gangguan psikologis pada remaja

24
GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA A. Pengertian Masalah Psikologis Masalah psikologis atau biasa disebut gangguan kesehatan jiwa dalam taraf ringan mungkin pernah kita alami dikehidupan kita. Mungkin kita tidak menyadari dan tidak berusaha untuk mengatasinya karena menganggap ringan. Memang masalah psikologis yang tarafnya masih ringan seperti : rendah diri, rasa kuatir yang berlebihan, merasa bersalah, kurang percaya diri, mudah marah-marah, mudah tersinggung, putus asa, hendaknya jangan dianggap ringan, sebaliknya harus segera diatasi sebelum menjadi berlarut-larut dan kompleks yang mengakibatkan kondisi kesehatan jiwa terganggu. Remaja yang mengalami masalah psikologis atau gangguan kesehatan jiwa pada taraf ringan (neurose) tidak menunjukkan gejala yang aneh. Ia masih dapat berfikir, berkata-kata dan bertindak, berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan normal, sebaliknya remaja yang mengalami gangguan jiwa (psychose) atau gangguan jiwa yang berat kepribadiannya jauh dari realitas, segi tanggapan, perasaan, emosi sangat terganggu, tidak ada integritas dan ia hidup dari alam kenyataan. Dalam makalah ini tidak dibicarakan tentang gangguan dan penyakit jiwa secara terperinci, cukup sekedar mengenal beberapa macam saja yang biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan kesehatan jiwa pada taraf ringan (neurose) seperti yang disebutkan diatas, semuanya itu mengganggu ketenangan

Upload: manik-adityaswara

Post on 13-Nov-2015

56 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Makalah Kedokteran

TRANSCRIPT

GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA

A. Pengertian Masalah PsikologisMasalah psikologis atau biasa disebut gangguan kesehatan jiwa dalam taraf ringan mungkin pernah kita alami dikehidupan kita. Mungkin kita tidak menyadari dan tidak berusaha untuk mengatasinya karena menganggap ringan. Memang masalah psikologis yang tarafnya masih ringan seperti : rendah diri, rasa kuatir yang berlebihan, merasa bersalah, kurang percaya diri, mudah marah-marah, mudah tersinggung, putus asa, hendaknya jangan dianggap ringan, sebaliknya harus segera diatasi sebelum menjadi berlarut-larut dan kompleks yang mengakibatkan kondisi kesehatan jiwa terganggu.Remaja yang mengalami masalah psikologis atau gangguan kesehatan jiwa pada taraf ringan (neurose) tidak menunjukkan gejala yang aneh. Ia masih dapat berfikir, berkata-kata dan bertindak, berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan normal, sebaliknya remaja yang mengalami gangguan jiwa (psychose) atau gangguan jiwa yang berat kepribadiannya jauh dari realitas, segi tanggapan, perasaan, emosi sangat terganggu, tidak ada integritas dan ia hidup dari alam kenyataan.Dalam makalah ini tidak dibicarakan tentang gangguan dan penyakit jiwa secara terperinci, cukup sekedar mengenal beberapa macam saja yang biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari.Gangguan kesehatan jiwa pada taraf ringan (neurose) seperti yang disebutkan diatas, semuanya itu mengganggu ketenangan hidup, misalnya tidak bisa tudur nyenyak, tidak nafsu makan dan sebagainya.

B. Macam-macam Masalah PsikologisMasalah psikologis dijeniskan antara lain sebagai berikut :1. Neurose atau gangguan jiwa pada taraf yang ringan seperti :Ketegangan batin, rendah diri, rasa kuatir yang berlebihan, gelisah/cemas, takut yang tidak beralasan, mudah tersinggung, putus asa, pikiran-pikiran buruk, mudah marah, merasa bersalah dan sebagainya.2. Psychose atau gangguan jiwa pada taraf yang berat seperti :Histeria, kepribadian dari segala segi, seperti tanggapan perasaan/emosi terganggu, tidak ada integritas, hidup jauh dari alam kenyataan.

