gangguan penghidu

25
Gangguan Penghidu Disusun oleh : Citta Adwitiya A (08700034) Pembimbing : dr. Abdul Muis, Sp.THT

Upload: cithz

Post on 26-Oct-2015

305 views

Category:

Documents


44 download

DESCRIPTION

THT referat

TRANSCRIPT

Page 1: Gangguan penghidu

Gangguan Penghidu

Disusun oleh : Citta Adwitiya A (08700034)

Pembimbing : dr. Abdul Muis, Sp.THT

Page 2: Gangguan penghidu

ANATOMI HIDUNG

Hidung luar Kavum nasi

Page 3: Gangguan penghidu

PERSARAFAN HIDUNG• Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari

n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dan n.oftalmikus (N.V-I).

• Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada rnukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

Page 4: Gangguan penghidu

MUKOSA HIDUNG

Page 5: Gangguan penghidu

MUKOSA PENGHIDU

Page 6: Gangguan penghidu

• Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa penghidu (mukosa olfaktorius). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel toraks berlapis semu (pseudostratitied columnar epitelium) yang mempunyai silia dan di antaranya terdapat sel-sel goblet

Page 7: Gangguan penghidu
Page 8: Gangguan penghidu

FISIOLOGI PENCIUMAN

Page 9: Gangguan penghidu

GANGGUAN PENGHIDU• Agnosia : tidak bisa menyebutkan atau membedakan bau, walaupun penderita

dapat mendeteksi bau.

• Anosmia : tidak bisa mendeteksi bau. Anosmia dapat timbul akibat trauma di daerah frontal atau oksipital, setelah infeksi oleh virus, tumor, proses degenerasi pada orang tua.

• Hiposmia : penurunan kemampuan dalam mendeteksi bau

• Hiperosmia : peningkatan sensistivitas mendeteksi bau

• Disosmia : distorsi identifikasi bau

• Parosmia : perubahan persepsi pembauan meskipun terdapat sumber bau, biasanya bau tidak enak, biasanya disebabkan oleh trauma.

• Kakosmia : timbul pada epilepsi unsinatus, lobus temporalis, kelainan psikologik atau kelainan psikiatri seperti depresi dan psikosis

• Phantosmia : persepsi bau tanpa adanya sumber bau

• Presbiosmia : penurunan atau kehilangan persepsi pembauan yang terjadi pada orang tua

Page 10: Gangguan penghidu
Page 11: Gangguan penghidu

DIAGNOSIS

• Anamnesa• Tahapan pertama dalam mendiagnosis adalah melakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Berikan penekanan khusus pada riwayat ISPA, patologi hidung atau sinus, riwayat trauma, masalah medis lainnya, dan obat-obatan yang diminum. Lakukan CT scan jika dipandang perlu. Seringkali dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan MRI apabila riwayat penyakitnya tidak mendukung atau ditemukan gejala dan tanda neurologis sekunder.

Page 12: Gangguan penghidu

• Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara teliti dan menyeluruh yang meliputi pemeriksaan telinga, hidung, kepala dan leher. Pemeriksaan tersebut berguna untuk mengidentifikasi jenis dan asal kelainan.

• Terdapat 2 pemeriksaan yaitu :

1. Konduktif

2. Sensorineural

a. Kuantitatif

b. Kualitatif

3.Pemeriksaan olfaktorius objektif dan subjektif

Page 13: Gangguan penghidu

• Konduktif

• Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya massa atau polip, perdarahan dan bekuan darah, deviasi septum atau adanya fraktur pada tulang kribriformis yang biasa dijumpai pada trauma kepala yang menghalangi aliran udara ke sel epitel olfaktori. Adanya inflamasi atau iritasi mukosa hidung yang bisa disebabkan oleh allergen, bakteri, virus ataupun bahan iritan juga bisa mengakibatkan gangguan konduktif

• Selain pemeriksaan hidung, pemeriksaan telinga juga bisa dilakukan untuk memastikan otitis media serosa yang menandakan adanya massa atau inflamasi pada nasofaring

• Massa nasofaring yang menonjol ke rongga mulut atau drainase purulen di orofaring dapat ditemukan pada pemeriksaan mulut. Leher harus dipalpasi untuk mencari massa atau pembesaran tiroid

Page 14: Gangguan penghidu

• SensorineuralPemeriksaan sensorik fungsi penciuman dibutuhkan untuk (1) memastikan keluhan pasien, (2) mengevaluasi kemanjuran terapi, dan (3) menentukan derajat gangguan permanen.

