gelatin tulang rawan ikan hiu

13
Gelatin Tulang Rawan Ikan Hiu Penangkapan ikan hiu cukup tinggi. hal ini dipacu oleh tingginya permintaan sirip ikan hiu. harga sirip ikan hiu yang mahal menjadi daya tarik nelayan meningkatkan hasil tangkapan ikan hiu. demikian juga pada konsumsi daging ikan hiu. Di pulau Bangka, konsumsi daging ikan hui cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada banyaknya penanganan ikan hiu di pasar-pasar ikan. Namun sampai saat ini, hanya daging dan sirip ikan hiu saja yang digunakan secara optimal. Sementara produk lainnya masih menjadi limbah. Dari pengamatan penulis, pasar ikan pangkalpinang setiap harinya menyisakan tidak kurang dari 50 kilogram sisa penanganan ikan hiu yang berupa tulang, isi perut dan kulit. Limbah ini seringkali digunakan sebagai pupuk tanaman atau bahan tambahan pakan ikan. Namun tingginya kadar NH3 pada sisa ikan hiu ini menjadikan pemanfaatan kurang optimal. Penulis pada beberapa tahun yang lalu telah meneliti pemanfaatan tulang ikan hiu menjadi bahan yang lebih komersil dan bermanfaat. Produk yang dihasilkan dari tulang ikan hiu adalah gelatih ikan hiu yang dijamin halal. Mengapa perlu ditambahkan jaminan halal? Sebab sebagian gelatin yang ada dipasaran adalah gelatin yang diproduksi dari tulang babi, meskipun masih banyak gelatin yang tersedia dan diproduksi dari tulang sapi. Namun pemanfaatan tulang hiu sebagai gelatin dapat menjadi tantangan baru untuk memanfaatkan potensi di Kepulauan Bangka Belitung. Tulang ikan hiu yang termasuk jenis tulang rawan mengandung kolagen, sehingga memungkinkan

Upload: agustyar

Post on 27-Sep-2015

30 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

manfaat sirip hiu

TRANSCRIPT

Gelatin Tulang Rawan Ikan Hiu

Penangkapan ikan hiu cukup tinggi. hal ini dipacu oleh tingginya permintaan sirip ikan hiu. harga sirip ikan hiu yang mahal menjadi daya tarik nelayan meningkatkan hasil tangkapan ikan hiu. demikian juga pada konsumsi daging ikan hiu. Di pulau Bangka, konsumsi daging ikan hui cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada banyaknya penanganan ikan hiu di pasar-pasar ikan. Namun sampai saat ini, hanya daging dan sirip ikan hiu saja yang digunakan secara optimal. Sementara produk lainnya masih menjadi limbah.

Dari pengamatan penulis, pasar ikan pangkalpinang setiap harinya menyisakan tidak kurang dari 50 kilogram sisa penanganan ikan hiu yang berupa tulang, isi perut dan kulit. Limbah ini seringkali digunakan sebagai pupuk tanaman atau bahan tambahan pakan ikan. Namun tingginya kadar NH3 pada sisa ikan hiu ini menjadikan pemanfaatan kurang optimal.

Penulis pada beberapa tahun yang lalu telah meneliti pemanfaatan tulang ikan hiu menjadi bahan yang lebih komersil dan bermanfaat. Produk yang dihasilkan dari tulang ikan hiu adalah gelatih ikan hiu yang dijamin halal. Mengapa perlu ditambahkan jaminan halal? Sebab sebagian gelatin yang ada dipasaran adalah gelatin yang diproduksi dari tulang babi, meskipun masih banyak gelatin yang tersedia dan diproduksi dari tulang sapi. Namun pemanfaatan tulang hiu sebagai gelatin dapat menjadi tantangan baru untuk memanfaatkan potensi di Kepulauan Bangka Belitung.

Tulang ikan hiu yang termasuk jenis tulang rawan mengandung kolagen, sehingga memungkinkan pemanfaatannya sebagai bahan baku gelatin (Ilyas dan Suparno, 1995). Gelatin memiliki berbagai kegunaan antara lain sebagai bahan pengental, stabilisator dan emulsifier (Poppe, 1999). Pada 1996-an mulai diteliti pemanfaatan tulang ikan hiu kea rah pengobatan kanker dan tumor dengan ditemukannya kandungan selenium, glikoaminoglikan dan kondroitin sulfat dalam tulang ikan hiu yang meningkatkan nilai guna tulang ikan hiu (Yudana, 1997).

Adapun proses pembuatan gelatin dari tulang ikan hiu adalah sebagai berikut :Proses pembuatan gelatin dimulai dengan persiapan bahan baku dengan membersihkan tulang belakang ikan hiu dan dipotong dengan ukuran 1.52.0 cm. Tulang dapat dimanfaatkan menjadi gelatin baik dengan proses asam maupun basa (Poppe, 1999). Proses pembuatan gelatin menggunakan proses asam atau tipe A dikarenakan pada proses ini perendaman asam membutuhkan waktu lebih singkat, yaitu 1030jam, dibandingkan dengan proses basa atau tipe B yang membutuhkan waktu 510 minggu (Marchaban, 1992).

Potongan tulang hiu direndam dalam larutan HCl 4% selama 30 jam. Konsentrasi ini sesuai dengan hasil penelitian pendahuluan yaitu pada konsentrasi 1-3% sedikit dihasilkan gelatin dan pada konsentrasi 5% berwarna hitam, sedangkan konsentrasi HCl lainnya menghasilkan gelatin berwarna lebih terang.

Setelah 30 jam, tulang hiu diangkat dan dicuci dengan air mengalir. Tulang hiu yang telah mengembang yang merupakan kolagen terhidrolisis diekstraksi dengan metode Marchaban (1992) yaitu Ekstraksi pada suhu 55-65C selama 5 jam, Ekstraksi pada suhu 65-75C selama 5 jam dan Ekstraksi pada suhu 75-85C selama 5 jam.

Hasil ekstraksi disaring dengan kain saring untuk mendapatkan filtrate yang kemudian dikeringkan pada suhu 30-60C, kemudian digiling halus.

Dalam industri pangan, Gelatin biasanya digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan permen, jeli dan es krim. Gelatin berfungsi sebagai pengental, stabilisator dan emulsifier. Zat gelatin yang tanpa kita sadari selalu dikonsumsi ini ternyata banyak sekali manfaatnya bagi tubuh kita. Seperti dikutip dari Pos Kota edisi 30 November 2009 sebagai berikut :Gelatin dapat bermanfaat untuk pertumbuhan otot dan metabolisme tubuh.Gelatin bisa menimbulkan rasa kenyang, sehingga bagus bagi anda yang sedang diet.Gelatin membantu menjaga keseimbangan tubuh.Gelatin yang mengandung protein kolagen tinggi, dapat membantu menjaga kulit anda agar tetap halus dan lembut.Gelatin juga dapat memperkuat akar rambut sehingga rambut tampak sehat dan bercahaya.Gelatin sangat baik bagi perkembangan kuku anda, karena dapat memperkuat kuku sehingga tidak mudah patah.Gelatin sangat baik untuk tulang anda, karena membantu menghasilkan zat glikoprotein dan asam amino prolin.

Benarkah Daging Ikan Hiu Bermanfaat?Ikan hiu memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Namun baru-baru ini sebuah riset menyimpulkan bahwa daging ikan hiu tak boleh terlalu sering dikonsuThu, 06 Jan 2011Hidangan sirip ikan hiu sudah dikenal ratusan tahun silam di China. Para raja dan bangsawan China menjadikan sup sirip ikan hiu sebagai menu favorit dan jamuan kehormatan bagi tamunya. Hidangan ini juga selalu muncul dalam perayaan-perayaan istimewa, seperti pernikahan dan Imlek, karena lekat dengan simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Menu yang satu ini kemudian mendapat perhatian dari sejumlah pakar kuliner dan disimpulkan bahwa sirip ikan hiu juga bermanfaat bagi kesehatan. Ada yang mengatakan bahwa bagian sirip mempunyai kandungan zat yang antikanker. Bila dikonsumsi secara berkala, risiko kanker semakin kecil.

Bagian lain dari tubuh ikan hiu juga dianggap penting. Sebut saja darah hiu bisa digunakan sebagai antikoagulan, tulang-tulang hiu bisa dikembangkan menjadi obat antikanker, dan squalane-nya untuk minyak ikan.

Selama ini masyarakat terlanjur dipromosikan soal aneka manfaat daging dan sirip ikan hiu yang sangat bombastis. Apalagi harganya juga luar biasa, bisa mencapai 100 dolar AS semangkuk sup. Orang menganggap dengan harga demikian, maka manfaat sirip ikan hiu pasti sangat baik.

Selama ini orang tak pernah membayangkan bahwa dampak konsumsi ikan hiu telah membuat sebagian besar jenis hewan ini punah. Bahkan disebutkan, tiap tahun ikan 73 juta ikan hiu mati akibat diburu manusia.

Akhir-akhir ini para ilmuwan memublikasikan bahwa pembunuhan terhadap hiu sebenarnya harus dihindari. Bukan saja melulu persoalan punahnya binatang ini, tapi banyak dampak negatif dari pengkonsumsian hiu.

Sebuah media online menyebutkan, ilmuwan dari Food dan Agriculture Organization PBB meneliti sampel sirip ikan dan menemukan bahwa ternyata sirip ikan hiu terdiri dari air, abu dan protein. Adapun protein yang dimaksud adalah jenis-jenis yang tidak mengandung asam amino penting, sehingga membuatnya sulit diserap tubuh manusia.

Satu fakta lagi tentang daging ikan hiu. Jenis ini mengandung merkuri yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan-ikan lain, mengingat ikan ini merupakan predator yang ganas. Dengan kandungan merkuri yang tinggi, berarti daging ikan hiu tidak layak dikonsumsi, sebab merkuri bisa mengganggu kesehatan. Selama ini merkuri dipercaya bisa merusak sistem saraf, menyebabkan gangguan penglihatan dan pendengaran, kemandulan, dan hilangnya koordinasi.

TULANG RAWAN IKAN HIU DAN KANKER

IKAN hiu tergolong ikan primitif yang mulai menjelajah lautan 400 jutatahun lalu. Para ahli menemukan ikan hiu, yang morfologinya tidak banyakberubah sejak berabad-abad, tidak pernah terkena kanker. Sel kanker tidakbisa tumbuh dalam tubuh hiu. Dipercaya ikan hiu tidak kena kanker karenatulang ikan hiu seluruhnya tulang rawan. Tulang ikan hiu kurang lebih tujuhpersen dari berat tubuhnya. Apakah benar tulang rawan ikan hiu bisamencegah kanker? Apakah makan sup sirip hiu membantu mencegah kanker?

Menurut catatan buku tradisional Cina mengenai khasiat makanan pengobatan,gelatin yang ada dalam sirip hiu bersifat menyimpan air. Jika orang tuasecara teratur memakannya bisa memerangi penuaan kulit, pembuluh darah danorgan dalam tubuh lainnya. Bagi orang muda, gelatin memberikan manfaatmeningkatkan vitalitas. Tetapi kebanyakan penggemar sup sirip hiu karenamemang sup sirip hiu tidak terbantah lezat. Ahli nutrisi dari UniversitasTaiwan Prog Chang Hung-min yang menganalisis kandungan sirip hiu, sepertidikutip dalam majalah Sinorama edisi November 1994, mengatakan walaupunsirip hiu kaya protein, tubuh manusia tidak cukup memiliki asam amino untukmensintesis dan memanfaatkannya. Dari sudut pandang ahli nutrisi,menurutnya, sebutir telur ayam lebih bergizi dibandingkan semangkuk supsirip hiu.

Pembuluh darah baru

Apakah benar tulang rawan hiu bisa mencegah munculnya kanker atau bisamenyembuhkan kanker? Drh Dondin Sajuthi PhD, Kepala Pusat Studi SatwaPrimata Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, mengungkapkan sejumlahpenelitian menunjukkan ekstrak tulang rawan ikan hiu menghambat pertumbuhanpembuluh darah baru (angiogenesis). Dalam penelitian awal mengkaji khasiattulang rawan ikan hiu (Elasmosbranchii) sebagai anti-angiogenesis danbiofarmakologis alternatif, yang dikerjakan Dondin Sajuthi juga menunjukkanekstrak tulang rawan hiu bisa menghambat pertumbuhan pembuluh darah padaembrio ayam dalam cawan petri.

Dondin menggunakan tulang punggung ikan hiu, bukan sirip ikan hiu. "Hampirseluruh tulang ikan hiu adalah tulang rawan. Kalau menggunakan sirip hiumahal, saya pakai saja tulang punggungnya," kata Dondin. Untuk membuatekstrak, potongan tulang hiu direndam dalam air panas. Air rendaman itukemudian yang digunakan sebagai ekstrak tulang rawan ikan hiu untukpenelitiannya. Sebagai obyek penelitian, Dondin menggunakan embrio ayamberumur tiga hari. Telur ayam yang sudah dibuahi dipecahkan kulitnyakemudian ditempatkan dalam cawan petri.

Sebagian embrio ayam diteteskan cairan ekstrak tulang rawan ikan hiu,sebagian embrio lainnya diberikan ekstrak kasar tulang rawan ikan hiu, dansisanya untuk kontrol tidak diberikan perlakuan khusus. Embrio itu kemudiandibiarkan selama empat hari. Hasilnya? Bagian embrio yang terkena tetesanekstrak tulang hiu tidak tumbuh pembuluh darahnya, sedangkan pada kontrolpembuluh darah tumbuh dengan normal. Perbedaan sangat mencolok bisa dilihatpada embrio yang diberikan ekstrak kasar tulang rawan hiu (Lihat foto).Terbukti ekstrak tulang rawan bisa mencegah terbentuknya pembuluh darahbaru. Artinya ada kemungkinan tulang rawan hiu bisa mencegah pertumbuhantumor atau kanker dengan menghambat pertumbuhan pembuluh darah yangdiperlukan sel tumor untuk mengantar makanan dan bertumbuh. "Karena tidakada pembuluh darah yang mengantar makanan ke sel tumor, lama-kelamaan seltumor mati," kata Dondin.

Tidak hanya tulang hiu

Rupanya bukan hanya tulang rawan ikan hiu yang berkhasiat mencegahterbentuknya pembuluh darah baru. Dokter Henry Brem dan dr Allen K Sillsdari Johns Hopkins University melaporkan senyawa yang berasal dari hatiikan hiu jenis Squalus terbukti menghambat pertumbuhan pembuluh darah baruyang menyalurkan makanan ke tumor otak. Senyawa, yang disebut squalamine(karena berasal dari hiu genus Squalus), adalah bahan kimia seperti hormonberasal dari hati ikan hiu. Para peneliti itu memberikan squalamine danfaktor pertumbuhan ke dalam cawan petri yang berisi sel pembuluh darahsistem saraf pusat sapi, dan sebagian cawan petri berisi sel tumor otakmanusia, kelinci dan tikus hanya diberikan squalamine. Hasilnya, setelahdua hari pertumbuhan sel pembuluh darah turun hingga 83 persen sedangkansel tumor yang diberikan squalamine tidak terpengaruh. Pada penelitiankedua, yang menggunakan kapsul mengandung squalamine yang dilepaskanperlahan-lahan terbukti memperlambat pertumbuhan pembuluh darah baru akibatadanya tumor pada mata kelinci hingga 43 persen setelah percobaanberlangsung selama tiga minggu.

Rupanya squalamine juga ada dalam tulang rawan ikan hiu dalam jumlahsedikit, ungkap para ahli yang menyampaikan hasil penelitiannya dalampertemuan tahunan American Association of Neurological Surgeon diMinneapolis, AS, bulan lalu. Menurut keterangan Henry Brem, squalaminesecara dramatis memperlambat pertumbuhan sel pembuluh darah tanpa merusaksel yang sehat. Bagaimana penjelasannya?

Kanker otak menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai vascular endothelialgrowth factor (VEGF) untuk mengikat diri pada pembuluh darah otak. VEGFmenyebabkan sel endothelial membelah tak terkendali, membentuk pembuluhdarah baru yang membuat tumor berkembang. Para ahli itu melaporkansqualamine tampaknya menahan protein-protein dalam membran sel endothelialyang diaktifkan oleh VEGF maupun faktor pertumbuhan lainnya. Selainsqualamine, senyawa yang menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru jugaada dalam tulang rawan sapi. Dr Greg Harper dari Council for Scientific andIndustrial Research Organisation (CSIRO) Australia, menemukan tulang rawansapi juga mengandung senyawa sejenis yang ada dalam tulang rawan hiu.

"Tulang rawan ialah jaringan yang tanpa pembuluh darah atau sistem limphadan tersusun dari bahan ekstra sel. Dan sifat itulah yang membuat tulangrawan berguna dalam menghentikan penyebaran kanker," kata Harper, sepertidikutip dalam siaran pers CSIRO Desember 1997. Faktor penghambat dalamtulang rawan itu tergolong dalam keluarga glycosaminoglycans atau disingkatGAG.

