faktor risiko penyakit jantung koroner r

52
USULAN PENELITIAN SKRIPSI UNIVERSITAS ANDALAS FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2014 Oleh : NURDAFRIKA RAHMADIANA No. BP. 1210336044 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2014

Upload: ana-masivers-repers-paradinata

Post on 13-Jul-2016

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUP DR. M. DJAMIL

PADANG TAHUN 2014

Oleh :

NURDAFRIKA RAHMADIANA

No. BP. 1210336044

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan

Penelitian Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2014

Page 2: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

i

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI

PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

KATA PENGANTAR .................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ............................Error! Bookmark not defined.

BAB 1 : PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah.........................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................................7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................................8

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................9

2.1 Penyakit Jantung Koroner (PJK)......................................................................9

2.2 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner ....................................................... 12

2.3 Telaah Sistematik .......................................................................................... 29

2.4 Kerangka Teori ............................................................................................. 31

2.5 Kerangka Konsep .......................................................................................... 32

2.6 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 33

BAB 3 : METODE PENELITIAN ....................................................................... 34

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 34

3.2 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 35

3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 35

3.4 Definisi Operasional ...................................................................................... 39

3.5 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................................... 41

3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 3: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi Pada Pria dan Wanita Berusia 35-

64 Tahun .............................................................................................. 12

Tabel 2.2 : Suku di Minangkabau ............................................................................ 14

Tabel 2.3 : Definisi Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) ....................................... 15

Tabel 2.4 : Kadar Kolesterol dalam Darah ............................................................... 17

Tabel 2.5 : Hipertensi Berdasarkan Kelompok Umur .............................................. 18

Tabel 2.6 : Klasifikasi Hipertensi ............................................................................ 19

Tabel 2.7 : Nilai Laboratorium untuk Penegakan Diagnosis Diabetes Mellitus dan

Kategori Hiperglikemia yang lain ......................................................... 21

Tabel 2.8 : Intensitas Absolut (METs) Pada Berbagai Kelompok Usia .................... 23

Tabel 2.9 : Telaah Sistematik .................................................................................. 29

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Variabel ................................................................ 39

Tabel 3.2 : Struktur Kuesioner GPAQ ..................................................................... 41

Page 4: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Arteri Koroner Normal dan Dengan Aterosklerosis ..............................9

Gambar 2.2 : Diagram Teori Hubungan Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner ... 31

Gambar 2.3 : Diagram Konsep Hubungan Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner 32

Gambar 3.1 : Skema Rancangan Studi Kasus Kontrol(54)

......................................... 35

Page 5: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

1

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian yang utama saat ini.

WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa 36 juta (63 %) dari total 57

juta kematian di dunia pada tahun 2008 disebabkan oleh penyakit tidak menular,

yang meliputi penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan penyakit pernafasan

kronis. Penyakit tidak menular tersebut, tidak hanya terjadi pada usia tua, tapi juga

terjadi pada usia muda. Negara dengan tingkat ekonomi rendah hingga menengah, 29

% dari seluruh kematian pada usia kurang dari 60 tahun disebabkan oleh penyakit

tidak menular, sedangkan di negara maju adalah sebanyak 13 %. Proporsi kematian

yang disebabkan oleh penyakit tidak menular pada orang-orang yang berusia

dibawah 70 tahun, paling banyak disebabkan oleh penyakit kardiovaskular (39 %),

diikuti kanker (27 %), kemudian penyakit pernafasan kronis dan penyakit tidak

menular lainnya (30 %), dan yang terakhir adalah diabetes (4 %).(1, 2)

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan tingkat ekonomi

menengah ke bawah, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tidak lagi menghadapi

double burden diseases, tetapi triple burden diseases. Maksudnya, penyakit menular

masih menjadi masalah yang tak kunjung terselesaikan, munculnya penyakit menular

lama (re-emerging diseases), timbulnya penyakit baru (new-emerging diseases), dan

diperparah dengan penyakit tidak menular dengan kecenderungan yang semakin

meningkat.(2)

Penyakit jantung koroner atau disebut juga dengan penyakit arteri koroner

terjadi bila pembuluh arteri koroner tersumbat atau menyempit karena endapan lipid

Page 6: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

2

atau lemak yang berada pada dinding arteri. Pengendapan ini terjadi secara bertahap

dan perlahan-lahan. Pengendapan atau penumpukan ini disebut dengan aterosklerosis

yang bisa juga terjadi pada pembuluh darah lainnya, tidak hanya pada arteri

koroner.(3)

Penelitian tentang faktor risiko penyakit jantung koroner dimulai pada tahun

1948 di Kota Frammingham, yang dikenal dengan “Framingham Heart Study”,

subyeknya adalah penduduk yang berusia 30-62 tahun sebanyak lima ribu orang

lebih. Para ilmuan mencatat jenis kelamin, usia, beberapa parameter kimiawi darah,

tekanan darah, dan kebiasaan hidup penduduk Framingham yang diperiksa secara

rutin setiap 2 tahun. Tahun 1960-an, diketahuilah bahwa beberapa karakteristik

pribadi, kondisi kesehatan dan kebiasaan hidup subyek penelitian merupakan faktor-

faktor risiko kardiovaskular, istilah yang diungkapkan William Kannel sebagai

kepala peneliti. Faktor risiko tersebut meliputi usia lanjut, jenis kelamin, riwayat

penyakit, hiperkolesterol, hipertensi, diabetes mellitus dan kebiasaan merokok.(4)

Faktor risiko pada penyakit jantung koroner dapat dikelompokkan menjadi 2,

berdasarkan bisa atau tidaknya dimodifikasi, faktor risiko yang bisa dimodifikasi

(modifiable) antara lain obesitas, dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus, aktivitas

fisik, kebiasaan merokok dan stres, faktor yang tidak bisa dimodifikasi (non-

modifiable) antara lain adalah umur, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga, dan

ras/etnis. Selain itu, faktor risiko penyakit jantung koroner juga ada yang

digolongkan menjadi faktor risiko utama (merokok, hipertensi, kolesterol, diabetes

mellitus dan alkohol) dan faktor risiko tambahan (obesitas, keturunan, aktivitas fisik,

umur, jenis kelamin dan stres).(3, 5)

Ras atau etnis sering dihubungkan dengan kejadian penyakit jantung koroner.

Etnis minangkabau diduga memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit jantung

Page 7: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

3

koroner, hal ini karena kebiasaan etnis minangkabau dalam mengonsumsi sari kelapa

atau santan. Sari kelapa atau santan mengandung lemak total atau lemak jenuh yang

cukup tinggi, sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Namun

penelitian membuktikan hal lain, bahwa konsumsi lemak total atau lemak jenuh dari

sari kelapa bukanlah faktor risiko terjadinya penyakit jantung, tapi asupan makanan

hewani, protein total, makanan yang mengandung kolesterol dan kurangnya

karbohidrat nabati menjadi faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.(6)

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani, dkk. membuktikan bahwa obesitas

merupakan salah satu faktor yang berhubungan terhadap kejadian penyakit jantung

koroner. Obesitas dapat menyebabkan aterosklerosis, hipertensi, hiperlipidemia dan

diabetes mellitus tipe 2.(7, 8)

Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa faktor lain seperti riwayat

penyakit keluarga, dislipidemia, hipertensi, dan diabetes mellitus merupakan faktor

yang berperan terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Faktor risiko tersebut

diperparah dengan pola hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan kurangnya

aktivitas fisik. Faktor pengetahuan atau tingkat pendidikan juga berperan pada

kejadian penyakit jantung koroner, hasil penelitian membuktikan bahwa orang

dengan tingkat pengetahuan yang kurang baik mempunyai risiko 2,4 kali lebih besar

terkena penyakit jantung koroner dibanding dengan orang dengan tingkat

pengetahuan yang baik.(9-14)

Selain faktor risiko di atas, beberapa penelitian menyebutkan bahwa ada

hubungan antara penyakit periodontal dengan penyakit jantung koroner. Penyakit

periodontal tersebut antara lain karies gigi dan oral hygiene status (status kebersihan

gigi dan mulut).(15-17)

Page 8: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

4

Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi

penyakit jantung diatas rata-rata nasional pada tahun 2007, dengan presentase 1,3 %

berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan, dan 11,3 % berdasarkan gejala. Pada tahun

2013 angka ini mengalami penurunan, provinsi Sumatera Barat tidak berada di atas

rata-rata nasional. Berdasarkan hasil diagnosa tenaga kesehatan adalah sebesar 0,6 %

dan berdasarkan gejala adalah sebesar 1,5 %. World Health Organization (WHO)

mencatat bahwa proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia pada

tahun 2008 adalah sebesar 30 %. Angka tersebut merupakan yang tertinggi diantara

penyakit tidak menular lainnya (kanker, diabetes, penyakit pernafasan kronis, dan

lain-lain).(3, 18-20)

Penyakit jantung koroner biasanya terjadi pada usia setengah baya. Serangan

jantung pada anak remaja sangat sedikit, jika ada, hal itu biasanya berkaitan dengan

konsumsi narkotik atau obat-obat terlarang. Penyakit jantung koroner tidak mudah

terlihat seperti penyakit lainnya (kulit, tumor, patah tulang atau penyakit infeksi).

