gangguan tidur.docx
DESCRIPTION
BTRANSCRIPT
GANGGUAN TIDUR
PENDAHULUAN
Banyak gangguan tidur yang merugikan aspek kesehatan pasien. Insomnia
merupakan gangguan tidur yang paling sering terjadi dan paling sering ditemukan
pada pelayanan kesehatan primer. Walaupun fokus pada bab ini adalah mengenai
insomnia, gangguan tidur lainnya seperti obstructive sleep apnea- hypoapnea dan
restless leg juga akan didiskusikan sebagai diagnosa banding dari insomnia.
Insomnia didapatkan pada lebih dari 30% orang dewasa di Amerika Serikat.
Sebuah survey di pelayanan kesehatan primer menunjukkan bahwa pasien dengan
insomnia mengeluarkan biaya untuk masalah kesehatan 60% lebih tinggi
dibandingakn dengan pasien yang tidak mengalami insomnia.
Pemanjangan waktu gangguan tidur dapat menyebabkan kesulitan tidur,
kekurangan waktu tidur yang bersifat kronis, yang dapat menyebabkan berbagai
masalah baik secara fisik mau psikologis. Gangguan tidur yang bersifat kronis sering
dikaitkan dengan hipertensi, peningkatan aktivitas simpatis terhadap kardiovaskuler,
penurunan fungsi hipothalamus-kelenjar pituitary-kelenjar adrenal, mempengaruhi
daya tahan tubuh, dan perubahan pada fungsi kognitif. Tidur yang tidak adekuat juga
meningkatkan risiko gangguan cemas dan gangguan mood. Pasien dengan
ketergantungan alkohol dengan komorbid insomnia kronis memiliki risiko relaps yang
lebih tinggi. Sehingga dapat disimpulkan, insomnia dapat dikaitkan dengan kulaitas
hidup yang lebih buruk.
DIAGNOSIS
Insomnia dapat mengakibatkan disfungsi baik pada kognitif, emosional,
maupun motorik. Derajat keparahan insomnia ditentukan berdasarkan seberapa jauh
gangguan tidur menyebabkan gangguan pada kehidupan sehari-hari, dibagi menjadi
ringan, sedang, dan berat. Insomnia ringan tidak mengakibatkan gangguan pada
kehidupan sehari-hari, sedangkan insomnia sedang biasanya mengakibatkan beberapa
1
gangguan dalam kehidupan harian seseorang. Sedangkan insomnia berat
mengakibatkan masalah yang jelas dalam kehidupan harian seseorang. Insomnia juga
diklasifikasikan berdasarkan durasinya (insomnia akut berlangsung <3 bulan, subakut
3-6 bulan, sedangkan kronis berlangsung >6 bulan).
Akibat kognitif yang dapat ditimbulkan oleh insomnia antara lain berupa
gangguan konstentrasi, dan ketidakpedulian. Individu yang sehat dapat cenderung
mengalami ketidakstabilan mood, irritability, penurunan toleransi frustasi, mood
terdepresi, dan gangguan cemas.
Meskipun insomnia mempengaruhi kesehatan, kualitas tidur sering tidak
ditanyakan pada kunjungan rutin pada pelayanan primer. Dokter sering tidak
emnanyakan mengenai masalah yang berkaitan dengan tidur, dan pasien biasanya
juga tidak secara langsung mengemukakakn masalah tidur kecuali sudah dianggap
berat. Masalah tidur sebaiknya ditanyakan saat pasien datang dengan keluhan-keluhan
non spesifik seperti lemah, lethargy, perburukan status kognitif, cemas, maupun
perubahan mood.
Gangguan tidur dapat didiagnosa menggunakan 1 dari 4 sistem klasifikasi,
yang masing-masing memiliki variasi sehingga membutuhkan ketelitian dalam
membuat diagnosis. Klasifikasi yang lebih detail adalah dari The International
Classification of Sleep Disorders (ICSD-2) dan The Diagnostic Classification of Sleep
and Arousal Disorders (DCSAD), keduanya merupakan yang paling sering
digunakan. The World Health Organization’s International Classification Disease
(ICD-10) juga memiliki beberapa daftar gangguan tidur secara spesifik, walalupun
lebih sering digunakan untuk masalah billing dibandingkan untuk kepentingan medis.
