· diterbitkan oleh: badan pendidikan kristen penabur (bpk penabur) i s s n : 1412-2588 jurnal...

122

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

74 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan
Page 2:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakaisebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung JawabIr. Suwandi Supatra, MT.

Pemimpin RedaksiProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang

Dewan EditorProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.Dr. Elika Dwi Murwani, M.M.

Etiwati, S.Pd., M.M.Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

Alamat Redaksi :Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470

Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968http://www.bpkpenabur.or.id

E-mail : [email protected]

Page 3:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

iJurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Jurnal Pendidikan PenaburNomor 26/Tahun ke-15/Juni 2016

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi, i

Pengantar Redaksi, ii - v

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Emosional dan Kognitif Anak Usia 4,5 Tahun,Felucia Hendriette E.P., 1-9

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia pada Koran Daerah, Yohanes Paiman, 10-27

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card, Hilda Karli, 28-50

Penggunaan Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Prosedur,Sakila, 51-68

Taking Learning to Task, Strategi Pembelajaran Orang Dewasa, Yuli Kwartolo, 69-81

Memaknai Dosa melalui Pendidikan Kristiani, Paulus Eko Kristianto, 82-94

Isu Mutakhir: Kegiatan Bermain: Sarana Mengembangkan Potensi Anak, Mudarwan, 95-102

Resensi buku: Anak, Sang Peniru Andal, Inge Pudjiastuti Adywibowo, 103-107

Profil BPK PENABUR Bandar Lampung, Reno Delison Bakkara, 108-114

Page 4:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Pengantar Redaksi

ebagai mahluk sosial, manusia menggunakan bahasasebagai alat untuk berkomunikasi satu sama lain. Seseorangmenyampaikan pikiran atau perasaannya denganmenggunakan bahasa dalam ragam lisan atau tertulis.

Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki kaidah yang mengatursusunan kata dan kalimat sehingga pesan atau gagasan yang ingindisampaikan dapat dipahami oleh orang lain yang menggunakanbahasa yang sama. Setiap bahasa memiliki kaidah sendiri walaupundalam rumpun bahasa tertentu kemungkinan ada kesamaan satu samalain misalnya, antara bahasa Indonesia dengan bahasa Malaysia,bahasa Jerman dengan bahasa Belanda.

Dalam ragam bahasa tulisan kaidah bahasa termasuk ejaan yangmencakup pembentukan kata/istilah, penulisan kata, penggunaanhuruf besar dan kecil, penggunaan tanda baca, penyusunan katadalam kalimat, penyusunan kalimat dalam paragraf, dan penyusunanparagraf dalam satu wacana. Sedangkan dalam ragam bahasa lisan,kaidah bahasa termasuk cara mengucapkan huruf dan kata sertaintonasi. Penggunaan kaidah bahasa secara benar mempengaruhiefektivitas komunikasi dalam arti semakin baik menggunakan kaidahbahasa, semakin tepat tujuan komunikasi tercapai. Sebaliknya,semakin banyak kesalahan kaidah bahasa dipergunakan, semakinbesar kemungkinan terjadi distorsi dalam berkomunikasi sehinggapesan yang disampaikan salah dipahami atau terjadi kesalahpahaman.

Sungguhpun pada dasarnya terdapat kesamaan kaidah dalambahasa ragam lisan dan tulisan akan tetapi ada perbedaan dalampenggunaan kata dan kalimat. Misalnya, terdapat kata atau frasetertentu dalam bahasa lisan biasa dipergunakan tetapi dalam bahasatertulis tidak lazim. Dalam bahasa lisan sering juga unsur-unsurkalimat tidak dipakai secara lengkap, tetapi pesan yang disampaikandipahami dengan baik oleh pihak lain. Bahkan kalau menggunakansusunan kata yang lengkap, komunikasi itu terkesan kaku dan tidakefisien. Misalnya, untuk mengajak teman akrab kita makan siang, kitamengatakan, “ Makan yuk!” Kemudian, teman itu menjawab, “Belumlapar”. Komunikasi terjadi dengan baik, walaupun ajakan danjawaban itu tidak menggunakan unsur kalimat yang lengkap.

Dalam bahasa tertulis, kaidah bahasa seyogianya dipergunakansecara benar dan konsisten. Oleh karena itu, orang yang menggunakanbahasa tertulis hendaknya memahami kaidah bahasa yang ia gunakanuntuk menghindari kesalahpahaman pembaca. Apalagi,berkomunikasi secara tertulis tidak dibantu dengan intonasi atauekspresi wajah yang dapat memperjelas pesan. Ketaatazasanmenggunakan kaidah bahasa dalam tulisan ilmiah sangat diperlukanagar kebenaran yang hendak disampaikan dapat dipahami danditerima secara tepat oleh pembacanya.

S

Page 5:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

iiiJurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Di samping sebagai alat komunikasi, bahasa juga merupakan alatberpikir. Manusia mengalami kesulitan berpikir tanpa menggunakanbahasa, matematika dan logika. Proses berpikir menggunakan bahasadan penguasaan bahasa yang baik membantu kelancaran berpikir yanghasilnya kemudian dikomunikasikan dalam ragam bahasa lisan atautertulis. Penggunaan bahasa yang kacau mencerminkan penalaran danpikiran yang kacau juga.

Bahasa juga dapat dijadikan salah satu penciri kepribadiaanseseorang. Kesantunan dapat dilihat dari pilihan dan susunan katayang dipergunakan. Oleh karena itu, sejak kecil anak dibiasakanmendengar dan menggunakan kata dan ungkapan yang sopan. Merekadijauhkan dari penggunaan kata atau ungkapan kasar dan tidak pantasagar mereka tidak menirunya. Tidak jarang anak dianggap tidak sopanatau ‘kurang ajar’ karena mengucapkan kata atau ungkapan yang tidakpantas. Sebaliknya, anak dianggap baik dan ‘manis’ dari tutur katanya.Di balik itu semua, orang tua dan lingkungan hendaknya peka terhadap‘keunggulan’ anak dalam meniru prilaku orang sekitarnya,sebagaimana dikemukakan dalam buku Anak, Peniru yang Andal yangresensinya dimuat dalam Jurnal ini. Kepekaan anak terhadaplingkungannya juga tergambar pada hasil penelitian Pengaruh Pola AsuhTerhadap Perkembangan Emosional dan Kognitif Anak yang memberikansaran antara lain agar orang tua hati-hati dalam mengasuh anaknya,termasuk menggunakan bahasa kepada anak.

Penguasaan bahasa sebagai alat komunikasi dan alat berpikirsangat penting dalam kehidupan sosial dan merupakan salah satualasan kuat, pelajaran bahasa diberikan di lembaga pendidikan mulaidari pendidikan usia dini sampai pendidikan tinggi. Walaupundemikian, berbagai kesalahan penggunaan kaidah bahasa masih seringditemukan. Sebagai contoh, dalam makalah mahasiswa S1, S2, dan S3masih terdapat banyak kesalahan penggunaan kata ‘di’ sebagai katadepan dan kata awalan. Penulisan ‘diatas’, ‘disamping’, dan ‘ditunjuk’, ‘di terima’ masih saja terdapat pada tulisan mahasiswa. Lebihmemprihatinkan lagi, di antara mahasiswa yang membuat kesalahanitu adalah berprofesi sebagai guru atau dosen.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaantelah mengatur penggunaan ejaan bahasa Indonesia dan tata bahasabaku bahasa Indonesia yang disempurnakan secara berkala. Juga untukmembantu menggunakan bahasa Indonesia secara benar telahditerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Bahasa.Sosialisasi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar jugatelah lama dilakukan oleh Pusat Pembinaan Bahasa (yang sekarangmenjadi Badan Bahasa). Akan tetapi, sampai sekarang kesalahanpenggunaan kaidah bahasa Indonesia masih saja terjadi. Lebih jauhlagi, dengan berkembangnya penggunaan pesan singkat melalui telpongenggam, penggunaan bahasa Indonesia seakan-akan lepas kontrol.Banyak kata dan kalimat disingkat tanpa aturan dan mengabaikankaidah bahasa. Penggunaan kata asing semakin semarak di kalanganpengembang dan pengusaha lainnya. Kata asing itu dianggap dapat

Page 6:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

meningkatkan gengsi dan citra produk mereka serta menarik minatcalon pembeli.

Media massa seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisidiharapkan dapat dijadikan teladan dalam menggunakan bahasa yangbaik dan benar. Sejumlah media massa sudah menyadari peranannyadalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, tetapi hasilpenelitian koran daerah yang dimuat dalam Jurnal ini, dengan judulKesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Koran Daerah, menunjukkanberbagai kesalahan penggunaan kaidah bahasa Indonesia ditemukan.Tanpa disadari oleh pengelola, media massa mereka menyebarkankesalahan penggunaan kaidah bahasa kepada masyarakat yang jugatidak mengetahui kesalahan itu dan mungkin menirunya. Dalamkeadaan demikian, media massa menjadi penyebar virus kesalahanberbahasa, bukan menjadi pembina penggunaan bahasa yang baik danbenar.

Sejak usia dini anak belajar bahasa mulai dengan mendengar,meniru, dan menggunakannya secara benar. Sebelum memasukilembaga pendidikan, anak sudah memiliki kemampuan berbahasawalaupun masih sederhana. Lembaga pendidikan mengembangkankemampuan berbahasa anak dengan memperkaya kosa kata danmenyusun kalimat menggunakan kaidah bahasa yang baku. Berbagaipendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran dikembangkanuntuk memudahkan anak belajar serta meningkatkan kemampuanberbahasanya. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia,khususnya dalam menulis teks prosedur, Jurnal ini memuatpengalaman seorang guru menggunakan bekas pembungkus makanansebagai sumber belajar. Dalam tulisan berjudul Penggunaan GambarBerseri Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Prosedur, penulismendeskripsikan bagaimana media sederhana dapat dijadikan sumberbelajar yang relatif murah tetapi efektif meningkatkan kemampuan anakdalam menulis teks prosedur.

Pemerintah dan masyarakat Indonesia sesungguhnya belum puasdengan mutu sumber daya manusia yang dihasilkan melalui jalurpendidikan. Indeks prestasi siswa dan mahasiswa dalam berbagaibidang masih kalah bersaing di tingkat internasional. Oleh karena itu,upaya untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran terusmenerus ditingkat dengan berbagai cara yang antara lain ialah denganmenyempurnakan kurikulum, meningkatkan mutu pendidik dantenaga kependidikan, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan.Di samping itu, manajemen sekolah juga ditingkatkan yang antara lainmenggunakan metode Balance Score Card seperti diungkapkan dalamtulisan Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card.

Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antarapeserta didik dengan sumber belajar untuk mencapai tujuan yangditetapkan. Pendekatan, strategi, metode, dan cara yang dipergunakanharus berorientasi kepada peserta didik dalam arti antara lainkarakteristik peserta didik harus diperhatikan dalam menentukantujuan, bahan, dan strategi pembelajaran. Akan tetapi belakangan inikarakteristik peserta didik, khususnya di Taman Kanak-Kanak kurang

Page 7:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

vJurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

diutamakan sebagaimana dibahas dalam isu mutakhir dengan judulAnak-Anak dan Kegiatan Bermain.

Kurikulum 2013 yang diterapkan secara bertahap mulai tahunpelajaran 2013/2014 bertujuan meningkatkan mutu proses dan hasilpendidikan dengan memberikan penekanan pada pendidikan karakter.Manusia Indonesia yang dihasilkan melalui pendidikan diharapkantidak hanya unggul dalam kognitif dan psikomotorik saja, tetapi jugamemiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutbangsa Indonesia. Di samping pendidikan karakter dilakukan melaluisetiap kegiatan pendidikan di sekolah dan luar sekolah, pendidikanagama di sekolah memegang peranan penting. Salah satu penyebabtercederainya kepribadian adalah dosa yang membuat manusiamenderita ketika masih hidup dan sesudah meninggal. Bagaimanamemaknai dosa itu secara benar sehingga terhindar darinya, Jurnal inimemuat tulisan dengan judul Memaknai Dosa melalui PendidikanKristiani Transformatif.

Jurnal Pendidikan Penabur No 26 Tahun ke 15 ini dilengkapidengan profil BPK PENABUR Bandar Lampung yang secara umummemperoleh kemajuan yang cukup menggembirakan dan diharapkanterus berkembang di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat.Semangat kristiani diharapkan menguatkan motivasi pendidik dantenaga kependidikan di BPK PENABUR Bandar Lampung untuk tetaptekun memberikan pelayanan kasih melalui kegiatan pendidikan danikut berperan serta dalam mencerdaskan bangsa. Selamat bekerja.

Redaksi

Page 8:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

1Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan Emosionaldan Kognitif Anak Usia 4,5 Tahun

Felucia Hendriette E.P.E-mail: [email protected]

Bagian Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta

Penelitian

PAbstrak

enelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pola pengasuhan terhadap perkembanganemosional dan kognitif anak. Menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif denganpendekatan studi kasus yang difokuskan pada seorang anak usia 4,5 tahun yang berbakatsekaligus mengalami masalah emosional. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai

Maret 2016 di sekolah TKK 6 PENABUR di Jakarta Utara. Data dikumpulkan dengan menggunakanalat ukur wawancara guru dan orangtua, observasi langsung, studi dokumen (buku anekdot, hasilnilai rapot anak dan portofolio). Dianalisis dengan interactive model dan keabsahan data dilakukandengan triangulasi sumber data. Hasil penelitian menunjukkan pola asuh dalam keluargamempengaruhi perkembangan emosional dan perkembangan kognitif anak.

Kata-kata kunci: perkembangan emosional, perkembangan kognitif, pola asuh

Effects of Parenting Style on the Emotional and Cognitive Development of 4.5 Years Old Child

Abstract

The purpose of this researh is to identify the role of parenting style on child’s emotional and cognitivedevelopment. As a case study, qualitative descriptive method was employed and focuced on a gifted child of4.5 years old who had emotional problem. Taking place in TKK 6 PENABUR in Jakarta, the research wasconducted in Feberuary and March 2016. The data collected by interviewing the teachers and the parents,direct observation, and document study were analyzed with interactive model and validated with triangulationtechnique. The findings indicate parenting styles in the family influence both emotional development andcognitive development of a child.

Keywords: emotional development, cognitive development, parenting

Page 9:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

Pendahuluan

Pendidikan sangat penting bagi perkembanganmasyarakat. Semakin berpendidikan rakyatdalam suatu masyarakat, semakin beradab danbaik kedisiplinan masyarakatnya. Dalam hal ini,keluarga memiliki tanggung jawab untukmembuat anak mereka menjadi anggotamasyarakat yang produktif. Semakin banyakorang tua terlibat dalam proses menyampaikanpendidikan untuk anak mereka, semakin banyakanak mungkin unggul dalam karir akademikmereka dan menjadi anggota yang produktif danbertanggung jawab dalam masyarakat. Prestasiakademik siswa tidak hanya tergantung padakualitas sekolah dan guru, tetapi keterlibatanorang tua, dalam hal ini pola pengasuhannya,juga memiliki peran penting dalam prestasibelajar dan pembentukan karakter yang baik bagianak mereka.

Anak bukanlahorang dewasa da-lam ukuran kecil.Oleh sebab itu, anakharus diperlakukansesuai dengan tahapperkem-bangannya.Hanya saja, dalampraktik pendidikansehari-hari, tidakselalu demikianyang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkanbetapa para orang tua dan masyarakat padaumumnya memperlakukan anak tidak sesuaidengan tingkat perkembangannya. Di dalamkeluarga, orang tua sering memaksakankeinginannya sesuai kehendaknya, di sekolahguru sering memberikan tekanan tidak sesuaidengan tahap perkembangan anak, di berbagaimedia cetak/elektronika tekanan ini lebih tidakterbatas lagi, bahkan cenderung ekstrim(Sriheriyanti, 2010).

Tekanan yang dialami anak masaprasekolah untuk belajar, baik oleh orangtuamaupun guru di sekolah, dapat mempengaruhiperkembangan emosionalnya, seperti yangdiungkapkan oleh Hurlock (1992: 241) bahwaketegangan yang terus menerus, jadwal yang

ketat, dan terlalu banyak pengalamanmenggelisahkan yang merangsang anak secaraberlebihan akan menimbulkan emosionalitasyang meninggi pada anak.

Selain itu Hurlock (1992, 211) jugamengungkapkan, emosi dapat mempengaruhiaktivitas mental, karena kegiatan mental sepertikonsentrasi, pengingatan, penalaran, dan lain-lain sangat mudah dipengaruhi oleh emosi yangkuat. Anak menghasilkan prestasi di bawahkemampuan intelektualnya apabila emosinyaterganggu. Demikian juga, anak yang memilikikecerdasan tinggi tetapi tidak diikuti denganpengendalian emosi yang baik akanmenimbulkan gangguan perkembangan kognitifdan mempengaruhi kehidupan pribadi dansosial anak .

Di sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak didaerah Jakarta Utara, di kelas TK A ditemukanseorang anak laki-laki berinisial “G”berusia 4,5

tahun yang lincahdan aktif. Daripenampilannyaterlihat ia seoranganak yang perca-ya diri, sehat dandiasuh denganbaik. Akan tetapisetelah berbicaradengan gurunya,ada sesuatu halyang menarik

tentang anak ini, terutama mengenai kemam-puannya menyerap pelajaran dan sikap emosio-nalnya di kelas.

Dari hasil observasi guru selama di kelasdan nilai di rapot semester satu yang diperoleh,“G” yang tergolong anak yang cerdas danpandai, ia memperoleh 4 tanda bintang untukaspek kognitif, bahasa, dan psikomotorik (halusdan kasar). Bintang empat menandakan bahwaanak masuk dalam kategori penilaianBerkembang Sangat Baik (BSB). Penilaian BSBsudah didapatnya sejak ia masih di kelasKelompok Bermain. Mengenai perkembangankognitifnya, “G” sudah dapat mengucapkanangka (membilang) dan mengenal angka sampai100. Ia selalu menyelesaikan tugas pelajarankognitif lebih cepat dari temannya terutama

Tekanan yang dialami anakmasa prasekolah untuk belajar,

baik oleh orangtua maupun guru di sekolah, dapat

mempengaruhi perkembanganemosionalnya.

Page 10:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

3Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

untuk konsep bilangan dan sudah dapatmengonsep bilangan lebih dari 15. Juga dapatmenyusun puzzle 12 potong dengan cepat. Halyang menarik terjadi ketika dites gurunya dalampercobaan air dalam gelas dipindahkan kedalammangkuk, seperti percobaan dalam teori kognitifPiaget. Anak lain mengatakan, jumlah air lebihbanyak di gelas bukan di mangkuk, tetapimenurut “G” jumlah air di dalam gelas danmangkuk adalah sama banyak. Pemikiran ini,apabila dikaitkan dengan usia anak menurutteori Piaget, seharusnya sudah masuk dalamtahap operasional konkret (usia 7 atau 8 tahun).Dari pengamatan di kelas oleh gurunya jugahasil laporan orangtuanya pada saatpenerimaan rapor, “G” di rumah juga dengancepat dapat menyelesaikan permainan puzzlepada tingkat tinggi sehingga dapat dikatego-rikan “G” adalah anak “gifted” (berbakat).Pengamatan lain yang terjadi di kelas apabilaguru akan memulai pelajarannya, “G” akancepat-cepat duduk paling depan dan terlihatmenaruh minat yang besar saat guru menjelas-kan sesuatu, terutama saat pelajaran kognitif(matematika dan sain).

Permasalahan, yang ditemukan di dalamkelas berdasarkan observasi langsung daninformasi guru serta juga laporan orangtua dirumah, ialah “G” bermasalah dalampengendalian emosinya, antara lain, di sekolah:suka berteriak-teriak, tidak menerima tegurandengan alasan pembelaan diri, suka marah padateman, tidak mau mengalah (suka merebutmainan teman), tidak tertib saat berbaris (selalumerebut barisan teman di depannya), juga tidaktaat pada guru (tidak membereskan mainansetelah selesai bermain). Selain itu, emosionalitas“G” membuat ia cepat menjadi bosan sehinggasuka mengganggu temannya. Dan juga apabila“G” melihat temannya tidak bisa mengerjakantugas dengan baik maupun saat temannya tidakmengerti apa yang “G” mau, “G” tidak bisamengungkapkannya dan mengakibatkan diamenjadi marah-marah. Sedangkan laporan dariorangtua, “G” marah apabila ditegur, sulitmengikuti peraturan di rumah (salah satucontohnya ia selalu bermain air walaupunsudah dilarang).

Latar belakang keluarga “G” menunjukkan,“G” adalah anak pertama dari dua bersaudara,berasal dari keluarga menegah ke atas. Adiknya,perempuan berusia dua tahun lebih mudadarinya. Ibu sudah tidak bekerja sejak anakkedua lahir, sehingga pengasuhan anak ada dibawah ibu langsung (tidak ada pengasuh,hanya ada pembantu), sedangkan bapak bekerja.Pada saat “G” belum punya adik, ia diasuh olehseorang pengasuh untuk melatih kecerdasan-nya, ibu yang selalu melatihnya setelah ia pulangkantor. Sekarang dalam pengasuhan ibunya, ibumembatasi “G” menonton TV, hanya bolehnonton film anak-anak yang edukatif danmembaca buku. Ibu menyerahkan tanggung-jawab dan kemandirian sepenuhnya kepada“G” karena ibu harus mengurus adiknya yangmasih kecil. Ibu yang selalu menuntut dandisiplin membuat “G” menjadi anak yangtemperaman dan cenderung agresif (ada letupanemosi = temper tantrum), kalau marah sukaberteriak-teriak dan memukul sesuatu didekatnya. Ia juga memiliki kecemburuanterhadap adiknya.

Berdasarkan latar belakang yang telahdiuraikan di atas dapat diidentifikasi masalahsebagai berikut,pola asuh orangtua di rumahdapat mempengaruhi perkembangan emosionaldan perkembangan kognitif anak. MenurutHurlock, ada tiga jenis ekspresi emosi yangumum, yaitu takut, marah dan senang. Jenisemosi tersebut menunjukkan respon tertentuyang memungkinkan terjadinya perubahan padaperilaku anak. Emosi dapat berubah bukanhanya disebabkan adanya perubahan perasaan,tapi juga karena kondisi lingkungan yangdialami anak. Emosi juga dapat mempengaruhipenyesuaian pribadi dan sosial anak, antaralain melalui perubahan mimik wajah dan fisikyang menyertai emosi, mengomunikasikanperasaannya kepada orang lain dan mengenalberbagai jenis perasaan orang lain (Hurlock ,1992, 215).

Penelitian ini merumuskan 2 (dua) masalahberikut.1. Bagaimanakah pengaruh pola asuh

orangtua terhadap perkembanganemosional anak?

Page 11:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

2. Apakah pola asuh orangtua dapatmempengaruhi perkembangan kognitifanak?Sedangkan tujuan penelitian ini adalah

mengetahui peran pola asuh terhadapperkembangan emosional dan perkembangankognitif anak usia 4,5 tahun. Hasil penelitianini diharapkan dapat memberikan manfaatkepada guru dan orangtua. Guru dapat memper-oleh informasi dan pengetahuan mengenaihambatan emosional dan kognitif anak terutamayang disebabkan karena pola asuh dari orangtuadi rumah. Orangtua mendapat pengetahuantentang pola pengasuhan anak dan menum-buhkan sikap positif pada perkembanganemosional dan kognitif anak.

Melihat luasnya faktor-faktor yangmempengaruhi perkembangan emosional danperkembangan kognitif anak, maka padapenelitian ini akan dibatasi pada faktor polapengasuhan orangtua yang mempengaruhiperkembangan emosional dan perkembangankognitif anak.

Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian iniadalah metode penelitian kualitatif denganpendekatan studi kasus dimana difokuskanpada seorang siswa TK A berumur 4,5 tahunyang berbakat sekaligus mengalami masalahemosional. Metode kualitatif dengan pendekatanstudi kasus merupakan metode yang tepat untukmenangkap realitas dan menjelaskan mengenaipermasalahan emosional dan perkembangankognitif anak usia dini di sekolah. Studi kasusini akan didasarkan dari data-data yangdikumpulkan oleh peneliti.

Penelitian ini dilakukan di sekolah TKK 6PENABUR di Jakarta Utara yang merupakansekolah di dalam satu yayasan tempat penelitibekerja pada bulan Februari 2016 sampai Maret2016.

Salah satu komponen penting danmemegang peranan dalam penelitian kualitatifadalah memilih latar-belakang, dalam hal inidiartikan sebagai tempat kejadian ataulingkungan, dimana suatu kejadian atau

kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuanpenelitian.

Latar penelitian dilakukan di dalam ruangkelas, dimana peneliti mengamati anak “G”.Untuk wawancara dengan orang tua danobservasi guru, diperlukan ruangan yang tenangdan terjaga privasinya agar proses dapatberjalan lancar, wajar dan diperoleh hasil yangmaksimal. Karena keterbatasan waktu dankondisi yang tidak memungkinkan bagiorangtua untuk menerima tamu di rumah, makainterview kepada orangtua, khususnya ibudilakukan di sekolah pada saat menunggu anakdan menerima hasil rapor term 3 yang dilakukanoleh guru kelas.

Pada penelitian ini fokus ditujukan padafaktor pola asuh yang mempengaruhi emosionalanak usia 4,5 tahun. Penelitian ini jugamembahas mengenai faktor pengasuhanperkembangan kognitif yang terpantau darihasil observasi yang dilakukan oleh guru kelaspada lingkup perkembangan kognitif di sekolah.

Data dikumpulkan melalui observasipartisipatif dan observasi nonpartisipatif yangdisesuaikan dengan keadaan anak dan situasikelas pada saat observasi terjadi, wawancara danstudi dokumen (hasil rapot dan portofolio).Kemudian, data diolah dan dianalis mengacupada pertanyaan penelitian ini. Data yangdigunakan untuk menjawabnya adalah hasilwawancara guru, orang tua dan studidokumentasi melalui analisis sebab akibat.

Teknik analisis data ini menggunakanModel Miles and Huberman, interactive model,yaitu display, reduksi dan verifikasi data. Ujikeabsahan data yang diperoleh menggunakantriangulasi data. Triangulasi sumber datamenggunakan wawancara dengan orangtua danguru kelas juga salinan rapot dan portofolio(dokumentasi) (Sugiyono, 2008, 337-344).

Pada awal Februari 2016, penulis melaku-kan wawancara pada saat orang tua mengantaranaknya ke sekolah di pagi hari. Penulismelakukan wawancara terhadap guru kelas,selanjutnya penulis melakukan observasilangsung di dalam kelas untuk mengamati anakyang bersangkutan. Kemudian, penulis

Page 12:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

5Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

mengumpulkan setiap dokumen berupa hasilobservasi guru kelas, rapor, dan foto aktivitasdalam portofolio dan catatan anekdot yangdilakukan guru sesuai dengan standar sekolah.

Hasil dan Pembahasan

Pada awal pertemuan dilakukan wawancarakepada orangtua dan seorang guru kelas “G”yang berinisial A untuk mengetahui kondisiemosional “G” dengan pertanyaan mengenaiperilaku emosional anak yang paling menonjol(positif), dijawab oleh orangtua (OT): “G anakyang ceria dan cerdas, ia senang bereksplorasidengan benda-benda di sekitarnya di rumah”.Yang didukung oleh guru A: “G anak yang aktifdan cerdas, ia seorang anak yang mempunyaikeingintahuan yang besar “.

Untuk pertanyaan emosi negatif yangsering muncul, di jawab oleh OT: “G anak yangmandiri tetapi suka berteriak-teriak dan marahapabila ditegur dan suka melawan kalaudisuruh berhenti bermain air”. Sedangkan untukguru A pertanyaan ditambah dengan bagaimanamengendalikan perasaan saat menunggugiliran, guru A menjawab: “G selalu selesaiduluan dalam mengerjakan tugas yang diberikantetapi tidak sabaran dalam menunggu giliran,terutama saat berbaris. Dia selalu nyerobotbarisan teman di depannya, suka marah-marahdengan temannya dengan alasan yang tidakjelas”.

Pertanyaan terakhir tentang pengendaliandiri/perasaan, di jawab OT: “G tidak sabar,dalam melakukan sesuatu maunya cepat-cepat,suka teriak-teriak kalo keinginannya tidakterpenuhi”. Guru A menjawab: “G masih sukaberebut mainan temannya, tidak mau kalah samatemannya terutama dengan teman yang bernamaR, selalu bersaing. G selalu diingatkan untukmembereskan mainannya dan suka marah-marah sama teman yang tidak nurut sama G”.

Untuk pertanyaan penelitian yang pertama,bagaimana peran pola asuh terhadapperkembangan emosional anak, telah dilakukanwawancara kepada ibu dan guru kelas. Darihasil wawancara tersebut diperoleh hasil, polaasuh yang diterapkan kepada” G” adalah pola

asuh otoriter (authoritatian parenting) bersifatmembatasi dan menghukum. Hal ini diakuisendiri oleh ibu yang menjawab: “Saya memangterlalu menuntut dan keras sama G untuk bisamelakukan semuanya sendiri dan saya tidakmengijinkan dia nonton TV dan bermain gamestanpa pengawasan saya. Saya memberikebebasan untuk bermain komputer tapi untukyang edukatif saja, seperti bermain puzzle. Gsangat jago bermain games puzzle”. Sedangkanberdasarkan wawancara dengan guru A, yangmelaporkan hasil percakapan dengan OT saatpenerimaan rapot: “Memang OT, khususnyamami G, mengakui kalau dia sangat disiplin dankeras terhadap G. Dia tidak boleh nonton TVhanya boleh nonton film kartun anak yangedukatif, karena mami G mau mendidik anak-nya menjadi anak yang pintar dan berhasil”.

Orang tua yang otoriter mendesak anakuntuk mengikuti perintah mereka danmenghormati mereka (Diana Baumrin dalamSantrock, 2009, 100-101). Sejak kelahiran adiknya, dan setelah ibunya tidak bekerja lagi,pengasuhan anak 100% di bawah pengawasanibunya. Ayahnya bekerja dan pulang selalumalam hari. Ibu membatasi “G” untuk menontonTV, hanya boleh nonton film anak yang edukatifdan membaca buku. Ibu menyerahkan tanggungjawab dan kemandirian sepenuhnya kepada“G” karena ibu harus mengurus adiknya. Ibuyang selalu menuntut dan disiplin kerasmembuat “G” menjadi temperamental dancenderung agresif. Walaupun belum terbuktibahwa “G” mengalami positif temper tantrum tapidari sikap dan tingkah laku yang diperlihatkanterhadap emosinya, terlihat jelas bahwa “G”mengalami kurangnya pengendalian diri danperubahan tingkah laku, seperti yangdikemukakan oleh Gunarsa (2011, 146) yaitusikap yang menuntut dari orang tua dapatmenyebabkan anak merasa takut akankehilangan kasih sayang dari orangtuanya. Halini dapat mengakibatkan bermacam-macam halseperti timbulnya rasa rendah diri pada anak,dan gangguan tingkah laku. Selain itu sepertiyang dikatakan Elizabeth Hurlock (1992, 204)bahwa hampir semua orang tua mempunyaiambisi bagi anak mereka – seringkali sangattinggi sehingga tidak realistis. Bila anak tidak

Page 13:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

dapat memenuhi ambisi orang tua, anakcenderung bersikap bermusuhan, tidakbertanggung jawab dan berprestasi di bawahkemampuan. Didukung pula oleh pendapatGunarsah bahwa orang tua dalam mengasuhdan mendidik anaknya sangat dipengaruhi olehkeinginan atau ambisi dari orang tua itu sendiritanpa melihat kemampuan dari si anak. Sikapyang demikianlah yang dikatakan sebagai sikapmengharap yang berlebih dari orangtuaterhadap anaknya (Gunarsa, 2011, 145).

Tipe komunikasi salah antara G dan ibunyamenyebabkan suasana rumah penuh dengankata-kata amarah dan teriakan . Tipe ini terjadipada pola asuh yang otoriter. Orang tuabiasanya menuntut anak atau marah-marah jikatidak sesuai yang diharapkan, akibatnya anaktakut berbuat salah dan memilih jalan berbohongmenurut Rice (dalamVerauli dalam Eka et al,2008). Dilihat dari dimensi pola asuh orangtua,kondisi ini termasuk dalam dimensi demandingness menurut Baumrind (Nancy Darling,1999: 1) yaitu tuntutan orang tua kepada anakuntuk menjadikan satu ke seluruh keluarga,melalui tuntutan mereka, pengawasan, upayadisiplin dan kesediaan untuk menghadapi anakyang melanggar. Tuntutan orang tua yangekstrim cenderung menghambat tingkah lakusosial, kreativitas, inisiatif, dan fleksibilitasdalam pendekatan masalah pendidikanmaupun praktis.

Kemungkinan yang dapat terjadi dariemosionalitas yang timbul dari G di rumahadalah karena adanya kecemburuan terhadapadik barunya, dimana ibu lebih banyak mencu-rahkan perhatiannya untuk adiknya, sementara“G” dituntut sebagai seorang kakak yang harusbertanggung jawab dan menjadi panutan. Halini membuat “G” merasa tertekan dan jugamencoba mencari perhatian dengan tingkah lakuyang aneh atau berubah. Hal ini didukung olehpendapat Hurlock (1996, 229-230) tentanghubungan dengan para anggota keluarga, yaituhubungan yang tidak rukun dengan orangtuaatau saudara akan lebih banyak menimbulkankemarahan dan kecemburuan sehingga emosiini akan cenderung menguasai kehidupan anakdi rumah.

Sedangkan emosionalitas yang timbul dari“G” di dalam kelas karena apabila “G” inginmenggungkapkan sesuatu tetapi teman-temannya tidak mengerti atau tidak melakukanapa yang dia minta dan tidak sesuai denganekspektasi dia, dia akan marah besar danmemukul meja. Hal ini kemungkinan karenakecerdasan yang tinggi membuat “G” tidak bisamengungkapkan dengan baik apa yang iainginkan. Seperti yang dikatakan oleh EllenWinner (1996, dalam Santrock 2009, 284-285)dalam salah satu kriteria anak berbakat yaituadanya hasrat untuk menguasai. Anak berbakatselalu terdorong untuk memahami bidang dimana mereka mempunyai kemampuan yangtinggi. Mereka menampilkan minat yang intensdan berlebih serta kemampuan fokus padabidangnya. Selain itu, seperti yang dikemuka-kan oleh Hurlock (1996, 211) selain di rumah,sekolah maupun pada kelompok bermain emosianak juga mempengaruhi suasana psikologisyang terjadi, demikian juga sebaliknya. Anakyang temper tantrum menjengkelkan danmempermalukan orang lain, sehingga meng-ubah suasana psikologis kepada kemarahan dankebencian.

Untuk jawaban pertanyaan apakah pola asuhorang tua dapat mempengaruhi perkembangankognitif anak, terlihat dari hasil wawancaradengan guru serta orang tua dan studidokumentasi (hasil raport semester 2, term 3 danfoto portofolio pelajaran kognitif)

Data hasil studi dokumen terlihat dalamTabel 1 dan 2.

Tabel 1: Hasil Rapor Semester 2, Term 3

Hasil rapor term 3 Hasil

Perkembangan kognitif

Perkembangan Bahasa

Perkembangan Psiko-motorik

Definisi: BerkembangSangat Baik (BSB)

Page 14:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

7Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

Tabel 2: Subjek Pelajaran Kognitif

Hasil Raport Term 3 Hasil

Konsep angka:membilang 1-20, mengenal angka1-10 dengan manipulatif danworksheet

BSB

Mengenal bentuk:circle, triangle, square, rectangle

BSB

Mengenal warna:Warna-warna dasar (merah, kuning,biru, hijau)

BSB

Puzzle 12 keping BSB

Maze (mencari jalan keluar) BSB

Sains (membuat jurnal danmenceritakan percobaan yangdilakukan)

BSB

Konsep Pengukuran: BSB

Banyak bisa dihitung- banyak tidakbisa dihitung (much - many)Panjang - pendek (long-short)Tinggi - pendek (tall-small)

BSB

Gambar 1: Konsep Angka

Gambar 2: Konsep Geometri

Dari Table 1, terlihat bahwa G tidak adamasalah dalam bidang akademik di sekolah. Iadapat mengikuti semua pelajaran dengan baikdengan nilai tertinggi yaitu bintang 4 (BSB) padapengembangan kognitif, bahasa danpsikomotorik.

Demikian pula Table 2 menunjukkan, khu-sus untuk pengembangan kognitif, G memper-oleh hasil Berkembang Sangat Baik (BSB) untuksemua subjek pelajaran kognitif yang diberikan.

Gambar 1 tentang konsep angkamemperlihatkan, “G” mampu menyusun hurufdan meletakkan alat manipulatif sesuai denganjumlah angka yang ada dalam kartu angkadengan benar (angka 1 - 7), bahkan “G” dapatmenyusunnya sampai konsep angka 15.Sedangkan pada Gambar 2 tentang konsepgeometri, menunjukkan, “G” mampu menyusundan meletakkan gambar pola bentuk (lingkaran,

segitiga, persegi panjang, hati, persegi, oval) danwarna (merah, biru, kuning) yang sama dengantepat dan benar.

Hal ini menandakan, “G” sesuai denganperkembangan usianya mampu dan sangatberbakat dalam aspek pengembangan kognitif,bahkan bisa melebihi apa yang bisa diberikanguru, sehingga “G” selalu mendapatkan“pengayaan”, yaitu tambahan tugas yang lebihtinggi dari tugas yang diberikan . Hal iniberlawanan dengan teori yang mengatakanbahwa anak-anak yang mengalami pola asuhyang otoriter dimana orang tua terlalu menuntutdan sangat disiplin akan mempengaruhi prestasibelajar anak, karena berhubungan dengan nilaidiri yang takut salah dan cemas. Tetapi padakenyataannya “G” bisa melakukan semuanya

Page 15:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

dengan baik. Keadaan ini bisa terjadi karenaberdasarkan para peneliti yang menemukanbahwa pada beberapa kelompok etnis, aspek-aspek gaya pengasuhan otoriter diasosiasikandengan hasil yang lebih positif. Sebagai contoh,orang tua Asia sering mempraktekkan aspek-aspek mendidik secara tradisional yangterkadang dideskripsikan sebagai otoriter.Banyak orang tua Asia menggunakan banyakkendali atas kehidupan anak mereka. Prestasiakademis yang tinggi dari anak-anak Asiamungkin merupakan akibat dari “pelatihan”yang diberikan oleh orang tua mereka (Stevenson& Zusho, 2002 dalam Santrock, 2011, 102). Halini terlihat jelas dari pengakuan ibu “G”dalammendidik anaknya bahwa “G” lebih banyakmembaca buku dan menonton film edukatifuntuk anak dibandingkan menonton TV.

Didukung pula dari hasil penelitianErlanger A. Turner, Megan Chandler dan RobertW. Heffer tentang The Influence of Parenting Styles,Achievement Motivation, and Self-Efficacy onAcademic Performance in College Students (May/June2009), yang menguatkan hasil penelitiansebelumnya (misalnya, Strage & Brandt, 1991)yang menyimpulkan bahwa orangtua, yangmempunyai karakteristik seperti mendukungdan kehangatan, memainkan peran pentingdalam mempengaruhi kinerja akademik siswabahkan setelah memasuki perguruan tinggi.Studi sekarang menemukan, pola asuh otoritatifdiprediksi signifikan terhadap kinerja akademik,dan tidak ada hubungan yang ditemukan untukpola asuh permisif dan otoriter. Temuan jugadidukung penelitian sebelumnya berdasarkanSDT, yang menyatakan adanya hubunganantara siswa yang termotivasi secara intrinsikdengan kesuksesan akademis.

Terman (Monks-Nkoers, Haditono ,2006:246-247) menandaskan bahwa kemampuanintelektual yang tinggi hanya bisa menghasil-kan prestasi yang istimewa bila bekerja samadengan keteguhan, kepercayaan diri sertalingkungan yang positif. Sedangkan Sternmengemukakan bahwa kecerdasan tinggi dapatlayu bila anaknya sendiri acuh atau bilalingkungannya tidak bersikap mendorong.Kemauan kuat yang menyatakan dirinya dalamsikap rajin, ulet, sadar akan kewajiban, disiplin

diri, ambisi dan perhatian sosial adalah mutlakuntuk realisasi bakat yang baik itu.

Dengan prestasi yang sangat baik dari “G”walaupun pola asuh dalam keluarganya otoriterterutama dari ibunya yang mengawasi danmengajarinya langsung, tidak membuat “G”merasa rendah diri dalam kemampuankognitifnya. Ini bisa terjadi karena “G”mempunyai minat yang besar terhadap kognitifdan motivasi intrinsik dalam dirinya sendiri,sehingga hasil “gemblengan” atau kedisiplinanibunya membuat ia semakin memacu dirinyalebih baik lagi. Terbukti juga dari hasil observasidi kelas bahwa apabila pelajaran akan dimulai,ia akan cepat-cepat duduk paling depan danmendengarkan penjelasan guru dengan penuhkonsentrasi.

Simpulan

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasanyang diperoleh tentang pengaruh pola asuhorang tua terhadap perkembangan emosionaldan kognitif anak “G” berusia 4,5 tahun, dapatdiambil kesimpulan sebagai berikut.1. Pola asuh yang otoriter dengan banyak

tuntutan mempengaruhi perkembanganemosi anak. Anak menjadi emosional danmemiliki temperamen yang kurang baik(marah-marah dan berteriak-teriak tanpaada sebabnya bahkan melawan danmengganggu orang lain).

2. Pola asuh yang otoriter juga mempengaruhiperkembangan kognitif anak dalam hal inianak mengalami seperti “pelatihan “ untukmemacu mendapatkan hasil yang lebihbaik. Khusus untuk “G” kecerdasannyadidapat selain gemblengan dari orang tuaia juga mempunyai motivasi intrinsik(dalam dirinya) dan minat yang besarterhadap pelajaran matematika dan sain.

Saran1. Oleh karena pola asuh dari orang tua di

rumah sangat mempengaruhi perkembang-an emosional anak maka disarankan agarguru dapat membantu memberikan

Page 16:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

9Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perkembangan

stimulasi lingkungan belajar yang hangattanpa banyak tuntutan dan kreatif denganbanyak permainan sehingga anak merasanyaman saat belajar sekaligus dapatmenstimulasi perkembangan kognitif anak.

2. Memberikan pengarahan kepada orangtuamengenai pola asuh anak yang baik dalambentuk seminar orang tua pada hariPertemuan Orang Tua Murid di awalsemester tahun ajaran baru.

3. Penelitian mengenai pola asuh orang tuasangat menarik, dapat dijadikan bahanpenelitian lanjutan dan dikembangkan lagidengan banyak variabel dan diuji denganmetode penelitian kualitatif.

Daftar Pustaka

Eka, Sulistyorini dan Finta I.K, Siti A. Hubunganpola asuh orang tua terhadap perkembanganbicara dan bahasa pada anak usia 2 Tahundi Polindes Gempolan Kecamatan GurahKabupaten Kediri, Jurnal Kesehatan,Volume 6 no 1, Mei 2008

Erlanger A. Turner, Megan Chandler dan RobertW. Heffer tentang The Influence ofParenting Styles, Achievement Motivation,and Self-Efficacy on Academic Performancein College Students. Journal of CollegeStudent Development, Volume 50, Number3, May/June 2009, pp. 337-346 (article).

Published by The Johns Hopkins UniversityPress

Gunarsa, Singgih H dan Gunarsa, Yulia S.(2011). Perkembangan anak & remaja.Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hurlock, B. Elizabeth. (1992). Perkembangan anak.Jilid 2, Edisi 6. Penerbit Erlangga.

Hurlock, B. Elizabeth. (1996). Psikologiperkembangan (Edisi Kelima), Jakarta:Penerbit Erlangga

Monks, F.J. – A.M.P. Knoers and Haditono, S.R.(2006). Psikologi perkembangan pengantardalam berbagai-bagiannya. Jogjakarta:Gajah Mada University Press

Nancy Darling. (1999). Parenting style and itscorrelates. Journal ERIC DIGEST EDO-PS-99-3. Hlm 99

Santrock, John W. (2009). Psikologi pendidikan(Educational psychology). Buku 1. Edisi ke3. McGraw-Hill. Jakarta: SalembaHumanika

Santrock, John W. (2011). Masa perkembangan anak.Buku 2. Edisi ke 11. McGraw-Hill.Jakarta: Salemba Humanika

Sugiyono. (2008). Metode penelitian pendidikan:Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.Bandung: Penerbit Alfabeta

Sriheriyanti. Pendidikan anak usia dini. http://sriheriyanti.student.umm.ac.id /2010/01/22/pendidikan-anak-usia-dini/.Pendidikan Anak Usia Dini. Di akses 22Januari 2010

Page 17:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesiapada Koran Daerah

Yohanes PaimanE-mail: [email protected]

SMPK BPK PENABUR Cirebon

Penelitian

BAbstrak

adan Bahasa dan Balai Bahasa Indonesia serta lembaga-lembaga pendidikan melakukanpembinaan penggunaan bahasa Indonesia yang baku, baik, dan benar. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui bagaimana koran daerah di Cirebon menggunakan bahasaIndonesia sebagai bahasa nasional pada terbitannya. Penelitian yang termasuk deskriptif

evaluatif ini dilakukan di SMPK PENABUR Cirebon pada bulan Oktober 2015 lalu berkaitan denganperingatan Bulan Bahasa. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi penggunaan bahasaIndonesia di 6 (enam) Koran yang dipilih secara acak. Data diolah dan ditabulasi menggunakanstatistik sederhana. Hasil penelitian menunjukkan pada koran daerah di Cirebon masih terdapatcukup banyak kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai rubrik dengan berbagaitipe kesalahan. Disarankan pengelola koran daerah di Cirebon meningkatkan kemampuanberbahasa Indonesia anggota redaksi dan editornya sehingga koran juga dapat berfungsi sebagaipembina bahasa Indonesia yang efektif.

Kata-kata kunci: koran daerah, kesalahan berbahasa, rubrik, editor

Mistakes in Using Indonesian Language in Regional Newspaper

AbstractThe Language Institution and the House of Indonesian Language as well as education institutions carry outthe development of the use of standard, good and correct Indonesian language. This study aims to know howthe local newspapers in Cirebon use Indonesian language as national language in their publications. Thisevaluative descriptive study was carried out in SMPK PENABUR Cirebon in October 2015 coinciding withthe commemoration of Language Month. The data was collected by observing the use of Indonesian languagein 6 (six) newspapers which were chosen randomly. The data was processed and tabulated using simplestatistics. The result of the study shows that there are a number of mistakes in using Indonesian language inthe local newspapers in Cirebon, with various mistake types in various rubrics. It is suggested that the localnewspaper publishers in Cirebon develop the ability of the editors to use Indonesian language so that thenewspapers can also function as a media of developing effective Indonesian language.

Keywords: local newspaper, language usage mistake, rubric, editor

Page 18:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

11Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Pendahuluan

Sebagai makhluk hidup (individual maupunsosial), manusia perlu mengembangkan diriagar terus eksis dan perlu bersosialisasi denganlingkungan sekitar agar eksistensinya diakui,diterima, dan dihargai banyak pihak. Untukmewujudkan semua itu, manusia perluberkomunikasi internal maupun eksternal. Agarkeperluan ini terwujud, manusia perlumenguasai bahasa dan menggunakannyasecara intensif, positif, komunikatif, danproduktif. Dengan begitu bahasa telah berperanmenjadi alat komunikasi, perangkai, bahkanpemersatu warga masyarakat.

Di Indonesia, kebutuhan masyarakat akanbahasa sebagai alat komunikasi telah didukungoleh pemerintah republik ini. Sejak SumpahPemuda tanggal 28 Oktober 1928, BahasaIndonesia (semula bahasa Melayu) menjadibahasa pemersatu bangsa. Statusnya berangsur-angsur diperkuat seiring dengan kemajuan danperkembangan bangsa kita. Sejak kemerdekaanRepublik Indonesia dan berlakunya Undang-Undang Dasar Tahun 1945, statusnya resmimenjadi bahasa negara (UUD 1945 Bab XV pasal36; 2006: 9). Di sini bahasa Indonesia berperansebagai bahasa resmi negara dan sebagai bahasanasional, sekaligus menjadi alat komunikasinasional.

Bahasa, termasuk bahasa Indonesia,sebagai alat komunikasi sosial haruslahmemiliki dan memenuhi kriteria universalitasbagi pemakainya. Dengan demikian, bahasa itumenjadi bersifat komunikatif dan kontekstual.Untuk mewujudkan bahasa yang demikian,maka pemerintah telah dan terus intensifmelakukan berbagai pembinaan.

Pembinaan bahasa Indonesia sebagaibahasa negara, bahasa nasional, dan sebagaibahasa komunikasi nasional lisan maupun tulisdiperkuat dengan terbitnya buku rujukanpendukung seperti, Pedoman Umum EjaanBahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD),Pedoman Umum Pembentukan Istilah, BukuTatabahasa Baku Bahasa Indonesia, KamusUmum Bahasa Indonesia (KUBI), Kamus BesarBahasa Indonesia (KBBI), Kamus Akronim

Bahasa Indonesia, Kamus Sinonim BahasaIndonesia, dan Pedoman PengindonesiaanNama dan Kata Asing, disamping sejumlahbuku panduan berbahasa Indonesia yang baikdan benar yang diterbitkan oleh Pusat Bahasamaupun Balai Bahasa di tanah air ( Kosasih,2008 : 27 ).

Komunikasi bahasa tulis perlu mengguna-kan kaidah berbahasa yang baik dan benar agarsajian pesan dan informasi dapat berjalan efektif,tajam, dan komunikatif. Untuk itu, publikasitertulis perlu memenuhi kaidah bahasaIndonesia dalam komunikasi tertulis. Kaidah itumeliputi tepat diksi, tepat bentuk kata, tepat tatakalimat, memenuhi efektivitas-efisiensiberbahasa, tepat logika, tepat etika, tepat ejaandan tata tulis, bebas dari pengaruh bahasadaerah dan bahasa asing, padu paragraf danwacana.

Sadikin (2014: 63-65) menambahkan, bahwaefektivitas dan efisiensi kalimat/pernyataanditengarai oleh adanya unsur kesepadanan,kecermatan diski, kehematan, kelogisan,kesatuan dan kepaduan, keparalelan dankesejajaran, ketegasan pengungkapan gagasansang penulis.

Media masa, termasuk koran daerah,berperan secara kontinyu memasyarakatkaninformasi pembangunan dan hasilnya kepadawarga dan masyarakatnya. Untuk itu redakturkoran daerah wajib menggunakan bahasaIndonesia secara baik dan benar sebagai mediakomunikasi sosial pada koran yang diterbit-kannya. Sebagai mitra masyarakat, mereka jugaberperan memasyarakatkan penggunaanBahasa Indonesia secara baik dan benar. Merekaperlu menjadi pioner dan teladan pemberlakuanpenggunaan bahasa Indonesia secara baik danbenar.

Sikap dan niat baik menjadikan bahasaIndonesia semakin sempurna dipraktikkandalam operasi berbahasa warga masyarakatternyata masih perlu terus diperjuangkan danperlu komitmen tinggi warganya. Walaupunpanduan, aturan, bimbingan berbahasaIndonesia yang baik dan benar sudah serius danbanyak dipublikasikan, ternyata praktikberbahasa masyarakat masih mengandungbanyak kesalahan, jauh dari harapan Undang-

Page 19:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Undang maupun Peraturan Pemerintah. Iniditandai oleh banyaknya kesalahan praktikberbahasa masyarakat; baik dalam praktikberbahasa lisan maupun tulis. Kesalahanpraktik berbahasa tulis dapat kita cermati dantemukan pada media masa seperti koranterutama koran daerah.

Kesalahan berbahasa Indonesia korandaerah perlu diteliti, diidentifikasi, dianalisis,disusun rekomendasinya untuk disampaikan keseluruh redaktur koran daerah agar merekamemahami eksistensinya, mengubah danmembenahi kiprahnya, dan menjadi teladan bagimasyarakat dalam berbahasa Indonesia yangbaik dan benar. Dengan kiprah dan lintas kerjaseperti itu, kita telah turut mendorong perankoran daerah dalam menggunakan bahasaIndonesia yang baik dan benar, serta telah turutandil dalam membina bahasa Indonesia sebagaimedia komunikasi sosial.

Dalam kaitan memperingati bulan Bahasadan mencermati praktik berbahasa masyarakat,penulis mengajak siswa mengobservasi korandaerah yang terbit di kota Cirebon pada tanggal22-24 Oktober 2015, yang diperkirakan masihmelakukan kesalahan operasi/praktik berbaha-sa; baik disadari maupun tidak disadari. Darikoran daerah yang terbit tiga hari tersebut, siswadan penulis mencermati tiga rubrik berita (rubrikolah raga, ekonomi, dan lingkungan/iptek) padasetiap edisi korannya. Temuan itu penulisrumuskan dalam rumusan masalah berikut.

Rumusan MasalahDalam praktik berbahasa Indonesia wargamasyarakat, khususnya kru koran daerahCirebon, masih melakukan kesalahan berbahasaIndonesia yang cukup signifikan dan bervariasi.Kesalahan tersebut berkaitan dengan masalahtata tulis ejaan serapan kata asing maupundaerah, tata tulis ejaan (pemakaian huruf, bentukhuruf, tanda baca), bentuk kata, maupunefektivitas dan efisiensi berbahasa Indonesia.

Tujuan dan Manfaat PenelitianTujuan penelitian adalah (1) mengetahuibagaimana koran daerah Cirebon menerapkanpenggunaan bahasa Indonesia yang baik danbenar dalam terbitannya, (2) mengetahui

bagaimana koran daerah Cirebon melakukankesalahan berbahasa Indonesia dalampublikasinya, dan (3) variasi bentuk dan jeniskesalahan yang terjadi dan seberapa intenskesalahan itu dilakukan.

Selain itu, dalam kaitan penyelenggaraanlomba karya tulis ilmiah, penelitian ini ditujukanuntuk melatih siswa memiliki ketelitian dankecepatan dalam membaca koran, memilikiketajaman dalam menemukan keganjilan/kesalahan berbahasa koran, memiliki pulaketajaman merevisi/mengedit kesalahanberbahasa. Mereka juga diharapkan terampilmenemukan jenis kesalahan berbahasa koran,memiliki ketajaman dan kekritisan dalammengamati bahasa koran, memiliki kemampuanmembandingkan kondisi berbahasa antarakoran satu dan lainnya, memiliki kemampuanyang memadai, lancar, logis, tuntas dalammengemukakan pendapat dan gagasan melaluikarya tulis ilmiah, memiliki kecepatan membacamemindai/scanning, dan, memiliki kemampuanmenyusun laporan dan artikel yang bermanfaat.

Penulis sendiri, melalui kegiatan itu, berniatmelatih siswa secara intensif dalamketerampilan dan kompetensi membaca danmenulis. Penulis dapat mendeteksi seberapajauh kompetensi dan kualitas siswa dalammembaca dan menulis; sekaligus menjadikanmembaca sebagai awal dan modal untukmenulis, merancang program yang lebih tajamdan kritis untuk meningkatkan kualitasmembaca dan menulis siswa. Lebih lanjutmembandingkan tingkat, jumlah, variasikesalahan berbahasa aneka koran daerah yangditeliti dan melatih siswa melakukan revisikesalahan berbahasa yang ditemukan dalampembacaan koran.

Adapun manfaat penelitian ini adalahmenemukan jenis dan variasi kesalahanberbahasa Indonesia koran daerah untukdirekomendasikan kepada pengelola korandaerah, sehingga memberikan dampakperbaikan terbitan koran daerah pada masaselanjutnya. Karena penelitian ini melibatkansiswa, maka siswa menjadi terlatih daya kritisdan kreasinya dalam menemukan anekakesalahan berbahasa Indonesia koran daerahserta mampu menyusun laporan kinerjanya

Page 20:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

13Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

secara baik. Bagi guru/peneliti, dirinya dapatmendeteksi kemampuan meneliti siswa sertadapat membinanya lebih intensif.

Kajian Pustaka

Pada bagian ini penulis perlu menguraikanbeberapa konsep berkaitan dengan pelaksanaanlomba menulis karya tulis ilmiah dalamperingatan bulan bahasa di negeri ini, secarakhusus yang dilaksanakan di SMPK PENABURCirebon pada bulan Oktober 2015. Konseptermaksud berkaitan dengan masalah bulanbahasa, ragam bahasa koran, kegiatanmenyunting redaksi bahasa koran, membaca,dan koran daerah.

Bulan Bahasa : makna, kegiatan, dan tujuannyaDi Indonesia, bulan bahasa jatuh pada bulanOktober. Ini untuk mengenang lahirnya SumpahPemuda 28 Oktober 1928, yang selanjutnyadijadikan sebagai hari besar nasional (BadanPengembangan dan Pembinaan Bahasa/BP2B2011: 6). Sumpah yang mengikrarkan “PemudaIndonesia mengaku bertanah air satu, Tanah AirIndonesia; mengaku berbangsa satu, bangsaIndonesia; menjunjung bahasa persatuan,bahasa Indonesia.”

Selanjutnya, bulan Oktober dijadikan bulankhusus peringatan, pemberdayaan, refleksisekitar kemajuan, status, kiprah bahasaIndonesia sebagai bahasa negara maupunsebagai bahasa nasional, dan sebagai alatkomunikasi nasional. Bulan Oktober ditahbiskanmenjadi Bulan Bahasa bagi bangsa Indonesia.

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesiaberperan menjadi: bahasa resmi kenegaraan,bahasa pengantar di bidang pendidikan, bahasakomunikasi tingkat nasional, media pengem-bangan kebudayaan nasional, media transaksidan dokumentasi niaga, dan sebagai saranapengembangan dan pemanfaatan ilmu pengeta-huan, teknologi, seni, dan sebagai bahasa mediamassa. Sedangkan sebagai bahasa nasional,bahasa Indonesia berperan menjadi: simbol jatidiri bangsa/identitas nasional, lambangkebanggaan nasional, sarana/alat pemersatuberbagai suku bangsa, dan sebagai alat/sarana

komunikasi antardaerah dan antarbudayadaerah di Nusantara (BP2B 2011: 13).

Selama bulan itu, digalakkan anekakegiatan pembinaan, evaluasi, prospekpertumbuhan dan status bahasa Indonesia,melalui seminar, simposium, workshop, dandiskusi panel. Diadakan pula berbagai kegiatanpendukung, pemeriah Bulan Bahasa itu. Jugadigalakkan aneka kegiatan untuk meningkatkankompetensi menulis warga masyarakat,termasuk siswa, dengan kegiatan lomba menulis(puisi, artikel, karya tulis ilmiah, naskah drama,naskah pidato, naskah cerpen, dan sebagainya).Kegiatan lainnya adalah aneka lomba entertain,seperti: lomba lawak, lomba pidato lucu, lombastand up comedy, dan sebagainya.

Tujuan semua itu adalah, untuk membinadan mendinamiskan bahasa Indonesia, untukmemberikan warna pada perkembangan danstatus bahasa Indonesia, untuk mengakrabibahasa Indonesia sebagai alat komunikasinasional, serta untuk meningkatkan kualitasperan dan fungsi bahasa Indonesia, baik sebagaibahasa negara maupun sebagai bahasanasional. Di samping kualitas bahasanya, jugauntuk meningkatkan kualitas manusiapemiliknya/penggunanya, melalui berperandalam aneka kegiatan pemberdayaan bahasa.

Ragam Bahasa Koran/Jurnalistik : hemat kata/ekonomis, komunikatifKita mengenal empat ragam bahasa; yaitu ragambahasa ilmiah, sastra/literer, pergaulan, danjurnalistik/pers. Masing-masing memilikicirikhas dan karakternya. Ragam bahasajurnalistik/persuratkabaran antara lainmemiliki ciri seperti hemat kata, menyingkat katakerja pada judul berita, dan mengutip bahasaasing, mengutip bahasa daerah (Assegaff, 1985:69-70). Dari dan dalam kondisi ciri seperti itu,tampilan bahasa jurnalistik masih mampumenyajikan makna secara komunikatif.

Anwar (1991) dalam Bahasa Jurnalistik danKomposisi , menyatakan bahwa bahasajurnalistik adalah bahasa komunikasi masayang berfungsi sebagai pemberi informasikepada publik, atau, bahasa komunikasipengantar pemberitaan yang biasa digunakan

Page 21:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

media cetak dan elektronik. Untuk itu, bahasajurnalistik bercirikan ekonomis dan banyakmenggunakan kalimat aktif. Di luar keduapemahaman, Suhaemi dan Ruli Nasrullah (2009)dalam Bahasa Jurnalistik, menyatakan bahwabahasa jurnalistik/koran bercirikan: sederhana,singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik,demokratis, populis, logis, gramatikal, meng-hindari kata tutur, menghindari kata atau istilahasing, diksi tepat, mengutamakan kalimat aktif,dan menghindari istilah teknis.

Menyunting : Arti, tujuan, jenis, bentuk, tipekesalahan berbahasa, buku panduanmenyuntingKamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 977)mencatat, menyunting adalah menyiapkannaskah siap cetak atau siap untuk diterbitkandengan memperhatikan segi sistematikapenyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan,diksi, dan struktur); mengedit naskah. Langkahmenyunting adalah membaca naskah, menemu-kan kesalahan, memperbaiki kesalahan (denganmengubah, menambah, atau mengganti sesuatuyang dianggap ganjil) sehingga naskah menjadisempurna, siap cetak, dan siap edar.

Sementara itu, Kosasih (2008: 27) menjelas-kan, menyunting merupakan kegiatanmemeriksa tulisan sebelum dicetak/diperba-nyak agar diperoleh naskah tulisan yangsempurna dan terbebas dari kekeliruan, baikmasalah isi maupun bahasa tulisan itu. Sunting-an isi berkaitan dengan masalah kebenaran dankesesuaian bahasan topik dalam tulisan itu.Suntingan kebahasaan berkaitan dengan masa-lah ejaan, pilihan kata, penyusunan kalimat,pengembangan paragraf maupun wacana

Nurhadi (2007: 63-69) mencatat, sasaranmenyunting diarahkan kepada masalah/aspekpenggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata,kalimat efektif, kepaduan paragraf, kebulatanwacana pada teks. Ini untuk mendukung agarbaik isi maupun bahasa teks itu tersaji secarapadu, bulat, dan utuh, sehingga tidak menimbul-kan salah tafsir makna teks tersebut. Selanjutnya,penyuntingan naskah itu hendak mewujudkanbeberapa tujuan berikut. Untuk mengondisikanterbangunnya tafsiran makna yang tepat danefektif; untuk membangun naskah yang tepat

jeda, tepat klausa, tepat makna; untuk membang-un naskah yang siap cetak dan siap edar/terbit.

Di luar itu, Assegaff (1985: 70-71) mencatat,bahwa tujuan menyunting dalam duniajurnalistik adalah mencegah terjadinya anekakesalahan (ejaan, struktur kalimat, kesalahanfakta sajian, dan kesalahan struktur berita),menjaga masuknya hal yang tidak dikehendaki(masuknya unsur pendapat/opini,pengulangan yang membosankan dan mubazir,menjaga jangan sampai ada fakta tertinggal,menjaga masuknya iklan terselubung sebagaiberita, menjaga adanya kalimat yang dapatmencemarkan nama baik, menjaga masuknyaberita basi, menjaga masuknya berita bohong/palsu). Esensi tujuan menyunting adalahmenyuguhkan berita yang baik, benar, menarik,dan memperkaya pembaca/publik.

Maryati (2008: 73-75) menjelaskan, bahwamenyunting atau mengedit adalah kegiatanmeneliti yang diikuti menyeleksi jika ada bagianyang perlu dihilangkan atau ditambahkan.Seorang penyunting naskah perlu memilikikeahlian, ketelitian, dan pengetahuan luas agarmampu melaksanakan tugas penyuntingannaskah dengan baik dan benar. Hal yang perludisunting meliputi: ejaan (pemakaian huruf dantanda baca), keefektifan kalimat (struktur kalimat,mudah dipahami maknanya dan tidakmenimbulkan salah tafsir), pilihan kata (sinonimkata, diksi, kesesuaian makna kata dengankonteks).

Sugiarso (2014) menyatakan bahwa tujuanmenyunting meliputi: menjadikan transkripsebagai karya sempurna yang dapat dibaca dandihayati pembaca dengan mudah; memastikanpenyebaran ide kepada pembaca dapatdisampaikan dalam bahasa yang gramatis, jelas,indah, dan menarik; memastikan pengaliran datafakta disampaikan dengan jelas, tepat, tidakmenyalahi agama, undang-undang, dan normamasyarakat; menggambarkan nilai dan identitaskarya itu sendiri dapat menarik minat pembaca.

Dari seluruh uraian itu, disimpulkan,menyunting adalah usaha menyiapkan naskahsecara baik, sempurna, siap cetak, dan siap terbit,dengan mengedit naskah dari aspek isi (kebenar-an isi, kelayakan, kelogisan fakta sajian) danaspek bahasa ( menyangkut masalah diksi, tatatulis, ejaan, bentuk kata, struktur kalimat, keefek-

Page 22:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

15Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

tifan kalimat, kepaduan paragraf, dan kebulatanwacana).

Dalam melakukan penyuntingan naskahkoran atas rubrik olah raga, ekonomi, maupunlingkungan/iptek, kita perlu memahami jenis,tipe, dan bentuk kesalahan berbahasa yang umumterjadi pada koran, sehingga kinerja penulis dapatberjalan efektif, efisien, benar, dan cepat.

Oktafifah W. (2015) menyatakan, sasaranpenyuntingan diarahkan pada penulisan judul,tata tulis, ejaan, tanda baca, tata tulis istilah dankata/istilah asing/daerah, diksi, bentuk kata,kepaduan paragraf dan wacana, efektivitaskalimat, serta kebenaran konsep. Berdasarkansasaran itu, kita dapat mendeteksi tipe-tipekesalahan/ketidakpatuhan koran dalam produkbahasanya, seperti pada tabel 1.

Pada penelitian ini, penulis memfokuskansasaran penelitian pada aspek tata tulis kata/

Tabel 1: Tipe Kesalahan Berbahasa

No Tipe Kesalahan Keterangan: yang disoroti adalah

1. Ejaan, tata tulis,tanda baca

Ketepatan penggunaan huruf, bentuk huruf, jenis huruf, angka,pungtuasi, penyukuan

2. Tata tulis kata/istilah serapan

Ketepatan penulisan unsur serapan kata asing dan daerah.Kata/istilah asing/daerah dicetak miring/kursif.

3. Bentuk kata Kelengkapan dan ketepatan bentuk, afiksasi

4. Diksi/pilihan kata Ketepatan pilihan kata dalam konteks frasa, klausa, kalimat, sertamakna

5. Kepaduan kalimat/paragraf

Ketepatan ide dan kalimat pembungkusnya, efektivitas, logikakalimat/paragraf

6. Logika Liniearitas pemikiran, kelogisan pernyataan

7. Kelengkapan unsurkalimat

Terpenuhinya unsur pokok kalimat (subjek, predikat, objek, danketerangan, serta susunannya/polanya)

8. Efektivitaspernyataan/kalimat

Kehematan, kebernasan ungkapan dan pembungkusnya

9. Konstruksi kalimat Ketepatan susunan kalimat dan isinya

10. Penjamakan Ketepatan penggunaan kata/bentuk ulang, konjungsipendukung, kata bantu bilangan

11. Pemakaian preposi-si, konjungsi

Ketepatan penggunaan kata depan, kata hubung, dan logika

12. Tata urut kata Ketepatan urutan kata dan ide yang hendak dibentuk.

istilah serapan bahasa asing/daerah, tata tulis/tanda baca/ejaan, bentuk kata, efektivitas peng-gunaan kata, kalimat, konjungsi, dan logika.

Kegiatan menyunting naskah sangat eratdengan kegiatan membaca naskah. Tujuanmembaca di sini adalah menemukan faktakesalahan berbahasa media koran dalampaparan beritanya secara cepat dan tepat. Untukmempercepat penemuan tipe, jenis, dan bentukkesalahan/ketidakpatuhan berbahasa itu,pembaca harus mampu membaca sepintas kilas(scanning), mampu membaca cepat danmenemukan sasaran kesalahan/ketidak-patuhan berbahasa yang terjadi. (Shadily danJohn M, Echols, 2000: 502). Membaca untukmenemukan fakta tertentu yang diperlukandengan melompat-lompat disebut membacascanning (Soedarso, 2005: 84). Temuan itu kitatandai, kita kumpulkan (dihitung jenis dan

Page 23:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

frekuensinya), lalu kita tabelkan dalam paparanhasil penelitian, sebagai bahan kajian/analisisselanjutnya.

Agar kita mampu melakukan penyuntingandan pengeditan naskah secara baik dan benar,maka Pemerintah melalui Pusat Bahasa danLembaga Bahasa telah menerbitkan bukurujukan/referensi untuk dipedomani dalamberekspresi dan memproduksi gagasan melaluitulisan. Buku referensi itu meliputi: PedomanUmum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,Pedoman Umum Pembentukan Istilah, TatabahasaBaku Bahasa Indonesia, Kamus Umum BahasaIndonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, KamusAkronim Bahasa Indonesia, Kamus Sinonim BahasaIndonesia, dan Pedoman Pengindonesiaan Nama danKata Asing, tambahan lagi, buku-buku panduanberbahasa Indonesia yang baik dan benar yangditerbitkan oleh Pusat Bahasa maupun BalaiBahasa di tanah air.

Koran Daerah Kota CirebonKoran daerah yang terbit di kota Cirebon meliputienam koran: yaitu koran Mitra Dialog, PikiranRakyat, Radar Cirebon, Kabar Cirebon, Fajar Cirebon,dan Rakyat Cirebon. Urutan jenis ini disusunberdasarkan awal dan kronologi terbitnya dikota Cirebon. Dalam penelitian ini, penulismencermati empat koran terakhir yang terbitpada tanggal 22-24 Oktober 2015. Alasanpemilihan jangka waktu terbit itu praktis saja;yaitu tanggal 22-24 Oktober 2015 memilih,mencermati subjek penelitian dan mencatat datayang diperlukan dan ditemukan; tanggal 25-28Oktober 2015 menyusun karya tulis; tanggal 29Oktober 2015 siswa mengumpulkan karya tulis;dan tanggal 30 Oktober 2015 karya tulis lombadinilai Dewan Juri Sekolah.Tanggal 31 Oktober2015 Dewan Juri Sekolah melaporkan hasillomba kepada Kepala Sekolah dan Panitia BulanBahasa Sekolah.Tanggal 2 November 2015sekolah mengumumkan hasil lomba kepadasiswa dalam Acara Upacara Bendera Hari Senin.

Di samping alasan praktis, bangsaIndonesia mengakui memiliki bahasa Indonesiasebagai bahasa resmi negara dan bahasanasional, serta menjadikan bulan Oktobersebagai bulan bahasa nasional. Harapannya,semua pihak pada bulan Oktober ini memperha-

tikan bagaimana dirinya harus berbahasaIndonesia secara baik, benar, dan patuh padaaturan berbahasa dalam aneka konteks. Untukitu, semestinyalah produk berbahasa pada bulanini mendapatkan perhatian dari warga pemakai-nya. Harapan ini akan diteliti kebenaran dankepatuhannya pada periode tersebut.

Temuan siswa dan penulis dalam membacadan mencermati ketertiban berbahasa korandaerah edisi tiga hari itu, sejalan dengan prinsipmenyunting di atas, dipaparkan dalam ulasanberikut.

Metode Penelitian dan Langkah PenulisanMetode penelitian adalah observasi danmengkaji penggunaan Bahasa Indonesia padakoran daerah. Metode dan langkah penulisanseperti berikut: sasaran koran adalah korandaerah yang terbit di kota Cirebon pada tanggal22-24 Oktober 2015. Jumlah koran yang ditelitiadalah empat koran daerah yang meliputi KoranRadar Cirebon, Kabar Cirebon, Rakyat Cirebon,dan Fajar Cirebon. Kelas 7 meneliti Koran RadarCirebon dan Kabar Cirebon. Kelas 8 menelitiKoran Rakyat Cirebon dan Fajar Cirebon. DanKelas 9 meneliti koran nasional; yaitu KoranKompas dan Sindo. Sistem pemilihan koranDaerah yang diteliti adalah acak danberdasarkan kronologi terbitnya.

Rubrik koran yang dipilih dan diteliti ada-lah rubrik olah raga, ekonomi, dan lingkungan/iptek. Fokus tindak kesalahan berbahasa koranyang dicermati meliputi: tata tulis serapan daribahasa asing/daerah, penggunaan tanda baca,huruf, tata tulis, bentuk kata, dan efektivitaspenggunaan bahasa.

Data kesalahan berbahasa Indonesia korandaerah itu dikumpulkan dengan format dan petaalur kegiatan penelitian tindak berbahasa sepertiTabel 2.

Proses kerja penelitian ini, berdasarkanarahan guru siswa membentuk kelompokpeneliti berjumlah 3 orang, menetapkan ketua,sekretaris, anggota; bekerja kompak. Jumlahkelompok menulis artikel sebanyak 15 kelompok,utusan dari 15 kelas yang ada. Mereka memilihkoran beserta rubriknya dan membacanya,menemukan dan mencatat kesalahan berbahasa

Page 24:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

17Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Indonesia koran tersebut dalam format data,siswa mengkliping rubrik yang diteliti, menyusunlaporan dan menganalisis temuannya kemudianmengumpulkan karya tulisnya.

Selama proses mengerjakan karya tulis,siswa terus berkonsultasi kepada penulis. Danpenulis pun memantau progres penulisan setiapkelompok. Guru menerima konsultasi tim penu-lis utusan kelas. Sejauh ini telah dilayani 7 kalijadwal konsultasi dan digunakan oleh tim penu-lis kelas; bahkan ada tim penulis berkonsultasilebih dari pada jadwal yang disediakan

Kondisi berbahasa yang menjadi pembahas-an dalam tulisan ini difokuskan pada koran

Tabel 2: Peta Alur Kegiatan dan Kriteria Penelitian

No. FokusSorotan Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9

1 Koran/Me-dia

1.2.

Radar CirebonKabar Cirebon

1.2.

Rakyat CirebonFajar Cirebon

1.2.

KompasSindo

2 Edisi hari Kamis-Jumat, 22-24Oktober 2015

Kamis-Jumat, 22-24 Oktober 2015

Kamis-Jumat, 22-24 Oktober 2015

3 Jenis rubrik/beritayang diteliti danjum lahberita

1.2.3.

Olah raga (1)Ekonomi (1)Lingkungan/Iptek(1)

1.2.3.

Olah raga (1)Ekonomi (1)Lingkungan/Ipte-k (1)

1.2.3.

Olah raga (1)Ekonomi (1)Lingkungan/Iptek(1)

4 Fokusperhatian/-yangdisoroti

1

2.

3.4.

Tata tulis serapankata asing/daerahTata tulis tandabaca, hurufBentuk kataEfektivitas penggunaan kata,konjungsi, logika

1.

2.

3.4.

Tata tulis serapankata asing/daerahTata tulis tandabaca, hurufBentuk kataEfektivitas penggunaan kata, kon-jungsi, logika

1.

2.

3.4.

Tata tulis serapankata asing/daerahTata tulis tandabaca, hurufBentuk kataEfektivitas penggunaan kata,konjungsi, logika

5 Jeniskesalahan& frekuensi

1.

2.

3.

4.

Tata tulis serapankata asing/daerah/.. kaliTata tulis tandabaca, ejaan, huruf/..kaliBentuk kata, afik-sasi/ .. kaliEfektivitas peng-gunaan kata,konjungsi, logika/.. kali

1.

2.

3.

4.

Tata tulis serapankata asing/daerah/.. kaliTata tulis tandabaca, ejaan, huruf/..kaliBentuk kata, afik-sasi/ .. kaliEfektivitas peng-gunaan kata,konjungsi,logika/ .. kali

1.

2.

3.

4.

Tata tulis serapankata asing/daerah/.. kaliTata tulis tandabaca, ejaan, huruf/..kaliBentuk kata, afik-sasi/ .. kaliEfektivitas peng-gunaan kata,konjungsi, logika/.. kali

daerah yaitu koran yang dicermati oleh timpenulis kelas 7 dan 8.

Langkah penulisan di tingkat guru/penulisdilakukan dengan memberikan pengarahanawal berkaitan dengan bimbingan teknis penu-lisan, pemilihan koran, fokus pencermatan kesa-lahan berbahasa, sistematika penulisan, teknikpengumpulan data, kajian pustaka, analisis data,penutup, dan daftar pustaka. Selanjutnya, guru/pembimbing meneliti karya tulis siswa,membandingkannya dengan kondisi data padakliping rubrik, mencatat data yang benar,mengoreksi data yang salah, dan menambahkandata yang belum dicatat siswa.

Page 25:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Guru merekapitulasi sendiri tingkatkesalahan berbahasa koran daerah dari aspekjenis koran, hari terbit, rubrik, fokus kesalahanberbahasa yang ada, dan frekuensinya, lalumelakukan finalisasi data temuan darirekapitulasi sebelumnya. Data yang terkumpuldiolah dengan sistem statistik/tabel dan skalaprosentase untuk mengetahui intensitas tingkatkesalahan berbahasa Indonesia yang terjadi,dan rangking status koran daerah itu.

Di luar itu, penulis juga (1) melakukan studikepustakaan, melalui membaca beberapa bukudan webs untuk menyusun kajian pustaka; (2)melakukan studi komparasi, untuk memban-dingkan kondisi praktik berbahasa koran satudan lainnya; (3) melakukan observasi, untukmeneliti praktik berbahasa masyarakat padabeberapa jenis koran, rubrik, maupun judulberita koran melalui data temuan siswa, berikutmencek kebenaran kinerja siswa; (4) menyimpul-kan data, fakta yang ditemukan secara deduktifmaupun induktif; dan (5) menyusun kajiantemuan, perbandingan data secara analitis dansintesis.

Terakhir, guru menganalisis data danmenyimpulkan seperti dilaporkan pada tulisan ini.

Paparan Data Hasil Penelitian

Hasil Karya SiswaPelaksanaan lomba karya tulis ilmiah bulanbahasa SMPK PENABUR Cirebon tahun 2015dapat dilaporkan sebagai berikut.1. Tema: Analisis dan Perbandingan

Kesalahan Berbahasa Koran Daerah/Nasional Edisi 22-24 Oktober 2015 DitinjauSecara Deskriptif-Analitis dari AspekKepatuhan Berbahasa yang Baik danBen a r

2. Waktu: tanggal 19 Oktober – 2 November2015

3. Technical Meeting: Senin, 19 Oktober 2015.

Tabel 3: Daftar Tim Peserta Lomba KTI

No MengirimNaskah KTI

Tidak MengirimNaskah KTI

1. Kelas 7A

2. Kelas 7B

3. Kelas 7C

4. Kelas 7D

5. Kelas 7E

6. Kelas 8A

7. Kelas 8B

8. Kelas 8C

9. Kelas 8D

10. Kelas 9A

11. Kelas 9B

12. Kelas 9C

13. Kelas 9D

14. Kelas 9E

15. Kelas 9F

Tot. 10 Tim/Kelas 5 Tim/Kelas

4. Bimbingan/Koordinasi: 19/10, 21/10, 23/10, 25/10, 27/10, 28/10, dan 29/10-2015 (7kali pembimbingan).

5. Peserta: 15 tim (dengan 3 anggota) utusandari 15 kelas.

6. Finalis/Pengumpul KTI: 10 tim dari 10kelas. Berikut informasi selengkapnya.

Page 26:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

19Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Tabel 4: Kondisi Kesalahan Berbahasa Koran Daerah Kota Cirebon per Hari

NoJenis Koran,Terbitan 22

Oktober 2015Jenis Kesalahan

Jenis KesalahanTotalKesalahanOR Eko Lingk-

/Iptek

1 Radar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 4 1 0 5

2.Tata tulis tanda baca 1 1 3 5

3.Bentuk kata 1 5 3 9

4.Efektivitas berbahasa 0 0 5 5

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 6 7 11 24

2.

Kabar Cirebon

1.Tata tulis serapan kata asing 7 9 2 18

2.Tata tulis tanda baca 2 1 2 5

3.Bentuk kata 0 2 2 4

4.Efektivitas berbahasa 0 3 0 3

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 7 15 14 36

3. Rakyat Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 1 0 1 2

2.Tata tulis tanda baca 4 12 11 27

3.Bentuk kata 1 1 1 3

4.Efektivitas berbahasa 1 2 2 5

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 7 15 14 36

4. Fajar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 5 0 0 5

2.Tata tulis tanda baca 3 1 14 18

3.Bentuk kata 1 1 2 4

4.Efektivitas berbahasa 0 0 4 4

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 9 2 20 31

A. Hasil Penelitian Guru1. Kondisi Kesalahan Berbahasa Koran Daerah Kota Cirebon

Page 27:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

No.Jenis Koran,Terbitan 23

Oktober 2015Jenis Kesalahan

Rubrik / FrekuensiTotal Ke-salahanOR Eko Lingk-

/Iptek

1. Radar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 9 15 2 26

2.Tata tulis tanda baca 0 0 0 0

3.Bentuk kata 7 0 2 9

4.Efektivitas berbahasa 1 1 0 2

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 17 16 4 37

2. Kabar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 20 2 11 33

2.Tata tulis tanda baca 0 2 0 2

3.Bentuk kata 0 4 1 5

4.Efektivitas berbahasa 0 0 0 0

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 20 8 12 40

3.

Rakyat Cirebon

1.Tata tulis serapan kata asing 5 0 1 6

2.Tata tulis tanda baca 10 14 17 41

3.Bentuk kata 2 2 1 5

4.Efektivitas berbahasa 0 2 1 3

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 17 18 20 55

4. Fajar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 27 3 0 30

2.Tata tulis tanda baca 4 15 2 21

3.Bentuk kata 1 1 0 2

4.Efektivitas berbahasa 1 0 0 1

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 33 19 2 54

Page 28:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

21Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

No.Jenis Koran,Terbitan 24Oktober 2015

Jenis Kesalahan

Rubrik / FrekuensiTotal Ke-salahanOR Eko Lingk-

/Iptek

1 Radar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 5 1 1 7

2.Tata tulis tanda baca 2 1 0 3

3.Bentuk kata 0 1 3 4

4.Efektivitas berbahasa 0 0 0 0

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 7 3 4 14

2 Kabar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 9 3 5 17

2.Tata tulis tanda baca 2 1 5 8

3.Bentuk kata 4 2 1 7

4.Efektivitas berbahasa 0 0 2 2

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 15 6 13 34

3 Rakyat Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 2 22 8 32

2.Tata tulis tanda baca 14 1 1 16

3.Bentuk kata 2 2 2 6

4.Efektivitas berbahasa 2 1 0 3

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 20 26 11 57

4 Fajar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 1 1 34 36

2.Tata tulis tanda baca 0 6 1 7

3.Bentuk kata 1 1 2 4

4.Efektivitas berbahasa 4 0 0 4

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 6 8 37 51

Page 29:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Berdasarkan data Tabel 4, berikut ini disajikan rekapitulasi jenis kesalahan penggunaan BahasaIndonesia berdasarkan rubrik pada setiap koran sebagaimana terlihat pada Tabel 5

Tabel 5: Rekapitulasi Data Kesalahan Berbahasa Koran Daerah Kota Cirebon

No.Jenis Koran,Terbitan 22-24Oktober 2015

Jenis Kesalahan

Rubrik / FrekuensiTotal Ke-salahanOR Eko Lingk-

/Iptek

1 Radar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 18 17 3 38

2.Tata tulis tanda baca 3 2 3 8

3.Bentuk kata 9 6 8 23

4.Efektivitas berbahasa 1 1 5 7

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 31 26 19 76

2 Kabar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 36 13 7 56

2.Tata tulis tanda baca 4 4 18 26

3.Bentuk kata 4 6 3 13

4.Efektivitas berbahasa 0 7 3 10

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 44 30 31 105

3 Rakyat Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 8 22 10 40

2.Tata tulis tanda baca 18 27 29 74

3.Bentuk kata 5 5 4 14

4.Efektivitas berbahasa 3 5 3 11

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 34 59 46 139

4 Fajar Cirebon 1.Tata tulis serapan kata asing 33 4 34 71

2.Tata tulis tanda baca 7 22 17 46

3.Bentuk kata 3 3 4 10

4.Efektivitas berbahasa 5 0 4 9

Jumlah Kesalahan Per Rubrik 48 29 59 136

Page 30:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

23Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Sedangkan jumlah kesalahan berbahasa berdasarkan jenis rubrik terlihat pada Tabel 6.

Identifikasi jenis kesalahan berbahasa Indonesia pada setiap koran menghasilkan data sepertitertera pada Tabel 7.

Pembahasan Data Hasil Penelitian

Mengacu pada data pada Tabel 4, 5, 6, dan 7 dapat ditafsirkan sebagai berikut.1. Berdasarkan data kondisi pada Tabel 4, kesalahan berbahasa Koran daerah dapat dimaknai

sebagai berikut.a. Koran edisi tanggal 22 Oktober 2015

Berdasarkan jumlah kesalahan terbanyak, urutan koran yang membuat kesalahan berbahasaIndonesia berdasarkan tanggal terbit adalah seperti tertera pada Tabel 8.

Tabel 7: Rekapitulasi Data Kesalahan Berbahasa Berdasarkan Tipe Kesalahan

NoJenis Koran,

Terbitan 22-24Oktober 2015

Jenis Kesalahan JumlahAneka

KesalahanTata TulisSerapan

Tata TulisEjaan

BentukKata

EfektivitasBerbahasa

1. Radar Cirebon 38 8 23 7 76

2. Kabar Cirebon 56 26 13 10 105

3. Rakyat Cirebon 40 74 14 11 139

4. Fajar Cirebon 71 46 10 9 136

Total Kesalahan 205 154 60 37 456

Tabel 6: Kondisi Kesalahan Berbahasa Koran Daerahper Rubrik

NoJenis Koran,

Terbitan 22-24Oktober 2015

Jenis Kesalahan TotalKesalahanOR Eko Lingk/Iptek

1. Radar Cirebon 31 26 19 76

2. Kabar Cirebon 44 30 31 105

3. Rakyat Cirebon 34 59 46 139

4. Fajar Cirebon 48 29 59 136

Jumlah Kesalahanper Rubrik 157 144 155 456

Page 31:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Tabel 9: Daftar Urutan Koran BerkesalahanBerbahasa Tinggi, Tanggal 23-10-2015

No Nama Koran JumlahKesalahan

KesalahanRubrik

Terbanyak

Jenis KesalahanTerbanyak

1. Radar Cirebon 55 Lingkungan/20 Tanda baca/41

2. Kabar Cirebon 54 Olah Raga/33 Tata Tulis Serapan/30

3. Rakyat Cirebon 40 Olah Raga/20 Tata Tulis Serapan/33

4. Fajar Cirebon 37 Olah Raga/17 Tata Tulis Serapan/26

Tabel 8: Daftar Urutan Koran Berkesalahan Berbahasa TinggiTerbitan, Tanggal 22-10-2015

No Nama Koran JumlahKesalahan

KesalahanRubrik

Terbanyak

Jenis KesalahanTerbanyak

1. Radar Cirebon 36 Ekonomi/15 Tanda Baca/27

2. Kabar Cirebon 31 Lingkungan/20 Tanda baca/18

3. Rakyat Cirebon 30 Ekonomi/15 Tata Tulis Serapan/18

4. Fajar Cirebon 24 Lingkungan/11 Bentuk kata/9

Tabel 10: Daftar Urutan Koran BerkesalahanBerbahasa Tinggi, Tanggal 24-10-2015

No Nama Koran JumlahKesalahan

KesalahanRubrik

Terbanyak

Jenis KesalahanTerbanyak

1. Radar Cirebon 57 Ekonomi/26 Tata Tulis Serapan/32

2. Kabar Cirebon 51 Lingkungan/37 Tata Tulis Serapan/36

3. Rakyat Cirebon 34 Olah Raga/15 Tata Tulis Serapan/17

4. Fajar Cirebon 14 Olah Raga/17 Tata Tulis Serapan/7

b. Koran edisi tanggal 23 Oktober 2015Berdasarkan jumlah kesalahan terbanyak, koran edisi tanggal 23 Oktober 2015 dapat diurutkanpada tabel 9.

c. Koran edisi tanggal 24 Oktober 2015Berdasarkan jumlah kesalahan terbanyak, koran edisi tanggal 24 Oktober 2015 dapatdiurutkan pada Tabel 10.

Page 32:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

25Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

Mencermati data pada Tabel 8, 9, dan 10 diatas, koran yang melakukan kesalahantindak berbahasa secara konsisten dapatdiurutkan seperti: Rakyat Cirebonterbanyak (148 poin), lalu diikuti koranCirebon (136 poin), Kabar Cirebon (104poin), dan Radar Cirebon (75 poin). RadarCirebon tampil lebih/paling sedikit dalamtindak kesalahan berbahasa padaterbitannya selama tiga hari (hanya 75poin).Rubrik yang paling banyak melakukankesalahan tindak berbahasa adalah OlahRaga (5 kali/102 poin), lalu diikutiLingkungan (4 kali/88 poin), dan Ekonomi(3 ka-li/56 poin). Rubrik Ekonomi paling

Tabel 11: Daftar Urutan Koran Berdasaran Jumlah KesalahanBahasa Indonesia Pada Setiap Rubrik

NoJenis Koran,

Terbitan 22-24Oktober 2015

Jenis Kesalahan TotalKesalahanOR Eko Lingk/Iptek

1. Radar Cirebon 34 59 46 139

2. Kabar Cirebon 48 29 59 136

3. Rakyat Cirebon 44 30 31 105

4. Fajar Cirebon 31 26 19 76

Jumlah Kesalahanper Rubrik 157 144 155 456

sedikit mengalami kesalahan tindakberbahasa (3 kali/56 poin).Jenis/tipe kesalahan tindak berbahasaterbanyak yang terjadi adalah jenis TataTulis Kata Serapan (8 kali/198 poin), laludiikuti Tata Tulis Tanda Baca (3 kali/86poin), dan Bentuk Kata (1 kali/9 poin).Tipe kesalahan tindak berbahasa yangterbagus adalah tipe Efektivitas Berbahasa(0 poin), lalu diikuti tipe kesalahan BentukKata (1 kali/9 poin). Kebagusannyaditandai oleh frekuensi kesalahanberbahasa yang cukup rendah.2.Berdasarkan data kondisi pada Tabel 7,maka kesalahan berbahasa koran dapat

dimaknai sebagaiberikut. Jenis koran danrubrik yang melakukanbanyak kesalahantindak berbahasadalam kurun tiga hariitu dapat diurutkanseperti pada Tabel 11.Koran Rakyat Cirebonmelakukan kesalahanberbahasa palingbanyak/tinggi (139poin), diikuti KoranFajar Cirebon (136poin), Koran KabarCirebon (105 poin), dankoran Radar Cirebon

Tabel 12: Data Urutan Koran Dan Tipe Kesalahan Berbahasa Terbanyak

NoJenis Koran,

Terbitan 22-24Oktober 2015

Jenis Kesalahan JumlahAneka

KesalahanTata TulisSerapan

Tata TulisEjaan

BentukKata

EfektivitasBerbahasa

1. Radar Cirebon 40 74 14 11 139

2. Kabar Cirebon 71 46 10 9 136

3. Rakyat Cirebon 56 26 13 10 105

4. Fajar Cirebon 38 8 23 7 76

Total Kesalahan 205 154 60 37 456

Page 33:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

(76 poin). Dan rubrik Olah Raga jugamelakukan kesalahan tindak berbahasapaling tinggi (157 poin), diikuti RubrikLingkungan/Iptek (155 poin), dan RubrikEkonomi (144 poin).

3. Berdasarkan data kondisi pada Tabel 7,kesalahan berbahasa koran dapat dimaknaisebagai berikut. Jenis koran dan tipekesalahan tindak berbahasa tertinggi dapatdiurutkan seperti pada Tabel 12.Koran Rakyat Cirebon melakukan

kesalahan tindak berbahasa paling banyak (139poin), lalu diikuti Koran Fajar Cirebon (136 poin),Kabar Cirebon (105 poin), dan Radar Cirebon(76 poin). Koran Radar Cirebon berkesalahanberbahasa paling sedikit (76 poin), dan dengandemikian menjadi koran terbagus.

Tipe kesalahan berbahasa tertinggi terjadipada tipe kesalahan Tata Tulis Unsur Serapan(205 poin), lalu diikuti Tata Tulis Ejaan (154poin), Bentuk Kata (60 poin), dan EfektivitasBerbahasa (37 poin). Tipe kesalahan EfektivitasBerbahasa terjadi paling sedikit/rendah (37poin). Dengan demikian tipe ini menjadi tipeterbagus dalam tiga hari terbitan koran itu.

Simpulan

Kesimpulan1. Penggunaan bahasa Indonesia pada koran

daerah di Cirebon.Koran daerah di Cirebon masih melakukanbanyak kesalahan berbahasa Indonesiadalam penerbitan korannya. Kondisikesalahan berbahasa Indonesia itu nyatadari data yang diperoleh. Koran RakyatCirebon melakukan kesalahan tindakberbahasa paling banyak (139 poin), laludiikuti Koran Fajar Cirebon (136 poin),Kabar Cirebon (105 poin), dan RadarCirebon (76 poin). Koran Radar Cirebonberkesalahan berbahasa paling sedikit (76poin), dan dengan demikian menjadi koranterbagus.

2. Jenis dan variasi kesalahan berbahasaIndonesiaKesalahan berbahasa Indonesia yangterjadi pada koran daerah di Cirebondikelompokkan berdasarkan jenis rubrikdan tipe kesalahan berbahasa. Rubrik OlahRaga melakukan kesalahan tindakberbahasa paling tinggi (157 poin), diikutiRubrik Lingkungan/Iptek (155 poin), danRubrik Ekonomi (144 poin). Sedangkan tipekesalahan berbahasa tertinggi terjadi padatipe kesalahan Tata Tulis Unsur Serapan(205 poin), lalu diikuti Tata Tulis Ejaan (154poin), Bentuk Kata (60 poin), dan EfektivitasBerbahasa (37 poin). Tipe kesalahanEfektivitas Berbahasa terjadi paling sedikit/rendah (37 poin). Dengan demikian tipe inimenjadi tipe terbagus dalam tiga hariterbitan koran itu.

Saran1. Penggunaan bahasa Indonesia pada koran

daerahKoran Daerah sebagai media masa jugaberperan sebagai pembina bahasa wargamasyarakatnya. Untuk itu, koran daerahmelalui anggota redaksinya perlu lebihsungguh-sungguh menerapkan pengguna-an bahasa Indonesia yang baik dan benardalam setiap penerbitan korannya, agarinformasi pembangunan dan hasilnya yangdipublikasikan korannya dapat diterimawarga masyarakat secara efektif, komunika-tif, benar, dan utuh.

2. Jenis dan variasi kesalahan berbahasakoran daerahPenelitian ini baru menyorot tiga rubrik danempat tipe kesalahan berbahasa Indonesiakoran daerah di Cirebon. Ternyata rubrik-rubrik itu memiliki banyak kesalahanberbahasa, bahkan frekuensi kesalahanpada rubrik dan tipe kesalahan berbaha-sanya cukup tinggi. Untuk itu, kru anggotaredaksi, khususnya editor, perlu memper-kecil tingkat dan frekuensi kesalahan padasetiap rubrik dan mengusahakan tidak

Page 34:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

27Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia

terdapat kesalahan dalam bentuk tipeapapun. Dengan begitu, Koran DaerahCirebon dapat tampil lebih sempurna,komunikatif, dan lebih menunjukkanperannya sebagai Pembina BahasaIndonesia.

Daftar Pustaka

Anwar, Rosihan. (1991).Bahasa jurnalistik dankomposisi. Jakarta: Pradnya Paramita

Assegaff, Djafar H. (1985). Jurnalistik masa kini.Pengantar ke praktek kewartawanan .Jakarta: Ghalia Indonesia

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.2011. Undang-Undang Republik Indone-sia Nomor 24 Tahun 2009 tentangBendera, Bahasa, Lambang Negara, sertaLagu Kebangsaan. Jakarta: KementerianPendidikan dan Kebudayaan

Echols, Johan M.dkk. (2010). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia

Kosasih, Engkos. (2008). Mandiri bahasa Indonesiauntuk SMP/MTs. Kelas IX . Jakarta:Erlangga

Maryati. 2008. Bahasa dan sastra Indonesia 3 untukSMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Pusat

Moeliono, Anton M. (1999). Kamus besar bahasaIndonesia edisi kedua cetakan kesepuluh.Jakarta: Balai Pustaka

Nurhadi. 2007. Bahasa Indonesia jilid 3 untuk SMPkelas IX. Jakarta: Erlangga

Sadikin, Asep Ganda. (2014). Bahasa Indonesia 2untuk kelas VIII SMP . Bandung:Grafindo Media Pratama

Sekretariat Jenderal MPR RI. 2006. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.Jakarta: MPR RI

Suhaemi.2009. Bahasa jurnalistik. Jakarta:Lembaga Penelitian Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Koran Radar Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, danLingkungan/Iptek

Koran Kabar Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, danLingkungan/Iptek

Koran Rakyat Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, danLingkungan/Iptek

Koran Fajar Cirebon tanggal 22, 23, 24 Oktober2015 Rubrik Olah Raga, Ekonomi, danLingkungan/Iptek

Soedarso. (2005). Sistem membaca cepat dan efektif.Jakarta: Gramedia

http://nastitioktafifahw.blogspot.co.id/2015/03/macam-macam-menyunting.html

w w w . k e l a s i n d o n e s i a . c o m / 2 0 1 5 / 0 5 /peengertian-cara-menyunting-beserta-contoh-suntingan.html?m=1

www.lucanosugiarso.blogspot.co.id/2014/02/p e n g e r t i a n - d a n a - t u j u a n -penyuntingan.html?m=1

https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Panduan_menulis_artikel_yang_lebih_baik

Page 35:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

Hilda KarliEmail: [email protected]

Universitas Terbuka UPBJJ Bandung

KAbstrak

ajian ini merupakan kajian kebijakan, yang menggunakan dua SD di Bandung sebagaisubjek penelitian. Penelitian kualitatif studi kasus ini mengumpulkan data menggunakanteknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kajian ini menggunakan metode BalanceScore Card (BSC) yaitu sebuah alat untuk mengimplementasikan manajemen pendidikan

dengan menjabarkan visi dan misi sekolah pada empat perspektif yaitu anggaran keuangan, guru,kurikulum dan siswa untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar secara terukur. Hasil kajiandari empat perspektif ini menunjukkan adanya perbedaan implementasi dan pemecahan dari setiapindikator perspektifnya untuk ke dua SD tersebut. Mutu pendidikan akan meningkatkan jika adaperbaikan secara terus menerus dan keseimbangan dari setiap perspektif.

