buku penyuntingan syarif for unj
TRANSCRIPT
1
PPEENNYYUUNNTTIINNGGAANN Pengantar
SYARIFUDIN YUNUS, M.Pd.
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
2
Satu
Pengantar Penyuntingan
A. Penyuntingan - Persfektif Berpikir Masa Kini
Penyuntingan atau dalam istilah populer disebut editing merupakan
bagian dari proses komunikasi. Komunikasi saat ini diyakini menjadi
bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang
dapat menghindar dari komunikasi (informasi). Alfin Toffler menyatakan
abad sekarang adalah abad informasi, suatu abad yang menempatkan
informasi sebagai fokus kehidupan akibat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Komunikasi saat ini tidak hanya dipandang sebagai proses tukar
menukar pikiran/pendapat, tetapi lebih ditekankan sebagai kegiatan
untuk mempengaruhi atau mengubah pendapat dan tingkah orang lain.
Komunikasi adalah proses yang dinamis, tidak statis. Oleh karena itu,
komunikasi akan berlangsung efektif manakala terjadi persamaan
persepsi antara kita dengan orang lain. Carl Hovland menyatakan
komunikasi adalah proses untuk memindahkan rangsangan berupa kata-
kata untuk mengubah tingkah laku orang lain.
Mengacu pada peran penting komunikasi itulah, salah satu disiplin
ilmu yang kemudian berkembang untuk menunjang efektivitas
komunikasi adalah penyuntingan atau editing. Penyuntingan
menitikberatkan pada proses dan keterampilan pokok dalam mencapai
tujuan komunikasi, khususnya dalam bentuk komunikasi tertulis.
Penyuntingan berhubungan dengan aktivitas komunikasi, aktivitas
menulis, dan pada akhirnya berhubungan dengan pemahaman atau
keberterimaan isi/pesan komunikasi yang disampaikan kepada pembaca.
Ada beberapa alasan yang mendasari kegiatan penyuntingan,
diantaranya a) alat komunikasi primer bagi manusia berupa bahasa, b)
peradaban masyarakat informasi masa kini yang tumbuh cepat, c)
berkembangnya era informasi tanpa batas (internet), d) aktivitas
kehidupan setiap manusia yang bermuatan 75% untuk komunikasi, dan
e) upaya mencapai efektivitas komunikasi. Atas dasar itu pula,
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
3
penyuntingan merupakan salah satu aspek keterampilan yang harus
dikuasai. Apalagi bagi para pengguna bahasa, khususnya mahasiswa
program studi bahasa dan sastra Indonesia.
Lebih dari itu, penyunting atau editor di era sekarang juga telah
menjadi profesi yang mandiri. Profesi editor saat ini telah tumbuh seperti
profesi lainnya. Editor kini telah menjadi profesi yang dapat diandalkan.
Di era informasi/komunikasi global seperti sekarang, fungsi penyuntingan
telah menjadi kebutuhan. Penyuntingan tak hanya bergulat dengan
teks/naskah, tetapi juga bermuatan keterampilan untuk menjadikan isi
teks/naskah menjadi menarik. Berbagai bidang profesi yang ada saat ini,
seperti bidang jurnalistik/ media massa, bidang industri televisi (sinetron),
bidang desain grafis, bidang penerbitan adalah contoh-contoh bidang-
bidang profesi yang membutuhkan penyuntingan/editing.
Di sisi lain, penyuntingan juga menjadi bagian penting dalam
aktivitas menulis. Tulisan yang dibuat tanpa proses penyuntingan
biasanya memiliki kadar kualitas tulisan rendah, baik secara teknis
maupun penyampaian pesan. Tulisan tersebut menjadi tidak efektif.
Untuk keperluan itulah, penyuntingan mengambil peran untuk menunjang
kegiatan menulis yang terus mengalami perkembangan dari tahun ke
tahun. Penyuntingan atau editing diperlukan baik sebagai proses
maupun keterampilan. Untuk lebih jelasnya, kita dapat memperhatikan
alur diagram berikut ini.
-Peradaban Masy. Informasi
-Informasi tanpa batas (internet)
-75% waktu untuk komunikasi
-Komunikasi primer – bahasa
-Efektifitas komunikasi (editing)
Aktivitas MENULIS
Tujuan: - menginformasikan
- membujuk - mendidik
- menghibur
Langkah-Langkah Menulis - Berpikir Logis & Sistematis (IKU-DUK)
- Menentukan tema - Menyusun kerangka tulisan
- Menentukan lead pendahuluan - Membangun tubuh tulisan
- Mengakhiri tulisan
JJAANNGGAANN
PPUUAASS
SSEEKKAALLII
TTUULLIISS
EEDDIITTIINNGG
PPrroosseess aakkhhiirr
sseebbeelluumm
nnaasskkaahh//ttuulliissaann
ddiippuubblliikkaassiikkaann
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
4
Berdasarkan alur diagram di atas, maka tampak jelas penyuntingan
merupakan proses penting yang harus dilakukan dalam aktivitas
komunikasi tulis maupun kegiatan menulis. Penyuntingan diperlukan
untuk mencapai tujuan komunikasi, disamping sebagai penyesuaian atas
kebutuhan komunikasi yang pas (tepat guna), Penyuntingan juga
sebagai bagian dalam mengoptimalkan kualitas penulisan, termasuk
didalamnya untuk meminimalisasi kesalahan tulis, yang menyangkut
aspek pesan, tata bahasa, ejaan & tanda baca. Dalam pemahaman
sederhana, penyuntingan bisa dikatakan berasal dari kata susun dan
gunting (sunting), yang berarti melakukan penyempurnaan terhadap
kualitas penulisan yang kita hasilkan.
B. Aktivitas menulis bagi mahasiswa
Aktivitas menulis bagi kalangan perguruan tinggi adalah
keterampilan mutlak yang sangat diperlukan. Apalagi bagi mahasiswa
program studi bahasa (Bahasa Indonesia dan bahasa asing),
keterampilan penyuntingan hendaknya menjadi bagian yang inheren
(melekat) dalam penguasaan ilmu secara keseluruhan. Bahkan bisa jadi,
penguasaan terhadap keterampilan penyuntingan yang dimiliki
mahasiswa dapat memberikan nilai tambah tersendiri bagi daya
kompetitif mahasiswa pada saat memasuki dunia kerja.
Namun demikian, sebelum sampai pada tahap melakukan
penyuntingan, keterampilan lain yang juga penting untuk dikuasai
terlebih dulu oleh mahasiswa adalah keterampilan menulis.
Penyuntingan semata-mata dilakukan setelah kita melalui proses menulis
terlebih dulu. Menulis atau naskah tulisan adalah aset yang menjadi
obyek kegiatan penyuntingan. Oleh karena itu, aktivitas menulis bagi
mahasiswa juga perlu mendapat perhatian tersendiri.
Aktivitas menulis bagi mahasiswa pada dasarnya merupakan
kegiatan yang biasa dilakukan. Penyusunan makalah ilmiah, laporan
diskusi kelompok, hingga penulisan skripsi di akhir penyelesaian studi
merupakan bentuk aktivitas menulis konkret yang sering dilakukan
mahasiswa. Hampir semua mata kuliah yang diikuti mahasiswa menuntut
keterampilan menulis. Dengan menulis mahasiswa tidak saja dapat
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
5
menuangkan gagasan/pikiran yang dapat dipahami orang lain, tetapi
juga dapat menjadi proses penting bagi mahasiswa dalam melakukan
penalaran secara sistematis dan obyektif.
Menulis merupakan keterampilan yang kompleks, yang melibatkan
semua unsur pengetahuan dan keterampilan teknis. Sabarti Akhadiah,
dkk. (1988) menyatakan bahwa aktivitas menulis bagi mahasiswa
haruslah memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya tulisan yang
bermakna, jelas dan lugas, memiliki koherensi (kesatuan yang bulat),
singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan.
Namun masalahnya kini, justru menulis merupakan aktivitas yang
sering menjadi ―momok‖ bagi mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa yang
terkendala dalam menulis, merasa sulit dalam menuangkan
gagasan/pikirannya. Dalam pengamatan dan kenyataan yang ada,
keterampilan menulis bagi mahasiswa saat ini bisa dikatakan “jauh
panggang dari api”. Artinya, keterampilan menulis yang dimiliki
mahasiswa saat ini tergolong kurang memadai. Tidak sedikit mahasiswa
yang sulit membuat/menghasilkan karya ilmiah, sekalipun setelah selesai
kuliah.
Untuk itu, aktivitas menulis bagi mahasiswa perlu mendapat
perhatian yang lebih optimal. Menulis bagi mahasiswa seharusnya
menjadi perhatian utama, jika perlu porsinya ditambah pada tingkat
aplikatif. Menulis adalah keterampilan yang dapat dipelajari. Menulis bisa
menjadi bisa karena biasa. Menulis seharusnya tak lagi terbatas pada
proses pembelajaran teoritik tetapi membutuhkan latihan, latihan dan
latihan. Kini, mulailah untuk menulis, tulislah apa yang Anda tertarik
untuk menuliskannya …. !
C. Penyuntingan bagian dari proses penulisan
Hal penting yang perlu disepakati bersama adalah aktivitas menulis
merupakan suatu proses. Dalam menulis, seseorang harus mengikuti
tahapan yang terjadi dalam aktivitas menulis, dari mulai merencanakan
tulisan, melakukan penulisan, hingga me-revisi tulisan. McCrimmon
(1957) menyatakan penulisan hendaknya dilakukan melalui tiga tahapan,
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
6
yaitu 1) tahap prapenulisan, 2) tahap penulisan, dan 3) tahap revisi
tulisan.
Prapenulisan Penulisan Revisi tulisan
Menentukan topik,
menentukan tujuan,
memilih bahan
Menyusun kalimat dan
paragraf, memilih kata,
mengembangkan teknik
penulisan
Membaca ulang,
memperbaiki tulisan
Mengacu pada tahapan proses penulisan di atas, maka dapat
diinterpretasikan bahwa penyuntingan merupakan bagian yang terdapat
dalam tahap revisi tulisan. Upaya untuk membaca ulang tulisan dan
memperbaiki tulisan merupakan proses untuk melakukan
penyempurnaan terhadap suatu tulisan. Dengan demikian, maka
penyuntingan merupakan proses mutlak yang harus dilalui dalam
aktivitas penulisan. Tulisan yang dipublikasikan atau diterbitkan tanpa
melalui proses revisi atau penyuntingan maka dimungkinkan tidak efektif.
Dengan kata lain, tulisan tanpa penyuntingan dapat berakibat tidak
tercapainya tujuan komunikasi.
Dua
Hakikat & Tujuan Penyuntingan
A. Pengertian Penyuntingan
Penyuntingan atau editing benar-benar menjadi bagian dari proses
penulisan. Penulis (author) seharusnya tidak membiarkan naskah/teks
dipublikasikan apabila belum melalui tahap editing/penyuntingan (editor).
Tulisan yang enak dibaca dan terhindar dari kesalahan (baik isi pesan
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
7
maupun tata bahasa) merupakan target dari penyuntingan. Dengan
begitu, pembaca menjadi mudah memahami isi tulisan yang kita buat.
Penyuntingan adalah suatu proses untuk menyiapkan tulisan,
termasuk karya sastra sebelum penerbitan atau presentasi kepada
publik.
Penyuntingan adalah keterampilan untuk mengubah,
menyesuaikan, atau menyempurnakan suatu teks/naskah sesuai dengan
standar untuk mencapai tujuan komunikasi.
Batasan tentang penyuntingan di atas menegaskan bahwa kata
kunci terpenting dari proses penyuntingan adalah penyempurnaan
teks/naskah, ditempuh sebelum publikasi/terbit, dan untuk mencapai
tujuan komunikasi. Penyuntingan berisi kegiatan untuk
menyempurnakan suatu teks/naskah, yang dilakukan sebelum diterbitkan
atau dipublikasikan untuk mencapai tujuan komunikasi.
Suatu bakat menulis memang tidak perlu sama dengan bakat
menyunting/meng-edit dan sebaliknya. Akan tetapi, hanya sedikit orang
memiliki ketekunan dan fokus untuk melakukan penyempurnaan atau
mungkin koreksi terhadap tulisannya, baik dari segi kata dan kalimat, dari
halaman demi halaman. Di sinilah penyuntingan menjadi aspek yang
penting dalam proses penulisan. Bahkan terkadang, untuk hal ini kita
berani ―membayar mahal‖ seorang editor sekalipun.
B. Tujuan Penyuntingan
Penyuntingan sebagai proses maupun sebagai keterampilan, tentu
memiliki tujuan. Penyuntingan bukanlah aktivitas yang dilakukan dengan
begitu saja. Menyunting adalah mengoreksi kekeliruan yang sering kita
lakukan dalam suatu tulisan. Menyunting berarti memilih fokus untuk
menyediakan pikiran secara otomatis untuk membaca tulisan yang akan
disunting. Dengan menyunting, kita mengecek pengulangan kata yang
terjadi, kesalahan ejaan dan tata bahasa, inkonsistensi, salah logika
yang sering tidak diperhatikan penulis.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
8
Secara sederhana, tujuan penyuntingan atau editing dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Menjadikan tulisan enak dan perlu dibaca
Aktivitas menyunting mampu menjadikan tulisan-tulisan seolah-olah
menjelmakan suasana yang akrab-dialogis antara penulis dan
pembaca. Tulisan semacam ini mampu membangkitkan selera orang
untuk membaca, yang pada akhirnya akan menimbulkan perasaan
―perlu‖ membaca tulisan tersebut.
2. Membuat tulisan lebif bersifat komunikatif
Tulisan yang dilakukan penyuntingan terlebih dulu mampu membuat
tulisan bersifat lebih komunikatif, yang lebih menekankan
pemahaman kepada pembaca sehingga bahasa yang disajikan lebih
sesuai dengan kalangan pembaca. Kata-kata yang digunakan bersifat
lebih popular sehingga lebih mudah dipahami.
3. Mengecek tulisan agar sesuai dengan tujuan komunikasi.
Kesalahan pasti bisa terjadi dalam kegiatan menulis. Melalui
penyuntingan, kita dapat mengecek tulisan yang telah disusun
apakah telah sesuai dengan tujuan yang komunikasi yang ingin
dicapai atau belum? Penyuntingan berupaya memastikan
―ketercapaian‖ efek komunikasi yang diinginkan penulis agar sesuai
dengan tujuan komunikasi.
C. Ihwal menulis karya ilmiah
Penulis, apapun kondisinya haruslah mampu menata tulisan
sedemikian rupa agar pembaca menjadi enak dan perlu membaca.
Dalam karyanya yang sangat inspiratif, K.U.A.S.A.I Lebih Cepat: Buku
Pintar Accelerated Learning (Kaifa, 2003), Colin Rose mengatakan,
"Tulisan bagus biasanya bernada seperti mengobrol. Tentu saja, untuk
beberapa topik, gaya yang lebih formal pasti lebih sesuai--tetapi jangan
salah menganggap bahwa bersikap serius itu sama dengan bersikap
membosankan."
Maka hal pokok dan harus ada dalam tulisan adalah aura untuk
membangkitkan selera membaca orang lain. Orang yang selera
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
9
membacanya terbangkitkan, maka tentulah akan semakin bergairah
membaca. Membaca tulisan dengan perasaan senang adalah hal yang
nyaman. Setelah itu, maka kemudian tulisan menjadi perlu untuk dibaca.
Ukuran "perlu" ini bersandarkan pada tiga hal: (1) memenuhi kaidah
penalaran (reasoning), (2) penulis melakukan pemilihan kata (diksi) yang
baik dan akurat, dan (3) memiliki koherensi dan komposisi yang baik
dalam setiap gagasan yang dituangkan.
Inti aktivitas menulis itu sebenarnya adalah menunjukkan "makna".
Atau, tulisan kita akan menjadi sangat efektif apabila ada maknanya dan
bisa dimaknai. Menulis karya ilmiah pada dasarnya adalah cara ilmuwan
berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi yang baik bisa membuat yang
diajak berkomunikasi mengerti apa yang dimaksudkan oleh komunikator.
Sama halnya, penulis yang baik harus bisa membuat pembaca mengerti
apa yang ditulisnya, tanpa arti ganda. Dengan demikian, penulis harus
lebih dahulu memahami apa makna yang akan disampaikan kepada
pembaca sebelum menuangkan gagasannya ke atas kertas. Menulis
adalah kegiatan berpikir selain berkomunikasi.
