garis tinggi pada sebarang segitiga

14
i MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG GARIS TINGGI PADA SEBARANG SEGITIGA MENGGUNAKAN BENANG NILON DAN PAPAN KAYU SEGITIGA Hani' Masfufah Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah masalah di mana tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan yang mana garis tinggi pada sebarang segitiga, sebagian menganggap bahwa garis tinggi adalah sisi segitiga yang berdiri dan alas selalu berada di bawah. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman siswa tentang garis tinggi pada sebarang segitiga menggunakan benang nilon dan papan kayu segitiga. Hasil penelitian ini adalah: 1) penggunaan benang nilon dan papan kayu segitiga ternyata dapat meningkatkan pemahaman siswa yang terbagi dalam dua tahap pembelajaran, yaitu: (i) tahap awal membentuk kelas menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, kemudian tiap kelompok diberikan 1 soal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, (ii) tahap inti yaitu pemberian materi garis tinggi dan mencari tahu bersama-sama yang mana garis tinggi menggunakan alat peraga, dan 2) pembelajaran menggunakan benang nilon dan papan kayu segitiga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep garis tinggi pada sebarang segitiga. Kata kunci: benang nilon, papan kayu segitiga, garis tinggi pada sebarang segitiga ABSTRACT This study is motivated by a problem in which not a few students who have difficulty in deciding which high line in any triangle, the majority considers that the high line is a triangular side stand and pedestal always under. As for the purpose of this study is to improve students understanding of the high line on any triangle using nylon thread and triangular wooden plank. The results of this study are: 1) the use of nylon thread and triangular wooden plank was found to increase the students' understanding of learning is divided into two stages, namely: (i) the initial stage of forming the class into groups, each group consisting of 4-5 students, then each the group is given one question to determine students 'prior knowledge, (ii) the core stage is the provision of high-line material and find out together which high line using props, and 2) learning using nylon thread and triangular wooden board can increase students' understanding of the concept of a high line in any triangle. Keywords: nylon thread, triangular wooden plank, high line in any triangle PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathein” atau “Mathenein”, yang artinya “mempelajari”, mungkin juga kata itu erat hubungannya dengan kata dari bahasa Sanskerta “Medha” atau “Widya” yang artinya “kepandaian”, “ketahuan”, atau “intelegensi”. 1 1 Moch. Masykur,Ag dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih dan James dan James dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dalam jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam berbagai bidang, yaitu: aljabar, analisa, dan geomatri. 2 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan Menanggulangi Kesulitan Belajar, (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 42 2 Erman Suherman, et. al., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Jakarta: Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam; Universitas Pendidikan Indonesia, t.t), hal. 16

Upload: hani-masfufah

Post on 07-Feb-2016

110 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Meningkatkan pemahaman siswa tentang garis tinggi pada sebarang segitiga menggunakan alat peraga

TRANSCRIPT

Page 1: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

i

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG GARIS TINGGI PADA

SEBARANG SEGITIGA MENGGUNAKAN BENANG NILON DAN PAPAN

KAYU SEGITIGA

Hani' Masfufah

Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Tulungagung

email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah masalah di mana tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan

dalam menentukan yang mana garis tinggi pada sebarang segitiga, sebagian menganggap bahwa garis tinggi

adalah sisi segitiga yang berdiri dan alas selalu berada di bawah. Adapun yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman siswa tentang garis tinggi pada sebarang segitiga

menggunakan benang nilon dan papan kayu segitiga. Hasil penelitian ini adalah: 1) penggunaan benang nilon

dan papan kayu segitiga ternyata dapat meningkatkan pemahaman siswa yang terbagi dalam dua tahap

pembelajaran, yaitu: (i) tahap awal membentuk kelas menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari

4-5 siswa, kemudian tiap kelompok diberikan 1 soal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, (ii) tahap

inti yaitu pemberian materi garis tinggi dan mencari tahu bersama-sama yang mana garis tinggi menggunakan

alat peraga, dan 2) pembelajaran menggunakan benang nilon dan papan kayu segitiga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep garis tinggi pada sebarang segitiga.

Kata kunci: benang nilon, papan kayu segitiga, garis tinggi pada sebarang segitiga

ABSTRACT

This study is motivated by a problem in which not a few students who have difficulty in deciding which high

line in any triangle, the majority considers that the high line is a triangular side stand and pedestal always

under. As for the purpose of this study is to improve students understanding of the high line on any triangle

using nylon thread and triangular wooden plank. The results of this study are: 1) the use of nylon thread and

triangular wooden plank was found to increase the students' understanding of learning is divided into two

stages, namely: (i) the initial stage of forming the class into groups, each group consisting of 4-5 students,

then each the group is given one question to determine students 'prior knowledge, (ii) the core stage is the

provision of high-line material and find out together which high line using props, and 2) learning using nylon

thread and triangular wooden board can increase students' understanding of the concept of a high line in any

triangle.

Keywords: nylon thread, triangular wooden plank, high line in any triangle

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu universal

yang mendasari perkembangan teknologi modern,

mempunyai peran penting dalam berbagai

disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia.

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani

“Mathein” atau “Mathenein”, yang artinya

“mempelajari”, mungkin juga kata itu erat

hubungannya dengan kata dari bahasa Sanskerta

“Medha” atau “Widya” yang artinya

“kepandaian”, “ketahuan”, atau “intelegensi”.1

1

Moch. Masykur,Ag dan Abdul Halim Fathani,

Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih dan

James dan James dalam kamus matematikanya

menyatakan bahwa matematika adalah ilmu

tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan

satu dengan yang lainnya dalam jumlah yang

banyak yang terbagi ke dalam berbagai bidang,

yaitu: aljabar, analisa, dan geomatri.2 Dari

beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan

Menanggulangi Kesulitan Belajar, (Yogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2007), hal. 42

2 Erman Suherman, et. al., Strategi Pembelajaran

Matematika Kontemporer, (Jakarta: Jurusan Pendidikan

Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam; Universitas Pendidikan Indonesia, t.t), hal.

16

Page 2: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

2

bahwa matematika merupakan ilmu yang

berhubungan dengan logika dan konsep-konsep.

Konsep-konsep abstrak yang dipelajari

siswa dalam pelajaran matematika perlu diberi

penguatan, agar mengendap dan bertahan lama

dalam memori siswa, sehingga akan melekat

dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk

keperluan inilah, maka dipelukan adanya

pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian,

tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta

saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

Metode yang sesuai akan sangat membantu

keberhasilan suatu pembelajaran.

Salah satu metode pembelajaran yang

sesuai untuk menanamkan konsep matematika

pada siswa adalah metode pembelajaran dengan

menggunakan alat bantu berupa media

pembelajaran yang dapat memperjelas apa yang

akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat

dipahami dan dimengerti oleh siswa. Selain itu,

proses pembelajaran dengan media akan terasa

lebih efektif, efisien, dan menyenangkan.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah, salah satu

kompetensi dasar siswa kelas VII SMP adalah

memahami konsep segi empat dan segitiga serta

menentukan ukurannya.3 Sedangkan kompetensi

dasar yang berhubungan dengan segitiga adalah:

1. Menghitung keliling dan luas bangun

segitiga dan segi empat serta

menggunakannya dalam pemecahan

masalah.

2. Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi,

garis berat dan garis sumbu. 4

3 N.n., Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

http://hukum.unsrat.ac.id/men/mendiknasp2010_20_lamp.pdf&

sa=U&ei=TuJpVI_nE8jSoAT_3lKwCQ&ved=0CCYQFjAJ&u

sg=AFQjCNH1NUlqo3M2ocGJeuorZ4OC_Dr5uw, diakses 17

November 2014 jam 18.45.

4 Rachman, Arif, Belajar Matematika Bersama Pak

Arif SMP Negeri 2 Ngawi,

http://arif2mei.wordpress.com/matematika-smpmts/sk-kd-

matematika-smp/ , diakses 12 November 2014 jam 16.05 WIB.

Kedua kompetensi dasar ini saling berhubungan,

dengan mengetahui cara melukis garis tinggi,

berarti akan dapat mengetahui yang mana garis

tingginya dan selanjutnya akan dapat menghitung

garis tinggi pada segitiga tersebut. Konsep garis

tinggi pada segitiga mulai diberikan kepada siswa

SMP kelas VII semester II. Garis tinggi akan

mudah dihitung jika telah diketahui luas dan

panjang alasnya. Misalnya: perhatikan segitiga

ABC di bawah. Diketahui luas segitiga ABC = 40

cm2 dan panjang alas BC = 8 cm. Hitung tinggi

segitiga AB!

Luas segitiga ABC = 1 2 alas × tinggi

40 = 1 2 . 8 × AB

40 = 4 AB

AB = 404

AB = 10

Jadi tinggi segitiga dengan alas BC

adalah 10 cm.

Kenyataannya beberapa siswa SMP

yang peneliti temui masih belum mengetahui

konsep bahwa tinggi segitiga adalah garis yang

tegak lurus dari salah satu titik sudut segitiga

terhadap sisi yang di depannya. Saat diminta

menghitung luas segitiga pada sebarang segitiga

mereka masih salah menganggap bahwa tinggi

seigtiga sebagai sisi segitiga yang berdiri,

misalnya pada soal di bawah ini:

Perhatikan segitiga di bawah ini,

A

A

B

C

C

B

D

A

B C

Page 3: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

3

diketahui AB = 13 cm, BC = 5 cm, AC = 15 cm,

dan BD = 4cm. hitung luas segitiga ABC!

Mereka menjawab:

L. segitiga ABC = 1 2 alas × tinggi

=12 . BC × AB

= 1 2 . 5 × 13

= 32, 5 cm2

Mereka hanya sekedar dapat mengerjakan soal

luas segitiga tanpa mengetahui konsep tinggi

segitiga, padahal dalam gambar segitiga tersebut

telah diberi petunjuk garis tegak lurus BD

terhadap alas AC, namun mereka belum

memahami makna dari petunjuk tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa konsep siswa mengenai

garis tinggi masih lemah. padahal konsep ini

sangat penting untuk mencari luas segitiga, baik

pada segitiga sama sisi, segitiga sama kaki,

segitiga siku-siku, dan sebarang segitiga.

Mayoritas siswa hanya menghafal rumus-rumus,

dan mengerjakan soal-soal yang ada di buku.

Selain itu, mereka hanya menghafal definisi-

definisi tanpa memahami konsepnya, padahal

perkembangan kognitif utama siswa SMP

menurut Rajoo T. V (1986) adalah formal

operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan

menggunakan simbol-simbol tertentu atau

mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal

yang tidak terikat objek-objek yang bersifat

konkrit, seperti kemampuan mengembangkan

analisis, kemampuan mengembangkan suatu

kemungkinan berdasarkan dua atau lebih

kemungkinan yang ada, kemampuan menarik

generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori

objek yang beragam.5 Ini berarti ada peningkatan

fungsi intelektual dan perkembangan konseptual.

Dalam hal ini, bahasa dalam menerangkan

seorang guru juga merupakan salah satu alat

penting untuk kegiatan yang sifatnya kognitif.

5 Imro’atu Magfiroh, Perkembangan Anak Usia

SMP, http://imrufisika.blogspot.com/2011/12/perkembangan-

anak-usia-smp.html?m=1 , diakses 12 November 2014 jam

15.30 WIB.

Menurut Jean Piaget dalam Hamzah

dan Nurdin, Perkembangan kognitif anak pada

saat berada di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

atau pada usia 11-15 tahun berada pada tahap

operasional-formal (formal operation stage) yaitu

tahap ke empat atau terakhir dari tahapan

kognitif.6 Tahapan berpikir formal ini terdiri atas

dua subperiode, yaitu 1) Early formal operation

thought, yaitu kemampuan remaja untuk berpikir

dengan cara-cara hipotetik yang menghasilkan

pikiran-pikiran sukarela (bebas) tentang berbagai

kemungkinan yang tidak terbatas. Dalam periode

awal ini, remaja mempersepsi dunia sangat

bersifat subjektif dan idealistik. 2) Late formal

operational thought, yaitu remaja mulai menguji

pikirannya berlawanan dengan pengalamannya,

dan mengembalikan keseimbangan

intelektualnya. Melalui akomodasi (penyesuaian

terhadap informasi/ hal baru), remaja mulai dapat

menyesuaikan terhadap bencana atau kondisi

pancaroba yang telah dialaminya.7 Contoh

tahapan berpikir siswa SMP dalam matematika

menurut Jean Piaget adalah sebagai berikut: 1)

Early formal operation thought. Pada tahapan ini,

siswa merasa bahwa pendapatnya mengenai yang

mana garis tinggi pada sebarang segitiga adalah

benar, walaupun sebenarnya salah. Mereka

berpendapat bahwa garis tinggi adalah sisi

segitiga yang berdiri, dan alas segitiga selalu

berada di bawah. 2) Late formal operational

thought. Pada tahapan ini, ketika guru

menerangkan mengenai garis tinggi pada

sebarang segitiga menggunakan papan kayu

segitiga dan benang nilon (ujung benang nilon

kemudian diberi pemberat, sehingga benang akan

dapat tegak lurus dengan alas), kemudian mereka

mulai menguji pendapatnya dengan fakta dan

konsep garis tinggi pada sebarang segitiga yang

6 Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar

dengan Pendekatan P.A.I.L.K.E.M, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2012), hal. 238.