Kata-kata kunci: mutu pendidikan, Metode Balance Score Card (BSC), kepuasan pelanggan,kemampuan guru

Improving School Quality by Balance Score Card Method

AbstractThis study is a policy assessment using two Elementary Schools in Bandung as research subject. As a qualitativecase study, the data were collected by using interview, observation and document study techniques. This studyemployed Balance Score Card (BSC) as a tool to implement educational management by outlining the visionand mission of the school in four perspectives: financial budget, teacher, curriculum and students to improvethe quality of basic education. Results from four perspectives show differences in implementation and breakdownof each indicator perspective for the two elementary school. The quality of education will improve if there iscontinuous improvement and balance of each perspective.

Keywords: educationalquality, Balance Score Card method, custumer satisfaction, teacher skills

Penelitian

Page 36:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

29Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

Pendahuluan

Hasil studi Human Development Index (HDI)menunjukkan mutu sumber daya manusiaIndonesia rendah yang dibuktikan denganangka partisipasi pendidikan masyarakat.Tahun 2014 Indonesia menempati urutan ke-110dari 188 negara di dunia. Indonesia berada jauhdari posisi negara di Asia seperti Singapura yangmenempati urutan ke-11, Malaysia menempatiurutan ke-62, Thailand menempati urutan ke-93 dan Cina pada urutan ke-90 (HumanDevelopment Index, 2014). Berdasarkan hasilpengukuran dan penilaian pendidikan dasaryang dilakukan oleh PISA (Programme forInternational Student Assessment) untuk IPA,Matematika dan membaca pada tahun 2015,Indonesia menempati urutan ke-69 dari 76negara. Negara tetangga seperti Singapuramenempati urutan ke-1, Hongkong menempatiurutan ke-2, Jepang menempati urutan ke-4 danVietnam menempati urutan ke-12. Hal inimenunjukkan, kemampuan untuk memecahkanmasalah dalam soal matematika dan IPA masihkurang karena kemampuan membaca yangkurang baik.

Fenomena di atas menunjukkan, sumberdaya manusia Indonesia belum siapmenghadapi tantangan globalisasi. Salah satumasalah nasional yang dihadapi adalah mutusumber daya manusia yang masih rendah.Rendahnya mutu sumber daya manusiaIndonesia terkait lembaga pendidikan yangmenghasilkan sumber daya manusia. Sumberdaya manusia akan bermutu jika didukungdengan pendidikan yang bermutu sebagaimanadiharapkan dalam UU No 20 Tahun 2003 bahwapendidikan nasional akan meningkatkan mutumanusia Indonesia menjadi manusia seutuhnyadan berdaya saing baik di tingkat domestikmaupun internasional. Lebih lanjut,peningkatan mutu manusia melalui pendidikandicantum kan pada misi rencana strategisIndonesia tahun 2010-2014 yaitu membentukinsan cerdas dan kompetitif, cerdas spirituil,emosional, sosial, intelektual, dan kinestetik.Sedangkan salah satu tujuan rencana kerjapembangunan pendidikan nasional jangka

panjang tahun 2005-2025 adalah pemerataandan peningkatan mutu pendidikan dasar.

Berkaitan dengan peningkatan mutupendidikan, salah satu upaya yang dilakukansekolah ialah menciptakan lingkungan belajaryang dapat mengembangkan pengetahuan,sikap, dan keterampilan melalui sistim danproses yang direncanakan di kelas untukmelayani kebutuhan siswa khususnya danmasyarakat umumnya. Lawton dan Barlosky(1994:12) menyebutkan, kebutuhan pelanggan(siswa dan masyarakat) dinyatakan dalamkebijakan pendidikan yang dioperasionalkanmelalui kurikulum dan selanjutnya diterapkandalam proses belajar mengajar di kelas. Padakurun waktu tertentu hasil pendidkandievaluasi untuk mengetahui sejauh manatujuan kurikulum tercapai. Hasil evaluasi itudijadakan bahan refleksi untuk melakukanperbaikan dan peningkatan mutu pendidikansecara terus menerus.

Pengelolaan pendidikan dapat terlaksanadengan baik jika ada alat ukur yang baik.Balanced Score Card (BSC) merupakan sistemmanajemen strategis yang menerjemahkan visidan strategi sekolah ke dalam tujuan danukuran operasional dalam empat perspektif: (1)keuangan (anggaran), (2) pelanggan (siswa danorang tua), (3) proses bisnis internal (kurikulum),serta (4) pembelajaran dan pertumbuhan (guru)secara terpadu untuk meningkatkan mutupendidikan secara terukur.

Dalam penelitian Nomura Research Institute(NRI), Papers No. 45, 1 April 2002 dikemukakan,Jepang menerapkan pola kerja BSC terhadaplebih dari 20 perusahaan (Morisawa, 2002: 3).NRI menyimpulkan, perusahaan yangmenerapkan pengukuran kinerja dengan BSCmemiliki keunggulan: (1) BSC dapat digunakanuntuk melakukan perbaikan keseimbangan diantara sasaran jangka pendek, jangkamenengah, dan jangka panjang; (2) dapatmenciptakan pemahaman strategi perubahandengan menyusun atau menetapkan indikatornonfinansial kuantitatif di samping indikatorfinansial; (3) mengurangi keragu-raguan ataukekaburan dengan tetap menjaga indikatornonfinansial kuantitatif; (4) mempromosikan

Page 37:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

proses pembelajaran organisasi melalui suatupengulangan siklus hipotesis verifikasi, dan (5)memperbaiki platform strategi komunikasisecara umum dalam organisasi yang mencermin-kan keterkaitan antara pimpinan dan bawahan.

Meskipun konsep BSC telah telah banyakdiadopsi dan digunakan dalam sektor bisnis,dan sektor pendidikan ternyata belummenggunakan BSC, terlihat dari langkanyapenelitian diterbitkan pada topik ini. Sebuahtinjauan literatur menghasilkan beberapapublikasi misalnya, Cullen, Joyce, Hassall, danBroadbent (2003) yang mengusulkan BSCdigunakan dalam institusi pendidikan sebagaipenguatan pentingnya mengelola, bukan hanyapemantauan kinerja. Sutherland (2000)melaporkan, Sekolah Pendidikan Rossier diUniversity of Southern California mengadopsipendekatan BSC untuk menilai programakademis dan proses perencanaan. Machasin(2012) melakukan penelitian di 3 (tiga)Pendidikan Tinggi Agama Islam (PTAI)khususnya Sekolah Tinggi Agama IslamNusantara (STAIN) di Jawa Tengah. Penilitianitu bertujuan menghasilkan model peningkatanmutu dan tata kelola PT. AI yang profesional,transparan dan akuntabel berdasarkan 5 (lima)perspektif antara lain: perspektif pemangkukepentingan (stakeholders), manajemenadministrasi dan keuangan, proses pendidikandan pengembangan, etos kerja dan budaya,dangood governance. Ke-5 perspektif sebagai strateginilai tambah organisasi PTAI secarakomprehensif dan holistik untuk meningkatkanmutu pendidikan PTAI berdasarkan prinsiptatakola kelembagaan yang bersih. MenurutMachasin (2011:483 ), terdapat perbedaanimplementasi dan pemecahan masalah dariperspektif keuangan, kurikulum, dosen, danmahasiswa dari ke 3 PTAI . Selain itu, secararinci indikator apa saja dari setiap perspektiftersebut yang harus dikembangkan atau yangsudah tercapai pada 3 PTAI tersebut dapatterlihat dan terukur kinerjanya sehinggamemudahkan merefleksikan dalam rangkaperbaikan mutu pendidikan.

Latar belakang seperti yang telahdiuraikan membuat penulis tertarik melakukanpenelitian mengenai penggunaan BSC untuk

meningkatkan mutu pendidikan dasar secaraterpadu dan terukur di kota Bandung. Fokusmasalah penelitian ialah (1) bagaimanamengimplementasikan BSC di SD Kota Bandungdan (2) strategi apa yang digunakan untukmeningkatkan mutu SD berdasarkan metodeBSC. Hasil penelitian ini diharapkan dapatmemberikan pengetahuan tentang peningkatanmutu pendidikan khususnya di SD denganmenerapkan BSC sehingga dapat dijadikansalah satu acuan pengembangannya di sekolahlain.

Metode PenelitianSalah satu cara meningkatkan mutu pendidikandasar secara terpadu dan terukur dipandangdari perspektif keuangan, kurikulum, guru, dansiswa diujicobakan di 2 (dua) SD di kotaBandung yang berakreditasi A dan berada padagugus yang sama pada tanggal 11 Januarihingga 6 Pebruari 2016. Penelitian kualitatifstudi kasus ini menggunakan teknik wawan-cara, observasi, dan studi dokumen pada orangtua, siswa, guru kelas 1-6 SD, kepala sekolah sertastakeholder (yayasan dan pengawas dari dinaskota pendidikan).

Visi dan strategi diterjemahkan ke dalam 4perspektif yang kemudian oleh setiap perspektifvisi dan strategi tersebut dinyatakan dalambentuk tujuan yang ingin dicapai oleh Sekolahseperti, ukuran tujuan, target yang diharapkanpada masa yang akan datang serta inisiatif atauprogram yang harus dilaksanakan untukmemenuhi tujuan strategis sekolah. Prosesmenerjemahkan visi dan strategi sekolah yangdikembangkan berdasarkan 4 (empat) perspektif:perspektif keuangan, kurikulum, guru, dansiswa.

Perspektif keuangan mengidentifikasikanpelanggan dan segmen pasar tempat organisasiakan bersaing. Tujuan yang bisa ditetapkandalam perspektif ini adalah pemuasankebutuhan pelanggan/stakeholders. Ukuranperspektif ini ialah peningkatan jumlah siswayang diterima, kinerja keuangan yangtransparan, serta peningkatan sarana prasanauntuk proses pembelajaran.

Perspektif guru bertujuan meningkatkankemampuan guru, kapabilitas sistem informasi,

Page 38:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

31Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

dan keselarasan serta motivasi guru. Ukuranyang digunakan dalam perspektif ini antara lain:prosentase guru yang mengajar sesuai dengankeahlian atau latar belakang pendidikannya,rasio komposisi guru per siswa, dan jumlahguru yang mengikuti studi lanjut.

Perspektif kurikulum adalah komponenutama dalam proses kegiatan belajar mengajardi sekolah dan merupakan jembatan perspektifkeuangan, guru dan siswa. Ukuran yang dipakaiialah relevansi kurikulum dengan perkembang-an dan kebutuhan masyarakat, peningkatanpenambahan koleksi perpustakaan, sertapelaksanaan kegiatan mengajar sesuai tuntutanzaman.

Perspektif siswa (pelanggan utama) adalahpenerima pelayanan dari 3 (tiga) perspektif yaituguru, kurikulum dan keuangan. Ukuran yangbisa digunakan antara lain rata-rata indekskepuasan siswa terhadap pelayanan akademik,rata-rata indeks kepuasan siswa terhadappelayanan non akademik, rata-rata indekskepuasan alumni dan/atau masyarakatterhadap pelayanan, prosentase daya serapkurikulum yang sesuai dengan perkembangankebutuhan, prosentase kelulusan yang diterimadi sekolah lanjutan.

Dari penjelasan di atas kerangka berpikirpenelitian dituangkan dalam Gambar 1.

Visi dan Misi

Lingk. Strategik Kondisi SD yg diharapkan Kondisi SD

Formula Strategi Balance Score Card

Anggaran Kurikulum

<<

< << <

Guru Siswa & Ortu

Peningkatan Mutu

< < <

<

<

< <

Gambar 1: Kerangka Berpikir

Hasil Penelitian

Implementasi BSC di sekolah swasta A dansekolah negeri B yang berakreditasi A dan beradapada gugus yang sama di kota Bandungdisajikan dalam 4 (empat) tabel . Data perspektifanggaran keuangan dapat dilihat padaTabel 1.

Tabel 1 menunjukkan, kedua sekolahtersebut belum transparan dalam anggarankeuangan dan belum menggunakan TIK dalammenjalankan anggaran keuangan. Anggarankeuangan masih didominasi oleh pihakstakeholder dan kepala sekolah. Sarana danprasarana untuk menunjang kegiatan belajarmengajar siswa sudah tersedia namun adabeberapa sarana yang masih belum ada.Hasil kajian tersebut menunjukkan beberapakebijakan perlu direvisi dan dikembangkan agarpelayanan terhadap customer (siswa dan orangtua) dapat terpenuhi.

Data perspektif guru ditampilkan dalamTabel 2, kedua sekolah sudah memiliki gurutetap lulusan S1 PGSD untuk guru kelas 1-6 SDdan menggunakan sistem mata pelajaran untukpelajaran tertentu.Pengembangan profesionalguru belum ada dan masih fokus pada tugasrutin seperti menyusun Silabus/RPP, mengajar

Page 39:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

Tabel 1: BSC dalam Perspektif Anggaran Keuangan SD di Bandung

Perspektif Anggaran Keuangan

SD di Bandung

SDSwasta A

SDNegeri B

Sarana dan alat media pembelajaran ada ada

Sarana dan buku perpustakaan ada ada

Sarana dan alat olahraga ada ada

Sarana dan alat kesenian ada ada

Sarana dan alat ekstrakurikuler ada tidak

Sarana dan alat bahasa ada tidak

Sarana dan alat teknologi informatika ada tidak

Sarana dan alat pramuka ada ada

Sarana dan alat keagamaan ada ada

Sarana dan alat bimbingan konseling tidak tidak

Sarana dan alat kesehatan (UKS) ada ada

Pendapatan dari siswa (bulanan iuran) ya tidak

Pendapatan di luar siswa ya ya

Pendapatan dari bantuan Yayasan/Instansi ya ya

Pendapatan dari bantuan Pemda/Pemkot tidak ya

Anggaran untuk pengembangan SDM ada tidak

Anggaran untuk beasiswa berprestasi ada tidak

Anggaran untuk beasiswa miskin ada ada

Anggaran untuk studi banding ada tidak

Anggaran untuk field trip ada tidak

Transparasi anggaran keuangan untuk semua staf tidak tidak

Kontrol anggaran keuangan dari stakeholder ya tidak

Pemeriksaan (audit) keuangan dari kepala sekolah ya tidak

Pemeriksaan (audit) keuangan dari stakeholder ya tidak

Pengembangan SDM bagian adm. keuangan tidak tidak

Arus keuangan menggunakan TIKon line tidak tidak

Page 40:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

33Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

Tabel 2: BSC dalam Perspektif Guru SD di Bandung

Perspektif Guru SDSwasta A

SDNegeri B

Jumlah guru tetap>dari 50% ya ya

Jumlah guru tidak tetap >dari 50% tidak tidak

Pendidikan Guru S1 PGSD>dari 50% ya ya

Pendidikan Guru S1 Non PGSD> dari 50% tidak tidak

Pendidikan Guru S2 PGSD> dari 20% tidak tidak

Pendidikan Guru S2 Non PGSD> dari 20% tidak tidak

Melanjutkan ke Jenjang S2 PGSD > dari 20% tidak tidak

Melanjutkan ke Jenjang S2 Non PGSD >dari 20% tidak tidak

Rasio Guru : Siswa di kelas = 1: 35 ya tidak

Guru sesuai dengan keahliannya > dari 50% ya ya

Guru terampil menggunakan TIK sebahagian tidak

Monitoring oleh supervisi / koord. Kurikulum tiap minggu tidak tidak

Monitoring oleh kepala sekolah setiap 2 minggu tidak tidak

Monitoring oleh pengawas ( dinas kota) setiap 2 minggu tidak tidak

Kepuasan guru terhadap prestasinya >dari 50% tidak tidak

Pembinaan guru oleh bagian kurikulum ya tidak

Pembinaan guru oleh pengawas dinas kota ya ya

Pembinaan guru dari luar sekolah/dinas ya ya

Hubungan guru dengan siswa ya ya

Hubungan guru dengan orang tua siswa ya ya

Hubungan guru dengan kepala sekolah ya ya

Hubungan guru dengan yayasan/dinas tidak ya

Hubungan guru dengan masyarakat sekitar tidak ya

Hubungan guru dengan instasi terkait tidak tidak

Guru membahas materi per minggu (rapat juru/lesson studi) ya ya

Guru memberi masukan/saran keuangan kepada kepala sekolah tidak tidak

Guru memberi masukan/saran kurikulum kepada kepala sekolah tidak tidak

Guru memberi masukan/saran sarana-prasarana kepada kepala sekolah tidak tidak

Guru memberi masukan/saran kesiswaan kepada kepala sekolah ya ya

Page 41:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

Tabel 3: BSC dalam Perspektif Kurikulum SD di Bandung

Perspektif Kurikulum SDSwasta A

SDNegeri B

Varian buku di perpustakaan > dari 200 judul buku ya tidak

Pengunjung ke perpustakaan > dari 20% jumlah anak per hari ya ya

Jumlah buku memenuhi jumlah siswa di sekolah ya tidak

Kebutuhan buku pelajaran yang dipergunakan saat belajar di kelasmemenuhi ya tidak

TIK dipergunakan saat belajar di kelas tidak tidak

Alat peraga dipergunakan saat belajar di kelas ya tidak

Mengundang nara sumber ke kelas tidak tidak

Menggunakan metode belajar variasi ya tidak

Ceramah dan latihan soal masih dominan ya ya

Penilaian kelas digunakan sebagai asesmen ya ya

Kurikulum sesuai perkembangan siswa tidak tidak

Jumlah beban belajar sesuai perkembangan siswa ya ya

Menyusun Silabus dan RPP dibuat sesuai kurikulum ya ya

Guru menerapkan manajemen kelas tidak tidak

Penilaian kelas dengan bantuan TIK yang sudah diprogram tidak tidak

Kepala sekolah menerapkan manajemen sekolah tidak tidak

Memberdayakan masyarakat sekitar untuk mutu sekolah tidak tidak

Ekstra kurikuler sesuai kebutuhan masyarakat ya ya

Belajar menggunakan lingkungan sekitar ya ya

Belajar secara kelompok ya ya

Belajar di luar kelas tidak tidak

Guru mengujicobakan dulu praktikum sebelum dilakukan di kelas tidak tidak

Aturan kedispilinan diterapkan siswa > dari 90% ya tidak

Kedispilinan didukung dari pihak orang tua ya tidak

Kedispilinan didukung dari pihak staf dan kepala sekolah ya tidak

Page 42:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

35Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

Tabel 4: BSC dalam Perspektif Siswa dan Orang Tua SD di Bandung

Perspektif Siswa dan Orang tua SDSwasta A

SDNegeri B

Jumlah siswa mendaftar> dari 250 anak ya ya

Jumlah siswa yang diterima>dari 100 anak tidak ya

Jumlah siswa di kelas< dari 35 anak ya tidak

Rasio siswa laki-laki : perempuan = 2:1 tidak ya

Tingkat kepuasan siswa terhadap layanan akademik> dari 50% ya ya

Tingkat kepuasan siswa terhadap layanan non akademik>dari 50% tidak tidak

Tingkat kepuasan orang tua terhadap layanan akademik>dari 50% ya tidak

Tingkat kepuasan orang tua terhadap layanan non akademik>dari 50% ya ya

Jumlah siswa yang lulus di atas rata-rata>dari 50% tidak tidak

Jumlah siswa yang lulus rata-rata> dari 50% ya ya

Jumlah siswa yang tidak lulus < dari 10% ya ya

Jumlah siswa yang melanjutkan ke SMP>dari 80% ya ya

Jumlah siswa yang tidak mampu (bantuan)> dari 10% tidak ya

Jumlah siswa yang berprestasi (wakil SD)> dari 30% tidak tidak

Komunikasi guru dan siswa di kelas ya ya

Komunikasi guru dan orang tua ya ya

Komunikasi siswa dengan siswa tidak tidak

Siswa memberi masukan/saran kepada guru/kepala sekolah tidak tidak

Orang tua memberi masukan/saran kepada guru/kepala sekolah tidak ya

Jumlah siswa yang ikut lomba akademik > dari 20% tidak tidak

Jumlah siswa yang ikut lomba non akademik > dari 20% tidak tidak

Aturan kedispilinan diterapkan siswa > dari 90% ya tidak

Kedispilinan didukung dari pihak orang tua ya tidak

Kedispilinan didukung dari pihak staf dan kepala sekolah ya tidak

dan memeriksa hasil ulangan anak yangdilakukan secara rutin tanpa ada evaluasi/refleksi untuk perbaikan. Dengan demikian,perlu menciptakan kondisi yang merangsangguru untuk berkompetisi secara sehat untukmengembang-kan diri secara profesional.

Data perspektif kurikulum pada Tabel 3menunjukkan, kedua sekolah tersebut menekan-kan produk kurikulum yaitu jumlah lulusandengan nilai kognitif tinggi. Metode pembel-ajaran yang digunakan di kelas masih dominanpada ceramah dan latihan soal. Dalam hal ini

Page 43:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

siswa belum diajak untuk berlatih berpikir kritis,kreatif, dan pemecahan masalah. Perencanaandalam manajemen kelas seperti menyusunpersiapan untuk mengajar hanya sekedaradministrasi saja, malah terkadang setelahpelaksanaan baru disusun.

Data perspektif siswa dan orang tua padaTabel 4 menunjukkan, kedua sekolah tersebutdiminati oleh banyak orang tua siswa untukmenyekolahkan anaknya. Siswa dan orang tuamerasa puas ditinjau dari kelulusan hampir100% dengan nilai di atas rata-rata sertamelanjutkan ke SMP favorit. Pihak sekolah perlumeningkatkan pelayanan agar tetap bertahanmenjadi favorit. Upaya ini berkaitan denganpeningkatan anggaran keuangan yang menjadiroda dalam menjalankan organisasi.

Pembahasan

Suatu organisasi dikatakan baik dan majuapabila memiliki kinerja yang terukur untukmencapai tujuan (Dally Dadang, 2010:31). Untukmengetahui pencapaian kinerja, perlu dilakukanpenilaian kinerja melalui suatu pengukurankinerja secara periodik. Proses pelaksanaantersebut merupakan bagian kegiatan manajemenyang terdiri atas merencanakan, mengorganisasi,melaksanakan, dan monitoring indikator kinerjasecara kualitatif dan kuantitif, sehingga penca-paian tujuan organisasi tergambarkan secara jelas.

Manajemen pendidikan sejalan dengantujuan dari Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas20 Tahun 2003) bahwa pendidikan adalahusaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agarsiswa secara aktif mengembangkan potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilanyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,dan negara. Pendidikan dilakukan dalamkondisi sadar antara guru dan siswa dalamsebuah perencanaan yang matang sebelumkegiatan belajar mengajar dilaksanakan danmengevaluasi kegiatan belajar mengajar tersebutbaik dari segi guru maupun siswa. Artinya,pendidikan tidak terlepas dari manajemen

pendidikan yang baik agar menghasilkan mutupendidikan yang dapat mengikuti perubahanzaman dengan cara memberdayakan sumberpendidikan secara optimal melalui prosespembelajaran yang baik dan kondusif (Bell danRhodes, 1996:22-23).

Untuk mencapai sekolah bermutu secaraefektif dan efiesien diperlukan sarana (tools) yaitumen, money, materials, machines, methods, danmarkets. Salah satunya yang akan dibahasadalah metode BSC yang tepat untuk membantusekolah mengukur kinerja dan menerapkanstrategi untuk mencapai visi dan misinya. Awalmulanya BSC diterapkan dalam dunia bisnis diUSA sebagai implementasi strategi bisnis yangmendapatkan uang/laba sebanyak-banyaknya(Kaplan & Norton, 2006:23). Namun, seiringwaktu terjadi perubahan pada metode tersebut.BSC tidak hanya menekankan pada aspekkeuangan kuantitatif, tetapi juga aspek kualitatifdan nonkeuangan. Hal tersebut sejalan dengansektor publik yang menempatkan laba bukansebagai ukuran kinerja utama, namunpelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dannonkeuangan. Oleh karena itu, metode BSCdapat diterapkan dalam dunia pendidikan yangnotabene bentuk organisasi sosial nonkeuanganyang mengutamakan pelayanan maksimal.Cullen, Joyce, Hassal, dan Broadbent (2003: 45)mengusulkan bahwa metode BSC digunakan dilembaga pendidikan untuk memperbaikimanajemen, bukan sekedar memantau kinerja.

Sanusi (2014:36-38) berpendapat BSCmerupakan sistem manajemen strategis yangmenerjemahkan visi dan strategi suatuorganisasi ke dalam tujuan dan pengukurankinerja yang berfokus pada 4 (empat) perspektifyaitu perspektif keuangan (dana dan sranaprasarana), pelanggan (siswa dan orang tua),proses bisnis internal (kegiatan kurikuler), sertapembelajaran dan pertumbuhan (guru dan staf).Hasil pengukuran dan penilaian kinerja tersebutdapat dijadikan materi pemetaan dalammembuat perencanaan strategik danpengambilan keputusan pimpinan sertapengelola sekolah untuk mengembangkansekolah tersebut menjadi lebih baik, unggul, danmampu bersaing.

Page 44:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

37Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

Perspektif anggaran keuangan menjelaskanapa yang diharapkan oleh penyedia sumberdaya terhadap kinerja keuangan sekolah. Sepertiapa yang dikemukakan oleh Kaplan & Norton(2006:21), “ What are our share holder expectationsfor financial performance?” Apa harapan peme-gang saham untuk kinerja keuangan? Komponenini memfokuskan bagaimana sekolah menerje-mahkan hasil operasional ke dalam kesejah-teraan dalam bidang keuangan. Meskipunsekolah sektor publik tidak mengejar laba,sekolah perlu memikirkan bagaimanameningkatkan pendapatan dan mengurangibiaya secara berkelanjutan. Perspektif keuangandalam organisasi sektor publik terkait denganupaya untuk meningkatkan kinerja keuangandengan cara meningkatkan pendapatan dansekaligus mengurangi biaya. Upaya untukmeningkatkan pendapatan dan mengurangibiaya dimaksudkan untuk meningkatkankemandirian anggaran keuangan yang dapatdigunakan untuk meningkatkan pelayanan.

Kaplan menjelaskan, pada masa laluorganisasi mengonsentrasikan diri padakemampuan internal dan kurang memperhati-kan kebutuhan konsumen. Sekarang strategiorganisasi telah bergeser fokusnya dari internalke eksternal. Suatu produk akan semakin bernilaiapabila kinerjanya semakin mendekati ataubahkan melebihi dari apa yang diharapkan danpersepsikan konsumen. Pendidikan bermutu jikasekolah sebagai penyelenggara pendidikandapat memenuhi kebutuhan dan harapankhususnya orang tua dan siswa dan secaraumum masyarakat. Pelayanan yang maksimalseperti sarana prasarana yang memadai, danpengembangan SDM, pada akhirnya akanmeningkatkan mutu pendidikan sebagai outputdari sekolah.

Hasil kajian keempat perspektif ke duasekolah yang diteliti menunjukkan perlunyaperubahan guna memaksimalkan proses setiapperspektif. Setiap sekolah mengusulkan strategikebijakan untuk memperbaiki kondisi yangkurang maksimal. Strategi apa yang digunakanuntuk meningkatkan mutu SD berdasarkan BSCakan dibahas setiap perspektifnya di bawah ini.

Data penelitian Tabel 1 menunjukkan,kedua sekolah tersebut sudah menyediakan

sarana prasarana untuk kegiatan belajarmengajar di luar dan di dalam kelas namunbeberapa hal masih perlu diperhatikan agaraspek sarana prasarana dapat lebihditingkatkan lagi oleh kedua sekolah. Untuk ituperlu ada strategi kebijakan mengatasi kondisisekolah . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5berikut untuk strategi kebijakan prespektifkeuangan sekolah A dan B.

Tabel 5 menunjukkan, kepala sekolah danstakeholder kedua sekolah tersebut perlu fokuspada pengembangan SDM (memberikanpembekalan TIK dan paket pembelajaran yangterkait dengan keuangan) khususnya bagiankeuangan dan menyusun sistim anggarankeuangan secara on line (membuat program flowchart keuangan khusus untuk sekolah) sehinggadapat lebih transparansi untuk semua staf disekolah. Pengauditan dapat dengan mudah dancepat dilakukan.oleh berbagai pihak yangberkepentingan (pihak yayasan, kepala sekolah,pengawas pendidikan) Di samping itu, perlupemberdayaan masyarakat sekitar, termasukinstansi yang dapat membantu penyediaansarana prasarana sekolah. Anggaran keuanganyang transparan dan up to date akan membuatregulasi sistim manajemen sekolah lebih baiksehingga kebutuhan dan kepuasan pelanggan(siswa dan orang tua) terpenuhi. Sekolah Bbelum mengganggarkan dana untuk kegiatansiswa dan guru maka akan dilakukan banyakkerjasama dengan berbagai instansi yang terkaituntuk memberikan bantuan baik moril maupunmateriil guna membantu kegiatan siswa danguru lebih maksimal. Memberdayakan peranmasyarakat sekitar juga dilakukan untukmemaksimalkan proses kegiatan belajarmengajar di sekolah.

Perspektif kedua, guru perlu melakukanperbaikan secara terus-menerus danmenciptakan pertumbuhan secara berkelanjutankarena target dan ukuran kesuksesan akan terusberubah seiring dengan berjalannya waktu. Olehkarena itu, organisasi harus memfasilitasi guruberinovasi, berkreasi, dan belajar (Mahmudi,2013:146). Aspek ini dimaksudkan untukmenjawab pertanyaan “ How do we align ourintangible assets (people, systems, and culture) toimprove the critical processes?” (Kaplan & Norton,

Page 45:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

2006:21). Komponen aspek ini mefokuskan padakeberlanjutan agar menjamin dan meningkatkankemampuannya memuaskan para pelanggan.Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan disekolah berkaitan dengan pengembanganprofessional dari guru sebagai ujung tombakpemberian layanan kepada siswa yang

merupakan pelanggan utama pendidikan.Sekolah berfokus pada perbaikanpengembangan guru secara terus menerus(Mohamad Mahsun, 2009:160).

Ujung tombak keberhasilan pendidikan adadi tangan guru. Hal ini sejalan dengan sistem

Tabel 5: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Keuangan

No SD Kondisi Strategi Kebijakan

1 Swasta A Sarana untuk kegiatan akademikdan nonakademik tersediakecuali BK (dilakukan di ruangguru/kelas)

Meningkatkan sarana yang belum adaseperti ruang bimbingan konselingsiswa

Tidak menggunakan TIK secaraon line untuk sistem keuangandan administrasi keuangan tidakpernah ada pengembangan untukkeahlian

Menggunakan TIK sebagai alat bantuuntuk mempermudah sistem keuang-an dan administrasi yang dilakukansecara on line serta memberipendidikan kelanjutan untuk stafadministrasi

Belum transparan keuanganuntuk semua staf yang ada disekolah karena pihak stakeholdersangat dominan untuk anggaran

Menyusun strategi kebijakan yangtransparan antara stakeholder, kepalasekolah dan staf yang di sekolahbersama-sama

2 Negeri B Sarana untuk kegiatan akademikdan nonakademik sudah ada,yang belum tersedia seperti TIK,lab bahasa, BK, dan ekskul.

Meningkatkan sarana yang belum adaseperti ruang bimbingan konselingsiswa, TIK, lab bahasa dan ekskulmisalnya dengan kerjasama denganinstansi lain jika tidak memungkinkanuntuk menyediakan ruangan lagi

Tidak menggunakan TIK secaraon line untuk sistem keuangandan administrasi keuangan tidakpernah ada pengembangan untukkeahlian

Menggunakan TIK sebagai alat bantuuntuk mempermudah sistem keuang-an dan administrasi yang dilakukansecara on line serta memberipendidikan kelanjutan untuk stafadministrasi

Belum menganggarkan untukkegiatan siswa dan guru baikakademik dan nonakademiktetapi kerjasama dengan instansi

Melakukan kerjasama lebih banyakdengan instansi untuk kegiatan siswadan guru

Belum transparan keuanganuntuk semua staf di sekolahkarena pihak kepala sekolahsangat dominan untuk anggaran

Menyusun strategi kebijakan yangtransparan antara stakeholder, kepalasekolah dan staf di sekolah bersama-sama

Page 46:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

39Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

among Ki Hajar Dewantoro yaitu ing ngarso singtulodo artinya guru memberikan teladan dengansikap bukan dengan ceramah. Ing madya mangunkarso artinya guru membangun keinginan siswadan memberi kesempatan untuk mau mencobaberbuat sendiri. Tut wuri handayani artinya gurumemberikan dorongan dan memantau agarsiswa mampu bekerja sendiri. Oleh karena itu,guru perlu terus menerus mengembangkankeprofesionalannya sesuai tuntutan zaman.

Dari hasil kajian Tabel 2, kondisi guru dikedua sekolah belum maksimal baik pelayananmaupun kompetensinya. Oleh karena itu perluada strategi kebijakan baru untuk perspektif gurudi kedua sekolah tersebut, sebagaimana terlihatpada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukkan, di sekolah swasta Asemua kebijakan diatur oleh stakeholder(yayasan) sehingga ada kesinambungan antarapemasukan anggaran dengan rasio guru dansiswa di kelas. Guru sebagai ujung tombak yangmemberi pelayanan kepada siswa dan orangtua hanya pelaksana rutinitas dan kurang

banyak dilibatkan dalam berbagai hal sepertipenyusunan kebijakan kurikulum,pengembangan profesional, atau mengenalmasyarakat sekitar sekolah. Keterbatasanperanan guru disebabkan oleh banyaknya jammengajar serta tugas administrasi lainnya.Selain itu, jam kerja guru juga penuh (fulltime)yaitu dari 06.45 pagi sampai pukul 16.00 sore.Sebagian besar guru sudah dapat mengopera-sikan komputer guna mempermudah danmemperlancar pekerjaan guru sepertiadministrasi dan media di kelas. Monitoringguru dalam bentuk supervisi kelas dilakukanoleh yang membidangi kurikulum dan kepalasekolah tanpa terjadwal. Program PenelitianTindakan Kelas (PTK) hanya program tahunaninsidentil saja sehingga tidak berdampak padapengembangan profesional guru. Lesson studybelum optimal pada perbaikan guru mengajar.

Di sekolah negeri B semua kebijakantermasuk anggaran keuangan diatur oleh kepalasekolah sehingga rasio guru dan siswa kurangideal merupakan kebijakan kepala sekolah.

Tabel 6: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Guru

No SD Kondisi Strategi Kebijakan

Guru kelas adalah guru tetap yayasandan sudah lulus S1 PGSD (60% yangterampil TIK)

Meningkatkan keterampilanmenggunakan TIK untuk menunjangadministrasi dan mengajar di kelas

Pengembangan untuk keahlian/pendidikan lanjutan untuk gurubelum ada

Meningkatkan pengembangan SDMmisalnya membuka lowongan untukmelanjutkan pendidikan S2 PGSD

Pembinaan guru dilakukan olehkoord. kurikulum, kepala sekolah,yayasan, dan dinas pendidikan dalambentuk seminar, rapat atau supervis.

Menjadwalkan pembinaan gurusebagai program utama untukpengembangan profesional gurudalam bentuk perkuliahan, kursussingkat atau seminar

Guru tidak pernah dilibatkan dalammenyusun kebijakan (keuangan,kurikulum, sarpras) kecuali kesiswaansaja oleh yayasan dan kepala sekolah

Melibatkan guru dalam menyusunkebijakan (keuangan, kurikulum, sar-pras, kesiswaan, pengembangan SDM)sekaligus memberi masukan dari guru

Komunikasi guru dengan kepalasekolah, orang tua,dan siswa baiknamun komunikasi dengan yayasandan masyakarat sekitar belum ada

Menciptakan suasana agar guru lebihkomunikatif dan lebih berkomunikasidengan masyarakat sekitar denganmembuat berbagai program yangmelibatkan masyarakat sekitar

Page 47:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

Berbeda dengan sekolah swasta A, jam mengajarguru lebih sedikit yakni mulai dari pukul 07.00sampai pukul 12.00 dan guru mendapatkesempatan komunikasi dengan masyarakatsekitar. Hanya sedikit guru yang bisamengoperasikan komputer sehingga pekerjaanadministrasi masih dikerjakan manual. Samahalnya dengan sekolah swasta A, monitoringguru dalam bentuk supervisi tidak terjadwalsehingga guru kurang mendapatkan manfaat

untuk memperbaikinya. Lesson study dan PTKdikerjakan guru sekedar memenuhi administrasisehingga kurang optimal untuk pengembangandiri dan guru berfungsi sebagai pelaksanarutinitas mengajar saja. Padahal, pengembanganguru harus dilakukan secara terus menerus danberkelanjutan. Dengan kata lain, guru dapatmemberikan pelayanan maksimal kepada siswadan orang tua jika memiliki tingkat profesionalyang tinggi sehingga menghasilkan produk

No SD Kondisi Strategi Kebijakan

Guru jarang dimonitoring sehinggalesson studi belum optimal

Monitoring guru terjadwalkan agarmendapatkan hasil optimal

Guru hanya menjalankan tugas sajasecara rutin seperti menyusunadministrasi sekolah, mengajar dikelas, dan tugas lainnya yangdiberikan oleh kepala sekolah

Menciptakan kondisi yang merangsangguru untuk berkompetisi dalambidang mengajar secara profesionalsehingga ada kepuasan dari gurudalam bentuk prestasi

Guru kelas adalah guru tetap (PNS)dan lulus S1 PGSD (10% yang terampilTIK)

Meningkatkan keterampilanmenggunakan TIK untuk menunjangadministrasi dan mengajar di kelas

Rasio guru dan siswa kurang idealsesuai dengan aturan pemerintah

Menambah ruang kelas ataumenambah guru bantu agar rasio siswadan guru menjadi lebih ideal

Pengembangan untuk keahlian/pendidikan lanjutan untuk gurubelum ada

Meningkatkan pengembangan SDMmisalnya membuka lowongan untukmelanjutkan pendidikan S2 PGSD

Pembinaan guru dilakukan olehkoord. kurikulum, kepala sekolah, dandinas pendidikan dalam bentukseminar, rapat atau supervisi

Menjadwalkan pembinaan guru seba-gai program utama untuk pengem-bangan profesional guru dalam bentukperkuliahan, kursus singkat atauseminar

Guru tidak pernah dilibatkan dalammenyusun kebijakan (keuangan,kurikulum, sarpras) kecuali kesiswaansaja oleh kepala sekolah

Melibatkan guru dalam menyusunkebijakan (keuangan, kurikulum, sar-pras, kesiswaan, pengembangan SDM)sekaligus memberi masukan dari guru

Guru jarang dimonitoring sehinggalesson studi belum optimal

Monitoring guru terjadwalkan agarmendapatkan hasil optimal

Guru hanya menjalankan tugas sajasecara rutin seperti menyusunadministrasi sekolah, mengajar dikelas, dan tugas lainnya yangdiberikan oleh kepala sekolah

Menciptakan kondisi yang merangsangguru untuk berkompetisi dalambidang mengajar secara profesionalsehingga ada kepuasan dari gurudalam bentuk prestasi

Page 48:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

41Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

(mutu lulusan) yang bermutu sesuai denganharapan dan kebutuhan pengguna.

Perspektif ketiga, kurikulum, sebagai motorpenggerak proses internal terjadi untukmenghasilkan produk sesuai kebutuhan dankepuasan siswa dan orang tua, pada akhirnyaberdampak pada peningkatan anggarankeuangan. Perspektif ini dimaksudkan untukmenjawab pertanyaan “ What processes must weexcelat to satisf your customers and share holders?”(Kaplan & Norton, 2006:21). Pada perspektif ini,organisasi pada dasarnya memiliki tujuan yangsama, yaitu untuk membangun keunggulanorganisasi melalui perbaikan proses internalorganisasi secara berkelanjutan (Mahmudi,2013:145). Kurikulum mencakup tujuanpendidikan, isi pendidikan, pengalaman belajardan penilaian yang digunakan sebagi tolok ukurpenilaian kinerja oleh sekolah. Hal ini sejalandengan pendapat Miller and Seller (1985:175)“curriculum components consist of: 1) aims andobjectives, 2) content, 3) teaching strategis/learningexperiences, 4) organization of content and teachingstrategies”.

Secara tertulis, kurikulum dapat berbentuksuatu dokumen yang berisikan berbagaikomponen seperti pikiran tentang pendidikan,tujuan yang akan dicapai oleh kurikulumtersebut, konten (isi) yang dirancang dan harusdikuasai siswa untuk menguasai tujuan, prosesyang dirancang untuk menguasai konten (isi),metode, serta evaluasi yang dirancang untukmengetahui penguasaan kemampuan yangdinyatakan dalam tujuan. Secara tidak tertulis,kurikulum dapat juga berbentuk prosespengalaman belajar yang dilakukan siswa danguru di sekolah sehingga dapat diamati secaralangsung seperti: proses berpikir, prosespenyimpanan informasi, proses pembentukansikap, dan proses pembentukan karakter.

Terkait dengan kurikulum di sekolah, yangperlu difokuskan antara lain: proses inovasi,yang diukur output sesuai dengan tuntutanzaman dan perkembangan anak; prosesoperasional, yang diukur dengan peningkatanmutu lulusan; dan proses pelayanan, yangdiukur dengan pelayanan saat mengajar, waktuyang dibutuhkan untuk memberikan pelayanankepada siswa, penanganan keluhan siswa dan

lainnya. Tabel 3 menunjukkan bahwa gurumengajar masih cenderung teacher centered walausudah mulai melangkah ke paradigma studentcentered. Guru tidak pernah dilibatkan dalampenyusunan kurikulum. Strategi kebijakan untukperspektif kurikulum di kedua sekolah tersebutditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan, sekolah swasta Amenerapkan kurikulum ‘gemuk’ denganharapan anak menjadi pandai dari segi kognitifsehingga anak bisa diterima di SMP favorit.Sekolah negeri B menggunakan kurikulumsesuai dengan pemerintah yang menekankanpada segi kognitif saja. Masih banyak orang tuadan masyarakat beranggapan, sekolah favorititu menghasilkan jumlah dan nilai lulusan yangtinggi. Padahal, sekolah yang bermutu menurutUU Sisdiknas menghasilkan manusia yangunggul dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.Jika ditilik lebih dalam, alasan guru dan sekolahlebih menekankan pada segi kognitif saja ialahujian sekolah dan ujian nasional yang masihdilihat dari skor nilai setiap siswa dan sekolahdari setiap mata pelajaran. Fakta ini secara tidaklangsung membuat guru melakukan kegiatanmengajar bersifat drill soal latihan untukmempersiapkan siswanya siap menghadapiujian tertulis. Fakta kedua, perkembangan siswadengan mudah dilihat dari segi kognitifdaripada kinerja dan afektif. Selain itu, teknikpenilaian kedua aspek itu lebih rumit dan butuhwaktu lama serta juga bukan sasaran utamapenilaian. Fakta ketiga, pandangan orang tua/masyarakat yang mendambakan anaknyameraih juara dengan skor nilai tertinggi danmasuk ke sekolah favorit yang mengharuskanmengikuti tes potensi akademik untuk matapelajaran seperti Matematika, IPA, IPS danBahasa Indonesia dan melampirkan Nilai UjianNasional (NUN) murni sebagai bahanpertimbangan diterima atau tidaknya. Olehkarena pada umumnya jumlah yang mendaftarke sekolah favorit banyak sekali (lebih dari batas),persaingan skor sangat berpengaruh.

Guru sebagai manajer di dalam kelas perlumenerapkan keterampilan mengatur pekerja-annya agar maksimal. Namun kenyataannya,manajemen sekolah dan kelas belum maksimalditerapkan di sekolah dan kelas oleh kedua

Page 49:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

Tabel 7: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Kurikulum

No SD Kondisi Strategi Kebijakan

1 SwastaA

Di perpustakaan buku tersediamencukupi kebutuhan dan jumlahsiswa di sekolah/kelas

Meningkatkan pelayanan dengansistim digital

Kurikulum yang digunakan "gemuk"kurang relevan dengan perkembang-an anak SD dan masih menekankanproduk (tes tertulis saja)

Mengaplikasikan PAIKEM agar siswatidak merasa bosan dan stres danperbanyak kegiatan prosespembelajarannya

Guru belum menerapkan manajemenkelas (merencanakan,mengorganisasi, melaksanakan danmengevaluasi) namun tugas rutinseperti menyusun RPP, silabus,mengajar, dan memeriksa hasilulangan anak dilaksanakan secararutin.

Memperkenalkan manajemen kelaspada guru untuk dapat diterapkan dikelas sehingga rutintas pekerjaanmenjadi tidak membosankan karenatermotivasi dengan kegiatanmanajemen kelas yang kreatif. Jadimateri praktikum akan diujicobakandulu oleh guru

Keterampilan guru mengajar di kelasbelum maksimal seperti TIK danmengundang nara sumber belumdigunakan sebagai mediapembelajaran (metode variasi sepertistudy field, bercerita, bermain peran,bermain, praktikum, diskusi, kerjakelompok dan menggunakan alamsekitar untuk media pembelajaransudah dilaksanakan) masihmenekankan pada ceramah danlatihan soal

Meningkatkan kemampuan gurumengajar dalam segi metodemengajar yang student centeredsehingga mutu lulusan dapatmeningkat bukan dari segi kognitiftapi afektif dan psikomotor. Jadibukan sekedar pandai mengerjakansoal ulangan saja tapi memecahkanpermasalahan yang ditemui sehari-hari dapat terpecahkan sesuaiperkembangan anak.

Belum maksimal menggunakan TIKuntuk administrasi guru sepertipenilaian kelas yang sudah dipro-gram namun menyusun silabus/RPPsudah dengan bantuan TIK

Meningkatkan kemampuanketerampilan menggunakan TIKdengan mengikutsertakan kursuskomputer

Guru tidak dilibatkan dalammenyusun kebijakan kurikulumsehingga guru tidak pernah dimintamasukan/saran dalam revisi/riviukebijakan kurikulum (guru hanyasebagai pelaksana kebijakankurikulum yang sudah disusunkepala sekolah/yayasan)

Melibatkan guru dalam perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan danpenilaian pada kebijakan terutamakurikulum

Kepala sekolah menerapkanmanajemen sekolah sebatasadministrasi (buku KTSP 1 dan KTSP2) masih menekankan pada segiproduk (nilai ulangan tertulis/kognitif dan jumlah lulusan)

Mengubah paradigma sekolah favoritkarena jumlah dan nilai ujian(kognitif) kelulusan yang tinggi.Mutu lulusan baik jika aspekkognitif, afektif dan psikomotor baik.

Page 50:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

43Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

No SD Kondisi Strategi Kebijakan

2 NegeriB

Di perpustakaan buku yang belummencukupi kebutuhan dan jumlahsiswa di sekolah/kelas

Menambah jumlah buku diperpustakaan denganmemberdayakan masyarakat sekitar

Kurikulum yang digunakan sesuaidengan aturan pemerintah(penekanan pada produknya dalambentuk hasil ulangan tertulis walauada penilaian kelas hanya sekedaradministrasi kelas saja)

Kurikulum sesuai denganpemerintah namun outputnya belumsesuai harapan pemerintahmelakukan penilaian kinerja (produkdan proses) bukan sekedaradminitrasi kelas saja.

Guru belum menerapkan manajemenkelas (merencanakan, mengorganis-asi, melaksanakan dan mengevaluasi)namun tugas rutin seperti menyusunRPP, silabus, mengajar, danmemeriksa hasil ulangan anakdilaksanakan secara rutin

Memperkenalkan manajemen kelaspada guru untuk dapat diterapkan dikelas sehingga rutintas pekerjaanmenjadi tidak membosankan karenatermotivasi dengan kegiatanmanajemen kelas yang kreatif. Jadimateri praktikum akan diujicobakandulu oleh guru

Keterampilan guru mengajar di kelasbelum maksimal seperti TIK, materipraktikum diujicobakan dulu olehguru, dan mengundang nara sumberbelum digunakan sebagai mediapembelajaran (dominan padaceramah dan latihan soal)

Meningkatkan kemampuan gurumengajar dalam segi metodemengajar yang student centeredsehingga mutu lulusan dapatmeningkat bukan dari segi kognitiftapi afektif dan psikomotor. Jadibukan sekedar pandai mengerjakansoal ulangan saja tapi memecahkanpermasalahan yang ditemui sehari-hari dapat terpecahkan sesuaiperkembangan anak.

Belum maksimal menggunakan TIKuntuk administrasi guru sepertipenilaian kelas yang sudahdiprogram dan menyusun silabus/RPP yang masih ditulis tangan.

Meningkatkan kemampuanketerampilan menggunakan TIKdengan mengikutsertakan kursuskomputer

Guru tidak dilibatkan dalammenyusun kebijakan kurikulumsehingga guru tidak pernah dimintamasukan/saran dalam revisi/riviukebijakan kurikulum (guru hanyasebagai pelaksana kebijakankurikulum yang sudah disusunkepala sekolah.

Melibatkan guru dalam perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan danpenilaian pada kebijakan terutamakurikulum

Kepala sekolah menerapkanmanajemen sekolah sebatasadministrasi (buku KTSP 1 dan KTSP2) masih menekankan pada segiproduk (nilai ulangantertulis/kognitif dan jumlah lulusan)

Mengubah paradigma sekolah favoritkarena jumlah dan nilai ujian(kognitif) kelulusan yang tinggi.Mutu lulusan baik jika aspekkognitif, afektif dan psikomotor baik.

Page 51:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

sekolah tersebut sehingga ukuran kinerja masihdominan pada administrasi. Menurut Bell danRhodes (1996: 90-92), perencanaan, pelaksana-an, dan penilaian kurikulum tidak hanyamenjadi tanggung jawab guru dan kepalasekolah, tetapi semua instansi yang terlibatseperti pengawas dan pemerintah pusat.Walaupun demikian, dalam pelaksanaannyaguru serta kepala sekolah menjadi ujung tombakkeberhasilannya. Kegiatan manajemen kuriku-lum dan pengajaran meliputi pernyataankurikulum, kebijakan kurikulum, skema kerja,rencana mingguan, rencana semester, penilaian,evaluasi, dan revisi. Pihak yang terlibat adalahpemerintah pusat, kepala sekolah, staf senior,koordinator kurikulum, dan guru dengantanggung jawab yang berbeda untuk setiappihak dalam kegiatan tersebut.