Pembuluh darah

Jadi kemungkinan besar tulang rawan, entah tulang rawan hiu atau sapi, bisamenjadi obat antikanker dengan bekerja menghambat pertumbuhan pembuluhdarah baru. Hipotesa itu didukung oleh peneliti lain dari Pusat Medis DukeUniversity, Durham, Amerika Serikat. Charles Lin dan Kevin Peter, duapeneliti itu, menghambat pertumbuhan tumor pada tikus dengan mencegah tumor"memberi tanda" pada pembuluh darah terdekat supaya membentuk salurankapiler guna memberi makan kanker itu. Mereka memperlakukan tumor denganpenghambat yang dirancang untuk menetralkan protein pembuluh darah tumoryang dinamakan Tie2. Pemberian tunggal obat berhasil memperlambatpertumbuhan tumor hingga 75 persen, jika dibandingkan dengan binatangpercobaan yang tidak diobati.

Tie2 ialah reseptor protein yang terdapat dalam lapisan sel pembuluh darah.Ketika diaktifkan oleh faktor pertumbuhan yang dikeluarkan oleh sel tumor,Tie2 memicu pembuluh darah menjadi aktif. Dinding pembuluh darah dankapiler baru mulai tumbuh, menjalar ke tumor untuk menyalurkan makanan.Nah, para ahli itu tahu protein itu sangat penting untuk pertumbuhanpembuluh darah baru karena embrio tikus tanpa gen Tie2 tidak bisaberkembang. Tetapi mereka tidak tahu apa dampaknya mencegah protein dalamtumor itu. Para ahli mengatakan temuan mereka itu, yang dipublikasikandalam Journal of Clinical Investigation edisi Oktober 1997 mendekatkanmereka pada pengobatan kanker melalui jalan mencegah pertumbuhan danpenyebaran tumor dengan cara meniadakan kemampuannya menempel pada pasokandarah dalam tubuh.

Angiogenesis atau pembentukan pembuluh darah kapiler baru dari pembuluhdarah yang sudah ada, adalah proses dasar untuk pertumbuhan normal, samadengan perkembangan penyakit seperti kanker. Tanpa pembentukan pembuluhdarah halus ini, tumor tidak akan berkembang melebihi satu milimeter.Sebaliknya, di lingkungan yang kaya dengan pembuluh darah baru, tumortumbuh dengan subur. Kemudian Dr Mark Dewhirst dan Siqing Shanmencangkokkan tumor payudara manusia pada punggung tikus untuk mencaripemecahannya. Mereka meniru reseptor tumor pada sekelompok tikus danmembiarkan tumor dalam "kendali" tikus tanpa diganggu. Setelah 10 hari,tumor pada tikus yang diperlakukan khusus, dibandingkan tikus kontrol, 75persen lebih kecil, dan panjang pembuluh darah tumor berkurang 40 persen.

Mereka mengatakan ada kemungkinan mengobati berbagai jenis kanker denganmenghentikan proses angiogenesis pada pasien kanker. Secara teoretis,pengobatan seperti itu harusnya hanya mempengaruhi pertumbuhan tumor karenasekali seorang berhenti tumbuh, sistem pembuluh darahnya stabil dan hanyatumbuh untuk perbaikan luka. Menurut Lin dan Peter Tie2 bukanlah proteinpertama yang diketahui terlibat dalam angiogenesis tumor (protein lainnyaialah VEGF), tetapi kemungkinan yang paling kuat kemampuannya. Tetapimenurut Lin Tie2 tampaknya berperan lebih jauh dalam pembentukan "jalur"pembuluh darah. Artinya dengan melumpuhkan Tie2, VEGF juga menjadi tidakaktif. Apakah mengkonsumsi tulang rawan ikan hiu, atau tulang rawan sapi,atau ekstrak hati hiu, sekarang ini bisa menghambat pertumbuhan tumor ataukanker? Para ahli tidak berani menyimpulkannya sekarang. Masih jauhjalannya untuk bisa sampai pada produksi obat antikanker dari tulang rawanhiu. (Harry Surjadi/R Badil)

Foto:Dondin Sajuthi/PSSP LP IPBHAMBAT PEMBENTUKAN PEMBULUH DARAH - Hasil penelitian awal di Pusat StudiSatwa Primata Lembaga Penelitian IPB, Bogor, menunjukkan ekstrak tulangrawan ikan hiu menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru embrio ayam.Embrio ayam di sebelah kiri dalam foto di atas diberikan ekstrak kasartulang rawan ikan hiu dan embrio di sebelah kanan sebagai kontrol pembuluhdarahnya tumbuh dengan normal.