gambaran nilai trombosit penderita dbd pada anak-anak di rs x

Upload: annisa-nurul-chaerani

Post on 18-Jul-2015

2.415 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

GAMBARAN NILAI TROMBOSIT PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA ANAKANAK DI RUMAH SAKIT X

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

ANNISA NURUL CHAERANI NPM. 411109059

PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN (D III) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANI CIMAHI 2011

1

2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Jumlah kasus demam berdarah di Indonesia tercatat masih tinggi, bahkan paling tinggi dibanding negara lain di ASEAN. Data Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009 mencapai sekitar 150.000. Angka ini cenderung stabil pada tahun 2010, sehingga kasus DBD di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang. Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak banyak berubah dari 0,89 pada tahun 2009 menjadi 0,87 pada 2010. Ini berarti ada sekitar 1.420 korban tewas akibat DBD pada tahun 2009 dan berkisar 1.317 korban tewas pada tahun berikutnya. (http://www.detikhealth.com/read/2011/02/18/163159/1573796/763/indon esia-juara-demam-berdarah-di-asean?ld991107763). Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang berakibat fatal dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit ini tergolong sulit dibedakan dari penyakit demam berdarah yang lain. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) menyerang semua umur dewasa maupun anak-anak. Dan penyakit ini termasuk ke dalam

3

sepuluh penyebab perawatan di rumah sakit dan kematian pada anakanak. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus.

(http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm) DBD lebih banyak menyerang anak-anak dan di Indonesia 90% penderita penyakit ini adalah anak-anak di bawah umur 15 tahun dan tidak ada perbedaan jenis kelamin. Hasil yang sama juga didapat di Filipina. Sedangkan di Bandung dan dibandingkan dengan Jakarta, didapatkan angka-angka seperti tampak pada Tabel 1.1 dan Tabel 2.1 Tabel 1.1 Distribusi umur penderita DBD di Bandung (Garna, Azhali) dan Jakarta (Sumarmo) Sumarmo, 1983 Jumlah 23 132 165 38 358 % 6,4 36,9 46,1 10,6 100 Garna, 1986 Jumlah 3 38 75 35 151 % 1,9 25,2 49,6 23,3 100 Azhali, 1988 Jumlah 4 10 67 40 121 % 3,3 8,3 55,4 33,0 100

Umur (thn) 0-2 2-5 5-10 10-14 Jumlah

Dari Tabel 1.1 tampak bahwa DBD jarang menyerang anak di bawah 2 tahun dan paling sering menyerang anak golongan umur 510 tahun.

4

Tabel 2. Distribusi Jenis kelamin penderita DBD di Bandung (Garna, Azhali) dan Jakarta (Sumarmo) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sumarmo, 1983 Jumlah 153 205 358 % 42,7 57,3 100 Garna, 1986 Jumlah 68 83 151 % 45,0 55,0 100 Azhali, 1988 Jumlah 54 67 121 % 44,1 55,9 100

Dari Tabel 2.1 tampak bahwa DBD menyerang laki-laki dan perempuan hampir sama banyak sesuai dengan hasil yang dilaporkan Dit.Jen. P3M Depkes RI. Jumlah trombosit normal orang dewasa 150.000-250.000 sel/mm3 (samsuridjal: 258). Pada penderita DBD, terjadi penurunan kadar trombosit dalam darah secara signifikan. Penurunan jumlah trombosit 100.000 sel dan peningkatan kadar hematokrit > 20 % dari normal. (Genis: 32). Trombosit yang menurun menyebabkan terjadinya perdarahan pada kulit karena trombosit berfungsi sebagai salah satu zat pembeku darah. Trombosit yang rendah menimbulkan gangguan pada sistem pembekuan darah. Oleh karena itu, pada penderita DBD dengan kadar trombosit rendah akan mempermudah munculnya titik perdarahan pada kulit, hidung, bahkan otak (Eko, 2008: 47).

5

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pola jumlah trombosit penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak-anak di Rumah Sakit X?

C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada: 1. Sampel yang diperiksa berjumlah 30 orang penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak-anak di Rumah Sakit X. 2. Antikoagulan yang dipakai ialah 3. Pemeriksaan dilakukan dalam waktu 1 jam.

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola jumlah trombosit penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak-anak di Rumah Sakit X.

E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi khususnya kepada penulis dan umumnya untuk kepada pembaca mengenai pola jumlah trombosit penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak-anak di Rumah Sakit X.

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Darah Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Darah terdiri dari elemenelemen berbentuk dan plasma dalam jumlah setara. Elemenelemen berbentuk tersebut adalah sel darah merah (eritosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). (Price dan Wilson, 2005: 247; Corwin, 2000: 109). Darah terdiri dari sekitar 45% komponen sel dan 55% plasma. Komponen sel tersebut adalah sel darah merah berjumlah 99% dari total komponen sel, sel darah sisanya 1% sel darah putih dan platelet. Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (1994: 210) beberapa fungsi darah dalam tubuh adalah : 1. Transpor oksigen dari paruparu ke jaringanjaringan dan

karbondioksida dari jaringan ke paruparu. 2. Transpor zatzat yang di absorbsi melalui dinding usus. 3. Transpor sisa metabolisme ke ginjal, paruparu, kulit dan usus. 4. Mengatur suhu tubuh dengan meratakan panas badan. 5. Mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh.

6. Mengatur keseimbangan air. 7. Perlawanan terhadap peradangan.

7

8. Transpor hormon. 9. Transpor metabolit.

1. Sel darah a. Sel darah merah (Eritrosit) Eritrosit atau sel darah merah dibentuk dlam sumsum tulang. Sel darah merah memiliki inti sel, mitokondria atau ribosom. Eritrosit berupa cakram kecil cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Kalau dilihat satu persatu warnanya kunig pucat, tetapi dalam jumlah besar terlihat berwarna merah dan memberi warna pada darah. Hemoglobin merupakan zat padat dalam eritrosit yang menyebabkan warna merah. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi, oksidatif sel atau pembentukan protein. Eritrosit berfungsi sebagai transfor atau pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) (Corwin, 2000: 109).

Gambar 2.1 Sel darah merah (Eritrosit) (Sumber: http://www.hematologyatlas.com/seq48.htm)

8

b. Sel darah putih (Leukosit) Seperti eritrosit, leukosit juga diproduksi dalam sumsum tulang. Jenis-jenis golongan dari sel ini adalah golongan yang tidak bergranula (agranulosit) yaitu limfosit T dan B, monosit dan makrofag, serta golongan yang bergranula (granulosit) yaitu eosinofil, basofil, dan neutrofil. Peran sel-sel darah putih ialah untuk mengenali dan melawan mikroorganisme pada reaksi imun dan untuk membantu proses peradangan dan penyembuhan. Leukosit berbeda dengan eritrosit, karena tidak mengandung hemoglobin dan dapat keluar dari sistem sirkulasi dan mencapai bagian-bagian jaringan, sesuai fungsinya untuk melawan penyakit (Corwin, 2000: 114).

Gambar 2.2 Sel darah putih (Leukosit) (Sumber: http://www.hematologyatlas.com/principalpage.htm)

9

c. Keping darah (Trombosit) Keping darah atau trombosit adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus) dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 m yang merupakan fragmentasi dari megakariosit. Trombosit tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostatis tingkat sel dalam proses pembekuan dengan membentuk darah beku. Nilai normal jumlah trombosit berkisar antara 200.000300.000 sel/mm3, nilai dibawah rentang tersebut dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan risiko trombosis. Trombosis memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar

(http://id.wikipedia.org/wiki/Keping_darah).

Gambar 2.3 Platelet (Trombosit) (Sumber: http://www.hematologyatlas.com/seq32.htm)

10

2. Plasma Plasma terdiri dari air 90% dan 10% sisanya dari protein plasma, elektrolit, gas terlarut, berbagai produk sampah metabolisme, nutrien, vitamin, dan kolesterol. Protein plasma terdiri dari albumin, globulin, dan fibrinogen. Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dan membantu mempertahankan tekanan osmotik plasma dan volume darah. Globulin mengikat hormon yang tidak larut dan sisa plasma lainnya agar dapat terlarut. Proses ini memungkinkan zat-zat penting terangkut di dalam darah dari tempat asalnya dibuat ke tempat zat-zat tersebut bekerja. Fibrinogen merupakan komponen penting dalam proses pemebekuan darah (Corwin, 2000: 397-398).

11

B. Demam Berdarah Dengue (DBD) Deman berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit virus yang sanagt berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal dunia dalam waktu yang sangat pendek (beberapa hari) (Djaenudin, 2000: 316). Penyakit ini masuk ke Indonesia sejak tahun 1968 melalui pelabuhan Surabaya, dan pada tahun 1980 DBD telah dilaporkan melanda di seluruh provinsi di Indonesia (Djaenudin, 2000: 316). 1. Vektor DBD Vektor utama DBD adalah nyamuk rumah yang disebut Aedes aegypti, sedangkan vektor potensialnya adalah Aedes albopictus yang banyak ditemukan disemak-semak sekitar rumah (Djaenudin, 2000: 317). 2. Manifestasi Klinik Infeksi oleh virus dengue dapat bersifat asimptomatisa atau simptomatis yang meliputi panas tidak jelas penyebabnya, demam dengue (DBD). Gambaran klinis DBD sering kali tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak biasanya didapatkan demam dengan ruam makulopapular saja. Pada anak besar dan dewasa mungkin hanya didapatkan demam ringan, atau gamabaran klinis lengkap dengan panas tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri otot dan sendi serta ruam. Tidak jarang ditemukan perdarahan kulit, biasanya didapatkan lekopeni dan kadang-kadang trombositopeni.

12

Melihat spectrum klinis infeksi dengue sangat bervariasi, maka menemukan dan membedakan kasus demam dengue secara dini bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, WHO telah memberikan panduan kriteria untuk menegakkan diagnosis DBD berdasarkan gejala klinis dan lan, serta dikonfirmasi pemeriksaan serologi aglutinasi inhibisi. 3. Kriteria Diagnosis Untuk menegakkan diagnosis klinis DBD, WHO (1999)

menentukan beberapa patokan gejala klinis dan laboratorium. Gejala klinis: a. Demam tinggi mendadak yang berlangsung 2 7 hari b. Manifestasi perdarahan: 1) Uji tourniquet positif 2) Perdarahan spontan berbentuk pteki, purpura, ekismosus, epistaksis, perdarahan gusi, ehematemesis, melena 3) Hepatomegali 4) Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (