gagasan pendidikan islam hamka: yayasan …

20
1 GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN PESANTREN ISLAM (YPI) SEBAGAI SARANA PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM 1958-1981 Tiur Zahrota Mawaddah dan Abdurakhman Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Univeristas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas tentang gagasan pendidikan Islam Hamka dalam Yayasan Pesantren Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan gagasan pendidikan Islam Hamka di Yayasan Pesantren Islam dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Adanya pendidikan Islam yang masih tradisional, membuat Hamka berpikir perlunya pendidikan modern untuk mengatasi ketertinggalan umat Islam. Kebutuhan akan pendidikan Islam yang berkualitas juga membuat pengurus Yayasan Pesantren Islam berpendapat perlu dibentuknya sebuah pendidikan formal. Dengan adanya kesamaan tujuan, Hamka dan Yayasan Pesantren Islam bertemu dalam sebuah perwujudan cita-cita yaitu pendidikan formal yang berkualitas dengan pengajaran ilmu agama dan Ilmu umum yang seimbang. Oleh karena itu, Gagasan pendidikan Islam Hamka diterapkan dalam pendidikan Yayasan Pesantren Islam untuk pembaharuan pendidikan Islam. THE IDEA OF ISLAMIC EDUCATION HAMKA: YAYASAN PESANTREN ISLAM (YPI) AS MEANS OF ISLAMIC EDUCATION REFORM 1958-1981 Abstract This research discusses Islamic education ideas Hamka in Yayasan Pesantren Islam. This research aimed to know the application of Islamic education ideas Hamka in Yayasan Pesantren Islam by using historical research method. The presence of Islamic education that still traditional, made Hamka think the need for modern education to overcome the backwardness of Muslims. The need for quality Islamic education also made management of the Islamic schools may consider necessary the creation of a formal education. With the same goal, Hamka and Yayasan Pesantren Islam met in an embodiment of the ideals that quality of formal education with the teaching of religious knowledge and general science are balanced. Therefore, the idea of Islamic education Hamka applied in Islamic education of Yayasan Pesantren Islam for the reform of Islamic education. Keyword: Hamka, Idea of Islamic Education Hamka, Reform of Islamic Education, Yayasan Pesantren Islam, Figure of Islamic Education Reform, Islamic Education. Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

1

GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN PESANTREN ISLAM (YPI) SEBAGAI SARANA PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM

1958-1981

Tiur Zahrota Mawaddah dan Abdurakhman

Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Univeristas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang gagasan pendidikan Islam Hamka dalam Yayasan Pesantren Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan gagasan pendidikan Islam Hamka di Yayasan Pesantren Islam dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Adanya pendidikan Islam yang masih tradisional, membuat Hamka berpikir perlunya pendidikan modern untuk mengatasi ketertinggalan umat Islam. Kebutuhan akan pendidikan Islam yang berkualitas juga membuat pengurus Yayasan Pesantren Islam berpendapat perlu dibentuknya sebuah pendidikan formal. Dengan adanya kesamaan tujuan, Hamka dan Yayasan Pesantren Islam bertemu dalam sebuah perwujudan cita-cita yaitu pendidikan formal yang berkualitas dengan pengajaran ilmu agama dan Ilmu umum yang seimbang. Oleh karena itu, Gagasan pendidikan Islam Hamka diterapkan dalam pendidikan Yayasan Pesantren Islam untuk pembaharuan pendidikan Islam.

THE IDEA OF ISLAMIC EDUCATION HAMKA: YAYASAN PESANTREN ISLAM (YPI) AS MEANS OF ISLAMIC EDUCATION REFORM 1958-1981

Abstract

This research discusses Islamic education ideas Hamka in Yayasan Pesantren Islam. This research aimed to know the application of Islamic education ideas Hamka in Yayasan Pesantren Islam by using historical research method. The presence of Islamic education that still traditional, made Hamka think the need for modern education to overcome the backwardness of Muslims. The need for quality Islamic education also made management of the Islamic schools may consider necessary the creation of a formal education. With the same goal, Hamka and Yayasan Pesantren Islam met in an embodiment of the ideals that quality of formal education with the teaching of religious knowledge and general science are balanced. Therefore, the idea of Islamic education Hamka applied in Islamic education of Yayasan Pesantren Islam for the reform of Islamic education. Keyword: Hamka, Idea of Islamic Education Hamka, Reform of Islamic Education, Yayasan Pesantren Islam, Figure of Islamic Education Reform, Islamic Education.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 2: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

2

Pendahuluan

Pendidikan Islam di Indonesia

dimulai seiring dengan masuknya Islam ke

Indonesia pada awal abad ke 8. Ketika

penetrasi Barat masuk ke Nusantara,

Belanda menerapkan pendidikan gaya barat.

Pemerintah Hindia Belanda juga

menerapkan kebijakan Politik Etis pada

1901, yang memberikan kesempatan

masyarakat pribumi untuk mengenyam

pendidikan. Dengan adanya pendidikan

tersebut, terciptalah masyarakat pribumi

yang terdidik pada awal abad ke-20. Mereka

mulai menyadari, penyelenggaraan

pendidikan nasional harus diperjuangkan.

Masyarakat muslim juga merasakan hal yang

sama. Banyak orang-orang Islam terutama

kaum terpelajar mulai menyadari bahwa

mereka tidak akan mungkin berkompetisi

dengan kolonialisme Belanda jika

melanjutkan kegiatan dengan cara-cara

tradisional dalam menegakkan Islam. 1

Melihat kondisi tersebut, tokoh-tokoh Islam

berupaya untuk melakasanakan pembaruan

dalam bidang pendidikan.

Salah satu tokoh pembaruan dalam

pendidikan Islam adalah Haji Abdul Malik

Karim Amrullah atau Hamka. Pada 1931,

Hamka mendirikan sekolah Tabligh School 1 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia, 1980, hal. 373.

di Padang. Namun sekolah ini tidak bertahan

lama dikarenakan Hamka ditugaskan

Muhammadiyah ke Makassar. Pada 1936,

Tabligh School dihidupkan kembali dengan

nama baru yaitu Kulliyatul Muballighin

berdasarkan hasil Kongres Muhammadiyah

ke-11. Di Makassar, ia melihat pendidikan

yang dikelola oleh masyarakat Islam masih

bersifat nonformal dan tradisional, yaitu

pengajian dari rumah kerumah. Menurutnya,

pendidikan tersebut sudah tidak efektif lagi

dan tidak teratur. Ia memandang perlu untuk

mengadakan pembaruan dengan

melembagakan pengajian tersebut secara

formal dan sistematis. Sehingga pada 1932,

didirikanlah Tabligh School di Makassar.

Hamka pun menjadi salah satu guru di

sekolah ini. Dengan adanya pendidikan

tersebut, masyarakat Islam di Makassar

mengenal model lembaga pendidikan baru

yang memakai kelas, papan tulis dan jam

belajar yang teratur. 2 Pada 1934, Hamka

kembali ke Padang Panjang dan mendirikan

sekolah Kulliyatul Muballighin

Muhammadiyah. Ia pun berperan aktif

sebagai pengelola sekolah dan guru.

Pada 1950, Hamka pindah ke Jakarta.

Setibanya di Jakarta, Hamka tinggal di Gang

Toa Hong II, Kebun Jeruk. Pada 1952,

2 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2009, hal. 103.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 3: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

3

Gazali dan Salim dari Yayasan Pesantren

Islam (YPI) bertamu kerumah Hamka untuk

meminta saran terkait dengan rencana

pembangunan sebuah masjid dan pesantren

di Kebayoran. YPI bermaksud untuk

membangun sebuah masjid dan pesantren.

Namun dana yang dimiliki tidak cukup

untuk membangun keduanya. Para pendiri

yayasan pun bingung mendahulukan

pembangunan masjid atau pesantren. Mereka

bertanya kepada Hamka “Manakah yang

harus didahulukan?”. Hamka pun menjawab

“Bangunlah masjid lebih dahulu. Tetapi

bangunan itu hendaklah sedemikian rupa,

mempunyai kantor, aula, ruangan untuk

sekolah, perpustakaan dan lain-lain”. 3

Hamka pun bersedia menjadi imam saat

masjid sudah selesai dibangun. Seusai

pertemuan tersebut, Ghozali Sjahlan dan

Abdullah Salim menginformasikan pendapat

Hamka ke pengurus yayasan yang lain.

Mereka semua setuju dengan usul Hamka

dan segera memproses pembangunan masjid.

Setelah selesai dibangun, Hamka

mulai melakukan kegiatan memakmurkan

masjid. Hamka melaksanakan kegiatan solat

lima waktu berjamaah. Jamaah yang

mengikuti kegiatan solat berjamaah masih

beberapa orang saja. Hamka pun mulai

3 Solichin Salam, dkk, Kenang-kenangan 70 Tahun Buya Hamka, Jakarta: Yayasan Nurul Islam Jakarta, 1978, hal. 74.

mengadakan kajian Al-Quran seusai solat

subuh yang diberi nama Kuliah Subuh.

Berangsur-angsur, masjid pun mulai ramai

oleh para jamaah. Kegiatan memakmurkan

masjid pun terus dikembangkan oleh Hamka.

Ia mengadakan kegiatan pengajian anak-

anak, majelis taklim, dakwah, konsultasi

keagamaan dan lain-lain. Kegiatan

memakmurkan masjid berlanjut dengan

didirikannya sebuah lembaga pendidikan

Islam. Pada tahun 1963, YPI membuka

pendidikan nonformal yang diberi nama

Pendidikan Islam Al-Azhar (PIA) atau

Sekolah Islam Sore. 4 Beberapa tahun

kemudian, YPI mengembangkan lembaga

pendidikan Islam. Pada 1964 YPI membuka

Taman Kanak-Kanak (TK) dan Ssekolah

Dasar (SD), 1971 membuka Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan 1976

membuka Sekolah Menengah Atas (SMA).

Berdasarkan latar belakang tersebut,

penulis membuat permasalahan penelitian

Bagaimana pengaruh gagasan pendidikan

Islam Hamka dalam Yayasan Pesantren

Islam 1958-1981. Dengan adanya gagasan

pendidikan Islam Hamka, menjadikan

Yayasan Pesantren Islam sebagai salah satu

sarana pembaruan pendidikan Islam di

Indonesia pada tahun 1958-1981. Untuk

4 Badruzzaman Busyairi,Setengah Abad Al-Azhar 7 April 1952-7 April 2002, Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, 2002, hal . 91.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 4: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

4

menjawab rumusan permasalahan, maka

diajukan beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pendirian

Yayasan Pesantren Islam?

2. Bagaimana gagasan Hamka

terhadap pendidikan Islam?

3. Bagaimana implementasi gagasan

pendidikan Islam Hamka dalam

Yayasan Pesantren Islam?

Secara umum penelitian ini bertujuan

untuk menjelaskan pembaruan pendidikan

Islam oleh Hamka di Yayasan Pesantren

Islam. Secara khusus ada beberapa hal yang

ingin dicapai oleh penelitian ini yaitu

menjelaskan latar belakang berdirinya

Yayasan Pesantren Islam, menjelaskan

gagasan pendidikan Islam Hamka dan

menjelaskan penerapan gagasan pendidikan

Islam Hamka dalam Yayasan Pesantren

Islam 1958-1981. Selain itu, penelitian ini

bermanfaat untuk melengkapi historiografi

tentang Pendidikan Islam.

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode sejarah. Metode

sejarah adalah proses menganalisis sumber-

sumber sejarah yang terdiri dari tahap

heuristik, kritik, intepretasi dan historiografi.

Pada tahap pertama yaitu heuristik, penulis

mencari dan mengumpulkan sumber-sumber

primer maupun sekunder yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian melalui

studi kepustakaan. Pada tahap kedua yaitu

kritik, penulis menyeleksi sumber-sumber

yang ditemukan melalui kritik eksternal dan

kritik internal. Pada tahap ketiga yaitu

intepretasi, penulis menganalisis sumber-

sumber yang telah dikritik untuk

mendapatkan fakta-fakta yang berguna

dalam proses penulisan penelitian. Dan

tahap terakhir yaitu historiografi, penulis

mulai menuangkan hasil analisisnya. Pada

tahap ini, dituliskan mengenai gagasan

pendidikan Islam Hamka di dalam Yayasan

Pesantren Islam yang menjadikannya

sebagai sarana pembaruan pendidikan Islam

1958-1981.

Yayasan Pesantren Islam

Yayasan Pesantren Islam (YPI)

adalah sebuah yayasan yang dibentuk dalam

rangka menerima dana dari pemerintah Kota

Jakarta untuk pembangunan sebuah masjid.5

Pembangunan masjid merupakan salah satu

rencana jangka panjang pembangunan kota

dari Walikota Jakarta, Sjamsuridjal.

Pemberian dana diberikan melalui Menteri

Sosial Dr. Sjamsuddin. Dana tersebut

diberikan jika ada badan hukum yang

mengelolanya. Oleh karena itu, Dr.

Sjamsuddin mengundang sejumlah tokoh-

5 Ibid, hal 19.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 5: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

5

tokoh Islam untuk mendiskusikan hal

tersebut.

Para tokoh Islam dari berbagai

kalangan berkumpul di kantor Masyumi,

Jakarta Pusat, diantaranya Ghozali Sjahlan

(Sekretaris Masyumi Jakarta Raya),

Abdullah Salim (tokoh Masyumi Jakarta dan

Kepala Bagian Periklanan Harian “Abadi”

Jakarta), Soedirdjo (Ketua Cabang

Muhammadiyah Jakarta), Sardjono (Wakil

Walikota Jakarta), Haji Sju’aib Sastradiwirja

(pegawai Kotapraja Jakarta), Ganda

(pegawai Jawatan Penerangan Kotapraja

Jakarta), Haji Sulaiman Rasjid (pegawai

Kementerian Agama RI dan penulis buku

“Fiqih Islam”), Ya’cub Rasjid (pegawai

Kementerian Agama RI), serta Karta Pradja

(Kepala Sekolah Rakyat di Jakarta).6 Selain

itu, hadir juga pengusaha muslim seperti Tan

In Hok, Rais Chamis, Hasan Arzubie dan

Faray Martak serta Hariri Hady (mahasiswa

Universitas Indonesia).

Dalam pertemuan tersebut, Dr.

Sjamsuddin mengusulkan dibentuk sebuah

yayasan untuk mengelola dana yang

diberikan oleh Pemerintah DKI Jakarta.

Peserta rapat pun sepakat untuk membentuk

sebuah yayasan atau badan hukum yang

6 Muhammad Suhadi, dkk, Bunga Rampai 55 Tahun YPI Al-Azhar dan Pandangan Mereka 7 April 1952 – 7 April 2007, Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, 2007., hal. 8.

bernama Yayasan Pesantren Islam (YPI).

Para peserta rapat juga berencana untuk

mendirikan sebuah pesantren selain

mendirikan masjid. Sehingga tujuan YPI

yaitu mendirikan atau memperbaiki

pesantren-pesantren di tempat-tempat yang

dirasa penting di Jawa Barat untuk mendidik

pemuda-pemudi Indonesia menjadi kader

pembangunan akhlak guna kesejahteraan

negara Republik Indonesia, mendidik

pemuda-pemudi Indonesia agar dapat

menjadi alat negara yang berjiwa bersih dan

suci dan mendidik pemuda-pemudi

Indonesia agar dapat menjadi missi

muballigh islam di belakang hari.7

Pada 7 April 1952 Soedirdjo, Tan In

Hok dan Ghozali Sjahlan membawa hasil

rapat tersebut ke Notaris Raden Kadiman

dan dicatat dalam akte notaris nomor 25.

Tanggal 7 April 1952 selanjutnya ditentukan

sebagai hari kelahiran YPI. Dengan

terbentuknya yayasan tersebut, keempat

belas pendiri menjadi pengurus pertama YPI.

Setelah yayasan terbentuk, Pemerintah kota

Jakarta memberikan sebidang tanah kepada

yayasan pembangunan masjid. Lokasi

pembangunan masjid ditentukan oleh

pemerintah. Di pililah tanah seluas 43.775

7 Cecep Kurnia Sogoz, Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar: Catatan Seorang Pendidik, 30 Tahun Mengabdi, (Jakarta: Direktorat Dikdasmen YPI Al-Azhar. 2012), hal 3.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 6: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

6

m2 di Blok K 1 Persil No. 2, Kelurahan

Selong, Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran

Baru. Semula, lokasi yang dipilih terletak di

sebelah barat Jalan Sisingamangaraja.

Namun lokasi tersebut dinilai tidak

mencukupi untuk pembangunan sebuah

masjid yang besar.

Pembangunan masjid dimulai pada

19 November 1953 diawali dengan

peletakan batu pertama oleh Menteri Dalam

Negeri Prof. Dr. Mr. Hazairin di dampingi R.

Sardjono perwakilan dari Walikota Jakarta

Raya.8 Pelaksanaan pembangunan dilakukan

oleh NV. Kamid. Pembangunan masjid

dirancang oleh Prof. Oerip Imam Soedjono,

kubah masjid dirancang oleh Prof. Dr. Ir.

Roeseno dan perencana konstruksinya oleh

Ir. M. Achmad Zacharis. Prof. Oerip Imam

Soedjono juga bertanggung jawab sebagai

koordinator perencana dan pengawas

pelaksanaan. Masjid dirancang dengan

ruangan utama terletak di lantai 2 yang

ditutup dengan atap datar dari beton tulang

dan kubah dibagian tengah. Ruangan utama

dikelilingi lantai luar terbuka yang dapat

digunakan untuk berbagai keperluan.9 Untuk

penerangan dibuat jendela-jendela diantara

kedua lantai tersebut.

8 Muhammad Suhadi dkk, Op, Cit., hal. 8. 9 Badruzzaman Busyairi, Op, Cit., hal. 54.

Setelah lantai pertama selesai

dibangun, pembangunan masjid terhenti.

Karena kurangnya biaya untuk melanjutkan

pembangunan. Kondisi tersebut membuat

Panitia Pembangunan menghubungi K.H,

Mohammad Ilyas, Menteri Agama dalam

Kabinet Boerhanoeddin Harahap. Setelah

berdiskusi mengenai permasalaham yang

ada, Kementerian Agama pun memberikan

bantuan sebesar RP. 2.500.000 kepada

Yayasan Pesantren Islam. Pembangunan

masjid pun kembali di lanjutkan. Setelah

mengeluarkan biaya sebesar Rp 6.500.000,

masjid selesai dibangun pada 1958.10 Masjid

tersebut diberi nama Masjid Agung

Kebayoran.

Masjid dirancang bukan hanya

sebagai tempat ibadah, namun juga

dirancang sebagai tempat pembinaan umat

melalui pendidikan. Terkait dengan hal

tersebut, Sjamsuridjal mengirimkan surat

kepada Menteri Pekerjaan Umum dan

Tenaga tentang rencana pembangunan

sekolah di sekitar Masjid pada 27 Mei

1956.11Perencanaan tersebut di antaranya 4

gedung sekolah yang masing-masing terdiri

dari 6 ruang sekolah, 1 gedung pertemuan

yang berkapasitas 600 orang, 1 gedung

10 Lukman Hakiem, Enam Puluh Tahun YPI Al-Azhar 7 April 1952 – 7 April 2012. (Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar. 2012., hal. 16-17. 11 Ibid,. hal. 11.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 7: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

7

perpustakaan, 1 halaman olahraga untuk

setiap gedung sekolah, 1 gedung asrama

untuk 300 murid, 2 gedung untuk direktur

asrama pesantren dan 1 gedung untuk kantin.

Namun keinginan tersebut ditolak oleh

pemerintah karena dianggap akan

mengganggu keindahan dan kemegahan

masjid.

Setelah pembangunan masjid selesai,

yayasan membentuk Takmir Masjid. Badan

ini bertugas untuk mengadakan kegiatan

pemakmuran masjid. Pada periode pertama

1958-1963, Takmir Masjid dipimpin oleh H.

Hasan Nasir dengan wakil ketua Gusti

Abdul Muis, sekretaris Dudung dan

bendahara Ny. Anwar Tjokroaminoto. 12

Sebelum diresmikan, masjid tidak boleh

digunakan oleh masyarakat setempat.

Namun Hamka meminta izin kepada

Walikota Jakarta, Sjamsuridjal untuk

melakukan kegiatan memakmurkan masjid

seperti solat berjamah. Atas izin

Sjamsuridjal, Hamka pun mulai

mengakitifkan kegiatan keagamaan di dalam

masjid. Awalnya, Hamka menyelenggarakan

kegiatan solat berjamaah di dalam masjid.

Saat itu jamaah yang datang masih sedikit

sekali. Mereka merupakan masyarakat

setempat dan para pekerja yang ada disekitar

masjid. Kemudian, Hamka mulai

12 Cecep Kurnia Sogoz, Op, Cit., hal 18.

memberikan kajian tentang ajaran-ajaran

Islam kepada para jamaah. Selain itu, ia juga

menyelenggarakan pengajian setiap Selasa

malam.

Pada 1960, Masjid Agung Kebayoran

mendapat kunjungan dari Mesir. Setelah

menjadi tamu negara, Syeikh Al-Azhar, Prof.

Mahmoud Syaltout berkunjung ke masjid.

Dr. Mohammad Al-Bahay mendampingi

beliau selama berkunjung. Ia menjelaskan

proses pembangunan masjid dan kegiatan-

kegiatan yang diselenggarakan di masjid.

Prof. Mahmoud Syaltout sangat terkesan

dengan hal tersebut. Oleh karena itu, Prof.

Mahmoud Syaltout mengatakan “mulai hari

ini, saya sebagai Syeikh Jami Al-Azhar

memberikan nama Al-Azhar kepada masjid

ini. Semoga masjid ini menjadi Al-Azhar di

Jakarta sebagaimana Al-Azhar di Kairo”.

Sejak saat itu, Masjid Agung Kebayoran

berubah nama menjadi Masjid Agung Al-

Azhar.

Kepemimpinan Soedirdja berakhir

dan digantikan oleh H. Anwar

Tjokroaminoto pada 1963. H. Pada masa

kepemimpinannya, diselenggarakan Kongres

VII dan Pekan Dakwah HMI pada 8 sampai

14 September 1963 di kompleks Masjid

Agung Kebayoran, Yayasan Pesantren Islam.

Acara ini diikuti oleh 26 cabang peserta

dengan 350 orang. Di masa

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 8: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

8

kepemimpinannya pula kegiatan

memakmurkan masjid ditingkatkan menjadi

pendidikan nonformal dan pendidikan

formal.13 Melihat pendidikan yang diberikan

melalui kegiatan memakmurkan masjid yang

diberikan oleh Hamka banyak diminati

masyarakat, Yayasan Pesantren Islam pun

merencanakan berdirinya pendidikan formal.

Kegiatan memakmurkan masjid ditingkatkan

menjadi Sekolah Islam Sore sejenis

Madrasah Diniyah yang disebut Pendidikan

Islam Al-Azhar (PIA) pada 1963. Tahun

berikutnya, 1964 didirikan Taman Kanak-

Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD).

Sekolah Menengah Pertama (SMP)

menyusul didirikan pada 1970.

Pada 1975, periode kepemimpinan H.

Anwar Tjokroaminoto berakhir. Dari orang

tujuh formatur yaitu Hamka, Sjafruddin

Prawiranegara, K.H. Hasan Basri, Ir. H.M.

Sanusi, K.H. Abdullah Salim, R.H. Soerojo

Wongsowidjojo dan Rusydi Hamka

terpilihlah Hamka sebagai ketua YPI.

Hamka pun menggantikan kepemimpinan H.

Anwar Tjokroaminoto. Di bawah

kepemimpinannya, Ia dibantu oleh

Sjafruddin Prawiranegara dan K.H. Hasan

Basri. Pusat perhatian YPI dimasa

kepemimpinan Hamka adalah menjaga dan

meningkatkan kualitas pelayanan disegala

13 Lukman Hakiem, Op, Cit., hal 20.

bidang dengan tingkat akuntabilitas yang

mupuni. 14 YPI pun memiliki minat yang

tinggi untuk membuka lembaga pendidikan

di berbagai daerah.

Untuk meningkatkan kualitas

pendidikan, Hamka melakukan

pengembangan struktur kepengurusan. Pada

10 Juni 1975, kepengurusan YPI dibagi

menjadi dua bagian yaitu Bagian Masjid

Agung yang diketuai oleh Amriel

Radjomentari dan Bagian Pendidikan yang

diketuai oleh Mucthar Zakaria dengan Drs.

Sofyan Saad sebagai sekretaris, Drs.H.

Moegni sebagai bendahara serta Ir.H.M.

Sanusi, Jacub Rasjid, R. Soemedji Moefti

dan Hanafi yang masing-masing menjadi

pengurus pleno. Langkah ini diharapkan

dapat meningkatkan mutu dan kualitas dari

pendidikan YPI. Wujud nyata dari

kinerjanya tersebut, didirikanlah beberapa

pendidikan formal dan nonformal oleh YPI.

YPI membuka Sekolah Menengah Atas

(SMA), Khursus Bahasa Arab pada 1976

dan Pendidikan Muballigh Al-Azhar (PMA)

pada 1977. Sebagai awal dari membuka

lembaga pendidikan di berbagai daerah, YPI

pun membuka sekolah jenjang TK dan SD

pada 1976 di Jl. Mujair nomor 1, Pasar

Minggu, Jakarta Selatan.

14 Badruzzaman Busyairi, Op, Cit., hal 22.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 9: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

9

Gagasan Pendidikan Islam Hamka

Menurut Hamka, ilmu diperoleh

melalui proses pendidikan dan pengajaran.

Hamka membedakan pengertian pendidikan

dan pengajaran. Pendidikan adalah

serangkaian upaya yang dilakukan pendidik

untuk membantu membentuk watak, budi,

akhlak dan kepribadian peserta didik,

sehingga peserta didik dapat membedakan

hal yang baik dan buruk. 15 Sedangkan

pengajaran adalah upaya untuk mengisi

intelektual peserta didik dengan sejumlah

ilmu pengetahuan. Pendidikan dan

pengajaran adalah dua hal yang saling

melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.

Karena di dalam setiap proses pendidikan

terdapat proses pengajaran. Kedua hal

tersebut saling berkaitan dan berdampingan

untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses

pengajaran tidak akan banyak berarti apabila

tidak diiringi dengan proses pendidikan.

Tujuan dari pendidikan Islam Hamka

adalah bahagia dunia dan akhirat.16 Untuk

mencapai tujuan tersebut, manusia harus

beribadah dengan baik dan benar. Beribadah

pun dilakukan berdasarkan ilmu agama.

Oleh Karena itu, proses pendidikan dan

pengajaran adalah kegiatan yang membantu

manusia dalam mendapatkan ilmu untuk 15 Hamka, Lembaga Hidup, Jakarta: Djajamurni, 1962, hal. 202. 16 A. Susanto, Op. Cit., hal. 107.

beribadah dan membantu peserta didik

dalam mendapatkan ilmu untuk kehidupan

dunia. Dengan keseimbangan ilmu akhirat

dan dunia, manusia dapat mencapai

kebahagiaan seutuhnya dan mencapai tujuan

dari pendidikan Islam.

Menurut Hamka, ilmu pengetahuan

akan tercapai dengan akal, kesehatan jiwa

dan tubuh. Akal adalah ikatan yang

mengikat manusia sebagai penjaga dan

penguasa diri. 17 Segala perbuatan akan

dilakukan dengan persetujuan akal.

Bertambah luas akal, bertambah luaslah

hidup, bertambah datanglah bahagia.

Sedangkan, jiwa yang sehat dapat

memancarkan cahaya dan memberikan

kedamaian didalam kehidupan. Tubuh yang

sehat dapat membantu manusia dalam

berpikir, mencerdaskan akal dan

membersihkan jiwa. Jiwa yang sakit seperti

kesal, marah dan sedih akan menyakiti tubuh

yang sehat. Tubuh akan merasakan sakit dari

jiwa yang menyebabkan lemas, gemetar atau

pusing. Tubuh yang sakit seperti pusing,

batuk atau penyakit lain pun akan menyakiti

jiwa yang sehat. Jiwa akan merasakan sakit

dari tubuh yang menyebabkan sulit berpikir

dan tumpulnya akal.18

17 Hamka, Mutiara Filsafat, Jakarta: Widjaya Djakarta, hal. 285. 18 Ibid, hal 122.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 10: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

10

Oleh karena itu, untuk mencapai

suatu keberhasilan dalam pendidikan,

peserta didik harus mempelajari dua macam

pendidikan yaitu pendidikan jasmani dan

pendidikan rohani. Pendidikan jasmani yaitu

pendidikan untuk pertumbuhan dan

kesempurnaan jasmani serta kekuatan jiwa

dan akal. 19 Pendidikan rohani yaitu

pendidikan untuk kesempurnaan fitrah

manusia dengan ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang didasarkan pada agama.

Pendidikan tidak akan berhasil apabila hanya

berdasarkan kepada pendidikan jasmani.

Ketidakjelasan tujuan hidup dan tidak

adanya nilai-nilai rohani akan membuat

pendidikan tidak memiliki kepuasan batin.

Dengan kedua pendidikan tersebut, peserta

didik sebagai manusia dapat melekasanakan

tugas dan fungsinya di bumi sesuai fitrahnya.

Berdasarkan penjelasan diatas,

pendidikan menurut Hamka adalah

pendidikan yang harus didasarkan kepada

kepercayaan bahwa diatas dari kuasa

manusia ada kuasa Yang Maha Besar,

Allah. 20 Dengan dasar tersebut, setiap

manusia membutuhkan pendidikan jasmani

dan rohani untuk berhasil dalam pendidikan.

Oleh karena itu pendidikan modern harus

kembali kepada agama.

19 A. Susanto, Op. Cit., hal. 105-106. 20 Hamka, Lembaga Hidup, Op. Cit., hal. 202.

Untuk mencapai pendidikan yang

berkualitas, Hamka memiliki dua dasar

pengembangan materi yaitu pengembangan

akal atau jasmani dan agama atau rohani.21

Dengan kedua dasar ini, pendidikan akan

menghasilkan peserta didik yang memiliki

keyakinan kepada Allah dan membangun

peradaban umat sesuai dengan keyakinannya.

Menurut Hamka terdapat empat macam

materi pendidikan yaitu Ilmu-ilmu agama

seperti tauhid dan tafsir, hadist, Ilmu-ilmu

umum seperti sejarah, ilmu hitung dan Ilmu

bumi, Keterampilan praktis seperti kegiatan

baris berbaris dan kegiatan olahraga serta

Kesenian seperti ilmu musik, menggambar

menyanyi dan memahat. Keempat materi

pendidikan diatas merupakan suatu kesatuan

yang utuh dan saling berkaitan. Namun dari

semua materi yang ada, Hamka menjadikan

materi pendidikan agama sebagai materi

tertinggi dan utama. Untuk menciptakan

proses pendidikan yang efektif dan efisien,

seorang pendidik berkewajiban

menggunakan berbagai macam pendekatan

dan metode. 22 Dengan menggunakan

pendekatan dan metode tertentu, proses

pembelajaran akan dapat diterima dan

dipahami oleh peserta. Menurut Hamka

terdapat empat metode pendidikan, yaitu

21 Samsul Nizar, Op. Cit., hal. 163. 22 Ibid, hal. 176.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 11: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

11

metode diskusi, darmawisata, eksperimen

dan pemberian tugas.

Implementasi Pemikiran Pendidikan Islam Hamka Dalam Yayasan Pesantren Islam (YPI)

Pada awal pendirian Yayasan

Pesantren Islam (YPI), Hamka tidak terlibat

secara langsung. Keterlibatannya baru

muncul ketika terdapat kendala dan masalah

pada proses pendirian yayasan. Hamka

muncul sebagai pemberi nasihat. Dalam

rapat pendirian yayasan, para pendiri

yayasan kebingungan memilih untuk

membangun bangunan masjid atau pesantren.

Perwakilan yayasan pun datang kerumah

Hamka untuk berkonsultasi. Hamka

berpendapat bangunan yang harus

didahulukan adalah masjid.23 Namun masjid

tersebut memiliki fasilitas-fasilitas

penunjang. Berdasarkan nasihat Hamka,

masjid pun dibangun oleh YPI. Sejak saat

itulah, YPI dan Hamka adalah dua hal yang

tidak bisa dipisahkan.

Setelah YPI berdiri pada 7 April

1952 dan selesai pembangunan masjid pada

1958, Hamka mulai aktif dalam kegiatan

YPI. Hamka pun menerapkan gagasan

pendidikan Islamnya dalam YPI. Penerapan

tersebut dapat terlihat dari penyelenggaraan

23 Samsul Nizar, Op. Cit., hal. 100.

kegiatan YPI yang dilaksanakan melalui

pendidikan secara nonformal maupun formal.

1. Pendidikan Nonformal

Masjid Agung Al-Azhar selesai

dibangun pada 1958. Awalnya Walikota

Jakarta, Sjamsuridjal merencanakan masjid

akan digunakan setelah resmi dibuka oleh

Presiden Soekarno. Namun Hamka meminta

izin kepada Sjamsuridjal menggunakan

masjid tersebut untuk salat berjamaah.

Menurut Hamka masjid tidak boleh terlalu

lama kosong dan harus segera

dimakmurkan. 24 Memakmurkan masjid

adalah usaha untuk menghidupkan dan

meramaikan kegiatan masjid serta

merawatnya. Menyelenggarakan salat

berjamaah, mengkaji Al-Quran, mengabdi

kepada Allah, memelihara dan

membersihkan masjid. Kegiatan

memakmurkan masjid juga merupakan salah

satu kewajiban bagi orang-orang yang

beriman. Oleh karena itu, kegiatan salat

berjamaah harus segera dilakukan untuk

menghidupkan masjid.

Atas izin dari Sjamsuridjal, Hamka

mulai melakukan kegiatan salat berjamaah di

Masjid Agung Al-Azhar dengan mengajak

masyarakat sekitar. Kegiatan awal ini hanya

24 Badruzzaman Busyairi, Op. Cit., hal. 61.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 12: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

12

diikuti oleh 5 sampai 6 orang.25 Hamka juga

mengajak keluarganya untuk salat berjamaah

di masjid. Di waktu salat subuh, Hamka

bersama anak-anaknya juga melakukan salat

berjamaah di masjid. Untuk

mengumandangkan adzan, masjid ini belum

memiliki pengeras suara, sehingga Hamka

meminta salah satu anaknya, Fachri untuk

mengumandangkan adzan dengan suara

yang lantang tanpa pengeras suara.

Setelah kegiatan salat berjamaah

berjalan dengan lancar, Hamka mulai

mengadakan pengkajian Al-Quran setelah

salat subuh. Kajian ini dikenal sebagai

Kuliah Subuh. Kajian pertama yang

diberikan oleh Hamka adalah Surat Al-Khafi

juz 15. Pengajian tersebut berlangsung

selama 45 menit. Menurut Hamka, masjid

berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat

pembinaan umat. Maka dari itu, Hamka

melaksanakan kegiatan kuliah subuh selain

salat berjamaah. Melalui kuliah subuh,

Hamka mulai menerapkan gagasan

pendidikan Islamnya. Dengan duduk

bersama-sama para jamaah, Ia melakukan

proses pendidikan dan pengajaran. Ia

menjelaskan ayat demi ayat kepada jamaah

dan mendidik para jamaah dengan ilmu

pengetahuan agama sesuai dengan kajian Al-

25 Shobahussurur, Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, 2008, hal. 29.

Qurannya. Kuliah subuh tersebut berhasil

menarik minat masyarakat. Semakin banyak

para jamaah yang datang untuk belajar ilmu

pengetahuan agama dari Hamka. 26 Oleh

karena itu, Ia pun terus mengembangkan

kegiatan memakmurkan masjid.

Hamka membimbing para jamaah

untuk sama-sama mempelajari ajaran-ajaran

Allah melalui Al-Quran. Mereka juga

berdiskusi tentang berbagai persoalan

kehidupan individual, kemasyarakatan,

ummat dan bangsa. 27 Kegiatan tersebut

menunjukkan bahwa Hamka menerapkan

materi dan metode pendidikan Islamnya

yaitu ilmu-ilmu agama dan metode diskusi.

Ia mengajak para jamaah untuk

mengemukakan pendapat dan berpikir kritis

dalam menjalani kehidupan dunia dengan

menggunakan ilmu pengetahuan agama dan

tanpa melupakan ilmu tersebut.

Selain Kuliah Subuh yang

dilaksanakan rutin setiap harinya, kajian lain

yang diselenggarakan Masjid Agung Al-

Azhar adalah pengajian sore anak-anak dan

majelis taklim. Pada pengajian sore, anak-

anak diajarkan cara menulis dan membaca

Al-Quran dengan baik dan benar. Mereka

duduk bersila di depan Al-Quran yang

26 Muhammad, Suhadi dkk, Bunga Rampai 55 Tahun YPI Al-Azhar dan Pandangan Mereka 7 April 1952 – 7 April 2007, Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, 2007, hal. 11. 27 Badruzzaman Busyairi, Op. Cit., hal. 62.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 13: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

13

diletakkan diatas meja masing-masing.

Materi yang diajarkan di pengajian sore

anak-anak juga terus dikembangkan. Mereka

tidak lagi hanya belajar cara membaca dan

menulis Al-Quran tetapi mereka juga belajar

Al-Hadits. Anak-anak diajarkan ilmu tauhid,

ibadah, akhlak serta tarikh.

Perkembangan materi yang diberikan

secara bertahap menunjukkan bahwa Hamka

menerapkan gagasan pendidikan Islamnya

mengenai pendidik yang baik. Pendidik yang

baik adalah pendidik yang menyampaikan

ilmu sesuai dengan perkembangan perserta

didik. Pendidik tersebut memberikan ilmu

sesuai dengan kemampuan penerimaan

perserta didik.28 Ilmu pun diberikan secara

bertahap dimulai dari ilmu yang mudah

sampai dengan ilmu yang sulit. Sehingga

peserta didik dapat memahami ilmu yang

dipelajari dan berkembang dengan baik

sesuai dengan tahapannya.

Pada 1963, YPI membuka sekolah

Islam sore diberi nama Pendidikan Islam Al-

Azhar (PIA). Maksud dan tujuan dibukanya

PIA adalah mendidik pribadi muslim dengan

menanamkan keimanan berdasarkan dalil

aqli dan naqli, gemar membaca Al-Quran

dengan baik dan benar, gemar beribadah,

serta berakhlak mulia dalam kehidupan

sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut,

28 Samsul Nizar, Op. Cit., hal. 152.

PIA mengelompokkan anak-anak sesuai

dengan kemampuan masing-masing anak

yang dibagi menjadi 4 kelas dan yang

masing-masing kelas dibina oleh seorang

ustad. Di masa kepemimpinan Hamka, YPI

membuka khursus Bahasa Arab pada Maret

1976. Tujuan didirikannya Khursus Bahasa

Arab yaitu memasyarakatkan bahasa arab,

mengetahui secara baik huruf Al-Quran,

tanda baca, tempo, dan cara membacanya

serta peserta dapat mempelajari dan

memahami Islam dari sumber aslinya.

Khursus ini akan berlangsung selama 3

tahun dengan waktu pembelajaran 120 menit

setiap hari. 29 Dengan adanya berbagai

kegiatan tersebut, para jamaah dari semua

kalangan, anak-anak hingga dewasa terus

berdatangan dan bertambah untuk menimba

ilmu dan memakmurkan masjid.

Hamka juga memprakarsai didirikan

Pendidikan Muballigh Al-Azhar (PMA). 30

Tujuan didirikannya PMA yaitu mendidik

calon-calon muballigh dan muballighat

untuk memahami Islam dan menyampaikan

dakwah berdasarkan Al-Quran dan Alhadist.

Tingkat pendidikan PMA dimulai dari

Tingkat Dasar, Tingkat Lanjutan dan

Tingkat Kajian Khusus. Materi pelajaran

yang diberikan terdiri dari 3 komponen yaitu

29 Badruzzaman Busyairi, Op. Cit., hal. 135. 30 Cecep Kurnia Sogoz, Op. Cit., hal. 265.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 14: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

14

komponen ilmu-ilmu dasar Islam meliputi

aqidah islam, tafsir Al-Quran, ilmu hadist,

fidh Islam, akhlaq Islam dan ushul fiqh, ilmu

dakwah meliputi retorika, ilmu komunikasi,

sosiologi dakwah, psikologi dakwah, strategi

dakwah, ilmu dakwah, problematika aktual,

dan Al-Islam serta Materi Dakwah meliputi

mukadimah, kuliah perdana, materi dakwah

dan khutbah jumat. Pendidikan PMA akan

berlangsung selama satu tahun dengan masa

pembelajaran 3 kali dalam seminggu setiap

hari Senin, Selasa dan Jumat. PMA secara

resmi dibuka pada tanggal 28 Oktober 1977

dan dipimpin oleh H. Syabir Syamsoe.

2. Pendidikan Formal

Gagasan pendidikan Islam Hamka

menggerakkan pembaruan pendidikan di

dalam Masjid Agung Al-Azhar. 31 Berawal

dari sebuah masjid, YPI bertransformasi

menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam

yang berkualitas. Kegiatan di dalam masjid

terus berkembang seiring dengan bertambah

banyaknya jamaah yang hadir. Dari kegiatan

memakmurkan masjid dan waktu ke waktu,

Masjid Agung Al-Azhar menjadi ramai.

Semua kegiatan ditingkatkan dan

dikembangkan menjadi lebih terstruktur dan

teroganisasi. Pengurus YPI pun terus

berusaha mengeningkatkan kuliatas

pendidikannya.

31 Shobahussurur, Op. Cit., hal. 136.

Seiring dengan ramainya kegiatan

memakmurkan masjid, salah satu jamaah

masjid, Abdullah Hakim mengusulkan untuk

meningkatkan kualitas pengajian sore anak-

anak menjadi lembaga pendidikan formal

dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah

Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama

(SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU)

hingga Perguruan Tinggi. Sesuai dengan

pemikiran pendidikan Islam Hamka dan

keinginan YPI untuk membangun sebuah

lembaga pendidikan, mereka pun

menyambut baik dan menerima usulan

tersebut. Sekretaris masjid, Mayor

Amiruddin Siregar memberikan tugas

kepada pengurus masjid, Ir. Amriel A.

Radjomantari untuk menindak lanjutkan

usulannya. Kemudian, Ir. Amriel

mengundang seluruh pengurus yayasan ke

dalam sebuah pertemuan untuk membahas

tentang pendidikan di dalam Masjid Agung

Al-Azhar.

Pertemuan tersebut menghasilkan

beberapa keputusan yaitu 1. Masjid Agung

Al-Azhar akan menyelenggarakan Perguruan

Islam yang bermutu, 2. Perguruan tersebut

dinamakan “Perguruan Islam Al-Azhar”, 3.

Maka dibentuklah sebuah tim yang dipimpin

oleh Abdullah Hakim dan di bantu oleh

beberapa anggota lainnya yaitu Nurcholish

Madjid, Mahfudh Makmum dan A. Wachid

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 15: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

15

Zaini.32 Setelah persiapan selesai dilakukan

oleh tim tersebut, YPI membuka pendidikan

formal pertamanya yaitu TK dan SD Masjid

Agung pada 1964. Disusul dengan

berdirinya SLTP Islam Al-Azhar 3 Januari

1971 dan SMU Islam Al-Azhar pada 3

Januari 1976.

Para pengurus YPI menerapkan

gagasan pendidikan Islam Hamka dalam

sistem pendidikan formal.33 Menurut Hamka,

sebuah pendidikan harus didasari kepada

kepercayaan bahwa di atas dari kuasa

manusia ada lagi kekuasaan Yang Maha

Besar, Allah. Pendidikan akan berhasil

apabila pendidikan jasmani dan rohani

diberikan secara seimbang. Oleh karena itu

pendidikan modern harus kembali kepada

agama. 34 Gagasan tersebutlah yang

digunakan oleh YPI sebagai fondasi

pelaksanaan pendidikan formalnya.

Pemikiran Hamka pun berwujud

dalam bentuk pendidikan yang

diselenggarakan oleh YPI. Pendidikan yang

dibentuk oleh yayasan, bukanlah pesantren

ataupun madrasah, melainkan sekolah umum.

