gaki.doc
TRANSCRIPT
GAKI
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Iodine Deficiency Disorder) adalah gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan hormon tiroid. Definisi lain, GAKY merupakan suatu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan Yodium, akibat kekurangan Yodium ini dapat menimbulkan penyakit salah satu yang sering kita kenal dan ditemui dimasyarakat adalah Gondok. Dimana akibat defisiensi iodium ini merupakan suatu spektrum yang luas dan mengenai semua segmen usia, dari fetus hingga dewasa. Dengan demikian jelaslah bahwa gondok tidak identik dengan GAKI. Dengan demikian kepentingan klinisnya tidak saja didasarkan atas akibat desakan mekanis yang ditimbulkan oleh gondok, tetapi justru gangguan fungsi lain yang dapat dan sering menyertainya seperti gangguan perkembangan mental dan rendahnya IQ, hipotiroidisme, dan kretin. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid yang melebihi normal. Hipotiroidi adalah kondisi di mana tubuh tidak memperoleh cukup hormon tiroid. Kondisi ini mengakibatkan penderita menjadi malas, mengantuk, kulit kering, tidal(tahan dingin dan konstipasi). Hormon tiroid berperan dalam proses pertumbuhan otak dan sistim saraf. Oleh karena itu anak penderita hipotiroidi mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik dan keterbelakangan mental. Keterbelakangan fisik dan mental yang dikenal, akan tetapi seringkali kondisi ini ringan hingga sulit diketahui kecuali dengan diagnosis yang baik.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain :
• Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan
karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur
iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).
Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada anak usia
sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid. Temuan lain
oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian (Cina) dimana
pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara
drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus,
seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang
laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi
hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling (Djokomoeldjanto,
1994).
• Faktor Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak
geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah
pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering
dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil
pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar
iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut
akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam
Koeswo, 1997).
• Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang
bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil risetnya
mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan
menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut
merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh.
Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar
gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat
goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik
sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida
(daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ;
kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan
kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).
• Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari
kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein
dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi
protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan
balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.
KLASIFIKASI
Survei epidemiologis untuk gondok endemik biasanya didasarkan atas besarnya kelenjar
tiroid, dilakukan dengan metode Palpasi, menurut klasifikasi Perez atau modifikasinya (1960)
:
• Grade 0 : Tidak teraba
• Grade 1 : Teraba dan terlihat hanya dengan kepala yang ditengadahkan
• Grade 2 : Mudah terlihat, kepala posisi biasa
• Grade 3 : Terlihat dari jarak tertentu
Karena perubahan gondok pada awalnya perlu diwaspadai, maka grading system, khususnya
grade 1 dibagi lagi dalam 2 klas, yaitu:
• Grade 1a : Tidak teraba atau teraba tidak lebih besar daripada kelenjar tiroid normal.
• Grade 1b : Jelas teraba dan membesar, tetapi pada umumnya tidak terlihat meskipun kepala
ditengadahkan.
Kelenjar tiroid tersebut ukurannya sama atau lebih besar dari falangs akhir ibu jari tangan
pasien.
SPEKTRUM GAKI
Macam-macam Gangguan Akibat GAKY :
1. Pada Fetus
- Abortus
- Steel Birth
- Kelainan Kematian Perinatal
- Kretin Neurologi
- Kretin Myxedematosa
- Defek Psikomotor
2. Pada Neonatal
- Hipotiroid
- Gondok Neonatal
3. Pada Anak dan Remaja
- Juvenile Hipothyroidesm
- Gondok Gangguan Fungsi Mental
- Gangguan Perkembangan Fisik
- Kretin Myxedematosa dan Neurologi
4. Pada Dewasa
- Gondok dan segala Komplikasinya
- Hipotiroid
- Gangguan Fungsi Mental
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang sering tampak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan , seperti:
Terhadap Pertumbuhan
- Pertumbuhan yang tidak normal.
-Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme
- Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan
- Tingkat kecerdasan yang rendah
- Mulut menganga dan lidah tampak dari luar
Kelangsungan Hidup
Wanita hamil didaerah Endemik GAKY akan mengalami berbagai gangguan kehamilan
antara lain :
- Abortus
- Bayi Lahir mati
- Hipothryroid pada Neonatal
Perkembangan Intelegensia
- Setiap penderita Gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point dibawah normal
- Setiap Penderita Kretinisme akan mengalami defisit sebesar 50 Point dibawah normal.
Iodium diperlukan khususnya untuk biosintesis hormon tiroid yang beriodium. Iodium dalam
makanan diubah menjadi iodida dan hampir secara sempurna iodida yang dikonsumsi diserap
dari sistem gastrointestinal. Yodium sangat erat kaitannya dengan tingkat kecerdasan anak.
Dampak yang ditimbulkan dari kekurangan konsumsi yodium yang berada dalamtubuh, akan
sangat buruk akibatnya bagi kecerdasan anak, karena bisa menurunkan 11-13 nilai IQ anak..
Di antara penyakit akibat kekurangan iodium adalah gondok dan kretinisme. Ada dua tipe
terjadinya kretinisme, yaitu kretinisme neurology seperti kekerdilan yang digolongkan
dengan mental, kelumpuhan dan buta tuli. Ada pula kretinisme hipotiroid Lokasi dan struktur
tiroid (gondok) di mana kelenjar tiroid yang terletak di bawah larynx sebelah kanan dan kiri
depan trakea mengekskresi tiroksin, triiodotironin dan beberapa hormon beriodium lain yang
dihubungkan dengan pertumbuhan yang kerdil dan retardasi mental yang lambat. Selama
masa pertumbuhan dan perkembangan, kebutuhan tubuh akan yodium memang harus selalu
dipenuhi. Karena kalau tidak, hipotiroidisme akan terus ‘mengancam’. Baik bayi, anak,
remaja, bahkan dewasa muda tetap mempunyai peluang terserang penyakit gondok, gangguan
fungsi mental dan fisik, maupun kelainan pada system saraf. Semua penyakit dan berbagai
kelainan lainnya yang disebabkan oleh defisiensi unsur kimia berlambang “I” ini , kini
disebut dengan GAKY ( Gangguan Akibat Kekurangan Yodium ). Selain akan
mempengaruhi tingkat kecerdasan anak, yang kita tahu selama ini, kekurangan yodium akan
menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Padahal, banyak gangguan lain yang juga bisa
muncul. Misalnya saja, kekurangan yodium yang dialami janin akan mengakibatkan
keguguran maupun bayi lahir meninggal, atau meninggal beberapa saat setelah dilahirkan.
Bahkan, tidak sedikit bayi yang terganggu perkembangan sistem sarafnya sehingga
mempengaruhi kemampuan psikomotoriknya.
Pertumbuhan Sosial
Dampak sosial yang ditimbulkan oleh GAKY berupa terjadinya gangguan perkembangan
mental, lamban berpikir, kurang bergairah sehingga orang semacam ini sulit dididik dan di
motivasi.
Perkembangan Ekonomi
GAKI akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya akan merasa dingin dan
lesu sehingga akan berakibatnya rendahnya produktivitas kerja, yang akan mempengaruhi
hasil pendapatan keluarga.
OBESITAS
EtiologiObesitas timbul oleh sebab pemherian makanan yang selalu melampaui kebutuhannya (positive energy balancae). Hal ini sebagai akibat daripada anak yang tidak mau tahan lapar atau kelainan personality yang serius. Akan tetapi dalil demikian terlalu simpel, adakalanya penyebabnya sangat kompleks. Obesitas kadang-kadang merupakan resultan beberapa kelain-an. Perbedaan penyebab dan manifestasinya menunjukkan, bahwa tidak semua obesitas dapat diangggap samaPATOGENESISPathogenesis dari obesitas diketahui multifaktoral, meliputi factor genetic dan factor lingkungan yang berpengaruh dalam hal regulasi berat badan, metabolisme dan perilaku makan.Patogenesis pada obesitas dapt dibagi menjadi 2:a. Regulatory obesityb. Metabolic obesity
Pada regulatory obesity gangguan primernya terletak pada pusat yang mengatur masukan makanan (central mechanism regulating food intake). Pada metabolic obesity terdapat kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat. Jadi pada dasarnya pathogenesis obesitas adalah gangguan pada pengaturan asupan makanan dan kelainan pada metabolisme tubuh khusunya lemak dan karbohidrat.
pathogenesis
anemia
Bila bukan karena perdarahan, anemia defisiensi besi adalah hasil akhir dari keseimbangan besi negatif dalam waktu yang lama. Bila total besi tubuh turun, terjadi beberapa kejadian yang mengikutinya. Pertama, simpanan besi pada hepatosit dan makrofag pada hati, limpa dan sumsum tulang berkurang. Setelah simpanan besi habis, besi plasma menurun, sehingga suplai besi pada sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin menjadi tidak adekuat. Sebagai akibatnya jumlah eritrosit protoporfirin bebas meningkat. Terjadilah produksi eritrosit yang mikrositik dan nilai hemoglobin turun. Perjalanan defisiensi besi ini melalui tiga tahapan. Pada tahap awal simpanan besi berkurang, tetapi belum mengurangi besi serum. Tahap ini diketahui dengan adanya nilai feritin yang rendah. Tahap kedua jika simpanan besi sudah habis tetapi nilai hemoglobin masih dalam batas normal. Terjadi penurunan saturasi transferin, peningkatan total iron bindind capacity (TIBC) dan peningkatan protoporfirin eritrosit bebas. Nilai mean corpuscular volume (MCV) masih dalam batas normal, tetapi pada apus darah tepi sudah mulai terlihat adanya sel-sel yang mikrositik. Banyak pasien yang mulai mengeluh cepat lelah walaupun mereka belum menderita anemia. Pada tahap ketiga nilai hemoglobin turun dan terjadilah anemia defisiensi besi.
RESUME
Proses Perkembangan Penyakit.
Dalam mendiagnosa, salah satu hal yang perlu diketahui adalah tentang riwayat alamiah
penyakit (natural history of disease). Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan
penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit
berlangsung secara alamiah.
Riwayat alamiah suatu penyakit pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada dasarnya peka
terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of suseptibility).
Walaupun demikian pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit
penyakit. Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar
tubuh pejamu di mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang
penjamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh
penjamu masih kuat. Jika keadaan penjamu tidak stabil atau bibit penyakit menjadi ganas
atau lingkungan memberi kondisi yang kurang menguntungkan penjamu maka keadaan
memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.(6)
b. Tahap patogenesis.
Tahap ini meliputi 4 sub tahap, yaitu:
1) Tahap inkubasi, merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam
tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit sampai timbulnya gejala penyakit
2) Tahap penyakit dini, tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya
ringan. Tahap ini sering menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis
3) Tahap penyakit lanjut, merupakan tahap dimana penyakit memerlukan pengobatan yang
tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
4) Tahap penyakit akhir, berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan
keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karier, penyakit tetap berlangsung
secara kronik dan diakhiri dengan kematian.
Pola Penyebaran Penyakit.
Bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh akan melalui pintu tertentu yang disebut portal of
entry dan bila akan berpindah tempat dalam hal ini penderita baru akan keluar melalui pintu
tertentu juga yang disebut portal of exit.
Kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan dan saluran kemih adalah ”pintu” tubuh tempat
masuk dan keluarnya kuman atau bibit penyakit. Dalam memilih pintu masuk dan keluar ini,
setiap jenis kuman mempunyai jalan masuk melalui mulut dan keluar tersendiri dari tubuh
manusia. Ada yang masuk melalui mulut (oral) dan keluar melalui dubur (sistem
pencernaan), seperti yang dilakukan oleh kebanyakan cacing. Namun ada pula yang masuk
melalui kulit tetapi keluar melalui dubur misalnya cacing Ankylostoma.
Pengetahuan tentang jalan masuk ini penting untuk epidemiologi karena dengan pengetahuan
itu dapat dilakukan “penghadangan” perjalanan kuman masuk dalam tubuh manusia. Cacing
yang ingin masuk melaui mulut dicegah dengan dengan upaya cuci tangan sebelum makan.