Tanggungjawab pemerintah pusat dalampernyataan kurikulum adalah memberikanmandat kepada kepala sekolah. Pemerintahpusat memberikan dukungan kebijakan teknispelaksanaan dan memantau penilaian, evaluasi,dan revisi kurikulum. Jadi, pemerintah pusatbertanggung jawab mengatur kurikulum secaraefektif terutama pada biaya. Sedangkan kepalasekolah sebagai manajer sekolah bertanggungjawab pada penulisan visi dan misi sekolah sertamenjadi komisaris pemantau saja padakebijakan dan teknis pelaksanaan. Untukpenilaian, evaluasi, dan revisi kepala sekolahmemantau. Kepala sekolah dibantu oleh stafsenior dan koordinator kurikulum dalamperencanaan dan pelaksanaan teknisnya, sepertimemberi masukan ketika kepala sekolahmenyusun visi dan misi. Namun, kebijakanteknis operasionalnya disusun oleh koordinatorkurikulum dibantu oleh staf senior dapatdilaksanakan di sekolah dengan baik. Dalampenyusunan rencana semester dan mingguanserta kegiatan penilaian dan evaluasi,koordinator kurikulum memberi dukungankepada guru yang menjadi pelaksana.

Guru sebagai ujung tombak pelaksanaanharus memiliki keterampilan dalam mentransferkebijakan kepala sekolah agar dapat terlaksanadengan baik di kelas. Dalam kegiatan, pernya-taan kurikulum harus mendukung visi dan misiyang disusun oleh kepala sekolah sesuai mandat

dari pemerintah pusat. Dalam kegiatan evaluasidan revisi, peranan guru yang paling pentingkarena mereka memiliki banyak informasitentang kegiatan yang sudah dilakukan. Olehkarena itu, guru perlu dilibatkan dalam perenca-naan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum.

Pembagian tanggung jawab dalammanajemen kurikulum terlihat pada Tabel 8.Selain itu, guru dan kepala sekolah menerapkanmanajemen sekolah dan kelas yang baik sehing-ga ukuran kinerja setiap langkah dapat terukurdan dapat diperbaiki guna peningkatan mutukinerja. Pengembangan profesionalme gurusangat diperlukan guna memenuhi aspekkurikulum. Sebagai pelaksana kurikulum, guruperlu dibekali berbagai metode mengajar yangsesuai dengan visi dan misi kurikulum. BaikKTSP maupun K-13 menggunakan metode‘student centered’ artinya melibatkan siswadalam berpikir serta bertindak menggunakansikap dan emosi yang menjadikan manusiaunggul dan mampu bersaing. Bermain sambilbelajar untuk kelas 1 dan 2 SD, sedangkanbekerja sambil belajar untuk kelas 3-6 SD.Pembekalan guru dalam menggunakan TIKsebagai sarana media atau administrasi perludikembangkan guna meningkatkan mutupendidikan. Guru dapat memberikan saran danmasukan untuk kebijakan kurikulum daripelaksananya selama mengajar 1 semester yangdipantau oleh koordinator kurikulum dankepala sekolah.

Siswa sebagai subyek, bukan obyek artinya,siswa terlibat baik jamani dan rohani dalampembelajaran sementara guru sebagai fasilitatordan motivator. Kedudukan dan peran siswa danguru ini selaras dengan ungkapan Ki HajarDewantara yang menempatkan siswa sebagaisubyek dan pada usia tersebut guru memberikananjuran/nasihat/dorongan bukan memaksakankehendaknya (1962:156). Memberikan pengala-man langsung pada siswa akan memberikanpenjelasan konsep abstrak dari benda kongkrityang disodorkan. Hal ini diungkapkan olehMulyasa bahwa proses belajar terjadi jika siswamenambah terus pengalamannya yang akantumbuh lebih banyak sehingga akan terbentukgagasan/ide baru. Pengetahuan diperolehmelalui pengalamannya, bukan dijejali oleh guru

Page 52:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

45Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

(2013:98). Dave Meier dalam Suderajat (2011:60)mengungkapkan, bila individu dirangsangdengan belajar yang menyenangkan maka lymbicsystem sebagai social emotional brain akan men-trigger neocortex untuk berpikir cerdas danreptilian brain untuk mengatur detak jantungsehingga daya tahan (endurance) individu yangbelajar meningkat hingga 6 sampai 8 jam dalamsehari. Dampaknya, individu belajar dengancepat karena motivasi tinggi. Selanjutnya, Herrdan Larson (2000: 22) mengungkapkan, dalamproses pembelajaran yang dibutuhkan olehsiswa adalah belajar untuk berpikir, belajaruntuk memberikan alasan, belajar untukmengambil keputusan melalui bermain sambilbelajar dan bekerja.

Dalam proses belajar terjadi interaksi antaraguru dan siswa. Menurut prinsip konstrukti-visme, seorang guru berperan sebagai mediatordan fasilitator yang membantu agar prosesbelajar siswa berjalan dengan baik. Contoh, gurumenyediakan atau memberikan kegiatan yangmerangsang keingintahuan siswa, membantumereka mengekspresikan gagasan danmengkomunikasikan ide ilmiahnya, menyedia-kan sarana yang merangsang berpikir siswa

secara produktif dan mendukung pengalamanbelajar siswa. Selain itu guru juga memonitor,mengevaluasi, dan menunjukkan apakahpemikiran siswa itu jalan atau tidak. Keduasekolah tersebut belum memaksimalkan potensiguru untuk mengembangkan kemampuan siswadalam 3 (tiga) aspek: kognitif, afektif danpsikomotornya. Guru masih mendominasidengan ceramah dan latihan soal. Bahkan orangtua memasukkan anaknya dalam bimbinganbelajar agar siswa dapat berlatih banyak soallagi. Siswa hafal soal latihan tanpa memaknaiarti dalam soal. Soal yang diberikan pada anakdalam bentuk C1, C2 dan C3 saja dan kurangmelatihkan C4, C5 dan C6

Buku sebagai salah satu media pembel-ajaran yang terbuka sifatnya, artinya ketika siswaingin mencari sesuatu dari keinginantahuannya,melalui buku dapat terjawab dengan sendirinya.Oleh karena itu, jumlah dan varian buku diperpustakaan perlu diperhatikan. Sekolah negeriB masih perlu menambah jenis dan jumlah bukudengan cara antara lain melibatkan masyarakatsekitar untuk menambah jumlah buku sepertisponsor dari instansi, komite sekolah, sumbang-an sukarela dari siswa atau mengalokasi

Tabel 8: Tanggung Jawab Dalam Manajemen Kurikulum

CurriculumPlan Head Teachers Senior

StaffSubject

Coordinator Class Teacher Governors

Curriculumstatement

Originator Advisers Advisers Supporter Mandate giverReporter

Curriculumpolicies

CommissionerMonitor

Supporter Writer Implementer Supporter

Schemes of work CommissionerMonitor

Supporter Writer Implementer Supporter

Termly plans Monitor Monitor Supporter Implementer Supporter

Weekly plans Monitor Monitor Supporter Implementer Supporter

Assessment CommissionerMonitor

Monitor WriterSupporter

Implementer Supporter

Evaluation Monitor Monitor Supporter Informationgiver

Monitor

Review/Revision Monitor Supporter Writer Informationgiver

Monitor

Page 53:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

keuangan untuk pembelian buku. Sekolahswasta A, yang sudah memiliki jumlah danvarian buku yang cukup, sebaiknya mengem-bangkan koleksi bukunya menjadi sistim digitalyang mempermudah siswa untuk membaca.

Perspektif keempat, siswa dan orang tuasebagai pihak pelanggan sekolah. Organisasisektor nonpublik (sekolah) dalam perspektifpelanggan (orang tua dan siswa) berfokus untukmemenuhi kepuasan pelanggan melaluipenyediaan jasa dan pelayanan yang bermutudengan harga yang terjangkau. Perspektif inidimaksudkan untuk menjawab pertanyaanKaplan & Norton (2006:21) “To reach our financialobjectives, how do we create value for our customers?”Untuk memuaskan pelanggan, guru, kurikulum,dan anggaran keuangan akan saling terkait danmemberikan kontribusi.

Harapan pelanggan (orang tua dan siswaSD) adalah untuk mendapatkan pelayanan

maksimal dan produk bermutu. Pelayanantermasuk bagaimana guru mengajar di kelas,fasilitas apa saja yang diterima oleh siswa danorang tua, dan infrastruktur apa saja yangdisiapkan sekolah guna menunjang prosesbelajar mengajar. Sedangkan produk yangdihasilkan siswa dapat mengembangkanpotensi seperti penanaman nilai dan normakehidupan, pembentukan dan pembiasaanperilaku yang diharapkan, pengembanganpengetahuan dan keterampilan dasar, sertapengembangan motivasi dan sikap belajar yangpositif. Fungsi pendidikan dasar mengembang-kan sikap kreatif, antusias untuk bereksplorasi,bereksperimen, berimajinasi, berani mencoba,dan mengambil resiko seperti yang tercantumdalam UU No. 20 Thn 2003 tentang Sisdiknas.Jadi, pendidikan dasar khususnya SD merupa-kan pondasi pendidikan sebagai sarana utamauntuk menggali potensi diri dan membentuk

Tabel 9: Kondisi dan Strategi Kebijakan Perspektif Siswa dan Orang Tua

No SD Kondisi Strategi Kebijakan

1 SwastaA

Sekolah favorit akibatnya banyakberlomba mendaftar tetapi yang diterimasesuai bangku tersedia (3 kelas)

Meningkatkan pelayanan agar tetapbertahan jadi sekolah favorit yangbukan saja menekankan segi kognitif

Siswa dan orang tua puas denganlayanan akademik tetapi untuk nonakademik masih belum optimal

Meningkatkan pelayanan nonakademik kerjasama dengan instansilainnya

Siswa sangat disiplin didukungorang tuanya (budaya sekolah)

Mempertahankan budaya sekolah(disiplin)

Pengembangan potensi diri anak baikakademik maupun non akademikhanya terbatas pada beberapa anaksaja untuk ikut perlombaan antarkelas/sekolah atau gugus

Memperbanyak programpengembangan akademik dan nonakademik sehingga setiap siswa bisaikut terlibat dengan kerjasamadengan instansi atau sekolah lain

Tidak ada anak yang kurang mampudalam segi ekonomi (tidak adabeasiswa untuk anak miskin)

Membuka beasiswa bagi siswa yangberprestasi namun kurang mampu

Komunikasi antar siswa belumoptimal tetapi dengan guru sudahbaik

Mengoptimalkan komunikasi siswadengan siswa melalui program yangdiadakan di sekolah

Siswa dan orang tua tidak pernahdilibatkan dalam menyusun berbagaikebijakan di sekolah

Melibatkan perwakilan siswa daaorang tua untuk menyusun kebijakansekolah

Page 54:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

47Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

karakter agar menjadi manusia seutuhnya.Untuk memenuhi harapan pelanggan, aspek inimenunjukkan bagaimana baiknya sekolahmenjalankan kegiatan dan mencapai hasil sesuaiharapan pelanggan. Perspektif keempat dalamBSC mengembangkan pengukuran dan tujuanuntuk mendorong sekolah agar berjalan dantumbuh.

Tabel 4 menunjukkan orang tua dan siswaSD sebagai pelanggan utama belum mencapaitingkat kepuasaan yang tinggi. Perpektif orangtua dan siswa sangat erat terkait denganperspektif kurikulum, guru, dan keuangan. Halini terlihat pada Tabel 9 yang menunjukkan,kedua sekolah tersebut sebagai sekolah favoritbagi siswa SD karena mampu meluluskan siswadengan skor nilai tertinggi serta masuk ke SekolahMenengah Pertama (SMP) favorit. Sekolahsebagai penyelenggara pendidikan mengupaya-kan semaksimal harapan dan keinginan

masyarakat khususnya orang tua siswa yanganaknya bersaing masuk SMP favorit denganskor nilai tinggi. Oleh karena itu, guru akanmelakukan kegiatan belajar mengajar yangbukan menekankan PAIKEM tapi lebih ceramahdan drill soal. Keterkaitan kebutuhan (orang tuadan siswa) dan pelayanan (guru dan sekolah)menjadi sangat erat.

Hal lain, kedua sekolah tersebut belummemaksimalkan semua potensi siswa baik darisegi akademik maupun nonakademik. Hanyabeberapa siswa saja sebagai perwakilan sekolahyang ikut perlombaan sehingga membuat siswayang tidak terpilih menjadi perwakilan menjadiminder dan tidak termotivasi. Guru dan sekolahlebih fokus pada siswa yang sudah terlihat bakatatau prestasi akademiknya dan guru hanyamemberi bimbingan sekedarnya untukmempersiapkan ajang perlombaan. Padahal,setiap siswa punya potensi yang perlu digali dan

No SD Kondisi Strategi Kebijakan

2 NegeriB

Sekolah favorit akibatnya banyak ber-lomba mendaftar tetapi yang diterimasesuai bangku tersedia ( 5 kelas)

Meningkatkan pelayanan agar tetapbertahan jadi sekolah favorit yangbukan saja menekankan segi kognitif

Siswa dan orang tua puas denganlayanan akademik tetapi untuk nonakademik masih belum optimal(kadang guru tidak ada)

Meningkatkan pelayanan nonakademik kerjasama dengan instansilainnya

Siswa kurang disiplin belum didu-kung orang tuanya (budaya sekolah)

Menyusun program disiplin aturanagar jadi budaya sekolah

Pengembangan potensi diri anak baikakademik maupun non akademikhanya terbatas pada beberapa anaksaja untuk ikut perlombaan antarkelas/sekolah atau gugus

Memperbanyak programpengembangan akademik dan nonakademik sehingga setiap siswa bisaikut terlibat dengan kerjasamadengan instansi atau sekolah lain

Komunikasi antar siswa belumoptimal tetapi dengan guru sudahbaik

Mengoptimalkan komunikasi siswadengan siswa melalui program yangdiadakan di sekolah

Siswa tidak pernah dilibatkan dalammenyusun berbagai kebijakan di sekolah

Melibatkan perwakilan siswa untukmenyusun kebijakan sekolah

Orang tua kadang dilibatkan dalammenyusun berbagai kebijakan disekolah (komite orang tua)

Meningkatkan kerjasama dengankomite orang tua untuk menyusunkebijakan sekolah

Page 55:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

diasah agar potensi diri dapat muncul pada dirisiswa. Guru kurang menggali optensi yangtersembunyi dari setiap siswanya, padahalkesempatan setiap siswa untuk ikut ajangperlombaan merupakan hak setiap siswa.Strategi kebijakan untuk perspektif ini, sebaiknyamelakukan kerjasama dengan berbagai sekolahatau instansi lain sehingga setiap siswa dapatmengikuti ajang perlombaan, bukan sekedarpiala yang dicari siswa tetapi rasa bangga bisaikut lomba dan memotivasi potensi dirinyamenjadi lebih berkembang. Sebaiknya, sekolahmemilih siswa secara bergantian untuk ikutperlombaan. Adakan lomba antarkelas paralelatau lomba antarkelas di sekolah untuk mencaribakat setiap siswa dan memberikan kesempatansetiap siswa untuk menunjukkan prestasi baikakademik maupun non akademik.

Kerinduan siswa mengasah potensi non-akademik terlihat pada Tabel 9. Kedua sekolahtersebut lebih menekankan pengembanganaspek kognitif semata (yang mengacu pada nilairapor dan ijazah serta diterimanya di SMPfavorit), padahal siswa merindukan pengem-bangan aspek nonakademik. Kegiatannonakademik di sekolah dalam bentuk ekstrakurikuler 2 jam pelajaran, olahraga 2 jampelajaran, dan SBDP (keterampil-an dan seni) 2jam pelajaran serta pramuka 2 jam pelajaran. Jikadilihat dari jumlah jam pelajaran di SD sekitar40 jam pelajaran (Permendiknas 57/2017),hanya 20% pengem-bangan potensi untuknonakademik. Strategi kebijakannya adalahmembuat program yang dapat mengembangkanaspek nonakademik sesuai dengan kondisi danvisi sekolah seperti paguyuban angklung, pencaksilat, gamelan Sunda, dan seterusnya dalambentuk kegiatan kemasyarakatan dimulai darikegiatan di kelas lalu diundang semuaorangtuanya untuk melihat pentas anaknya.Kegiatan ini dapat dijadikan ujian akhir sekolahsebagai proyek dengan penilaian kognitif,psikomotor, dan afektif. Selain bangga denganproyeknya yang dapat dilihat oleh orang tua dantemannya, siswa juga secara tidak langsungsudah melakukan ujian akhir.

Pandangan orang tua sebagai pelangganmasih memiliki paradigma, nilai tinggi dalamaspek akademik menunjukkan anak pandai danhebat. Mengedukasi orang tua melalui komite

sekolah dengan melibatkan psikolog, pakarpendidikan dan kepala sekolah untukmengubah paradigma yang salah tersebutdengan berbagai kegiatan, bukan hanya seminarsaja tetapi kegiatan yang bisa membuka pikiranpara orang tua. Di lain pihak, sekolahmembutuhkan pelanggan (orang tua dan siswa)sehingga interaksi antara produsen danpelanggan harus harmonis dan selaras.Mengajak komite orang tua dalam menyusunkebijakan sekolah merupakan salah satu strategimeningkatkan tingkat kepuasan pelanggan.

Siswa sebagai pelanggan utama dalamdunia pendidikan belum pernah diajakkomunikasi antarsiswa itu sendiri untukmeningkatkan tingkat kepuasaannya. Umum-nya, siswa menjadi objek pelaku kebijakan yangdisusun. Kedua sekolah tersebut baru melibat-kan perwakilan siswa dan belum mengikut-sertakan banyak siswa dalam forum komunikasiuntuk menyusun kebijakan sekolah. Siswadiwakili satu orang dari kelasnya untuk menge-mukakan pendapatnya. Diskusi antar-siwakelas 1-3 dipimpin guru dan untuk kelas 4-6 di-pimpin ketua kelas. Setiap perwakilan kelas da-pat mengemukakan pendapatnya dalam forumkomunikasi antarsiswa di sekolah dari kelas 1-6 SD. Dipilih dari perwakilan kelas 1-6 beberapasiswa untuk ikut dalam rapat kebijakan sekolah.

Sekolah swasta A yang notabene sekolahfavorit sehingga banyak siswa yang orangtua-nya dikatagorikan mampu yang menyekolahkananaknya di sekolah tersebut. Alangkah baiknyajika memberikan kesempatan untuk anak yangkurang mampu namun berprestasi secaraakademik atau nonakademik untuk bersekolahdi sekolah tersebut melalui program beasiswa,sehingga kondisi heterogen siswa dapat lebihbanyak membelajarkan siswa untuk hidupdalam dunia nyata.

Sekolah negeri B, yang belum membudaya-kan aturan disiplin baik dari siswa maupunorang tua, sebaiknya membuat program untukmembudayakan disiplin dalam kehidupansehari-hari melalui tindakan nyata. Pembentu-kan karakter dimulai dari pola pembiasaan anaksehari-hari. Oleh karena itu, bukan siswa danorang tua saja yang melakukan budaya disiplintetapi pihak staf sekolah dan kepala sekolahharus menjadi model untuk siswa dan orang tua.

Page 56:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

49Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

Setelah menyusun BSC dari aspek anggarankeuangan, guru, siswa, dan kurikulum makalangkah selanjutnya adalah menyusun danmengimplementasikan strategi kebijakan.Langkah pertama dalam menyusun BSC adalahmemprioritaskan kebijakan mana yang akandilakukan secara bertahap dan terukur kinerja-nya dengan mengacu pada data yang sudahdiperoleh. Menggunakan teknologi informatikauntuk membantu mengimplementasikan BSC.Selanjutnya, stakeholder dan kepala sekolahmenyelaraskan dengan visi dan misi sekolah.Implementasi BSC tidak bisa langsung dilaku-kan pada setiap unit organisasi secara bersama-an, tetapi harus dilakukan secara bertahap. Olehkarena itu, disusun secara tingkatan birokrasiseperti dibuat pada tingkat Yayasan/stakeholder,yang kemudian diterjemah-kan ke dalam BSCtingkat kepala sekolah dan selanjutnya diterje-mahkan lagi ke tingkat guru. Pada tahapan initim yang dibentuk mengomunikasikan inisiatifstrategis dan ukuran yang dibutuhkan untuksetiap perspektif kepada ketua/manajer masingunit organisasi. Terakhir, pemantauan dilaku-kan oleh tim audit internal secara terus menerusuntuk memberi masukan. Jika memungkinkan,tim audit eksternal seperti konsultan pendidikanmemberi masukan dari kinerja yang sudahdilakukan. Kegiatan ini dilakukan secara terusmenerus dan bersinam-bungan.

Simpulan

KesimpulanOutput manajemen pendidikan dikatakanbermutu jika hasil akademik dan nonakademikyang diperoleh siswa sesuai dengan kebutuhandan berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu,perlu ada proses pengendalian dan pengawas-an mutu yang baik oleh penyelenggara pendidik-an melalui metode BSC. Empat kajian BSCmeliputi perspektif anggaran keuangan, guru,kurikulum, dan siswa pada SD Negeri B danSwasta A di Kota Bandung. Untuk mengimple-mentasikan BSC ada 6 langkah yaitu: (1)menyusun BSC dari aspek anggaran keuangan,guru, siswa, dan kurikulum; (2) mengidentifikasidata dan prioritas (bertahap); (3) menyesuaikandengan visi, misi sekolah; (4) mengordinasikan

setiap bagian jadi kegiatan terintegrasi; (5)menyusun strategi sesuai data tersebut olehkepala sekolah, guru dan staf masing-masing;(6) melakukan pemantauan oleh tim audit.

Hasil kajian implementasi kedua SD untuksetiap perpektif sebagai berikut: perspektifanggaran keuangan, belum transparan dalamanggaran keuangan dan belum menggunakanTIK dalam menjalankan anggaran keuangan.Anggaran keuangan masih didominasi daripihak stakeholder dan kepala sekolah. Hasilkajian implementasi perspektif guru yaitumenggunakan sistim guru kelas, status tetap,lulusan S1 PGSD untuk guru kelas 1-6 SD,namun untuk kelas 4-6 menggunakan sistemmata pelajaran untuk pelajaran tertentu.Pengembangan profesional untuk guru belumada dan masih fokus pada tugas rutin seperti,menyusun Silabus/RPP, mengajar dan memerik-sa hasil ulangan siswa dilakukan secara rutintanpa ada evaluasi/refleksi untuk perbaikan.Hasil kajian implementasi Perspektif kurikulumantara lain: produk lulusan menekankan padabanyaknya lulusan diterima di sekolah favoritdengan nilai kognitif yang tinggi. Metodepembelajaran yang digunakan di kelas masihdominan pada ceramah dan latihan soal bentukhafalan. Manajemen sekolah dan kelas diterap-kan di sekolah dan kelas sekedar adminitrasisaja. Hasil kajian implementasi perspektif siswadan orang tua adalah tergolong sekolah favoritdeng banyak peminat. Belum memaksimalkanpotensi diri setiap siswa baik dari segi akademikmaupun nonakademik dan pandangan orangtua bahwa nilai yang tinggi dalam aspekakademik menunjukan siswa pandai.

Adapun strategi kebijakan yang disusununtuk memperbaiki kondisi yang ada, hasilkajian implementasi BSC adalah: perpektifkeuangan, fokus pada pengembangan SDMkhususnya bagian keuangan, dan menyusunsistem anggaran keuangan secara on linesehingga dapat lebih transparansi untuk semuastaf di sekolah. Dengan demikian pengauditanoleh berbagai pihak yang berkepentingan dapatdengan mudah dan cepat dilakukan. Meningkat-kan sarana dan prasarana untuk menunjangkegiatan belajar mengajar siswa dengankerjasama dengan instansi lain. Strategi

Page 57:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Meningkatkan Mutu Sekolah Metode Balance Score Card

kebijakan perspektif guru, menciptakan kondisiyang merangsang guru untuk berkompetisisecara sehat untuk mengembangkan diri secaraprofesional (pengembangan TIK, lesson study)serta melibatkan guru dalam penyusunankebijakan kurikulum. Strategi kebijakanperspektif kurikulum, meningkatkan skill gurudalam manajemen kelas dan kepala sekolahdalam manajemen sekolah. Guru sebagai ujungtombak perlu dilibatkan dalam perencaaan,pelaksanaan dan evaluasi kurikulum.

Strategi kebijakan perspektif siswa danorang tua, setiap siswa berhak mengikutiperlombaan sehingga membuat siswa menggalipotensi diri yang masih tersembunyi. Mengedu-kasi orang tua untuk mengubah paradigma nilaitinggi akademik menunjukan siswa pandai.Melibatkan siswa untuk memberi saran seputarpelayanan dari pihak guru, staf, dan sekolah.Memberdayakan masyarakat sekitar untukmemaksimalkan kegiatan non akademik.

SaranDari kajian dua SD di Kota Bandung sarandiberikan kepada stakeholder, kepala sekolah,dan guru sebagai berikut. Pertama, stakeholderhendaknya mendukung dan menyusunkebijakan sekolah bersama dengan kepalasekolah, guru, siswa dan orang tua dalam forumdiskusi kecil. Kedua, memberi reward bagi kepalasekolah dan guru yang berhasil meningkatkankinerjanya yang mengacu pada metode BSC.Ketiga, kepala sekolah perlu menyusun strategikebijakan yang jadi prioritas secara bertahapdengan ukuran nilai kinerja terukur untukdilakukan oleh kepala sekolah denganmenerapkan manajemen sekolah. Bagi guruperlu menyusun strategi kebijakan yang jadiprioritas secara bertahap dengan ukuran nilaikinerja detail dan terukur untuk dilakukan olehguru dengan menerapkan manajemen kelas.

Keterbatasan penelitian ini untukmengungkapkan secara detail informasi secarakuantitatif dari setiap perspektif, hal inidikarenakan pihak sekolah merasa tidaknyaman dan takut data sekolah diketahui olehsekolah lain. Akan lebih baik jika sekolahmelakukan pengukuran secara kuantitatif untukdipergunakan secara internal di sekolahnya

Daftar Pustaka

Bell, Les. Dan Rhode, Chris. (1996). The skill ofprimary school management. London:Routledge

Depdiknas. (2007). Kajian kebijakan kurikulum SD.Jakarta: Badan Penelitian danPengembangan Pusat Kurikulum

Dally, Dadang (2010). Balance score card suatupendekatan dalam implementasi pendidikan.Bandung: Rosda Karya

Dedi Supriadi. (2000). Reformasi pendidkan dalamkonteks otonomi daerah. Yogyakarta: Adicita

Kaplan, Robert S dan David P. Norton. (1996).Balanced scorecard: Translating strategy intoaction. Boston: Havard Business SchoolPress

Kitson, Neil dan Merry, Roger. (1997). Teachingin the primary school. London: Routledge

Lawton, Stephen dan Barlosky, Martin. (1994).A handbook developing quality school.Toronto: Institutions Ontario

Machasin, dkk. (2011). Strategi peningkatan mutuperguruan tinggi agama Islam berbasisbalanced score card. IAIN WalisongoSemarang Walisongo, Volume 19, Nomor2, November 2011

Peraturan Pemerintah 19/2006 tentang StandarNasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah 32/2013 tentang StandarNasional Pendidikan

Sallis, E. (2002). Total quality management ineducation. London:Kogan Page Ltd

Sanusi, Achmad. (2014). Pembaharuan strategipendidikan. Bandung: Nuansa Cendekia

Suderajat, Hari. (2011). Manajemen pembelajarantematik. Bandung: Sekar Gambir Asri

Tilaar, H.A.R. (2009). Kekuasaan dan pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta

Undang-UndangRepublik Indonesia No. 20Tahun2003 tentang Sistem PendidikanNasional (Sisdiknas). Jakarta

______. (2011). Human development report. UnitedNations Development Program, New York

______. Balanced scorecard as a control system formonitoring and revising corporate strategy,”http://www.ssrn.com, diakses pada tanggal 12Februari 2011. Gazperz

Page 58:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

51Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

Penggunaan Media Gambar Berseri Untuk MeningkatkanKemampuan Menulis Teks Prosedur

SakilaE-mail: [email protected]

SMP Negeri 2 Singkawang

Opini

GAbstrak

uru sering menemukan kesulitan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulisteksprosedur. Tulisan ini memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan sertamendeskripsikan proses pembelajaran menulis teks prosedur dengan menggunakan mediagambar berseri pada siswa kelas 8 jenjang SMP. Guru menggunakan media pembelajaran

yang murah dan sederhana tetapi dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa. Denganmenggunakan media gambar berseri (1) proses pembelajaran berjalan dengan baik dan siswa aktifdalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, (2) tercapainya ketuntasan hasil belajar menulis teksprosedur bagi siswa kelas 8 jenjang SMP, dan (3) siswa sangat senang terhadap penggunaangambar berseri dalam pembelajaran menulis teks prosedur. Berdasarkan hasil kajian ini, gurudisarankan untuk menerapkan penggunaan gambar berseri pada materi pelajaran bahasa Indonesiayang lain.

Kata-kata kunci: media, gambar berseri, kemampuan menulis, teks prosedur

Use of Serial Picture Media to Improve the Ability of Writing Text Procedure

AbstractThe teachers often find diffculties in improving the students’ ability of writing text procedures. This articleshared opinions and experiences in teaching writing text procedures using serial pictures for the grade 8students of Junior Secondary School. The teacher uses cheap and simple instructional media but canstrengthen the motivation and learning antusiasm of the students. The results are (1) the learning process goeswell and students are active in implementing the learning activities, (2) the achievement of mastery learningoutcomes in writing text procedure, and (3) the students are very happy with the use of images beamed inlearning writing text procedure. Based on the results of this study, teachers are advised to apply the use ofimages beamed on the other materials of Bahasa Indonesia subject.

Keywords: media, radiant image, the ability to write, text procedure

Page 59:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

Pendahuluan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalmenjelaskan bahwa pembelajaran adalah prosesinteraksi peserta didik dengan pendidik dansumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Selanjutnya menurut Yusufhadimiarso dalamNurlaela (2012 : 47), pembelajaran adalah usahamengelola lingkungan dengan sengaja agarseseorang membentuk diri secara positif tertentudalam kondisi tertentu. Hal ini sejalansebagaimana yang dikemukakan Wiratmajaya(2015) pembelajaran, pada hakikatnyamerupakan suatu usaha untuk membuat pesertadidik belajar sehingga memperoleh ilmu danpengetahuan, penguasaan keterampilan, sertapembentukan sikap dan perubahan sikap.Pembelajaran merupakan suatu kumpulanproses yang bersifat individual yang mengubahstimulus dari lingkungan seseorang ke dalamsejumlah informasi yang selanjutnya dapatmenyebabkan adanya hasil belajar dalam jangkapanjang.

Berkaitan dalam proses pembelajaran,setiap sekolah atau satuan pendidikanmempunyai kewenangan penuh dalammengatur pendidikan dan pembelajaran,merencanakan, mengorganisasikan, menyesuai-kan materi ajar dengan lingkungan setempat danpengalaman anak, serta mengawasi jalannyaproses pembelajaran, seperti yang tertuangdalam UU No. 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional yang berimplikasiterhadap perubahan paradigma pengelolaanpendidikan dari sentralistik menjadidesentralistik (Dantes, 2014: 93).

Sesuai implementasi Kurikulum 2013,pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks.Pembelajaran seperti ini sangat berbeda denganpembelajaran kurikulum sebelumnya. Biladalam kurikulum 2006, mata pelajaran bahasaIndonesia lebih mengedepankan keterampilanberbahasa (dan bersastra), dalam kurikulum2013 ini bahasa Indonesia digunakan sebagaisarana untuk mengembangkan kemampuan danketerampilan menalar. Begitu pula dalampembelajaran menulis, kegiatan atau aktifitasdalam melaksanakan kegiatan menulis dan hasil

produk menulis pada kurikulum sebelumnyahanya terikat pada lima jenis tulisan, yaitu teksdeskripsi, narasi, argumentasi, eksposisi, danpersuasi. Akan tetapi, pada Kurikulum 2013 ini,kegiatan dan hasil pembelajaran menulis lebihbanyak dijumpai karena pembelajaran bahasaIndonesia saat ini menggunakan pendekatanberbasis teks (Wiratmajaya, 2015).

Selanjutnya, dalam pendekatan berbasisteks ini, teks tidak diartikan sebagai bentukbahasa tulis. Teks adalah ungkapan pikiranmanusia yang lengkap yang di dalamnya adasituasi dan konteksnya (Mahsun, 2013: 121).Teks dibentuk oleh konteks situasi penggunaanbahasa yang di dalamnya ada ragam bahasayang melatarbelakangi lahirnya teks tersebut.Teks dalam Kurikulum 2013 berbentuk tulisan,lisan, dan bahkan, multimodal, seperti gambar.Dalam pembelajaran berbasis teks, BahasaIndonesia diajarkan bukan sekadar sebagaipengetahuan bahasa, melainkan sebagai teksyang berfungsi untuk menjadi sumberaktualisasi diri penggunanya pada kontekssosial budaya akademis (Sucipto, 2014).

Salah satu upaya untuk mewujudkantujuan pendidikan adalah melalui PembelajaranBahasa Indonesia di SMP. Adapun empatketerampilan yang harus dikuasai oleh siswadalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu:keterampilan membaca, keterampilan menulis,keterampilan menyimak dan keterampilanmenulis (Aimha, 2013).

Penguasaan keterampilan menulis teksprosedur tidak diperoleh secara spontan ataualamiah akan tetapi membutuhkan latihan yangintensif dan memerlukan tahap pembelajaranyang membutuhkan waktu yang tidak sedikitserta proses yang cukup lama. Proses berlatihmenulis tersebut dapat dilakukan oleh siswasecara formal melalui pembelajaran bahasaIndonesia yang dimulai sejak di Sekolah Dasar.

Menurut Aimha (2013) keterampilanmenulis berbeda dengan jenis keterampilanberbahasa lainnya karena keterampilan menulismerupakan kegiatan berkomunikasi denganmenggunakan bahasa tulis sebagai medianya.Sejalan dengan itu, Abidin (2012: 181)menyatakan, menulis pada dasarnya adalahproses mengemukakan ide dan gagasan dalam

Page 60:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

53Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

bahasa tulis. Oleh sebab itu, Akhadiah dalamAbidin (2012: 181) memandang bahwa “menulisadalah sebuah proses, yaitu proses penuangangagasan atau ide ke dalam bahasa tulis, yangdalam praktiknya proses menulis diwujudkandalam beberapa tahapan yang merupakan satusistem yang utuh”. Dengan memiliki kemam-puan menulis, siswa dapat mengomunikasikanide, dan pengalamannya ke berbagai pihak.Lebih lanjut Gie dalam Abidin (2012: 181)menyatakan, “menulis memiliki kesamaanmakna dengan mengarang, yaitu segenapkegiatan seseorang mengungkapkan gagasandan menyampaikannya melalui bahasa tuliskepada pembaca untuk dipahami”.

Sejalan dengan pendapat di atas, makamenulis adalah kegiatan yang dilakukan olehseseorang guna menuangkan gagasan ataupunpengalamannya dalam bentuk tulisan untukdisampaikan kepada pembaca, atau dengan katalain menulis adalah alat komunikasi non verbal.Keterampilan menulis salah satu cara dari empatketerampilan berbahasa, mempunyai peranyang penting di dalam kehidupan manusia.Menulis karangan pada prinsipnya adalahbercerita tentang sesuatu yang ada dalamimajinasi seseorang. Penceritaan tersebut dapatdituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan.Setiap manusia, diciptakan sebagai pengarang.

Berdasarkan hasil observasi dan diskusidengan guru di salah satu kelas 8 di SekolahMenengah Pertama penulis bertugas, ditemukansebuah fakta mengenai kesulitan yang dialamioleh siswa dalam menulis pada umumnya,terutama teks prosedur. Terdapat beberapakendala yang dihadapi oleh siswa dalam prosespembelajaran. Pertama, kurangnya pengetahuansiswa terhadap teks prosedur. Kedua, siswakesulitan dalam menentukan langkah-langkahyang sesuai dengan topik yang diangkat. Ketiga,masih rendahnya keterampilan siswa dalammenulis teks prosedur, seperti mengurutkanperistiwa atau kejadian secara kronologis danmengembangkan kalimat-kalimat yang merekabuat menjadi sebuah paragraf. Keempat ,terbatasnya media atau alat peraga yangdigunakan oleh guru sebagai media pembel-ajaran. Banyak faktor yang mempengaruhikemampuan menulis teks siswa dan diduga

media menjadi salah satu faktor penyebabnya.Oleh sebab itu, penulis tertarik memfasilitasisiswa melalui media pembelajaran denganasumsi bahwa pembelajaran akan lebih efektifdan menarik, siswa juga termotivasi untukmenyelesaikan masalah dengan lebih cepat, danhasil belajar akan lebih baik.

Sehubungan dengan kesulitan yang dialamioleh siswa, penulis mencoba membantu siswadalam belajar menulis teks prosedur sesuaidengan memberikan gagasan cara menerapkanpembelajaran dengan menggunakan media yangsederhana. Untuk mencapai tujuan tersebut,dipilihlah salah satu upaya yang mampumenggugah minat dan perhatian siswa dalammenulis teks prosedur, yaitu dengan penggu-naan gambar berseri.

Agar pembelajaran menulis teks prosedurdapat terlaksana dengan baik pada jenjangpendidikan SMP, diperlukan guru yang terampilmerancang dan mengelola pembelajaran. Salahsatu upaya yang dapat dilakukan oleh seorangguru dalam proses pembelajaran agar siswa lebihaktif dan kreatif dalam pembelajaran bahasaIndonesia khususnya dalam meningkatkanketerampilan menulis teks prosedur yaitudengan menggunakan media gambar berseri.

Gambar berseri mempunyai peranan yangcukup penting dalam membantu siswameningkatkan keterampilan menulis teksprosedur, karena dengan menggunakan mediagambar berseri, siswa dapat melihat hubunganantara konsep, peristiwa, dan tokoh yang adadalam pelajaran serta siswa dapat melihathubungan antara komponen-komponen materiatau isi pelajaran yang diajarkan. Denganbantuan media gambar berseri, guru akan lebihmudah mengatasi gangguan yang akan meng-hambat proses pembelajaran dan mengambil alihperhatian siswa di kelas (Aimha, 2013).

Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telahdisebutkan, masalah dalam pembahasan tulisanini adalah bagaimana langkah-langkahpenerapan media gambar berseri dalampembelajaran menyusun teks prosedur padasiswa kelas 8 SMP?

Page 61:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

Tujuan dan KemanfaatanTujuan penulisan ini adalah untuk menyam-paikan gagasan langkah-langkah penerapanmedia gambar berseri dalam pembelajaranmenyusun teks prosedur pada siswa kelas 8SMP. Adapun manfaat penulisan tinjauanilmiah ini adalah sebagai berikut.1. Bagi guru

Guru dapat mempunyai kemampuanmenerapkan media gambar berseri. Gurudapat meningkatkan kualitas pembelajar-annya yang sangat berpusat pada siswa.

2. Bagi siswaSiswa dapat meningkatkan kemampuannyamenulis teks prosedur, bukan suatu halyang membosankan, melainkan merupakansesuatu yang sangat menyenangkan.

3. Bagi sekolahSekolah dapat memperoleh sumbanganyang baik dalam rangka perbaikanpembelajaran pada khususnya dan sekolahpada umumnya.

Kajian Teori

Pembelajaran di setiap jenjang menuntut seorangguru menguasai materi pembelajaran danmenyampaikannya melalui media yang dapatmemotivasi siswa aktif, kreatif dan menyenang-kan. Hal ini sebagaimana yang disampaikanTaher (2014), seorang guru profesional tidakhanya dituntut untuk menguasai materi pembel-ajaran yang akan disampaikan kepada anakdidiknya, akan tetapi juga harus mampumengembangkan dan memanfaatkan media dansumber pembelajaran agar proses pembelajaranpada tataran mengamati tidak monoton padapengamatan buku dan bacaan saja, tetapi dapatbervariasi pada pengamatan berbagai videopembelajaran dan gambar yang sesuai dengankompetensi dasar dan indikator yang harusdicapai.

Hakikat MenulisSebagai suatu keterampilan berbahasa, menulismerupakan kegiatan yang komplek karenamenulis dituntut untuk dapat menyusun danmengorganisasikan isi tulisannya sertamenuangkannya dalam formulasi ragam bahasatulis dan konvensi penulisan lainnya (Suparno,

2010 : 29). Kata menulis sebenarnya bukanlahsesuatu yang asing bagi kita. Menulis dapatdidefinisikan sebagai suatu kegiatanpenyampaian pesan (komunikasi) denganmenggunakan bahasa tulis sebagai alat ataumedianya (Suparno, 2010 : 3). Selanjutnyamenurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesiabahwa kata ‘menulis’ berasal dari kata ‘tulis’.Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya)yang dibuat (digurat dan sebagainya) denganpena (pensil, cat, dan sebagainya). Selanjutnya,menurut Effendy (2012), menulis padahakikatnya adalah suatu proses berpikir yangteratur, sehingga apa yang ditulis mudahdipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakanbaik apabila memiliki ciri, antara lain bermakna,jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan memenuhikaidah gramatikal. Menulis adalah prosesmenggambarkan suatu bahasa sehingga pesanyang disampaikan penulis dapat di pahamipembaca (Tarigan,1986:21). Menulis merupakankemampuan menggunakan pola-pola bahasasecara tertulis untuk mengungkapkan suatugagasan atau pesan, (Rusyana, 1998:191).

Selanjutnya, menulis juga dapat diartikanmenuangkan gagasan, pendapat, perasaan,keinginan, dan kemauan, serta informasi kedalam tulisan dan kemudian “mengirimkan-nya” kepada orang lain (Syafi’ie,1988:45). Halini senada sebagaimana yang dikemukakanAkhadiah dkk (1989:1.3), menulis adalah suatuaktivitas bahasa yang menggunakan tulisansebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atasrangkaian huruf yang bermakna dengan segalakelengkapan lambang tulisan seperti ejaan danpungtuasi. Sebagai salah satu bentuk komuni-kasi verbal (bahasa), menulis juga dapatdidefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampai-an pesan dengan menggunakan tulisan sebagaimediumnya.

Pesan adalah isi atau muatan yang terkan-dung dalam suatu tulisan. Adapun tulisanmerupakan sebuah sistem komunikasiantarmanusia yang menggunakan simbol ataulambang bahasa yang dapat dilihat dan disepa-kati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulisterdapat empat unsur yang terlibat. Keempatunsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampaipesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau

Page 62:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

55Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

medium tulisan, dan (4) pembaca sebagaipenerima pesan.

Tujuan MenulisHugo Hartig dalam Tarigan (1986: 24-25) meru-muskan tujuan menulis sebagai berikut.1. Tujuan penugasan, sebenarnya tidak

memiliki tujuan karena orang yang menulismelakukannya karena tugas yang diberikankepadanya.

2. Tujuan altruistik, penulis bertujuanmenyenangkan pembaca, menghindarkankedudukan pembaca, ingin menolongpembaca memahami, menghargai perasaandan penalaranya, ingin membuat hiduppara pembaca lebih mudah dan lebih menye-nangkan dengan karyanya itu.

3. Tujuan persuasif, penulis bertujuanmeyakinkan para pembaca akan kebenarangagasan yang diutarakan.

4. Tujuan informasional, penulis bertujuanmemberi informasi atau keterangan kepadapara pembaca.

5. Tujuan pernyataan diri, penulis bertujuanmemperkenalkan atau menyatakan dirinyakepada pembaca.

6. Tujuan kreatif, penulis bertujuan melibat-kan dirinya dengan keinginan mencapainorma artistik, nilai-nilai kesenian.

7. Tujuan pemecahan masalah, penulisbertujuan untuk memecahkan masalahyang dihadapi.

Cara Meningkatkan Kemampuan MenulisSiswaUntuk mengajarkan menulis kepada siswaseorang guru dapat menggunakan pendekatandalam pembelajaran menulis. Menurut Proettdan Gill dalam Suparno (2010 : 14) pendekatanyang kerap muncul dalam pembelajaran menulissebagai berikut.1. Pendekatan frekuensi menyatakan, banyak-

nya latihan mengarang, sekalipun tidakdikoreksi (seperti buku harian atau surat),akan membantu meningkatkan keteram-pilan menulis seseorang.

2. Pendekatan gramatikal berpendapat,pengetahuan orang mengenai strukturbahasa akan mempercepat kemahiran orangdalam menulis.

3. Pendekatan koreksi berkata, seseorangmenjadi penulis karena dia menerimabanyak koreksi atau masukan yangdiperoleh atas tulisannya.

4. Pendekatan formal mengungkapkan,keterampilan menulis akan diperoleh bilapengetahuan bahasa, pengalineaan,pewacanaan, serta konvensi atau aturanpenulisan dikuasai dengan baik.

Pengertian Teks ProsedurMenurut Kemendikbud (2014: 84) teks prosedurmerupakan teks yang berisi tujuan dan langkahyang harus diikuti agar suatu pekerjaan dapatdilakukan. Di dalam teks prosedur diuraikanbagaimana sesuatu dikerjakan melaluiserangkaian langkah atau tindakan. Teksprosedur adalah jenis teks yang sering kitajumpai sehari-hari. Dalam berbagai konteks jenisteks ini dapat kita jumpai dalam kehidupansehari-hari. Misalnya, ketika kita menontonacara televisi, ada tayangan memasak atau caramencuci pakaian dengan mesin cuci.

Pengertian Media Gambar SeriMenurut Djamarah dan Zain dalam Hasnindah,(2011: 8), secara umum media dapat digolongkanke dalam tiga jenis, yaitu: media auditif(mengandalkan kemampuan suara), mediavisual (mempunyai unsur gambar), dan mediaaudio-visual (mempunyai unsur suara dangambar). Media yang dimaksud dalam kajian iniadalah media gambar seri dalam pembelajaranyang hanya mempunyai unsur gambar, berupagambar seri sebagai media visual.

Sapari dalam Hasnindah, (2011: 8) menge-mukakan, media gambar seri merupakan serang-kaian gambar yang terdiri dari dua hingga enamgambar yang menceritakan suatu kesatuan ceritayang dapat dijadikan alur pemikiran siswadalam mengarang, setiap gambar dapatdijadikan paragraf.

Pendapat di atas menegaskan media gambarseri adalah media yang berisi gambar berseri, dansetiap gambar memiliki kaitan antara satudengan yang lainnya. Setiap gambar dalammedia gambar seri mengandung makna adanyaalur dalam suatu cerita secara bergambar yangharus disusun dengan baik. Jadi, penyusunan

Page 63:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

gambar harus sesuai dengan alur cerita yangseharusnya sehingga mengandung maknatertentu, dan gambar tersebut dapat dibuatdalam bentuk cerita atau karangan yang menarik.

Fungsi dan Manfaat Media Gambar SeriSebagai Media VisualMenurut Azhar Arsyad dalam Iskandar (2011:45), salah satu fung si utama media pembelajaranadalah sebagai alat bantu mengajar yang turutmempengaruhi iklim, kondisi dan lingkunganbelajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.Keberadaan media pembelajaran seperi mediagambar seri memiliki fungsi dan manfaat tertentusehingga dapat mendukung proses pembel-ajaran yang berkualitas. Fungsi dan maanfaatmedia pembelajaran akan sangat terkait denganbentuk dan jenis media pembelajaran yangdigunakan, seperti media gambar yang sifatnyaberseri atau terdiri beberapa gambar yangmemiliki keterkaitan antara gambar yang satudengan yang lainnya.

Media gambar seri merupakan jenis mediavisual atau hanya mempunyai unsur gambar.Adapun fungsi media visual dalam pembel-ajaran menurut Levie & Lentz dalam Arsyad,(2011: 16), yaitu: “fungsi atensi, fungsi afektif,fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris”.Keempat fungsi media visual tersebut akandiuraikan sebagai berikut.1. Fungsi atensi media visual, seperti media

gambar seri yang dapat menarik danmengarahkan perhatian siswa untukberkonsentrasi terhadap isi pelajaran yangditampilkan atau menyertai teks materipelajaran. Contohnya, ketika siswa bosanmendengarkan ceramah guru, maka gurumemperlihatkan gambar beberapa yangberkaitan dengan materi pelajaran. Inidapat menarik perhatian dan konsentrasisiswa terhadap materi pelajaran karenaadanya media yang dapat dilihat langsung.

2. Fungsi afektif media visual, seperti mediagambar seri yang diperagakan oleh guruakan menggugah emosi dan sikap siswa,misalnya informasi yang menyangkutmasalah sosial atau ras dalam kehidupansehari-hari. Kemampuan belajar siswa akanlebih meningkat melalui penggunaan

gambar seri. Penggunaan gambar seridiupayakan menggugah perasaan siswatentang berbagai peristiwa melalui gambaryang disajikan secara berseri.

3. Fungsi kognitif media visual, seperti gambarseri akan dapat memperlancar pencapaiantujuan untuk memahami dan mengingatinformasi atau pesan yang terkandungdalam gambar. Jadi, penggunaan mediagambar seri sebagai media visual akanmeningkatkan daya pikir siswa terhadapmateri pelajaran.

