gangguan nervu vestibulokokhlearis fix.docx
TRANSCRIPT
REFERAT
NERVUS VESTIBULOKOKHLEARIS
Disusun oleh :
AFGHAN GERTA MAJID
1102010009
Kepanitraan Klinik Ilmu Saraf RSUD Pasar Rebo
Pembimbing :
Dr. Gotot Sumantri Sp.S
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JANUARI 2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
Nervus Vestibulocochlearis merupakan nervus cranialis ke delapan. Nervus ini terdiri dari 2
komponen fungsional yang berbeda yaitu 1) nervus Vestibularis, yang membawa impuls
keseimbangan dan orientasi ruang tiga dimensi dari apparatus vertibular dan 2) nervus
Cochlearis, yang membawa impuls pendengaran yang berasal dari organon corti di dalam
cochlea. Apparatus vestibular dan organon corti terletak didalam pars petrosa os temporalis.
Kedua komponen nervus Vestibulochlearis ini terdiri dari serabut-serabut somatosensorik
khusus. Perjalanan nervus ini dalam susunan saraf pusat adalah sangat kompleks.
2
BAB II
ANATOMI NERVUS VESTIBULOKOKHLEARIS
Nervus Vestibulocochlearis memasuki batang otak tepat dibelakang nervus facialis (VII)
pada suatu daerah berbentuk segitiga yang dibatasi oleh pons, flocculus dan medulla
oblongata, keduanya kemudian terpisah dan mempunyai hubungan ke pusat yang berbeda.
Nervus Vestibularis dan Cochlearis biasanya bersatu yang kemudian memasuki meatus
acustikus internus, disebelah bawah akar motorik nervus VII.
Gambar 1. Anatomi Nervus Kranialis
3
Gambar 2. Nervus Vestibulokokhlearis
Gambar 3. Anatomi Bagian Telinga
Nervus Vestibulokokhlearis (N VIII) – Komponen Koklear dan Organ Pendengaran
Organ keseimbangan dan pendengaran berasal dari sebuah prekusor embriologis di bagian
petrosus os temporalis : utrikulus membentuk system vestibularis dengan tiga kanalis
4
semisirkularis-nya, sedangkan sakulus membentuk telinga dalam dengan koklea yang
berbentuk seperti siput
Persepsi auditorik. Gelombang bunyi adalah getaran udara yang dihasilkan oleh berbagai
macam mekanisme (nada, bicara, nyanyian, musik) ditransmisikan disepanjang kanalis
auditorius eksternus ke gendang telinga (tympanum atau membrane timpanika ) yang
memisahkan telinga luar dan telinga tengah.
Telinga tengah mengandung udara dan berhubungan dengam rongga nasofaring ( dan dengan
demikian juga ke lingkungan luar) melalui tuba auditoria, yang disebut juga tuba eustachius.
Telinga tengah mengandung rongga tulang (vestibulum), yang dindingnya diliputi oleh
membrane mukosa. Dinding medialnmya memiliki
Gambar 4. Organ pendengaran dan keseimbangan
Dua orificium yang ditutupi oleh jaringan kolagen, yang disebut oval window atau foramen
ovale (sebutan lain, fenestra vestibuli) dan round window atau foramen rotondum (fenestra
kokhleae ). Kedua jendela ini memisahlan rongga timpani dengan telinga dalam, yang terisi
dengan perilimf. Gelombang suara yang datang membuat getaran pada membrane timpanika
ke foramen ovale, membentuk getaran serta menghasilkan osilasi perilmf. Rongga timpani
5
juga mengandung dua otot kecil, yaitu muskulus tensor timpani (N V) dan muskulus
stapedius (N VIII) . Dengan kontraksi dan relaksasi, otot-otot tersebut mengubah motilitas
osikulus auditorik sebagai respons terhadap intensitas suara yang datang, sehingga organ corti
terlindungi dari kerusakan akibat suara yang sangat keras.
Telinga dalam. Bagian auditorik telinga dalam memiliki komponen tulang dan komponen
membranosa tulang koklea membentuk spiral dengan dua-setengah putaran, menyerupai
siput. (gambar 4. memperlihatkan koklea yang dipotong hanya untuk kepentingan
pembelajaran). Koklea memiliki ruang-antara (vestibulum) dan bony tube, dilapisi oleh
epitelium yang melingkar disekitar modiolus, struktur tulang yang semakin menyempit dan
mengandung ganglion spirale. Potongan melintang pada ductus kokhlearis menunjukkan tiga
kompartemen membranosa ; skala vestibule, skala timpani, dan skala media ( atau
ductus kokhlearis), yang mengandung organ corti (Gambar 5.). Skala vestibule dan skala
timpani terisi dengan perilimf, sedangkan ductus kokhlearis terisi dengan endolimf, cairan
yang diproduksi oleh stria vaskularis. Ductus kokhlearis menyempit hingga menghilang
dikedua ujungnya (di sektum vestibulare pada bagian dasarnya dan di sektum kupulare pada
apeksnya). Dinding atas ductus kokhlearis terbentuk oleh membrane Reissner yang sangat
tipis, yang memisahkan endolimfs dari perilimf dimulai di foramen ovale dan berjalan
melalui skala vestibuli ke seluruh panjang kokhlea hingga apeksnya, tempat gelombang
tersebut masuk ke skala timpani melalui lubang kecil yang disebut helikotrema; gelombang
kemudian berjalan ke sepanjang koklea di skala timpani, hingga akhirnya sampai di foramen
rotundum, tempat suatu membrane tipis memisahkan telinga dalam dari telinga tengah.
Organ Corti ( organ spiral ) terletak di membrane basilaris di seluruh panjangnya, dari
vestibulum ke apeks (Gambar 6). struktur ini terdiri dari sel-sel rambut dan sel-sel penunjang
(Gambar 5c dan d). Sel-sel rambut adalah reseptor organ pendengaran, yang mengubah
energi mekanik gelombang bunyi menjadi potensial elektrokimiawi. Ada sekitar 3500 sel-sel
rambut dalam, tersusun dalam satu baris, dan 12.000-19.000 sel-sel rambut luar, tersusun
dalam tiga baris atau lebih. Masing-masing sel rambut memiliki sekitar 100 stereosilia,
beberapa di antaranya meluas ke membrane tektoralis. Ketika membrane basilaris berosilasi,
strereosilia menekuk hingga berkontak dengan membrane tektorial yang tidak berosilasi; hal
ini dianggap sebagai stimulus mekanikal yang mengeksitasi sel-sel reseptor audotorik. Selain
sel-sel sensorik (sel-sel rambut), organ corti juga mengandung beberapa jenis sel penunjang,
seperti sel-sel Deiters, serta rongga kosong (terowongan), yang fungsinya
6
Gambar 5. Anatomi mikroskopik organ pendengaran. a. Labirin b. Koklea c. Organ
korti d. Organ korti dan serabut saraf e. Membrana basilaris
tidak akan dibahas lebih lanjut di sini (tetapi lihat Gambar 4.40d). Pergerakkan lepengan kaki
stapes ke foramen ovale menciptakan gelombang yang berjalan di sepanjang bentangan
membrane basilaris; arah pergerakkan gelombang ini tegak lurus
Gambar 6. Perjalanan lamina basilaris
terhadap bentangan membrane basilaris. Pemberian nada murni dengan frekuensi tertentu
berkaitan dengan lokasi spesifik di membrane basilaris yang menghasilkan deviasi membrane
maksimal (yaitu, amplitude maksimal). Dengan demikian, membrane basilaris memiliki
organisasi tonotropik, yaitu frekuensi yang lebih tinggi terekam di bagian membrane yang
7
lebih basal, dan frekuensi yang lebih rendah di bagian yang lebih tinggi dari kiri ke kanan.
Membrana basilaris lebih lebar di bagian ujung basal dibandingkan ujung apical (Gambar
5e).
Ganglion spirale (Gambar 7) mengandung sekitar 25.000 neuron bipolar dan 5.000 neuron
unipolar, yang memiliki prosesus sentral dan perifer. Prosesus perifer menerima input dari
sel-sel rambut dalam dan prosesus sentral berjalan bersama untuk membentuk nervus
kokhlearis.
Nervus kokhlearis dan jaras auditorik. Nervus kokhlearis, yang dibentuk oleh prosesus
sentral sel ganglion spirale, berjalan di sepanjang kanalis auditorium internus bersama dengan
nervus vestibularis, melewati ruang subarachnoid di cerebellopontine angle, dan kemudian
masuk ke batatng otak tepat di belakang pedunkulus sereberalis inferior. Di nucleus
kokhlearis ventralis, serabut-serabut nervus kokhlearis bercabang dua (seperti huruf “T”) ;
masing-masing kemudian melanjutkan ke lokasi relay berikutnya (neuron kedua jaras
audiotorik) dibagian ventral atau dorsal nucleus kokhlearis. Neuron kedua menghantarkan
impuls kea rah sentral melalui beberapa jaras, beberapa diantaranya memiliki relay sinaptik
lebih lanjut (Gambar 8)
Neurit (akson) yang berasal dari nucleus kokhlearis ventralis menyilang garis tengah di
dalam korpus trapezoldeum. Beberapa neurit ini membentuk sinaps dengan neuron lanjutan
di korpus trapezoideum. Beberapa neurit ini membentuk sinaps dengan neuron lanjutan di
korpus trapezoideum itu sendiri, sedangkan yang lainnya melanjutkan ke stasiun relay
berikutnya-nukelus olivarius superior, nucleus lemniscus lateralis, atau formasio retikularis.
Impuls auditorik asendenss kemudian berjalan melalui lemniscus lateralis ke kolikulus
inferior (meskipun beberapa serabut mungkin tidak melewati kolikulius dan langsung menuju
korpus genikulatum mediale).
8
Gambar 7. Ganglion spirale dan ganglion vestibulare
Neurit yang muncul dari nucleus kokhlearis dorsalis menyilang garis tengah di belakang
pedunkulus serebelaris inferior, beberapa diantaranya di stria medularis dan yang lainnya
melalui formasio retikularis, dan kemudian berjalan naik di lemniscus lateralis ke kolikulus
inferior, bersama dengan neurit dari nucleus kokhlearis ventralis.
Kolikulus inferior mengandung relay sinaptik lanjutan ke neuron berikutnya pada jaras ini,
yang kemudian berproyeksi ke korpus genikulatum mediale talami. Dari sini, impuls
auditorik berjalan didalam radiasio auditoria, yang terletak di krus posterius tranversus (area
Brodmam 41), yang juga disebut girus transversus Heschl (Gambar 8a dan c) analog dengan
organisasi somatotopik (retinotopik) jaras visual.
Proyeksi bilateral impuls audiotorik. Tidak semua serabut audiotorik menyilang garis tengah
di batang otak: sebagian jaras ini tetap berjalan ipsilateral, sehingga jika terjadi cedera pada
sebuah lemniscus lateralis tdiak menyebabkan tuli total unilateral, tetapi hanya tuli parsial
pada sisi kontralateral, serta gangguan persepsi arah suara.
Area asosiasi audiotorik. Di dekat area audiotorik primer korteks serebri terdapat area
audiotorik sekunder pada permukaan eksternal lobus temporalis ( area 42 dan 22) yaitu
tempat stimulus audiotorik dianalisis, diidentifikasi, dan dibandingkan dengan memori
auditorik yang telah direkam sebelumnya, dan juga di klasifikasikan apakah suara tersebut
merupakan bising, nada, melodi, atau kata-kata dan kalimat, misalnya berbicara. Jika area
9
korteks ini rusak, pasien dapat kehilangan kemampuan untuk mengidentifikasi suara atau
mengerti pembicaraan (afasia sensorik).
Gambar 8. Jaras auditorik. Hubungan sentral nervus kokhlearis
Integrasi pemrosesan audiotorik di berbagai lengkung refleks. Jaras dari organ korti ke
korteks audiotorik primer adalah sepanjang 4-6 neuron; pada masing-masing stasiun relay
jaras ini (nukelus olivarius superior, formasio retikularis, nukelus lemnikus lateralis, dan
kolikulus inferior), muncul serabut kolateral yang berpartisipasi membentuk beberapa
lengkung refleks.
Beberapa impuls berjalan ke serebelum, sedangkan impuls lain berjalan di fasikulus
longitudinalis medialis ke nukelus yang mempersarafi otot-otot ekstraokular dan
menimbulkan gerakan mata konjugat kea rah datangnya suara.
Beberapa impuls melewati kolikulus superior dan inferior ke area pretektalis dan
kemudian, melalui traktus tektobulbaris, ke berbagai nuclei batang otak, termasuk
nukelus nervus fasialis (m. stapedius), atau melalui traktus tektospinalis ke sel-sel
motoric kornu anterius di medulla spinalis servikalis. Impuls yang turun ke medulla
10
spinalis servikalis menimbulkan reposisi kepala kea rah atau menjauhi datangnya
suara.
Impuls lain berjalan di dalam system aktivasi retikuler ke formasio retikularis ( reaksi
terjaga )
Impuls lain berjalan turun di lemniscus lateralis, dan melalui interneuron, mengatur
pengaruh pada tekanan lamina basilaris. Beberapa impuls desendens dianggap
memiliki efek inhibitorik; fungsinya mungkin untuk memperbaiki persepsi frekuensi
tertentu dengan menekan frekuensi lain, frekuensi-frekuensi di sekitarnya.
