diterbitkan oleh - yayasan bpk penabur · untuk kepentingan penerbitan jurnal ini, maka untuk...

165

Upload: others

Post on 30-Oct-2019

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian
Page 2: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

iJurnal Pendidikan Penabur No. 05/ IV /Desember 2005

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagaimedium tukar pikiran, informasi dan

penelitian ilmiah antar para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung JawabDr. Jhan Brinsen Purba

Pemimpin RedaksiDr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang

Dewan EditorDr. BP. Sitepu, M.A.

Ir. Budyanto Lestyana, M.SiDra. Mulyani

Dr. Theresia K. BrahimDra. Vitriyani P., M.Pd.

Alamat Redaksi :Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470

Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968E-mail : [email protected]

Page 3: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

Jurnal Pendidikan Penabur No. 05/ IV/ Desember 2005

Pedoman Penulisan Naskah untuk Jurnal Pendidikan Penabur

Naskah ditulis dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:1. Naskah merupakan laporan penelitian, opini, info, dan resensi buku

yang berhubungan dengan bidang pendidikan serta disajikan dalambentuk bahasa ilmiah populer.

2. Naskah merupakan karya asli dari penulis dan belum pernahdipublikasikan atau sedang dikirimkan ke media lain.

3. Naskah diketik pada kertas A4 dengan margin/batas atas, kanan, danbawah masing-masing 3 cm dan batas kiri 4 cm dari tepi kertas.Menggunakan program MS Word dengan jenis huruf Tahoma 10 point/spasi ganda.

4. Panjang naskah hasil penelitian + 3000 kata, sedangkan untuk opini,info, serta resensi buku + 1500 kata.

5. Judul harus singkat, jelas dan tidak lebih dari 10 kata.6. Format penulisan adalah : Judul, nama penulis, abstrak, isi artikel, dan

daftar pustaka.7. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata.8. Ilustrasi (grafik, tabel dan foto) harus disajikan dengan jelas. Tulisan

pada ilustrasi menggunakan huruf yang sama pada isi naskah denganbesar huruf tidak lebih kecil dari 6 point.

8. Naskah dikirim dalam bentuk disket dan hasil print out ke Redaksi JurnalPendidikan Penabur, Jalan Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lantai 5.Jakarta Barat - 11470 atau melalui e-mail: [email protected]

9. Naskah disertai dengan daftar riwayat hidup yang memuat latar belakangpendidikan, pekerjaan dan karya ilmiah lain yang pernah ditulis.

10. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan. Naskah yang tidak dimuattidak dikembalikan.

11. Redaksi berhak mengedit naskah yang dimuat tanpa mengubah isinaskah.

12. Isi Jurnal Pendidikan Penabur tidak mencerminkan pendapat ataukebijakan BPK PENABUR

Page 4: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

iJurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Jurnal Pendidikan PenaburNomor 05/IV/ Desember 2005

ISSN: 1412-2588

HalamanDaftar Isi i-ii

Pengantar Redaksi iii-iv

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan 1-14Media LaguPetrus Trimantara, S.Pd.

Mengajarkan Mata Pelajaran Kewarganegaraan Materi Kebijakan 15-28Publik dengan Metode Portofolio Tampilan (Show Case)P. Slamet Widodo

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Fisika 29-42Piping Sugiharti, S.Pd.

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi 43-62Musisi GMAHKEndang Kusumaningsih

Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian 63-71KualitatifProf. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc.

Love, Care and Share 72-80Sebuah Tinjauan Praktis dari Persfektif Iman KristenDjudjun Djaenudin Supriadi, S.Th.

Menjawab Tema HUT Ke -55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR 81-91(BPK PENABUR)Biretni Sumiwi, B.A.

Gerakan Teman Asuh dan Orang Tua Asuh untuk Membantu 92-99Anak- Anak JalananPriska Ivena, Ira Yulianti, Livie Tamariska

Page 5: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 / Th.IV / Desember 2005

Berbagi Kasih dan Peduli Kepada Sesama 100-107Jeffry Kurniawan, Steffi Agatha, Ricky Kurniawan

Manajemen Pemasaran Sekolah Sebagai Salah Satu Kunci 108-117Keberhasilan Persaingan SekolahHenry Sumurung Octavian, SE., M.M.

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah dalam Meningkatkan 118-127Outcomes Peserta DidikMuksin Wijaya, M.Pd., M.M.

Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak Usia Dini 128-136Melalui Music and Movement (Gerak dan Lagu)Elisabeth Marsaulina Matondang

Isu-isu Mutakhir Pendidikan 137-143Drs. Hotben Situmorang, M.B.A.Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

Resensi Buku: Pendidikan Alat Perlawanan, Teori Pendidikan 144-147Radikal Paulo FreireJudha Semal Irianto Sinulingga, S.Th.

Profil BPK PENABUR Tasikmalaya 148-154Juniart Fransiskus Samosir

Keterangan Mengenai Penulis 155-158

Page 6: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

iJurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

alam bulan Juli 2005 yang lalu BPK PENABUR memperingati ulangtahunnya yang ke 55 dengan tema Love, Care, and Share (Kasih,Peduli dan Berbagi). Tema tersebut sangat relevan dengan

penyelenggaraan pendidikan dalam arti umum dan dalam kegiatanpembelajaran dalam arti khusus. Profesionalisme seorang guru akan terlihatdari sikap dan perilakunya dalam berhadapan, bergaul, dan membelajarkanpeserta didiknya. Keberhasilan guru dalam mendidik juga ditentukan olehperilakunya dalam saling berbagi ilmu pengetahuan dengan peserta didiknyadalam suasana penuh kasih dan penuh perhatian. Agar dapat melaksanakantugas itu dengan baik, guru perlu secara terus menerus meningkatkanpengetahuannya secara mandiri atau melalui jalur pendidikan formal.

Dalam rangkaian kegiatan memperingati ulang tahun yang ke-55, BPKPENABUR menyelenggarakan Lomba Karya Tulis di kalangan guru, karyawan,dan siswa. Lomba yang bersifat ilmiah dan sekaligus merupakan wadah unjukkemampuan intelektual ini tentu terkait dengan upaya meningkatkanprofesionalisme di bidang masing-masing sehingga tidak terlena dan hanyutdalam kegiatan rutinitas semata. Jumlah peserta lomba yang mencapai 162orang ini menunjukkan motivasi yang dapat dibanggakan serta memunculkanpotensi-potensi yang patut dihargai dan perlu dikembangkan pada masa yangakan datang.

Jurnal Pendidikan Penabur edisi Desember 2005 ini terbit denganmengangkat sejumlah naskah hasil Lomba yang dianggap mengandunggagasan-gagasan atau pengalaman yang pantas dibagi kepada orang lain.Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskahdilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gayapenyajian penulisnya. Walaupun naskah-naskah yang dimuat dalam edisi inibervariasi dari jenjang (TK sampai SLTA) namun belum cukup mewakili untukmenggambarkan keadaan mutu guru, karyawan, dan siswa sekolah BPKPENABUR secara keseluruhan. Diyakini masih banyak guru, karyawan, dansiswa BPK PENABUR yang dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik,tetapi oleh karena berbagai hal tidak dapat berperan serta dalam Lombatersebut. Diharapkan dengan penerbitan sejumlah naskah yang berasal dari

D

Pengantar Redaksi

Page 7: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 / Th.IV / Desember 2005

lingkungan BPK PENABUR kiranya mendorong semua warga BPK PENABUR,khususnya para guru, untuk lebih saling berbagi pengetahuan secara ilmiahmelalui Jurnal ini.

Salah satu cara menghasilkan karya ilmiah ialah melalui penelitian. Selamaini ada anggapan bahwa penelitian yang dianggap berbobot adalah penelitiankuantitatif dengan menggunakan rumus-rumus statistik yang rumit. Anggapantersebut dapat menjadi penghalang bagi mereka yang tidak terbiasamenggunakan statistik. Bahkan tidak jarang terjadi, penelitian itu dianggap“menakutkan” dan “menjemukan” karena harus menggunakan sekumpulanteori dan data kuantitatif dengan pengolahan secara statistik. Padahal dalamkehidupan sehari-hari, pengetahuan yang benar dapat juga dibangun daripengalaman nyata sehari-hari yang kemudian disimpulkan secara induktif.Oleh karena itu dalam edisi ini dimuat tulisan yang menguraikan LandasanBerpikir dan Pengembangan Teori Dalam Penelitian Kualitatif oleh Prof.Yusufhadi Miarso MSc. Isi tulisan ini mengungkap paradigma penelitian lebihbervariasi dan peneliti atau calon peneliti dapat memilih paradigma yang lebihsesuai untuk masalah yang akan diteliti.

Penelitian Tindakan (Action Research) nampaknya sangat sesuai untukguru dalam menemukan pemecahan masalah aktual belajar danmembelajarkan. Sungguhpun hasil dan kebermanfaatan penelitian tindakandibatasi oleh ruang dan waktu, penelitian ini dapat menjadi pemantik kreativitasguru untuk lebih inovatif dalam memecahkan masalah-masalah belajar danmembelajarkan. Edisi ini memuat satu contoh penelitian tindakan, PeningkatanProfesionalisme Melalui Pembelajaran Musik Bagi Musisi GMAHK, oleh EndangKusumaningsih. Tulisan ini yang mengacu pada hasil penelitian untuk ProgramS2, hendaknya dapat menggugah guru untuk melakukan penelitian yang sejenissehingga peningkatan mutu proses dan hasil belajar dan membelajarkan dapatditingkatkan secara terus menerus. Jenis penelitian ini juga menunjukkanbahwa catatan harian guru dapat dirangkai dan ditata secara ilmiah sehinggaberbentuk kajian atau penelitian ilmiah.

Seperti terbitan sebelumnya, Edisi ini juga tetap memuat rubrik resensibuku, profil sekolah BPK PENABUR, serta informasi-informasi mutakhir (currentissues) yang diharapkan bermanfaat bagi warga BPK PENABUR pada umumnya,para guru pada khususnya. Mudah-mudahan tahun 2006 yang akan datangJurnal ini dapat terbit dengan memuat lebih banyak naskah dari para guruBPK PENABUR. Undang-Undang tentang Guru yang baru saja diundangkandan berkaitan langsung dengan kehidupan dan prosesi guru, dapat menggugahpara guru mengkritisi isinya dan membagi pendapat melalui Jurnal ini.

Redaksi

Page 8: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

1Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

Metode Sugesti-Imajinasidalam Pembelajaran Menulis

dengan Media Lagu

Petrus Trimantara,S.Pd.*)

Penelitian

Abstraketode sugesti-imajinasi merupakan sebuah teknik dalam pembelajaranmenulis dengan media lagu. Pada prinsipnya, metode ini digunakandengan cara memberi sugesti untuk merangsang daya imajinasisiswa. Kegiatan pembelajaran dengan metode ini dibagi dalam tiga

tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3) evaluasi. Ketiga tahaptersebut merupakan kegiatan yang ditempuh oleh guru dan siswa pada saatsebelum, selama, dan sesudah pembelajaran.Penerapan metode ini dalam pembelajaran menulis deskripsi dapatmeningkatkan keberhasilan pembelajaran. Elemen-elemen keterampilanberbahasa yang mengalami peningkatan cukup signifikan adalah (1)penguasaan kosakata,(2) pemahaman konsep-konsep dan teknik menulis, (3)keterampilan menggali pengalaman hidup atau mengingat kembali fakta-faktayang pernah mereka temui, mengorganisasikannya, dan memberikantanggapan dalam bentuk simbol-simbol verbal, dan (4) kemampuan membuatvariasi kalimat.

Kata kunci: Media, metode, sugesti, imajinasi, stimulus, dan respons

AbstractImagination-suggestion method is a technique in writing lesson by using asong. Basically, this method is used by giving suggestions to stimulate thestudent’s imagination. The learning activities are divided into three stages:(1)planning, (2) activities, and (3) evaluating. The three stages in the activitiesare done by teacher and students before, during, and after learning process.The application of this method in teaching descriptive writing can improve thesuccess of instruction. The language skills which can be significantly improvedthrough this method include (1) vocabulary mastery, (2) the understanding ofthe concepts and writing techniques, (3) the skills of analizing life experience

M

*) Guru SMAK 2 BPK PENABUR Bandung, Juara III Lomba Karya Tulis HUT ke-55 BPK PENABURKategori Guru SMP/SLTA

Page 9: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

or remembering and organizing the facts, and giving the responds in theverbal symbols, and (4) the ability to make sentence variations.

PendahuluanMenulis merupakan satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untukmeningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penguasaan keterampilanmenulis, diharapkan siswa dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, danperasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalamberbagai jenis tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi. Asumsinya, pengungkapantersebut merupakan manifestasi peresapan, pemahaman, dan tanggapansiswa terhadap berbagai hal yang diperolehnya dalam proses pembelajaran.Dengan demikian, segala informasi, ilmu pengetahuan, dan berbagaikecakapan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran tidak akan sekadarmenjadi hafalan yang mudah dilupakan sesaat setelah siswa menjalani tes.

Dilihat dari segi pragmatiknya, keterampilan menulis dibutuhkan diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.Meskipun demikian, pembelajaran menulis telah lama menjadi satu masalahdalam sistem pembelajaran bahasa Indonesia. Beberapa faktor yang olehkebanyakan pengajar dianggap memberikan andil terhadap tidak tercapainyatujuan pembelajaran menulis adalah 1) rendahnya tingkat penguasaan kosakata sebagai akibat rendahnya minat baca, 2) kurangnya penguasaanketerampilan mikrobahasa, seperti penggunaan tanda bahasa, kaidah-kaidahpenulisan, penggunaan kelompok kata, penyusunan klausa dan kalimat denganstruktur yang benar, sampai penyusunan paragraf, 3) kesulitan menemukanmetode pembelajaran menulis yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa,serta 4) ketiadaan atau keterbatasan media pembelajaran menulis yang efektif.

Semua permasalahan tersebut akhirnya menjadi seperti benang kusutyang sulit diuraikan. Dibutuhkan sistem pembelajaran bahasa Indonesia yangbenar-benar bisa mengakumulasi semua permasalahan itu dan sekaligusmenemukan solusi yang menyeluruh dan mengakar pada permasalahan yangada. Adanya ketentuan mengenai jenis dan jumlah buku yang harus dibacasiswa pada setiap semester, pembuatan sistem penilaian yang akurat bagipencapaian standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, uji ilmiahdan pelatihan penggunaan berbagai metode pembelajaran bahasa Indonesia,serta tawaran alternatif media pembelajaran bahasa Indonesia dapat menjadisolusi bagi berbagai masalah pembelajaran bahasa Indonesia.

Mengenai tawaran alternatif media pembelajaran bahasa Indonesia, lagudapat dieksploitasi untuk membantu peningkatan kemampuan menulis. Denganmetode sugesti-imajinasi, lagu tidak hanya digunakan untuk menciptakan

Page 10: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

3Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

suasana yang nyaman tetapi juga memberikan sugesti yang merangsangberkembangnya imajinasi siswa.

Metode Sugesti-ImajinasiPada prinsipnya, metode sugesti-imajinasi adalah metode pembelajaranmenulis dengan cara memberikan sugesti lewat lagu untuk merangsangimajinasi siswa. Dalam hal ini, lagu digunakan sebagai pencipta suasanasugestif, stimulus, dan sekaligus menjadi jembatan bagi siswa untukmembayangkan atau menciptakan gambaran dan kejadian berdasarkan temalagu. Respons yang diharapkan muncul dari para siswa berupa kemampuanmelihat gambaran-gambaran kejadian tersebut dengan imajinasi-imajinasidan logika yang dimiliki lalu mengungkapkan kembali dengan menggunakansimbol-simbol verbal.

Sebagaimana diungkapkan oleh Bobbi De Porter dan Mike Hernacki dalambukunya yang berjudul Quantum Learning, menulis adalah aktivitas seluruhotak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otakkiri (logika) dan tak satupun belahan otak itu bekerja secara sempurna tanpaadanya rangsangan atau dorongan dari bagian yang lain. Penggunaan metodesugesti-imajinasi dapat mengoptimalkan kerja belahan otak kanan sehinggapara siswa dapat mengembangkan imajinasinya secara leluasa. Efek positifdari optimalisasi kerja belahan otak kanan adalah rangsangan atau doronganbagi kerja belahan otak kiri sehingga pada saat yang bersamaan para siswajuga dapat mengembangkan logikanya. Keseimbangan kinerja otak kanan dankiri ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam perolehaninformasi, pengorganisasian informasi, pembuatan outline, dan akhirnyamenuliskan informasi tersebut dalam bentuk tulisan atau karangan yang baik.

Penerapan Metode Sugesti-ImajinasiPenggunaan metode sugesti-imajinasi dalam pembelajaran menulis dibagimenjadi tiga tahap utama. Ketiga tahap tersebut pada dasarnya merupakankegiatan yang ditempuh oleh guru dan siswa pada saat sebelum, selama,dan sesudah pembelajaran. Ketiga tahap yang dimaksud adalah 1)perencanaan, 2) pelaksanaan, dan 3) evaluasi.

Pada tahap perencanaan, ada tiga kegiatan prapembelajaran yang harusdilakukan guru. Pertama, penelaahan materi pembelajaran. Kedua, pemilihanlagu sebagai media pembelajaran. Ketiga, penyusunan ancangan pembelajaran.

Penelaahan materi pembelajaran perlu dilakukan agar guru benar-benarmenguasai materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran di kelas.Penguasaan teknik-teknik menulis, pemilihan tema, dan prioritas jenis tulisanatau karangan yang akan dibelajarkan menjadi poin-poin yang harus dicapaidalam kegiatan ini.

Page 11: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

Penguasaan materi pembelajaran oleh guru tidak menjamin tercapainyatujuan pembelajaran. Lagu sebagai media juga sangat menentukan berhasilatau tidaknya proses pembelajaran tersebut. Pada kegiatan ini, guru harusbenar-benar dapat memilih lagu yang tidak hanya sesuai dengan tema danmateri pembelajaran tetapi juga sesuai dengan “selera” dan minat para siswa.Lagu yang sesuai dengan tema dan materi pembelajaran tetapi tidak menarikbagi para siswa hanya akan menciptakan suasana yang tidak menyenangkandan bahkan merusak suasana hati para siswa. Hal ini sangat bertentangandengan prinsip metode sugesti-imajinasi yang menghendaki terciptanyasuasana nyaman dan menyenangkan sehingga para siswa tersugesti dan dapatmengembangkan imajinasi serta logikanya dengan baik.

Kegiatan menyusun ancangan pembelajaran merupakan langkah lanjutanyang ditempuh guru untuk memastikan bahwa proses pembelajaran yangakan dilaksanakan dapat berlangsung dengan baik. Ancangan pembelajaranhendaknya mencakup perumusan materi, tujuan, pendekatan, metode, media,dan evaluasi pembelajaran.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan pada tahap pertama akan diuji padatahap kedua, yaitu tahap pelaksanaan. Mengacu pada yang telah dilakukanpada tahap pertama, proses pembelajaran menulis dengan metode sugesti-imajinasi dibagi menjadi enam langkah. Berikut ini penjabaran mengenai enamlangkah tersebut.1. Pretes Untuk mengukur kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki siswa,

terutama yang berkaitan langsung dengan keterampilan menulis, guruwajib memberikan pretes. Soal pretes hendaknya berupa perintah untukmembuat karangan atau tulisan. Jenis dan tema karangan harusdisesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Disamping itu, pretes ini harus memuat semua aspek yang diperlukan dalammenulis.

2. Penyampaian tujuan pembelajaran Penting artinya bagi siswa untuk mengetahui tujuan pembelajaran yang

akan dijalaninya dan kompetensi dasar yang harus dikuasai setelah prosespembelajaran dilaksanakan. Jika diibaratkan orang yang sedangmenempuh perjalanan, keyakinan akan arah dan tujuan akan membuatorang tersebut tidak setengah hati dalam menempuh perjalanan tersebut.Demikian halnya dengan para siswa. Dengan mengetahui tujuanpembelajaran yang akan dilaksanakan, diharapkan siswa lebih siap dalammengikuti proses pembelajaran.

3. Apersepsi

Page 12: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

5Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

Prinsip utama apersepsi adalah menjelaskan hubungan antara materiyang telah diajarkan dengan materi yang akan diajarkan. Guru dapatmemberi ulasan singkat tentang materi pembelajaran kosa kata, kaidah-kaidah penulisan atau EYD, penyusunan klausa, pembuatan kalimat, danpenulisan paragraf. Kegiatan ini dapat menggugah kembali ingatan siswaterhadap materi-materi yang diperlukan dan sudah harus dikuasai siswasebagai syarat dalam pembelajaran menulis.

4. Penjelasan praktik pembelajaran dengan media laguGuru menjelaskan kepada siswa enam kegiatan yang akan mereka jalanidalam proses pembelajaran. Keenam kegiatan tersebut adalah a)pemutaran lagu, b) penulisan gagasan yang muncul saat menikmati lagudan sesudahnya, c) pengendapan atau penelaahan dan pengelompokangagasan, d) penyusunan outline(kerangka karangan), e) penyusunankarangan, dan f) penilaian kelompok.

5. Praktik pembelajaranGuru dan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam proses iniguru harus dapat menjadi motivator dan fasilitator yang baik.

6. PascatesSiswa menulis sebuah karangan tanpa didahului dengan kegiatanmendengarkan lagu. Jenis dan tema karangan tetap sama dengan materipembelajaran yang baru saja dilaksanakan.Evaluasi terhadap pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembelajaran

menulis dengan metode sugesti-imajinasi menjadi tahap ketiga dari kegiatanpembelajaran tersebut. Dalam tahap ini, guru harus bisa melihat keberhasilandan kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Disisi lain, membandingkan hasil pretes dan pascates dengan membuat grafikperolehan nilai dapat menjadi sarana yang cukup efektif untuk melihatpersentase pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Selain tiga tahap yang bersifat teknis, pembelajaran menulis denganmetode sugesti-imajinasi juga mensyaratkan beberapa hal yang bersifatnormatif. Pertama, guru harus mempunyai pengetahuan yang luas, terutamatentang lagu-lagu yang sedang digemari para siswa. Hal ini akan sangatmembantu guru dalam memilih lagu sebagai media. “Tabungan” pengetahuanitu juga dapat mendukung penampilan guru pada saat memberi arahan cara“mengeksploitasi” lagu untuk membangun imajinasi dan memunculkangagasan-gagasan yang terpendam. Kedua, guru harus mampu mengolah emosipara siswa sehingga mereka benar-benar bisa menikmati lagu, bukan sekadarmendengarkan. Ketiga, guru harus bisa membangun relasi “pertemanan”dengan siswa. Dengan cara inilah, guru membantu para siswa dalam prosespembelajaran tanpa rasa takut, canggung, dan tertekan.

Page 13: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

Penerapan Metode Sugesti-Imajinasidalam Pembelajaran Menulis Deskripsi Kelas X SMA

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut dipaparkan sebuahmodel penggunaan metode sugesti-imajinasi dengan media lagu dalampembelajaran menulis. Model pembelajaran ini telah dilaksanakan di kelas XSMA dengan jumlah siswa 40 orang.

Tahap PerencanaanTahap perencanaan mencakup penelaahan materi, pemilihan lagu, danpembuatan ancangan pembelajaran. Masing-masing kegiatan terkait denganpembelajaran menulis yang uraiannya adalah sebagai berikut:A. Penelaahan materi

1. Pengertian karangan2. Jenis-jenis karangan3. Pengertian karangan deskripsi4. Langkah-langkah menyusun karangan

B. Pemilihan lagu1. Judul lagu : Yogyakarta2. Penyanyi : Kla Project3. Pencipta : Adi/Katon Lagu Yogyakarta sangat sesuai digunakan sebagai media pembelajaran

menulis deskripsi dengan tema pariwisata. Deskripsi kota Yogyakarta dalamlagu tersebut dapat dieksploitasi untuk menggugah imajinasi siswa danmembangun opini-opini baru mengenai sebuah kota wisata. Berikut syair lagu, Yogyakarta

Pulang ke kotamuAda setangkupHaru dalam rinduMasih seperti dulu tiap sudutMenyapaku bersahabat

Penuh selaksa maknaTerhanyut aku akan nostalgiaSaat kita sering luangkan waktuNikmati bersama suasana JogjaDi persimpangan langkahku terhentiRamai kaki lima, menjajakanSajian khas berselera orangDuduk bersila

Page 14: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

7Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

Musisi jalanan mulai beraksiSeiring laraku kehilanganmuMerintih sendiri, ditelan deruKotamuWalau kini kau t’lah tiada, tak kembaliNamun kotamu hadirkanSenyummu abadiIzinkanlah aku untuk slaluPulang lagi bila hati mulai sepiTanpa terobati

C. Ancangan Pembelajaran1. Materi pembelajaran

a. Karangan adalah wacana tulis yang memiliki sebuah tema ataumasalah dan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Wacanatulis tersebut berupa artikel, berita, cerita, laporan, dansebagainya.

b. Ada lima jenis karangan, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi,argumentasi, dan persuasi.

c. Karangan deskripsi adalah tulisan yang bertujuan menggambarkanatau melukiskan sesuatu. Tulisan deskripsi bisa berupa karyafiksi atau nonfiksi.

d. Langkah-langkah menyusun karangan deskripsi1) Menentukan tema atau topik

Dalam karangan nonfiksi topik pada umumnya menjadi judulkarangan karena topik merupakan pokok pikiran yangmenjiwai seluruh karangan. Pengambilan topik sebagai judulharus mempertimbangkan kesesuaiannya dengan jeniskarangan.

2) Memahami tujuan karanganTujuan yang hendak dicapai menentukan arah, isi, dan jeniskarangan. Karena karangan deskripsi bertujuanmenggambarkan atau melukiskan sesuatu, arah dan isikarangan hendaknya bisa membawa pembaca pada sasarantersebut.

3) Mengumpulan bahanBahan penulisan karangan deskripsi bisa diperoleh melaluikegiatan mengamati, berimajinasi, atau menggalipengalaman.

4) Menelaah bahan

Page 15: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

Telaah bahan meliputi kegiatan menilai, membandingkan,memilih, dan mengolah bahan sehingga susunan dan alurpenelaahannya baik.

5) Menyusun kerangka karanganKerangka karangan adalah susunan pikiran utama yang telahdiorganisasikan dan direalisasikan dalam kalimat-kalimatutama. Kerangka karangan terdiri atas tiga bagian, yaitupembukaan, isi, dan penutup.

6) Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yangutuh dan padu.

2. Tujuan pembelajarana. Tujuan umum

Siswa dapat menulis secara efektif dan efisien berbagai jeniskarangan dalam berbagai konteks.

b. Kompetensi dasar1) Siswa dapat menunjukkan karakteristik karangan deskripsi.2) Siswa dapat mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan

menjadi karangan deskripsi.3) Siswa dapat menyusun paragraf deskripsi tentang benda,

manusia atau suatu keadaan berdasarkan pengamatan,pendengaran, dan imajinasi.

4) Siswa dapat menyusun karangan deskripsi berdasarkan temaatau topik tertentu.

5) Siswa dapat menyunting karangan deskripsi yang ditulistemannya.

c. PendekatanPendekatan yang akan digunakan dalam pembelajaran adalahpendekatan keterampilan proses dengan mengutamakankeaktifan dari pihak siswa.

d. MetodeMetode sugesti-imajinasi dilaksanakan secara “luwes” sesuaidengan kondisi dan keadaan siswa di setiap kelasnya.

e. MediaLagu akan digunakan sebagai media dalam pembelajaran denganmetode sugesti-imajinasi. Adapun lagu yang dinilai sesuaidengan pembelajaran menulis deskripsi yang bertemakanpariwisata adalah lagu Yogyakarta. Kutipan syair lagu ini dapatdibagikan kepada siswa.

f. Evaluasi

Page 16: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

9Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

Buatlah sebuah karangan deskripsi dengan ketentuan sebagaiberikut:Tema : pariwisataSifat : nonfiksiPanjang karangan minimal 150 kataGunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Tahap PelaksanaanKegiatan pembelajaran dengan metode sugesti-imajinasi dalam pembelajaranmenulis dilakukan mengacu pada perencanaan pembelajaran yangsebelumnya telah disusun.

Atas dasar perencanaan itu maka kegiatan guru dan siswa terlihat dalamtabel berikut:

Tabel Kegiatan Guru dan Siswa

No Guru Siswa 1. Memberikan soal pretes. Mengerjakan soal pretes. 2. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyimak kompetensi dasar yang hendak dicapai. 3. Menjelaskan hubungan materi yang telah Menyimak dibelajarkan dengan materi yang akan dibelajarkan. 4. Menjelaskan praktik pembelajaran dengan Menyimak media lagu. 5. Membagikan kutipan syair lagu Membaca syair lagu. 6. Menyampaikan beberapa hal penting tentang cara mengeksploitasi lagu dan Menyimak mengolah emosi siswa. 7. Memutar lagu Menikmati lagu dan menulis

gagasan yang muncul. 8. Tanya-jawab tentang cara menelaah dan Tanya-jawab cara menelaah mengelompokkan gagasan yang dicatat dan mengelompokkan

gagasan yang dicatat.

9. Tanya-jawab tentang cara menyusun Tanya-jawab cara kerangka kerangkamenyusun karangan yang baik karangan yang baik. 10. Membantu siswa yang mengalami kesulitan Menyusun karangan

deskripsi dengan tema pariwisata.11. Mengawasi dan memotivasi siswa Menyunting karangan des-

kripsi yang disusun teman12. Memberikan soal pascates Mengerjakan soal pascates

Page 17: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa merupakan prosespembelajaran yang berkesinambungan dan padu. Kegiatan guru dan siswa salingmendukung dan mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran. Ketidakberhasilan suatu kegiatan berarti berpengaruh bagi ketidakberhasilankegiatan yang lain. Ketidakberhasilan dalam proses pembelajaran itu padaakhirnya akan bermuara pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran.

Sebab itu, guru harus bisa menjadi moderator, motivator, dan fasilitatoryang baik dalam kegiatan pembelajaran dengan metode sugesti-imajinasi.Sebagai moderator, guru hendaknya mampu memandu siswa sehingga setiapkegiatan pembelajaran dapat mencapai sasarannya. Kemampuan untukmemotivasi siswa sangat dibutuhkan terutama untuk membangkitkan minatsiswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan metode sugesti-imajinasi danmedia lagu. Kesiapan dan kesediaan guru untuk menjadi fasilitator menjadikunci penentu keberhasilan kegiatan pembelajaran menulis dengan metodesugesti-imajinasi. Pemahaman dan pendekatan intern dengan siswa membukapeluang besar bagi terciptanya kegiatan pembelajaran yang sinergis.

EvaluasiEvaluasi pada hakekatnya dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung,mulai dari pretes pada awal pembelajaran dan pascates pada akhirpembelajaran. Hasil evaluasi dalam contoh penerapan metode sugesti-imajinasidalam Menulis Deskripsi kelas X SMA terlihat seperti dalam tabel berikut:

Tabel Evaluasi Proses Pembelajaran

No Respon Siswa % 1. Mengerjakan soal tes 100 2. Bertanya tentang tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar 75 yang akan dicapai. 3. Bertanya tentang hubungan materi yang telah dibelajarkan 68 dengan materi yang akan dibelajarkan. 4. Bertanya tentang praktik pembelajaran dengan media lagu. 65 5. Mengaku menyukai lagu yang dipilih sebagai media pembelajaran. 85 6. Bertanya tentang lagu yang dipilih sebagai media. 78 7. Aktif menuliskan gagasan yang muncul saat menikmati lagu dan 100 sesudahnya. 8. Aktif dalam kegiatan tanya jawab. 80 9. Membuat telaah dan pengelompokkan gagasan. 100 10. Menyusun kerangka karangan. 100 11. Menyusun karangan deskripsi. 100 12. Mengerjakan soal pascates. 100

Page 18: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

11Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

Catatan:

Persentase = Jumlah siswa yang merespons

Jumlah siswa X 100 %

Total respons : 0 – 50% : Kurang 60 – 69% : Cukup 70 – 79% : Baik 80 –100% : Sangat Baik

Analisis hasil evaluasi ditampilkan dalam bentuk grafik batang, maka terlihatseperti berikut:

Grafik Perolehan Pretes dan Pascates

Grafik perolehan nilai pretes dan pascates memberikan gambaran tingkatkeberhasilan penerapan metode sugesti-imajinasi secara umum. Analisismendetail terhadap hasil pretes dan pascates mengidentifikasi elemen-elemenketerampilan berbahasa yang mengalami peningkatan cukup signifikan setelahpenerapan metode sugesti-imajinasi tersebut. Secara rinci, berikut ini

Page 19: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

persentase peningkatan elemen-elemen keterampilan berbahasa yangdimaksud.a. Hampir semua siswa mengalami peningkatan penguasaan kosakata.b. Lebih dari 75 persen siswa menjadi lebih mampu menyusun kalimat

dengan pola yang benar.c. Sekitar 70 persen siswa mampu menulis karangan dengan gaya penulisan

yang jauh lebih baik.d. Setelah pembelajaran dengan metode sugesti-imajinasi, 90 persen

siswa dapat menulis karangan deskripsi dengan baik.Ada empat faktor yang memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas

pembelajaran menulis dengan metode sugesti-imajinasi.Pertama, pemilihan lagu yang bersyair puitis membantu para siswa

memperoleh model dalam pembelajaran kosakata. Pengembangan kosakatayang dimaksud di sini mengandung pengertian lebih dari sekadar penambahankosakata baru, tetapi lebih pada penempatan konsep-konsep baru dalamtatanan yang lebih baik atau ke dalam susunan-susunan tambahan(Tarigan,1985: 22).

Kedua, pemberian apersepsi tentang keterampilan mikrobahasa yangdilanjutkan dengan pembelajaran menulis menggunakan metode sugesti-imajinasi dapat diserap dan dipahami dengan lebih baik oleh para siswa.Situasi emosional yang terolah membantu keberhasilan komunikasi daninteraksi guru dengan siswa. Keberhasilan komunikasi tersebut tercermin padameningkatnya kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep dan teknikmenulis yang disampaikan guru.

Ketiga, sugesti yang diberikan melalui pemutaran lagu merangsang danmengkondisikan siswa sedemikian rupa sehingga siswa dapat memberikanrespons spontan yang bersifat positif. Dalam hal ini, respons yang diharapkanmuncul dari para siswa berupa kemampuan menggali pengalaman hidup ataumengingat kembali fakta-fakta yang pernah mereka temui,mengorganisasikannya, dan memberikan tanggapan berupa ide-ide ataukonsep-konsep baru mengenai pengalaman atau fakta-fakta tertentu. Metodesugesti-imajinasi memungkinkan proses ini dapat berlangsung dengan baiksehingga para siswa memiliki cukup bahan untuk menulis sebuah karangandeskripsi.

Keempat, peningkatan penguasaan kosakata, pemahaman konsep-konsepdan teknik menulis, serta imajinasi yang terbangun baik berkorelasi denganpeningkatan kemampuan siswa dalam membuat variasi kalimat. Kemampuanmembuat variasi kalimat itulah yang menjadi tolok ukur kemampuan siswadalam menemukan gaya penulisan yang baik.

Page 20: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

13Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

Selain empat faktor yang menjadikan metode sugesti-imajinasi efektifditerapkan dalam pembelajaran menulis, analisis hasil pretes dan pascatesjuga mengidentifikasi adanya kelemahan-kelemahan dari metode sugesti-imajinasi.

Pertama, penggunaan metode sugesti-imajinasi tidak cukup efektif bagikelompok siswa dengan tingkat keterampilan menyimak yang rendah. Stimulusyang disampaikan secara lisan menghendaki adanya keterampilan menyimakyang baik. Dengan demikian, komunikasi yang terjalin bisa diarahkan menujutarget yang hendak dicapai, yaitu sugesti untuk membangun imajinasi siswa.

Kedua, metode ini sulit digunakan bila siswa cenderung pasif. Metodesugesti-imajinasi mensyaratkan adanya keaktifan dari pihak siswa. Siswaharus aktif menerima stimulus dan memberikan respons dalam bentuk simbol-simbol verbal.

Kedua faktor inilah yang menyebabkan 4 siswa (10%) yang digambarkanpada tabel tidak memperoleh hasil yang optimal. Mereka hanya memperolehsedikit peningkatan penguasaan kosakata. Evaluasi proses pembelajaranmenguatkan asumsi tersebut. Siswa yang tidak berhasil dalam pembelajaranmenulis dengan metode sugesti-imajinasi merupakan kelompok siswa yangtidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Tes menyimak yangdilaksanakan sebelum pelaksanaan remedial menunjukkan bahwaketerampilan siswa tersebut berada di bawah rata-rata siswa kelas itu. Untuksiswa dengan keterampilan menyimak rendah, pembelajaran menulis denganmetode sugesti-imajinasi dapat dikombinasikan dengan pemberianpertanyaan-pertanyaan pemandu. Pertanyaan-pertanyaan pemandu itu harusberkaitan langsung dengan topik karangan. Tujuannya, untuk membantu siswadalam menggali pengalaman hidup, mengorganisasikannya, dan akhirnyamemberikan respons. Proses tersebut tidak dapat mereka jalani hanya denganstimulus-stimulus sugesti secara lisan.

PenutupBerdasarkan analisis proses dan hasil penerapan metode sugesti-imajinasidalam pembelajaran menulis diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, lagu dapat menjadi media yang efektif dalam pembelajaranmenulis. Efektivitas lagu sebagai media dimaksimalkan dengan prinsip linkand match (hubungan dan kesesuaian).

Kedua, imajinasi memberikan kontribusi yang cukup besar padakeberhasilan pembelajaran menulis. Imajinasi yang terbangun baik membantusiswa dalam menggali pengalaman hidup, mengorganisasikannya, danmemberikan respons dalam bentuk simbol-simbol verbal yang baik.

Ketiga, sugesti dapat digunakan untuk merangsang perkembanganimajinasi siswa. Lagu yang digunakan sebagai media pembelajaran menulis

Page 21: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Metode Sugesti-Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis dengan Media Lagu

dieksploitasi untuk memberikan sugesti kepada siswa. Cara pembelajaraninilah yang disebut dengan metode sugesti-imajinasi.

Keempat, metode sugesti-imajinasi dapat meningkatkan keberhasilanpembelajaran menulis pada sekelompok siswa dengan tingkat keterampilanmenyimak yang baik dan siswa yang aktif. Keterampilan menyimak yang baikdan keaktifan siswa menjadi prasyarat dalam penerapan metode sugesti-imajinasi.Agar metode sugesti-imajinasi ini dapat berhasil dengan baik disarankansebagai berikut

Pertama, karena peran pentingnya, pembelajaran menulis hendaknyaselalu menggunakan media. Pemilihan media hendaknya disesuaikan denganmateri, metode, dan kondisi para siswa.

Kedua, Pengembangan imajinasi hendaknya mendapat porsi yang cukupdalam pembelajaran bahasa dan sastra. Imajinasi yang merupakan dayapikir untuk membayangkan atau menciptakan gambaran-gambaran akansangat membantu siswa dalam menentukan pilihan-pilihan hidup danmengantisipasi setiap masalah yang akan mereka hadapi di masa depan.

Daftar PustakaCitrobroto, R.I. Suhartin. (1981). Teknik belajar yang efektif. Jakarta: Bhratara

Karya Aksara.De Porter, Bobbi and Mike Hernacki. (1999). Quantum learning: Unleashing

the genius in you, atau Quantum learning: Membiasakan belajarnyaman dan menyenangkan, terjemahan Alwiyah Abdurrahman.Bandung: Kaifa.

Ginting,Vera. “Penguatan Membaca, fasilitas sekolah dan keterampilan dasarmembaca serta minat baca murid”. Artikel dalam Jurnal PendidikanPenabur, No.04/IV/Juli 2005.

Keraf, Gorys. (1994). Komposisi: Sebuah pengantar kemahiran bahasa.Flores: Nusa Indah.

Ali, Lukman, dkk. (1990). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.

Rahman, H. (2005). “Eksploitasi potensi gambar dalam meningkatkankemampuan menulis kalimat”. Bandung: Ikatan Alumni FPBS dan ProdiPengajaran Bahasa Indonesia Program Pascasarjana UPI (makalah,tidak diterbitkan).

Svantesson, Ingemar. (1994). Learning maps and memory skill: Powerfultechniques to help you make better use of your brain, atau Learningmaps and memory skill: Teknik-teknik andal untuk memaksimalkankinerja otak anda, terjemahan Bambang Prajoko. Jakarta: Gramedia.

Tarigan, Henry Guntur. (1985). Pengajaran kosakata. Bandung: Angkasa.

Page 22: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

15Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

Mengajarkan Mata Pelajaran KewarganegaraanMateri Kebijakan Publik dengan Metode

Portofolio Tampilan (Show Case)

P. Slamet Widodo*)

*) Guru SMP BPK PENABUR Tasikmalaya, Juara II Lomba Karya Tulis HUT ke-55 BPK PENABURKategori Guru SMP/SLTA

Penelitian

Abstrakodel Pembelajaran Berbasis Portofolio memberi keragaman sumberbelajar, dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilihsumber belajar yang sesuai sebagai landasan untuk menyusunfenomena yang terjadi dalam masyarakat (publik). Hal ini seirama

dengan salah satu prinsip dalam pengembangan Kurikulum BerbasisKompetensi 2004, yakni berpusat pada siswa sebagai pembangunpengetahuan. Artinya upaya untuk memandirikan peserta didik dalam belajar,berkolaborasi, membantu teman, mengadakan pengamatan, penilaian diriuntuk sebuah refleksi akan mendorong mereka membangun pengetahuannyasendiri. Dengan metode ini siswa memperoleh pengalaman langsung. Peranguru adalah sebagai fasilitator belajar.

Kata Kunci : Guru, metode portofolio, kemauan dan kreativitas

AbstractFortfolio-Based Instructional Model provides various learning resources andgives the students an ample opportunity to select the appropriate resourcesin constructing the phenomena in public life. This model meets therequirements of Competency-Based Curriculum which emphasizes the studentsactive role in building their knowledge. Employing this model enables thestudents to obtain direct experience under the guides of the teacher as afacilitator.

PendahuluanKurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang diberlakukan pemerintah dandiperkenalkan kepada dunia pendidikan masih dipandang sebagai “makhluk”yang baru dan asing, rumit serta membingungkan. Kesan seperti itulah yangkurang lebih masuk ke benak para pendidik. Selain materi pelajaran yang

M

Page 23: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

baru, administrasi yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya, persoalanyang paling membuat para pendidik pusing tujuh keliling adalah penggunaanmetode pembelajaran.

Metode pembelajaran sebagai salah satu cara menyampaikan materimerupakan salah satu komponen, cara dan strategi yang paling penting dariseluruh proses kegiatan belajar mengajar (KBM) agar siswa menjadi tertarikdan senang dengan materi sehingga akhirnya materi yang disampaikan mudahdicerna dan dipraktikkan oleh anak didik. Bahwa KBK membutuhkan kreativitasguru, adalah sesuatu yang mutlak. Dalam KBK guru tidak bisa lagimengandalkan metode konvensional seperti ceramah, mencatat apalagimendikte anak didik. Konsekuensinya, guru harus lebih kreatif memilih metodedalam setiap pokok materi yang akan diajarkan kepada anak didik. Di sampingitu guru juga dituntut untuk mencari bahan ajar yang sesuai dengan lingkungansekitar. Dengan demikian metode pembelajaran yang bagaimana dan yangsesuai untuk mata pelajaran kewarganegaraan? Dalam pembelajaranKewarganegaraan terdapat berbagai metode yang biasa diterapkan seperticeramah, tugas, diskusi kelompok. Akan tetapi pengalaman selama inimenunjukkan bahwa metode-metode yang dipakai itu kurang dapat mencapaitujuan pembelajaran Kewarganegaraan secara maksimal. Hasil belajar siswacenderung bersifat kognitif teoritis yang tidak berkembang. Sedangkan matapelajaran kewarganegaran bertujuan akhir untuk membentuk warga negarayang baik (good citizenship) yang mengerti dan memahami akan hak dankewajibannya sebagai warga negara. Selanjutnya menerapkan/mengamalkanapa yang sudah dipahaminya dalam bentuk partisipasinya dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sebagai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaranKewarganegaraan, penulis ingin memaparkan sekaligus membagikanpengalaman penulis dalam mengajar dengan sebuah metode PortofolioTampilan untuk materi Kebijakan Publik bagi siswa kelas VII Sekolah MenengahPertama. Metode ini sudah penulis terapkan dalam proses belajar mengajarmata pelajaran Kewarganegaraan kelas VII di tempat penulis mengajar yakniSMP BPK PENABUR Tasikmalaya. Mengingat metode ini membutuhkan waktudan persiapan yang lama, maka metode ini penulis terapkan pada setiapakhir semester atau akhir tahun pelajaran.

Metode Portofolio TampilanModel pembelajaran berbasis portofolio adalah sebuah metode yangmemperkenalkan suatu teori belajar konstruktivisme. Pada prinsipnya metodeini menggambarkan bahwa si pelajar membentuk atau membangun

Page 24: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

17Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungannya. Metode portofoliotampilan sebenarnya sebuah metode pembelajaran yang berbasis metodeportofolio.

Prinsip paling esensial yang dapat diturunkan dari metode konstruktivismeini bahwa dalam merancang suatu pembelajaran siswa memperoleh banyakpengetahuan dari luar sekolah (kelas). Penerapan metode konstruktivismedalam pembelajaran berarti menempatkan siswa pada posisi sentral dalamkeseluruhan program pembelajaran. Sebagai contoh isu atau masalah yangmuncul yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat digunakan sebagaidasar pembahasan, diskusi, dan investigasi kegiatan di dalam atau di luarkelas.

Model pembelajaran berbasis portofolio memungkinkan siswa untuk:1. Berlatih memadukan konsep yang diberikan guru atau buku sumber dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.2. Mempunyai kesempatan dan kebebasan mencari informasi di luar kelas

secara langsung melalui berbagai macam media.3. Memiliki kemampuan dalam memutuskan sesuatu bersama teman sesuai

dengan kemampuan yang berkaitan dengan topik yang dipelajari.4. Membuat alternatif untuk mengatasi masalah/objek yang dikaji.5. Berlatih merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk

mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitandengan topik yang dibahas.

Langkah-langkah Membuat Portofolio TampilanPortofolio sebagai Proses Belajar Mengajar (PBM) selalu diawali dengan sebuahisu/masalah yang memerlukan pemecahan masalah (problem solving). Hasildari kajian para siswa disajikan dalam bentuk portofolio tampilan yangdituangkan dalam sebuah panel berbentuk persegi panjang dengan ukurankurang lebih 100 X 50 cm yang berasal dari kardus/papan/sterofom. Tampilanini dimungkinkan untuk dipasang di depan kelas ketika kasus tersebutditampilkan (show case) di depan kelas atau publik.

Setiap portofolio yang dikerjakan oleh siswa secara berkelompok memuatbahan-bahan yang menggambarkan hasil kerja siswa secara sistematis.Tampilan portofolio yang dihasilkan merupakan proses berpikir siswa secarautuh yang didukung oleh data yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkansecara ilmiah.

Sebuah portofolio tampilan yang dikerjakan secara berkelompok dibuatmelalui langkah-langkah sebagai berikut:

Page 25: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

Langkah I: Membagi Kelompok dan Menjelaskan TugasTiap Kelompok

Pada langkah pertama ini guru menjelaskan terlebih dahulu yang dimaksudportofolio tampilan. Bila memungkinkan guru menunjukkan contoh portofoliotampilan yang sudah jadi. Kemudian kelas dibagi menjadi empat kelompok.Setelah itu guru menjelaskan tugas yang akan dikerjakan oleh setiap kelompok.Secara terperinci tugas setiap kelompok dapat dijelaskan seperti berikut ini:

Kelompok 1:Portofolio tampilan kelompok satu akan memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Bagaimana seriusnya masalah yang ada di masyarakat/sekolah.2. Seberapa luas dampak yang ditimbulkan atas masalah tersebut.3. Adakah silang pendapat (pro dan kontra) berkenaan dengan masalah

tersebut.4. Siapakah orang atau lembaga yang bertanggung jawab terhadap masalah

tersebut.5. Apa yang seharusnya dilakukan oleh lembaga untuk mengatasi masalah

tersebut.Penyajian masalah yang akan ditampilkan dapat berupa grafik, peta,

pendapat tokoh, tabel/statistik dan illustrasi lain yang berasal dari sumbercetakan atau media lain. Hasil pekerjaan kelompok yang telah diketik rapiditayangkan pada sebuah panel pertama.

Kelompok 2:Portofolio tampilan kelompok dua akan memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Pendapat publik tentang masalah yang akan dijadikan kebijakan.2. Kebijakan publik yang diambil atas masalah yang dipilih/ditentukan

bersama.3. Data-data dari responden/publik baik yang mendukung maupun menolak

kebijakan publik.4. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh responden/publik atas kebijakan

yang diambil.Penyajian data, alasan, dapat ditampilkan dalam sebuah panel yang

berasal dari kardus atau sterofom berbentuk segi empat. Penyajian data dapatberupa ulasan/pendapat, grafik, tabel yang telah diketik dan disusun rapi.

Kelompok 3:Portofolio tampilan kelompok tiga akan memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Kebijakan yang diusulkan oleh kelompok yang telah mendapatkankesepakatan dan dukungan kelas dan diyakini akan mengatasi masalah.

