analisis tingkat risiko penyakit jantung koroner …
TRANSCRIPT
ANALISIS TINGKAT RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN METODE PERHITUNGAN FRAMINGHAM PADA
PEGAWAI DI BATAN – SERPONG, TAHUN 2011 - 2013
Kautsar Rizky, Hendra
1. Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok - Indonesia 2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok - Indonesia
E – mail : [email protected]
Abstrak
Skripsi ini berisi tentang analisis tingkat risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan metode perhitungan Framingham pada pegawai di BATAN – Serpong, Tahun 2011 - 2013. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran faktor dan tingkat risiko penyakit jantung koroner berdasarkan metode perhitungan Framingham. Merupakan penelitian non – desain khusus, berupa penelitian deskriptif. Hasil analisis tingkat risiko penyakit jantung koroner yang didapatkan, yaitu terdapat trend peningkatan faktor dan tingkat risiko berdasarkan metode perhitungan Framingham, dimana tingkat risiko penyakit jantung koroner pada pegawai tahun 2013 dalam kategori low risk sebesar 88,2%, intermediate risk sebesar 11,6% dan high risk sebesar 0,2%. Saran yang dapat diberikan yaitu diperlukannya promosi kesehatan yang terprogram dengan baik dalam mencegah penyakit jantung koroner di tempat kerja.
Risk Level Analysis of Coronary Heart Disease Using Framingham Calculation Methods among Workers in BATAN – Serpong, 2011 – 2013
Abstract
This study is about risk level analysis of Coronary Heart Disease (CHD) using Framingham calculation method among workers at BATAN – Serpong, 2011-2013. The study aims to describe factors and risk level of coronary heart disease based on Framingham calculation method. Design of this study is descriptive. The result showed there were risk factor and risk level that trend increased based on Framingham method that showed that risk level of coronary heart disease among workers in 2013 have 88,2% low risk, 11,6% intermediate risk and 0,2 high risk. Suggestion that can be given based this result are managed health promotion programs to prevent coronary heart disease in the workplace Keywords : Coronary heart disease ; Framingham calculation methods ; Risk level analysis Pendahuluan
Perubahan gaya hidup merupakan salah satu faktor yang memungkinkan adanya transisi
epidemiologi penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas, salah satunya
adalah penyakit jantung koroner (Depkes, 2012). Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan
penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi di masyarakat umum maupun masyarakat pekerja,
serta berperan bagi kematian sebesar 36,5%, kesakitan dan tidak mampu kerja (Depkes, 2007).
Menurut Kurniadi, 2013, faktor risiko PJK ada yang dapat dicegah dan tidak dapat dicegah.
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
Salah satu kajian untuk melihat tingkat risiko PJK pada seseorang adalah Framingham
Heart Study. Framingham Heart Study merupakan salah satu kajian yang penting dalam
praktik kardiologi preventif yang menghasilkan konsep pengkajian dan penilaian risiko serta
prediksi penyakit jantung koroner pada individu asimtomatik berdasarkan prediktor yang
praktis, relevan, minimal, namun dianggap cukup akurat. Kajian ini menghasilkan model
perhitungan faktor risiko dan nilai atau skor tertentu serta angka persentase prediksi kejadian
penyakit kardiovaskular yang dikenal dengan Framingham Risk Score. Model ini
memprediksi kejadian Acute Myocard Infark atau kematian karena kardiovaskular
berdasarkan prediktor – prediktor seperti gender, usia, kadar kolesterol total, kadar HDL,
tekanan darah sistolik, pengobatan hipertensi dan status merokok berdasarkan Adult
Treatment Panel III, 2002 (NHLBI, 2013).
Studi awal yang dilakukan di Klinik BATAN – Serpong, berdasarkan data pemeriksaan
kesehatan berkala pada tahun 2012 dan 2013 menunjukkan bahwa penyakit hipertensi,
diabetes melitus dan penyakit gangguan sistem peredaran darah menduduki peringkat
penyakit teratas. Dengan mengetahui tingkat risiko PJK yang ada, diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran pekerja akan pola hidup sehat. Mengubah dan memodifikasi faktor
risiko dapat meminimalisir risiko terkena penyakit jantung koroner.(Suryaningsih, 2009).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran faktor dan tingkat risiko PJK serta
kecenderungan perbedaan faktor dan tingkat risiko PJK tersebut berdasarkan metode
perhitungan Framingham pada tahun 2011 – 2013 pada pegawai di BATAN – Serpong.