7 Mas Warto, Perkembangan Peserta Didik dari

SD, SMP, dan SMA, http://mas-

warto.blogspot.com/2012/06/perkembangan-peserta-didik-dari-

sd-smp.html?m=1, diakses 12 November 2014 jam 16.08 WIB.

Page 4: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

4

diperkuat dengan uji alat peraga, dan akhirnya

mereka memahami konsep yang benar.

Tahapan berpikir Late formal

operational thought merupakan tahapan berpikir

yang sangat penting di mana siswa SMP

membutuhkan pencerahan mengenai pendapat-

pendapat mereka sebelumnya, baik pendapat

tersebut sudah benar (itu berarti tahapan ini

membuktikan kebenaran pendapat mereka),

maupun pendapat yang salah (berarti tahapan ini

membenarkan kesalahan pendapat awal mereka).

Konsep berpikir siswa SMP sudah mulai kritis

dengan suatu materi pelajaran, jadi beberapa

materi pada matematika membutuhkan bukti

bahwa yang disampaikan seorang guru adalah

benar. Tahapan ini akan membuat konsep

tersebut cepat dipahami dan tertanam dalam

memori mereka. Untuk mengenalkan konsep

tinggi sebarang segitiga pada siswa SMP kelas

VII tidak langsung diberikan secara abstrak

dengan verbalisme, namun dengan pembuktian

secara nyata melalui alat peraga. Setelah itu,

siswa akan menangkap konsep itu dan mereka

akan lebih mudah memahaminya.

Bahan dan alat yang digunakan untuk

menerangkan sesuatu dalam kegiatan belajar

mengajar disebut sebagai media pembelajaran.

NEA (National Education Association) dalam

Basyiruddin mendefinisikan media sebagai benda

yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar,

dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang

dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar

mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas

program instruktional.8 Penggunaan media

pembelajaran yang digunakan untuk

menerangkan konsep yang abstrak akan lebih

efektif dan efisien, serta terasa lebih

menyenangkan, selain itu konsep-konsep tersebut

akan lebih tertanam dalam pikiran siswa.

Penggunaan media itu perlu dalam

pembelajaran. Dalam memilih media

8 M. Basyiruddin Usman-Asnawir, Media

Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 11

pembelajaran , perlu disesuaikan dengan

kebutuhan, situasi, dan kondisi masing-masing.

Media terbaik adalah media yang mudah

ditemukan di sekitar kita. Tergantung kepada

guru bagaimana ia dapat mengembangkannya

secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan

karakteristik siswa untuk menentukan media

pembelajaran tersebut. Menurut Russefendi,

beberapa hal yang perlu diperhatikan bila

membuat alat peraga adalah: 1) tahan lama

(dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat); 2)

bentuk dan warnanya menarik; 3) sederhana dan

mudah dikelola (tidak rumit; 4) ukurannya sesuai

(seimbang) dengan ukuran fisik anak; 5) dapat

menyajikan (dalam bentuk real, gambar atau

diagram) konsep matematika; 6) sesuai dengan

konsep; 7) dapat menunjukkan konsep

matematika dengan jelas; 8) peragaan itu supaya

merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak;

9) bila kita juga mengharapkan agar siswa belajar

aktif (sendiri atau berkelompok) alat peraga itu

supaya dapat dimanipulasikan, yaitu dapat diraba,

dipegang, dipindahkan dan diutak-atik, atau

dipasangkan dan dicopot, dan lain-lain; 10) bila

mungkin dapat berfaedah lipat (banyak).9

Berdasarkan beberapa hal yang disebutkan

tersebut, benang nilon dan papan kayu segitiga

telah masuk dalam kategori yaitu tahan lama,

sederhana (mudah didapatkan bahannya, tali

nilon banyak terdapat di toko-toko sekitar kita,

sedangkan papan kayu bisa didapatkan dari sisa

kayu bangunan atau dibeli di toko bahan

bangunan), dapat menerangkan konsep tinggi

pada sebarang segitiga yang sifatnya abstrak

diwujudkan ke dalam bentuk nyata yang

menyerupai bentuk aslinya, selain itu alat peraga

ini juga mudah diutak-atik oleh siswa sehingga

mereka akan menemukan konsep secara mandiri,

tidak hanya secara hafalan.

Berdasarkan uraian di atas, untuk

menerangkan suatu konsep matematika harus

9 E. T. Russefendi, Pengajaran Matematika

Modern dan Masa Kini, (Bandung: Tarsito, 1990), hal. 3-4.

Page 5: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

5

disesuaikan dengan perkembangan kognitif

siswa. Pada siswa SMP tahap kognitifnya pada

tahapan operasional-formal, sehingga untuk

menerangkan konsep matematika dibutuhkan

bukti nyata sebagai penguat, bukti nyata itu bisa

berupa alat peraga.

Sesuai dengan hasil penelitian Eriyandi,

Andinasari, dan Destiniar yang melakukan

penelitian pada pengaruh penggunaan alat peraga

dalam pembelajaran matematika terhadap

pemahaman konsep siswa kelas VII SMP,

menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga dapat dijadikan salah

satu cara untuk meningkatkan pemahaman

konsep matematika siswa.10 Alat peraga dapat

dijadikan alat bantu dalam proses belajar

mengajar agar dapat menciptakan siswa yang

aktif dan kreatif sehingga dapat menimbulkan

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

Benda-benda konkret dalam kehidupan

sehari-hari yang dapat digunakan untuk

menerangkan konsep yang sifatnya abstrak

diantaranya adalah benang nilon dan papan kayu

segitiga. Benang nilon dan papan kayu segitiga

dapat digunakan untuk menjelaskan secara nyata

dan membuktikan konsep abstrak mengenai yang

mana tinggi pada sebarang segitiga. Oleh karena

itu penggunaan benda konkret seperti benang

nilon dan papan kayu segitiga sangat diperlukan

untuk menjelaskan kepada siswa kelas VII SMP

yang berada pada tahapan “Formal operation

stage”.

TEORI DASAR

A. Pengertian Media Pembelajaran

Secara harfiah kata media memiliki arti

“perantara” atau “pengantar”. Association for

Education and Communication Technology

10 Destiniar dan M. Irsadi Farista, Laboratorium

Matematika PGRI Palembang,

http://labmatpgripalembang.wordpress.com/2013/04/11/pengaru

h-penggunaan-alat-peraga-dalam-pembelajaran-matematika-

terhadap-pemahaman-konsep-siswa-kelas-vii-smp-negeri-2-

pampangan-

2/?relatedposts_hit=1relatedposts_origin=46&relatedposts_posi

tion=0, diakses 19 November 2014 jam 11.30 WIB.

(AECT) mendefinisikan media yaitu segala

bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses

penyaluran informasi. Sedangkan National

Education Association (NEA) mendefinisikan

sebagai benda yang dapat dimanipulasikan,

dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta

instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam

kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi

efektifitas program instructional. 11Gagne dan

Briggs dalam Sadiman juga mendefinisikan kata

media, Gagne (1970) menyatakan bahwa media

adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya

untuk belajar. Sementara Briggs (1970)

berpendapat bahwa media adalah segala yang

dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa

untuk berpikir.12

Berdasarkan pengertian media di atas,

media adalah segala benda yang dapat

dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau

dibicarakan sebagai alat bantu suatu penyaluran

pesan atau informasi sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan serta perhatian siswa

sedemikian sehingga proses belajar dapat berjalan

dengan baik.

Menurut Warsita dalam Dedi

pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat

peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk

membelajarkan peserta didik. Sedangkan dalam

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1

ayat 20 pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Sementara

Sudjana dalam Dedi mengartikan pembelajaran

sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja

untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi

edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta

didik (warga belajar) dan pendidik (sumber

belajar) yang melakukan kegiatan

11 Basyiruddin, Media Pembelajaran, hal. 11

12 Arief S. Sadiman, et. al., Media Pendidikan:

Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 6-7

Page 6: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

6

membelajarkan.13 Menurut Junaedi pembelajaran

merupakan suatu sistem instruksional yang

mengacu pada seperangkat komponen yang

saling bergantung satu sama lain untuk mencapai

tujuan.14

Berdasarkan beberapa pengertian

tentang pembelajaran di atas, pembelajaran

adalah suatu kegiatan sistematis yang disengaja

untuk menciptakan suatu proses belajar antara

guru dan siswa di mana keduanya saling

bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan.

Setelah mengetahui arti “media” dan

“pembelajaran” dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala benda yang dapat

digunakan untuk membantu proses penyaluran

informasi antara siswa dan guru agar tercipta

proses belajar yang efektif untuk mencapai suatu

tujuan.

Peneliti menggunakan benang nilon

dan papan kayu segitiga, dari pengertian media

pembelajaran di atas benang nilon dan papan

kayu segitiga dapat dikategorikan sebagai media

pembelajaran karena dapat digunakan sebagai

alat bantu komunikasi antara guru dan siswa

dalam proses pembelajaran. Benang nilon dan

papan kayu segitiga diharapkan dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat

meningkatkan pemahaman siswa dalam materi

garis tinggi pada sebarang segitiga. Hal ini karena

benang nilon dan papan kayu segitiga dapat

menunjukkan secara nyata di mana letak garis

tinggi pada sebarang segitiga sehingga dapat

memudahkan siswa dalam memahami konsep

yang bersifat abstrak.

Benang nilon dan papan kayu segitiga

dipilih karena bahannya yang mudah didapat,

ekonomis, tahan lama jika dibandingkan dengan

bahan lain seperti Styrofoam, dan mudah serta

tidak lama dalam proses pembuatannya.

13 Siswoyo, Dedi, Belajar dan Pembelajaran,

http://dedi26.blogspot.in/2013/04/pengertian-pembelajaran-

menurut-para.html?=1, diakses 08 November 2014, jam 01.30

WIB.

14 Junaedi, Supardi, et. al., Strategi Pembelajaran,

(Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), hal 1.4

B. Urgensi Penggunaan Media

Pembelajaran

Menurut Basyiruddin, belajar mengajar

dan komunikasi memiliki hubungan yang tak

terpisahkan. Pada hakikatnya proses belajar

mengajar adalah proses komunikasi.15 Kegiatan

belajar mengajar di dalam kelas antara guru dan

siswa merupakan suatu komunikasi di mana guru

dan siswa saling bertukar pikiran untuk

mengembangkan gagasan dan memahami

pengertian. Dalam komunikasi sering terjadi

suatu kesalahpahaman dan penyimpangan-

penyimpangan yang menjadikan proses belajar

mengajar menjadi tidak efektif. Beberapa hal

yang menyebabkan ini terjadi adalah cara

mengajar guru yang kurang menarik karena

hanya menggunakan metode ceramah atau masih

berfokus pada pengajaran verbalisme sehingga

menyebabkan siswa kurang bergairah dan

berminat dalam mengikuti proses pembelajaran,

ketidaksiapan siswa mengenai materi yang akan

dibahas, dan sebagainya.

Salah satu usaha untuk mengatasi

keadaan tersebut adalah dengan penggunaan

media dalam proses belajar mengajar. Fungsi

media dalam kegiatan tersebut di samping

sebagai pemberi informasi, juga untuk

meningkatkan keserasian dari penyimpangan

pemahaman dalam penerimaan informasi. Selain

itu juga berfungsi sebagai pemberi umpan balik

pada siswa sehingga siswa menjadi tertarik

mengenai materi yang disampaikan.

Penggunaan media dalam proses belajar

mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai

berikut:

1. Media dapat mengatasi berbagai

keterbatasan pengalaman yang dimiliki

siswa atau mahasiswa. Pengalaman masing-

masing individu yang beragam karena

kehidupan keluarga dan masyarakat sangat

menentukan macam pengalaman yang

dimiliki mereka. Dua orang anak yang

15 Basyiruddin, Media Pembelajaran, hal. 13

Page 7: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

7

hidup di dua lingkungan yang berbeda akan

mempunyai pengalaman yang berbeda pula.

Dalam hal ini media dapat mengatasi

perbedaan-perbedaan tersebut.

2. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak

hal yang sukar untuk dialami secara

langsung oleh siswa atau mahasiswa di

dalam kelas, seperti; objek yang terlalu

besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan

yang diamati terlalu cepat atau terlalu

lambat. Maka dengan melalui media akan

dapat diatasi kesukaran-kesukaran tersebut.