Keluhan pada penderita bersifat khas dan terasa berat, sehingga mudah ditebak. Akan

tetapi beberapa penderita hanya menampakkan gejala yang samar, bahkan ada yang

tanpa keluhan sama sekali. Usia di atas 40 tahun merupakan usia yang rentan terkena

penyakit jantung koroner. Sehingga jika sudah merasakan keluhan yang mengarah ke

penyakit jantung, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan.(4)

Penelitian dengan rancangan kasus kontrol tentang faktor risiko penyakit

jantung koroner sudah banyak diteliti, diantaranya penelitian Yusnidar (2007) yang

dilakukan pada wanita usia > 45 tahun di RSUP Dr. Kariadi Semarang, hasil

penelitian menunjukkan bahwa faktor yang terbukti berpengaruh dengan kejadian

PJK pada wanita usia > 45 tahun adalah menopause; penuaan; inaktivitas fisik;

riwayat diabetes mellitus; riwayat hipertensi dan tingkat pengetahuan, kemudian

Page 9: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

5

penelitian di tempat yang sama yang dilakukan oleh Supriyono (2008), penelitian

dilakukan pada pasien yang berusia ≤ 45 tahun, didapatkan hasil faktor risiko yang

berpangaruh terhadap kejadian PJK adalah dislipidemia; kebiasaan merokok; dan

penyakit diabetes mellitus, berikutnya penelitian Anggraini (2005) yang dilakukan

pada pasien rawat jalan di poliklinik jantung RSUP DR. M. Djamil Padang, dari

penelitian tersebut diketahui bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit

jantung koroner adalah keturunan; hipertensi dan merokok, kemudian penelitian

yang dilakukan oleh Suganda (2012) di tempat yang sama pada pasien rawat inap

yang berusia > 40 tahun didapatkan hasil faktor risiko yang berhubungan dengan

kejadian PJK adalah diabetes mellitus.(9, 10, 12, 21)

Dari uraian di atas, diketahui banyak faktor risiko yang mempengaruhi

kejadian penyakit jantung koroner. Faktor tersebut dapat digolongkan pada faktor

risiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable) dan faktor risiko yang dapat diubah

(modifiable). Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain adalah usia, jenis

kelamin, riwayat penyakit keluarga dan ras, sedangkan faktor risiko yang dapat

dimodifikasi antara lain adalah obesitas, dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus,

aktivitas fisik dan kebiasaan merokok. Dari faktor risiko tersebut, maka akan

dilakukan penelitian tentang faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian

penyakit jantung koroner di RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2014. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah perbedaan waktu

penelitian dan variabel yang diteliti.

Page 10: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

6

1.2 Perumusan Masalah

Kejadian penyakit jantung koroner disebabkan oleh banyak faktor,

diantaranya yaitu suku, tingkat pendidikan, riwayat penyakit keluarga, obesitas,

dislipidemia, riwayat hipertensi, diabetes mellitus, aktivitas fisik dan kebiasaan

merokok. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana hubungan faktor risiko

tersebut dengan kejadian penyakit jantung koroner di RSUP DR. M. Djamil Padang

tahun 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko yang dapat

dan tidak dapat dimodifikasi terhadap kejadian penyakit jantung koroner di RSUP

DR. M. Djamil Padang Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi suku terhadap kejadian penyakit jantung

koroner

2. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pendidikan terhadap kejadian

penyakit jantung koroner

3. Diketahuinya pengaruh faktor risiko riwayat penyakit dalam keluarga terhadap

kejadian penyakit jantung koroner

4. Diketahuinya pengaruh faktor risiko obesitas terhadap kejadian penyakit

jantung koroner

5. Diketahuinya pengaruh faktor risiko dislipidemia terhadap kejadian penyakit

jantung koroner

6. Diketahuinya pengaruh faktor risiko riwayat hipertensi terhadap kejadian

penyakit jantung koroner

Page 11: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

7

7. Diketahuinya pengaruh faktor risiko diabetes mellitus terhadap kejadian

penyakit jantung koroner

8. Diketahuinya pengaruh faktor risiko aktivitas fisik terhadap kejadian penyakit

jantung koroner

9. Diketahuinya pengaruh faktor risiko kebiasaan merokok terhadap kejadian

penyakit jantung koroner

10. Diketahuinya faktor risiko yang paling berpengaruh dari seluruh faktor risiko

yang diteliti terhadap kejadian penyakit jantung koroner

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Sebagai masukan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan

referensi atau rujukan bagi penelitian selanjutnya di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Andalas.

1.4.2 Manfaat praktis

Sebagai referensi dan informasi baik bagi tenaga kesehatan maupun

masyarakat tentang faktor apa saja yang berisiko meningkatkan kejadian penyakit

jantung koroner, sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung

koroner.

1.4.3 Manfaat bagi peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan peneliti tentang faktor risiko

yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner di RSUP DR. M. Djamil

Padang.

Page 12: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan membahas tentang faktor risiko yang mempengaruhi

terjadinya penyakit jantung koroner di RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun

2014, faktor risiko yang diteliti adalah tingkat pendidikan, suku, riwayat penyakit

dalam keluarga, obesitas, dislipidemia, riwayat hipertensi, diabetes mellitus, aktivitas

fisik dan kebiasaan merokok. Analisis dilakukan secara univariat, bivariat dan

multivariat.

Page 13: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

9

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Jantung Koroner (PJK)

2.1.1 Pengertian

Jantung merupakan organ vital manusia. Sebagaimana anggota tubuh yang

lain, jantung memerlukan oksigen dan zat makanan sebagai sumber energi agar

mampu memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung akan bekerja dengan baik jika

pasokan dan pengeluaran darah/oksigen seimbang. Jika terjadi penyumbatan pada

arteri koroner, maka pasokan makanan ke jantung berkurang. Karena tugas arteri

koroner adalah “pemberi makan” jantung.(22)

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya

penyempitan atau penyumbatan di dinding arteri/nadi koroner oleh lemak dan

kolesterol (plak), sehingga menyebabkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu.

(3, 22)

Gambar 2.1 : Arteri Koroner Normal dan Dengan Aterosklerosis

Sumber : (23)

Gambar 2.1 memperlihatkan keadaan arteri koroner normal (a), yaitu bersih

tanpa ada pengendapan atau penyumbatan oleh plak, keadaan arteri dengan

aterosklerosis, yaitu ada pengendapan plak (b), dan arteri kororner dengan

pengendapan plak dan penyumbatan oleh darah (c).

c

b

a

Page 14: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

10

2.1.2 Epidemiologi penyakit jantung koroner

Salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak terjadi saat ini adalah

penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO, pada tahun 2008

penyebab kematian tertinggi di dunia adalah akibat penyakit kardiovaskular, salah

satunya adalah penyakit jantung. Di Inggris, penyakit kardiovaskular membunuh satu

dari dua penduduk dalam populasi, dan menyebabkan hampir sebesar 250.000

kematian pada tahun 1998. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, penyakit jantung dan

pembuluh darah yang paling banyak adalah penyakit jantung koroner.(1, 24, 25)

Penyakit jantung koroner tidak menyerang laki-laki saja, wanita juga

memiliki risiko. Pada orang yang berumur 65 tahun keatas, ditemukan 20 % kasus

penyakit jantung koroner pada laki-laki dan 12 % pada wanita.(26)

2.1.3 Gejala penyakit jantung koroner

Gejala penyakit jantung yang sering timbul adalah rasa sakit atau nyeri di

dada dan sesak nafas. Gejala ini mirip “masuk angin”, seperti sakit di ulu hati,

kadang-kadang diiringi kembung, disertai denyut nadi yang lemah, cepat dan banyak

keringat. Pendapat lain juga menambahkan bahwa gejala penyakit jantung

diantaranya adalah merasa tertekan di tengah dada selama 30 detik sampai 5 menit,

keluar keringat dingin, berdebar-debar, pusing, merasa akan pingsan dan nafas

tersengal-sengal pada saat berolah raga, namun gejala ini tidak selalu dirasakan oleh

penderita.(8, 27)

Page 15: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

11

2.1.4 Pembagian penyakit jantung koroner

2.1.4.1 Angina

Plak dari kolesterol mengakibatkan aliran darah yang kaya oksigen menuju

jantung terhambat, sehingga otot jantung mengalami angina. Angina adalah rasa

nyeri pada otot jantung yang disebabkan karena adanya penyumbatan atau

penyempitan lebih dari 50 % pada arteri koroner. Rasa nyeri ini akan terjadi ketika

serangan jantung iskemia.(22)

2.1.4.2 Angina pektoris

Angina pektoris adalah keadaan nyeri dada yang khas yang biasanya timbul

jika aterosklerosis dalam arteri koroner sudah mengalami penyempitan yang lebih

dari 60 % ukuran lumen (lubang) yang normal. Gejala ini timbul saat melakukan

aktivitas namun reda saat istirahat, rasa nyeri timbul di dada bagian tengah dan kiri,

menjalar hingga kerongkongan, terasa seperti dicekik atau rasa kering, kemudian ke

bahu sampai belikat dan lengan serta ujung jari sebelah kiri.(5)

2.1.4.3 Infark miokard

Infark miokard akut terjadi ketika iskemia miokard, biasanya timbul sebagai

akibat aterosklerotik arteri koroner, hal ini menyebabkan kematian pada otot jantung.

Infark miokard ditandai dengan gejala nyeri dada memanjang, rasa gelisah,

berkeringat, sesak nafas dan rasa mual.(25)

Secara fungsional, infark miokard

menyebabkan berkurangnya kontraksi dengan gerak dinding abnormal, terganggunya

kepaduan ventrikel kiri, berkurangnya volume denyutan, berkurangnya waktu

pengeluaran dan meningkatnya tekanan akhir diastolik ventrikel kiri. Gangguan

fungsi tidak hanya tergantung pada luasnya infark, tetapi juga lokasinya, karena

berhubungan dengan pasokan darah.(28)

Page 16: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

12

2.1.4.4 Serangan jantung

Serangan jantung terjadi apabila ada hambatan total pada arteri koroner. Rasa

nyeri lebih lama dan berat, rasa nyeri tidak akan hilang dengan istirahat ataupun obat.

Serangan jantung mengakibatkan kerusakan otot jantung yang permanen.(22)

2.2 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Sejumlah faktor risiko atau kondisi yang dapat meningkatkan kemungkinan

terjadinya penyakit kardiovaskular dapat digunakan untuk menilai kemungkinan

morbiditas kardiovaskular atau kematian. Berikut adalah ringkasan hasil studi

Frammingham tentang faktor risiko yang dapat di modifikasi.

Tabel 2.1 : Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi Pada Pria dan Wanita

Berusia 35-64 Tahun

Faktor Risiko Risiko Realtif*

Pria Wanita

Kolesterol > 240 mg/dl 1,9 1,8

Hipertensi > 140/90 mmHg 2,0 2,2

Diabetes 1,5 3,7

Hipertrofi ventrikel kiri 3,0 4,6

Merokok 1,5 1,1 * Menunjukkan RR untuk individu dengan faktor risiko dibandingkan dengan individu tanpa faktor risiko

Sumber : Aoronson, 2010(29)

Tabel 2.1 merupakan ringkasan dari studi Frammingham, dapat diketahui

bahwa pria dan wanita sama-sama mempunyai risiko untuk terkena penyakit jantung

koroner.