Tinjauan Teoritis
PJK adalah penyempitan/penyumbatan pembuluh arteri koroner yang disebabkan oleh
penumpukan zat – zat lemak di bawah lapisan terdalam dari dinding pembuluh nadi yang
dapat bersifat total dan sebagian (Darmawan, 2012). Sumbatan paling sering terjadi, akibat
penumpukan kolesterol di dinding pembuluh darah koroner (Kurniadi, 2013). Tanda dan
gejala PJK bervariasi namun yang paling umum adalah adanya nyeri dada yang hebat dan
menjalar ke lengan kiri dan rahang kiri. Nyeri dada dapat disertai dengan gejala seperti mual,
keringat dingin, pusing, muntah serta nyeri seperti terbakar di tengah – tengah dada (Kurniadi,
2013).
PJK merupakan penyakit yang bersifat multifaktorial atau mempunyai beberapa faktor
risiko (Nadesul, 2008). Faktor risiko tersebut terdiri atas faktor risiko yang dapat dicegah
(kebiasaan merokok, hipertensi, kolesterol, kelebihan berat badan, aktivitas fisik, diabetes)
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
dan faktor risiko yang tidak dapat dicegah (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga) serta faktor
risiko lainnya, seperti stress, minum alkohol, penggunaan KB hormonal dan sleep apnea. PJK
sendiri dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat.
Untuk melihat tingkat risiko yang ada, salah satu metode yang dapat digunakan adalah
metode perhitungan Framingham, berdasarkan penelitian global yang dinamakan
Framingham Heart Study. Metode ini menghasilkan cara hitung seberapa besar risiko
seseorang mengalami PJK berdasarkan faktor risiko yang ada dan dimasukkan ke dalam
Framingham Risk Score. Faktor risiko yang diperhitungkan dalam metode ini meliputi usia,
kadar kolesterol total, kadar HDL, merokok, dan tekanan darah serta pengobatannya.
Selanjutnya seluruh poin akan dijumlahkan dan akan menghasilkan seberapa besar
kemungkinan terkena PJK dalam kurun waktu 10 tahun mendatang. Perhitungan dibagi dalam
dua jenis, yaitu perhitungan untuk pria dan perhitungan untuk wanita (Kurniadi, 2013).
Tabel 1. Framingham Risk Score (Laki - laki)
Perhitungan Risiko 10 Tahun Untuk LAKI-LAKI Perhitungan
Terhadap Usia Usia vs Kolesterol Total
Usia Skor Kol. Total 20-39 40-49 50-59 60-69 70-79 20-34 -9 <160 0 0 0 0 0 35-39 -4 160-199 4 3 2 1 0 40-44 0 200-239 7 5 3 1 0 45-49 3 240-279 9 6 4 2 1 50-54 6 ≥280 11 8 5 3 1 55-59 8 Usia vs Status Merokok 60-64 10 Usia 20-39 40-49 50-59 60-69 70-79 65-69 11 Tidak Merokok 0 0 0 0 0 70-74 12 Merokok 8 5 3 1 1 75-79 13 Tekanan Darah vs Status Pengobatan
Perhitungan Terhadap HDL Tekanan Darah Tdk. Diobati Diobati
HDL Skor <120 0 0 >60 -1 120-129 0 1
50-59 0 130-139 1 2 40-49 1 140-159 1 2 <40 2 ≥160 2 3
Total Skor Framingham (Laki-laki) Total Skor <0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 ≥17
Risiko 10 Th (%)
<1 1 1 1 1 1 2 2 3 4 5 6 8 10 12 16 20 25 ≥30
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
Tabel 2. Framingham Risk Score (Perempuan)
Perhitungan Risiko 10 Tahun Untuk PEREMPUAN Perhitungan
Terhadap Usia Usia vs Kolesterol Total
Usia Skor Kol. Total 20-39 40-49 50-59 60-69 70-79 20-34 -7 <160 0 0 0 0 0 35-39 -3 160-199 4 3 2 1 1 40-44 0 200-239 8 6 4 2 1 45-49 3 240-279 11 8 5 3 2 50-54 6 ≥280 13 10 7 4 2 55-59 8 Usia vs Status Merokok 60-64 10 Usia 20-39 40-49 50-59 60-69 70-79 65-69 12 Tidak Merokok 0 0 0 0 0 70-74 14 Merokok 9 7 4 2 1 75-79 16 Tekanan Darah vs Status Pengobatan Perhitungan
Terhadap HDL Tekanan Darah Tdk. Diobati Diobati
HDL Skor <120 0 0 >60 -1 120-129 1 3
50-59 0 130-139 2 4 40-49 1 140-159 3 5 <40 2 ≥160 4 6
Total Skor Framingham (Perempuan) Total Skor <9 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 ≥25
Risiko 10 Th (%)
<1 1 1 1 1 2 2 3 4 5 6 8 11 14 17 22 27 ≥30
Tabel 3. Kategori Risiko
Persentase Risiko Kategori Risiko > 20% High Risk
10 – 20% Intermediate Risk < 10% Low Risk
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data rekam medis dokumen
pemeriksaan kesehatan berkala pegawai BATAN – Serpong, tahun 2011 – 2013. Sampel
penelitian ini adalah pegawai yang mempunyai data rekam medis yang lengkap meliputi usia,
kadar kolesterol, kadar HDL, kebiasaan merokok dan tekanan darah sistolik beserta
pengobatannya, dari tahun 2011 – 2013 serta belum pernah terdiagnosis PJK sebelumnya, yang
berjumlah 611 sampel. Tingkat risiko PJK dianalisis menggunakan metode perhitungan
Framingham. Analisis data dilakukan secara univariat serta analisis trend melalui grafik.
Perbedaan faktor dan tingkat risiko tiap tahunnya dianalisis dengan menggunakan paired t – test,
tingkat kepercayaan 95%.
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
Hasil Penelitian
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki – Laki 439 71.8 Perempuan 172 28.2
Total 611 100
Pada Tabel 4, terlihat sebagian besar responden berjenis kelamin laki – laki.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Risiko
Faktor Risiko Tahun
2011 2012 2013 F % F % F %
Usia (tahun) 20 – 34 61 10 60 9,8 58 9,5 35 – 39 23 3,8 15 2,5 9 1,5 40 – 44 143 23,4 114 18,7 90 14,7 45 – 49 220 36 223 36,5 210 34,4 50 – 54 122 20 139 22,7 168 27,5 55 – 59 37 6,1 49 8 64 10,5 60 – 64 5 0,8 11 1,8 12 2
Total 611 100 611 100 611 100 Kadar Kolesterol (mg/dl) <160 66 10,8 48 7,9 57 9,3 160-199 201 32,9 187 30,6 228 37,3 200-239 238 39,0 256 41,9 234 38,3 240-279 94 15,4 101 16,5 69 11.3 ≥280 12 2 19 3,1 23 3,8
Total 611 100 611 100 611 100 Kadar HDL (mg/dl) ≥ 60 208 34 328 53,7 226 37 50-59 174 28,5 177 29 174 28,5 40-49 177 29 92 15,1 154 25,2 < 40 52 8,5 14 2,3 57 9,3
Total 611 100 611 100 611 100 Tekanan Darah (mmHg) < 120 357 58,4 321 52,5 273 44,7 120-129 157 25,7 182 29,8 206 33,7 130-139 61 10 52 8,5 67 11 140-159 32 5,2 50 8,2 60 9,8 ≥ 160 4 0,7 6 1 5 0,8
Total 611 100 611 100 611 100 Pengobatan Hipertensi Tidak Diobati 491 80,4 483 79,1 472 77,3 Diobati 120 19,6 128 20,9 139 22,7
Total 611 100 611 100 611 100 Kebiasaan Merokok Tidak Merokok 503 82,3 502 82,2 503 82,3 Merokok 108 17,7 109 17,8 108 17,7
Total 611 100 611 100 611 100
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
Tabel 5 menunjukkan gambaran distribusi faktor risiko yang ada. Sebagian besar
responden tahun 2011 – 2013 berada dalam rentang usia 45 – 49 tahun. Kadar kolesterol
responden dalam tiga tahun berturut – turut berada dalam rentang kadar 200 – 239 mg/dl.
Kadar HDL juga menunjukkan hal yang sama, yaitu berada dalam rentang kadar ≥60 mg/dl.
