gastroesophageal reflux referat

29
BAB 1 PENDAHULUAN Gastroesophageal reflux (GER) didefinisikan sebagai kembalinya isi lambung ke esofagus atau lebih proksimal. Gastroesophageal reflux (GER) merupakan proses fisiologis yang terjadi dengan tingkat keparahan dan durasi yang berbeda pada tiap individu. Pada GER, isi lambung mengalir kembali ke esofagus. Sebagian besar episode GER tersebut tidak menimbulkan gejala atau keluhan. GER bisa terjadi beberapa kali dalam sehari pada bayi sehat, anak-anak, dan dewasa 1 . GER dapat menyebabkan gejala atau komplikasi berupa Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Hingga kini, GERD masih merupakan masalah yang banyak ditemukan pada bayi dan anak oleh dokter umum maupun dokter spesialis. GER merupakan hal yang wajar terjadi pada anak-anak dan bayi normal, terutama setelah makan. Prevalensi GER pada anak bervariasi menurut umur. Pada 50% bayi usia < 3 bulan dan 67% bayi usia 4 bulan akan mengalami regurgitasi minimal sekali sehari. Regurgitasi tersebut menghilang 55% pada usia 10 bulan, 60%–80% pada usia 18 bulan, dan 98% pada usia 2 tahun. Berbagai sumber menyatakan bahwa prevalensi GERD pada anak sulit diketahui secara pasti. Angka kejadiannya tergantung pada usia dan diperkirakan bervariasi antara 5–35%. Gejala refluks (meliputi heartburn, nyeri epigastrik, mual, 1

Upload: joe-by-bay

Post on 22-Oct-2015

110 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Gastroesophageal Reflux Referat

TRANSCRIPT

Page 1: Gastroesophageal Reflux Referat

BAB 1

PENDAHULUAN

Gastroesophageal reflux (GER) didefinisikan sebagai kembalinya isi lambung

ke esofagus atau lebih proksimal. Gastroesophageal reflux (GER) merupakan proses

fisiologis yang terjadi dengan tingkat keparahan dan durasi yang berbeda pada tiap

individu. Pada GER, isi lambung mengalir kembali ke esofagus. Sebagian besar

episode GER tersebut tidak menimbulkan gejala atau keluhan. GER bisa terjadi

beberapa kali dalam sehari pada bayi sehat, anak-anak, dan dewasa1.

GER dapat menyebabkan gejala atau komplikasi berupa Gastroesophageal

Reflux Disease (GERD). Hingga kini, GERD masih merupakan masalah yang banyak

ditemukan pada bayi dan anak oleh dokter umum maupun dokter spesialis.

GER merupakan hal yang wajar terjadi pada anak-anak dan bayi normal,

terutama setelah makan. Prevalensi GER pada anak bervariasi menurut umur. Pada

50% bayi usia < 3 bulan dan 67% bayi usia 4 bulan akan mengalami regurgitasi

minimal sekali sehari. Regurgitasi tersebut menghilang 55% pada usia 10 bulan,

60%–80% pada usia 18 bulan, dan 98% pada usia 2 tahun. Berbagai sumber

menyatakan bahwa prevalensi GERD pada anak sulit diketahui secara pasti. Angka

kejadiannya tergantung pada usia dan diperkirakan bervariasi antara 5–35%. Gejala

refluks (meliputi heartburn, nyeri epigastrik, mual, muntah, gangguan saluran

pernafasan dan regurgitasi) dialami 7% anak usia sekolah dan 8% remaja2.

Gastroesofagus (RGE) yang berlangsung lama, baik durasi maupun frekuensi

dapat menyebabkan berbagai derajat kerusakan mukosa esofagus atau esofagitis.

Esofagitis atau penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) yang tidak segera ditangani

dapat membahayakan hidup dan mempengaruhi kualitas hidup anak. Komplikasi yang

timbul akibat RGE adalah apnea dan sianosis, pneumonia aspirasi, penyakit respirasi

(asma, batuk, stridor), nyeri dada/ulu hati, fistula lambung, herniasi. Berdasarkan data

salah satu rumah sakit di Indonesia, RSCM tahun 2003 menunjukkan peningkatan

signifikan dari 6% menjadi 26% dalam kurun waktu 5 tahun.

1

Page 2: Gastroesophageal Reflux Referat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Gastroesofageal refluks (GER) merupakan kelaiana dimana terjadi gerakan balik dari

isi lambung melewati lowes esophageal spinchter (LES) ke esofagus. Keadaan ini akan

menjadi patologis bila menjadi lebih sering atau persisten dan menimbulkan

manifestasi klinis seperti esofagitis maupun sekuel di saluran nafas, yang disebut

dengan gastroesophageal refluks disease (GERD). Gastroesophageal reflux (GER)

merupakan proses fisiologis yang terjadi dengan tingkat keparahan dan durasi yang

berbeda pada tiap individu. Pada GER, isi lambung mengalir kembali ke esofagus.

