gambaran faktor risiko pasien penyakit jantung koroner
TRANSCRIPT
GAMBARAN FAKTOR RISIKO PASIEN PENYAKIT
JANTUNG KORONER YANG MENJALANI OPERASI
BYPASS DI RUMAH SAKIT JANTUNG HARAPAN KITA
PERIODE JANUARI -DESEMBER TAHUN 2009
Laporan Penelitian ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran
Oleh:
ARIANTI ARIFIN
NIM 107103000019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010 M / 1431 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 Oktober 2010
Arianti Arifin
107103000019
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
GAMBARAN FAKTOR RISIKO PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER
YANG MENJALANI OPERASI BYPASS DI RS JANTUNG HARAPAN KITA
PERIODE JANUARI - DESEMBER 2009
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Arianti Arifin
NIM 107103000019
Pembimbing Penelitian
Menyetujui Menyetujui
dr. Muniroh drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010 M /1431 H
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan penelitian berjudul GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT
JANTUNG KORONER YANG MENJALANI OPERASI BYPASS DI RS
JANTUNG HARAPAN KITA PERIODE JANUARI – DESEMBER 2009 yang
diajukan oleh Arianti Arifin (107103000019), telah diujikan dalam sidang di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 6 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 6 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Pembimbing Penguji
drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr.(hc).dr.M.K.Tadjudin, Sp.And dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.RM
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Faktor Risiko
Pasien Penyakit Jantung Koroner yang Menjalani Operasi Bypass di Rumah Sakit
Jantung Harapan Kita Periode Januari - Desember Tahun 2009”. Penyusunan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Syarif Hidayatullah.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan penelitian ini sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA,
selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And
dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan Pembantu Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Drg.Laifa Annisa Hendarmin dan dr.Muniroh, selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan penulis
dalam penyusunan laporan penelitian ini.
3. Seluruh dosen – dosen dan staf UIN Syarif Hidayatullah yang telah
mengajarkan dan membimbing saya selama menimba ilmu.
4. Tiara Bunga M.J, mbak Asnah, mbak Lia, dan pihak Rumah Sakit Jantung
Harapan Kita yang banyak membantu dalam usaha memperoleh data.
5. Orangtua dan keluarga yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan moril
maupun materil. Serta kasih sayang yang tulus dan tak pernah putus.
vi
6. Teman kelompok riset, anak-anak puri laras, dan teman-teman PSPD 2007,
terimakasih atas semangat, dukungan, dan kebersamaan dalam menyelesaikan
laporan penelitian ini.
7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu demi satu.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
saudara-saudara semua. Dan semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu kedokteran dan kesehatan serta dapat menjadi acuan bagi
penelitian selanjutnya.
Jakarta, Oktober 2010
Penulis
Arianti Arifin
107103000019
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah , saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Arianti Arifin
NIM : 107103000019
Program studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis karya : Laporan Penelitian
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif
(Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Gambaran Faktor Risiko Pasien Penyakit Jantung Koroner yang Menjalani Operasi
Bypass di RS Jantung Harapan Kita Periode Januari – Desember Tahun 2009”
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),
mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta sebagai pemilik Hak Cipta.
Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya
ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sebenarnya.
Jakarta, 6 Oktober 2010
Yang menyatakan
(Arianti Arifin)
viii
ABSTRAK
Nama : Arianti Arifin
Program Studi : Pendidikan Dokter
Judul : Gambaran Faktor Risiko Pasien Penyakit Jantung Koroner
yang Menjalani Operasi Bypass di Rumah Sakit Jantung
Harapan Kita Periode Januari - Desember Tahun 2009.
PJK telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Angka kematian karena
penyakit ini tergolong tinggi. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran faktor risiko
pasien PJK yang menjalani operasi bypass di RS Jantung Harapan Kita pada Tahun
2009. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang, menggunakan 637 data
sekunder dari rekam medik pasien yang menjalani operasi bypass di RS Jantung
Harapan Kita pada bulan Januari - Desember 2009. Hasilnya menunjukkan mayoritas
pasien PJK yang dioperasi adalah pria diatas 50 tahun yaitu 466 orang, mempunyai
faktor resiko utama merokok, hipertensi, dan dislipidemia.
Dari penelitian ini peneliti menyimpulkan faktor risiko terbesar pada pria diatas 50
tahun adalah merokok, hipertensi, dan dislipidemia, sedangkan secara keseluruhan
pada pria maupun wanita faktor risiko terbesar dislipidemia, hipertensi, dan merokok.
Merokok merupakan faktor risiko yang signifikan perbedaannya pada pria dibanding
wanita.
Kata kunci. Penyakit Jantung Koroner, operasi bypass, dislipidemi, hipertensi,
merokok.
ix
ABSTRACT
Name : Arianti Arifin
Study Program : Doctor of Education
Title : Overview of Risk Factors for Coronary Heart Disease
Patients who Undergo Bypass Surgery Heart Hospital Harapan
Kita Period January-December 2009.
CHD has become a worldwide health problem. The death rate from this
disease is high. Study was to describe the risk factors of CHD patients who
underwent heart bypass surgery in the Harapan Kita Hospital in 2009. The study was
conducted with a cross-sectional design, using secondary data from 637 medical
records of patients who underwent heart bypass surgery in the Harapan Kita Hospital
in January-December 2009. The results show the majority of CHD patients who were
operated on men over 50 years is 466 people, has the major risk factors of smoking,
hypertension, and dyslipidemia.
From this study the researcher concluded the biggest risk factor in men above
50 years are smoking, hypertension, and dyslipidemia, whereas the overall male and
female biggest risk factors of dyslipidemia, hypertension, and smoking. Smoking is a
significant risk factor for the difference in men than women.