2. Keuntungan dan kerugian atas kebijakan yang diusulkan.

Page 26: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

19Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

3. Alasan mengapa kebijakan tersebut tidak melanggar undang-undang/peraturan yang berlaku.

4. Pihak mana yang bertanggung jawab untuk menjalankan kebijakan yangdiusulkan beserta alasannya.Penyajian kebijakan yang diusulkan tersebut ditampilkan pada sebuah

panel. Kebijakan tersebut dapat didukung oleh grafik, peta, pendapat tokoh,tabel/statistik dan illustrasi lain yang berasal dari sumber cetakan atau medialain. Hasil pekerjaan kelompok yang telah diketik rapi ditayangkan pada sebuahpanel pertama.

Kelompok 4:Portofolio tampilan kelompok empat akan memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Penjelasan tertulis tentang rencana pelaksanaan dari kebijakan publikyang telah diambil.

2. Identifikasi kelompok yang mungkin akan menentang rencana tindakanyang diusulkan.

3. Rencana tindakan atas kebijakan yang diusulkan.4. Identifikasi sumber-sumber informasi yang mendukung rencana tindakan

dari pakar, tokoh, profesional.Hasil pekerjaan kelompok empat yang berupa rencana tersebut disusun

secara rapi dan menarik kemudian ditempel pada panel. Tampilan kelompokempat ini diharapkan mampu menggambarkan tentang rencana kebijakanpublik yang akan diambil. Oleh karena itu tampilan bisa didukung dengankutipan pendapat tokoh, peta, grafik yang tertata rapi. Portofolio kelompokmenjadi portofolio paling penting mengingat hasil kebijakan yang direncanakandan diambil dipaparkan dalam bentuk rencana. Kelompok ini pula yang nantinyabisa meyakinkan kelas/publik atas kebijakan yang diambil.

Langkah II: Menentukan Bersama Masalah yang Akan DikajiPrinsip utama metode pembelajaran berbasis portofolio adalah inginmemperkenalkan suatu teori belajar konstruktivisme, yang pada prinsipnyamenggambarkan bahwa si pelajar membentuk atau membangunpengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Olehkarena itu metode ini sangat cocok bila diterapkan di sekolah-sekolah yangdekat dengan lingkungan dan situasi sosial (masyarakat, gereja, desa, RT/RW).

Prinsip yang paling esensial yakni mengajak siswa memperoleh banyakpengetahuan dari luar sekolah (kelas). Dengan demikian berarti menempatkansiswa pada posisi sentral dalam keseluruhan program pembelajaran. Olehkarena itu dalam menentukan masalah yang akan dikaji bersama siswa diajakuntuk menemukan masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat tempat

Page 27: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

mereka hidup dan berkembang. Masyarakat dalam arti bisa masyarakat dilingkungan siswa tinggal, masyarakat sekitar sekolah, gereja maupunmasyarakat sekolah itu sendiri. Masalah ini yang nanti akan digunakan sebagaidasar pembahasan, diskusi, dan investigasi kegiatan di dalam atau di luarkelas.

Pada langkah menentukan masalah yang akan dikaji guru bisa memberikankesempatan kepada setiap kelompok untuk mengusulkan satu masalah. Biladalam satu kelas terdiri dari empat kelompok, maka akan muncul empatmasalah. Setiap kelompok yang mengusulkan masalah harus menyertakanargumentasinya. Dari empat masalah tersebut guru mengajak siswa untukmemilih satu masalah yang paling memungkinkan untuk dikaji. Bila secaramusyawarah mufakat tidak dicapai kesepakatan, maka bisa ditentukan lewatpengambilan suara. Dalam hal ini, siswa diajak untuk belajar demokratissekaligus menghargai pendapat kelompok lain serta menghormati keputusanyang telah diambil bersama.

Langkah III: Menyusun Pertanyaan dan MenentukanNarasumber

Pada langkah ketiga ini kelas menyusun pertanyaan yang akan digunakanoleh semua kelompok dalam mencari data dan merencanakan nara sumberyang akan diwawancarai. Pertanyaan disusun bersama-sama agar adakesinambungan. Pada tahap ini guru sangat berperanan dalam mengarahkansiswa agar tidak keluar dari permasalahan utama. Yang perlu diperhatikanbahwa pertanyaan harus mengacu pada pekerjaan yang akan dikerjakanmasing-masing kelompok seperti telah dijelaskan pada langkah pertama.

Setelah pertanyaan dan nara sumber ditentukan, maka para siswa secaraberkelompok merencanakan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Ketuakelompok berperanan membagi tugas kepada anggota kelompoknya.

Langkah IV: Membuat Portofolio TampilanPada langkah keempat ini, guru meminta siswa bekerja secara berkelompok.Guru mengingatkan kembali pekerjaan yang harus dikerjakan oleh setiapkelompok. Penting untuk dijelaskan bahwa setiap kelompok mempunyai tugasyang berbeda, namun saling berkaitan.

Tugas keempat kelompok tersebut adalah:Kelompok 1 bertugas : menjelaskan masalah yang dikajiKelompok 2 bertugas : menjelaskan keinginan publikKelompok 3 bertugas : menjelaskan usulan kebijakan yang diambilKelompok 4 bertugas : membuat rencana tindakan berkaitan dengan kebijakan yang diusulkan

Page 28: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

21Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

Langkah V: Penyajian Portofolio TampilanPenyajian portofolio tampilan dilaksanakan setelah setiap kelompok kelasmenyelesaikan portofolio tampilan. Penyajian portofolio tampilan ini bisadilaksanakan pada akhir semester satu atau semester dua tergantung darisituasi dan kondisi sekolah. Penyajian diikuti oleh kelas yang membuatportofolio atau perwakilan kelas yang lain dengan dipandu oleh seorang gurupembimbing dan beberapa guru lain sebagai Dewan Juri. Setiap kelompoksecara berurutan mulai dari kelompok satu memaparkan hasil kerjanya.

Pada tahap penyajian ini baik para pendengar maupun guru sebagai DewanJuri bisa mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji sejauh manakemampuan siswa menguasai masalah yang telah dikaji.

Contoh Penerapan Metode Pembelajaran PortofolioTampilan Materi Kebijakan Publik: Penertiban Kantin di

Kompleks SMP-SMA BPK PENABUR TasikmalayaMembaca dan membayangkan sebuah metode untuk diterapkan dalam praktikmengajar bukanlah sesuatu yang mudah. Oleh karena itu penulis mencobamemberikan gambaran proses penerapan metode portofolio tampilan matapelajaran Kewarganegaraan kelas VII semester satu yakni materi KebijakanPublik dengan masalah yakni “Penertiban Kantin di Kompleks SMP-SMA BPKPENABUR Tasikmalaya”. Penulis memaparkan langkah-langkah metodeportofolio tampilan dengan harapan mampu memberikan gambaran secarajelas.

Langkah I: Membagi Kelompok dan Menjelaskan TugasTiap Kelompok

Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok. Proses pembagian kelompokdidahului dengan penunjukan 4 siswa yang prestasinya menonjol di kelasdan mampu mengatur teman-temannya untuk menjadi ketua kelompok.Selanjutnya guru menjelaskan tugas yang akan dilakukan oleh setiap kelompok.Tugas kelompok 1 adalah menjelaskan masalah yang akan dikaji yakni perlunyakantin sekolah ditertibkan. Kelompok 2 bertugas mengkaji apa keinginan publik(siswa, orangtua, guru, yayasan) terhadap kantin yang dicita-citakan.Sedangkan usulan-usulan yang akan disampaikan kepada pihak yangberkepentingan dibahas oleh kelompok 3. Sementara itu kelompok 4 bertugasmerencanakan tindakan yang akan dilakukan bila kantin akan ditertibkan. Setiapkelompok harus memiliki lembar petunjuk yang berisi perincian tugas tiapkelompok.

Page 29: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

Langkah II: Menentukan Bersama Masalah yang Ingin DikajiPrinsip utama metode pembelajaran berbasis portofolio adalah inginmemperkenalkan suatu teori belajar konstruktivisme, yang pada prinsipnyamenggambarkan bahwa si pelajar membentuk atau membangunpengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Olehkarena itu metode ini sangat cocok bila diterapkan di sekolah-sekolah yangdekat dengan lingkungan dan situasi sosial (masyarakat, gereja, desa, RT/RW).

Prinsip yang paling esensial yakni mengajak siswa memperoleh banyakpengetahuan dari luar sekolah (kelas). Dengan demikian berarti menempatkansiswa pada posisi sentral dalam keseluruhan program pembelajaran. Olehkarena itu dalam menentukan masalah yang akan dikaji bersama siswa diajakuntuk menemukan masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat dimanamereka hidup dan berkembang. Masyarakat dalam arti bisa masyarakat dilingkungan siswa tinggal, masyarakat sekitar sekolah, gereja maupunmasyarakat sekolah itu sendiri. Masalah ini yang nanti akan digunakan sebagaidasar pembahasan, diskusi, dan investigasi kegiatan di dalam atau di luarkelas.

Pada langkah menentukan masalah yang akan dikaji guru bisa memberikankesempatan kepada setiap kelompok untuk mengusulkan satu masalah. Biladalam satu kelas terdiri dari empat kelompok, maka akan muncul empatmasalah. Setiap kelompok yang mengusulkan masalah harus menyertakanargumentasinya. Dari empat masalah tersebut guru mengajak siswa untukmemilih satu masalah yang paling memungkinkan untuk dikaji. Bila secaramusyawarah mufakat tidak dicapai kesepakatan, maka bisa ditentukan lewatpengambilan suara. Dalam hal ini, siswa diajak untuk belajar demokratissekaligus menghargai pendapat kelompok lain serta menghormati keputusanyang telah diambil bersama.

Langkah III: Menyusun Pertanyaan dan Menentukan NaraSumber

Pada langkah ketiga ini kelas menyusun pertanyaan yang akan digunakanoleh semua kelompok dalam mencari data dan merencanakan nara sumberyang akan diwawancarai. Pertanyaan disusun bersama-sama agar adakesinambungan. Pada tahap ini guru sangat berperanan dalam mengarahkansiswa agar tidak keluar dari permasalahan utama. Yang perlu diperhatikanbahwa pertanyaan harus mengacu pada pekerjaan yang akan dikerjakanmasing-masing kelompok seperti telah dijelaskan pada langkah pertama.

Page 30: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

23Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

Setelah pertanyaan dan nara sumber ditentukan, maka para siswa secaraberkelompok merencanakan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Ketuakelompok berperanan membagi tugas kepada anggota kelompoknya.

Langkah IV: Membuat Portofolio TampilanPada langkah keempat ini, guru meminta siswa bekerja secara berkelompok.Guru mengingatkan kembali pekerjaan yang harus dikerjakan oleh setiapkelompok. Penting untuk dijelaskan bahwa setiap kelompok mempunyai tugasyang berbeda, namun saling berkaitan.

Tugas keempat kelompok tersebut adalah:Kelompok 1 bertugas : menjelaskan masalah yang dikajiKelompok 2 bertugas : menjelaskan keinginan publikKelompok 3 bertugas : menjelaskan usulan kebijakan yang diambilKelompok 4 bertugas : membuat rencana tindakan berkaitan dengan kebijakan yang diusulkan

Langkah V: Penyajian Portofolio TampilanPenyajian portofolio tampilan dilaksanakan setelah setiap kelompok kelasmenyelesaikan portofolio tampilan. Penyajian portofolio tampilan ini bisadilaksanakan pada akhir semester satu atau semester dua tergantung darisituasi dan kondisi sekolah. Penyajian diikuti oleh kelas yang membuatportofolio atau perwakilan kelas yang lain dengan dipandu oleh seorang gurupembimbing dan beberapa guru lain sebagai Dewan Yuri. Setiap kelompoksecara berurutan mulai dari kelompok satu memaparkan hasil kerjanya.

Pada tahap penyajian ini baik para pendengar maupun guru sebagai DewanYuri bisa mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji sejauh manakemampuan siswa menguasai masalah yang telah dikaji.

Contoh Penerapan Metode Pembelajaran PortofolioTampilan Materi Kebijakan Publik: Penertiban Kantin di

Kompleks SMP-SMA BPK PENABUR TasikmalayaMembaca dan membayangkan sebuah metode untuk diterapkan dalam praktikmengajar bukanlah sesuatu yang mudah. Oleh karena itu penulis mencobamemberikan gambaran proses penerapan metode portofolio tampilan matapelajaran Kewarganegaraan kelas VII semester satu yakni materi KebijakanPublik dengan masalah yakni “Penertiban Kantin di Kompleks SMP-SMA BPKPENABUR Tasikmalaya”. Penulis memaparkan langkah-langkah metodeportofolio tampilan dengan harapan mampu memberikan gambaran secarajelas.

Page 31: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

Langkah I: Membagi Kelompok dan MenjelaskanTugas Tiap Kelompok

Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok. Proses pembagian kelompokdidahului dengan penunjukan 4 siswa yang prestasinya menonjol di kelasdan mampu mengatur teman-temannya untuk menjadi ketua kelompok.Selanjutnya guru menjelaskan tugas yang akan dilakukan oleh setiap kelompok.Tugas kelompok 1 adalah menjelaskan masalah yang akan dikaji yakni perlunyakantin sekolah ditertibkan. Kelompok 2 bertugas mengkaji apa keinginan publik(siswa, orangtua, guru, yayasan) terhadap kantin yang dicita-citakan.Sedangkan usulan-usulan yang akan disampaikan kepada pihak yangberkepentingan dibahas oleh kelompok 3. Sementara itu kelompok 4 bertugasmerencanakan tindakan yang akan dilakukan bila kantin akan ditertibkan. Setiapkelompok harus memiliki lembar petunjuk yang berisi perincian tugas tiapkelompok.

Langkah II: Menentukan Bersama Masalah yang Ingin DikajiGuru bersama siswa mendata permasalahan. Setiap kelompok diberikankeleluasaan untuk menyampaikan usulan masalah. Setiap kelompok yangmengusulkan masalah harus menyertakan alasan secara masuk akal.

Muncul empat masalah yang diajukan oleh kelompok yakni: PenertibanPedagang K-5, Mengelola Sampah di Kota Tasikmalaya, Korupsi yang Merajaleladan Penertiban Kantin di Kompleks SMP-SMA BPK PENABUR Tasikmalaya. Daribeberapa masalah yang diusulkan, guru bersama siswa menyepakati satumasalah untuk dikaji bersama. Setelah melalui perundingan yang ramai danberdebat dengan alasan-alasan mereka masing-masing maka keempatkelompok sepakat bahwa masalah yang akan dikaji dalam portofolio yakni:“Penertiban Kantin di Kompleks SMP-SMA BPK PENABUR Tasikmalaya”.

Langkah III: Menyusun Pertanyaan dan MenentukanNara Sumber

Dengan bimbingan guru siswa berdiskusi menyusun daftar pertanyaan(kuesioner) dan menentukan nara sumber untuk mengkaji masalah “PenertibanKantin di Kompleks SMP-SMA BPK PENABUR Tasikmalaya”. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan harus berkaitan dengan masalah yang akandikaji oleh setiap kelompok. Oleh karena itu setiap kelompok menyusunpertanyaan yang sesuai dengan tugas kelompoknya masing-masing.

Berikut ini adalah contoh kuesioner yang dibuat oleh kelompok 2 yangmembahas keinginan publik dalam rangka mencari data tentang kebijakanpublik masalah “Penertiban Kantin di Kompleks SMP-SMA BPK PENABURTasikmalaya”. Narasumber yang dimintai pendapat antara lain guru, orangtua,siswa, dan karyawan.

Page 32: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

25Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

Kuesioner Penyusunan Kebijakan PublikPenertiban Kantin di Kompleks SMP-SMA BPK PENABUR

TasikmalayaNama Responden : …………………………………………………………………Profesi : Guru – Siswa – Karyawan – OrangTua *)Pewawancara : ………………………………………………………………….

1. Setujukah Anda bila kantin di kompleks sekolah ditertibkan/dibenahi? setuju tidak setuju Jika tidak setuju sebutkan alasannya: (langsung ke pertanyaan no. 5) ________________________________________________________2. Jika dibenahi apa saja yang perlu ditertibkan? pedagang tempat jenis makanan kebersihan

Alasan lain:______________________________________________3. Apa alasan utama perlunya ditambah pedagang? pedagang masih sedikit agar ada persaingan yang sehat harga makanan yang mahal siswa dapat terlayani

Alasan lain: _______________________________________________4. Apa saja jenis makanan yang perlu ditambah?

mie ayam ayam goreng batagor gado-gado

__________ _________5. Bagaimana cara pemungutan retribusi (sewa) bagi para pedagang?

kontrak setiap satu tahun kontrak tiap satu semester dipungut tiap hari sistem lelang

6. Siapakah sebaiknya yang mengelola kantin sekolah? yayasan tim independent sekolah masing-masing koperasi sekolah

7. Kalau kantin di komplek sekolah sudah memadai apakah siswa boleh jajan diluar kompleks?

boleh tidak boleh

Setelah daftar kuesioner selesai disusun dan diperiksa oleh guru, siswamengumpulkan informasi dengan menyebarkan angket kuesioner kepada pararesponden. Responden harus bervariasi terdiri dari siswa SMP dan SMA, guru,

Page 33: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

orang tua siswa, karyawan, dan pedagang yang selama ini telah berjualandikompleks SMP dan SMA BPK PENABUR Tasikmalaya.

Langkah IV: Membuat Portofolio TampilanProses pembuatan portofolio dalam bentuk tampilan dikerjakan setelahkeempat kelompok mendapatkan data dari kuesioner yang telah diedarkan.Setiap kelompok menyediakan sebuah steroform/kardus/tripleks berukuran100 cm X 50 cm.

Kelompok 1 memaparkan tentang masalah yang dikaji yakni PenertibanKantin di SMP SMA BPK PENABUR Tasikmalaya. Paparan tersebut berisikankeadaan kantin sekarang ini, alasan-alasan kantin perlu ditertibkan, kutipan-kutipan pendapat dari narasumber tentang kantin sekolah selama ini. Semuahasil penelitian tersebut dituangkan dalam bentuk deskripsi. Bila memungkinkanditempel photo-photo yang mendukung. Setelah diketik rapi kemudianditempelkan di steroform. dengan judul “Masalah Kantin di SMP-SMA BPKPENABUR Tasikmalaya”.

Kelompok 2 memaparkan mengenai keinginan publik. Gambaran mengenaikeinginan publik ini berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner yangtelah diedarkan. Paparan ini menggambarkan keinginan publik tentang kantinsekolah. Selain dalam bentuk uraian, siswa memaparkan dengan menggunakangrafik, photo, atau diagram. Semua hasil pemaparan yang telah diketik rapikemudian ditempelkan di steroform dengan judul “Keinginan Publik TerhadapKantin di SMP-SMA BPK PENABUR Tasikmalaya”.

Kelompok 3 memaparkan usulan atas kebijakan yang diambil kepada pihakyang berkepentingan yakni sekolah atau yayasan. Usulan yang dikemukakanoleh kelompok 3 ini didasarkan pada temuan dari kelompok 1 dan 2. Dengandemikian kelompok 3 membuat uraian tentang usulan setelah mengetahuihasil paparan dari kelompok 1 dan 2.

Kelompok 4 bertugas memaparkan rencana tindakan berkaitan dengankebijakan yang diusulkan oleh kelompok 3. Rencana ini harus terperinci,mendetail, dan jelas. Misalnya yang dipaparkan oleh kelompok 4 bisa beruparencana bentuk dan ukuran kantin, letak kantin, barang-barang yang akandijual, dan sebagainya.

Langkah V: Penyajian Portofolio TampilanLangkah penyajian portofolio ini dilaksanakan setelah seluruh kelompok selesaimelaksanakan tugas. Guru menentukan waktu yang tepat kemudianmenghubungi kepala sekolah, pengurus yayasan, dan guru. Agar penyajianini tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar matapelajaran yang lainmaka

Page 34: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

27Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

waktu yang ditentukan oleh para siwa yakni pada akhir semester sesuai denganprinsip pembuatan portofolio tampilan.

Setiap kelompok memaparkan hasil kerja mereka di depan kepala sekolah,pengurus yayasan, para guru, dan para siswa lainnya dipandu oleh gurukewarganegaraan sebagai moderator. Penyajian para siswa diluar dugaan,ternyata bisa memberikan wawasan baru.

HasilModel Pembelajaran Berbasis Portofolio memungkinkan siswa untuk berlatihmemadukan konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari bukubacaan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu siswadiberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas baik informasi yangsifatnya benda, penglihatan (objek langsung, TV/radio/internet) maupun orang/pakar/tokoh. Dengan model pembelajaran ini pula siswa dilatih untuk beranimembuat suatu keputusan (sesuai dengan kemampuannya) yang berkaitandengan konsep yang dipelajarinya. Siswa juga diberi kesempatan untukmerumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah danmencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

PenutupSebuah metode pembelajaran bagaimanapun baiknya tanpa melalui ketekunandan perbaikan serta keberanian untuk mencoba tidak akan membawa hasilyang memuaskan. Metode portofolio tampilan yang penulis terapkan belumlahsempurna. Hanya kemauan dan keberanian saja yang melatarbelakangi penulismenampilkan metode ini. Masih banyak kendala yang penulis hadapi sepertiketerbatasan wawasan para siswa, data dari nara sumber yang belumberkualitas dan belum memadai, dan cara penyampaian siswa dalammenyajikan hasil yang belum sempurna.

Semoga metode pembelajaran yang penulis paparkan ini dapat memberikanwawasan bagi teman-teman guru terutama di lingkungan BPK PENABUR.

Daftar PustakaArnie Fajar, Dra. (2002). Portofolio dalam pembelajaran IPS. Bandung: Remaja

Rosdakarya______ Kebijakan kurikulum berbasis kompetensi. (2002). Jakarta: Pusat

Kurikulum-Badan Penelitian dan Pengembangan DepartemenPendidikan Nasional

______ Kurikulum berbasis kompetensi mata pelajaran Kewarganegaraan(Citizenship) Sekolah Lanjutan Pertama. (2001). Jakarta: Pusat

Page 35: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Mengajar Mata Pelajaran Kewarganegaraan

Kurikulum-Badan Penelitian dan Pengembangan DepartemenPendidikan Nasional

______ Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama: Pedoman khususpengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi SekolahMenengah Pertama Mata Pelajaran Pengetahuan sosial. (2003).Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat JendralPendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan LanjutanPertama

Mulyasa, E, Dr. M.Pd. (2003). Kurikulum berbasis kompetensi, konsep,karakteristik, dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tim Abdi guru. (2004). Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VII. Jakarta:Erlangga

Page 36: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

29Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran

Penerapan Teori Multiple Intelligencedalam Pembelajaran Fisika

Piping Sugiharti, S.Pd.*)

*) Guru SMP BPK PENABUR Cimahi, Juara I Lomba Karya Tulis HUT ke-55 BPK PENABUR KategoriGuru SMP/SLTA

Penelitian

Abstraknak-anak memiliki kecerdasan yang beragam (Multiple Intelligences),dimana kecerdasan dalam bidang angka atau logika (Logical-Mathematical Intelligence) hanyalah merupakan sebagian kecil dariberbagai kecerdasan yang mungkin dimiliki oleh seorang anak.

Fisika sebagai salah satu ilmu dalam bidang sains merupakan salah satu matapelajaran yang biasanya dipelajari melalui pendekatan secara matematissehingga seringkali ‘ditakuti’ dan cenderung ‘tidak disukai’ anak-anak karenapada umumnya anak-anak- yang memiliki kecerdasan Logical Mathematicalsajalah yang ‘menikmati fisika’. Belajar fisika bukan hanya sekedar tahumatematika, tetapi lebih jauh anak didik diharapkan mampu memahami konsepyang terkandung di dalamnya, menuliskannya ke dalam parameter-parameteratau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan serta menyelesaikannyasecara matematis. Tidak jarang hal inilah yang menyebabkan ketidaksenangananak didik terhadap mata pelajaran ini menjadi semakin besar.Dalam tulisan ini akan diterapkan sebuah metode mengajar yang kreatif danaplikatif berdasarkan Multiple Intelligence yang dimiliki anak-anak agar anak-anak yang tidak memiliki kecerdasan logis-matematis dapat ikut ‘menikmatifisika’. Metode ini tidak hanya sederhana, tetapi sangat efektif dalammenciptakan kreativitas dan aktivitas anak didik. Dari hasil penerapan metodeini diperoleh kenyataan bahwa kesenangan anak didik terhadap mata pelajaranfisika meningkat. Melalui metode ini pula anak-anak minimal tidak lagi ‘takut’menghadapi pelajaran fisika karena ternyata fisika pun dapat dipelajari dengancara-cara yang menyenangkan sesuai dengan talenta yang dimilikinya

Kata kunci : Keragaman kecerdasan, metode mengajar, siswa

AbstractChildren have multiple intelligence of which logical mathematical is only oneof them. Physics is one of the subjects in the field of science using mathematical

A

Page 37: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Fisika

approach. This approach often makes the children afraid of and reluctant tostudying Psysics. They are of the opinion that the students with logicalmathematical intelligence will succesfully study the subject. This opinion is definitelynot true because Physics is not simply mathematics. This article introduces amethod of teaching and learning Psysics which will motivate the children to learnand enjoy the lesson very much. The method developed from multiple intelligencewill change the children’s image of Physics as a monster to be a fun.

PendahuluanFisika menguraikan dan menganalisis struktur dan peristiwa yang terjadi dialam, teknik dan lingkungan di sekitar kita. Menurut Duxes (1996:4) dalamproses tersebut ditemukan sejumlah aturan atau hukum-hukum di alam yangdapat menerangkan gejala alam tersebut secara logis dan rasional. Prosesmenguraikan dan menganalisis tersebut didasarkan pada penerapan strukturlogika sebab akibat (kausalitas). Pada gilirannya proses menguraikan danmenganalisis tersebut bertujuan untuk memahami gejala alam. Maksudmemahami di sini adalah dapat menyesuaikan gambaran dalam jiwa manusiadengan pengalaman fisis.

Lebih lanjut memahami gejala alam fisika diperlukan untuk perkembanganpembangunan bagi kesejahteraan manusia. Dengan demikian sangatdibutuhkan proses penerusan pemahaman konsep-konsep fisika. Didaktikfisika merupakan wahana dalam upaya meneruskan pengetahuan tentangfisika. Dalam didaktik fisika diuraikan bagaimana cara memahami pengetahuanfisika yang sudah tersusun dalam rumpun ilmu fisika yang kita kenal sekarang.

Agar terselenggara proses penerusan pengetahuan fisika diperlukansejumlah metode ataupun pendekatan yang mampu mengantarkan siswa padatahap penguasaan konsep-konsep fisika tersebut sehingga pada akhirnyamasalah tentang fisika dapat dipecahkan.

Menurut Bloom (1979:99) kemampuan pemahaman konsep adalah halpenting dalam kemampuan intelektual yang selalu ditekankan di sekolah danPerguruan Tinggi. Kemampuan pemahaman konsep suatu materi subjekmerupakan hal terpenting dalam pengembangan intelektual.

Dalam pembelajaran fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakansyarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar fisika. Hanya denganpenguasaan konsep fisika seluruh permasalahan fisika dapat dipecahkan, baikpermasalahan fisika yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupunpermasalahan fisika dalam bentuk soal-soal fisika di sekolah. Hal inimenunjukkan bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebihmenuntut pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut.

Sangat disayangkan mata pelajaran fisika pada umumnya justru dikenal

Page 38: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

31Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran

sebagai mata pelajaran yang “ditakuti” dan tidak disukai murid-murid.Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar mereka dimanamereka menemukan kenyataan bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran ‘berat’dan serius yang tidak jauh dari persoalan konsep, pemahaman konsep,penyelesaian soal-soal yang rumit melalui pendekatan matematis hinggakegiatan praktikum yang menuntut mereka melakukan segala sesuatunyadengan sangat teliti dan cenderung “membosankan”. Akibatnya tujuanpembelajaran yang diharapkan, menjadi sulit dicapai. Hal ini terlihat darirendahnya nilai rata-rata mata pelajaran sains (khususnya fisika) dari tahunke tahun.

Mata pelajaran fisika juga menjadi momok bagi para siswa karenahubungannya erat dengan matematika. Kemampuan matematis siswa yanglemah secara otomatis akan mengalami kesulitan dalam memahami fisika,karena sebagian besar penyelesaian soal-soal fisika dilakukan melaluipendekatan secara matematis. Artinya, siswa yang memiliki kecerdasan dalambidang angka atau logika (Logical-Mathematical Intelligence) saja yang dapatmemahami pelajaran fisika dengan baik. Padahal tidak semua siswa memilikikemampuan yang cukup dalam bidang matematika.

Melalui tulisan ini akan dijabarkan secara singkat bagaimana penulissebagai guru mata pelajaran fisika di SMP BPK PENABUR Cimahi menerapkansuatu metode pembelajaran fisika yang didasarkan pada keragamankecerdasan (Multiple Intelligence) yang dimiliki siswa agar siswa yang tidakmemiliki kecerdasan logis matematis dapat mempelajari fisika berdasarkanragam kecerdasan yang dimilikinya. Sehingga diharapkan semua siswa dapatikut ‘menikmati’ fisika.

Keragaman Kecerdasan dan Metode MembelajarkanMenurut T. Amstrong (2004) dalam bukunya “Kamu Itu Lebih Cerdas Daripada Yang Kamu Duga” (You’re Smarter Than You Think), anak-anak memilikiMultiple Intelligence. Dalam buku tersebut dikatakan sedikitnya ada 8 macamkecerdasan yang salah satu atau beberapa diantaranya dapat dimiliki olehseorang anak, yaitu:1. Kecerdasan dalam menggunakan kata-kata (Linguistic Intelligence)2. Kecerdasan dalam bermusik (Musical Intelligence)3. Kecerdasan dalam menggunakan logika (Logical-Mathematical Intelligence)4. Kecerdasan dalam menggunakan gambar (Visual-Spatial Intelligence)5. Kecerdasan dalam memahami tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)6. Kecerdasan dalam memahami sesama (Interpersonal Intelligence)7. Kecerdasan dalam memahami diri sendiri (Intrapersonal Intelligence)8. Kecerdasan dalam memahami alam (Naturalist Intelligence)

Page 39: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Fisika

Dari berbagai macam kecerdasan tersebut, setiap jenis kecerdasan yangada juga memiliki ciri-ciri tertentu. Dari berbagai macam ciri yang ada padaseorang anak dapat diketahui jenis kecerdasan yang dimiliki oleh anak tersebut.

Linguistic IntelligenceMenurut buku tersebut, anak dengan kecerdasan linguistic yang menonjolbiasanya senang membaca, pandai bercerita, senang menulis cerita atau puisi,senang belajar bahasa asing, mempunyai perbendaharaan kata yang baik,pandai mengeja, suka menulis surat atau e-mail, senang membicarakan ide-ide dengan teman-temannya, memiliki kemampuan kuat dalam mengingatnama atau fakta, menikmati permainan kata (utak-atik kata, kata-katatersembunyi, scrabble atau teka-teki silang, bolak-balik kata, plesetan ataupantun) dan senang membaca tentang ide-ide yang menarik minatnya.

Kecerdasan dalam bidang ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpanberbagai informasi yang berarti yang berkaitan dengan proses berpikirnya.

Musical IntelligenceSeorang anak yang memiliki kecerdasan dalam bermusik (Musical Intelligence)biasanya senang menyanyi, senang mendengarkan musik, mampu memainkaninstrumen musik, mampu membaca not balok/angka, mudah mengingatmelodi atau nada, mudah mengenali banyak lagu yang berbeda-beda, mampumendengar perbedaan antara instrumen yang berbeda-beda yang dimainkanbersama-sama, suka bersenandung/bernyanyi sambil berpikir ataumengerjakan tugas, mudah menangkap irama dalam suara-suaradisekelilingnya, senang membuat suara-suara musikal dengan tubuhnya(bersenandung, bertepuk tangan, menjentikkan jari atau menghentakkan kaki),senang mengarang/menulis lagu-lagu atau rap-nya sendiri dan mudahmengingat fakta-fakta dengan mengarang lagu untuk fakta-fakta tersebut.

Logical Mathematical IntelligenceSeseorang dengan Logical-Mathematical Intelligence yang tinggi biasanyamemiliki ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan,mudah mengerjakan matematika dalam benaknya, suka memecahkan misteri,senang menghitung, suka membuat perkiraan, menerka jumlah (sepertimenerka jumlah uang logam dalam sebuah wadah), mudah mengingat angka-angka serta skor-skor (skor sepak bola, skor games, berapa tingginya gedungtertinggi di dunia, dll), menikmati permainan yang menggunakan strategiseperti catur atau games strategi, memperhatikan antara perbuatan danakibatnya (yang dikenal dengan sebab-akibat), senang menghabiskan waktudengan mengerjakan kuis asah otak atau teka-teki logika, senang menemukan

Page 40: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

33Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran

cara kerja komputer, senang mengelola informasi kedalam tabel atau grafik danmereka mampu menggunakan komputer lebih dari sekedar bermain games.

Visual-Spatial InteligenceSeorang anak yang memiliki kecerdasan dalam menggunakan gambarbiasanya lebih mengingat wajah ketimbang nama, suka menggambarkan ide-idenya atau membuat sketsa untuk membantunya menyelesaikan masalah,berpikir dalam bentuk gambar-gambar serta mudah melihat berbagai objekdalam benaknya, dia juga senang membangun atau mendirikan sesuatu,senang membongkar pasang, senang bekerja dengan bahan-bahan seniseperti kertas, cat, spidol atau crayon, senang menonton film atau video,senang bermain video games, memperhatikan gaya berpakaian, gaya rambut,model mobil, motor atau hal sehari-hari lainnya, senang membaca ataumenggambar peta hanya untuk bersenang-senang, senang melihat foto-foto/gambar-gambar serta membicarakannya, senang melihat pola-pola duniadisekelilingnya, senang mencorat-coret, menggambar segala sesuatu dengansangat detail dan realistis, mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya dalambentuk gambar-gambar, belajar dengan mengamati orang-orang yang sedangmengerjakan banyak hal, senang memecahkan teka-teki visual/gambar sertailusi optik dan suka membangun model-model atau segala hal dalam 3 dimensi.Anak dengan kecerdasan visual biasanya kaya dengan khayalan sehinggacenderung kreatif dan imaginatif.

Bodily Kinesthetic IntelligenceAnak yang memiliki kecerdasan dalam memahami tubuh cenderung sukabergerak dan aktif, mudah dan cepat mempelajari keterampilan-keterampilanfisik serta suka bergerak sambil berpikir, mereka juga senang berakting,senang meniru gerak-gerik atau ekspresi teman-temannya, senangberolahraga atau berprestasi dalam bidang olahraga tertentu, terampilmembuat kerajinan atau membangun model-model, luwes dalam menari,berjoget atau berdansa, senang menggunakan gerakan-gerakan untukmembantunya mengingat berbagai hal, mempunyai koordinasi serta kesadaranyang baik terhadap tempo dan senang beristirahat. Anak-anak dengankecerdasan tubuh biasanya lebih mengandalkan kekuatan otot-ototnya.

Interpersonal IntelligenceJika seseorang memiliki kecerdasan dalam memahami sesama biasanya iasuka mengamati sesama, mudah berteman, suka menawarkan bantuan ketikaseseorang membutuhkan, menikmati kegiatan-kegiatan kelompok sertapercakapan yang hangat dan mengasyikkan, senang membantu sesamanya

Page 41: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Fisika

yang sedang bertikai agar berdamai, percaya diri ketika bertemu dengan orangbaru, suka mengatur kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri dan teman-temannya, mudah menerka bagaimana perasaan sesamanya hanya denganmengamati mereka, mengetahui bagaimana cara membuat sesamanyabersemangat untuk bekerja sama atau bagaimana agar mereka mau terlibatdalam hal-hal yang diminatinya, lebih suka bekerja dan belajar bersamaketimbang sendirian, senang meyakinkan orang tentang sudut pandangnyaterhadap sesuatu, mementingkan soal keadilan serta benar-salah dan senangbersukarela untuk menolong sesama. Anak yang memiliki kecerdasaninterpersonal biasanya disukai teman-temannya karena ia mampu berinteraksidengan baik dan memiliki empati yang besar terhadap teman-temannya.

Intrapersonal IntelligenceSeorang anak yang memiliki kecerdasan dalam memahami diri sendiribiasanya lebih suka bekerja sendirian daripada bersama-sama, sukamenetapkan serta meraih sasaran-sasarannya sendiri, menjunjung tinggikepercayaan-kepercayaannya seandainya pun kepercayaannya itu tidakpopuler. Ia tidak terlalu mengkhawatirkan apa kata orang dibandingkan dengankebanyakan orang lainnya. Ia juga mengetahui bagaimana perasaannya danmengapa demikian dan seringkali ia menghabiskan waktu hanya untukmerenungkan dalam-dalam tentang hal-hal yang penting baginya. Anak dengankecerdasan intrapersonal biasanya sadar betul akan bidang yang menjadikemahirannya dan bidang dimana dia tidak terlalu mahir. Ia senang membuatcatatan harian atau membuat jurnal harian, senang menuliskan ide-idenya,kenangan-kenangannya, perasaan-perasaannya atau sejarah pribadinya. Anakseperti ini biasanya sadar betul akan siapa dirinya dan ia sangat senangmemikirkan masa depan dan cita-citanya di suatu hari nanti.

Naturalist IntelligenceSeorang yang memiliki kecerdasan dalam memahami alam biasanya sukabinatang, pandai bercocok tanam dan merawat kebun di rumah atau dilingkungannya, peduli tentang alam serta lingkungan, senang ke taman, kebunbinatang atau menikmati keindahan di aquarium. Selain itu ia juga senangberkemah atau mendaki gunung di alam bebas, senang memperhatikan alamdimanapun dia berada, mudah beradaptasi dengan tempat dan acara yangberbeda-beda, senang memelihara binatang, mempunyai ingatan yang kuattentang detail tempat-tempat yang pernah dia kunjungi serta nama-namahewan, tanaman, orang dan berbagai hal lainnya, banyak bertanya tentangorang, tempat dan hal yang dia lihat di lingkungan atau di alam sehingga diabisa lebih memahaminya. Ia mampu memahami serta mengurus dirinya sendiri

Page 42: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

35Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran

di situasi atau tempat yang baru dan berbeda. Ia juga sangat memperhatikanlingkungan di sekitarnya (di sekolah atau di rumah). Anak ini biasanya senangmencari tahu tentang sesuatu kemudian mengelompokkannya ke dalamkategori tertentu, misalnya senang mengamati burung, bebatuan ataumencatat jenis mobil yang berbeda-beda. Anak dengan kecerdasan ini biasanyatahu persis kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.

Dari berbagai penjelasan yang didapat dari buku inilah penulis memahamibahwa anak-anak memiliki Multiple Intelligence dimana kecerdasan dalambidang angka atau logika hanyalah merupakan sebagian kecil dari berbagaimacam kecerdasan yang mungkin dimiliki oleh seorang anak. Dalam bukutersebut juga dikatakan bahwa test IQ bukanlah satu-satunya ukurankecerdasan anak, karena test IQ hanya menekankan pada kecerdasan logika-matematika dan bahasa.

Model Pembelajaran Fisika Melalui PermainanBerbekal dari pemahaman yang diuraikan di muka maka penulis terinspirasiuntuk membuat model pengajaran fisika yang kreatif dan aplikatif berdasarkankeragaman kecerdasan yang dimiliki anak agar anak-anak yang tidak memilikikecerdasan dalam bidang angka/logika juga dapat ikut menikmati fisika sesuaidengan jenis kecerdasan yang dimilikinya. Misalnya anak-anak yang memilikikecerdasan dalam menggunakan kata-kata (Linguistic Intelligence) dapatmempelajari fisika dengan pantun, puisi dan lain-lain. Anak-anak yang memilikikecerdasan dalam bidang musik (Musical Intelligence) juga dapat mempelajarifisika dengan mengarang lagu-lagu untuk mengingat fakta-fakta dalam fisika.Anak-anak yang memiliki kecerdasan dalam menggunakan gambar (Visual-Spatial Intelligence) dapat mempelajari fisika dengan membuat komik/ceritabergambar, lukisan dan lain-lain. Anak-anak yang memiliki kecerdasan dalammemahami tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence) dapat mempelajari fisikamelalui drama dan tari-tarian.

Selain itu menurut Bahrudin, seorang guru sebuah sekolah alternatif diSalatiga Jawa Tengah, ukuran keberhasilan pendidikan pertama-tama adalahbila anak bisa belajar dengan senang. Bila sekolah tidak bisa memberikanrasa nyaman maka keberhasilan anak untuk belajar sudah berkurang sampai50%. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dibangun berdasarkankegembiraan murid dan guru. (Kompas, Rabu 23 Maret 2005).

Multiple Intelligence pada dasarnya merupakan pengembangan darikecerdasan otak (IQ), kecerdasan emotional (EQ) dan kecerdasan spiritual(SQ). Celakanya, pola pemikiran tradisional dalam pendidikan acapkali lebihmenekankan pada kemampuan logika-matematika dan bahasa. Padahal, setiaporang memiliki cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang

Page 43: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Fisika

dihadapinya. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseoranguntuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut ataumembuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. (Handy Susanto,2005).

Berdasarkan berbagai kenyataan itulah maka penulis sebagai guru matapelajaran fisika pada SMP BPK PENABUR Cimahi mencoba menerapkan metodemengajar yang kreatif dan aplikatif yang mungkin tidak didapatkan dalamteori-teori belajar yang ada selama ini. Metode yang penulis terapkan di siniadalah metode pengajaran fisika melalui permainan sesuai dengan ragamkecerdasan yang dimiliki oleh para siswa. Dalam metode ini siswa dibagimenjadi 4 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 6 – 8 orang dan kepadatiap-tiap kelompok diberikan kebebasan untuk menuangkan ide-idenya. Keempat kelompok tersebut memilih kegiatan membuat: 1) Teka Teki Silang(TTS) dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan fisika, 2) pantuntentang fisika, 3) mengganti syair lagu kesukaan mereka dengan konsep-konsep fisika dan 4) sebuah drama singkat tanpa kata untuk menjelaskansuatu konsep fisika. Dan agar ‘permainan’ menjadi lebih menarik makadiberikan aturan-aturan dan penilaian-penilaian dalam setiap jenis ‘permainan’yang dilakukan.

Kelompok yang membuat TTS biasanya membuat kolom-kolom TTS-nyapada sebuah kertas karton besar yang kemudian ditempel di papan tulis danpertanyaan-pertanyaan dibagikan kepada kelompok-kelompok lainnya.Kemudian kelompok-kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk mengisikolom-kolom tersebut secara bergiliran. Untuk setiap pertanyaan yang dijawabbenar akan memperoleh nilai 100 dan jika salah dikurangi 50. Kelompok yangmenjawab salah akan kehilangan giliran menjawab sebanyak 1 kali.Contoh TTS:

Page 44: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

37Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran

Mendatar:2. Suatu tarikan atau dorongan4. Kelengkungan permukaan zat cair5. Satuan intensitas cahaya7. Alat ukur kelajuan8. Penurunan tekanan udara secara tiba-tiba

Menurun:1. Merupakan ukuran banyaknya materi yang dikandung dalam suatu benda3. Kata lain dari energi3a. Satuan internasional untuk suhu8. Satuan energi9. Kemampuan untuk melakukan usaha10. Orang yang menemukan tekanan atmosfer

Kelompok yang membuat pantun biasanya membuat beberapa buah pantunyang berisi konsep-konsep fisika dan mengandung pertanyaaan-pertanyaanyang harus dijawab oleh kelompok-kelompok yang lainnya. Seperti halnyaTTS pertanyaan-pertanyaan yang dijawab benar akan memperoleh nilai 100dan jika salah dikurangi 50.Contoh pantun:

Gadis cantik idaman terunaWajah menarik bercahayaKalau adik bijaksanaAlat apa pengukur gaya

Kelompok yang membuat puisi atau lagu-lagu biasanya memperolehpenilaian khusus atas kreativitasnya tersebut. Satu cerita menarik yang penulisdapatkan disini adalah bahwa ada seorang siswa yang selama ini hampirselalu mendapat nilai buruk dalam fisika ternyata mampu membuat puisi danmengubah sebuah syair lagu dengan konsep fisika hanya dalam waktu kurangdari 2 x 45 menit bahkan membacakan dan menyanyikannya sendiri denganpenuh penghayatan! Sungguh luar biasa!

Contoh Puisi:Guru PintarUsahamu sangat berhargaEnergimu benar-benar nyataUkuran otakmu melebihi guru fisika yang terkenalGayamu Seperti Bunda-kuMeskipun tekanan udara silih bergantiEngkau masih bisa tinggal di bumi ini

Page 45: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Fisika

Berapa m/s engkau berjalan kaki dari rumah ke sekolahJujur saja dunia ini masih berputarEngkau-pun juga seperti Manometer yang berjalanTolong jangan engkau mengurangi energimuEngkau-pun jangan menghilangkan usahamuSebab usahamu dapat membiayai daya pikiranku yang belum pernahtersimpanMeskipun atmosfir adaWaktu detik demi detik berjalanSelamat menjalankan pekerjaanmuKarena engkau adalah guru fisikaku

Contoh Lagu:

Slow^Fast; #=8; Indonesian; Copy@= Cobalah untuk setia, song by: Krisdayanti

Beban dari titik tumpuIntro: Pada zamannya tuas telah digunakan oleh banyak ilmuwan

Lain untuk memudahkan melakukan suatu pekerjaanTetapi archimedes-lah yang pertama kaliMendemonstrasikan secara matematis

Reff. Bahwa mulai perbandingan antara kuasa-NyaDiberikan dan beban yang dinaikkan samaDengan kebalikan dari nilai perbandinganAntar jarak kuasa dan beban dari titik tumpuArchimedes bahkan dengan banggaMenyatakan bahwa seandainyaIa dapat berdiriDi suatu tempat yang jaraknya cukup

Reff. ...

Kemudian kelompok yang membuat drama singkat tanpa kata biasanyamenerangkan suatu konsep sederhana tentang fisika dan kelompok-kelompoklainnya memberikan kesimpulan tentang maksud dari drama tersebut dalamselembar kertas. Penilaian tertinggi diberikan kepada kelompok yangpendapatnya paling mendekati kebenaran dari konsep yang disajikan. Penilaiandilakukan oleh kelompok yang bersangkutan dan dibantu oleh guru apabilamemang diperlukan. Contoh drama singkat yang pernah dilakukan antaralain: penjelasan tentang konsep perpindahan kalor secara konduksi, sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh sebuah cermin datar, resultan gaya-gayasegaris dan sejajar, konsep gaya tarik/gaya tolak pada magnet, rotasi planet-planet, penerapan hukum Pascal pada pompa sepeda dan lain-lain.

Page 46: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

39Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran

Dalam drama singkat yang menjelaskan proses perpindahan kalor secarakonduksi ada 4 – 5 orang siswa yang berdiri berjajar dan berperan sebagaipartikel-partikel logam. Kemudian seorang siswa lainnya berperan sebagai‘api’ yang memberikan ‘panas’nya (panas digantikan oleh sebuah bolaberwarna kuning) pada siswa yang berada paling dekat dengan api kemudiansiswa tersebut memberikan bola itu secara estafet melalui siswa yang beradadi sebelahnya hingga sampai di ujung kemudian diberikan pada siswa terakhiryang berperan sebagai ‘pengamat’. Dalam adegan tersebut terjadi hal-halmenarik ketika siswa yang bertugas sebagai pengamat yang memegang bolakuning tersebut berakting seolah-olah kepanasan. Suasana menjadi riuhdengan sorak sorai dan applaus dari siswa yang lainnya.

Dalam drama singkat yang menjelaskan tentang sifat-sifat bayangan padacermin datar ada seorang siswa yang berperan sebagai benda dan siswalainnya berperan sebagai bayangan. Dua orang siswa lainnya memegangsebuah plastik transparan besar yang diumpamakan sebagai cermin datar.Hal yang diamati adalah bahwa jarak bayangan = jarak benda ke cermin,tinggi bayangan = tinggi benda dan bayangan bertukaran sisi-sisinya denganbenda. Yang menarik adalah ketika siswa yang berperan sebagai bendamendekati cermin ternyata siswa yang berperan sebagai bayangan malahbergerak mundur/menjauhi cermin. Hal ini tentu saja membuat sebagian siswaspontan tertawa dan mengatakan bahwa hal tersebut salah. Disinilah guruberperan sebagai sumber informasi yang dapat membantu meluruskankesalahan-kesalahan yang mungkin saja dilakukan. Tetapi dengan metode inisiswa belajar menemukan sendiri masalahnya sekaligus memecahkannya.

Banyak sekali hal-hal menarik yang terjadi dalam proses pembelajaranseperti ini. Antusiasme siswa sangat besar dan semua siswa terlihat sangatmenikmati pelajaran ini.

Memang dalam metode ini, siswa yang memegang peranan penuh dalamkelas. Mereka yang memilih dan merancang konsep materi dan soal yangakan dibahas dan mereka pula yang memberikan penilaian-penilaian. Hal inisesuai dengan kurikulum yang sedang digunakan saat ini yaitu KurikulumBerbasis Kompetensi (KBK) dimana dalam kurikulum ini siswa yang menjadisubjek utama dalam proses pembelajaran sedangkan guru hanya berperansebagai fasilitator.

Satu hal yang menjadi kendala adalah metode ini tidak dapat digunakandalam setiap jam pelajaran fisika karena bagaimanapun siswa harusmendapatkan pemahaman dan konsep-konsep terlebih dahulu dari guru yangbersangkutan agar tidak terjadi kesalahan konsep dan penyimpangan daritujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Hal lain yang menjadi kendalaadalah adanya keterbatasan waktu yang ada sementara materi pelajaran

Page 47: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Fisika

yang harus diberikan sedemikian banyaknya. Akan tetapi paling tidak denganadanya metode ini guru dapat memberikan pengalaman belajar yang lainkepada para siswanya sehingga mereka tidak lagi menganggap bahwapelajaran fisika adalah pelajaran yang membosankan sekaligus menakutkan.

Hasil dan DiskusiProses pembelajaran fisika yang didasarkan pada teori Multiple Intelligencemampu mengubah pola pengajaran tradisional (ceramah) menjadi sebuahpengalaman belajar yang menyenangkan. Dalam hal ini guru harus memilikikepekaan untuk melihat semua hal yang ada dalam lingkungan disekitarnyayang dapat digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar. Siswa ditarikkeluar dari paradigma lama yang menekankan pada teori semata. Siswa diajakuntuk melihat bahwa teori yang mereka terima dapat mereka temui dan bahkandapat mereka aplikasikan dalam kehidupan nyata sehingga merekamemperoleh kesan yang mendalam.

Dari hasil pengalaman yang penulis dapatkan melalui penerapan teoriMultiple Intelligence dalam proses pembelajaran fisika khususnya, ada beberapakeunggulan yang penulis rasakan, diantaranya adalah:1. Aktivitas pengajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang

dimiliki oleh siswa sedikit banyak telah memunculkan semangat belajardan rasa percaya diri pada setiap siswa. Siswa digali kreativitasnya agarmereka dapat mempelajari fisika sesuai dengan talenta yang ada padamereka, misalnya melalui lagu, pantun, puisi, drama dan lain-lain.

2. Melalui penerapan teori Multiple Intelligence dalam pembelajaran fisikatelah menggugurkan anggapan bahwa pelajaran fisika itu sulit dan tidakmenyenangkan. Karena melalui teori ini guru memberikan kesempatankepada para siswa untuk mempelajari fisika sesuai dengan ragamkecerdasan yang dimilikinya.

3. Melalui teori Multiple intelligence ini pula siswa belajar untuk lebih menggalipotensi yang ada pada dirinya dan dapat lebih menghargai talenta yangtelah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Selain itu siswa juga belajar untukmenghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing, misalnya siswayang biasanya dianggap bodoh karena selalu mendapat nilai buruk dalampelajaran fisika ternyata mampu membuat puisi dan menggubah syairlagu dengan konsep-konsep fisika dengan sangat indah.

4. Metode ini juga sangat efektif karena mampu meningkatkan aktivitas dankreatifitas siswa dalam bentuk interaksi baik antara siswa dengan gurumaupun antara siswa dengan siswa lainnya. Bahkan interaksi ini lebihdidominasi oleh interaksi antara siswa dengan siswa sedangkan guruhanya bersifat sebagai moderator saja. Tanya jawab antar siswa berjalan

Page 48: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

41Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran

dengan sangat baik dan setiap penilaian yang diberikan oleh guru maupunsiswa lainnya mampu memacu dirinya untuk lebih menggali konsep-konsepmateri yang diajarkan sehingga menghasilkan rasa keingintahuan danpercaya diri yang tinggi.

5. Lebih jauh lagi, melalui penerapan teori Multiple Intelligence dalampembelajaran fisika diharapkan siswa dapat melihat kenyataan bahwamereka itu “unik”. Tuhan menciptakan jutaan bahkan milyaran manusiadengan keunikan tersendiri. Mereka juga dapat melihat bahwa Tuhansudah menyediakan laboratorium terbesar bagi mereka berupa alamsemesta sehingga dengan kesadaran seperti ini maka kecerdasan spriritual(SQ) mereka juga akan ikut tergali. Oleh karena itu secara keseluruhanmetode ini mampu menciptakan rasa belajar fisika yang menyenangkanyang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan minat dan motivasisiswa pada pelajaran fisika. Indikator terakhir yang diharapkan tentu sajaadalah adanya peningkatan nilai rata-rata kelulusan pada mata pelajaransains umumnya, dan fisika khususnya.

Selain berbagai kelebihan, ada juga beberapa kelemahan/kendala yangpenulis temukan dalam menerapkan teori ini, di antaranya adalah:1. Sedikitnya waktu pembelajaran yang tersedia sedangkan materi yang

harus diajarkan sangat banyak. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK) dikatakan bahwa guru memiliki kewenangan untuk memilih materi-materi esensial yang akan diajarkan kepada siswanya, sedangkankenyataannya adalah masih adanya tes bagi siswa (ujian nasional danujian sekolah contohnya), dengan soal-soal yang notabene bukan berasaldari guru yang bersangkutan. Sedang pemahaman tentang materi manayang dianggap esensial dan materi mana yang kurang esensial bagi setiapguru bisa saja berbeda-beda. Akhirnya, mau tidak mau guru harusmengajarkan semua materi yang ada dalam buku paket.

2. Penerapan teori Multiple Intelligence dalam proses pembelajaran fisikamembuat siswa tidak hanya duduk “manis” mendengarkan ceramah dariguru. Siswa diberi keleluasaan untuk mencari tempat dimana merekaakan belajar. Jadi proses belajar mengajar tidak selalu dilakukan di dalamkelas tetapi bisa di lapangan, ruang laboratorium atau perpustakaan.Adakalanya ketika siswa berada dilapangan untuk mempraktekkan sesuatu,hal tersebut ikut memancing keingintahuan siswa yang sedang belajar dikelas lain sehingga guru-guru yang lain (mungkin) merasa terganggu.

3. Penerapan teori Multiple Intelligence dalam ruang kelas jugamemungkinkan terjadinya diskusi hangat dalam kelas. Adakalanya siswaberteriak atau bertepuk tangan untuk mengungkapkan kegembiraannyaketika mereka mampu memecahkan suatu masalah. Hal ini juga dapatmenggangu konsentrasi guru dan siswa yang berada di kelas lain.

Page 49: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Fisika

4. Adanya keengganan dari para guru untuk mengubah paradigma lamadalam pendidikan. Kebanyakan guru sudah merasa nyaman dengan metodeceramah sehingga mereka enggan untuk mencoba hal-hal yang barukarena dianggap merepotkan.

Kesimpulan dan SaranDari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:1. Metode pengajaran fisika yang kreatif dan aplikatif berdasarkan penerapan

teori Multiple Intelligence ternyata dapat meningkatkan aktivitas dan rasasenang para siswa terhadap mata pelajaran fisika oleh karena di dalamnyaternyata diterapkan cara-cara belajar fisika yang menarik dan sangatmenyenangkan sesuai dengan kecerdasan yang mereka miliki.

2. Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan waktu mengajar yang tersedia(mengingat waktu yang tersedia cukup singkat) maka pada setiap akhirpelajaran hendaknya guru memberitahukan kepada para siswanya materiapa saja yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya sehingga parasiswa dapat mempelajarinya terlebih dahulu di rumah agar ketika gurumengajar siswa sudah siap.

3. Sebagai salah satu ujung tombak dalam dunia pendidikan kiranya paraguru selalu berusaha untuk memberikan pengabdian yang terbaik bagipara siswa khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya. Salah satucara sederhana yang dapat diterapkan adalah dengan menciptakan metodepengajaran yang kreatif dan aplikatif sehingga mampu meningkatkanminat dan kreativitas siswa-siswanya. Semoga dengan adanya tulisan inidapat memberikan sedikit masukan bagi perkembangan dunia pendidikandi Indonesia umumnya dan BPK PENABUR khususnya.

Daftar PustakaAmstrong, T. (2004). Kamu itu lebih cerdas daripada yang kamu duga (You’re

smarter than you think). Batam Centre: InteraksaraDahar, Ratna Wilis, Prof. Dr. M.Sc,. (1996).Teori-teori belajar. Jakarta: ErlanggaDuxes, Herbert. (1996). Kompedium didaktik fisika. Bandung: Remaja

Rosdakarya———— (2002)Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: DepdikbudKompas, Rabu 23 Maret 2005, hal. 9, kol. 1Prasodjo, Budi dkk. (2003). Teori dan aplikasi fisika 1. Bogor: YudhistiraPrasodjo, Budi dkk. (2003). Teori dan aplikasi fisika 2. Bogor: YudhistiraPrasodjo, Budi dkk. (2003). Teori dan aplikasi fisika 3. Bogor: YudhistiraSusanto, Handy, S.Psi : Penerapan multiple intelligences dalam sistem

pembelajaran, Jurnal Pendidikan Penabur, Jakarta, 2005

Page 50: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

43Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

Peningkatan Profesionalisme MelaluiPembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

Endang Kusumaningsih*)

*) Dosen Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan Institut Kesenian Jakarta

Penelitian

Abstrakenelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan para musisi gerejasebagai konduktor dan pianis yang memandu Jemaat saat menyanyikanlagu Jemaat dalam kebaktian melalui pembelajaran musik. Penelitiandilakukan di Jakarta yang melibatkan para musisi Jemaat Gereja Masehi

Advent Hari Ke Tujuh (GMAHK) di Jakarta dan sekitarnya. Penelitian inimerupakan penelitian tindakan yang dilakukan dalam siklus, yang masing-masing terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.Jumlah partisipan dalam penelitian ini, siklus kesatu 50 peserta, siklus kedua12 peserta dan siklus ketiga 50 peserta.Pelajaran yang diberikan pada pelatihan ini adalah: Standar Musik GerejaMasehi Advent Hari Ke Tujuh, Landasan Musik GMAHK, Teknik Vokal, TeknikKondukting, Pengetahuan Dasar Bagi Pianis Pengiring Lagu Jemaat, PengantarPraktis Membaca Notasi Balok dan Ansambel.Tujuan penelitian ini tercapai setelah tiga siklus yang ditunjukkan dengan ciri-ciri antara lain: (a) Konduktor sanggup menyanyikan lagu-lagu jemaat danmelakukan aba-abanya dengan benar, (b) Pianis sanggup memainkan lagu-lagu jemaat dan mengiringi dengan benar, (c) Konduktor dengan pianis dapatbekerjasama dengan baik pasa saat memandu jemaat menyanyi.

Kata Kunci: Peningkatan profesionalisme, pembelajaran musik, musisi gereja

AbstractThe main objective of this research is to develop the profesionalism of thechurch musicians t of the Sevent-Day Adventist Church in Jakarta. This is anaction research which is done in three cycles, each of which consists ofplanning, acting, observing, and reflecting. The research participants consistof 50 musicians for the first and 12 musicians for the second and 50 musiciansfor the third cycle. The learning materials consist of: The standart music of

P

Page 51: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

SDA church, the SDA church hymn, vocal technique, conducting technique,basics of accompanying pianist for church song, basics of musical notationand ensemble. The objectives of the research were achieved after theimplementation of the third cycle. The indicators of achievement are: (a) theconductors are able to sing and conduct correctly, (b) the pianist are able toperform properly as expected and, (c) the conductors and the pianist showharmonious cooperation in guiding the church congregation to sing.

Latar BelakangPenelitian dilaksanakan pada para konduktor dan pianis Jemaat gereja MasehiAdvent Hari Ke Tujuh di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, pada tahun 2001hingga tahun 2003.Para konduktor dan pianis jemaat yang dimaksud di sini adalah para musisiyang ditugaskan untuk memandu saat jemaat menyanyikan lagu-lagu di dalamkebaktian. Di saat pemanduan terjadi konduktor memberi aba-aba sambilmenyanyi di depan mikrofon agar terdengar oleh seluruh jemaat, sementarapianis mengiring. Dalam wilayah DKI dan sekitarnya terdapat 90 gereja masehiAdvent Hari Ke Tujuh (GMAHK). Namun tidak semua gereja memiliki konduktordan pianis.Berdasarkan hasil pra-observasi yang dilakukan oleh peneliti dan beberapakolaborator yang terlibat di dalam pelatihan selama tahun 2000 di gereja-gereja saat kebaktian, terdapat kenyataan sebagai berikut:1. Banyak lagu-lagu yang dinyanyikan salah dari melodinya, ritmenya,

temponya, prasering dan ekspresinya oleh jemaat maupun konduktor yangpada umumnya kurang memiliki pengetahuan notasi, harga nada, tempo,dinamika, prasering dan ekspresi lagu.

2. Pemberian aba-aba kurang tepat dan kadang-kadang ada konduktor yangsuaranya sumbang atau cempreng sehingga menggangu.

3. Ada konduktor yang menyanyikan lagu dengan di improvisasi sepertilayaknya penyanyi yang menyanyi lagu-lagu hiburan sehinggamengakibatkan suasana tidak khusuk.

4. Para pianis yang kurang menguasai teknik permainan dan memainkanmelodi, ritme, tempo, prasering yang salah dari lagu-lagu yang sedangdimainkan. Memainkan intro lagu tidak mantap sehingga membingungkankonduktor dan jemaat yang akan menyanyi. Kadang-kadang membuatvariasi iringan yang dinilai kurang sesuai. Salah satunya membuat variasiseperti untuk lagu hiburan, atau gaya iringan yang tidak sesuai dengankarakter lagu. Contoh: lagu yang berkarakter khidmat dibuat gaya iringanseperti lagu mars.

Page 52: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

45Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

5. Kerjasama antara konduktor dan pianis tidak kompak sehinggamenimbulkan kekacauan.

Melihat kondisi tersebut, peneliti dan kolaborator berusaha mencari solusiagar para konduktor dan pianis memiliki peningkatan kemampuan sehubungandengan tugas mereka dalam pelayanan musik pada saat kebaktian.

Ada beberapa pertanyaan permasalahan yang muncul di dalam pra-observasi yaitu,

1. Mengapa para konduktor dan pianis jemaat tersebut tidak menguasaimelodi, ritme, prasering, ekspresi dari lagu-lagu jemaat yang seringdinyanyikan?

2. Mengapa para konduktor tidak dapat menyanyi dan memberi aba-abadengan benar?

3. Mengapa para pianis kurang dapat bermain dan mengiringi dengan benar?4. Mengapa para konduktor dan pianis kurang dapat bekerja sama?5. Mengapa cara bekerja konduktor dan pianis kurang menghayati

kekhusukan dan suasana sakral nyanyian?Keadaan tersebut di atas disadari oleh para pimpinan GMAHK. Pada

akhirnya pimpinan Departemen Musik dari organisasi GMAHK se DKI dansekitarnya merencanakan pelatihan bagi para konduktor dan pianis denganmenugaskan peneliti untuk mengkordinasikan pelatihan tersebut.

MasalahUntuk menjadi konduktor dan pianis pengiring lagu jemaat GMAHK perlumengetahui hal-hal sebagai berikut:1. Untuk konduktor

a. Memiliki vokal yang cukup baik untuk dapat menyanyi dengan baik.b. Memiliki kemampuan memberi aba-aba dengan benar.c. Memiliki pengetahuan tentang notasi musik.d. Memiliki pengetahuan tentang lagu-lagu jemaat sehubungan dengan

melodinya, ritmenya, temponya, biramanya, dan ekspresinya.e. Memiliki pengetahuan tentang cara bekerja sama, dengan pianis.f. Memiliki pengetahuan tentang prinsip bermusik Gereja Masehi Advent

Hari Ke Tujuh.

2. Untuk pianisa. Memiliki kemampuan teknik permainan piano yang baik.b. Memiliki kemampuan mengiringi dengan baik.c. Memiliki pengetahuan tentang notasi musik.d. Memiliki pengetahuan tentang lagu jemaat sehubungan dengan

melodinya, ritmenya, temponya, biramanya, dan ekspresinya.

Page 53: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

e. Memiliki pengetahuan tentang cara bekerja sama dengan konduktor.f. Memiliki pengetahuan tentang prinsip bermusik Gereja Masehi Advent

Hari Ke Tujuh.

Rumusan MasalahSehubungan dengan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan padapenelitian ini adalah:“Bagaimana meningkatkan kemampuan para konduktor dan pianis GMAHKagar dapat memandu nyanyian Jemaat di saat kebaktian dengan benar?”

Alasan Melakukan Penelitian TindakanProses pelatihan yang dijalankan perlu diteliti karena jemaat selama ini merasakekhusukan ibadatnya terganggu oleh tidak tertibnya penampilan lagu di dalamgereja. Gejala ini perlu diperbaiki melalui penelitian kaji tindak.Penelitian tindakan ini dilaksanakan sebagai usaha peningkatan kemampuanpara musisi jemaat yang perlu dilakukan melalui siklus-siklus, yang akhirnyamenghasilkan model pembelajaran seperti apa yang digunakan untukmeningkatkan para musisi tersebut.Penelitian ini akan melibatkan para kolaborator yang secara kebetulan adalahpara musisi senior berpengalaman di kalangan GMAHK dan para partisipanyaitu pimpinan organisasi dan gereja setempat yang memiliki tanggungjawabpada liturgi gereja termasuk musik. Dengan demikian penelitian kaji tindakdengan pengamatan melalui siklus-siklus yang memiliki tahap-tahap sepertiplaning, implementasi, observasi dan refleksi.

Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk menemukan model pembelajaran musik bagimusisi GMAHK.

Kerangka TeoriDalam upaya membuat desain pembelajaran pada pelatihan ini, penelitimembuat sebuah kerangka teori dari teori-teori sebagai berikut:1. Hakikat Musik Gereja Masehi Advent Hari Ke Tujuh

Melalui pendapat Pythagoras (filsup dan ahli matematika), Boethius (ahlimusik abad pertengahan), Yehudi Menuhin (Violis terkemuka), BennettReimer (pendidik musik), Teguh Wartono (pendidik musik), Donald P. Hustad(ahli musik Kristiani), John Sheperd dan Peter Wieke (musikolog), DieterMack (komposer), dan Ellen G. White (rohaniwan GMAHK) dihasilkansebuah rangkuman tentang hakikat musik yang berbunyi sebagai berikut:

Page 54: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

47Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

“Musik adalah hasil pengembangan kesadaran manusia atas bunyi yangmemiliki elemen-elemen melodi, ritme, dinamik, warna bunyi, bentuktekstur dan ekspresi yang menjadi budaya manusia itu sendiri yangmemiliki fungsi di dalam dimensi spiritual maupun phisikal dan menjadisatu alat yang efektif dalam mengajarkan kebenaran serta merupakanalat komunikasi dengan Tuhan.”Gereja Masehi Advent Hari Ke Tujuh memiliki misi yaitu 1) Menunggukedatangan Kristus yang kedua kali, 2) Meninggikan hukum Allah termasukhari Sabat (Hari Ke Tujuh), 3) Evangelisasi, 4) Doktrin.Liturgi gereja MAHK adalah pelayanan yang melibatkan kata, gerak musikdan suasana dalam menjalankan misi yang tersebut di atas. Sementaraitu Ellen G. White juga berkata bahwa musik di dalam GMAHK adalahmusik untuk memuliakan nama Tuhan dan memenangkan jiwa-jiwa yangdilakukan dalam kekudusan.Hakikat musik GMAHK adalah bunyi yang memiliki elemen-elemen melodi,ritme, dinamika, warna bunyi, tekstur, dan ekspresi yang mendukung visi-misi GMAHK yaitu menunggu kedatangan Kristus yang kedua kali,meninggikan hukum Allah termasuk hari Sabat, evangelisasi dan doktrin.

2. Hakikat kecerdasanMelalui pendapat-pendapat Gardner, Seashore, Tatarunis, Bersom, danForcucci dapat disimpulkan bahwa:Kecerdasan musik adalah kesanggupan seseorang untuk melakukankegiatan musik dengan memiliki kepekaan akan unsur-unsur yang terkaityaitu kepekaan melodi, ritme, harmoni, bentuk, dinamik, irama, danekspresi, disertai pemahaman, pengetahuan dan keterampilan yangmendukung.Sesuai dengan teori belajar dari Bloom, maka dalam penelitian inikecerdasan musik para musisi gereja tersebut akan dibentuk melalui 3aspek yaitu:a. Aspek kognitif : Dalam membentuk pemahaman dan dapat

menerapkan pengetahuan yang diajarkan.b. Aspek psikomotor : Dalam membentuk keterampilan untuk

menyanyi, mengaba-aba, mengiringi, danberansambel.

c. Aspek afektif : Dalam membentuk penghayatan musik sertamembangkitkan motivasi belajar bagipeserta.

3. Hakikat Model PelatihanMelalui pendapat Good, Travers, Harre dan Snelbecker untuk hakikatmodel serta davis dan Werthor untuk hakikat pelatihan dapat disimpulkan

Page 55: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

bahwa sehubungan dengan kepentingan penelitian ini hakekatnya adalahsebagai berikut:Model sebagai sebuah prosedur yang dalam hal ini adalah prosedurpembelajaran yang menggambarkan langkah, kegiatan dan strategipembelajaran yang dilakukan selama melatih para musisi.

4. Hakikat motivasiMelalui pendapat-pendapat dari Sherif, Gagne, Shield, Bredemeir danGredler dihasilkan sebuah rangkuman tentang hakekat motivasi yangberbunyi sebagai berikut:Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul karena adanyarangsangan dari dalam maupun luar sehingga seseorang berkeinginanuntuk melakukan suatu tindakan. Dalam rangka meningkatkanprofesionalisme para musisi GMAHK melalui pembelajaran musik perluadanya usaha dalam membangun motivasi agar memiliki semangat saatmengikuti pelatihan.

Kerangka BerpikirBerdasarkan definisi dan pengertian beserta kerangka teori, maka peningkatanprofesionalisme melalui pembelajaran musik bagi musisi GMAHK adalahkegiatan belajar mengajar bersifat pelatihan bagi konduktor dan pianis denganmeningkatkan keterampilan, pengetahuan dan pemahaman mereka tentangmusik yang didasari oleh dasar kepercayaan GMAHK, agar mereka layak untukmemandu jemaat dalam menyanyikan lagu pada kebaktian. Kemampuan musikyang diberikan adalah kemampuan yang bersifat individu seperti teknik vokalyang membelajarkan bagaimana menyanyi dengan benar, teknik konduktingyang membelajarkan bagaimana mengaba-aba dengan benar, pengetahuandasar bagi pianis pengiring lagu jemaat yang membelajarkan bagaimanabermain piano dan mengiringi dengan benar, pemahaman lagu jemaat yangmembelajarkan sisi musikal lagu-lagu. Yang membelajarkan tulisan musikmelalui not balok dan notasi serta kelompok yaitu ansambel. Agar menghayatimusik yang dipelajari mereka diberikan apa yang menjadi prinsip dan landasandalam musik untuk kebaktian di GMAHK. Agar para peserta memiliki motivasidan semangat dalam mengikuti pelatihan, dibuat model pembelajaran danmenentukan strateginya.

Metodologi PenelitianPenelitian ini dilaksanakan terhadap pelatihan musisi GMAHK wilayah DKIJakarta dan sekitarnya mulai tahun 2001 hingga 2003. pelatihan yang diadakansebanyak tiga siklus ini diikuti oleh peserta yang berbeda dari gereja-gereja

Page 56: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

49Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

yang tersebar di DKI Jakarta dan sekitarnya. Pada siklus satu, pelatihan diikutioleh 50 peserta dan pada siklus dua 16 orang, sedangkan siklus tiga ada 50orang. Pelatihan ini melibatkan 9 orang kolaborator yang bertugas mengajarserta mengadakan pemantuan secara bergiliran.Penelitian tindakan dilaksanakan sebagai usaha peningkatan kemampuan paramusisi jemaat melalui siklus-siklus yang akhirnya akan menghasilkan modelpembelajaran Dengan demikian penelitian kaji tindak dengan pengamatanmelalui siklus-siklus yang memiliki tahap-tahap seperti planning, implementasi,observasi, dan refleksi merupakan wadah dalam melaksanakan tanggung jawabtersebut, khususnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi.1. Teknik Pengumpulan Data:

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:a. Melakukan observasi

Yang melakukan adalah peneliti dengan dibantu oleh beberapakolaborator untuk mengamati proses pelatihan berupa lembarpengamatan yang sudah dengan rinci menampilkan aspek-aspek dariproses yang harus diamati, dan tinggal membubuhkan tanda cek.Selain itu juga mengamati kendala-kendala dan akibat-akibat yangterjadi. Bagi peneliti selain mengamati proses pembelajaran, jugamengamati kinerja kolaborator dalam menyajikan materipembelajaran.Proses pengamatan dilakukan selama proses pembelajaranberlangsung, dan juga setelah pembelajaran berlangsung dengnamenghadiri gereja-gereja, dan menyaksikan saat konduktor dan pianismemandu jemaat menyanyi. Dari hasil observasi diadakan diskusiantara peneliti dan kolaborator dan hasilnya dijadikan acuan untukrencana berikutnya.

b. Melakukan interviuDilakukan untuk melengkapi dan mendapatkan data-data yang belumdi dapat dari observasi. Wawancara dilakukan kepada kolaborator,pimpinan jemaat dari gereja yang bersangkutan dan pimpinanorganisasi penyelenggara.

c. Menyebar kuesionerDilakukan kepada peserta pelatihan.

d. Menjalankan tesTes dipakai untuk mengukur kemajuan peserta pada akhir pertemuanberbentuk tes teori dan praktek.

e. DokumenTeknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber berbentuktulisan dengan tujuan mendapatkan tambahan data tentang hal-hal

Page 57: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

yang sedang dibahas. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakanadalah silabus, kepustakaan, dan strategi pembelajaran yangdilaksanakan.

2. Analisis DataPeneliti melaksanakan analisis dari data yang didapat dalam prosesmeningkatkan profesionalisme para musisi gereja MAHK. Sesuai denganapa yang dikemukan oleh Mills maka prosedur analisis data yang dilakukandalam penelitian ini adalah:a. Dilakukan penjabaran dari kajian pustaka tentang peristiwa atau hal-

hal yang sering muncul.b. Data dari hasil observasi dan wawancara dicatat dan diolah untuk

diidentifikasikan pola yang muncul.c. Data mentah yang diperoleh dimasukkan ke dalam matrik data.d. Dalam menginterpretasikan, menggunakan kategorisasi dengan

membubuhkan kode untuk memudahkan interpretasi data.Analisis data tersebut di atas terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadisecara bersamaan yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data dan (3)penarikan kesimpulan.

3. ValidasiUntuk memperoleh keabsahan data penelitian digunakan tiga teknikpemeriksaan data yaitu (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) triangulasidan, (3) audit trail.

Manfaat Penelitian1. Secara Praktis

a. Bagi musisi jemaat: Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkanprofesionalisme para musisi jemaat untuk dapat memimpin danmengiringi nyanyian ibadat dengan benar.

b. Bagi kolaborator: Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasarpertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikanmodel pelatihan bagi musisi-musisi jemaat.

c. Bagi pihak pengelola (Gereja Masehi Advent Hari Ke Tujuh KonferensDKI dan sekitarnya): Hasil penelitian ini menjadi bahan masukanpenetapan kebijakan yang perlu dimiliki oleh Komisi Pendidikan danPelatihan Musik yang berada di bawah naungan Gereja Masehi HariKe Tujuh Konferens DKI.

2. Secara Teoritis : Dapat dijadikan acuan dalam melakukan lebih lanjutdalam penelitian sejenis. Selain itu dapat memperkaya teori yang sudahada.

Page 58: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

51Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

Pembahasan Hasil PenelitianSiklus I: Prosedur pembelajaran secara keseluruhan

Tahap I :Konduktor + pianis disatukan:1. Standar Musik GMAHK (teori).2. Pengetahuan Dasar Bagi Pianis (teori).3. Pembelajaran terpadu : Vokal, pemahaman lagu, pengetahuan dasar bagi

pianis (praktek).4. Ansambel5. Evaluasi

Tahap II :Konduktor + pianis dipisah1. Konduktor : Mempelajari notasi balok2. Pianis : Mempelajari Pengetahuan Dasar Bagi Pianis.

Tahap III :1. Konduktor belajar kondukting.2. Pianis melanjutkan dari tahap II.3. Konduktor + Piais : Ansambel.4. Pemahaman lagu jemaat (teori).5. Evaluasi : test teori + praktek.6. Praktek memandu jemaat di gereja.

Prosedur pembelajaran dari setiap mata pelajaranA. Langkah : sesuai urutan materi.B. Kegiatan:

1. Teori.2. Praktek individu dan kelompok.

C. Strategi pembelajaran : Ada strategi pembelajaran disemua pelajaran.D. Media : Gambar-gambar, contoh dari kaset, alat musik (piano, keyboard).

Siklus II: Prosedur pembelajaran secara keseluruhanTahap I :Konduktor + pianis disatukan:1. Standar Musik GMAHK (teori).2. Pembelajaran terpadu : Vokal, pemahaman lagu, pengetahuan dasar bagi

pianis pengiring, pemahamaman lagu GMAHK, menurut visi-misi danmusikalitas, notasi balok, ansambel.

3. Evaluasi.

Page 59: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

Tahap II :Pembelajaran terpadu dari 6 pelajaran di Gereja masing-masing, satupelajaran terpisah yaitu pelajaran notasi balok.Evaluasi : Tes teori + praktek.

Prosedur pembelajaran dari setiap mata pelajaranA. Langkah :

1. Enam pelajaran sesuai urutan silabus.2. Satu pelajaran, urutannya disesuaikan dengan urutan lagu di kebaktian

yaitu pemahalam lagu jemaat.B. Kegiatan:

1. Lebih ditekankan pada praktek.2. Individu dan kelompok.

C. Strategi pembelajaran : Ada perubahan strategi khususnya untuk praktek.D. Metode : Ceramah, peragaan, praktek.E. Media : Gambar, contoh dari kaset, piano, keyboard.

Siklus III: Prosedur pembelajaran secara keseluruhanTahap I :1. Konduktor + pianis : Standar Musik GMAHK2. Konduktor : Vokal + pemahaman lagu.3. Pianis : Pengetahuan Dasar Bagi Pianis + Pemahaman lagu.4. Konduktor + pianis : Ansambel + paduan suara.5. Evaluasi : Tes praktek.Tahap II :1. Konduktor : Membaca notasi, teknik kondukting.2. Pianis : Pengetahuan dasar untuk Pianis.3. Konduktor + pianis : Ansambel + paduan suara.4. Konduktor + pianis : Latihan di gereja masing-masing (pembelajaran

terpadu).5. Evaluasi : Tes praktek dan teori.

Prosedur pembelajaran dari setiap mata pelajaranA. Langkah :

1. Enam pelajaran sesesuai urutan silabus.2. Satu pelajaran urutannya dirubah, yaitu pemahaman lagu jemaat,

yang disesuaikan dengan tingkat kesulitan lagu, dan urutan lagi dikebaktikan

B. Kegiatan:1. Kegiatan teori + praktek.2. Praktek individu dan kelompok.

Page 60: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

53Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

C. Strategi pembelajaran : Ada perubahan strategi pembelajaran yangdisesuaikan untuk solusi masalah dan memantapkan pembelajaran, sertamerangsang motivasi belajar pada pelajaran-pelajaran praktekkhususnya.

D. Metode : Ceramah, peragaan, praktek dan tanya jawab.E. Media : Gambar-gambar, musik dari kaset, piano, keyboard.

Ciri-Ciri Peserta yang Sudah Memahami Pembelajarandan Terampil serta Memiliki Motivasi

1. Bagi Konduktora. Aspek Kognitif 1) Dengan kemampuannya menjawab soal tes teori. Nilai mereka

antara 70 hingga 100.2) Terkesan memahami pengetahuan yang disampaikan melalui

kegiatan prakteknya, yaitu sewaktu menyanyi membuat aba-abadan waktu ansambel.

3) Dapat menterjemahkan lagu dari not balok ke angka.b. Aspek Psikomotor

1) Sewaktu menyanyi suaranya baik, bulat, kata-katanya jelas,ketinggian nadanya tepat. Melodi, ritme, tempo lagu juga tepat.Prasering lagu sesuai alur melodi dan tekanan iramanya.

2) Sewaktu membuat aba-aba, posisi tubuhnya dan tangannyabenar. Gerakannya, pola hitungan, ictus, pengawalan danpengakhiran lagu jelas. Demikian juga dengan perlambatan ataupercepatan dan tanda dinamika yang mudah terlihat temponyastabil.

3) Sewaktu bermain bersama dengan pianis ia dapat menyesuaikandiri dengan temponya dan tekanan iramanya.

c. Aspek Afektif1) Peserta dapat menyanyikan lagu sesuai karakter dan jenis

lagunya. Memiliki ekspresi hikmat, melodius, riang, semangat saatmenyanyikan lagu-lagu jemaat dengan ekspresi-ekspresi tersebut.

2) Terlihat semangat dan senang saat mengikuti pelatihan danmelakukan praktek menyanyi ataupun membuat aba-aba.

2. Bagi Pianisa. Aspek Kognitif

1) Dengan kemampuannya menjawab soal tes teori. Nilai merekaantara 70 hingga 100.

Page 61: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

2) Terkesan memahami pengetahuan yang disampaikan melaluikegiatan prakteknya, yaitu sewaktu bermain piano dan ansambel.

b. Aspek Psikomotor1) Sewaktu bermain piano, teknik permainannya baik. Not-notnya,

akord-akordnya, basnya dimainkan dengan tekanan jari yangbenar. Demikian juga dengan pedal dapat mengeluarkan efekbunyi yang sesuai. Melodi, ritme, tempo lagu juga tepat. Praseringlagu sesuai alur melodi dan tekanan iramanya.

2) Sewaktu membuat iringan, pola iringannya sesuai denganprasering, tekanan irama dan karakter serta tempo lagunya.

3) Sewaktu mengiringi konduktor menyanyi ia dapat mengikutitempo, irama, dan ekspresi yang dibawakan. Demikian juga saatmengiringi konduktor dalam membuat aba-aba. Namun demikiania juga membuat kontrol tempo agar tidak makin cepat ataulambat.

c. Aspek Afektif1) Peserta dapat memainkan lagu sesuai karakter dan jenis lagunya.

Memiliki ekspresi hikmat, melodius, riang, semangat saatmemainkan lagu-lagu jemaat di piano yang memiliki ekspresi-ekspresi tersebut di atas.

2) Terlihat semangat dan senang saat mengikuti pelatihan saatberpraktek.

3) Selalu hadir selama pelatihan pada hari Sabtu dan Minggu danselalu melakukan tugas-tugas yang diberikan.

KesimpulanDisimpulkan bahwa setelah siklus ketiga kriteria keberhasilan tercapai. Dengandemikian maka model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan parakonduktor dan pianis jemaat GMAHK adalah model pembelajaran siklus ketigayang memiliki prosedur sebagai berikut:1. Pada tahap pertama konduktor dan pianis disatukan untuk mempelajari

standar musik GMAHK, dan Landasan Musik GMAHK. Kemudian kelas dipisahdi mana konduktor mempelajari teknik vokal yang dipadukan denganpemahaman lagu GMAHK, dan para pianis mempelajari pengetahuan dasarbagi pianis pengiring lagu jemaat GMAHK yang dipadukan denganpemahaman lagu GMAHK. Konduktor dan pianis dipersatukan kembali disetiap akhir pertemuan di kelas ansambel, dan paduan suara

Di akhir tahap pertama diadakan evaluasi berupa tes praktek menyanyisambil diiringi piano.

2. Pada tahap kedua konduktor mempelajari notasi balok yang dilanjutkandengan teknik kondukting, sementara pianis masih melanjutkan

Page 62: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

55Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

pembelajaran pengetahuan dasar bagi pianis pengiring lagu jemaat. Diakhir pertemuan mereka berlatih ansambel dan paduan suara. Setelahpara konduktor mempelajari teknik kondukting, pelatihan juga diadakanpada hari Sabtu di gereja masing-masing, di mana semua pelajarandipadukan dalam bentuk praktek, kecuali latihan notasi balok. Di sini paramusisi berlatih pada saat sebelum dan sesudah kebaktian, dalammempersiapkan memandu jemaat menyanyi.Di akhir tahap dua diadakan evaluasi dalam bentuk tes praktek dan teori.

3. Langkah-langkah dalam pembentukan pemahaman dan keterampilan daritujuh pembelajaran sesuai urutan materi silabus, kecuali pembelajaranpemahaman lagu jemaat yang dirubah di mana urutan lagu-lagu yangdipelajari disesuaikan dengan tingkat kesulitan awal pembiramaan lagudan tekanan birama lagu.

4. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan teori (40%) dan praktek (60%)secara individu maupun kelompok melalui metode ceramah, tanya-jawab,peragaan dan praktek, dengan menggunakan media pembelajaran berupaOHP, LCD, keyboard, kaset, piano akustik dan piano elektrik.Kegiatan pembelajaran diadakan pada hari Minggu untuk semua pesertadari semua gereja yang mengikuti pelatihan, dan hari Sabtu untuk masing-masing peserta di gereja dalam mengintensifkan praktek individu danlatihan memandu jemaat. Di setiap pertemuan selalu diawali dan ditutupdengan kebaktian singkat. Di pertengahan dan akhir kegiatan diadakantes. Dengan demikian maka keseluruhan pertemuan berjumlah 12 kalipertemuan dalam waktu yang lebih singkat yaitu dua bulan, karena dalamsatu minggu diadakan pelatihan dua kali.

Dalam usaha memecahkan permasalahan yang terjadi sebelumnya,memantapkan apa yang telah dihasilkan, serta merangsang motivasi pesertauntuk belajar ada strategi yang dilakukan yaitu:1. Untuk pembelajaran standar musik dan landasan lagu GMAHK, pada akhir

pembelajaran kolaborator meminta peserta untuk menyimpulkan intisaripelajaran dan menyebutkan hal-hal penting yang patut menjadi perhatianutama. Untuk pembelajaran Landasan Lagu GMAHK, peserta diminta untukmembuat intisari pelajaran serta dilatih menyebutkan jenis-jenis lagujemaat yang disebut oleh kolaborator, agar peserta dapat menyimpulkankarakter dari lagu tersebut.

2. Untuk pembelajaran pengantar teoritis dari teknik vokal, teknik konduktingdan pengetahuan dasar bagi pianis pengiring lagu jemaat disampaikansecara ringkas dan singkat di awal pembelajaran tersebut, agar lebihbanyak waktu untuk praktek.

3. Kelas dipisah setelah pembelajaran standar musik dan landasan musikGMAHK agar peserta lebih intensif dan terfokus mempelajari bidang merekamasing-masing.

Page 63: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

4. Dalam mempelajari lagu-lagu urutannya difokuskan pada tingkatankesukaran pengawalan birama dan tekanan irama untuk memantapkanrasa irama dan pengawalan birama.

5. Sebelum mempelajari lagu, peserta diminta mengidentifikasi ciri-cirimusikal dari lagu yang akan dilatih agar tidak mudah lupa dan selaluteliti.

6. Peserta diminta memperhatikan dan mengomentari penampilan temannyaagar perhatian mereka terfokus serta teliti dalam membawakan lagu.

7. Saat sedang mempelajari lagu melalui teknik vokal, konduktor dimintadengan seksama mendengarkan ketinggian nada dari melodinya dengantujuan agar selalu berhati-hati dan teliti saat menyanyikan melodi denganketinggian nada yang pasti.

8. Untuk lebih memantapkan pemahaman dan keterampilan para peserta,latihan dilakukan berulang-ulang dengan perlahan sampai pesertamenguasai.

9. Para peserta diminta melatih di rumah lagu-lagu yang sudah dipelajaridipelatihan serta melatih lagu-lagu yang akan dilatih di pertemuanmendatang.

10. Lagu-lagu yang dilatih tidak hanya yang bermasalah, tetapi juga lagu-lagu kebaktian yang sedang dinyanyikan di gereja pada masa itu, khususnyayang memiliki prinsip yang sama dengan lagu-lagu yang bermasalah.

11. Untuk lebih meningkatkan kemampuan setiap individu, kegiatan berpraktekmemandu jemaat menyanyi juga diadakan di gereja masing-masingmelalui latihan intensif sebelum dan sesudahnya.

12. Kegiatan pelatihan di hari Minggu dan Sabtu beriringan setelah pertemuankeempat, tidak seperti siklus sebelumnya.

13. Diadakan latihan paduan suara yang melibatkan seluruh peserta setiapsetelah pelatihan selesai sebagai kegiatan tambahan yang mengandungunsur pembelajaran teknik vokal, kondukting, iringan piano dan ansambel.

14. Latihan menterjemahkan lagu-lagu yang sedang dibahas dari notasi balokke notasi angka melalui tuntunan langsung.

Fokus pemantauan tindakan pada siklus ini adalah:1. Irama lagu pada lagu-lagu berbirama ganda dan pengawalannya

khususnya yang bertekanan lemah saat dinyanyikan, dimainkan dandilakukan aba-aba.

2. Ketinggian nada dari melodi pada lagu-lagu yang sedang dinyanyikan olehkonduktor.

3. Pemahaman tentang karakter, jenis dan kategori lagu melalui permainanpiano dan nyanyian.

Page 64: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

57Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

4. Penerapan keterampilan dan pengetahuan pada lagu-lagu yang tidak dilatihdipelatihan, pada saat memandu jemaat menyanyi.

5. Ketelitian peserta di dalam mengidentifikasi lagu.6. Pemanduan jemaat menyanyi.

Model pembelajaran siklus ketiga merupakan perbaikan dari modelpembelajaran siklus kedua yang masih memiliki kendala dalam pembiramaanganda, aba-aba untuk pengawalan lagu bertekanan lemah, kurang teliti danlupa, kurang tepat dalam menyanyikan ketinggian nada, pemahaman visi-misi gereja yang melandasi lagu kurang, dan gereja yang turut pelatihanhanya sedikit.

Model pembelajaran siklus kedua merupakan perbaikan dari modelpembelajaran siklus kesatu yang masih memiliki kendala dalam hal kurangdapat menerapkan apa yang didapat dari pelatihan pada saat menyanyikan,memainkan dan membuat aba-aba dari lagu-lagu jemaat khususnya laguberbirama ganda, dan pengawalan lagu bertekanan lemah, tidak teliti danlupa, fasilitas yang kurang memadai dan penggunaan waktu yang kurangefektif yang mengakibatkan kegiatan-kegiatan penting terhambat sehinggapembinaan keterampilan kurang optimal.

Pada pembelajaran siklus ketiga masih ada sedikit kelemahan yaitumasalah fasilitas. Fasilitas berupa ruang dan peralatan yang digunakan padasiklus ketiga masih sama dengan siklus-siklus sebelumnya. Hal ini yang masihmenjadi kendala di siklus ketiga: Kurangnya ruang untuk belajar, kurangnyajumlah piano dan pengajar menyebabkan kurang optimalnya pembelajarankhususnya untuk pianis. Namun kendala-kendala yang lain tidak ada. Memangmasih ada kolaborator yang tidak puas dengan hasil pelatihannya yaitu teknikkondukting, namun peneliti menganggap hal ini merupakan suatu hal yangwajar saja, bahwa di dalam menyelenggarakan sesuatu selalu saja masihbelum sempurna. Oleh karena kendala-kendala sangat sedikit, maka datadianggap sudah jenuh sehingga penelitian dihentikan.

Hasil belajar para peserta yang didapat dari tes teori dan praktek,menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan dari para peserta, dibandingsebelumnya.

ImplikasiPenelitian ini memiliki implikasi bahwa melalui pelatihan yang intensif denganmemberikan 8 mata pelajaran yang memuat pengetahuan dan keterampilandengan kegiatan yang diadakan secara bersama-sama dan pelatihan individudi gereja memberikan pengetahuan dan keterampilan yang merata bagikonduktor dan pianis lagu jemaat GMAHK di seluruh wilayah DKI Jakarta dansekitarnya. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa bukan hanya pengetahuan

Page 65: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

dan keterampilan untuk memandu jemaat menyanyi saja yang ditingkatkantetapi juga wawasan dan kesadaran akan mutu musik yang baik yangmerangsang motivasi mereka untuk mempelajari musik lebih mendalammelalui pelatihan lanjutan.

Pemisahan kelas sejak awal bagi konduktor dan pianis setelah mengikutipelajaran standar musik dan landasan musik GMAHK, membuat mereka lebihintensif dalam mempelajari bidang mereka masing-masing, sehingga saatbertemu di kelas ansambel, mereka sudah lancar dan materi ansambellangsung dapat disampaikan. Kelas ansambel yang diadakan sejak awal hinggaakhir tatap muka memberikan kelancaran mereka dalam bermain bersamadan bekerja sama. Urutan pengelompokan lagu-lagu yang dipelajari denganmemfokuskan kategori pengawalan birama memberikan kelancaran bagimereka untuk gerakan pendahuluan awal lagu yang bertekanan kuat maupunbertekanan lemah. Dengan mengidentifikasi ciri-ciri musikal lagu danpemberian komentar pada sesama peserta saat berpraktek, memberikanketelitian dan kewaspadaan terhadap lagu-lagu yang mereka mainkan dannyanyikan.

Kegiatan paduan suara sebagai kegiatan ekstra-kurikuler meningkatkanmotivasi mereka untuk selalu hadir pada pelatihan di mana mereka secaraintensif berlatih. Bagi konduktor kegiatan vokalisi yang diadakan di setiap latihanpaduan suara, pembelajaran teknik vokal dan pelatihan di gereja memberikankelancaran teknik vokalnya. Demikian juga dengan latihan mendengarketinggian nada dari lagu-lagu yang dinyanyikan, memberikan latihan untukmenyanyikan nada-nada yang benar dari melodi lagu yang sedangdinyanyikannya.

Latihan menerjemahkan lagu dari notasi balok ke not angka lalu membacadan menyanyikan juga membuat mereka lebih teliti, akan notasi lagu-lagu.Solusi yang digunakan untuk kelancaran penguasaan materi-materi praktekbagi peserta dengan mengulang-ulang materi tersebut dengan contoh,peragaan, dan juga menugaskan peserta untuk melatih di rumah menyebabkanpara peserta dapat menguasai lagu-lagu yang harus dipelajari.

SaranHasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukkan oleh parapelatih konduktor dan pianis di gereja-gereja, dan juga acuan bagi panitiapenyelenggara apabila hendak mengadakan siklus berikutnya.Disarankan agar :(1) Para kolaborator yang dianggap juga pelatih para konduktor dan pianis di

gereja-gereja dapat melanjutkan hasil penelitian yang selama iniditerapkan.

Page 66: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

59Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

(2) Para pelatih yang bersangkutan dapat menularkan pengalaman yangdiperoleh di peroleh kepada rekan sejawat.

(3) Para pelatih dapat mengembangkan kreativitasnya dalam mengajarsehingga lebih, pelaksanaan pembelajaran lebih bervariasi dan tidakmonoton.

(4) Para peserta agar tetap mengingat apa yang telah dilatih dipelatihan danmenerapkan di setiap kesempatan kebaktian.

(5) Bagi pihak penyelenggara dapat menyediakan beberapa ruangan ditambah dua atau tiga piano serta tambahan dua atau tiga orangkolaborator yang mengajar piano. Karena di kelas piano, memerlukanlebih banyak ruang, piano dan pengajar karena penanganannya lebihindividu, untuk pelatihan yang akan datang.

(6) Penelitian ini baru mengungkapkan sebagian kecil permasalahan yangada di dalam dunia pendidikan musik umumnya, dan dunia pendidikanmusik rohani gereja khususnya. Masih banyak yang belum terungkap didunia pendidikan musik rohani yang tentunya menjadi peluang untukdilaksanakan penelitian berkelanjutan di masa yang akan datang.

(7) Siklus penelitian masih dapat dilanjutkan lagi menjadi siklus empat.

DiskusiPenerapan prosedur pembelajaran di siklus ketiga merupakan modelpembelajaran yang memberikan pemahaman dan keterampilan secaraberjenjang. Pemahaman secara berjenjang dimulai dengan pemahaman akandoktrin gereja yang melandasi prinsip musik, bagaimana bermusik dan sikapmusisi. Dalam hal ini jelas bahwa sebelum memiliki pemahaman akan ilmumusiknya, musisi harus mengetahui prinsip doktrin agama. Baru setelah itudiberi kepahaman dan keterampilan berjenjang ilmu musiknya yang dimulaidengan pembelajaran yang bersifat individu yang dilanjutkan dengan kelompok.Namun di samping itu ada pembelajaran terpadu dari beberapa pelajaran.Untuk konduktor, pembelajaran yang bersifat individu dimulai dengan teknikvokal yang membelajarkan cara menyanyi dengan baik dan benar, barukemudian dilanjutkan dengan keterampilan membaca notasi dan diakhiridengan keterampilan melakukan aba-aba. Sedangkan untuk pianis,pembelajaran yang bersifat individu adalah pengetahuan dasar bagi pianispengiring lagu jemaat yang membelajarkan bagaimana memainkan danmengiringi lagu jemaat. Semua kegiatan praktek ini dipadukan denganpemahaman lagu-lagu jemaat. Dengan pembinaan yang bersifat individuterlebih dahulu diharapkan mereka sudah memiliki persiapan yang baik saatdi kelas ansambel yang melibatkan kerjasama yang kuat yang sangatmemerlukan kemampuan individu. Penerapan peningkatan kemampuan

Page 67: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

dengan menggunakan jenjang dapat dipandang sebagai suatu usaha dalammemberikan pemahaman dan keterampilan secara bertahap yang akanmemperkokoh kemampuan itu sendiri.

Kegiatan pembelajaran yang diadakan secara bersama-sama di hariMinggu memungkinkan pemerataan pendidikan, dan pembelajaran yangdiadakan di gereja masing-masing memungkinkan peserta berpraktek secaralangsung dalam kegiatan kebaktian dan mematangkan keterampilan secaraindividu melalui pembelajaran terpadu. Metode pembelajaran yang digunakanyaitu metode ceramah, tanya jawab peragaan dan praktek merupakan metodeyang ideal digunakan untuk pelatihan, karena menanamkan pemahaman danketerampilan. Langkah-langkah pembelajaran menuruti urutan materi dalamsilabus setiap pelajaran yang disusun sesuai standar yang baku, memberikanjaminan bahwa peserta mendapatkan materi pembelajaran beserta urutanyang tepat. Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam pemecahan masalahmemantapkan apa yang dicapai dan merangsang motivasi belajar pesertamerupakan hal-hal yang dapat dibuktikan memberikan solusi padapermasalahan yang ada.

Dari hasil tes teori dan praktek terbukti bahwa dengan menggunakanprosedur pembelajaran tersebut peserta pelatihan siklus ketiga ini memilikihasil belajar lebih baik dibandingkan dengan peserta pelatihan siklussebelumnya.

Pemahaman berjenjang dan terpadu di dalam pendidikan musik bukansesuatu hal yang baru. Urut-urutan materi silabus yang digunakan dalampelatihan ini memiliki standar yang baku, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukandengan metode serta media yang digunakan biasa dilakukan dalam kegiatanpembelajaran musik. Hanya saja prosedur serta strategi yang dilaksanakandisesuaikan dengan kondisi yang ada.

Model pembelajaran yang dilakukan pada pelatihan di sini merupakanmodel yang digunakan dalam mengusahakan pemerataan pendidikan musikdi lingkungan Gereja Masehi Advent yang terdiri dari lebih 90 gereja yangmemiliki permasalahan yang sama. Tidak semua gereja memiliki konduktordan pianis, dan yang mengikuti pelatihan ini baru 20 sampai 25 gereja disetiap siklus. Hal ini disebabkan berbagai alasan seperti jarak tempat pelatihanterlalu jauh, tidak ada biaya, dan ada kesibukan lain.

Ciri khas model pembelajaran di sini adalah:1. Peserta harus mengetahui prinsip musik GMAHK yang dilandasi oleh doktrin

gereja terlebih dahulu.2. Untuk pemerataan pengetahuan dan keterampilan serta memperkokoh

pemahaman serta keterampilan diadakan pelatihan bersama denganpembelajaran berjenjang untuk keterampilan individu dan pembelajaranterpadu untuk keterampilan bersama saat terlibat kerjasama.

Page 68: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

61Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

3. Untuk mematangkan keterampilan diadakan pelatihan di gereja masing-masing dengan pembelajaran terpadu sambil berpraktek memandujemaat.

4. Diadakan tes di pertengahan serta akhir pelatihan.5. Peserta diberi tugas yang harus dilatih di rumah.

Permasalahan bagi konduktor dan pianis jemaat sertakekurangpengetahuan anggota jemaat dalam menyanyikan lagu-lagu jemaattidak saja terjadi di lingkungan GMAHK saja tetapi juga di denominasi yanglain. Hal ini dapat diketahui oleh peneliti, karena secara kebetulan penelitisempat berkunjung ke gereja-gereja tersebut dan melihat permasalahan yangsama apalagi dalam lingkungan gereja protestan hampir memiliki lagu-laguyang sama dan kesalahan yang sama dengan GMAHK. Demikian juga kondisimusisinya dapat dikatakan memiliki kemampuan dan kondisi kurang lebih sama.

Sejauh ini sepengetahuan peneliti gereja-gereja tersebut belummengoptimalkan kegiatan pelatihan bagi musisinya. Sebuah institusi Kristenbergengsi pernah mengadakan pelatihan kilat selama 3 hari bagi konduktordan pianis jemaat. Kegiatan pembelajaran tidak memberikan keterampilansecara individuil, namun dilakukan bersama-sama mempelajari lagu-lagujemaat yang bermasalah dengan petunjuk, contoh kemudian diperagakanbersama dengan gerak aba-aba yang sederhana sambil diiringi piano olehsalah seorang kolaborator. Tidak ada pembelajaran teori seperti prinsip-prinsipbermusik, landasan lagu seperti pada pelatihan di GMAHK.

Model pembelajaran yang baru berjalan dilingkungan GMAHK belum pernahdilaksanakan ditempat yang lain. Dengan pembahasan di atas penelitiberpendapat bahwa model pembelajaran yang sudah diberlakukandilingkungan GMAHK dapat diberlakukan di gereja-gereja luar lingkunganGMAHK khususnya bila ingin mengadakan pemerataan pendidikan, kokohnyaketerampilan dan benar-benar menghayati prinsip dasar yang melandasi musikgereja itu sendiri.

Daftar Pustaka______ (1985). Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Jakarta: Lembaga

Alkitab IndonesiaAnderson, Rin W & Krathwohl David R, .(2001). A Taxonomi for Learning,

Teaching and Assessing. New York: Addison Wesley Longman, Inc.Gardner, Howard. (1999). Intelligence reframed, New York: Basic BookGardner, Howard. The seven types of intelligence. Http/www.awopnet.com/

ed/TAG/7 Inteligences, htmGreenwood, Davydd J. (1999). Introduction to action research, London: Sage

Publication

Page 69: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Peningkatan Profesionalisme Melalui Pembelajaran Musik bagi Musisi GMAHK

Hooper, Wayne and Edward E. White. (1988) Companion to the seventh dayadventist hymnal, Washington: Review and Herald PublishingAssociation

Mangkuprawiro, Syafri. (2002). Manajemen sumber daya manusia strategik.Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia

Miarso, Yusufhadi. (1985). Suatu model teknologi pendidikan untuk pemerataankesempatan pendidikan di Indonesia. Disertasi, IKIP Malang

Mills, Geoffrey E. (2000). Action research a guide for the teacher research.New Jersey: Merriel, an Imprint of Prentice Hall

Musik, Komite.(2000) Penuntun Musik GMAHK Konferens DKI dan Sekitarnya,Jakarta: Konferens DKI GMAHK

Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya

Richey, Rita. (1986).The Theorical and conceptual bases of instructional design,New York: Nicholas Publishing Company

Page 70: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

63Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif

Landasan Berpikir dan PengembanganTeori dalam Penelitian Kualitatif

Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc.*)

*) Guru Besar Universitas Negeri Jakarta

Opini

Abstrakikotomi penelitian kuantitatif dan kualitatif yang selama ini digunakankurang tepat karena dalam penelitian tertentu kedua pendekatan inidipergunakan secara bersama-sama. Dilihat dari pendekatan,penggolongan yang lebih sesuai ialah pendekatan positivistik,

postpositivistik atau fenomenologik dan hermeneuistik. Pendekatan pertamayang berakar pada ilmu-ilmu eksakta menemukan kebenaran untuk tujuangeneralisasi. Pendekatan kedua dan ketiga yang berakar pada ilmu sosial danantropologi menemukan kebenaran tidak untuk keperluan generalisasi. Untukpenelitian di bidang sosial, seharusnya pendekatan fenomenologik atauhermeneustik yang diterapkan. Pendekatan postpositivistik masih berkembangdengan perspektif ideologi baru seperti seperti pasca modernis, paradigmakritis, penedekatan feminis, dan pendekatan konstruktivis yang perlu dikajilebih lanjut.

Kata kunci: Paradigma penelitian, kebenaran, kuantitatif, kualitatif, positivistik, pascapositivistk, hermeneustik

AbstractAs both quantitative and qualitative approaches can be employed in a researchsimultaneously , the dichotomy of these two approaches should bereconsidered. The research approaches can be classified as positivistic andpost positivistic or phenomenological and hermeneuitic approaches. The firstapproach based on the pure science is mostly used for findings to begeneralized. The second and the third based on the sociology and anthropologyare not intended for a generalization. The researchers in social studies shouldemploy more phenomenological or hermeneuitic approaches. The postpositivistic is still developing such as postmodernism, critical paradigm, feministapproaches, and constructivism which need more studies.

D

Page 71: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif

PendahuluanSebenarnya penulis kurang sependapat dengan dikotomi penelitian kuantitatifdengan kualitatif, sebab ke duanya saling mengisi. Hampir semua penelitiansosial merupakan kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif, olehkarena itu, sesuai dengan pendapat Newman dan Benz (1998:9-10) ke duametodologi tersebut merupakan continuum interaktif. Ke dua pendekatantersebut memang dapat dibedakan karena latar belakang filsafatnya dapatdibedakan; pendekatan kuantitatif digunakan bila seseorang memulainyadengan teori atau hipotesis dan berusaha membuktikan kebenarannya,sedangkan pendekatan kualitatif bila seseorang berusaha menafsirkan realitasdan berusaha membangun teori berdasarkan apa yang dialami.

Dikotomi yang lebih tepat adalah antara postivistik dan pascapostivistikatau fenomenologik. Pendekatan postivistik berakar pada ilmu-ilmu eksaktadan karena itu dapat juga disebut pula dengan studi statistik. Dalam penelitianini dipersyaratkan adanya variabel yang dikontrol, pengacakan sampel,pengujian validitas dan realibilitas instrumen, dan ditujukan untukmenggeneralisasi sampel ke dalam populasi. Termasuk dalam kategoripenelitian ini adalah eksperimen, kuasi-eksperimen, survai, desain pretest-postest, korelasi dan lain-lain (Campbell dan Stanley, 1963). Pendekatanpascapostivistik/fenomenologik berakar pada tradisi dalam sosiologi danantropologi yang bertujuan untuk memahami suatu gejala seperti apa adanyatanpa harus mengontrol variabel dan tidak berusaha menggeneralisasi gejalatersebut dalam gejala-gejala yang lain. Termasuk dalam penelitian ini adalahetnografi, studi kasus, studi naturalistic, sejarah, biografi, teori membumi(grounded theory), dan studi deskriptif (Creswell, 1998; Denzin dan Lincoln,2003; Merriam, 1998).

Landasan BerpikirSemua penelitian pada hakekatnya merupakan usaha mengungkap kebenaran.Kebenaran ini dapat dibedakan dalam empat lapis. Lapis paling dasar adalahkebenaran inderawi yang diperoleh melalui pancaindera kita dan dapatdilakukan oleh siapa saja; lapis di atasnya adalah kebenaran ilmiah yangdiperoleh melalui kegiatan sistematik, logis, dan etis oleh mereka yangterpelajar. Pada lapis di atasnya lagi adalah kebenaran falsafati yang diperolehmelalui kontemplasi mendalam oleh orang yang sangat terpelajar dan hasilnyaditerima serta dipakai sebagai rujukan oleh masyarakat luas. Sedangkan padalapis kebenaran tertinggi adalah kebenaran religi yang diperoleh dari YangMaha Pencipta melalui wahyu kepada para nabi serta diikuti oleh merekayang meyakininya.

Page 72: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

65Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif

Kebenaran falsafati dan religi dianggap sebagi kebenaran mutlak. Kepadakita hanya ada dua pilihan: ambil atau tinggalkan (take it or leave it); kalaukita mengambilnya atau menganutnya maka kita harus mengerjakan semuaperintah atau ajarannya. Namun justru karena perkembangan dalam falsafahdan agama itu sendiri, serta perkembangan budaya dan akal manusia, makakita mulai mempertanyakan apakah memang kebenaran mutlak itumengharuskan adanya kesatuan pengertian dalam segala hal mengenai hidup,kehidupan, dan bahkan alam semesta ini seragam? Mulailah berkembangberbagai mazhab atau aliran dalam bidang falsafah dan agama denganmemberikan penafsiran terhadap apa yang telah diperintahkan secara tertulis.

Kalau kebenaran falsafati dan religi saja memungkinkan adanya tafsiryang menimbulkan mazhab atau aliran tersendiri, apalagi dalam memperolehkebenaran ilmiah. Kita semua dilahirkan aebagai mahluk yang unik, masing-masing di antara kita berbeda. Kalau penampakan kita saja dapat dibeda-bedakan, seperti misalnya sidik jari dan DNA, apalagi yang kasatmata yangada dalam otak dan hati kita masing-masing. Suatu gejala atau peristiwayang sama, dapat diberi arti yang lain oleh orang yang berlainan. Timbul pulapertanyaan apakah gejala yang kita amati di sekitar kita yang didasarkanpada akal sehat (common sense) dapat pula dipertimbangkan sebagaikebenaran yang dapat diterima secara ilmiah. Seringkali kita ragu-ragu untukmenentukan apakah pikiran sehat (common sence) dapat dikategorikansebagai salah satu inkuiri ilmiah (scientific atau disciplined inquiry), yangbertujuan untuk memperoleh kebenaran ilmiah.

Meskipun semua penelitian ilmiah, apakah itu eksperimen, korelasional,studi kasus, evaluasi, histori, biografi, riset tindakan, riset kebijakan dan lain-lain, merupakan usaha investigatif untuk menemukan kebenaran tentang dunia,namun ada perbedaan yang mendasar tentang dunia tersebut. Ada dua ujungkubu yang berbeda penafsirannya tentang dunia. Pada satu kubu yangsumbernya dapat ditelusuri pada sekitar 400 tahun SM dengan dipeloporioleh Plato (paham idealis), berpendapat bahwa penginderean manusiamerupakan sesuatu yang tidak dapat dipercaya (reliable) untuk dijadikansumber pengetahuan. Dunia dianggap mengandung gagasan dan nilai-nilaiabadi dan obyektif, yang dapat dipahami melalui pikiran. Penganut paham inijuga berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan ciri-ciri yang sudahditentukan (predetermined). Aristoteles, seorang murid Plato, mempunyaipendapat yang berbeda mengenai cara memperoleh pengetahuan dankebenaran. Aristoteles (paham realis) berpendapat bahwa dunia berjalan atasdasar hukum alam yang tetap, yang dapat ditemukan dengan melalui observasidan pemikiran. Kebenaran diperoleh melalui penggunaan logika formal danoperasi matematikal atau statistik.

Page 73: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif

Pada kubu yang berseberangan terdapat paham empiris, yang antaralain dipelopori oleh Francis Bacon dan John Locke. Penganut paham iniberpendapat bahwa pertimbangan manusia (human judgment) merupakankunci untuk mentransformasikan data mentah menjadi penegetahuan. Dataempirik yang diperoleh melalui penginderaan mengenai dunia, adalah carayang terpenting untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Kedua kubupendapat tersebut ditengahi oleh Emanuel Kant dalam buku The Critique ofPure Reason dengan paham rasionalisnya, yang berpendapat bahwapengetahuan dapat dibangun baik melalui proses induktif dari pengalaman,maupun dengan proses deduktif menggunakan penalaran. Semua pengetahuanyang dibangun melalui pendekatan deduktif didasarkan pada logika formaldan matematik, harus dapat diuji dan dibuktikan secara empirik. (Eichelberger,1989:2-3).

Eichelberger selanjutnya membedakan tiga paradigma filsafat yangmelandasi metodologi pengetahuan, yaitu: positivistik, fenomenologik, danhermeneutik (1989:4-8). Penganut filsafat positivistik berpendapat bahwakeberadaan sesuatu merupakan besaran yang dapat diukur. Peneliti adalahpengamat yang objectif atas peristiwa yang terjadi di dunia. Mereka percayabahwa variabel yang mereka teliti, merupakan suatu yang telah ada di dunia.Hubungan antara variabel yang mereka temukan, telah ada sebelumnya untukdapat diungkap. Pengetahuan merupakan pernyataan atas fakta atau keyakinanyang dapat diuji secara empirik. Variabel dan pengetahuan tentang manusia,dapat dinyatakan dalam istilah fisika seperti halnya dalam pengetahuaneksakta. Misalnya peran Kepala Sekolah dapat dijabarkan meliputi variabelkemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan hubungan antar personal.

Tradisi positivistik ini menggunakan landasan berpikir:”kalau sesuatu ituada, maka sesuatu itu mengandung besaran yang dapat diukur.” (Eichelberger,h.4). Banyak di antara kita menganggap bahwa pernyataan itu masuk akal,sebab kalau kita tidak dapat mengukur dengan tepat, bagaimana kita dapatmengetahui hubungan dengan variabel lain. Para positivis berpendapat bahwapenelitian adalah pengamat obyektif atas peristiwa yang ada di alam semesta,di mana peneliti tersebut tidak mempunyai pengaruh atau dampak terhadapperistiwa tersebut. Teori penguatan (reinforcement theory) oleh Skinnermisalnya, merupakan rampatan dari percobaan laboratorik dengan merpati.Peneliti memberikan berbagai macam rangsangan kepada burung merpatiyang dikurung, dan reaksi burung itu dicatat dan diulang hingga diperolehatau terjadi peristiwa yang berlaku secara tetap. Berdasarkan hasil penelitiantersebut, lahirlah kemudian teori yang mendasari dikembangkannya pengajaranterprogram, antar lain dalam bentuk “mesin pengajaran” (teaching machine),

Page 74: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

67Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif

Para penganut positivistik yang setia memandang pengetahuan sebagaipernyataan mengenai keyakinan atau fakta yang dapat diuji secara empirik,dapat dikonfirmasi atau dapat ditolak. Variabel mengenai ciri manusia, sepertimisalnya kemampuan berbahasa, dapat dinyatakan dalam bentuk istilah fisikyang dapat dihitung sebagaimana halnya dalam ilmu alam. Kemampuanmembaca misalnya ditunjukkan dengan indikator perbendaharaan kata,gramatika, ejaan, dan pemahaman. Indikator ini kemudian dijabarkan secarakuantitatif dalam serangkaian instrumen yang hasilnya dapat dinyatakandengan angka. Demikian pula motivasi belajar misalnya dijabarkan dalamindikator operasional keinginan, ketekunan, usaha, persaingan dan sebagainya.Indikator operasional ini dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian instrumenyang dapat dikuantifikasikan. Oleh karena itu pendekatan positivistik iniseringkali juga dikenal sebagai paradigma kuantitatif kerena semua datanyaperlu ditransfer dalam bentuk angka yang dapat dihitung.

Pendekatan positivistik ini telah begitu dominan ibarat tabir yang menutupiberbagai upaya yang memperoleh kebenaran dengan melalui cara lain. Yanglebih parah bahkan dibuat pedoman untuk melakukan penelitian dengan formatyang standar termasuk harus adanya hipotesis dan pengujian atasnya.Pembakuan seperti ini mungkin dilakukan untuk mempermudah pengelolaan,tetapi juga dicurigai bahwa para pengambil keputusan yang menetapkanpedoman tersebut tidak peduli (ignorance) dengan berbagai pendekatan atauparadigma baru dalam memperoleh kebenaran ilmiah.

Filsafat fenomenologik pertama kali dikembangkan oleh seorangmatematikawan Jerman Edmund Husserl (1850-1938). Menurut Husserl sepertidikutip Creswell (1998:52) filsafat fenomenologik berupaya untuk memahamimakna yang sesungguhnya atas suatu pengalaman dan menekankan padakesadaran yang disengaja (intentionallity of consciousness) atas pengalaman,karena pengalaman mengandung penampilan ke luar dan kesadaran di dalam,yang berbasis pada ingatan, gambaran dan makna. Filsafat fenomenologikmenganggap bahwa pengalaman bukanlah merupakan suatu dunia eksternalyang bersifat objektif. Pengalaman bukan sekedar lama waktu seseorangberinteraksi dengan lingkungannya, melainkan pelajaran yang diperoleh dalamrentangan waktu tertentu. Seorang dosen yang telah memberi kuliah selama15 tahun dapat berarti mempunyai pengalaman setahun diulang 14 kali, jadibukan berpengalaman 15 tahun. Untuk memahami pengalaman itu digunakanpemikiran, perasaan, tanggapan, dan berbagai ungkapan psikologis ataumental lain. Gejala yang diamati dari suatu pengalaman perlu dibandingkandengan pengalaman lain agar hal-hal yang esensial dari berbagai pengalamanitu dapat dipahami. Hal-hal yang esensial tersebut selanjutnya perludigabungkan dengan hasil pengalaman lain, sehingga dapat diidentifikasikesamaan yang bersifat hakiki. Keberadaan manusia memang bersifat unik,

Page 75: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif

karena adanya ciri-ciri khas yang melekat pada diri manusia itu sendiri-sendiri.Namun dari berbagai keunikan tersebut dapat disimpulkan adanya kebenaranyang berlaku umum.

Paradigma fenomenologik ini justru menggunakan akal sehat (commonsense) yang oleh penganut positivistik dianggap tidak/kurang ilmiah. Akal sehatini mengandung makna yang diberikan seseorang dalam menghadapipengalaman dan kehidupannnya sehari-hari. Jadi tidak semata-matadidasarkan pada data atau informasi yang diperoleh melalui penginderaan.Dalam paradigma ini suatu kebenaran ilmiah tidak dimulai dengan adanyasejumlah teori yang mendasari, namun secara induktif mengakumulasikanpengalaman khusus menjadi umum, atau yang konkrit menjadi abstrak, danbahkan kemudian bahkan mengukuhkan pengalaman itu menjadi teori (teorimembumi = grounded theory) yang bersifat holistik (meliputi segala sesuatuyang berkaitan dengan pengalaman yang bersangkutan). Kebenaran ilmiahmenurut paradigma ini tidak bersifat nomotetik melainkan bersifat ideografik,yaitu mengungkap secara naratif dengan memberikan uraian rinci mengenaihakekat suatu objek atau konsep. Kebenaran itu juga bersifat unik dan hanyadapat ditransfer bila kondisi dan situasinya sama atau tidak berbeda. Kebenaranini sarat dengan nilai (value loaded).

Filsafat hermeneutik dikembangkan oleh filosof Jerman Wilhelm Dilthey(Bleicher, 2003: 17; Eichelberger, 1998: 7), dalam usaha mencari kebenarandengan menafsirkan makna atas gejala yang ada. Sejarawan akan menafsirkanlegenda, artefak atau berbagai naskah kuno berdasarkan perspektif terkini.Seorang ahli tafsir agama akan berusaha menelaah ayat-ayat dari kitab sucidan memberikan makna berdasarkan kondisi yang berkembang sekarang.Sedangkan seorang ahli hukum akan menafsirkan pasal dan ayat dalam kitabhukum dan jurisprudensi dengan mempertimbangkan azas keadilan dan/ataumanfaat. Interprestasi atau penafsiran tersebut berlangsung dalam suatukonteks tradisi. Implikasinya adalah bahwa ilmuwan sosial atau interpretatorharus telah memiliki pra-pemahaman atas objek ketika ia mengkaji objektersebut, sehingga tidak mungkin untuk memulai dengan sebuah pemikirannetral (Bleicher, 2003: ix). Pengkajian atas objek itu harus dilakukan dengansungguh-sungguh, mendalam, teliti dan tepat agar dapat diterima oleh oranglain yang melakukan pengkajian yang sama, dan kemudian dapat digabungkanmenjadi bangunan pengetahuan.

Pendekatan hermeneutik ini pada awalnya banyak digunakan oleh paraagamawan, sejarawan dan ahli hukum. Mereka ini menafsikan apa yang adadalam naskah (kitab suci, artefak atau kitab undang-undang) sesuai masalahyang dihadapinya dengan membangun argumentasi sendiri. Paradigmahermeneutik, meskipun dapat dikatakan satu kategori dengan paradigma

Page 76: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

69Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif

fenomenologik, mempunyai sejumlah ketentuan yang berbeda. Kebenaranilmiah dalam paradigma ini tidak analitik maupun holistik, melainkan sintetikyaitu memadukan pendapat yang berlawanan (tesis dan antitesis). Kebenarandinyatakan dalam bentuk interpretatik, yaitu penafsiran yang didasarkan padakeyakinan tertentu. Pendekatan yang dilakukan tidak berupa deduktif atauinduktif, melainkan sinkretik, yaitu menggunakan berbagai pandangan danpraktek. Seorang pengacara dalam membela kliennya, tidak hanya menafsirkanhukum dari aspek legal saja (secara deduktif membangun kesimpulan darikasus), melainkan berusaha memasukkan aspek moral, sosial dan politik,sehingga diharapkan dapat menjadi suatu keputusan jurisprudensi tersendiri.Data dan informasi yang dikumpulkan tidak dari latar laboratorik maupunempirik, melainkan dengan cara empatik yaitu data yang diperoleh denganmembangun kepedulian dengan adanya getaran yang bermakna. Kebenarandiperoleh melalui penafsiran yang tidak memihak, meskipun dilandasi olehprasangka dan adanya pengetahuan awal. Setiap pengacara akan bertolakdari azas praduga tidak bersalah sebagai suatu kebenaran. Dia berlindungdibalik azas ini tanpa “kelihatan” memihak kepada klien yang dibelanya.Kebenaran yang diusahakan adalah kebenaran yang dapat diterima olehmereka yang berkepentingan. Kebenaran ini tidak bersifat bebas nilai. Sintesis atas berbagai landasan epistemologik guna memperolehpengetahuan atau kebenaran ilmiah dapat digambarkan sebagai berikut:

Positivistik Fenomenologik Hermeneutik Analitik Holistik Sintetik Nomotetik Ideografik Interpretatik Dedukatif Induktif Sinkretik Laboratorik Empirik Empatik Pembuktian dengan logika Pengukuhan pengalaman Penafsiran tak memihak Kebenaran universal Kebenaran bersifat unik Kebenaran yang diterima Bebas nilai Tidak bebas nilai Tidak bebas nilai

Para ilmuwan dalam bidang eksakta (kimia, fisika, biologi dsb.) cenderungmenggunakan posisi ontologik logical positivism, yang memandang duniasebagai telah tertata secara objektif, dan karena itu usaha espistemologikuntuk memperoleh kebenaran adalah dengan metode objektif dengan hasilyang dapat digeneralisasikan. Pendapat para ilmuwan eksakta ini memangtelah mengakar dan sangat populer, sehingga banyak ilmuwan sosial yangmengikutinya dengan membuta. Para ilmuwan sosial yang peduli, seyogyanyaberbeda dengan mereka yang ada dalam posisi logical positivism, yaitu denganmengambil posisi ontologik hermeneutik (hermeneutics) atau fenomenologik(phenomenologycs) dengan titik tolak bahwa dunia itu bersifat subjektif, dankarena itu diperlukan usaha epistemologik dengan menafsirkan dunia yang

Page 77: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif

subjektif tersebut. Dunia, menurut penganut aliran ini, tidak terorganisasikansecara objektif sesuai dengan prakonsepsi sebagian orang, dan karena itudiperlukan berbagai cara alternatif untuk memahaminya. (Greenwwod & Levin,1998: 68).

Kebenaran pascapositivistik ini masih belum lengkap, karena akhir-akhirini telah berkembang perspektif ideologis baru, atau masih adanya tabir yangperlu diungkapkan lagi. Perspektif ideologis baru itu meliputi paradigma pascamodernis (postmodernism), paradigma kritis (critical paradigm), pendekatanfeminis (feminist approaches), dan pendekatan konstruktivis. Paradigma baruini pada dasarnya menganggap bahwa perkembangan ilmu tidak dapatdipisahkan dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.Seperti halnya pada paradigma pasca positivistik, kebenaran dalam paradigmabaru ini bersifat unik dan menekankan pada manusia sebagai mahluk yangmampu membangun pengetahuan sendiri yang tidak terlepas darilingkungannya. Paradigma baru ini masih perlu dikaji dan dipelajari lebih dalamlagi untuk dapat disajikan.

Posisi TeoriPendekatan pascapositivistik cenderung menggunakan teori secara bervariasi.Kebanyakan menggunakan teori sebagai “jendela” untuk mengamati gejalayang ada, dan berdasarkan data empirik dari lapangan yang berhasildikumpulkan, dianalisis dan disintesiskan dalam bentuk teori sebagai teoriyang membumi. Dengan kata lain, tidak berusaha untuk membuktikan teori.Pendekatan ini senantiasa memandang manusia sebagai mahkluk yang unik,oleh karena itu dalam penelitian untuk memecahkan masalah belajar misalnya,penelitian ini cenderung menggunakan landasan teori belajar konstruktivis.Teori ini secara ringkas menyatakan bahwa setiap orang membangunpengetahuan, sikap atau keterampilan berdasarkan pengalaman, pengetahuanyang telah ada sebelumnya, serta keserasian dalam lingkungannya. Jadibersifat subjektif. Namun kalau apa yang dibangunnya itu dapat diterima olehlingkungannya, maka terjadilah gejala yang dikenal dengan intersubjektivitas.

Pendekatan positivistik pada dasarnya menggunakan teori dalammerumuskan hipotesis dan pertanyaan penelitian, dan kemudian berusahamembuktikannya. Teori dianggap sebagai penjelasan dan peramalan ilmiah(scientific explanation and prediction). Teori didefinisikan sebagai “a set ofinterrelated constructs (variables), definitions, and propositions that presenta systematic view of phenomena by specifying relations among variables,with the purpose of explaining natural phenomena” (Creswell, 2003:120).

Page 78: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

71Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Landasan Berpikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif

KesimpulanPenelitian kualitatif atau pascapostivistik perlu mendapat perhatian lebih besardari para ilmuwan sosial, atau mereka yang bermaksud untuk memecahkanmasalah yang berhubungan dengan keberadaan manusia sebagai mahluk yangunik. Kebenaran mengenai mahluk ini dapat diungkapkan dengan berbagaipendekatan baik kuantitatif maupun kualitatif, namun disarankan agar azasaksiologis dalam memperoleh kebenaran itu lebih diutamakan daripadakecanggihan kebenaran matematis.

Masih banyak yang harus kita pelajari dan laksanakan dalam penelitianpascapositivistik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah adanya iklimketerbukaan, dukungan moral dan kebijakan, dan keinginan untuk mencarikebenaran dengan cara yang lebih manusiawi, agar pendekatan penelitian inidapat dikembangkan sebagai perkembangan paradigma penelitian.

Daftar PustakaCreswell, John W. (1998). Qualitative inquiry and research design: Choosing

among the five traditions. London: Sage Publications——-- Research Design. (2003). Qualitative, quantitative, and mixed methods

approaches. Second edition. London: Sage PublicationsDenzin, Norman K. & Yvonna S. Lincoln. (eds.) (1994). Handbook of qualitative

research, London: Sage PublicationsEichelberger, Tony R. (1989). Disciplined inquiry: Understanding and doing

educational research. New York: Longman Inc.Merriem, Sharan B. (1998). Qualitative research and case study applications

in education. San Franscisco: Jossey-Bass PublishersNewman, Isadore and Benz, Carolyn R. (1998). Qualitative-quantitative

research methodology. Exploring the interactive continuum. SoutherIllinois University

Page 79: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Love, Care and Share

Love, Care and Share*

Sebuah Tinjauan Praktis dari PerspektifIman Kristen

Djudjun Djaenudin Supriadi, S.Th*)

*) Kepala Bidang Kerohanian BPK PENABUR Jakarta

Opini

Abstrakemiskinan yang dialami oleh rakyat Indonesia baik karena kenaikanBBM ataupun sebab-sebab lainnya mengakibatkan meningkatnya tindakkekerasan dalam masyarakat. Kekerasan yang dilakukan seolah-olahmembenarkan anggapan bahwa perasaan orang seakan-akan

menumpul, kurang ada rasa peka, rasa kasih, peduli satu pada yang lain.Untuk mengatasi kekerasan bahkan perasaan tertekan dari sebagian rakyat,maka menurut penulis perlu ditanamkan kepada seluruh bangsa Indonesia,teristimewa seluruh keluarga BPK PENABUR sebuah pendidikan dan sikappeduli: Love, Care and Share. Penulis mencoba menawarkan bagaimana Love,Care and Share diimpelmentasikan dilihat dari perspektif iman Kristen.

Kata kunci : Love, care dan share

AbstractThe poverty in Indonesia is caused by an amount of reasons including theincreasing price of oil that creates various violence in the community. A lot ofpeople believe the violence as an evidence of blunted emphathy, love, andcare. To solve the problem the writer thinks it is necessary to conduct theeducation with the spirit and practise of love, care and share in the nationwide, particularly within BPK PENABUR it self. Love, care, and share aredeveloved Christian value.

PendahuluanPada bulan April 2005 pemerintah Indonesia menaikan harga BBM. Walaupunbeberapa ahli mengatakan tidak ada korelasi langsung antara kenaikan BBMitu dengan pertambahan jumlah rakyat miskin, Badan Pusat Statistik (BPS)memberikan data cukup mengejutkan bahwa semula badan ini menunjukanjumlah rakyat miskin adalah 36 juta. Setelah dilakukan cek lapangan dan

K

Page 80: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

73Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Love, Care and Share

klarifikasi, ternyata jumlahnya lebih dari 50 juta1, bahkan dengan jumlah yangtidak mempunyai KTP2 maka rakyat miskin ini berjumlah 60 juta. Jumlah inimenurut penulis makin bertambah ketika pemerintah menaikkan kembali BBMpertanggal 1 Oktober 2005 karena kenaikan yang dialami berakibat secaralangsung atau tidak langsung kepada kenaikan barang, inflasi3 sehinggamakin menyulitkan dan mengecilkan daya beli rakyat yang pada akhirnya jumlahrakyat miskin bertambah banyak.Kemiskinan yang menyebabkan kesulitan yang dialami oleh rakyat akanmengakibatkan masyarakat cenderung untuk makin menjadi individualis danegois. Orang mengejar kepentingannya sendiri, dengan cara halal maupuntidak halal, tanpa peduli bahwa akan ada orang/kelompok agama/kelompoksuku/masyarakat/negara yang menderita atau dirugikan karena perbuatannya.

Kemiskinan dan akibat-akibat ditimbulkannya juga dapat meningkatkantindak kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Hal ini tampak tidak hanyadi layar TV, tetapi telah merasuk dalam kehidupan sehari-hari. Misalnyaperampokan nasabah bank atau perkelahian pelajar dengan menggunakanberbagai alat terjadi bukan hanya antar orang dengan siapa mereka adaperkara, melainkan juga dengan orang yang sama sekali mereka tidak kenal.Perasaan orang seakan-akan telah menumpul; kurang ada rasa peka, rasakasihan dan rasa kasih satu pada yang lain.

Perlunya Penekanan Love, Care and ShareUntuk mengatasi kekerasan bahkan perasaan tertekan dari sebahagian rakyatkita maka menurut penulis perlu ditanamkan kepada seluruh keluarga BPKPENABUR sebuah program pendidikan Love, care and share. Progam ini bukanhanya meningkatkan kognisi dan psikomotor, tetapi terutama yangmengembangkan afeksi seluruh keluarga BPK PENABUR. Program tersebutdapat menumbuhkan perhatian, motivasi dan sikap yang memperbaikihubungan antar manusia dan menajamkan kembali perasaan untuk salingmengasihi dan saling mempedulikan.

Love, Care and Share adalah kebutuhan emosional dan psikologis yangessensial. Kalau kebutuhan ini tidak dipenuhi, manusia tidak dapat hidupberarti, sejahtera dan bahagia. Bahkan seorang bayi akan mati merana jikatidak menerima kasih sayang dan kehangatan dari sesama manusia, meskipunkebutuhan fisiknya dipenuhi. Kekurangan Love, Care and Share waktu anakmasih kecil, akan membawa akibat yang menetap. Seorang anak yang padamasa kecilnya dididik dengan keras dan kejam serta menerima sedikit kasihdan kehangatan, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang beringas, yangtidak mengenal rasa peduli dan kasihan kepada orang lain, seperti tampakpada sejarah Hitler4 .

Page 81: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Love, Care and Share

Love, Care and Share adalah hukum yang terutama dari semua hukum,seperti dinyatakan oleh Tuhan Yesus dalam Injil Matius yang berbunyi:

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenapjiwamu dan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

(Matius 22 : 37-39 dan Markus 12: 30-31)Maksud disebutkannya segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan ialah agarkita mengasihi Allah dengan segenap diri kita sebagai kesatuan dari tubuh,jiwa roh, akal budi, perasaan dan kemauan kita. Hidup kita sepenuhnya harusdiarahkan dan patuh kepada perintah Allah; sehingga Allah yang menjadiRaja dalam hidup kita dan kehendakNya yang berlaku di dalam hidup kita.Melaksanakan hukum ini membawa konsekuensi bahwa kita harus mengasihisesama dan disinilah Love, Share and Care terjadi. Kita mengasihi karenaTuhan Yesus telah mengasihi kita terlebih dahulu. Karena kasihNya Ia telahmemberikan seluruh diriNya untuk menebus kita. Sebab itu, kita dimintauntuk mengasihi sesama manusia (bdk Yoh 13:39).

Sesama manusia tidak terbatas pada keluarga, teman, tetangga, orangsesuku, seagama, sebangsa, tetapi juga musuh kita dan orang-orang yangtidak kita kenal, yang ditempatkan Tuhan dalam jalan hidup kita, bahkantermasuk orang-orang lain pun di seluruh dunia. Semua manusia adalahbersaudara karena semua orang adalah anak-anak Allah.5

Bisa saja kita kurang menyukai tetangga kita, namun jika kita percaya bahwaAllah memelihara kita dan juga tetangga kita, dan bahwa Tuhan datang untuktetangga maupun untuk kita, maka kita harus mengasihi dia; kalau tidak, kitaakan menghina Tuhan yang mengasihi dia. Maka satu-satunya cara seorangmembuktikan bahwa ia mengasihi Allah ialah dengan menunjukkan kasihnyakepada sesamanya,sama seperti ia mengasihi dirinya sendiri.6

Bagaimana Kita mengajarkan Love, Care and ShareSebelum kita mengajarkan Love, Care and Share menurut penulis kita harusterlebih dahulu mengerti apa yang dimaksudkan dengan Love (Cinta, Kasih),Care (Kepedulian), and Share (membagi, memperhatikan). Oleh karenaitu dalam bagian ini penulis berturut-turut menerangkan apa yang dimaksuddengan Love, Care and Share.

Arti Sayang/ Cinta/ MengasihiKalau kita mengatakan : “saya sayang/saya cinta/saya mengasihi”, padaumumnya yang dimaksud adalah dua hal :1. Kita menghargai orang yang kita cintai, dalam arti kita merasa senang

bila berada dekat orang tersebut, dan kita membayangkan dan berpikir

Page 82: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

75Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Love, Care and Share

tentang dia, bilamana ia jauh. Kita senang pada penampilannya,perkataannya dan perbuatannya.

2. Kita menempatkan diri dalam perasaan orang tersebut (empati). Kitamerasa gembira dengan kegembiraannya dan merasa susah dengankesusahannya. Kita bersikap ramah dan mau menolong dia mencapaitujuannya serta berusaha melindunginya dari bahaya7. Kita peka danpeduli akan apa yang dialami orang yang kita sayangi.Sayang/ cinta/ kasih pada dasarnya terbentuk dari rasa peduli akan orangtersebut. Kalau tidak ada rasa peduli, mustahil ada rasa sayang. Tetapicinta kasih lebih dalam dan lebih lebar dari pada rasa peduli/empati.Dalam cinta/kasih ada perasaan senang yang mendalam pada orangtersebut dan orang yang mencintai akan melakukan sesuatu untuk yangdicintainya bukan sebagai beban, tetapi dengan perasaan gembira.Sikap sayang dapat dilatih dan ditumbuhkan pada diri kita dengan caraantara lain sebagai berikut :2.1. Mengajarkan perilaku sayang.

Banyak orang perlu secara terstruktur belajar bagaimana bersikapsayang. Seringkali mereka tidak menyadari betapa mudah orangterluka, baik secara fisik maupun secara emosional. Orang jugaperlu diajari bagaimana mengutarakan perasaan sayang baik secarafisik, maupun dengan kata-kata.

2.2. Memberi penguatan positif (reinforce) pada perbuatan sayang.Banyak kasus dimana ada orang yang perlu diingatkan untukmemberi pujian, untuk memeluk dan menciumnya, saat iamenunjukkan sikap sayang. Amat sering kita hanya memperhatikanketika seseorang melakukan hal yang tidak baik dan tidakmemperhatikan saat mereka melakukan hal yang baik. Karena setiaporang merindukan perhatian, maka sikap ini justru akan mendorongseseorang untuk lebih sering berbuat yang tidak baik, demi mendapatperhatian itu. Karena itu, nyatakan penghargaan dan sayang.

Jika kita melakukan hal ini maka orang akan mulai peduli kepada oranglain walaupun masih dalam tarap yang sangat sederhana yaitu mulai dariperasaan. Untuk membantu seseorang peduli pada orang lain, yang pertamadibutuhkan adalah keterangan/informasi tentang apa yang telah dialami orangyang akan dibantu itu, karena kepedulian timbul kalau orang mengetahui apayang dialami seseorang. Orang tidak dapat menempatkan diri dalam perasaanorang lain (empati dengan orang lain), kalau ia tidak mempunyai informasitentang keadaan orang tersebut.

Selanjutnya, ia akan lebih mudah menempatkan diri dalam keadaan orangtersebut, kalau ia juga mengerti mengapa orang tersebut mengalami hal itu.

Page 83: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Love, Care and Share

Sebelum kita lebih jauh membicarakan tentang care (kepedulian), kita harustelah mengerti tentang arti sayang. Yang sangat penting juga menurut penulisadalah bagaimana membangun rasa sayang. Oleh karena itu penulismenguraikan tentang bagaimana membangun rasa sayang

Membangun Rasa SayangApa yang menyebabkan kita sayang? Kita sayang pada orang/ binatang/ benda,karena orang/ binatang/ benda tersebut memberi rasa senang kepada kita.Rasa senang itu dapat dibangun melalui:1. Dengan membantu/ melayani/ melakukan hal-hal untuk orang lain akan

tumbuh rasa sayang dalam hati orang yang membantu. We love thosewhom we serve.

2. Karena merasa disayang, seorang dapat menyayangi orang lain. We learnto love by being loved.8Salah satu cara terbaik bagi kita untuk memperkuat kesediaan seseorang

untuk menyayangi orang lain, adalah untuk membuat ia merasa disayang.Seseorang yang merasa disayang oleh orang lain cenderung akan menyayangiorang lain pula.

Menumbuhkan Kepedulian Kepada Orang LainKepedulian adalah kesanggupan untuk peka terhadap kebutuhan orang laindan kesanggupan untuk turut merasakan perasaan orang lain sertamenempatkan diri dalam keadaan orang lain (empati). Rasa peduli adalahibarat batu bata untuk bangunan yang bernama kasih. Tanpa adanyakepedulian tidak mungkin terdapat rasa kasih pada seseorangPeka yang dibicarakan di sini bukan dalam arti sifat orang yang perhatiannyatertuju ke dalam kepada dirinya (self-centered) sehingga mudahtersinggung perasaannya, melainkan sifat orang yang perhatiannya tertujuke luar kepada orang lain, yang mudah merasa iba kepada orang lain (extra-centered sensitivity).9

Kepekaan dan kepedulian membuat orang melihat ke luar dari dirinya, danmenyelami perasaan dan kebutuhan orang lain, lalu menanggapi danmelakukan perbuatan yang diperlukan untuk orang lain dan dunia disekelilingnya.

Sebaliknya kesombongan, keserakahan dan iri hati membuat orang hanyamemperhatikan kepentingan diri sendiri dan tidak peduli apakah orang laindirugikan atau dilukai, baik secara fisik maupun emosional.

Kepekaan dan kepedulian adalah nilai yang sangat penting dipunyaiseseorang. Pada nilai ini terkait banyak nilai-nilai lainnya antara lain :kedisiplinan, kejujuran, kerendahan hati, cinta kasih, keramahan, kebaikan

Page 84: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

77Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Love, Care and Share

hati, kebijaksanaan dan sebagainya. Kebahagiaan yang dialami seseorangsebagian besar adalah hasil dari kepekaan dan kepedulian orang tersebutterhadap perasaan, kesempatan dan kebutuhan orang lain dan dunia disekitarnya

Kunci yang paling penting dalam mengajar seseorang agar mempunyaikepekaan dan kepedulian ialah: sikap orang yang tidak cepat menyerah, tekundan berusaha terus, serta tidak mengharapkan hasil dalam waktu singkat. Disamping itu, hal lain yang perlu disadari adalah, ini yang paling sukar, kepekaandan kepedulian harus dimulai dari diri kita sendiri. Kalau kita mau orang lainbersikap peka dan peduli, kita pun harus bersikap demikian, jangan hanyakita menuntutnya dari orang lain. Seringkali sebagai pribadi kita tidak bisa/mau menempatkan diri di tempat orang lain berada. Di mata mereka, kitabarangkali orang yang kadang-kadang tidak peduli, tidak toleran, kuatir, marah,cerewet dan menjengkelkan. Agar kita tidak bersikap demikian maka kitaperlu mempunyai kesanggupan untuk merasakan perasaan orang lain lewatsimpati dan empati yang kita tampakkan.Secara umum orang mengatakan empati adalah kesanggupan untuk turutmerasakan apa yang dirasakan orang lain dan kesanggupan untukmenempatkan diri dalam keadaan orang lain. Empati membuat kita dapatturut merasa senang dengan kesenangan orang lain, turut merasa sakit denganpenderitaan orang lain dan turut berduka dengan kedukaan orang lain.Rasa empati dekat sekali hubungannya dengan rasa belas kasihan. Karenaorang empati dengan orang lain, maka ia dapat merasa belas kasihan padaorang lain. Dari rasa belas kasihan dapat tumbuh rasa peduli yang dalam.Rasa peduli yang dalam hal ini kemudian tampak ketika kita merasakan apayang dirasakan orang lain, kita ingin melakukan sesuatu untuk orang tersebut.Hubungan antara empati dan kesediaan berbuat baik (altruisme), telah dicatatoleh banyak hasil penyelidikan psikolog : Empati yang tinggi memperbesarkesediaan untuk menolong, untuk berbagi dan berkorban demi kesejahteraanorang lain.

Salah satu cara untuk menumbuhkan empati adalah dengan menceritakanapa dan mengapa perasaan orang. Empati dapat ditumbuhkan denganmenceritakan apa dan mengapa seseorang mengalami sesuatu. Seorang akanlebih mudah turut merasakan dengan orang lain kalau orang itu mempunyaiinformasi tentang apa yang dirasakan orang tersebut. (What the person feels).Selanjutnya orang akan lebih bersedia untuk empati kalau ia mengerti mengapaorang itu merasa seperti yang dirasakannya. (Why he feels as he does).Informasi yang paling efektif untuk membangkitkan empati adalah informasimengenai apa yang sedang diperjuangkan orang itu dan apa perjuangannyauntuk mencapai tujuannya.

Page 85: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Love, Care and Share

Kesanggupan Untuk Menyatakan Kepeduliandalam Tindakan Nyata

Kesanggupan untuk mengobservasi, untuk merasakan dengan orang lain(empati) baru ada gunanya, kalau kesanggupan itu ditindaklanjuti denganperbuatan nyata.Perbuatan tersebut bukan hanya akan menyenangkan orang yang ditolong,tetapi terutama akan menyenangkan diri si pemberi bantuan tersebut. Yangpaling kita ingat dari pengalaman hidup kita ialah kejadian/peristiwa di manakita telah melakukan sesuatu untuk orang lain.

Yang menjadi pertanyaan perbuatan nyata seperti apa (share) yang BPKPENABUR lakukan dalam situasi masyarakat yang sedang mengalami kesulitankarena beban kehidupan dan kenaikan BBM. Menurut penulis banyak hal yangdapat kita lakukan, salah satunya dalam bentuk program bea siswa untuksaudara-saudara kita yang tidak mampu di luar daerah atau di kantong-kantong kemiskinan.Selain hal di atas menurut penulis share (perbuatan nyata) bisa dilakukandengan menggerakkan keberadaan pendeta sekolah sebagai pendorong/penggerak utama untuk terwujudnya kegiatan tersebut. Alasan utama penulismengatakan hal ini karena dalam melakukan tugas (menjadi pendorong love,care and share) pendeta sekolah telah melaksanakan tugas khususnya dalambidang penggembalaan dan pengembangan falsafah pendidikan seperti diaturdalam tata laksana pelayanaan pendeta sekolah.10 Untuk lebih jelas dari tugaspelayanan tersebut dikatakan demikian:1. Penggembalaan11

1.1. Pelayanan Pendeta Sekolah terutama mengarah padapenggembalaan, yaitu upaya menerangi persoalan-persoalankehidupan dari subjek-subjek yang terlibat dalam lingkungan sekolah,dengan Terang Firman Tuhan.

1.2. Dalam rangka penggembalaan itu, Pendeta Sekolah jugamemperhatikan segi-segi kesehatan/kesejahteraan dari subjek-subjek yang dilayaninya yaitu siswa dan orang tuanya, guru, karyawandan pengurus.

1.3. Tugas utama Pendeta Sekolah ini menempatkan ia pada posisi danfungsi sebagai gembala dalam lingkungan sekolah di mana iamelayani, yang bekerjasama dengan lembaga Bimbingan danPenyuluhan Siswa.

2. Falsafah Pendidikan Kristena. Pelayanan Pendeta Sekolah yang lebih luas di lingkungan BPK Jabar

dan Sinode GKI Jabar, mencakup tugas mengembangkan Falsafah

Page 86: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

79Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Love, Care and Share

Pendidikan Kristen, yaitu upaya memahami pertanyaan-pertanyaandan jawaban-jawaban essensial sekitar realitas kemanusiaan,keilmuan, keagamaan dan kelembagaan pendidikan, serta upayamenanamkan dan menumbuhkan nafas iman Kristen dalamlingkungan BPK Jabar.

b. Dalam rangka pengembangan Falsafah Pendidikan Kristen itu, PendetaSekolah memperhatikan segi-segi makna realitas, maknapengetahuan dan makna kekristenan guna memupuk nilai-nilaikekristenan dalam bangunan Falsafah Pendidikan Kristen tersebut.

c. Tugas filosofis ini menempatkan Pendeta Sekolah pada posisi selakufungsionaris yang bekerja sama dengan orang-orang dan ahli-ahlilain dalam membangun dan memberlakukan Falsafah PendidikanKristen itu.

Dari urairan tugas pelayanan pendeta sekolah di bidang penggembalaan danfalsafah pendidikan Kristen yang akan dikembangkan maka kedua tugaspelayanan itu bersinggungan dengan program dan sikap love, share and care.Menurut penulis ketika progam ini dikembangkan secara tidak langsungmenerangi persoalan-persoalan kehidupan dari subjek-subjek, memperhatikansegi-segi kesehatan/kesejahteraan dari subjek-subyek (lihat penggembalaan:point 1.1. dan 1.2) dan juga mengembangkan falsafah pendidikan Kristen,yaitu upaya memahami pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawabanessensial sekitar realitas kemanusiaan, memperhatikan segi-segi maknarealitas, makna pengetahuan dan makna kekristenan guna memupuk nilai-nilai kekristenan.

PenutupLove, Care and Share tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi tumbuh karenaasuhan, yakni bimbingan dan latihan bahkan adanya program yang disengajadan berkesinambungan dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata. BPK PENABURdalam rangka HUT nya yang ke 55 misalnya telah melakukan programkepedulian kepada mereka yang mengalami penderitaan/sakit. Program inimenurut penulis diharapkan tidak boleh hanya bersifat karitatif.

Melalui semua kegiatan ini kita akan belajar mengarahkan hidupnya untukmemberikan perasaan senang atau memberikan bantuan yang dibutuhkan,karena terdorong oleh rasa peka dan pedulinya kepada orang tersebut. Iaakan belajar peka terhadap kebutuhan orang lain dan mencoba merasakanperasaan orang lain dan menempatkan diri dalam keadaan orang lain, sertamenindak lanjuti dengan perbuatan nyata yang dibutuhkan.

Page 87: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Love, Care and Share

Di samping itu ia akan merasa tertusuk hati nuraninya dan merasa bersalah,ketika menyadari bahwa perbuatannya telah melukai seseorang. Ia belajarmeminta maaf serta berusaha memperbaiki kesalahan itu.

__________

* Tulisan ini berdasarkan artikel Pengantar Pengembangan Kepribadian SiswaCinta Kasih dan Kepedulian (Stans Ismail M.A) yang dilakukan di BPKPENABUR Jakarta sejak tahun 1996

1 Depkes Meng”cover” rakyat miskin, Pikiran Rakyat, 11 April 2005, http://pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/11/0504.html, diakses pada tanggal28 Oktober 2005

2 Rakyat yang tidak mempunyai KTP sering diidentikkan dengan rakyat miskinkarena secara umum mereka yang tidak mempunyai KTP adalah rakyatyang tidak mempunyai rumah, domisili yang tetap, domisilinya tidak diakuioleh pemerintah mereka menempati tempat-tempat yang ilegal

3 Menekan biaya dengan ‘Agency System’, INVESTIOR, http://www.investor.co.id/view artikel.html ? seq=2&id=1991&cari=, diakses pada tanggal 31Oktober 2005

4 B.J. Boland. Tafsiran Lukas II. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1978, hlm 27 - 285 M.H. Bolkestein, Kerajaan yang terselubung, ulasan atas injil Markus. Jakarta :

BPK Gunung Mulia, 1991, hlm. 2486 Ibid hlm. 25, 1327 Linda & Richard Eyre. Teaching your children sensitivity. New York : Fireside

1995, hlm. 208 Michael Schulmann & Eva Mekler, Bringing up a moral child. New York : Double

Day 1994, hal 759 Opcit , Linda & Richard Eyre, hlm.2010 Lampiran keputusan PMS GKI (SW) JABAR tahun 1986 tentang Tata Laksana

Pendeta Sekolah11 Keputusan PMS GKI (SW) JABAR tahun 1986 tentang Tata Laksana Pendeta

Sekolah, sub Pelayanan Sekolah : Penggembalaan, dan Falsafah PedidikanKristen

Page 88: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

81Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Menjawab Tema HUT Ke-55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR

Menjawab Tema HUT Ke-55Badan Pendidikan Kristen PENABUR

(BPK PENABUR)

Biretni Sumiwi, BA.*)

*) Staf Bagian Organisasi dan Sistem BPK PENABUR

Opini

Abstrakulisan ini membahas Tema HUT Ke-55 BPK PENABUR yakni LOVE,CARE and SHARE yang sarat makna dan cukup berarti dalammenghadirkan Citra Allah di sebuah Lembaga Pendidikan Kristen yangusianya sudah lebih dari setengah abad. Tema itu mencerminkan Motto

BPK PENABUR serta terkait erat dengan visi dan misi BPK PENABUR. Setelahmengulas makna tema itu, tulisan ini menawarkan beberapa gagasanmewujudkannya dalam praktek dan pengelolaan pendidikan di lingkungan BPKPENABUR dalam menghadapi tantangan masa depan. Tulisan ini menganggapperlu (1) meningkatkan keteladanan dari Pengurus, guru dan karyawan serta(2) membentuk Tim sukses untuk memotori pengejawantahan LOVE, CAREand SHARE ini dikaitkan dengan Visi, Misi serta Motto BPK PENABUR.

Kata kunci: Love, care, share, motto, misi dan visi

AbstractThis article discusses the theme of The 55th Anniversary of BPK PENABUR,which is LOVE, CARE, and SHARE. The theme contains a lot of value and verypowerful in presenting the God’s Image in a Christian education institutionsuch as BPK PENABUR. It is expected that the theme, derived from the vision,mission, and motto of BPK PENABUR, can be well reflected in daily activities.To respond the theme, the writer suggests (1) to strengthen the roles of theboard of directors, the teachers, and all supporting staff of BPK PENABUR asmodels to be followed by others, and (2) to establish a success team topromote the implementation of Love, Care, and Share in the spirit of thevision, mission, and motto of BPK PENABUR.

PendahuluanPada tanggal 19 Juli 1950 di Jawa Barat dibentuk BADAN PENDIDIKANTIONGHOA KIE TOK KAUW HWEE KHU H WEE DJAWA BARAT yang selanjutnya

T

Page 89: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Menjawab Tema HUT Ke-55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR

disebut Badan Pendidikan Kristen Djawa Barat disingkat BPK Djabar. BPK Djabarini mengemban tugas GKI SW JABAR melayani masyarakat di bidangpendidikan. Dalam perkembangannya kemudian. BPK Djabar ini mengalamiperluasan pelayanan bukan hanya di bagian Jawa Barat saja, melainkan jugadi Jakarta hingga Lampung, sehingga pada tanggal 21 Maret 1989 nama BPKDjabar diganti menjadi BPK PENABUR. BPK PENABUR telah berkembang darisebuah yayasan pendidikan kecil menjadi sebuah yayasan pendidikan yangsangat besar. Dalam tahun 2005 ini BPK PENABUR mengelola lebih dari 125sekolah dari jenjang TK, SD, SMP dan SMTA, tersebar di 16 kota di empatpropinsi (Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Lampung) dengan jumlah siswasekitar 40.000 dan guru sekitar 2.150 didampingi 750 karyawan. Selarasdengan perkembangannya, struktur organisasi BPK PENABUR-pun melakukanpenyesuaian. Saat ini struktur organisasi BPK PENABUR terdiri dari lima bidangyaitu Bidang Pendidikan, Bidang Riset dan Pengembangan, Bidang Keuangan,Bidang Kepegawaian serta Bidang Organisasi dan Sistem. Masing-masingbidang saling terkait dan saling melengkapi dalam memandu organisasi sekolahyang berada di 16 kota.

Beberapa langkah maju telah mengangkat citra BPK PENABUR antara lainpemberian beasiswa dan dana pensiun kepada karyawan, kerja sama denganCurtin Technology University Australia. Tahun 2005, telah diputuskanmendirikan Sekolah PENABUR Internasional di Jakarta dan Bandung yangakan dikelola secara khusus dan profesional. Di samping itu kualitas pendidikansecara umum menoreh prestasi yang membanggakan baik di tingkat daerah,nasional serta internasional. Di samping itu Alumni BPK PENABUR-pun tidakketinggalan, dalam berbagai prestasi di dalam dan di luar negeri. Prestasiyang demikian tidak semata-mata dilandasi oleh kemampuan ilmu yangdiperolehnya tetapi juga di dorong oleh semangat keimanan yangditumbuhkembangkan selama proses pendidikan di lingkungan BPK PENABUR.

Pada tanggal 19 Juli 2005 BPK PENABUR memperingati HUT ke-55 dengantema Love, Care and Share yang sesuai dengan motto BPK PENABUR, Iman,Ilmu dan Pelayanan. Harapan panitia melalui tema tersebut visi dan misi BPKPENABUR dapat terpayungi. Serangkaian kegiatan mewarnai ungkapan syukuratas kasih Allah yang dirasakan merupakan bagian dari sikap yang takut akanAllah dan hidup menurut jalan yang ditunjukkannya. Pertama, KegiatanKebaktian Syukur yang berlangsung di seluruh GKI SW Jabar yang jumlahnyasekitar 90 Gereja dengan liturgi khusus. Kedua, Kegiatan Lomba Karya tulisbagi siswa, guru dan karyawan. Ketiga, Kegiatan Peduli Kasih, merupakansalah satu upaya pelayanan untuk mengembangkan semangat peduli denganmemberikan bantuan biaya bagi guru, karyawan, anak yang menderita sakitparah yang mengalami kesulitan untuk biaya berobat. Sebagai puncak acara

Page 90: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

83Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Menjawab Tema HUT Ke-55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR

berlangsung kebaktian syukur secara massal di Tennis Indoor Senayan, tanggal20 Agustus 2005 yang dihadiri tiga ribuan komunitas BPK PENABUR. Padakebaktian akbar ini hadirin diajak untuk mengucapkan syukur melalui puji-pujian dan doa yang dikemas bersama pementasan pagelaran seni dan dramamusikal. Pendukung acara yang terdiri dari peserta didik sekitar 400 an orangdengan didampingi sebagian guru. Mereka diberi kesempatan untukmenampilkan potensinya secara optimal khususnya di bidang seni sekaligusbersaksi untuk memuliakan Sang Pencipta BPK PENABUR.

Peringatan HUT ke- 55 BPK PENABUR dengan berbagai kegiatannya telahberlalu dan dapat dikatakan berlangsung dengan baik. Akan tetapi temaperingatan itu masih tetap relevan untuk dijadikan prinsip dalam melaksanakantugas-tugas pendidikan yang menjadi misi utama BPK PENABUR. Tulisan inimengulas tema Love, Care and Share sebagai wacana dalam menghadapiberbagai tantangan di masa depan dalam upaya mencerdaskan,memartabatkan, dan membudayakan bangsa. Tema ini sarat dengan nilai-nilai kristiani yang seharusnya tidak akan pernah luntur dalam masyarakatyang semakin cenderung individualistik, komersial dan konsumtif sertamengagung-agungkan hedonisme. Bagaimana pula nilai-nilai dalam tema inidapat diterapkan dalam melaksanakan misi BPK PENABUR menuju visinya yangsangat mulia dan luhur, menarik untuk dibahas.

Makna Love, Care and ShareLove, Care and Share tidak bisa hadir secara terpisah/sendiri-sendiri. Ketiganyasaling berkaitan yang secara berbarengan/menyeluruh selalu dibangun. Love,Care and Share merupakan warna dasar kristiani yang seharusnyaditumbuhkan di setiap kegiatan baik di Gereja maupun di sekolah. Karenasekolah-sekolah BPK PENABUR milik Gereja. Sekolah dan Gereja itu bermitra.Menurut Dr. Andar Ismail (mantan pengurus BPK PENABUR), mendirikansekolah memang termasuk fungsi Gereja. Gereja adalah lembaga pendidikan.Kristus berpesan,” Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telahKuperintahkan kepadamu” (Mat. 28 : 20). Secara eksternal Gereja mengajarmasyarakat luas dengan cara mendirikan sekolah. Jadi sekolah Kristen adalahperpanjangan tangan Gereja untuk bersaksi dan melayani masyarakat. Fungsipertama, Sekolah Kristen adalah bersaksi tentang diri dan karya Kristus. Itujati diri dan ciri khas sekolah Kristen. Fungsi kedua adalah melayani masyarakatdengan mencerdaskan bangsa secara optimal.

Love, Care and Share, di sini tidak sekadar tugas dan kewajiban melainkanmerupakan bagian dalam kehidupan kita. Hidup akan terasa gersang dankerdil jika tanpa Love, Care and Share. Itulah juga yang diperbuat oleh TuhanYesus, ketika Ia mengajar berkeliling dari kota yang satu ke kota yang lain.

Page 91: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Menjawab Tema HUT Ke-55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR

Oleh karena itu perlu dipahami secara tepat apa yang tersirat dari tema itu,kata demi kata.

LoveLove berarti kasih sayang seperti yang tertera dalam Lukas 10 : 27 “KasihilahTuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dandengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilahsesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata kasih yang mengasihisesama seperti mengasihi diri sendiri dapat juga diartikan bahwa kalau kitatidak dapat mengasihi diri sendiri berarti kita sulit dapat mengasihi sesama.Oleh karena itu, dalam mengasihi diri sendiri, kita perlu terlebih dahulumenikmati/merasakan kasih sayang yang Tuhan anugerahkan setiap hari,mengandalkan sepenuhnya kekuatan dari Tuhan, lebih dekat kepada Tuhanmelalui firman-Nya, menghayati firman-Nya, mengerti rancangan Allah dalamhidupnya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hidup dalamkasih itu suka menjadi berkat bagi sesama dan peduli terhadap sesama. Hidupdalam kasih itu tidak mementingkan diri sendiri. Ia peka dan peduli kepada yanglebih lemah.

BPK PENABUR merupakan karya Allah. Memahami karya Allah, tidaklahbisa mengandalkan logika saja, tetapi juga iman. Tanda orang beriman adalahmengasihi Allah dan menuruti perintah-perintahNya. Orang Kristen yanghidupnya dalam penebusan Allah, tidak perlu takut dan ragu dalam melangkah.Dalam era globalisasi ini semua insan BPK PENABUR diharapkan dapat majuterus bersama Yesus dalam mengelola BPK PENABUR. Hidup yangmengandalkan kekuatan kasih yang bersumber dari Tuhan akan membuathidup menjadi dinamis.

Love tidak hanya dimiliki dan diterapkan dalam proses pendidikan ataupembelajaran. Love juga perlu terlihat dalam tubuh organisasi dan manajemenBPK PENABUR. Nuansa Love diharapkan terlihat pada hubungan antara pribadidalam organisasi, antar sesama karyawan, karyawan dengan pengurus sertaantar sesama pengurus.

CareCare itu pada hakikatnya berarti peduli, memberikan perhatian ataumenghiraukan seseorang. Care berarti mengakui, menghargai danmenghormati keberadaan orang lain. Care merupakan salah satu perwujudandari Love. Love akan gersang tidak bermakna tanpa diwujudkan secara nyatayang antara lain melalui Care. Dengan demikian jiwa atau roh dari Care adalahcinta kasih. Care akan dirasakan sebagai makna sesungguhnya apabila tindakanatau perbuatan itu disertai kasih.

Page 92: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

85Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Menjawab Tema HUT Ke-55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR

Dalam proses pendidikan, peserta didik menghendaki perlakuan yangditerimanya dari guru disertai dengan kasih. Emotional Intelligence pesertadidik akan tersentuh dan berkembang apabila dia merasakan sentuhan kasih.Wujud Care itu terlihat dari perilaku individu kepada individu lain. Dalamkonteks iman Kristen, Care kepada Tuhan diwujudkan dalam perilaku terhadapsesama seperti tertulis dalam 1 Yohanes 4: 20 – 21 Jikalau seorang berkataaku mengasihi Allah dan ia membenci saudaranya maka ia adalah pendusta,karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkinmengasihi Allah yang tidak dilihatnya. Barangsiapa mengasihi Allah, ia harusjuga mengasihi saudaranya.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, Care itu diperlihatkan guru kepadapeserta didik dengan cara menjadikan mereka sebagai subyek bukan obyekpembelajaran. Segala proses pembelajaran dilakukan untuk pencapaian tujuandan kepentingan peserta didik serta menanggapi secara edukatif keluhan danmasalah peserta didik baik secara individual maupun secara kelompok. Olehkarena BPK PENABUR merupakan perpanjangan tangan GKI Sw Jabar, makatepatlah bila Gereja ikut serta secara nyata dalam menumbuhkan Love, Careand Share.

BPK PENABUR sudah mengemban tugasnya dengan menunjukkanprestasinya di masyarakat dalam bentuk berbagai keunggulan yang dicapaioleh sekolah-sekolah yang dibinanya. Sungguhpun demikian prestasi yangtelah diraih itu masih perlu terus ditingkatkan sehingga benar-benar terjadikeseimbangan antara keunggulan dalam iman, ilmu, dan pelayanan. Dalamkonteks keseimbangan inilah diperlukan perhatian, bimbingan dan pembinaandari Gereja secara terus menerus. Hubungan yang kondusif antara Gerejadengan BPK PENABUR akan lebih memberdayakan sekolah melaksanakan tugasdan fungsinya dalam memberikan pelayan pendidikan di tengah-tengahmasyarakat yang serba majemuk.

ShareShare merupakan kelanjutan dari Love dan Care. Love dan Care memangdiperlukan tetapi tidak cukup berhenti di situ. Share atau membagi apa yangdimiliki untuk orang lain. Share menunjukkan bahwa manusia adalahmerupakan komunitas umat Allah yang memiliki kesamaan satu sama lainyaitu sama-sama makhluk Tuhan dan memiliki hak dan kewajiban yang samadi hadapan Tuhan. Oleh karena itu wajarlah kalau manusia saling membantudan saling berkorban karena apa yang manusia lakukan terhadap sesamanyaberarti melakukannya juga terhadap Tuhan.

Share dalam pendidikan, khususnya dalam pembelajaran, guru membagipengetahuan, ilmu serta berbagai kemampuan yang dimilikinya kepada

Page 93: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Menjawab Tema HUT Ke-55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR

peserta didik. Di samping itu guru membagi kasih dan perhatian serta pedulikepada peserta didiknya tanpa perbedaan apapun. Semangat Share dapatditumbuh kembangkan di kalangan peserta didik oleh sekolah atau guru,sehingga mereka juga peduli dan membagikan apa yang dimilikinya kepadasesama temannya. Love, Care and Share di kalangan peserta didik dapatdipacu oleh sekolah dengan dorongan yang diberikan oleh Gereja.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan sosial ekonomi siswa yangsebahagian besar merupakan anak dari anggota gereja masih heterogen.Ada yang memiliki kemampuan ekonomi memadai, tetapi masih terdapatbanyak yang masih memerlukan uluran tangan dan bantuan untuk dapat hiduplayak dan mampu menyekolahkan anak-anaknya. Dalam keadaan yangdemikian inilah semangat berbagi itu sangat diperlukan. Kesadaran dansemangat yang demikian tidak dapat timbul dengan sendirinya di kalanganumat, tetapi memerlukan proses penyadaran dari Gereja. Saling berbagi iniyang melandasi subsidi silang yang selama ini telah dilakukan antar sekolahdalam lingkungani BPK PENABUR. Dengan saling berbagi diharapkan di masadepan tidak ada anak jemaat yang tidak diterima di sekolah BPK PENABURkarena alasan ketidakmampuan ekonomi. Prinsip ini diharapkan dihayati danditerapkan oleh semua sekolah, mulai dari TK sampai SMTA di lingkunganBPK PENABUR.

Pada hakekatnya proses pendidikan di sekolah memberi perhatianpembinaan kepada masing-masing anak secara pribadi, bukanlah perkelompok. Pendidikan bukan semata-mata mengisi anak dengan pengetahuandan pendidikan dikatakan belum berhasil jika siswa secara pribadi tidakmengalami diri dihargai, dicintai, diperhatikan oleh gurunya. Proses pendidikanpada dasarnya mau merangsang/mengangkat potensi-potensi yang ada dalamdiri siswa agar berkembang.

Kalau sendi-sendi dasar dalam keseharian para pendidik/guru dalamproses belajar-mengajar mengandung azas Love, Care and Share makadengan sendirinya peserta didik dalam tingkah lakunya juga terbiasa untukmelakukan gaya hidup yang Love, Care and Share.

Proses pendidikan Kristen yang unggul baik iman, ilmu dan pelayanan inimembantu peserta didik ada keinginan untuk membuka wawasan pesertadidik terhadap dunia. Apalagi sekarang jamannya era globalisasi, yang sudahtidak ada batas-batasnya lagi antar negara. Menghasilkan siswa yang terbukaterhadap dunia, mencintai dan berminat pada dunia. Hal ini merupakan modalbagi BPK PENABUR agar mereka menjadi ilmuwan. Maka melalui ilmupengetahuan yang disampaikan pendidik membantu siswa mempunyai sikapketerbukaan yang mengarahkan pada sikap positif tidak sempit. Memberipenghargaan kepada peserta didik yang peduli dan peka kepada temannya

Page 94: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

87Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Menjawab Tema HUT Ke-55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR

yang lemah. Bagi peserta didik yang mengajari temannya jika belum bisa,mendapat penghargaan khusus berupa tambahan nilai.

Orangtua ikut menentukan keberhasilan pendidikan anak. Oleh karenaitu keikutsertaan mereka perlu dilihat secara nyata. Mereka hendaknya dapatberperan aktif, bekerja sama dengan pihak sekolah. Sebagai contoh: Sekolahmelakukan open house, mengundang orangtua murid untuk menyaksikankemampuan anaknya saat mempresentasi hasil karyanya. Di sini selainmenciptakan komunikasi yang baik juga sekaligus memperkenalkan sesuatuyang baru yang bersifat innovatif. Sekolah dapat juga mengadakan seminarbagi orangtua, misalnya dengan materi tentang bimbingan seks atau dinamikakehidupan remaja masa kini.

Ketiga kata kunci dalam tema dinyatakan dalam bahasa Inggris mungkinkarena sulit untuk menemukan padanan katanya dalam bahasa Indonesiayang ringkas dan sesuai dengan makna yang dimaksud. Kata Love tidak cukupmewakili makna yang sesungguhnya kalau hanya sekadar diterjemahkandengan kata mencintai. Love tidak hanya bermakna cinta, Love merupakanperasaan dan tindakan yang lebih luas dari mencintai. Mencinta memangmemerlukan pengorbanan tetapi tidak bebas dari tuntutan. Kita mengasihijuga tidak identik dengan Love. Mengasihi merupakan perasaan yang tulustanpa tuntutan. Namun kata mengasihi tidak seaktif cinta. Karena itu frasemencintai dan mengasihi nampaknya lebih dapat mewakili makna Love.

Motto Mengilhami BPK PENABURKata iman, ilmu dan pelayanan bukan hal yang baru bagi komunitas BPKPENABUR. Namun dalam kenyataannya Iman, Ilmu dan Pelayanan yangmerupakan motto BPK PENABUR seolah-olah hanya “slogan” saja. Isi mottotersebut pada hakikatnya mencerminkan hal-hal berikut.1. Iman: seluruh kebijakan dan pelaksanaan kegiatan hendaknya dilandaskan

pada nilai-nilai spiritualitas menurut teladan Yesus Kristus. Membawapeserta didik tidak saja berilmu, tetapi juga beriman.

2. Ilmu: menjadi pusat pelayanan untuk ilmu pengetahuan dan teknologi.Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, agarmenjadi manusia yang unggul dan berguna.

3. Pelayanan: memberikan pelayanan pendidikan dengan perlakuan meratabagi semua peserta didik. Memberikan peluang pengembangan bagi guru/karyawan dan menghasilkan lulusan yang unggul dalam iman, ilmu danpelayanan.Ketiga unsur dalam motto itu terintegrasi dalam satu kesatuan yang diikat

dengan kasih. Kasih yang dimaksud adalah kasih yang merujuk pada apayang dimaksudkan oleh Tuhan dengan memberikan contoh. Ia telah

Page 95: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Menjawab Tema HUT Ke-55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR

menyatakan kasih-Nya dengan memberikan Anak-Nya yang tunggal sebagaipendamaian bagi dosa-dosa kita, bukan hanya kata-kata belaka tetapimembuktikan dengan perbuatan-Nya yang ajaib, yaitu dengan rela hadirditengah-tengah pergumulan manusia. Inilah bukti nyata kasih Allah bagimanusia.

Allah tidak menuntut sesuatu yang tidak dapat kita pikul. Tetapi Allahmenghendaki kita dapat merespons kasih Allah yaitu: mengasihi Dia danmengasihi sesama. Kasih itu harus nyata, Matius 25: 42 – 45, Jika kitamengasihi sesama kitapun mengasihi Tuhan, bahkan kepada sesama yangmenderita yang membutuhkan pertolongan kita.

Motto BPK PENABUR dimaksudkan menjadi prinsip kerja semua unsurBPK PENABUR dalam melaksanakan tugasnya di bidang pendidikan. Denganiman yang kukuh serta ilmu yang dimiliki melakukan pelayanan penuh kasih.

Demikian pula sebagai pengurus BPK PENABUR yang merupakan sebagaiutusan jemaat, diharapkan memiliki komitmen untuk melayani bukan sekadarrasa tertarik atau karena ambisi pribadi, melainkan karena diutus oleh TUHANyang empunya BPK PENABUR. Menyadari sebagai utusan, bahwa kita tidakbekerja untuk diri sendiri dan tidak pula bekerja seorang diri, ada Allahyang menuntun dan menyertai kita (Yohanes 5: 36). Dengan demikian patutdipahami bahwa pengurus BPK PENABUR dipercaya oleh TUHAN untukmenghadirkan kesejahteraan bagi banyak orang melalui lembaga pendidikanKristen ini. Sambil tetap Allah menyertai dan memberikan hikmat dalammenjalankan tugas melayani tersebut.

Visi dan Misi BPK PENABURVisi dan misi merupakan suatu hal yang sangat penting dan mendasar untukpencapaian tujuan. Melalui visi kita dapat melihat suatu gambaran yang jelasapa yang dimiliki BPK PENABUR. Bagaimana bakal jadinya dan apa yang akandilakukan oleh pengurus.Tanpa visi yang jelas maka akan muncul di permukaankekacauan, kebingungan, pertentangan dan ketidak jelasan.

Sebagai suatu lembaga pendidikan yang dilandasi oleh iman Kristen, BPKPENABUR memiliki visi untuk menjadi Lembaga Pendidikan Kristen yang ungguldalam iman, ilmu dan pelayanan. Visi yang amat mulia dan luhur mengandungnilai-nilai Love, Care and Share. Iman Kristen adalah cinta kasih yang peduliterhadap sesama serta saling berbagi. Dalam konteks pendidikan iman Kristenitu tercermin dalam proses interaksi antara guru dan siswa, antar siswa,antar guru, antar karyawan dan pimpinan.

Mengacu pada visi BPK PENABUR maka sangat tepatlah kalau misi yangditetapkan adalah mengembangkan potensi peserta didik secara optimalmelalui pendidikan dan pengajaran bermutu berdasarkan nilai-nilai kristiani.

Page 96: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

89Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Menjawab Tema HUT Ke-55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR

Ada berbagai jenis dan pengelola lembaga-lembaga pendidikan, tetapi yangmembedakan BPK PENABUR dengan yang lainnya adalah nilai-nilai kristianimewarnai segala kegiatan yang dilakukan termasuk dalam manajemen daniklim organisasinya. Nilai-nilai kristiani itu mengkristal dan mencair dalamLove, Care and Share.

Agar dapat mewujudkan visi dan misi tersebut, pengurus BPK PENABURserta semua unsur yang ada di dalamnya diharapkan bekerja kerasmengupayakan Lembaga Pendidikan Kristen yang berkualitas dalam iman,ilmu pengetahuan dan pelayanan sehingga menghasilkan lulusan yang mandiri,berguna dan siap melayani.

SaranUntuk mewujudkan visi BPK PENABUR dengan mengacu secara ajeg terhadapmisinya serta dijiwai oleh Love, Care and Share yang menjadi tema HUT ke-55 BPK PENABUR, maka hal-hal berikut kiranya perlu mendapat perhatian.1. Meningkatkan profesionalisme karyawan dan tenaga pendidikan di semua

strata tugas dan pekerjaan.2. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan tenaga kependidikan

berbarengan dengan peningkatan profesionalisme mereka. Jika parapendidik/guru merasa diperhatikan kesejahteraannya, mereka akansemakin termotivasi menerapkan Love, Care and Share dalammelaksanakan pekerjaannya.

3. Mempersiapkan generasi mendatang yang siap berkompetisi dalam erainformasi dan globalisasi merupakan tugas dan tanggung jawab orangtua,masyarakat dan Pemerintah. Akan tetapi karena guru mengemban tugaskhusus dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas di masa yangakan datang, penguasaan mereka terhadap ilmu pengetahuan danteknologi perlu terus menerus ditingkatkan sesuai dengan perkembanganyang ada. Guru juga diharapkan dapat menjadi contoh dan teladan sertamenjadi motivator di tengah-tengah masyarakat. Dalam kerangka berpikiryang demikian, BPK PENABUR diharapkan menyusun dan melaksanakanprogram pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan baik melaluijalur program bergelar maupun non-bergelar. Dengan dermikian UnitPendidikan dan Pelatihan (UDIKLAT) BPK PENABUR nampaknya perlu danmendesak untuk dibentuk dan dikembangkan.

4. Sekolah-sekolah BPK PENABUR perlu menyediakan ajang pamer untukmemajang karya peserta didik. Selain memberi penghargaan kepadapeserta didik atas hasil karyanya, ajang pamer ini juga sekaligus dapatmemberikan inspirasi dan mendorong peserta didik yang lain untukberkarya.

Page 97: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Menjawab Tema HUT Ke-55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR

5 Oleh karena BPK PENABUR adalah bagian dari GKI SW JABAR, perhatiandan pembinaan Gereja perlu ditingkatkan sehingga benar-benar menjadisekolah-sekolah yang memenuhi harapan jemaat GKI SW Jabar. Rasatanggungjawab dan rasa memiliki masing-masing Gereja yang terdekatdengan sekolah hendaknya diwujudkan lebih nyata. Hal ini dianggap perlukarena pada dasarnya nilai-nilai etis dan moral serta spiritual keagamaanmerupakan penyeimbang terhadap peralatan teknologi modern dalamproses pembelajaran baik formal maupun informal baik di rumah maupundi sekolah.

6 Untuk melaksanakan program – program yang telah disusun dengan baikdiperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Hal ini dapat dilakukanmelalui Tim Sukses. Selain sebagai penggerak dan pengendali pelaksanaanprogram, Tim Sukses bertugas menghadirkan Love, Care and Share disetiap tugas pelayanan dalam dunia pendidikan dan pengajaran yangbermutu berdasarkan nilai-nilai Kristiani. Tim Sukses dibentuk dengansusunan yang terdiri atas : Pengurus, Pendidik dan Karyawan serta Alumniyang masing-masing saling melengkapi dan dapat bekerja sama.Anggota Tim Sukses diharapkan adalah mereka yang memiliki (1) wawasanyang tertuju kepada Allah, maksudnya seluruh pikiran, perasaan, ucapandan t indakan i tu hasil dari menghayati Firman Tuhan yangdiimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, (2) reputasi yang baik,cerminan kasih Kristus yang menghasilkan sejahtera – dapat dijadikanteladan, (3)penguasaan diri – dewasa dalam iman sehingga aktivitasnyamenampilkan nilai-nilai Kristiani, (4) hati yang penuh kasih, (5) keluargayang sehat rohani, (6) kecakapan mengajar, dan (7) dapat bekerjasamadalam tim, masing-masing dari anggota dapat memunculkan kekuatanmagis. Ketujuh persyaratan ini dapat membantu Tim Sukses sebagaipenggerak dalam menciptakan suasana keseimbangan antara Love, Careand Share. Dengan demikian sekolah-sekolah BPK PENABUR akan menjadiunggul, sekaligus menyenangkan bagi peserta didik.

PenutupBPK PENABUR sudah mengemban tugasnya dengan menunjukkan prestasinyadi masyarakat dalam bentuk berbagai keunggulan yang dicapai oleh sekolah-sekolah yang dibinanya. Sungguhpun demikian prestasi yang telah diraih itumasih perlu terus ditingkatkan sehingga benar-benar terjadi keseimbanganantara keunggulan dalam iman, ilmu, dan pelayanan. Dalam kontekskeseimbangan inilah diperlukan perhatian, bimbingan dan pembinaan dariGereja secara terus menerus. Hubungan yang kondusif antara Gereja denganBPK PENABUR akan lebih memberdayakan sekolah melaksanakan tugas dan

Page 98: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

91Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Menjawab Tema HUT Ke-55 Badan Pendidikan Kristen PENABUR

fungsinya dalam memberikan pelayan pendidikan di tengah-tengah masyarakatyang serba majemuk. Demikian pula menghadirkan Love, Care and Share disetiap tugas pelayanan dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang bermutuberdasarkan nilai-nilai kristiani yang perlu diteladani secara langsung oleh

Pengurus, Pendidik dan karyawan BPK PENABUR.

Daftar Pustaka______ Buku HUT ke- 55 BPK PENABUR. Tuhan Berkarya “Love, Care and

Share” hal. 25______ (1985). Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jakarta:

Lembaga Alkitab IndonesiaKhoe Yao Tung. (2002). Simphoni Sedih Pendidikan Nasional. Jakarta. Abdi

TandurTangyong, Agus F. Manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. MPPKTilaar, H.A.R. (1998). Beberapa agenda reformasi pendidikan nasional.

Magelang: Penerbit Tera Indonesia

Page 99: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Gerakan Teman Asuh dan Orang Tua Asuh untuk Membantu Anak-Anak Jalanan

Gerakan Teman Asuh dan Orang Tua Asuhuntuk Membantu Anak-Anak Jalanan

Priska Ivena, Ira Yulianti, Livie Tamariska*)

*) Siswa SDK THI BPK PENABUR Bandung, Juara I Lomba Karya Tulis HUT ke-55 BPKPENABUR Kategori Siswa SD

Opini

Abstrakulisan ini membahas tentang kehidupan anak jalanan denganmenitikberatkan pada latar belakang kehidupan anak jalanan,permasalahan yang mereka hadapi, dan beberapa alternatif jalankeluar untuk membantu meringankan beban anak-anak jalanan.

Latar belakang masalah dan penggambaran mengenai kehidupan anak-anakjalanan diilustrasikan berdasarkan pengamatan penulis di tempat atau lokasipenulis bermukim yakni di Bandung. Ilustrasi awal yang tertuang pada bagianpendahuluan merupakan hasil pengamatan penulis terhadap peristiwa yangbenar-benar terjadi di sebuah lokasi di pinggiran kota Bandung, namun penulismenceritakan dengan memberi nama-nama rekaan agar lebih mudahdipahami. Penulis menemukan enam permasalahan yang dihadapi oleh anak–anak jalanan. Permasalahan itu adalah: orang tua anak–anak jalananumumnya orang yang sangat kekurangan baik secara ekonomi maupunpendidikan; anak-anak jalanan mencari nafkah dalam usia dini; beban hidupanak-anak jalanan terasa berat karena mereka menjadi tumpuan keluargauntuk mencari kebutuhan hidup sehari–hari dengan cara apapun; kebutuhanhidup anak–anak jalanan tidak dapat terpenuhi seperti pakaian yang layak,makanan yang cukup mengandung gizi, tempat tinggal yang sehat atau tidakkotor, lingkungan yang nyaman dan sebagainya; waktu yang dimiliki anak–anak jalanan dihabiskan untuk bekerja mencari uang. Beberapa alternatifuntuk memecahkan permasalahan tersebut di atas akan dibahas dalampemecahan masalah, yakni dengan menggalakan peran teman asuh dan orangtua asuh bagi anak-anak jalanan.

Kata kunci: Gerakan teman asuh, orang tua asuh

AbstractThis article exposes the life of vagrants particularly about their background,the problems they are facing, and some alternative solutions to their problems.

T

Page 100: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

93Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Gerakan Teman Asuh dan Orang Tua Asuh untuk Membantu Anak-Anak Jalanan

The information was gathered by direct observation on the daily life of vagrantsin the slum areas of Bandung. Based on six problems identified and discussed,the writer proposes a program of friends and parents movement as analternative solution.

PendahuluanDi bawah sengatan terik matahari siang hari, empat anak yang masih di bawahumur tanpa malu-malu menyanyikan lagu di sebuah perempatan jalan di sudutkota Bandung. Anak-anak ini kira-kira berusia tujuh tahun, lima tahun, empattahun, dan tiga tahun. Mereka ini merupakan empat bersaudara kakak beradik.Dengan alat musik seadanya mereka berusaha menyelesaikan lagu yangdidendangkan, namun sering kali lagu mereka harus terpotong karena lampulalu lintas sudah berubah menjadi hijau. Hal ini berarti bahwa mobil-mobilyang sedang berhenti akan segera pergi melewati perempatan tersebut.Dengan terburu-buru anak yang paling besar menyodorkan gelas plastik bekasbotol minuman kepada para penumpang sambil menggendong adiknya yangpaling kecil, untuk meminta uang receh dari kantong mereka. Sementaraseorang ibu setengah baya duduk, persis di bawah traffic light dengan telapakkaki yang terbalut kain perca yang sudah kumal. Ia tidak menghiraukanpanasnya sengatan matahari yang sedang membakarnya serta rasa pedihpada kakinya yang terluka. Ia melihat anak-anaknya yang sedang beraksi danberharap agar setiap penumpang kendaraan yang sedang berhenti maumembagikan sedikit rezeki kepada anak-anaknya. Mungkin di benak ibusetengah baya ini sudah tak terpikir akan pendidikan dan masa depan anak-anaknya, karena untuk menyekolahkan mereka itu tidak akan mungkin karenatidak ada biaya. Jika pada hari itu keempat anaknya berhasil mengumpulkanuang receh yang cukup untuk membeli makanan maka ia sudah bernapasdengan lega dan berharap hari-hari berikutnya akan mengalami hal yangsama. Syukur-syukur uang yang didapatkan hari itu ada sisanya untukkebutuhan hari berikutnya. Lalu apa yang ada di benak anak-anak itu? Apakahmereka mempunyai cita-cita? Sebetulnya mereka juga merindukan hal-halyang dialami oleh anak-anak yang berkecukupan, bisa bermain, bersekolahbahkan mereka juga mempunyai cita-cita. Tetapi di balik semua itu merekamengubur cita-citanya itu dalam-dalam karena kondisi perekonomiankeluarganya tidak memungkinkan bagi mereka untuk belajar demi meraihcita-citanya. Harapan tinggallah harapan, tanpa ada jalan ke luar untuk bisameraihnya. Beban hidup keluarga seakan-akan telah merampas hak anak-anak ini untuk berusaha mengembangkan potensinya atau setidaknya bisamempersiapkan hari depan mereka dengan lebih baik.

Page 101: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Gerakan Teman Asuh dan Orang Tua Asuh untuk Membantu Anak-Anak Jalanan

Pemandangan tentang kondisi anak jalanan yang sangat menyedihkan inisudah tidak asing lagi bagi kita. Bahkan dari hari ke hari jumlah merekabukannya berkurang tetapi sebaliknya terus bertambah. Mereka berdatangandari daerah-daerah kantong kemiskinan yang ada di pinggiran kota bahkanada yang datang dari daerah lain. Sebetulnya pemerintah sudah melakukantindakan dengan cara menertibkan anak-anak jalanan untuk dibina olehdepartemen sosial. Namun karena begitu banyaknya jumlah anak-anak jalananyang berdatangan secara silih berganti, maka pemerintah tidak mampu lagiuntuk memecahkan persoalan ini secara tuntas.

Anak-anak jalanan terlahir dari sebuah kondisi keterpurukan perekonomianmasyarakat lapisan bawah. Sesungguhnya mereka juga memiliki harapan-harapan sebagaimana anak-anak yang orang tuanya berkecukupan. Namunoleh karena keadaan ekonomi yang tidak mendukung maka mereka hanyabisa pasrah dan menjalani kehidupan mereka dengan penuh penderitaan.Agar dapat menyumbangkan gagasan dalam rangka meringankan penderitaananak-anak jalanan, berikut ini akan disajikan beberapa permasalahan yangdihadapi oleh anak-anak jalanan serta alternatif pemecahannya.

Penyebab MasalahSetidaknya ada lima faktor penyebab masalah yang dihadapi oleh anak-anakjalanan, yang dapat diperikan seperti berikut:1. Orang tua anak–anak jalanan umumnya orang yang sangat kekurangan

baik secara ekonomi maupun pendidikan2. Anak-anak jalanan mencari nafkah dalam usia dini3. Beban hidup anak-anak jalanan terasa berat karena mereka menjadi

tumpuan keluarga untuk mencari kebutuhan hidup sehari–hari dengancara apapun

4. Kebutuhan hidup anak–anak jalanan tidak dapat terpenuhi seperti pakaianyang layak, makanan yang cukup mengandung gizi, tempat tinggal yangsehat atau tidak kotor, lingkungan yang nyaman dan sebagainya

5. Waktu yang dimiliki anak–anak jalanan dihabiskan untuk bekerja mencariuang.

Untuk memperjelas permasalahan tersebut di atas berikut ini akan dibahassatu demi satu masalah.

Orang tua dari anak-anak jalanan umumnya orang yang sangat kekuranganbaik secara ekonomi maupun pendidikan. Orang-orang ini menikah danmemiliki keturunan tanpa perencanaan yang matang. Sehingga pada saatmelahirkan anak, mereka tidak mampu mengurus anak-anak mereka denganperlakuan yang sewajarnya. Ada yang tidak mampu menyekolahkan, ada yangtidak mampu memberikan pakaian layak pakai, bahkan ada yang tidak mampu

Page 102: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

95Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Gerakan Teman Asuh dan Orang Tua Asuh untuk Membantu Anak-Anak Jalanan

memberikan kebutuhan makanan sehari-hari. Dengan keadaan yang sangatmemprihatinkan ini, maka anak-anak mereka tumbuh dengan suasana yangpenuh dengan permasalahan. Permasalahan itu antara lain: terpaksa bekerjapada usia dini, tidak memiliki peluang untuk mengenyam pendidikan, tidakterpenuhinya kebutuhan sehari-hari, kekurangan gizi, kreativitas mereka tidaktersalurkan, dan sebagainya.

Masa anak-anak (berkisar tiga tahun hingga dua belas tahun) adalahmasa untuk bermain dan belajar, sudah sewajarnya mereka tidak dibebaniuntuk mencari nafkah. Namun tidak demikian dengan apa yang dialami olehanak-anak jalanan. Mereka mencari nafkah dalam usia dini, hal ini dikarenakanoleh ketidakmampuan orang tua untuk memenuhi atau mencukupi kebutuhankeluarganya. Jangankan untuk membayar uang sekolah, untuk membelimakanan sehari-hari pun kesulitan. Hal tersebut menyebabkan anak-anakterpaksa membantu orang tua mencari nafkah, baik karena keinginan orangtua maupun keinginan mereka sendiri. Karena mereka tidak bersekolah, makawaktu sehari penuh merupakan waktu yang mutlak milik mereka. Dalammenggunakan waktu yang sangat banyak ini, mereka tidak mempunyai arahanyang baik dari siapapun, akhirnya mereka berusaha menggunakan waktu yangada untuk mencari uang dengan hal yang mudah, misalnya dengan caramengamen, membersihkan mobil di perempatan jalan menggunakankemoceng (yang sebetulnya tidak diharapkan oleh pemilik kendaraan tersebut)untuk sekedar mendapatkan uang receh, atau dengan sengajamenengadahkan tangan minta belas kasihan dari orang-orang yang peduliterhadap mereka. Sebenarnya keberadaan mereka dapat mengganggukelancaran keamanan dan lalu lintas. Mereka juga dapat menjadi korbankecelakaan lalu lintas, bahkan menjadi korban pelaku tindak kriminalitas. Tidakjarang keberadaan mereka ini disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidakbertanggungjawab, yakni secara sengaja dikumpulkan oleh orang tertentuuntuk dikerahkan di kota-kota besar dengan ancaman kekerasan bagi yangtidak mau melakukan perintahnya. Sehingga permasalahan yang dihadapioleh anak jalanan ini menjadi bertambah parah dan sangat membahayakanjiwa mereka.

Beban hidup anak-anak jalanan terasa berat karena mereka menjaditumpuan keluarga untuk mencari kebutuhan hidup sehari-hari dengan caraapapun. Dengan demikian mereka telah mengorbankan masa bermain danbelajar demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Mereka menggantikanperan orang tua dalam mencari nafkah bagi keluarga. Karena kewajibanuntuk bekerja, akhirnya anak-anak jalanan itu pun harus kehilangan waktuuntuk menuntut ilmu dan bermain. Khususnya pada anak-anak yang baruberusia tiga sampai dengan lima tahun , waktu untuk bermain dan belajarmasih sangat dibutuhkan. Sebenarnya ada beberapa anak jalanan yang pernah

Page 103: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Gerakan Teman Asuh dan Orang Tua Asuh untuk Membantu Anak-Anak Jalanan

merasakan bangku sekolah, tetapi karena faktor ekonomi yang tidakmendukung , akhirnya anak-anak jalanan terpaksa harus memberhentikanmasa-masa sekolahnya. Anak-anak jalanan sebenarnya ingin merasakansebagaimana orang-orang yang dibesarkan dengan kondisi perekonomian yangbaik, mereka ingin memiliki orang tua yang berkecukupan, mereka memilikicita-cita dan juga harapan. Namun keinginan dan harapan itu tinggallah impiansemata.

Selain waktu belajar dan bermain tidak mereka miliki, kebutuhan hidupanak-anak jalanan tidak dapat terpenuhi seperti pakaian yang layak, makananyang mengandung cukup gizi, tempat tinggal yang sehat atau tidak kotor,lingkungan yang nyaman, dan sebagainya. Jadi pada umumnya anak-anakjalanan hidup pada keterpurukan dan penderitaan. Banyak hal yang seharusnyadilakukan oleh anak-anak, seperti belajar untuk mendapatkan ilmupengetahuan.. Tetapi, karena kewajibannya mencari uang demi kehidupannyamaka waktu belajar dan bermain harus digantikan dengan bekerja. Selainitu, keberadaan anak-anak jalanan pun rawan terhadap tindakan kriminal.Ada anak-anak jalanan yang akhirnya mencopet, mencuri, atau menodongdan melakukan berbagai macam tindakan kriminal lainnya. Itu semua merekalakukan karena keadaan yang memaksa, mungkin pada saat mengamenmereka tidak mendapatkan hasil yang cukup untuk membeli kebutuhan hiduppada hari itu. Dengan demikian mereka mencari jalan keluar untuk mencukupikebutuhannya dengan tindakan yang melanggar hukum. Waktu yang dimiliki anak-anak jalanan dalam satu hari, nyaris dihabiskandi jalanan untuk bekerja mencari uang. Hal itu menyebabkan mereka menjadikurang kreatif. Kreativitas anak-anak seharusnya dipupuk dan dikembangkandisebabkan kreativitas merupakan aspek yang sangat penting dalam rangkamencerdaskan anak. Sebagaimana dikatakan oleh Joan Beck bahwa anakyang memiliki kreativitas tinggi pasti memiliki kecerdasan yang tinggi pula(Joan Beck 1994:155). Kurangnya kreativitas anak-anak jalanan tersebut,karena tidak mendapat perhatian orang tua mereka. Waktu yang merekamiliki cenderung dieksplotasi untuk menghasilkan uang. Padahal untukmeningkatkan kreativitas dibutuhkan rangsangan, kesempatan dan latihan.

Pemecahan MasalahAnak-anak jalanan biasanya menjadi tulang punggung keluarganya. Inidisebabkan orang tua sudah tidak mampu lagi untuk mencari uang. Hal inidisebabkan beberapa faktor antara lain: tidak ada lapangan kerja yang dapatmenampung para orang tua anak jalanan, orang tua yang cacat sehinggamengakibatkan orang tua mengandalkan anak-anaknya untuk mencari uang.Sebenarnya bagi anak-anak, mengamen atau melakukan kegiatan apapun dijalan raya merupakan hal yang dapat membahayakan jiwa mereka. Apalagi

Page 104: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

97Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Gerakan Teman Asuh dan Orang Tua Asuh untuk Membantu Anak-Anak Jalanan

pada anak-anak yang masih tergolong balita. Pada usia itu anak-anak masihmembutuhkan pengawasan dan perlindungan dari orang tua. Namun tidakada jalan lain, mereka harus bekerja supaya terus tetap bertahan hidup.Kadang ada yang mengamen dari pagi buta hingga larut malam. Akhirnyamembuat anak-anak harus bermalam di tempat yang tidak layak. Begitumenderitanya anak-anak jalanan ini, lalu apakah ada peluang bagi merekauntuk dapat merasakan kehidupan yang sedikit lebih nyaman? Lalu siapa yangseharusnya tergerak untuk mempedulikan mereka?

Seperti telah dikemukakan di depan bahwa anak-anak jalanan sebenarnyaingin sekali hidup bersama orang tua yang berkecukupan. Mereka pun memilikicita-cita dan harapan yang tinggi sama seperti anak-anak yang berkecukupanseusianya. Jika mereka tidak hidup dalam keadaan yang tidak terpuruk ,kreativitas mereka bisa diasah dengan sebaik-baiknya. Dengan permasalahanyang begitu kompleks ini, jalan ke luar apa yang bisa ditempuh? Apa yangbisa dilakukan pihak lain untuk membantu anak jalanan?

Gerakan teman asuh dan gerakan orang tua asuh merupakan alternatifyang dapat ditempuh untuk meringankan beban anak-anak jalanan. Temanasuh yang dimaksud di sini adalah anak-anak yang hidup di dalam keluargaberkecukupan dan memiliki kepedulian terhadap penderitaan yang dialamioleh anak-anak jalanan. Teman asuh dapat berasal dari lingkungan sekolahtertentu dan mayarakat di luar sekolah misalnya anak-anak warga gerejatertentu.

