gantroenteritis
DESCRIPTION
ini adalah tulisan yang menjelaskan tentang penyakit gastroenteritis pada anak. didalamnya menjelaskan tentang definisi sampai dengan penatalaksanaanyaTRANSCRIPT
1
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang di tandai dengan muntah dan diare
yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan makanan sehingga
menyebabkan dehidrasi dan gangguan elektrolit. Diare masih merupakan salah
satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di negara yang sedang
berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare
menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di
Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak
yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi
dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili
dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik
Secara umum penanganan gastroenteritis akut ditujukan untuk mencegah/
menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,
kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik,
mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus
dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif
dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat
2
kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan
dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan
penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit.
3
BAB 2STATUS PASIEN
2.1 Identitas Pasien
Nama : An. K
Usia : 4 bulan ( Anak tunggal )
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. M (26 Th)
Pekerjaan : Pegawai honor
Nama Ayah : Tn. A (30 Th)
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Syamtalira Bayu
Tanggal masuk RS : 30-04-2015 (Pukul 23.00 WIB)
Tanggal keluar RS : 02-05-2015 (Pukul 14.00 WIB)
No.RM : 60.30.67
2.2 Anamnesis
Alloanamnesis pada Ibu Pasien
1. Keluhan Utama :
Mencret disertai muntah
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit anak mencret. Mencret lebih dari
5x sehari, kurang lebih ¼ aqua gelas setiap mencret, konsistensi cair dan
terdapat ampas berwarna kekuningan, terdapat darah dan lendir di
4
sangkal. Selain mencret penderita juga mengalami muntah 4x sebanyak
kurang lebih ¼ aqua gelas tiap muntah. muntah terutama setelah makan
minum dan muntah berisikan makanan dan cairan. Semenjak sakit anak
rewel dan terus menangis disertai tambah sering menetek dengan minum
sangat bernafsu (seperti kehausan). Menurut Ibu OS, anaknya juga
mengalami demam sejak mencret muncul. Riwayat kejang disangkal.
Penderita masih bisa BAK dengan lancar, sehari 3 kali BAK. Gejala
mimisan atau gusi berdarah disangkal. Keluhan nyeri telinga disangkal.
Nyeri saat buang air kecil disangkal dan nyeri saat menelan disangkal.
Sehari-hari menurut ibu OS satu keluarga biasa meminum air yang berasal
dari air sumur yang telah dimasak. Seluruh alat makan dicuci
menggunakan air sumur yang sama. Botol susu biasanya hanya dicuci
dengan menggunakan air biasa bukan air mendidih.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini. Riwayat
asma disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat trauma disangkal
4. Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat alergi disangkal, riwayat asma dan TBC disangkal.
5. Riwayat pengobatan :
Pasien sudah berobat di bidan dan diberikan beberapa macam obat
(parasetamol sirup dan obat pulvis yang tidak diketahui isinya)
5
6. Riwayat Alergi :
Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi pada orang tua
disangkal
7. Riwayat kehamilan :
Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilan ke bidan 1 bulan sekali.
Ibu hamil An. K pada usia 25 tahun. Ini adalah kehamilan pertama
kalinya. Selama hamil ibu tidak menderita hipertensi, diabetes melitus,
eklampsia atau penyakit berat lainnya. Ibu makan dan minum sesuai
anjuran bidan.
8. Riwayat Kelahiran :
By. K lahir cukup bulan ( 9 bulan) ditolong oleh bidan dirumahnya. Pasien
merupakan anak pertama dari ibu G1P1A0. Pasien lahir spontan dan
langsung menangis. Berat lahir 2900 gr, panjang badan 47 cm dan lingkar
kepala ibu tidak tahu. Warna air ketuban ibu juga tidak tahu. Diakui ibu
tidak terdapat penyulit saat persalinan.
9. Riwayat pemberian makanan :
Anak diberikan ASI eksklusif sampai usia 2 bulan, susu formula diberikan
dari usia 2 bulan sampai sekarang dan makanan tambahan diberikan sejak
usia 3 bulan hingga sekarang.
10. Riwayat perkembangan :
- Motorik kasar :
Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
- Motorik halus :
6
Usia 3 bulan sudah bisa menahan benda yang dipegannya
Bereaksi terhadap suara dan bunyi
Menaruh benda di mulutnya
- Bahasa : sudah bisa mengoceh
- Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa
tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia
11. Riwayat imunisasi :
- Hepatitis B, Polio saat lahir
- DPT sudah 1 kali
- BCG 1 kali
- Polio (ditetes) sudah kali
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap sesuai usia.
2.3 Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : Tampak rewel dan kehausan
• Kesadaran : Kompos mentis
Tanda Vital
• Suhu : 38,9 oC
• Nadi : 110 x/menit
• Pernapasan : 24 x/menit
Status Antropometri
• Panjang Badan : 62 cm
• Berat Badan : 6,5 kg
7
• LK : 42 cm
• BB/U = (6,5/7) x 100 % = 92 % (Gizi baik)
• TB/U = (62/64) x 100% = 96 % (Tinggi baik/normal)
• BB/TB= (6,5/6,6) x 100% = 98 % (Gizi baik)
Kesan: Status gizi baik
Status Generalis
Kepala
• Bentuk : Normocephal, Ubun-ubun cekung(-)
• Mata : Cekung (+), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
air mata masih keluar (+)
• Hidung : Sekret (-), darah (-)
• Telinga : Sekret (-), serumen (-)
• Mulut : Mukosa mulut kering (+)
Leher :Pembesaran KGB (-)
Thorax
• Pulmo
• Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris,
tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)
• Palpasi : Vocal fremitus sulit dinilai
• Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-
kanan. Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Cor
8
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 linea midklavikula
sinistra.
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
• Inspeksi : Supel, datar, retraksi epigastrium (-).
• Auskultasi : Bising usus meningkat
• Palpasi : Nyeri pada epigastrium (-),turgor kulit menurun
(+)
• Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Ekstremitas :
• Akral hangat, Edema (-)
2.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium Darah
Pemeriksaan 01/05/2015 Satuan
Hemoglobin 11,5 Mg/dl
Eritrosit 4,6 106 /l
Leukosit 8,1 103 /l
Hematokrit 24,7 Vol %
MCV 72,7 Fl
MCH 24,1 Pg
MCHC 33,1 %
9
Trombosit 226 103 /l
b. Feses Rutin
Warna : kuning
Konsistensi : cair
Bau : khas
Darah : negatif
Cacing : negatif
lendir : (-)
c. Urin rutin
Makroskopis Mikroskopis
Warna : kuning eritrosit : 0 - 2/LPK
Kejerinihan : jernih eritrosit : 0 - 5/LPK
epitel : 0 - 5/LPB
Kimia Urine
Berat jenis : 1.005
PH : 7 Keton : negative
Leukosit : negative Urobilinigen : negative
Protein : negative Bilirubin : negative
Glukosa : normal Eritrosit : negative
2.5 Resume
An.K usia 4 bulan, mencret sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Mencret >5x/hari, Sebanyak ± seperempat aqua gelas tiap mencret, konsistensi
cair, Ampas (+) kuning, Lendir (-), Darah (-). Muntah(+) 4x SMRS, muntah
10
makanan dan cairan. Demam (+) sejak mencret muncul. Anak tampak rewel dan
kehausan.
2.6 Diagnosis Banding
Gastroentritis akut e.c Viral infection dengan dehidrasi ringan –
sedang.
Gastroentritis akut e.c Bacterial infection dengan dehidrasi ringan
– sedang.
2.7 Diagnosis Kerja
Gastroentritis akut e.c Viral infection dengan dehidrasi ringan –
sedang.
2.8 Rencana Diagnosis
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan Urin
2.9 Rencana Penatalaksanaan
Rehidrasi oralit 75 cc/ kgBB/ 3 jam peroral. ( Selalu dimuntahkan )
IVFD RL 32 gtt/i makro
Lacto B 2×1/2 sachet/hari + diazepam 0,5 ml pulvis
Zinc syr 1× ½ Cth
2.10 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad Functionam : bonam
11
2.11 Follow Up
Tanggal Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
1/5/15
2/5/15
Os mencret >5x, lendir dan darah (-), muntah >4x, sakit perut (+), perut kembung (-), demam (+), ubun2 cekung (-), mata cekung (+), rasa haus meningkat (+), bibir kering (+), air mata (+), turgor kembali lambat, BAK (+).
Os mencret 4x, lendir dan darah (-), muntah 1x, sakit perut (+), perut kembung (-), demam (+), ubun2 cekung (-), mata cekung (+), rasa haus meningkat (+), bibir kering (+), air mata (+), turgor kembali lambat, BAK (+).
KU: RewelKes: CMHR: 116/iRR: 24/iSuhu: 38,9ºC
KU: RewelKes: CMHR: 92/iRR: 20/iSuhu: 37,7ºC
GEA dengan dehidrasi ringan - sedang
GEA dengan dehidrasi ringan - sedang
IVFD RL 32 tetes/ IInj. Ondancetrone 1/3 Amp / 12 jam.Lacto B 2 × ½ shacet / hari.Diazepam 0,5 mg pulvisZinc syr 1× cth ½
IVFD RL 32 tetes/ IInj. Ondancetrone 1/3 Amp / 12 jamLacto B 2 × ½ shacet / hariDiazepam 0,5 mg pulvisZinc syr 1× cth ½
PAPS Pada pukul 14.00 WIB dengan alasan tidak ada orang yang menjaga rumah.