2.2.1 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

2.2.1.1 Umur

Pertambahan umur tidak ada satu orangpun yang bisa menghindarinya. Umur

termasuk dalam salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung

koroner. Sebagian besar kasus kematian akibat penyakit jantung koroner ditemukan

pada laki-laki berumur 35-44 tahun, dan terus meningkat seiring dengan

bertambahnya umur. Hal ini dikaitkan dengan mulai meningkatnya kadar kolesterol

pada laki-laki dan perempuan saat berumur 20 tahun, dan terus meningkat hingga

Page 17: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

13

usia 50 tahun pada laki-laki. Perubahan hormon juga dikaitkan dengan meningkatnya

kolesterol. Perempuan yang menopause, kadar kolesterolnya akan meningkat bahkan

dapat lebih tinggi dari laki-laki.(3)

Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa frekuensi

terbesar kejadian penyakit jantung koroner ada pada usia lebih dari 40 tahun dan

terus meningkat pada usia diatas 60 tahun. Artinya, prevalensi penyakit jantung

koroner akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur.(30, 31)

2.2.1.2 Jenis kelamin

Angka kesakitan akibat penyakit jantung koroner pada laki-laki dua kali lebih

besar dibandingkan pada perempuan. Hormon estrogen endogen pada perempuan

bersifat protektif, namun setelah menopause, insidensi penyakit jantung koroner

meningkat dengan cepat, dan sebanding dengan insidensi pada laki-laki.(25)

Di Amerika Serikat, gejala penyakit jantung koroner sebelum usia 60 tahun,

ditemukan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan, hal ini mendukung teori

di atas yang menyebutkan bahwa laki-laki lebih berisiko untuk terkena jantung

koroner, resikonya yaitu 2-3 kali lebih besar dibandingkan perempuan.(3)

2.2.1.3 Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang dimaksud adalah yang memiliki hubungan darah,

misalnya ayah atau ibu. Di Indonesia, dikenal beberapa garis kerurunan, salah

satunya adalah matrilineal, yang ada pada orang minangkabau. Setiap orang

minangkabau memiliki suku yang diturunkan oleh ibu kandung. Ada 4 suku besar

yang ada di minangkabau, yaitu suku Koto, Piliang, Bodi dan Caniago. Namun, 4

suku tersebut sering dibagi menjadi 2 “lareh” (keselarasan) yaitu lareh Koto Piliang

dan lareh Bodi Caniago. Suku-suku tersebut memiliki turunan, seperti pada tabel : (32-

34)

Page 18: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

14

Tabel 2.2 : Suku di Minangkabau Koto piliang Bodi caniago

1. Koto

2. Piliang

3. Guci

4. Tanjung

5. Malayu

6. Sikumbang 7. Panai

8. Kampai

9. Bendang

10. Pitopang

11. Piboda

12. Pagacancang

13. Simabur 14. Salayan

1. Bodi

2. Caniago

3. Jambak

4. Kutianyie

5. Pisang

6. Singkuang 7. Sinapa

8. Mandailing

9. Mandaliko

10. Maksiang

11. Panyalai

12. Sumagek

13. Supanjang 14. Muaro basa

15. Talapuang

16. Sapuluh

17. Baringin

18. Salo

19. Makaciak

20. Pauh 21. Simawang

Adanya riwayat keluarga yang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah

meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dua kali lebih besar

dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga. Riwayat serangan

jantung dalam keluarga kebanyakan adalah akibat dari profil kolesterol yang tidak

normal.(8, 35, 36)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit

keluarga dengan kejadian penyakit jantung koroner. Orang dengan riwayat keluarga

memiliki risiko 5 kali lebih besar untuk terkena penyakit jantung koroner

dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga (OR = 5, p = 0,00).(9)

Hasil penelitian di atas didukung oleh penelitian yang dilakukan

Andresdottir, et al. yang menemukan bahwa pria dengan riwayat keluarga menderita

penyakit jantung koroner mempunyai risiko 1,75 kali lebih besar untuk menderita

penyakit jantung koroner (RR=1,75;95% CI 1,59-1,92) dan wanita dengan riwayat

keluarga menderita penyakit jantung koroner mempunyai risiko 1,83 kali lebih besar

untuk menderita penyakit jantung koroner (RR=1,83; 95%CI 1,60-2,11)

dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat penyakit jantung koroner.(37)

2.2.1.4 Ras

Data dari American Heart Association menunjukkan bahwa kejadian penyakit

jantung koroner banyak terjadi pada laki-laki kulit putih dibandingkan dengan laki-

laki kulit hitam, sedangkan pada wanita lebih banyak terjadi pada kulit hitam

dibanding dengan kulit putih.(38)

Page 19: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

15

Penelitian yang dilakukan terhadap beberapa etnik di Malaysia, diantaranya

etnik Malaysia, Cina dan India, berdasarkan angka kematian akibat penyakit jantung

koroner di beberapa rumah sakit didapatkan hasil bahwa etnik India dan Cina

memiliki risiko yang lebih rendah untuk terjadinya penyakit jantung koroner

dibandingkan etnik Malaysia.(39)

2.2.2 Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

2.2.2.1 Obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit

jantung koroner, kelebihan berat badan meningkatkan risiko kenaikan tekanan darah,

diabetes dan lemak dalam darah. Obesitas merupakan kelebihan jumlah lemak tubuh

> 19 % pada laki-laki dan > 21 % pada perempuan. Risiko penyakit jantung koroner

akan meningkat bila berat badan melebihi 20 % dari berat badan ideal. (3, 25, 36, 40, 41)

Orang yang obesitas memiliki risiko lebih besar untuk terkena serangan

jantung karena terlalu banyak makan dengan pola makan yang tidak sehat sehingga

memicu meningkatnya kolesterol dan kadar gula dalam darah. Obesitas dapat diukur

melalui ukuran pinggang. Dikatakan obesitas jika ukuran pinggang wanita lebih dari

80 cm, dan untuk pria lebih dari 90 cm.(27)

Tabel 2.3 : Definisi Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori IMT (kg/m2)

Berat badan kurang (underweight) < 18,5

Berat badan normal (normal weight) 18,5-24,9

Berat badan lebih (over weight) yang moderat 25,0-29,9

Berat badan lebih (over weight) ≥ 25,0

Pre-obese 25-29,9

Obesitas

Kelas I

Kelas II

Kelas III

> 30

30-34,9

35-39,9

≥ 40

Sumber : Russel, 2011.

Tabel 2.2 adalah klasifikasi berat badan yang dikategorikan dalam indeks

massa tubuh (IMT). Dikatakan obesitas apabila IMT > 30 kg/m2.

Page 20: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

16

Penelitian yang dilakukan Yuliani, dkk. menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna antara obesitas dengan kejadian penyakit jantung koroner (p=0,023).(7)

.

Namun, penelitian yang dilakukan Supriyono tidak mendukung hasil penelitian

Yuliani, dkk. Hasil penlitian Supriyono menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara obesitas dengan kejadian penyakit jantung koroner (p=0,59) dan

obesitas bukanlah faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner pada usia ≤ 45

tahun (OR=0,8; 95% CI 0,4-1,6).(10)

2.2.2.2 Dislipidemia

Dislipidemia atau kelainan kolesterol merupakan salah satu faktor risiko

penyakit jantung koroner. Pola makan yang buruk, seperti hidangan praktis, cepat

saji dan makanan yang diawetkan, dapat meningkatkan kadar kolesteol dalam darah.

Tubuh sangat membutuhkan kolesterol untuk membuat berbagai macam komponen

penting seperti hormon, membran sel, dan lain-lain, tapi kadar yang tinggi

mengakibatkan kolesterol mudah tertimbun (melekat) pada arteri koroner, sehingga

menjadi plak dan penyumbatan atau penyempitan pada ateri. (41, 42)

Masyarakat biasanya hanya mengenal kolesterol dan trigliserida, karena

kedua hal ini yang selalu dinilai. Faktanya lemak di dalam darah tidak berdiri sendiri,

lemak selalu berkaitan dengan fosfolipid dan protein spesifik yang disebut

lipoprotein. Lemak tersebut kemudian diangkut oleh globulin yang dikenal dengan

apolipoprotein A dan B. oleh karena itu, yang dinilai di laboratorium sebenarnya

adalah lipoprotein, misalnya kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL-Cholesterol),

atau dikenal dengan sebutan “kolesterol jahat” karena LDL mempunyai peranan

penting dalam pembentukan plak dan High Density Lipoprotein (HDL-Cholesterol)

atau dikenal dengan istilah “kolesterol baik” karena HDL mempunyai kemampuan

melepaskan kembali dan mengangkut kolesterol jahat yang berada dalam darah

Page 21: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

17

kembali ke sirkulasi, sehingga tidak terjadi penyumbatan. (42)

Berikut ini adalah tabel

kadar kolesterol dalam darah.

Tabel 2.4 : Kadar Kolesterol dalam Darah

Ideal

(mg/dl)

Hati-hati

(mg/dl)

Bahaya

(mg/dl)

Kolesterol total < 200 200-240 > 240

Kolesterol LDL

Tanpa PJK

Dengan PJK

< 130

< 100

130-160

-

> 160

-

Kolesterol HDL > 45 35-45 < 35

Trigliserid

Tanpa PJK

Dengan PJK

< 200

< 150

200-400

-

> 400

-

Sumber : Tapan, 2005.(41)

Tabel 2.3 menunjukkan bahwa kadar kolesterol jahat (LDL) yang maksimal

boleh ada dalam darah orang normal adalah tidak melebihi dari 160 mg/dl, dan

idealnya adalah kurang dari 130 mg/dl. Sedangkan pada orang dengan penyakit

jantung koroner harus menjaga agar LDL tidak lebih dari 100 mg/dl. Kolesterol baik

(HDL) untuk semua orang (dengan atau tanpa PJK) idealnya adalah tidak kurang dari

45 mg/dl, jika sudah kurang dari 35 mg/dl, maka hal tersebut menjadi ancaman atau

bahaya bagi tubuh. Sementara trigliserid pada orang normal (tanpa PJK) idealnya

adalah kurang dari 200 mg/dl, dan bahaya jika lebih dari 400 mg/dl, untuk orang

dengan PJK, yang dibolehkan adalah kurang dari 150 mg/dl.