3. Media memungkinkan adanya interaksi

langsung antara siswa dengan lingkungan.

Gejala fisik dan sosial dapat diajak

berkomunikasi dengannya.

4. Media menghasilkan keseragaman

pengamatan. Pengamatan yang dilakukan

siswa dapat secara bersama-sama diarahkan

kepada hal-hal yang dianggap penting

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

5. Media dapat menanamkan konsep dasar

yang benar, konkrit, dan realistis.

Penggunaan media, seperti; gambar, film,

model, grafik, dan lainnya dapat

memberikan konsep dasar yang benar.

6. Media dapat membangkitkan keinginan dan

minat yang baru. Dengan menggunakan

media, horizon pengalaman anak semakin

luas, persepsi semakin tajam, dan konsep-

konsep dengan sendirinya semakin lengkap,

sehingga keinginan dan minat baru untuk

balajar selalu timbul.

7. Media dapat membangkitkan motivasi dan

merangsang siswa untuk belajar.

Pemasangan gambar di papan bulletin,

pemutaran film dan mendengarkan program

audio dapat menimbulkan rangsangan

tertentu kea rah keinginan untuk belajar,

8. Media dapat memberikan pengalaman yang

integral dari suatu yang konkrit sampai

kepada yang abstrak. Sebuah film tentang

suatu benda atau kejadian yang tidak dapat

dilihat secara langsung oleh siswa, akan

dapat memberikan gambaran yang konkrit

tentang wujud, ukuran, dan lokasi. Di

samping itu dapat pula mengarahkan

kepada generalisasi tentang arti

kepercayaan suatu kebudayaan dan

sebagainya.16

Pada pemberian materi garis tinggi

pada segitiga, media pembelajaran yang berupa

benang nilon dan papan kayu segitiga dapat

berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran dan dapat mengatasi permasalahan-

permasalahan dalam proses belajar mengajar,

yang sesuai dengan nilai-nilai praktis penggunaan

media.

C. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Klasifikasi media menurut Oemar

Hamalik yaitu:

1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya

filmstrip, transparansi, micro projection,

papan tulis, buletin board, gambar-gambar,

ilustrasi, chart, grafik, poster, peta dan

globe.

2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya

dapat didengar misalnya; phonograph

record, transkripsi electris, radio, rekaman

pada tape recorder.

3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar,

misalnya film dan televisi, benda-benda

tiga dimensi yang biasanya dipertunjukkan,

misalnya; model, spicemens, bak pasir, peta

electris, koleksi diorama.

4. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama,

sandiwara boneka, dan sebagainya.17

Di samping itu para ahli media lainnya

juga membagi jenis-jenis media pengajaran itu

kepada:

1. Media asli dan tiruan;

2. Media bentuk papan;

3. Media bagan dan grafis;

16 Ibid., hal. 14 17 Ibid., hal. 29

Page 8: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

8

4. Media proyeksi;

5. Media dengar (audio);

6. Media cetak atau printed materials;18

Sedangkan Schramm (1977), memandang media

dari segi kerumitan dan besarnya biaya. Dia

membedakan antara media rumit dan mahal (big

media), media sederhana dan murah (little

media).19 Benang nilon dan papan kayu segitiga

termasuk pada kategori alat-alat visual yang dapat

dilihat dan berbentuk papan, yaitu media yang

dapat langsung dilihat dan dipegang langsung

oleh siswa yang bentuknya merupakan papan

kayu segitiga dan benang nilon, serta merupakan

media sederhana dan murah, yaitu media yang

bahan-bahannya mudah ditemukan di lingkungan

sekitar dan mudah dalam proses pembuatannya.

D. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman menurut Zul dalam Irwan

berasal dari kata paham yang mempunyai arti

mengerti benar, sedangkan pemahaman

merupakan proses perbuatan cara memahami.20

Menurut Poesprodjo dalam Pak Guru Ian bahwa

pemahaman bukan kegiatan berpikir semata,

melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri di

situasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali

situasi yang dijumpai pribadi lain di dalam

erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup,

kegiatan melakukan pengalaman pikiran),

pengalaman yang terhayati. Pemahaman

merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-

diam, menemukan dirinya dalam orang lain.21

Sedangkan Winkel dalam Pak Guru Ian

mengatakan bahwa pemahaman mencakup

kemampuan untuk menangkap makna dan arti

dari bahan yang dipelajari.22 Pemahaman dalam

18

Ibid., hal. 29

19 Ibid., hal. 31-32

20 Irwan, Batasan Pemahaman pada

Pembelajaran, http://irwan-education.blogspot.com, diakses 19

November 2014 jam 11.55 WIB.

21 Pak Guru Ian, Pondasi Bangsa yang Kuat

adalah Memberikan Ilmu yang Bermanfaat Bagi Calon

Pemimpin Bangsa,

https://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-

pemahaman/, diakses 19 November 2014 jam 12.05 WIB.

22 Ibid.

pembelajaran adalah tingkat kemampuan yang

mengharapkan seseorang mampu memahami arti

atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.

Dalam hal ini siswa tidak hanya hafal secara

verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah

atau fakta yang ditanyakan, sehingga siswa dapat

menjelakan, menyajikan, memberi contoh, dan

mendemonstrasikan kembali apa yang telah

dipelajarinya kepada orang lain, sehingga orang

tersebut benar-benar mengerti apa yang

disampaikan.

Hasil belajar pemahaman merupakan

tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe

belajar pengetahuan, Nana Sudjana dalam Pak

Guru Ian menyatakan bahwa pemahaman dapat

dibedakan ke dalam 3 kategori, yaitu: 1) tingkat

terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai

dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,

mengartikan, dan menerapkan prinsip-prinsip; 2)

tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu

menghubungkan bagian-bagian terendah dengan

yang diketahui berikutnya atau menghubungkan

beberapa bagian grafik dengan kejadian,

membedakan yang pokok dengan yang tidak

pokok; dan 3) tingkat pemaknaan ektrapolasi,

yaitu mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat

membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada

pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam

ide-ide atau simbol-simbol, serta kemampuan

membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan

implikasi dan konsekuensinya.23 Tingkat-tingkat

pemahaman pada siswa dipengaruhi oleh

pengalaman belajarnya dan juga dipengaruhi dari

faktor guru, guru memegang peranan penting

untuk menuntun siswa membentuk

pemahamannya sendiri.

Mencapai pemahaman konsep peserta

didik dalam matematika bukanlah hal yang

mudah karena pemahaman terhadap suatu konsep

matematika dilakukan secara individual. Setiap

peserta didik mempunyai kemampuan yang

berbeda dalam memahami konsep-konsep

23 Ibid.

Page 9: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

9

matematika. Menurut Rohana dalam Media Harja

untuk memahami konsep matematika diperlukan

kemampuan generalisasi serta abstraksi yang

cukup tinggi.24 Sedangkan saat ini penguasaan

peserta didik terhadap materi konsep-konsep

matematika masih lemah bahkan dipahami

dengan keliru. Karena itulah matematika

dianggap sebagai ilmu yang sukar dipelajari.

Padahal pemahaman konsep merupakan bagian

yang paling penting dalam pembelajaran

matematika. Dalam mempelajari matematika

peserta didik harus memahami konsep

matematika terlebih dahulu agar dapat

menyelesaikan soal-soal dan mampu

mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia

nyata. Pemahaman terhadap konsep-konsep

matematika merupakan dasar untuk belajar

matematika secara bermakna.

Indikator siswa memahami konsep

matematika berdasarkan Peraturan Dirjen

Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal

11 November 2001 yaitu siswa mampu:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Mengklasifikasi objek menurut tertentu

sesuai dengan konsepnya.

3. Memberi contoh dan bukan contoh dari

suatu konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

representasi matematis.

5. Mengembangkan syarat perlu dan atau

syarat cukup dari suatu konsep.

6. Menggunakan dan memanfaatkan serta

memilih prosedur atau operasi tertentu.

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma

dalam pemecahan masalah.25

Berdasarkan dari indikator di atas, siswa

dikatakan memahami konsep jika pada saat siswa

belajar maka siswa mampu menyatakan ulang

maksud dari pelajaran itu, dapat

mengelompokkan suatu objek dari materi tersebut

24 Media Harja, Pemahaman Konsep Matematis,

http://mediaharja.blogspot.com/2012/05/pemahaman-konsep-

matematis.html?m=1, diakses 19 November 2014 jam 13.03

WIB.

25 Ibid.

sesuai sifat-sifat yang yang ada pada konsep,

dapat mengerti yang mana contoh yang benar dan

contoh yang tidak benar, mampu memaparkan

suatu materi secara berurutan, dapat memahami

suatu materi dengan melihat syarat-syarat yang

harus diperlukan dan yang tidak diperlukan harus

dihilangkan, mampu menyelesaikan soal dengan

tepat sesuai dengan langkah-langkah yang benar,

serta mampu menggunakan suatu konsep untuk

memecahkan masalah.

Berdasarkan pemahaman dari uraian di

atas, dalam makalah ini memfokuskan

pembahasan mengenai pemahaman konsep

matematis siswa yang mencakup kemampuan

untuk menyerap dan memahami konsep tentang

garis tinggi pada sebarang segitiga dan

kemampuan mengaplikasikan konsep secara

benar dalam memecahkan masalah yang

berkaitan dengan garis tinggi pada sebarang

segitiga.

PEMBAHASAN

A. Kesulitan Siswa dalam Memahami

Materi Garis Tinggi pada Sebarang

Segitiga.

Kesulitan dalam memahami suatu

materi tidak selalu disebabkan oleh faktor

intelegensi yang rendah (kelainan mental) akan

tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-

intelegensi. Demgan demikian, IQ yang tinggi

belum tentu mendapat jaminan keberhasilan

dalam memahami suatu materi tertentu.

Konsep-konsep dalam matematika

dapat dianggap hampir semuanya merupakan

konsep-konsep abstrak yang cenderung siswa

sulit untuk dapat memahami dengan baik,

sehingga diperlukan adanya gambaran atau

penjelasan yang konkrit. Karena hal tersebut di

atas tidak sedikit siswa mengalami kesulitan-

kesulitan yang memungkinkan terjadi kesalahan

konsep dalam memahami konsep-konsep

matematika. Kesalahan konsep dapat diartikan

jika seorang siswa dalam memahami suatu

Page 10: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

10

konsep matematika menyimpang atau

bertentangan dengan konsep para

matematikawan. Kita mengetahui pada tingkat

SMP terdapat materi garis tinggi pada segitiga,

dalam materi ini banyak konsep-konsep abstrak

seperti konsep memahami definisi dari macam-

macam garis pada segitiga (garis berat, garis bagi,

garis tinggi, dan garis sumbu), konsep

menghitung, serta konsep prosedur.

Pengajaran konsep tinggi pada

sebarang segitiga oleh guru kepada siswa

seringkali langsung diberikan dengan cara drill

informasi tentang ciri-ciri tinggi pada sebarang

segitiga tanpa mengalami dan mengetahui proses

pencarian tinggi tersebut secara nyata. Karena

siswa menerima infomasi tersebut secara mentah,

maka akibatnya sebagian siswa mengalami

kebingungan dalam menentukan yang mana

tinggi pada segitiga, sebagian menganggap bahwa

tinggi segitiga adalah bagian sisi segitiga yang

berdiri, dan alas selalu berada di bawah. Pada saat

bentuk segitiga tersebut digambarkan miring,

kadang terdapat kebingungan dalam penentuan

alas dan tingginya. Kita ambil saja contoh yang

mudah, yaitu pada segitiga siku-siku. Perhatikan

gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1. Bangun segitiga dengan a sebagai alas

dan t sebagai tinggi.

Pada gambar 1 biasanya siswa

mengatakan a sebagai alas dan t sebagai tinggi.

Padahal, a selain menjadi alas dapat juga menjadi

tinggi. Begitu pula halnya dengan t, yang dapat

menjadi tinggi maupun alas. Perhatikan gambar 2

di bawah ini:

Gambar 2. Bangun segitiga yang diputar, dengan

a sekarang sebagai tinggi dan t sebagai alasnya.

Setelah segitiga tersebut diputar,

terlihat sekarang bahwa a yang semula sebagai

alas, sekarang menjadi tinggi. Begitu pula halnya

dengan t yang semula sebagai tinggi, sekarang

menjadi alas. Oleh karena itu, penentuan alas dan

tinggi dapat ditinjau untuk sisi mana saja.

Garis tinggi adalah ruas garis yang

ditarik dari sebuah titik sudut segitiga dan tegak

lurus dengan sisi dihadapannya.

Garis-garis tingginya adalah AE, BF, CD. Titik

potong ketiga garis tingginya disebut titik tinggi

atau disebut titik ortocenter. Titik ortocenter akan

selalu berada di dalam segitiga apabila segitiga

itu lancip (acute). Sebaliknya, akan berada di luar

apabila segitiga itu tumpul (obtuse). Kalau

segitiga siku-siku (right triangle), tentunya

ortocenter akan berada di titik sudut siku-

sikunya.26

Garis tinggi tidak selalu berada di

dalam segitiga, bisa juga terletak di luar segitiga

26 Hendry, Everything About Math: Garis-garis

Istimewa Segitiga,

http://hendrydext.blogspot.com/2008/10/garis-garis-istimewa-

segitigai.html?m=1, diakses 09 November 2014, jam 07.15

WIB.

t

a

F

Q

a

t

C

Q E

P

Q

B

Q

D

Q

A

Q

Page 11: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

11

dengan perpanjangan alasnya. Seperti pada

segitiga tumpul di bawah ini,27

CD adalah garis tinggi dengan alas AB.

Garis tinggi pada sebarang segitiga,

baik segitiga lancip maupun segitiga tumpul

memang sering menyulitkan siswa, apalagi yang

belum mengetahui dan memahami konsep dari

pengertian garis tinggi pada segitiga. Oleh karena

itu, alat peraga dibutuhkan untuk menunjukkan

secara riil atau nyata di mana letak garis tinggi,

dan bagaimana yang dimaksud bahwa garis tinggi

itu adalah garis yang ditarik dari salah satu titik

sudut dan tegak lurus dengan alas. Sebagian

siswa masih bingung dalam membayangkan

bagaimana bentuk atau gambaran dari pengertian

garis tinggi itu.

B. Alat Peraga TILAS SEGITIGA untuk

Memahamkan Siswa dalam Materi Garis

Tinggi pada Sebarang Segitiga

Alat peraga merupakan alat bantu

komunikasi untuk menyampaikan pesan dari guru

kepada siswanya. Alat peraga untuk

memahamkan siswa mengenai garis tinggi pada

sebarang segitiga ini dinamakan “TILAS

SEGITIGA”. TILAS SEGITIGA merupakan

kependekan dari Tinggi dan Alas Segitiga, yaitu

menunjukkan yang mana garis tinggi pada

segitiga dipandang dari sisi yang mana sebagai

alasnya. TILAS SEGITIGA merupakan alat

peraga yang bisa menjawab kesulitan siswa

dalam memahami konsep garis tinggi.

27 Ibid.

Bahan-bahan yang dibutuhkan sangat mudah,

yaitu:

1. Papan kayu berbentuk segitiga

2. Benang nilon

3. Paku

Ketiga bahan ini sangat mudah dijumpai di

sekitar kita.

Cara pembuatannya:

1. Siapkan papan kayu yang telah dipotong

berbentuk segitiga-segitiga, yaitu segitiga

siku-siku, segitiga sama sisi, segitiga

lancip, dan segitiga tumpul.

2. Tiap sudut segitiga tersebut diberi paku.

3. Siapkan benang nilon yang ujungnya diberi

pemberat, pemberat tersebut bisa berupa

paku atau penghapus, atau benda kecil

lainnya.

Setelah alat peraga TILAS SEGITIGA

sudah siap, saatnya pengaplikasian alat peraga ini

dalam kelas. Sebelumnya kelas dibagi menjadi

menjadi 7 kelompok, tiap kelompok terdiri dari

4-5 anak. Pembentukan kelompok yang

anggotanya sedikit ini akan mengoptimalkan

kerja siswa. Semakin besar kelompok, semakin

tidak efektif pula pembelajaran dalam kelompok

tersebut. Kelompok yang terlalu besar, akan

memperbesar peluang anggotanya akan

berbincang-bincang dengan anggota lain atau hal-

hal yang tidak bermanfaat lainnya.

Setelah pembentukan kelompok selesai,

masing-masing kelompok diberikan soal untuk

menghitung luas sebarang segitiga dengan tinggi

yang telah diketahui, hal ini untuk mengetahui

pengetahuan awal siswa, dan mengetahui

perbedaan antara sebelum dan sesudah

pembelajaran dengan alat peraga. Misalnya

seperti soal di bawah ini:

Perhatikan segitiga di bawah,

D A B

C

A

C B

D

Page 12: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

12

diketahui AB = 13 cm, BC = 5 cm, AC = 15 cm,

dan BD = 4cm. hitung luas segitiga ABC.

Dari beberapa jawaban, ada yang

menganggap tingginya adalah AB, padahal di

soal sudah di beri petunjuk bahwa ada garis BD

yang tegak lurus dengan alas AC.

Selanjutnya guru menggambarkan

berbagai bentuk segitiga di papan, dan

menayakan pada siswa yang mana tingginya.

Pada saat itu, terima setiap pendapat siswa, tanpa

menyalahkan. Selanjutnya, guru menerangkan

mengenai konsep garis tinggi pada segitiga,

pengertian garis tinggi dan rumus menghitung

luas segitiga. Tahap selanjutnya

menerangkan konsep menggunakan alat peraga.

Tunjukkan alat peraga di depan kelas. Alat peraga

tersebut terdiri dari beberapa segitiga dengan

bentuk yang berbeda-beda.

GAMBAR 3. TILAS SEGITIGA

Dalam segitiga besar tersebut terdapat 5 segitiga

dengan berbagi tipe segitiga. Setiap segitiga dapat

dilepas dari segitiga besar. Setiap sudut pada

segitiga kecil terdapat paku untuk digunakan

mengaitkan benang nilon.

Misalnya kita ambil segitiga 3, yaitu

segitiga tumpul.

Jika BC alasnya, maka benang dikaitkan pada

paku di sudut A. Benang nilon tersebut bisa kita

namakan garis AD. AD jatuh tegak lurus ke alas

yang merupakan perpanjangan dari alas BC.

Karena AD berasal dari salah satu sudut segitiga

yaitu sudut A dan tegak lurus dengan alas, maka

berdasarkan definisi, AD merupakan tinggi dari

segitiga ABC.

Selanjutnya segitiga ABC akan diputar

dengan AB sebagai alasnya.

Jika AB alasnya, maka benang dikaitkan pada

paku di sudut C. Benang nilon tersebut bisa kita

namakan garis AE. AE jatuh tegak lurus ke alas

yang merupakan perpanjangan dari alas AB.

Karena AE berasal dari salah satu sudut segitiga

yaitu sudut C dan tegak lurus dengan alas, maka

berdasarkan definisi, AE merupakan tinggi dari

segitiga ABC.

Jika CA alasnya, maka benang dikaitkan pada

paku di sudut B. Benang nilon tersebut bisa kita

namakan garis BF. BF jatuh tegak lurus ke alas

B

C A

B

C A F

A

B C

A

B C D

E A B

C

A B

C

5

4 2

1

3

Page 13: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

13

CA. Karena BF berasal dari salah satu sudut

segitiga yaitu sudut B dan tegak lurus dengan

alas, maka berdasarkan definisi, BF merupakan

tinggi dari segitiga ABC.

Cara kerja segitiga yang lain juga sama

dengan yang dicontohkan di atas. Setelah diberi

demonstrasi alat peraga TILAS SEGITIGA,

diharapkan siswa mampu memahami apa itu garis

tinggi yang sebenarnya dengan cara yang mudah

dan menyenangkan, sehingga mereka merasa

enjoy ketika menerima pelajaran tersebut.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kesulitan yang dialami siswa dalam materi

garis tinggi pada sebarang segitiga adalah

karena adanya kesalahan konsep dalam

memahami garis tinggi pada segitiga.

Sebagian siswa menganggap bahwa tinggi

segitiga adalah bagian sisi segitiga yang

berdiri, dan alas selalu berada di bawah.

Pada saat bentuk segitiga tersebut

digambarkan miring, kadang terdapat

kebingungan dalam penentuan alas dan

tingginya.

2. Solusi untuk memahamkan siswa mengenai

garis tinggi pada segitiga salah satunya

adalah menggunakan alat peraga TILAS

SEGITIGA yaitu tinggi dan alas segitiga.

Alat peraga ini akan menunjukkan secara

nyata yang mana tinggi segitiga dipandang

dari sisi yang mana sebagai alasnya. TILAS

SEGITIGA merupakan alat peraga yang

bisa menjawab kesulitan siswa dalam

memahami konsep garis tinggi.

B. SARAN

1. Guru dalam mengajarkan matematika,

hendaknya memahami bahwa kemampuan

setiap siswa berbeda-beda, serta tidak

semua siswa menyenangi mata pelajaran

matematika.

2. Proses pembelajaran hendaknya dibuat

semenyenangkan mungkin, misalnya

pembelajaran dengan bantuan alat peraga

agar siswa tidak cepat bosan dan

pembelajaran dapat berjalan dengan efektif

dan efisien.

REFERENSI

(1) Ag., Moch. Masykur & Abdul Halim

Fathani. 2007. Mathematical Intelligence:

Cara Cerdas Melatih Otak dan

Menanggulangi Kesulitan Belajar.

Yogjakarta: A-Ruzz Media.

(2) Rachman, Arif. 2010. Belajar Matematika

Bersama Pak Arif SMP Negeri 2 Ngawi,

(Online),

(http://arif2mei.wordpress.com/matematika

-smpmts/sk-kd-matematikasmp/), diakses

12 November 2014.

(3) Asnawir, M. Basyiruddin Usman. 2002.

Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.

(4) Siswoyo, Dedi. 2013. Belajar dan

Pembelajaran, (Online),

(http://dedi26.blogspot.in/2013/04/pengerti

an- pembelajaran menurut-

para.html?=1), diakses 08 November 2014.

(5) Destiniar & Farista, M. Irsadi. 2013.

Laboratorium Matematika PGRI

Palembang, (Online),

(http://labmatpgripalembang.wordpress.co

m/2013/04/11/pengaruh-

penggunaan-alat-peraga-dalam-

pembelajaran-matematika-terhadap-

pemahaman-konsep-siswa-kelas-vii-

smp-negeri-2-pampangan-

2/?relatedposts_hit=1relatedposts_origi

n=46&relatedposts_position=0), diakses

19 November 2014.

(6) Harja, Media. 2012. Pemahaman

Konsep Matematis, (Online),

(http://mediaharja.blogspot.com/2012/05/pe

mahaman-konsep-

matematis.html?m=1), diakses 19

November 2014.

(7) Hendry. 2008. Everything About Math:

Garis-garis Istimewa Segitiga, (Online),

Page 14: Garis Tinggi Pada Sebarang Segitiga

14

(http://hendrydext.blogspot.com/2008/10/ga

ris-garis-istimewa-segitigai.html?m=1),

diakses 09 November 2014.

(8) Ian, Pak Guru. 2010. Pondasi Bangsa yang

Kuat adalah Memberikan Ilmu yang

Bermanfaat Bagi Calon Pemimpin

Bangsa, (Online),

(https://ian43.wordpress.com/2010/12/17/p

engertian- pemahaman/), diakses 19

November 2014.

(9) Irwan. 2011. Batasan Pemahaman pada

Pembelajaran, (Online), (http://irwan-

education.blogspot.com), diakses 19

November 2014.

(10) Junaedi & Supardi, et. al. 2008. Strategi

Pembelajaran. Surabaya: LAPIS-PGMI.

(11) Maghfiroh, Imro’atu. 2011.

Perkembangan Anak Usia SMP, (Online),

(http://imrufisika.blogspot.com/2011/12/per

kembangan-anak-usia- smp.html?m=1),

diakses 12 November 2014.

(12) N.n. 2010. Lampiran Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2006

Tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah,

(Online),

(http://hukum.unsrat.ac.id/men/mendiknasp

2010_20_lamp.pdf&

sa=U&ei=TuJpVI_nE8jSoAT_3lKwC

Q&ved=0CCYQFjAJ&usg=AFQjC

NH 1N

Ulqo3M2ocGJeuorZ4OC_Dr5uw),

diakses 17 November 2014.

(13) Russefendi, E. T. 1990. Pengajaran

Matematika Modern dan Masa Kini.

Bandung: Tarsito

(14) Sadiman, Arief S., et. al. 2008. Media

Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,

dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

(15) Suherman, Erman, et. al. (tanpa tahun).

Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Jakarta: Jurusan

Pendidikan Matematika Fakultas

Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam; Universitas Pendidikan

Indonesia.

(16) Uno, Hamzah B. & Nurdin, Mohamad.

2012. Belajar dengan Pendekatan

P.A.I.L.K.E.M. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

(17) Warto, Mas. 2012. Perkembangan

Peserta Didik dari SD, SMP, dan SMA,

(Online), (http://mas-

warto.blogspot.com/2012/06/perkemba

ngan-peserta-didik-dari-sd-

smp.html?m=1), diakses 12 November

2014.