Nervus Vestibulokhlearis (N VIII)-Komponen Vestibular dan Sistem Vestibular
Tiga sistem yang berbeda berpartisipasi dalam regulasi keseimbangan (ekuilibrium): system
vestibular, system proprioseptif (yaitu, persepsi posisi otot dan sendi), dan sistem visual.
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis kedelapan (yaitu,
nervus vestibularis, bagian nervus vestibulokokhlearis), dan nukelei vestibularis dibatang
otak, dengan koneksi sentralnya.
Labirin terletak didalam bagian petrosus os temporalis dan terdiri dari utrikulus,sakulus,
dan tiga kanalis semisirkularis (Gambar 4). labirin membranosa terpisah dari labirin tulang
oleh rongga kecil yang terisi dengan perilimf; organ membranosa itu sendiri berisi endolimf.
Utrikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis yang melebar (ampula) mengandung
organ reseptor yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.
Tiga kanalis semisirkularis terletak di bidang yang berbeda. Kanalis semisirkularis lateral
terletak dibidang horizontal, dan dua kanalis semisirkularis lainnya tegak kurus dengannya
dan satu sama lain. Kanalis semisirkularis posterior sejajar dengan aksis os petrosus,
sedangkan kanalis semisirkularis anterior tegak lurus dengannya. Karena aksis os petrosus
terletak pada sudut 45° terhadap garis tengah, kanalis semisirkularis anterior satu telinga
parallel dengan kanalis semisirkularis lateralis terletak dibidang yang sama (bidang
horizontal).
Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan utrikulus. Setiap
kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya untuk membentuk ampula, yang
berisi organ reseptor sistem vestibular, krista ampularis (Gambar 9). Rambut-rambut sensorik
11
krista tertanam pada salah satu ujung massa gelatinosa yang memajanjang yang disebut
kupula, yang tidak mengandung otolit (lihat dibawah).
Gambar 9. Krista ampularis
Pergerakkan endolimf di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut sensorik krista,
yang demikian, merupakan reseptor kinetic (reseptor pergerakkan).
Utrikulus dan sakulus mengandung Kristal kalsium karbonat, disebut statolit. Kristal tersebut
ditopang oleh sel-sel penunjang.
Reseptor ini menghantarkan impuls statks, yang menunjukkan posisi kepala terhadap
ruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan pengaruh pada tonus otot.
Impuls yang berasal dari reseptor labirin membentuk bagian aferen lengkung refleks yang
berfungsi untuk mengoordinasikan otot ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga
keseimbangan tetap terjaga pada setiap posisi dan setiap jenis pergerakkan kepala.
Nervus vestibulokokhlearis. Stasiun berikutnya untuk transmisi impuls di system vestibular
adalah nervus vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius
internus; mengandung sel-sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input dari sel
reseptor di organ vestibular, dan yang prosesus sentralnya membentuk melintasi kanalis
auditorius internus, menembus ruang subarachnoid di cerebellopontine angle,dan masuk ke
12
batang otak di taut pontomedularis. Serabut-serabutnya kemudian melanjtkan ke nucleus
vestibularis, yang terletak di dasar ventrikel keempat.
Kompleks nuclear vestibularis (Gambar 4.46a) terbentuk oleh :
Nukleus vestibularis superior (Bekhterev)
Nukleus vestibularis lateralis (Deiters)
Nukleus vestibularis medialis (Schwalbe)
Nukleus vestibularis inferior (Roller)
Serabut-serabut nervus vestibularis terpisah menjadi beberapa cabang sebelum memasuki
masing-masing kelompok sel di kompleks nuklear vestibularis, tempat mereka membentuk
relay sinaptik dengan neuron kedua (Gambar 10b).
Hubungan aferen dan eferen nukleus vestibularis. Anatomi hubungan aferen dan eferen
nuklei vestibularis saat ini belum diketahui secara pasti. Teori yang berlaku saat ini adalah
sebagai berikut (Gambar 11):
Sebagian serabut yang berasal dari nervus vestibularis menghantarkan impuls
langsung ke lobus flokulonodularis serebeli (arkhiserebelum) melalui traktus
juxtarestiformis, yang terletak didekat pedundukulus sereberalis inferior. Kemudian,
13
lobus flokulonodularis berproyeksi ke nukleus fastigialis dan, melalui fasikulus
unsinatus (Russell), kembali ke nukleus vestibularis; beberapa serabut kembali
melalui nervus vestibularis ke sel-sel rambut labirin, tempat mereka mengeluarkan
efek regulasi inhibbitorik utama. Selain itu, arkhi serebelum mengandung serabut-
serabut ordo kedua dari nukleus vestibularis superior, medialis, dan inferior (Gambar
4.47 dan 4.48)
Gambar 10. Kompleks nuklear vestibularis dan hubungan sentralnya
14
Gambar 11. Hubungan sentral nervus vestibularis
15
dan mengirimkan serabut eferen langsung kembali ke kompleks nuklear vestibularis, serta ke
neuron motorik medulla spinalis, melalui jaras serebeloretikularis dan retikulospinalis.
Traktus vestibulospinalis lateralis yang penting berasal dari nukleus vestibularis
lateralis (Deiters) dan berjalan turun pada sisi ipsilateral didalam fasikulus anterior ke
motor neuron γ dan α medulla spinalis, turun hingga ke level sakral. Impuls yang
dibawa di traktus vestibularis lateralis berfungsi untuk memfasilitasi refleks ekstensor
dan mempertahankan tingkat tonus otot seluruh tubuh yang diperlukan untuk
keseimbangan.
Serabut nukleus vestibularis medialis memasuki fasikulus longitudinalis medialis
bilateral dan berjalan turun didalamnya ke sel-sel kornu anterius medula spinalis
servikalis, atau sebagai traktus vestibulospinalis medialis ke medula spinalis
torasika bagian atas. Serabut-serabut ini berjalan turun dibagian anterior medula
spinalis servikalis, di dekat fisura mediana anterior, sebagai fasikulus sulkomarginalis,
dan mendistribusikan dirinya ke sel-sel kornu anterius setinggi servikal dan torakal
bagian atas. Serabut ini memengaruhi tonus otot leher sebagai respons terhadap posisi
kepala dan kemungkinan juga berpartisipasi dalam refleks yang menjaga ekuilibrium
dengan gerakan lengan untuk keseimbangan.
Semua nukleus vestibularis berproyeksi ke nuklei yang mempersarafi otot-otot
ekstraokular melalui fasikulus longitudinalis medialis. Pakar anatomi telah berhasil
mengikuti beberapa serabut vestibularis ke kelompok nuklear cajar (nuklear
interstisial) dan Darkschewitsch dan kemudian masuk ke thalamus (Gambar 4.47).
Kompleks struktur yang terdiri dari nukleus vestibularis dan lobus flokulonodularis serebeli
berperan penting untuk mempertahankan ekuilibrium dan tonus otot. Ekuilibrium juga
dipertahankan oleh proyeksi spinoserebelaris dan serebeloserebelaris, yang akan dibahas
kemudian pada Bab 5.
16
BAB III
KELAINAN NERVUS VESTIBULOKOKHLEARIS
Gangguan Pendengaran
Tuli konduktif dan Tuli Sensorineural
Dua jenis tuli dapat dibedakan secara klinis : tuli telinga tengah (konduktif) dan tuli telinga
dalam (sensorineural).
Tuli konduktif disebabkan oleh proses yang mengenai kanalis auditorius eksternus atau,
yang lebih sering, telinga tengah. Getaran udara ( gelombang suara ) hanya sedikit yang
dihantarkan ke telinga dalam, atau bahkan tidak dihantarkan sama sekali. Getaran tulang
masih dapat dihantarkan ke organ Corti dan masih dapat didengarkan (lihat tes Rinne,
dibawah).
Penyebab tuli konduktif meliputi kerusakan membrane timpani,serotimpanum,
mukotimpanum, atau hemotimpanum; gangguan rantai osikular oleh trauma atau inflamasi;
klasifikasi tulang (otosklerosis ); proses destruktif seperti kolesteatom; dan tumor (tumor
glomus dan yang lebih jarang yaitu karsinoma kanalis auditorik).
Tuli telinga dalam atau tuli sensorineural disebabkan oleh lesi yang mengenai organ Korti,
nervus kokhlearis, atau jaras auditorik sentral.
Fungsi telinga dalam dapat terganggu oleh malformasi kongenital, medikasi (antibiotik),
racun industry (misalnya, benzena,anilin, dan pelarut organik), infeksi (mumps,campak,
zoster), gangguan metabolik atau trauma (fraktur, trauma akustik).
Evaluasi diagnostik gangguan pendengaran. Pada tes Rinne, pemeriksaan menentukan
apakah stimulus auditorik diterima lebih baik jika dihantarkan melalui udara atau tulang.
Tangkai garputala yang bergetar diletakkan di prosesus mastoideus. Segera setalah pasien
tidak dapat mendengar nadanya, pemeriksa menguji apakah ia masih dapat mendengarnya
jika ujung garputala didekatkan ke telinga, yang pada subjek normal dapat mendengarnya (tes
Rinne positif = hasil normal). Pada gangguan pendengaran telinga tengah, pasien dapat
mendengar nada lebih lama melalui konduksi tulang dibandingkan dengan konduksi udara
(tes Rinne negative = hasil patologis).
17
Pada tes Weber, tangkai garputala yang bergetar diletakkan pada vertex kepala pasien, yaitu
di garis tengah. Subjek normal akan mendengarkan nada di garis tengah; pasien dengan tuli
konduktif unilateral melokalisasi nada di sisi yang sakit, sedangkan tuli sensorineural
unilateral melokalisasikan nada disisi yang normal.
Pemeriksaan diagnostik lanjutan. Lesi telinga tengah merupakan area spesialis THT, tetapi
lesi nervus kokhlearis dan jaras auditorik sentral merupakan area neurolog.
Pemeriksaan bedside yang dibahas diatas untuk membedakan tuli sensorineural atau tuli
konduktif tidak cukup untuk penilaian diagnostik secara tepat, yang memerlukan audiometri,
yaitu pengukuran kemampuan pendengaran secara kuantitatif dan akurat. Ambang batas
audiotorik untuk konduksi udara dan tulang diukur pada berbagai frekuensi. Pada tuli
konduktif, ambang konduksi udara lebih buruk dibandingkan konduksi tulang. Pada tuli
sensorineural, temuan tergantung pada lesi yang mendasarnya : tuli frekuensi tinggi terjadi
pada usia tua (presbikusis) dan pada bentuk tuli akut atau kronik lainnya, tetapi tuli frekuensi
rendah persepsi auditorik terjadi pada penyakit Meniere.
Gangguan neurologis yang menimbulkan ketulian. Penyakit Meniere, yang telah diulas
secara singkat diatas, adalah gangguan telinga dalam yang menyebabkan hilangnya
pendengaran dan manifestasi neurologis lain. Penyakit ini ditandai dengan trias klinis yaitu
vertigo rotatorik dengan nausea dan muntah, tuli parsial atau total unilateral yang fluktuatif,
dan tinnitus, penyakit ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan osmotic endolimf, yang
menimbulkan hydrops ruang endolimf dan rupture penyekat antara endolimf dan perimlimf.
Gejala diobati dengan terapi antivertigo dan perfusi intratimpanik dengan berbagai obat.
Beta-histidin diberikan untuk profilaksis.
Ketulian tiba-tiba, biasanya disertai oleh tinnitus, pada sebagian besar kasus dianggap
disebabkan oleh infeksi virus atau oleh iskemia di teritori arteri labirini (suatu end artery).
Hubungan auditorik sentral dibatang otak dapat dipengaruhi oleh proses vascular, inflamasi,
infeksi, dan tumor. Akibatnya adalah ketulian. Hanya gangguan jaras auditorik bilateral
dibatang otak yang dapat menyebabkan tuli total bilateral.
“Neuroma akustik” adalah istilah untuk tumor yang umum, tetapi tidak akurat, suatu
schwannoma. Tumor tersebut akan dibahas di bab berikutnya, yang berhubungan dengan
nervus vestibularis.
18
Gangguan Keseimbangan
Dizziness dan disekuilibrium, setelah gejala sakit kepala, merupakan gejala yang paling
sering membuat pasien mencari pertolongan medis. Dalam percakapan sehari-hari,
“dizziness” atau pusing merujuk ke berbagai variasi perasaan abnormal. “Dizziness” kadang-
kadang berarti vertigo nurni, yaitu sensai pergerakkan kepala atau putaran kepala ke beberapa
arah; pasien dapat mendeskripsikan perasaan seakan-akan ia berada diatas komedi putar,
kapal yang oleng, atau lift yang mulai bergerak atau hamper berhenti. Namun, banyak pasien
menggunakan kata-kata tersebut secara luas untuk berbagai kondisi, seperti keadaan bingung,
perasaan seperti akan pingsan, rasa tidak stabil saat berdiri pada satu kaki(keluhan umum
pada lanjut usia), atau ansietas ringan, seperti pada klaustrofobia. Dengan demikian, pasien
yang mengeluhkan “dizziness” harus dianamnesis secara cermat untuk menentukan sifat
keluhan secara tepat. Berdasarkan definisinya, vertigo adalah perasaan abnormal dan
mengganggu bahwa seseorang seakan-akan bergerak terhadap lingkungannya (vertigo
subjektif), atau lingkungannya seakan-akan bergerak padahal sebenarnya tidak (vertigo
objektif: perhatikan bahwa istilah “subjektif” dan “objektif” tidak memiliki arti yang
sesungguhnya pada kedua ekspresi ini). Pasien dengan vertigo juga dapat mengalami
osilopsia, ilusi visual berupa objek yang terlihat seakan-akan bergerak maju-mundur. Hanya
ketika “dizziness” merupakan vertigo murni, berdasarkan definisi istilah tersebut secara
tepat”, yang kemudian besar disebabkan oleh gangguan pada system vestibularis atau system
visual, atau keduanya, dan yang memerlukan evaluasi dari ahli neurologi. Sebaliknya,
perasaan tidak stabil yang tidak terarah atau presinkop kemungkinan besar merupakan
manifestasi nonspesifik gangguan kardiovaskular,intoksikasi, atau depresi.