12
BAB 3TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang di tandai dengan muntah dan
diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan makanan sehingga
menyebabkan dehidrasi dan gangguan elektrolit. Diare adalah keluarnya tinja air
dan elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 gram/kg/24 jam
atau lebih dari 3x dalam sehari disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang volume
tinjanya sudah sama dengan volume orang dewasa, volume lebih dari 200 gram
atau 200ml/24 jam disebut diare. 3
3.2 Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis di
dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka
kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam
2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun
pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare
tahun 2012 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding
survei pada tahun 2010 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan
penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2009 didapat proporsi
kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2%
dengan peringkat 2. 1
13
3.3 Etiologi
1. Infeksi
A. Enteral
Bakteri : Shigella sp., E.coli patogen, Salmonella sp., Vibrio cholera,
Yersinia enterocolytica, Campylobacter jejuni, V.parahemoliticus,
Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas,
Aeromonas, Proteus, dll.
Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, CMV,
echovirus, HIV.
Parasit:
o Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Cryptosporidium parvum, Balantidium coli.
o Cacing: A.lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura,
S.stercoralis, cestodiasis, dll.
o Jamur: Kandida/moniliasis
2. Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, traveler’s
diarrhea: E.coli, G.lamblia, E.hystolitica, dll.
3. Makanan:
Intoksikasi: makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan
mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.cereus, S.aureus,
Streptococcus anhaemolyticus, dll.
Alergi: susu sapi, makanan tertentu
14
Malabsorpsi/maldigesti: karbohidrat (monosakarida, disakarida), lemak,
protein (celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows
milk).
4. Imunodefisiensi:
hipogamaglobulinemia, penyakit granulomatose kronik, defisiensi IgA,
imunodefisiensi IgA
5. Terapi obat: antibiotik, kemoterapi, antacid, dll.
6. Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi
terapi radiasi
7. Lain-lain: Zollinger-Ellison Syndrome, neuropati autonomic (neuropati
diabetik) 7
3.4 Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. 2
- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat
diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga
tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan.
- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi
cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit.
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati,
postvagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.
15
Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:
1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang
menyebabkan malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan
osmotik.
2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor yg
spesifik yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran
intestinal sehingga menyebabkan gangguan absorbsi sehingga menyebabkan
diare.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi
dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru
yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP,
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini
dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
3.5 Manifestasi kinis
16
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan
berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna
tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan darah, anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat
laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.4
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila
keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala
takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan
daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan,
deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan
tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
3.6 Kriteria Diagnosis
a. Anamnesis 2
Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan
konsistensi tinja, lendir dan atau darah dalam tinja
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa
17
Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum
b. Pemeriksaan fisik
Yang dapat ditemukan saat melakukan pemeriksaan fisik yakni: 1
1. Dehidrasi, yang dapat timbul bila terjadi diare berat dan terbatasnya
asupan oral karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan
lanjut usia.
2. Gagal tumbuh dan malnutrisi
Penurunan massa tubuh dan lemak atau edema perifer dapat
menunjukkan kelainan malabsorpsi karbohidrat, lemak, dan/atau
protein. Giardia sp. dapat mengakibatkan diare intermiten dan
malabsorpsi lemak.
3. Nyeri abdomen
Pemeriksaan abdomen diperlukan untuk mengetahui adanya dan
kualitas bunyi usus serta ada atau tidak adanya distensi abdomen.
Nyeri saat palpasi biasanya tidak didapatkan pada diare. Nyeri
abdomen fokal yang bertambah nyeri bila dipalpasi menunjukkan
kemungkinan komplikasi atau diagnosis non-infeksi lainnya
4. Eritema perianal
18
Buang air besar yang sering dapat menimbulkan kerusakan kulit
perianal, terutama pada bayi dan anak kecil. Malabsorpsi karbohidrat
sekunder dapat mengakibatkan feces asam. Malabsorpsi asam empedu
sekunder mengakibatkan dermatitis berat perianal.
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya
tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan
misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh :
pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan
pada saat diare akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan kepekaan terhadap antibiotika.
Feses :
PH asam diare osmotic
Leukosit > 5 / LPB disentri
Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:
- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
3.7 Komplikasi Diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi : 3
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
19
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air.
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)
Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan
intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan,
pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.
Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk
mempertahankan pH darah.
3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi,
lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini
terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
20
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun
sampai 40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia
tersebut berupa: lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok,
kejang sampai koma.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat
mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran
(soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.
3.8 Pengobatan Diare
Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah: 5
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
21
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi.
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan minum lebih banyak dengan rumah tangga yang dianjurkan,
seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air teh. Bila tidak memberikan cairan
rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang. Jangan diberikan cairan
yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft drink.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera
dibawa ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan
pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi
berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat
sebelum dilanjutkan terapi oral.
c. Pemberian ASI / makanan
Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk
memberikan gizi pada penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan
tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih
dari 90 macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya,
termasuk enzim superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi
untuk metabolisme radikal bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas
ini dalam tubuh berkurang. Pada proses inflamasi, kadar radikal bebas
22
superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai jenis jaringan
termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).
Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat
seorang anak menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti
zinc yang hilang dalam proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga
kesehatannya di bulan-bulan mendatang. 6
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc
untuk terapi diare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah
hari lamanya seorang anak menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan
penyakit tersebut, serta menurunkan kemungkinan anak kembali mengalami
diare 2-3 bulan berikutnya. 8
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg)
sekali sehari selama sepuluh hari berturut-turut.
Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali
sehari selama sepuluh hari berturut-turut.
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes) air matang atau
ASI dalam sendok teh.
Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah
berhenti sebelum 10 hari)
23
Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc,
berikan lagi tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan
berikan beberapa kali hingga satu dosis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap
berikan tablet zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau
jamur yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia,
yang bila diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan
dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan dengan cara meningkatkan
kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh
epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor
dalam sel epitel usus.
Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai
dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan
oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun
diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
(antibiotik asociated diarrhea ) dan travellers’s diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana
diare akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan
lactobacillus aman dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak,
menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan
frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan
24
mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah : Perubahan
lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap
beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada
anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus
dan imunno modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering
digunakan sebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah
Lactic Acid Bacteria (LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan
karbohidrat menjadi asam laktat, yang berfungsi menurunkan kadar pH
saluran gastrointestinal, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
Contoh strain golongan LAB adalah Lactobacillus dan Bifidobacterium.
f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).
Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya
kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus
(Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam
sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang
berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir
yang jelas atau segala sepsis.
25
Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan
paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi
dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau
Erytromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau
Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada
kasus berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5
mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
g. Mengobati masalah lain
Obat-obatan “anti diare” dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak
dengan diare. Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai
diare yang berdaya guna, sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan
beban biaya.
h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera
membawa anaknya kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3
hari atau menderita sebagai berikut:
Buang air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
26
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
3.9 Tatalaksana Nutrisi Pada Diare
Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada
anak, mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare
dan membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama
tatalaksana gizi diare yang benar:
Menilai status gizi
Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare
Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak
lanjutnya.
Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan
untuk menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila
timbul dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk
4-6 jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan
atau lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan.
Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai di berikan makanan lunak bila belum
pernah di beri. Bila timbul dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jan untuk
rehidrasi untuk kemudian di lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet
27
harus berasal dari makanan porsi kecil tetapi sering (6 kali atau lebih) dan
mereka harus di bujuk untuk makan.
3.10 Pencegahan Diare
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral
dan pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi
dehidrasi, kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan,
untuk mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi
penyebaran mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak
terhadap infeksi kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak,
kebanyakan meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan
kepada bayi, kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air
bersih, pembuangan tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi
sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.
28
29
30
31
BAB 4PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus diduga diare pada seorang anak laki - laki
berusia 4 bulan dengan berat badan 6,6 kg yang dirawat di bangsal ruang anak
RSUD Cut Meutia. Diagnosa diare ditegakkan berdasarkan anamnesa yang
dilakukan pada ibu dan ayah kandung pasien dan dari hasil pemeriksaan fisik
yang didapatkan pada pasien, yakni BAB cair >5 kali dalam sehari, tinja cair,
sekali BAB kurang lebih ¼ gelas aqua, warna tinja kekuningan, tidak dijumpai
darah dan lendir, disertai muntah lebih dari 4 kali sebanyak ¼ gelas aqua berisi
makanan dan minuman yang dimakan anak juga rewel dan gelisah. Status gizi
anak sendiri tergolong gizi baik. Dapat disimpulkan bahwa anak diduga
mengalami infeksi akut oleh virus.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition.
International Edition. Saunders 2004. p 1239-1241
2. Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare .
Jakarta: Departement Kesehatan R.I PPM & PLP. 2009
3. Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 September 2010
www.depkes.go.id
4. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis
dan Terapi. Edisi 3. Bandung : 2005
5. Santoso, N. Budi, Diare Pada Bayi Dan Anak, Lab/SMF. Ilmu Kesehatan
Anak FK. Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 2001
6. Pusponegoro. H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004
7. Rasad S., 2005, Radiologi Diagnostik (2nd edition), Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan
Anak. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta