galuh

4
1.1 Cara Kerja Sistem Saraf Pusat Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi otot, peristiwa viseral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan informasi dari berbagai organ sensoris dan kemudian mengintegrasikannya untuk menetukan reaksi yang harus dilakukan tubuh. Membran sel bekerja sebagai suatu sekat pemisah yang sangat efektif dan selektif antara cairan ekstraselular dan intraselular. Didalam ruangan ekstraselular, disekitar neuron terdapat, cairan terdapat cairan dengan kadar ion natrium dan klorida. Sedangkan dalam cairan intraselular terdapat kalium dan protein yang lebih tinggi. Perbedaan komposisi dan kadar ion-ion di dalam dan di luar sel mengakibatkan timbulnya suatu potensial listrik dan permukaan membran neuron yang disebut potensial membran. Dalam keadaan istirahat cairan ekstraselular adalah elektro-positif dan cairan intraselular adalah elektro- negatif. Suatu rangsangan pada membran neuron setempat mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sehingga ion-ion natrium dapat mengadakan difusi masuk kedalam neuron (akson). Masuknya ion natrium yang bermuatan listrik positif ke dalam neuron menyebabkan membran tersebut menjadi positif di dalam dan negatif di luar. Demikian juga sebaliknya, peristiwa ini disebut depolarisasi. Serat saraf dapat mengantarkan impuls saraf dalam suatu arah yaitu ke arah tubuh sel (dendrit) atau menjauhi tubuh sel neuron (akson) bergantung pada tempat

Upload: nurulnabillah95

Post on 21-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdfgh

TRANSCRIPT

Page 1: galuh

1.1 Cara Kerja Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi otot,

peristiwa viseral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan informasi dari

berbagai organ sensoris dan kemudian mengintegrasikannya untuk menetukan reaksi

yang harus dilakukan tubuh. Membran sel bekerja sebagai suatu sekat pemisah yang

sangat efektif dan selektif antara cairan ekstraselular dan intraselular. Didalam

ruangan ekstraselular, disekitar neuron terdapat, cairan terdapat cairan dengan kadar

ion natrium dan klorida. Sedangkan dalam cairan intraselular terdapat kalium dan

protein yang lebih tinggi. Perbedaan komposisi dan kadar ion-ion di dalam dan di

luar sel mengakibatkan timbulnya suatu potensial listrik dan permukaan membran

neuron yang disebut potensial membran. Dalam keadaan istirahat cairan ekstraselular

adalah elektro-positif dan cairan intraselular adalah elektro-negatif.

Suatu rangsangan pada membran neuron setempat mengakibatkan perubahan

permeabilitas membran sehingga ion-ion natrium dapat mengadakan difusi masuk

kedalam neuron (akson). Masuknya ion natrium yang bermuatan listrik positif ke

dalam neuron menyebabkan membran tersebut menjadi positif di dalam dan negatif di

luar. Demikian juga sebaliknya, peristiwa ini disebut depolarisasi. Serat saraf dapat

mengantarkan impuls saraf dalam suatu arah yaitu ke arah tubuh sel (dendrit) atau

menjauhi tubuh sel neuron (akson) bergantung pada tempat rangsangan. Segera

setelah bergelombang depolarisasi melintasi serat saraf, cairan intersel akan

bermuatan positif karena sejumlah besar ion-ion natrium masuk ke dalam serat saraf.

Ion kalium masih bebas berdifusi keluar sel membawa muatan listrik positif sehingga

tercipta keseimbangan listrik elektronegatif sebelah dalam dan elektropositif sebelah

luar, proses ini disebut repolarisasi. Apabila suatu impuls sedang berjalan melalui

serat saraf maka serat tersebut tidak dapat mengantarkan impuls lain sebelum proses

repolarisasi terjadi. Serat saraf mengalami proses repolarisasi maka ion-ion natrium

yang telah bergerak masuk ke dalam dan ion-ion kalium telah mengadakan difusi

keluar membran sel harus kembali ke sisi membran sel asalnya. Pengeluaran ion-ion

natrium selanjutnya dari dalam ke luar membran sel dilaksanakan melalui suatu

mekanisme pompa natrium. Pengeluaran ion-ion natrium ini mengakibatkan

tertariknya ion-ion kalium ke dalam serat saraf (sel) kembali.

Sebagian besar sistem saraf berasal berasal dari reseptor sensorik baik berupa

reseptor visual, reseptor auditorius, reseptor raba pada permukaan tubuh. Pengalaman

sensoris dapat menyebabkan suatu reaksi segera atau kenangan yang dapat disimpan

Page 2: galuh

di dalam otak dalam waktu yang cukup lama dan dapat menentukan reaksi tubuh di

masa yang akan datang. Dapat menghantarkan informasi sensoris dan reseptor pada

seluruh permukaan tubuh dan struktur dalam tubuh. Informasi ini memasuki sistem

saraf melalui nervus spinalis dan disampaikan ke semua segmen susunan saraf pusat.

Kegiatan ini secara bersama-sama disebut fungsi motorik. Sistem saraf melakukan

fungsi yang diperintah oleh isyarat saraf. Sistem saraf mengatur otot rangka bekerja

sejajar untuk mengontrol otot polos. Dan kelenjar merupakan susunan saraf otonom

yang diatur dari berbagai tingkat dalam susunan saraf pusat. Masing-masing daerah

mempunyai peranan khusus dalam mengatur gerakan tubuh, untuk melakukan

gerakan diatur oleh proses berpikir dari serebrum (Syaifuddin, 2006).

Amalia, Lia. 2012. Anatomi Fisiologi Manusia Sistem Kendali. Bandung: ITB

Anonim. 2010. Anatomi dan Fungsi Otak. Sumber www.scribd.com/doc/68062183/Anatomi-

Dan-Fungsi-Otak-Manusia. Diambil pada 30 Mei 2012, pukul 15.00

Anonim. 2010. Memori Manusia. Jakarta: EGC

Syamsuri, Istamar dkk. 2007. Biologi Jilid 2B untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Leunen, Van. 2012. How Brain Works.

Sumber www.crypts-of-physics.eu/Howthe brainworks . Diambil pada 30 Mei 2012, pukul

19.59

Markam, Sumarmo. 2009. Dasar-dasar Neuropsikologis Klinis. Jakarta: Sagung Seto

Pearce, Evelyn. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC

Sartika, Ika. 2010. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Kendari: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Haluoleo.

Wibowo, Daniel. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Gramedia

Wulandari,Tri.2009. Perbedaan Kemampuan Mengingat ditinjau dari Gaya Belajar.

Surakarta: Fakultas Psikogi Universitas Muhammadiyah Surakarta