Penyebab sebagian besar kasus vertigo dianggap adalah ketidakseimbangan impuls sensorik
yang berhubungan dengan pergerakkan yang mencapai otak melalui tiga system persepsi
yang berbeda-visual, vestibular, dan somatosensorik(proprioseptif). Hal ini dikenal sebagai
hipotesis konflik sensorik atau polysensory mismatch.
Bahkan pada individu yang normal, berbagai jenis pergerakkan yang “tidak biasa” dapat
mencetuskan vertigo. Manifestasi motion sickness yang paling mengganggu adalah gejala
otonomik (mual, pucat, hipotensi, fatigue, menguap, diaphoresis dan muntah ), sedangkan
vertigo sendiri biasanya menyebabkan gejala yang lebih ringan pada pasien dan mungkin
tidak terlalu diperhatikan. Pasien yang normal dapat menderita motion sickness berat apabila
terjadi konflik sensorik yang jelas, misalnya ketika seseorang berada dibawah dek sebuah
19
kapal yang besar, pada situasi ini,system visual melaporkan bahwa lingkungan dalam
keadaan tidak bergerak, kebalikan dengan gerakan terus-menerus yang disampaikan oleh
system vestibularis. Begitu stimulus yang membingungkan ditiadakan, motion sickness
perlahan-lahan menghilang dalan 24 jam berikutnya.
Gangguan vestibularis lebih menyebabkan vertigo dibandingkan dengan dizziness
nonspesifik. Lesi yang berperan dapat terjadi dimana pun di system vestibularis (istilah
kolektif untuk organ vestibularis, nervus vestibulokokhlearis, dan nukleus vestibularis, serta
hubungan sentralnya). Vertigo vestibularis dirasakan sebagai perasaan berputar atau
translasional (masing-masing sesuai dengan peran kanalis semisirkularis dan otolit), dan
berkaitan dengan nystagmus. Suatu lesi di organ vestibularis atau nervus
vestibulokokhlearis pada satu sisi menimbulkan perbedaan level aktivitas nukleus vestibularis
kedua sisi, yang dinterpretasikan oleh apparatus vestibularis centralis sebagai gerakan
penanda ke sisi yang aktivitasnya lebih tinggi (yaitu, sisi yang normal). Akibatnya, hal ini
menimbulkan refleks vestibulookular (VOR), yaitu nistagmus, dengan komponen cepat
kearah telinga yang normal dan komponen lambat kea rah sisi lesi (tetap lihat juga neuritis
vestibularis, hlm 171). Nistagmus vestibular sering memiliki komponen rotatorik (torsional),
yang paling mudah terlihat jika fiksasi tatapan dihilangkan oleh kacamata Frenzel, dan yang
meningkat bila pasien menatap kea rah fase cepat (hukum Alexander) .
Vertigo vestibular menyebabkan nausea dan muntah, setidaknya pada awalnya, serta
kecenderungan untuk jatuh ke sisi lesi. Nistagmus yang menyertai menginduksi ilusi
pergerakkan lingkungan (osilopsia). Sehingga, pasien memilih untuk menutup matanya, dan
untuk menghindari iritasi lebih lanjut pada system vestibular dengan menjaga kepala pada
posisi terfiksasi, dengan telinga yang abnormal terletak dibagian paling atas. Lesi yang
mengenai nukleus vestibularis didasar ventrikel keempat dapat menimbulkan gejala yang
serupa.
Seseorang dapat mencoba merasakan bagaimana rasanya jika mengalami lesi vestibular
dengan melakukan percobaan yang dijelskan pada hlm.169 pada dirinya sendiri.
Vertigo proprioseptif (atau, yang lebih akurat, ketidak seimbangan proprioseptif) biasanya
bergantung pada pergerakkan dan tidak terarah dan terjadi akibat abnormalitas impuls
proprioseptif yang muncul di medulla spinalis servikalis. Keadaan ini juga dapat disebabkan
oleh neuropati perifer atau oleh lesi kolumna posterior , yang dapat mengganggu transmisi
sentral impuls proprioseptif dari tungkai bawah. Ketidakseimbangan proprioseptif akibat
20
kerusakan koumna posterior ditandai dengan ketidakseimbangan yang jelas saat berjalan,
tanpa nystagmus. Gangguan cara berjalan secara khas memberat ketika mata tertutup, atau
pada keadaan gelap, karena seseorang tidak dapat lagi menggunakan input visual untuk
mengompensasi informasi proprioseptif yang hilang.
Lesi Vestibular Perifer
Vertigo Posisi
Benign paroxysmal positioning vertigo (BPPV) adalah penyebab tersering vertigo
direksional, berkisar 20% dari semua kasus.
Pasien dengan BPPV khasnya mengelukan serangan singkat vertigo berputar yang hebat
yang muncul tidak lama setelah pergerakkan kepala dengan cepat, biasanya ketika kepala
mendongak ke atas atau menoleh ke salah satu sisi, dengan telinga yang terkena berada di sisi
atas (misalnya, ketika pasien berubah posisi di tempat tidur). Vertigo menghilang dalam
waktu 10-60 detik. Vertigo jenis ini disebabkan oleh pelepasan statolit dari membrana
statolit. Dipengaruhi oleh gravitasi, statolit bermigrasi ke bagian terendah labirin, tempat ia
dapat tersapu dengan mudah ke pintu masuk kanalis semisirkularis posterior ketika pasien
berbaring terlentang. Statolit yang terlepas juga dapat (jarang) memasuki kanalis
semisirkularis lateralis.
Pergerakkan dalam bidang kanalis semisirkularis yang terkena membuat Kristal didalamnya
bergerak, menimbulkan pergerakkan aktif endolimf (kanalotiasis; efek piston), yang di
transmisikan ke kupula. Impuls yang berasal dari kanalis semisirkularis yang terkena
menimbulkan sensasi pergerakkan dan nystagmus pada bidang kanalis semisirkularis yang
terstimulasi, yang dimulai segera setelah interval latensi yang pendek dan menghilang dalam
60 detik. Pengulangan pergerakkan kepala yang mencetuskan vertigo menyebabkan
pengurangan respons simtomatik sementara (habituasi).
Terapinya meliputi maneuver reposisi secara cepat pada bidang kanalis semisirkularis yang
terkena, dengan cara sedemikian rupa sehingga statolit dapat keluar dari kanal.
Saat membuat diagnosis banding BPPV, seseorang harus mempertimbangkan adanya
vertigo posisional sentral akibat lesi di regio dasar ventrikel keempat yang mengenai
nukleus vestibularis atau hubungan-hubungannya. Suatu lesi pada nodulus serebeli, misalnya
menyebabkan nystagmus posisional kebawah ketika kepala ditundukkan. Vertigo posisional
21
sentral kadang-kadang disertai oleh muntah hebat, tetapi dengan nausea yang relative lebih
ringan. Pada vertigo posisional sentral, tidak bergantung pada kecepatan pasien di reposisi,
cenderung menetap lebih lama, arahnya dapat berubah tergantung pada posisi kepala, dan
biasanya disertai oleh abnormalitas fiksasi tatapan dan gerakan mengikuti lebih lanjut.
Neuropati vestibular
Defisit vestibular unilateral yang akut (neuropati atau neurotis vestibular = kehilangan fungsi
biasanya, sebuah organ vestibular atau nervus vestibularis secara akut) adalah penyebab
vertigo rotatorik tersering kedua. Meskipun, pada sebagian besar kasus, tidak ada penyebab
yang dapat teridentifikasi secara pasti, banyak bukti menunjukkan bahwa episode tersebut
disebabkan oleh virus, dengan cara yang sama dengan kelumpuhan nervus fasialis idiopatik
(Bell’s palsy) dan tuli tiba-tiba.
Gejala utama neuropati vestibular adalah vertigo berputar yang hebat dengan onset akut
dan berlangsung hingga beberapa hari, yang diperberat dengan pergerakkan kepala.
Keluhan ini disertai oleh nystagmus torsional horizontal yang arahnya menjauh sisi lesi, serta
kecenderungan untuk terjatuh ke sisi lesi, nausea, muntah, dan malaise yang hebat. Gejala
prodromal ringan dalam bentuk sensasi vertigo yang singkat dan sementara kadang-kadang
mendahului serangan akut dalam beberapa hari. Pendengaran umumnya tidak terpengaruh,
tetapi jika ditemukan gangguan pendengaran, diagnosis banding harus menyertakan penyakit
infeksi seperti mumps,campak, mononucleosis, boreliosis, neurosifilis, dan herpes zoster
ortikus; neuroma akustik; iskemia pada teritori arteri labirinti; dan penyakit Meniere.
Neuropati vestibular cenderung mengenai individu yang berusia antara 30 dan 60 tahun tidak
menjadi lebih sering pada usia tua, yang menunjukkan bahwa gangguan ini kemungkinan
tidak disebabkan oleh iskemia. Diagnosis ditegakkan dengan temuan gangguan eksitabilitas
labirin yang terkena pada pemeriksaan kalori, tanpa disertai oleh manifestasi neurologis lain
(seperti defisit saraf kranalis lain, defisit serebelum, atau defisit batang otak). Vertigo dan
ketidakseimbangan membaik secara perlahan-lahan dalam 1-2 minggu, dan semua gejala
umumnya pulih sempurna dalam tiga minggu setelah onsetnya. Terapi dengan tirah baring
dan obat antivergo hanya diindikasikan pada dua atau tiga hari pertama. Pasien harus
memulai program gimnastik khusus yang terarah sesegera mungkin, termasuk latihan
keseimbangan yang mudah dipelajari dan dilakukan di rumah, untuk mempercepat
penyembuhannya.
22
Neuroma akustik
Seperti yang telah disebutkan, istilah umum (bahkan hamper universal) “neuroma akustik”
sebenarnya merupakan kesalahan penamaan untuk schwannoma yang muncul dari serabut
vestibular nervus vestibulokokhlearis. Pertama-tama tumor merusak serabut-serabut ini,
kemudian secara perlahan dan progresif merusak eksitabilitas organ vestibular sisi yang
terkena; pasien jarang mengalami vertigo karena defisit ini dapat dikompensasi dengan
proses vestibular pada tingkat yang lebih tinggi, tetapi eksitabilitas asimetrik dapat terlihat
pada tes kalori. Bergantung pada kecepatan pertumbuhan tumor, iritasi dan/atau kompresi
serabut nervus kokhlearis cepat atau lambat akan menimbulkan tuli frekuensi tinggi yang
terbukti secara klinis. Diagnosis neuroma akustik didukung oleh temuan tuli frekuensi tinggi
pada audiometri, dan pemanjangan waktu konduksi dengan mengukur potensial cetusan
audiotorik batang otak (BAEP :Brainstem Auditory Evoked Potentials); dan dapat
dikonfirmasi dengan MRI. Namun, tidak ada hubungan langsung dan tepat antara ukuran
tumor dan keparahan tuli yang disebabkannya.
Tumor yang telah tumbuh lebih lanjut dapat menekan struktur disekitarnya (batang otak,
nervus fasialis, nervus trigeminus), menyebabkan defisit saraf kranial lebih lanjut (misalnya,
ganguan lakrimasi dan pengecapan akibat disfungsi khorda timpani) dan, akhirnya, gejala
kompresi batang otak dan serebelum.
Pasien dengan neuroma akustik bilateral kemungkinan mengalami neurofibromatosis tipe II
(disebut juga neuromatosis akustik bilateral).
Terapi untuk neuroma akustik saat ini menajdi subjek diskusi yang intens dibidang bedah
saraf. Banyak lesi yang sebelumnya hanya dapat diobati dengan operasi terbuka sekarang
dapat diobati dengan radiosurgery stereotaktik yang memberikan hasil yang sebaik atau
bahkan lebih baik (misalnya, dengar Pisau Gamma atau akselerator linear stereotaktik).
23
BAB IV
CARA PEMERIKSAAN NERVUS VESTIBULOKOKHLEARIS
Pemeriksaan Saraf Kokhlearis
Ketajaman pendengaran. Secara kasar (rutin) ketajaman pendengaran ditentukan dengan
jalan menyuruh penderita mendengarkan suara bisikan pada jarak tertentu dan
membandingankannya dengan orang yang normal. Perhatikan pula apa ada perbedaan antara
ketajaman pendnegaran telingan kanan dan kiri. Beda ini penting artinya ditinjau dari sudut
patologis. Bila ketajaman pendengaran berkurang, atau terdapat perbedaan antara kedua
telinga, kita lakukan pemeriksaan-pemeriksaan Schwabach,Weber dan audiogram.
Tes Schwabach. Pada tes ini pendengaran penderita dibandingkan dengan pendengaran
pemeriksa (yang dianggap normal). Garpu tala dibunyikan dan kemudian ditempatkan di
dekat telinga penderita. Setelah penderita tidak mendengarkan bunyi lagi, garpu tala tersebut
ditempatkan di dekat telinga pemeriksa. Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa, maka
dikatakan bahwa Schwabach lebih pendek ( untuk konduksi udara). Kemudian garpu tala
dibunyikan lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid penderita. Disuruh ia
mendengarkan bunyinya.
Bila sudah tidak terdengar lagi, maka garpu tala ditempatkan pada tulang mastoid pemeriksa.
Bila pemeriksa masih mendengarkan bunyinya maka dikatakan bahwa Schwabach (untuk
konduksi tulang) lebih pendek.
Tes Rinne. Pada pemeriksaan ini dibandingkan konduksi tulang dengan konduksi udara.
Pada telingan yang normal, konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang. Hal ini
didapatkan juga pada tuli perseptif (tuli saraf). Akan tetapi, pada tuli konduktif, konduksi
tulang lebih baik daripada konduksi udara.
Pada pemeriksaan tes Rinne biasanya digunakan garpu tala yangberfrekuensi 128, 256, atau
512 Hz. Garpu tala dibunyikan dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid penderita. Ia
disuruh mendengarkan bunyinya. Bila tidak terdengar lagi, garpu tala segera didekatkan pada
telinga.
Jika masih terdengar bunyi, maka konduksi udara lebih baik dari pada konduksi tulang, dan
dalam hal ini dikatakan Rinne positif.
24
Bila tidak terdengar lagi bunyi, segera setelah garpu tala dipindahkan dari tulang mastoid ke
dekat telinga, kita katakan Rinne negatif.
Tes Weber. Garpu tala yang dibunyikan ditekankan pangkalnya pada dahi penderita, tepat
dipertengahan. Penderita disuruh mendengarkan bunyinya, dan menentukan pada telinga
mana bunyi lebih keras terdengar. Pada orang yang normal, kerasnya bunyi sama pada telinga
kiri dan kanan. Pada tuli saraf, bunyi lebih keras terdengar pada telinga yang sehat, sedang
pada tuli konduktif bunyi lebih keras terdengar pada telinga yang tuli. Kita katakan: tes
Weber berlateralisasi ke kiri (atau ke kanan), bila bunyi lebih keras terdengar di telinga kiri
(atau kanan).
Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa tuli perseptif pendengaran berkurang, Rinne positif
dan Weber berlateralisasi ke telinga yang sehat. Pada tuli konduktif pendengaran berkurang.
Rinne negatif dan Weber berlateralisasi ke telinga yang tuli.
Bunyi atau suara yang dapat didengar oleh telinga yang normal berfrekuensi antara 8-6
sampai kira-kira 32.000 Hz.
Pemeriksaan Saraf Vestibularis
Telah dikemukakan diatas bahwa gangguan vestibular dapat menyebabkan antara lain
vertigo, nistagmus, kehilangan keseimbangan, dan salah tunjuk (past pointing). Gejala ini
menunjukan adanya gangguan pada reseptor vestibular, saraf vestibular atu hubungannya
sentral.
Nistagmus telah kita perbincangkan waktu mempelajari nervus III,IV,VI. Biasanya nistagmus
sudah dapat dideteksi waktu memeriksa gerak bola mata, namun terkadang dibutuhkan tes
lain untuk menimbulkannya atau memperjelasnya.
Cara khusus menimbulkan nistagmus
Untuk menimbulkan atau memperjelas nistagmus dapat dilakukan manuver nylen-barany/
manuver hallpike, atau tes kalori.
Manuver nylen-barany atau manuver hallpike. Untuk membangkitkan vertigo dan
nistagmus posisional pada penderita dengan gangguan sistem vestibular dapat di lakukan
manuver nylen-barany atau dinamai sebagai manuver hallpike.
25
Pada tes ini pasien disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai
kepalanya tergantung di pinggir dengan sudut sekitar 300 dibawah posisi horisontal.
Selanjutnya kepala ditolehkan kekiri. Tes kemudian diulangi dengan kepala melihat lurus dan
diulangi lagi dengan menolehkan kepala ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka
matanya agar pemeriksa dapat melihat sekitar munculnya nistagmus. Perhatikan kapan
munculnya nistagmus, berapa lama berlangsung nistagmus serta jenis nistagmus. Kemudian
kepada penderita di tanyakan apa yang dirasakannya. Apakah ada vertigo dan apakah vertigo
yang dialaminya pada tes ini serupa dengan vertigo yang pernah dialaminya.
Pada lesi perifer, vertigo lebih berat dan didapatkan masa laten selama sekitar 2-30 detik.
Yang dimaksud dengan masa laten ialah nistagmus tidak segera timbul ketika kepala
mengambil posisi yang kita berikan, nistagmus baru muncul setelah beberapa detik berlalu,
yaitu sekitar 2-30 detik. Dalam hal ini, kita katakan masa laten untuk terjadinya nistagmus 2-
30 detik.
Pada lesi perifer vertigo biasanya lebih berat, lebih berat dari lesi sentral. Pada lesi perifer
nistagmus akan capai, maksudnya ialah setelah beberapa saat nistagmus akan berkurang dan
kemudian berhenti, walaupun kepala masih dalam posisinya. Selain itu, pada lesi perifer, bila
manuver ini diulang ulang, jawaban nistagmus akan berkurang dan kemudian tidak muncul
lagi. Hal ini disebut habituasi. Pada lesi vestibular sentral tidak didapatkan masa laten.
Nistagmus segera muncul. Selain itu pada lesi sentral nistagmus tidak berkurang atau mereda,
tidak menjadi capai dan nistagmus akan tetap timbul bila manuver ini diulang ulang. Jadi
tidak didapatkan habituasi.
Ciri nistagmus posisional
Lesi perifer Lesi sentral
Vertigo Berat Ringan
Masa laten Ya Tidak
Jadi capai Ya Tidak
Habituasi Ya Tidak
26
Tes kalori. Tes kalori mudah dilakukan dan mudah diduplikasi. Tes ini membutuhkan
peralatan yang sederhana, dan dapat diperiksa pada kedua telinga. Kepekaan penderita
terhadap rangsang kalori bervariasi, karenanya lebih baik dimulai dengan stimulasi yang
ringan, dengan harapan bahwa stimulasi ringan telah menginduksi nistagmus dengan rasa
vertigo yang ringan dan tidak disertai nausea atau muntah. Stimulasi yang lebih kuat selalu
dapat diberikan bila penderita ternyata kurang sensitif.
Cara melakukan tes kalori
Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 600 (tujuannya adalah agar
bejana lateral labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara
maksimal oleh aliran konveksi yang diakibatkan oleh aliran endolimf) .
Tabung suntik berukuran 20 cc dengan jarum ukuran 15 yang ujungnya dilindungi karet diisi
dengan air bersuhu 300C (kira kira 7 derajat di bawah suhu badan). Air disemprotkan keliang
telinga dengan kecepatan 1 cc perdetik. Dengan demikian gendang telinga tersiram air selama
kira kira 20 detik. Kemudian, bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus.
Arah gerak nistagmus ialah kesisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang diairi (karena air
yang disuntikan lebih dingin dari suhu badan). Arah gerak nistagmus di catat, demikian juga
frekuensinya ( biasanya 3-5 kali perdetik) dan lamanya nistagmus berlangsung dicatat.
Lamanya nistagmus berlangsung berbeda tiap penderita, biasanya berlangsungantara ½-2
menit.
Setelah beristirahat selama 5 menit, telinga kedua dites. Hal yang penting diperhatikan ialah
membandingkan lamanya nistagmus pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir
sama. Pada sekitar 5% orang normal, stimulasi minimal tidak akan mencetuskan nistagmus.
Pada penderita demikian, 5 ml air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya
injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal ini mencetuskan nistagmus yang
berlangsung 2-2/12 menit. Bila masih tidak timbul nistagmus, kemudian dapat disuntikan 20
ml air es selama 30 detik. Bila stimulasi ini juga tidak menimbulkan nistagmus maka dapat
dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.
Tes kalori untuk mengevaluasi fungsi vestibular ini mudah dilaksanakan dan mudah di
interpretasi. Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal,
hipoaktif atau tidak berfungsi. Dalam hal ini kita bandingkan sensitivitas labirin pada kedua
sisi. Namun pada tes kalori, pemeriksa harus mengobservasi gerak bola mata selain itu,
27
gerakan dan arah nistagmus serta lamanya nistagmus berlangsung harus diamati. Karena
pengamatan dilakukan langsung oleh pemeriksa, kesalahan yang manusiawi dapat terjadi.
Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan ini dikembangkan pemeriksaan
elektronitagmografi.
Elektonistagmografi. Pada pemeriksaan dengan alat ini diberikan stimulus kalori ke liang
telinga dan lamanya serta cepatnya nistagmus timbul dapat di catat pada kertas,
mengguanakan tekhnik yang mirip dengan EKG.
Hun=bungan saraf antara inti vestibuler di batang otak dengan saraf penggerak bola mata,
yaitu saraf III,IV, dan VI, bertanggung jawab terhadap terjadinya nistagmus bila sistem
vestibular di rangsang. Jenis nistagmus yang tejadi dapat memberi petunjuk mengenai letak
lesi yang menyebabkan vertigo.
Nistagmus ialah gerakan involunter yang bersifat ritmik dari bola mata. Gejala objektif dari
vertigo ialah adanya nistagmus . jadi, bila didapatkan keluhan vertigo kita harus mencari
adanya nistagmus dengan memeriksa gerakan bola mata, atau bila perlu, dilakukan tes khusus
untuk menimbulkan nistagmus.
Nistagmus mempunyai ciri sesuai gerakannya, misalnya “jerk” dan penduler. Menurut bidang
geraknya (horizontal, rotatoar, vertikal, campuran), arah gerakan , amplitudo dan lamanya
nistagmus berlangsung. Selain itu pengaruh dari sikap kepala juga perlu diperhatikan.
Sebagai pegangan sederhana gejala berikut dapat dianggap berasal dari susunan saraf pusat
(sentral) yaitu : nistagmus yang vertikal murni, nistagmus yang berubah arah, nistagmus yang
sangat aktif namun tanpa vertigo. Sebaliknya, nistagmus rotatoar umum didapatkan pada
gangguan vestibular perifer.
Nistagmus dapat lebih mudah dievaluasi dengan mengguanakan lensa frenzel. Lensa ini
adalah kaca mata dengan lensa positif 20 dioptri. Lensa ini membuat penderita tidak dapat
mefiksasikan pandangannya dan pemeriksa dapat menilai gerakan mata penderita dengan
lebih mudah (karena lensa berfungsi sebagai kaca pembesar).
Tes untuk menilai keseimbangan
Tes romberg yang dipertajam. Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu didepan
kaki yang lainnya, tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem).
Lengan di lupat di dada dan mata kemudia ditutup. Tesini berguna menilai adanya disfungsi
28
sistem vestibular. Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap romberg yang di pertajam
selama 30 detik atau lebih.
Tes melangkah di tempat (stepping test). Penderita disuruh berjalan ditempat, dengan mata
ditutup, sebanyak 50 langkahdengan kecepatan seperti berjalan biasa. Sebelumnya dikatakan
kepada penderita bahwa ia harus berusaha agar tetap ditempat, dan tidak beranjak dari
tempatnya selama tes berlangsung. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibular.
Hasil tes ini dianggap abnormal bila kedudukan akhir penderita beranjak lebih dari 1 meter
dari tempatnya semula, atau badan berputar lebih dari 30 derajat.
Salah tunjuk (past pointing)
Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknyamenyentuh telunjuk pemeriksa.
Kemudian menutup mata, mengangkat lengannya tinggi tinggi sampai vertikal dan kemudian
kembali keposisi semula. Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk (deviasi),
demikian juga dengan gangguan serebelar. Tes ini di lakukan dengan lengan kanan dan kiri,
selain penderita disuruh mengangkat lengannya tinggi tinggi, dapat pula dilakukan dengan
menurunkan lengan kebawah sampai vertikal dan kemudian dikembalikan keposisi semula.
Penyebab gangguan vestibular
Berbagai kelainan dapat mengganggu sistem vestibular. Gangguan di labirin dapat
disebabkan oleh mabuk perjalanan (motion sicknes), intoksikasi obat misalnya streptomisin,
labirinitis dan penyakit meniere. Di tingkat pusat, iskemia vertebrobasiler merupakan
penyebab yang sering dari vertigo. Vertigo juga dapat disebabkan oleh lesi di serebelum dan
lobus temporalis. Keadaan patologi yang merusak nervus akustikus dapat pula menyebabkan
lesi di nervus vestibularis. Berikut adalah penyebab yang sering dijumpai.
Gangguan vestibular
Neuronitis vestibular
Vertigo posisional benigna
Mabuk kendaraan (motion sickness)
Trauma
Obat streptomisin
29
Labirinitis
Penyakit meniere
Tumor di fosa posterior (neuroma akustik)
Keadaan patologis yang merusak nervus akustikus, dapat menyebabkan lesi di nervus
vestibularis
Gangguan jenis sentral
Stroke atau iskemia batang otak (vertebro basiler)
Migren basiler
Trauma
Perdarahan atau lesi di serebelum
Lesi di lobus temporal
Neoplasma
Lain lain
Toksik (antikonvulsan fenitoin, sedatif)
Infeksi
Hipotiroid
30
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Duus, peter.2014. Diagnosis Topik Neurologi. Edisi 4. Jakarta : EGC. p 156-172
2. Williams, lippincot.2009. Atlas Anatomi. Jakarta : Erlangga
3. Snell RS. 2006. Neuroanatomi Klinik. Edisi 5. Jakarta : EGC
4. Lumbantobing S. 2006. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. p 61-74
31