Untuk tekanan darah sistolik responden sebagian besar berada dalam rentang <120 mmHg
dan hanya sebagian kecil yang berada dalam rentang ≥160 mmHg dimana hanya sebagian
kecil responden yang menggunakan terapi obat hipertensi untuk mengontrol tekanan
darahnya. Jumlah responden yang memiliki kebiasaan merokok relatif stabil tiap tahunnya
dengan persentase hampir 18%.
Gambar 1. Grafik Rerata Kolesterol
Berdasarkan Gambar 1, terjadi kecenderungan peningkatan rerata kadar kolesterol pada
tahun 2012 dan kecenderungan penurunan rerata kadar kolesterol pada tahun 2013. Rerata
kadar kolesterol tiga tahun berturut – turut berada diatas 200 mg/dl dan responden laki – laki
memiliki kecenderungan kadar kolesterol yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Gambar 2 menunjukkan kecenderungan peningkatan rerata kadar HDL pada tahun 2012
dan kecenderungan penurunan rerata kadar HDL pada tahun 2013. Responden perempuan
memiliki kecenderungan kadar HDL yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki.
2011 2012 2013 Responden Total 205.03 210.62 204.42
Laki -‐ laki 206.64 211.52 204.33
Perempuan 200.95 208.31 204.65
194 196 198 200 202 204 206 208 210 212 214
Kada
r Kolesterol (mg/dl)
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
Gambar 2. Grafik Rerata Kadar HDL
Berdasarkan Gambar 3, terjadi kecenderungan peningkatan rerata tekanan darah sistolik
tiap tahunnya. Responden laki – laki memiliki kecenderungan tekanan darah sistolik yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Gambar 3. Grafik Rerata Tekanan Darah Sistolik
Berdasarkan tabel 6, terlihat dalam rentang tiga tahun berturut – turut, risiko PJK berada
diantara rentang 0 – 25%, sebagian besar responden memiliki tingkat risiko PJK di bawah
10%, berada dalam kategori low risk (Tabel 7).
2011 2012 2013 Responden Total 56.07 62.92 56.38
Laki -‐ laki 52.96 60.27 52.66
Perempuan 63.99 69.66 65.88
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Kadar H
DL (m
g/dl)
2011 2012 2013 Responden Total 112.98 114.46 117.33
Laki -‐ laki 114.04 116.2 118.35
Perempuan 110.25 110.03 114.73
104
106
108
110
112
114
116
118
120
Tekanan Da
rah (m
mHg
)
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Risiko PJK
Risiko (%)
Responden Total
2011 2012 2013 F % F % F %
<1 158 25,9 150 24,5 125 20,5 1 99 16,2 100 16,4 97 15,9 2 75 12,3 76 12,4 58 9,5 3 54 8,8 37 6,1 57 9,3 4 38 6,2 41 6,7 50 8,2 5 39 6,4 35 5,7 31 5,1 6 30 4,9 47 7,7 31 5,1 7 26 4,3 35 5,7 36 5,9 8 21 3,4 17 2,8 29 4,7 9 16 2,6 20 3,3 25 4,1
10 15 2,5 12 2 23 3,8 11 8 1,3 11 1,8 16 2,6 12 5 0,8 5 0,8 7 1,1 13 9 1,5 7 1,1 7 1,1 14 6 1 7 1,1 4 0,7 15 5 0,8 3 0,5 2 0,3 16 1 0,2 3 0,5 4 0,7 17 1 0,2 1 0,2 5 0,8 18 2 0,3 1 0,2 1 0,2 19 0 0 1 0,2 2 0,3 20 0 0 2 0,3 0 0 21 0 0 0 0 1 0,2 22 1 0,2 0 0 0 0 24 1 0,2 0 0 0 0 25 1 0,2 0 0 0 0
Total 611 100 611 100 611 100
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori PJK
Kategori Responden Total
2011 2012 2013 F % F % F %
High 3 0,5 0 0 1 0,2 Intermediate 52 8,5 53 8,7 71 11,6
Low 556 91 558 91,3 539 88,2 Total 611 100 611 100 611 100
Gambar 4 menunjukkan rerata tingkat risiko PJK responden tiap tahunnya. Berdasarkan
analisis statistik, terlihat adanya kecenderungan perbedaan yang signifikan tiap tahunnya,
kecuali untuk rerata tingkat risiko PJK antara tahun 2011 – 2012 Responden laki – laki
memiliki kecenderungan tingkat risiko PJK yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
Gambar 4. Grafik Rerata Risiko PJK dalam Kurun Waktu 10 Tahun
Pembahasan
Dilihat dari faktor risiko jenis kelamin dan usia, sebagian besar responden berjenis
kelamin laki – laki dengan rentang usia 45 – 49 tahun. Dimungkinkan, karena mayoritas
pegawai BATAN Serpong berjenis kelamin laki – laki dengan 50% lebih memiliki jabatan
fungsional sebagai seorang peneliti. Ilmu manajemen mengatakan bahwa usia menjelang 50
tahun merupakan masa keemasan, dimana seseorang berada dalam masa puncak karir dalam
pekerjaan, menikmati hasil kerja keras di usia sebelumnya (Affandi, 2013). Faktor jenis
kelamin dan usia merupakan faktor risiko PJK yang tidak dapat diubah (Kurniadi, 2013).