Gerakan teman asuh di lingkungan sekolah tertentu dapat direncanakansesuai dengan kondisi sekolah tersebut. Sebagai contoh, sekolah A memilikimurid seribu orang, sekolah ini dapat membuat program gerakan teman asuhdengan cara penyisihan uang jajan sebesar Rp. 1.000,00 per orang perminggu. Dengan demikian dalam satu bulan sekolah tersebut sudah dapatmengumpulkan dana sebesar Rp. 4.000.000,00. Besaran penyisihan uang jajanini sangat bergantung kepada kemampuan warga sekolah. Bisa lebih darinominal seribu rupiah atau bisa kurang dari nominal seribu rupiah. Setelahdana terkumpul, maka dana tersebut dapat segera disalurkan kepada anak-anak jalanan yang menjadi target sekolah. Penyerahan dana ini dapatdilakukan secara periodik misalnya setiap tiga bulan, empat bulan, enam bulan,dan sebagainya. Selain pengumpulan uang, dapat juga dilakukan pengumpulanpakaian seragam sekolah layak pakai dan buku-buku pelajaran serta peralatansekolah yang sudah tidak digunakan oleh pemiliknya.

Gerakan teman asuh di lingkungan gereja tertentu juga dapat dilakukandengan teknis yang tidak jauh berbeda dengan gerakan teman asuh dilingkungan sekolah. Hanya saja dana yang disisihkan mungkin bukan uangjajan, melainkan persembahan khusus yang dialokasikan untuk membantuanak-anak jalanan. Besaran uang yang dipersembahkan mungkin lebih

Page 105: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Gerakan Teman Asuh dan Orang Tua Asuh untuk Membantu Anak-Anak Jalanan

progresif, bergantung kepada kemampuan pemberi persembahan. Setelahdana terkumpul, maka dana tersebut dapat segera diserahkan kepada anak-anak jalanan yang menjadi target gereja itu.

GNOTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh) sudah lama dicanangkan olehpemerintah. Gerakan ini perlu dipupukkembangkan lagi agar mencapai jumlahyang lebih banyak. Orang tua asuh yang dimaksud di sini adalah keluargayang berkecukupan dan memiliki kepedulian terhadap anak-anak jalanandengan cara memberikan bantuan berupa kebutuhan hidup atau biaya sekolahbagi anak-anak jalanan. Gereja merupakan lembaga yang cukup potensialuntuk menggerakkan orang tua asuh. Gereja dapat menawarkan kepadakeluarga-keluarga mampu untuk menjadi donatur bagi anak-anak jalanan.Apabila tawaran ini sudah mendapatkan respon dari jemaat, pengelola dapatmenentukan target anak-anak jalanan yang akan dibantu. Bantuan tersebutdapat berupa biaya sekolah selama satu tahun (pada akhir tahun pelajaran,kesanggupan keluarga tersebut untuk menjadi donatur dapat diperbaharuilagi). Apabila jumlah orang tua asuh lebih banyak, maka langkah untukmenolong para anak jalanan ini semakin dapat membuahkan hasil.

Alternatif lain dapat juga dilakukan oleh pihak sekolah. Sekolah-sekolahsebaiknya mengadakan program beasiswa bagi anak-anak jalanan denganaturan yang lebih khusus. Misalnya dengan cara menjaring anak-anak jalananyang memiliki prestasi tinggi, kemudian diberikan pelayanan pendidikan tanpabiaya. Selain itu, agar anak-anak jalanan dapat bersekolah perlu perananpemerintah dalam memperbaiki taraf hidup orang tua dan mengatasi masalahpengangguran yang ada, yaitu dengan cara membuka lapangan kerja baru,mendorong usaha-usaha kecil, memperluas kesempatan swasta untukberusaha, sehingga para orang tua anak jalanan ini mendapat peluang untukmendapatkan pekerjaan dan dapat menyekolahkan anak-anaknya.

Gerakan teman asuh dan gerakan orang tua asuh merupakan alternatifyang patut didorong keberadaannya agar anak-anak jalanan dapat ditolong.Langkah-langkah untuk menggerakkan orang tua asuh dan teman asuh inisangat mungkin dilakukan, asal dengan program yang pasti dan informasiyang jelas. Di sisi lain pemerintah sebaiknya merangkul pihak-pihak yangmampu seperti para pengusaha yang sukses ataupun para pejabat yang memilikipenghasilan tinggi untuk memberikan bantuan kepada anak-anak jalanan secaratepat sasaran dan tepat guna. Semua itu akan tercapai, bila orang-orang yangmampu dengan tulus ikhlas mau ambil bagian membantu mereka. Mari ulurkantangan bagi anak-anak jalanan, agar mereka bisa menikmati kehidupan yangwajar, terus bersekolah, dan menjadi anak yang siap menyongsong masa depanyang lebih baik. Melalui kedua gerakan ini serta dengan bantuan pemerintah,kelima penyebab masalah yang dihadapi anak-anak jalanan itu akan dapat diatasi.

Page 106: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

99Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Gerakan Teman Asuh dan Orang Tua Asuh untuk Membantu Anak-Anak Jalanan

Kesimpulan dan Saran

KesimpulanAnak-anak jalanan terlahir dari sebuah kondisi keterpurukan perekonomianmasyarakat lapisan bawah. Sesungguhnya mereka juga memiliki harapan-harapan sebagaimana anak-anak yang orang tuanya berkecukupan. Namunoleh karena keadaan ekonomi yang tidak mendukung maka mereka hanyabisa pasrah dan menjalani kehidupan mereka dengan penuh penderitaan.Anak – anak jalanan tumbuh di dalam kondisi keluarga yang sangat tidakmenguntungkan, mereka tidak bisa mengenyam pendidikan, tidak bisamenikmati kasih sayang orang tua, tidak bisa menikmati kesehatan yangsemestinya, bahkan apa yang mereka makan sangat jauh di bawah standargizi yang dibutuhkan. Di balik keterpurukan seperti ini sebenarnya anak-anakjalanan juga memiliki harapan dan cita-cita sebagaimana anak–anak padaumumnya, akan tetapi mereka tidak dapat mewujudkan harapan dan cita–cita mereka. Penderitaan anak-anak jalanan ini sudah sepantasnyamendapatkan perhatian yang serius dari berbagai lapisan masyarakat. Gerakanteman asuh dan orang tua asuh merupakan langkah yang sangat mungkindilakukan untuk mengurangi penderitaan anak-anak jalanan. Sekolah-sekolahdan lembaga sosial masyarakat seperti gereja, organisasi umat Islam,organisasi umat Hindu, dan organisasi umat Budha, dan sejenisnya merupakanwahana yang cukup potensial untuk melakukan gerakan ini.

SaranGerakan teman asuh dan orang tua asuh dapat berjalan dengan baik apabila para tokoh kunci di lembaga-lembaga tertentu bersedia menaruhperhatian yang lebih serius terhadap hal ini. Para tokoh kunci yang dimaksudmisalnya kepala sekolah, guru, pengurus OSIS, dan sebagainya. Sedangkandi lembaga-lembaga di luar sekolah misalnya pendeta, pekerja gereja, para aktivisgereja, pimpinan organisasi dan aktivis umat Islam, Hindu, Budha, dan pimpinanatau aktivis lembaga sejenis lainnya. Untuk itu kami menghimbau kepada paratokoh kunci ini untuk memberikan perhatian yang lebih serius terhadap hal ini.

Daftar PustakaClyde, M. Narramore, (1985). Liku-liku problema rumah tangga. Bandung:

Yayasan Kalam HidupBeck, Joan. (1994). Meningkatkan kecerdasan anak. Jakarta: Pustaka

DelapratasaDargatz, Jan. (1999). Sederhana menyatakan kasih sayang. Batam: InteraksaraLewis, Paul. (1997). 40 cara mengarahkan anak. Bandung: Yayasan Kalam HidupSubrata, Hadi Subrata, A. (1997). Mengembangkan kepribadian anak balita.

Jakarta: BPK Gunung Mulia

Page 107: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Berbagi Kasih dan Peduli Kasih Kepada Sesama

Berbagi Kasih dan Peduli KasihKepada Sesama

Jeffry Kurniawan, Steffi Agatha, Ricky Kurniawan*)

Opini

Abstraklangkah indahnya jika dunia ini penuh dengan kasih, peduli dan berbagidimana setiap orang mempunyai suatu keinginan untuk mencintai danpeduli satu dengan yang lainnya. Berbagi kasih adalah suatu usahauntuk menjalin hubungan sosial dan juga untuk mempererat tali

persaudaraan di antara manusia. Berbagi kasih juga adalah wujud kepeduliankita terhadap sesama. Banyak sekali yang dapat kita lakukan untuk mewujudkankepedulian. Bentuk kepedulian ini dapat kita lakukan secara langsung maupuntidak langsung. Di dalam berbagi kasih, kita juga tidak perlu memandang ras,suku, agama, golongan sosial, dan sebagainya. Berbagi kasih tidak bolehpandang bulu.

Kata kunci: Berbagi kasih, wujud kepedulian, tidak pandang bulu.

AbstractHow beautiful it is if this world filled with love, care, and share where everybody has a willingness to love and care each other. Sharing affection is aneffort to build and maintain good social relation and also to tighten solidarityamong human beings. We can do many things to realize it. Sharing love canbe done directly or indirectly without discrimination of races, religions, ethnics,culture, social status, etc.

PendahuluanDewasa ini, tampaknya manusia banyak yang sudah mulai lupa akan panggilanhidupnya. Hal ini dapat terlihat dari semakin sulitnya manusia untuk berbagikasih dan peduli kepada sesamanya. Padahal, berbagi kasih kepada sesamabukanlah hal yang terlalu sulit dilakukan dan tidak akan mengurangi sesuatu

A

*) Siswa SMA BPK PENABUR Tasikmalaya, Juara I Lomba Karya Tulis HUT ke-55 BPK PENABUR

Kategori Siswa SLTA

Page 108: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

101Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Berbagi Kasih dan Peduli Kasih Kepada Sesama

apapun dari diri kita sebagai manusia. Sebagai manusia kita seharusnya sadarbahwa kita hadir di dalam dunia bukan untuk diri kita sendiri, tapi untuk oranglain juga. Memang tidak salah apabila seseorang menyayangi dan memanjakandirinya sendiri. Bahkan Tuhan Yesus dalam Matius 22:39 mengatakan, “Kasihilahsesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Ini artinya bukannya kita tidakboleh mencintai diri sendiri, tetapi kita juga dipanggil untuk mengasihi Allahdan sesama. Sudah selayaknya berkat dan kasih yang kita terima dari Allahkita bagikan juga kepada sesama agar mereka juga turut merasakan kasihdari Allah yang sudah kita terima. Dengan begitu, kita juga sudahmewujudnyatakan rasa syukur kita sebagai makhluk yang telah diselamatkanoleh darah anak-Nya.

Lantas, apa yang membuat kita begitu sulit mengasihi dan peduli kepadasesama? Ini semua tidak terlepas dari kepekaan manusia sebagai individudan juga sudut pandang manusia di dalam memandang sesamanya. Melaluitulisan ini, kita semua diajak untuk mengintropeksi diri kita sendiri, juga untukmenyadari bahwa betapa pentingnya kehadiran manusia yang satu terhadapyang lainnya serta apa saja yang bisa kita lakukan untuk mereka denganmengingat bahwa kita adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkanbantuan dari orang lain.

Uraian berikut ini tentang berbagi kasih dan peduli kepada sesama mudah-mudahan dapat menjadi bahan refleksi untuk kita. Bagaimana kita dapatmenunjukkan sikap peduli kita terhadap sesama. Kita dapat memulai dari dirikita sendiri dan saat ini juga.

Kasus IGara-gara tidak mampu membayar SPP, Miftahul Jannah, yang akrab dipanggilMita nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Selepas magrib, bocah13 tahun yang tinggal di Kelurahan Karang Semande, Kecamatan KarangMalang, Balong Panggang, Gresik, itu menggantungkan setagen panjang 395cm warna putih di lehernya. …. Mengapa Mita bunuh diri? Atun, adik Sami(nenek korban), mengatakan, korban stres dan bingung karena tidak punyauang biaya tur yang akan dilaksanakan sekolahnya. “Kalau tidak bisa bayar,katanya tidak boleh ikut rekreasi dan ambil ijazah,” tuturnya. …. Mita jugasempat marah dan sakit hati ketika emak embahnya berkata bahwa dirinyamakan dan tidur tidak membayar. …. Hal tersebut membuat bocah kelas 6SDN Semande ini sakit hati.

Penggalan berita di koran beberapa waktu yang lalu di atas merupakancerminan dari kondisi sosial di negara kita. Dalam kondisi yang seperti itulahkepedulian kita terhadap sesama sangat dibutuhkan, terutama oleh orang-

Page 109: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Berbagi Kasih dan Peduli Kasih Kepada Sesama

orang kecil seperti Mita. Padahal, jika pada saat itu pihak sekolah memberikankeringanan dalam pembayaran SPP, mungkin peristiwa tersebut tidak akanterjadi. Memang kasus di atas tidak dapat ditimpakan kepada pihak sekolahsaja, karena Mita pun sebenarnya tidak menyampaikan kesulitan yangdialaminya pada pihak sekolah. Tetapi, jika sejak dini sekolah lebih peka didalam memantau keadaan keluarga para siswanya dan memberikankeringanan dalam pembayaran SPP atau pun melalui pemberian beasiswabagi mereka yang kurang mampu secara ekonomi, Mita mungkin tidak akanberpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang seperti itu. Kurangnyakepedulian dan perhatian membuat Mita nekat mengakhiri hidupnya dengangantung diri.Kadangkala kita memang terlalu asyik dengan apa yang ada pada diri kitasendiri. Persoalan-persoalan pribadi, rutinitas kerja, harta, dan kesenangan-kesenangan membuat kita lupa bahwa masih banyak orang yang membutuhkanuluran tangan dari kita. Ironis memang jika kita mengingat bahwa sejak kecilkita sudah dikenalkan sebagai makhluk sosial, di mana manusia tidak dapathidup sendiri dan saling bergantung kepada orang lain. Tapi itulahkenyataannya, bahwa kita sering kali tidak peka terhadap sesama kita.Sekarang ini semakin jarang orang yang mau mengulurkan tangannya untukmembantu sesamanya. Contoh kecil, sering kali kita bersikap acuh tak acuhterhadap pengemis-pengemis yang cacat fisik yang dapat kita jumpai di depanpusat-pusat perbelanjaan. Padahal, mereka jelas-jelas sudah cacat dan tidakdapat mencari uang dengan cara yang lain, sebenarnya mereka pun terpaksamelakukan hal tersebu. Jika mereka bisa tentu mereka ingin mencaripekerjaan yang lebih layak. Contoh lainnya, mungkin kita seringkali bercekcokdengan tukang reparasi payung untuk mendapatkan harga yang semurah-murahnya dalam memperbaiki payung. Padahal, harga yang kita ributkan itutidaklah seberapa jika kita bandingkan dengan gaya hidup kita yang mewahdi mana kita seringkali membeli barang-barang yang manfaatnya tidaklahseberapa dibandingkan dengan keahlian mereka dalam memperbaiki payungdan manfaat dari payung itu sendiri. Mungkin tidak pernah terpikirkan olehkita jika pada hari itu, dia tidak menemukan pelanggan lain selain kita makamungkin dia tidak akan membawa sepeser uang pun. Bisa kita bayangkanbetapa berat bebannya untuk memberi nafkah kepada keluarganya denganpenghasilan yang pas-pasan dan tidak menentu dalam setiap harinya. Apakahkita sudah melupakan ajaran sosial yang telah kita terima sejak kecil itu atauapakah kita berpikir bahwa kita hidup semata-mata untuk mencari kepuasandiri dan memenuhi kepentingan diri sendiri?

Page 110: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

103Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Berbagi Kasih dan Peduli Kasih Kepada Sesama

Kurangnya EmpatiYang jelas salah satu penyebab kurangnya kepedulian dan perhatian manusiaterhadap sesamanya adalah kurangnya atau bahkan tidak adanya rasa empatidalam dirinya. Empati lebih dalam dari rasa simpati karena dengan berempatiseseorang benar-benar merasakan posisi dan kondisi yang sedang dialamiorang lain. Seseorang yang tidak memiliki rasa empati dalam dirinya tidakakan mampu merasakan penderitaan atau kesusahan yang sedang dialamioleh orang lain. Akibatnya, dia tidak akan memiliki rasa belas kasihan bahkanterkesan cuek ketika menyaksikan sesamanya mengalami kesusahan. Dia tidakakan merasa terpanggil untuk memberikan bantuan kepada sesama merekaitu. Kita sebagai manusia dipanggil untuk mengasah rasa empati kita setiapsaat dalam kehidupan yang kita jalani sehingga mampu merasakanpenderitaan yang dialami oleh orang lain dan dapat berbelas kasihan kepadayang membutuhkan bantuan. Ilustrasi berikut dapat menunjukkan bagaimanasikap empati dapat diwujudkan.

Mencoba mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik, itulah yangdiinginkan Anif Lesmana (11) seorang siswa kelas enam SD di kota Bandungyang terpaksa harus merangkap sebagai anak jalanan. Ia bersama teman-temannya biasa mengamen di perempatan jalan atau menjual koran sepulangsekolah.Anif terpaksa bekerja karena ia sangat ingin membantu orang tuanya. Ayahnyaadalah seorang penjual es keliling yang penah menganggur karena sakitsedangkan ibunya belum juga mendapat pekerjaan.

Awalnya, ada tetangga yang prihatin dan mengajak kakak Anif, Alvin(14)untuk menjual koran di perempatan jalan. Melihat kakaknya biasa mendapatuang Rp.1.000- Rp.5.000 sehari di jalanan, Anif pun mengikutinya. Waktuayahnya mengetahui ia berjualan di jalanan, ia sempat dilarang. Tapi karenaterpaksa akhirnya ia diperbolehkan.

Bagi Anif dan juga anak-anak jalanan lain bekerja merupakan hal yangpasti bisa mengurangi beban orangtua. Jika tidak karena mimpi untuk memilikimasa depan yang cerah, mungkin mereka tidak mengamen. (Kompas, Jumat30 September 2005).

Sikap tetangga Anif dalam kisah di atas menunjukkan sikap empati. Dia merasaprihatin dan turut merasakan kesulitan yang dialami Anif dan keluarganya .Memang, dalam berbagi kasih kepada sesama, kita harus mau turut merasakanapa yang mereka derita. Karena dengan begitu, kita tergerak untuk membantumereka.

Page 111: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Berbagi Kasih dan Peduli Kasih Kepada Sesama

Keegoisan“Paling enak itu jadi orang cueek, nggaaak peduli sama orang lain. Buat apamikirin orang lain? Cape sendiri… elu jalanin hidup lu sendiri, gue jalaninhidup gue.” Itulah komentar yang belakangan ini sering kita dengar dari mulutmanusia. Sikap manusia yang menganggap dirinya paling penting sedangkankepentingan orang lain adalah nomor dua membuat orang kehilangankepedulian. Manusia terlalu memikirkan dirinya sendiri dan tidak mau tahutentang orang lain. Manusia lebih mengutamakan kepuasan dirinya sendiridengan mencari uang atau menghamburkan uang untuk membeli televisi yangberharga 70 juta misalnya. Padahal, sejak manusia dilahirkan, Tuhan punsudah mengingatkan bahwa manusia dilahirkan dengan memiliki keterikatanpada orang lain. Bayangkan apabila ketika ibu kita akan melahirkan kita, disana tidak ada bidan ataupun dokter yang mendampinginya, apakah ibu kitaakan melahirkan dengan lancar? Tentunya, diperlukan orang lain yang dapatmembantu ibu kita sehingga dapat melahirkan secara lancar. Manusia dalamhidupnya selalu membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, kita tidak seharusnyamenyepelekan atau cuek terhadap orang lain. Kita harus sadar bahwa kitamemerlukan orang lain dan orang lain juga memerlukan kita. Sudahseharusnya kita saling membantu sesama dan mengesampingkan ego-egokita. Apakah kita akan memilih perbuatan baik atau memenangkan ego kitasendiri?.

KonsistensiMalam itu Ani berdoa. “Tuhan, … aku ingin supaya Engkau mencurahkanberkatMu atas diri ku. Ajarlah aku juga untuk melakukan segala yang Kauperintahkan, agar hidupku dapat berkenan di mataMu dan menjadi sumbersukacita serta berkat bagi sesama. Amin.”

Pada hari minggu, Ani pergi ke restoran karena sudah memiliki janjidengan temannya. Di tengah jalan dia menyaksikan suatu peristiwa tabraklari. Sang korban terluka dan tidak dapat bangun karena jatuh dan kakinyakeseleo. Sang korban menjadi kebingungan karena di sana tidak ada oranglain. Melihat kenyataan itu, Ani berlari dengan cepat sambil sembunyi-sembunyikarena dia tidak mau direpotkan oleh sang korban. Dia tidak ingin terlambatmenemui temannya di restoran.

Selain egois, kadang-kadang manusia juga munafik. Sebenarnya, kitasudah tahu bahwa sejak kecil kita diajarkan untuk saling mengasihi sesamaseperti kita mengasihi diri sendiri dan kita juga meyakini kebenaran ajarantersebut. Namun, dalam kenyataannya kita tidak mau melakukan hal itu. Kitalebih tertarik untuk melakukan hal-hal yang memuaskan diri kita sendiri.Mungkin, sering kita mengucapkan perintah untuk saling mengasihi sesama

Page 112: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

105Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Berbagi Kasih dan Peduli Kasih Kepada Sesama

ini, tapi hal itu diucapkan hanya oleh mulut saja tidak dengan hati danperbuatan. Dalam hal ini, manusia dingatkan untuk konsisten bahwa apa yangtelah kita yakini dan ucapkan haruslah nyata dalam tindakan.

Berbicara tentang konsistensi, kita diingatkan pada cerita tentang orang-orang Farisi dalam Alkitab. Mereka melakukan sesuatu bukan karena didorongoleh panggilan hati yang jernih, melainkan sekadar sebagai kewajibankeagamaan. Bahkan lebih lanjut mereka melakukan banyak hal supayaperbuatannya itu dilihat orang. Di sini terlihat ketidakkonsistenan antara yangdiyakini dengan yang dilakukan. Minimal, terjadi pembelokan tujuan. Puasayang seharusnya dilakukan sebagai bagian dari hubungan yang khusus denganAllah, kini dijadikan sarana pameran kesalehan. Ini jelas suatu sikap tidakkonsisten. Mereka mengajarkan Firman Allah tetapi tidak melakukannya.Mereka suka sekali menjadi guru namun tidak mau menjadi teladan.Seharusnya apa yang diyakini harus terlihat dalam semua tingkah laku, dandilakukan dengan motivasi yang benar. Perintah Tuhan untuk mengasihi sesamaseperti diri sendiri adalah imperatif kategoris dimana perintah ini mutlakdilakukan untuk menjamin suatu kondisi yang baik. Janganlah kita menjadiorang yang tidak konsisten karena jika demikian kita telah mengambil langkahmenuju kemunafikan.

Kasus IIAda orang Yahudi yang dirampok penyamun sehingga mengalami luka-luka.Kemudian lewatlat seorang Imam, tetapi dia diam saja. Dia hanya lewat tanpapeduli apa yang terjadi. Lalu, beberapa saat kemudian lewat pula seorangLewi (pembantu imam). Namun, ia juga tidak melakukan apa pun. Ia hanyalewat dan membiarkan orang Yahudi itu. Akhirnya lewatlah seorang Samaria.Berbeda dengan dua orang sebelumnya, hati orang Samaria ini tergerak olehbelas kasihan, ia bersihkan luka orang Yahudi itu dengan minyak dan anggur(suatu benda yang sangat berharga pada saat itu), memberi tumpangan dikudanya dan mengantarnya ke sebuah penginapan. Ia juga meninggalkanbiaya perawatan bagi orang Yahudi yang tak dikenalnya itu, bahkan ia berjanjiakan kembali untuk melunasi kekurangannya.

Siapakah Sesama Manusia itu?Itulah sepenggal kisah orang Samaria yang baik hati. Dalam kisah tersebutImam dan orang Lewi tidak mau menolongnya. Mungkin mereka sedangterburu-buru atau mereka tidak mau dinajiskan oleh darah orang yang terlukaitu, karena dapat mengganggu pelayanan dan tugas mereka di tempat ibadah.Namun yang jelas, kepekaan mereka terhadap penderitaan manusia dan kasih

Page 113: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Berbagi Kasih dan Peduli Kasih Kepada Sesama

pada sesama kalah oleh orang Samaria yang mau berkorban bagi orang yangmemusuhi dan membencinya. Pada zaman itu, orang Samaria kerapkalidilecehkan, dijauhi dan dimusuhi oleh orang Yahudi. Dari ketiga orang yanglewat dalam cerita di atas, siapakah yang menjadi sesama bagi orang laindan menganggap orang lain adalah sesamanya?

Kisah tentang orang Samaria tersebut telah menjawab pertanyaan darisubjudul di atas. Sesama manusia adalah orang-orang yang ada di sekitarkita tanpa membedakan muka, suku, budaya, agama, ras,dan lain lain. OrangSamaria dalam cerita di atas telah menunjukan kasih yang luar biasa. Kasihyang mengatasi segala permusuhan, perbedaan dan kebencian. Begitu jugakita sebagai manusia, hendaklah kita meneladani orang Samaria tersebut.Kita harus peduli dan mengasihi orang-orang di sekitar kita tanpa harus melihatdulu latar belakang orang yang ditolong, mukanya, ataupun agamanya.Seringkali kita tidak mau peduli dengan orang lain karena kita menganggapmereka berbeda dengan kita atau karena mereka lebih rendah derajatnyadaripada kita sehingga kita tidak layak bergaul dengan mereka. Tetapi sekalilagi kita telah diingatkan bahwa kita harus menjadi sesama bagi siapa pundan harus menjadikan siapa pun sebagai sesama kita.

Kesimpulan dan SaranKasus seperti Mita dapat dihindari jika kita semua lebih peduli dan lebih menaruhperhatian terhadap Mita. Hal ini menuntut kemurahan dari hati kita sebagaimanusia. Murah hati adalah rela memberi sesuatu kepada orang lain dengantulus tanpa mengharapkan imbalan. Namun, pemberian yang tulus tersebutharus mempertimbangkan ketepatan waktu, bentuk dan manfaat bagi orangyang menerima, serta ketetapan motivasi bagi sang pemberi. Jadi, dalambermurah hati, kita harus ingat bahwa bantuan yang kita berikan harus :1. Tepat waktu. Bantuan kita tidak diulur-ulur atau ditunda.2. Tepat bentuk. Misalnya, bagi orang yang kelaparan, tentu tidak tepat apabila

kita memberi bantuan berupa “membacakan Alkitab dan mendoakannya”tanpa berbuat sesuatu untuk mengurangi kelaparannya.

3. Tepat manfaat. Apakah yang kita berikan sesuai dengan kebutuhan atautidak bagi si penerima.Penyakit terbesar di dunia Barat pada zaman ini bukanlah TBC atau Lepra,

melainkan timbulnya perasaan tidak dibutuhkan oleh orang lain, tidak dicintai,atau tidak dipedulikan. Kita dapat menyembuhkan penyakit fisik dengan obat-obatan tetapi satu-satunya penyembuhan bagi kesepian, keputusasaan, danhilangnya harapan adalah cinta…. ada kelaparan akan cinta….(A Simple Parh;hal.49). Kira-kira itulah yang ingin Ibu Teresa katakan pada dunia. Dalamhidupnya, Ibu Teresa bersama dengan Tarekat yang ia dirikan sendiri,

Page 114: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

107Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Berbagi Kasih dan Peduli Kasih Kepada Sesama

Missionaris Cinta Kasih, telah melakukan pekerjaan besar. Ia tanpa banyakbicara dan dengan efektif telah membantu 123 negara yang dilandapenderitaan dan kekurangan yang begitu mengerikan. Hal itu bisa kita lihatdari rumah-rumah dan pusat-pusat yang beliau dirikan yang sekarangmencakup tempat bernaung bagi para tunawisma dan klinik-klinik AIDS.Hidupnya ia persembahkan untuk melayani orang-orang yang tersisih danterbuang dari masyarakat.

Dari pengalaman hidup Ibu Teresa itu, kita dapat mempelajari banyakhal. Namun, pada intinya kita dipanggil untuk berbagi cinta kasih dengansesama. Mungkin, kita tidak dapat menjadi seperti Ibu Teresa yang berkelilingdunia untuk menjamah mereka yang membutuhkan perhatian, tetapi kita dapatmemulainya dari perkara-perkara kecil, dimulai dari teman-teman sepergaulankita, masyarakat di lingkungan kita tinggal, teman sekolah, dan sebagainya.Banyak sekali yang dapat kita lakukan untuk mereka. Misalnya saja, menjaditempat curhat teman-teman kita, memberi perhatian terhadap teman-temankita, ikut memberi subsidi teman kita yang tidak mampu membayar SPP,menyumbang korban bencana alam melalui kotak peduli kasih yang diedarkandi sekolah ataupun tempat-tempat lainnya atau bahkan menjadi relawan kedaerah bencana untuk memberi bantuan tenaga dalam melayani mereka yangterkena bencana. Jika sejak dini kita mampu memperhatikan mereka yangada di sekitar kita dan berbagi kasih dengan mereka, maka akan terciptasuatu kondisi yang damai dan mudah-mudahan tidak akan terulang lagiperistiwa yang menimpa Mita.

Inilah panggilan saat ini. Kita dipanggil untuk mengasah empati kita,membuang keegoisan kita, tidak munafik, dan murah hati. Satu pertanyaanyang patut dijawab dan memerlukan kekonsistenan adalah, “Maukah kita menjadiIbu Teresa lain yang mau berbagi cinta kasih dan peduli pada sesama kita?”

Daftar PustakaPurnama, Danny. (2003). Murah hati: Gimana caranya?. Dalam Teens for

christ (edisi November-Desember). Jakarta.www.jawapos.com.www.kompas.com

Page 115: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Manajemen Pemasaran Sekolah

Manajemen Pemasaran Sekolahsebagai Salah Satu Kunci

Keberhasilan Persaingan Sekolah

Henry Sumurung Octavian, SE., M.M.*)

Opini

Abstrakaat ini istilah efektif dan efisien merupakan istilah yang sering digunakansehubungan dengan pola persaingan yang semakin ketat. Tidakterkecuali dunia pendidikan termasuk sekolah merasakan tuntutankondisi lingkungan tersebut. Banyak perubahan yang harus dilakukan

khususnya menyangkut pola-pola manajemen sekolah selama ini. Sebagaiorganisasi nirlaba maka sekolah seharusnya berusaha melakukan terobosanakibat berkurang atau bahkan hilangnya insentif yang diterima lembagapendidikan. Sekolah sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajardan memiliki inisiatif untuk semakin meningkatkan kepuasan pelanggan karenapendidikan merupakan proses yang sirkuler yang saling mempengaruhi danberkelanjutan. Inisiatif sekolah dimulai dari mencari tahu (riset pasar) kondisipasar pendidikan. Dari berbagai macam segmen yang ada di pasar, selanjutnyasekolah menetapkan strategi pemasaran yang sesuai dengan pasar sasaran.Dalam pemetaan pasar yang tersegmen, penyedia jasa pendidikan (sekolah)akan secara fokus menetapkan atribut-atribut kepentingan sesuai dengankarakteristik segmen yang dipilih. Lebih dari itu gap keseimbangan antarajumlah penyelenggara sekolah dan jumlah siswa akan semakin kecil akibatsekolah secara komprehensif mengukur sumber daya dan kondisi pasar.

Kata kunci: Manajemen sekolah, manajemen pemasaran, strategipengelolaan, atribut pendidikan, pasar pendidikan, segmen,target pasar, riset pasar

Abstract

Nowdays the terms of ’effective’ and ‘efficient’ are more often used in relationto tight competition patterns. Such as a competition also occurs in theeducation world. Schools are demanded to improve management system,

S

*) Kepala SMA BPK PENABUR Bogor, Juara III Lomba Karya Tulis HUT ke-55 BPK PENABURKategori Karyawan

Page 116: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

109Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Manajemen Pemasaran Sekolah

teaching and learning process in order to be able to sustain, develop, andcompete. As a non profit institution, schools are expected to make somebreakthroughs and innovations to satisfy their consumers. The writer discussessome ideas how to improve school management to maximize the attainmentof its educational objectives.

PendahuluanDalam kondisi krisis multidimensi yang berkepanjangan, pendidikan telahmenarik perhatian berbagai pihak setelah bergeser menjadi salah satu pospengeluaran yang semakin besar dan memberatkan di sebahagaian besaranggota masyarakat. Tingginya biaya pendidikan merupakan konsekuensi darimeningkatnya biaya dan ditambah lagi dengan berkurangnya kemampuanpara penyandang dana pendidikan.

Pendidikan yang ‘mahal’ akan semakin menjadi relatif ketika kita melihatdari sudut pandang yang berbeda. Apabila pendidikan dianggap sebagai suatubentuk investasi yang akan memberikan suatu benefit di masa mendatangmaka tidak akan terjadi penempatan biaya pendidikan dalam skala prioritasterakhir atau berada di bawah pengeluaran-pengeluaran yang konsumtif.Perspektif inilah yang harus terus diupayakan menjadi sepandang agar tidakterjadi gap pendekatan bagi solusi masalah-masalah seputar pendidikan.Komunikasi yang sering sumbang harus disamakan, paling tidak untukmembuka forum diskusi yang lebih terarah bagi semua pihak yangberkepentingan di dunia pendidikan.

Bermunculannya sekolah-sekolah baru menimbulkan fenomena dalamdunia kependidikan. Bentuk dan pendekatan pendidikan semakin berkembangdan kompleks. Tidak hanya pemain-pemain lama yang mengembangkansekolah yang sudah ada namun juga dari pelaku usaha non kependidikan danbahkan penyelenggara pendidikan dari luar negeri. Secara objektif, masyarakatsemakin sulit menentukan pilihan lembaga pendidikan formal/sekolah yangakan digunakan.

Sehubungan dengan kurikulum berbasis kompetensi, maka pendekatansatu arah guru-siswa akan semakin dikurangi. Metode-metode partisipatifberdasarkan kompetensi akan semakin digunakan. Peserta didik akan semakinmendapat perhatian secara pribadi. Dengan semakin ditambahkannya fitur-fitur pengajaran tersebut, maka biaya operasional secara rasional akanbertambah. Hal yang logis ketika kualitas suatu produk/layanan ditingkatkanmaka akan meningkatkan biaya.

Di lain pihak pengelolaan suatu lembaga menuju organisasai yang efektifdan efisien merupakan syarat mutlak keberhasilan organisasi tersebut. Tidakterkecuali lembaga pendidikan yang juga akan semakin dituntut menjadi

Page 117: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Manajemen Pemasaran Sekolah

organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna. Sekolah sebagai lembagapendidikan formal memerlukan suatu sistem pengelolaan yang profesional.

Sekolah formal sebagai organisasi nirlaba telah banyak mengalamiredefenisi dalam hal bagaimana seharusnya sekolah dapat tetap beroperasidalam iklim hypercompetitive. Visi dan Misi sekolah dengan pendekatansitusional akan seringkali disalahartikan oleh masyarakat. Dari paparan kondisipendidikan di atas, maka pengelolaan sekolah memainkan peranan yangpenting dan menentukan keberlangsungan serta perkembangan sekolah itudimasa yang akan datang. Bagaimana sekolah sebagai suatu lembaga pendidikandikelola serta strategi yang bagaimana diperlukan perlu dibahas lebih lanjut.

Manajemen SekolahSebagai salah satu salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan,sekolah sudah selayaknya memberikan kontribusi yang nyata dalammeningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Hal ini tidak terlepasdari seberapa baik sekolah itu dikelola. Apabila sekolah dianalogikan sebagaimesin produksi, maka kualitas output akan relevan sekali dengan kualitasmesin tersebut.

Pengelolaan Pendidikan bermutu tidak terlepas dari fungsi-fungsimanajemen secara umum yaitu: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian(Organizing), Pengarahan (Directing) dan Pengendalian (Controlling). Fungsi-fungsi manajerial tersebut hendaknya dilakukan oleh setiap pengelola sekolahsecara efektif dan efisien, dimana pimpinan (kepala sekolah) secara khususmerupakan orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sumber dayasekolah yaitu: SDM, siswa, metode, sarana prasarana dan pasar.

Manajemen sekolah berbasis kualitas (Quality Education) merupakandasar efektifitas dari segala keberhasilan program-program sekolah.Pendidikan yang bermutu merupakan standar kesesuain tampilan(performance) terhadap atribut-atribut yang dianggap penting oleh parapelanggan/pengguna jasa pendidikan. Atribut-atribut mutu tersebut hendaknyadiketahui oleh penyelenggara sekolah sehingga dalam operasionalisasi kegiatandapat mengacu pada kepentingan mutu pelanggan.

Kegiatan pendidikan di sekolah sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa(service) memiliki bentuk proses yang sirkuler bukan linier atau sekedar jualbeli. Dalam sistem pendidikan, sekolah hendaknya dapat memberikan inisiatifperan yang dapat memancing peran positif komponen sisitem pendidikanlainnya seperti tergambar sebagai berikut:

Page 118: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

111Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Manajemen Pemasaran Sekolah

Gambar 1Proses Sirkuler Pendidikan

Keterangan:A : Lembaga Pendidikan/ SekolahB : Jasa KependidikanC : Pelanggan Primer (Peserta Didik)D : Pelanggan Tersier (Dunia Usaha, Lembaga Studi Lanjutan)E : Pelanggan Sekunder (Orangtua, Masyarakat, Pemerintah)

: Proses Pelayanan

: Proses saling melayani : Produk yang lansung ke dunia usahaSumber: Tampubolon, 2005

Sekolah dalam kaitannya dalam industri jasa kependidikan menghasilkanproduk-produk yang dapat dikategorikan sebagai (Tampubolon, 2005): (1)produk sepenuhnya yaitu jasa/ pelayanan kependidikan dan (2) produkparsial adalah lulusan. Produk-produk pendidikan sekolah terdiri dari jasa:kurikuler, penelitian, pengembangan kehidupan bermasyarakat, ekstrakurikulerdan administrasi. Kelima produk inilah yang merupakan wilayah kendali penuhsekolah dan merupakan tolok ukur pelayanan sekolah oleh komponenpendidikan lainnya.

Strategi Pengelolaan SekolahMasyarakat mengharapkan sekolah dapat memberikan penyediaan pelayananpendidikan secara maksimal. Harapan yang besar pada sekolah memerlukanenergi yang besar. Untuk itu diperlukan banyak dukungan dari berbagai pihak.Di negara-negara maju, perlakuan khusus kepada lembaga yang

Page 119: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Manajemen Pemasaran Sekolah

menyelenggarakan pendidikan umum sudah sangat kondusif. Tentunya tidakterlepas dari kemampuan pemerintahnya.

Sekolah dalam menjalankan kegiatan pendidikan sangat tergantung kepadatiga jenis sumber pemasukan keuangan, yaitu: (1) pemilik organisasi, (2)masyarakat pengguna dan (3) pihak ketiga. Masalah yang sering timbul adalahbagaimana jaminan ketersediaan dana tersebut secara jelas dan kontinyu,tanpa mengganggu kelangsungan kegiatan operasional sekolah.

Masalah lain yang dapat timbul adalah ketika para penyandang danamemiliki kepentingan yang berbeda Adalah sangat penting untuk sekolahmencari sumber-sumber dana yang tidak memiliki kepentingan yang salingberbenturan. Tentunya sangat adil ketika visi dan misi sekolah diawali daritujuan lembaga pembentuknya (pemerintah atau yayasan).

Dalam kondisi tertentu, sekolah-sekolah yang mempunyai keterbatasansumber daya yang dimiliki, maka strategi alliances merupakan jawaban dalammeningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan. Stategi alliance merupakanbentuk kerjasama dengan lembaga lain yang paling aman dijalankandibandingkan metode kerjasama lainnya (piggybacking dan merger), ketikaidentitas organisasi tersebut masih terjaga. Hal ini sangat logis ketikakompetensi dan kolaborasi antar lembaga pendidikan akan menjadi semakindinamis, maka untuk materi-materi tertentu (seperti ketrampilan dan seni),sekolah dapat bekerjasama dengan mitra yang kompeten. Sebagai contohuntuk penyediaan pendidikan ketrampilan komputer bisa menggandenglembaga pendidikan komputer yang sudah ada. Namun perlu diperhatikanbahwa strategi ini memiliki konsekuensi terpengaruhnya imej sekolah olehlembaga mitra. Untuk itu diperlukan penetapan mitra yang memiliki visi danmisi yang sejalan serta reputasi yang baik.

Pola persaingan antar sekolah dapat disikapi sebagai suatu iklim yangkondusif dalam pertumbuhan penyelenggaraan pendidikan. Isu-isukomersialisasi pendidikan merupakan konsekuensi logis dari tidak meratanyapasar yang terlayani oleh sekolah yang ada. Timbulnya sekolah favorit adalahakibat atribut-atribut sekolah yang secara panca indra tertangkap sebagaisekolah yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Atribut-aribut sekolah antaralain visi dan misi, sarana prasarana fisik, reputasi pendidik, prestasi siswadan lulusan.

Di lain pihak perlu pengelompokan pasar pengguna jasa pendidikan yangluas ke dalam beberapa segmen. Sekolah dapat lebih menajamkan strategipengelolaan sehubungan dengan pasar yang menjadi segemennya. Akan lebihbaik sekolah menjadi yang terbaik di kelasnya.

Page 120: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

113Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Manajemen Pemasaran Sekolah

Manajemen Pemasaran SekolahKotler mendefinisikan Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerialdi mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan merekadengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satusama lain. Dengan demikian pemasaran produk dan jasa, termasuk sekolahakan terkait kepada konsep: permintaan, produk, nilai dan kepuasanpelanggan.

Konsep produk dalam dunia pendidikan terbagi atas jasa kependidikandan lulusan. Jasa kependidikan sendiri terbagi atas jasa: kurikuler, penelitian,pengembangan kehidupan bermasyarakat, ekstrakurikuler dan administrasi.Bentuk produk-produk tersebut hendaknya sejalan dengan permintaan pasaratau keinginan pasar yang diikuti oleh kemampuan dan kesediaan dalammembeli jasa kependidikan.

Sekolah hendaknya dapat berorientasi kepada kepuasan pelanggan. Selainitu juga perlu mencermati pergeseran konsep ‘keuntungan pelanggan’ menuju‘nilai’ (value) dari jasa yang terhantar. Sekolah mahal tidak menjadi masalahsepanjang manfaat yang dirasakan siswa melebihi biaya yang dikeluarkan.Dan sebaliknya sekolah murah bukan jaminan akan diserbu calon siswa apabiladirasan nilainya rendah.

Langkah-langkah kegiatan dalam mengelola pemasaran sekolah yaitu:1. Identifikasi pasar

Tahapan pertama dalam pemasaran sekolah adalah mengidentifikasi danmenganalisis pasar. Dalam tahapan ini perlu dilakukan suatu penelitian/ risetpasar untuk mengetahui kondisi dan ekspektasi pasar termasuk atribut-atributpendidikan yang menjadi kepentingan konsumen pendidikan. Termasuk dalamtahapan ini adalah pemetan dari sekolah lain.2. Segmentasi pasar dan Positioning

Penentuan target pasar merupakan langkah selanjutnya dalampengelolaan masalah pemasaran sekolah. Dalam pasar yang sangat beragamkarakternya, perlu ditentukan atribut-atribut apa yang menjadi kepentinganutama bagi pengguna pedidikan. Secara umum pasar dapat dipilahberdasarkan karakteristik demografi, geografi, psikografi maupun perilaku.Dengan demikian sekolah akan lebih mudah menentukan strategi pemasaransehubungan dengan karakteristik dan kebutuhan pasar.

Setelah kita mengetahui karakter pasar, maka kita akan menentukanbagian pasar mana yang akan kita layani. Tentunya secara ekonomis, melayanipasar yang besar akan membawa sekolah masuk ke dalam skala operasiyang baik.

Page 121: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

114 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Manajemen Pemasaran Sekolah

3. Diferensiasi ProdukMelakukan diferensiasi merupakan cara yang efektif dalam mencari

perhatian pasar. Dari banyaknya sekolah yang ada, orangtua siswa akankesulitan untuk memilih sekolah anaknya dikarenakan atribut-atributkepentingan antar sekolah semakin standar. Sekolah hendaknya dapatmemberikan tekanan yang berbeda dari sekolah lainnya dalam bentuk-bentukkemasan yang menarik seperti logo dan slogan. Fasilitas internet mungkinakan menjadi standar, namun jaminan internet yang aman dan bersih akanmenarik perhatian orangtua .

Melakukan pembedaan secara mudah dapat pula dilakukan melalui bentuk-bentuk tampilan fisik yang tertangkap panca indra yang memberikan kesanbaik, seperti pemakaian seragam yang menarik, gedung sekolah yang bersihatau stiker sekolah.4. Komunikasi pemasaran

Akhirnya pengelola sekolah hendaknya dapat mengkomunikasikan pesan-pesan pemasaran sekolah yang diharapkan pasar. Sekolah sebagai lembagailmiah akan lebih elegan apabila bentuk-bentuk komunikasi disajikan dalambentuk/ format ilmiah, seperti menyelenggarakan kompetisi bidang studi,forum ilmiah/ seminar dan yang paling efektif adalah publikasi prestasi olehmedia independen seperti berita dalam media massa.

Komunikasi yang sengaja dilakukan sekolah dalam bentuk promosi ataubahkan iklan sekalipun perlu menjadi pertimbangan. Bentuk dan materi pesanagar dapat dikemas secara elegan namun menarik perhatian agar sekolahtetap dalam imej sekolah sebagai pembentuk karakter dan nilai yang baik.

Publikasi yang sering terlupakan namun memiliki pengaruh yang kuatadalah promosi “mouth to mouth”. Alumni yang sukses dapat membagipengalaman (testimony) atau bukti keberhasilan sekolah.

Dengan langkah-langkah kegiatan tersebut diatas seperti tertuang dalamgambar 2, maka sekolah dapat mencapai keseimbangan/ ekuilibrium dalamoperasionalisasi pengajaran dalam kondisi memperebutkan ‘kue’ dari banyakpenyelenggara sekolah. Dengan demikian masalah sekolah yang kekuranganmurid tidak terjadi lagi.

Organisasi pendidikan hendaknya memiliki sistem pengelolaan/manajemenyang dapat memaksimalkan atribut-atribut yang dianggap pasar sebagai atributyang penting dalam sebuah institusi pendidikan. Sehingga konsep pemasaranpedidikan yang berwawasan jasa/produk pelayanan akan berkembang menjadikonsep pemasaran pendidikan yang berorientasi pasar bahkan berwawasanmasyarakat (society).

Page 122: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

115Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Manajemen Pemasaran Sekolah

Gambar 2. Konsep Pemikiran Pengelolaan Pemasaran Sekolah

Langkah strategi selanjutnya adalah bagaimana pelayanan sekolah dapatterlihat sebagai apa yang diharapkan konsumen. Kesenjangan yang seringterjadi adalah adanya perbedaan persepsi kualitas maupun atribut jasapendidikan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap organisasi jasa, termasuksekolah, didapati beberapa ciri-ciri organisasi jasa yang baik yaitu memiliki(Kotler, 2000):1. Konsep strategis yang memiliki fokus kepada konsumen.2. Komitmen kualitas dari manajemen puncak.3. Penetapan standar yang tinggi.4. Sistem untuk memonitor kinerja jasa.5. Sistem untuk memuaskan keluhan pelanggan.6. Memuaskan karyawan sama dengan pelanggan

Untuk mencapai ciri-ciri tersebut di atas, kita sepatutnya mengetahuiparameter-parameter apa saja yang akan menjadi kekuatan dalam organisasijasa. Setidaknya ada lima determinan kualitas jasa (Parasuraman, 1985) yaitu:keandalan, responsif, keyakinan, empati dan wujud.

Keandalan merupakan kemamampuan untuk melaksanakan jasa yangdijanjikan dengan tepat dan terpercaya. Dalam setiap realisasi pelayanansekolah hendaknya sesuai dengan apa yang telah dijanjikan. Dan selanjutnyabagaimana dengan kondisi pelayanan yang ada dapat membantu keberhasilanproses belajar mengajar.

Responsif merupakan kemampuan untuk membantu pelanggan danmemberikan jasa dengan cepat. Kecepatan waktu juga harus diikuti olehketepatan waktu sehingga kualitas pelayanan tidak dikorbankan. Penanggungjawab kegiatan, guru dan juga guru piket merupakan ujung tombak dalammerespon orangtua siswa. Mereka hendaknya dapat menjawab setiappertanyaan dan paling tidak dapat menjadi ‘pendengar yang baik’ ketika keluhanmuncul.

Visi Misi Sekolah

Strategi Pegololaan Sekolah

Riset Pasar Konsumen Pendidikan Pesaing

Strategi Pemasaran Sekolah

Page 123: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

116 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Manajemen Pemasaran Sekolah

Keyakinan merupakan pengetahuan dan kompetensi guru dankemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.Keyakinan pasar yang timbul merupakan suatu reputasi sekolah yang dibangundalam kurun waktu tertentu dan yang utama merupakan cerminan dari kulitasguru. Untuk itu diperlukan strategi pendekatan pemasaran internal yaitubagaimana pemilik sekolah dapat memberikan peningkatan kemampuan/kompetensi guru serta memotivasi guru agar dapat semakin yakin akanorganisasinya.

Empati merupakan syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagipelanggan. Pada prinsipnya setiap manusia senang apabila diperhatikan oranglain. Hal ini dapat menjadi dasar perlakuan sekolah untuk memperhatikansetiap perkembangan siswanya. Pengelolaan administrasi, termasuk basisdata,yang baik dapat memudahkan pendekatan ini.

Berujud merupakan penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil danmedia komunikasi. Umumnya jasa pendidikan akan semakin terlihat baik ketikafasilitas fisik tersedia secara lengkap dan baik. Untuk menambahkan kewujudandari jasa pelayanan dapat dilakukan dengan mewujudkan yang tidak berwujud.Imej sekolah dapat ditimbulkan dengan menempatkan simbol-simbol yangsifatnya dapat menterjemahkan konsep ke dalam tangkapan panca indra,sebagai contoh untuk mengesankan guru sekolah yang berkualitas maka ijasahpendidikan guru tersebut bisa dipajang.

Dengan melakukan unsur-unsur kualitas pelayan jasa, maka sekolah dalammemberikan pelayanan pendidikan akan menjadi unggul dan pada akhirnyaakan memudahkan pemasar untuk mengkomunikasikan kekuatan sekolah.Sehingga dalam mengantarkan pesan visi dan misi sekolah, masyarakat dapatmenangkap lebih cepat, mudah dan paham. Tidak akan terjadi gap carapandang dan komunikasi karena fakta lebih berbicara keras dari sekedar kata-kata.

Ketika setiap komponen (stake holder) dalam sistem pendidikan telahmemahami kearah mana sekolah menuju, maka gap antara permintaan danpenawaran pengguna pendidikan akan semakin kecil. Sekolah akan lebihmemfokuskan pasar sasaran yang sesuai dengan misinya dengan tetapmempertimbangkan kelayakan untuk dapat tetap beroperasi dan berkembang.

KesimpulanPenyelenggara pendidikan dituntut semakin profesional dalam mengelolasekolah. Tidak saja menghadapi iklim persaingan yang semakin sengit namunjuga tuntutan pasar yang semakin kritis dan rasional. Diperlukan suatu penelitianpasar yang sistematis sehingga sekolah dapat membuat strategi pemasaran

Page 124: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

117Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Manajemen Pemasaran Sekolah

sekolah dengan melihat kondisi persaingan lembaga pendidikan dan pasarpendidikan.

Arah pengelolaan pemasaran sekolah adalah mencapai kepuasanpelanggan. Upaya komunikasi pemasaran akan menekankan pada atribut yangdipentingkan oleh segmen yang dituju. Dengan pengalaman pelanggan yangpuas, maka akan dapat menjadi media yang cukup efektif dan obyektif.

Sekolah berbasis kualitas akan menjadi dasar yang kuat dalam pemasaranproduk pendidikan. Determinan kualitas jasa yang perlu dilakukan oleh sekolahyaitu: keandalan, responsif, keyakinan, empati dan wujud.

Pendidikan yang merupakan proses yang sirkuler akan menempatkanpengelolaan pemasaran sekolah kepada langkah berkelanjutan yang salingmendukung. Dengan demikian diharapkan sekolah tidak mengalami kesulitandalam mendapatkan siswa dengan diketahuinya kondisi pasar pendidikan.

Daftar PustakaArief, Rachman dan Tim Konsultan Proyek Peningkatan Mutu SMU Paket-2.

2000. Panduan pelatihan untuk pengembangan sekolah. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional

Johan, Rita. (2004). Berbagai masalah pendidikan di Indonesia, TabloidPENABUR Jakarta. No. 4 Thn II Edisi April – Juni 2004

Kotler, Philip. (2000). Marketing management, 10th edition. Upper Saddle River:Prentice Hall, Inc.

Parasuraman, A, Valarie A. Zeithaml, Leonard L. Berry. (1985). Journal ofmarketing: A conceptual model of service quality and its implicationfor future Reseach

Tampubolon, Daulat P. (2005). Pendidikan bermutu untuk semua. MakalahSeminar: Meningkakan Mutu Pendidikan Indonesia, 12 Mei 3005.Jakarta: IBII

Tung, Khoe Yao. (2002). Simponi sedih pendidikan nasional. Jakarta: AbdiTandur

Page 125: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

118 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah

Kepemimpinan Transformasional di Sekolahdalam Meningkatkan Outcomes

Peserta Didik

Muksin Wijaya , M.Pd.,M.M.*)

*) Kepala Bidang Pembinaan dan Program Pendidikan BPK PENABUR Bandung

Opini

Abstrakanyak gaya kepemimpinan yang dapat kita implementasikan dalamsuatu organisasi . Salah satunya adalah kepemimpinantransformasional. Kepemimpinan transformasional adalahkepemimpinan yang mampu mendatangkan perubahan di dalam diri

setiap individu yang terlibat atau seluruh organisasi untuk mencapai performayang semakin tinggi. Tulisan ini menunjukkan alternatif kerangka implementasikepemimpinan transformasional di sekolah yang dapat meningkatkan hasil(outcomes) para peserta didiknya (keterampilan-kompetensi akademik danketerampilan-kompetensi non akademik) yang seharusnya secara utuh dapatdimiliki peserta didik sebagai hasil dari suatu proses pendidikan dan kegiatanpembelajaran. Diharapkan outcomes tersebut dapat menjadi bekal hidupmereka di masa mendatang yang semakin menuntut dan berkembang dengancepat.

Kata kunci: Kepemimpinan, transformasional, kepemimpinan-transformasional

AbstractThere are clearly many styles of leadership that can be implemented inorganization, such as transformational leadership. Transformational leadershipbrings ourselves changes within the people who involved in and or a whole ofthe organization to achieve higher level in performance. This paper shows analternative framework of transformational leadership implementation in schoolthat can improve students’ outcomes (the academic competencies-skills andnon academic competencies-skills). These learning outcomes should beacquired completely by every student as the results of the education processand the learning activities. Hopefully the outcomes provide what the studentsneed for their future life.

B

Page 126: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

119Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah

PendahuluanDewasa ini perkembangan manajemen dan kepemimpinan dalam suatuorganisasi apapun merupakan hal penting dan perlu mendapatkan perhatian.Tanpa adanya suatu manajemen dan kepemimpinan yang baik dan aspiratif,upaya perubahan dan optimalisasi pencapaian kinerja dan tujuan organisasiakan sulit dicapai dan mungkin saja tidak menghasilkan apapun. Lalu akanmuncul berbagai pertanyaan, antara lain: Apakah “Manajemen” dan“Kepemimpinan” itu?. Apa perbedaan kedua hal tersebut?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah sering ditanyakan dan kerap kali juga sudah dijawabdengan berbagai pendekatan, baik dari pendekatan praktis maupun daripendekatan teoritis empiris organisasional.

Sudah banyak pakar dan praktisi manajemen dan organisasi memberikanbatasan-batasan, baik secara umum maupun secara spesifik mengenaiperbedaan manajemen dan kepemimpinan yang selanjutnya kita baca dalampengertian seorang manajer dan seorang pemimpin. Dari berbagai batasanyang diberikan terdapat suatu benang merah bahwa perbedaan antaramanajemen dan kepemimpinan bersumber dari masalah motivasi yang dapatmendorong serta menggerakkan orang-orang yang terlibat di dalamnya untukmelakukan atau mengikuti acuan dan perintah yang diberikan.

Seorang manajer definitif memiliki bawahan (subordinates) dan secaraposisional otoritas mereka menerima power jabatan yang diberikan secaraformal. Gaya manajemen yang biasa digunakan adalah transaksional yanglebih mengarah pada stabilitas pekerjaan, pengelolaan pekerjaan, objektivitas,kontrol, peraturan-peraturan. Gaya ini akan terlihat pada saat seorang manajermeminta bawahannya melakukan sesuatu dan orientasi para bawahan memilikitendensi kepada pertimbangan sejumlah nominal uang (upah atau gaji) yangakan diterima setelah melakukan pekerjaan tersebut.

Seorang pemimpin tidak memiliki bawahan, tetapi ia memiliki parapengikut (followers) yang biasanya mengikuti pemimpin ini atas kesadaranmasing-masing. Seorang pemimpin kerap mendapatkan power-nya secaratidak formal, antara lain dapat berasal dari karisma personalitas diri, yangmembuat para pengikut merasa terinspirasi untuk mengikuti danmenjadikannya sebagai pemimpin. Gaya manajemen yang terjadi biasanyaadalah transformasional yang mengarah pada perubahan dinamis, tantangan,visioner, perasaan-hati, nilai, motivasional, serta inovasi.

Manajemen dan kepemimpinan merupakan dua unsur yang sangatmenentukan dalam keberlangsungan dan perkembangan organisasi termasukorganisasi pendidikan. Dalam era yang penuh dinamika serta perubahan yangcepat seperti sekarang ini, manajemen dan kepemimpinan yang peka terhadapperubahan amat diperlukan dalam memberdayakan semua potensi yang

Page 127: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

120 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah

dimiliki. Manajemen dan kepemimpinan yang demikian diperlukan dalammendorong organisasi untuk terus belajar dan tanggap terhadap perubahandan perkembangan yang terjadi serta semakin berusaha dalam meningkatkanperforma organisasinya.

Dalam bidang pendidikan dan persekolahan, kepemimpinan perludiformulasikan kembali agar tujuan pendidikan dan pembelajaran dapat dicapailebih optimal agar berdampak signifikan terhadap hasil (outcomes) parasiswanya. Pemahaman hasil (outcomes) dalam tulisan ini adalah sejumlahketerampilan dan kompetensi akademik maupun non akademik yangseharusnya dimiliki siswa secara utuh sebagai hasil proses pendidikan danpembelajaran. Keterampilan dan kompetensi yang dikuasai siswa diharapkandapat menjadi bekal hidup mereka di masa mendatang yang sarat denganberbagai tuntutan serta perkembangannya.

Tulisan ini menunjukkan kepemimpinan transformasional sebagai salahsatu alternatif bentuk kepemimpinan untuk meningkatkan hasil (outcomes)para s iswa dan juga kinerja sekolah. Agar benar-benar dapatdiimplementasikan di tataran teknis operasional, alternatif kerangka dasarbentuk kepemimpinan di sekolah dalam tulisan singkat ini perludisinkronisasikan dengan situasi dan kondisi serta sumberdaya yang terdapatdi sekolah.

Kepemimpinan dan Fungsi KepemimpinanDalam pengertian umum, kepemimpinan menunjukkan proses kegiatanseseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi ataumengendalikan pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain. Kegiatantersebut dapat dilakukan melalui suatu karya, seperti buku, lukisan dansebagainya, atau melalui kontak personal secara tatap muka. Faktor pentingdalam kepemimpinan, yakni dalam mempengaruhi atau mengendalikan pikiran,perasaan, atau tingkah laku orang lain adalah tujuan dan rencana. Namunbukan berarti bahwa kepemimpinan selalu merupakan kegiatan yangdirencanakan dan dilakukan dengan sengaja, seringkali juga kepemimpinanberlangsung secara spontan.

Fungsi kepemimpinan secara praktis beserta gaya kepemimpinannyaakan berbeda menurut situasi di mana pemimpin itu melakukan kegiatannya,namun fungsi utama dari kepemimpinan terletak pada perwakilan kelompokyang dipimpinnya, dalam pengertian bahwa kepemimpinan harus dapatmewakili fungsi administratif eksekutif yang meliputi koordinasi dan integrasiatas berbagai aktivitas dalam kelompok atau orang-orang yang terlibat didalam kepemimpinan tersebut.

Page 128: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

121Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah

Gaya-Gaya KepemimpinanDalam kepemimpinan terdapat bermacam-macam gaya kepemimpinan denganmasing-masing keterbatasan dan kelebihannya. Berikut beberapa gayakepemimpinan yang kerap kita lihat atau alami saat ini :a. Kediktatoran, gaya kepemimpinan kediktatoran cenderung

mempertahankan diri atas kekuasaan dan kewenangannya dalampembuatan keputusan.

b. Demokrasi relatif, gaya kepemimpinan ini lebih lunak dari gayakediktatoran, dan kepemimpinan ini berusaha memastikan bahwakelompoknya mendapatkan informasi memadai dan berpartisipasi dalamtujuan tim sebagai satu entitas.

c. Kemitraan, gaya kepemimpinan ini mengaburkan batas antara pemimpindan para anggotanya, dengan suatu kesejajaran dan berbagi tanggung jawab

d. Transformasional, gaya kepemimpinan yang mampu mendatangkanperubahan di dalam diri setiap individu yang terlibat dan/atau bagi seluruhorganisasi untuk mencapai kinerja yang semakin tinggi.

Kepemimpinan TransformasionalAsumsi yang mendasari kepemimpinan transformasional adalah bahwa setiaporang akan mengikuti seseorang yang dapat memberikan mereka inspirasi,mempunyai visi yang jelas , serta cara dan energi yang baik untuk mencapaisesuatu tujuan baik yang besar. Bekerja sama dengan seorang pemimpintransformasional dapat memberikan suatu pengalaman yang berharga, karenapemimpin transformasional biasanya akan selalu memberikan semangat danenergi positif terhadap segala hal dan pekerjaan tanpa kita menyadarinya.

Pemimpin transformasional akan memulai segala sesuatu dengan visi,yang merupakan suatu pandangan dan harapan kedepan yang akan dicapaibersama dengan memadukan semua kekuatan, kemampuan dan keberadaanpara pengikutnya. Mungkin saja bahwa sebuah visi ini dikembangkan olehpara pemimpin itu sendiri atau visi tersebut memang sudah ada secarakelembagaan yang sudah dibuat dirumuskan oleh para pendahulu sebelumnyadan memang masih sahih dan selaras dengan perkembangan kebutuhan dantuntutan pada saat sekarang.

Pemimpin transformasional pada dasarnya memiliki totalitas perhatiandan selalu berusaha membantu dan mendukung keberhasilan parapengikutnya. Tentu saja semua perhatian dan totalitas yang diberikanpemimpin transformasional tidak akan berarti tanpa adanya komitmen bersamadari masing-masing pribadi pengikut.

Setiap peluang yang ada akan diperhatikan dan digunakan untukmengembangkan visi bersama dalam mencapai sesuatu yang terbaik. Dalammembangun pengikut, pemimpin transformasional sangat berhati-hati demi

Page 129: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

122 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah

terbentuknya suatu saling percaya dan terbentuknya integritas personal dankelompok. Sering pula terjadi bahwa dalam kepemimpinan transformasionalvisi merupakan identitas dari pemimpin dan atau identitas dari kelompok itusendiri.

Pemimpin transformasional sangat memahami berbagai strategi baruyang efektif untuk mencapai suatu tujuan yang besar. Mungkin saja tidakdalam bentuk petunjuk-petunjuk teknis yang tersurat. Sebetulnya hal tersebutsudah dapat kita pahami melalui visi yang ada serta dalam suatu prosespenemuan dan pengembangan dari pemimpin dan kelompok itu sendiri.Dengan kesadaran bahwa di dalam proses penemuan dan pengembanganmungkin saja terjadi kendala atau kegagalan. Namun setiap kendala ataukegagalan itu hendaknya dijadikan suatu pelajaran untuk menjadi lebih baikdan efektif dalam mencapai suatu tujuan yang besar tersebut.

Memang cukup sukar untuk kita dapat memahami kepemimpinantransformasional dalam pengertian yang sedalam-dalamnya. Sudah banyakpara praktisi umum ataupun praktisi pendidikan, maupun praktisi organisasionalyang memberikan definisinya, antara lain:“transformational leadership as a process where leader and followers engagein a mutual process of raising one another to hinger levels of morality andmotivation (Burns, 1978)”. Kepemimpinan transformasional menurut Burnsmerupakan suatu proses dimana pemimpin dan pengikutnya bersama-samasaling meningkatkan dan mengembangkan moralitas dan motivasinya. Definisiyang diungkapkan oleh Bass (1990) lebih melihat bagaimana pemimpintransformasional dapat memberikan dampak atau pengaruh kepada parapengikutnya sehingga terbentuk rasa percaya, rasa kagum dan rasa segan.Dengan bahasa sederhana, kepemimpinan transformasional dapatdidefinisikan dan dipahami sebagai kepemimpinan yang mampu mendatangkanperubahan di dalam diri setiap individu yang terlibat atau bagi seluruh organisasiuntuk mencapai performa yang semakin tinggi.

Selain memberikan definisi, Bass (1990) juga mengarisbawahi beberapahal mengenai bagaimana seorang pemimpin transformasional dapatmentransformasi para pengikutnya dan bagaimana kepemimpinantransformasional itu dapat terjadi, yaitu dengan:1. Meningkatkan kesadaran atas pentingnya suatu tugas pekerjaan dan

nilai dari tugas pekerjaan tersebut2. Menekankan kepada pengembangan tim atau pencapaian tujuan organisasi

dari pada hanya sekedar kepentingan masing-masing pribadi3. Mengutamakan kebutuhan-kebutuhan dari tingkatan kebutuhan yang

paling tinggiAda 4 hal yang perlu dilakukan agar kepemimpinan transformasional dapat

terlaksana, yaitu :

Page 130: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

123Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah

Pertama, mengidealisasikan pengaruh dengan standar etika dan moral yangcukup tinggi dengan tetap mengembangkan dan memelihara rasa percayadiantara pimpinan dan pengikutnya sebagai landasannya.Kedua, inspirasi yang menumbuhkan motivasi seperti tantangan dalam tugasdan pekerjaan.Ketiga, stimulasi intelektual dengan tujuan untuk menumbuhkan kreativitas,terutama kreativitas di dalam memecahkan masalah dan mencapai suatu tujuanbersama yang besarKeempat, pertimbangan individual dengan menyadari bahwa setiappengikutnya memiliki keberadaan dan karakteristik yang unik yang berdampakpula pada perbedaan perlakuan ketika melakukan coaching, karena padahakikatnya setiap individu membutuhkan aktualisasi diri, penghargaan diridan pemenuhan berbagai keinginan pribadi. Pendekatan ini selain berdampakpositif pada pertumbuhan individu dan optimalisasi pencapaian hasil, jugaakan berdampak pula pada pembentukan generasi kepemimpinan selanjutnya.Di dalam suatu organisasi yang sehat, masalah regenerasi kepemimpinanadalah hal penting lainnya yang juga perlu kita pikirkan dan kita antisipasi.

Prinsip-Prinsip Kepemimpinan TransformasionalParadigma baru dari kepemimpinan transformasional mengangkat tujuh prinsipuntuk menciptakan kepemimpinan transformasional yang sinergissebagaimana di bawah ini (Erik Rees : 2001) :1. Simplifikasi, keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah

visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan sertaketerampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis dan tentusaja transformasional yang dapat menjawab “Kemana kita akanmelangkah?” menjadi hal pertama yang penting untuk kitaimplementasikan.

2. Motivasi, kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orangyang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yangperlu kita lakukan. Pada saat pemimpin transformasional dapatmenciptakan suatu sinergitas di dalam organisasi, berarti seharusnyadia dapat pula mengoptimalkan, memotivasi dan memberi energi kepadasetiap pengikutnya. Praktisnya dapat saja berupa tugas atau pekerjaanyang betul-betul menantang serta memberikan peluang bagi merekapula untuk terlibat dalam suatu proses kreatif baik dalam hal memberikanusulan ataupun mengambil keputusan dalam pemecahan masalah,sehingga hal ini pula akan memberikan nilai tambah bagi mereka sendiri.

3. Fasilitasi, dalam pengertian kemampuan untuk secara efektifmemfasilitasi “pembelajaran” yang terjadi di dalam organisasi secara

Page 131: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

124 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah

kelembagaan, kelompok, ataupun individual. Hal ini akan berdampak padasemakin bertambahnya modal intektual dari setiap orang yang terlibatdi dalamnya.

4. Inovasi, yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawabmelakukan suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatutuntutan dengan perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yangefektif dan efisien, setiap orang yang terlibat perlu mengantisipasiperubahan dan seharusnya pula mereka tidak takut akan perubahantersebut. Dalam kasus tertentu, pemimpin transformasional harus sigapmerespon perubahan tanpa mengorbankan rasa percaya dan tim kerjayang sudah dibangun.

5. Mobilitas, yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untukmelengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalammencapai visi dan tujuan. Pemimpin transformasional akan selalumengupayakan pengikut yang penuh dengan tanggung jawab.

6. Siap Siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri merekasendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.

7. Tekad, yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulatuntuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentuperlu pula didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi, danfisik serta komitmen.

Bagaimana ketujuh prinsip kepemimpinan transformasional itu bersinergisatu dengan lain secara utuh, dapat digambarkan sebagai berikut:

Tujuh Prinsip Kepemimpinan Transformasional

Simplifikasi Motivasi

Fasilitasi

Inovasi

Mobilitas

Siap Siaga

Tekad

Kepemimpinan Transformasional

Page 132: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

125Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah

ImplementasiSebagaimana yang sudah diuraikan di atas, bahwa kepemimpinantransformasional merupakan kepemimpinan yang mampu mendatangkanperubahan di dalam diri setiap individu yang terlibat atau bagi seluruh organisasiuntuk mencapai performa yang semakin tinggi. Organisasi yang dimaksudkandalam pemahaman tersebut dapat dalam skala makro, meso, atau mikro. Iniberarti bahwa kepemimpinan trasnformasional dapat diterapkan di organisasiyang berskala nasional, wilayah, lokal, dan lebih mikro adalah sekolah dankelas. Dalam skala mikro dengan contoh sekolah atau kelas, maka kepalasekolah atau guru adalah pemimpin transformasional.

Pemimpin transformasional harus dapat berperan banyak di dalammenstimulasi orang-orang yang terlibat agar menjadi lebih kreatif dan inovatif,di samping dia juga merupakan seorang pendengar yang baik.

Implementasi kepemimpinan transformasional bagi sekolah seyogianyadiarahkan pada pencapaian hasil (outcomes) peserta didiknya secara optimal,dalam pengertian bahwa dengan kepemimpinan transformasional itu,ketrampilan dan kompetensi peserta didik yang menjadi suatu tujuanpendidikan dan pemelajaran yang sudah ditentukan dapat dicapai denganlebih optimal dan ketrampilan serta kompetensi-kompetensi itu betul-betuldikuasai oleh peserta didik dan dapat menjadi bekal hidup mereka di masadatang. Oleh sebab itu implementasi kepemimpinan transformasional disekolah akan dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :1. Bagaimana konsep kepemimpinan transformasional dipersepsikan dan

diterima oleh setiap orang yang terlibat di dalam sekolah tersebut? (misal:guru, karyawan, siswa, dll)

2. Apa yang mereka harapkan dari suatu kepemimpinan dalam arti luas dankepemimpinan transformasional dalam arti sempit?

3. Hasil (outcomes ) siswa yang bagaimana yang diharapkan oleh paraguru dan oleh siswa itu sendiri , baik dalam hal akademik maupun nonakademik?

4. Faktor-faktor apa sajakah yang memberikan kontribusi signifikan padausaha pencapaian target hasil (outcomes ) tersebut?Apabila kita sudah dapat menjawab pertanyaan mendasar di atas, maka

dapatlah hal-hal penting tersebut dipadukan dan diselaraskan secara terarahpada beberapa hal utama yang membuat kepemimpinan transformasionalitu dapat terjadi sebagai yang sudah dibahas di atas yaitu : 1) meningkatkankesadaran atas pentingnya suatu tugas pekerjaan dan nilai dari tugaspekerjaan tersebut, 2) menekankan pada pengembangan tim dan pencapaiantujuan sekolah, 3) mengutamakan kebutuhan dari tingkatan yang paling tinggi/besar. Dukungan secara individual di semua tingkatan (guru, siswa) pun perlu

Page 133: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

126 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah

dilakukan termasuk di dalamnya dukungan moral dan apresiasi atas suatuhasil kerja individual yang baik.

Di samping itu perlu ditumbuhkan budaya sekolah berupa suasana salinghormat antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru,dan dengan pihak lainnya. Kemauan untuk berubah atas suatu pemahamandan paradigma perlu didorong, yaitu dengan menumbuhkan tingkat partisipatifdalam pengambilan keputusan, pendelegasian, dan mendorong para guruuntuk dapat mengambil keputusan sesuai lingkup tugas dan batasankewenangannya.

Lebih lanjut, visi dan tujuan dikembangkan berdasarkan suatu kesepakatanbersama untuk membangun komunitas sekolah yang terarah dalam mencapaitujuan dengan tidak lupa memperhatikan harapan kinerja, yaitu denganmemberikan ekspektasi yang tinggi bagi para guru dan para siswa dan dorongmereka untuk menjadi efektif dan inovatif. Sekolah sebagai sebagai suatuorganisasi yang terus belajar, dalam pengertian dinamis, dan tanggap terhadapperkembangan keilmuan yang terjadi, perlu secara terus menerus diberikanstimuli intelektualitas. Stimuli intelektualitas dapat dilakukan antara laindengan cara mendorong setiap orang yang terlibat untuk merefleksikan apayang akan mereka capai dan bagaimana mereka melakukannya, danmemfasilitasi setiap peluang belajar yang ada dan setiap usaha mereka untukmempraktekan apa yang sudah mereka pelajari tersebut. Hal ini akanmenumbuhkan rasa keterlibatan dan kontribusi atas suatu nilai yg dipegangbersama.

Lebih teknis kita dapat mulai mengimplementasikan hal tersebut di atasantara lain dalam hal:1. Cara guru dalam mengajar yang mengembangkan kemampuan siswa

untuk berpikir analisis (analytic thinking) dan mendiskusikan hasil danharapannya bersama para siswa

2. Variasi di dalam aktivitas belajar siswa3. Organisasi kelas yang baik4. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa, terutama dalam hal :

a. Meraih keberhasilan, misalnya lulus dengan hasil yang optimal;b. Cara belajar dan pemahaman pelajaran;c. Memberikan respon, bertanya dan berpendapat

5. Kegiatan ekstrakurikuler6. Kedisplinan siswa, terutama dalam pengelolaan waktu belajarnya7. Orientasi sekolah untuk memberikan bekal hidup di masa datang. Hal ini

erat sekali kaitannya antara akademik outcomes dan non-akademikoutcomes yang ditargetkan sekolah.

Page 134: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

127Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Kepemimpinan Transformasional di Sekolah

KesimpulanSaat ini perkembangan manajeman dan kepemimpinan dalam suatuorganisasi hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian. Manajemendan kepemimpinan perlu terus menerus dikembangkan dan disesuaikan untukkeberlangsungan dan perkembangan organisasi itu sendiri.

Sekolah sebagai sebagai suatu organisasi yang terus belajar, dalampengertian dinamis, dan tanggap terhadap perkembangan keilmuan yangterjadi saat ini, semakin membutuhkan kepemimpinan yang lebih dapatmenjawab tantangan, membawa pembaharuan, dan lebih aspiratif terhadapperubahan yang terjadi. Kepemimpinan di sekolah dilakukan baik oleh KepalaSekolah maupun oleh guru di kelas.

Kepemimpinan transformasional merupakan suatu alternatifkepemimpinan yang dapat diterapkan di sekolah dalam upaya pencapaianoutcomes peserta didik secara lebih optimal. Outcomes yang dimaksudkanadalah sejumlah keterampilan, kompetensi baik akademik maupun nonakademik yang dimiliki peserta didik secara utuh sebagai hasil dari suatuproses pendidikan dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Implementasi kepemimpinan transformasional di sekolah pada dasarnyaperlu diselaraskan dan dilakukan sinkronisasi dengan situasi dan kondisi sertasumberdaya yang lebih spesifik yang terdapat di masing-masing sekolah.

Daftar PustakaBass, B.M . (1985). Leadership and performance beyond expectation, New

York: Free Press.Burns, J.M. (1978). Leadership. New York: Harper & RowErik , R. (2001). Leadership Articles.Gersick, C.J.G. & Hackman, J.R. (1990). Habitual routines in task-performing

teams. Organizational Behavior and Human Decision ProcessesHickman, G. (1993). Toward transformistic organizations: A conceptual

frameworkOsterman, K. (2000). Students’ need for belonging in the school community,

review of educational research

Page 135: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

128 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak Usia Dini

Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa InggrisAnak Usia Dini Melalui

Music and Movement (Gerak dan Lagu)

Elisabeth Marsaulina Matondang*)

*) Guru TKK Kota Modern BPK PENABUR Tangerang, Juara I Lomba Karya Tulis HUT ke-55BPK PENABUR, Kategori Guru TKK/SD

Penelitian

Abstrakemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa Inggris sangatlahdibutuhkan seiring dengan kemajuan sebuah negara. Karenanyapembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional mulaidiperkenalkan sedini mungkin kepada anak didik di Indonesia saat ini.

Mengingat bahasa Inggris merupakan bahasa asing di Indonesia, tentunyaproses pembelajarannya memerlukan pendekatan yang tepat dan efektif.Keberhasilan pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia dini sangatdipengaruhi oleh kemampuan seorang guru dalam menyajikan proses kegiatanbelajar mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Sejalan dengankeberadaan seorang anak yang senang menyanyi dan bergerak maka gerakdan lagu adalah salah satu pendekatan yang sangat tepat jika digunakansebagai sarana dalam menyajikan proses pembelajaran bahasa Inggris padaanak usia dini. Menyajikan proses pembelajaran yang menarik danmenyenangkan bagi anak dengan tidak meninggalkan kaidah berbahasa Inggrisyang baik dan benar, melalui gerak dan lagu akan memotivasi anak untuklebih senang mempelajari bahasa Inggris. Dengan menyanyi anak menjadisenang dan lebih mudah dalam memahami materi ajar yang disampaikan.Kemampuan guru dalam memilih lagu dan menciptakan gerakan yang sesuaidengan usia perkembangan anak akan berdampak pula terhadap berhasilnyaproses pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia dini.

Kata kunci : Gerak dan lagu, minat, anak

Abstract

Due to the development of a country, people’s ability in using English languageis badly needed. Therefore in Indonesia, learning English as an internationallanguage is introduced to a child at the early age. Considering that English is

K

Page 136: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

129Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak

a foreign language in Indonesia, an appropriate and effective approach isneeded To make learning English succesful and joyful, the writer introducesmusic and movement method for young children. This method takes intoaccount the characteristics of young children who enjoy singing and movingtheir bodies. It is believed this method will encourage and motivate the childrento learn and use English.

PendahuluanPeriode paling sensitif terhadap bahasa dalam kehidupan seseorang adalahantara umur nol sampai delapan tahun. Segala macam aspek dalamberbahasa harus diperkenalkan kepada anak sebelum masa sensitif ini berakhir.Pada periode sensitif ini sangat penting diperkenalkan cara berbahasa yangbaik dan benar, karena keahlian ini sangat berguna untuk berkomunikasidengan lingkungannya (Maria Montessori,1991). Berdasarkan teori tersebut,adalah tepat jika Bahasa Inggris mulai diperkenalkan kepada anak sedinimungkin.

Mengingat Bahasa Inggris merupakan bahasa asing di Indonesia, makaproses pembelajarannya harus dilakukan secara bertahap. Pemilihan materiyang sesuai dengan usia anak dan situasi belajar yang menyenangkan haruslahmenjadi perhatian utama dalam berhasilnya suatu proses pembelajaran.

Keberhasilan proses pembelajaran Bahasa Inggris pada anak usia dinitentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :1. Guru yang berkualitas, guru yang dapat menghidupkan proses kegiatan

belajar mengajar.2. Sumber dan fasilitas pembelajaran yang memadai dan memenuhi syarat

(adekuat).3. Kurikulum yang baik, sederhana, dan menarik (atraktif).

Di sisi lain perlu dipahami bahwa usia dini adalah usia bermain. Setiapanak adalah pribadi yang unik dan dunia bermain serta bernyanyi merupakankegiatan yang serius namun mengasyikan bagi mereka. Maka pendekatanyang tepat perlu diciptakan oleh seorang pendidik agar proses pembelajaranBahasa Inggris lebih menarik dan menyenangkan tanpa meninggalkan kaidah-kaidah bahasa yang benar.

Pendekatan yang digunakan hendaknya sejalan dengan tujuan pengenalanbahasa pada umummnya. Tujuan tersebut ialah supaya anak dapat memahamicara berbahasa yang baik dan benar, berani mengungkapakan ide ataupendapatnya dan dapat berkomunikasi dengan lingkungannya.

Dalam pembelajaran Bahasa Inggris banyak metode dan teknik yang dapatdigunakan, diantaranya melalui:a. Story Telling (Bercerita)b. Role Play (Bermain Peran)

Page 137: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

130 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak Usia Dini

c. Art and Crafts (Seni dan Kerajinan Tangan)d. Games (Permainan),e. Show and Tell,f. Music and Movement (Gerak dan Lagu) dimana termasuk di dalamnya

Singing (Nyanyian) Chants and Rhymes (Nyanyian Pendek dan Sajak), dan sebagainya.Metode dan teknik yang hendak digunakan sebaiknya dipilih dan

disesuaikan dengan kemampuan yang ingin dicapai. Profesionalisme seorangpendidik di dalam mengembangkan dan memanfaatkan metode dan tekniktersebut sangatlah dibutuhkan agar proses belajar mengajar dapat berjalanlebih baik.

Berdasarkan pengamatan penulis, ternyata Music and Movement adalahmetode yang sangat berhasil jika digunakan dalam proses belajar BahasaInggris khususnya bagi anak usia dini. Karena pada hakekatnya Music (Musik)adalah seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, danhubungan temporal untuk menghasilkan komposisi yang mempunyai kesatuandan kesinambungan (mengandung irama). Dan ragam nada atau suara yangberirama disebut juga dengan lagu. Jadi musik ataupun lagu merupakan satukesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan dapat digunakan sebagai saranadalam sebuah proses pembelajaran.

Sedangkan Movement yang berarti gerakan, berasal dari kata dasar gerak.Dan ‘gerak’ memiliki makna, suatu peralihan tempat (adanya aktifitas) yangdilakukan setelah ada dorongan (batin/perasaan). Aktifitas gerakan dapattimbul setelah seseorang mendengarkan lagu/nyanyian.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas penulis menggunakan istilah‘gerak dan lagu’ untuk mengartikan Music and Movement.

Menggunakan Music and Movement sebagai pendekatan dalam prosespembelajaran bahasa Inggris dan menyajikannya secara menarik danmenyenangkan dalam sebuah proses kegiatan belajar mengajar, dapatmembantu anak untuk lebih senang dan giat belajar serta memudahkan anakuntuk memahami suatu materi ajar. Karena dalam melakukan kegiatan belajaranak diajak untuk melakukan dan memperagakan suatu gerakan yang sesuaidengan makna dari lagu yang dinyanyikan. Jadi gerak dan lagu merupakansuatu aktifitas yang sangat menyenangkan bagi anak.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menitikberatkan bahasan padapentingnya Music and Movement digunakan sebagai motivator di dalam prosesbelajar Bahasa Inggris pada anak usia dini.

Page 138: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

131Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak

Alasan Gerak dan Lagu perlu Digunakandalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris

Music and movement memegang peranan penting dalam proses tumbuh-kembangnya seorang anak. Musik dapat memperkaya kehidupan rohani danmemberikan keseimbangan hidup bagi anak. Melalui musik, manusia dapatmengungkapkan pikiran dan perasaan hatinya serta dapat mengendalikanaspek emosionalnya.

Adapun nyanyian adalah bagian dari musik. Nyanyian berfungsi sebagaialat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan untuk berkomunikasi. Padahakikatnya nyanyian bagi anak-anak adalah sebagai :1. Bahasa Emosi, dimana dengan nyanyian anak dapat mengukapkan

perasaannya, rasa senang, lucu, kagum, haru.2. Bahasa Nada, karena nyanyian dapat didengar, dapat dinyanyikan, dan

dikomunikasikan.3. Bahasa Gerak, gerak pada nyanyian tergambar pada birama (gerak/

ketukan yang teratur), pada irama (gerak/ketukan panjang pendek, tidakteratur), dan pada melodi (gerakan tinggi rendah).Dengan demikian bernyanyi merupakan suatu kegiatan yang sangat disukai

oleh anak-anak. Secara umum menyanyi bagi anak lebih berfungsi sebagaiaktivitas bermain dari pada aktivitas pembelajaran atau penyampaian pesan.Menyanyi dapat memberikan kepuasan, kegembiraan, dan kebahagiaan bagianak sehingga dapat mendorong anak untuk belajar lebih giat (Joyful Learning).

Dengan nyanyian seorang anak akan lebih cepat mempelajari, menguasai,dan mempraktikkan suatu materi ajar yang disampaikan oleh pendidik. Selainitu kemampuan anak dalam mendengar (listening), bernyanyi (singing),berkreativitas (creative) dapat dilatih melalui kegiatan ini.

Sementara gerakan (movement) merupakan bahasa tubuh. Anakmengekspresikan perasaannya melalui aktivitas gerakan setelahmendengarkan nyanyian. Anak mempunyai hubungan yang aktif dalammerespon nyanyian. Melalui gerak dan olah tubuhnya akan dapat digambarkanapa yang dirasakan dan dimengerti oleh anak tersebut terhadap musik(nyanyian). Aktifitas gerakan itu sendiri sangat dibutuhkan bagi anak usia dinidalam melatih dan mengembangkan motorik kasar mereka.

Jadi bernyanyi untuk anak-anak bukan saja menyuarakan lagu, tapisekaligus membawakan isi dan makna nyanyian, serta meragakan nyanyiandengan gerak seperti gerak bebas atau gerak tari. Untuk itu alangkah baiknyabila guru dapat memanfaatkan dengan baik Musik and Movement dalampelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Page 139: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

132 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak Usia Dini

Nyanyian yang Baik untuk Anak-AnakPemilihan sebuah nyanyian (lagu) yang akan disajikan dalam prosespembelajaran haruslah sesuai untuk anak dan dapat menunjang tema ajaryang akan disampaikan. Nyanyian yang baik dan sesuai untuk anak-anak,adalah antara lain:1. Nyanyian yang dapat membantu pertunbuhan dan perkembangan diri anak

(aspek fisik, intelegensi, emosi, social);2. Nyanyian yang bertolak dari kemampuan yang telah dimiliki anak ;

a. isi lagu sesuai dengan dunia anak-anak;b. bahasa yang digunakan sederhana;c. luas wilayah nada s epadan dengan kesanggupan alat suara dan pengucapan anak; dand. tema lagu, antara lain; mengacu pada kurikulum yang digunakan.Untuk nyanyian (lagu) anak dalam Bahasa Inggris banyak sumber yangdapat kita gunakan sebagai bahan acuan di antaranya dari:1) The Complete Daily Curriculum for Early Childhood Book (Pam Schiller

and Pat Phipps, 2002);2) The Complete Book of Rhymes, Songs, Poems, Fingerplays, and

Chants (Jackie Silberg and Pam Schiller);3) The Giant Encyclopedia of Circle Time and Group Activities for Children

3 to 6 (Kathy Charner,1996);4) Where is Thumbkin? (Pam Schiller and Thomas Moore,1993);5) Creative Ressources for the Early Childhood Classroom (Judy Herr

and Ivonne Libby,1995), dll.Selain buku-buku tersebut, dapat juga digunakan berbagai CD/VCDsebagai sumber nyanyian, misalnya:1) 80 Kidsongs (Together Again Video Production, inc.KidsongsTM and

Kidsongs Kid, 2001);2) Sing and Learn, Children Favourite Songs Series (WorldStar Music

Int’l Ltd, 1998);3) Miss Patty Cake (Integrity Music Just For Kids, 1997);4) The Donut Man’s (Integrity Music Just For Kids, 1996), dllMeskipun banyak buku sumber maupun CD/VCD yang bisa dipakai, namun

faktor yang terpenting adalah kemampuan seorang guru di dalam memilih,menggunakan dan mengembangkan nyanyian yang ada agar nyanyian tersebutdapat disajikan dan dipahami oleh anak secara baik tanpa melupakan kaidahberbahasa Inggris yang baik dan benar.

Page 140: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

133Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak

Cara Menggunakan Music and Movementdalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ?

Pembelajaran Bahasa Inggris khususnya pada anak usia dini, lebihmenekankan pada pengenalan akan perintah-perintah dasar (BasicInstructions) dan pengetahuan akan nama-nama benda atau objek yang adadisekitar mereka (Vocabulary). Maka pemanfaatan Music and Movement dalamKBM dapat dilakukan sebagai berikut.

Ketika Baru Masuk KelasUntuk mendapatkan atensi anak sebelum memulai pembelajaran, anak diajakuntuk dapat duduk baik dengan hati yang senang (tidak dalam keadaanterpaksa). Hal ini dilakukan dengan mengajak anak menyanyikan lagu sambilmenggerakkan anggota badan.Misalnya dengan menyanyikan lagu “Sit Together” (Tune: Where Is Thumbkin?)

Sit together, sit together,Look at me, look at me,I am good, I am good,Look at me, look at me.

Nyanyian (lagu) ini dapat dinyanyikan dengan posisi anak duduk membentuklingkaran di lantai, dan bernyanyi dengan gerakan menepuk paha masing-masing. Guru sebagai model haruslah dapat menghidupkan suasana kelasagar anak merasa nyaman dengan lagu dan gerakan yang dinyanyikanbersama. Melalui nyanyian ini anak diharapkan dapat memahami makna darilagu yang mereka nyanyikan.

Sebagai Pembuka (Doa dan Salam) Setiap proses belajar hendaknya diperkenalkan juga kepada anak untukberdoa dan saling mengucapkan salam. Melalui kegiatan berdoa pendidik dapatmengenalkan dan membina anak agar selalu dekat kepada Tuhan. Sebelummaupun sesudah melakukan aktivitas anak dapat diajak menyanyikan lagudoa, misalnya: lagu “ Morning Prayer” sebelum melakukan kegiatan.

Dear Lord,Thank you for today,Thank you for the school,Thank you for the teachers and friends,Help us to learn, help us to listen,In Jesus’ Name. We pray, Amien.

Nyanyian ini hendaknya dilakukan dengan posisi anak berdoa.

Mengajak anak untuk saling menyapa dengan baik dapat dilakukan denganmenyanyikan, misalnya : lagu “ Hello-hello”

Page 141: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

134 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak Usia Dini

Hello,hello, hello and how are you?I’m fine, I’m fine, I hope that you are too.

Ketika lagu ini dinyanyikan, anak diajak untuk saling melambaikan tangannyasebagai gerakan menyapa.Mengucapkan salam dalam bahasa Inggris (Greeting), dapat juga dikenalkanmelalui nyanyian, misalnya: lagu “Good Morning”. (Tune: Where Is Thumbkin?)

Good morning, good morning,How are you? How are you?Very well, I thank you.Very well, I thank you.How about you, how about you?

Good afternoon, good afternoon,How are you? how are you?Very well, I thank you,Verry well I Thank You,How about you, ? How about You?

Nyanyian-nyanyian tersebut hendaknya dapat dinyanyikan pada setiap prosespembelajaran berlangsung, karena penggulangan (Repetition) sangatdiperlukan bagi anak usia dini dalam mempelajari hal yang baru.

Sebagai ApersepsiSebagai pengantar pembelajaran suatu materi ajar, guru dapat menggunakannyanyian sebagai appersepsinya.Contoh: Ketika mengajar dengan tema wajahku, guru dapat mengajak anakmenyanyi antara lain : lagu “Happy Face” (Tune: Head and Shoulders)

Eyes, ears, mouth and nose, mouth and nose 2xShow your happy face, smile… and laugh...,Eyes, ears, mouth and nose, mouth and nose.Demikian juga ketika mengajarkan tema-tema ajar lainnya, seperti tema

transportasi dapat juga menggunakan lagu misalnya, “The Train”, untuk temabinatang banyak nyanyian yang bisa digunakan, antara lain, “When I Went ToThe Farm”, “Five Little Speckled Frogs”. Tema tentang keluarga dapat jugadiperkenalkan misalnya melalui lagu “Happy Family”, dll.

Masih banyak nyanyian (lagu) anak-anak yang dapat dinyanyikan untukappersepsi ini. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah, nyanyian yangdipilih haruslah sesuai dengan materi ajar yang akan disampaikan dan tingkatperkembangan kejiwaan anak.

Page 142: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

135Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak

Dalam Pembelajaran IntiPada saat kegiatan belajar mengajar berjalan, guru dapat menyelingi dengannyanyian, bahkan dalam pembelajaran salah satu aspek bahasa itu sendiri, sepertipelafalan atau pengucapan, nyanyian dapat digunakan sebagai materi ajar.Contoh: Untuk mengajarkan bunyi dari suatu huruf (Phonics Sound), misalnyakita dapat belajar sambil bernyanyi “Letters Sounds”

Ants on the apple, a, a, a,Ants on the apple, a, a, a,Ants on the apple, a, a, a,‘a’ is the sound of ‘A’,

Balls are bouncing b, b ,b,Balls are bouncing, b, b, b,Balls are bouncing, b, b, b,b’ is the sound of ‘B’,…..demikian seterusnya.

Ketika anak menyanyikan lagu ini, guru dapat sambil menunjukan kartuhuruf yang dimaksud. Sehingga diharapkan anak dapat memahami bentukhurufnya secara visual dan melafalkan bunyinya dengan baik dan benar. Contohlain dapat dicari dari berbagai sumber yang sudah ada, atau juga diciptakanoleh guru sendiri dengan mempertimbangkan kesesuaian antara situasi dankondisi serta materi yang akan disampaikan.

Nyanyian sebagai materi ajar, di dalam pembelajarannya tidak hanyadinyanyikan tetapi juga dibaca dan dipahami oleh anak. Karenanya materinyanyian harus disesuaikan dengan usia anak, agar menyanyi menjadi sesuatukegiatan yang menyenangkan bukan menjadikan beban.

Sebagai Penutup Kegiatan Belajar MengajarSetelah menyelesaikan proses KBM anak diajak untuk merapikan semuaperlengkapannya sambil bernyanyi, misalnya dengan lagu “Clean Up Time”.

Clean up time! Clean up time!Everything will look just fine,We’ll pick up the things and put them all away,We can use another day.Melalui kegiatan ini anak dapat dilatih untuk mandiri dan mengembangkan

rasa tanggung jawab mereka.Untuk mengakhiri proses KBM nyanyian dapat juga digunakan sebagai

salam penutup, misalnya lagu: “Good Bye”Good bye, good bye everybody,Good bye, good bye everyboby,Good bye, good bye everybody,See you next time again.

Page 143: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

136 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak Usia Dini

Dengan proses kegiatan belajar mengajar yang menarik dan variatif,tentunya dapat memotivasi anak untuk semakin senang dan menyukaipembelajaran Bahasa Inggris.

KesimpulanAnak usia dini pada dasarnya suka menyanyi dan melakukan aktivitas fisikyang menyenangkan bagi mereka. Music and Movement adalah salah satumetode/teknik yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran BahasaInggris pada anak usia dini agar kegiatan belajar mengajar lebihmenyenangkan.

Melalui nyanyian dan kegiatan pembelajaran yang bervariasi, pendidikdapat menumbuhkan minat anak untuk lebih senang dan giat belajar, bahkandapat memudahkan anak dalam memahami materi ajar yang disampaikan.Anak dibuat senang, tidak bosan, dan tertarik dalam mengikuti prosespembelajaran.

Metode dan teknik yang baik, menarik dan atraktif bisa bermanfaat atautidak bagi peserta didik tergantung kepada kemampuan seorang pendidikmengaplikasikannya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Jadi pendidikyang professional dan berkualitas yang mampu menggunakan sertamengembangkan suatu metode pembelajaran dengan baik akan sangatmempengaruhi keberhasilan sebuah proses pembelajaran Bahasa Inggris,khususnya pada anak usia dini.

Daftar PustakaArmstrong, Thomas, Ph.D. (1997). Setiap anak cerdas. Jakarta: Gramedia

Pustaka UtamaCowell, Nick dan Roy Gardner. (1995). Tehnik mengembangkan guru dan siswa.

Jakarta: Grasindo_____ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Petunjuk teknis

proses belajar mengajar di taman kanak-kanak, DepdikbudHerr, Judy dan Ivonne Libby. (1995). Creative ressources for the early childhood

classroom. Delmar PublisherLim, Ms.Jane. I can jingle and jangle. Materi workshop pada Educators

Confrence 2005, “The Living Classroom”, Sahid Jaya Hotel - March2005

Montessori, Dr. Maria. (1991). The secret of chidhood. New York: BallatineBooks

Montessori, Dr. Maria. (1991). The discovery of the Child. NewYork: Ballatine Books

Pam Schiller dan Pat Phipps. (2002). The complete daily curricullum for earlychildhood. Gryphon house

Page 144: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

137Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Isu-Isu Pendidikan Mutakhir

Drs. Hotben Situmorang, M.B.A.*)

Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.**)

Isu Mutakhir

Undang-Undang Tentang Guru-Dosen

rofesi guru sepertinya sudah lama dinomorduakan dan negeri inimenuai keterpurukan dalam dunia pendidikan. Menurut data statistiktentang Human Development Index yang dikeluarkan UNDP, Indonesiamenempati urutan ke-111 jauh lebih rendah dari Malaysia ( nomor

urut ke-59), padahal hingga pada awal tahun 1970-an negara ini menerimabantuan guru dari Indonesia.

Untuk memperbaiki kualitas pendidikan, Pemerintah memberikan perhatiankhusus dengan merumuskan sebuah Undang-Undang yang mengatur profesiguru dan dosen. Dalam pembahasan rancangan Undang-Undang ini hinggadisahkan pada 6 Desember 2005, terbersit keinginan Pemerintah untukmemperbaiki wajah suram nasib guru dari sisi kesejahteraan danprofesionalisme. Jumlah guru di Indonesia saat ini 2,2 juta orang, dan hanyasebagian kecil guru dari sekolah negeri dan sekolah elit yang hidupberkecukupan. Mengandalkan penghasilan dari profesi guru, jauh dari cukupsehingga tidak sedikit guru yang mencari tambahan untuk memenuhikebutuhan hidup.