Hasil penelitian yang dilakukan Supriyono, membuktikan adanya hubungan

yang signifikan antara dislipidemia dengan kejadian penyakit jantung koroner pada

usia ≤ 45 tahun (p=0,029). Adanya dislipidemia meningkatkan risiko untuk

terjadinya penyakit jantung koroner sebesar 2,8 kali dibandingkan dengan yang tidak

mengalami dislipidemia (OR=2,8; 95% CI 1,1-7,1).(10)

Penelitian yang dilakukan oleh Suganda, tidak mendukung penelitian

sebelumnya. Hasil penelitian Suganda menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara dislipidemia dengan kejadian penyakit jantung koroner (p=0,275)

Page 22: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

18

dan dislipidemia bukanlah faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner

(OR=0,56; 95% CI 0,23-1,33).(12)

2.2.2.3 Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah terjadinya peningkatan tekanan

diastolik, yang tingginya tergantung umur seseorang yang terkena. Tekanan darah

berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung pada posisi tubuh, usia, dan stres

yang dialami. Hipertensi dengan peningkatan sistolik tanpa diikuti peningkatan

tekanan diastolik sering terjadi pada lansia, sedangkan hipertensi dengan peningkatan

diastolik saja, tanpa disertai peningkatan tekanan darah sistolik sering terjadi pada

dewasa muda. Berikut adalah tabel pengelompokan hipertensi berdasarkan kelompok

umur :(28)

Tabel 2.5 : Hipertensi Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok umur Normal (mmHg) Hipertensi (mmHg)

Bayi 80/40 90/60

Anak 7-11 tahun 100/60 120/80

Remaja 12-17 tahun 115/70 130/80

Dewasa

20-45 tahun

45-65 tahun

> 65 tahun

120-125/75-80

135-140/85

150/85

135/90

140-160/90-95

160/95

Sumber : Tambayong, 2000.

Dari Tabel 2.4 dapat dilihat tekanan darah normal dan hipertensi berdasarkan

kelompok umur, untuk mendiagnosa seseorang adalah hipertensi atau tidak, harus

disesuaikan dengan umur. Namun dalam beberapa kasus, hal ini tidak berlaku.

Hipertensi dapat di klasifikasikan berdasarkan tingkatannya, klasifikasi ini

menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and

Treatment on High Blood Pressure (JNC 6).

Page 23: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

19

Tabel 2.6 : Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah (mmHg)

Optimal < 120/80

Normal 120/80 - 129/84 Borderline 130/85 – 139/89

Hipertensi > 140/90

Stadium 1 140/90 – 159/99

Stadium 2 160/100 – 179/109

Stadium 3 > 180/110

Sumber : Ridwan, 2009.(43)

Tabel 2.5 menjelaskan bahwa kategori hipertensi dibagi menjadi 3 stadium,

dikatakan hipertensi jika tekanan darah > 140/90 mmHg. Pada klasifikasi ini ada

batas atau dikategorikan prehipertensi, yang berguna untuk mengidentifikasi tingkat

risiko seseorang terkena hipertensi.

Hipertensi akan meningkatkan beban jantung, sehingga dinding jantung akan

menebal, akibatnya jantung semakin lama semakin membesar, kondisi ini membuat

kerja jantung melemah.(8)

Tekanan darah dikatakan normal jika kurang dari 140

mmHg (sistolik) dan 90 mmHg (diastolik). Hipertensi bukan faktor risiko yang

berdiri sendiri. Hipertensi yang disertai dengan kegemukan, merokok, kadar

kolesterol yang tinggi atau penyakit kencing manis akan meningkatkan risiko

serangan jantung beberapa kali.(41)

Hipertensi memicu terjadinya aterogenesis, kemungkinan dengan merusak

endotel dan menyebabkan efek berbahaya lain pada dinding arteri besar. Semakin

tinggi beban kerja jantung, ditambah dengan tekanan arteri yang meningkat juga

dapat menyebabkan penebalan diding ventrikel kiri, atau disebut dengan hipertropi

ventrikel kiri, yang merupakan penyebab sekaligus penanda kerusakan

kardiovaskular yang lebih serius. Hipertropi ventrikel kiri menjadi predisposisi bagi

miokardium untuk mengalami aritmia dan iskemia, serta menjadi kontributor utama

terjadinya gagal jantung, infark miokard dan kematian mendadak.(29)

Page 24: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

20

Penelitian yang dilakukan oleh Yusnidar pada wanita usia > 45 tahun

membuktikan bahwa adanya riwayat hipertensi meningkatkan risiko terjadinya

penyakit jantung koroner sebesar 3,5 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki

riwayat hipertensi (OR=3,5; 95% CI 1,6-7,8).(21)

Penelitian yang dilakukan Yuliani, dkk. pada pasien diabetes mellitus tipe 2

juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan

kejadian penyakit jantung koroner pada penderita DM tipe 2 (p=0,007).(7)

Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Elytha pada pasien rawat inap khusus

jantung di sumatera barat, bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat

hipertensi dengan kejadian penyakit jantung koroner (p=0,001).(11)

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyono pada pasien yang berusia ≤ 45

tahun tidak membuktikan adanya hubungan antara riwayat hipertensi dengan

kejadian penyakit jantung koroner (p=0,87), dengan kata lain adanya riwayat

hipertensi tidak meningkatkan risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner

(OR=1,1; 95% CI 0,6-2,1).(10)

2.2.2.4 Diabetes mellitus

Diabetes mellitus atau kencing manis yang serius dapat meningkatkan risiko

penyakit jantung koroner. Lebih dari 80 % penderita biabetes mellitus meninggal

karena menderita salah satu atau lebih jenis penyakit jantung atau pembuluh

darah.(41)

Diabetes mellitus tidak menunjukkan gejala yang khas yang mudah dikenali.

Hal ini membuat penderita tidak tahu bahwa mereka sudah menderita diabetes.

Akibatnya, timbul berbagai penyakit kronis yang dapat berakibat fatal, misalnya

penyakit jantung, ginjal, kebutaan atau koma diabetik yang berisiko menyebabkan

kematian. Seseorang dikatakan diabetes jika terjadi kadar gula darah yang lebih dari

Page 25: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

21

kadar normal, yaitu 60-80 mg/dl (dalam keadaan puasa), setelah makan kadar gula

darah berkisar antara 120-160 mg/dl.(44)

Tabel 2.7 : Nilai Laboratorium untuk Penegakan Diagnosis Diabetes Mellitus

dan Kategori Hiperglikemia yang lain

Kadar glukosa, mmol/l (mg/dl)

Darah Utuh Plasma (Vena)

Vena Kapiler

Diabetes mellitus Puasa ≥ 6,1 (≥ 110) ≥ 6,1 (≥ 110) ≥ 7,0 (≥ 126)

2 jam setelah makan ≥ 10,0 (≥ 180) ≥ 11,1 (≥ 200) ≥ 11,1 (≥ 200)

Toleransi glukosa terganggu Kadar puasa (jika diukur) < 6,1 (< 110) < 6,1 (< 110) < 7,0 (< 126)

2 jam setelah makan ≥ 6,7 (≥ 120) dan

< 10 (< 180)

≥ 7,8 (≥ 140) dan

< 11,1 (< 200)

≥ 7,8 (≥ 140) dan

< 11,1 (< 200)

Glikemia puasa terganggu Puasa ≥ 5,6 (≥ 100) dan

< 6,1 (< 110)

≥ 5,6 (≥ 100) dan

< 6,1 (< 110)

≥ 6,1 (≥ 110) dan

< 7,0 (< 126)

2 jam postprandial (Jika

diukur)

< 6,7 (< 120) < 7,8 (< 140) < 7,8 (< 140)

Sumber : Gibney, 2008.(45)

Tabel 2.5 menjelaskan bahwa seseorang dikatakan diabetes mellitus jika

kadar glukosa dalam plasma darah adalah ≥ 126 mg/dl saat puasa atau ≥ 200 mg/dl 2

jam setelah makan.

Penelitian yang dilakukan Suganda menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara penyakit diabetes mellitus terhadap kejadian penyakit jantung

koroner (p=0,043) dan penderita diabetes mellitus memiliki risiko 2,5 kali lebih besar

untuk terjadi penyakit jantung koroner dibandingkan dengan yang bukan penderita

diabetes mellitus (OR=0,4; 95% CI 0,17-0,90).(12)

Penelitian ini diperkuat oleh

penelitian Yuliani, dkk. yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara lama menderita diabetes mellitus dengan kejadian penyait jantung koroner

(p=0,043).(7)

Page 26: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

22

2.2.2.5 Aktivitas fisik

Kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner ditentukan oleh faktor

risiko tertentu. Salah satu faktornya yaitu kurangnya aktivitas fisik.(28)

Kurangnya

aktivitas fisik meningkatkan risiko penyakit jantung koroner melalui berbagai

mekanisme. Kebugaran yang rendah dapat menyebabkan kadar HDL menurun,

tingkat tekanan darah yang lebih tinggi, resistensi insulin dan obesitas. Studi

menunjukkan bahwa tingkat kebugaran yang sedang hingga tinggi berhubungan

dengan penurunan angka mortalitas akibat penyakit jantung kororner sebesar

setengah kali.(29)

Aktivitas fisik terbukti sangat bermanfaat bagi kesehatan. Diantaranya dapat

memperkecil risiko penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes mellitus tipe 2 dan

obesitas. Penurunan risiko dengan cara melakukan aktivitas fisik secara teratur, sama

besarnya dengan berhenti merokok.jika aktivitas fisik dilakukan secara teratur.

Aktivitas fisik yang bersifat weight bearing sangat penting bagi perkembangan

tulang selama masa kanak-kanak, remaja dan untuk mencapai massa tulang yang

maksimal (peak bone mass) pada dewasa muda.(45)

Central for Disease Control and Prevention (CDC) juga menyebutkan bahwa

selain mengontrol berat badan, aktivitas fisik juga dapat membantu menurunkan

hipertensi, menurunkan risiko diabetes tipe 2, serangan jantung, stroke, dan beberapa

jenis kanker, menurunkan risiko osteoporosis dan menurunkan risiko depresi dan

kecemasan.(46)

Aktivitas fisik dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu aktivitas fisik

moderate (sedang) dan aktivitas fisik vigorous (berat). Kegiatan yang dapat

digolongkan sebagai aktivitas fisik sedang adalah menyapu halaman, mengepel,

mencuci baju, menimba air, bercocok tanam, membersihkan kamar mandi/kolam,

Page 27: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

23

tenis ganda, bulu tangkis ganda, senam aerobik, senam tera, renang, basket, bola

voly, jogging dan bermain sepak bola, sedangkan kegiatan yang termasuk aktivitas

berat antara lain seperti mengangkut atau memikul kayu, beras, batu, pasir,

mencangkul, menebang pohon, bersepeda cepat, angkat besi, tenis tunggal, bulu

tangkis tunggal, lari cepat, marathon, mengayuh becak, mendaki gunung dan

bersepeda membawa beban.(20, 46)

Aktivitas fisik dapat dinilai dalam bentuk total volume aktivitas fisik atau

pengeluaran energi yang berkaitan dengan aktivitas fisik. Sebagian instrument

penelitian ada yang dapat menggali frekuensi, durasi dan intensitas, disamping total

volume aktivitas fisik. Di bidang kesehatan masyarakat, total volume aktivitas fisik

menjadi sangat penting karena memberikan dampak yang signifikan terhadap status

kesehatan. Total volume aktivitas fisik ditentukan dengan satuan METs (Metabolic

Energy Turnover) per hari atau per minggu, yaitu intensitas semua aktivitas yang

berbeda selama periode pengkajian dinyatakan dengan ekuivalen MET yang

dilakikan dengan waktu yang digunakan untuk semua aktivitas. Cara ini sering

dilakukan untuk menyatakan total volume aktivitas fisik ketika menggunakan metode

kuesioner.(45)

Tabel 2.8 : Intensitas Absolut (METs) Pada Berbagai Kelompok Usia

20-39 tahun 40-64 tahun 65-79 tahun > 80 tahun

Ringan 3,0 – 4,7 2,5 – 4,4 2,0 – 3,0 1,26 – 2,2

Sedang 4,8 – 7,1 4,5 – 5,9 3,6 – 4,7 2,3 – 2,95

Berat 7,2 – 10,1 6,0 – 8,4 4,8 – 6,7 3,0 – 4,25

Sumber : Gibney, 2009.(45)

Dari Tabel 2.7 dapat disimpulkan ada 3 tingkatan nilai METs, yaitu intensitas

ringan (< 3 METs), intensitas sedang (3-6 METs) dan intensitas berat (> 6 METs).

Hal ini digunakan untuk mempermudah dalam menilai kuesioner yang telah diisi

oleh subyek.

Page 28: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

24

Klasifikasi aktivitas fisik terbagi atas 3, yaitu :(47)

1. Tinggi/berat, jika :

Melakukan aktivitas yang berat minimal 3 hari dengan intensitas minimal

1500 MET-menit/minggu, atau

Melakukan kombinasi aktivitas fisik yang berat, sedang dan berjalan

dalam 7 hari dengan intensitas minimal 3000 MET-menit/minggu

2. Sedang, jika :

Intensitas aktivitas berat minimal 20 menit/hari selama 3 hari atau lebih

Melakukan aktivitas sedang selama 5 hari atau lebih atau berjalan paling

sedikit 30 menit/hari, atau

Melakukan kombinasi aktivitas fisik yang berat, sedang dan berjalan

dalam 5 hari atau lebih dengan intensitas minimal 600 MET-

menit/minggu

3. Rendah/ringan, jika tidak memenuhi kriteria berat dan sedang di atas.

Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menyebutkan bahwa prevalensi

penduduk Indonesia yang kurang aktivitas fisik pada umur > 10 tahun adalah

sebanyak 48 %. Ada 16 provinsi dengan prevalensi di atas prevalensi nasional, 5

urutan tertinggi yaitu NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Jambi.(24)

Penelitian yang dilakukan Rahmawati,dkk. menujukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara aktivitas fisik dengan rasio HDL dalam darah (p=0,045),

sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Aktivitas

fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan menurunkan LDL, sehingga dapat

mencegah timbulnya penumpukan kolesterol dalam darah dan mencegah timbulnya

penyakit jantung koroner.(31)

Page 29: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

25

Penelitian dengan desain cohort pada wanita pekerja sehat yang berusia ≥ 45

tahun menunjukkan bahwa risiko relatif untuk terjadinya penyakit jantung koroner

pada wanita yang melakukan aktivitas fisik 600-1499 kkal/minggu lebih kecil

(RR=0,55; 95% CI 0,37-0,82).(48)

2.2.2.6 Kebiasaan Merokok

Salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner yang paling banyak

ditemukan di Indonesia adalah kebiasaan merokok. Rokok merupakan radikal bebas

yang sangat kuat yang terdiri dari 1 zilion radikal bebas. Di dalam rokok terkandung

22 jenis radikal bebas seperti Ter, CO2, nikotin dan sebagainya. Radikal bebas

merupakan suatu ion molekul tanpa pasangan yang bisa mengikat molekul lain yang

dapat mengakibatkan molekul atau zat menjadi rusak atau berubah sifat. Misalnya,

sel-sel pembuluh darah menjadi cepat mati atau pembuluh darah jadi menyempit. Hal

ini bisa menyebabkan serangan jantung.(27, 35)

Sekitar 24 % kematian akibat penyakit jantung koroner pada laki-laki dan 11

% pada perempuan disebabkan oleh kenbiasaan merokok. Orang yang tidak merokok

dan tinggal bersama perokok (perokok pasif) memiliki risiko sebesar 20-30 %

dibandingkan orang yang tinggal dengan bukan perokok. Risiko terjadinya penyakit

jantung koroner akibat merokok berkaitan dengan dosis merokok. Orang yang

merokok sebanyak 20 batang rokok atau lebih dalam sehari, memiliki risiko sebesar

2 hingga 3 kali lebih tinggi daripada populasi umum untuk mengalami kejadian

koroner mayor. Hasil studi Huxley dan Woodward tahun 2011 didapatkan bahwa

durasi atau lamanya merokok merupakan determinan yang sangat penting yang

berhubungan dengan risiko kejadian penyakit jantung koroner. Risiko penyakit

jantung koroner akibat merokok turun menjadi 50 % setelah satu tahun berhenti

merokok dan menjadi normal setelah 4 tahun berhenti merokok.(25, 49)

Page 30: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

26

Peran rokok dalam patogenesis penyakit jantung koroner adalah hal yang

kompleks, yaitu timbulnya aterosklerosis, peningkatan trombogenesis dan

vasokonstriksi, peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, provokasi aritmia

jantung, peningkatan kebutuhan oksigen miokard dan penurunan kapasitas

pengangkutan oksigen.(25)

Perokok dapat digolongkan menjadi perokok aktif dan perokok pasif.

Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, perokok dapat digolongkan dalam perokok

ringan jika merokok < 10 batang/hari, perokok sedang jika merokok 10-20

batang/hari dan perokok berat jika merokok > 20 batang/hari. Berdasarkan jenis

rokok yang dihisap, terbagi menjadi rokok kretek, cerutu/rokok putih, dan dengan

filter atau tidak. Lama merokok yaitu lebih dari 10 tahun merupakan salah satu faktor

risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Makin lama seseorang merokok, semakin

besar orang tersebut terpapar asap rokok yang mempengaruhi organ-organ tubuh

yang terpapar.(50, 51)

Lebih dari 95 % pasien penyakit jantung koroner adalah perokok aktif.

Namun dari hasil penelitian, ternyata perokok pasif, yaitu orang yang hidup di sekitar

perokok aktif mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif.(5)

Penelitian yang dilakukan Irawan, dkk. menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara status merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner

(p=0,032), penelitian ini menyimpulkan bahwa orang yang merokok 3 kali lebih

berisiko untuk terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan orang yang

bukan perokok (OR=3,06; 95% CI 1,89-10,51).(13)

Page 31: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

27

2.2.2.7 Stres

Beberapa ahli mencatat hubungan antara penyakit jantung koroner dengan

stres dari kehidupan seseorang, perilaku dan status sosial-ekonomi. Hal ini

dicontohkan pada seseorang yang sedang stres mulai merokok atau menjadi lebih

sering merokok dari biasanya.(41)

Saat mengalami stres, tubuh akan mengeluarkan hormon kortisol, yang

menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Selain itu, keadaan stres yang cukup

tinggi juga dapat menyebabkan meningkatnya kadar hormon norepinephrine yang

merangsang naiknya tekanan darah dan denyut jantung. Keadaan ini akan

mempermudah kerusakan dinding pembuluh darah. Sehingga kerja jantung menjadi

berat dan memicu timbulnya serangan jantung. Stres meningkatkan risiko terjadinya

penyakit jantung koroner sebanyak 6 kali lebih besar dibandingkan dengan yang

tidak mengalami stres.(8, 22, 27)

Page 32: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

28

2.2.2.8 Tingkat pendidikan

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti, di dalam

pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang

lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang.(52)

Pendidikan dibagi atas pendidikan

formal dan non-formal. Pendidikan formal terdiri atas jenjang dasar (SD, SMP

sederajat), jenjang menengah (SMA sederajat), dan jentang tinggi (diploma, sarjana,

magister, spesialis, doktor dan seterusnya).(53)

Penelitian yang dilakukan Andresdottir, et al menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan yang rendah mempunyai risiko sebesar 1,86 kali untuk terjadinya

penyakit jantung koroner dibandingkan dengan pendidikan yang tinggi (HR=1,86;

95% CI 1,63-2,14).(37)

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yusnidar

menunjukkan bahwa wanita dengan tingkat pengetahuan yang kurang memiliki

risiko 2,4 kali lebih besar untuk terjadinya penyakit jantung koroner dibandingkan

wanita dengan tingkat pengetahuan yang baik (OR=2,4; 95% CI 1,1-5,3).(21)

Page 33: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

29

2.3 Telaah Sistematik

Penelitian tentang faktor risiko penyakit jantung sudah banyak dilakukan.

Beberapa diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.9 : Telaah Sistematik

Peneliti Judul Thn. Variabel Desain Hasil

Novita

Anggraini

Faktor-faktor risiko

PJK pada pasien rawat jalan di

poliklinik jantung RS

M. Djamil Padang

2005 Keturunan,

Hipertensi, Merokok, Olah raga

Kasus

kontrol

Faktor risiko yang

terbukti berhubungan adalah keturunan,

merokok dan kurang

olah raga

Bambang

Irawan,

Moch.

Sja’bani dan

Muhammad

Ayus Astoni

Hiperhomosisteinemia

sebagai risiko

penyakit jantung

koroner

2005 Riwayat hipertensi,

Status merokok,

Hiperkolesterolemia,

HDL rendah, Hiper-

homosisteinemia

Kasus

kontrol

Faktor risiko yang

terbukti berhubungan

adalah hiper-

homosisteinemia,

status merokok dan

HDL rendah

Yusnidar Faktor-faktor risiko

PJK pada wanita usia

> 45 tahun di RSUD

Dr. Kariadi Semarang

2007 Penuaan, Riwayat

penyakit keluarga,

Hipertensi, Diabetes

mellitus, Kebiasaan merokok, Obesitas,

Keadaan sosek,

Tingkat

pengetahuan, Pola

diet, Inaktivitas

fisik, Dislipidemia,

Menopause,

Riwayat penggunaan

kontrasepsi

Kasus

kontrol

faktor risiko yang

terbukti berhubungan

adalah menopause,

penuaan, inaktivitas fisik, riwayat DM,

riwayat hipertensi,

tingkat pengetahuan.

Mamat

Supriyono

Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap

kejadian PJK pada

kelompok usia ≤ 45 tahun di RSUD Dr.

Kariadi Semarang

2008 Kebiasaan merokok,

Hipertensi,

Dislipidemia,

Riwayat penyakit keluarga, Inaktivitas

fisik, Diabetes

mellitus, Obesitas,

Pengetahuan, Pola

diet, Keadaan sosek

Kasus

kontrol

Faktor risiko yang

terbukti berpengaruh

adalah penyakit DM,

dislipidemia, hipertrigleseridemia,

kebiasaan merokok,

penyakit DM dalam

keluarga.

Ayu Candra

Rahmawati,

Siti Zulaekah

&

Setyaningrum

Rahmawaty

Aktivitas fisik dan

rasio kolesterol

(HDL) pada penderita

PJK di poliklinik

jantung RSUD DR

Moewardi Surakarta

2009 Aktivitas fisik,

kolesterol HDL

Cross

Sectional

Faktor risiko yang

berhubungan adalah

aktivitas fisik

Agung

Suganda

Faktor risiko yang

berhubungan dengan kejadian PJK pada

kelompok usia > 40

tahun di RS DR,

M.Djamil Padang

2012 Hipertensi, Diebetes

mellitus, Obesitas, Riwayat PJK,

Dislipidemia

Kasus

kontrol

Faktor risiko yang

berhubungan adalah diabetes mellitus.

Fauziah

Elytha

Faktor-faktor yang

mempengaruhi PJK di

RS khusus Jantung

Sumbar

2012 Hipertensi,

Kolesterol, Obesitas,

Kebiasaan merokok,

Kebiasaan olahraga

Cross

Sectional

Faktor risiko yang

berhubungan adalah

hipertensi dan

kebiasaan merokok

Page 34: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

30

Peneliti Judul Thn. Variabel Desain Hasil

Hermansyah,

Citra Kesuma

Sari &

Aminuddin

Aktivitas fisik dan

kesehatan mental

terhadap kejadian PJK

pada pasien rawat

jalan di RSUD

Labuang Baji

Makassar

2012 Aktivitas fisik,

Kesehatan mental

Cross

Sectional

Tidak ada hubungan

yang bermakna antara

aktivitas fisik dan

kesehatan mental

dengan kejadian PJK.

Annisa

Yuliana

Salim &

Anjar

Nurrohmah

Hubungan olahraga

dengan kejadian PJK

pada pasien rawat

jalan di RSUP DR.

Wahidin

Sudirohusodo dan RSUD Dr. Moewardi

2013 Olahraga Kasus

kontrol

Tidak ada hubungan

antara olah raga

dengan kejadian PJK.

Fadma

Yuliani, Fadil

Oenzil &

Detty Iryani

Hubungan berbagai

faktor risiko terhadap

kejadian PJK pada

penderita DM tipe-2

2013 Umur, Jenis

kelamin, Lama

menderita DM,

Hipertensi,

Dislipidemia,

Obesitas, Merokok

Cross

Sectional

Faktor risiko yang

berhubungan adalah

lama menderita DM,

hipertensi,

dislipidemia dan

obesitas.

Page 35: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

31

2.4 Kerangka Teori

------ = area penelitian

____ = tidak diteliti

Gambar 2.2 : Diagram Teori Hubungan Faktor Risiko Penyakit Jantung

Koroner

Sumber : Supriyono, 2007, dikutip dengan modifikasi.(10)

Makro-angiopati

Olah Raga

Diabetes

Dem

ogra

fi

Hormonal dan Reproduksi Minum Alkohol

Merokok

Usia

Kontrasepsi Oral

Terapi Hormonal

Usia Menopause

Pola

Hid

up

Ras

Jenis Kelamin

Riw

aya

t

Mutasi Genetik

Nyeri Ulu Hati

Hipertensi

Sosial

Pendidikan

Pendapatan

Obesitas Sea Food

Low Fiber

Kolesterol

Diet Lemak

Pola Diet

Lingk. Sosial

Lingk. Kerja

Lin

gk

un

gan

Lingk. Rumah

Riwayat Penyakit

jantung lain

Hemosistein

Riwayat PJK

Metabolisme Lemak

Hiperkolesteroleni

Stres

Arteri K

oro

ner

Dis

fung

si

En

do

tel

Fa

kto

r G

en

etik

Penyakit Jantung

Koroner

(PJK)

Atherosklerosis pada

arteri koroner Penyumbatan pada arteri

koroner

Suku

Page 36: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

32

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3 : Diagram Konsep Hubungan Faktor Risiko Penyakit Jantung

Koroner

Penyakit Jantung Koroner

Riwayat Hipertensi

Dislipidemia

Obesitas

Riwayat penyakit

keluarga

Diabetes mellitus

Kebiasaan Merokok

Aktivitas fisik

Suku

Tingkat pendidikan

Page 37: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

33

2.6 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara suku dengan kejadian penyakit jantung koroner

2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian penyakit jantung

koroner

3. Ada hubungan antara faktor risiko riwayat penyakit keluarga dengan kejadian

penyakit jantung koroner

4. Ada hubungan antara faktor risiko obesitas dengan kejadian penyakit jantung

koroner

5. Ada hubungan antara faktor risiko dislipidemia dengan kejadian penyakit

jantung koroner

6. Ada hubungan antara faktor risiko riwayat hipertensi dengan kejadian

penyakit jantung koroner

7. Ada hubungan antara faktor risiko diabetes mellitus dengan kejadian penyakit

jantung koroner

8. Ada hubungan antara faktor risiko aktivitas fisik dengan kejadian penyakit

jantung koroner

9. Ada hubungan antara faktor risiko kebiasaan merokok dengan kejadian

penyakit jantung koroner

Page 38: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

34

BAB 3 : METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi kasus

kontrol, yang bertujuan untuk melihat seberapa kuat hubungan faktor risiko yang

mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner.(54)

Variabel independen

penelitian ini adalah faktor risiko penyakit jantung koroner, yaitu suku, tingkat

pendidikan, riwayat penyakit keluarga, obesitas, dislipidemia, riwayat hipertensi,

diabetes mellitus, aktivitas fisik dan kebiasaan merokok, sedangkan variabel

dependennya adalah penyakit jantung koroner.

Pertimbangan yang diambil dalam memilih desain studi kasus kontrol

adalah:(10)

1. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit kronis yang mempunyai masa

inkubasi yang panjang

2. Faktor risiko penyakit jantung koroner banyak diasumsikan secara luas, dan

banyak ditemukan pada laki-laki dan wanita post-menopause

3. Faktor risiko yang diteliti sebagian besarnya adalah peristiwa kebiasaan hidup

sehari-hari, sehingga diharapkan akan bertahan dalam ingatan dalam waktu

yang cukup panjang.

Page 39: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

35

Gambar 3.1 : Skema Rancangan Studi Kasus Kontrol(54)

Sumber : Sastroasmoro, 2011.

Gambar 3.1 menunjukkan rancangan studi kasus kontrol. Pada kelompok

kasus adalah orang yang didiagnosa menderita penyakit jantung koroner, kemudian

dilihat faktor risiko secara retrospektif, apakah subyek memiliki faktor risiko yang

ditentukan atau tidak. Kemudian diambil kontrol dengan matching umur dan jenis

kelamin, yaitu pada orang yang didiagnosa tidak menderita penyakit jantung koroner,

dan dilihat apakah ada atau tidak faktor risiko yang ditentukan, secara retrospektif.

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di bagian rawat inap dan instalasi rekam medis

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) DR. M. Djamil Padang, pada bulan April sampai

Mei 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh pasien (laki-laki dan

perempuan) yang berobat ke RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun 2014.

Populasi sumber pada penelitian ini adalah semua pasien (laki-laki dan

perempuan) yang memiliki suku asli minangkabau yang mengunjungi bagian rawat

inap kardiologi RSUP DR. M. Djamil Padang selama periode penelitian.

Faktor risiko (+)

Faktor risiko (-)

Retrospektif Kasus :

Penderita PJK

Faktor risiko (+)

Faktor risiko (-)

Retrospektif

Kontrol :

Bukan

penderita PJK

Matching

Page 40: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

36

Populasi studi atau sampel pada penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa

oleh dokter/dokter spesialis mengalami gangguan (penyempitan atau penyumbatan)

pada arteri koroner yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sedangkan

kontrol pada penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa oleh dokter/dokter spesialis

tidak mengalami gangguan (penyempitan atau penyumbatan) pada arteri koroner

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dan dengan matching umur dan jenis

kelamin.

3.3.1 Kasus

3.3.1.1 Kriteria inklusi

1. Pasien laki-laki atau perempuan yang sudah didiagnosa penyakit jantung

koroner oleh dokter

2. Sedang dirawat di bagian kardiologi RSUP DR M. Djamil Padang

3. Memiliki suku asli minangkabau

3.3.1.2 Kriteria eksklusi

1. Data rekam medis tidak lengkap

2. Tidak bersedia menjadi subyek penelitian

3.3.2 Kontrol

3.3.2.1 Kriteria inklusi

1. Pasien laki-laki atau perempuan yang didiagnosa tidak penyakit jantung

koroner oleh dokter

2. Memiliki suku asli minangkabau

3. Umur dan jenis kelamin sama dengan kasus

3.3.2.2 Kriteria eksklusi

1. Data rekam medis tidak lengkap

2. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian

Page 41: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

37

3.3.3 Besar sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan rumus pengambilan sampel case control

berpasangan :(54)

[

⁄ √

( ⁄ ) ]

( )

Keterangan :

n = Besar sampel

Zα = Derajat kemaknaan (95 % = 1,96)

p = Proporsi sifat tertentu yang diperkirakan pada populasi

OR = 2,25 (dari penelitian Salim dan Nurrohmah, 2013)(30)

q = (1-p)

Zβ = Kekuatan penelitian/power (80 % = 0,842)

n = [

⁄ √( )( )

( ⁄ ) ]

( )

= [ √

( ) ]

( )

= [ ( )( )

( ) ]

= [

( ) ] p = 0,69

= [

( ) ]

= ( )

= 50,65

n = 51 orang

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan OR = 2,25, didapatkan jumlah

sampel minimal adalah sebanyak 51 orang, kemudian sampel cadangan sebanyak

10% dari sampel minimal, yaitu 5 orang. Dengan menggunakan perbandingan kasus

dan kontrol 1 : 1, maka jumlah sampel adalah 56 kasus dan 56 kontrol, sehingga

jumlah keseluruhan sampel adalah 112 orang (sampel minimal sebanyak 102 orang

dan sampel cadangan sebanyak 10 orang).

Page 42: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

38

3.3.4 Metode pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling, yaitu

semua subyek yang datang (dirawat) secara berurutan dan memenuhi kriteria

pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan

terpenuhi.(54)

Sampel penelitian kelompok kasus diambil dari pasien yang sedang

dirawat di bagian kardiologi RSUP DR. M. Djamil Padang selama periode

penelitian, sesuai dengan kriteria inklusi kasus. Sedangkan kontrol diambil dari

pasien yang tidak terdiagnosa penyakit jantung koroner di RSUP DR M. Djamil

Padang selama periode penelitian dengan matching umur dan jenis kelamin. Data

obesitas, dislipidemia, riwayat hipertensi dan diabetes mellitus, diambil berdasarkan

rekam medis pasien, sedangkan data suku, tingkat pendidikan, riwayat penyakit

keluarga, aktivitas fisik dan merokok diambil dengan wawancara dengan pasien atau

keluarga pasien berdasarkan kuesioner.

Page 43: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

39

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Cara/Alat

Ukur Skala Hasil Ukur

Penyakit

jantung

koroner

Kasus :

Didiagnosa penyakit jantung

koroner oleh dokter

Kontrol : Didiagnosa tidak penyakit

jantung koroner oleh dokter

Telaah rekam

medis/Data

rekam medis

Nominal Kasus :

Jika pasien didiagnosa

PJK

Kontrol : Jika pasien didiagnosa

tidak PJK

Suku Suku yang dimiliki oleh

subyek yang diturunkan

melalui ibu kandung subyek.

Wawancara/

Kuesioner

Nominal 1. Koto piliang

2. Bodi caniago

Tingkat

pendidikan

Pendidikan terakhir yang

ditamatkan oleh subyek.

Wawancara/

Kuesioner

Ordinal 1. Rendah, ≤ SMP

2. Sedang, SMA

3. Tinggi, ≥ Diploma

Riwayat

penyakit

keluarga

Adanya salah satu atau lebih

anggota keluarga yang

memiliki hubungan darah

yaitu orang tua, saudara

kandung, kakek atau nenek

yang mengalami penyakit yang berisiko, diantaranya

adalah penyakit jantung,

hipertensi, stroke, dan

diabetes mellitus

Sumber : Yahya, 2010

Wawancara/

Kuesioner

Nominal 1. Ada

2. Tidak ada

Obesitas Kelebihan lemak tubuh > 19

% pada subyek laki-laki dan >

21 % pada subyek

perempuan, yang dialami

sebelum subyek didiagnosa

PJK.

Diukur dengan menghitung

BMI (body mass index). Dikatakan obesitas apabila

BMI seseorang > 30 kg/m2.

Sumber : Russel, 2011

Telaah rekam

medis/Data

rekam medis

Nominal 1. Ya, jika BMI > 30

kg/m2

2. Tidak, jika BMI ≤ 30

kg/m2

Dislipidemia Keadaan kolesterol yang tidak

normal di dalam darah yang

dialami oleh subyek sebelum

didiagnosa PJK, dikatakan

dislipidemia apabila

memenuhi salah satu atau

lebih kriteria berikut :(41)

Kadar kolesterol total ≥

200 mg/dl

Kadar kolesterol LDL:

≥ 100 mg/dl (kasus)

≥ 130 mg/dl (kontrol)

Kadar kolesterol HDL ≤

45 mg/dl

Kadar trigliserid:

≥ 150 mg/dl (kasus)

≥ 200 mg/dl (kontrol)

Sumber : Tapan, 2005

Telaah rekam

medis/Data

rekam medis

Nominal 1. Ya, jika memenuhi

salah satu atau lebih

kriteria

2. Tidak, jika tidak

memenuhi kriteria

Page 44: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

40

Variabel Definisi Operasional Cara/Alat

Ukur Skala Hasil Ukur

Riwayat

hipertensi

Keadaan tekanan darah yang

melebihi batas normal yang

dialami subyek sebelum

didiagnosa PJK.

Dikatakan hipertensi apabila

tekanan darah subyek ≥ 140

mmHg (sistolik) dan ≥ 90

mmHg (diastolik)

Sumber : Ridwan, 2009

Telaah rekam

medis/Data

rekam medis

Nominal 1. Ya

2. Tidak

Diabetes

mellitus

Kondisi subyek yang

sebelumnya telah didiagnosis

oleh dokter menderita diabetes mellitus, sebelum

subyek didiagnosis PJK.

Dikatakan diabetes mellitus,

jika kadar gula darah saat

puasa adalah ≥ 126 mg/dl

Sumber : Gibney, 2008

Telaah rekam

medis/Data

rekam medis

Nominal 1. Ya

2. Tidak

Aktivitas

fisik

Keadaan aktivitas fisik

subyek sebelum didiagnosa

PJK.

Kegiatan yang melibatkan

gerakan tubuh sebagai bagian

dari kegiatan sehari-hari yang dinilai berdasarkan Global

Physical Activity

Questionnaire.

1. Berat, jika :

Melakukan aktivitas yang

berat minimal 3 hari

dengan intensitas minimal

1500 MET-menit/minggu,

atau

Melakukan kombinasi

aktivitas fisik yang berat, sedang dan berjalan dalam

7 hari dengan intensitas

minimal 3000 MET-

menit/minggu

2. Sedang, jika :

Intensitas aktivitas berat

minimal 20 menit/hari

selama 3 hari atau lebih

Melakukan aktivitas

sedang selama 5 hari atau

lebih atau berjalan paling

sedikit 30 menit/hari, atau

Melakukan kombinasi

aktivitas fisik yang berat,

sedang dan berjalan dalam

5 hari atau lebih dengan

intensitas minimal 600

MET-menit/minggu

3. Ringan, jika tidak

memenuhi kriteria berat

dan sedang.

Sumber : WHO, 2006

Wawancara/

Kuesioner

Ordinal 1. Ringan

2. Sedang

3. Berat

Page 45: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

41

Variabel Definisi Operasional Cara/Alat

Ukur Skala Hasil Ukur

Kebiasaan

merokok

Kebiasaan merokok subyek

sebelum didiagnosa PJK.

Dinilai berdasarkan kebiasaan

tidak merokok dan merokok

berdasarkan banyaknya

jumlah batang rokok yang

dihisap setiap hari

Sumber : Bustan, 2007

Wawancara/

Kuesioner

Ordinal 1. Tidak merokok

2. Perokok pasif

3. Perokok Ringan, < 10

batang/hari

4. Perokok Sedang, 10-20

batang/hari

5. Perokok Berat, > 20

batang/hari

3.5 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.5.1 Teknik pengumpulan data(55)

3.5.1.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti.

Data primer pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian

penyakit jantung koroner dengan menggunakan kuesioner yang akan ditujukan

kepada subyek penelitian maupun keluarga terdekat.

Data primer yang diambil adalah suku, tingkat pendidikan, riwayat penyakit

keluarga, aktivitas fisik dan kebiasaan merokok. Informasi yang dibutuhkan diambil

dengan cara wawancara dengan kuesioner yang telah disiapkan, untuk variabel

aktivitas fisik, kuesioner yang digunakan adalah Global Physical Activity

Questionnaire versi 2 yang dikembangkan oleh WHO (World Health Organization).

Tabel 3.2 : Struktur Kuesioner GPAQ

Jenis Pertanyaan Kode Kuesioner

Aktivitas saat bekerja C1, C2, C3, C4, C5, C6a & C6b

Perjalanan dari satu tempat ke tempat lain C7, C8, C9a & C9b

Olah raga C10, C11, C12, C13, C14, C15a & C15b

Waktu luang C16

Kuesioner terdiri dari 16 pertanyaan dengan menggunakan kode C1 sampai

dengan C16. Pertanyaan C1 - C6a & b mengenai aktivitas saat bekerja, pertanyaan

C7 – C9a & b mengenai perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, pertanyaan C10 –

C15a & b mengenai olah raga dan pertanyan C16 mengenai waktu luang. Cara

mengolah data ini adalah dengan menggunakan rumus total aktivitas fisik dalam

MET menit/minggu.

Page 46: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

42

Rumusnya adalah :(56)

3.5.1.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang peneliti peroleh dari data rekam medis

(medical record) yang berkaitan dengan faktor risiko kejadian penyakit jantung

koroner. Data sekunder yang diambil adalah data mengenai obesitas, dislipidemia,

riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.

3.5.2 Teknik pengolahan data(55)

3.5.2.1 Editing

Proses ini dilakukan untuk mengecek isi kelengkapan, kesinambungan dan

keseragaman formulir atau kuesioner yang telah diisi dan diserahkan oleh subyek

penelitian.

3.5.2.2 Coding

Data yang sudah diterima, kemudian diperiksa dan ditrnsformasikan dari data

yang berbentuk huruf menjadi angka atau bilangan. Peneliti memberi nilai pada

pilihan jawaban yang telah dipilih subyek penelitian.

3.5.2.3 Entry data

Nilai/kode jawaban yang diperoleh dimasukkan ke dalam program komputer

untuk proses analisis.

3.5.2.4 Cleaning

Pembersihan data, yakni melakukan pengecekan kembali data yang sudah di-

entry. Data yang telah dimasukkan ke program komputer, dicek kembali untuk

menghindari terjadinya missing data atau duplikasi data.