• Sensasi kualitatif

– Tes Odor stix

– Tes alkohol 12 inci

– Scratch and sniff card (Kartu gesek dan cium)

• Sensasi kuantitatif• menetapkan ambang deteksi untuk bau alkohol feniletil.

Ambang ini ditetapkan menggunakan rangsangan bertingkat. Sensitivitas untuk masing-masing lubang hidung ditentukan dengan ambang deteksi untuk fenil-teil metil etil karbinol. Tahanan hidung juga dapat diukur dengan rinomanometri anterior untuk masing-masing sisi hidung.

Page 15: Gangguan penghidu

• Pemeriksaan olfaktorius subjektif• pelbagai bahan diletakkkan di depan hidung penderita secara

terpisah antara kedua lubang hidung sebelum dan setelah dekongesti dari mukosa hidung. Beberapa jenis substansi digunakan, yaitu yang mempunyai bau yang akan menstimulasi hanya nervus olfaktorius (kopi, coklat, vanilla, lavender), substansi yang menstimulasi komponen trigeminal (menthol, asam asetat), serta substansi yang turut mempunyai komponen pengecapan (kloroform piridine)

Page 16: Gangguan penghidu

• Pemeriksaan olfaktorius subjektif juga bisa dilakukan menggunakan alat test yang siap pakai, misalnya Sniffin’ Sticks. Sniffin’ Sticks menggunakan sejumlah stik n-butanol yang berbentuk seperti pen dan mengandung bau dengan konsentrasi yang berbeda. Melalui penggunaan alat ini, kemampuan mendeteksi bau, membedakan bau-bau yang berlainan serta kemampuan mengidentifikasi bau dapat dinilai. Pasien yang dites akan ditutup matanya, kemudian pemeriksa akan meminta pasien menghidu tiga stik, dimana antara ketiga-tiga stik tersebut hanya satu stik yang mempunyai bau. Jika pasien tidak bias mendeteksi sebarang bau atau mengidentifikasi stik yang salah, maka digunakan stik dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Konsentrasi stik yang diberikan akan terus meningkat sehingga pasien dapat mengidentifikasi dengan benar paling kurang dua kali. Setelah itu dinilai pada konsentrasi yang mana pasien bisa mendeteksi bau tersebut dengan benar.

Page 17: Gangguan penghidu

• Pemeriksaan olfaktorius objektif• Pemeriksaan olfaktorius objektif jauh lebih mahal dibanding

pemeriksaan subjektif dan biasanya dilakukan di pusat-pusat yang lebih besar. Bau murni serta stimulan nervus trigeminus diberikan kepada pasien secara terpisah, kemudian respon yang terjadi diukur dan dianalisis menggunakan komputer. Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah tes gula darah, tes reduksi urin dan lain- lain

Page 18: Gangguan penghidu

LABORATORIUM• Walau tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

laboratorium standar namun dapat dilakukan pemeriksaan alergi, DM, fungsi tiroid, fungsi ginjal dan hepar, fungsi endokrin, dan defisiensi gizi berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Telah dikembangkan teknik-teknik untuk biopsi neuroepitelium olfaktorius. Namun, karena degenerasi neuroepitelium olfaktorius yang luas dan interkalasi epitel pernapasan pada daerah penciuman orang dewasa tanpa disfungsi penciuman yang jelas, material biopsi harus diinterpretasikan dengan hati-hati.

Page 19: Gangguan penghidu

PENCITRAAN

• CT scan atau MRI kepala dibutuhkan untuk menyingkirkan neoplasma pada fossa kranii anterior, fraktur fossa kranii anterior yang tak diduga sebelumnya, sinusitis paranasalis, dan neoplasma pada rongga hidung dan sinus paranasalis. Kelainan tulang paling bagus dilihat melalui CT, sedangkan MRI bermanfaat untuk mengevaluasi bulbus olfaktorius, ventrikel, dan jaringan-jaringan lunak lainnya di otak. CT koronal paling baik untuk memeriksa anatomi dan penyakit pada lempeng kribiformis, fossa kranii anterior, dan sinus.

Page 20: Gangguan penghidu

PENATALAKSANAAN

• Hiposmia yang hilang timbul dan bervariasi derajatnya dapat disebabkan oleh rhinitis vasomotor, rhinitis alergi atau sinusitis. Keluhan ini dapat hilang bila penyebabnya diobati. Pada polip nasi, tumor hidung rhinitis kronis spesifik (rhinitis atrofi, sifilis, lepra, skleroma, tuberkulosis) terjadi hiposmia akibat dari sumbatan, yang akan hilang bila penyakitnya diobati

• Faktor usia lanjut dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya daya penghidu, terutamanya tidak mampu menghidu zat yang berbentuk gas. Kelainan ini tidak dapat diobati

Page 21: Gangguan penghidu

• Trauma kepala ringan atau berat dapat menimbulkan anosmia. Trauma dapat mengenai daerah oksipital atau frontal. Pada pascatrauma, dapat terjadi parosmia, yaitu penciuman bau sangat berbeda dengan yang seharusnya dan biasanya tercium bau yang tidak enak dan kadang-kadang sensasi bau ini timbul secara spontan. Kelainan penghidu ini mungkin dapat sembuh, yang akan terjadi dalam beberapa minggu setelah trauma. Bila setelah tiga bulan tidak membaik, berarti prognosisnya buruk

• Kelainan psikologik seperti rendah diri mungkin menyebabkan merasa bau badan atau bau napas sendiri. Pasien setelah diperiksa, bila ternyata tidak ada kelainan perlu diyakinkan dan dihilangkan gangguan psikologiknya. Kelainan psikiatrik seperti depresi, skizofrenia atau demensia senilis dapat menimbulkan halusinasi bau. Kasus demikian perlu dirujuk ke seorang psikiater.

Page 22: Gangguan penghidu

TERAPI

• Hiposmia Konduktif

• Terapi bagi pasien-pasien dengan kurang penciuman hantaran akibat rinitis alergi, rinitis dan sinusitis bakterial, polip, neoplasma, dan kelainan-kelainan struktural pada rongga hidung dapat dilakukan secara rasional dan dengan kemungkinan perbaikan yang tinggi. Terapi berikut ini seringkali efektif dalam memulihkan sensasi terhadap bau yaitu pengelolaan alergi, terapi antibiotik, terapi glukokortikoid sistemik dan topikal dan operasi untuk polip nasal, deviasi septum nasal, dan sinusitis hiperplastik kronik.

Page 23: Gangguan penghidu

• Hiposmia Sensorineural

• Tidak ada terapi dengan kemanjuran yang telah terbukti bagi kurang penciuman sensorineural. Untungnya, penyembuhan spontan sering terjadi. Sebagian dokter menganjurkan terapi zink dan vitamin. Terapi vitamin sebagian besar dalam bentuk vitamin A. Degenerasi epitel akibat defisiensi vitamin A dapat menyebabkan anosmia, namun defisiensi vitamin A bukanlah masalah klinis yang sering ditemukan di negara-negara barat. Pajanan pada rokok dan bahan-bahan kimia beracun di udara yang lain dapat menyebabkan metaplasia epitel penciuman. Penyembuhan spontan dapat terjadi bila faktor pencetusnya dihilangkan; karenanya, konseling pasien sangat membantu pada kasus-kasus ini.

Page 24: Gangguan penghidu

PROGNOSIS• Prognosis pada gangguan penghidu ini baik tergantung dengan

faktor etiologinya. Disfungsi penciuman akibat sumbatan yang disebabkan oleh polip, neoplasma, pembengkakan mukosa, atau deviasi septum dapat disembuhkan. Bila sumbatan tadi dihilangkan, kemampuan penciuman semestinya kembali.

• Kemampuan dan ambang pengenalan bau secara progresif turun seiring bertambahnya usia. Trauma kepala di daerah frontal paling sering menyebabkan kurang penciuman, meskipun anosmia total lima kali lebih sering terjadi pada benturan terhadap oksipital. Penyembuhan fungsi penciuman setelah cedera kepala traumatik hanyalah 10% dan kualitas kemampuan penciuman setelah perbaikan biasanya buruk.

Page 25: Gangguan penghidu

TERIMA KASIH