langsung yang berkaitan dengan keuntungan atau manfaat dan biaya-biaya relatif migrasi itu sendiri (sebagian besar terwujud dalam bentuk-bentuk atau ukuran lain, misalnya saja kepuasan psikologi).2) Keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selisih antara tingkat pendapatan yang diharapkan di kota dan tingkat pendapatan aktual di pedesaan (pendapatan yang diharapkan adalah sejumlah pendapatan yang secara rasional bisa diharapkan akan tercapai di masa-masa mendatang). Besar kecilnya selisih besaran upah aktual di kota dan di desa, serta besar atau kecilnya kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan yang menawarkan tingkat pendapatan sesuai yang diharapkan.3) Kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di kota. Migrasi desa-kota bisa saja terus berlangsung meskipun pengangguran di perkotaan sudah cukup tinggi. Kenyataan ini memiliki landasan yang rasional, yakni para migran pergi ke kota untuk meraih tingkat upah yang lebih tinggi yang nyata (memang tersedia). Dengan demikian, lonjakan pengangguran di perkotaan merupakan akibat yang tidak terhindarkan dari adanya ketidakseimbangan kesempatan ekonomi yang sangat parah antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan (antara lain berupa kesenjangan tingkat upah tadi), dan ketimpangan-ketimpangan seperti itu amat mudah ditemui di kebanyakan negara-negara di dunia ketiga.

B. Perbandingan dan Perkembangan Teori Migrasi oleh para Ahli1. Teori migrasi menurut E. G Ravenstin (1889) di rasa kurang sesuai dengan keadaan saat ini. Hal tersebut dikarenakan migrasi saat ini dapat diperkirakan namun jumlahnya relatif. 2. Teori Migrasi menurut Everest Lee masih sesuai karena faktor faktor pendorong dan penarik yang ada saat ini dapat dibuktikan.3. Teori Migrasi menurut Lewis- Fei- Ranis menjelaskan bahwa faktor penarik berupa sektor industri yang semakin berkembang menjadi faktor dominan adanya migrasi. Teori ini masih sesuai dengan kondisi yang ada saat ini.4. Teori Migrasi Todaro menjelaskan bahwa fenomena ekonomi di suatu wilayah merupakan penyebab adanya migrasi. Teori ini masih berlaku karena fenomena ekonomi dirasa akan semakin berkembang.5. Toeri yang paling sesuai dengan teori Push and Pull adalah Teori Migrasi Todaro. Hal ini dikarenakan fenomena ekonomi yang terjadi di suatu wilayah akan mempengaruhi faktor-faktor penarik dan pendorong migrasi yang ada di wilayah yang bersangkutan.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Pratama, Anugrah Mujito. 2013. Analisis Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan migrasi ulang alik (studi kasus pada migran kota malang yang melakukan migrasi ulang alik ke surabaya dengan menggunakan transportasi bus). Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.Khotijah, Siti. 2008. Analisis Faktor Pendorong Migrasi Warga Klaten ke Jakarta. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.