Pengurus YPI juga menerapkan sistem

pendidikan yang memasukkan pendidikan

agama kedalam kurikulum selain

32 Lukman Hakiem, Op. Cit., hal. 119. 33 “Sekolah Islam ala Hamka” Historia Nomor 21 Tahun II, Januari 2015, hal 61 34 Hamka, Lembaga Hidup, Op. Cit., hal. 203.

memberikan pendidikan umum. YPI

menggunakan dua sumber kurikulum yaitu

kurikulum Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan untuk mata pelajaran umum

dan kurikulum Departemen Agama untuk

mata pelajaran pendidikan agama.35 Yayasan

menggunakan kurikulum nasional dengan

penambahan khusus pada jam dan bobot

pelajaran agama tanpa mengganggu jam dan

bobot mata pelajaran lainnya. Sehingga YPI

tetap mematuhi kurikulum Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Pelaksanaan pendidikan agama di

pendidikan formal YPI tidak hanya

diberikan didalam kelas melainkan langsung

dipraktekkan. Sebelum masuk kelas, peserta

didik berbaris rapi di depan kelas untuk

berikrar dan membaca doa36. Mereka juga

diwajibkan untuk tadarus selama 10 menit

sebelum pelajaran dimulai. Setiap hari

Jum’at, peserta didik jenjang TK juga

menghafal surat-surat pendek selama 10

menit. Ketika waktu salat Zuhur tiba, para

guru membimbing peserta didiknya untuk

melaksanakan salat berjamaah di masjid atau

musholla sekolah.37Kegiatan salat berjamaah

35 Badruzzaman Busyairi, Op. Cit., hal. 102. 36 Peserta didik berikrar bahwa tiada Tuhan Selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Mereka juga berdoa dan memohon kepada Allah untuk tambahkanlah ilmu dan pertinggi kecerdasan mereka. Lihat Badruzzaman Busyairi, Setengah Abad .. hal 108. 37 Badruzzaman Busyairi, Op. Cit., hal. 108.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 16: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

16

dilanjutkan dengan berlatih dakwah selama 7

menit yang dilakukan secara bergiliran oleh

peserta didik. Pada bulan Ramadhan, mereka

mengikuti kegiatan Amaliah Ramadhan

seperti tadarus, mengadakan kajian-kajian

Islam, mendengarkan ceramah, bakti sosial

dan lain-lain.

Berdasarkan kurikulim yang

diterapkan YPI, mata pelajaran yang

diberikan kepada peserta didik terlihat dalam

Buku Induk siswa/siswi SD dan SLTP Islam

Al-Azhar yaitu mata pelajaran untuk

siswa/siswi kelas 1 SD adalah Agama, Ilmu

Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, Al-

Quran, Olahraga dan Kesehatan, Ilmu

Pengetahuan Alam, Kesenian serta

Keterampilan Khusus. Sedangkan mata

pelajaran untuk siswa/siswi kelas 2-6 SD

adalah Agama, Moral Pancasila, Ilmu

Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, Al-

Quran, Olahraga dan Kesehatan, Ilmu

Pengetahuan Alam, Kesenian serta

Keterampilan Khusus. Dan mata pelajaran

untuk siswa/siswi kelas 1 sampai kelas 3

SLTP adalah Pendidikan Agama, Al-Quran,

Pendidikan Kewarga Negara, Bahasa

Indonesia, Olahraga/Kesehatan, Bahasa

Arab, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS,

menggambar, Administrasi, Kesenian,

Prakarya dan Pendidikan Kesehatan

Keluarga.

Berdasarkan mata pelajaran yang

diberikan, ilmu yang diberikan di jenjang SD

adalah ilmu umum dan agama yang dapat

dipahami oleh peserta didik jenjang

pendidikan tersebut. Sedangkan ilmu yang

diberikan di jenjang SLTP lebih khusus dan

spesifik seperti materi pelajaran Bahasa

Arab, menggambar, Administrasi, Prakarya

dan Kesehatan Keluarga. Dengan

perwujudan kurikulum melalui mata

pelajaran diatas, YPI berharap tercapainya

tujuan dari pendidikan yang diselenggarakan

yaitu mempersiapkan cendikiawan muslim,

bertauhid, berakhlaq mulia, cakap, terampil,

percaya pada diri sendiri dan berguna bagi

agama, masyarakat dan negara Republik

Indonesia.38

Kesimpulan

Belum adanya masjid yang

menggambarkan sebuah masjid ibukota,

menjadikan pembangunan masjid sebagai

rencana pembangunan jangka panjang dari

Walikota Jakarta, Sjamsuridjal. Untuk

merealasisakan rencana tersebut,

dibentuklah Yayasan Pesantren Islam

sebagai badan hukum yang mengelola

pembangunan masjid. Dalam proses

realisasinya, para pengurus YPI memiliki

masalah. Mereka ingin membangun masjid

38 Kompas, 24 April 1983

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 17: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

17

dan pesantren namun dana yang dimiliki

tidak cukup untuk membangun keduanya.

Dalam mengatasi masalah tersebut,

perwakilan dari YPI datang ke rumah

Hamka untuk meminta saran. Hamka pun

menyarankan untuk membangun masjid

dengan berbagai macam fasilitas penunjang

seperti aula, kantor, ruang kelas,

perpustakaan dan lain-lain. Hamka juga

bersedia menjadi imam masjid apabila

masjid sudah selesai dibangun. Berdasarkan

saran Hamka dan keputusan pengurus YPI,

pembangunan masjid dimulai pada 1953 dan

selesai pada 1958. Sejak saat itulah, Hamka

mulai terlibat dalam YPI.

Hamka adalah salah satu tokoh

pembaruan dalam pendidikan Islam.

Menurut Hamka, ilmu diperoleh melalui

proses pendidikan dan pengajaran.

Pendidikan adalah serangkaian upaya yang

dilakukan pendidik untuk membantu

membentuk watak, budi, akhlak dan

kepribadian peserta didik, sehingga peserta

didik dapat membedakan hal yang baik dan

buruk. Sedangkan pengajaran adalah upaya

untuk mengisi intelektual peserta didik

dengan sejumlah ilmu pengetahuan. Tujuan

dari pendidikan Islam Hamka adalah bahagia

dunia dan akhirat. Untuk mencapai tujuan

tersebut, manusia harus beribadah dengan

baik dan benar. Beribadah pun dilakukan

berdasarkan ilmu agama. Oleh Karena itu,

proses pendidikan dan pengajaran adalah

kegiatan yang membantu manusia dalam

mendapatkan ilmu untuk beribadah dan

membantu peserta didik dalam mendapatkan

ilmu untuk kehidupan dunia. Keseimbangan

ilmu akhirat dan dunia, manusia dapat

mencapai kebahagiaan seutuhnya dan

mencapai tujuan dari pendidikan Islam.

Berdasarkan hal tersebut, pendidikan

modern harus kembali kepada agama.

Menurut Hamka pendidikan harus

didasarkan kepada kepercayaan bahwa

diatas dari kuasa manusia ada kuasa Yang

Maha Besar, Allah. Sehingga setiap manusia

membutuhkan pendidikan jasmani dan

rohani.

Hamka aktif dalam kegiatan YPI

sejak 1958. Setelah masjid selesai dibangun,

Hamka mulai menyelenggarakan kegiatan

memakmurkan masjid. Ia mengajak

masyarakat sekitar dan keluarganya untuk

salat berjamaah. Setelah kegiatan salat

berjamaah berjalan lancar, Hamka mulai

menyelenggarakan kegiatan pengkajian Al-

Quran setelah salat subuh yang dikenal

sebagai Kuliah subuh. Didalam kegiatan

tersebut, Hamka mulai menerapkan

pemikiran pendidikan Islamnya. Ia berperan

sebagai tenaga didik yang mendidik para

jamaahnya dengan kajian-kajian Al-Quran.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 18: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

18

Kuliah subuh tersebut berhasil menarik

minat masyarakat sehingga banyak para

jamaah yang datang untuk belajar ilmu

pengetahuan agama dari Hamka. Selain

Kulih Subuh, berbagai macam kegiatan

memakmurkan masjid juga ikut

diselenggarkan seperti pengajian sore,

majelis taklim, salat Jum’at, dan salat-salat

hari raya umat Isam.

Seiring dengan ramainya kegiatan

memakmurkan masjid, salah satu jamaah

masjid, Abdullah Hakim mengusulkan untuk

meningkatkan kualitas pengajian sore anak-

anak menjadi lembaga pendidikan formal

dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan

Tinggi. Sesuai dengan pemikiran pendidikan

Islam Hamka dan keinginan YPI untuk

membangun sebuah lembaga pendidikan,

mereka pun menyambut baik dan menerima

usulan tersebut. Menurut Hamka sebuah

pendidikan harus didasari kepada

kepercayaan bahwa di atas dari kuasa

manusia ada lagi kekuasaan Yang Maha

Besar, Allah. Pendidikan akan berhasil

apabila pendidikan jasmani dan rohani

diberikan secara seimbang. Oleh karena itu

pendidikan modern harus kembali kepada

agama.

Para pengurus YPI menerapkan

pemikiran pendidikan Islam Hamka untuk

pelaksanaan pendidikan formal. Pemikiran

Hamka berwujud dalam bentuk pendidikan

yang diselenggarakan oleh YPI. Pendidikan

formal yang dibentuk bukanlah pesantren

ataupun madrasah, melainkan sekolah umum

di bawah naungan Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Sekolah umum yang

memberikan pendidikan agama selain

pendidikan umum. YPI menggunakan dua

sumber kurikulum Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan dan Departemen Agama.

Yayasan menerapkan kurikulum nasional

dengan penambahan khusus pada jam dan

bobot pelajaran agama. Penambahan jam

pelajaran agama diberikan tanpa

mengganggu jam dan bobot mata pelajaran

lainnya. Sehingga YPI dapat memberikan

pendidikan yang seimbang antara

pendidikan agama dan pendidikan umum.

Penerapan pemikiran Islam Hamka

menjadikan Yayasan Pesantren Islam

sebagai salah satu sarana pembaruan

pendidikan Islam.

Sumber Referensi

Dokumen/Arsip

Buku Induk II Siswa/Siswi SD Islam Al-

Azhar 1979/1984.

Buku Induk Siswa/Siswi SLTP Islam Al-

Azhar 1976/1978.

Surat Kabar

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 19: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

19

Kompas. 13 Feb. 1976.

Kompas. 24 Apr. 1983.

Majalah

Historia, Nomor 21 Tahun II, Januari 2015.

Buku

Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi

dan Modernisasi Menuju Milenium

Baru, Jakarta: Logos WancanaIlmu,

1999.

Busyairi, Badruzzaman, Setengah Abad Al-

Azhar 7 April 1952-7April 2002,

Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-

Azhar, 2002.

———, 80 Tahun Hariri Hady: Mensyukuri

Nikmat Illahi, Jakarta: Yayasan

Pesantren Islam Al-Azhar, 2010.

Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam

dalam Sistem Pendidikan Nasional di

Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren:

Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

Jakarta: LP3ES, 1982.

Gunawan, Ary H, Kebijakan-Kebijakan

Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1995.

Hakiem, Lukman, Enam Puluh Tahun YPI

Al-Azhar 7 April 1952 – 7 April 2012,

Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-

Azhar, 2012.

Hamka, Falsafah Hidup, Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1995.

———, Kenang-kenangan Hidup, Jakarta:

Bulan Bintang, 1974.

———, Lembaga Budi, Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1983.

———, Lembaga Hidup, Jakarta:

Djajamurni, 1962.

———, Mutiara Filsafat, Jakarta: Widjaya

Djakarta, 1956.

———, Tasawuf Moderen, Jakarta:

PsutakaPanjimas, 1983.

Hamka, Rusydi, dkk. ed., Perjalanan

Terakhir Buya Hamka, Jakarta: Panji

Masyarakat, 1982.

———, Pribadi dan Martabat Buya Prof.

Dr. Hamka, Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1983.

Hapidin, H. A, Mengapa Syaikh Mahmoud

Syaltout Memberikan Nama Al-

Azhar: Mengenang 20 Tahun

Wafatnya Buya Hamka, Jakarta:

Shobata, 2001.

Nizar, Samsul, Memperbincangkan

Dinamika Intelektual dan Pemikiran

Hamka tentang Pendidikan Islam,

Jakarta: Kencana, 2008.

———, Sejarah Sosial & Dinamika

Intelektual Pendidikan Islam di

Nusantara, Jakarta: Kencana, 2013.

Noer, Delliar, Gerakan Modern Islam di

Indonesia 1900-1942, Jakarta: PT

Pustaka LP3ES Indonesia, 1980.

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016

Page 20: GAGASAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA: YAYASAN …

20

Panitia Buku, Kenang-kenangan Perjuangan

Bapak Sjamsuridjal, Jakarta, 1984.

Poesponegoro, Marwati Djoened.,

Notosusanto, Nugroho, Sejarah

Nasional Indonesia VI: Zaman

Jepang dan Zaman Republik

Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

2008.

Ricklefs, M.C, Sejarah Indonesia Modern

1200-2008, Jakarta: PT. Serambi

Ilmu Semesta, 2010.

Salam, Solichin, dkk. Kenang-kenangan 70

Tahun Buya Hamka, Jakarta:

Yayasan Nurul Islam Jakarta, 1978.

Shobahussurur, Mengenang 100 Tahun Haji

Abdul Malik Karim Amrullah

(HAMKA), Jakarta: YPI Al-Azhar,

2008.

Sjafril, Akmal, Buya Hamka antara

Kelurusan ‘Aqidah dan Pluralisme,

Depok: Indie Publishing, 2001.

Sjamsuddin, Helius, dkk, Sejarah

Pendidikan di Indonesia Zaman

Kemerdekaan (1945-1966), Jakarta:

Proyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Sejarah Nasional, 1993.

Sogoz, Cecep Kurnia, Bunga Ramapai 55

Tahun YPI Al-Azhar dan Pandangan

Mereka 7 April 1952–7 April 2007,

Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-

Azhar, 2007.

Steenbrink, Karel A, Pesantren, Madrasah,

Sekolah, Jakarta, LP3ES, 1994.

Suhadi, Muhammad, dkk, Bunga Rampai 55

Tahun YPI Al-Azha rdan Pandangan

Mereka 7 April 1952 – 7 April 2007,

Jakarta: Yayasan Pesantren Islam Al-

Azhar, 2007

Susanto, A, Pemikiran Pendidikan Islam,

Jakarta: Amzah, 2009.

Tamara, Nasir, Buntaran Sanusi, dan

Vincent Djauhari, ed. Hamka di Mata

Hati Umat, Jakarta: Pustaka Binar

Harapan, 1996.

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam

di Indonesia, Jakarta: Mutiara

Sumber Widya, 1992.

Disertasi

Hartono, Modernisasi Pendidikan Islam:

Studi Kasus Sekolah Islam Al-Azhar,

disertasi: Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Kamus

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online

http://kbbi.we.id/

(14 Maret 2016 pukul 10:50 WIB)

Wawancara

Hasan, M. Dja’far

Jalan Sisingamangraja, Kebayoran

Baru, Jakarta Selatan (20 November

2015, pukul 11:00 – 12:00 WIB).

Gagasan Pendidikan ..., Tiur Zahrota Mawaddah, FIB UI, 2016