gambaran self care behaviour pada pasien gagal...

18
GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : ASTANTIKA AFRI ANGGRAHENI J210150062 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL

JANTUNG

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

ASTANTIKA AFRI ANGGRAHENI

J210150062

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi
Page 3: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi
Page 4: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi
Page 5: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

1

GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNG

Abstrak

Manajemen self care mempunyai peran penting untuk kesuksesan tindakan medis gagal jantung

dan dapat memberi dampak untuk memperbaiki tanda gagal jantung, kapasitas fungsional,

kualitas hidup morbiditas dan prognosis. Self Care mencakup tindakan yang tujuannya menjaga

fisik yang stabil, menghindari dari buruknya perilaku dan menemukan gejala awal buruknya

keadaan gagal jantung. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran self care

behavior pada pasien gagal jantung. Metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan cross

sectional dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Penelitian dilakukan di RSUD

Sukoharjo dengan jumlah 67 responden. Instrument penelitian yang digunakan adalah Self Care

Heart Failure Index untuk mengetahui kemampuan self care pasien. Untuk mengetahui self care

behavior pasien dengan menghitung mean dari skor yang diisi. Terdapat 3 dimensi yang dinilai

yaitu self care maintenance, self care management dan self care confidence. Hasil yang

didapatkan dari penelitian ini menunjukkan gambaran dari self care behavior diatas nilai rata rata

53,12 sebanyak 53,7% responden mempunyai self care behavior yang baik karena self care

confidence yang baik namun self care maintenance dan self care management masih kurang

baik. Gambaran karakteristik responden lebih banyak responden laki laki (53,7%), rata rata umur

responden diatas 60 tahun,mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah

Dasar (SD).

Kata kunci : Perilaku perawatan diri, Pemeliharaan perawatan diri, Manajemen perawatan diri,

Perawatan Kepercayaan diri, Kuisioner indeks perawatan diri gagal jantung, gagal Jantung.

Abstract

Self care management has an important role for the successful treatment of heart failure and can

have an impact on improving symptoms of heart failure, functional capacity, quality of life and

prognosis. Self Care is an action that aims to maintain physical stability, avoid behavior that can

worsen the condition and detect early symptoms of worsening heart failure. The purpose of this

study was to determine the description of self care behavior in heart failure patients. The research

method used with a cross sectional approach with accidental sampling technique. The study was

conducted at Sukoharjo General Hospital with a total of 67 respondents. The research instrument

used was the Self Care Heart Failure Index to determine the patient's self care ability. To

determine the patient's self care behavior by calculating the mean of the filled score. There are 3

dimensions assessed, namely self care maintenance, self care management and self care

confidence. The results obtained from this study show a picture of self care behavior above the

average value of 53.12 as much as 53.7% of respondents have good self care behavior because

self care confidence is good but self care maintenance and self care management are still not

good. The description of the respondent characteristics is more male respondents (53.7%), the

average age of respondents is over 60 years, the majority of respondents have the last level of

education in Elementary School (SD).

Keywords: Self Care Behaviour, Self Care Maintenance, Self Care Management, Self Care

Confidence, Self Care Heart Failure Index, Heart Failure

Page 6: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

2

1. PENDAHULUAN

Gagal jantung merupakan permasalahan kesehatan dengan angka kematian dan kesakitan yang

besar salah satunya Indonesia. Gejalanya adalah sesak napas, penumpukan cairan, kaki

membengkak (PERKI, 2015). Menurut Riskesdas (2013) kejadian penyakit gagal jantung di

seluruh provinsi di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Berdasarkan terdiagnosis

dokter di Jawa Tengah keseluruhan jumlahnya (0,18%). Andrianto (2008) mengatakan jika

resiko kematian akibat gagal jantung terus meningkat setiap tahunnya, penderita datang

memeriksakan ke pelayanan kesehatan karena kambuhnya gagal jantung meskipun pengobatan

rawat jalan sudah dilakukan secara optimal. Kejadian ini membutuhkan perhatian yang lebih

untuk mengurangi tingkat morbiditas penyakit gagal jantung di Indonesia.