Walaupun lebih sering digunakan oleh psikiater kriteria dari The Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders, 4th edition text revision (DSM IV-TR) masih
jarang digunakan.
DIAGNOSIS BANDING
ICSD-2 membagi menjadi 10 tipe insomnia. Klasifikasinya berdasarkan
etiologi dan berdasarkan kesulitan untuk memulai dan mempertahankan tidur dan
setidaknya 1 dari 9 gejala gangguan kehidupan sehari-hari.
2
Kriteria Umum Diagnosis Insomnia
1. Kesulitan untuk memulai dan mempertahankan tidur, bangun yang terlalu
awal, ataupun kulaitas tidur yang buruk.
2. Kesulitan tidur yang terjadi walaupun adanya kesempatan dan keadaan yang
adekuat untuk tidur
3. Adanya setidaknya 1 gangguan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
kesulitan tidur di malam hari berupa:
Fatigue atau malaise
Masalah atensi, konsentrasi, dan memori
Gangguan kehidupan sosial, atau kemampuan di sekolah yang
menurun
Gangguan mood atau irritability
Mengantuk
Penurunan motivasi, energi, dan inisiatif
Adanya kesalahan saat bekerja, seperti saat mengenadaraio mobil
ataupun mengoperasikan mesin
Ketegangan otot, nyeri kepala, maupun gangguan sistem pencernaan
Kenyamanan baik saat bisa tidur maupun tidak bisa tidur
Insomnia dibedakan menjadi insomnia intrinsik dan ekstrinsik.
Insomnia ekstrinsik Insomnia intrinsik
Penyesuaian sleep disorders
Inadequate sleep hygiene
Insomnia akibat kondisi medis
Gangguan irama sirkardian (jet
lag)
Insomnia karena penggunaan
obat-obatan dan bahan lainnya
Insomnia yang dikaitkan dengan
kelainan mental
Psychophysiologic insomnia
Insomnia akibat obstructive sleep
apnea
Insomnia akibat restless jetlag
syndrome
Insomnia akibat periodic limb
movement
3
INSOMNIA EKSTRINSIK
1. Insomnia Penyesuaian
Dalam periode 1 tahun, setidaknya 15-20% dari populasi dewasa mengalami
penyesuaian insomnia, yang terjadi setidaknya selama 3 bulan. Diagnosis dari
insomnia penyesuaian membutuhkan adanya stressor yang dapat diidentifikasi
seperti adanya masalah psikologis ( contoh: kematian orang yang dicintai),
ataupun lingkungan (contoh: pindah ke rumah baru). Insomnia Penyesuaian
akan teratasi setelah adanya resolusi dari stressor tersebut. Pemberian obat-
obatan hipnotik-sedatif dengan psikoterapi suportif merupakan terapi yang
efektif.
2. Inadequate Sleep Hygiene
Sleep hygiene dikatikan dengan kebiasaan dan aktivitas yang membantu tidur
dan mengurangi kemungkinan untuk terbangun. Kriteria diagnosis dari
Inadequate Sleep hygiene diperoleh sesuai dengan kriteria diagnosis insomnia
yang telah disebutkan sebelumnya yang terjadi setidaknya selama 1 bulan dan
adanya 1 kriteria dari:
Jadwal tidur yang terlalu sering pada waktu siang hari, jadwal tidur yang
sering berubah-ubah, ataupun terlalu banyak menghabiskan waktu di
tempat tidur.
Rutin mengkonsumsi alkohol, nikotin, kafein terutama saat menjelang
tidur
Adanay keterlibatan stimulasi mental, aktivitas fisik ataupun kegiatan-
kegiatan yang menggembirakan sesaat sebelum tidur
Sering melakukan ativitas lain selain tidur di ranjang (contoh: menonton
TV)
Adanya lingkungan yang tidak nyaman untuk tidur (contoh: bising)
3. Insomnia Akibat Kondisi Medis
Banyak penyakit yang dikaitkan dengan insomnia dan biasanya berupa
penyakit yang kronis (contoh: Diabetes Mellitus atau gagal jantung), kondisi
sistemik yang reversibel (contoh: anemia dan kelainan pada kelenjar Thyroid).
4
Kondisi neurologis seperti dementia, kejang, stroke juga dapat menjadi
penyebab. Pasien post stroke memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
terjadinya OSAH. Walaupun pasien post stroke juag memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk terjadinya hipersomnia, yang ditandai dengan pemanjangan
episode tidur ataupun rasa ngantuk yang dialami sepanjang hari. Parkison dan
Alzheimer dikaitkan dengan gangguan tidur seperti Rapid Eye Movement
(REM), yang merupakan episode intermittent yang menunjukkan peningkatan
aktivitas motorik dimana mimpi terjadi selama periode tersebut.
4. Insomnia Akibat Obat-obatan dan Bahan Lainnya
Pemberian beberapa obat dapat menyebabkan gangguan baik kulaitas maupun
kuantitas tidur. Pemberian sedatif dan opioid dapat membantu pasien untuk
tertisur, namun mengganggu siklus tidur yang pada akhirnya dapat
menyebabkan insomnia. Obat-obatan sedatif-hipnotik sendiri dapat
menyebabkan gejala sisa berupa insomnia. Gejala sisa ataupun intoksikasi dari
alkohol, marijuana, ataupun obat-obatan lainnya dapat menyebabkan
gangguan pola tidur. Gangguan tidur masih dapat bertahan selama 1-2 tahun
setelah penggunaan bahan-bahan tersebut.
Anti epilepsi Lamotrigine
Anti depresan Bupropion
Fluoxetine
Venlafaxine
Phenelzine
Protriptyline
Beta bloker Propanolol
Pindolol
Metoprolol
Bronkodilator Teofillin
Dekongestan Pseudoefedrin
Fenilpropanolamin
Steroid Prednison
5
Stimulant Dextroamfetamin
Methamefetamin
Metilfenidat
Pemoline
INSOMNIA INTRINSIK
1. Insomnia Akibat Gangguan Mental
Insomnia jenis ini merupakan insomnia tersering yang ditemukan di pelayanan
kesehatan. Beberapa gangguan mood, gangguan cemas, psikotik, maupun
neurodevelopmental sering merupakan penyebab dari gangguan tidur,
termasuk insomnia. Walaupun gejala yang timbul akibat masalah psikiatrik
namun gangguan tidur merupakan keluhan yang paling sering dikemukakan.
Major Depressive Disorders Kesulitan untuk memulai tidur (early
insomnia)
Sering terbangun (middle insomnia)
Terbangun lebih awal di pagi hari
(terminal insomnia)
Hypersomnia
Manic Episodes Penurunan kebutuhan untuk tidur selamam
beberapa hari ataupun minggu
Tidak merasa lelah walaupun tidak tidur
Bekerja pada waktu dimana seharusnya
digunakan untuk tidur
Post Traumatic Stress Disorders Kesulitan untuk mulai tertisur yang
dialkibatkan oleh kecemasan terhadap
trauma yang dialami
Physiologic Hyperarousal
Tidur di tempat yang terlalu terang,
dengan hipersensitifitas terhadap suara
ataupun stimulus lainnya
Respon yang berlebihan jika terbangun
6
akibat stimulus eksternal
Sering terbangun
Mimpi buruk
Generalized Anxiety Disorders Psychophysiologic insomnia
Kesulitan untuk memulai tidur
Psychotic Disorders Halusinasi (contoh: suara tertawa ataupun
teriakan yang mengganggu saat tidur)
Pemikiran paranoid
Attention Deficit Hiperactivity
Disorders
Kesulitan untuk memilai tidur akibat
hiperaktivitas fisik
Efek stimulants
2. Insomnia Psikofisiologis
Insomnia Psikofisiologis ditandai dengan gairah yang berlebihan saat waktu
tidur, dan terjadi sekitar 1-2% populasi. Pasien dengan Insomnia
Psikofisiologis, yang disebut juga dengan learned atau conditioned insomnia
sering membutuhkan kombinasi terapi antara terapi farmakologis dan terapi
perilaku. Kriteria diagnosis dari Insomnia Psikofisiologis diperoleh sesuai
dengan kriteria insomnia yang disebutkan di awal yang terjadi minimal selama
1 bulan. Disertai dengan adanya bukti kesulitan tidur atau gairah yang lebih
seperti:
Kecemasan untuk tidur
Kesulitan untuk tidur saat sedang bergairah, namun tidak mengalami
kesulitan untuk tidur pada aktivitas sehari-hari.