Hal-hal yang terkesan menjadi sorotan utama Undang-Undang ini adalahhak dan kewajiban guru. Pasal 19 tentang tunjangan fungsional guru, walautidak mencantumkan besaran standar minimal akan tetapi telah menyebutkantunjangan fungsional sebesar satu kali gaji pokok dari pegawai yang diangkatPemerintah atau Pemerintah Daerah pada tingkatan, masa kerja dan kualifikasiyang sama. Disamping itu ditambah lagi tunjangan professi dengan besaranyang setidak-tidaknya sama dengan tunjangan fungsional. Dengan demikianpenghasilan guru akan lebih baik dibandingkan gaji pegawai lainnya padatingkatan dan masa kerja yang sama. Guru juga mempunyai hak pembinaandan pengembangan selama 40 jam setiap tahunnya.

Sertifikat kompetensi guru dalam tindak lanjut dari Undang-Undang ini

*) Kepala Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (2) BPK PENABUR Jakarta**) Kepala Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (1) BPK PENABUR Jakarta

P

Page 145: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

138 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 / Th.IIV/ Desember 2005

Isu-Isu Pendidikan Mutakhir

masih menyisakan persoalan sebagaimana disampaikan Mendiknas pada mediamassa pada saat pengesahan Undang-Undang ini, antara lain kesepahamanakan ukuran uji kompetensi guru.

Secara politis organisasi profesi berfungsi memajukan profesi,meningkatkan kompetensi, karier, wawasan pendidikan, perlindungan profesi,kesejahteraan dan pengabdian masyarakat.

Sejak awal gagasan pembuatan RUU Guru dan Dosen dilatarbelakangioleh komitmen bersama untuk mengangkat martabat guru dalam memajukanpendidikan nasional, dan menjadikan profesi ini menjadi pilihan utama bagigenerasi guru berikutnya

Implikasi pelaksanaan Undang-Undang ini belum menyatakan secara jelastentang guru yang diangkat oleh masyarakat (sebutan pada sekolah swasta).Pada dasarnya pembiayaan tunjangan fungsional dan tunjangan professiguru sudah dianggarkan di APBN/APBD dan masyarakat penyelenggara sekolah(swasta) akan mendapat bantuan dari anggaran tersebut. Dengan alokasianggaran 20 % diharapkan negeri dan swasta akan terlayani.Walau sisi pendanaan yang akan membengkak bagi sekolah swasta dapatteratasi dari subsidi Pemerintah guna membayar tunjangan fungsional dantunjangan profesi guru, akan tetapi persoalan baru haruslah diantisipasi olehsekolah swasta. Prasyarat pengakuan professi terletak di tangan pemberisubsidi. Selain masalah administratif sekolah swasta akan menghadapiberbagai aturan pengelolaan pencairan dana.

Bagi pengelola sekolah swasta Undang-Undang ini menjadi tantangandan sekaligus ancaman. Sekolah yang kualifikasi SDM-nya sesuai dengan UUtersebut akan mendapat dukungan Pemerintah, sementara sekolah swastalain yang SDM-nya tidak memenuhi kriteria akan terabaikan.

Tenaga guru profesional yang usianya relatif muda dimungkinkan akanmemilih mengabdi di sekolah negeri terkait dengan keamanan jaminan masadepan. Jika pernyataan ini benar maka sekolah swasta hanya akan mendapatguru yang baik jika mampu membayar lebih mahal dari mereka yang yangmengabdi di sekolah negeri. Sebaliknya jika tanggung jawab pendanaanpendidikan terkelola dengan baik oleh Pemerintah maka dikotomi swasta dannegeri akan tereliminasi dan kualitas pendidikan secara umum akan lebihbaik karena adanya standar profesi dan pengelolaan yang berkualitas.

Informasi Konferensi, Seminardan Penelitian Pendidikan

Perhatian dunia internasional terhadap pendidikan cukup besar terlihat dariberbagai agenda konferensi, seminar, dan penelitian yang diselenggarakandiberbagai negara dalam tahun 2006.

Page 146: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

139Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Tema konferensi pendidikan di tahun 2006 berfokus pada peningkatanefektifitas pembelajaran, pengembangan kreatifitas, dan pembelajaran seumurhidup. Ketiga hal di atas sebenarnya permasalahan lama yang didalami denganpendekatan dan wawasan baru yang berkembang pada bidang teknologiinformasi, psikologi, dan kaitannya dengan fungsi kerja otak.

Pemerintah Indonesia juga menyadari pentingnya peningkatan kualitasbelajar mengajar. Sedangkan komponen utama dalam kualitas belajarmengajar adalah kualitas guru. Oleh karena itu perhatian pemerintah dalammeningkatkan sumber daya manusia khususnya dunia pendidikan diwujudkandengan mengedepankan fundasi hukum yang sebelumnya tidak ada. Adanyastandard kompetensi dan sertifikasi profesi guru yang dimuat dalam Undang-Undang Guru dan Dosen akan memperkuat keberadaan professi guru sejalandengan perbaikan kesejahteraan SDM-nya

January 20064-6North of England Education Conference 2006 (NEEC). Themes: Learn,Create, Every Child Matters. Conference venue: The Sage, Gateshead.Conference url: http://www.neec2006.org.uk Conference organisers:Gateshead Council. Organiser’s address: Gateshead Council, Civic Centre,Regent Street, Gateshead NE8 1HH. Organiser’s url: http://www.gateshead.gov.ukNotes: Come and be inspired at The UK’s biggest education conference. Thetheme is LEARN:CREATE and you will hear keynote speeches frominternationally renowned figures, Education ministers and key players ineducational thinking. Put the date in your diary - come and enjoy the conferenceand take home new ideas from England’s vibrant North East. Visitwww.neec2006.org.uk to book your place. Emai l enquir ies:[email protected]  Telephone enquiries: 0191 433 3801

5-7Hands up for Science Education: ASE Annual Conference.  Themes:science education. Conference venue: University of Reading. Conference url:http://www.ase.org.uk/htm/conferences/ annual_conference_2006/venue_dates_2006.php Conference organisers: Association for ScienceEducation.  Organisers address:The Association for Science Education, CollegeLane, Hatfield, Herts AL1 9AA. Organisers url: www.ase.org.uk   Emailenquiries: [email protected]  Telephone enquiries: 01707 283000

Isu-Isu Pendidikan Mutakhir

Page 147: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

140 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 / Th.IIV/ Desember 2005

Isu-Isu Pendidikan Mutakhir

6-94th Annual Hawaii International Conference on Education. Themes:Education. Conference venue: Renaissance Ilikai Waikiki Hotel, Honolulu.Conference url: http://www.hiceducation.org  Conference organisers: HawaiiInternational Conferences. Organiser’s address: Hawaii InternationalConferences, PO Box 75036, Honolulu, HI 96836. Organiser’s url: http://www.hiceducation.org Notes: Deadline for submissions: August 18, 2005.Reduced rate registration fees before October 20, 2005. All areas/topics ofeducation are welcome. Email enquiries: [email protected] Telephone enquiries: 808-949-1455 Fax enquiries: 808-947-2420

March 2006

9-10The International Conference on Early Childhood Education. Themes:The future of early childhood education from a strategic, political and scientificperspective. Conference venue: Musis Sacrum, Arnhem, Netherlands.Conference url: http://conference.cito.com  Conference organisers: Cito b.v.Organiser’s address: Business Development P.O. 1034 6801 MG Arnhem,Netherlands. Organiser’s url: http://www.cito.com Notes: Early Bird discountbefore December 1, 2005. For program, speakers and registration procedurescheck the conference website Email enquiries: [email protected] Telephone enquiries: +31-26-352 1490

May 2006

2-31st Pedagogical Research in Higher Education (PRHE) Conference‘Pedagogical Research: Enhancing Student Success’. Themes: Teachingfor success, student learning, scholarship of teaching and learning. Conferencevenue: Liverpool City Centre Marriott Hotel, Liverpool. Conference url: http://hopelive.hope.ac.uk/PRHE/  Conference organisers: Professor Lin Norton.Organiser’s address: Education Deanery Liverpool Hope University Hope ParkLiverpool L16 9 JD Organiser’s url: Notes: Deadline for submission of abstracts30 November 05 Conference papers to be available in PRIME (PedagogicalResearch IN Maximising Education), journal published by Liverpool HopeUniversity All who attend the conference will receive a free copy of PRIMEafter the event Email enquiries: [email protected]  Telephone enquiries:0151-291-3643

Page 148: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

141Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

25-27Citizenship Education: Europe and the World. Themes: Citizesnhip -global and European; teacher education; learning. Conference venue:University of Riga, Latvia Conference url: http://cice.londonmet.ac.uk/details.htm Conference organisers: CiCe Erasmus Thematic Network (Children’sIdentity and Citizenship in Europe). Organiser’s address: Alistair Ross IPSE,London Metropolitan University, 166-220 Holloway Road, London N7 8DB, UK.Organiser’s url: http;//cice.londonmet.ac.uk Notes: A Research StudentConference will be linkled to this, starting 24 May, same venue (somebursaries). Deadline for proposals 16 January 2006 Edited proceedings willbe published and circulated Email enquiries: [email protected]  Telephoneenquiries: (+44) (0) 207 133 4029 Fax enquiries: (+44+) (0) 207 133 4219

June 200611-14Enhancing Academic Development Practice. ICED 2006. Themes:educational development, academic development, faculty developmentConference venue: Sheffield Hallam University Conference url: http://iced2006.shu.ac.uk  Conference organisers: International Consortium forEducational Development. Organiser’s address: Conference Secretariat,Sheffield Hallam University, City Campus, Sheffield S1 1WB. Organisers url:http://iced2006.shu.ac.uk/organising_commitee.html Notes: Notes: Deadlinefor submissions 20th January 2006. Registration opens 1st February 2006.Email enquiries: [email protected]  Telephone enquiries:  0114 2255338/5336 Fax enquiries: 0114 225 5337

13-16Lifelong Learning Conference 2006. Themes: Lifelong Learning: Partners,Pathways  and  Pedagogies Conference venue: Rydges Capricorn InternationalResort Conference url: http://lifelonglearning.cqu.edu.au/2006/index.phpConference organisers: Central Queensland University. Organiser’s address:Lifelong Learning Conference Secretariat, Central Queensland UniversityLibrary, Building 10, CQ Mail Centre, Rockhampton Qld Australia 4702.Organiser’s url: http://www.library.cqu.edu.au Notes: Deadline for submissionof abstracts 30th September. Registration closes on June 13, 2006. Early Birdrates until 22 April 2006 Keynote speakers are Professor Michael Dureau,Associate Professor Andre Grace, Associate Professor Peter Kell,and ProfessorDiana Laurillard. Email enquiries: [email protected] Telephone enquiries: Phone: 61 (0)7 4930 6310 Fax enquiries: Fax: 61 (0)74930 6436

Page 149: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

142 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 / Th.IIV/ Desember 2005

Isu-Isu Pendidikan Mutakhir

14-16Leading Innovation in Global Education & Training. Themes: Innovationin Training Practices / Achieving Excellence in Global Business Education.Conference venue: Lisbon Marriott Hotel, Lisbon, Portugal. Conference url:www.edineb.net   Conference  organisers:  EDiNEB Network.  Organiser’saddress: EDiNEB Network Att. Mrs. Ellen Nelissen PO Box 616 - 6200 MDMaastricht - Netherlands Organiser’s url: www.edineb.net Notes: Deadlinefor abstract submission is January 31, 2006. The first 50 submitting authorsof an abstract will receive one free copy of a volume out of the EDiNEB bookseries. You can submit your abstract online. Selected papers will be publishedin a special issue in one of our partner journals. Email enquiries:[email protected] Telephone enquiries: ++31 43 3883770 Faxenquiries: ++31 43 3884801

27-29PLAT2006: Third Biennial Psychology Learning and TeachingConference  Themes: Psychology Learning and Teaching. Conference venue:York St John College, York, UK. Conference url: http://www.psychology.heacademy.ac.uk/plat2006 Conference organisers: TheHigher Education Academy Psychology Network. Organiser’s address:Department of Psychology, University of York, York YO10 5DD UK. Organiser’surl: http://www.psychology.heacademy.ac.uk/  Notes: Deadline for submissionof abstracts: 09 January 2006. Bursaries and early registration discountsavailable. Email enquiries: [email protected]   Telephoneenquiries: +44 (0) 1904 433138 Fax enquiries: +44 (0) 1904 433181

July 20062-7ICOTS 7: 7th International Conference on Teaching Statistics. Themes:Working Cooperatively in Statistics Education. Conference venue: Salvador(Bahia) Brazil. Conference url: http://www.maths.otago.ac.nz/icots7Conference organisers: International Association for Statistical Education.Organiser’s address: Carmen Batanero, Facultad de Educacion, Campus deCartuja, Granada Spain. Organiser’s url: http://www.ugr.es/local/bataneroNotes:Abstracts for papers to be submitted by 1 April 2005. Email enquiries:[email protected] Telephone enquiries: 34958243950 Fax enquiries:34958246359

6-8International Conference on Information Communication Technologiesin Education 2006. Themes: technology in education. Conference venue:

Page 150: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

143Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

University of the Aegean, Rhodes. Conference url: http://www.icicte.comConference organisers: University College of the Fraser Valley ; University ofthe Aegean, Rhodes. Organiser’s address: UCFV, 33844 King Road, Abbotsford,BC V2S 7M8 Canada./University of the Aegean, Rhodes, Demokratias Str. 1,85100 Rhodes, Greece. Organiser’s url: http://www.ucfv.ca;http://www.rhodes.aegean.gr/. Notes: Deadlines for submission of proposals January15 2006 to Sherri Anderson at [email protected] . Early registrationdeadline May 15. Graduate student paper prize of 1000 euros. All paperspublished in conference proceedings. Selected papers to be published inCampus-Wide Information Systems (UK). Email enquiries: [email protected] Telephone enquiries: +30 693 694 99 66

September 200611-12The First International IPed Conference 2006: ‘Pedagogic Research& Academic Identities’. Themes: How does engagement in pedagogicresearch influence academic identities? scenario, work & research-basedlearning, e-learning, academic writing, evaluation. Conference venue: CoventryUniversity Techno Centre. Conference url: http://home.ched.coventry.ac.uk/iped/events/ conference06.htm Conference organisers: The iPed ResearchNetwork, Coventry University. Organiser’s address: iPed c/o Centre for HigherEducation Development, Coventry University, Priory Street, Coventry CV1 5FB.Organiser’s url: http://home.ched.coventry.ac.uk/iped/ Notes: Shortly theconference organiser’s URL will change to http://www.coventry.ac.uk/iped Deadline for submission of abstracts: 1 February 2006. Please submit a 200word abstract for a paper presentation or workshop for one of the conferencethemes using the electronic form on our conference website. If the conferenceURL above has ceased to work, use http://www.coventry.ac.uk/iped/events/conference06. htm Email enquiries: [email protected] Telephoneenquiries: 024 7688 7599 Fax enquiries: 024 7688 7599

Page 151: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

144 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 / Th.IV/ Desember 2005

Pendidikan Alat Perlawanan, Teori Pendidikan Radikal Paulo Freire

Resensi Buku

*) Staf Bagian Layanan Siswa BPK PENABUR Jakarta

Judul Buku : Pendidikan Alat Perlawanan, Teori Pendidikan Radikal Paulo FreirePenulis : Siti MurtiningsihPenerbit : Resist Book - YogyakartaCetakan : I, Oktober 2004Tebal/Ukuran: 128 halaman/14,5 x 21 cmOleh : Judha Semal Irianto Sinulingga, S.Th.*)

Pendidikan Dialogisarya dan pemikiran Paulo Freire merupakan sumbangan yang sangatberarti bagi dunia pendidikan. Dengan latar belakang kemiskinan yangterdapat pada masyarakat Brazilia bagian Timur Laut di mana ia hidup,Paulo Freire berhasil membongkar praktik-praktik pendidikan yang

menurutnya tidak menempatkan manusia sebagai manusia. Usaha Freire padadasarnya ingin membangkitkan kesadaran masyarakat untuk berjuang melawanstatus quo kekuasaan dengan berperan aktif mengubah realitas yang ada kearah yang lebih manusiawi, seperti semangat yang tercermin dalam judulbuku ini: “Pendidikan alat perlawanan”.

Pendidikan sebenarnya dapat dipahami sebagai rangkaian usahapembaharuan. Pendidikan pada hakikatnya tidak mengenal akhir karenakualitas kehidupan manusia terus meningkat. Persoalan pendidikan bukanlahterutama pada target pengetahuan yang ditetapkan, melainkan padabagaimana orang dapat berinteraksi/berdialog dengan situasi dan kondisijamannya.

Paulo Freire mengembangkan pemahamannya tentang pendidikan daripandangan mendasarnya yang banyak dikritik orang, yaitu bahwa dunia hanyaterbagi atas 2 kelompok: kelompok penindas (oppressor) dan kelompoktertindas (oppressed). Setiap orang pastilah menjadi bagian dari salah satukelompok, entah dia si penindas ataukah si tertindas. Dalam kerangkapemahaman ini, praktik belajar-mengajar yang banyak terjadi sebelumnyadapat dipandang sebagai pendidikan yang menindas karena hanya melakukanproses “satu arah” dari guru kepada murid. Paradigma yang mengandalkanhafalan ini berwatak pasif, tidak menyulut keberanian, penalaran dankreativitas, padahal nalar dan kreativitas inilah yang dibutuhkan oleh rakyattertindas untuk melawan.

Freire berpendapat bahwa dalam pendidikan, peserta didik tidak bolehdipahami sebagai obyek tersendiri yang harus digarap dan diisi oleh pendidik.

K

Resensi

Page 152: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

145 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 / Th.IV/ Desember 2005

Dalam istilah Freire, sistem pendidikan seperti itu disebut sebagai SistemBank (Banking Education), di mana peserta didik adalah tabungan dan pendidiksebagai penabung. Pandangan tentang pendidikan semacam ini padapraktiknya cenderung bersifat otoriter dan menghalangi kesadaran pesertadidik untuk berkembang. Aktivitas pendidikan kemudian berbelok menjaditindakan-tindakan menundukkan peserta didik terhadap nilai-nilai dan normabudaya yang ada di masyarakat, dimana pendidik berperan sebagai agennya.

Sebagai ganti sistem di atas, Freire menawarkan sistem hadap-masalah(Problem-posing Education). Di dalam sistem ini, Freire menekankan metodependidikan yang disebut “pendidikan dialogis” di mana terdapat suatu dinamikadialektik antara pendidik dengan peserta didik. Penekanannya adalah padakesadaran pendidik dan peserta didik mengenai kemampuan dan keberanianmenghadapi realitas secara kritis dan bertindak mengubah dunia secara kreatif.Dengan demikian, pendidikan harus berorientasi mengarahkan manusia padapengenalan akan realitas diri dan dunianya dengan melibatkan dua unsur,yakni pengajar dan pelajar di satu pihak sebagai subyek yang sadar (cognitif)dan realitas dunia di pihak lain sebagai obyek yang tersadari (cognizable). Disini, pendidik tidak hanya berfungsi sebagai fasilitator bagi tumbuhnyaperkembangan kesadaran peserta didik, namun sekaligus menjadi seorangrekan yang melibatkan dirinya sambil merangsang daya pemikiran kritispeserta didik.

Butir-butir pemahaman yang membangun filsafat pendidikan Freire olehMurtiningsih dijelaskan sebagai berikut: Manusia tidak hanya berada di dunia,tetapi juga berinteraksi dengan dunia di mana ia berada. Di dalam situasikeberadaannya tersebut, manusia harus memiliki kesadaran kritis yangdiarahkan pada realitas sehingga terjadi suatu interaksi ketika manusiamenanyai, menguji dan menjelajahi realitas tersebut. Hal yang paling bernilaibagi manusia adalah menjadi manusia seutuhnya yang dicapai melalui prosespembebasan, atau dalam istilah Freire disebut “konsientisasi”.

Secara sederhana, konsientisasi dapat dipahami sebagai proses menjadimanusia yang lebih penuh atau suatu proses perkembangan kesadaran menujuterbentuknya manusia-manusia baru yang akan menciptakan dunia baru. Tugasmanusia di dunia bukanlah untuk beradaptasi, tetapi untuk mengubahnyasecara kreatif.

Walaupun kesan perlawanan yang revolusioner sangat kental dalamtulisan-tulisannya, Freire tidak pernah setuju dengan pemberlakuan kekerasan.Ia mendambakan sebuah revolusi yang damai. Untuk memahami sepenuhnyapemikiran Paulo Freire, seseorang memang tidak cukup hanya membaca saja.Tetapi lebih dari itu, orang harus masuk ke dalam pengalaman di mana iaberinteraksi dengan dunia dimana ia berada. Dalam penerapannya terhadap

Page 153: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

146 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 / Th.IV/ Desember 2005

Pendidikan Alat Perlawanan, Teori Pendidikan Radikal Paulo Freire

kurikulum, Freire mengusulkan kurikulum yang bertolak dari realitas konkretpeserta didik dan yang muatannya mampu menumbuhkan kesadaran kritis.Artinya kurikulum dapat mendorong perkembangan pola pikir dan kemampuanrefleksi peserta didik. Kurikulum ini mengutamakan pengalaman danmenekankan pada aspek-aspek personal tertentu (oleh karena itu disebutjuga dengan experience-centered curriculum).

Pada bagian akhir buku ini, Murtiningsih memberikan beberapa catatanyang perlu diperhatikan. Antara lain, ia mencoba menggarisbawahipenyelewengan yang dapat muncul dalam penerapan konsep konsientisasi.Contoh penyelewengan yang terjadi misalnya kegiatan propaganda penyuluhandalam kerangka bisnis yang mengatasnamakan konsientisasi (h. 116). Olehkarena itu, proses konsientisasi yang dimaksud baru dapat terjadi ketika dialogyang dilakukan diiringi rasa cinta, kerendahan hati, kepercayaan pada oranglain, pikiran kritis dan harapan.

Berikut ini, patut pula dicatat beberapa kelemahan tulisan Murtiningsihyaitu:

Pertama, tidak terlalu jelas mengenai penerapan konsep konsientisasidalam konteks Indonesia. Pada bab terakhir, sub judul “Relevansi Konsientisasibagi Pendidikan di Indonesia” lebih tepat jika diganti dengan “Situasi-KondisiPendidikan dalam konteks Indonesia” karena pada bab tersebut Murtini hanyamemaparkan mengenai apa yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesiatanpa memberikan sedikit pun saran penerapan teori Freire dalam konteksIndonesia.

Kedua, sebenarnya sangat jelas kesan bahwa Murtiningsih inginmenyejajarkan konteks Indonesia dengan konteks yang melatarbelakangi teoriFreire, sehingga dengan demikian teori Freire dapat dikatakan relevan. Namunkesejajaran tersebut tidak pernah dikemukakan atau dibahas oleh Murtiningsih,sehingga pembaca tidak pernah mengetahui sejauh mana teori Freire relevanterhadap konteks Indonesia.

Ketiga, Murtiningsih tidak masuk lebih jauh kepada analisis terhadapkonteks Indonesia, sehingga ia pun tidak mampu mengusulkan tindakan/aksiyang sebaiknya diambil sebagai langkah awal untuk mengubah ‘realitas’. Tentusaja ini berbeda dengan semangat yang ada dalam teori Freire, yang padadasarnya tidak mau ber-‘teori’, tetapi ingin ber-‘aksi’.

Buku-buku yang memiliki semangat membenahi pendidikan nasional, padaumumnya memiliki saran konkrit yang dapat dilakukan. Sebagai contoh, bukuMembenahi Pendidikan Nasional karangan Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed.(diterbitkan pada tahun 2002 oleh PT Rineka Cipta, Jakarta) mengusulkan“…restrukturisasi pendidikan nasional dengan paradigma-paradigma baru

Page 154: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

147 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 / Th.IV/ Desember 2005

menuntut alokasi dan realokasi dana nasional dan lokal yang sepadan denganmenempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas utama.”

Di samping itu, tulisan Prof. Tilaar juga memberikan tempat untuk hal-halpositif pada konteks Indonesia yang dapat mendukung terciptanya pendidikannasional yang lebih baik. Hal ini tidak terdapat pada tulisan Murtiningsih,sehingga kita tidak memperoleh informasi apakah juga terdapat hal-hal positifpada konteks Indonesia yang mendukung penerapan teori Freire.

Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa tulisan Murtiningsih inimerupakan kontribusi yang sangat berarti bagi pembaca Indonesia di tengahlangkanya buku-buku yang dihasilkan oleh penulis Indonesia yang membahaspemikiran-pemikiran dari tokoh besar pendidikan seperti Paulo Freire. Denganbahasa yang cukup sederhana, buku ini mampu menjelaskan pokok-pokokpemikiran dari Paulo Freire, bahkan mampu pula menarik benang merah darisituasi-konteks serta pemahaman yang melatarbelakangi pemikiran Freire.Dengan demikian, buku ini pun diharapkan mampu membangkitkan di dalamdiri pembacanya suatu semangat untuk menghadapi realitas dan mengubahnyake arah yang lebih baik, seperti semangat yang juga dimiliki oleh Paulo Freire.

Page 155: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

148 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Profil BPK PENABUR Tasikmalaya

Profil BPK PENABUR Tasikmalaya“ Menggali Potensi yang Terpendam”

Juniart F. Samosir*

*) Kepala SMA BPK PENABUR Tasikmalaya

Profil

Sejarah SingkatPK PENABUR Tasikmalaya didirikan tanggal 15 Oktober 1953 denganmembuka kelas Taman Kanak – kanak (TK) sebanyak satu kelas danSekolah Dasar (SD) tiga kelas untuk kelas 1 – 3.

Lokasi TK dan SD tersebut berada di Jln. Veteran No. 51 di samping Gereja(GKI) bahkan sempat menggunakan ruangan Gereja dan Konsistori. Seiringdengan berjalannya waktu dan bertambahnya murid TK dan SD, ruanganbelajar yang ada di lokasi tersebut tidak mampu menampung jumlah murid,sehingga sebagian murid SD menggunakan ruangan / kelas di Jalan SelakasoNo. 65 milik BPPK GKP bekas SD Immanuel.

Dengan perkembangan SD yang begitu pesat Pengurus BPK PENABURTasikmalaya mengajukan anggaran pembelian tanah ke PH BPK PENABURdan pada tanggal 15 Februari 1995 dilakukan transaksi pembelian sebidangtanah seluas 2.242 m2 di Jalan Ibu Apipah. Pembangunan gedung berlantaitiga dilaksanakan, dan tahun pelajaran 1998/1999 SD resmi menempati gedungbaru. SD meluluskan angkatan pertama tahun 1956 dan orangtua muridmerasakan perlunya kesinambungan pendidikan anaknya dan mendesakPengurus BPK PENABUR Tasikmalaya agar mendirikan SMP, maka pada tahun1957 resmi didirikan SMP Kristen yang berlokasi di Jalan Selakaso No. 63dengan menyewa tanah dan bangunan milik BPPK GKP.

Kemudian pada tahun 1976 diputuskan untuk mendirikan SMA Kristenuntuk menampung anak – anak lulusan SMP Kristen di lokasi yang sama danmasuk siang. Upaya agar siswa SMAK masuk pagi baru terealisasikan padatahun 1980, dengan persetujuan BPPK GKP untuk mendirikan bangunansebanyak empat ruang kelas di sebelah gedung SMPK.Peresmian penggunaan bangunan ini dilakukan pada tanggal 3 Mei 1981.Dengan bertambahnya siswa SMAK maka pada tanggal 1 Juli 1988 bangunanlama dibuat bertingkat (2 lantai).

B

Page 156: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

149Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Profil BPK PENABUR Tasikmalaya

Gambaran Umum Sekolah per Jenjang

No Jenjang Fasilitas Pendukung Perlu Pembenahan

1. TK - Letak sekolah mudah dijangkau.- Lingkungan sekolah aman dari tin- dak kejahatan dan narkoba.- Gedung baru dengan pengatur ruangan yang baik.- Memiliki tenaga edukatif qualifield- Terakreditasi sebagai TK terbaik ke-2 Tasikmalaya Tahun 2002

- Memperluas tempat bermain- Melengkapi alat peraga dan alat bantu pengajaran- Peningkatan kualitas SDM

2. SD - Fasilitas kelas, lab. komputer lengkap.- Halaman luas memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas . dengan leluasa- Tempat parkir luas.- Aula dapat difungsikan sebagai ruang kebaktian, olahraga, atau pertemuan.- Memiliki trampolin (peralatan impor untuk senam).- Dekat kolam renang (± 50 m)- Dekat sawah, sehingga setiap hari peserta didik menghirup udara segar, dan memungkinkan ke- giatan dilaksanakan di luar kelas.- Orangtua murid mendapat infor- masi program kegiatan satu tahun pelajaran di awal tahun pel- ajaran dan mengadakan pertemu - an secara berkala

- Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat- Peningkatan kualitas SDM.

3. SMP - Lokasi mudah dijangkau.- Unggul dalam IPTEK, internet online 24 jam dan prog.lainnya- Memiliki lab. komputer.

- Bangunan sekolah agar lebih representatif.- Agar memiliki lab. IPA mandiri (kimia, fisika, biologi) dan bahasa.

4. SMA - Lokasi mudah dijangkau.- Bangunan kelas baik.- Terakreditasi oleh BAS Propinsi dengan peringkat A.

- Penambahan ruang belajar.- Agar memiliki Lab. IPA mandiri (Kimia, Fisika,

Page 157: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

150 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Profil BPK PENABUR Tasikmalaya

Perkembangan Jumlah Siswa Tiga Tahun Terakhir

Tahun TK SD SMP SMA Total

2003/2004 128 324 197 294 943 2004/2005 118 312 189 307 926 2005/2006 127 307 189 280 903

Perkembangan Jumlah Guru Tiga Tahun Terakhir

Tahun TK SD SMP SMA

2003/2004 10 17 20 18 2004/2005 10 19 16 23 2005/2006 10 19 16 25

Beberapa penyebab berkurangnya jumlah siswa sekolah BPK PENABUR diTasikmalaya:a. Keberhasilan program Keluarga Berencana.b. Mobilitas penduduk antar kota.c. Kompetisi dengan sekolah sejenis yang makin ketat. Untuk itu perlu

menyusun dan melaksanakan program pengembangan sekolah

No Jenjang Fasilitas Pendukung Perlu Pembenahan

4. SMA - Alumni banyak yang berhasil di Perguruan Tinggi dengan prestasi yang membanggakan.- Belum ada sekolah pesaing yang sejenis (ciri khas Kristen).- Guru - guru dengan latar belakang S1 sesuai bidangnya.

Biologi) dan bahasa- Pengadaan aula- Memperluas ruang per- pustakaan- Peningkatan kualitas SDM

Page 158: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

151Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Profil BPK PENABUR Tasikmalaya

Prestasi Siswa TKK, SD, SMP dan SMA Tiga Tahun Terakhir

No Jenjang Prestasi

1. TK -----

Juara I Lomba mewarnai se - Priangan TimurJuara I Kontes Fotogenik sasikmalayaJuara II Lomba Busana Merah Putih TasikmalayaJuara I Lomba Busana Daerah TasikmalayaJuara II Lomba Busana Daerah Tasikmalaya

2. SD ----

--

Juara Umum II Telkomnet - Instan Clik - DayJuara I Cerdas Cermat MIPA TasikmalayaJuara II Lomba Sekolah Sehat TasikmalayaJuara Umum Renang antar Club tingkat SD TasikmalayaJuara I Olimpiade Matematika tingkat KecamatanJuara III Lomba Fun Science tingkat PropinsiJuara III English Quis Contest Tasikmalaya

3. SMP --

-

-

-

-

----

-

-

Peringkat 3 besar Nilai Ujian Nasional TasikmalayaJuara II Putri Invitasi Bola Basket IAPT CUP V SLTPTasikmalaya/ CiamisJuara I Invitasi Bola Basket Pelajar Putra antar SLTP JawaBaratJuara I SMP Putra Kejuaraan Bola Basket SMP-SMU BumiSiliwangi CUP IIIJuara Umum Kejuaraan Renang antar Pelajar TirtaResik Cup I Tasikmalaya/Ciamis/PangandaranJuara Umum II PORSENI tingkat SLTP Kota TasikmalayaJuara Lukis terbaik Tasikmalaya Kategori NaturalisJuara III Olimpiade MIPA - FISIKA TasikmalayaJuara I English Spech - Contest TasikmalayaJuara I (Perenang terbaik) PORSENI tingkat SMP/MTsTasikmalayaJuara Umum ke II PORSENI tingkat SMP/MTs TasikmalayaJuara I (Perenang terbaik) "TIRTA RESIK CUP"Juara II Renang Piala Rektor UPI BandungJuara II Renang Piala Anajohn UPI Bandung Jawa Barat

4. SMA ---

Juara I IAPT CUP IV Bola Basket Putra dan PutriJuara Umum Telkomnet Instan - Click DayJuara II Hexos Cup Bola Basket Putra dan Putri

Page 159: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

152 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Profil BPK PENABUR Tasikmalaya

No Jenjang Prestasi

4. SMA ------------

-

Juara I Porseni Kota Tenis Meja Ganda PutraJuara I Production Bola Basket Putra dan PutriJuara III IAPT CUP V Bola Basket PutraJuara I IAPT CUP VI Bola Basket PutriMedali Emas Renang antar PelajarJuara III Timbul Cup 2 Bola Basket PutraJuara I UNSIL CUP Bola Basket Putra, juara II PutriJuara I Lomba Lukis Tingkat SLTAJuara I Festival Gitar PopJuara I Bola Basket Putri "HEXOS CUP"Juara II STUDENT'S DANCE FESTIVAL se-Priangan TimurJuara I Lomba Karya Tulis Kategori SLTA "HUT Ke- 55 BPKPENABURJuara I Lomba Cepat Tepat Matematika UNSIL CUP Jabar

Ketua Yayasan (Pengurus) BPK PENABUR Tasikmalaya

No Nama Masa Jabatan

1. Thio Sioe Tjoan 1953 – 1955 2. Oey Hong Tjiauw 1956 - 1960 3. Oey Hong Thay 1961 – 1964 4. J.Tanuwihardja 1965 – 1967 5. Pdt.Liem Liong Tjoan 1967 – 1969 6. J.Tanuwihardja 1969 – 1971 7. Ekki Widharma 1971 – 1984 8. Slamet Budisutiono 1984 – 1990 9. Drs. Rinaldi Sutriana 1990 – 1994 10. Sulaeman Tatang 1994 – 2002 11. Drs. Rinaldi Sutriana 2002 – 2006

Kepala TK BPK PENABUR Tasikmalaya

No Nama Masa Jabatan

1. Tan Djin Swie 1953 – 1954 2. Liem Tiam Ek (Efraim Gunata) 1954 – 1973 3. Drs. Endi 1974 – 1986 4. Tien Suryatin 1986–sekarang

Page 160: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

153Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV/ Desember 2005

Profil BPK PENABUR Tasikmalaya

Kepala SD BPK PENABUR Tasikmalaya

No Nama Masa Jabatan

1. Tan Djin Swie 1953 – 1954 2. Liem Tiam Ek 1954 – 1973 3. Drs. Endi 1974 – 1989 4. Tan Djien Lian (Trilianti Hartani) 1989 – 2000 5. Drs. Widodo 2000 – sekarang

Kepala SMP BPK PENABUR Tasikmalaya

No Nama Masa Jabatan

1. Drs. Darmawan 1974 – 1975 2. L.S. Sunarto, BSc 1975 – 1979 3. Sukardi 1979 – 1982 4. Andyarto Suryana 1982 – 1987 5. Drs. Christian Suwarno 1987 – 1989 6. Drs. Endi 1989 – 1996 7. A.S. Purwanto 1996 – 1998 8. Drs. Thomas Agung 1998–sekarang

Kepala SMA BPK PENABUR TASIKMALAYA

No Nama Masa Jabatan

1. L.S. Sunarto 1976 – 1982 2. Direktorium (Ketua: Drs. Rinaldi S) 1982 – 1983 3. Andyarto Suryana 1983 – 1985 4. K. Hardja (Mr. Tjan) 1985 – 1988 5. Drs. Widodo 1988 – 1991 6. Drs. Christian Suwarno 1991 – 1996 7. Drs. Juniart F. Samosir 1996–sekarang

Beberapa hal yang dapat dikembangkan untuk menjadi sekolah pilihan.a. Meningkatkan kemampuan SDM dari segi pengajaran dan pelayanan sesuai

nilai – nilai kristiani.b. Melengkapi sarana prasaranac. Menggali potensi anak semaksimal mungkin melalui pengajaran bermutu

Page 161: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

154 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005

Profil BPK PENABUR Tasikmalaya

dan memberi kesempatan seluas–luasnya mengikuti lomba atau kejuaraan baik bidang olahraga, seni dan akademik.d. Mencari alternatif pengadaan dana agar setiap kegiatan yang sudah

diprogramkan dapat dilaksanakan.e. Memperbanyak kerjasama dengan pihak luar/instansi lain yang saling

menguntungkan yang berhubungan dengan pengembangan pengajarandan menambah wawasan anak didik.

f. Sedang direncanakan pembangunan gedung SMP/SMA di Jln. Selakasono. 63 Tasikmalaya sehingga BPK PENABUR Tasikmalaya menjadisekolah yang lebih bermutu.

PenutupBPK PENABUR Tasikmalaya memiliki prospek menjadi sekolah unggulan. Lokasiyang strategis, juga dengan fasilitas pendukung yang dimiliki merupakanasset yang sangat berarti. Untuk mewujudkan sekolah BPK PENABURTasikmalaya sebagai sekolah unggulan, “menggali potensi terpendam” masing-masing personal BPK PENABUR Tasikmalaya saat ini sedang dikembangkan.Selain pengembangan SDM perencanakan pembangunan gedung sekolahjenjang SMP dan SMA kiranya segera terealisasi sehingga prosespembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik.Kiranya Tuhan senantiasa mengarahkan hati, pikiran dan memberi kekuatanpada kita yang sedang berjuang untuk mencapai kesuksesan sekolah sehingganama Tuhan dipermuliakan.

Page 162: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

155 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 /Th.IV/Desember 2005

Keterangan Mengenai Penulis

Biretni Sumiwi, BA., lahir di Yogyakarta, 10 Juni 1957. Alumni UniversitasKristen Satya Wacana tahun 1980. Sekarang bekerja sebagai Staf Organisasidan Sistem BPK PENABUR.

Ir. Budyanto Lestyana, M.Si., lahir di Semarang 28 Desember 1970,menyelesaikan program S2 dari IPB-Bogor tahun 2000. Menjabat sebagaiKepala Bidang Kurikulum dari tahun 2000-2004. Terlibat berbagai proyekpengembangan kurikulum dan diversifikasi sekolah serta berkecimpung dalampengembangan KIR. Saat ini sebagai Kepala Pengkajian dan PengembanganPendidikan BPK PENABUR Jakarta.

Djudjun Djaenuddin Supriadi, STh., lahir di Bandung 29 Desember 196.Lulus dari STT Duta Wacana tahun 1987 dan saat ini sedang menyelesaikanS2 Program M.Min pada STT Jakarta. Menulis beberapa Modul PengajaranPAK dan pernah sebagai Dosen tidak tetap di UNTAR dan UKRIDA. Sejak 1998-sekarang sebagai Kepala Bidang Kerohanian BPK PENABUR Jakarta.

Elisabeth Marsaulina Matondang, lahir di Medan, 7 Pebruari 1971.Menyelesaikan program S1 di IKIP PGRI Malang, Jurusan Bahasa Inggris (1995).Pernah mengajar di TK Dian Harapan (1995-1999) dan di Eduplay Montessori(sekarang Sekolah Montessori Kiara Karitas) pada tahun 1999-2001. Saat inisebagai guru Bahasa Inggris di TKK Kota Modern BPK PENABUR Tangerang-Jakarta.

Endang Kusumaningsih, lahir di Jakarta 25 Maret 1953. Menyelesaikanpendidikan S1 untuk Musikologi dan D4 untuk piano dari Jurusan Musik FakultasSeni Pertunjukan Institut Kesenian Jakarta. Lulus S2 untuk Teknologi Pendidikandari Universitas Negeri Jakarta tahun 2005. Saat ini menjabat sebagai dosentetap di Jurusan Musik FSP – IKJ, menjadi pembimbing akademik dan KetuaProgram Studi S1. Aktif dalam melayani berbagai kegiatan musik rohaniKristiani baik dalam lingkungan GMAHK ataupun luar GMAHK hingga di kegiatannasional, baik sebagai musisi, pelatih, koordinator musik dan juri. Mulai tahun2000 hingga kini menjabat sebagai ketua komisi pendidikan dan pelatihanmusik GMAHK se-DKI dan anggota Departemen Musik GMAHK seuni IndonesiaKawasan Barat.

Henry Sumurung Octavian, SE., MM., lahir di Bogor, 13 Oktober 1973.Lulus sarjana tahun 1999 dari Fakultas Ekonomi UNPAR Bandung. Memiliki

Page 163: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

156 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 /Th.IV/Desember 2005

Keterangan Mengenai Penulis

pengalaman kerja di bidang media, pemasaran dan trainer. Menjabat sebagaiwakil kepala cabang di sebuah perusahaan jasa publik sebelum menyelesaikanpendidikan S2 Program Pendidikan Magister Manajemen IPB Bogor tahun 2004.Sejak tahun ajaran 2004/2005 sebagai Kepala SMA BPK PENABUR Bogor.

Drs. Hotben Situmorang, M.B.A., lahir di Toba, Sumatera Utara, 23 April1961. Menyelesaikan S1 di IKIP Jakarta, Jurusan Pendidikan Fisika (1985).Sambil menyelesaikan S1, guru di SMA Neg. 50 (1982), SMA Neg.31 (1983-1997) dan ikut mendirikan SMA PGRI 10. Guru dan pejabat Kepala SekolahIndonesia di Davao Philippines (1987-1994) sekaligus menyelesaikan S2 bidangBusiness Management di Ateneo de Davao Philippines (1994). Mengikuti Pro-gram Mission Studies di Overseas Ministries Study Centre, Connecticut USA(1994/1995). Menjadi konsultan Yakoma PGI dan dosen di UKI (1996). Bekerjadi BPK PENABUR sebagai Kepala Bidang Pengembangan (1997). CaretakerKepala SMK 2 BPK PENABUR ( 1996-2004). Saat ini sebagai Kepala Pengkajiandan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta.

Ira Yulianti Johan, lahir di Bandung, 14 Juli 1994. Saat ini sekolah di SDTaman Holis Indah BPK PENABUR Bandung. Prestasi: Juara III Lomba AritmatikaInternasional Taiwan (Tingkat 7); Juara III Fotogenik di Hotel Preanger Bandung;Juara I Fotogenik se-Jawa Barat dari Majalah Diba; Juara I Lomba NyanyiYayasan Kanker RRI Bandung, Juara I Lomba Nyanyi AFRI (Akademi FantasiRohani) di GBI Mutiara.

Jeffry Kurniawan, lahir di Bandung, 6 Juni 1988. Saat ini siswa kelas 3 IPASMA BPK PENABUR Tasikmalaya. Prestasi: Mantan ketua OSIS; Juara I LombaCepat Tepat Matematika UNSIL 2005 se Jawa Barat; Juara harapan I LombaCepat Tepat Matematika tingkat Priangan Timur tahun 2004; SemifinalisKompetisi Matematika UNPAR 2005, semifinalis Cerdas Tangkas MatematikaUPI tahun 2005; Juara III siswa teladan tingkat kota Tasikmalaya; FinalisLomba Gitar Clasic/Pop se Priangan Timur. Aktif di Komisi Remaja GKITasikmalaya.

Judha Semal Irianto Sinulingga, S.Th., lahir di Pematang Siantar tahun1976. Menghabiskan masa kecil dan remaja di kota Medan. Menyelesaikanpendidikan S1 Jurusan Teologi dari Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakartapada tahun 2000, dengan judul skripsi Pemikiran Erich Fromm tentang KodratManusia. Saat ini bekerja sebagai staf pada bagian Layanan Siswa BPKPENABUR.

Page 164: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

157 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 /Th.IV/Desember 2005

Juniart Fransiskus Samosir, lahir 9 Juni 1962, lulus Sarjana FMIPA JurusanMatematika dari IKIP Sanata Dharma Yogyakarta tahun 1986. Mulai tahun1987 menjadi guru Matematika di SMA BPK PENABUR Tasikmalaya. Aktif jugamengajar di Bimbingan Belajar Ganesa Operation. Sejak tahun 1996 bekerjasebagai Kepala SMA BPK PENABUR Tasikmalaya sampai sekarang.

Muksin Wijaya ,M.Pd.,M.M., lahir di Bandung, 25 Juli 1971. MenyelesaikanProgram Magister Manajemen di Universitas Katolik Parahyangan Bandungdengan konsentrasi Pengembangan Sumber Daya Manusia, kemudianmenyelesaikan Program Magister Pendidikan di Universitas PendidikanIndonesia dengan konsentrasi Teknologi Pendidikan. Sejak Tahun 1994 mulaimenggeluti dunia pendidikan sebagai guru di beberapa SMP dan SMA swastaKristen-Katolik di Bandung. Saat ini selain sebagai dosen luar biasa di SekolahTinggi Informatika dan Manajemen di Bandung juga tenaga tetap kependidikansebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Program Pendidikan BPK PENABURBandung.

Livie Tamariska, lahir di Bandung, 15 September 1995. Saat ini sekolah diSDK Taman Holis Indah BPK PENABUR Bandung. Prestasi: Karya TerpilihMenggambar ( mendapat sertifikat ) dari ASEAN; Polandia dan Bangladesh;Juara II menyanyi se-Kota Bandung; Juara I Lomba Menyanyi di Gereja GerakanPentakosta ( GPP ) Shalom; Juara II Lomba Menggambar di GGP Shalom.

Petrus Trimantara, S.Pd., lahir di Klaten, 20 Oktober 1972. Menyelesaikanpendidikan menengah atas di SMA Kolese De Britto Yogyakarta (1992) JurusanIlmu Biologi (A2). Menyelesaikan S1 di Universitas Sanata Darma YogyakartaJurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (1998). Bekerja di BPKPENABUR Bandung sejak tahun 1998 sebagai gurur Bahasa Indonesia diSMA 2 BPK PENABUR Bandung.

Piping Sugiharti, S.Pd, lahir di Karawang, 17 Desember 1973, menyelesaikanS1 Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP BANDUNG tahun 1998. Guru matapelajaran Fisika di SMP (Plus) Kristen Paulus Bandung Tahun 1997-1998, dandiSMP BPK PENABUR Cimahi Tahun 2001 sampai sekarang dan tahun 2004disamping sebagai guru Kimia.

Priska Ivena, lahir Bandung, 22 Februari 1994. Saat ini sekolah di SDKTaman Holis Indah BPK PENABUR Bandung. Prestasi: Medali perak dari Jepang( seni lukis ); Medali perak dari Jepang (seni cetak); Juara I lomba menggambarGGP Shalom Semar; Juara I mewarna jenjang TK tahun 2000 dalam rangkaHUT ke-50 BPK PENABUR.

Page 165: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Untuk kepentingan penerbitan Jurnal ini, maka untuk beberapa naskah dilakukan penyuntingan tanpa mengubah keaslian gagasan serta gaya penyajian

158 Jurnal Pendidikan Penabur - No.05 /Th.IV/Desember 2005

Keterangan Mengenai Penulis

P. Slamet Widodo, lahir di Bantul, Yogyakarta, 31 Mei 1961. Pendidikan SDdan SMP ditempuh di Bantul. Pendidikan menengah atas diselesaian diSeminari Menengah Mertoyudan Magelang. Memperoleh ijazah S1 bidangBahasa dan Sastra Indonesia dengan mata kuliah minor Pendidikan MoralPancasila (PMP) diperoleh di IKIP Sanata Darma Yogyakarta tahun 1986. Usaimenyelesaikan S1, langsung mengajar di SMEA Katolik Yos Sudarso Rembangselama satu tahun dan selama dua tahun mengajar di Yayasan Salib Suci diKuningan Jawa Barat. Sejak tahun 1989 menjadi guru tetap dan membinamata pelajaran Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia di SMP BPK PENABURTasikmalaya sampai sekarang. Di sela-sela kesibukan sebagai guru, aktif dalamkegiatan gereja, dan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)Kewarganegaraan di Tasikmalaya.

Ricky Kurniawan, lahir di Tasikmalaya, 7 Juni 1988. Saat ini siswa kelas 3IPS1 BPK PENABUR Tasikmalaya. Menguasai alat musik drum. Sebagai mantanpengurus OSIS juga menekuni kegiatan basket dan renang.

Steffi Agatha, lahir di Tasikmalaya, 9 Agustus 1988. Saat ini siswa kelas 3IPS1 SMA BPK PENABUR Tasikmalaya. Prestasi: Ketika kelas 2 mendudukiperingkat 3 di kelas.

Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc., lahir di Pacitan 21 Maret 1934, GuruBesar Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Alumnus FKIPUniversitas Airlangga, Surabaya, untuk program S1 dan untuk pendidikanlanjutan dari Syracuse University, N.Y. Amerika Serikat dalam keahlianAudiovisual Communication dengan gelar Master of Science (Education), sertadari IKIP Malang untuk program doktor (1985) di bidang Teknologi Pendidikan.Mengikuti program penyegaran dan seminar internasional di berbagai negara,khususnya di bidang Teknologi Pendidikan. Di samping memilik pengalamansebagai birokrat dengan berbagai jabatan di lingkungan DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, sampai sekarang aktif menulis karya ilmiah dansebagai guru besar di berbagai perguruan tinggi antara lain di Program PascaSarjana UNJ, UNIMED, UNILA,UNMUL, dan UNNES.