4. Fungsi kompensatoris media visual, sepertimedia gambar seri akan memberikankonteks untuk memahami teks danmembantu siswa yang lemah dalammembaca untuk mengorganisasikaninformasi dalam teks dan dapat mengingatkembali. Hal ini sangat penting dalammengakomodasi siswa yang lemah danlambat dalam menerima dan memahami isipelajaran yang disajikan dengan teks ataudisajikan secara verbal, karena murid dapatmelihat secara langsung dan mengaitkandengan materi pelajaran.Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa

media memiliki fungsi yang sangat luas danpenting, terlebih dalam dunia pendidikan,sebagaimana digunakan guru dalam prosespembelajaran. Sungguhpun demikian, dalampengadaan dan pemanfaatannya senantiasamasih menghadapi berbagai kendala, baikkarena tidak disiapkan oleh pihak sekolahmaupun keterbatasan kemampuan guru dalammembuat dan menggunakan mediapembelajaran, seperti gambar seri.

Sudjana dan Rivai dalam Arsyad (2011: 24),mengemukakan manfaat media pembelajarandalam proses belajar mengajar sebagai berikut.1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian

siswa sehingga dapat menumbuhkanmotivasi belajar. 

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelasmaknanya sehingga dapat lebih dipahamisiswa dan memungkinkan siswa mengua-sai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidaksemata-mata komunikasi verbal melaluipenuturan kata-kata oleh guru, sehinggasiswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan

Page 64:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

57Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

tenaga, apalagi kalau guru mengajar padasetiap jam pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiat-an belajar, sebab tidak hanya mendengarkanuraian guru, tetapi juga aktivitas lain, sepertimengamati, melakukan, mendemonstra-sikan, dan memerankan.Pendapat tersebut di atas, menjelaskan,

begitu besar manfaat media pembelajaran sepertimedia gambar seri, karena dapat membantutercapainya proses pembelajaran yang optimal,baik dalam memudahkan bagi guru saatmengajar maupun bagi siswa dalam memahamimateri pelajaran. Hal ini sesuai dengan peranguru sebagai mediator dan fasilitator yangmemiliki pengetahuan dan pemahaman yangcukup tentang media pendidikan untuk lebihmengefektifkan proses belajar mengajar.

Langkah-langkah Penggunaan Media GambarSeriMenurut Shaoran (2014) berdasarkan modelpembelajaran examples non examples (contoh darikasus/gambar yang relevan dengan KD),langkah-langkah penggunaan media gambarseri dapat disusun sebagai berikut.1. Guru mempersiapkan gambar sesuai

dengan tujuan pembelajaran.2. Guru menempelkan gambar di papan atau

ditayangkan melalui OHP.3. Guru memberi petunjuk dan memberi

kesempatan pada siswa untuk memerhati-kan atau menganalisis gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa,hasil diskusi analisis gambar tersebutdicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan untukmembacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar atau hasil diskusisiswa, guru mulai menjelaskan materisesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

7. Membuat kerangka karangan.8. Membuat karangan.

Pembahasan

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuanmenulis teks siswa dan diduga media menjadisalah satu faktor penyebabnya. Paradigma baru

pembelajaran menurut Mi’raj (2014 : 95)mengharuskan pendidik mampu melaksanakanpembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,dan menyenangkan (Paikem). Oleh karena itu,guru sekurang-kurangnya dapat menggunakanalat/media meskipun sederhana dan bersahaja,tetapi sedikit banyaknya apa yang dilakukanoleh guru tersebut merupakan upaya mencapaitujuan pembelajaran yang diharapkan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulistertarik untuk memfasilitasi siswa melalui mediapembelajaran dengan asumsi bahwa pembelajar-an akan lebih efektif dan menarik, siswa jugatermotivasi untuk menyelesaikan masalahdengan lebih cepat, dan hasil belajar akan lebihbaik. Adapun alasan penulis menggunakanmedia gambar berseri adalah agar dapatmendapatkan hasil yang maksimal. Penggunaanmedia pembelajaran akan menarik minat belajarsiswa serta memudahkan siswa memahamimateri. Pemakaian media yang tepat dapatmembantu siswa meningkatkan pemahaman,menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,memudahkan penafsiran data, serta membang-kitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar.

Berikut ini disajikan bahasan tentanggagasan/ide penulis dalam upaya memecahkanmasalah yang berkaitan pembelajaran dengantopik menulis teks prosedur dan menggunakanmedia gambar berseri.

1. Media Pembelajaran yang Murah MeriahPenggunaan media pembelajaran yang sesuaiakan memberikan manfaat yang sangat besarbagi keberhasilan proses pembelajaran. Penca-paian hasil belajar bahasa Indonesia di sekolahpada umumnya masih sangat rendah, disebab-kan beberapa faktor di antaranya guru dan siswa.

Guru sangat berperan dalam keberhasilanbelajar siswa antara lain faktor pemilihanstrategi, metode dan model pembelajaran yangtepat dalam proses belajar mengajar di kelas.Menurut Ginting (2011 : 14), pada hakikatnyaseorang pendidik adalah seorang fasilitator, baikdalam aspek kognitif, efektif, psikomotor,maupun konatif. Oleh sebab itu, seorang guruharus mampu membangun suasana belajar yangkondusif. Namun, pada umumnya guru masihmenggunakan teknik dan strategi yang masih

Page 65:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

konvensional serta kurang kreatif dan menarikdalam penggunaan media pembelajaran,bahkan masih banyak guru yang kurang mampumenggunakan media pembelajaran dengan baik.Media pembelajaran adalah salah satu faktoryang mendukung keberhasilan prosespembelajaran karena media pembelajaranberfungsi sebagai perantara atau pengantarpesan dari guru (tenaga pendidik) kepadapenerima pesan (peserta didik). Denganpenggunaan media yang sesuai dengan karaktermateri pelajaran, pembelajaran akan terasamenarik dan membuat siswa senang sertamudah memahami bahan pelajaran (Ngarso,2012). Salah satu manfaat penggunaan mediapembelajaran ialah memungkinkan adanyainteraksi langsung perserta didik denganlingkungannya (sesuai dengan nilai falsafahCTL/Contextual Teaching Learning). Dengandemikian, dapat disampaikan bahwa mediapembelajaran merupakan alat bantu yang dapatdimanfaatkan untuk menghubungkan pesandari guru kepada siswa dengan tujuan untukmeningkatkan proses belajar mengajar(Iskandar, 2011 : 43)

Selain faktor guru yang mempengaruhikeberhasilan pembelajaran adalah siswa itusendiri. Pengaruh siswa antara lain adalahbagaimana ketertarikan, motivasi, rasa senang,respon, dan keaktifan siswa dalam prosespembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapatGinting (2011:14) mendidik tidak sekedarmentransfer ilmu pengetahuan, melatih keteram-pilan verbal kepada peserta didik, namunmerupakan bantuan agar peserta didik dapatmenumbuh-kembangkan dirinya secara optimal.

Untuk mengatasi masalah kurangnyakreatifitas guru membuat media pembelajaranmaka penulis mencoba menyampaikan sebuahbentuk media pembelajaran yang sangatsederhana dan murah bahkan tanpa mengeluar-kan dana sebagai biaya pembuatan media yaitumedia pembelajaran yang berbahan bakukemasan makan cepat saji atau kardus bekasrefill tinta printer. Menggunakan mediapembelajaran kemasan makanan cepat saji dapatmeningkatkan partisipasi serta keaktifan pesertadidik dalam mengikuti proses pembelajaransebab siswalah yang harus menyediakan.

Banyak tenaga pendidik atau guru yangmerasa kesulitan membuat dan menggunakanmedia pembelajaran yang sesuai dengan situasidan kondisi sekolah. Alasannya terbenturmasalah dana dan bahan. Padahal mediapembelajaran tidak harus sesuatu yang mahaldan dapat menggunakan bahan yang sangatsederhana. Media dapat dibuat dengan biayarendah atau bahkan tanpa penggunaan dana.

Untuk mengatasi hal ini penulis mencobamemberi solusi yakni pemanfaatan barang bekassebagai sumber belajar sekaligus media pembel-ajaran bahasa Indonesia. Salah satu materi yangdituntut dalam Standar Isi Bahasa Indonesiasiswa kelas 8 adalah Teks Prosedur. Informasiteks prosedur ini terdapat pada kemasanmakanan yang menampilkan informasi sesuaidengan langkah yang dituntut dalam sebuahteks prosedur. Langkah tersebut tidak hanyamenggunakan bahasa Indonesia, tetapi jugadalam bahasa Inggris, bahkan ada juga yangdilengkapi bahasa Arab (3 bahasa).

Adapun barang bekas yang dapat dipergu-nakan antara lain kemasan makanan cepat sajidan kardus bekas refill tinta printer. Di sampingdapat digunakan sebagai media pembelajaranyang murah meriah serta memperoleh materiyang bervariasi dan menarik, penggunaankemasan makanan atau kardus bekas ini untukmengaplikasikan pendidikan karakter cintalingkungan hidup kepada siswa.

Untuk memperoleh media ini, mencari disekitar tempat tinggalnya. Langkah ini jugasebagai pembelajaran bagi sisiwa untuk pedulidengan lingkungannya dan menanamkan nilai-nilai ‘penemuan’ dan ‘penelitian’ (sesuai falsa-fah pendekatan inquiri). Siswa akan berlatihmengidentifikasi kemasan makanan yangmemenuhi kriteria yang diharapkan, karenatidak semua kemasan makanan layak pakaiuntuk digunakan sebagai media pembelajaranpada genre procedure. Beberapa kemasan yangdapat digunakan adalah kemasan mie instan,agar-agar powder, cereal, soft drink, dll. Kemasanmakanan ini sesuai untuk kelas 8, dan kita dapatmenggunakan petunjuk manual dari beberapaalat elektronik dapat dipergunakan sebagaipenyesuaian tingkat kesulitan kosa kata(Ngarso, 2012).

Page 66:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

59Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

Sumber : Agar-agar cap Argapura PT Sinar Kentjana Surabaya

Sumber :http://liounilovawhite.blogspot.co.id/2011/11/pengertian-dan-berbagai-contoh-petunjuk.html

Media gambar berseri yang dapat kitagunakan adalah sebagai berikut.a. Bungkus Agar- Agar.

Page 67:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

Sumber: https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Indomie_2010.png&filetimestamp=20131025151310&

b. Kardus bekas isi ulang tinta printer.

c. Bungkus bekas Mie Instan.

Page 68:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

61Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Indomie_%28reverse%29.jpg

Sumber : http://resephariini.com/3-resep-membuat-mie-instan-mirip-bungkus/

Langkah-langkah penulisan teks prosedur berdasarkan Resep Membuat Mie Instan Mirip Bungkus– Mie Kuah Rasa Ayam Bawangyang diambil dari Sumber : http://resephariini.com/3-resep-membuat-mie-instan-mirip-bungkus/sebagai berikut.

Page 69:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

Mie instan kuah dengan rasa ayam bawangmerupakan sajian mie instan yang palingterkenal, karena hampir semua merk mie instanmemiliki rasa ini dan tentunya sangat mudahditemukan. seperti di supermarket, minimarket,alfamart, warung kopi bahkan angkringan. Rasaini yang paling banyak tersedia.

Menyajikan mie kuah rasa ayam bawangyang sama dan mirip sama seperti bungkusnya,sangat mudah. Bahan dan cara membuatnyaadalah seperti berikut.

Bahan-bahan Mie Kuah :· Mie instan rasa ayam bawang 1 buah· Telur 1 butir ( rebus lalu belah menjadi 2 )· Paha ayam goreng 1 buah· Tomat 1 buah ( iris menjadi 4 bagian dan

ambil 4 saja )· Bawang merah 1 butir ( cuci bersih dan

biarkan bulat )· Irisan daun bawang secukupnya· Daun seledri 1 tangkai

Cara membuatmie Kuah rasa ayam bawang:1. Langkah awal, rebus mie instan hingga

matang, tuang ke mangkuk lalu campurbumbu instannya.

2. Setelah itu, tambahkan bahan-bahan yangsudah disiapkan tadi dengan garnishsesuai dengan saran penyajian yang ada dibungkusan.

3. Terakhir, tambahkan bawang goreng diatasnya untuk penambah rasa sedapanya.

4. Mie kuah rasa ayam bawang sama sepertibungkusnya siap disantap.Berdasarkan contoh sederhana tersebut di

atas, siswa dapat tertarik dan berkesimpulanbahwa tidak terlalu sulit menulis teks prosedur.Dengan demikian, penggunaan media dapatmeningkatkan keaktifan siswa dalam menulisteks prosedur dengan benar. Media gambarberseri yang berasal dari bungkus makananinstan bekas tepat dipergunakan dalam kasusseperti ini.

2. Penerapan dan Penggunaan MediaGambar Berseri Dalam PembelajaranMenulis Teks Prosedur.

Ciri utama teks prosedur adalah memiliki caraatau langkah yang urutannya tidak dapatberubah. Untuk menghasilkan teks proseduryang baik, struktur yang menjadi pembangunanteks tersebut harus diketahui. Prosespembelajaran menulis teks prosedur denganmedia gambar berseri terdiri atas beberapalangkah pembelajaran. Langkah-langkahtersebut cukup sederhana meliputi:(1) guru memberikan materi mengenai

pembelajaran menulis teks prosedurkompleks dengan media gambar berseri,

(2) guru memberikan contoh teks prosedurkompleks,

(3) guru dan siswa melaksanakan tanya jawab,(4) guru membagikan gambar berseri,(5) guru memberikan tugas menulis teks

prosedur kompleks sesuai dengan gambaryang ditentukan,

(6) siswa menulis teks prosedur kompleksberdasarkan gambar, dan

(7) guru melakukan evaluasi.Guru yang baik adalah guru yang mampu

melihat situasi dan menerapkan strategi yangtepat dalam pembelajaran. Langkah kegiatanpembelajaran secara rinci adalah sebagaiberikut.Pertemuan Pertamaa.      Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

(1) Peserta didik merespon salam danpertanyaan dari guru yang berhubungandengan kondisi siswa dan kelas

(2)   Peserta didik merespon pertanyaan dariguru tentang keterkaitan pengetahuansebelumnya dengan materi yang akandipelajari

(3)  Peserta didik menerima informasikompetensi yang harus dicapai, tujuan pembelajaran dan langkah pembelajaranyang akan dilaksanakan

(4)   Peserta didik membentuk kelompokdiskusi menjadi lima kelompok diskusi

Page 70:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

63Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

b. Kegiatan Inti (60 menit)

Sintak Kegiatan

Stimulasi Mengamati

- Siswa melihat dan mengamati gambar berseri "Cara memasak ikanasam pedas"

- Siswa membaca dua teks yang berbeda dengan cermat mengenaistruktur teks prosedur dan teks eksplanasi berjudul "Cara MenanamBuah Naga yang Baik dan Benar" di buku siswa halaman 96 dan teksdan teks berjudul "Gempa Bumi"

- Siswa membaca informasi mengenai struktur teks prosedur dan tekseksplanasi

Pengolahan Data Mengolah Informasi

- Siswa menanyakan sebanyak mungkin struktur teks prosedur danstruktur teks eksplanasi

- Siswa menanyakan sebanyak mungkin ciri-ciri kebahasaan teksprosedur dan teks eksplanasi

Pengumpulan Data Mengumpulkan Informasi

- Siswa secara berkelompok melakukan wawancara pada narasumbermengenai perbedaan teks prosedur dan teks eksplanasi dari segistruktur dan ciri-ciri kebahasaan

-Siswa membaca literatur dari perpustakaan atau internet sekolah

Pengolahan Data Mengolah Informasi

- Siswa mendiskusikan perbedaan struktur teks prosedur dengan tekseksplanasi

- Siswa mendiskusikan perbedaan teks prosedur dengan tekseksplanasi dari segi kebahasaan

- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memverifikasisehingga dapat menemukan konsep tentang struktur dan segikebahasaan teks prosedur dan teks eksplanasi

Pembuktian MengkomunikasikanMasing-masing kelompok siswa mempresentasikan hasil diskusikelompok mengenai perbedaan struktur teks dan ciri-ciri kebahasaanteks prosedur dan eksplanasi dengan jujur, percaya diri danmenggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar kemudianditanggapi oleh kelompok lain

Page 71:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

c.       Kegiatan Penutup (10 menit)(1)    Dengan bimbingan guru. Peserta didik

menyimpulkan materi pelajaran tentangperbedaan teks prosedur dan tekseksplanasi dari segi struktur dankebahasaan

(2)  Siswa melakukan refleksi denganmengidentifikasi hambatan-hambatanyang dialami saat memahai perbedaanteks prosedur dan teks eksplanasi

(3)    Siswa mengerjakan tes tulis(4)   Siswa mendengarkan umpan balik dan

penguatan dari guru mengenai perbe-daan teks prosedur dan teks eksplanasidari segi struktur dan kebahasaan

(5)  Siswa menyimak informasi mengenairencana tindak lanjut pembelajaran

Pertemuan Keduaa.      Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

(1)   Siswa merespon salam dan pertanyaandari guru yang berhubungan dengankondisi siswa dan kelas

(2)   Siswa merespon pertanyaan dari gurutentang keterkaitan pengetahuan yangakan dipelajari, yaitu menyusun teksprosedur dengan materi yang pernahdipelajari pada pembelajaransebelumnya yaitu perbedaan teksprosedur dan teks eksplanasi dari segistruktur dan ciri bahasa

(3)   Siswa menerima informasi kompetensiyang harus dicapai, tujuan  pembelaja-ran dan langkah pembelajaran yangakan dilaksanakan

(4)    Siswa membentuk kelompok diskusimenjadi 5 kelompok diskusi

b.   Kegiatan IntiPada kegiatan sebelumnya, penulis melihatsiswa kesulitan memahami dan membuat teksprosedur dengan memperhatikan struktur teksdan ciri kebahasaannya. Hal ini disebabkanguru hanya memberi tugas membaca buku teksdan menyusun teks prosedur berdasarkancontoh yang sudah ada di buku teks. Jika hanyadiberi tugas tanpa disertai praktik langsung,tentu siswa akan cepat bosan. Adapun gambarberseri yang digunakan pada pertemuan iniadalah urutan gambar cara membuat jelli.

Jelli adalah makanan sehat keluarga yangberasal dari rumput laut dan tidak asing bagisiswa. Rasanya yang enak disantap ketikapulang sekolah dan menjadi kegemaran siswamenjadi inspirasi buat penulis menjadikannyasebagai media pembelajaran bahasa Indonesia,khususnya tentang menulis teks prosedur.Dengan menggunakan media ini diharapkandapat mempermudah pemahaman siswatentang materi yang disampaikan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulismembuat desain pembelajaran menulis teksprosedur yang berbeda dari sebelumnya. Hal inibertujuan untuk membangun pemahaman danketerampilan siswa membuat teksprosedur membuat jell melalui gambar berseriyang telah disiapkan.

Siswa ditantang untuk membuat teksprosedur tentang cara membuat jell sebagaikompetensi yang akan mereka capai dalampembelajaran ini. Lembar kerja diberikan kepadasiswa yang menuntun mereka menentukan alat,bahan, dan langkah pembuatan jelli.  Gurumengarahkan siswa menyelesaikan lembar kerjaitu secara berkelompok. Adapun hasil kerjasiswa dapat dilihat pada Lembar Kerja Siswa.

Siswa dalam kelompoknya mulaimendiskusikan langkah-langkah denganmengamati gambar berseri yang disediakan olehguru. Hasilnya mereka tulis pada lembar kerja.Mereka juga menetapkan prosedur atau caramembuat jell dengan menyusun langkah-langkah kerja yang diberikan oleh guru secaraacak. Langkah yang mereka tempuh sejak awal,mulai dari gambar seri 1 sampai gambar seri 4 ,mereka tuangkan pada lembar kerja. Hasilkelompok ini kemudian dipresentasikan secarapleno.

Berdasarkan temuan kelompok yang telahdisempurnakan, setiap siswa menyusun teksprosedur tentang cara membuat jelli denganmemperhatikan struktur dan ciri keba-hasaannya. Hasil kerja setiap siswadipertukarkan dalam kelompoknya untukdikoreksi atau diberi masukan mengenaiketepatan struktur beserta penggunaan tandabaca, ejaan, pemilihan dan penggunaan katatermasuk kata bilangan, dan pengembangankalimat perintah.

Page 72:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

65Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

Berdasarkan masukan dari teman, siswamenyempurnakan teks prosedur yang merekasusun. Hasilnya, teks prosedur yang dibuat olehsiswa tampak lebih baik dan terarah sesuaidengan struktur teks dan memenuhi ciri-cirikebahasaan teks prosedur. Selain itu, siswa jugadapat mengembangkan kreativitasnya dalammenyusun teks prosedur dan dapat bekerja samadengan baik di dalam kelompoknya.

c.    Kegiatan Penutup (10 menit)(1) Dengan bimbingan guru. Siswa menyim-

pulkan materi pelajaran tentangmenyusun kerangka teks prosedur danmengembangkannya menjadi teksprosedur yang utuh

(2)  Siswa melakukan refleksi denganmengidentifikasi hambatan-hambatan

2. Isilah tabel di bawah ini dengan contoh di atas.

Struktur Teks Kalimat

Tujuan Jell adalah makanan sehat keluarga dari rumput laut yangmengundang serat tinggi vitamin, kalsium dan probiotik, baik untukkesehatan jika di konsumsi secara benar

Langkah-langkah 1. Campurkan jelly powder dengan gula satu gelas (200 g) atau sesuaiselera

2. Tambahkan air sebanyak 31/2 gelas (700ml) panaskan lalu adukhingga merata.

3.

4.

Matikan api, diamkan 3 menit. Campurkan fruity acid ke dalamnyadan aduk merata

Jelli siap dicetak

Lembar Kerja SiswaNama siswa/kelompok : Kelompok 1Kelas, No. Absen : VIII1. Bacalah dengan seksama teks prosedur berikut!

Page 73:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

yang dialami saat memahai perbedaanteks prosedur dan teks eksplanasi

(3)  Siswa mendengarkan umpan balik danpenguatan dari guru mengenaiperbedaan teks prosedur dan tekseksplanasi dari segi struktur dankebahasaan

(4)  Siswa menyimak informasi mengenairencana tindak lanjut pembelajaran

(Windiarto, 2014)Demikian langkah-langkah yang dilakukan

oleh guru dalam pembelajaran menulis teksprosedur dengan benar, dengan menggunakanmedia gambar berseri.

Simpulan

KesimpulanDalam kehidupan sehari-hari manusiamelakukan berbagai kegiatan mulai darikegiatan sederhana hingga kegiatan komplek.

Sintak Kegiatan

Mengamati - Peserta didik membaca contoh teks prosedur, dari gambar berseriyang telah disiapkan tentang memasak jelli

- Peserta didik memperhatikan kerangka teks prosedur

Menanya - Peserta didik menanyakan sebanyak mungkin tentang kerangkamenyusun teks prosedur

- Peserta didik menanyakan sebanyak mungkin tentang menyusunteks prosedur

MengumpulkanInformasi

- Peserta didik secara berkelompok melakukan wawancara padanarasumber mengenai menyusun kerangka menyusun teksprosedur

- Peserta didik membaca literatur dari perpustakaan atau internetsekolah

Mengolah Informasi - Guru memberi kesempatan kepada siswa secara berkelompokuntuk menyusun kerangka teks prosedur danmengembangkannya menjadi teks prosedur utuh

- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memverifikasisehingga dapat menemukan susunan teks prosedur yang benar

Mengomunikasi- kan Peserta didik mempresentasikan hasil kelompok berupa susunanteks prosedur

Agar tujuan pelaksanaannya terpenuhi, kegiatantersebut harus dilakukan berdasarkan prosedurtepat. Prosedur tersebut berisi perlengkapan danlangkah untuk mencapai tujuan. Langkahtersebut dilakukan secara urut, bukan acak.

Pembelajaran menulis teks prosedur di kelas8 menggunakan media gambar berseri disadarisangat membantu aktifitas pembelajaran, baikdi dalam maupun di luar kelas. Pembelajarandengan menggunakan media yang mudahdidapat, barang bekas, dan lebih menarik bagipembelajar dan pencapaian hasil belajar siswajuga akan maksimal dibandingkan denganpembelajaran yang hanya dilakukan denganmenggunakan pesan yang dituangkan dengankata.

Penggunaan media pembelajaran menarikminat belajar siswa serta memudahkan siswamemahami materi. Pemakaian media yang tepatdapat membantu siswa meningkatkanpemahaman, menyajikan data dengan menarikdan terpercaya, memudahkan penafsiran data,

Page 74:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

67Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

serta membangkitkan motivasi dan minat siswadalam belajar. Satu hal yang terpenting adalahterlaksananya pembelajaran yang aktif, inovatif,kreatif, efektif dan menyenangkan antarapendidik dan peserta didik.

SaranBeberapa hal yang disarankan agar tidak terjadikesalahan besar dalam proses penulisan teksprosedur, maka hal-hal yang dapat dilakukanguru, siswa, maupun sekolah antara lain : (1)siswa hendaknya memperluas pengetahuantentang kaidah bahasanya, (2) Siswa hendaknyaaktif bertanya kepada guru jika mengalamikesulitan,(3) siswa sering berlatih menulis; (4)guru disarankan memberikan pengetahuantentang kaidah bahasa kepada siswa di setiapproses pembelajaran menulis, menggunakanpendekatan proses dalam pembelajaran menulis,dan senantiasa memperluas kosa kata danmemberi contoh terkait dengan penggunaanbahasa Indonesia yang baik dan benar baiksecara lisan maupun tertulis; dan (5) pihaksekolah hendaknya berkenan melengkapisumber pustaka terkait yang memadai sepertibuku-buku seputar karang-mengarang, EYD,media massa, media pembelajaran dansebagainya. Hal itu menunjukkan kepada kitabahwa pihak sekolah pun juga bertanggungjawab terhadap pembinaan bahasa Indonesiasebagai bahasa kebanggaan kita.

Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran bahasaberbasis pendidikan karakter. Bandung:Refika Aditama

Aimha, (2013). Peningkatan Keterampilan Menulis.http://aimhalelet.blogspot. co.id/2013/12/peningkatan-keterampilan-menulis.html Diakses tgl 7 mei 2016pukul 10.39

Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R.(1989). Pembinaan kemampuan menulisbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arsyad, Azhar. (2011). Media pembelajaran.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Dantes, I Nyoman. (2014). Landasan pendidikan.Singaraja: Undiksha

Effendy, Akip (2012). Keterampilan menulis, http://akipeffendy.blogspot.co.id/2012/03/hak-i-kat-keterampilan-menulis.htmldiakses tanggal 25 Juni 2016

Ginting, Edison (2011). Diklat Regional fokusintegrasi pendidikan budaya, karakterbangsa dan kewirausahaan dalampembelajaran, dalam Majalah SwaraEdisi IX Nopember 2011, Cimahi: PusatPengembangan dan PemberdayaanPendidik dan Tenaga KependidikanBidang Mesin dan Teknik Industri

Hasnindah, Abbas. (2011). “Meningkatkan hasilbelajar bahasa Indonesia keterampilanmenulis materi membuat karangan melaluimedia gambar seri pada murid kelas V SDNSudirman III Makassar” . Skripsi.Makassar: FIP UNM

Iskandar, Alex. (2011). Manfaat MediaPembelajaran, dalam Majalah SwaraEdisi IX, Nopember 2011.Cimahi: PusatPengembangan dan PemberdayaanPendidik dan Tenaga KependidikanBidang Mesin dan Teknik Industri

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan.(2014), Bahasa Indonesia wahanapengetahuan. Jakarta, KementerianPendidikan dan Kebudayaan

Mahsun, MS. (2013). Teks dalam pembelajaranbahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta:Rajawali Press

Mi’raj, Hamidi. (2014). Meningkatkan PerolehanKemampuan Membaca Al-Qurandengan Menggunakan Media CDPembelajaran, dalam Jurnal PendidikanAgama Islam Maju Bersama Volume 2Edisi Juni 2014, Sekolah Tinggi IlmuTarbiyah Syarif Abdurrahman,Singkawang

Nurlaela (2012). Strategi PembelajaranKooperatif, dalam Jurnal PTK DikmenVolume 2, No.1 Oktober 2012, DirektoratPembinaan Pendidik dan TenagaKependidikan Pendidikan Menengah,

Page 75:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Penggunaan Media Gambar Berseri

Kementerian Pendidikan dan Kebuda-yaan,Jakarta

Ngarso, Den Baguse, (2012).PendahuluanPencapaian Hasil Belajar. http://mgmpingbara.blogspot.co.id/2012/05/pend ahuluan-pencapaian-has il -belajar.html diakses 07 Mei 2016

Rusyana, Yus. (1988). Bahasa dan sastra dalamgamitan pendidikan, Bandung :Diponegoro

Tarigan, Henry Guntur. (1986). Menulis sebagaisuatu keterampilan berbahasa. Bandung:Penerbit Angkasa

Shaoran, (2014), “Media gambar seri,” http://shaoran1401.blogspot.co.id/2014/01/media-gambar-seri.html diakses tgl 07mei 2016 10.37

Sucipto, Maya Gustina., Uti Darmawati, Y.BudiArtati. (2014). Pegangan guru bahasaIndonesia, Klaten : PT Intan Pariwara

Suparno, Mohamad Yunus. (2010). Materi pokokketerampilan dasar menulis. Jakarta :Universitas Terbuka

Syafi’ie, I. (1988), Retorika dalam menulis. Jakarta:Depdikbud

Taher. M. (2014). Media yang relevan dalampembelajaran kurikulum 2013. http://sumut.kemenag.go.id/ diakses 27Oktober 2014

Windiarto, Prito, (2014), “Rencana pelaksanaanpembelajaran kurikulum 2013 Kelas 8 TeksProsedur Dan Teks Eksplanasi” http://Pritowindiarto.Blogspot.Co.Id/2014/1 0 / R e n c a n a - P e l a k s a n a a n -Pembelajaran.HtmlDiakses 18 Mei 2016Pukul 21.06

Wiratmajaya, I Gst. Ngurah Adi, I Wayan Artika,Ida Ayu Made Darmayanti. (2015).Penggunaan gambar berseri untukmeningkatkan kemampuan menulis teksprosedur kompleks pada siswa kelas XAkuntansi A Smk Negeri 1 Singaraja,”dalam e-Journal Jurusan PendidikanBahasa dan Sastra Indonesia UndikshaVolume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015,Jurusan Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia, Universitas PendidikanGanesha Singaraja, Indonesia

Page 76:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

69Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

Taking Learning to Task,Strategi Pembelajaran Orang Dewasa

Yuli KwartoloEmail: [email protected]

Pengajar freelance di beberapa satuan pendidikan

Opini

AAbstrak

gar proses pendidikan dapat memberikan kemampuan berpikir tingkat tinggi kepadapeserta didik, berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran dikembangkan oleh guru.Akan tetapi, berbagai kendalaa masih dihadapi dan hasil yang dicapai belum sepenuhnyaseperti yang diharapkan. Tulisan ini membahas taking learning to task sebagai saalah

satu strategi pembelajaran yang sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkattinggi bagi orang dewasa. Merujuk pada berbagai sumber, tulisan ini membahas dan menganalisissecara deskriptif teori dan pendapat yang terkait serta menarik kesimpulan bagaimana strategi inidapat diterapkan secara efektif dalam pembelajaran orang dewasa. Tulisan ini juga dilengkapidengan sejumlah saran bagaimana strtegi ini dapat diterapkan dengan baik.

Kata-kata kunci: strategi pembelajaran, berpikir tingkat tinggi, pembelajaran orang dewasa, tugasbelajar, taking learning to task

Taking Learning to Task, Adult Instructional Strategy

AbstractTo provide the students with high thinking order skill, the teachers have been developing a number ofinstructional approaches and strategies. However, the teachers and the students still face a lot of problems andthe results have not fully satisfied. This article discussed ‘taking learning to task’ as one of the strategiesappropriate to develop high thinking order skill for the adult. Having describing and analyzing severaltheories and opinions, the article concluded ‘taking learning to task’ can be used as an effective instructionalstrategy for the adult. This article is also included some suggestions in implementing this strategy.

Keywords: instructional strategy, high order thinking, adult learning, learning task, taking learning to task

Page 77:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

Pendahuluan

Proses pembelajaran merupakan sebuahaktivitas yang tidak berjalan di dalam ruanghampa udara. Artinya, kedalaman pengalamanbelajar, kebermaknaan belajar, dan di ujungtercapainya tujuan pembelajaran sangatditentukan oleh berbagai faktor pendukung sertakontribusi guru dan peserta didik. Pembelajaranmodern menempatkan guru dan peserta didiksebagai subjek aktif untuk belajar bersama-sama.Pada satu titik, guru bisa belajar dari pesertadidik dan pada titik tertentu, peserta didik pastibelajar dari gurunya. Jadi, guru bukan satu-satunya komponen pembelajaran yang palingditerminan.

Salah satu prinsip belajar yang menjaminkeberhasilan peserta didik dalam mempelajarisesuatu adalah, adanya keterlibatan langsungpeserta didik. Proses pembelajaran harusmelibatkan partisipasi peserta didik, meskipundalam derajad yang rendah. Harus ada responbermakna dari peserta didik manakala gurumemberi stimulus. Peserta didik harus memberi-kan kontribusi yang signifikan, bahkan lebihsupaya transfer of knowladge dan transfer of skilldapat tercapai. Inilah yang diharapakan.

Namun demikian, apa yang diharapkantersebut belum sepenuhnya menjadi kenyataan.Dalam perspektif ini menarik untuk diperhati-kan pernyataan Anies Baswedan, MenteriPendidikan dan Kebudayaaan (2014 - 2016),bahwa materi pembelajaran yang menuntutkemampuan berpikir tingkat tinggi (higher orderthinking) akan ditingkatkan, bahkan mulai dariSD (Kompas, 14 Juli 2016). Pernyataan AniesBaswedan tersebut mengindikasikan, selama inisecara umum pembelajaran yang mengarahpada berpikir tingkat tinggi belum terealisasi.

Berpikir tingkat tinggi (Crowl, 1997)meliputi berpikir kritis, berpikir logis, berpikirkreatif, dan metakognitif (pengetahuan sese-orang mengenai proses dan hasil berpikirnyaatau apapun yang berkaitan dengan proses danhasil berpikir tesebut).Disamping itu, Quirk(2006) mengungkapkan metakognitif adalah “theability to think about one’s thinking and feeling andto predict what others are thinking,” atau kemam-

puan seseorang untuk berpikir tentang pikirandan perasaannya sendiri dan untuk mempre-diksi apa yang orang lain pikirkan.

Sejumlah metode dan stategi pembelajar-anterus dicoba untuk memberi dimensi danperspektif baru terhadap aktivitas pembelajaran.Tulisan ini memaparkan sebuah strategipembelajaran yang diperuntukkan bagi orangdewasa (adult learning), yaitu taking learning totask yang dapat membawa peserta didik (orangdewasa) pada berbagai tugas belajar yangmenuntut berpikir tingkat tinggi. Oleh karenadengan menggunakan strategi ini, peserta didikharus memberi respon yang kritis, logis, dankreatif terhadap stimulus (tugas belajarnya).Dalam hubungannya dengan taking learning totask, dalam tulisan ini dibahas pengertian tugasbelajar, pembelajaran orang dewasa, karakteris-tik peserta didik dewasa, konsepsi takinglearning to task, model-model pembelajaranuntuk tugas belajar, dan keunggulan dankelemahan taking learning to task akan menjadifokus pembahasan.

Pembahasan

Tugas BelajarDalam konteks pembelajaran, secara substantif,‘tugas’ berkaitan dengan berbagai aktivitas yangharus dilakukan oleh peserta didik. Ada tiga halprinsip berkaitan dengan konsep tugas (http://www.learnersdictionary.com/definition/task),yaitu: (1) a usually assigned piece of work often to befinished within a certain time (tugas belajardiberikan dan diselesaikan dalam waktutertentu), (2) something hard or unpleasant that hasto be done (kadang-kadang membutuhkan kerjakeras untuk menyelesaikan bahkan tidakmenyenangkan), dan (3) duty, function (ada tugasdan fungsi).1. Tugas belajar diberikan dan diselesaikan

dalam waktu tertentuBatasan waktu atau dapat dikatakansebagai sebuah ‘rule’ (aturan, ketentuan)yang diberikan oleh guru dan harus ditaatioleh peserta didik dalam menyelesaikantugas belajarnya. Namun demikian, guru

Page 78:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

71Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

harus memahami adanya sebuah prinsippembelajaran yang disebut ‘individualdiffercences’ atau perbedaan individu.Maksudnya, setiap peserta didik memilikikecepatan belajar sendiri-sendiri. Dengankata lain, peserta didik belajar menguasaipengetahuan, keterampilan menurutkecepatannya.

2. Membutuhkan kerja keras untuk menyele-saikan, bahkan tidak menyenangkanPrinsip ini ingin menegaskan, peserta didikkadang-kadang harus mengeluarkan segalakemampuannya untuk menyelesaikan tugasbelajarnya. Bahkan harus melalui hal-halyang tidak menyenangkan seperti rasabosan, jenuh, tingkat kesulitan yang tinggi,dan harus melalui prosedur yang ketatuntuk memecah-kan suatu masa-lah. Namun, halini bukanlahsuatu kendalamenyelesaikantugas belajarnya.

3. Ada tugas danfungsi.Prinsip ini mak-sudnya adalahdalam sebuahtugas belajar, didalamnya ter-dapat berbagaitugas yang harus dikerjakan dan adaberbagai fungsi yang harus diperankan olehpeserta didik. Misalnya, seorang gurumemberi tugas belajar kepada sebuahkelompok peserta didik untuk mengumpul-kan data/informasi yang dibutuhkanuntuk mencari tahu alasan mengapabanyak perempuan terpaksa menjadiPekerja Seks Komersial (PSK). Maka, setiappeserta didik di dalam kelompok tersebutmemiliki tugas sendiri-sendiri untukmencari data/informasi berdasarkansejumlah variabel yang sudah dirumuskan,dan memiliki fungsi sebagai penggali data/informasi (interviewer).Tugas merupakan sebuah aktivitas atau

proses untuk mendapatkan pengetahuan atauketerampilan. Aktivitas ini bisa merujuk pada

Taksonomi Bloom, baik dari sisi domain kognitif,afektif, dan psikomotorik atau pada sisikedalamannya (sequences).

Dari sisi kedalamannya, berdasarkanTaksonomi Bloom versi terbaru peserta didikdapat melakukan aktivitas mengingat (remem-bering), memahami (understanding), menerapkan(applying), menganalisa, mengurai (analysing),menilai (evaluating), sampai mencipta (creating).Aktivitas yang menunjukkan gradasi dari yangpaling mudah (sederhana) sampai ke yangpaling sulit (kompleks) dapat dirinci lagi kedalam sejumlah kata kerja operasional yangmenunjukkan sejumlah indikator/kompetensitertentu.

Belajar atau learning dalam bahasa Inggrisadalah, the activity or process of gaining knowledge

or skill by studying,practicing, beingtaught, or experien-cing something; theactivity of someonewho learns know-ledge or skill gainedfrom learning( h t t p : / /w w w . l e a r n e r sdictionary.com/definition/task).Terjemahan bebas-nya adalah, bela-

jar merupakan aktivitas atau proses untukmendapatkan pengetahuan atau keterampilandengan mempelajari, berlatih, proses berpikir,atau mengalami sesuatu oleh seorang pesertadidik yang mempelajari pengetahuan atauketerampilan yang diperoleh dari aktivitasbelajar. Belajar akan berhasil manakala adaperhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatanlangsung/mengalami langsung, pengulangan,tantangan, feedback, penguatan.

Pengertian lain menyebutkan, belajaresensinya adalah sebuah proses, mencari,menemukan, melakukan, melalui tahapan yangteratur dan sistematis. Belajar melibatkan semuaaspek yang ada dalam diri peserta didik, baikpsikis maupun fisik. Hakikat belajar yangdimaksud adalah, proses menemukan danmembangun makna/pengertian oleh peserta

Hakikat belajar yang dimaksudadalah, proses menemukan danmembangun makna/pengertian

oleh peserta didik terhadapinformasi, pengetahuan,

pengalaman, yang disaring melaluipersepsi, pikiran, dan perasaan

peserta didik.

Page 79:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

didik terhadap informasi, pengetahuan,pengalaman, yang disaring melalui persepsi,pikiran, dan perasaan peserta didik.

Konsepsi belajar seperti ini, menurutBrunner dalam Sulaeman (1988), menempatkanmanusia (individu) sebagai pencari, pemrosesdan juga sebagai pencipta informasi. Olehkarena itu, proses pembelajaran harus bermaknadan bertujuan. Dengan cara belajar seperti itu,menurut Smith dalam Sulaeman (1988), otakmanusia dipandang sebagai satu organ yangmempunyai fungsi utama mencari secara giat,menyeleksi, mendapatkan, mengorganisasi,mengolah, menyimpan dan pada saat yang tepatmemperoleh kembali dan menggunakan segalainformasi tersebut.

Menurut Gagne dalam Knowles (1986:9)terdapat lima domain sebagai tujuan belajar,yaitu (1) motor skills, (2) verbal information, (3)intelectual skill, (4) cognitive strategies, and (5)attitudes. Dari pembahasan di atas dapatdisimpulkan, tugas belajar dalam kontekspembelajaran merupakan aktivitas bermaknadan bermanfaat yang dilakukan oleh pesertadidik untuk mendapatkan sesuatu, dengan caratertentu, dengan media/alat tertentu. Tugasbelajar merupakan kegiatan mental dan fisikyang dilakukan peserta didik dalam berinteraksidengan sumber belajar melalui pendekatanpembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkanpeserta didik.

Tugas belajar tentu memberikan sesuatuyang bermakna, karena guru telah menentukanmateri untuk mencapai sejumlah kompetensi dantelah mendesign pembelajaran guna memberi-kan pengalaman belajar bagi peserta didiknya.Kebermaknaan merupakan salah satu prinsipbelajar.

Tugas belajar juga memberikan sesuatuyang bermanfaat bagi peserta didik. Melaluitugas belajar, peserta didik memperoleh ilmu/teori, memperoleh keterampilan, memperolehnilai-nilai yang derajadnya tergantungbagaimana guru mendesign pembelajaran.Kebermanfaatan juga merupakan salah satuprinsip belajar. Oleh karena itu, dalammemberikan tugas belajar yang di dalamnyaterkandung sejumlah materi (domain kognitif,domain psikomotorik, dan domain afektif),kejelian dan kemampuan guru menentukan

materi esensial sangat dibutuhkan. Sejumlahkompetensi dasar yang sudah ditetapkan dalamkurikulum, tidak semuanya harus diberikankepada peserta didik. Jika guru mampu memilahdan memilih materi esensial sebagai penjabarandari kompetensi dasar, maka urgensikebermaknaan dan kebermanfaatan dalamsetiap tugas belajar siswa dipastikan ada.

Adult LearningAdult learning atau pembelajaran orang dewasa,disebut juga andragogi, adalah suatu prosesuntuk melibakan peserta didik dewasa ke dalamsuatu strukur pengalaman belajar (http://id.wikipedia.org/). Dalam andragogi adaasumsi dasar, orang dewasa memiliki kebutuhanbelajar tertentu. Selain itu, lingkungan belajarterbaik bagi mereka adalah orang-orang yangkolaboratif dan memanfaatkan pendekatanpembelajaran berbasis masalah.

Menurut Knowles (1984:36), peloporandragodi, ada 6 karakteristik utama pembel-ajaran orang dewasa. Keenam karakteristiktersebut adalah, (1) mandiri/otonom, (2) meng-gunakan pengetahuan dan pengalaman hidup,(3) berorientasi pada tujuan, (4) berorientasipada tugas, (5) mementingkan nilai kepraktisandan riil, serta (6) mendorong kolaborasi.1. Mandiri/otonom

Peserta didik dewasa secara aktif terlibatdalam proses pembelajaran sehinggamereka membuat pilihan yang relevandengan tujuan pembelajaran mereka.Sebagai seorang guru, penting untukmemfasilitasi proses penetapan tujuan.Peserta didik perlu diberi kebebasan untukbertanggung jawab atas pilihan merekasendiri. Ketika datang ke sekolah, merekaharus proaktif dan berkontribusi dalamproses pembelajaran.

2. Menggunakan pengetahuan danpengalaman hidupBerdasarkan pendekatan ini, guru mendo-rong peserta didik untuk menghubungkanpengalaman masa lalu mereka denganpengetahuan saat ini. Guru harus memilikikemampuan bagaimana membantu pesertadidik menghubungkan pengalaman masalalu dengan berbagai pengalaman belajarsaat ini.

Page 80:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

73Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

3. Berorientasi pada tujuanMotivasi belajar akan meningkat ketika adarelevansi antara apa yang dipelajaridengan situasi kehidupan nyata, terutamadalam kaitannya dengan masalah tertentudari peserta didik. Dengan kata lain, adatujuan yang ingin dicapai perserta didik.

4. Berorientasi pada tugasSalah satu cara terbaik membelajarkanorang dewasa adalah dengan tugas. Merekaakan terlibat secara mendalam danberkontribusi mencapai tujuan pembel-ajaran. Mereka akan terinspirasi dantermotivasi untuk terlibat dalam berbagaiproyek dan berhasil menyelesaikannya.

5. Mementingkan nilai kepraktisan dan riilPemanfaatan berbagai sarana/fasilitaspembelajaran untuk membantu pesertadidik menerapkan konsep teoritis di dalamkelas ke dalam situasi kehidupan nyata danpraktis. Belajar difasilitasi secara tepatuntuk menerapkan pengetahuan teoritisdalam situasi kehidupan nyata dan jelas.

6. Mendorong kolaborasiPemelajar dewasa akan semakin berkem-bang dalam hubungan kolaboratif denganguru. Ketika guru menempatkan/meman-dang peserta didik sebagai rekan ataupartner, mereka menjadi lebih produktif.Ketika kontribusi mereka diakui, makamereka akan memberikan karya yangterbaik.Secara umum, ketika peserta didik bukan

lagi sebagai ‘objek’ belajar, maka diyakini adapassion atau keinginan dari peserta didik untukmenunjukkan kelebihannya. Mereka dengansadar mengeluarkan segala daya untukmenyelesaikan pekerjaan/tugasnya, karenamereka sebagai subjek. Apalagi guru memberiapresiasi tinggi, dan memberi reinforcementterhadap apa yang dihasilkan oleh peserta didik.

Karakteristik Peserta Didik DewasaMemahami karakteristik peserta didikmerupakan salah satu kemampuan yang harusdimiliki oleh seorang guru. Tujuannya adalah,supaya pendekatan, strategi, metode pembel-ajaran yang dipilih guru sesuai dengankarakteristik peserta didik sehingga pengalamanbelajar yang akan diberikan berarti dan berguna.

Peserta didik orang dewasa juga mempu-nyai beberapa karakteristik. Malcom Knowlesdalam Sutikno (2013:26) menyebutkan adasejumlah karakteristik peserta didik orangdewasa yaitu (1) orang dewasa mempunyaipengalaman yang berbeda-beda; (2) orangdewasa lebih suka menerima saran daripadadigurui; (3) orang dewasa lebih memberikanperhatian pada hal yang menarik bagi merekadan menjadi kebutuhanya; (4) orang dewasalebih suka dihargai daripada diberi hukumanatau disalahkan; (5) orang dewasa yang pernahmengalami putus sekolah, mempu-nyaikecenderungan untuk menilai lebih rendahkemampuan belajarnya; (6) apa yang bisadilakukan orang dewasa menunjukkan tahappemahamannya; (7) orang dewasa secara sengajamengulang hal yang sama; (8) orang dewasasuka diperlakukan dengan kesungguhan itikadyang baik, adil, dan masuk akal; (9) orangdewasa sudah belajar sejak kecil tentang caramengatur hidupnya, oleh karena itu, merekalebih cenderung tidak mau bergantung padaorang lain; dan (10) orang dewasa menyukai halyang praktis.

Sedangkan menurut Syamsu (1994),karakteristik peserta didik dewasa secara umumditandai dengan beberapa hal seperti, (1) konsepdiri peserta didik dewasa bergerak dari seorangpribadi yang bergantung ke arah pribadi yangmandiri, (2) peserta didik dewasa mengaku-mulasi banyak pengalaman yang diperolehnyasehingga menjadi sumber belajar yangberkembang, (3) kesiapan belajar peserta didikdewasa cenderung meningkat, dan (4) orientasibelajar peserta didik dewasa dari yang terpusatpada materi beralih menjadi terpusat padamasalah.

Konsepsi Taking Learning to TaskSecara harafiah, taking learning to task berartimengambil tugas belajar (http://id.wikipedia.org). Namun esensinya adalah, membawapeserta didik mendapatkan pengalaman belajarmelalui tugas berbagai belajar. Taking learningto task tidak berpusat pada guru, juga tidakberpusat pada peserta didik, melainkan berpusatpada pembelajaran (teaching centered). Maksud-nya, strategi ini ingin memfokuskan bahwapembelajaran, khususnya untuk orang dewasa

Page 81:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

akan efektif jika mereka mendapatkanpengalaman belajar melalui tugas belajar yangmereka dapatkan. Pembelajaran harus didesainmenarik, ada urgensinya, dan bermakna bagipeserta didik, sehingga mereka mendapatkanmanfaat.

Jane Vella (2009) mempertegas, bahwa tugasbelajar sebagai sebuah pendekatan pembelajaranyang masih ‘segar’ untuk peserta didik dalambelajar. Menurutnya, belajar hanya terjadidengan segera jika peserta didik terlibat dalamtugas tugas belajar. Peserta didik tidak hanyamenerima pengetahuan, namun merekamelakukan transfer pengetahuan baru, keteram-pilan. dan sikap kepada peserta didik lainnya.

Sedangkan Hurlock (2006) berpendapat,karena orang dewasa sebagai peserta didik yangunik dan berbeda dengan anak usia dini dananak remaja, makaproses pembela-jaran orangdewasa akanberlangsung jikamereka terlibatlangsung dalamtugas belajarnya.Beberapa konse-psi mengenaitugas belajarseperti tersebut diatas, diper-kuatbahwa, takinglearning to task didasarkan atas beberapa asumsilogis yaitu, (1) peserta didik datang dengankapasitas untuk melakukan pekerjaan yangmelibatkan dirinya dalam belajar; (2) pesertadidik belajar, ketika mereka secara aktif terlibatdengan konten, kognitif, emosional, dan fisik; (3)konten baru bisa hadir melalui tugas belajar; dan(4) tugas belajar mengarah pada akuntabilitas(pertanggung-jawaban), karena peserta didikdituntut untuk mempertanggungjawabkannya.1. Peserta didik datang dengan kapasitas

untuk melakukan pekerjaan yangmelibatkan dirinya dalam belajar.Asumsi ini menurut penulis didasarkanpada salah satu teori belajar kognitivismedengan tokohnya Piaget, Bruner, danAusubel. Intinya adalah, setiap orang telah

mempunyai pengetahuan/pengalamandalam dirinya, yang tertata dalam bentukstruktur kognitif. Inilah yang dinamakankapasitas. Peserta didik memiliki kapasitasatau modalitas yang tidak diragukan lagiuntuk terlibat dalam tugas-tugas belajar.Tanpa keterlibatan peserta didik, sejatinyatidak ada pembelajaran.Teori belajar menyatakan secara tegasmengenai ‘apa yang seharusnya’ dilakukanoleh seorang peserta didik manakala iaberada di kelas, dalam laboratorium,perpustakaan, atau berbagai lokasi tempatterjadi proses pembelajaran. Kapasitasitulah yang dalam kondisi normal, pesertadidik seharusnya memiliki motivasi danpassion untuk belajar melalui berbagai peng-alaman belajar yang diciptakan oleh guru.

2. Peserta didikbelajar, ketika me-reka secara aktifterlibat dengankonten, kognitif,emosional, danfisik.Asumsi ini dida-sarkan pada sebu-ah prinsip belajaryaitu, belajar akanberhasil jika pe-serta didik aktif.Tugas belajar akan

berhasil manakala ada inisiatif sendiri yangmelibatkan pribadi peserta didik seutuhnya,baik perasaan, intelektual, dan fisik yangdapat memberi-kan hasil yang mendalamdan lestari.

3. Konten baru bisa hadir melalui tugasbelajar.Asumsi ini didasarkan pada salah satu teoribelajar konstruktivisme. Teori ini berpenda-pat, peserta didik telah memiliki apa yangdinamakan dengan entering behaviourberupa pengalaman, pengetahuan, kete-rampilan, dan sikap. Jika apa yang dimilikipeserta didik tersebut bermanfaat dalammembantu menyelesaikan tugas belajar,maka konten belajar baru muncul danpeserta didik diperkaya dengannya.

Keberhasilan pembelajaran karenakontribusi yang signifikan antara

guru sebagai designer pembelajarandan peserta didik sebagai pihak

yang harus mengerjakan,mengalami, berbuat, berproses

terhadap apa yang sudah didesainoleh guru.

Page 82:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

75Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

4. Tugas belajar mengarah pada akuntabilitas(pertanggungjawaban), karena pesertadidik dituntut untuk mempertanggung-jawabkan.Pembelajaran, atau apapun namanya,

bukan usaha sepihak. Keberhasilan pembel-ajaran karena kontribusi yang signifikan antaraguru sebagai designer pembelajaran dan pesertadidik sebagai pihak yang harus mengerjakan,mengalami, berbuat, berproses terhadap apayang sudah didesain oleh guru. Oleh karena itu,belajar yang bermakna diperoleh peserta didikdengan melakukannya/mengalami. Belajarmenjadi lebih lancar jika peserta didik dilibatkandalam proses belajar dan ikut bertanggung jawabterhadap proses belajar itu. Hasil tugas belajarkemudian dipertanggungjawabkan kepada gurudan juga peserta didik lainnya, bahkan jugakepada orang tua dan masyarakat.

Vella (2009) memberikan beberapa alasanmendasar mengapa taking learning to taskefektif sebagai strategi pembelajaran peserta didikdewasa. Di antaranya adalah sebagai berikut.1. Tugas belajar ‘menghentikan’ guru dan

peserta didik dari hanya berkata-kata.2. Ada insurance atau jaminan keterlibatan pe-

serta didik yang tinggi dengan tugas belajar.3. Tugas belajar memberi ruang yang luas

terhadap munculnya pemikiran kritis.4. Sebuah tugas belajar menjamin kerja peserta

didik yang komprehensif.5. Tugas belajar juga memastikan penyelesai-

an semua pencapaian sasaran.6. Produk tugas belajar menawarkan indikator

(kompetensi) yang substantif.7. Evaluasi belajar lebih variatif, tidak hanya

hasil namun juga proses.8. Tugas belajar dapat memanfaatkan formasi

kelompok kecil.9. Tugas belajar memungkinkan dialog

intragrup yang konstruktif.10. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran

karena terlibat dalam tugas belajar.11. Tugas belajar dapat beragam untuk semua

jenis peserta didik.12. Tugas belajar melibatkan semua domain

(fungsi kognitif, fungsi afektif, dan fungsipsikomotorik).

13. Tugas belajar menghasilkan dokumentasiakademis yang lengkap.

14. Tugas belajar membuat manajemen waktulebih efisien.Sedangkan More (2005) menyatakan bahwa,

taking learning to task sebagai sebuah strategipembelajaran yang tepat untuk peserta didikdewasa, karena alasan berikut.1. Aktivitas guru semakin berkurang (tidak

dominan), namun sebaliknya aktivitaspeserta didik semakin besar dan kompleks;hal ini semakin baik.

2. Semakin sedikit waktu yang diperlukanguru untuk mengaktifkan siswa, hal ini jugasemakin baik. Waktu yang banyakdipergunakan siswa untuk mengambiltugas belajarnya.

3. Sesuai dengan kesiapan dan kematanganpeserta didik dewasa yang terus bertambah.

Model Pembelajaran untuk Tugas BelajarMoore (2005:257), mendefinisikan modelpembelajaran sebagai prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mengorganisasikan/mengatur pengalaman belajar yang hendakdialami peserta didik untuk mencapai tujuanbelajar. Dapat juga diartikan sebagai suatupendekatan yang digunakan dalam kegiatanpembelajaran, sehingga sebenarnya modelpembelajaran sama artinya dengan pendekatan,strategi, atau metode pembelajaran. Modelpembelajaran merupakan suatu deskripsilingkungan belajar yang menggambarkanperencanaan kurikulum, kursus, desain unitpelajaran dan pembelajaran, perlengkapanbelajar, buku pelajaran, buku kerja, programmultimedia dan bantuan belajar melalui programkomputer.

Knowles(1986:48), menyebutkan beberapamodel pembelajaran orang dewasa dalam rangkatugas belajar, seperti small group discussion, roleplay and simulation, case study, discovery learning,self directed learning, cooperative learning,collaborative learning, contextual instruction, projectbased learning, dan problem based learning.

Tabel 1 memberikan gambaran konkritketerkaitan antara model pembelajaran sebagaiimplementasi taking learning to task dan tugas

Page 83:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

Tabel 1: Implementasi Taking Learning to Task danKaitannya dengan Model Pembelajaran

ModelPembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik Tugas Belajar

Peserta didik

Small GroupDiscussion

-

-

-

Membuat rancangandan materi diskusi.Menjadi moderatorsekaligus mengulashasil diskusi pesertadidik pada setiapakhir sesi.Memilih bahandiskusi.

-

-

-

Membentuk kelom-pok (5-10 orang).Memilih bahandiskusi.Mempresentasikanmakalah/hasil kerjakelompok danmendiskusikannya dikelas.

- Berdiskusi danmempresentasi-kan hasil diskusi

Simulation -

-

Merancang situasi/kegiatan, dapatberupa bermainperan, modelkomputer, atauberbagai latihansimulasi.Membahas kinerjapeserta didik.

-

-

Mempelajari danmenjalankan suatuperan.Mempraktikkan/me-ncoba berbagaimodel (komputer)yang telah disiapkan.

-

-

-

Memerankanseorang tokoh da-lam sosio dramaSebagai enumeratormengumpulkandata lapanganMensimulasikansuatu programkomputer hasilkreasinya

Discoverylearning

-

-

Guru memberirangsangan berupamasalah yang harusdipecahkanMemeriksa danmemberi ulasanterhadap hasil belajarmandiri pesertadidik.

-

-

Mencari, mengum-pulkan, dan menyu-sun, informasi yangada untuk mendes-kripsikan suatupengetahuan.Mempresentasikanhasil tugas belajarberupa temuan-temuan besertaanalisanya.

--

-

-

-

-

Membuat hipotesaMenganalisi ma-salah yang terjadiMengumpulkandata (data collectionMengolah data(data processingMelakukan pem-buktian hipotesa(verification)Menyimpulkan

Self-DirectLearning

--

Sebagai fasilitatorMemberi penjelasanpengertian self directlearning dan apayang harus dilakukanpeserta didik.

-

-

Merencanakankegiatan belajar,melaksanakan, danmenilai pengalamanbelajarnya sendiri.Mempresentasikanhasil tugasbelajarnya.

-

-

-

Membuat suatuschedule untukmenyelesaikansebuah proyek/portofolioMelaksanakankegiatan sesuaischeduleMemberi penilai-an apakah kegiatandapat dilaksanakandengan baik danmemberi hasilyang optimal

Page 84:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

77Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

ModelPembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik Tugas Belajar

Peserta Didik

Cooperativelearning

-

-

Merancang danmemantau prosesbelajar dan hasilbelajar kelompokpeserta didik.Menyiapkan suatumasalah/kasus ataubentuk tugas untukdiselesaikan olehpeserta didik secaraberkelompok

-

-

Membahas danmenyimpulkanmasalah/tugas yangdiberikan guru secaraberkelompok.Mempresentasikanhasil tugas belajar.

-

-

Menganalisismasalah/kasusdari berbagaisudut pandang.Misalnya, bagai-mana mengurangikemacetan saatmudik lebaran.Bekerja dalamkelompok-kelom-pok kecil menye-lesaikan masalah/kasus yang ada

CollaborativeLearning

-

-

Merancang tugasyang bersifat openended.Sebagai fasilitatordan motivator.

-

-

Bekerja sama dengananggotakelompoknya dalammengerjakan tugas.Mempresentasikanhasil tugas belajar.

-

-

Melakukanpraktikum dilaboratoriumsecara kelompokMengisi LembarKerja Siswa (LKS)berdasarkan hasilpraktikum

ContextualInstruction

-

-

Menjelaskan bahankajian yang bersifatteori dan mengait-kannya dengansituasi nyata dalamkehidupan sehari-hari, kehidupandunia kerja.Misalnya:profesionalitas dalambekerja, manajemenorganisasi, ataumengenaientrepreneurship.Menyusun tugaspeserta didik untukstudi ke lapangan.

-

-

-

Membahas konsep(teori) berkaitandengan situasi nyata.Melakukan studilapangan/terjun didunia nyata untukmempelajarikesesuaian teoridengan kondisi riil.Mempresentasikanhasil tugas belajar.

-

-

-

Melakukan studilapang kesebuahperusahaan terkenalMembandingkanantara teori(misalnya: mana-jemen organisasiberpengaruhterhadap kinerjaperusahaan)dengan kondisiriil perusahaantersebutMenganalisisapakah adahubungan yangsignifikan antarateori organisasidengan kinerjaperusahaantersebut

Page 85:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

ModelPembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik Tugas Belajar

Peserta Didik

Cooperativelearning

-

-

Merancang danmemantau prosesbelajar dan hasilbelajar kelompokpeserta didik.Menyiapkan suatumasalah/kasus ataubentuk tugas untukdiselesaikan olehpeserta didik secaraberkelompok

-

-

Membahas danmenyimpulkanmasalah/tugas yangdiberikan guru secaraberkelompok.Mempresentasikanhasil tugas belajar.

-

-

Menganalisismasalah/kasusdari berbagaisudut pandang.Misalnya, bagai-mana mengurangikemacetan saatmudik lebaran.Bekerja dalamkelompok-kelom-pok kecil menye-lesaikan masalah/kasus yang ada

CollaborativeLearning

-

-

Merancang tugasyang bersifat openended.Sebagai fasilitatordan motivator.

-

-

Bekerja sama dengananggotakelompoknya dalammengerjakan tugas.Mempresentasikanhasil tugas belajar.

-

-

Melakukanpraktikum dilaboratoriumsecara kelompokMengisi LembarKerja Siswa (LKS)berdasarkan hasilpraktikum

ContextualInstruction

-

-

Menjelaskan bahankajian yang bersifatteori dan mengait-kannya dengansituasi nyata dalamkehidupan sehari-hari, kehidupandunia kerja.Misalnya:profesionalitas dalambekerja, manajemenorganisasi, ataumengenaientrepreneurship.Menyusun tugaspeserta didik untukstudi ke lapangan.

-

-

-

Membahas konsep(teori) berkaitandengan situasi nyata.Melakukan studilapangan/terjun didunia nyata untukmempelajarikesesuaian teoridengan kondisi riil.Mempresentasikanhasil tugas belajar.

-

-

-

Melakukan studilapang kesebuahperusahaan terkenalMembandingkanantara teori(misalnya: mana-jemen organisasiberpengaruhterhadap kinerjaperusahaan)dengan kondisiriil perusahaantersebutMenganalisisapakah adahubungan yangsignifikan antarateori organisasidengan kinerjaperusahaantersebut

Page 86:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

79Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

belajar yang harus dilakukan peserta didik danperan/tugas guru.

Keunggulan Taking Learning to TaskHasan (1996) menyatakan, munculnya berbagaistrategi pembelajaran menunjukkan, tidak adasa tupun stategi pembelajaran yang palingsesuai untuk segala tujuan pembelajaran, jenismateri, dan proses pembelajaran. Semua strategipembelajaran yang ada pada dasarnya adalahuntuk saling melengkapi. Oleh karena itu, setiapstrategi pembelajaran pasti memiliki keunggulansekaligus memiliki kelemahan, termasuk strategipembelajaran taking learning to task sebagaistrategi pembelajaran bagi peserta didik dewasa.

Fanany (2013) menyebutkan beberapakelebihan implementasi strategi taking learningto task untuk pembelajaran bagi orang dewasa.Kelebihan itu antara lain adalah, (1) derajadpartisipasi peserta didik sangat tinggi, karenaharus menyelesaikan tugas belajarnya sejakawal hingga akhir pembelajaran; (2) dalamsituasi tertentu, kemampuan bekerja samapeserta didik akan meningkat jika mereka harusmenyelesaikan tugas belajar dalam sebuah teamwork; dan (3) mengembangkan kemampuanberpikir tingkat tinggi dan bertindak kreatif.

Sedangkan Sutikno (2013) menyatakan,beberapa kelebihan strategi pembelajaran inibagi peserta didik dewasa ini antara lain adalah,(1) peserta didik memperoleh pengalamanlangsung ketika mereka harus menyelesaikantugas belajarnya di lapangan; (2) peserta didikmempunyai kesempatan untuk mengapli-kasikan pengetahuan dan keterampilan dalammenyelesaikan tugas-tugas belajar di sekolah, ditempat praktek kerja, atau di masyarakat; dan(3) peserta didik dilatih mengikuti suatu prosesberurutan setahap demi setahap dalammenyelesaikan tugas-tugas belajarnya, terutamaberkaitan dengan memecahkan suatu masalah,melakukan eksperimen.

Kelebihan lain menurut penulis adalah, (1)taking learning to task menciptakan sebuahlingkungan pembelajaran yang menempatkansiswa benar-benar sebagai subjek belajar,menghargai originalitas pemikiran peserta didik,

kontribusinya, dan pengalaman selama menye-lesaikan tugas belajarnya; (2) memberi kesem-patan kepada peserta didik menjadi partisipanaktif dalam proses pembelajaran; (3) mengem-bangkan kemampuan berpikir kritis, keteram-pilan pemecahan masalah; (4) mengembangkankemampuan berpikir divergen dalam memecah-kan suatu masalah; (5) menumbuhkan semangatpantang menyerah, daya juang tinggi, dan sikapdisiplin untuk menyelesaikan tugas-tugasbelajarnya; dan (6) menciptakan manusia-manusia pembelajar.

Kelemahan Taking Learning to Task dan CaraMengatasiKelemahan penerapan taking learning to task,menurut penulis terletak pada hal yang sifatnyateknis dan bukan substantif. Karena, strategi inifokusnya menekankan pada proses belajar yangharus dilakukan peserta didik untukmenyelesaikan tugas belajarnya. Kelemahantersebut di antaranya adalah, (1) membutuhkanwaktu relatif banyak dibandingkan denganpembelajaran yang berorientasi pada pencapainhasil dan sekedar memenuhi target kurikulum;(2) belum semua guru memahami bagaimanamemberi tugas-tugas belajar yang memiliki bobotkemaknaan (meaningful), urgensi, dan nilaikegunaan bagi pesert didik; dan (3) tidak semuapeserta didik datang ke sekolah berbekalmotivasi yang tinggi dan passion untuk belajar,apalagi harus terlibat dalam tugas belajar yangmenuntut kesiapan, kemauan, dan mentalitasyang kuat untuk menyelesaikan tugasbelajarnya.

Mencermati kelemahan penerapan takinglearning to task tersebut di atas, maka prasyaratmendasar supaya strategi ini berhasil diterapkanadalah:, (1) ada perubahan mind set guru, bahwamenyelesaikan target kurikulum bukanlahindikator mutlak keberhasilan pembelajaran,namun terpenting adalah mengantar pesertadidik melewati proses pembelajaran bermaknadan bermanfaat dengan membawa anak kedalam tugas belajar; (2) menuntut profesionalitas(kompetensi) guru memilih materi esensial danmenentukan tugas belajar yang relevan bagipeserta didik untuk menguasai materi esensial

Page 87:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

tersebut; (3) guru harus mampu melakukan prakondisi atau pengkondisian kelas agar pesertadidik dengan senang hati, penuh motivasi siapmenyelesaikan tugas-tugas belajar; dan (4) harusada paradigma baru dari peserta didik, bahwakeberhasilan belajarnya bukan usaha sepihakdari guru, namun juga karena partisipasi pesertadidik.

Simpulan

KesimpulanTaking learning to task memberikan pengalamanbelajar kepada peserta didik. Tugas belajarmenghasilkan sejumlah kompetensi ketikapeserta didik berinteraksi dengan konten dankegiatan belajar. Tugas belajar merupakankegiatan mental dan fisik yang dilakukan pesertadidik dalam berinteraksi dengan sumber belajarmelalui pendekatan pembelajaran yangbervariasi dan mengaktifkan peserta didik. Halini jelas memperlihatkan bahwa berbagai tugasbelajar, baik dari sisi kuantitas dan kualitas(jumlah, kedalaman) hanya terjadi melaluistrategi pembelajaran yang diterapkan di dalamproses pembelajaran.

Taking learning to task memberi kesempat-an peserta didik untuk bekerja secara nyatasebagai wujud poses belajarnya. Oleh karena,itu strategi pembelajaran ini menempatkanpeserta didik sebagai subjek belajar penuh, yangditunjukkan dengan aktivitas menyelesaikantugas belajarnya. Dalam perspektif ini, guru tidaklagi dominan; sebaliknya aktivitas peserta didiksemakin besar, maka hal ini semakin baik.Dengan demikian, guru memiliki sedikit waktuuntuk mengaktifkan siswa, hal ini juga semakinbaik. Waktu yang banyak justru dipergunakanpeserta didik untuk mengerjakan tugasbelajarnya. Taking learning to task sangat sesuaidengan kesiapan dan kematangan peserta didikdewasa yang terus bertambah, khususnya darisisi kemampuan kognitifnya.

Taking learning to task menghasilkansejumlah dokumen akademik dan scientificdocument sebagai bukti bahwa peserta didiktelah menguasai sejumlah ilmu dan pengeta-huan tertentu sebagai prasyarat menyelesaikantugas belajarnya.

SaranMemperhatikan kelemahan yang ada dariimplementasi strategi pembelajaran orangdewasa ini, beberapa saran disampaikansebagai berikut.1. Guru tidak perlu khawatir jika target

kurikulum tidak tercapai karena fokuskurikulum nasional (KBK, KTSP, Kurikulum2013) lebih menekankan proses, bukanhasil. Apalagi, hasil Ujian Nasional (UN)fokusnya sebagai instrumen pemetaankondisi pendidikan daerah dan nasional,dan tidak lagi dijadikan penentu kelulusan.

2. Guru harus memahami dan mampumenentukan berbagai tugas belajar yangdapat membawa peserta didik ke arahhigher order thinking. Bukan saatnya lagiberpikir, yang penting memberi tugasbelajar, tanpa menyadari ada maknanya,urgensinya, dan manfaatnya atau tidak.

3. Peserta didik harus menyadari, tugas-tugasbelajar, merupakan salah satu bentuklatihan untuk membentuk pribadi yangsmart, terampil, berpikir kritis, kreatif,disiplin, dan tidak mudah menyerah.

Daftar Pustaka

Crowl, T. K., Kaminsky, S., & Podell, D. M. (1997).Educational psychology: Windows onteaching . Madison, WI: Brown andBenchmark

Fanany, El. (2013). Guru sejati guru idola.Yogyakarta: Araska

Hurlock, Elizabeth. (2006). Psikolog perkembangan(suatu pendekatan sepanjang rentangkehidupan). Jakarta: Erlangga

Knowles, Malcom. (1986). The adult leaner aneglected species. London:Gulf Publishing

More, Kenneth. (2005). Effective instructionalstrategies; From theory to practice. London:SAGE Publications

Quirk, M. (2006). Intuition and metacognition inmedical education: Keys to developingexpertise. New York: Springer PublishingCompany, Inc

Page 88:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

81Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Taking Learning to Task

Sulaeman, Dadang. (1988). Teknologi/metodologipengajaran. Jakarta: DepartemenKeguruan Nasional, Direktorat JenderalPerguruan Tinggi

Sutikno, Sobry. (2013). Belajar dan Pembelajaran.Upaya kreatif mewujudkan pembelajaranyang berhasil. Lombok: Holistica

Syamsu M. (1994). Teori belajar orang dewasa.Jakarta: Depdikbud

Vella, Jane. (2009). Taking learningto task: Creativestrategies for teaching adults. Boston:Jossey-Bass

http://www.learnersdictionary.com/definition/task

http://id.wikipedia.org/Kompas, 14 Juli 2016

Page 89:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa melalui Pendidikan Kristiani

Memaknai Dosa Melalui Pendidikan Kristiani

Paulus Eko KristiantoEmail: [email protected]

S2- STF Driyarkara Jakarta

Opini

DAbstrak

osa kerap kali dimaknai secara tidak tepat sehingga menjadi teror yang menyerangkeberadaan manusia secara etis. Masalah ini perlu diatasi dengan pemaknaan dosa secarabenar. Tulisan ini membahas makna dosa dan cara manusia membebaskan diri dari dosadengan menggunakan pendekatan hermeneutika. Setelah melalui pembahasan yang kritis,

tulisan ini berkesimpulan, Pendidikan Kristiani Transformasi sebagai pendekatan menolong semuaorang beriman untuk hidup sesuai kehendak Tuhan dan mengalami perubahan serta menjadiagen perubahan itu sendiri. Pendidikan ini diharapkan dapat membangun dan mengembangkanperubahan yang dapat terjadi apabila orang mampu menjaga hati diri dan sesamanya untukmenghayati dan memperjuangkan nilai keutamaan agar hidup memiliki kelimpahan berkah. Titikpijak perubahan yakni berangkat dari konsep diri yang positif.

Kata-kata kunci: dosa, hermeneutika, pendidikan kristiani transformatif, konsep diri

Interpreting Sin Through Christian Education

AbstractSin often is interpreted incorrectly so that a terror attack human existence ethically. This issue needs to beaddressed with the meaning of sin correctly. This paper discussed the meaning of sin and human way to freethemselves from sin by using hermeneutic approach. After a critical discussion, this paper concluded,Transformative Christian Education as an approach to help all the faithful to live according to God’s will andsubject to change and become agents of change themselves. This study is expected to build and develop thechanges that can occur when the heart is able to catch ourselves and each other to live and fight for the primacyof that life has an abundance of blessings. The point of departure changes that depart from a positive selfconcept.

Keywords: sin, Hermeneutics, Transformative Christian Education, Self-concept

Page 90:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

83Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa Melalui Pendidikan Kristiani

Pendahuluan

Sering kali orang lain menuduh kita melakukanberbagai dosa, tanpa memahami makna dosaitu sendiri. Dikhawatirkan, kita hanya terjebakpada pelabelan saja agar semua terlihat eksisdan ikut arus saja. Secara sederhana, dosa dipa-hami sebagai sebuah perbuatan yang melanggarhukum atau perintah Allah sehingga menduka-kan hati Allah. Akan tetapi, masalahnya tidaksesederhana itu, karena pemaknaan dosamenimbulkan konsekuensi lebih lanjut. Pelang-garan hukum Allah yang disebut dosa itu akanmendatangkan hukuman, tidak hanya di akhirattetapi dapat terjadi di dunia. Begitu besar akibatdosa itu, sehingga dosa berat dapat memutuskanhubungan antara manusia dengan Allah.

Akibat dosa dapat mempengaruhi suasanabatin dan tingkah laku orang yang berbuat dosa.Akan tetapi pemaknaan dosa itu belum tentubenar dan tidak jarang berbuat salah ataukelalaian dianggap juga sebagai dosa. Perasaanberdosa dapat muncul dari diri sendiri ataudiberikan oleh orang lain pada hal belum tentupemahaman atas dosa itu tepat. Acuan umum,melanggar salah satu atau lebih dari SepuluhPerintah Allah adalah dosa, tetapi besar kecilnyaatau berat ringannya pelanggaran dapat bersifatsubjektif. Namun, pada dasarnya manusia wajibmenghindari perbuatan dosa dan kalau sudahmelakukannya, segera memulihkan hubungandengan Allah melalui pertobatan.

Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baruterdapat berbagai contoh dosa yang dilakukanmanusia serta hukuman yang diberikan Allahserta juga cara bagaimana Allah mengampuniorang berdosa. Artikel ini mengajak pembacamemahami makna dosa dan bagaimanamanusia bisa bebas dari dosa. Untuk sampaipada tujuan tersebut, penulis mengajukanpendekatan hermeneutika dalam memahamimakna dosa. Pendekatan ini diadopsi dari kajianfilsafat. Manusia harus segera mengambiltindakan. Manusia tidak boleh terjebak lebihdalam ke lembah dosa sehingga ia membutuh-kan sosok penolong guna melewatinya.

Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salibdipandang sebagai tindakan penebusan.

Penebusan dilakukan karena perwujudan kasih-Nya bagi dunia. Hal ini makin diperkuat denganungkapan-Nya sendiri berupa “Sama sepertiMusa meninggikan ular di padang gurun,demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,supaya setiap orang yang percaya kepada-Nyaberoleh hidup yang kekal” (Yohanes 3: 14-15).Pengorbanan Yesus tidak dilalui dari jalanmulus, melainkan proses peradilan. Peradilanberjalan begitu rupa sehingga kematian-Nyabenar-benar menggenapi tuntutan hukum. Ceritaakan jadi lain, jika Yesus dibunuh secara diam-diam oleh pembunuh bayaran para imam.

Berkenaan dengan pemahaman tersebut,penulis mengajukan Pendidikan KristianiTransformasi sebagai pendekatan yangmenolong semua orang beriman untukmenyadari keberadaannya secara utuh danotentik, pengorbanan Yesus Kristus di salib, danmenimbulkan hasrat untuk berubah secaraspiritual dan berani tampil menjadi agenperubahan bagi dunia dan sekitar. Bagi penulis,hal ini memang tidak mudah. Namun, kita harusterus mengupayakannya dengan menanamkanterlebih dahulu konsep diri yang positif.

Pembahasan

HermeneutikaBila ditelaah dalam bahasa Yunani, kata‘hermeneutika’ berasal dari hermeneunein. Katatersebut berarti menafsirkan. Rupanya, upayatersebut telah mengingatkan pada tokohmitologis yang bernama Dewa Hermes. Hermesdigambarkan sebagai sosok yang memiliki kakibersayap dan lebih dikenal dengan sebutanMercurius dalam bahasa Latin. Tugas Hermesyakni menerjemahkan pesan dari dewa digunung Olympus dalam berbagai bahasa yangmudah dipahami manusia.1 Tugas Hermesdapat dikatakan vital karena bila terjadikesalahan maka menimbulkan kefatalan bagiseluruh kehidupan manusia. Berpijak padatugas dan identitas dewa Hermes, hermeneutikadipahami sebagai sebuah proses pengubahansesuatu dari kondisi tidak tahu menjadimengerti.

Page 91:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa melalui Pendidikan Kristiani

Hermeneutika telah dikembangkan dalamberbagai bentuk sepanjang perjalanan sejarahdan kronologi waktu. Setidaknya, Hardimanmemetakannya berikut beserta filsufprodusennya: Hermeneutika ReproduktifSchleiermacher, Hermeneutika ReproduktifDilthey, Hermeneutika Faktisitas Heidegger,Hermeneutika Demitologisasi Bultman,Hermeneutika Filosofis/ Produktif Gadamer,Hermeneutika Kritis Habermas, HermeneutikaKritis Ricoeur, Hermeneutika Radikal Derrida.2

Dari berbagai bentuk tersebut, kita bisamemahami bahwa pengertian yang sangat luasdari hermeneutika itu merupakan kesibukanfilsafat. Dengan demikian, ajaran, asas, nilai,dan norma religius yang mengikat dapatditafsirkan dengan berbagai cara tertentu, dankarena cara tafsirbisa berbeda,termasuk herme-neutika menjaditempat kelahiranaliran pema-haman teks yangbaru.

Dalam kajianher meneut ika ,perlu dipahamidua hal pentingyakni antara memahami dan menafsirkan atauinterpretasi. Hardiman menunjukkannya secarakolaboratif demikian, dengan menafsirkan atauinterpretasi, kita mengacu pada kegiatanmemahami melalui menyiratkannya secaraverbal dan diskursif, sementara kegiatanmemahami tidak harus demikian. Sisi lain, untukmenafsirkan, perlu dipahami, tetapi memahamitidak harus dengan menafsirkan, meski cukupkerap melibatkan penafsiran.3 Dengan demikian,seorang penafsir menunjukkan kompetensidalam memahami, tetapi kompetensi sepertiyang dimiliki penafsir tidak perlu dimilikiseseorang yang ingin memahami. Namun, perludiketahui, tujuan akhir dari proses interpretasiialah memahami.

Hermeneutika Sebagai Upaya MemahamiTeksBagian utama dari tindakan hermeneutikaadalah teks. Teks mencirikan empat hal: pertama,

teks membakukan wacana yang sifatnya cepatberlalu. Kedua, ketika teks dibakukan, teksmempunyai otonominya sendiri. Artinya, teksbisa dipakai orang lain dengan maksud yangberbeda dengan si pengarangnya. Ketiga, teksmenunjuk ke dunia yang bisa dimengerti secaraeksistensial. Artinya, ada makna simbolis yanghendak disampaikan berkaitan dengan realitas.Keempat , wacana yang sudah dibakukandialamatkan kepada siapa saja yang dapatmembacanya.4 Dengan demikian, horizonpemikiran kita harus luas di mana teks tidakhanya dimaknai sebagai tulisan melainkantindakan manusia, bahkan narasi kehidupan ini.

Teks tersebut dibaca.5 Pembacaan tersebutmelihat adanya sebuah ucapan yang dihubung-kan dengan diskursus, yakni sebuah peristiwa

dan kejadian dis-kursus. Pada awal-nya, teks hanyamemiliki penger-tian, hubunganinternal atau sebu-ah struktur, kiniteks memiliki maknaperwujudan dalamdiskursus subyekyang membaca. 6

Diskursus meng-giring adanya makna. Makna muncul karenaadanya proses refleksi hermeneutika. Artinya,memahami teks tidak akan berakhir pada teksitu sendiri, melainkan teks memerantaraihubungan subyek (baca: pembaca) dengandirinya sendiri (teks) yang tidak akan menemu-kan makna hidupnya dalam sebuah sirkuitpendek refleksi langsung. Oleh karena, refleksitidak akan berarti tanpa diperantarai tanda ataukarya dan penjelasan juga tidak bermakna kalautidak dimasukkan dalam tahap mediasi padapemahaman diri. Langkah ini menandakanadanya proses hermeneutika reflektif sebagaipembentukan diri berlangsung bersamaandengan pembentukan makna.

Ricoeur berpendapat, ‘makna’ tersebutsemakin diperluas, karena baginya praktikhermeneutika bukan saja mencari maknatersembunyi berdasarkan simbol melainkanupaya memperluas perspektifnya, belajar darisimbol, dan memperkaya pengetahuannya.7 Hal

Dengan demikian, horizonpemikiran kita harus luas di manateks tidak hanya dimaknai sebagai

tulisan melainkan tindakanmanusia, bahkan narasi

kehidupan ini.

Page 92:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

85Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa Melalui Pendidikan Kristiani

ini dinamakan hermeneutika rekolektif. Namun,hermeneutika model ini bergerak kembali padasebuah kecurigaan terhadap apa yang tampaksecara langsung dan berusaha mengasalkan(atau mereduksikannya) kepada yang lain. Polaini melahirkan hermeneutika kecurigaan.Kecurigaan menjadi langkah baik dalammengembangkan interpretasi. Oleh karena,interpretasi mengandung desain gerakanpendugaan menuju pengabsahan. Dugaantersebut bisa dibantu dengan pertanyaan , (1)siapa yang berbicara, (2) siapa yang bertindak,(3) siapa yang menceritakan sesuatu, dan (4)siapa merupakan subyek moral dari tanggungjawab?8 Semua pertanyaan tersebut bersifatidentitas dan susah dijawab karena dibutuhkanproses klarifikasi yang panjang. Maka bagiRicoeur, sebuah teks adalah otonom atau berdirisendiri dan tidak bergantung pada maksudpengarang, pada situasi historis karya atau bukutempat teks tercantum dan pada pembacapertama.9 Dengan dikembangkannya polatersebut, hermeneutika tidak lagi mencari maknatersembunyi di balik teks tetapi mengarahkanperhatiannya pada makna obyektif sebuat teks.Hal ini dilakukan melalui interpretasi sebuahteks dengan membangun hubungan antara duadiskursus (diskursus teks dan interpretasi).Hubungan tersebut berujung pada ketercampur-an dunia teks dengan interpretator.

Tiga Model Hermeneutika dan TekstualitasFakta SosialHaryatmoko memetakan adanya tiga modelhermeneutika dan tekstualitas yang layak kitaketahui guna melihat lebih jauh peranhermeneutika dalam kehidupan.10 Ketiga modeltersebut diuraikan berikut. Pertama, hermeneu-tika telah memerankan fungsi seni pemahamanyang mampu memberikan aturan metodiskonkrit dalam menafsirkan teks. Dalam prosesoperasinya, peran ini agaknya terlihat sangatteknis dan normatif. Setidaknya, bagian ini dapatditemukan dalam pemikiran filsuf hermeneutikaSchleiermacher, Dilthey, dan Droysen. Kedua,hermeneutika diharapkan mampu beranjak dariperan seni pemahaman untuk memberikantempat kepada refleksi yang lebih bersifatfenomenologis. Dalam hal ini, penafsiran tidaklagi terbatasi atas analisis teks pada disiplin

tertentu, melainkan terintegrasi dengan cirimendasar dari seluruh keberadaan manusiadalam dunia sejarah. Pola demikian, bisaditemukan pada Heidegger, Gadamer, danRicoeur. Ketiga, hermeneutika turut berkelindandengan teori kritis. Hal ini biasanya dipengaruhioleh metode mazhab Frankfurt yangmenekankan analisis teori masyarakat. Teorikritis diharapkan mampu mengevaluasimasyarakat dan perkembangannya denganperspektif nilai tertentu. Setidaknya, kritik initelah mengadili tingkat kebebasan masyarakatsehingga bagi anggotanya telah mendorong kepembebasan, perubahan, dan kemajuan. Pola inidapat ditemukan pada Habermas, Foucault,Bourdieu, Derrida, dan Ricoeur.

Berpijak pada deskripsi tiga model di atas,kita bisa melihat bahwa rupanya Ricoeur banyakberkelindan dengan teori kritis. Dalam hal ini,ia banyak bersinggungan dengan ciritekstualitas dalam tindakan. Tindakan tidakdimulai dari nol melainkan kemungkinan darimeniru, melalui belajar dari yang telah dibuat,dengan mendengar, melihat, atau membaca.Dalam uraian pemikirannya, Ricoeurmembawanya pada diskusi tentang mimesis.Mimesis menyajikan tindakan meniru, meng-ulang, mengikuti, meneladan, memalsu, danmenciptakan kembali. Untuk sampai padapemikiran tersebut, Ricoeur menggunakanmetode fenomenologi Husserl tetapi tidakseluruhnya digunakan. Ia banyak memperhati-kan kajian tentang mencari eidos atau hakikatsesuatu. Hal ini dilakukannya karena Ricoeuringin memberikan eidetika tentang kehendakyang tertuang melalui sikap memutuskan,melakukan, dan menyetujui.

Bagi Ricoeur, ‘memutuskan’ sudah terma-suk proyek atau rancangan, pilihan, danmotivasi. Kalau dilihat sepintas, hal tersebuttampak ciri khas fenomenologi Husserl tetapisebenarnya, pemikiran ini kurang memadaimenurut Ricoeur. Bagi Ricoeur, jika beralih kefaktor yang tidak dikehendaki berkenaan denganbidang ini, misalnya pelbagai kebutuhan,kesenangan, dan ketidaksenangan, makafenomenologi Husserl terlihat kurang memadai.Hal ini dikarenakan Husserl terlalu membatasipada kesadaran murni yang jelas berhubungan

Page 93:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa melalui Pendidikan Kristiani

dengan pengalaman tubuh dan sejarah pribadiseseorang. Oleh karenanya, Ricoeur mengem-bangkannya pada uraian partisipasi eksistensialdengan integrasi dari pemikiran Gabriel Marcelmelalui analisisnya berkenaan tubuh.

Berpindah pada ‘melakukan’, Ricoeurmenunjukkan tindakan paling sering dilakukanberkenaan dengan pola ini ialah menggerakantubuh. Hal ini terlihat sederhana, tetapi Ricoeurmenganggapnya serius karena ia melihat tubuhdipandang sebagai alat perbuatan yangdimungkinkan terjadi berbagai kesulitan besar,di antaranya keterlibatan tubuhnya dalam duniamaterial. Ricoeur terlihat sangat memberi catatanterhadapnya karena ia tidak ingin terjebak padapandangan manusia sebagai dua hal tubuh danjiwa tanpa memperhatikan kesatuannya. Lagipula, Ricoeur merasa kehendak telah meleburpada berbagai hal yang tidak dikehendaki,seperti insting, emosi, dan berbagai kebiasaan.Ricoeur melihat fenomena percobaan menjadisemacam jembatan antara yang dikehendakidan tidak dikehendaki.

Berlanjut pada ‘menyetujui’, Ricoeur turutmelihatnya sebagai tindakan menerima danmembuat menjadi miliknya sendiri. Dalam halini, menyetujui itu menyangkut faktor yang tidakdikehendaki sebagaimana biasa disebutkeniscayaan. Keniscayaan yang dimaksudRicoeur di sini ialah keniscayaan yang dihayati.Artinya, keniscayaan yang berhadapan denganmanusia secara obyektif, melainkan melekatpada subyektivitasnya. Keniscayaan yangdihayati ini mencakup watak, ketidaksadaraandan apa yang dengan suatu istilah umum dapatdisebut kehidupan, misalnya fase-fasepertumbuhan dan kelahiran.

Prolog Keberdosaan ManusiaLukas 7: 36-50 mengulas peristiwa Yesusdiurapi oleh perempuan berdosa. Dalam tekstersebut, perempuan yang mengurapinya(membasahi kaki-Nya dengan air matanya danmenyekanya dengan rambutnya, kemudian iamencium kaki-Nya dan meminyakinya denganminyak wangi) dilabel sebagai perempuanberdosa. Teks tersebut tidak menjelaskan maknadosa dan tiba-tiba langsung dilabelkan padadirinya (ay. 37).

Melalui cuplikan pemahaman di atas,penulis mencoba merenungkan makna dosa darikacamata Ricoeur. Penulis sengaja memilihpemikirannya karena Ricoeur dengan tegasmembuat distingsi antara noda (defilement), dosa(sin), dan kesalahan (guilt).11 Bagi penulis,distingsi ketiganya dapat memberi sumbanganpositif bagi ketercampuran pemahaman noda,dosa, dan kesalahan yang biasa dilakukan.Secara singkat digambarkan, noda ataukecemaran merupakan kesadaran religius ataskontaminasi yang mengakibatkan hilangnyakemurnian etis seseorang. Sedangkan, dosadigambarkan sebagai ketersesatan dari kehendakAllah. Lalu, kesalahan lebih mengarah padadirinya sendiri sebagai wujud peralihan darikesalahan religius ke etis.

Makna Dosa dari Tradisi KristianiTeks Alkitab tidak menjelaskan eksplisitmengenai asal dosa. Bahkan, Allah pun tidakbisa dilabelkan sebagai sumber dosa sebab Iamerupakan terang dan sama sekali tidak adadosa di dalamnya. Ia malah berinisiasi untukmemulihkan hubungan manusia dan Allah yangrusak karena dosa melalui kehadiran danpengorbanan Yesus Kristus. Kalaupun asal dosadijelaskan, ia biasa dilekatkan dalam iblis.

Iblis dilabel sebagai asal dosa. Ceritabagaimana Adam dan Hawa jatuh ke dalamdosa karena bujukan iblis kerap menjadi sumberpemahaman asal dosa (Kej. 3: 1-7). Kalau ditelitilebih jauh, manusia jatuh dalam dosa bukansemata karena iblis, melainkan manusia telahmengambil keputusan di antara mendengarkanfirman Allah atau kata-kata iblis. Dengan katalain, manusia telah kalah dalam pergumulannyamelalui persimpangan etisnya. Maka, penulisboleh merasa tidak pantas apabila penulissenantiasa menyudutkan iblis sebagai sumberdosa.

Melalui gambaran di atas, penulis merasakesulitan menemukan asal dosa tersebut, kecualimenggesernya menjadi apa yang disajikanAlkitab mengenai dosa. Penulis berkesimpulan,Alkitab memang tidak menguraikan asal dosamelainkan pengakuan dosa. Contoh nyata,kajian tersebut merujuk pada Mamur 32: 5tertulis, “Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan

Page 94:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

87Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa Melalui Pendidikan Kristiani

kesalahanku tidaklah kusembunyikan; akuberkata: ‘Aku akan mengaku kepada Tuhanpelanggaran-pelanggaranku’ dan Engkaumengampuni kesalahan karena dosaku.”

Alkitab menunjukkan dua versi dalammenjelaskan makna dosa. Perjanjian Lamamenunjukkan dosa setidaknya melalui tiga katakunci yakni kehilangan, menyimpang, danmemberontak.12 Kehilangan berarti manusiatelah kehilangan tujuan karena ketidak-tahuannya terkait peraturan yang disampaikanoleh Allah (Kel. 20: 20; Ams. 8: 36). Sedangkankata ‘menyimpang’ dipahami bahwa manusiatelah melanggar dan menyimpang dari kehendakAllah. Kalau begitu, kata ini dimungkinkandimaknai kesala-han bukan dosa.Lalu, kata ‘membe-rontak’ bisa dipa-hami pemberon-takan atas kekua-saan hukum Allahdengan sadar (1Raja. 12: 9; 2 Raja.8: 20; Hos. 8:1).Sedikit miripdengan PerjanjianLama, Perjanjian Baru menyajikan pemahamandosa berupa pelang-garan hukum Allah (1 Yoh.3: 4), perbuatan tanpa kasih (1 Yoh 4: 8),ketidaktaatan, ketidaksetiaan, dan tidak percaya.

Bila pemaknaan dosa di atas dikembalikanke Kej. 3 sebagai kisah etiologi (asal usul), kata‘dosa’ dapat dipahami sebagai rusaknyahubungan baik antara Allah dan manusia yangmembuat manusia mengalami banyak penderi-taan berikutnya. Dengan kata lain, dosa turutdipahami sebagai tindakan bukan sekedar tidakpercaya, melanggar, dan tidak menaati Allahmelainkan memusuhi dan memberontak Allah,hidup tanpa Allah, dan tidak layak disebut anakAllah.

Noda, Dosa, dan KesalahanRicoeur memulai penjelasannya mengenai noda,dosa, dan kesalahan dalam bingkai diskusimitos dan simbol. Bagi Ricoeur, mitos bukansuatu penjelasan yang palsu melalui gambarandan cerita, tetapi suatu narasi tradisional yang

menceritakan peristiwa yang terjadi pada awalwaktu dan bertujuan memberikan dasar bagitindakan ritual manusia sekarang.13 Dalam halini, mitos secara umum dapat dipahami sebagaibentuk tindakan dan pikiran dengan manamanusia memahami dirinya di dunia.Sedangkan, simbol selalu memiliki tujuanmengutarakan makna. Mitos dan simbol salingberkaitan dan memiliki arti yang sama. Mitosbisa dipahami sebagai simbol dalam bentuknarasi.

Noda, dosa, kesalahan merupakan bagiandari simbol. Noda dan dosa memiliki kesinam-bungan. Noda yang bersifat eksternalditransformasikan menjadi bentuk internal

berupa dosa. 14

Secara konkrit,noda dianggapbenda sedangkandosa menggam-barkan absennyaAllah. Noda dipa-hami sebagaiperistiwa yangm e n i m b u l k a nketakutan. Dalamhal ini, Ricoeur

menyebutnya sebagai teror etis pada pelakunyadan menuntut hukuman setimpal untukpemurnian kembali yakni memulihkan tatanan.Namun, Ricoeur mengingatkan bahwa nodabukan merujuk pada bentuk kelangsunganhidup melainkan model imajinatif pembersihanfilosofis yang terkonstruksi.15

Noda perlu dibersihkan dan dalam Alkitab,pembersihan sering digambarkan penyembuhanatas penyakit dan hati yang tercemar. Ricoeurmenunjukkan noda di sini bukan sekedar nodakotor (stain), melainkan kecemaran (defilement)yang membutuhkan pembersihan. Pembersihanterus dilakukan sampai orang tersebut bersih danmurni (purity). Murni diindikasikan secara fisikdan etis. Beranjak ke pembahasan tentang dosa,pemikiran yang langsung muncul mengenai halini adalah zaman Israel. Mereka menghayatidosa digambarkan sebagai jalan berkelok, salahsasaran, pemberontakan dan ketersesatan darikehendak Allah.16 Dalam hal ini, dosa juga perludibersihkan dengan adanya penebus.

Mereka menghayati dosadigambarkan sebagai jalan

berkelok, salah sasaran,pemberontakan dan ketersesatan

dari kehendak Allah.

Page 95:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa melalui Pendidikan Kristiani

Walaupun noda dan dosa perlu dibersih-kan, Ricoeur menunjukkan perbedaan kedua-nya, yakni dalam noda, aku menuduh orang lain,kemudian dalam dosa aku dituduh. Dengan katalain, penulis melihat ada pergeseran posisipersonal di sini. Noda bisa dilekatkan pada oranglain sebagai obyek, lalu dosa menunjuk pada dirikita sebagai obyek. Penulis menduga pertanyaanYesus pada orang banyak, “Mengapa engkaumelihat selumbar di mata saudaramu, sedang-kan balok di dalam matamu tidak engkauketahui?” (Mat. 7: 3) menunjuk pada noda bukandosa karena kita menyudutkan (menghakimi)orang lain sebagai obyek penderita.

Berbicara mengenai kesalahan, Ricoeurmenggambarkannya berada dalam relasidengan sesama. Artinya, ketika manusia berelasidengan sesamanya, ia menuduh diri sendirikarena kelalaian atau apapun setelah berefleksi(sadar) atasnya. Kalau demikian, kita bisamelihat bahwa ada pergeseran pemahaman disana. Dosa yang bernada religius bergesermenuju taraf etis karena kesadaran reflektif yangdilakukannya. Noda, dosa, dan kesalahandipakai Ricoeur guna menggambarkan tentangmemahami simbolisme kejahatan. Artinya,Ricoeur tidak sekedar menafsirkan simbolkejahatan, melainkan merefleksikannya secarafilosofis untuk menampilkan kembali isikesadaran religiusnya yang sudah dilupakan.17

Hal ini bisa dipahami bahwa kesadaran simbolkejahatan semata menempatkan pada manusiadan menjadikannya sebagai penyebabkejahatan.

Aku Orang BerdosaBerbicara orang berdosa sebagai perenunganfilosofis, penulis melihat dosa yang melekat padadiri bukan sekedar berhenti pada kesadaranreligius melainkan dicoba dibawa ke arah etis.Artinya, ketika berdosa, manusia memangsedang membutuhkan penebus sebagaimanapemahaman dalam tradisi Kristiani denganmerujuk pada Kristus sebagai korbanpenebusan. Namun, perlu dilihat bahwa jangan-jangan manusia itu sendiri penyebab dosatersebut. Walaupun dalam hal ini, Ricoeurmenggunakan kata ‘dosa’ dalam ranahpembahasan mengenai simbolisme kejahatan.

Kalau demikian pemahamannya, penulisjuga melihat interpretasi atas dosa bisadikembangkan sama halnya dengan pemaha-man dalam Kej. 3 ketika manusia berdosa karenaia telah gagal dalam persimpangan antaramelakukan kehendak Allah atau manusia.Ricoeur memang sedikit membawa diskusi inidalam relasi dengan Allah. Namun, iasebenarnya hendak mengatakan adanya ajakanuntuk memahami terlebih dahulu perenungansimbol-simbol teks suci melalui fenomenologipengakuan kemudian membawanya padaperenungan secara filosofis. Artinya, uraiansimbolisme kejahatan mengajak pembacamemahami adanya dua tendensi yang perludiinterpretasi. Tendensi ini merujuk pada upayamelihat kejahatan untuk mendahului penga-laman manusia dalam dirinya dan menempat-kan kejahatan dalam dirinya guna menjadikanmanusia sebagai penyebab kejahatan tersebut.

KejahatanSetelah meneropong uraian The Symbolism ofEvil, T.M. van Leeuwen mengusulkan bahwakajian tersebut garis besar perjalanan pengala-man manusia melalui tiga tahap perkembangansejarah melalui kebudayaan kuno, agamamonotheis, dan pengalaman sekular-personal.18

Melalui perkembangan sejarah demikian,kejahatan tidak hanya dilihat sebagai tindakanmanusia melainkan gambaran kejahatan sebagaipenodaan, manusia berada dalam ‘situasi’ jahatdan tersentuh oleh kejahatan, yang menular.

Pemahaman kejahatan model demikianmembuat kita menjadi semakin bertanya lebihdalam mengenai siapakah manusia dan apayang membuatnya menjadi semakin terhisapkejahatan yang menular tadi. Mungkin, manusiabisa dibedah lebih jauh melalui pisau antinomi(kenyataan kontroversial) antara pewahyuandan rasionalitas, iman dan pengetahuan,anugerah dan alami, keberanian dankegelisahan. 19 Hal ini senada denganpersimpangan manusia dalam Kej. 3 yang cobadibahasakan.

Pertanyaan siapakah manusia, mungkintidak hanya dilihat dari pisau antinomi sajamelainkan perspektif religius. Perspektif inicenderung mengandaikan manusia memang

Page 96:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

89Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa Melalui Pendidikan Kristiani

dimungkinkan terhisap dalam konversipemikiran naturalisme dan dogma sekularismeyang berlawanan dengan refleksi transendental.Refleksi transendental memperlihakan bahwapencerapan atau persepsi ditandai olehketerbatasan yang diakibatkan oleh tubuhkusebagai pusat orientasi. Dalam hal ini, tubuhtidak pertama-tama menunjukkan keterbatasanmelainkan keterbukaan kepada dunia dan yanglain. Melalui langkah ini, tubuh diharapkanmenjadi mediasi guna menjangkau dunia.20

Refleksi transendental bisa diletakkandalam keterampilan manusia dalam mencariAllah. Pencarian ini mengandaikan agamamendistingsi dengan teologi berkaitan perasaan,aspirasi, dan tindakan manusia.21 Hal ini turutmengungkapkan keinginan alamiah manusiadalam mencari Allah dan sebaliknya. Allahdisinyalir sebagaisubyek penciptamanusia gunamengeksplorasimakna Allah deng-an mengonstitusisebuah aspekalamiah manusiasebagai substansiontologis. Manusiad i h a r a p k a nberproses denganformula untukberproses kreatif melalui memproteksi diri dariteror eksistensi etis, termasuk distingsi antaraagama dengan sekularisme dan sakral denganprofan.

Dasar-Dasar Pendidikan Kristiani Transfor-matif di SekolahIstilah Pendidikan Kristiani (selanjutnya ditulisPK) merupakan hasil diskusi yang panjang.Sebelumnya, dikenal istilah Pembinaan WargaGereja (selanjutnya ditulis PWG) dan Pendi-dikan Agama Kristen (selanjutnya ditulis PAK).Keduanya merupakan istilah awal dari istilahPK. PAK memiliki ranah mulai dari pembinaanpada anak, misalnya: sekolah minggu dan PAKdi sekolah, kemudian berkelanjutan melaluikatekisasi. Kemudian, PWG meneruskannyapada usia muda dan dewasa, sekalipun

pembatasannya tidak terlalu tajam.22 Clementmelihat adanya kerancuan antara istilahtersebut. Ia mempertanyakan apakah benar PAKdapat dilihat sebagai pelayanan gerejawi bagisemua golongan umur sehingga timbul gagasanuntuk menggantikan PAK dengan PWG. Atausebaliknya, PWG merupakan bagian dari PAK23

Menanggapi hal tersebut, PERSETIA mengeluar-kan istilah PK guna menghindari kericuhanyang terjadi pada tahun 1996. Setelah memahamibagaimana munculnya istilah PK, perlu puladiketahui pengertiannya secara benar. MenurutSeymour, PK merupakan percakapan kehidupandan sebuah pencarian yang menggunakansumber iman dan tradisi budaya yang bergerakmenuju masa depan terbuka bagi keadilan danharapan. 24 Berdasarkan pandangan yangdiutarakan oleh Seymour, PK bersifat dialogis

yang membica-rakan kehidup-an bukan bersi-fat monolog.

M ung kin,kita bisa mene-mukan banyaksalah persepsidalam meman-dang PK, misal-nya PK hanyadilihat sebatasmetode yang

digunakan seseorang atau kelompok untukmenyampaikan suatu hal (contohnya tafsiransuatu kitab) kepada jemaat. Padahal, PKmemiliki kaitan yang cukup luas. PK terkaitdengan manusia, Tuhan, dan dunia. Ketiga haltersebut bisa digambarkan seperti segitiga salingberhubungan. Selain itu, PK juga terkait denganindividu, komunitas, masyarakat, negara,internasional, bumi atau dunia, dan alamsemesta. Tak lepas dari itu, PK juga memilikikaitan dengan berbagai ilmu lain. Kaitan PKdengan ilmu teologi ialah PK membantu sese-orang atau komunitas untuk mampu berteologisecara mandiri dengan cara memberi makna dariperspektif iman Kristen atas pengalaman hidup.PK memiliki empat (4) pendekatan. Pendekatantersebut yaitu instruksional, perkembangan,komunitas iman, dan transformasi sosial.

Fokus pendekatan ini adalah padadiri sendiri dan orang lain untuk

terjadinya transformasi dalamhidup baik komunal maupun

pribadi sehingga dapatberpartisipasi dalam masyarakat.

Page 97:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa melalui Pendidikan Kristiani

Meskipun pendekatan yang digunakan dalamPK berbeda, obyek PK tetap sama yaitu misi gerejadalam dunia, peranan komunitas iman,pemahaman seseorang, dan tempat pengajaranatau pembelajaran.25 Karakteristik keempatpendekatan PK berhadapan dengan dunia,jemaat setempat sebagai setting utama, refleksiteologis sebagai metodologi, menekankanterjadinya pembelajaran yang religius dalamsuasana yang ramah, adil, dan terbuka untukpercakapan dan pengungkapan kebenaran.26

Sebelum berbicara mengenai PK Transfor-matif, perlu dimengerti terlebih dahulumengenai transformasi. Transformasi merupa-kan perubahan rupa (bentuk sifat), mengubahstruktur inti atau beberapa inti menjadi strukturlahir. Pendekatan ini bertujuan membantu orangdan komunitas untuk mempromosikan kewar-ganegaraan yang setia dan perubahan sosial.Guru dalam pendekatan ini ialah sponsor yangmengundang peserta didik dalam kemitraanuntuk refleksi dan aksi. Peserta didiknya agen-agen sejarah yang bebas dan bertanggungjawabmencakup pribadi dan komunitas. Fokus dalampendekatan ini adalah pada diri sendiri danorang lain untuk terjadinya transformasi dalamhidup baik komunal maupun pribadi sehinggadapat berpartisipasi dalam masyarakat. Gurudan peserta didik bertumbuh bersama dalampemuridan yang bertanggungjawab danmelibatkan visi hidup bersama Tuhan, kebaikanKristus, tempat bagi Tuhan.27 Proses pendidikan-nya dengan melihat, menilai, dan beraksi.Konteksnya gereja yang berbela rasa danpelayanannya di dalam dan bersama dunia.Implikasi untuk pelayanan dengan mendukungpanggilan gereja untuk jadi cara alternatif dalammelihat kehidupan, berada, dan hidup.

Ada beberapa hal penting yang masihberhubungan dengan ini yaitu beberapapandangan dari Paulo Freire. Freire telah mela-kukan transformasi di berbagai tempat, salahsatunya di Guinea Bissau, dengan pemberan-tasan buta huruf. Jika melihat dan membaca bukuPaulo Freire maka dapat disimpulkan bahwaFreire menekankan pendidikan yang membawapada upaya penyadaran (konsietisasi) tentangkeadaan yang penuh penindasan yangdilakukan melalui refleksi kritis atas pengala-man hidup manusia. Ia juga mengajukan cara

pendidikan alternatif (pendidikan hadapmasalah) yang berlawanan dengan pendidikangaya bank. Misalnya, pada pendidikan gayabank terjadi hubungan yang monolog antaraguru dan murid sedangkan pendidikan hadapmasalah terjadi hubungan yang bersifat dialogdari guru ke murid dan sebaliknya.

Pendekatan transformasi sosial mengan-dung diakonia sebagai wujud dari aksi, diakoniadibagi menjadi tiga yaitu diakonia karitatif,diakonia reformatif, dan diakonia reformatif.28

Ada empat kondisi yang perlu dalam diakoniayang berarti yaitu:29

a. Kesediaan untuk menderita dengan melaya-ni dan memberi diri.

b. Kerendahan hati sebagai penentangsuperioritas terhadap diri sendiri danmenghormati terhadap penentang menujuke sikap merendahkan diri untuk jadipelayan.

c. Tidak menggunakan diakonia sebagaipenyebab untuk dominasi, orang-orangyang memiliki hak istimewa, dan pangkat

d. Kesediaan untuk identitas pelayan sebagaipoin kehidupan yang jatuh untuk kepen-tingan.Dalam pendekatan ini, kita juga mengenal

komunitas basis dan komunitas sel. Komunitasbasis adalah suatu persekutuan umat yang relatifkecil, saling mengenal, tinggal berdekatan ataumemiliki kepentingan bersama yang secaraberkala mengadakan pertemuan.30 Komunitas selmemiliki ciri lebih ke arah pembinaan dan perse-kutuan yang beranggotakan 5-10 orang. Selainitu, dalam pendekatan ini juga terdapat pendidi-kan multikulturalisme.

Transformasi Dalam Rahmat AllahBerdasarkan uraian hermeneutika dosa, bisasedikit disimpulkan bahwa dosa merupakanteror yang senantiasa menyerang keberadaanmanusia secara etis. Teror tersebut bisa ditangkismelalui relasinya dengan Allah. Relasi denganAllah bukan semata perilaku doa saja, melainkanmenekankan keintiman. Keintiman bukanlahsebuah formula dan ujian, tetapi hubungan.Keintiman bukan pula berbicara tentangkompetensi dan kesempurnaan. Keintimanberbicara tentang keterhubungan. Keintiman

Page 98:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

91Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa Melalui Pendidikan Kristiani

dimulai saat kita memasuki kekacauan hidup.Menerima kenyataan bahwa kita lemah,memiliki kehidupan yang cacat merupakanawal dari keintiman, bukan karena keintimanakan menghapus kelemahan kita namun karenaalih-alih mencari kesempurnaan. Kita kinimencari Allah. Dia yang hadir di tengahkekusutan hidup kita. Maka, keintiman sekalilagi bukanlah tentang memperbaiki kerusakankita melainkan melihat Allah yang hadir didalam kemelut ketidakberesan kita.

Setiap manusia memang rapuh dan berdo-sa. Namun, ia memiliki Allah yang bertanganterbuka bila manusia senantiasa berupayamencari Dia. Hubungan Allah dan manusia bisadigambarkan melalui metafora ibu dan anaknya.Ketika anak itu masih kecil, tangan sang ibuterbuka untuk memeluk, menggendong,merawat, mengasuh, dan menyelimutinya daridinginnya udara malam. Ketika anak itu sudahtumbuh besar dan pergi ke tempat yang jauh,tangan sang ibu terlipat untuk merangkul danmenyertainya dengan doa-doa. Allah penuhkasih dan tidak pernah memaksakan pikirandan kehendak guru pada para murid. Allahmelihat memberikan masukan dan arahanmemang baik. Namun, memaksakan keinginanatau kehendak justru bisa melukai hati manusiaitu sendiri. Allah hanya ingin hidup intimdengan manusia.

Dalam Lukas 5: 8 tertulis, “Ketika SimonPetrus melihat hal itu, iapun tersungkur didepan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah daripadaku karena aku ini seorang berdosa.” Ayattersebut menggambarkan bagaimana pengala-man iman mendasar yang menyentak pribadiSimon. Batinnya masih bergolak antara percayadan tidak percaya pada peristiwa yangdialaminya. Keagungan Allah turun danmenaungi kesadarannya. Awalnya, Simon danteman-temannya terlalu mengandalkankekuatan manusia belaka. Mereka berjuang kerassemalam-malaman untuk menangkap ikan.Hasilnya nihil dan tubuh terasa lelah. Keputusa-saan melanda karena mereka tidak mendapatkanikan. Tidak mendapat ikan bisa menjadi sebuahancaman bagi rejeki hidupnya beserta seluruhkeluarganya. Kesadaran akan jati diri sebagaiinsan berdosa menyelimuti dirinya.

PK Transformatif diharapkan dapatmenginspirasi bagaimana manusia bisasemakin membangun keintiman dengan Allah.PK transformatif dapat semakin menempatkankeseluruhan manusia di bawah terang cahayaIlahi. Manusia diajak semakin mengalamibahwa tindakan Ilahi akan menguatkantindakan manusiawi.31 Dalam kegelapan, Allahtelah menyinari dan menguatkan dengan RohKudus-Nya. Oleh karenanya, semakin kitamelihat diri di bawah terang penciptaan Allahdengan kesadaran dosa dan kerapuhan. Kitabisa semakin masuk dan menikmati dayapenebusan Ilahi dan dikaruniakan kepadamanusia adanya daya keberanian dan kekuatanuntuk bertindak di dalam kebersamaan denganKristus untuk melibatkan diri secara utuh danaktif secara transformatif.

Secara global, PK Transformatif mengingat-kan bahwa Tuhan ingin menggunakan manusiasebagai perpanjangan tangannya untukmenyelamatkan manusia lain dan semesta.Tuhan memanggil kita untuk ikut membangunYerusalem lama menjadi baru melaluimembangun manusia lama menjadi baru dengansemakin menyerupai citra Allah sendiri. Tuhantidak melihat dosa atau kerapuhan manusia.Sufiyanta mengingatkan, Tuhan lebih optimistismelihat keutuhan pribadi umat-Nya yang didalamnya ada daya dan potensi untukdiikutsertakan dalam proyek pembangunanKerajaan Allah di dunia.32 Perubahan bisa terjadiapabila manusia mampu menjala hati diri dansesamanya untuk menghayati dan memper-juangkan nilai keutamaan agar hidup merekamemiliki kelimpahan berkah. Tuhan mengguna-kan pribadi yang lemah untuk dijadikanperpanjangan tangan-Nya. Pada akhirnyamelalui PK Transformatif ini, manusia diharap-kan mampu menyatakan diri secara utuh bahwaia telah mengerjakan yang terbaik seturutkemampuan talenta yang diberikan Tuhankepadaku; selebihnya kupercayakan pada RohKudus untuk menyempurnakannya.

Pengembangan Konsep Diri DalamPendidikan Kristiani Transformasi di SekolahPK Transformasi tidak mungkin terjadi apabilapeserta didik belum memiliki konsep diri yang

Page 99:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa melalui Pendidikan Kristiani

positif. Namun, kita harus sadar bahwa setiapmanusia memiliki perbedaan dan unik. Namun,hal ini barulah terlihat setelah mereka masukdalam proses interaksi. Yesus turut memilikibanyak variasi dalam mengajar para murid danorang banyak, di antaranya melalui penggunaankata-kata dan perumpamaan yang dikaitkandengan situasi konkrit kehidupan sekitar. Yesusmelakukannya karena Yesus sepenuhnyamenyadari bahwa manusia itu unik. Hal initergambar ketika Yesus berhadapan dengankasus seorang perempuan yang kedapatanberbuat zinah (Yoh. 8: 2-11). Perempuan itudihadapkan kepada Yesus untuk diberikanpengadilan atau hukuman seturut aturan adatistiadat yang berlaku. Yesus hanya bangkitberdiri dan berkata: “Barang siapa tidakmemiliki dosa, dia yang pertama kali melempariperempuan inidengan batu.”

R u p a n y a ,tindakan Yesusmenulis di ataspasir membawamakna positifberkenaan deng-an konsep diri.Menulis di atastanah berarti membiarkan kesalahan dankekurangan itu cepat hilang tertiup angin. Yesusingin mengajar orang banyak itu untuk tidakmudah menghakimi, tetapi lebih terintrospeksi.Yesus menggunakan seluruh kemampuanindividual-Nya untuk bertindak dengan tujuanyang jelas, berpikir secara rasional, dansemuanya terkait erat dengan lingkungan yangsedang dihadapi-Nya. Dasar utama tindakanYesus yaitu cinta kasih. Yesus tidak bermaksudmenghukum perempuan itu, melainkanmengangkatnya agar memiliki konsep diri yangpositif.

Pembangunan konsep diri membutuhkanketeladanan. Namun, perlu dimiliki kesadaranbahwa memberikan keteladanan belum tentuotomatis dapat mendorong setiap pribadimengalami perubahan. Secara konkrit, hal itudituangkan melalui upaya menanamkan nilaikeutamaan dan visi hidup yang disertaiketeladanan hidup sebagai sarana efektif untukmelahirkan pilar yang kokoh dalam diri anak

untuk menghadapi masa depan secara mandiridan bertanggungjawab. Mengajarkan nilaikepada sesama tentang hidup berarti, merekaharus mengenali diri terlebih dahulu dengandiiringi konsep diri yang positif. Setelah merekamelakukannya, mereka harus tahu apa yangingin dicapai dan bagaimana mencapainya. Halini menjadi penting karena konsep diri positifberangkat dari adanya kesadaran bahwa merekaberbeda dan tidak perlu merasa tersaingi danharus iri terhadap orang lain, dan sebagainya.

Bila dilihat lebih jauh, konsep diri positifbiasa hilang karena adanya budaya takut.Budaya takut rupanya sengaja dibangun gunaterciptanya suasana kesatuan palsu agar identi-tas pribadi terlebur dalam identitas kelompok.Sebagai akibat, tidak ada keberanian untukmenampilkan identitas dan jati diri yang otentik.

Manusia bisatenggelam padatakut adanyaperbedaan. Hal initerjadi karena iatakut tidak dite-rima dan dising-kirkan teman-teman. Lingkung-an yang tidak

menghargai keunikan dan perbedaan khaspribadi dapat mempertajam rasa takut untukberani tampil otentik di hadapan umum. Akarmendasar dari ketakutan tersebut ialah takutkehilangan identitas di dalam kelompok yangmemberinya rasa nyaman dan aman. Ia takutbahwa diriku yang berjumpa dengan diri yanglain akan menantangku bahkan memaksakuuntuk melakukan perubahan di dalam hidupku.Pola ini bisa disebut dengan mentalitaskemapanan dan tidak mau berubah. Hal inibiasa diungkapkan melalui kalimat “Ya inilahaku, kalau mau ya terimalah diriku seperti iniapa adanya …” Mentalitas ini sepintas terkesanmenarik, tetapi sebenarnya berbahaya karenabisa merusak konsep diri yang otentik.

Joyce mengingatkan konsep diri yang kuatharus diiringi dengan perilaku aktualisasi diripula. Hal ini ditandai dengan adanya capaianmenuju lingkungan dengan kepercayaan diriyang kuat bahwa interaksi yang terjadi akanproduktif.33 Orang yang menerapkan aktualisasi

Mengajarkan nilai kepada sesamatentang hidup berarti, mereka harus

mengenali diri terlebih dahuludengan diiringi konsep diri yang

positif.

Page 100:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

93Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa Melalui Pendidikan Kristiani

diri diharapkan turut melakukan interaksi yangsarat nilai dengan lingkungan sekitarnyamelalui menemukan kesempatan untuk tumbuhdan berkembang, dan yang tidak terbantahkan.Dalam hal ini, memberikan sumbangan berartidan membawa dampak pada proses perkem-bangan orang lain.

Konsep diri dapat terus diutamakan dalamPK Transformatif di sekolah. Horace Bushnell,seorang pendidik Kristen mengingatkanpengasuhan anak di sekolah merupakan bagiandari jalan Tuhan pada pendidikan. BagiBushnell, sering kali, pengasuhan anakberkenaan konsep diri merupakan jalan Tuhandengan keniscayaan pengembangan metode dankarakter otentik yang terarah pada Tuhan. JalanTuhan dalam pendidikan menstimulasi hasilyang dimungkinkan melalui penjangkauanpeserta didik.34 Rasul Paulus pun mengingatkanbahwa pendidikan harus senantiasa membinadan mengasuh peserta didik dalam ajaran dannasihat Tuhan (Ef. 6: 4). Dalam hal ini, iamenggunakan kata ‘paidea’ sebagai bentukpengasuhan. Pengasuhan harus senantiasamembangun ketergantungan peserta didikdengan Allah melalui konsep diri positif melaluidinamika pembinaan agar peserta didik semakintergantung pada Tuhan, interdepensi dengansesama, mengasihi Tuhan dan sesama,mengenal rencana Allah dalam kehidupan, dansemakin mengalami Allah.

Simpulan

KesimpulanDosa memang merupakan teror yang senantiasamenyerang keberadaan manusia secara etis.Teror tersebut bisa ditangkis melalui relasinyadengan Allah. Namun, hal ini tidak mudah.Manusia harus memiliki keterbukaan untukberelasi dengan Allah dengan menerimakeberadaan diri apa adanya. Tentunya, meneri-ma keberadaan diri ini berkenaan langsungdengan adanya konsep diri yang positif. Konsepdiri positif dapat dilihat melalui sikap aktualisasidiri ketika mengembangkan hubungan dengansesama dan semesta. Konsep diri bisa dibangunmelalui PK Transformatif. PK Transformatifmengiring peserta didik makin berjumpa denganAllah. Perjumpaan ini ditempuh melalui

berbagai hal berkenaan dengan disiplinspiritualitas. Dalam perjalanannya, perjumpaanini tidak hanya terbatasi dalam ruang spiritualsaja, melainkan tercermin dari bagaimanamereka bisa berelasi dengan sesama dan dunia.Namun, hal ini tidak akan terwujud apabila gurutidak memiliki hati dan senantiasamengembangkan pengasuhan peserta didik.

SaranPendidikan Kristiani Tranformatif perluditerapkan dan dikembangkan dalam setiapkegiatan pendidikan agama Kristen baik di jalurpendidikan formal maupun nonformal. Keberha-silan pendekatan ini dapat terwujud antara lainkalau makna dosa itu dipahami secara benar.Guru agama diharapkan mendalami pendekatanpendidikan ini. Dengan demikian, diharapkanorang Kristen dapat menghindari dosa sedinimungkin (preventif) dan melakukan pemulihanhubungan dengan Allah sesegara mungkinsetelah jatuh ke dalam dosa.

Catatan kaki1 E. Sumaryono. Hermeneutik: Sebuah Metode

Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1999), h. 23.2 F. Budi Hardiman. Seni Memahami: Hermeneutika

dari Schleiermacher sampai Derrida (Yogyakarta:Kanisius, 2015), h. 9.

3 Ibid., h. 21.4 Wahyu S. Wibowo. Hermeneutika Ricoeur

(naskah tidak dipublikasikan).5 Pahami bingkai pemikiran Ferdinand de

Saussure yang membedakan antara langue(bahasa) dan parole (wacana).

6 Paul Ricoeur. Hermeneutika Ilmu Sosial(Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006), h. 215.

7 Kees Bertens. Filsafat Barat Abad XX (Jakarta:Gramedia, 1996), h. 274.

8 Ibid., h. 278.9 Ibid., h. 274.10 Lihat Haryatmoko. Membongkar Rezim

Kepastian: Pemikiran Kritis Post-Strukturalis(Yogyakarta: Kanisius, 2016), h. 88-89.

11 Lihat Paul Ricoeur. Symbolism of Evil (Boston:Beacon Press, 1967), h. 25-150.

12 Harun Hadiwijono. Iman Kristen (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2013), h. 235.

13 Paul Ricoeur. Symbolism of Evil (Boston: BeaconPress, 1967), h. 5.

Page 101:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Memaknai Dosa melalui Pendidikan Kristiani

14 M. Sastrapratedja, “Hermeneutika dan EtikaNaratif menurut Paul Ricoeur” dalam JurnalKanz Philosophia Vol. 2 No. 2 Desember 2012,h. 250.

15 Paul Ricoeur. Symbolism of Evil, h. 34.16 Pemikiran demikian sedikit banyak sama

seperti yang dituangkan pada bagiansebelumnya.

17 F. Budi Hardiman. Seni Memahami: Hermeneutikdari Schleiermacher sampai Derrida, h. 250.

18 T.M. Leeuwen. The Surplus of Meaning: Onto-logy and Eschatology in the Philosophy of PaulRicoeur (Amsterdam: Radopi, 1981), h.144.dikutip M. Sastrapratedja, “Manusia dalamBahasa Mitik-Simbolik: Mircea Eliade danPaul Ricoeur” dalam J. Sudarminta dan S.P.Lili Tjahjadi (ed.). Dunia, Manusia, dan Tuhan:Antologi Pencerahan Filsafat dan Teologi(Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 139.

19 Paul Ricoeur. The Symbolism of Evil , h. 358.20 J. Sudarminta dan S.P. Lili Tjahjadi (ed.). Dunia,

Manusia, dan Tuhan , h. 131.21 Paul Ricoeur. The Symbolism of Evil, h. 359.22 Clement Sulleman dalam artikelnya ”Pendidik-

an Agama Kristen dan Pembinaan WargaJemaat “

dalam Andar Ismail (Ed.) Ajarlah Mereka Melaku-kan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), h. 3.

23 Ibid, h 4.24 Jack L. Seymour, “Approaches to Christian

Education” dalam Jack L. Seymour (ed.), Map-ping Christian Education:Approaches toCongregational Learning (Nashville: AbingdonPress, 1997), h. 18.

25 Ibid, hal.19.26 Jack L. Seymour dan Donald E. Miller, dalam

artikelnya “Agenda for the Future” dalam JackL. Seymour (ed.), Mapping Christian Education:Approaches to Congregational Learning,(Nashville: Abingdon Press, 1997). hal. 121.

27 Robert T. O’Gorman dalam artikelnya “TheFaith Community” dalam Jack L. Seymour(ed.), Mapping Christian Education: Approachesto Congregational Learning, (Nashville:Abingdon Press, 1997). h. 30.

28 E.Gerrit S inggih, Teologi Dalam Konteks, (Yogya-karta: Duta Wacana University Press, 2002). h .46.

29 Paulos Mar Gregorias, The Meaning and Natureof diakonia , (Geneva: WCC Publications). h. 4.

30 A. Margana, Komunitas Basis: Gerak MenggerejaKontekstual, (Yogyakarta: Kanisius,2004), h. 12.

31 Apabila kita ingin mengembangkannya lebihdalam, pola ini bisa dilihat lebih lagi melaluiPK Spiritualitas.

32 A. Mintara Sufiyanta dan Yulia Sri Prihartini. Sang Guru Sang Peziarah: Spiritualitas Guru

Kristiani (Jakarta: Obor, 2014), h. 44.33 Bruce Joyce. Models of Teaching (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2016), h. 494.34 D. Bruce Lockerbie. A Passion for Learning: A

History of Christian Thought on Education (Colorado Springs: Purposeful Design, 2007),

h. 297.

Daftar Pustaka

Bertens, Kees. (1996). Filsafat barat abad XXJakarta: Gramedia

Budi Hardiman, F. (2015). Seni memahami:Hermeneutika dari Schleiermacher sampaiDerrida Yogyakarta: Kanisius

Gerrit Singgih, E. (2002). Teologi dalam konteksYogyakarta: Duta Wacana University Press

Haryatmoko. (2016). Membongkar rezim kepastian:Pemikiran kritis post-strukturalis.Yogyakarta: Kanisius

Ismail, Andar (Ed.) (1998). Ajarlah merekamelakukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Joyce, Bruce . (2016). Models of teachingYogyakarta: Pustaka Pelajar

L. Seymour, Jack (ed.). (1997). Mapping Christianeducation : Approaches to congregationallearning Nashville: Abingdon Press

Margana, A. (2004). Komunitas basis: Gerak meng-gereja kontekstual Yogyakarta: Kanisius

Mintara Sufiyanta, A. dan Yulia Sri Prihartini.(2014). Sang guru sang peziarah: Spiritualitasguru Kristiani. Jakarta: Obor

Ricoeur, Paul. (2006). Hermeneutika ilmu sosial.Yogyakarta: Kreasi Wacana

Sastrapratedja, M. Hermeneutika dan EtikaNaratif menurut Paul Ricoeur, dalamJurnal Kanz Philosophia Vol. 2 No. 2Desember 2012

S. Wibowo, Wahyu. Hermeneutika Ricoeur (naskahtidak dipublikasikan)

Sudarminta, J. dan S.P. Lili Tjahjadi (ed.). Dunia,manusia, dan Tuhan: Antologi pencerahan filsa-fat dan teologi. (2008). Yogyakarta:Kanisius

Sumaryono, E. (1999). Hermeneutik: Sebuah metodefilsafat Yogyakarta: Kanisius

_____. (1967). Symbolism of evil Boston: BeaconPress

Page 102:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

95Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Isu Mutakhir: Kegiatan Bermain: Sarana Mengembangkan Potensi Anak

Pendahuluanewasa ini minatmasyarakatmemasukkan anaknyake pendidikan anak

usia dini (PAUD) semakinmeningkat, khususnya di kotabesar. Keinginan PemerintahIndonesia dan masyarakatmemberikan pendidikansedini mungkin kepada anakmendorong Pemerintah danmasyarakat mendirikanlembaga PAUD sampai kedesa di seluruh Indonesia.Lembaga PAUD meliputiKelompok Bermain (KB),Taman Penitipan Anak (TPA),dan Taman Kanak-Kanak(TK). Semakin bertambahnyajumlah lembaga PAUD yangdidirikan pemerintah ataumasyarakat swasta,khususnya di kotamenimbulkan persainganantarlembaga PAUD yangdapat berdampak negatifterhadap perkembangan anakitu sendiri.

Untuk mendapat jumlahpeserta didik lebih banyak,sejumlah PAUD berusahamengikuti keinginan orangtuadalam menyelenggarakan

MudarwanE-mail: [email protected]

Bagian Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta

Kegiatan Bermain: Sarana Mengembangkan Potensi Anak

Isu Mutakhir

pendidikan di PAUD sertamengabaikan prinsip utamapendidikan anak usia dini. DiTK kegiatan bermain sambilbelajar tidak jarang diabaikandan proses pendidikanmengarah pada pembelajaranformal dengan mengajari anakmembaca, menulis, danberhitung (calistung) sepertiyang dilakukan di SD.Orangtua juga bangga kalauanaknya yang masih di TKterampil membaca, menulis,dan berhitung. Padahalsesungguhnya prosespembelajaran di TK dilakukandalam bentuk permainanantara lain untuk mengenalhuruf, angka, dan berhitungdengan sederhana. Denganperkataan lain anak melihatdan mengenal huruf danangka serta berhitung melaluiproses bermain yangmenyenangkan tanpa merekamenyadari bahwa mereka‘belajar’. Kesan yangtertinggal pada diri anakadalah kesan bermain bukanbelajar. Jadi, jika merekaditanya sedang melakukanapa, jawaban mereka adalahsedang bermain bukan sedangbelajar.

Kekurangmampuankepala TK beserta gurunyamemahami kurikulummembuat proses pendidikansemakin jauh darisebagaimana seharusnya.Sejalan dengan hal tersebutbbc.com1 mengatakan bahwaanak tidak harus mulaipelajaran sekolah formalsampai usia enam atau tujuhtahun, karena hal yangdemikian dianggapmenciderai hak anak untukbermain. Sepatutnya kegiatanbelajar calistung itu tidakdilakukan dengan cara formaldan frontal, melainkandirangkai melalui kegiatanbermain. Jadi, belajar melaluibermain dan bermain serayabelajar. Kegiatan tersebutdapat dilakukan dalamsuasana yang menyenangkan,tanpa paksaan, dan tidakmenjadikan beban bagi anak.

Seorang gurumenanyakan anak SD apapaling menyenangkan yangdilakukan mereka di sekolah.Sebagian besar dari merekamenjawab, saat sebelum tibadi sekolah, saat tiba di sekolahsebelum jam pelajarandimulai, waktu istirahat, jam

D

Page 103:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Isu Mutakhir: Kegiatan Bermain: Sarana Mengembangkan Potensi Anak

pelajaran olah raga, dan saatakan pulang dari sekolah.Ada yang menarik daripertanyaan guru dan jawabananak itu. Tidak ada seorangpun yang mengaitkannyadengan kegiatanpembelajaran di sekolah.Seakan-akan bagi merekakegiatan belajar di sekolahtidaklah menyenangkandibandingkan dengan waktubebas yang digunakan untukbermain, seperti pada waktuistirahat dan juga jampelajaran olah raga.

Sesungguhnya, duniaanak adalah dunia bermainsehingga ketika ada remajaatau orang dewasa masihsuka bermain, mereka diolok-olok dan diejek, dikatakanseperti ‘anak kecil’. Anaktidak dapat dipisahkan darikegiatan bermain. Sebelumbersekolah, sebagian besaraktifitas anak adalah bermain.Bermain menjadi prioritasutama yang dilakukanberulang-ulang dari hari kehari. Pada waktu bermain,anak tampak ceria dangembira. Bandingkan denganmereka yang sudah menginjakremaja atau dewasa yangkegiatan utamanya belajardan bekerja. Namundemikian, mereka masih sukabermain dan terlibat dalamsuatu permainan. Hal itutidaklah mengherankan,karena manusia disebutsebagai homo ludens, makhlukyang suka bermain. Nalurimanusia secara alamiahmemperlihatkan bahwamanusia suka bermain danterlibat dalam permainan

tertentu. Selain bermain padabeberapa jenis permainanolah raga (jogging, bersepeda,renang, outbound, olah raga dipusat kebugaran, bulutangkis, dan bermain bola,seperti: sepak bola, bolabasket, futsal, tenis, tenis meja,dan lain-lain), dewasa inipermainan (game) di PC(Personal Computer), komputerjinjing, ataupun permainanberbentuk digital interaktif ditelepon pintar (smartphone)dan sabak elektrobik (tabletPC) dapat dengan mudahditemukan pada mereka yangsuka bermain secara digital.Ternyata penggemarpermainan itu bukan hanyaanak, remaja dan orangdewasa pun gemar permainantersebut. Bermain dapatmenjadi sarana pelepas stresbagi orang dewasa. Banyakdari mereka yangmenjadikannya sebagaisarana rekreasi yang murahdan menyenangkan. Karenasejatinya salah satu tujuanbermain adalah memperolehkesenangan, melepaskan diridari kepenatan dan rutinitas.

Unsur dan ManfaatBermain

Anak yang sedangmemerankan sebuah peranpada pertunjukan drama,dikatakan sedang ‘bermain’sandiwara atau drama.Seorang teman menanyakankepada rekanan bisnisnya,“Kamu sekarang sedang‘main’ apa?”. Seorang anakyang sedang berada di

lapangan, diajak ‘bermain’basket oleh kawan-kawannya.Jadi apakah bermain itu?.Menurut Goldstein, J. (2012,5), bermain dapat diartikansebagai segala kegiatan yangdipilih secara bebas,dimotivasi, dan diarahkandari dalam diri sendiri.

Psikiater Stuart Browndalam Brown, S. & Vaughan,C. (2009, 13) menulis, bermainadalah dasar dari semua seni,permainan, buku, olahraga,film, fashion, kisah yangdramatik, humor, dan hal-halyang menyenangkan.Singkatnya, bermain adalahdasar dari apa yang kitaanggap sebagai peradaban.Menurut Makovichuk, L., et. al(2014, 98) dalam kegiatanbermain, anak diberdayakanuntuk belajar dengan caramereka sendiri dan dalamwaktu mereka sendiri. Hal itumerupakan kebebasan yangmembedakan bermain darikegiatan lainnya. Bermainmemungkinkan anak-anakuntuk mengambil inisiatif,menguji mereka dalam batasfisik dan mentalnya, untukmengeksplorasi posisikekuasaannya sertamempertanyakan hal yangbaik dan yang jahat.

Dalam bermain, anakbebas menggunakan kata dansimbol untuk mengubahdunia di sekitar mereka danmenciptakan dunia merekasendiri di mana mereka dapatmenjadi apapun yangdiinginkannya. Bermainmerupakan konteks yangmenyenangkan dan sangatmemotivasi anak untuk

Page 104:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

97Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Isu Mutakhir: Kegiatan Bermain: Sarana Mengembangkan Potensi Anak

mengeksplorasi kemungkinanpemecahan masalah yangberada di luar jangkauanmereka dalam kehidupansehari-hari.

Stuart Brown dalamBrown, S. & Vaughan, C.(2009: 18-19) menyatakan, didalam bermain terdapatbeberapa unsur atau elemen,sebagai berikut. Pertama,bermain dilakukan tanpatujuan tertentu yang spesifikalias dilakukan hanya untukkepentingan bermain itusendiri, sehingga kadangorang mengartikan bermainitu tidak produktif, hanyamembuang waktu saja, karenatidak menghasilkan uangataupun makanan. Kedua,bermain dilakukan dalamkondisi sukarela, karenabermain bukanlah suatu tugasatau kewajiban. Ketiga suatukegiatan yang menarik untukdilakukan, karena bermaindianggap sebagai obat yangmujarab untuk membunuhkebosanan. Keempat, bebasdari faktor waktu, ketika kitasepenuhnya tenggelam dalamsebuah permainan, maka kitakehilangan rasa akanberlalunya waktu. Kelima,berkurangnya kesadaran diri.Sejalan dengan itu, kita jugaakan mengalami berkurangkesadaran diri. Kita berhentimencemaskan apakah kitaterlihat baik atau buruk,pintar atau bodoh. Kitaberhenti berpikir tentang faktabahwa kita ternyata sedangberpikir. Keenam, ruang untukimprovisasi. Mereka yangmelakukan kegiatan bermain,tidaklah terkunci ke dalam

satu cara yang kaku dalammelakukannya, kadangunsur-unsur yang tampaknyatidak relevan dapatdimasukkan dalam prosesbermain. Tindakan tersebutmenghasilkan perilaku,pikiran, strategi, gerakan, ataucara yang baru. Ketujuh,keinginan untuk terusbermain. Memperolehkesenangan dalam melakukanpermainan, membuat orangingin terus bermain dan tidakingin permainan itu berakhir.Namun ketika permainanitupun harus berakhir, makaterdapat keinginan untukmelakukannya lagi di waktulainnya. Itu sebabnya merekayang sudah terbiasa dalamdunia bermain seakan tidakbisa melepaskan diri darinya.

Menurut Sutton-Smith, B.(2001, 198) perlu ditanamkandalam pemikiran, lawan katadari bermain bukanlahbekerja, melainkankebimbangan atau depresi.Bermain dan bekerja tidakbertentangan satu sama lain.Bermain dan bekerja bagaikandua buah pilar yangmenyangga rumah.Keduanya dibutuhkan agarkehidupan menjadi seimbang.

Bermain pada anakdiyakini mampumengembangkan aspek fisik-motorik, sosial-emosionalkognitif, bahasa, dan seni.Bermain memungkinkan anakmengolah energi fisik yangberlebihan serta melepaskanketegangan yang terpendam.Anak membutuhkan kegiatanbermain yang di dalamnyaterdapat unsur berlari,

melompat, meluncur,memutar-mutar, danmelemparkan bola ataupunkegiatan motorik lainnya.

Menurut Freud danErikson dalam Santrock (2011:437-438), bermain membantumengurangi kecemasan dankonflik pada anak. Bermainmembuat anak dapatmengatasi ketegangan,sehingga mereka akanmenjadi lebih tangguh dalammengatasi permasalahan ataupersoalan kehidupan. Anakakan merasa lebih bebasmengungkapkan perasaanyang sebenarnya dalamkonteks bermain. Bermainjuga memungkinkan anakberlatih kompetensi danketerampilan yang pentingdalam suasana kondusif,santai, dan menyenangkan.

Daniel Berlyne (1960)dalam Santrock (2011: 438)menyatakan bahwa bermainadalah kegiatan yangmenyenangkan yang bergunasebagai kendaraan untukmelakukan eksplorasi, karenadi dalam bermain terdapatunsur rasa ingin tahu dankeinginan untuk memperolehinformasi tentang suatu carayang baru. Bermain jugadapat mengembangkanketerampilan berbahasa dankemampuan berkomunikasimelalui proses diskusi dannegosiasi di antara merekayang bermain mengenai perandan aturan yang diterapkan.Bermain dapatmengembangkanketerampilan seni anak,melalui kegiatan dramatisasi,

Page 105:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Isu Mutakhir: Kegiatan Bermain: Sarana Mengembangkan Potensi Anak

mewarnai, menggambar,melukis, menari, dan kegiatanseni lainnya. Goldstein, J(2012: 23-24) menyatakanbahwa anak yang senangbermain, khususnyapermainan di luar ruangan,jarang menderita obesitas.

Menurut Play England(2011) dalam Gleave, J. & Cole-Hamilton, I. (2012:2) hasil risetyang dilakukan beberapatahun belakangan inimemperkuat dugaan akanmanfaat bermain bagikesehatan khususnya dalammengatasi depresi dankegunaannya di dalammemerangi penyakit tertentuseperti obesitas, rickets, danADHD (Attention DeficitHyperactivity Disorder) padaanak. Menurut Einon, D.(2004: 76) anak harusmelepaskan energinya setiaphari. Apabila kitamenghentikannya makaakibatnya adalah merekaakan menjadi gelisah, tidakbisa diam dan mudah marah.Ketika dibebaskan bermainmaka mereka akan meledakdengan energi yang tidakterbatas. Pola kegiatan anakyang bermain-main, misal:berlari-larian mengejar bola,kejar-kejaran dengan temanadalah proses yang idealuntuk mendorongperkembangan otot, tulangdan pernapasan yang baik.

Kurikulum 2013 PAUDdan Bermain

Pemerintah, dalam hal iniKementerian Pendidikan danKebudayaan, telah

menerbitkan peraturan(Permendikbud) untuk satuanPAUD, yaitu Nomor 137Tahun 2014 Tentang StandarNasional PAUD dan Nomor146 Tahun 2014 TentangKurikulum 2013 PAUD.Kedua peraturan tersebutmenegaskan ulangpentingnya kegiatan bermainpada Anak Usia Dini (AUD).

Dalam Permendikbud No.137 Tahun 2014, Bab IKetentuan Umum Pasal 1butir ke-13 dinyatakan,pembelajaran adalah prosesinteraksi antar anak didik,antara anak didik danpendidik dengan melibatkanorangtua serta sumber belajarpada suasana belajar danbermain di satuan atauprogram PAUD. Lalu padaBab V Pasal 13 ayat (1)Pelaksanaan pembelajarandilakukan melalui bermainsecara interaktif, inspiratif,menyenangkan, kontekstualdan berpusat pada anakuntuk berpartisipasi aktifserta memberikan keleluasaanbagi prakarsa, kreatifitas, dankemandirian sesuai denganbakat, minat, danperkembangan fisik sertapsikologis anak.

Berikutnya pada Pasal 15ayat (4) Kegiatan intimerupakan upayapembelajaran yang dilakukanmelalui kegiatan bermain yangmemberikan pengalamanbelajar secara langsungkepada anak sebagai dasarpembentukan sikap,perolehan pengetahuan danketerampilan. Kemudian padaayat (5) Kegiatan penutupmerupakan upaya menggali

kembali pengalaman bermainanak yang telah dilakukandalam satu hari, sertamendorong anak mengikutikegiatan pembelajaranberikutnya.

Selanjutnya, dalamPermendikbud No. 146 Tahun2014, dalam Pasal 5 ayat (2)Program pengembangan NilaiAgama dan Moral (NAM)mencakup perwujudansuasana belajar untukberkembangnya perilaku baikyang bersumber dari nilaiagama dan moral sertabersumber dari kehidupanbermasyarakat dalam konteksbermain; (3) Programpengembangan Fisik-Motorik(FM) mencakup perwujudansuasana untukberkembangnya kematangankinestetik dalam konteksbermain; (4) Programpengembangan Kognitif (K)mencakup perwujudansuasana untukberkembangnya kematanganproses berfikir dalam konteksbermain; (5) Programpengembangan Bahasa (B)mencakup perwujudansuasana untukberkembangnya kematanganbahasa dalam konteks bermain;(6) Program pengembanganSosial-Emosional (SE)mencakup perwujudansuasana untukberkembangnya kepekaan,sikap, dan keterampilan sosialserta kematangan emosidalam konteks bermain; (7)Program pengembangan Seni(S) mencakup perwujudansuasana untukberkembangnya eksplorasi,ekspresi, dan apresiasi seni

Page 106:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

99Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Isu Mutakhir: Kegiatan Bermain: Sarana Mengembangkan Potensi Anak

dalam konteks bermain; (8)Program pengembangandiberikan melalui rangsanganpendidikan yang dilakukanoleh pendidik dalam kegiatanbelajar melalui suasanabermain.

Jika dicermati, ternyatakeenam bidang pengembang-an anak tersebut, yaitu NAM,FM, K, B, SE, dan S seluruhnyadiwarnai dan dijiwai dalamkonteks dan suasana bermain.Selaras dengan Permendikbuditu, Direktorat Jenderal PAUDdan PendidikanKemasyarakatan (DIKMAS)mengeluarkan Surat Edaran(SE) No. 2519/C.C2.1/DU/2015 TentangPenye!enggaraan PAUD.Dinyatakan dalam SE tersebut,“Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD) diselenggarakanuntuk mengembangkanseluruh potensi peserta didiksecara optimal melaluikegiatan bermain yangbermakna dalam suasanaramah, aman, nyaman danmenyenangkan. Pengenalanaksara dan angka (PraKeaksaraan) bagi anak usiadini disesuaikan dengantahap perkembangan anakyakni kegiatan bermain,mendongeng, membacakancerita, mengenalkan bukubergambar, dan didukung olehlingkungan keberaksaraan.Tidak diperkenankanmengajar membaca menulisaksara dan angka di luarkemampuan anak”.

Dengan demikiandapatlah dikatakan bahwabermain adalah jantung atauinti dari seluruh kegiatan

belajar AUD. Selaras denganpernyataan tersebut pada situsresmi direktorat jenderalPAUD-DIKMAS Kemdikbud2

dinyatakan bahwa masa usiadini adalah masa anak belajarmelalui kegiatan bermain ataukegiatan yang menyenangkan.Meski demikian, mengajarkancalistung kepada anak usiadini boleh saja dilakukan,asalkan anak tersebut memangtertarik dan memilikikemampuan. Selain itu,metode pengajarannyadilakukan dengan prinsipbermain dan menyenangkan.

Kategori Bermainpada Anak

Kegiatan bermain padamereka yang remaja dandewasa berbeda dengankegiatan bermain pada anak.Menurut Edward Miller andJoan Almon (2009: 53-54),terdapat beberapa kategoriutama permainan dalamdunia anak. Pertama,permainan motorik kasar(Large-motor play), contoh:anak yang melakukankegiatan memanjat, berlari,meluncur, melompat, bermainayunan, dan melakukan setiapjenis gerakan-gerakan yangmungkin dilakukan anak.Bermain pada kategori iniakan mengembangkankoordinasi dan keseimbangantubuh. Bermain motorik kasarmembutuhkan tempat atauarea yang cukup luas, agaranak dapat menjelajah denganbebas. Kedua, permainanmotorik halus (Small-motor

play), contoh ketika bermaindengan mainan berukurankecil dan dalam kegiatanseperti merangkai manik-manik, bermain dengan teka-teki (puzzle), dan menyortirbenda tertentu untukmengembangkan ketangkasan.

Ketiga, mastery play, yaitukegiatan bermain yangdilakukan anak secaraberulang-ulang yangmembuatnya menguasai ataumencapai mastery dalampermainan tersebut. Contohanak yang secara berulangkali bermain di balokkeseimbangan. Keempat,permainan berbasis aturan,anak TK dan SD sangatmenikmati membuat aturanmereka sendiri. Merekamenikmati proses saat harusbernegosiasi sertabersosialisasi dalampembuatan aturan untuksetiap situasi bermain yangdilakukan.

Kelima, bermainkonstruksi, contoh:membangun rumah, kapal,benteng, dan membuatstruktur lainnya yangmerupakan bentuk dasarbermain yang membutuhkanketerampilan dan imajinasi.Bermain konstruksi dilakukanmenggunakan balok-balokkayu atau balok yang terbuatdari plastic. Keenam,permainan berpura-pura,kategori permainan inimenggabungkan jenis-jenispermainan lain dan sangatkaya dengan aspekpengembangan bahasa,pemecahan masalah, danimajinasi. Permainan ini

Page 107:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Isu Mutakhir: Kegiatan Bermain: Sarana Mengembangkan Potensi Anak

sering dimulai denganpernyataan “Mari kitaberpura-pura bermain …”Titik-titik tersebut dapat diisidengan apa pun yangmungkin untuk dialami dandibayangkan oleh anak.