Lalu, mengapa sedikit sekali buku-buku ilmiah yang menarik
perhatian yang beredar di pasar Indonesia? Mengapa sebagian besar
textbook kita masih menggunakan buku-buku yang ditulis oleh para
sarjana dari Barat? Mengapa dosen-dosen kita tidak mencoba
menyiapkan buku ajarnya sendiri yang menarik dan dapat dikonsumsi
oleh mahasiswanya dari tahun ke tahun? Apakah menulis karya ilmiah itu
sulit? Apakah menulis buku ilmiah itu tidak laku di pasaran?
Apa sebenarnya yang terjadi dengan budaya menulis-ilmiah di
kalangan para terpelajar kita. Setiap tahun ada ribuan skripsi, tesis,
disertasi yang dimunculkan. Ada juga banyak makalah, laporan ilmiah,
artikel-artikel berbobot, yang terus mengalir. Namun, mengapa gairah
menerbitkan buku ilmiah yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas
seperti tidak muncul? Kondisi itu semua tentu menjadi tantangan.
Dengan kemampuan menulis yang telah dimiliki, keterampilan
penyuntingan yang dipelajari maka kita berupaya untuk dapat
menghasilkan karya ilmiah/tulisan yang bisa dipublikasikan sehingga
dapat dibaca orang lain.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
10
Kini tentunya, kita perlu mengubah keadaan yang melanda dunia
kampus kita ? ……. Tentu untuk lebih produktif dalam menulis, termasuk
membuat tulisan yang telah melalui proses penyuntingan.
Tiga
Proses Penyuntingan
A. Cara penyuntingan
Menghasilkan teks atau naskah yang bersih, tanpa ada kesalahan
bukanlah hal yang mudah. Bahkan, lembaga penerbitan profesional yang
dikenal hati-hati sekalipun tidak luput dari sesekali kesalahan ketik yang
terjadi. Namun kebanyakan pembaca memahaminya dan tidak terlalu
terganggu dengan masalah tersebut. Akan tetapi jika kesalahan itu
sering terjadi, maka harus ada upaya untuk mengatasinya. Karena jika
tidak, hal ini dapat mengakibatkan komunikasi terganggu.
Untuk dapat mengedit dengan baik, hal yang dapat membantu
adalah dengan memahami dasar-dasar tata bahasa dan mekanisme.
Tetapi hal yang paling penting adalah praktik mengedit. Dalam hal ini kita
perlu hati-hati dan memberi perhatian ke aspek detail. Berikut ini adalah
cara-cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan editing
kita:
1. Ketahuilah apa yang akan diedit. Apakah jenis kesalahan yang
sering terjadi? Ataukah masalah subyek dan kata kerja? Tentukanlah
pola kesalahan yang terjadi dan fokus pada perbaikan kesalahan
yang lebih besar dan sering, kemudian pada bentuk kesalahan
lainnya.
2. Mengedit-lah teks/naskah yang tercetak. Jika sedang menulis di
komputer, kita dapat memeriksa kesalahan cetak/ketik yang terjadi
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
11
dengan cepat (spell-check). Kemudian cetaklah teks untuk
pengoreksian yang teliti, yang mungkin kita luput sebelumnya.
3. Mengedit-lah dengan aktif. Alat tulis hendaknya digunakan untuk
mengecek teks/nasakah. Pensil/pena benar-benar menyentuh setiap
kata dalam teks. Lihatlah pada kata bagian akhir. Apakah kata kerja
dan subyek sudah benar? Bagaimana dengan kata ganti?
4. Upayakan mengedit dengan mitra pendengar. Bacalah teks
dengan suara keras dan perlahan, apakah mitra kita mengerti teks
tersebut. Biarkan mitra kita menyetop kapan saja saat merasa tidak
memahami. Diskusikan tanda baca atau pilihan kata yang masih
ragu.
Cara-cara di atas terkesan membosankan, tetapi sungguh memberi
keuntungan yang besar. Ingat, teks yang disusun dengan baik maka
akan memberi kesan yang baik pula. Kita harus peduli pada tulisan yang
kita buat dulu dan kemudian pembaca juga akan peduli atas tulisan kita.