Tisur akan lebih baik jika berada jauh dari rumah.
Mental yang bergairah yang ditandai dengan pikiran yang membosankan
Tekanan somatik yang meningkat di ranjang yang ditandai dengan
kesulitan untuk membuat tubuh menjadi relax pada waktu tidur
Insomnia psikofisiologis dibedakan dengan insomnia penyesuaian dari
durasinya yang lebih panjang dan tidak ditemukannya stressor yang dapat
diidentifikasi. Pasien dengan insomnia psikofisiologis mengatakan ada
perubahan tidur saat berada di tempat yang tidak familiar ataupun hal-hal lain
7
di luar kebiasaan tidurnya. Mereka juga mengeluhkan seperti adanya kesulitan
untuk berhenti berpikir ataupun adanya pemikiran yang terus-menerus. Ini
berbeda dengan yang terjadi pada episode manik dimana ditemukan adanya
flight of ideas dan mungkin ditemukan adanya grandiosa. Pasien dengan
episode manik juga tidak akan mengeluhkan adanya kelelahan yang terjadi
akibat kurangnya tidur.
3. Insomnia Akibat Gangguan Tidur Primer Lainnya
OSAH, RLS, dan PLMD sering menyebabkan timbulnya unsomnia paad
pelayanan kesehatan primer.
4. Insomnia Subakut dan Kronis
Sekitar 10% populasi di Maerika Serikat mengalami Insomnia Kronis.
Faktor risiko untuk terjadinya insomnia kronis antara lain adalah pengobatan
yang tidak adekuat, perempuan, usia yang le bih tua (>60- tahun), dan
predisposisi keluarga yang mengalami gangguan tidur.
PENANGANAN PASIEN
Evaluasi dari keluhan tidur termasuk riwayat tidur, pemeriksaan fisik umum,
dan juga pemeriksaan laboratorium yang sesuai. Untuk memperjelas tentang keluhan
tidur perlu ditanyakan beberapa hal seperti lamanya tidur, frekuensi tisur dan seberapa
berat masalah yang timbul.
Beberapa pertanyaan yang mungkin membantu dalam mengidentifikasi gangguan
tidur, antara lain:
Sejak kapan keluhan ini terjadi?
Berapa hari dalam 1 minggu masalah ini timbul?
8
Tabel 13.5 Faktor Predisposisi, Gambaran Klinis dan Penatalaksanaan
Gangguan Tidur Primer
GANGGUAN
TIDUR
FAKTOR
PREDISPOSISI
GAMBARAN
KLINIS
PENATALAKSANAAN
Obstructive
sleep apnea-
hypoapnea
(OSAH)
Abnormalitas
nasofaring,
abnormalitas
kraniofasial,
obesitas, usia > 40
tahun, pria >
wanita (2 :1),
gangguan
neurologis
(contoh: stroke)
Episode berulang
obstruksi saluran
nafas atas yang
terjadi selama
tidur, biasanya
berhubungan
dengan
desaturasi
oksigen. Episode
meliputi
dengkuran yang
keras selama 20-
30 detik.
Berhubungan
dengan sakit
kepala saat pagi
hari dan rasa
kantuk siang hari
yang meningkat.
- Continuous positive
airway pressure
(CPAP) nasal
- Terapi perilaku: hindari
alkohol, rokok, dan
hipnotik-sedatif saat
malam hari; turunkan
berat badan bila berat
badan berlebih; tidur
miring, tidak terlentang
- Aplikasi dental: reposisi
rahang bawah dan lidah
- Intervensi bedah:
reseksi tonsil, uvula dan
sebagian palatum mole
Periodic limb
movement
disorder
(PLMD)
OSAH, restless
leg syndrome,
narkolepsi,
meningkatnya
usia, uremia
kronis, obat TCA
atau MAOI, putus
obat dari agen
sedatif, insidens
sama pada pria
Episode periodik
dari gerakan
ekstremitas yang
terpaku dan
berulang selama
tidur non-REM:
ekstensi ibu jari
dengan fleksi
parsial
pergelangan
- Atasi masalah yang
mendasari
- Perbaiki sleep hygiene
- Terapi relaksasi
- Pertimbangkan
carbidopa, levodopa,
pramipexole, obat tidur
yang disetujui oleh
FDA
9
maupun wanita kaki, lutut dan
panggul.
Kontraksi otot
selama 0,5-5
detik, dengan
interval inter-
episode 20-40
detik.
Restless leg
syndrome (RLS)
Kehamilan (lebiha
dari 20 minggu),
uremia, anemia
defisiensi besi,
rheumatoid
arthritis, penyakit
ginjal,
alkoholisme,.
Onset puncak
adalah usia
pertengahan.
Sensasi tidak
nyaman pada
tungkai atau
lengan sesaat
sebelum onset
tidur.
Digambarkan
sebagai “nyeri”,
“merangkak”,
“tertarik”,
“bergetar”.
Mereka yang
menderita RLS
dapat memiliki
insomnia yang
berat
- Atasi penyebab yang
mendasari
- Perbaiki defisiensi
nutrisi (vitamin B12,
asam folat atau besi)
- Hentikan atau turunkan
dosis medikasi yang
memperburuk
- Pertimbangkan:
carbidopa atau
levodopa, pergolide,
pramipexole,
bromokriptin mesilat,
ropinirole
FDA, Food and Drug Administrations; MAOIs, monoamine oxidase inhibitors; REM, rapid eye
movement; TCAs, Tricyclic antidepressants. Diambil dari American Sleep Disorder Association,
Diagnostic Classification Steering Committee. International Classification of Sleep Disorders:
Diagnostic and Coding Manual. Wetchester, IL: American Academy of Sleep Medicine; 2005.
Jam berapa Anda tidur, dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk tertidur
lelap?
Apakah Anda terbangun saat malam hari?
Apa yang membangunkan Anda?
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk tertidur kembali?
10
Stressor psikososial (seperti kematian,
pernikahan, kelahiran atau anak)
Hentikan penggunaan obatYa
Tidak
Ya
Insomnia Penyesuaian
YaTerapi dengan obat tidur (Tabel 13.7)
seperlunya selama 3 bulan
Insomnia berlanjut
Tidak
Sleep hygiene tidak adekuat atau insomnia
psikofisiologisYa
Terapi perilaku, perbaiki sleep
hygiene (Tabel 13.6)
Insomnia berlanjut
Tidak
Gangguan psikotik Ya Atasi gangguan
Insomnia berlanjut
CHF, GERD nokturnal, asma, DM, PPOK, nyeri atau kondisi medis lain
Maksimalkan penalaksanaan untuk masalah medis yang
mendasari
Insomnia berlanjutTidak
Ya
Ya
Apakah Anda merasa segar dan bugar saat terbangun?
Apakah Anda meminum sesuatu untuk membantu Anda tidur?
Setelah mendapatkan gambaran mengenai keluhan tidur pasien, Gambar 13.1 dapat
membantu menyingkirkan diagnosis banding secara sistematis dan menangani
penyebab umum dari insomnia.
Insomnia
Penggunaan obat-obatan
11
Obstructive sleep apneaTurunkan berat badan,
dilarang konsumsi alkohol, tidur miring, badan elevasi
>30o, operatif
Insomnia berlanjut
Ya
Tidak
Tidak
Gangguan tidur primer lainnya
Tatalaksana gangguan tidur primer lainnya
Insomnia berlanjut
Ya
Tidak
Rujuk ke spesialis ahli tidur Insomnia berlanjut
Gambae 13.1 Algoritma Diagnosis dan Penalaksanaan Insomnia
Penatalaksanaan Biopsikososial
Penatalaksanaan insomnia mencakup intervensi farmakologis dan psikologis
atau perilaku. Karena penyebab keluhan tidur bermacam-macam, penatalaksanaan
dimulai dengan diagnosis yang akurat dan menentukan etiologi yang mendasari.
Pertama, adalah hal yang penting untuk mengidentifikasi dan menentukan faktor yang
dapat dimodifikasi seperti sleep hygiene, stressor psikososial, penyakit medis umum
dan gangguan psikiatrik sebelum mememulai terapi dengan agen hipnotik-sedatif.