Total aktivitas fisik MET menit/minggu = [(C2 x C3 x 8) + (C5 x C6 x 4) + (C8 x C9 x 4) + (C11 x C12 x 8) + (C14 x C15 x 4)]

Page 47: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

43

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat karakteristik tiap variabel, baik

dependen maupun independen. Data katagorik yang akan dilihat adalah distribusi

frekuensi dengan ukuran presentase dan proporsi, sedangkan data numerik yang akan

dilihat adalah mean dan standar deviasi. Hasil analisis data akan disajikan dalam

bentuk tabel, grafik atau narasi.(55, 57)

3.6.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

tiap-tiap faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Variabel

independen yang akan di uji dengan variebel dependen adalah adalah riwayat

penyakit keluarga, obesitas, dislipidemia, riwayat hipertensi, diabetes mellitus,

aktivitas fisik dan kebiasaan merokok. Analisis bivariat dilakukan dengan

menggunakan uji Mc.Nemar, untuk membandingkan dua proporsi sampel yang

berpasangan.(55)

Interpretasi besar pengaruh dinyatakan dengan Odds Ratio (OR)

dengan menggunakan 95 % Confidence Interval (CI) dan nilai p < 0,05.

Nilai OR ditentukan melalui tabel 2 x 2 kasus kontrol berpasangan :(54)

Kontrol

Kas

us Terpajan Tidak terpajan

Terpajan a b

Tidak terpajan c d

Untuk memperoleh nilai OR pada desain kasus kontrol berpasangan, yang

dibandingkan adalah kelompok kasus yang terpajan dan kelompok kontrol tidak

terpajan (b) dengan kelompok kasus tidak terpajan dan kelompok kontrol terpajan

(c).

Jadi nilai OR adalah =

Page 48: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

44

3.6.3 Analisis multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel-variabel

independen dengan variabel dependen dan variabel independen mana yang paling

besar hubungannya terhadap variabel dependen. Analisis multivariat dilakukan

dengan menghubungkan beberapa variabel independen (p < 0,25 pada analisis

bivariat) dengan satu variabel dependen secara bersamaan. Teknik analisis yang

digunakan yaitu regresi logistik, teknik ini biasa digunakan apabila variabel

independennya berskala numerik dan kategorik, sedangkan variabel dependennya

berskala nominal (dikotomik).(54)

Page 49: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Global Status Report on Noncomunicable diseases 2010. Italy: World

Health Organization; 2011.

2. Kemenkes RI. Penyakit Tidak Menular. Buletin Jendela Data dan Informasi

Kesehatan. 2012.

3. Kasron. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan serta Pengobatannya.

Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.

4. Yahya AF. Menaklukkan Pembunuh No. 1 : Mencegah dan Mengatasi

Penyakit Jantung Koroner Secara Tepat dan Cepat. Bandung: Qanita; 2010.

5. Cahyono JBSB. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius;

2008.

6. Lipoeto NI, Agus Z, Oenzil F, Wahlqvist M, Wattanapenpaiboon N. Dietary

intake and the risk of coronary heart disease among the coconut-consuming

Minangkabau in West Sumatra, Indonesia. Asia Pacific journal of clinical

nutrition. 2004;13(4):377-84. Epub 2004/11/26.

7. Yuliani F, Oenzil F, Iryani D. Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap

Kejadian Penyakit jantung Koroner pada Penderita Diabetes Mellitus tipe-2.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014.

8. Sutanto. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: Andi;

2010.

9. Anggraini N. Faktor-faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner pada Pasien

Rawat Jalan Di Poliklinik Perjan RSUP DR. M. Djamil Tahun 2005 [Skripsi].

Padang: Universitas Andalas; 2005.

10. Supriyono M. Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia < 45 Tahun [Tesis]. Semarang:

Universitas Diponegoro; 2008.

11. Elytha F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Jantung Koroner Di RS

Khusus Jantung Sumbar. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012;Vol 8/No. 1:15.

12. Suganda A. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit

Jantung Koroner pada Kelompok Usia > 40 Tahun Di RS DR. M. Djamil

Padang Tahun 2012 [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2012.

13. Irawan B, Sja'bani M, Astoni MA. Hiperhomosisteinemia Sebagai Risiko

Penyakit Jantung koroner. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2005;Vol. XXI.

Page 50: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

14. Hermansyah, Sari CK, Aminuddin. Aktifitas Fisik dan Kesehatan Mental

Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rawat Jalan Di

RSUD Labuang Baji Makassar. 2012.

15. Nugroho P. Penyakit Periodontal Sebagai Penyebab Penyakit Jantung Koroner

Di RSUP DR. Kariadi Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro; 2011.

16. Wangsarahardja K. Penyakit Periodontal Sebagai Faktor Risiko Penyakit

Jantung Koroner. Universa Medicina. 2005;Vol. 24 No. 3.

17. Kaisare S, Rao J, Dubashi N. Periodontal disease as a risk factor for acute

myocardial infarction. A case-control study in Goans highlighting a review of

the literature. British dental journal. 2007;203(3):E5; discussion 144-5. Epub

2007/08/19.

18. WHO. Noncommunicable Diseases Country Profiles 2011. France: World

Health Organization; 2011.

19. Badan Litbangkes. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta:

Kemenkes RI; 2013.

20. Badan Litbangkes. Kartu Peraga Riskesdas 2013. In: Kemenkes RI, editor.

Jakarta: Kemenkes RI; 2013.

21. Yusnidar. Faktor-faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner pada Wanita Usia >

45 Tahun [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007.

22. Redaksi Agromedia. Solusi Sehat Mengatasi Penyakit Jantung Koroner.

Jakarta: Agromedia Pustaka; 2009.

23. Anonim. Cara Mencegah Penyakit Jantung Koroner. 2013 [cited 2013 13

Desember]; Available from: http://penyakitjantungkoroner.org/cara-mencegah-

penyakit-jantung-koroner/.

24. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2007. Jakarta: Depkes RI; 2008.

25. Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA. Lecture Notes : Kardiologi.

Jakarta: Erlangga Medical Series; 2002.

26. Ulfah A. Gejala Awal dan Deteksi Dini Penyakit Jantung Koroner2000.

27. Russel DM. Bebas dari 6 Penyakit Paling Mematikan. Yogyakarta: Media

Pressindo; 2011.

28. Tambayong J. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2000.

29. Aoronson PI, Ward JPT. At a Glance Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Erlangga

2010.

30. Salim AY, Nurrohmah A. Hubungan Olahraga dengan Kejadian Penyakit

Jantung Koroner Di RSUD Dr. Moewardi. GASTER. 2013;Vol. 10/ No. 1.

Page 51: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

31. Rahmawati AC, Zulaekah S, Rahmawaty S. Aktivitas Fisik dan Rasio

Kolesterol (HDL) pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik

Jantung RSUD Moewardi Surakarta. Jurnal Kesehatan. 2009;Vol. 2, no. 1.

32. Relasi Data. Suku Di Minangkabau. www.relasidata.com; 2014 [cited 2014 11

April].

33. Marajo SM. Urang Minang Berasal dari Suku Malayu? :

lubukgambir.wordpress.com; 2011 [cited 2014 11 April].

34. Chanan E. Suku-suku Di Minangkabau. www.pandaisikek.net; 2012 [cited

2014 11 April].

35. Saptawati L. Bersahabat dengan Penyakit Jantung. Yogyakarta: Kanisius;

2009.

36. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Nomor

854/Menkes/SK/IX/2009 (2009).

37. Andresdottir MB, Sigurdsson G, Sigvaldason H, Gudnason V. Fifteen percent

of myocardial infarctions and coronary revascularizations explained by family

history unrelated to conventional risk factors. The Reykjavik Cohort Study.

European heart journal. 2002;23(21):1655-63. Epub 2002/10/26.

38. Heart Disease and Stroke Statistics 2013 [database on the Internet]. American

Heart Association. 2013 [cited 21 November 2013].

39. Lu HT, Nordin RB. Ethnic differences in the occurrence of acute coronary

syndrome: results of the Malaysian National Cardiovascular Disease (NCVD)

Database Registry (March 2006 - February 2010). BMC cardiovascular

disorders. 2013;13:97. Epub 2013/11/08.

40. Heart UK The Cholesterol Charity. Risk Factor for CHD2013 02 Oktober

2013.

41. Tapan E. Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2005.

42. Kabo P. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner, Kesaksian

seorang ahli jantung dan ahli obat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2008.

43. Ridwan M. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer, "Hipertensi". 2009.

44. Mahendra B, Krisnatuti D, Tobing A, Alting BZA. Care Your Self Diabetes

Mellitus. Jakarta: Penebar Plus; 2008.

45. Gibney MJ, Margaretts BM, Kearney JM, Arab L. Gizi Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC; 2008.

46. Center for Disease Control and Prevention. Physical Activity for a Healthy

Weight. CDC; [cited 2013 18 Desember]; Available from:

www.cdc.gov/healthyweight/physical_activity/index.html.

Page 52: Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner R

47. WHO. Global Health Risks : Mortality and burden of disease attributable to

selected major risks. Geneva: World Health Organization; 2009.

48. Lee IM, Rexrode KM, Cook NR, Manson JE, Buring JE. Physical activity and

coronary heart disease in women: is "no pain, no gain" passe? JAMA : the

journal of the American Medical Association. 2001;285(11):1447-54. Epub

2001/03/23.

49. Huxley RR, Woodward M. Cigarette smoking as a risk factor for coronary

heart disease in women compared with men: a systematic review and meta-

analysis of prospective cohort studies. Lancet. 2011;378(9799):1297-305. Epub

2011/08/16.

50. Bustan MN. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta;

2007.

51. Umar F, Citrakesumasari, Jafar N. Perilaku Merokok dan Lingkungan

Pemukiman Pasien Rawat Jalan Penyakit Jantung Koroner Di Makassar. Media

Gizi Masyarakt Indonesia. 2011;Vol. 1:21-8.

52. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;

2003.

53. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 tahun 2003

(2003).

54. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:

PT Sagung Seto; 2011.

55. Budiarto E. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC; 2001.

56. WHO. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) Analysis Guide.

Switzerland: World Health Organization; 2006.

57. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat

dan Multivariat. Jakarta: Salemba Medika; 2011.