Ketujuh, permainansimbolis, dilakukan saat anakmenggunakan benda atauobyek di tangan mereka danmengubahnya menjadimainan melalui proses fantasiatau imajinasi. Misalnya ,seorang anak prasekolah yangmemperlakukan meja seolah-olah sebuah mobil danberkata, “Aku sedangmemperbaiki mobil,” saat iameraih kaki meja tersebut.

Kedelapan, permainanbahasa, anak dapatmengembangkan diri denganbermain menggunakan kata,kalimat pendek, sajak, pantun,dan lagu. Mereka sangatsenang diceritakan kisah,legenda ataupun fabel danmelakukan dramatisasi kisahtersebut. Mereka sangatterpesona dengan pengguna-an bahasa asing, terutamaketika disajikan dalam bentukpermainan bercerita,bersanjak, dan ber-nyanyi.

Kesembilan, permainanseni, anak dapat mengintegra-sikan semua bentuk seni kedalam permainan mereka,menggunakan kedua tangan-nya, mereka menggunakannyauntuk menggambar, membuatmodel, membuat lantunannada-nada atau musik, mela-kukan pertunjukan panggungboneka, dan lain sebagainya.Mereka mengeksplorasi seniserta menggunakannya untuk

mengekspresikan gagasan,perasaan, dan ide-idenya.

Kesepuluh, bermainsensori, sebagian besar anakmenikmati bermain denganpasir, lumpur, air, dan bahan-bahan lainnya denganberbagai tekstur yang berbeda-beda, suara, dan aromanya.Bermain seperti itu bergunamengembangkan panca inderaanak. Kesebelas, permainanmengambil risiko (Risk-takingplaying), anak dapat diperluasketerampilannya melaluipermainan mengambil risikodan belajar untuk menguasailingkungannya. Secaraumum, anak sudah tahu sebe-rapa jauh mereka dapat ber-main tanpa melukai dirinyasendiri. Namun demikian,sebagian besar ruang bermainsaat ini sudah dirancanguntuk menjadi bebas risiko,sehingga sangat sedikit mem-berikan anak kesempatanuntuk menilai risiko danmenetapkan batas-batasnyasendiri.

Kegiatan bermain sepertidiuraikan di atas, dewasa inisudah mulai tereduksi denganberkurangnya ruang terbukapublik, khususnya di kotabesar. Kegiatan belajar ditaman kanak-kanak pun mulaidibatasi oleh dinding sekolah,seakan terkurung dalamsebuah bangunan beton.Kurang mengajak anak menge-nali lingkungan alamiah.Demikian pula dengankemunculan berbagaipermainan digital interaktifpada perangkat multimediaikut mereduksi permainanseperti kategori di atas.

Dalam hal ini peran orangtua, pendidik dan pemerintahsangat dibutuhkan. Orang tuadan para pendidik perlumemahami peran dan manfaatbermain bagi anak. Denganmembiarkan anak fokus padapermainan digital, makakompetensi, keterampilan, dansikap sosial-emosional yangdiharapkan dari permainanyang dimaksud menjadi tidaktercapai optimal.

Bagi para pendidik danpemerintah, dalam hal iniKemendikbud, perlumempertimbangkanmenambah jam istirahat atauwaktu bermain bebas bagianak, khususnya pada jenjangPAUD dan juga jenjangpendidikan SD. Sekolah punperlu menyediakan anekabentuk Alat PermainanEdukatif (APE) yang dibutuh-kan anak untuk bermainbersama-sama.

Ketersediaan ruangterbuka publik sepertilapangan dan tempat-tempatuntuk melakukan kegiatanbermain dan menjelajah secarabebas sangat dibutuhkananak. Oleh karena itu, peranpemerintah daerah untukmenyediakan ruang terbukapublik tersebut sangatdiharapkan. Ada baiknyasetiap mal yang dibangun olehpemerintah maupun swastajuga dilengkapi dengansarana bermain dan arenabermain bebas yang tidakfokus hanya pada permainandigital, namun jugapermainan tradisional yangmampu meningkatkanketerampilan anak.

Page 108:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

101Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Isu Mutakhir: Kegiatan Bermain: Sarana Mengembangkan Potensi Anak

Penutup

Mari renungkan pendidikanala Ki Hajar Dewantara, tokohpendiri Taman Siswa. KiHajar Dewantara, memilihmenggunakan kata ‘taman’untuk sekolah yangdibangunnya. Hingga kinidalam dunia pendidikan, katataman masih kita temukan,khususnya pada jenjangPAUD, yaitu taman kanak-kanak. Hal tersebut sangatselaras dengan filosofiFriedrich Froebel yangmewarnai pendidikan baratdengan menganut dan meng-gunakan kata kindergartenuntuk taman kanak-kanak,karena kata ‘kinder’ berartianak dan kata “garten” berartitaman. Kata ‘taman’ sangaterat kaitannya dengan anakdan bermain. Anak melaku-kan kegiatan bermain ditaman. Di taman juga terdapatproses belajar, anak dapatmelakukan eksplorasi, danmengembangkan keterampilanyang diperlukan dalamsuasana yang menyenangkan.

Namun demikian, padajenjang pendidikan yang lebihtinggi, digunakan kata‘sekolah’ dibandingkantaman. Kata ‘taman’ menyirat-kan makna alamiah danfleksibel, dapat digunakansebagai tempat bermain danpada saat yang sama untukbelajar. Belajar pengetahuan,kompetensi atau keterampilantertentu, karena proses berma-in yang dirancang sedemikianrupa dalam konteks yangedukatif. Pada sisi lain, kata

‘sekolah’ seolah menyiratkanmakna yang lebih serius.Sekolah terkesan kaku, tidakfleksibel, karena bentuknyaberupa bangunan buatanmanusia. Sangat berciriakademis, seakan hanyauntuk kepentingan ilmu danpengetahuan, namunmengabaikan unsur manusiayang humanis. Manusia yangjuga membutuhkan bermaindan terlibat dalam suatupermainan.

Seyogyanya seorangguru atau pendidik mampumembuat kondisi pembelajar-an di kelas, seolah-olahseperti kegiatan bermaindalam suasana yangmenyenangkan. Anak dibawadalam suasana sepertisedang tidak belajar,melainkan seperti sedangbermain. Jika desainpembelajaran seperti itudirancang dandiimplementasikan secaratepat, niscaya akan mening-katkan produktifitas anak.Sambil menyelam, minumair. Kedua-duanya dapatdicapai, anak mengalamiproses belajar, padasaat yang sama mereka jugamerasakan senang beradadi sekolah. Hal yangdemikian akan menimbulkankeinginan untuk terus belajartanpa henti. Denganmelakukan hal itu, sekolahmenjadi tempat yangkondusif untuk belajar,menimba ilmu pengetahuandan keterampilan yangdibutuhkan anak untukkehidupannya di masa kinidan masa depan.

Catatan kaki:1http://www.bbc.com/news/

ed uc ation-24058227diakses pada 13 Juni2016

2h t t p : / / w w w . p a u d - d i k -mas.kemdikbud. go.id/berita/909.html diaksespada 16 Juni 2016

Daftar Pustaka

Brown, S. L., & Vaughan, C. C.(2009). Play: How itshapes the brain, opensthe imagination, andinvigorates the soul. NewYork: Avery, PenguinGroup, 131

Direktorat Jendral PendidikanAnak Usia Dini danPendidikan Kemasyara-katan. Surat Edaran No.2519/C.C2.1/DU/2015tentang Penyelenggaraanpendidikan anak usiadini (PAUD) diaksesdari http://paud-anakbermain belajar.blogspot.co.id/ 2015/12/download-surat-edaran-dirjen-paud.html pada 10 Juni 2016

Edward Miller and JoanAlmon. (2009). Crisis inthe kindergarten: Whychildren need to play inschool, college park,MD: Alliance forChildhood, 71

Einon, D. (2004). Permainankreatif untuk anak:Mengenali danmerangsang bakat-bakatalami dalam diri anakanda. Batam: KarismaPublishing Group, 157.

Page 109:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.26/Tahun ke-15/Juni 2016

Isu Mutakhir: Kegiatan Bermain: Sarana Mengembangkan Potensi Anak

Gleave, J. & Cole-Hamilton, I.(2012). A world withoutplay: A literature reviewon the effects of a lack ofplay on children’s lives.United Kingdom: PlayEngland, 32

Goldstein, J. (2012). Play inchildren’s development,health and well-being.Brussels: Toy Industriesof Europe, 42

Kementerian Pendidikan danKebudayaan. Permendik-bud No. 137 Tahun 2014tentang Standar Nasional

Pendidikan Anak UsiaDini

Kementerian Pendidikan danKebudayaan. Permen-dikbud No. 146 Tahun2014 tentang Kurikulum2013 Pendidikan AnakUsia Dini

Makovichuk, L., Hewes, J.,Lirette, P., & Thomas, N.2014. Play, participation,and possibilities: an earlylearning and child carecurriculum framework forAlberta diunduh dari

h t t p : / / c h i l d c a r eframework.com/play-p ar t i c ip at io n -a nd -possibilities/ pada 16juni 2016.

Santrock, John. (2011). Childdevelopmen: Anintroduction 13th editions.New York: McGraw-Hill, 604.

Sutton-Smith, B. (2001). Theambiguity of play .M a s s a c h u s e t t s :Harvard UniversityPress, 276.

Page 110:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

103Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Resensi buku: Anak, Sang Peniru AndalResensi buku

erawal dari kepekaan penulis dalammenangkap ‘kegalauan’ beberapaorang tua dalam mendidik anak-

anaknya, Christine Wibhowo menulis buku iniuntuk menyadarkan dan ‘menguatkan’ orangtua agar lebih awareterhadap peran merekasebagai ‘model’ yangpertama dan utama bagianak-anak yang dianu-gerahkan Tuhan kepadamereka.

“Ayo kita pergi kedokter dengan memakai‘baju berangkat!’, seru sayakepada mereka. Merekalangsung mau bergegas kedokter. Di ruang praktikdokter, saya tunjukkankepada mereka, bahwasaya bersahabat dengansang dokter yang saya pilihkarena memang terkenalramah. Ini manfaatnya juga ganda. Selain anaktidak takut dengan dokter, ia juga akan meniruAnda yang bisa bersahabat dengan siapa saja,

termasuk gurunya di sekolah, teman, sampai kedokter”… (h. 208). ‘Baju berangkat’ adalah istilahyang digunakan penulis dan anak-anaknyauntuk menyebut baju yang dikenakan untukjalan-jalan sore.

Kalimat di atas meru-pakan cuplikan dari bukukarya Christine Wibhowoyang berjudul Anak, SangPeniru Andal. Dalam’ukuini, penulis mengajakpembaca, khususnya paraorang tua yang telahilikianak, untuk melihatbeberapa hal yang patutdiketahui mengenai cara-cara menjadi orang tuayang baik, serta menjadi‘model’ yang baik bagianak. Pada awal buku,Christine menuliskanpentingnya ‘start’ atauawal yang tepat dalam

membangun keluarga, yaitu memasuki duniapernikahan dengan berbagai persiapan yangmatang.

Judul Buku :Anak, Sang Peniru Andal

Pengarang :Christine Wibhowo

Penerbit : PT. Elex Media Komputindo

JakartaTahun Terbit:

2012Jumlah Halaman :xii + 248 halaman

ISBN:978-602-00-2138-6

Resensi oleh :Inge Pudjiastuti Adywibowo

E-mail: [email protected] 11 PENABUR Jakarta

B

Page 111:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Resensi buku: Anak, Sang Peniru Andal

Buku ini terdiri dari tujuh bab yang tersusunsecara sistematis, dimulai dari ‘Keluargasebagai Pendahuluan’pada bab 1. Pada bab ini,penulis melakukan survey melalui jaringansosial tentang makna ‘keluarga’ dalam satukata. Jawaban yang diperolehnya beragam,mulai dari ‘luar biasa’, ‘mengagumkan’,‘menyenangkan, ‘menyebalkan’, hingga‘sempurna’. Dari hasil survey tersebut dapatdisimpulkan bahwa pada umumnya kita mudahsekali menggambarkan tentang keluarga.Mungkin karena keluarga adalah hal yangpaling dekat dengan kehidupan kita.Singkatnya, keluarga adalah satu kata denganberjuta makna.

Menurut peresensi, survei yang dilakukanpenulis untuk mendapatkan jawaban atas‘makna keluarga’ melalui jaringan sosial(Facebook) dengan subjek / peserta survey yangberasal dari golongan/ status sosial danpendidikan tertentubukanlah merupakanrepresentasi keselu-ruhan masyarakatkita, karena padadasarnya manusiasebagai makhluksosial ingin ‘terlihatbaik / bahagia’ didepan orang lain(dalam bahasa gaul:jaim / jaga image), sehingga kadang jawaban /komentar yang diberikan (dalam hal ini: maknakeluarga) cenderung positif. Meski demikian,satu hal yang pasti: keluarga adalah tempatbertumbuh dan berkembang yang pertama danutama dalam kehidupan.

Pada bab 2 penulis ini memaparkan tentangkeunikan yang dimiliki oleh setiap anak.Pembaca diajak untuk mengingat kembaliperilaku anak mereka yang ternyata merupakanhasil meniru dari orang tuanya. Ditekankan,pentingnya peran orang tua dalam memberikanstimulasi yang tepat bagi anak-anaknya karenaanak adalah peniru andal. Penulis jugamemberikan motivasi bagi pembaca, bahwa“tidak ada orang tua yang tidak pantas untukmenjadi model bagi anak-anaknya”.

Orang tua sebaiknya melakukanintrospeksi diri (biasanya dilakukan setiapmalam / sebelum tidur) untuk mengingat-ingatkembali ucapan dan perilaku mereka terhadapanak-anak yang ada di sekitarnya. Kesibukankerja dan banyaknya permasalahan yangdihadapi orang tua dewasa ini seringkalimembuat kita ‘lupa’ atau ‘tidak sadar’ bahwaanak’membutuhkan stimulus dan contoh yangbaik untuk ditiru. Kurangnya pengetahuan daninformasi yang dimiliki oleh para orang tuamerupakan salah satu penyebab kekurang-sadaran mereka sebagai ‘model’. Beberapa kiat/tip sederhana dari penulis buku ini dapatmenjadi salah satu referensi yang tepat untukmenambah wawasan dan informasi tentangparenting bagi pembaca.

Pernikahan merupakan awal dari terben-tuknya sebuah keluarga. Oleh karena itu,

pernikahan yangpatut ditiru/dibang-un adalah pernika-han yang berawaldari NOL , bukanMinus. Di sini jugadijelaskan bagaima-na peran pernikahanterhadap tingkahlaku dan kepriba-dian anak dalamkehidupan merekasehari-hari. Selain

itu, beberapa tips dalam pernikahan, termasukcara menyelesaikan masalah, cara bertengkaryang sehat dalam pernikahan juga diungkapdengan sederhana namun jelas pada bab 3 bukuini.

Beberapa ‘pasangan muda’ memulaipernikahan mereka tidak dari ‘NOL’, bahkan adayang menganggap pernikahan sebagai alternatifjalan keluar, bahkan tempat pelarian daripermasalahan mereka semasa lajang. Beberapapasangan juga menikah karena faktorlingkungan, seperti: ‘jengah’ dengan pertanya-an orang lain/keluarga saat ditanya penyebabseseorang belum menikah di usia yang menurutmasyarakat dianggap usia yang matang untukmenikah. Motivasi yang kurang tepat untukmemasuki gerbang pernikahan akan membuat

Kesibukan kerja dan banyaknyapermasalahan yang dihadapi

orang tua dewasa ini seringkalimembuat kita ‘lupa’ atau ‘tidak

sadar’ bahwa anak’ membutuhkanstimulus dan contoh yang baik

untuk ditiru.

Page 112:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

105Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Resensi buku: Anak, Sang Peniru Andal

pasangan tidak siap memiliki momongan danpada akhirnya tidak siap juga dalam mendidikanak-anak mereka, dalam hal ini: menjadi‘model’ yang tepat bagi anak mereka.

Kiat sederhana yang diungkapkanChristine pada buku ini bukanlah merupakanhal baru, bahkan sudah sering kita dengar danbanyak disarankan oleh para pakar ataupenasihat perkawinan dalam menghadapipermasalahan dalam pernikahan, seperti:sebaiknya pasangan ‘tidak mudah ngambek’,pasangan sumi istri bagaikan sendok dan garpu,yang meskipun kadang berselisih paham, tapitetap bersama, dan lain sebagainya. Meskipuntampak sederhana, kiat-kiat tersebut tetapmemerlukan upaya dari pasangan suami istriuntuk memberikan teladan yang terbaik bagianak-anak mereka. Buku ini dapat berfungsisebagai pengingat (reminder) bagi pembacauntuk tetap kompak bersama pasangannyameskipun seringkali menghadapi perbedaandan permasalahan dalam kehidupan keluargamereka.

Bab 4 memaparkan peran gender yangharus diketahui oleh suami dan istri. Suami danistri memiliki peran yang berbeda. Ibaratnya:suami sebagai kepala dalam keluarga dan istrisebagai tubuh. Suami dan istri harus memeran-kan posisi tersebut secara ‘nyata’ dalamkeluarga.

Perubahan zaman dan kebutuhan ekonomisekarang ini menjadikan peran suami sebagaipencari nafkah utama terkadang tergantikanoleh istri. Meski demikian, sosok suami sebagaikepala keluarga haruslah tetap berfungsi dankewibawaan suami sebagai kepala keluarga danayah bagi anak-anak haruslah tetap dipertahan-kan. Peran suami-istri dalam menyikapipergeseran peran dan menjaga keutuhan posisiini sangatlah penting.

Bila salah satu di antara mereka tiada (singleparent) dalam keluarga, sebaiknya peran yanghilang tersebut segera dicarikan penggantinya.Selain suami/istri, tokoh yang dapat menjadipengganti dalam keluarga antara lain: paman/bibi, kakek/nenek, serta guru (baik guru disekolah formal maupun guru les/kursus).

Sosok pengganti ini seyogyanya adalahorang yang tulus dan memberi pengaruh positif

terhadap anak, meskipun tidak mungkinmenggantikan peran ayah dan ibu kandung.

Bab 5 tentang “sifat yang menurun”,mengajak pembaca dan para orang tua untukmelakukan introspeksi diri dan mengingat-ingatsifat yang mereka miliki, karena pada dasarnyasifat tersebut akan menurun pada anak mereka.Pengalamannya dalam mendidik ketigaputrinya diceritakan penulis dengan sangatmenarik dan menyentuh pada bab ini.

Teori “Nature and Nurture” menyebutkanbahwa faktor genetik (keturunan) danlingkungan mempengaruhi karakter danperilaku anak sehari-hari, hal ini selaras denganpendapat penulis saat berhadapan denganpertanyaan: apakah gangguan kepribadiantermasuk penyakit keturunan? Melalui kisahSybil (seorang anak perempuan dengankepribadian ganda / multiple personalities) yangdiceritakan dengan kalimat yang menarik dansederhana, Christ ine menjelaskan bahwagangguan kepribadian dipengaruhi oleh banyakfaktor, yaitu: faktor genetik, sosial, peristiwatraumatis, serta lingkungan sosial (h. 157). Lebihlanjut penulis menegaskan bahwa gangguankepribadian penyebabnya sangat komplekssehingga susah dijelaskan dengan singkat.Pepatah dari Jawa: ‘Bibit, bebet, bobot’ pentingdalam menentukan pasangan suami/ istri danteori ‘Belajar Sosial’ dari Bandura sangat selarasdengan teori ‘Nature dan Nurture’ yang dikupassecara implisit oleh penulis dalam buku ini.

Bab 6 memaparkan tiga faktor yang seringdidengar dan memang harus dikenal dalambidang kesehatan, yaitu: faktor penyebab, faktorprotektif, dan faktor risiko (h.182). Ketiga faktortersebut seringkali diabaikan oleh orang tua,padahal anak melihat dan merekam hal itu. Babyang bertema “Orang tua Sehat, Anak Sehat”ini juga disertai tabel dan contoh nyata orangtua sebagai model dalam masalah kesehatanbagi anaknya.

Salah satu hal yang menarik pada bab iniadalah: terdapat beberapa teks lagu / lirik lagusederhana (yang mudah diingat dandinyanyikan) oleh anak bersama orang tua,antara lain: hal-hal yang berhubungan denganmerawat tubuh (h.203), waspada terhadapbencana gempa bumi (h.205), dan lain

Page 113:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Resensi buku: Anak, Sang Peniru Andal

sebagainya. Meski demikian, kebiasaan penulisuntuk pergi tanpa membawa persediaan obat-obatan dan kepercayaan akan pendapat bahwa‘hati yang gembira adalah obat’ akan ditolakatau diragukan oleh beberapa orang yang ‘well-prepared’ dan cenderung perfeksionis.

Pada bab terakhir, yaitu bab 7 penulismengajak pembaca untuk belajar danmemperoleh energi baru, serta menikmati saat-saat menjadi model dalam kehidupan sehari-hari bagi anak.

Bab ini menguatkan para orang tua danpemerhati anak untuk tetap berbahagia sebagai‘model. Bukan hanya bagi anak kandung, tapijuga bagi anak-anak yang ada di sekitarnya. Jadikita sebagai orang tua harus waspada danmemerhatikan perilaku dan kata-kata kitasehari-hari, karena ada banyak ‘mata’ dan‘telinga’ kecil di sekitar kita, yang siap ‘merekam’dan meng ’copy’- nya

Latar belakangpenulis sebagaiDosen dan pembica-ra di berbagai semi-nar parenting membu-at kalimat-kalimatyang dituangkandalam buku ini terasasangat ‘mengalir’. Gaya bahasanya sederhanadan sebagian besar kalimat berupa kalimatlangsung. Bahasa sehari-hari dan kalimat-kalimat sederhana yang digunakan pada bukuini membuat buku ini “terkesan” kurang ilmiah,meski hal ini tidak mengurangi bobot atau mutubuku ini sebagai buku parenting yang patut untukdibaca. Tanpa membuat kita jenuh, membacabuku ini kita seakan menyaksikan cerita ataumembaca catatan harian seorang ibu yangbahagia dan bangga terhadap keluarganya.

Dalam bukunya, tak jarang Christinemengutip kata-kata dalam bahasa Jawa, seperti:ngambek (h.78) dan bahasa sehari-hari, seperti:ribet (h. 39), dong (h. 39), tidak nyambung amat,sih… (h. 40), nyopirnya (h. 121), dll.

Buku ini juga dilengkapi dengan ‘gambarserta beberapa foto koleksi pribadi penulis yangmemperjelas makna yang tersirat dari buku ini.

Beberapa kalimat bijak dikutip Christine dalambuku ini, antara lain: kasih ibu adalah bahanbakar yang memungkinkan manusia biasamelakukan hal yang luar biasa (Merion C.Garethy, 2010) pada halaman 112.

Membaca buku yang diterbitkan oleh ElexMedia Komputindo ini menggiring pembacapada hal yang sederhana tanpa membuatpembaca merasa bosan. Banyak hal sehari-hariyang kadang tidak kita sadari telah kita lakukanterhadap anak kita dan akhirnya mereka tiru.

Dibandingkan buku sejenis, yaitu AnakkuPeniru Paling Luar Biasa: Bahaya besar apabilaOrang tua tidak memahami masalah ini (karyaYustina Eka Tjandra, Sinar Ilmu, 2012), tulisanChristine terlihat lebih ‘berbobot’ baik dari segibahasa, materi, maupun cara membahasnya.

Buku karya Yustina banyak sekali memuatcuplikan dari internet, sehingga pendapat atau

opini penulis kurangterlihat ‘nyata’ dibuku ini. Ukurantulisan pada buku inijuga lebih kecil biladibandingkan bukuAnak, Sang PeniruAndal , sehingga‘agak’ melelahkan

mata pembaca. Buku ini cenderung teoritis, tapitanpa didasari teori dari buku/jurnal /textbook.

Salah satu kekurangan Anak, Sang PeniruAndal (kalau boleh disebut sebagai kekurangan)adalah: buku ini tidak dilengkapi dengan DaftarPustaka, sehingga teori-teori yang dikutip tidakdisertai sumber yang dapat kita cari textbook nya.

Sebagai salah satu buku parenting populer,buku ini patut dijadikan salah satu referensibacaan bagi para orang tua, calon orang tua,guru, pemerhati anak, dan semua orang yangtertarik pada bidang pendidikan, khususnyapendidikan anak usia dini. Buku ini membantuorangtua untuk dapat intropeksi diri danmenjelaskan bahwa keluarga merupakan halutama yang dapat membentuk karakteristik anakserta meyakinkan para orangtua bahwa merekamerupakan manusia yang tepat untuk menjadicontoh bagi anak mereka.

Banyak hal sehari-hari yang kadangtidak kita sadari telah kita lakukan

terhadap anak-anak kita danakhirnya mereka ditiru.

Page 114:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

107Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Resensi buku: Anak, Sang Peniru Andal

Buku ini cukup berhasil mencapai tujuanditerbitkannya Anak, Sang Peniru Andal sebagaisalah sarana informasi bagi orang tua danpemerhati anak untuk lebih menyadarkan orangtua tentang perannya sebagai ‘model’ sertaajakan untuk menjadi model yang baik bagianak. Satu hal yang perlu disempurnakan bilabuku ini akan diterbitkan ulang adalah: perludilengkapi dengan daftar pustaka atau referensipelengkap yang digunakan penulis, sehinggabuku ini akan terasa makin lengkap dan terkesanmakin ilmiah.

Setelah membaca buku ini, pembaca akanmakin diyakinkan bahwa ‘anak adalah peniruandal’ serta makin takjub melihat kehebatananak sebagai psikolog yang andal dalammerekam, menganalisis, dan mengapilkasikanperilaku bahkan isi pikiran orang tuanya dalamkehidupan sehari-hari. Ingat, perilaku danperasaan Anda, ‘diamati’ oleh anak (h.42).

Selamat menjadi ‘model’ bagi anak-anak disekitar kita. Tuhan Yesus memberkati!

Page 115:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Profil BPK PENABUR Bandar Lampung

Profil BPK PENABUR Bandar Lampung“Menjadi Sekolah Berkualitas dan Menjadi Berkat Bagi Sesama”

Reno Delison BakkaraE-mail: [email protected]

BPK PENABUR Bandar Lampung

PK PENABUR Bandar Lampung yangyang melayani pendidikan dasar danmenengah (TKK, SDK, SMPK, SMAKdan SMKK), saat ini tengah

mengembangkan diri untuk mewujudkanpelayanan berkualitas dalam bidang pendi-dikan untuk mendukung pencapaian tujuanPendidikan Nasional. Profil BPK PENABURBandar Lampung sudah pernah ditampilkandalam Jurnal Pendidikan Penabur – No.10/Tahun ke-7/Juni 2008.

Sejak tahun 2009 PengurusHarian BPK PENABUR khususnyaBidang Pendidikan mendampingidan memotori penataan kembalipengelolaan sekolah BPK PENA-BUR Bandar Lampung agarmenjadi lebih terarah untuk mewu-judkan visi, misi, dan program BPKPENABUR pada umumnya danBPK PENABUR Bandar Lampungpada khususnya melalui programPengembangan KurikulumSekolah Standar Nasional Plus.

Saat ini PengembanganKurikulum Standar Nasional Plusmasih diprioritaskan pada jenjangPendidikan Dasar (TKK-SDK-SMPK) dan Pendidikan Menengah(SMAK). Berikutnya BPK PENA-BUR Bandar Lampungmerencanakan mengembangkan jenjangPendidikan Dasar lainnya (SMKK). Pengem-bangan kurikulum ini diharapkan dapatmemenuhi kebutuhan siswa serta kebutuhan

Sejarah Singkat

Blingkungan serta sekaligus menjadi nilai tambahbagi BPK PENABUR Bandar Lampung.

Bersama Gereja Kristen Indonesia BandarLampung, Pengurus Harian BPK PENABURBandar Lampung berupaya untuk meningkat-kan kualitas sekolah melalui peningkatanmutu kurikulum sekolah, pendidik, karyawan,mutu siswa, dan sarana prasarana sekolah.Adapun susunan BPK PENABUR BandarLampung pada masa 2014-2018 dapat dilihatpada Tabel 1.

Secara umum gambaran jumlah siswaSekolah BPK PENABUR Bandar Lampung tahunpelajaran 2012/2013 – 2016/2017) sepertitertera pada Tabel 2.

Tabel 1: Pengurus Periode 2014-2018BPK PENABUR Bandar Lampung

No Nama Jabatan

1. Pdt. Budiman Penasehat

2. Ir. Rico Simanjuntak Ketua

3. Deny AgustinusNoerhalim, S.E.,M.M.

Sekretaris

4. Liani Hernawati, S.E. Bendahara I

5. Ir. Bambang TriRahardja, MBA

SDM, PengembanganOrganisasi, Teknologidan Pemasaran

6. Ir. Robinson Sianturi Sarana dan Prasarana

7. Vani, S.E. Bendahara II

Page 116:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

109Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Profil BPK PENABUR Bandar Lampung

Data di atas menunjukkan kenaikan danpenurunan jumlah siswa. Beberapa jenjangpendidikan mengalami kenaikan jumlah siswayang signifikan pada tahun 2016/2017dibandingkan dengan tahun tahun-tahunsebelumnya.

Jenjang Pendidikan

Jenjang TKTKK BPK PENABUR Bandar Lampungmerupakan salah satu sekolah favorit padajenjangnya di Bandar Lampung sebagai TKKyang menggunakan program Nasional Plus danjuga memberikan pelayanan pendidikanberkualitas baik kepada siswa dengan program:- Christian value- Bilingual program- Modern curriculum- Good and smart teachers- Various extracurricular- Exciting field trip / mini trip

TKK BPK PENABUR juga menenerapkanPKBN2K di dalam kegiatannya melalui ChristianValue and Character Program:- Friday service (1 time in a week)- On time card- Character reward (HOS : Humble, Obedience &

Self Control day)- Bible morning verse- Social – emotional development for kids

Melalui Program tersebut diharapkanlulusannya dapat memiki kemampuan sebagaiberikut.

1. Dapat berdoa dengan sikap yang baikuntuk diri sendiri dan orang lain.

2. Senang bersosialisasi.3. Bertanggung jawab : menyelesaikan tugas,

mampu mengurus barang miliknya sendiri,dll.

4. Dapat bersikap ramah, sopan, dan tertib.5. Berani bertanya dan menjawab.6. Mau mencoba sesuatu hal yang baru.7. Senang membaca buku.8. Dapat berinteraksi dengan bahasa asing

(Inggris dan Mandarin).9. Mengenal pola hidup sehat : kebersihan diri

dan lingkungan, makanan sehat, dll.10. Mengenal seni dan kebhinekaan budaya

bangsa Indonesia.

Jenjang SDKSejak tahun 2013/2014, SDK BPK PENABURBandar Lampung melaksanakan Kurikulum2013 secara bertahap yang dimulai dari kelas 1dan 2. Mulai tahun 2016/2017 kelas 1 sampaikelas 6 sudah menerapkan Kurikulum 2013.

Dalam pelaksanaan program Nasional Plus,SDK BPK PENABUR melakukan kegiatanunggulan sebagai berikut.

1. English Fun dan English Enrichment : menjadi-kan siswa lebih fasih dan berani berbahasaInggris juga menambah pengetahuanbahasa.

2. Math and Science in English : mendalamimatematika dan IPA dalam bahasa Inggris

3. Mini Trip : Kunjungan belajar ke luar sekolahsetelah MID Semester 1.

Tabel 2: Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2012/2013-2016/2017BPK PENABUR Bandar Lampung

JenajngTahun

2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017

TKK 66 55 67 85 107

SDK 312 317 305 304 300

SMPK 139 83 87 151 190

SMAK 89 92 123 156 167

SMKK 260 244 214 241 214

Page 117:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Profil BPK PENABUR Bandar Lampung

4. Field Trip : Kunjungan belajar ke luar sekolahsetelah MID semester 2 dengan tugas akhirmembuat pengalaman yang diperoleh dariperjalanan kunjungan belajar tersebut.

Tabel 3: Daftar Prestasi SDKBPK PENABUR Bandar Lampung

No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat

1. 2014 Story Telling 1 Kota

2. 2104 Voli Mini Putri 1 Kota

3. 2104 Voli Mini Putra 1 Kota

4. 2014 Renang 1 Propinsi

5. 2014 Renang 1 Propinsi

6. 2014 Speech Ter-favorit

Kota

7. 2014 Speech 1 Kota

8. 2015 Spelling Bee 3 Kota

9. 2015 Futsal 3 Kota

10. 2015 Renang 3 Propinsi

11. 2015 Voli Mini Putra 1 Kota

12. 2015 Story Telling Hara-pan 1

Kota

13. 2015 Spelling Bee 1, 2, 3 Kota

14. 2015 OSN Matematika 1 Kota

15. 2015 OSN IPA 3 Kota

16. 2015 Story Telling 2, 3 Nasional

17. 2015 Spelling Bee 1. 3 Nasional

20. 2015 Tari Kreasi 2 Nasional

21. 2016 Tari Kreasi 2 Propinsi

22. 2016 Puisi Hara-pan 1

Kota

23. 2016 GambarBercerita

Hara-pan 1

Kota

24. 2016 Voli Mini Putra 1 Propinsi

25. 2016 Renang Putri 1 Kota

5. Widia Wisata : Kunjungan belajar ke luarkota (Jakarta-Bogor)

6. Kemandirian : Program bersama kelas 1-4berisi kegiatan menarik untuk melatihkemandirian anak

7. Christian Leadership : Program bersama kelas5-6 berisi kegiatan yang melatihkemampuan anak dalam memimpin, baikuntuk diri sendiri maupun orang lain sesuaidengan karakter Kristiani

8. PKBN2K : Pendidikan Karakter BerbasisNilai-Nilai Kristiani, menanamkan karakterKristiani (Tuhan Yesus) dalam diri siswa/siswi.Dengan berubahnya SDK regular menjadi

SDK Nasional Plus maka semakin berkembangSDK dalam kualitas maupun kuantitasditunjukkan dengan prestasi yang diraih sesuaiTabel 3.

Jenjang SMPKSMPK BPK PENABUR Bandar LampungMenggunakan Kurikulum Nasional yangdiperkaya dengan Academic, English, Entrepre-neurship, Character and Life Skills (A-EEC ). SMPKBPK PENABUR Bandar Lampung menjadisekolah yang unggul dan berprestasi. Dengantenaga pendidik yang berkualitas, berpeng-alaman, dan berprestasi, disertai denganlingkungan belajar dan fasilitas yang memadai,siswa SMPK BPK PENABUR Bandar Lampungberhasil selama memperoleh nilai UN tertinggidi Kota Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013. Selain prestasi di bidang akademik, siswaSMPK BPK PENABUR Bandar Lampung jugaberhasil memperoleh prestasi di bidang olahragauntuk tingkat Provinsi. Penggunaan bahasaInggris dalam kegiatan pembelajaran di kelasmaupun dalam keseharian siswa di lingkungansekolah merupakan pembiasaan untukmendorong siswa aktif dalam berbahasa Inggris.

Program Unggulan SMPK BPK PENABURBandar Lampung sebagai berikut.1. Entrepreneurship Event.

Kegiatan yang digunakan untuk mengasahbakat siswa dalam berwirausaha sekaligusmengimplementasikan kepedulian terhadapsesama.

Page 118:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

111Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Profil BPK PENABUR Bandar Lampung

Tabel 4: Daftar Prestasi SMPKBPK PENABUR Bandar Lampung

No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat

1. 2014 Speech Contest 2 Kota

2. 2014 Quiz Bee 3 Kota

3. 2014 Futsal Puteri 3 Kota

4. 2014 Speech Contest 2 Kota

5. 2015 Speech Contest 2 Propinsi

6. 2015 Basket 1 Kota

7. 2015 Spelling Bee 1 Kota

8. 2015. Speech 1 Kota

9. 2015 Speech 2 Kota

10. 2015 Mading 1 Kota

11. 2015 Quiz Bee 2 Kota

12. 2015 Futsal 1 Kota

13. 2015 Volleyball Putri 1 Kota

14. 2016 Speech 2 Kota

15. 2016 Blog 1 Kota

16. 2016 Volleyball 1 Kota

17. 2016 Speech 1 Kota

18. 2016 Volleyball 3 Kota

2. Character Camp, pendidikan dan pemben-tukan karakter bagi siswa agar sesuaidengan nilai-nilai iman Kristiani .

3. Program ke Luar Negeri- China (Guangzhou), Summer Camp &

Winter Camp- Australia (Perth & Melbourne), Summer

Program (October, 1 week) and Winter Pro-gram (June, 2 weeks)

- Korea (1 week Study Tour Program to SouthKorea).

Selain program unggulan, juga melaksana-kan kegiatan ekstra kurikuler (ekskul). BinaPrestasi Matematika, Bina Prestasi Fisika, Drama(Teater), Catur, Science Club (KIR), Futsal, Wushu,Vocal & Akustik, ICT Club, Volley, Basket,English Club, Pramuka, dan BTA.

Tabel 4 menggambarkan beberapa prestasiyang sudah diraih SMPK BPK PENABUR BandarLampung.

Jenjang SMAKSesuai dengan Visi Misi BPK PENABUR makasalah satu program kerja utama BPK PENABURBandar Lampung ialah mengembangkankurikulum Sekolah Standar Nasional Plus.Standar yang menggunakan KurikulumNasional yang diperkaya dengan Academic,English, Entrepre-neurship, Character and Life Skills(A-EEC). Adapun program A- EEC adalahsebagai berikut.A. Academic

1. Program Bilingual untuk materipelajaran Matematika dan Science.

2. Penambahan jam pelajaran untukbeberapa mata pelajaran : BahasaInggris, Matematika, dan mata pelajarankhas jurusan IPA dan IPS.

3. Kelas bimbingan olimpiade sains.4. Kelas ekstra buat siswa yang kurang

bisa mengikuti dalam beberapa MataPelajaran

5. Kelas persiapan Ujian Nasional.6. Persiapan memasuki perkuliahan

dengan program GOES TO CAMPUSuntuk mengenal Universitas danlingkungan yang akan dimasuki siswakelas XII.

7. Winter Camp China untuk mempersiap-kan siswa/siswi yang akan melanju-tkan kuliah di China.

B. English1. Bilingual : (a) bahasa pengantar dalam

kegiatan belajar mengajar mengguna-kan bahasa Inggris,terutama untukmata pelajaran MIPA dan Ekonomi; (b)pembiasaan siswa terhadap termino-logi (istilah) keilmuan; (c) pembiasaantes tulis berbahasa Inggris, dan (d)penggunaan buku teks bilingual.

2. English Day Setiap Rabu dan Jumat, semua unsur

sekolah berkomunikasi dengan bahasaInggris.

Page 119:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Profil BPK PENABUR Bandar Lampung

3. Immersion ProgramSetiap tahun mengirim beberapa siswake University di Australia

C. Entreprepreneurship1. Pembentukan karakter yang inovatif

dan kreatif2. Integrated learning: Mengintegrasikan

kompetensi dari beberapa matapelajaran dalam suatu kegiatanintrepreneurship.

D. Character and Life Skills1. Psikotes2. Morning Devotion : Setiap hari yang

dipimpin oleh peserta didik.3. Chapel Time : Setiap hari Senin minggu

ke-2, peserta didik memimpin ibadahsiswa.

4. Pelayanan pujian ke gereja – gereja.5. Retreat bagi kelas XI6. Character Building Camp bagi peserta

didik kelas X di MARINIR sebagaisarana pembentukan karakter yangseterusnya akan direalisasikan melaluipembiasaan selama kegiatan belajarmengajar, ekstra dan intra kurikuler.

7. Social Day: Mengunjungi Panti Asuhandan berbagi sembako ke warga tidakmampu di sekitas sekolah

8. Ibadah Natal dan Paskah9. Fieldtrip10. Winter Camp ke China untuk belajar

kebudayaan, Bahasa dan pendidikandi China

11. Ajang pembentukan dan apresiasikreasi dan kreativitas siswa :a. Charity Events: Kegiatan Donor

Darahb. Penabur Language and Sport

Competition (PLC)12. Ekstra kurikuler (Ekskul)Ketentuan:a. Siswa wajib mengikuti satu kegiatan

ekstra kurikuler.b. Siswa diperkenankan mengikuti

maksimal dua jenis kegiatan.Jenis kegiatan :a. Ekskul olahraga: Badminton, Bola

basket, Futsal, Tenis Meja

b. Ekskul Seni dan Budaya: ModernDance, Tari Lampung

c. Ekskul Pengetahuan : Science Club, ICT,Olympiad Preparation

b. Ekskul Keterampilan: English Club,Fotography

13. Mengikuti perlombaan akademik dannonakademik.

SMAK BPK PENABUR Bandar Lampungbertujuan untuk menghasilkan siswa yangunggul dan berprestasi. Menggunakan sistempembelajaran Academic, English, Entrepreneur-ship, Character And Life Skills (A-EEC), mampumembuat siswa memiliki prestasi di bidangakademik, fasih berkomunikasi dalam bahasaInggris, pandai dalam menciptakan peluangusaha dan memiliki karakter sesuai dengannilai- nilai iman Kristiani. Tenaga pendidik yangberkualitas, berpengalaman, dan berprestasi,membuat siswa mendapatkan pengajaran ilmudan keterampilan terbaik. Fasilitas yang lengkapdan memadai, memungkinkan siswa mendapat-kan pendidikan dalam lingkungan belajar yangmenyenangkan. Minat dan bakat siswadituangkan dalam berbagai program sekolahantara lain melalui Musik, Seni, bahasa ( Inggrisdan Mandarin), Olahraga. Siswa juga dibekalidengan pengetahuan dan praktek kewirausa-haan sehingga setiap siswa akan memahamikeragaman tuntutan pasar.

Jenjang SMKSMKK BPK PENABUR Bandar Lampung salahsatu SMKK terbaik yang ada di kota BandarLampung. Melalui SMKK BPK PENABURBandar Lampung, siswa dibekali ilmu danketerampilan. Program keahlian SMKK BPKPENABUR Bandar Lampung adalahAdministrasi Perkantoran. Siswa dapatmemahami administrasi perkantoran, konsepdasar manajemen dan akuntansi, keterampilankomunikasi dan pengetahuan informasi(Komputer). Siswa juga dididik menciptakanpeluang usaha, dilatih cakap berbahasa Inggris,dan Mandarin oleh tenaga pengajar yangberkualitas, berpengalaman, dan berprestasi.Para siswa SMKK BPK PENABUR BandarLampung juga dipersiapkan untuk masuk kedunia kerja dan usaha. Melalui kerjasama SMKK

Page 120:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

113Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Profil BPK PENABUR Bandar Lampung

BPK PENABUR Bandar Lampung denganbeberapa perusahaan, para alumnus disalurkanuntuk mengisi kebutuhan perusahaan akantenaga kerja yang kompeten dan terampil.Didukung oleh kegiatan tahunan dan danekstrakulikuler yang baik seperti kegiatanberikut.

Kegiatan tahunan: Fieldtrip untuk Kelas X,Praktik Kerja Industri untuk kelas XI, Bina Siswauntuk kelas XII, dan Latihan Kepemim-pinanOSIS

Tabel 6: Daftar Prestasi SMKBPK PENABUR Bandar Lampung

No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat

1. 2014 Accounting Umum Provinsi

2. 2014 KeterampilanSiswa

2 Kota

3. 2014 ComputerCompetition

Umum Kota

4. 2014 OlimpiadeSains Terapan

2 Kota

5. 2014 EnglishCompetition

2 Kota

6. 2014 AccountingNationalChampionship

1 Nasional

7. 2014 Basket Putrisekolah Kristen

3 Provinsi

8. 2014 Basket Putrasekolah Kristen

1 Provinsi

9. 2014 Basket PutraUniv. Lampung

3 Provinsi

11. 2015 Basket PutraSMA AL-Kautsar

2 Provinsi

12. 2015 3 on 3 BasketPenabur Lacer

1 Provinsi

Tabel 5: Daftar Prestasi SMAKBPK PENABUR Bandar Lampung

No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat

1. 2014 Speech Competition 1 Kota

2. 2014 Renang GayaBebas

2

Propinsi

3. 2014 Speech Competition 1 Kota

4. 2014 Speech Competition 1 Kota

5. 2014 Seplling Bee 1 Propinsi

6. 2014 PresentationCompetition

2 Kota

7. 2015 TaekwondoCompetition

1 Kota

8. 2015 English SpeechContest

1, 2, 3 Kota

9. 2015 Accoustic BandCompetition

3 Kota

10. 2015 PhotogenicCompetition

1

Kota

11. 2015 EnglishNewscastingCompetition

3 Kota

12. 2016 English SpeechContest

1 Kota

13. 2016 Musikalisasi Puisi 1 Propinsi

14. 2016 English SpeechContest 1 Kota

15. 2016 Presenting Idea 2, 3 Kota

16. 2016 English Debate 3 Kota

17. 2016 TranslationCompetition 1 Kota

18. 2016 English SpeechContest 3 Kota

Page 121:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

114 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 26/Tahun ke-15/Juni 2016

Profil BPK PENABUR Bandar Lampung

No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat

13. 2015 Basket PutraSMAN 1 Metro

1 Provinsi

14. 2015 Baket PutraYamaha

3 Provinsi

15. 2015 Voli Putra SMAXaverius

3 Provinsi

16. 2015 Basket PutraSMAN 12

1 Kota

17. 2015 Ms. Word 2 Kota

18. 2015 MYOB 1 Kota

19. 2015 Uji Kompetensi 1 Provinsi

20. 2015 Cepat TepatAkuntansi

1 Provinsi

21. 2015 BusinessComptetition

2 Provinsi

22. 2015 AccountingComputer

1, 2 Provinsi

23. 2015 KeterampilanSiswa

2 Kota

24. 2016 KompetensiAkuntansi

1, 2 Provinsi

25. 2016 OlimpiadeSains Terapan

2 Kota

26. 2016 3 on 3 DBL AHM 1 Provinsi

Kegiatan Ekstrakulikuler: Futsal, Akun-tansi, Voli, Basket Sekolah, Komputer, BahasaMandarin, dan Paduan Suara

SMKK BPK PENABUR mengukir prestasitidak hanya tingkat kota dan propinsi namunjuga sampai ke tingkat nasional sesuai Tabel 6.

Penutup

BPK PENABUR Bandar Lampung akan terusmeningkatkan pelayanannya bersama GKIBandar Lampung di bidang pendidikan,bersama dengan Pengurus Harian BPKPENABUR Bandar Lampung. Peningkatanlayanan menyeluruh dilakukan secaraterintegrasi, baik secara kualitas maupunfasilitas. Meningkatkan kualitas mutu pendidikdan tenaga pendidik serta meningkatkankualitas mutu siswa dan lulusan serta mencapaiprestasi akademik atau non akademik yangmemuaskan.

BPK PENABUR Bandar Lampung berkomit-men meningkatkan kualitas fasilitas melaluipembangunan gedung sekolah, melengkapisarana dan prasarana pendukung dengan baik,sehingga para siswa akan belajar dengan baikuntuk meningkatkan prestasi belajar.

Page 122:  · Diterbitkan oleh: BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR) I S S N : 1412-2588 Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

Acuan Penulisan Ilmiah

A. Persyaratan1. Belum diterbitkan/ Belum Pernah dikirim ke Media Cetak Lain.

2. Karya Asli: Dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris

B. Ragam Naskah

1. Kajian Pustaka

2. Kajian Empiris3. Kajian/ Studi Kasus4. Evaluasi5. Kajian Kebijakan6. Kajian Pengembangan7. Analisis Deskriptif/Opini8. Resensi Buku

C. Struktur Naskah

1. Judul

a. Menggambarkan Isi Naska, Singkat dan Padat

b. Tidak Spesifik/Sempit, Tidak Terlalu Umum

c. Paling panjang 14 Kata

2. Identitas Penulis

a.Nama Lengkap, Tanpa Gelar

b. Alamat e-mail Pribadi

c. Nama Institusi/Lembaga

3. Abstrak

a. Isi

i. Sifat: Informatif

ii. Latar Belakang Masalah & Masalah

iii. Tujuan

iv. Metode, Tempat & Waktu

v. Hasil & Saran

b. Panjang150 -200 kata

Dalam 1 paragraf

c. Kata-Kata KunciMinimal 3 kata

Merupakan istilah/konsep penting

d. Bahasai. Bahasa Indonesia

ii. Bahasa Inggris

4. Pendahuluan

a. Isi

i. Latar Belakang Masalah

ii. Rumusan Masalah

iii. Manfaat Penelitian

iv. Kajian Pustaka/Teori

b. Bentuki. Deskriptif

ii. Informatif

5. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

b. Tempat dan Waktu Penelitian

c. Prosedur Penelitian: sumber, teknik pengumpulan & analisis data

6. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil/Datai. Kualitatif

ii. Kuantitatif

b. Pembahasani. Interpretasi

ii. Analisis: induktif, deduktif, komparatif

c. Implikasii. Makro/Umum

ii. Mikro/Khusus

7. Penutupa. Kesimpulan

b. Saran

8. Daftar Pustaka

a. Gaya/Style: APA

b. Jumlah referensi minimal 5

c. Dirujuk langsung dlm tulisan

d. Terbitan minimal 5 thn terakhir

D. Fisik Naskah

1. Format: A42. Huruf: Book Antique- 10 point,3. Panjang naskah: 4.000 - 10.000 kata dengan1,5 spasi4. Wujud: Soft copy dan printout