Tabel 13.6 memberikan penjelasan mendetail mengenai beberapa intervensi
biopsikososial. Bila pasien memiliki insomnia penyesuaian atau gejala yang menetap
meskipun telah ditentukan adanya stressor akut, penggunaan obat tidur (atau
penggunaan medikasi sedatif di luar label) yang telah disetujui oleh FDA dapat
dipertimbangkan.
Tabel 13.6 Prinsip dan Tips untuk Sleep Hygiene yang Baik
Catatan harian tidur - Monitor jumlah tidur selama siang dan malam
12
hari
Jadwal tidur-bangun reguler - Tidur pada waktu yang sama tiap malam
- Bangun tidur pada waktu yang sama tiap pagi
- Hindari tidur siang
Ritual meningkatkan tidur tiap
malam
- Rencanakan rutinitas yang merilekskan untuk
jam terakhir dari kesadaran (sebagai contoh,
bila waktu tidur adalah pukul 21.45, mulai
istirahat pukul 20.45)
- Jam terakhir Anda dapat meliputi sebagai
berikut: matikan lampu; lihat apakah ada
panggilan telepon darurat; mandi dan ritual
higienis lainnya; membaca material yang tidak
menstimulasi; batasi diri Anda untuk
membaca hingga waktu “lampu dimatikan”,
mendengarkan musik yang menenangkan atau
suara lembut lainnya
Hindari aktivitas yang dapat
membangkitkan stress atau
menstimulasi secara mental lainnya
sebelum waktu tidur
- Tentukan aktivitas hari esok, hal-hal yang
perlu diperhatikan atau distraksi di waktu
sebelumnya
- Kecuali benar-benar diperlukan, tunda
percakapan yang dapat memicu anxietas yang
membutuhkan Anda untuk membuat
keputusan yang penting ke waktu dimana
Anda lebih perhatian, bugar, dan lebih
memungkinkan untuk membuat keputusan
yang tepat
Jangan berbaring di tempat tidur
dalam keadaan “sadar penuh”
- Mencoba untuk membuat diri Anda tertidur
ketika tidak mengantuk akan lebih membuat
Anda frustasi, bukan lebih mengantuk
- Dibandingkan itu, bangkitlah dari tempat
tidur, lakukan aktivitas yang tidak
menstimulasi fisik dan mental yang dapat
membuat rileks, tenang, atau bahkan membuat
13
Anda bosan
- Jangan melihat jam terlalu sering
Hindari obat stimulan, alkohol dan
makanan berat saat waktu tidur
- Minum kafein terakhir anda dan minuman
alkohol setidaknya 4 jam sebelum tidur
- Jangan merokok saat 1 jam sebelum tidur, dan
hindari merokok bila terbangun di malam hari
- Jangan memakan makanan berat saat 2 jam
sebelum tidur
Latihan fisik - Latihan aerobik ringan selama 20-30 menit
sebelumnya dapat membantu meningkatkan
tidur yang nyenyak
- Hindari latihan saat 2 jam sebelum tidur,
karena hal ini dapat mengaktivasi dan
mengintervensi tidur
Lingkungan yang nyaman - Tidur dapat ditingkatkan dengan suasana yang
gelap, suara yang halus atau menenangkan,
dan suhu kamar yang relatif sejuk (<68oF)
FARMAKOTERAPI
Alat bantu tidur yang ideal seharusnya dapat meningkatkan onset dan
bertahannya tidur tanpa efek samping di hari selanjutnya seperti ketidakseimbangan,
sakit kepala maupun kelelahan. FDA telah menyetujui 3 kelas medikasi untuk
penatalaksanaa insomnia (Tabel 13.7): reseptor agonis benzodiazepin (BZP) gamma-
aminobutytic acid A (GABAA), reseptor agonis non-benzodiazepin (non-BZP)
GABAA, dan agonis reseptor melatonin. Efek samping BZP antara lain sedasi saat
siang hari, amnesia transien, gangguan kognitif, inkoordinasi motorik,
ketergantungan, toleransi, dan rebound insomnia. Secara umum, BZP seharusnya
dibatasi untuk pasien sehat dan digunakan berhati-hati pada pasien usia lanjut dan
mereka dengan banyak masalah medis. Meskipun tidak FDA setujui secara spesifik
untuk insomnia, medikasi lainnya dengan zat sedatif telah digunakan dan bermanfaat
untuk menangani beberapa pasien dengan insomnia.
14