C. Sebab-sebab Remaja Mengalami Masalah Psikologis1. Kebutuhan Pokok Kejiwaan Yang Tidak TerpenuhiDalam kehidupan manusia memerlukan kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu agar manusia tetap hidup dengan sejahtera dan bahagia, sehat dan kuat phisik dan psikis.Kebutuhan phisik dapat terpenuhi melalui makan, minum, sex, olah raga dan bekerja. Kebutuhan psikis dapat terpenuhi melalui hal-hal yang bersifat kejiwaan, yaitu berupa kasih sayang, rasa aman, penghargaan (pujian), rasa diterima oleh kelompoknya atau orang lain, rasa disukai dan disenangi oleh orang lain. Kebutuhan psikis atau kejiwaan tersebut sangat diperlukan oleh setiap orang pada setiap fase perkembangan kehidupan orang setiap hari.Diantara bermacam-macam kebutuhan psikis atau kejiwaan tersebut kebutuhan akan kasih sayang merupakan kebutuhan yang terpenting bagi perkembangan kehidupan seseorang, baik anak remaja maupun orang tua.Bayi memerlukan kasih sayang sejati dari ibunya, anak yang dibesarkan dengan timangan dan kasih buaian yang penuh dengan perasaan kasih sayang akan berkembang dengan sempurna sesuai dengan harapan. Kebutuhan psikis atau kejiwaan itu harus dipenuhi sedini mungkin yaitu sejak bayi, dan apabila kebutuhan pokok kejiwaan seseorang anak tidak terpenuhi maka mungkin akan dapat mengakibatkan timbulnya masalah psikologis dalam diri anak itu.Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok phisik anak, peranan orang tua sangat menentukan. Orang tua harus senantiasa ingat bahwa Tuhan telah memberikan anugerah dan rahmat berupa anak sekaligus memberikan mandat kepada orang tua untuk membesarkannya, mengajar dan mendidik anak dengan baik. Oleh karena itu orang tua harus senantiasa menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pimpinan keluarga yang antara lain demi kebahagiaan dan kesejahteraan anak. Salah satu hak anak adalah dikasihi dan disayangi oleh orang tua ataupun pengganti orang tua.Apabila dalam keluarga salah satu atau kedua orang tua sudah tidak ada lagi yang disebabkan oleh kematian, perpisahan, perceraian, maka akan seringkali timbul berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kehidupan anak/remaja.Keluarga yang tanpa orang tua, baik salah satu atau keduanya umumnya disebut keluarga yang pecah dan ini akan menimbulkan masalah-masalah psikologis pada diri anak-anak. Anak dari keluarga yang telah pecah lebih banyak mempunyai masalah dibandingkan dengan anak/remaja yang berasal dari keluarga yang tidak pecah.Masalah yang dialami anak-anak/remaja dari keluarga yang pecah antara lain : rasa tegang, mudah marah, kurang dapat mengontrol diri, putus asa, kurang berani dalam bergaul (rendah diri), masalah lainnya adalah kurang terpenuhinya kebutuhan pokok kejiwaannya yaitu kasih saya dan perhatian. Karena kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua maka akibatnya anak-anak/remaja mempunyai kecendrungan mengalami masalah psikologis seperti rendah diri, merasa tidak aman, merasa cemas, merasa takut, frustasi dan sebagainya.