Sebagian besar episode GER tersebut tidak menimbulkan gejala atau keluhan. GER

bisa terjadi beberapa kali dalam sehari pada bayi sehat, anak-anak, dan dewasa1.

B. ANATOMI

Esofagus merupakan saluran otot vertikal antara hipofaring sampai ke lambung.

Panjangnya 23 sampai 25 cm pada orang dewasa. Di mulai dari batas bawah tulang

rawan krikoid atau setinggi vertebra C.VI, berjalan sepanjang leher, mediastinum

superior dan posterior, di depan vertebra servikal dan torakal, dan berakhir pada

orifisium kardia lambung setinggi vertebra Th.XI. Melintas melalui hiatus esofagus

diafragma setinggi vertebra Th.X.3 Esofagus dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tak

berkeratin yang tebal dan memiliki dua sfingter yaitu sfingter atas dan sfingter bawah.

Sfingter esofagus atas merupakan daerah bertekanan tinggi dan daerah ini berada

setinggi kartilago krikoid. Fungsinya mempertahankan tonus, kecuali ketika menelan,

bersendawa dan muntah. Meskipun sfingter esofagus atas bukan merupakan barrier

pertama terhadap refluks, namun dia berfungsi juga untuk mencegah material refluks

keluar dari esofagus proksimal menuju ke hipofaring. Sfingter bawah esofagus

panjangnya kira-kira 3 cm, dapat turun 1-3 cm pada pernafasan normal dan naik sampai

5 cm pada pernafasan dalam, merupakan daerah bertekanan tinggi yang berada setinggi

diafragma. Sfingter ini berfungsI mempertahankan tonus waktu menelan dan relaksasi

saat dilalui makanan yang akan memasuki lambung serta mencegah refluks. Relaksasi

juga diperlukan untuk bersendawa. Menurut letaknya esofagus terdiri dari beberapa

segmen :

1. Segmen servikalis 5-6 cm ( C.VI-Th. I )

2

Page 3: Gastroesophageal Reflux Referat

2. Segmen torakalis 16-18 cm ( Th. I-V )

3. Segmen diafragmatika 1-1,5 cm ( Th. X )

4. Segmen abdominalis 2,5-3 cm ( Th. XI )

Esofagus memiliki beberapa daerah penyempitan :4

1. Daerah krikofaringeal, setinggi C. VI

2. Daerah ini disebut juga Bab el Mandeb / Gate of Tear, merupakan bagian yang

paling sempit, mudah terjadi perforasi sehingga paling ditakuti ahli esofagoskopi.

3. Daerah aorta, setinggi Th. IV

4. Daerah bronkus kiri, setinggi Th. V

5. Daerah diafragma, setinggi Th. X .

Esofagus berfungsi untuk transport makanan dari rongga mulut ke perut. Saat tidak

menelan, upper esophageal sphincter (UES) atau otot krikofaringeus menutup sehingga

tidak ada udara yang masuk ke esophagus dan bahan yang balik ke orofaring. Di bagian

bawah terdapat lower esophagus sphincter dengan tekanan tinggi menjaga isi lambung

tidak kembali ke esophagus. Tekanan normal LES adalah sebesar 20 mmHg, sedangkan

UES lebih bervariasi. Secara berkala LES berkontraksi sebagai penghalang refliuks.

C. EPIDEMIOLOGI

Kelainan ini biasa muncul selama beberapa bulan pertama kehidupan

dengan puncaknya pada bulan keempat dan umumnya sembuh pada bulan kedua belas,

dan hampir seluruh kasus sembuh pada usia dua tahun. Sebanyak 40-65% bayi sehat mengalami

GER . Adapun pada anak-anak, gejala yang terjadi bersifat kronik, dapat bertambah

atau pun berkurang. Pada anak-anak, kelainan dapat sembuh sempurna pada lebih dari

separuh kasus.

D. ETIOLOGI

Bayi sehat mengalami refluks untuk banyak sebab. Kumpulan pita bundar otot pada

kerongkongan dan perut (bagian bawah esophageal sphincter) secara normal menjaga

isi perut memasuki kerongkongan. Pada bayi, otot ini kemungkinan tidak berkembang,

atau bisa rileks pada waktu yang tidak sesuai, membuat isi perut bergerak ke belakang

(mengalir kembali) ke dalam kerongkongan. Menjadi tetap datar selama waktu makan

atau berbaring setelah makan mengakibatkan refluks karena gravitasi tidak bisa

membantu menjaga makanan di dalam perut mengalir kembali naik ke kerongkongan.