Menurut Smeltzer (2013) Gagal jantung disebabkan karena jantung tidak mampu

membawa darah secara efektif untuk kebutuhan metabolik, karena adanya disfungsi bilik jantung

yang biasanya terjadi karena adanya aritmia dan karena kelebihan cairan sehingga menyebabkan

perubahan fungsi jantung. Penderita gagal jantung akan mudah merasa lelah, orthopnea, dan

edema. Hal ini bisa terjadi karena penderita gagal jantung kurang memahami perawatan mandiri

(Self Care).

Rinawati (2013) di dalam penelitiannya mengatakan jika perawatan mandiri sangat

dibutuhkan untuk pasien gagal jantung. Manajemen perawatan diri itu seperti: manajemen obat,

diet, aktifitas fisik, pembatasan cairan dan aktifitas psikososial, jika manajemen perawatan diri

kurang baik maka dapat mempengaruhi angka kekambuhan gagal jantung.

Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2017) di dapatkan hasil jika pengalaman pasien

gagal jantung kongestif dalam melaksanakan perawatan mandiri dapat dilihat dari bagaimana

pasien gagal jantung melakukan diet nutrisi dan garam, membatasi cairan, membatasi aktivitas,

melakukan aktivitas fisik, tidak percaya dengan kondisinya, kepatuhan dalam melaksanakan

pengobatan, ikhlas dan pasrah dalam keadaan sakit. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa

terdapat keterbatasan informasi pengobatan secara benar dan tepat serta keterbatatasan sarana

pelayanan kesehatan terutama di puskesmas.

Dari hasil penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat jika penderita gagal jantung

mengalami kekambuhan karena kurangnya manajemen perawatan diri (Self Care). Hal ini perlu

Page 7: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

3

dilakukan pemantauan tentang perawatan mandiri (Self Care) pada penderita gagal jantung untuk

mengurangi resiko kekambuhan dan rehospitalisasi.

Gagal jantung di RSUD Sukoharjo pada tahun 2016 masuk ke dalam 10 prevalensi

penyakit yang ada di RSUD Sukoharjo dan menempati urutan ke 2 kematian terbanyak. Peneliti

melakukan wawancara dengan perawat yang bertugas di poliklinik jantung RSUD Sukoharjo dan

menyatakan jika ada beberapa pasien gagal jantung yang tidak patuh dalam pengobatan seperti

tidak kontrol bulanan dan terjadi serangan sehingga menyebabkan pasien dirawat ulang. Perawat

juga mengatakan jika perawatan mandiri pasien masih belum baik seperti pasien masih salah

waktu untuk minum obat yang diresepkan oleh dokter.

Berdasarkan latar belakang diatas, penting untuk diketahui gambaran self care behavior

pada penderita gagal jantung di RSUD Sukoharjo, karena penderita gagal jantung membutuhkan

manajemen perawatan diri (Self Care) untuk mengatasi gejala yang dialami, dan dari penelitian

sebelumnya menyebutkan jika rehospitalisasi dan kekambuhan pasien gagal jantung dipengaruhi

oleh perawatan mandiri pasien, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang

Self Care Behavior pasien gagal jantung terutama di RSUD Sukoharjo.

2. METODE

Metode penelitian dengan pendekatan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di poliklinik

jantung RSUD Sukoharjo padaa bulan Maret 2019-April 2019. Jumlah sampel 67 responden.

Instrument penelitian yang digunakan adalah kuisioner baku Self Care Heart Failure Index

(SCHFI) yang pernah digunakan untuk penelitian Kawooan (2012) yang sudah diterjemahkan

dan telah dilakukan uji validitas.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran karakteristik pada pasien gagal jantung

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan pengisian kuisioner didapatkan data

karakteristik responden yang sedang memeriksakan diri di poli jantung RSUD Sukoharjo,

karakteristik responden tersebut meliputi:

Page 8: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

4

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik Frekuensi

(N=67)

Presentase

(%)

Total (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Jenis kelamin

a. Laki laki

b. Perempuan

Pendidikan Terakhir

a. Tidak Sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Perguruan Tinggi

Lama menderita

a. < 1 tahun - 1 tahun

b. 2-5 tahun

c. 6-10 tahun

d. >16 tahun

Riwayat rawat inap

a. Belum Pernah dirawat

b. < 1 tahun terakhir

c. 1 tahun terakhir

d. 2 tahun terakhir

e. 3 tahun terakhir

f. > 4 tahun terahir

Status Fungsional Jantung

a. NYHA 1

b. NYHA 2

c. NYHA 3

d. NYHA 4

Keluarga yang

bertanggung jawab

a. Anak

b. Ayah

c. Cucu

d. Istri

e. Suami

f. Sendiri

36

31

14

26

11

9

7

26

30

8

3

18

17

16

11

1

4

11

38

15

3

25

1

1

25

12

3

53,7

46,3

20,9

38,8

16,4

13,4

10,4

38,8

44,8

11,9

4,5

26,9

25,4

23,9

16,4

1,5

6,0

16,4

56,7

22,4

4,5

37,3

1,5

1,5

37,3

17,9

4,5

100

100

100

100

100

100

Page 9: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

5

Dari hasil penelitian menunjukkan jika karakteristik responden di dominasi oleh responden

laki laki. Hal ini menunjukkan jika penyakit gagal jantung di RSUD Sukoharjo lebih banyak

terjadi pada laki laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah

(2016) yang menyebutkan jika sebagian besar responden yang menderita gagal jantung di RS

PKU Muhammadiyah Yogyakarta berjenis kelamin laki laki. Hal ini juga sejalan dengan teori

yang menyatakan jika jenis kelamin mempengaruhi resiko gagal jantung dan laki laki

mempunyai peluang 2x lebih besar dari perempuan untuk terkena penyakit gagal jantung.

Prevalensi gagal jantung antara laki laki dan perempuan dapat dipengaruhi oleh hormon. Laki

laki lebih sering mengalami gagal jantung karena tidak mempunyai hormon estrogen untuk

proteksi diri, sedangkan perempuan mempunyai hormon estrogen yang berfungsi untuk

melindungi diri dari penyakit degenerative seperti gagal jantung sehingga jarang terjadi pada

perempuan (Budi, 2011).

Karakteristik usia rata rata responden memasuki masa usia lansia dengan usia paling muda

37 tahun dan paling tua 86 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan jika prevalensi penyakit

gagal jantung di RSUD Sukoharjo mempunyai rata rata usia diatas 60 tahun. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Febtrina (2017) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yang

menyatakan jika sebagian besar responden penderita gagal jantung memasuki masa usia lanjut.

Hasil Riskesdas (2013) juga menyatakan jika prevalensi gagal jantung meningkat seiring

bertambahnya umur dan paling banyak terjadi pada usia lanjut usia. Hal ini dapat dipengaruhi

karena ukuran jantung orang yang lebih tua cenderung lebih besar dan otot semakin tebal tetapi

kemampuan kompensasi tidak maksimal. Hal yang dapat mempengaruhi usia pada kejadian

gagal jantung juga karena terjadi kekakuan pada pembuluh darah karena adanya penebalan

pembuluh darah arteri dan berkurangnya jaringan elastisitas (Bangsawan, 2013).

Responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu Sekolah Dasar

(SD). Penelitian yang dilakukan oleh Agrina (2011) menyatakan jika responden yang

mempunyai pendidikan tinggi akan mudah memahami informasi yang diberikan dan mempunyai

pengetahuan yang lebih baik daripada responden yang mempunyai pendidikan rendah. Hal ini

juga sejalan dengan teori Notoatmodjo (2010) yang menyatakan jika pendidikan akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang. Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka akan semakin tinggi pemahaman tentang pengobatan dan perawatan gagal

Page 10: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

6

jantung. Purnawati (2018) menyatakan jika Pendidikan berpengaruh terhadap daya tangkap dan

kemampuan seseorang dalam memahami pengetahuan tentang gagal jantung, tingkat pendidikan

berpengaruh terhadap upaya seseorang dalam mendapatkan sarana kesehatan, mencari

pengobatan penyakit, serta mampu memutuskan tindakan yang dijalaninya untuk mengatasi

masalah kesehatan yang dialami.

Kebanyakan responden berjumlah 18 orang belum pernah dirawat di rumah sakit karena

gagal jantung dan 17 responden pernah dirawat ulang di RSUD Sukoharjo karena gagal jantung

pada bulan Januari-Maret 2019. Menurut Smeltzer (2010) pasien gagal jantung dirawat inap

ulang di rumah sakit karena adanya kekambuhan dan kebanyakan pasien dirawat karena tidak

melaksanakan pengobatan yang dianjurkan. Rehospitalisasi atau rawat ulang di rumah sakit

dapat dipengaruhi karena pasien tidak memperhatikan gaya hidup, karena seharusnya pasien

yang dirawat jalan harus mngonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan menghindari

makanan yang dapat memicu terjadinya kondisi yang dapat memperparah kesehatan jantung.

Kebanyakan pasien mengalami rehospitalisasi karena mengabaikan pola makan, aktifitas fisik,

dan kebiasaan merokok (Febtrina, 2017). Rehospitalisasi atau rawat ulang penderita gagal

jantung dapat terjadi karena penderita tidak mampu dalam melakukan perawatan diri serta tidak

rutin melakukan pengobatan yang dianjurkan sehingga terjadi kekambuhan.

Status fungsional NYHA pada responden gagal jantung di RSUD Sukoharjo paling banyak

terdapat NYHA 2. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harigustian (2016)

yang menyatakan jika responden yang memeriksakan diri di poli jantung PKU Muhammadiyah

Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi NYHA 2.

Klasifikasi NYHA 2 menurut PERKI (2015) terdapat batasan aktifitas ringan, tidak terdapat

keluhan saat istirahat namun menimbulkan kelelahan saat beraktifitas sehari hari, dan juga

palpitasi. Prihatiningsih (2018) menyatakan jika status fungsional tidak berpengaruh terhadap

perilaku perawatan diri pasien.

Karakteristik lama menderita pada responden gagal jantung di RSUD Sukoharjo paling

banyak mengalami gagal jantung selama 2-5 tahun. Harigustian (2017) dalam penelitiannya

menyebutkan jika sebagian besar responden yang di teliti menderita gagal jantung selama lebih

dari 1 tahun. Semakin lama seseorang menderita gagal jantung, maka fungsi jantung akan

mengalami penurunan, sehingga terjadi penurunan cardiac output. Wahyudi (2016) dalam

Page 11: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

7

penelitiannya menyebutkan jika lama menderita penyakit mempengaruhi proses penyesuaian

kondisi fisik sehingga pasien dapat melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri.

Keluarga yang bertanggung jawab merawat responden paling banyak adalah istri dan anak.

Dewi (2018) dalam penelitiannya menyebutkan jika sebagian besar responden yang ditelitinya

tinggal dan dirawat oleh pasangan (suami/istri). Hal ini menunjukkan jika sebagian besar

responden masih memiliki pasangan hidup yang berarti mereka masih mendapat dukungan dari

pasangan. Dukungan keluarga dapat membantu pasien gagal jantung dalam menghadapi masalah

serta dukungan yang diberikan dari keluarga akan menumbuhkan motivasi pasien untuk sembuh

dan rasa percaya diri pasien dalam menghadapi penyakitnya (Tamher, 2012).

3.2 Gambaran Self Care Behaviour pada Pasien Gagal Jantung

Tabel 2. Gambaran self care behaviour pada pasien gagal jantung di RSUD Sukoharjo

No Frekuensi Presentase (%)

1.

2.

Baik

Kurang

Total

36

31

67

53,7

46,3

100

Dari skor rata rata self care behaviour menunjukkan jika kemampuan self care responden

sebagian besar memiliki skor diatas rata rata sehingga mempunyai self care yang baik. Hasil

penelitian ini menunjukkan jika semakin tinggi skor self care maka semakin baik self care

responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasyyati (2018) yang menyatakan jika semakin

baik kemampuan self care pasien gagal jantung maka akan semakin baik kualitas hidupnya.

Burrrai (2016) juga menyatakan semakin tinggi skor yang didapat maka semakin baik pula

kemampuan self care penderita gagal jantung. Self care behaviour sangat diperlukan untuk

pasien gagal jantung. Kemampuan Self care behaviour dapat dipengahi oleh: self care

maintenance, self care management dan self care confidence.

a) self care maintenance

Tabel 3. Gambaran Self Care maintenance pada pasien gagal jantung di RSUD Sukoharjo

No Frekuensi Presentase

(%)

1.

2.

Baik

Kurang

Total

32

35

67

47,8

52,2

100

Page 12: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

8

Riegel (2010) menyatakan self care maintenance merupakan kemampuan penderita gagal

jantung mempertahankan stabilitas fisiologis seperti pengobatan, diet rendah garam, aktifitas

fisik, memeriksa berat badan setiap hari, merokok dan tidak mengonsumsi alcohol. Dari hasil

penelitian self care maintenance menunjukkan kemampuan self care maintenance dari 67

responden sejumlah 52,2% memiliki skor dibawah rata rata sehingga memiliki kemampuan self

care maintenance yang kurang. Hal ini dapat dilihat jika kemampuan responden dalam

melakukan pengobatan, diet rendah garam, aktifitas fisik serta monitoring berat badan masih

belum dilakukan dengan baik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan jika salah satu

permasalahan self care behaviour adalah belum terlaksananya self care maintenance. Self care

maintenance merupakan salah satu factor yang mempengaruhi self care behaviour pada

responden penderita gagal jantung di RSUD Sukoharjo.

b) Self care management

Tabel 4. Gambaran Self Care management pada pasien gagal jantung di RSUD Sukoharjo

No Frekuensi Presentase

(%)

1.

2.

Baik

Kurang

Total

33

34

67

49,3

50,7

100

Self care management dari 67 responden menunjukkan 50,7% responden memiliki skor

dibawah rata rata sehingga dapat disimpulkan jika responden penderita gagal jantung di RSUD

Sukoharjo memiliki self care management yang kurang baik. Hasyyati (2018) menyatakan self

care management adalah sikap responden terhadap gejala gagal jantung yang dialami dan dapat

mengenal perubahan yang terjadi seperti edema. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan jika

self care management termasuk salah satu permasalahan self care behaviour responden gagal

jantung di RSUD Sukoharjo dimana responden masih belum bisa merespon dengan baik gejala

gagal jantung yang dirasakan.

c) Self care confidence

Tabel 5. Gambaran Self Care confidence pada pasien gagal jantung di RSUD Sukoharjo

No Frekuensi Presentase (%)

1.

2.

3.

Baik

Kurang

Total

45

22

67

67,2

32,8

100

Page 13: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

9

Self care confidence dari 67 responden menunjukkan 67,2% memiliki skor diatas skor rata

rata sehingga memiliki self care confidence yang baik. Kawooan (2012) menyatakan jika self

care confidence termasuk didalamnya yaitu kepercayaan diri penderita gagal jantung terhadap

perasaan bebas dari gejala, mampu mengikuti pengobatan serta mampu mengevaluasi tindakan.

Self Care Confidence dalam penelitian ini merupakan satu satunya dimensi yang dinilai baik.

Dengan begitu, responden memiliki harapan tinggi untuk bebas dari gejala gagal jantung dan

berharap pengobatan mampu mengatasi gejala.

3.3 Gambaran self care behaviour berdasarkan karakteristik pasien Gagal Jantung

Tabel 6. Gambaran self care behavior berdasarkan karakteristik responden

Hasil Skor total self care behaviour Total

Kurang Baik Baik

1. Jenis Kelamin

a) Laki Laki

b) Perempuan

Total

2. Usia

a) 25-34 tahun

b) 35-44 tahun

c) 45-54 tahun

d) 55-64 tahun

e) 65-74 tahun

f) > 75 tahun

Total

3. NYHA

a) NYHA 1

b) NYHA 2

c) NYHA 3

d) NYHA 4

Total

4. Pendidikan Terakhir

a) Tidak sekolah

b) SD

c) SMP

d) SMA

e) Perguruan Tinggi

Total

13

18

31

0

2

5

7

7

10

31

8

13

8

2

31

9

12

4

3

3

31

23

13

36

1

2

8

10

9

6

36

3

25

7

1

36

5

14

7

6

4

36

67

67

67

67

Page 14: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

10

a. Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan jika kemampuan self care

behaviour pasien di poliklinik jantung RSUD Sukoharjo pada pasien laki laki cenderung lebih

baik daripada perempuan. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bidwell, et al (2015) yang menyatakan jika kemampuan self care behaviour pada laki laki

cenderung lebih buruk. Self care yang buruk pada pasien perempuan kemungkinan diakibatkan

oleh gaya hidup yang buruk, perbedaan hormon, variasi pada bagaimana persepsi laki laki dan

perempuan terhadap penyakitnya dan mengatasi gejala serta perbedaan kepedulian masing

masing dalam penerimaaan penyakit.

b. Usia

Dari faktor usia responden menunjukkan jika mayoritas responden secara keseluruhan

mempunyai self care behaviour yang baik. Beker, et al (2014) menyatakan jika pasien gagal

jantung yang berusia muda patuh pada perilaku self care namun pasien yang berusia tua 2 kali

lebih patuh pada self care. Menurut Riegel (2004) usia merupakan faktor prediktor pada self care

karena dengan bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan kemampuan belajar dan

melakukan aktivitas termasuk kemampuan self care pada pasien gagal jantung sebagai akibat

dari penurunan fungsi sensori.

c. NYHA

Dari faktor NYHA menunjukkan jika mayoritas responden yang paling banyak adalah

NYHA 2 dan mempunyai self care yang baik dibandingkan dengan NYHA lainnya. Hal ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Beker, et al (2014) yang menyatakan jika pasien

dengan gejala yang lebih parah (NYHA 3 dan 4) lebih cenderung mematuhi self care.

Banyaknya manifestasi klinis yang dialami dan status fungsional yang buruk akan berdampak

pada rendahnya kemampuan self care.

d. Tingkat Pendidikan

Dari faktor tingkat pendidikan menunjukkan jika mayoritas responden mempunyai tingkat

pendidikan terakhir SD dan mempunyai self care yang baik. Ufara, dkk (2016) juga menyatakan

jika pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan pengobatan

karena pendidikan merupakan pengalaman untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas

seseorang. Erwinata (2018) menyebutkan jika self management dapat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan responden karena merupakan tolak ukur untuk dapat menerima informasi melalui

Page 15: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

11

edukasi. Prihatiningsih (2018) juga menyebutkan jika tingkat pendidikan yang rendah

mempengaruhi self care maintence karena hal ini sangat berpengaruh pada literasi kesehatan

responden.

3.4 Keterbatasan Penelitian

Terdapat keterbatasan pada saat penelitian yaitu saat peneliti membuat target jumlah

responden dalam sehari, tetapi beberapi kali terdapat ketidaksesuaian jumlah responden

dalam sehari.

4. Penutup

4.1 Kesimpulan

Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Karakteristik responden pasien gagal jantung terbagi menjadi beberapa karakteristik.

Mayoritas responden berjenis kelamin laki laki, pendidikan terakhir responden mayoritas

berpendidikan Sekolah Dasar (SD), sebagian besar responden belum pernah dirawat dirawat

karena penyakit gagal jantung, status fungsional gagal jantung paling dominan adalah

NYHA 2.

2) Gambaran self care behaviour pada pasien gagal jantung di RSUD Sukoharjo mayoritas

mempunyai self care behaviour yang baik karena dimensi self care confidence baik, namun

dimensi self care maintenance dan self care management masih kurang baik.

3) Gambaran self care behaviour berdasarkan gambaran karakteristik responden mayoritas

responden laki laki mempunyai self care behaviour yang baik daripada responden

perempuan, responden dengan usia lansia mempunyai self care behaviour yang baik, self

care behaviour responden mayoritas dengan status fungsional NYHA 2 paling baik, dan

status pendidikan terakhir SD responden mayoritas mempunyai self care behavior yang

baik.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan saran bagi:

1) Penderita gagal jantung

Page 16: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

12

Penderita gagal jantung sebaiknya lebih aktif mencari informasi terkait perawatan mandiri

gagal jantung dan sering konsultasi dengan petugas kesehatan.

2) Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan self care

management dan self care maintenance pada penderita gagal jantung serta perlu dilakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan self care untuk membantu penderita gagal jantung dalam

perawatannya.

3) Masyarakat

Masyarakat sebaiknya lebih peduli dan membantu memberikan informasi terkait perawatan

mandiri pada penderita gagal jantung.

4) Peneliti

Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut untuk melengkapi penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abshire, Martha et al. (2015). Nutritional Interventions in heart failure: A Systemic review of the

literature. Department of Health & Human Services, 21(12). USA.

Agrina, Rini, S., Haritama, R. (2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam

Pemenuhan Diet Hipertensi. Riau: Universitas Riau.

Agustina, A, Afiyanti, Y, Ilmi, B. (2017). Pengalaman Pasien Gagal Jantung Kongestif Dalam

Melaksanakan Perawatan Mandiri. Healthy-Mu Journal, 1(1). Universitas

Muhammadiyah Banjarmasin.

Alligood, Tomey. (2010). Nursing Theorists and Their Work. Edisi 7. Missoury: Mosbi.

American Heart Association. (2014). Evaluation and Management of Chronic Heart Failure in

the Adult.

Andrianto. (2008). Nesiritide Intravenaa Suatu Peptida Natriutik Untuk Terapi Gagal Jantung

Akut. Universitas Airlangga Surabaya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Bangsawan, Merah., Purbianto. (2013). Faktor Risiko yang Mempercepat Terjadinya Komplikasi

Gagal Jantung pada Klien Hipertensi. Jurnal Keperawata,. 9(2).

Bidwell, Julie T., Vellone, Ercole., Lyons, Karen S., Agostino, Fabio D., Riegel, Barbara., Vela,

Juarez Raul., Hiatt, Shirin O., Alvaro, Rosaria., Lee, Christopher S. (2015). Determinants

of Heart Failure Self Care Maintenance and Management in Patients and Caregivers: A

Dyadic Analysis. Res Nurs Health, 38(5).

Budi, S. C. (2011). Manajemen Unit Kerja Rekam Medis.Yogyakarta: Quantum Sinergis Media.

Page 17: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

13

Burrai, F., Hasan, W., Fancourt, D., Luppi, M., Somma, S.D. (2016). A randomized controlled

trial of listening to recorded music for heart failure patients.

Butler, J. (2010). The Management of Heart Failure. Practice Nursing, 21(6).

Erwinata, Prinda S. (2018). Hubungan Antara Self Management dengan Kualitas Hidup Pasien

Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Febtrina, Rizka., Nurhayati. (2017). Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Rawat Ulang

Pasien Gagal Jantung di RSUD Arifin Achmad. Jurnal Ipteks Terapan. Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru.

Hamzah, Rori. (2016). Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Kualitas hidup pada

Penderita Gagal Jantung di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Aisyiyah

Yogyakarta.

Hasyyati S, Armiaty. (2018). Hubungan Perilaku Sehat: Kualitas Tidur dengan Self Care

dengan Kualitas Hidup pasien gagal Jantung Rawat Jalan di Pusat jantung Terpadu

RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Fakultas Keperawatan Universitas

Hasanuddin.

Ihdaniyati, Atina Inayah., Nur A, Winarsih., (2008). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan

Mekanisme Koping pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSU Pandan Arang

Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan, 4(1). Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Imaligy, E. (2014). Gagal Jantung Pada Geriatri. CDK-212, 41(1). Bandung.

J. Chung, Christine & Schulze, P.Christine. (2012). Exercise in Patients with Heart Failure.

National Institutes of Health, 39(4). New York.

Mary DiGiulio. (2014). Buku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rapha.

Masengi, K.G.D, Ongkowijaya, J, Wantania, F.E. (2016). Hubungan hiperurisemia dengan

kardiomegali pada pasien gagal jantung kongestif. Jurnal e-Clinic (eCl), 4(1). Fakultas

Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Notoadmodjo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2015). Buku Pedoman Tatalaksana

Gagal Jantung. Jakarta.

Prihatiningsih, Dwi., Sudyasih, Tiwi,. (2018). Perawatan Diri pada Pasien Gagal Jantung. Jurnal

Pendidikan Keperawaatan Indonesia, 4(2). Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Purnawati, Ditha A., Arofiati, Fitri., Relawati, Ambar. (2018). Pengaruh Supportive-Educative

System terhadap Kualitas Hidup pada Pasien Gagal Jantung. Mutiara Medika: Jurnal

Kedokteran dan Kesehatan, 18(2).

Page 18: GAMBARAN SELF CARE BEHAVIOUR PADA PASIEN GAGAL JANTUNGeprints.ums.ac.id/74938/15/naspub_fix[1].pdf · Gamping Sleman hampir semua responden menderita gagal jantung dengan klasifikasi

14

Renpenning, K and Taylor, S. (2011). Self Care Theory in Nursing. Berlin.

Riegel et al. (2010). An Update on the Self Care of Heart Failure Index. National Institutties

Access, 24(6).

Rinawati. (2013). Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Jantung Dalam Manajemen Perawatan Diri.

Fakultas Ilmu Keperawaatan Universitas Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian

Kesehatan RI. Jakarta: Badan Litbangkes Depkes RI.

Sadiati. (2014). Home Monitoring For Heart Failure Management. Rumah Sakit Universitas

Airlangga.

Smeltzer S. & Bare G. (2013). Keperawatan medikal bedah Brunner dan Suddarth.

Edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Susila & Suyanto. (2014). Metodologi Penelitian Epideemiologi. Yogyakarta: Bursa Ilmu

Tamher, S., Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Ufara, Anisa., Purnamasari, Elly., Usniah. (2016). Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan

Kejadian Rawat Inap Ulang pada Pasien Gagal Jantung Kongesstif di RSU Kabupaten

Tangerang. Tangerang: FIKes UMT

Wahyudi, Yudisfi D J. (2016). Studi Komparasi Activities of Daily Living Pasca Perawatan

pada Pasien Gagal Jantung Berdasarkan Jenis Penyakit di RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Yancy, Clyde W et al. (2017). Get With The Guidelines HF A review- 2017 Focused Update of

the ACC/AHA/HFSA Heart Failure Guidelines. American Heart Association.