2. Pengaruh Proses Pertumbuhan dan PerkembanganMasa remaja bertepatan pada masa usia sekolah menengah yaitu SMTP-SMU/SMK dimulai ketika anak menginjak umur 13 tahun ketika masuk SMTP dan diakhiri pada umur 18 tahun ketika keluar dari SMU/SMK. Telah kita ketahui bahwa masa remaja dimulai sejak berumur 12 tahun dan berakhir pada umur 21 tahun.Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian, karena sifat-sifat khasnya dan karena peranannya yang menentukan kehidupannya dalam masyarakat orang dewasa.Masa remaja merupakan masa yang cukup sulit di dalam periode kehidupan manusia, masa remaja digambarkan sebagai angin topan dan tekanan, gambaran ini menunjukkan bahwa dimasa ini timbul banyak masalah pada diri remaja.Setiap masa dalam kehidupan manusia mempunyai masalah tetapi masalah yang terjadi dalam masa remaja lebih banyak dari masa-masa yang lain. Timbulnya banyak masalah merupakan akibat dari erubahan-perubahan pada tubuh dan perkembangan psikis yang terjadi selama masa remaja.Perubahan tersebut tentunya membawa dampak positif ataupun negatif, sehingga menimbulkan berbagai persoalan yang khusus pada para remaja. Dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja baik pisik maupun psikis, apabila negatif misal : tubuh tumbuh kurang baik, wajah kurang menarik, sikap kurang luwes maka akan muncul masalah-masalah psikologis bagi para remaja yang mengalaminya.Hal-hal tersebut merupakan penyebab remaja mengalami masalah-masalah psikologis walaupun tidak kentara gejalanya.

D. PencegahannyaDalam mencegah agar jangan sampai anak atau remaja itu mengalami gangguan atau masalah psikologis tentunya ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian yang serius.Seperti yang telah diuraikan diatas faktor kasih sayang dan perhatian adalah faktor utama dalam membimbing anak/remaja agar terbebas dari pengaruh/masalah psikologis.

1. Pengaruh Pendidikan Terhadap Kesehatan JiwaPendidikan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anak terutama pendidikan waktu kecil banyak menentukan hari depan seseorang, apakah ia akan bahagia atau menderita, apakah ia akan menjadi orang baik atau tidak, apakah ia akan menjadi orang yang cinta damai atau penghiatan. Demikian pula tentang ketentuan agama seseorang ditentukan pula oleh macam pendidikan yang dilaluinya sejak kecil.Oleh karena itu hubungan antara pendidikan dan kesehatan jiwa sangat erat. Yang dimaksud dengan pendidikan dalam hal ini ialah yang diterima oleh anak/remaja di rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Akan kita lihat begitu besar pengaruh pendidikan itu atas kelakuan anak-anak, ada yang jadi nakal, keras kepala dan sebagainya. Dalam hal ini akan terlihat pula betapa pentingnya pendidikan agama dalam pembinaan kepribadian si anak.Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persoalan yang amat menarik perhatian, terutama bagi ibu-ibu yang setiap hari menghadapi anak-anak yang membutuhkan didikan.Semua mengakui bahwa setiap orang tua ingin agar anaknya sehat, pandai, sopan dan menjadi orang yang baik nantinya. pada kenyataannya masih banyak anak-anak yang merasa dirinya tidak disayangi oleh orang tuanya, perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan itulah yang sering mempengaruhi kelakuan, perasaan serta kesehatan mereka dan ini oleh karena orang tua dipandang sebagai kesukaran-kesukaran yang harus diatasi.Pengalaman-pengalaman pahit maupun manis yang dilalui anak sewaktu kecil mempengaruhi dalam kehidupannya nanti. Kepribadian remaja (kebiasaan-kebiasaan, sikap dan pandangan hidup) terbentuk dari pengalaman sejak kecil.Pengalaman itu termasuk pendidikan, perlakuan orang tua, sikap orang tua terhadap dirinya. Pengalaman-pengalaman itulah yang menentukan kesehatan jiwa remaja, bahagia atau tidaknya ia dikemudian hari.Kesehatan jiwa mempunyai pengaruh atas keseluruhan hidup remaja, oleh karena itu unsur yang berkaitan dengan kesehatan jiwa yaitu perasaan, fikiran, kelakuan dan kesehatan harus selalu dijaga agar terjamin ketentramnan hidup seseorang.Pendidikan adalah penanaman sifat-sifat yang baik kepada anak seperti sopan santun, budi pekerti, tata tertib, agama yang kesemuanya ditujukan kepada anak. Dalam pendidikan terutama pendidikan dalam rumah tangga yang terpenting adalah keadaan dan suasana rumah tangga, keadaaan jiwa ibu dan bapak, hubungan antara anak-anak ini harus diperhatikan karena segala persoalan orang tua itu akan mempengaruhi anak, sbab apa yang sedang ibu dan bapak rasakan akan mencerminkan tindakan-tindakan mereka.