Makan berlebihan dan minum minuman berkarbonat memberi kecendrungan refluks

3

Page 4: Gastroesophageal Reflux Referat

dengan meningkatkan tekanan di dalam perut. Asap rokok (seperti asap bekas) dan

kafein (pada minuman ringan atau air susu ibu) mengendurkan bagian bawah

esophageal sphincter, membuat refluks terjadi lebih sering. Kafein dan nikotin (pada air

susu ibu) juga merangsang produksi asam sehingga setiap refluks yang terjadi lebih

bersifat asam. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat

refluks, tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.14

Kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan, sebagian menyumbat perut

(pyloric stenosis), atau kelainan posisi usus (malrotation), bisa sebagai awal

menyerupai refluks. Meskipun begitu, kelainan ini lebih serius dan bisa menjadi

muntah dan gejala-gejala kerusakan lainnya, seperti nyeri perut, lesu, dan dehidrasi.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya RGE :

a. Tekanan lambung lebih tinggi dari pada tekanan esofagus

i. Obstruksi : stenosis pilorus, tumor abdomen, makan terlalu banyak

ii. Peningkatan peristalsis : Gastroenteritis

iii. Peningkatan tekanan abdomen : obesitas, memakai pakaian terlalu

ketat, pemanjangan waktu pengosongan lambung

b. Tekanan lambung sama dengan tekanan esofagus

i. Gangguan faal : chalasia, Adult-ringer esophagus, obat-obat asma,

pemakaian pipa nasogastrik

ii. Hiatal Hernia : sebagian isi lambung memasuki rongga dada dan

menyebabkan posisi lambung tidak normal

c. Ketidaksempurnaan tekanan LES (lower esophageal sphincter) atau tekanan di

lambung lebih besar dari tekanan LES

d. Eradikasi Helicobacter pylori

e. Faktor genetik

f. Reaksi respon imun berlebihan

g. Obat-obat yang mempengaruhi asam lambung ( NSAIDs, calcium channel

blockers)567

E. PATOFISIOLOGI

Esofagus merupakan saluran makanan berbentuk pipa yang terdiri dari otot dengan

panjang saluran lebih kurang 9.5 inci dan dilapisi epitel picak. Batas saluran esopagus

ini dimulai dari pangkal faring di bagian atas hingga pada lambung di bagian bawah

dengan satu sfingter yang tertutup rapat. Fungsi utamanya adalah untuk membawa

makanan yang ditelan dari mulut hingga lambung, melalui sfingter pada bagian

4

Page 5: Gastroesophageal Reflux Referat

vestibula esofagus yang terletak di antara ampula esofagus dan kardia lambung,

dihubungkan oleh membran freniko-esofagus di bawah diafragma. Sfingter tersebut

harus sering membuka dan menutup setiap harinya untuk memasukkan makanan ke

lambung, untuk mengeluarkan udara dan memungkinkan terjadinya regurgitasi bahan-

bahan dari lambung yang tidak diperlukan. Pada orang dewasa, episode terjadinya

refluks cukup jelas dan timbul hampir lima kali dalam jam pertama setelah makan, dan

frekuensinya berkurang hingga nol kali pada masa satu sampai dua jam setelah makan.

Berdasarkan laporan terdahulu dikatakan bahwa pada bayi RGE asimtomatik terjadi

kira-kira 24 kali dalam satu hari satu malam. Refluks seperti ini pada bayi masih

dianggap fisiologis. GER dihasilkan dari relaksasi lower esophageal sphincter (LES).

Pada anak-anak dan bayi yang sehat, relaksasi LES terjadi secara transien. Pada bayi,

distensi lambung karena volume makanan yang besar akan memicu relaksasi LES

menjadi lebih sering. Pengosongan lambung yang lambat akan meningkatkan frekuensi

relaksasi LES. Esophageal clearance dan pertahanan mukosa (dengan sekresi)

memainkan peran penting dalam mencegah terjadinya esophagitis karena melindungi

mukosa esofagus terhadap paparan asam lambung. Dikatakan Gastroesophageal reflux

disease (GERD) jika kejadian refluks meningkat baik dari frekuensi dan lamanya, jika

terjadi regurgitasi bahan-bahan refluks dan kehilangan kalori, atau bahan-bahan refluks

merusak mukosa esofagus dan menyebabkan esofagitis. Perbedaan gambaran klinis

GER dan GERD dapat dilihat pada tabel di bawah ini.8

Perbedaan gambaran klinis GER dan GERD pada bayi dan anak

GER GERD

Regurgitasi dengan BB normal Regurgitasi dengan penurunan BB

Gejala dan tanda esofagitis tidak ada Gelisah persisten (persistent

irritability) bayi terlihat kesakitan.

Sakit dada bawah, sakit menelan

pirosis pada anak.

Hematemesis, anemia defisiensi besi

Gejala gangguan pernafasan tidak ada Apnu, sianosis pada bayi, mengi

Pneumonia aspirasi dan berulang

Batuk kronis

Stridor

5

Page 6: Gastroesophageal Reflux Referat

Posisi leher menjadi miring

Faktor defensive

Rintangan anti refluks (Lower Esofageal Sphincter/ LES) kontraksi LES memegang

peranan penting untuk mencegah terjadinya GERD. Refluks dapat terjadi biasanya pada

tekanan LES yang lebih kecil dari 6 mmHg (hipotonik). Namun refluks bisa saja terjadi

pada tekanan LES yang normal. Ini dinamakan inappropiate atau transient spincter

relaxation, yaitu pengendoran sp[incter yang terjadi diluar proses menelan. Ditemukan

adanya hubungan antara Hernia hiatal (HH) dan GERD, HH merupakan faktor

penunjang terjadinya GERD karena kantong hernia dapat mengganggu fungsi LES,

terutama sewaktu menelan.

Pada keadaan fisiologis mekanisme pembersihan esophagus terdiri dari 4 macam

mekanisme, yaitu

1. Gravitasi

2. Peristal tic

3. Saliva

4. Pembentukan bikarbonat intrinsic

Proses membersihkan esophagus dari asam (esophagus acid clearance) ini

sesungguhnya berlangsung dalam 2 tahapan. Mula-mula peristaltic esophagus primer

timbul pada waktu menelan dengan cepat mengosongkan isi esophagus, kemudian air

liur yang alkalis dan dibentuk sebanyak 0,5 ml/menit serta bikarbonat yang dibentuk

oleh mukosa esophagus itu sendiri menetralisasi asam yang masih tersisa di esophagus.

Sebagian besar asam yang masuk ke esophagus akan turun kembali ke lambung karena

adanya gaya gravitasi dan peristaltic. Refluks yang terjadi pada malam hari sewaktu

tidur paling merugikan, oleh karena dalam posisi tidur gaya gravitasi tidak bisa

membantu, saliva dan juga proses menelan bisa dikatanan berhenti dan karena itu

peristaltic primer dan saliva tidak bisa berfungsi untuk proses pembersihan asam di

esophagus. Kemudian, kehadiran hernia hiatal juga dikatakan sangat menggangu proses

pembersihan tersebut.

Asam empedu atau lisoktisin dan asam pepsin yang ada di dalam bahan

refluks memiliki daya perusak terhadap mukosa esophagus. Beberapa jenis makanan

tertentu seperti air jeruk nipis, tomat dan kopi juga menambah keluhan pada pasien

GERD

GERD lebih sering terjadi sewaktu habis makan daripada keadaan puasa, oleh

karena isi lambung merupakan faktor penentu terjadinya refluks. Lebih banyak isi

6

Page 7: Gastroesophageal Reflux Referat

lambung, maka lebih sering juga terjadi refluks. Selanjutnya pengosongan lambung

yang lamban akan menambah kemungkinan terjadinya refluks.

F. GEJALA

Gejala yang paling nyata pada gastroesophageal refluks pada bayi adalah muntah

dan meludah berlebihan. Refluks biasanya memburuk pada beberapa bulan pertama

kehidupan, puncaknya sekitar 6 sampai 7 bulan, dan kemudian secara bertahap

berkurang. Hampir semua bayi dengan refluks yang membesar diusia kira-kira 18

bulan. Pada beberapa, meskipun begitu, refluks menyebabkan komplikasi dan menjadi

diketahui sebagai penyakit gastroesophageal reflus (GERD). Jika kerongkongan secara

signifikan terititasi (esophagitis), kemungkinan terjadi beberapa pendarahan, akibat

pada anemia kekurangan zat besi. Sebaliknya, esophagitis bisa menyebabkan jaringan

luka parut, yang bisa membuat kerongkongan menjadi sempit (stricture). Panas dalam

perut, sebuah gejala umum remaja dan orang dewasa dengan GERD, lebih sering

terjadi terlihat sebagai nyeri dada atau nyeri perut pada anak kecil. Regurgitasi

merupakan manifestasi yang paling sering dari GER infantil. Namun walaupun hanya

sebagian kecil dari semua kasus GER, bayi dapat mengalami GERD dengan komplikasi

Gejala yang timbul kadang-kadang sukar dibedakan dengan kelainan fungsional lain

dari traktus gastrointestinal, antara lain :

- irritable (karena perut tidak nyaman)

- BB menurun

- Aspirasi ( asam dalam jumlah kecil yang berasal dari perut bisa masuk ke

pipa udara)

- Apnea dan batuk (Asam pada pipa udara dan saluran pernafasan bisa

menghasilkan batuk, bunyi menciut-ciut, berhenti bernafas (apnea)

- pneumonia.

- Nyeri telinga, suara parau, tersedak, dan sinusitis juga bisa terjadi sebagai

akibat GERD.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Supriatno, Manifestasi klinis dari GER

dikelompokkan dan diklasifikasikan sebagai berikut :4

Manifestasi klinis akibat refluks asam lambung.

1. Sendawa (pirosis)

2. Mual.

3. Muntah

7

Page 8: Gastroesophageal Reflux Referat

4. Sakit ulu hati

5. Sakit menelan

6. Hematemesis melena

7. Striktura

8. Iritabel (bayi)

9. Gangguan pada saluran pernafasan

10. Erosi pada

Manifestasi klinis akibat refluks gas (udara)

1. Eructation

2. Cekukan

3. Rasa penuh setelah makan

4. Mudah merasa kenyang

5. Perut sering gembung

Manifestasi klinis akibat refluks makanan dan minuman

1. Muntah.

2. Menolak diberi makanan (pada bayi dan anak)

3. Aspirasi ke saluran pernafasan (apnu, SIDS)

4. Anemia

5. Penurunan berat badan

6. Gagal tumbuh

7. Retardasi psikomotor

8. Sandifer syndrome (dimana terjadi hiper-ekstensi leher dan torticolis pada

bayi

G. DIAGNOSIS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan elemen yang sangat penting dalam

mengevaluasi GERD dan kondisi lain yang mungkin mirip dengan GERD. Anamnesis

dan pemeriksaan fisik saja mungkin sudah cukup untuk mendiagnosis GER benigna

pada anak dan bayi normal. Namun penting untuk mencari sumber muntah bila terdapat

empedu atau darah pada muntahan, jika anak menjadi rewel, jika muntah secara kuat

dan proyektil atau jika muntah berhubungan dengan gejala lain misalnya saja demam

atau letargi.

8

Page 9: Gastroesophageal Reflux Referat

Riwayat pemberian makan harus digali dengan teliti meliputi volume dan frekuensi

pemberian makan, jenis formula, cara menyiapkan formula dan posisi bayi selama

pemberian makan. Riwayat disfagia, makan lambat, memotong makanan menjadi

potongan kecil atau menolak makanan tertentu mungkin menandakan eosinophilic

esophagitis.

Riwayat penyakit dahulu meliputi prematuritas, masalah neurologis, masalah

tumbuh kembang, operasi atau mondok, alergi (terutama terhadap suatu makanan) dan

penyakit psikologis. Review sistem harus detail meliputi keluhan pada sistem

respiratorius, gejala telinga hidung dan tenggorok. Riwayat penyakit kelauarga meliputi

penyakit gastrointestinal, GERD dan penyakit atopik. Pemeriksaan fisik harus meliputi

penampakan umum pasien, pengukuran berat badan dan panjang badan, paru-paru,

jantung, pemeriksaan abdomen ( terutama lihat apakah ada distensi abdomen, nyeri

tekan pada abdomen, suara usus, dan hepatosplenomegali) dan pemeriksaan

neurologis.5

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Barium per oral.

Prinsip pemeriksaan adalah melihat refluks bubur barium. Pemeriksaan ini sangat

berguna untuk melihat adanya kelainan struktural dan kelainan anatomis dari

esofagus, adanya inflamasi dan esofagitis dengan erosi yang hebat (inflamasi berat).

Ketika pemeriksaan ini dilakukan pasien diberi minum bubur barium, baru foto

rongen dilakukan. Pada pemeriksaan ini dapat terlihat adanya suatu ulkus, hiatal

hernia, erosi maupun kelainan lain. Dari pemeriksaan dengan bubur barium dapat

dibuat gradasi refluks atas 5 derajat, yaitu derajat:

1. Refluks hanya sampai didistal esofagus.

2. Refluks sampai di atas karina tapi belum sampai di servikal esofagus.

3. Refluks sampai di servikal esofagus.

4. Refluks sampai di servikal dan disertai dilatasi dari bagian kardia lambung.

5. Refluks dengan aspirasi paru.

Tetapi pemeriksaan ini tidak dapat mendeteksi ulkus ataupun erosi yang kecil.

Pada pemeriksaan ini bisa terjadi positif semu jika pasien menangis selama

pemeriksaan, peningkatan tekanan intraabdomen dan meletakkan kepala lebih rendah

dari tubuh. Bisa juga terjadi negatif semu jika bubur barium yang diminum terlampau

9

Page 10: Gastroesophageal Reflux Referat

sedikit. Kelemahan lain, refluks tidak dapat dilihat jika terjadi transient low

oesophageal sphincter relaxation (TLSOR).

2. Manometri esofagus.

Manometri merupakan suatu teknik untuk mengukur tekanan otot. Caranya adalah

dengan memasukkan sejenis kateter yang berisi sejenis transduser tekanan untuk

mengukur tekanan. Kateter ini dimasukkan melalui hidung setelah pasien menelan air

sebanyak 5 ml. Ukuran kateter ini kurang lebih sama dengan ukuran pipa naso-

gastrik. Kateter ini dimasukkan sampai transduser tekanan berada di lambung.

Pengukuran dilakukan pada saat pasien meneguk air sebanyak 10–15 kali. Tekanan

otot spingter pada waktu istirahat juga bisa diukur dengan cara menarik kateter

melalui spingter sewaktu pasien disuruh melakukan gerakan menelan. Dengan

pemeriksaan ini dapat diketahui baik tidaknya fungsi esofagus ataupun SEB dengan

berbagai tingkat berat ringannya kelainan.

3. Pemantauan pH esofagus.

Pemantauan pH esofagus dilakukan selama 24 jam. Uji ini merupakan cara yang

paling akurat untuk menentukan waktu kejadian asidifikasi esofagus serta frekuensi

dan lamanya refluks. Prinsip pemeriksaan adalah untuk mendeteksi perubahan pH di

bagian distal esofagus akibat refluks dari lambung. Uji memakai suatu elektroda

mikro melalui hidung dimasukkan ke bagian bawah esofagus. Elektroda tersebut

dihubungkan dengan monitor komputer yang mampu mencatat segala perubahan pH

dan kemudian secara otomatis tercatat. Biasanya yang dicatat episode refluks yang

terjadi jika terdeteksi pH < 4 di esofagus untuk jangka waktu 15–30 detik. Kelemahan

uji ini adalah memerlukan waktu yang lama, dan dipengaruhi berbagai keadaan

seperti: posisi pasien, frekuensi makanan, keasaman dan jenis makanan, keasaman

lambung, pengobatan yang diberikan dan tentunya posisi elektroda di esofagus.

4. Uji Berstein.

Uji Berstein termasuk uji provokasi untuk melihat apakah pemberian asam dalam

jumlah kecil ke dalam esofagus dapat membangkitkan gejala RGE. Pemeriksaan ini

dapat menunjukkan bahwa kelainan bersumber pada esofagus jika pemeriksaan lain

memberikan hasil negatif. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan garam

fisiologis melalui pipa nasogastrik sebanyak 7 – 8 ml per menit selama 10 menit

diikuti pemberian 0.1 N larutan asam hidroklorida (waktu maksimal untuk

pemeriksaan adalah 20 menit). Kemudian pasien mengatakan setiap keluhan atau

10

Page 11: Gastroesophageal Reflux Referat

gejala yang timbul. Jika uji Bernstein positif maka pasien dikatakan hipersensitif atau

hiperresponsif terhadap rangsangan asam.

5. Endoskopi dan biopsi.

Pemeriksaan endoskopi (esofagogastroduodenoskopi atau panendoskopi)

memungkinkan untuk melihat dan sekaligus melakukan biopsi epitel esofagus.

Endoskopi dan biopsi dapat menentukan ada dan beratnya esofagitis, striktura dan

esofagitis Barret, serta dapat menyingkirkan kelainan lain seperti penyakit Crohn.

Tapi gambaran normal esofagus selama endoskopi belum tentu tidak ada esofagitis

secara histopatologi. Jika esofagitis tidak terlihat maka perubahan mukosa menjadi

hiperemis maupun pucat harus menjadi perhatian. Oleh karena itu jika pemeriksaan

endoskopi dilakukan, sebaiknya dilakukan juga biopsi.

6. Sintigrafi.

Pemeriksaan sintigrafi untuk mendeteksi adanya RGE sudah lama dikenal di

kalangan ahli radiologi. Selain karena sensitivitasnya yang lebih baik dari

pemeriksaan barium peroral, juga mempunyai radiasi yang lebih rendah sehingga

aman bagi pasien. Prinsip utama pemeriksaan sintigrafi adalah untuk melihat

koordinasi mekanisme aktifitas mulai dari orofaring, esofagus, lambung dan waktu

pengosongan lambung. Kelemahan modalitas ini tidak dapat melihat struktur anatomi.

Gambaran sintigrafi yang terlihat pada refluks adalah adanya gambaran spike yang

keluar dari lambung. Tinggi spike menggambarkan derajat refluks sedangkan lebar

spike menggambarkan lamanya refluks.

7. Ultrasonografi.

Pada beberapa sentra pemeriksaan USG sudah dimasukkan ke dalam pemeriksaan

rutin untuk mendeteksi adanya refluks. Malah dikatakan bahwa USG lebih baik dari

pemeriksaan barium per oral maupun sintigrafi. Tetapi beberapa penelitian

menyebutkan bahwa USG tidak mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang baik

sehingga tidak dianjurkan. Kelemahan yang lain adalah lamanya waktu yang

diperlukan dalam pemeriksaan dan pada beberapa kasus terdapat kesulitan untuk

melihat bentuk esofagus (echotexture).

11

Page 12: Gastroesophageal Reflux Referat

I. PENATALAKSANAAN

Untuk bayi yang baru saja gumoh, dapat dianjurkan tidak ada pengobatan atau

bisa menggunakan cara seperti menambahkan formula untuk makanan, posisi khusus,

dan sering gumoh. Modifikasi makanan pada bayi berupa perubahan formula

makanan dan tekhnik  pemberian makanan. Pemadatan formula makanan dilakukan

dengan menambahkan 1sendok teh sereal beras tiap 1 ons formula sehingga diperoleh

25 kkal/ons. Modifikasi inimemberikan hasil perbaikan GERD karena menurunkan

volume dan frekuensi regurgitasimeski tidak mengurangi paparan asam esophagus.

Dot bisa dipotong melintang untuk membuat makanan mengalir. Bayi dengan

refluks harus diberi makan pada posisi tegak atau setengah tegak dan kemudian dijaga

pada posisi tegak untuk 30 menit setelah makan.

Untuk anak yang lebih tua, kepala pada tempat tidur bisa diangkat 6 inci (kira-kira

15 ¼ cm) untuk membantu mengurangi refluks di waktu malam. Anak yang lebih tua

juga harus menghindari makan 2 sampai 3 jam sebelum waktu tidur, minum minuman

berkarbonat atau apa yang mengandung kafein, menggunakan obat-obatan tertentu

(seperti obat dengan efek antikolinergik), makan makanan tertentu (seperti coklat),

dan terlalu banyak makan. Setiap anak harus dijaga menjauhi asap tembakau.

Pada bayi dengan ASI eksklusif, jangan mengganti/menambahkan ASI dan pada

bayi dengan konsumsi susu formula, tidak perlu mengganti ke jenis susu formula

khusus.

Tabel pengaturan Kebiasaan/Perilaku pada bayi/Anak dengan GERD

Bayi Anak dan Remaja

Makanan/minuman dibuat kental Mengurangi Berat badan jika

overweight

Makan/minum sedikit tapi sering Modifikasi diet/pola makan

Posisi tegak setelah makan/minum Menghindari merokok

Menghindari paparan asap rokok

Jika perubahan pada makan dan posisi tidak mengendalikan gejala-gejala

dapat menggunakan obat-obatan antara lain :9

12

Page 13: Gastroesophageal Reflux Referat

1. Antasida

Bekerja dengan menetralkan isi lambung. Antasida berguna untuk anak dan

remaja untuk menghilangkan gejala secara cepat. Untuk meningkatkan efeknya,

antasida baik diminum setelah makan.

2. Histamine-2 Receptor Antagonist

H-2 antagonist akan menurunkan produksi asam. Contoh jenis obat ini adalah

ranitidin, cimetidin, dan famotidin. Ranitidin akan mencapai kadar puncak pada

plasma setelah 2,5 jam dan mempunyai t ½ yaitu 6 jam. H-2 antagonist aman untuk

anak-anak dan digunakan sebagai lini pertama terapi pada bayi. Dosis cimetidin yaitu

30-40 mg/kgBB/hari diberikanempat kali sehari sebelum sarapan dan sebelum tidur

selama 6 minggu, nizatidine 10mg/ kgBB/hari selama 6 minggu, dan ranitidine 2-6 mg/kgBB/hari

diberikan 2-3 kali.

3. Proton Pump Inhibitor

PPI menghambat produksi asam dengan memblok H+ K+ ATPase. PPI lebih

efektif daripada H-2 antagonist dalam menghambat produksi asam. Contoh obatnya

adalah omeprazole, lansoprazole. Namun PPI tidak dapat digunakan pada pasien

dibawah 1 tahun.

4. Agen Prokinetik

Secara teori agen prokinetik akan bermanfaat pada GER dengan mempercepat

pengosongan lambung. Metoklopamid merupakan agen prokinetik yang efektif, akan

tetapi mempunyai efek samping berupa reaksi distonia, letargi, iritabilitas,

ginekomastia dan tardive dyskinesia.

5. Surface Agent

Salah satunya adalah sukralfat. Sukralfat akan melindungi mukosa terhadap

paparan isi lambung yang bersifat asam.

Terapi pembedahan dilakukan bila terapi non pembedahan gagal atau gejala

berulang setelah terapi dilakukan. Pembedahan yang dilakukan yaitu fundoplikasi.

Pembedahan ini paling banyak ketiga dikerjakan pada anak di Amerika Serikat.

Banyak penelitian yangmenyatakan bahwa tindakan ini aman dilakukan dan dapat

menurunkan gejala GERD sebanyak 95% pada anak tanpa gangguan neurologis dan

85% pada anak dengan gangguan neurologis.10 Fundoplikasi sebaiknya dilakukan saat

< 4 tahun karena akan memberikan hasil yang lebih baik, sedangkan manfaat pada

anak > 4 tahun tidak jelas. Refluks berkurang secara tajam sesuai dengan semakin

13

Page 14: Gastroesophageal Reflux Referat

mudanya usia saat dilakukan pembedahan. Ketepatan diagnosa GERD dan

keterampilan dokter bedah sangat menentukan kesuksesan operasi.

BAB III

14

Page 15: Gastroesophageal Reflux Referat

KESIMPULAN

Gastroesophageal reflux (GER) didefinisikan sebagai kembalinya isi lambung ke

esofagus atau lebih proksimal. Gastroesophageal reflux (GER) merupakan proses fisiologis

yang terjadi dengan tingkat keparahan dan durasi yang berbeda pada tiap individu. Pada

GER, isi lambung mengalir kembali ke esofagus. Sebagian besar episode GER tersebut tidak

menimbulkan gejala atau keluhan. GER bisa terjadi beberapa kali dalam sehari pada bayi

sehat, anak-anak, dan dewasa Tanda dan gejala yang paling umum dari GERD, yaitu : ,mulas,

regurgitasi ( naiknya makanan dari kerongkongan atau lambung tanpa disertai oleh rasa mual

maupun kontraksi otot perut yang sangat kuat ), disfagia ( kesulitan menelan ), asma,

pneumonia, suara serak, aspirasi Sedangkan gejala lainnya, yaitu : Nyeri menelan

(odynophagia ), nyeri dada atipikal noncardiac dan mual. GERD dapat menyerang anak-anak,

dengan gejala yang paling nyata pada bayi adalah muntah dan meludah berlebihan. Refluks

biasanya memburuk pada beberapa bulan pertama kehidupan, puncaknya sekitar 6 sampai 7

bulan, dan kemudian secara bertahap berkurang. Pengobatan GERD dapat dilakukan dengan

penambahan formula makanan untuk keadaan khusus, kepala pada tempat tidur bisa diangkat

6 inci (kira-kira 15 ¼ cm) untuk membantu mengurangi refluks di waktu malam, pemberian

obat-obatan dan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Gastroesophageal Reflux Referat

1. Gastroesophageal Reflux in infants. http://www.rch.au/clinicalquide/cpg.cfm?

doc_id9746

2. Gastroesophageal Reflux in infants.

http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases.pubs/gerdinfant/index.htm

3. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, Edisi 13,

Jilid 2, Alih Bahasa Staf Ahli Bagian THT RSCM-FK UI, Jakarta : Binarupa Aksara, 1997. 669-71.

4. Asroel A. Kumpulan kuliah Bronkoesofagologi. Medan : FK USU.

5. Bets, Cecily. Lynn., 2009, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Ed ke-5,EGC, Jakarta

6. Rudolph, Colin. D., 2006, Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 2, Ed ke-20, EGC,

Jakarta

7. Sondheimer JM, Sundaram S Gastrointestinal Tract. Dalam : Hay WW, Levin MJ, Sondheimer

JM, Deterding RR . Current Diagnosis & Treatment Pediatrics. 19th Edition. New

York : McGraw Hill. 2009; 20, 577-78.8.

8. Suskind DL, Zeringue GP, Kluk E, Udall J, Liu DC. Gastroesophgeal Reflux and

Pediatric Otolryngologic Disease, The Role of ntireflux Surgery. Arch Otolryngologic

Head Neck Surgery. 2001 ; 127, 511-14.9.

9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Modul B : GER, Muntah dan Refluks Esofageal. UKK-Gastro

Hepatologi IDAI.10.

10. Asilsoy S, Olmez D, Uzuner N, dkk. Helicobacter pylori and Gastroesophageal Reflux

in Asthmatic Children. Journal of Tropical Pediatrics. 2007; 54,2 129-32.

16

Page 17: Gastroesophageal Reflux Referat

REFERAT

“GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD )”

Dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Tugurejo Semarang

Dosen Pembimbing Klinik :

dr. Agus Saptanto Sp.A

Disusun oleh :

Zulfa Hersis Pahlawanti

H2A009050

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2013

17

Page 18: Gastroesophageal Reflux Referat

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................... i

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 2

A. Definsi ........................................................................................................ 2

B. Anatomi ...................................................................................................... 2

C. Epidemiologi................................................................................................ 3

D. Etiologi ....................................................................................................... 3

E. Patofisiologi................................................................................................. 4

F. Gejala .......................................................................................................... 7

G. Diagnosis..................................................................................................... 8

H. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 9

I. Penatalaksanaan ................................................................................. 12

BAB III.KESIMPULAN.......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

18

Page 19: Gastroesophageal Reflux Referat

19