Berdasarkan hasil analisis, maka, hal ini dapat meningkatkan risiko terkena PJK menjadi lebih
besar, dimana untuk laki laki lebih berisiko pada usia lebih dari 45 tahun, sedangkan untuk
perempuan diatas 50 tahun (Dourman, 2013). Hal ini dipengaruhi oleh hormon estrogen yang
ada dalam tubuh (Kaplan & Stamler,1992).
Berdasarkan faktor risiko kadar kolesterol, sebagian besar responden memiliki kadar
antara 200 – 239 mg/dl, dimana responden laki – laki memiliki kecenderungan kadar
kolesterol yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, sehingga akan meningkatkan
risiko PJK. Dimungkinkan terjadi karena pola dan kebiasaan pegawai dalam mengonsumsi
makanan yang ada. Pegawai diberikan kebebasan dalam mengonsumsi makanan yang
terdapat di kantor, tidak ada aturan dan kerja sama dengan penyedia makanan tertentu
(catering) yang mengatur makan pegawai. Berdasarkan hasil pemeriksaan kolesterol yang
dilakukan secara berkala atau pada saat pegawai berobat, apabila terdapat pegawai yang
terindikasi memiliki kecenderungan kadar kolesterol yang tinggi, maka secara tidak langsung
2011 2012 2013 Responden Total 3.29 3.4 3.8
Laki -‐ laki 4.46 4.6 5.08
Perempuan 0.31 0.33 0.53
0
1
2
3
4
5
6
Risik
o PJK (%
)
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
diberikan promosi kesehatan mengenai pengaturan pola makan serta olahraga, sehingga
bersifat insidental. Bagi pegawai yang sulit mengendalikan kadar kolesterolnya, diberikan
terapi obat simvastatin. Kolesterol sendiri merupakan faktor penting dalam pembentukan
aterosklerosis yang menjadi penyebab PJK (Kurniadi, 2013). Penumpukan lemak pada
jaringan pembuluh arteri sudah berlangsung sejak seseorang berusia belasan tahun, sehingga
pada usia lebih dari 40 tahun, memungkinkan penyempitan sudah membahayakan dan
menimbulkan keluhan (Darmawan, 2012).
Kadar HDL sebagian besar responden sudah berada di atas 60 mg/dl dalam tiga tahun
berturut – turut, dimana responden perempuan memiliki kecenderungan kadar HDL yang
lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki. Semakin tinggi kadar HDL, dapat memperkecil
risiko terkena PJK, dikarenakan peran HDL sebagai lemak baik yang membuang kelebihan
kolesterol dari sel dan dinding arteri serta membawa kolesterol ke hati untuk dibuang.
(Dourman, 2013). Rasio antara kolesterol total dibandingkan dengan HDL sedikitnya harus
kurang dari 4 (Nadesul, 2014). Kadar HDL dapat ditingkatkan dengan exercise, namun
selama ini di BATAN – Serpong belum terdapat kegiatan olahraga yang terprogram,
terpantau dan dijalankan secara rutin, padahal menurut Nadesul, 2014, semakin tinggi kadar
HDL, semakin menyehatkan.
Berdasarkan hasil analisis, tekanan darah sistolik sebagian besar responden berada
dibawah 120 mmHg, dimana 20% reponden mengendalikan tekanan darahnya menggunakan
terapi obat hipertensi. Responden laki – laki memiliki kecenderungan tekanan darah sistolik
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hasil analisis menunjukkan adanya trend
peningkatan tekanan darah sistolik tiap tahunnya, sehingga dapat meningkatkan risiko PJK.
Dimungkinkan sehubungan dengan meningkatnya usia, mayoritas jenis kelamin yang ada,
kadar kolesterol yang tinggi, kebiasaan merokok serta gaya hidup pegawai. Tekanan darah
yang tinggi akan merusak pembuluh darah dan akan meningkatkan risiko terkena stroke,
gagal ginjal, penyakit jantung dan heart attack (Darmawan, 2012). Tekanan darah sistolik
cenderung meningkat selama hidup, yang mencerminkan pengerasan arteri besar daripada
penebalan fungsional dan struktural pada pembuluh darah lebih kecil yang khas hipertensi.
Hipertensi sistolik pada orang tua merupakan risiko untuk penyakit kardiovaskuler dan tidak
boleh diabaikan (Kaplan & Stemler, 1992). Penurunan tekanan darah terbukti efektif dalam
mengurangi penyakit kardiovaskuler. Pengendalian dapat dilakukan dengan obat atau tanpa
obat, namun harus lebih selektif dalam pemilihan obat yag digunakan untuk meminimalisir
risiko yang ditimbulkan dari obat tersebut. Pengaturan tekanan darah merupakan tindakan
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
preventif untuk mencegah penyakit jantung, sama pentingnya dengan mengobati penyakit
tersebut. (Suryaningsih, 2009).
Dilihat dari faktor risiko kebiasaan merokok, responden yang memiliki kebiasaan
merokok sebesar hampir 18% dan besarnya relatif stabil selama tahun 2011 – 2013 dimana
seluruh responden total yang memiliki kebiasaan merokok berjenis kelamin laki – laki.
Dimungkinkan karena banyak pekerja atau pegawai yang beranggapan dengan merokok
produktivitas kerja meningkat, ide cemerlang bermunculan dan dapat mengatasi stress. Asap
rokok sebenarnya menciptakan timbulnya radikal bebas dalam tubuh yang dapat
menyebabkan timbulnya endapan pada pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan
(Kaplan & Stemler, 1992). Menurut American Heart Association (AHA), merokok
merupakan penyebab paling penting dicegah. Pada kematian prematur di Amerika Serikat,
tercatat 440.000 dari lebih dari 2.400.000 kematian per tahun disebabkan oleh rokok. Risiko
juga dapat bertambah setingkat demi setingkat pada perokok yang juga mengalami hipertensi
(Dourman, 2013).
Berdasarkan hasil perhitungan Framingham yang telah dilakukan, terlihat bahwa risiko
PJK responden, sebagian besar berada dalam kategori low risk dan hanya sebagian kecil
responden yang berada dalam kategori high risk, baik dalam tahun 2011 hingga tahun 2013.
Namun yang perlu mendapatkan perhatian adalah terdapat kenaikan persentase pada kategori
intermediate risk tiap tahunnya, dimana pada tahun 2011 sebesar 8,5%, meningkat menjadi
8,7% dan pada tahun 2013 menjadi 11,6%. Bila dilihat dari rerata risiko PJK, peningkatan
juga terjadi tiap tahunnya walaupun masih dalam kategori low risk. Responden laki – laki
memiliki risiko PJK yang lebih tinggi dan bervariasi bila dibandingkan dengan perempuan.
Rendahnya tingkat risiko PJK dimungkinkan karena sudah cukupnya tingkat pengetahuan
responden mengenai penyakit jantung koroner, dimana menurut Notoatmodjo, 2005,
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh faktor internal (pendidikan,
pekerjaan dan umur) dan eksternal (faktor lingkungan dan sosial budaya). (Laila, 2009).
Adanya trend peningkatan risiko PJK pada kategori intermediate risk. Menunjukkan bahwa
pengetahuan tersebut masih belum terlalu diaplikasikan, disintesis dan dievaluasi (sebagai
tingkatan pengetahuan tertinggi). Terlihat dengan masih adanya kebiasaan merokok yang
dilakukan oleh sebagian responden laki laki. Selain itu, kecenderungan peningkatan beberapa
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
faktor risiko seperti kolesterol dan tekanan darah, serta faktor usia yang tidak dapat dicegah
juga dapat meningkatkan risiko PJK tersebut.
Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian terlihat adanya kecenderungan peningkatan pada kategori
tingkat risiko PJK di intermediate risk, dimana tahun 2011 sebesar 8,5% dan tahun 2013
sebesar 11,6%, sehingga perlu untuk menjadi perhatian khusus
2. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat gambaran faktor risiko sebagai berikut :
• Gambaran jenis kelamin responden total tahun 2011 – 2013 sebagian besar berjenis
kelamin laki – laki
• Gambaran usia responden total tahun 2011 – 2013 sebagian besar berada dalam rentang
usia 45 – 49 tahun
• Gambaran kadar kolesterol responden total tahun 2011 – 2013 sebagian besar berada
dalam rentang kadar 200 – 239 mg/dl
• Gambaran kadar HDL responden total tahun 2011 – 2013 sebagian besar berada dalam
rentang kadar ≥60 mg/dl
• Gambaran tekanan darah sistolik responden total tahun 2011 – 2013 berada dalam
rentang <120 mmHg,dengan responden total yang menggunakan terapi obat untuk
mengendalikan tekanan darah sekitar 20%
• Gambaran responden total tahun 2011 – 2013 yang memiliki kebiasaan merokok hampir
18% dengan jenis kelamin seluruhnya adalah laki – laki
3. Berdasarkan hasil penelitian terdapat kecenderungan peningkatan rerata faktor risiko tiap
tahunnya, seperti peningkatan rerata kadar kolesterol pada tahun 2012 dan rerata tekanan
darah sistolik pada tahun 2011 – 2013. Selain itu, terdapat pula kecenderungan penurunan
rerata kadar HDL pada tahun 2013.
4. Berdasarkan metode perhitungan Framingham, kategori tingkat risiko PJK responden total
sebagian besar berada dalam tingkat low risk, dengan variasi persentase risiko PJK
terbanyak dimiliki oleh responden laki – laki
5. Berdasarkan hasil penelitian terlihat adanya kecenderungan peningkatan rerata persentase
risiko PJK pada tahun 2011 – 2013, namun masih dalam kategori low risk
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014
Saran 1. Perlu adanya program rutin kegiatan aktivitas fisik dan olahraga yang terstruktur
2. Perlu adanya penyuluhan umum mengenai pola hidup sehat dan diet tepat menuju sehat
sebagai upaya untuk mengendalikan faktor risiko PJK
3. Perlunya upaya program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya
merokok, sehingga mendorong pegawai untuk berhenti merokok. Diberikannya
penghargaan bagi pegawai yang telah berhenti merokok.
4. Perlunya ditingkatkan kesadaran pegawai mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan
berkala sebagai media screening permasalahan kesehatan yang ada. Diberikannya
penghargaan bagi pegawai yang secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan berkala,
serta hukuman bagi pegawai yang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala.Bla bla
Daftar Referensi Affandi. 2013. Hati – hati Menjelang 50 Tahun. (Online). (http://lifestyle.kompas
iana.com/catatan/2013/03/04/hati-hati-menjelang-umur-50-tahun-534033 .html, diakses pada 2 Juni 2013)
Darmawan. 2012. Waspadai Gejala Penyakit Mematikan. Jakarta : Oryza Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah. Jakarta : Depkes RI Departemen Kesehatan RI. 2012. Penyakit Tidak Menular. Buletin Jendela dan Data
Kesehatan ISSN 2088-270X. Jakarta : Bakti Husada Dourman, Karel. 2013. Waspadalah! Jantung Anda Rusak. Jakarta : Cerdas Sehat Kaplan & Stamler. 1931. Prevention of HCD. Canada : W.B Sauders Company Kurniadi, Helmanu. 2013. Stop! Gejala Penyakit Jantung Koroner. Yogyakarta : Familia National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI). 2013. Risk Assesment Tool for Estimating
Your 10-year Risk of Having a Heart Attack. (Online). (http://cvdrisk .nhlbi.nih.gov/calculator.asp diakses pada 21 April 2014)
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nadesul, Handrawan. 2008. Sehat itu Murah. Jakarta : Gramedia Pickett, George & Hanlon, John. J. 2009. Kesehatan Masyarakat : Administrasi dan Praktik.
Jakarta : EGC Suryaningsih, Endang K. 2009. Mengenal & Mencegah Penyakit Jantung, Kanker, Stroke.
Yogyakarta : Kirana Publisher
Analisis Tingkat..., Kautsar Rizky, FKM UI, 2014