2. Mendidik Anak Dalam Rumah TanggaKesiapan orang tua dalam mendidik anak dalam rumah tangga perlu menjadi perhatian, sebab sikap jiwa orang tua berpengaruh dalam menyambut kelahiran anak, yang natinya mempengaruhi kesehatan jiwa anak.Hubungan antara ibu dan bapak hendaknya senantiasa baik yang mana saling pengertian, saling menghargai dan cinta mencintai dalam arti yang sesungguhnya.Kasih sayang yang selalu nampak dari orang tua dalam mendidik anak akan membuat anak merasa aman tentram dan damai. Kondisi yang diciptakan itu apabila terpelihara akan membuat anak yang tumbuh dewasa akan mempunyai perilaku yang baik untuk seterusnya.Anak yang tumbuh dan berkembang dalam kasih sayang yang cukup dari orang tuanya kelak akan menjadi manusia dewasa yang berbudi pekerti yang baik pula.

3. Pendidikan Anak di SekolahSekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak-anak dalam berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya. Anak disamping mendapat transfer ilmu pengetahua juga mendapatkan pendidikan dan pembinaan kepribadian. Pada dasarnya pendidikan yang diperoleh anak melalui sekolah kelak akan berguna bagi dirinya, terutama didalam menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidupnya.Pendidikan serta pembinaan kepribadian anak yang dimulai dari rumah tangga, harus dilanjutkan dan disempurnakan oleh sekolah, dengan demikian maka anak akan menjadi terpimpin dengan baik, tentunya dalam proses itu perlu adanya kasih sayang serta perhatian dari berbagai pihak.Apabila hal itu selalu dilaksanakan baik oleh orang tua maupun guru-guru di sekolah, maka sikap dan perilaku anak selalu berada pada norma-norma hidup, baik norma keluarga maupun norma masyarakat.Remaja dalam masa pertumbuhannya disamping mendapatkan kasih sayang yang cukup hendaknya selalu diingatkan melalui peraturan-peraturan yang harus dipatuhi agar tingkah laku mereka selalu terkontrol. Sekolah dan keluarga sangat berperan dalam mengarahkan para remaja agar terhindar dari perilaku-perilaku yang iseng, karena justru melalui perbuatan yang iseng itu para remaja akan terbiasa untuk berbuat iseng yang akhirnya timbul menjadi kenakalan-kenakalan itu kalau sampai berlarut-larut dilakukan akan menjadi masalah yang merugikan baik pada diri remaja itu sendiri maupun terhadap lingkungan. Melalui pendidikan di sekolah dan adanya kerjasama antara orang tua dan sekolah diharapkan dapat membantu pencegahan masalah-masalah yang timbul, baik masalah-masalah psikologis maupun masalah-masalah kenakalan.

KESIMPULAN

Masalah atau gangguan psikologis yang sering dialami oleh para remaja timbul karena kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak, juga dimungkinkan karena orang tua terlalu memberikan proteksi/ perlingungan yang berlebihan dalam membimbing anak.Hal ini terlihat dari sikap-sikap para remaja yang mengalami masalah gangguan psikologis, yaitu antara lain : rasa kuatir yang tidak beralasan, rasa takut yang berlebihan, minder/rendah diri, mudah marah, susah bergaul, pemalu, selalu ragu-ragu dalam bertinsdak, kurang percaya diri, sulit menyesuaikan diri dalam pergaulan, murung, merasa bersalah dan sebagainya.

Langkah-langkah Pencegahan :A. Menekankan pengaruh pendidikan terhadap jiwaPendidikan dan bimbingan anak diberikan sedini mungkin, terutama pendidikan waktu kecil, karena pendidikan itulah yang banyak menentukan hari depan seseorang. Melalui pendidikan dapat tertanam dihati anak sikap-sikap yang baik seperti sopan santun, budi pekerti yang baik, tata tertib, agama dan sebagainya.