Sedangkan pengetahuan tentang jalan keluar bermanfaat untuk menemukan kuman itu untuk
tujuan identifikasi atau diagnosis. Misalnya kuman TB keluar melalui batuk maka penemuan
kuman TB dilakukan dengan penangkapan kumannya di batuk/dahak.
Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit
Dengan mengetahui riwayat alamiah penyakit, beberapa informasi penting yang diperoleh
antara lain :
a. Masa inkubasi atau masa laten
b. Kelengkapan keluhan (simptom) untuk menegakkan diagnosis
c. Lamanya dan beratnya keluhan yang dialami oleh penderita
d. Mengetahui kejadian penyakit menurut musim
e. Lokasi geografis penyakit untuk dideteksi lokasi kemungkinan kejadian penyakit
f. Sifat-sifat biologis kuman patogen sehingga menjadi bahan informasi untuk pencegahan
penyakit maupun pembunuhan kuman penyebab.
Manfaat Mengetahui Riwayat Alamiah Penyakit
a. Untuk diagnostik : masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis penyakit.
b. Untuk pencegahan : dengan mengetahui kuman patogen penyebab dan rantai perjalanan
penyakit, dan dengan mengetahui riwayat alamiah penyakit dapat diketahui perlangsungan
penyakit (akut atau kronik), sehingga upaya pencegahan dapat dilakukan sesuai dengan
perlangsungan penyakit.
c. Untuk terapi : biasanya diarahkan ke fase paling awal, karena terapi yang tepat pada awal
perjalanan penyakit akan lebih baik hasil yang diharapkan.
Pencegahan Penyakit.
Dikenal ada 4 tingkat pencegahan penyakit, yaitu :
a. Pencegahan tingkat awal (Premordial prevention)
Upaya awal terhadap tingkat pencegahan premordial ini merupakan upaya mempertahankan
kondisi kesehatan yang positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan kondisi
kesehatannya yang sudah baik. Tujuannya menghindari terbentuknya pola hidup sosial
ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan resiko penyakit, terutama ditujukan
kepada masalah penyakit tidak menular yang dewasa ini cenderung menunjukkan
peningkatannya.
b. Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)
Sasaran pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan (Heakth
Promotion)yang disebut juga pencegahan umum . Didasarkan pada hubungan interaksi antar
pejamu (host), penyebab (agent) dan lingkungan serta proses kejadian penyakit. Sasaran
pencegahan tingkat pertama, yaitu mengurangi penyebab, mengatasi/modifikasi lingkungan,
meningkatkan daya tahan host.
Dan pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu (Spesific Protection) terutama ditujukan
pada pejamu dan atau penyebab untuk meningkatkan daya tahan maupun untuk mengurangi
resiko terhadap penyakit tertentu.
c. Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit serta pengobatan yang tepat.
Dilakukan pada fase patologis dengan cara mengetahui perubahan klinik atau fisiologis yang
terjadi dalam awal penyakit (early symptom) atau semasa masih dalam presymptomatic, masa
sangat awal kelainan klinik. Tujuan pencegahan tingkat kedua ini antara lain mencegah
meluasnya penyakit/terjadinya wabah pada penyakit menular, menghentikan proses penyakit
lebih lanjut dan mencegah komplikasi.
d. Pencegahan tingkat ketiga (Rehabilitasi)
Upaya ini dilakukan ”pasca sakit” untuk membatasi kecatatan sehingga tidak menjadi tambah
cacat, dan melakukan rehabilitasi dari mereka yang punya cacat atau kelainan akibat
penyakit. Pada keadaan ini kerusakan patologis sudah bersifat irreversible.
Klasifikasi Penyakit.
Klasifikasi penyakit merupakan satu upaya untuk meningkatkan akurasi diagnosis
mempergunakan hasil-hasil dari pemeriksaan gejala, tanda, test, dan pembuatan kriteria
diagnosis. Klasifikasi penyakit dapat dilakukan berdasarkan agen penyebabnya, patologi
penyakit, organ yang terserang, cara pengobatannya, cara penularannya, cara masuk atau
keluarnya penyakit dan faktor keterpaparan atau kepekaannya.