Keywords : Coronary heart disease, bypass surgery, dislipidemi, hypertension,
smoking.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PULIKASI vii
ABSTRAK
ABSTRACT
Viii
Ix
DAFTAR ISI x
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.3.1. Tujuan Umum 2
1.3.2. Tujuan Khusus 2
1.4.Manfaat Penelitian 3
1.4.1. Manfaat bagi Peneliti 3
1.4.2. Manfaat bagi Perguruan Tinggi 3
1.4.3. Manfaat bagi Masyarakat 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1.Kerangka Teori 4
2.1.1. Anatomi dan Fisiologi Jantung 4
2.1.2. Penyakit Jantung Koroner 7
2.1.3. Operasi Bypass 13
2.2. Kerangka Konsep 16
2.3. Definisi Operasional 17
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 18
3.1. Desain Penelitian 18
3.2. Tempat dan Waktu 18
3.3. Populasi dan Sampel 18
3.3.1. Populasi 18
3.3.2. Sampel 18
3.4. Cara Kerja 18
3.4.1. Pengumpulan Data 18
3.4.2. Pengolahan Data 18
3.4.3. Interpretasi Data 18
3.4.4. Pelaporan Hasil Penelitian 18
3.5. Alur Analisis Data 19
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 20
4.1. Gambaran Usia dan Jenis Kelamin Pasien PJK 20
xi
4.2. Faktor Risiko Terbesar PJK 21
4.3. Gambaran Faktor Risiko PJK pada Pria > 50 th 23
4.4. Perbedaan Faktor Risiko Terbesar pada Pria dan Wanita 24
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 26
5.1. Kesimpulan 26
5.2. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4
Gambar 2.2 Struktur Internal Jantung 5
Gambar 2.3 Pembuluh Darah Koroner 7
Gambar 2.4 Operasi Bypass 15
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Gambaran Usia dan Jenis Kelamin 19
Grafik 4.2 Faktor Risiko PJK 20
Grafik 4.3 Faktor Risiko PJK pada Pria > 50 th 22
Grafik 4.4 Perbedaan Faktor Risiko PJK pada Pria dan Wanita 24
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perbedaan Faktor Risiko PJK pada Pria dan Wanita 23
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi masalah kesehatan di seluruh
dunia, angka kematian karena penyakit ini tegolong tinggi, seperti yang dilaporkan
American Heart Association, setiap tahun di USA ada sekitar 700.000 penderita baru
masuk rumah sakit karena kejadian koroner, sekitar 500.000 akan mengalami
kekambuhan, artinya setiap 26 detik, di Amerika ada yang menderita kejadian
koroner, dan setiap menit satu diantaranya meninggal. (Kathryn, 2005)
Begitu juga di Indonesia, Burdiarso dkk, 1989, melaporkan prevalensi PJK
adalah 18,3/100.000 penduduk pada golongan usia 15-24, meningkat menjadi
174,6/100.000 penduduk pada golongan usia 45-54, dan meningkat tajam menjadi
461,9/100.000 penduduk pada usia > 55 tahun. (Peter Kabo, 2008)
Pada pertengahan abad ke-20, National Health Institute di Amerika
melakukan sebuah studi di kota Framingham, Massachustts, yang melibatkan 2.421
wanita dan 1.980 laki-laki yang ditindaklanjuti selama 6 tahun. Ternyata hasilnya
menunjukkan bahwa hipertensi, merokok, dan kadar kolesterol yang tinggi
merupakan faktor utama penyebab PJK. (Peter Kabo, 2008)
PJK juga merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di negara
barat yaitu sekitar 70% kasus. Mayoritas pasien yang dirawat dengan gagal jantung
akut memiliki penyakit jantung koroner, yang secara independen memiliki prognosis
buruk. Pada penelitian yang dilakukan oleh Purek, dkk, didapatkan bahwa PJK
merupakan prediktor independen dan kuat terhadap mortalitas pasien dengan gagal
jantung akut kongestif. Secara umum, PJK dapat meningkatkan mortalitas pasien
gagal jantung akut. (Eni Indrawati, 2009)
Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk melihat gambaran faktor risiko
pada pasien PJK yang menjalani operasi bypass di RS Jantung Harapan Kita (RSJHK),
sehingga dapat diketahui faktor risiko mana yang paling banyak dimiliki pasien PJK.
2
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini, diharapkan masyarakat dan
petugas kesehatan lebih peduli dan memperhatikan lagi untuk pola hidup sehat dalam
rangka mengendalikan faktor-faktor risiko PJK sehingga diusahakan mengurangi
angka kejadian PJK atau tidak berlanjut menjadi lebih parah yang menyebabkan
tingginya angka operasi bypass atau angka kematian karena PJK. RS Jantung Harapan
Kita sebagai Rumah Sakit Jantung rujukan utama di Indonesia dianggap dapat
mewakili gambaran keadaan ini untuk keadaan masyarakat di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran faktor risiko pasien PJK yang menjalani operasi bypass
di RSJHK pada Tahun 2009?
1.3. Tujuan Penelitan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor risiko pasien PJK yang menjalani operasi
bypass di RSJHK pada Tahun 2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengetahui gambaran jenis kelamin pasien PJK yang menjalani operasi bypass di
RSJHK Tahun 2009.
Mengetahui gambaran usia pasien PJK yang menjalani operasi bypass di RSJHK
Tahun 2009.
Mengetahui gambaran faktor resiko pada pasien PJK yang menjalani operasi
bypass di RSJHK Tahun 2009.
Mengetahui faktor risiko terbesar pada pasien PJK yang menjalani operasi bypass
di RSJHK Tahun 2009.
Mengetahui perbedaan faktor risiko PJK berdasarkan jenis kelamin pada pasien
PJK yang menjalani operasi bypass di RSJHK Tahun 2009.
3
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu prasyarat kelulusan dalam menyelesaikan program sarjana
kedokteran.
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan peneliti tentang PJK,
sehingga dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai PJK.
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar dalam membuat suatu
penelitian.
Mengaplikasikan ilmu-ilmu kedokteran yang telah dipelajari ke dalam sebuah
penelitian yang dapat berguna bagi masyarakat.
1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi
Mewujudkan tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi dan tugas
perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian dalam masyarakat.
Mewujudkan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sebagai research
university dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Memberikan data dan masukan untuk penelitian selanjutnya yang lebih
mendalam.
1.4.3. Bagi Masyarakat
Dengan membaca laporan penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat
mendapatkan informasi mengenai PJK.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KERANGKA TEORI
2.1.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG
Gambar 2.1. Anatomi jantung (sumber: http://www.google.co.id/images)
Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, organ berotot yang
memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang.
Istilah cardiak berarti berhubungan dengan jantung. Jantung adalah salah satu organ
yang berperan dalam sistem peredaran darah. (Peter Kabo, 2008)
Permukaan Jantung
Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar kepalan tangan seorang laki-
laki dewasa. Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan endothelium.
5
Jantung terletak di dalam rongga torak, di balik tulang dada/sternum. Struktur jantung
berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri. (Tortora, 2009)
Jantung hampir sepenuhnya diselubungi oleh paru-paru, namun tertutup oleh
selaput ganda yang bernama perikardium, yang tertempel pada diafragma. Lapisan
pertama menempel sangat erat kepada jantung, sedangkan lapisan luarnya lebih
longgar dan berair, untuk menghindari gesekan antar organ dalam tubuh yang terjadi
karena gerakan memompa konstan jantung. (Tortora, 2009)
Struktur Internal Jantung
Gambar 2.2. Struktur internal jantung
(sumber : http://www.nhlbi.nih.gov)
Secara internal, jantung dipisahkan oleh sebuah lapisan otot menjadi dua
belah bagian, dari atas ke bawah, menjadi dua pompa. Kedua pompa ini sejak lahir
tidak pernah tersambung. Belahan ini terdiri dari dua rongga yang dipisahkan oleh
dinding jantung. Maka dapat disimpulkan bahwa jantung terdiri dari empat rongga,
atrium kanan & atrium kiri, ventrikel kanan & ventrikel kiri. (Tortora, 2009)
6
Dinding atrium jauh lebih tipis dibandingkan dinding ventrikel karena
ventrikel harus melawan gaya gravitasi bumi untuk memompa darah dari bawah ke
atas, khususnya di aorta, untuk memompa ke seluruh bagian tubuh yang memiliki
pembuluh darah. Atrium dan ventrikel di masing-masing belahan jantung
disambungkan oleh sebuah katup. Katup di antara atrium kanan dan ventrikel kanan
disebut katup trikuspid. Sedangkan katup yang ada di antara atrium kiri dan ventrikel
kiri disebut katup mitral. (Tortora, 2009)
Cara Kerja Jantung
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut
diastolik). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang
jantung (disebut sistolik). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.
(Kathryn, 2005)
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida
(darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena besar (vena kava) menuju
ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah
ke dalam ventrikel kanan. (Kathryn, 2005)
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup semilunaris ke dalam
arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang
sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap
oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. (Kathryn,
2005)
Darah yang kaya akan oksigen (darah bersih) mengalir di dalam vena
pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung,
paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. (Kathryn, 2005)
Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri, yang
selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam
aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh
tubuh, kecuali paru-paru. (Kathryn, 2005)
7
2.1.2 PENYAKIT JANTUNG KORONER
Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan
penyempitan arteri koroner karena terdapat timbunan plaque di dalam arteri koroner,
plaque yang terbentuk dari lemak, kalsium, dan substansi lainnya yang terdapat di
darah. Kondisi saat plaque tertimbun di dalam lumen arteri disebut aterosklerosis.
(www.nhlbi.nih.gov)
Gambar 2.3 Pembuluh darah aterosklerosis
(sumber : http://www.nhlbi.nih.gov)
Wiliam Herderson adalah orang pertama yang menguraikan secara rinci
mengenai gejala penyakit ini pada tahun 1768 sebagai berikut : “mereka yang terkena
penyakit ini merasa tertekan saat berjalan, lebih-lebih jika mendaki atau segera
setelah makan, oleh suatu sensasi yang bersifat nyeri dan tak terfokus, yang terjadi di
dada dan tampak bisa berakibat fatal (menghentikan hidupnya) jika berlangsung
terus-menerus atau intensitasnya meningkat. Bila keadaan penyebabnya menghilang,
semua kesulitan itu juga ikut menghilang”. Gejala ini oleh Herderson dinamakan
angina pektoris. Istilah angina pektoris digunakan secara universal sampai hari ini
sebagai gejala khas PJK. Namun, sebenarnya PJK sudah diketahui oleh bangsa Mesir
4000 tahun lalu, sebagaimana yang ditemukan dalam kitab kedokteran Mesir kuno
8
(Egyptians’ Papyrus) di mana sudah ada uraian tentang iskemia koroner yang
berbunyi sebagai berikut : “ if thou examines a man for illness in his cardia and he
has pains in his arms, and in his breast and in one side of his cardia… it is death
threatening him.” Atau dalam bahasa Indonesia bunyinya kira-kira demikian: “
jikalau kamu memeriksa seseorang karena penyakit jantung dan dia merasa nyeri di
tangan, dan di dada dan juga dalam jantung… hal ini menunjukkan bahwa kematian
sudah mengancam dia.” (Peter Kabo, 2008)
Epidemiologi
Manusia yang hidup dalam zaman modern sekarang ini harus melakukan
perubahan pola hidup yang rawan terhadap terjadinya PJK. Menurut laporan
American Heart Association, setiap tahun di USA ada sekitar 700.000 penderita baru
masuk rumah sakit karena kejadian koroner (coronary event). Empat puluh persen
(40%) dari jumlah ini meninggal dunia. Persentase ini sama besarnya di beberapa
negara maju. Di Indonesia Budiarso dkk, (1989) melaporkan prevalensi PJK adalah
18,3/100.000 penduduk pada golongan usia 15-24, meningkat menjadi 174,6/100.000
penduduk pada golongan usia 45-54, dan meningkat tajam menjadi 461,9/100.000
penduduk pada usia > 55 tahun. (Peter Kabo, 2008)
Gambaran Frekuensi dan Distribusi Penyakit Jantung Koroner
Menurut Bustan (2007), penyakit ini terdistribusi dalam masyarakat
berdasarkan karakteristik masyarakat dan lingkungannya. Secara umum dapat
dikatakan bahwa distribusi PJK adalah:
1. Lebih banyak pada masyarakat negara berkembang dibandingkan negara
sedang berkembang.
2. Lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan.
3. Lebih banyak mengenai golongan masyarakat sosial ekonomi menengah ke
atas dibanding dengan golongan sosial ekonomi lemah.
9
4. Lebih banyak mengenai pria dari pada wanita, namun justru banyak yang
meninggal adalah wanita.
5. Meninggi setelah umur 40 tahun. Risiko tinggi sudah terjadi jika memasuki
umur 50 tahun.
6. Tinggi angka kematiannya, lebih banyak yang meninggal dibandingkan yang
selamat.
Faktor Risiko
Pada awal abad ke-20, angka kematian akibat PJK meningkat tajam. Tetapi,
karena kurangnya data-data penelitian berskala besar, penyebab penyakit ini pada saat
itu masih bersifat spekulatif. Sampai pada pertengahan abad ke-20, National Health
Institute di Amerika melakukan sebuah studi di kota Framingham, Massachustts,
yang melibatkan 2.421 wanita dan 1.980 laki-laki yang ditindaklanjuti selama 6
tahun. Ternyata hasilnya menunjukkan bahwa hipertensi (darah tinggi), merokok, dan
kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor utama penyebab PJK. Hasil studi ini
kemudian dimuat di Annuals of Internal Medicine 1961, dan memperkenalkan konsep
baru mengenai faktor risiko di dunia kedokteran. Dalam kaitannya dengan PJK,
faktor risiko adalah faktor yang memacu timbulnya aterosklerosis. (Peter Kabo,2008)
Faktor PJK, digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Tidak Dapat Dimodifikasi :
Antara lain adalah jenis kelamin laki-laki dan usia. Perempuan baru banyak
menderita PJK sesudah menopause, yaitu pada usia di atas 50 tahun. Hal ini
disebabkan karena banyak hormon esterogen memiliki efek proteksi terhadap
terjadinya aterosklerosis di pembuluh darah koroner. PJK adalah pembunuh nomor
satu pada wanita di Amerika Serikat dan 50.000 orang wanita lebih banyak dari pada
laki-laki yang meninggal karena PJK. Terapi yang tidak sesuai standar berkontribusi
terhadap tingginya angka kematian akibat PJK pada perempuan di banding laki-laki.
Pada wanita di bawah usia 50 tahun, merokok adalah faktor utama yang bertanggung
10
jawab atas kejadian ini. Sedangkan pada wanita dengan usia diatas 50 tahun,
terjadinya PJK lebih berhubungan dengan naiknya serum kolesterol. (Kathryn, 2006)
Usia juga merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Semakin
lanjut usia, semakin tinggi kemungkinan terjadinya PJK. Beberapa buku mengatakan
bahwa PJK juga bisa diakibatkan oleh faktor genetis. (Kathryn, 2006)
Dapat Dimodifikasi :
a. Stres (kecemasan)
Respons tubuh terhadap stres adalah keluarnya hormon-hormon dan
neurotransmiter, di antaranya yang paling dominan adalah pengeluaran
adrenalin dan noradrenalin. Selain itu, stres juga merangsang otak
mengeluarkan hormon adenokortikotropik, kortisol, aldosteron, vasopressin,
dan thyroid stimulating hormone. Apabila substansi-substansi ini meningkat
di dalam tubuh, maka denyut jantung akan bertambah cepat dan kuat,
pembuluh darah mengadakan vasokonstriksi, kolesterol darah meningkat, gula
darah meningkat, sel-sel darah cenderung bergumpal. (Peter Kabo, 2008)
Di negara-negara berkembang, stres sebagai faktor risiko PJK,
mungkin tidak dianggap terlalu penting, karena tingkat sosio-ekonomi
masyarakat barat sudah sejahtera, teknologi dan semuanya memudahkan
kehidupan mereka, sehingga tingkat stres diduga tidak begitu kentara. Tapi di
Indonesia, sebagai negara berkembang, dan dengan tingkat sosio-ekonomi
yang bisa digolongkan pra-sejahtera, belum lagi bencana alam yang bertubi-
tubi akhir-akhir ini, maka stres sebagai faktor risiko PJK tidak bisa dianggap
remeh.
b. Diabetes Mellitus
Peter Kabo (2008) menyatakan, peningkatan kadar gula darah dapat
menimbulkan berbagai macam akibat yang berefek terhadap jantung, antara
lain:
Penebalan membran basal pembuluh darah kecil, sebagai akibat
terjadinya penurunan suplai darah dan oksigen, yang selanjutnya
menyebabkan asidosis atau darah bersifat lebih asam. Keadaan ini
11
menyebabkan afinitas hemoglobin untuk mengikat oksigen
meningkat, sehingga suplai oksigen ke jaringan berkurang. Hal ini
menjadi salah satu faktor pemacu terjadinya aterosklerosis. (Peter
Kabo, 2008)
Kerusakan struktur pembuluh darah; kerusakan pada tingkat
molekuler terutama diakibatkan oleh adanya disfungsi endotel
pembuluh darah. Disfungsi endotel mengakibatkan pembuluh darah
kurang mampu berdilatasi yang dimediasi oleh asetilkolin maupun
Nitric Oxide (NO). Sebaliknya terjadi peningkatan pembentukan
prostanoid, zat-zat yang berperan dalam vasokonstriksi pembuluh
darah, meningkatnya agregasi trombosit dan proliferasi sel otot polos.
Kesemua ini berperan terhadap kejadian thrombosis dan PJK.
Resistensi insulin; insulin sendiri telah diketahui berperan dalam
menghasilkan NO, zat yang berperan dalam vasodilatasi pembuluh
darah dan menghambat pembentukan molekul adhesi sehingga
menghambat agregasi trombosit. Pada penderita DM, resistensi
insulin menyebabkan penurunan produksi NO.
Pada DM terjadi peningkatan C-reacrive protein (CRP) dan
interleukin-6, suatu pertanda peradangan dan dislipidemia yang turut
memacu proses aterosklerosis.
Sebagian pakar menyetarakan DM dengan PJK. Orang yang DM tanpa
PJK juga memiliki risiko kematian karena kejadian kardiovaskular sama
dengan orang yang menderita PJK tanpa DM. Wanita dengan diabetes
memiliki risiko terkena PJK 3-7 kali pada semua kelompok umur. (Kathryn,
2006)
c. Hipertensi
Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis 2-3 kali.
Menurunkan tekanan sistolik 12-13 mmHg saja bisa menurunkan risiko
terkena PJK sebanyak 21%. (Kathryn,2006)
12
Hipertensi dan aterosklerosis seperti lingkaran setan. Aterosklerosis
menyebabkan hipertensi, sebaliknya hipertensi juga dapat memacu terjadinya
aterosklerosis. Tekanan darah yang tinggi bisa menimbulkan daya regang
yang dapat mencederai endotel arteri, terutama di daerah percabangan atau
belokan. Cedera yang berulang-ulang menimbulkan peradangan yang
akhirnya terjadi plak dengan segala konsekuensinya. (Peter Kabo, 2008)
d. Rokok dan Merokok
Menurut WHO, konsumsi rokok di Indonesia mencapai 199 miliar
batang / tahun. Jumlah ini merupakan urutan ke-5 setelah RRC, AS, Jepang
dan Rusia. Seorang ahli polusi udara dari London bernama Ivan Vince
mengatakan bahwa rokok mengeluarkan lebih banyak partikel dibanding
mesin diesel. Apabila kita merokok, iritan yang ada dalam asap rokok selain
berpengaruh langsung pada paru-paru, juga masuk ke dalam darah yang
mengakibatkan antara lain: denyut jantung lebih cepat, pembuluh darah cepat
kaku dan mudah spasme, sel-sel darah lebih gampang menggumpal, ditambah
lagi oksigen di dalam darah berkurang karena tempatnya diambil alih oleh
karbon monoksida. (Peter Kabo, 2008)
e. Kolesterol Tinggi
Kadar kolesterol yang tinggi membuatnya lebih mudah tertimbun
(melekat) pada dinding pembuluh darah sehingga menjadi plak dengan segala
konsekuensinya. Kolesterol LDL yang teroksidasi paling berbahaya karena
mudah terjebak masuk ke dalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan
plak ateroma, dan bilamana plak ateroma tersebut mengalami peradangan,
maka dinding pembuluh darah mudah menjadi tidak stabil. (Peter Kabo, 2008)
f. Inflamasi
Ridker, dkk, pada tahun 2000 melaporkan di majalah Circulation
bahwa ternyata sepertiga dari semua pasien yang mengalami kejadian
atherotombosis pembuluh darah tidak memiliki faktor risiko tradisional
seperti hipertensi, kencing manis, kolesterol tinggi, dan merokok. (Peter
Kabo, 2008)
13
Zat inflamasi yang dibebaskan dalam proses inflamasi antara lain
adalah high sensitivity C-reactve Protein (hsCRP), cell adhesion molecules,
E-selectin, dan sitokin lainnya. Ternyata pada proses aterosklerosis termasuk
PJK, stroke iskemik dan penyakit vaskular perifer, kadar hsCRP dalam darah
meningkat. Peningkatan kadar CRP saat ini diketahui berkaitan dengan
keadaan inflamasi yang kronis, yang mana keadaan ini memacu proses
pembentukan aterosklerosis, dan memungkinkan terjadinya proses kerusakan
plak yang tadinya stabil menjadi tidak stabil sehingga rentan terhadap
kejadian penyakit koroner. (Peter Kabo, 2008)
Faktor risiko untuk PJK yang semula tiga buah terus bertambah. Saat ini, usia,
jenis kelamin, stres, penyakit kencing manis, kegemukan, kurang gerak, asam urat,
kekurangan estrogen, peningkatan fibrinogen, peradangan, dan masih banyak yang
lain sudah tercatat sebagai faktor risiko. (Peter Kabo, 2008)
Gambaran faktor risiko ini sangat membantu untuk mengidentifikasi orang-
orang yang perlu mendapatkan tindakan pencegahan, dan juga termasuk
penatalaksanaan bagi mereka yang sudah menderita PJK.
2.1.3 OPERASI BYPASS
Pada Tahun 1957, Mason Sone mendemonstrasikan cine coronary
angiography, suatu cara untuk mengetahui letak penyempitan arteri koroner secara
tepat. Hal ini memungkinkan para ahli bedah untuk melakukan pembedahan, yaitu
menyambungkan pembuluh darah baru dari pangkal aorta ke distal penyempitan,
sehingga darah tetap dapat mengalir melalui bypass. Tujuan operasi bypass adalah
untuk meningkatkan suplai darah ke miokard sehingga dapat meredakan keluhan
nyeri dada, menurunkan kejadian serangan jantung, dan memperpanjang hidup
pasien. (Cohn, 2008)
Selama dilakukan pembedahan, pasien diberi anestesi umum agar tidak sadar
dan tidak merasa sakit. Pernapasan dibantu dengan ventilator. Setelah itu dinding
toraks di buka, jantung yang sedang berdenyut dihentikan dengan suhu dingin,
kemudian aliran darah yang secara normal dipompakan keluar dari jantung dialihkan
14
pada mesin jantung paru (heart lung machine). Dengan demikian dokter ahli bedah
dapat dengan tenang menggunakan sepotong vena atau arteri untuk membuat bypass
(jalan pintas) pada bagian arteri koroner yang tersumbat atau yang sakit. Jadi, jalan
pintas yang mulus ini memungkinkan darah dan oksigen dapat mengalir kembali ke
otot jatung. Pembuluh darah yang dipakai untuk bypass ini disebut graft; ujung yang
satu dihubungkan dengan aorta asenden sedangkan ujung yang lain akan
disambungkan ke arteri koroner di bagian bawah dari daerah penyempitan (gambar
2.4) Operasi bypass membutuhkan waktu kurang lebih 4-6 jam. (Cohn, 2008)
Gambar 2.4 Operasi Bypass
(sumber: http://www.google.co.id/images)
Pada tahun 1967, Favoloro orang pertama menggunakan vein graft. Pembuluh
darah yang digunakan adalah vena dari tungkai bawah karena ukurannya hampir
sama dengan ukuran arteri koroner. Kemudian, dikembangkan dengan menggunakan
arteri, misalnya arteri dinding toraks, atau arteri radialis yang dilaporkan memberikan
harapan hidup yang lebih baik bagi pasien. Namun, survival sangat tergantung dari
tipe penyempitan, kondisi pasien sendiri, fasilitas kamar bedah, dan yang terakhir
adalah pengalaman tangan dokter. (Cohn, 2008)
Peter Kabo (2007) dan Cohn (2008) menuliskan, pasien PJK yang dianjurkan
menjalani operasi bypass adalah mereka yang berdasarkan hasil kateterisasi jantung
ditemukan adanya:
a. Penyempitan > 50% dari arteri koroner kiri utama (left main disease), atau left
main equivalent, yaitu penyempitan menyerupai left main artery, misalnya
15
ada penyempitan di bagian proximal dari arteri anterior desenden dan arteri
circumflex.
b. Penderita dengan 3 vessel disease (tiga arteri koroner semuanya mengalami
penyempitan yang bermakna) sehingga fungsi jantung mulai menurun
(ejection fraction < 50%).
c. Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent.
d. Penyempitan 1 atau 2 pembuluh, namun pernah mengalami henti jantung.
e. Anatomi pembuluh darah suitable (sesuai) untuk operasi bypass. Sedangkan
pasien PJK yang tidak dianjurkan untuk operasi bypass adalah : usia lanjut,
tidak ada gejala angina, fungsi ventrikel kiri jelek < 30%, struktur arteri
koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung.
Komplikasi operasi bypass yang sering terjadi adalah perdarahan, infeksi,
serangan jantung, atau gangguan irama sampai pasien meninggal, gagal ginjal, stroke,
dan gangguan pernapasan. Pasien yang sudah dilakukan operasi bypass perlu
mengikuti program rehabilitasi. (Cohn, 2008)
2.2. KERANGKA KONSEP
FAKTOR RISIKO:
Hipertensi
Dislipidemia
Merokok
Diabetes
Jenis kelamin
Usia
Riwayat
keluarga
PJK OPERASI
BYPASS
16
2.3. DEFINISI OPERASIONAL
1) PJK
Pasien yang terdiagnosis PJK berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang dari diagnosis yang tertera di dalam rekam medik.
2) Operasi Bypass
Pasien PJK yang menjalani operasi bypass di RSJHK pada bulan Januari –
Desember tahun 2009 berdasarkan data yang tertera di dalam rekam medik.
3) Usia
Berdasarkan tanggal kelahiran yang tertera di dalam KTP dan dituliskan di
dalam rekam medik.
4) Faktor Risiko
Pasien PJK yang mempunyai satu atau lebih faktor risiko PJK dari hasil
anamnesis maupun dari hasil tes laboratorium dan tertulis di dalam rekam
medik, seperti merokok, dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus, dan
riwayat keluarga PJK.
17
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini merupakan desain cross
sectional.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di RS Jantung Harapan Kita pada bulan
Agustus tahun 2010.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien PJK yang menjalani operasi
bypass di RS Jantung Harapan Kita pada bulan Januari - Desember tahun 2009.
3.3.2 Sampel
Semua populasi pada penelitian ini dijadikan sampel.
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Pengumpulan Data
Data diperoleh dari rekam medik pasien operasi jantung di RS Jantung
Harapan Kita tahun 2009.
3.4.2 Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan program komputer Microsoft excel
2007, SPSS for windows 16.0, dan Microsoft office acces 2007. Data disajikan
dalam bentuk tekstular, tabular, dan grafikal.
3.4.3 Interpretasi Data
Interpretasi data dilakukan secara deskriptif.
3.4.4 Pelaporan Hasil Penelitian
Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk laporan hasil
penelitian untuk selanjutnya dipresentasikan.
18
3.5. Alur Analisis Data
DATABASE
DATA ENTRI
BENAR
?
EKSKLUSI
DATA TIDAK
YA
EKSKLUSI
DATA
TIDAK BENAR
?
YA
ANALISIS
DATA
PENULISAN DAN PELAPORAN
HASIL PENELITIAN
19
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Distribusi Pasien PJK yang Menjalani Operasi Bypass di RSJHK Tahun
2009 Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Grafik 4.1
Distribusi pasien PJK yang menjalani operasi bypass
di RSJHK tahun 2009 berdasarkan usia dan jenis kelamin
Dari 637 pasien PJK yang menjalani operasi bypass di RSJHK Tahun 2009,
mayoritas adalah pria (466 orang), dengan usia paling banyak diatas 50 tahun.
Tingginya angka kejadian pada pria berusia diatas 50 tahun ini sesuai dengan yang
ditulis Bustan dalam bukunya yang berjudul “Epidemiologi Penyakit Tidak Menular”
menyebutkan distribusi pasien PJK yaitu lebih banyak pada pria dibanding wanita
dan meninggi setelah umur 40 tahun, risiko tinggi disebutkan sudah terjadi saat
memasuki usia 50 tahun.
6
90
466
0 6
69
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
usia < 40 th usia 40-50 th usia > 50 th
pria
wanita
Total = 637
20
Tingginya angka kejadian pada pria mungkin karena pria memiliki kebiasaan
merokok yang merupakan salah satu faktor utama PJK. Hal ini akan terlihat pada
pembahasan selanjutnya.
Tingginya angka kejadian setelah berusia 50 tahun kemungkinan hanya
mencerminkan lebih panjangnya lama paparan terhadap faktor-faktor aterogenik.
(Heru Sulastomo, 2010)
Rendahnya angka kejadian operasi pada wanita kemungkinan pertama karena
rendahnya angka kejadian PJK pada wanita dibanding pria, disebutkan bahwa
hormon esterogen memiliki daya proteksi terhadap vaskular, sehingga wanita baru
banyak menderita PJK setelah menopause, namun beberapa studi menyebutkan
pemberian esterogen pada wanita pasca menopause tidak mengurangi risiko terkena
PJK. (Kathryn, 2005)
Kemungkinan kedua adalah tidak terdiagnosisnya wanita yang menderita PJK,
karena itu disebutkan PJK adalah pembunuh nomor satu pada wanita-wanita di
Amerika dan lebih dari 50.000 wanita dibanding pria yang meninggal karena PJK
setiap tahunnya. Tidak terdiagnosisnya dan tidak tertanganinya PJK pada wanita,
berkontribusi terhadap tingginya angka kematian karena PJK pada wanita. Wanita
yang meninggal karena PJK 63% nya tidak menampakkan gejala klinis klasik
sebelumnya. (Kathryn, 2005)
21
4.2 Faktor Risiko Terbesar pada Pasien PJK yang Dioperasi Bypass di RSJHK
Tahun 2009
Grafik 4.2
Faktor risiko terbesar pada pasien PJK yang menjalani operasi bypass
di RSJHK tahun 2009
Dari sampel didapatkan 3 faktor risiko utama pada pasien PJK adalah
hiperkolesterol (65,9%), hipertensi (64,8%), dan merokok (61,2%). Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh National Health Institute di Amerika pada
pertengahan abad ke-20, studi dilakukan di kota Framingham, Massachustts, yang
melibatkan 2.421 wanita dan 1.980 laki-laki yang ditindaklanjuti selama 6 tahun.
Ternyata hasilnya menunjukkan bahwa dislipidemia, hipertensi, dan merokok
merupakan faktor utama penyebab PJK. (Peter Kabo, 2008)
Peranan faktor risiko utama ini pernah diteliti, jika hanya satu faktor saja akan
meningkatkan risiko 2-4 kali insiden PJK. Kombinasi 2 faktor akan meningkatkan
risiko 9 kali dan kombinasi ketiganya akan meningkatkan risiko sampai 16 kali.
(Bustan, 2007)
Dalam hal ini, dislipidemia memiliki persentase yang tinggi karena kadar
kolesterol yang tinggi, membuatnya lebih mudah tertimbun (melekat) pada dinding
pembuluh darah sehingga menjadi plak dengan segala konsekuensinya. (Kathryn,
2005)
390 420 413
220
162
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
merokok dislipidemia hipertensi diabetes mellitus riwayat keluargaCAD
22
Dapat diterima hipertensi menjadi 3 faktor risiko utama PJK, disebabkan
karena hipertensi dan aterosklerosis seperti lingkaran setan. Aterosklerosis
menyebabkan hipertensi, sebaliknya hipertensi juga dapat memacu terjadinya
aterosklerosis. Tekanan darah yang tinggi bisa menimbulkan daya regang yang dapat
mencederai endotel arteri, terutama di daerah percabangan atau belokan. Cedera yang
berulang-ulang menimbulkan peradangan yang akhirnya terjadi plak dengan segala
konsekuensinya. (Kathryn, 2005)
Karena itu dikatakan hipertensi meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis
2-3 kali. Menurunkan tekanan sistolik 12-13 mmHg saja bisa menurunkan risiko
terkena PJK sebanyak 21%. (Kathryn,2005)
Sedangkan merokok memiliki persentase tinggi dan menjadi 3 faktor risiko
utama PJK karena menurut seorang ahli polusi udara dari London bernama Ivan
Vince mengatakan bahwa rokok mengeluarkan lebih banyak partikel dibanding mesin
diesel. Apabila kita merokok, iritan yang ada dalam asap rokok selain berpengaruh
langsung pada paru-paru yang menyebabkan batuk-batuk, sesak, dan kanker paru
juga masuk ke dalam darah yang mengakibatkan antara lain: denyut jantung lebih
cepat, pembuluh darah cepat kaku dan mudah spasme, sel-sel darah lebih mudah
menggumpal, ditambah lagi oksigen di dalam darah berkurang karena tempatnya
diambil alih oleh karbon monoksida. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa
perokok memiliki risiko 2 kali lebih mudah mendapat serangan jantung dibanding
orang yang tidak merokok. Apabila seorang perokok juga memiliki hipertensi, risiko
mendapat serangan jantung adalah 4 kali lebih besar dibanding orang yang tidak
merokok. (Peter Kabo, 2008)
23
4.3 Gambaran Faktor Risiko pada Pasien PJK Berjenis Kelamin Pria yang
Dioperasi Bypass di RSJHK Tahun 2009
Grafik 4.3
Faktor risiko pada pasien PJK pria
yang menjalani operasi bypass di RSJHK tahun 2009
Dari grafik sebelumnya, menunjukkan angka kejadian PJK tertinggi adalah
pada pria berusia diatas 50 tahun. Setelah dianalisis, didapatkan hasil bahwa faktor
risiko terbesar yang berkontribusi menyebabkan tingginya angka tersebut adalah
merokok, hipertensi, dan dislipidemia. Pada rentang usia 40-50 tahun merokok,
hipertensi, dan dislipidemia masih merupakan faktor risiko terbesar. Namun pada
rentang usia kurang dari 40 tahun, riwayat keluarga merupakan faktor terbesar setelah
merokok dan hipertensi.
50%
25% 25%
67% 69% 69%
17%
28%
34%
67% 67% 64%
33%
68% 66%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
< 40 th 40-50 th > 50 th
riwayat keluarga merokok DM hipertensi dislipidemia
24
4.4 Gambaran Perbedaan Faktor Risiko Terbesar PJK pada Pria dan Wanita
Tabel 4.1
Perbandingan faktor risiko terbesar PJK pada pria dan wanita
yang menjalani operasi bypass di RSJHK tahun 2009
Pria (n=562) Wanita (n=75)
Hipertensi 363 50
Merokok 387 3
Dislipidemia 369 51
Dari 562 pria yang menjalani operasi bypass, 363 orang mempunyai faktor
risiko hipertensi, 387 orang merokok, dan 369 orang dislipidemia. Dari 75 wanita
yang menjalani operasi bypass, 50 orang mempunyai faktor risiko hipertensi, 3 orang
merokok, dan 51 orang dislipidemia. Tampak disini bahwa kecenderungan wanita
untuk merokok jauh lebih sedikit dibanding faktor risiko hipertensi dan dislipidemia,
sedangkan pada Pria tampak merokok merupakan faktor risiko terbesar yang
berkontribusi menyebabkan PJK.
25
Grafik 4.4
Perbandingan faktor risiko terbesar PJK pada Pria dan Wanita
yang Menjalani Operasi Bypass Di RSJHK Tahun 2009
Dari grafik dapat terlihat faktor risiko hipertensi dan dislipidemia hampir sama
pada wanita dan pria, namun faktor risiko merokok jauh lebih tinggi yaitu 69% pada
pria dan 4% pada wanita. Hal ini memungkinkan faktor risiko merokok berkontribusi
besar dalam tingginya angka kejadian PJK pada pria dibanding wanita. Disebutkan
setelah berhenti merokok, risiko terkena PJK berkurang sebanyak 50% dalam satu
tahun. (Kathryn, 2005)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
hipertensi merokok dislipidemia
65% 69%
66% 67%
4%
68%
laki-laki
perempuan
26
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Dari 637 pasien PJK yang dioperasi bypass pada tahun 2009 di RSJHK, mayoritas (466)
adalah laki-laki berusia > 50 th.
2. Faktor risiko terbesar penyebab PJK adalah dislipidemia, hipertensi, dan merokok.
3. Dari 3 faktor terbesar itu, merokok merupakan faktor risiko yang signifikan
perbedaannya pada pria bila dibandingkan dengan wanita.
5.2. Saran
1. Berdasarkan penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
faktor risiko utama untuk terjadinya PJK adalah faktor risiko yang bisa dikendalikan,
maka dalam upaya mencegah, mengendalikan, atau mengurangi PJK perlu diarahkan
kepada bagaimana mengurangi terjadinya faktor-faktor risiko ini.
2. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya dibandingkan faktor risiko antara pasien PJK yang
menjalani operasi dengan yang tidak pada usia dan jenis kelamin yang sama. Sehingga
dapat dilihat faktor risiko apa yang meningkatkan kecenderungan seseorang untuk
diindikasikan operasi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Bedah Bypass Arteri Koroner. Available from http://www.heartlungsurgery.com.
sg/ind/services.htm
Bickley, Lynn S. Bates’ Guide to Physical Examination And History Taking. 10th
ed.
USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2009
Budiyanto, Cakro. Kriteria Diagnostik Penyakit Jantung Koroner. Available from
http://focusinmedic.blogspot.com/2009/02/kriteria-diagnostik-penyakit-jantung.html
Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta, 2007
Cameron, John R. Fisika Tubuh Manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC.2006
Congestive Heart Failure. Available from http://www.emedicinehealth.com
/congestive_heart_failure /article_em.htm
Coronary Artery Disease. 2009. Available from http://www.nhlbi.nih.gov /health/dci
/Diseases/Cad/CAD_WhatIs.html\
Djohan, T. Patofisiologi Dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner. FK USU.
Available from http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri8.pdf
Ejection Fraction and Heart Failure. Available from http://americanstroke.com
/presenter.jhtml?identifier=3065321
Gagal Jantung. Available from http://medicastore.com /penyakit/3/ Gagal_Jantung.
html
Harrison TR and Fauci AS. Princples of Internal Medicine. 16th
edition. New York :
MC Graw Hill.2005
Heart Failure. Available from http://www.heart.org/HEARTORG /Conditions
/HeartFailure/AboutHeartFailure/About-Heart-Failure_UCM_002044_Article.jsp
How Is Coronary Artery Disease Treated? Available from http://www.nhlbi.nih.gov
/health/dci/Diseases/Cad/CAD_Diagnosis.html
John Macleod, Chris Metcalfe, George Davey Smith, and Carole Hart. Does
Consideration of Either Psychological or Material Disadvantage Improve Coronary
Risk Prediction? Prospective observational study of Scottish men .J Epidemiol
28
Community Health. 2007 September. Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2660009/pdf/833.pdf
Kabo, Peter. Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama. 2008
Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Buku Ajar Patologi. vol 1. edisi 7. Jakarta : EGC.
2007
Longmore, Murray. Oxford Handbook of Clinical Medicine. 8th
ed. New York:
Oxford University Press. 2010
McCance L Kathryn. Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in Adult and
Children. 5th
. USA: Elsevier Mosby. 2006
Nababan, Donal. Tesis Hubungan Faktor Resiko dan Karakteristik Penderita dengan
Kejadian PJK di RSU Dr.Pringadi Medan Tahun 2008
Nafrialdi. Obat Kardiovaskular dalam buku Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2008
Profil Penyakit Jantung Koroner. Available from http://library.usu.ac.id /index.php
/component/journals/index.php?option=com_journal_review&id=6101&task=view
Serwood, Laurale. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistim. Edisi 2.Jakarta : EGC 2001
Setiati, Siti. Lima Puluh Masalah Kesehatan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Pusat Penerbitan Imu Penyakit Dalam FKUI. 2008
Signs and Symptoms of Heart Problems Linked to Coronary Artery Disease.
Available from http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Cad/CAD_SignsAnd
Symptoms.html
Systolic Heart Failure. Available from http://hearthealthywomen.org/cardiovascular-
disease/heart-failure/systolic.html
Tortora, Gerard J. Principles of Anatomy and Physiology. 12th
ed. Vol 2. USA:
Wiley. 2009
Werdha S, Asri. Profil Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan Faktor Risiko PJK pada
Penduduk Miskin Perkotaan di Jakarta. Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan
Litbang Kesehatan. Available from http://www.litbang.depkes.go.id/risbinkes
/Buku%20Laporan%20Penelitian%202006/penyakit%20jantung%20koroner.htm
Who Is At Risk for Coronary Artery Disease. 2009. Available from
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Cad/CAD_WhoIsAtRisk.html
29
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: FK UI. 2006
Lampiran no.1
FAKTOR RISIKO PJK
KETERANGAN JUMLAH/637 PERSEN/637
LAKI-LAKI 562 88,2%
PEREMPUAN 75 11,8%
FAKTOR RESIKO
Merokok 390 61,2%
Riwayat PJK di keluarga 162 25,4%
Hiperkolesterol 420 65,9%
Diabetes mellitus 220 34,5%
Gagal ginjal 29 4,5%
Hipertensi 413 64,8%
Stroke 32 5%