B. Memberikan Pendidikan Dalam Rumah TanggaDalam memberikan pendidikan serta bimbingan kepada anak, suasana keluarga yang harmonis hendaknya tercipta, karena dengan adanya kedamaian dalam rumah tangga itu akan menimbulkan ketentraman hati anak. Unsur kasih sayang dan perhatian harus diberikan kepada remaja, sehingga remaja yang sedang tumbuh dan berkembang dapat berjalan normal.Remaja harus diberikan kepercayaan dalam berbuat dan bersikap, tentunya perbuatan dan sikap tersebut harus dilandasi norma-norma dan agama. Orang tua selalu memberikan contoh perilaku yang baik misalnya saling menyayangi, saling mencintai, perhatian terhadap anggota keluarga, memberikan kesempatan kepada anak yang sedang tumbuh remaja untuk bertukar pikiran/pendapat tentang masalah-masalah apapun kepada ibu dan bapaknya.

C. Mengembangkan Pendidikan Anak di SekolahSekolah yang disebut juga sebagai lingkungan kedua bagi anak dalam mengembangkanb kemampuannya, maka sekolah sangat membantu didalam pembinaan dan pembimbingan anak.Disamping itu sekolah juga membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan intelektual mereka sehingga mereka menjadi anak yang pandai dan cerdas.Hal lain adalah sekolah juga membina kepribadian anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan orang tua, sekolah dan masyarakat.Melalui pengembangan pendidikan di sekolah diharapkan anak/remaja dapat menyalurkan serta mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya.Remaja yang sedang tumbuh, disamping mendapatkan kasih sayang serta perhatian yang cukup perlu adanya kegiatan-kegiatan yang menyibukkan untuk mengarahkan minat, bakat dan kemampuannya. Hal ini agar mereka terhindar dari perilaku yang iseng dan pikiran-pikiran serta kahayalan yang tidak menentu.Dengan langkah-langkah pencegahan yang telah disebutkan maka diharapkan remaja yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan akan terhindar oleh gangguan atau masalah psikologis yang pada umumnya dialami oleh para remaja

BAB I

GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGI

PROLOG

Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, keterampilan, visuo-spacial dan/atau koordinasi motorik. Yang khas ialah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak. Biasanya riwayat penyakitnya ialah suatu kelambatan atau hendaya yang sedini mungkin dapat dideteksi, tanpa didahului masa perkembangan yang normal.

Khas pada gangguan perkembangan terdapat riwayat keluarga dengan gangguan yang sama atau sejenisnya dan ada bukti factor genetic memainkan peranan penting dalam etiologi pada banyak kasus (walaupun bukan semuanya).

A.Gangguan Perkembangan Khas Berbicara dan Berbahasa

Ini merupakan gangguan pola normal penguasaan bahasa sejak fase awal perkembangan. Kondisi ini tidak secara langsung diakibatkan oleh kelainan neorologis atau kelainan mekanisme berbicara, hendaya sensorik, retardasi mental atau factor lingkungan. Anak mungkin lebih mampu berkomunikasi atau mengerti pada situasi tertentu yang sangat dikenalnya dari pada situasi lain, tetapi kemampuannya berbahasa pada setiap keadaan terganggu.

1.Gangguan Artikulasi Berbicara Khas

Gangguan perkembangan khas yang ditandai oleh penggunaan suara bicara dari anak berada dibawah tingkat yang sesuai untuk usia mentalnya, sedangkan tingkat kemampuan bahasanya normal. Pada proses perkembangan normal biasa terjadi kesalahan pengungkapan suara bicara, tetapi anak itu dapat dimengerti dengan mudah oleh orang lain

Perkembangan abnormal dapat terjadi jika kemahiran suara bicara terlambat dan/atau menyimpang, menimbulkan: misarticulasi berbahasa anak akibat kesulitan bagi orang lain untuk mengerti anak; penghilangan, distorsi, atau subtitusi dari suara berbicara;dan inkonsistensi dalam mengeluarkan suara.

2.Gangguan Berbahasa Ekspresif

Mencakup gangguan kemampuan untuk berkomunikasi melalui bahasa verbal dan isyarat. Terjadi gangguan perkembangan khas dengan kemampuan anak dalam mengekspresikan bahasa lisan dibawah rata-rata usia mentalnya namun pengertiann pengertian bahasa dalam batas normal. Anak mengalami kesulitan mempelajari kasulitan kata baru dan berbicara dalam kalimat yang lengkap dan benar serta bicaranya terbatas dengan atau tanpa gangguan artikulasi. Ketidakmampuan dalam bahasa lisan sering disertai dengan kelambatan atau abnormalitas dalam bunyi kata yang dihasilkan.

3.Gangguan Berbahasa Reseptip

Mencangkup masalah gangguan peerkembangan khas dengan kemampuan anak untuk mengerti bahasa dibawah rata-rata usia mentalnya disertai masalah gangguan berbahasa ekspresif dan kesulitan mengerti (menerima) kata-kata dan kalimat serta menentukan maknanya.

Anak dengan gangguan berbahasa reseptip berat biasanya disertai dengan kelambatan dalam perkembangan social, dapat mengulang kata yang tidak mereka mengerti, dan menunjukkan pola perhatian yang terbatas.

4.Apasia yang Didapat dengan Epilepsi (Sindrom Landau-Kleffner)

Suatu gangguan yang didahului oleh perkembangan berbasa yang normal, kemudian kehilangan kedua kemampuan berbahasa ekspresip dan reseptip, sedangkan intelegensia umum tetap normal.

B.Gangguan Perkembangan Belajar Khas

Merupakan suatu gangguan pada pola normal kemampuan penguasaan keterampilan yang terganggu sejak stadium awal dari perkembangan. Bukan semata-mata akibat kurangnya kesempatan belajar ataupun berhubungan dengan cedera otak yang didapat atau penyakit lain. Gangguan belajar didiagnosis saat prestasi anak dalam membaca, berhitung atau ekpresi menulis kurang dari yang diharapkan untuk usia, pendidikan formal dan tingkat inteligensi anak tersebut.

1.Gangguan membaca khas

Gambaran utama dari gangguan ini ialah hendaya yang khas dan bermakna dalam perkembangan kemampuan membaca yang tidak hanya semata-mata dijelaskan dari usia mental, masalah ketajaman pandangan atau dari tidak adekuatnya pendidikan disekolah. Gangguan perkembangan khas membaca biasanya didahului oleh riwayat ganggaun perkembangan perbicara atau berbahasa.

2.Gangguan Mengeja Khas

Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya yang khas dan bermakna dalam perkembangan kemampuan mengeja tanpa riwayat gangguan membaca khas yang bukan disebabkan oleh rendahnya usia mental masalah ketajaman penglihatan atau pendidikan sekolah yang tidak adekuat.

3.Gangguan Berhitung Khas

Gangguan ini meliputi hendaya yang khas dalam kemampuan berhitung yang tidak dapat diterangkan penyebabnya. Gangguan ini merupakan ketidak mampuan dalam melakukan aritmatika atau penguasaan pada kemampuan dasar berhitung yaitu tambah, kurang, kali, bagi (bukan kemampuan matematik yang lebih abstrak seperti aljabar, trigonometri, geometri, atau kalkulus).

C.Gangguan Perkembangan Motorik Khas

Gangguan ini ditandai dengan kinerja dalam aktifitas yang memerlukan koordinasi motorik yang lebih jelas, lebih lambat dibandingkan yang diharapkan. Gangguan ini menjadi jelas ketika anak berusaha merangkak atau berjalan atau pada anak yang lebih besar ketika mereka mencoba memakai pakaian sendiri atau memainkan mainannya seperti membangun balok. Gangguan koordinasi perkembangan seringkali disertai gangguan komunikasi.D.Gangguan Perkembangan Pervasif

Merupakan kelompok kondisi psikiatri dimana keterampilan social yangdiharapkan perkembangan bahasa dan kejadian perilaku tidak berkembang sesuai atau hilang pada masa anak-anak awal, pada umumnya gangguan mempengaruhi berbagai bidang perkembangan, bermanifestasi pada awal kehidupan dan menyebabkan disfungsi persistem

Gangguan pervasive meliputi:

1.Gangguan Autistik

2.Sindrom Reet

3.Sindrom Asperger

4.Gangguan Desiintegratif masa kanak-kanak

BAB II

GANGGUAN AUTISTIK

1.Pengertian

Merupakan gangguan perkembangan pervasive paling dikenali ditandai oleh gangguan berlarut-larut pada interaksi social timbal-balik, penyimpangan komunikasi, dan pola perilaku yang terbatas dan streoritik. Fungsi abnormal pada masalah diatasdiidentifikasi pada usia tidak lebih dari 3 tahun.

2.Etiologi dan Patogenesis

1.Factor psikodinamika dan keluarga

2.Kelainan organic, neurologis, bilogis

3.Factor genetika

4.Factor imunologis

5.Factor perinatal

6.Temuan Neuro anatomi

7.Temuan Biokimiawi

3.Manifestasi Klinik

1.Sering terdapat stereotipik motorik

2.Sering menunjukkan perhatian yang khusus terhadap unsur sampingan dari benda (seperti bau dan rasa)

3.Penilakan terhadap perubahan rutinitas dan lingkungan pribadi

4.Ketakutan/pobia

5.Gangguan tidur dan makan

6.Agresifitas

7.Mencederai diri sendiri (seperti menggigit tangan)

8.Kurang spontanitas, inisiatif dan kreatifitas

9.Gangguan kualitatif pada interaksi social

10.Gangguan komunikasi dan bahasa

11.Ketidakstabilan mood dan afek

12.Hiperkinesis

4.Perjalanan penyakit dan prognosis

Gangguan autistic memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan prognosis yang terbatas. Beberapa anak-anak autistic menderita kehilangan semua atau beberapa bicara yang ada sebelumnya. Sebagai aturan umum, anak-anak autistic dengan IQ diatas 70 dan mereka yang menggunakan bahasa komunikatif pada usia 5-7 tahun memiliki prognosis yang terbaik. Penelitian pada orang dewasa menunjukkan bahwa kira-kira 2/3 orang dewasa aukistik tetap mengalami kecatatan parah dan hidup dalam ketergantungan penuh., baik dengan sanak saudara atau dalam institusi jangka panjang.

Prognosis membaik jika lingkungan atau rumah adalah suportif dan mampu memenuhi kebutuhan anak tersebut yang sangat banyak.

Walaupun ditemukan penurunan gejala pada banyak kasus, mutilasi diri yang parah atau agresifitas dan regresi dapat berkembang pada kasus lain.

5.Diagnostik

Biasanya tak ada riwayat perkembangan abnormal yang jelas, tetapi jika dijumpai abnormalitas tampak sebelum usia 3 tahun. Selalu dijumpai hendaya kualitatif dalam interaksi sosialnya. criteria diagnostic DSM-IV untuk gangguan autistic diberikan dalam table 38-1 .

Table 38-1

Criteria diagnostic untuk gangguan autistik

A.Total enam (atau lebih) hal dari 1, 2, 3, dengan sekurangnya dua dari satu dan masing-masing satu dari dua dan tiga:

1.Gangguan kualitatif dalam interaksi social:

a.Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku nonverbal multiple. Seperti tatapan mata, ekspresi wajah.

b.Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkat perkembangan.

c.Tidak ada keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, minat atau pencapaian dengan orang lain.

d.Tidak ada timbale balik social atau emosional.

2.Gangguan kualitatif dalam komunikasi seperti yang ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut:

a.Keterlambatan dalam atau sama sekali tidak ada, perkembangan bahasa ucapan (tidak disertai oleh usaha untuk berkompensasi melalui cara komunikasi lain seperti gerak-gerik atau mimic).

b.Pada individu dengan bicara yang adekuat, gangguan jelas dalam kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain.

c.Pemakaian bahasa atau bahasa idiosinkratik secara stereotipik dan berulang

d.Tidak adanya berbagai permainan khayalan atau permainan pura-pura social yang spontan yang sesuai menurut tingkat perkembangan.

3.Pola perilaku, minat, dan aktifitas yang terbatas, berulang, dan streotipik seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut

a.Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.

b.Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang spesifik dan non fungsional.

c.Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya menjentikkan jari atau gerakan kompleks seluruh tubuh)

B.Keterlambatan atau fungsi abnormal pada sekurangnya satu bidang berikut, dengan onset sebelum usia 3 tahun : 1). Interaksi social, 2). Bahasa yang digunakan dalam komunikasi social, 3). Permainan simbolik atau imajinatif.

C.Gangguan tidak lebih baik diterangkang oleh gangguan rett atau gangguan desintegratif masa anak-anak.

6.Terapi

Tujuan terapi adalah menurunkan gejala perilaku dan membantu perkembangan fungsi yang terlambat, rudimenter, atau tidak ada seperti keterampilan bahasa dan merawat diri sendiri. Disamping itu, orang tua yang sering kecewa memerlukan bantuan dan konseling.

Latihan diruang kelas yang terstruktur dalam kombinasi dalam metode perilaku adalah metode terapi yang paling efektif untuk banyak anak autistik. Peningkatan dalam bahasa dan kognisi dan penurunan perilaku maladaptive dicapai dengan program perilaku yang konsisten. Melatih dengan cermat orang tua dalam konsep dan keterampilan modifikasi perilaku dan menghilangkan keprihatinan orang tua dapat memberikan keuntungan yang cukup besar dalam bidang bahasa, kognitif, dan social dari perilaku.

Walaupun tidak ada obat yang ditemukan spesifik untuk gangguan autistik, psikofarmakoterapi adalah tambahan yang berguna bagi program terapi menyeluruh, seperti ;

-Pemberian haloperidol (haldol); menurunkan gejala perilaku dan mempercepat belajar

-Obat menurunkan hiperaktifitas, stereotifik, MD, kegelisahan, hubungan objek abnormal, iritabilitas dan afek yang labil.

-Fenfluramine (pondimi) menurunkan kadar serotonin darah, efektif pada beberapa anak autistic

-Naltroxone (trexan); suatu antagonis opiate, sekarang sedang diteliti dengan harapan bahwa penghambatan opiot endogen akan menurunkan gejala autistic

-Lithium (eskalith); dapat dicoba untuk perilaku agresi atau melukai diri sendiri jika medikasi lain gagal.

PENUTUP

A.Kesimpulan

Gangguan perkembangan psikologikmemiliki gambaran dimana onsetnya berfariasi selama masa bayi atau kanak, hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi berhubungan erat dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat dan berlangsung secara terus menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa.

Merupakan gangguan perkembangan pervasive paling dikenali ditandai oleh gangguan berlarut-larut pada interaksi social timbal-balik, penyimpangan komunikasi, dan pola perilaku yang terbatas dan streoritik. Fungsi abnormal pada masalah diatasdiidentifikasi pada usia tidak lebih dari 3 tahun.

B.Saran

Dalam penanganan anak dengan masalah gangguan perkembangan psikologik khususnya autistic membutuhkan keterampilan / peran khusus dalam perawatannya. Karena anak dengan kondisi autis memilki tingkatan pemahaman yang berbeda dengan anak tanpa gangguan perkembangan. Sehingga perawat merupakan salah satu peran penting dalam menentukan tingkat kesembuhan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, HI, Sadock BJ. 1997. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jilid 2. Jakarta : Bina Rupa Aksara

Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. 1993 Cetakan pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Tom, D. 2003. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta : EGC

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC