gambaran pelayanan kesehatan ibu dan anak ...repository.utu.ac.id/51/1/bab i-v.pdf1 bab i...

55
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN ACEH BARATTAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ANITA NIM : 06C10104260 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2012

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN

    ACEH BARATTAHUN 2012

    SKRIPSI

    OLEH:

    ANITA

    NIM : 06C10104260

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT

    2012

  • GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN

    ACEH BARAT TAHUN 2012

    SKRIPSI

    OLEH:

    ANITA

    NIM : 06C10104260

    Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

    Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

    Meulaboh

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT

    2012

  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MENYUSUI

    TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA

    DAYAH BARO KECAMATAN KRUENG SABEE

    KABUPATEN ACEH JAYA

    SKRIPSI

    OLEH :

    RATNA NINGSIH

    NIM : 06C10104015

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH-ACEH BARAT

    2013

  • iii

    ABSTRAK

    Ratna Ningsih. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Terhadap

    Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Di Bawah Bimbingan Bapak Jun Musnadi Is, SKM dan

    Sufyan Anwar, SKM, MARS.

    Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak dapat

    digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Pemberian ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi sampai umur 6 bulan. Tanpa ASI dampak

    negatif bagi bayi sangat besar. Namun masih tingginya angka kesakitan bayi 0-6 bulan dan dan rendahnya cakupan ASI Eksklusif menunjukkan Aplikasi pemberian ASI Eksklusif masih sangat kurang.

    Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah faktor pengetahuan, pendidikan, sikap dan pekerjaan mempengaruhi ibu menyusui terhadap

    pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Jenis Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Analitik Survey Research.

    Penelitian ini dilakukan di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee pada Bulan Januari 2013. Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah Non

    Probability Sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini ialah 46 jiwa. Hasil penelitian dengan pengujian Chi-Square diketahui bahwa ada pengaruh pengetahuan, pendidikan, sikap dan pekerjaan responden dengan pemberian ASI

    Eksklusif. Hal ini ditunjukkan dengan masing-masing nilai p value untuk pengetahuan 0.000, nilai p value untuk pendidikan 0.000, nilai p value untuk sikap

    0.003 dan nilai p value untuk pekerjaan 0.000 lebih kecil dari nilai α yaitu 0,05. ASI Eksklusif memainkan peran penting dalam memberantas penyakit gizi buruk

    dan kurang, oleh sebab itu harus digiatkan sedini mungkin terutama dengan mengajak serta orang-orang yang memiliki kecenderungan tidak memberikan ASI

    secara Eksklusif dengan cara memberikan informasi dan contoh serta alasan yang baik mengapa pemberian ASI Eksklusif perlu dilakukan.

    Kata Kunci : Faktor- faktor, Ibu Menyusui, Pemberian ASI Eksklusif

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam

    kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama

    pemberian ASI Eksklusif. Konvensi Hak-hak Anak tahun 1990 antara lain

    menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak

    anak. Berarti ASI selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak asasi bayi

    yang harus dipenuhi oleh orang tuanya (Afifah, 2007).

    Menyusui adalah cara alamiah untuk memberikan kebutuhan makanan

    kepada bayi yang baru lahir. Dalam beberapa aspek, menyusui bayi adalah hal

    yang paling ideal, baik bagi ibu maupun bayinya. ASI adalah cara yang terbaik

    agar bayi mendapatkan nutrisi yang tepat, perlindungan kekebalan dengan

    imunisasi, dan curahan kasih sayang. Gerakan kembali ke ASI harus terus

    digalakkan agar bayi benar-benar mendapat haknya dalam perkembangan mental

    dan fisiknya.

    Menurut Roesli (2000), pengetahuan dan sikap merupakan faktor

    pendukung terwujudnya tindakan ibu untuk ingin selalu memberikan ASI. Tanpa

    pengetahuan serta persepsi yang benar tentang ASI maka ibu tidak akan

    memahami bahwa ASI merupakan makanan yang sangat penting dari pada

    makanan lainnya bagi bayi. Selanjutnya, ibu yang memiliki intensitas pekerjaan

    yang menyita banyak waktu dapat menghambat ibu untuk dapat meluangkan

  • 2

    waktu memberikan ASI bagi bayi. Dengan banyaknya pekerjaan yang harus ibu

    lakukan ditempat kerja dapat membuat ibu lupa untuk memberikan ASI. Selain

    itu, ditempat kerja masih banyak yang tidak menyediakan tempat khusus bagi ibu

    memberikan ASI.

    Kementerian kesehatan RI (2010) menyatakan Pola pemberian makan

    pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir

    sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24

    bulan. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak

    dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. ASI merupakan

    makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI.

    Meskipun pemerintah telah menghimbau pemberian ASI Eksklusif, angka

    cakupan pemberian ASI Eksklusif masih rendah. Dalam sambutan Kepala

    Perwakilan WHO Indonesia pada Pekan ASI Sedunia 2010 menyatakan

    Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007, pemberian

    ASI Eksklusif di bawah 6 bulan menurun, dibandingkan dengan survei yang sama

    dilakukan pada tahun 2002. Angka kematian bayi dan balita belum secara nyata

    membaik selama 5 tahun tersebut. Selain itu, angka kematian bayi di Indonesia

    masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

    Strategi komprehensif kelangsungan hidup anak merupakan upaya wajib untuk

    dimulai termasuk mengukur bagaimana meningkatkan cakupan pemberian ASI

    (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

    Data Susenas (2009) terdapat 61,3% bayi usia 0-5 bulan yang

    mendapatkan ASI Eksklusif dengan rentang terendah dan tertinggi antara 48,8%

  • 3

    sampai 78,3%. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat,

    Bengkulu, dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Provinsi dengan cakupan

    terendah adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Aceh (Kementerian Kesehatan,

    2010).

    Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2011

    cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 0 – 6 bulan adalah

    63,1% dari 713 bayi. Sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Calang di Tahun

    2011 cakupan ASI eksklusif adalah 23,7% dari 224 bayi usia 0-6 bulan atau

    sebanyak 53 bayi. Data Puskesmas Calang dari laporan bulanan kegiatan

    pembinaan gizi masyarakat diwilayahnya, cakupan pemberian ASIEksklusif

    Tahun 2012 periode Januari sampai dengan Mei Tahun 2012 adalah 13,3% dari

    172 bayi (0-6 bulan) atau sebanyak 23 bayi. Dari laporan kunjungan Poli KIA

    Puskesmas Calang periode Bulan Januari hingga Mei Tahun 2012 diketahui

    bahwa angka kesakitan bayi 0-6 bulan adalah sebanyak 21 kunjungan (21 orang

    bayi sakit) dan bayi umur 7 bulan -5 tahun sebanyak 120 kunjungan (120 orang

    bayi sakit).Dari data tersebut juga diketahui Desa Dayah Baro merupakan desa

    yang paling rendah cakupan ASI eksklusifnya dibandingkan 5 desa lainnya yaitu

    pada Tahun 2011 sebesar 10,8 %atau sebanyak 7 dari 65 bayi (0-6 bulan) dan

    33,3% atau sebanyak 14 dari 42 bayi (0-6 bulan) di Bulan Januari hingga Mei

    Tahun 2012.

    Hal tersebut di atas menunjukkanbahwa targetpemberian ASI Eksklusif

    masih jauh dari apa yang diharapkan. Dalam Petunjuk Teknis Standar Pelayanan

    Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat oleh Depkes RI (

  • 4

    2005) target cakupan ASI eksklusif untuk tahun 2010 adalah 80 %. Bila dilihat

    dari data survei awal, penulis mendapatkan keterangan bahwa pencapaian ASI

    eksklusif di desa Dayah Baro sangat rendah sebagian besar disebabkan karena

    perilaku ibu menyusui kurang mendukung pemberian ASI, terutama ASI

    Eksklusif.

    ASI Ekslusif merupakan makanan penting bagi bayi sampai umur 6 bulan.

    Tanpa ASI dampak negatif bagi bayi sangat besar. Namun, apakah sikap,

    pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pemberian ASI

    di Desa Dayah Baro? Apalagi jika dilihat dari data di atas bahwa persentase

    cakupan ASI di Desa Dayah Baro masih di bawah angka target. Berdasarkan

    masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

    “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI

    Eksklusif Di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya

    Tahun 2012”.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang

    menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa faktor- faktor yang

    mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah

    Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

  • 5

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apasaja faktor-

    faktor yang mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di

    Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu menyusui terhadap

    pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

    Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

    2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan ibu menyusui terhadap

    pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

    Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

    3. Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI

    Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten

    Aceh Jaya Tahun 2013.

    4. Untuk mengetahui pengaruh status pekerjaan ibu menyusui terhadap

    pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

    Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

  • 6

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1 ManfaatPraktis

    1. Peneliti

    Menambah pengetahuan, wawasan, serta pengalaman, baik itu dalam

    melakukan penelitian atau penulisan skripsi maupun tentang segala sesuatu

    yang berhubungan dengan ASI eksklusif.

    2. Bagi Puskesmas Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan

    bahan masukan untuk lebih mengoptimalkan berbagai pendekatan yang

    dapat dilakukan oleh bidan desa dan tenaga kesehatan lainnya dengan

    masyarakat khususnya para ibu dalam meningkatkan pelaksanaan ASI

    Eksklusif.

    1.4.2. ManfaatTeoritis

    Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menjawab

    permasalahan kesehatan Ibu dan Anak terutama mengenai Asi Eksklusif

    pada masyarakat yang berdomisili di Desa Dayah Baro.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 ASI dan Menyusui

    2.1.1 Pengertian ASI

    Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

    protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar

    payudara ibu (Mammae), sebagai makanan utama bagi bayi. ASI sebagai

    makanan yang alamiah juga merupakan makanan terbaik yang dapat

    diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya dan

    komposisinya yang sesuai untuk pertumbuhan bayi serta ASI juga

    mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai

    penyakit. ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi

    dalam dan jumlah yang cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama

    4 – 6 bulan pertama ( Media et.al, 2007).

    Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bayi dibagi menjadi 3, yaitu

    ASI kolostrum, ASI transisi atau peralihan, dan ASI matur. ASI kolostrum

    atau sering disebut susu ”Jolong” merupakan cairan pertama yang

    keluar dari kelenjar payudara, dan keluar pada hari kesatu sampai hari

    ketujuh. Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari. Kolostrum

    merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning

    dibanding susu matur dan merupakan pencahar yang ideal untuk

  • 8

    membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan

    mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang

    akan datang. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, sedangkan

    kadarkarbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkan ASI matur.

    Selain itu kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak

    dari ASI matur. Total energinya lebih rendah bila dibandingkan ASI

    matur dan volumenya berkisar antara 150-300 ml/24 jam.

    Sedangkan ASI transisi adalah ASI yang diproduksi pada hari ke-4

    sampai ke-7 atau hari ke-10 sampai ke-14. Kadar protein berkurang,

    sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya meningkat. Volume juga

    semakin menigkat. ASI matur merupakan ASI yang diproduksi sejak hari

    ke-14 dan seterusnya. Komposisi ASI jenis ini relatif konstan. Pada ibu

    yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan

    makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai usia 6 bulan

    (Roesli, 2000).

    2.1.2 Produksi ASI

    Air susu ibu diproduksi atau dibuat oleh jaringan kelenjar susu atau

    pabrik ASI (mammary alveoli). Kemudian disalurkan melalui saluran susu

    ke dalam gudang susu (sinus lactiferous) yang terdapat di bawah daerah

    yang berwarna gelap atau coklat tua di sekitar punting susu. Gudang susu

    ini sangat penting artinya, karena merupakan tempat penampungan ASI.

    Punting susu mengandung banyak sekali saraf sensoris sehingga sangat

    peka (Roesli, 2001).

  • 9

    Roesli (2009) menyatakan pada seorang ibu yang menyusui dikenal

    2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan

    pengeluaran air susu, yaitu refleks prolaktin dan refleks let down.

    1) Refleks prolaktin/Produksi ASI

    Setiap kali bayi menghisap, ia merangsang ujung saraf di sekitar

    payudara. Rangsangan ini disalurkan ke otak dan merangsang kelenjar

    hipopisis bagian depan untuk memproduksi hormon prolaktin.

    Prolaktin dialirkan ke pabrik ASI, merangsang sel-sel alveoli pembuat

    ASI untuk memproduksi ASI. Semakin banyak ASI dikeluarkan dari

    payudara, semakin banyak produksi ASI. Selain itu, hormon prolaktin

    akan menekan fungsi indung telur (ovarium) sehingga menyusui

    secara eksklusif akan dapat memperlambat kembalinya fungsi

    kesuburan dan haid. Menyusui eksklusif dapat menjarangkan

    kehamilan.

    2) Refleks let down ( reflek oksitoksin/ reflek pengaliran ASI )

    Isapan bayi akan merangsang bagian belakang kelenjar hipofisis

    di otak. Kelenjar hipofisis bagian belakang akan memproduksi

    hormon oksitiksin. Hormon oksitoksin dialirkan melalui darah menuju

    payudara, kemudian akan merangsang otot-otot yang mengelilingi

    pabrik untuk berkonsentrasi sehingga ASI diperas keluar dari pabrik

    ke saluran ASI. Hanya ASI dalam saluran ASI yang dapat dikeluarkan

    oleh isapan dan atau diperas ibu. Jika refleks oksitoksin tidak bekerja

    dengan baik, bayi tidak mendapatkan ASI yang memadai walaupun

  • 10

    produksi ASI dalam pabrik cukup karena ASI saluran ASI kurang

    (Roesli, 2009).

    Ibu mungkin bisa mengamati tanda dan sensasi refleks oksitoksin

    aktif. Tanda dan sensasinya diantaranya adalah sensasi diperah atau

    geleyar (tingling Sensation ) di dalam payudara sesaat sebelum menyusui

    atau pada waktu proses menyusui berlangsung. ASI mengalir dari

    payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya menangis.

    ASI menetes dari payudara sebelah, bila bayi menyusu pada payudara

    yang lainnya. ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada

    waktu menyusui. Ada nyeri berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi

    keluarnya darah selama menyusui di minggu pertama. Hisapan yang

    lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukkan bahwa ASI mengalir ke

    dalam mulut bayi (Depkes RI, 2007).

    Hal-hal yang mengurangi oksitoksin adalah ibu takut bentuk

    payudara berubah dan takut gemuk, ibu bekerja, ibu merasa atau takut ASI

    nya tidak cukup, merasa kesakitan terutama saat menyusui, merasa sedih,

    cemas, marah, kesal, dan bingung, malu menyusui, suami dan keluarga

    kurang mendukung dan mengerti ASI (Roesli, 2009).

    2.1.3 Komposisi ASI

    ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok antara lain zat

    putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,

    hormon, enzim, dan zat kekebalan,dan sel darah putih. Semua zat ini

    terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan lainnya. Cairan

  • 11

    hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini

    bagai suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi” sehingga tidak

    mungkin ditiru oleh buatan manusia. Komposisi ASI berubah dari menit

    ke menit, ASI yang keluar pada 5 menit pertama dinamakan foremilk.

    Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar

    kemudian ( hindmilk ) (Roesli, 2000).

    ASI yang berkualitas akan dapat menyediakan asam amino bagi

    bayi. ASI merupakan makanan utama yang paling ideal untuk memenuhi

    kebutuhan fisik dan psikilogik bayi, merupakan satu-satunya jenis pangan

    atau cairan yang perlu diminum oleh anak manusia dalam waktu enam

    bulan pertama kehidupannya. ASI memiliki unsur-unsur seperti kalsium

    dan zat besi sehingga bayi yang diberi ASI hampir tidak pernah

    mengalami anemia (Budiyanto, 2001).

    Bayi yang diberi ASI mendapat pasokan vitamin dan mineral yang

    adekuat kecuali jika diet ibunya sangat kurang. ASI ( Air Susu Ibu ) adalah

    makanan yang terbaik untuk bayi (Juffrie,M & Darmawan,I,

    2003).Kebutuhan Fe bayi di bawah 6 bulan hanya 0,5 mg/dl, sangat kecil,

    mengingat pada bayi cukup bulan, maka setelah lahir hingga 3 bulan bayi

    masih punya simpanan Fe yang cukup (Departemen Gizi dan Kesehatan

    Masyarakat FKM UI, 2007).

    Air susu ibu bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai

    suatu cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup (seperti darah). ASI

    mengandung sel-sel darah putih, antibodi, hormon dan faktor-faktor

  • 12

    pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus.

    Susu formula adalah cairan berisi zat yang mati. Di dalamnya tidak ada sel

    yang hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh bakteri, antibodi, enzim,

    hormon, dan juga tidak mengandung zat pembunuh (Roesli, 2000).

    Walaupun ASI dipandang lebih unggul dibanding susu formula

    untuk bayi normal, banyak bayi mendapat susu formula sejak lahir. Pola

    perubahan sosial dan budaya dapat mendorong pemberian susu formula.

    Karena mereka bekerja di luar rumah, banyak ibu enggan menyusui

    bayinya (Nelson, 1999).

    Bayi yang diberi susu formula sangat rentan terserang penyakit.

    Berikut ini deretan penyakit yang mengintai bayi susu formula (menurut

    Roesli, 2008) :

    1. Infeksi saluran pencernaan (muntah, mencret).

    2. Infeksi saluran pernapasan.

    3. Meningkatkan resiko alergi.

    4. Meningkatkan resiko serangan asma.

    5. Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif.

    6. Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas).

    7. Meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

    8. Meningkatkan resiko kencing manis.

    9. Meningkatkan resiko kanker pada anak.

    10. Meningkatkan resiko penyakit menahun.

    11. Meningkatkan resiko infeksi telinga tengah.

  • 13

    12. Meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula yang

    tercemar.

    13. Meningkatkan risiko efek samping zat pencemar lingkungan.

    14. Meningkatkan kurang gizi.

    15. Meningkatkan risiko kematian.

    2.1.4 Manfaat Pemberian ASI

    Bagi ibu dan bayi ASI eksklusif, mudahnya terjalin ikatan kasih

    sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru merupakan awal dari

    keuntungan menyusui secara eksklusif. Bagi bayi, tidak ada pemberian

    yang lebih berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat memberikan

    makanan terbaik bagi bayinya. Keuntungan menyusui meningkat seiring

    lama menyusu eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan

    tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan,

    keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama

    pemberian ASI sampai dua tahun atau lebih (Roesli, 2000).

    1. Manfaat ASI untuk bayi (Roesli, 2000)

    a. ASI sebagai nutrisi

    b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

    c. ASI meningkatkan kecerdasan

    d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang

    e. Menyebabkan pertumbuhan yang baik

    f. Mengurangi kejadian karies dentis

    g. Mengurangi kejadian maloklusi

  • 14

    2. Manfaat ASI untuk ibu dan keluarga

    a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

    b. Mengurangi terjadinya anemia

    c. Menjarangkan kehamilan

    d. Mengecilkan rahim

    e. Lebih cepat langsing kembali

    f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker

    g. Memberi kepuasan bagi ibu

    h. Mengurangi resiko keropos tulang dan resiko rheumatoid artritis

    i. Mengurangi risiko diabetes maternal

    j. Mengurangi stres dan gelisah

    k. Mudah dibawa kemana-mana (portabel) dan praktis

    3. Manfaat ASI untuk keluarga

    a. Lebih ekonomis dan murah

    b. Tidak merepotkan dan hemat waktu

    4. Manfaat ASI untuk Negara

    Pemberian ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan

    kematian anak, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, mengurangi

    devisa untuk membeli susu formula dan meningkatkan kualitas

    generasi penerus bangsa.

    5. ASI Sayang Lingkungan

    Air susu ibu akan mengurangi bertambahnya sampah dan

    polusi didunia ini. Dengan hanya memberi ASI manusia tidak

  • 15

    memerlukan kaleng susu, karton dan kertas pembungkus, botol plastik,

    dan dot karet. ASI tidak menambah polusi udara karena untuk

    membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap, tidak

    memerlukan transfortasi yang mengeluarkan asap, juga tidak perlu

    menebang hutan untuk membangun pabrik susu yang besar-besar

    (Roesli, 2000).

    2.2. ASI Eksklusif

    2.2.1. Pengertian ASI Eksklusif

    ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

    hanya diberi Air Susu Ibu (ASI) saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu

    formula, jeruk, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti

    pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2000). Jadi ASI

    Eksklusif adalah Air Susu Ibu Yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6

    bulan tanpa memberikan makanan dan minuman. Bayi yang mendapat ASI

    eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6

    bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Depkes RI, 2005).

    Berdasarkan hal tersebut di atas, WHO / UNICEF membuat deklarasi yang

    dikenal dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration). Deklarasi yang

    dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 tersebut bertujuan untuk melindungi,

    mempromosikan dan memberikan dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang

    juga ditanda tangani oleh Indonesia ini memuat hal-hal yaitu “Sebagai tujuan

    global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal

  • 16

    maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI

    eksklusif sejak lahir sampai berusia 4 - 6 bulan. Setelah berumur 4 - 6 bayi diberi

    makanan pendamping / padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap

    diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang

    ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan

    dari lingkungan sehingga ibu- ibu dapat menyusui secara eksklusif”.

    Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF

    memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI

    eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Asembly (WHA)

    dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI

    eksklusif selama 6 bulan (Roesli, 2000).

    Kementrian kesehatan RI (2010) menyatakan Pola pemberian makan pada

    bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir

    sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24

    bulan. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak

    dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. ASI merupakan

    makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI.

    Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai

    usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi

    makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan.

    Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar

    atau di dapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI

  • 17

    eksklusif tidak berjalan dengan baik. Namun, sebelum diberi makanan tambahan,

    sebaiknya coba diperbaiki dulu cara menyusuinya (Roesli, 2000).

    Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu sampai

    6 bulan, karena para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat

    bila bayi hanya diberikan ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Setelah

    bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat,

    sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian makanan

    padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif

    serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti

    yang menyokong bahwa pemberian makanan padat /tambahan pada usia 6 bulan

    lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang

    negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk

    perkembangan dan pertumbuhannya. Efek negatif pemberian makanan padat yang

    terlalu dini telah cukup menunjang pembaharuan definisi ASI eksklusif

    menjadi,”ASI saja sampai usia sekitar 6 bulan” (Roesli,2000).

    2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Terhadap

    Pemberian ASI Eksklusif.

    Menurut Roesli (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui

    terhadap pemberian ASI eksklusif kepada bayinya adalah sebagai berikut :

    1. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, hanya dapat menjawab

    pertanyaan apa sesuatu itu. Hal ini terjadi setelah orang melakukan

    pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

  • 18

    panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

    dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

    Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya tindakan seseorang

    (Notoatmodjo, 2003).

    Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007),

    pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

    yaitu:

    a. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

    mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

    dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini

    merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

    mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

    menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

    Misalnya, ibu tahu tentang arti ASI Eksklusif.

    b. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

    secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

    materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau

    materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

    meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya, ibu

    dapat menjelaskan pentingnya pemberian ASI Eksklusif.

  • 19

    c. Aplikasi (Aplication)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

    Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengalaman hukum-

    hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

    lain. Misalnya ibu dapat mengaplikasikan cara menyusui yang benar.

    d. Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

    suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

    struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

    analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti

    dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

    mengelompokkan dan sebagainya.

    e. Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

    atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

    yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

    meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau

    rumusan-rumusan yang telah ada.

    f. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

    penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

  • 20

    atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat

    membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang

    kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat dan

    sebagainya.

    Menurut Roesli (2007) dalam Afifah (2009), bahwa hambatan utama

    tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah karena kurang sampainya

    pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif pada para ibu. Seorang ibu

    harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan

    pengetahuan tentang menyusui, berarti kehilangan besar akan kepercayaan

    diri seseorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya

    dan seorang bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dengan cara

    perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif

    terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan

    pemberian nasi sebagai makanan tambahan di pedesaan

    2. Sikap

    Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

    merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan suatu

    tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

    perilaku (Notoatmodjo, 2007).

    Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan

    timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya

    reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa suatu bentuk reaksi yang

    dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam

  • 21

    diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai

    baik – buruk, positif – negatif, menyenangkan – tidak menyenangkan, yang

    kemudian mengkristalkan sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.

    Sikap ibu terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan dimana dia

    dididik. Misalnya, apabila pemikiran tentang menyusui dianggap oleh

    penduduk setempat tidak sopan dan memalukan maka let down reflek (reflek

    keluar) akan terhambat. Sikap negatif terhadap menyusui antara lain ialah

    menyusui merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya

    memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya (Afifah, 2007).

    3. Pekerjaan

    Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak

    menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja,

    terutama pada usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari

    cara merawat bayi. Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan

    dilakukan di kantor, tapi bisa juga berarti bekerja di ladang, bagi masyarakat

    di pedesaan (Afifah.ND, 2007).

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2003), pekerja di Indonesia

    mencapai 100.316.007, yang terdiri dari 64,63% adalah laki- laki dan

    35,57% adalah perempuan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan

    kemampuan dan kapasitas kerja yang maksimal, tanpa mengabaikan

    kodratnya sebagai wanita termasuk dalam memberikan ASI (Depkes RI,

    2007).

  • 22

    Secara ideal setiap tempat kerja yang mempekerjakan perempuan

    hendaknya memiliki tempat penitipan bayi/anak. Namun bila tidak

    memungkinkan, karena tempat kerja jauh rumah, tidak memiliki kendaraan

    pribadi, tidak ada mobil jemputan dari kantor, atau lingkungan tempat kerja

    kurang sehat bagi bayi maka ada cara lain yang mudah. Berikanlah ASI

    perah/pompa pada bayi saat ibu bekerja. Untuk itu diperlukan fasilitas dan

    peraturan-peraturan perusahaan yang memungkinkan seorang ibu tetap dapat

    memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, misalnya dengan menyediakan

    ruangan untuk memerah ASI yang memadai, memberi izin dan waktu untuk

    memerah ASI, dan cuti hamil yang fleksibel. Tempat kerja yang

    memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara eksklusif

    dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu.

    Banyak situasi dimana memerah ASI berguna dan penting untuk

    memungkinkan seorang ibu memulai dan melanjutkan menyusui. Manfaat

    pemerahan ASI adalah sebagai berikut :

    a. Bayi tetap memperoleh ASI saat ibu bekerja

    b. Untuk memberi minum bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau bayi

    sakit yang belumdapat menyusu langsung pada ibu karena terlalu lemah.

    c. Menghilangkan bendungan ASI.

    d. Menjaga kelangsungan persedian ASI saat ibu sakit atau bayi sakit.

    e. Menghilangkan rembesan/penetesan ASI.

    f. Memudahkan bayi minum bila ASI terlalu banyak.

  • 23

    Semua Ibu dapat belajar memerah ASI. Ibu dapat memulai belajar selama

    kehamilan dan dapat menerapkannya segera setelah melahirkan. Memerah

    dengan tangan tidak memerlukan alat bantu sehingga seorang ibu dapat

    melakukannya dimana saja dan kapan saja. Memerah dengan tangan mudah

    dilakukan bila payudara lunak. Namun, jika payudara sangat berbendung dan

    nyeri maka akan sulit dilakukan pemerahan (Roesli, 2000).

    ASI adalah cairan hidup. Selain makanan, ASI pun mengandung zat

    anti- infeksi. Cara penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas anti-

    infeksi dan makanan yang dikandung ASI. Anti- infeksi yang dikandung

    dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam waktu lebih lama karena akan

    menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI perah yang disimpan.

    Tempat penyimpanan ASI perah yang dianjurkan adalah tempat dari gelas

    atau tempat (botol) plastik keras dengan volume 80-100 cc. Sebaiknya ASI

    perah jangan disimpan di botol susu. Tulis jam, hari, dan tanggal saat diperah.

    Setelah dicairkan, ASI harus habis dalam 1 jam. Sisa ASI jangan dimasukkan

    lagi kedalam lemari es. ASI tahan 6 - 8 jam di udara luar, 24 jam dalam

    termos es, dua kali 24 jam dalam lemari es, 2 minggu di freezer 1 pintu, 3

    bulan di freezer lemari es 2 pintu (Roesli, 2009).

    Pada pekan ASI sedunia (1993) tema peringatannya adalah Mother

    Friendly Workplace atau tempat kerja sayang bayi menunjukkan bahwa

    adanya perhatian dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja

    (Depkes RI, 2007).

  • 24

    Pemberian ASI Eksklusif

    Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara

    Eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan,

    meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang

    menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja,

    seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara

    eksklusif.(Roesli, 2000).

    4. Pendidikan

    Pendidikan adalah proses menumbuh kembangkan seluruh

    kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Tingkat pendidikan

    juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

    untuk lebih mudah yaitu pada jenjang yang lebih dari pada pendidikan

    menengah dijalur pendidikan sekolah (Depdiknas, 2003).

    2.4 Kerangka Konsep Penelitian

    Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, maka dapat dibuat kerangka

    konsep sebagai berikut :

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

    Pengetahuan

    Sikap

    Pekerjaan

    Pendidikan

  • 25

    2.5. Hipotesis

    Hipotesis variabel independen yang akan diuji terhadap variabel dependen

    adalah sebagai berikut:

    a. Ada pengaruh antara pengetahuan denganpemberian ASI Eksklusif.

    b. Ada pengaruh antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif

    c. Ada pengaruh antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif.

    d. Ada pengaruh antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Analitik Survey

    Research yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel

    terikat melalu pengujian hipotesis, serta menggunakan pendekatan Cross

    Sectional karena antara variabel bebas dan variabel terikat diukur secara

    bersamaan dalam satu waktu.

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng

    Sabee merupakan salah satu desa yang berada di pusat kota Kabupaten

    Aceh Jaya dimana pencapaian program ASI Eksklusif jauh di bawah

    target yaitu hanya mencapai 10,8% pada tahun 2011, sedangkan target

    pencapaiannya adalah 80%.

    3.2.2 Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan selama 15 hari pada Bulan Januari 2013.

    26

  • 27

    3.3 Populasi dan Sampel

    3.3.1 Populasi

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

    diteliti (Notoatmodjo, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

    ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 7 (tujuh) bulan sampai dengan 1

    (satu) tahun di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten

    Aceh Jaya yaitu sejumlah 46 jiwa (Data Puskesmas Bulan Januari sampai

    Agustus, 2012).

    3.3.2 Sampel

    Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

    sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Hidayat,

    2008). Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah Non

    Probability Sampling yaitu pengambilan sampel tidak secara acak karena

    tidak memberikan peluang bagi populasi lain. Teknik pengambilan sampel

    dalam penelitian ini yaitu sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua

    anggota populasi menjadi sampel. Hal ini mengacu pada teori yang

    dikemukakan oleh Arikunto (2006), bahwa bila jumlah populasi masih

    dalam jumlah kurang dari 100 maka anggota populasi tersebut diambil

    seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian. Sehingga, jumlah sampel

    dalam penelitian ini ialah 46 jiwa yaitu seluruh ibu menyusui yang

    mempunyai bayi umur 7 (tujuh) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun di

    Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya .

  • 28

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan dalam 2 jenis

    data yaitu :

    1. Data Primer

    Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang

    berpedoman pada kuesioner penelitian yang sudah ditetapkan, guna

    memperoleh informasi dari responden untuk mengetahui pengaruh sikap,

    pengetahuan, pekerjaan dan dukungan keluarga ibu menyusui terhadap

    pemberian ASI Eksklusif Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

    Kabupaten Aceh Jaya. Pengumpulan data ini menggunakan alat ukur

    angket dan chek list. Angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup

    atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga

    responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang

    sudah ada. Checklist yang digunakan ialah chek list tertutup dengan

    pilihan setuju atau tidak setuju pada lembar pernyataan sikap dan pilihan

    bekerja atau tidak bekerja pada lembar pernyataan pekerjaanserta

    memberikan ASI Ekslusif atau tidak memberikan ASI Ekslusif pada

    lembar pernyataan status pemberian ASI Ekslusif pada balita. Jumlah soal

    dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan chek list pada variabel

    independen yang terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan tentang ASI

    Eksklusif, 10 pernyataan sikap tentang pemberian ASI Eksklusif dan

    lembar chek list tentang ada atau tidak ibu bekerja. Pilihan jawaban

    pertanyaan pada alat ukur kuesioner ialah dengan pilihan ganda a, b dan c.

  • 29

    2. Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh melalui :

    a. Puskesmas Calang Kabupaten Aceh Jaya.

    b. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya.

    c. Studi Kepustakaan.

    d. Data lain yang mendukung penelitian ini.

    3.5 Definisi Operasional

    Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

    Variabel Independen

    1. Variabel : Pengetahuan

    Defenisi

    Cara ukur Alat ukur

    Hasil ukur

    Skala ukur

    : Wawasan yang dimiliki oleh ibu tentang pemberian

    Asi Eksklusif : Responden menjawab kuesioner : Kuesioner

    : 1. Baik 2. Cukup

    3. Kurang : Ordinal

    2. Variabel : Pendidikan

    Defenisi

    Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

    Skala ukur

    : Tingkatan sekolah formil yang telah responden peroleh

    : Responden menjawab kuesioner : Angket : 1. Tinggi

    2. Menengah 3. Rendah

    : Ordinal

    3. Variabel : Sikap

    Defenisi

    Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

    Skala ukur

    : Pendapat atau keyakinan seorang ibu menyusui Tentang pemberian ASI eksklusif kepada bayinya

    : Responden menjawab kuesioner : Chek list : 1. Positif

    2. Negatif : Ordinal

  • 30

    4. Variabel : Status Pekerjaan

    Defenisi

    Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

    Skala ukur

    : Suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan responden (ibu menyusui) secara rutin dengan

    mendapatkan imbalan berupa uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

    : Responden menjawab kuesioner : Chek list : 1. Tidak Bekerja

    2. Bekerja : Ordinal

    No. Variabel Dependen

    1. Variabel : Pemberian ASI Eksklusif

    Defenisi

    Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

    Skala ukur

    : Pemberian ASI (Air Susu Ibu) saja kepada bayi

    selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain dan tanpa tambahan makanan padat lainnya

    : Responden menjawab kuesioner : Kuesioner : 1. Memberikan ASI Eksklusif

    2. Tidak Memberikan ASI Ekslusif : Ordinal

    3.6 Aspek Pengukuran

    3.6.1 Pengetahuan

    Sebelum menentukan kategori baik, cukup dan kurang pada angket

    variabel pengetahuan terlebih dahulu ditentukan kriteria yang dijadikan

    patokan penilaian (Arikunto, 2006).

    1. Skor jawaban yang benar adalah 2

    2. Skor jawaban yang salah adalah 1

    Setiap kategori ditentukan oleh bobot nilai yaitu baik, cukup, dan

    kurang. Kriteria yang dijadikan patokan penilaian ialah menurut Arikunto

    (2006) yaitu :

  • 31

    1. Untuk kategori Baik, jika responden mampu memperoleh skor 76% -

    100%.

    2. Untuk kategori Cukup, jika responden mampu memperoleh skor 56% -

    75%.

    3. Untuk kategori Kurang, jika responden mampu memperoleh skor ≤

    55%.

    3.6.2 Pendidikan

    Untuk skor penilaian pendidikan dibagi ke dalam dua bentuk

    kategori, yaitu:

    a. Ibu yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tinggi setelah

    sekolah menengah dengan nilai 3.

    b. Ibu yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan menengah setelah

    sekolah dasar dengan nilai 2

    c. Ibu yang hanya menyelesaikan tingkat pendidikan sekolah dasar

    dengan nilai 1

    3.6.3 Sikap

    Untuk skor penilaian sikap merujuk pada ketentuan penilaian sikap

    menurut Hidayat (2008) yaitu dengan menyatakan bentuk pernyataan positif dan

    pernyataan negatif. Sebelum menyatakan bentuk pernyataan sikap dalam

    penelitian ini peneliti menggunakan ketentuan nilai menurut skala likert dengan

    menggunakan empat kategori penilaian yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju

    dan sangat tidak setuju.

  • 32

    1. Kriteria penilaian dalam bentuk pernyataan positif ialah :

    a. Sangat Setuju (SS) diberikan skor 4

    b. Setuju (S) diberikan skor 3

    c. Tidak Setuju diberikan skor 2

    d. Sangat Tidak Setuju diberikan skor 1

    2. Kriteria penilaian dalam bentuk pernyataan negatif

    a. Sangat Setuju (SS) diberikan skor 1

    b. Setuju (S) diberikan skor 2

    c. Tidak Setuju diberikan skor 3

    d. Sangat Tidak Setuju diberikan skor 4

    Kemudian dengan menggunakan rumus median n+1

    2 maka dapat

    ditentukan nilai tengah observasi pada lembar chek list sikap mengenai nilai sikap

    positif dan negatif. Rumus median adalah sebagai berikut :

    Median = Jumlah Nilai Tertinggi +1

    2=

    4 x 10 soal +1

    2= 20,5 ≈ 21

    Kesimpulan : Nilai Sikap Positif jika nilai yang diperoleh ialah ≥ 21

    Nilai Sikap Negatif jika nilai yang diperoleh ialah < 21

    3.6.4 Status Pekerjaan

    Untuk skor penilaian pekerjaan dibagi ke dalam dua bentuk

    kategori, yaitu:

    a. Ibu yang tidak bekerja sama sekali di luar lingkungan tempat tinggal

    dengan nilai 2.

  • 33

    b. Ibu yang aktif bekerja dan mendapatkan upah di luar lingkungan

    tempat tinggal dengan nilai 1.

    3.6.5 Pemberian ASI Ekslusif

    Untuk skor penilaian pemberian ASI Ekslusif dibagi dalam dua

    bentuk kategori, yaitu :

    a. Ya, Memberikan ASI Ekslusif dengan nilai 2

    b. Tidak, memberikan ASI Ekslusif dengan nilai 1

    3.7 Teknik Analisa Data

    Teknik analisa data dapat diakumulasikan dalam analisis data

    univariat dan bivariat.

    3.7.1 Analisis Univariat

    Statistik univariat adalah suat prosedur untuk menganalisa data dari

    satu variabel yang bertujuan mendeskripsikan suat hasil penelitian yang

    bersifat kualitatif dan juga bersifat kuantitatif. data Kualitatif

    dankuantitatif dianalisis dengan bantuan tabel analisis yaitu tabel-tabel

    distribusi frekuensi. Berdasarkan data dalam tabel analisis, data dianalisis

    dan diinterpretasikan dengan menggunakan rumus (Budiarto, 2002):

    Ket: P = Persentase ; f = frekuensi teramati ; N = Jumlah seluruh observasi

    P =f

    N× 100%

  • 34

    χ2 = O − E 2

    E

    3.7.2 Analisis Bivariat

    Data kualitatif variabel pengetahuan, pendidikan, status pekerjaan

    dan pemberian ASI Eksklusif dianalisis dengan menggunakan pengujian

    uji Kai Kuadrat. Intinya ialah mengetahui ada tidaknya asosias inya pada

    tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen. Teknis analisis

    yang digunakan ialah dengan menggunakan program Software Computer

    Analisis Crosstabs Chi Square dengan nilai α ialah 0.05 (Trihendradi,

    2005). Secara manual analisa bivariat dapat dilakukan dengan

    menggunakan rumus (Sabri, 2006):

    Ket:

    ∑=Jumlah keseluruhan O=Observed (frekuensi yang diamati)

    E=Expected (frekuensi yang diharapkan) Atau dengan menggunakan rumus (Hastono, 2007):

    N = N ad − bc 2

    a + c b + d a + b c + d

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Gambaran Umum

    Desa Dayah Baro merupakan salah satu desa yang berada di bawah naungan

    pemerintahan Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Sampai saat ini

    jumlah penduduk yang terdata ialah berjumlah 1640 jiwa dengan jumlah penduduk

    pria ialah 886 jiwa dan jumlah penduduk wanita ialah 754 jiwa. Serta jumlah Kepala

    Keluarga 492 KK.

    Adapun letak geografis Desa Dayah Baro adalah sebagai berikut :

    a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kampung Blang

    b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

    c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Keutapang

    d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sentosa

    4.1.2. Analisis Univariat

    Analisis univariat ialah suatu metode analisa data yang menganalisa hanya

    satu variabel. Tujuan dari analisis ini ialah untuk menjelaskan/ mendeskriptifkan

    karakteristik masing-masing variabel yang diteliti namun tidak ada unsur untuk

    menentukan derajat hubungan maupun mencari adanya perbedaan dengan variabel

    yang lain. Untuk data yang bersifat kategorik seperti tingkat pengetahuan, jenjang

    35

  • 36

    pendidikan, sikap, status pekerjaan serta pemberian Asi Eksklusif dianalisa dengan

    menjelaskan angka/ nilai jumlah dan persentase masing-masing kelompok kategori

    saja dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Berikut ini adalah hasil

    dari analisis univariat :

    4.1.2.1. Pengetahuan

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pengetahuan pada

    Responden di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

    Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

    No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

    1.

    2.

    3.

    Baik

    Cukup

    Kurang

    14

    24

    8

    31

    52

    17

    Total 46 100

    Data primer diolah Tahun 2013

    Dari tabel 4.1 diketahui bahwa tingkat pengetahuan yang paling banyak dari

    keseluruhan responden ialah tingkat pengetahuan cukup yaitu sejumlah 24 jiwa

    (52%) dan yang paling sedikit ialah tingkat pengetahuan baik yaitu sejumlah 8 jiwa

    (17%).

    4.1.2.2 Pendidikan

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan Responden di

    Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya

    Tahun 2013

    No. Jenjang Pendidikan Frekuensi Persentase

    1.

    2.

    3.

    Tinggi

    Menengah

    Rendah

    13

    25

    8

    29

    54

    17

    Total 46 100

    Data primer diolah Tahun 2013

  • 37

    Dari tabel 4.2 diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak

    ialah tingkat pendidikan menengah yaitu sejumlah 25 jiwa (54%) dan yang paling

    sedikit ialah tingkat pendidikan rendah yaitu sejumlah 8 jiwa (17%).

    4.1.2.3 Sikap

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Menurut Sikap Responden Tentang Pemberian

    Asi Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

    Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

    No. Sikap Frekuensi Persentase

    1.

    2.

    Positif

    Negatif

    31

    15

    67

    33

    Total 46 100

    Data primer diolah Tahun 2013

    Dari tabel 4.3 diketahui bahwa sikap tentang pemberian Asi Eksklusif paling

    banyak ialah positif yaitu sejumlah 31 jiwa (67%) dan sikap tentang pemberian ASI

    Eksklusif yang negatif yaitu sejumlah 15 jiwa (33%).

    4.1.2.4. Status Pekerjaan

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Menurut Status Pekerjaan Responden di Desa

    Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun

    2013

    No. Status Pekerjaan Frekuensi Persentase

    1.

    2.

    Tidak Bekerja

    Bekerja

    27

    19

    59

    41

    Total 46 100

    Data primer diolah Tahun 2013

    Dari tabel 4.4 diketahui bahwa status pekerjaan responden paling banyak

    ialah tidak bekerja yaitu sejumlah 27 jiwa (59%) dan status pekerjaan responden

    yang bekerja yaitu sejumlah 19 jiwa (41%).

  • 38

    4.1.2.5. Pemberian ASI Eksklusif

    Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Menurut Status Pemberian ASI Eksklusif

    Responden di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

    Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

    No. Status Pemberian ASI

    Eksklusif

    Frekuensi Persentase

    1.

    2.

    Beri

    Tidak Memberi

    28

    18

    61

    39

    Total 46 100

    Data primer diolah Tahun 2013

    Dari tabel 4.5 diketahui bahwa status pemberian ASI Eksklusif responden

    paling banyak ialah memberi yaitu sejumlah 28 jiwa (61%) dan status pemberian

    ASI Eksklusif responden yang tidak memberi yaitu sejumlah 18 jiwa (39%).

    4.1.3 Analisis Bivariat

    Analisis bivariat adalah analisis hubungan dua variabel. Dalam analisis ini

    dapat menjelaskan adanya kemaknaan hubungan maupun perbedaan dari dua

    variabel yang dapat mempengaruhi variabel yang lain. Variabel yang ingin dianalisis

    secara bivariat ialah variabel pengetahuan, pendidikan, sikap dan status pekerjaan

    terhadap variabel pemberian ASI eksklusif. Pengujian statistik dalam analisis bivariat

    tersebut menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

    4.1.3.1 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

    Tabel 4.6 Pengaruh Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian

    ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

    Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

  • 39

    No. Tingkat

    Pengetahuan

    Pemberian AS I Eksklusif Total

    P Value

    Risk

    Es timate

    (Odds

    Ratio)

    Tidak

    Memberikan Memberikan

    n % n % n %

    1.

    2.

    3.

    Kurang

    Cukup

    Baik

    8

    8

    2

    100

    33,3

    14,3

    0

    16

    12

    0

    66,7

    85,7

    8

    24

    14

    100

    100

    100

    ,000

    -

    Data primer diolah Tahun 2013

    Dari tabel 4.5 diketahui bahwa dari 14 sampel yang memiliki tingkat

    pengetahuan baik ternyata 12 sampel (85,7 %) yang memberikan ASI eksklusif. Dan

    dari 24 sampel yang memiliki tingkat pengetahuan cukup ternyata 16 sampel

    (66,7%) yang memberikan ASI Eksklusif. Selanjutnya dari 8 sampel memiliki

    tingkat pengetahuan kurang ternyata 0 sampel (0%) yang memberikan ASI eksklusif.

    Hasil uji chi-square antara pengetahuan responden dengan pemberian ASI

    Eksklusif dengan nilai α = 0,05 menunjukkan p value = 0,000. Maka diketahui

    bahwa p value < α (0,05) artinya ada pengaruh antara pengetahuan pada responden

    terhadap pemberian ASI Eksklusif.

    4.1.3.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

    Tabel 4.7 Pengaruh Tingkat Pendidikan Responden Terhadap Pemberian ASI

    Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten

    Aceh JayaTahun 2013

    No. Jenjang

    Pendidikan

    Pemberian AS I Eksklusif Total

    P Value

    Risk

    Es timate

    (Odds

    Ratio)

    Tidak

    Memberikan Memberikan

    n % n % n %

    1.

    2.

    3.

    Rendah

    Menengah

    Tinggi

    8

    5

    5

    100

    20

    38,5

    0

    20

    8

    0

    80

    61,5

    8

    25

    13

    100

    100

    100

    ,000

    -

    Data primer diolah Tahun 2013

  • 40

    Dari tabel 4.6 diketahui bahwa dari 25 sampel yang memiliki tingkat

    pendidikan menengah ternyata 20 sampel (80 %) yang memberikan ASI eksklusif.

    Dan dari 13 sampel yang memiliki tingkat pendidikan tinggi ternyata 8 sampel

    (61,5%) yang memberikan ASI eksklusif. Selanjutnya dari 8 sampel memiliki tingkat

    pendidikan rendah ternyata 0 sampel ( 0% ) yang memberikan ASI eksklusif.

    Hasil uji chi-square antara pendidikan responden dengan pemberian ASI

    Eksklusif dengan nilai α = 0,05 menunjukkan p value = 0,000. Maka diketahui

    bahwa p value < α (0,05) artinya ada pengaruh antara pendidikan pada responden

    terhadap pemberian ASI Eksklusif.

    4.1.3.3. Pengaruh Sikap Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

    Tabel 4.8 Pengaruh Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di

    Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya

    Tahun 2013

    No. Sikap

    Pemberian AS I Eksklusif

    Total

    P Value

    Risk

    Es timate

    (Odds

    Ratio)

    Tidak

    Memberikan Memberikan

    n % n % n %

    1.

    2.

    Negatif

    Positif

    11

    7

    73,3

    22,6

    4

    24

    26,7

    77,4

    15

    31

    100

    100 ,003

    9,429

    Data primer diolah Tahun 2013

    Dari tabel 4.7 diketahui bahwa dari 31 sampel yang memiliki sikap positif

    ternyata 24 sampel (77,4 %) yang memberikan ASI eksklusif. Selanjutnya dari 15

    sampel yang memiliki sikap negatif ternyata 4 sampel (26,7%) yang memberikan

    ASI eksklusif.

  • 41

    Hasil uji chi-square antara sikap responden dengan pemberian ASI Eksklusif

    dengan nilai α = 0,05 menunjukkan p value = 0,003. Maka diketahui bahwa p value

    < α (0,05) artinya ada pengaruh antara sikap pada responden terhadap pemberian

    ASI Eksklusif.

    Nilai risk estimate pada baris odds ratio yaitu 9,429. Hal ini berarti responden

    yang memiliki sikap positif mempunyai peluang 9 kali dapat memberikan ASI

    Eksklusif dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap negatif.

    4.1.3.4. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

    Tabel 4.9 Pengaruh Status Pekerjaan Responden Terhadap Pemberian ASI

    Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten

    Aceh Jaya Tahun 2013

    No. Status

    Pekerjaan

    Pemberian AS I Eksklusif

    Total

    P Value

    Risk

    Es timate

    (Odds

    Ratio)

    Tidak

    Memberikan Memberikan

    n % n % n %

    1.

    2.

    Bekerja

    Tidak

    Bekerja

    15

    3

    78,9

    11,1

    4

    24

    21,1

    88,9

    19

    27

    100

    100 ,000

    30,000

    Data primer diolah Tahun 2013

    Dari tabel 4.8 diketahui bahwa dari 27 sampel yang memiliki status pekerjaan

    tidak bekerja ternyata 24 sampel (88,9 %) yang memberikan ASI eksklusif.

    Selanjutnya dari 19 sampel yang memiliki status pekerjaan bekerja ternyata 4 sampel

    (21,1%) yang memberikan ASI eksklusif.

    Hasil uji chi-square antara status pekerjaan responden dengan pemberian ASI

    Eksklusif dengan nilai α = 0,05 menunjukkan p value = 0,000. Maka diketahui

  • 42

    bahwa p value < α (0,05) artinya ada pengaruh antara sikap pada responden

    terhadap pemberian ASI Eksklusif.

    Nilai risk estimate pada baris odds ratio yaitu 30,000. Hal ini berarti

    responden yang memiliki status pekerjaan tidak bekerja mempunyai peluang 30 kali

    dapat memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan responden yang bekerja.

    4.2 Pembahasan

    Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat. Kesehatan

    yang berkualitas menambah mutu hidup, meningkatkan produktifitas kerja,

    menurunkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak,

    serta mencegah terganggunya perkembangan mental anak.

    Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai

    sedini mungkinya itu sejak dini yaitu sejak masih bayi. Salah satu faktor yang

    memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian

    Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan

    penting dalam mengasuh anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Akhir-

    akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI (Roesli, 2000).

    Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah

    ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam

    ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan

    pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi

    sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat

    makanan tambahan yang tertumpu pada beras (Roesli, 2009).

  • 43

    4.2.1 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa

    hampir sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang ASI

    Eksklusif. Hal ini berarti banyak responden yang telah memahami masalah ASI

    Eksklusif meskipun masih terdapat beberapa responden yang tidak mengerti sama

    sekali mengenai ASI Eksklusif.

    Pengetahuan dapat diperoleh melalui informasi- informasi yang bersifat

    formal maupun informal. Secara formal informasi mengenai ASI Eksklusif dapat

    responden terima dari hasil penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas

    puskesmas di Desa Baro setiap tahunnya. Secara informal pun, responden dapat

    memperoleh informasi dari poster maupun pamflet yang telah dipajang di pojok jalan

    desa sehingga dengan sendirinya responden dapat membaca informasi yang tertera.

    Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan landasan diri yang

    dapat mengubah perilaku seseorang ke arah perilaku sehat yang lebih baik.

    Berdasarkan pengetahuan yang memadai, perilaku akan dapat memicu seseorang

    bertindak ke arah yang benar.

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula bahwa responden yang memiliki

    pengetahuan tentang ASI Eksklusif banyak memberikan ASI secara eksklusif kepada

    bayinya. Hal ini menyimpulkan bahwa sebagian responden memiliki wawasan yang

    benar mengenai ASI sehingga responden bersedia memberikan ASI Eksklusif secara

    sempurna kepada bayi. Menurut Roesli (2007) dalam Afifah (2009), bahwa

    hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah karena kurang

    sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif pada para ibu. Seorang ibu

  • 44

    harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan

    tentang menyusui, berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seseorang ibu

    untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan

    kehilangan sumber makanan yang vital dengan cara perawatan yang optimal.

    Pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif terlihat dari pemanfaatan susu

    formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai makanan tambahan di

    pedesaan.

    4.2.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

    Pendidikan adalah proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan

    perilaku manusia melalui pengajaran. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu

    faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah yaitu pada jenjang

    yang lebih daripada pendidikan menengah dijalur pendidikan sekolah (Depdiknas,

    2003).

    Menurut Notoatmodjo (2007), dengan semakin tingginya seseorang

    memperoleh pendidikan maka pengalaman yang diperoleh akan semakin banyak

    pula. Seperti kata pepatah mengatakan bahwa pengalaman merupakan guru yang

    terbaik. Responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah tentu memiliki

    pengalaman dan ilmu yang tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki

    tingkat pendidikan rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang telah peneliti

    lakukan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah banyak yang

    memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat

    pendidikan rendah.

  • 45

    Akan tetapi berbeda pendapat tersebut dengan hasil penelitian di desa Dayah

    Baro kecamatan Krueng Sabee terhadap responden dengan pendidikan tinggi. Lebih

    banyak responden yang pendidikannya tinggi (perguruan tinggi) tidak memberikan

    ASI eksklusif (8 responden) dari pada yang memberikan ASI eksklusif (5

    responden). Menurut peneliti hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh status pekerjaan

    pada responden yang berpendidikan tinggi. Hal ini dapat diatasi bila para ibu yang

    bekerja memberikan ASI perah pada bayinya sehingga bayi tetap mendapatkan ASI

    di saat ibu tidak dirumah.

    4.2.3 Pengaruh Sikap Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

    Di daerah pedesaan menyusui anak terlihat sebagai suatu proses yang normal

    dan tidak dilakukan sembunyi-sembunyi. Ibu-ibu tidak malu menyusui bayinya.

    Kebiasaan itu dapat menciptakan suatu kondisi dan gairah bagi para gadis yang

    melihatnya, sehingga ada kemauan naluriah melakukan hal yang sama. Bila tumbuh

    menjadi besar dan mempunyai anak mereka ingin melakukan hal yang serupa.

    Sebaliknya, kebiasaan ibu-ibu di kota yang malu-malu serta sembunyi-sembunyi

    menyusui bayinya, tentu akan banyak mempengaruhi tabiat gadis-gadis disekitarnya

    untuk berbuat sama, dan menyusui anak merupakan sesuatu hal yang harus

    dihindarkan (Roesli, 2009).

    Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa sebagian responden yang

    memiliki sikap positif mengenai ASI Eksklusif ternyata banyak yang memberikan

    ASI Eksklusif kepada bayinya. Meskipun masih terdapat beberapa responden yang

  • 46

    memiliki sikap negatif mengenai ASI Eksklusif yang sama sekali ada yang tidak

    memberikan ASI.

    Sikap negatif ini bila dibiarkan dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam

    memberikan ASI Eksklusif. Ini berarti bahwa akan semakin banyak ibu di Desa

    Dayah Baro yang tidak akan memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya lagi,

    melainkan digantikan dengan susu formula atau makanan padat lain. Bila hal ini

    terus terjadi maka sudah tentu angka gizi buruk dan kurang pada bayi akan semakin

    meningkat di tahun berikutnya.

    Kemajuan dibidang kesehatan lingkungan dan industri makanan sapihan

    membuat segalanya menjadi sangat praktis sehingga para ibu lebih cenderung

    menggunakan susu botol. Untuk mengatasi masalah tersebut, ibu- ibu yang mampu

    harus dihimbau dan diberi motivasi agar kembali pada praktek menyusui anak

    sendiri. Karena hal itu mendatangkan keuntungan bagi hubungan ibu dan anak dan

    terutama karena hal itu memenuhi cirri dan kodrat manusia.

    4.2.4 Pengaruh Status Pekerjaan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

    Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara Eksklusif

    selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil

    hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan

    memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap

    memberikan ASI secara eksklusif (Roesli, 2000).

    Di Desa Dayah Baro, ibu- ibu yang bekerja banyak menitipkan bayinya ke

    rumah tetangga yang ibunya hanya mengurus rumah tangga. Hal ini dilakukan

  • 47

    karena masih banyak tempat bekerja yang tidak menyediakan tempat untuk

    memberikan ASI. Apalagi bagi Ibu yang bekerja sebagai Pegawai Pemerintah,

    membawa bayi ke tempat kerja malah akan membuat kinerja semakin kurang.

    Secara ideal setiap tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya

    memiliki tempat penitipan bayi/ anak . Namun bila tidak memungkinkan, karena

    tempat kerja jauh rumah, tidak memiliki kendaraan pribadi, tidak ada mobil jemputan

    dari kantor, atau lingkungan tempat kerja kurang sehat bagi bayi maka ada cara lain

    yang mudah. Berikanlah ASI perah/ pompa pada bayi saat ibu bekerja. Untuk itu

    diperlukan fasilitas dan peraturan-peraturan perusahaan yang memungkinkan seorang

    ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, misalnya dengan

    menyediakan ruangan untuk memerah ASI yang memadai, member izin dan waktu

    untuk memerah ASI, dan cuti hamil yang fleksibel (Roesli, 2000).

    Hal tersebut dapat dimungkinkan pula dengan pengetahuan yang memadai

    mengenai pemerahan ASI yang benar. Karena ASI dapat bertahan tahan 6 - 8 jam di

    udara luar, 24 jam dalam termos es, dua kali 24 jam dalam lemari es, 2 minggu di

    freezer 1 pintu, 3 bulan di freezer lemari es 2 pintu (Roesli, 2009). Oleh sebab itu,

    masih banyak cara lain yang dapat digunakan untuk memberikan ASI secara

    Eksklusif kepada bayi sehingga kecukupan gizi pada bayi dapat diperoleh secara

    maksimal dan angka kekurangan gizi dapat tercegah pada bayi dikemudian hari.

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian dan uji statistik mengenai faktor- faktor yang

    mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro

    Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013, dapat disimpulkan

    beberapa hal yaitu :

    1. Ada pengaruh antara pendidikan responden terhadap pemberian ASI

    Eksklusif (Nilai p value = 0,000 < α (0.05).

    2. Ada pengaruh antara tingkat pendidikan responden terhadap pemberian ASI

    Eksklusif (Nilai p value = 0,000 < α (0.05).

    3. Ada pengaruh antara sikap responden terhadap pemberian ASI Eksklusif

    (Nilai p value = 0,003 < α (0.05).

    4. Ada pengaruh antara status pekerjaan responden terhadap pemberian ASI

    Eksklusif (Nilai p value = 0,000 < α (0.05).

    5.2. Saran

    1. Bagi Instansi Puskesmas

    ASI Eksklusif memainkan peran penting dalam memberantas penyakit gizi buruk

    dan kurang, oleh sebab itu perlu dilakukan penanganan yang serius terutama pada

    faktor- faktor yang memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.

    48

  • 49

    2. Bagi Masyarakat

    Pemberian ASI Eksklusif harus digiatkan sedini mungkin terutama dengan

    mengajak serta orang-orang yang memiliki kecenderungan tidak memberikan ASI

    secara Eksklusif dengan cara memberikan informasi dan contoh serta alasan yang

    baik mengapa pemberian ASI Eksklusif perlu dilakukan.

    3. Bagi Dinas Kesehatan

    Kampanye Pemberian ASI secara Eksklusif harus dilakukan sehingga dapat

    dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat dengan memberikan informasi-

    informasi yang berkenaan dengan faktor- faktor yang dapat ditimbulkan karena

    tidak diberikannya ASI kepada bayi.

    4. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Selain dari beberapa variabel yang telah diteliti dalam penelitian ini, diharapkan

    dapat dikembangkan lagi variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi ibu

    untuk memberikan ASI Eksklusif secara lebih signifikan dan menyeluruh

    terutama aspek budaya dan politik pemerintahan dimasa yang akan datang.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta.

    Afifah,. 2007. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI

    Eksklusif. (http://www.Eprints.undip.ac.id/.pdf). Diunduh tanggal 28 Maret 2011.

    Budiyanto, 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

    Budiarto.(2002).Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat,

    Jakarta : EGC.

    Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2007. Gizi Dan Kesehatan

    Masyarakat.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Depkes RI. 2005.Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM)

    Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Jakarta: Depkes RI. __________. 2007. Pelatihan Konseling menyusui. Jakarta: Depkes RI.

    Dinkes Aceh Jaya. 2012.Database Kesehatan Aceh Jaya Tahun 2011. Dinas

    Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya. Calang. FKM – UTU. 2006. Pedoman Penulisan Skripsi. FKM – UTU. Meulaboh.

    Hastono. (2007). Basic Data Analysis for Health Research Training, Analisis

    Data Kesehatan, Depok, Jakarta :FakultasKesehatanMasyarakatUniversitas Indonesia.

    Hidayat, (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Cetakan Kedua. Jakarta: Salemba Medika.

    Kementrian Kesehatan RI.2010. Menyusui : Sepuluh Langkah Sayang Bayi.

    (http://www.gizinet.com.pdf) Diunduh tanggal 19 februari 2011.

    Kristina&Maryani. 2004. Faktor Yang Mempengaruhi ASI. Medika

    Vol.XXX,September 2004( 583 – 590 ). Media,et.al. 2007. Pengetahuan, Persepsi Dan Perilaku Ibu Tentang Pemberian

    ASI/ASI Eksklusif. (http://www.Litbang.depkes.go.id/)Diakses tanggal 26 januari 2011.

    http://www/http://www.gizinet/download/pekanasi-2010.pdf)%20Diunduh%20tanggal%2019%20februari%202011http://www.litbang.depkes.go.id/media/index2.php?option=content

  • Nelson.1999. Ilmu Kesehatan Anak. (Wahap,A.Samik). Buku Kedokteran EGC.

    Jakarta.

    Notoatmodjo,S., 2007. Ilmu & Seni Kesehatan Masyarakat. Rhineka Cipta. Jakarta.

    Roesli. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Agriwidya. Jakarta.

    ________. 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Pustaka Bunda. Jakarta. ________. 2009. Panduan Praktis Menyusui. Pustaka Bunda. Jakarta.

    Sabri & Hastanto. 2006. Statistik Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Trihendradi. (2005). SPSS 13 (Step by Step Analisis Data Statistik), Yogyakarta :

    ANDI

    Tanjung & Ardial. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Proposal, Skripsi, dan Tesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Kencana Media Group. Jakarta.

    ANITA NIM 06C10104260-Unlicensed-COVER

    RATNA NINGSIH NIM 06C10104015-Unlicensed-HALAMAN JUDUL-Unlicensed-ABSTRAK-Unlicensed-BAB I-Unlicensed-BAB II-Unlicensed-BAB III-Unlicensed-BAB IV-Unlicensed-BAB V-Unlicensed-DAFTAR PUSTAKA