B. Fokus kegiatan penyuntingan
Di samping menempuh cara-cara sebagaimana di atas, proses
penyuntingan atau editing dapat berjalan optimal manakala kita sebagai
penulis/editor memperhatikan fokus-fokus yang perlu diperhatikan dalam
aktivitas penyuntingan, antara lain:
a) Mengoreksi teks. Berikan penekanan pada kesalahan ketik yang
terjadi di dalam teks. Koreksi pada tingkat ini juga dapat membuat
teks tulisan lebih ditingkatkan agar menjadi lebih menarik untuk
dibaca oleh orang lain.
b) Mengecek aspek kata, kalimat dan istilah. Dalam hal ini dilakukan
pengecekan akan logika bahasa yang terbentuk dari pemakaian
kata/kalimat dan mengecek repetisi atau pengulangan kata/kalaimat
yang tidak perlu.
c) Memperhatikan pilihan kata dan gaya bahasa. Kata-kata yang
digunakan hendaknya lugas dan tegas sehingga mudah dipahami
dengan gaya bahasa sederhana.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
12
d) Menghindari kata/makna konotatif. Pemakaian kata/makna konotatif
akan dapat mengaburkan makna yang ingin dicapai. Hal ini harus
dihindari agar tidak terjadi ambiguitas (makna ganda).
e) Orientasi pada bahasa populer. Bahasa popular adalah bahasa yang
lazim dipakai orang banyak, mudah dipahami dan biasanya singkat
saja-tidak berbelit-belit.
C. Aspek Penting dalam Editing
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses editing,
yaitu:
1. Konsentrasi
Konsentrasi diperlukan saat mengoreksi teks/naskah. Kita cenderung
melewatkan perhatian terhadap kekeliruan yang terjadi. Pikiran kita
secara otomatis seharusnya melekat pada pikiran yang terdapat
dalam suatu teks/naskah. Mengapa ? Karena penulis biasanya terlalu
dekat dengan sasaran. Karenanya, seorang editor berupaya untuk
dapat mengenali pengulangan, inkonsistensi, salah logika, dan
masalah lain yang ada dalam teks/naskah, yang sering dilewatkan
oleh penulis.
2. Membaca
Dengan membaca, kita akan dapat mengecek dan mengoreksi
teks/naskah dari segi:
- tanda baca
- penulisan/pengetikan
- struktur kalimat
- subjek dan kata kerja
- kejelasan
- sudut pandang
- pengulangan
- inkonsistensi
- dialog
- format
- alur pikiran.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
13
C. Simbol Koreksi dalam Editing
Untuk mengoptimalkan proses editing, perlu pula diketahui dan
dipahami penggunaan simbol koreksi. Simbol koreksi berguna untuk
memudahkan seorang editor dalam menentukan bagian teks/naskah
yang di-edit, termasuk penanda jenis simbol koreksi yang memiliki arti
tersendiri dalam kegiatan penyuntingan.
Penggunaan simbol koreksi ini terdiri dari dua bagian:
1. Simbol koreksi manual
Sistem simbol koreksi yang digunakan untuk keperluan kegiatan
penyuntingan yang bersifat manual atau digunakan pada teks/naskah
berbentuk lembaran/kertas/buku. Setiap simbol koreksi memiliki arti
tersendiri yang membantu editor dalam melakukan penyuntingan.
Simbol koreksi dapat dilihat pada halaman terlampir.
2. Kode koreksi warna
Dalam proses editing komputer, kita juga dapat menggunakan “two
color-coded” untuk setiap kata yang di-edit (hasil editing pertama dan
editing kedua), yang akhirnya kita mendapatkan versi "clean" dengan
keseluruhan perubahan hasil editing.
Contoh Simbol Koreksi Penyuntingan
Tanda penunjuk bagian yang perlu
dikoreksi (diedit), digunakan pada
pinggir kertas pada setiap titik yang
perlu di-edit
Buang atau hapus kata atau tanda baca
tersebut
- Tadi padi.;
- Tadi ini pagi
Pertukarkan tempatnya. Misalnya;
apa perbedaan novel ciri dan roman?
Sisipkan kata/huruh atau tanda baca.
- Pengajaran sastra dimulai
harus
Pisahkan atau renggangkan
penulisannya hariini
Sambungkan/rapatkan penulisannya
ce lah, di pandu
Dirapatkan penulisan untuk satu kata
- Kamu harus b e r k o r b a n
Koreksi yang tidak jadi
- Saat itu saya tidak masuk
Pakai hurup tebal (bold)
Dilarang merokok di toilet
Ditulis dengan huruf kursif (miring)
- Buku Azab dan Sengsara
Pakai huruf kecil (tidak kapital)
Dalam ROMAN terdapat karakter
Jangan dijadikan baris/alinea baru
Hari ini dia tidak masuk.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
14
Maka tak bisa ikut ujian.
Tidak perlu pakai spasi/alinea
Pada hari itu ia tidak datang
dikarenakan sakit.
Tarik ke kiri atau ke kanan
Kita harus berkorban
Latihan menggunakan simbol koreksi:
Huru- hara diudnia mamahasiswa Indonesiaa tahun pada 1997 telah dipicu,
oleh ketidak-puasan mahsiswa atas kepemimpinan PRESIDEN ka la itu.
Mereka ingin menegakan demokrasi, seperti terdapat
dalam buku Demokrasi Modern.
Hasilnya, presiden suharto jatuh dan mengundurkan diri sebagai presiden.
Di era tersebut Indonesoia telah memulai baru momentum dari belenggu
otokrasi. Ba bab baru bangsa Indonesia telah di mulai dan kita mengenanya
sebagai era reformasi.
Empat
Tahapan Dalam Penyuntingan
Penyuntingan sebagai proses, tentu menghendaki setiap editor atau
orang melakukan editing untuk memperhatikan tahapan-tahapan yang
ditempuh dalam penyuntingan. Tahapan ini diperlukan untuk membantu
tercapainya hasil editing yang berkualitas, yang sesuai dengan tujuan
penyempurnaan teks/naskah.
Adapun tahapan dalam editing adalah:
a) Membaca tulisan dengan baik dan berupaya untuk memahami teks
b) Mengecek koherensi (keterpaduan) isi setiap paragraf
c) Mencermati pemakaian kalimat, baik segi kualitatif maupun kuantitatif
d) Memperhatikan pola kalimat agar tidak monoton
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
15
e) Mengecek panjang pendek kalimat sehingga tidak membosankan,
kalimat bersifat sederhana
f) Melihat ketepatan susunan kata sehingga tidak membingungkan
g) Memeriksa kesalahan kalimat, kata, tanda baca, huruf kapital, dan
ejaan lainnya.
Untuk dapat menguji kemampuan kita dalam menerapkan tahapan-
tahapan editing tersebut, tentu saja kita diharapkan banyak melakukan
latihan. Ingat pepatah, ala bisa karena biasa. Begitu pula halnya dengan
editing, kemampuan melakukan penyuntingan yang optimal akan terjadi
dalam diri seseorang apabila proses dan tahapan dalam editing
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Editor yang profesional, dimanapun
ia berada, telah memulainya dengan latihan-latihan, dengan menerapkan
proses dan tahapan editing secara konsisten.
Bagaimana cara melatihnya ? Kita dapat menempuh latihan dengan
cara yang mudah, misalnya dengan:
- pilih dan bacalah satu tulisan/bacaan
- perhatikan apakah aspek-aspek tahapan di atas telah terpenuhi atau
belum di dalam tulisan?
- kita juga bisa membuat tulisan/karangan (misalnya 4-5 paragraf),
kemudian dapat uji dengan terpenuhi atau tidaknya tahapan di atas
dalam tulisan kita ?
Dalam editing, tampaknya latihan memang harus mendapat
prioritas untuk meningkatkan kemampuan. Kini, saatnya kita perlu
memulai untuk melatih kemampuan menulis sekaligus melatih editing ?
Perhatikan contoh-contoh kutipan berikut dan latihlah dengan mengecek
teks sesuai dengan tahapan editing !
1. Di sekolah putra dan putri bangsa dididik. Mereka agar memiliki pengetahuan dan keterampilan. Mereka agar berbudi luhur. Mereka agar sehat jasmani dan rohaninya.
2. Diduga bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama bahasa
dengan penutur yang tinggal 100 orang itu akan punah.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
16
3. Dari proses ini akan melahirkan berbagai perilaku sistem penduduk yang berwujud: jumlah penduduk, ratio ketergantungan, ratio pria/wanita, dan lain sebagainya.
4. Bandara Udara Soekarno Hatta yang dibangun dengan
menggunakan teknik cakar ayam yang belum pernah digunakan di mana pun di duniasebelum ini karena teknik itu memang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini oleh para ahli rekayasa Indonesia yang masih muda-muda dan yang baru saja lulus dari pendidikannya yang mengagumkan.
5. Penjelasan mereka itu saya tidak mengerti
Perhatikan bahasan dan editing terhadap kutipan-kutipan di atas !
1. Kalimat (1) sebenarnya merupakan kalimat tunggal yang dituliskan dalam empat bagian kalimat. Kalimat bagian kedua, ketiga dan keempat bukanlah kalimat sehingga menyebabkan gagasan kalimat menjadi terpenggal, tidak teratur, bahkan terjadi redudansi. Kalimat seharusnya: Di sekolah putra dan putri bangsa dididik agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan, berbudi luhur, dan sehat jasmani serta rohaninya.
2. Kalimat yang digunakan berlebihan, yang sebenarnya dapat dibuat secara lebih hemat dan lugas, menjadi: Diduga bahwa bahasa dengan penutur 100 orang itu akan segera punah.
3. Terjadi kalimat yang rancu sehingga makna kalimat menjadi kacau, seharusnya menjadi: - Dari proses ini dilahirkan berbagai perilaku ………. dst. - Proses ini melahirkan berbagai perilaku ……….. dst.
4. Kalimat ini menunjukkan tidak adanya predikat, padahal dengan menghilangkan kata ‗ýang‘ pada kelompok kata yang dibangun dapat menghasilkan kalimat yang lengkap. Di samping itu agar tidak bertele-tele kalimat tersebut dapat dijadikan dua kalimat pendek. Bandara Udara Soekarno Hatta dibangun dengan menggunakan teknik cakar ayam yang sebelumnya belum pernah digunakan di mana pun di dunia ini. Teknik cakar ayam memang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir oleh para ahli rekayasa Indonesia yang masih muda-muda.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
17
5. Kalimat itu terdapat dua subjek yaitu penjelasan mereka itu dan saya, seharusnya: - Saya tidak mengerti penjelasan mereka itu - Penjelasan mereka itu tidak saya pahami
Untuk lebih memastikan proses editing dilakukan sesuai dengan
tahapan yang benar, kita juga dapat mengajukan beberapa pertanyaan
yang terkait dengan aspek bahasa yang terdapat dalam suatu
teks/naskah, yaitu:
- Apakah setiap kata yang digunakan sudah benar-benar dipahami
maknanya ?
- Apakah masih terdapat kata yang mubazir, kata yang tidak perlu ?
- Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam
paragraf tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambiguaitas) ?
- Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam
paragraf mengungkapkan hubungan antargagasan yang konsisten,
yang tidak saling bertentangan ?
- Apakah setiap kata sudah ditulis dengan tepat dan telah
menggunakan tanda baca yang tepat pula ?
Lima
E d i t o r
A. Apa itu Editor ?
Editor adalah istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang
bertugas melakukan penyuntingan atau editing. Fungsi editor dikenal di
industri media massa, baik media cetak maupun media elektronik,
penerbitan/percetakan, dan bahkan kini hingga dunia desain. Editor
dalam menjalankan tugasnya, bisa menempati fungsi bagian dalam
suatu departemen atau berdiri sendiri sebagai profesi. Editor sebagai
profesi merupakan tenaga spesialis, yang menyaratkan keterampilan
khusus dalam menjalankan tugasnya.
Secara operasional, editor merupakan orang yang bertugas
membaca teks/naskah untuk mengecek dan menyempurnakan
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
18
teks/naskah dari kesalahan (tanda baca, ejaan, pengetikan), kata dan
struktur kalimat, inkonsistensi dan pengulangan, kejelasan makna, dan
sebagainya. Editor harus melihat segala sesuatu yang terdapat dalam
teks/naskah secara detail. Artinya, segala sesuatu yang tersurat
(eksplisit) maupun yang tersirat (implisit) dalam suatu naskah merupakan
tugas seorang editor. Terkadang, editor pun bekerja sama dengan
penulis (author) untuk berdiskusi tentang teks/naskah yang ditulis dan
perubahannya (jika diperlukan).
Dalam melakukan tugasnya, ada dua orientasi pokok yang harus
melekat pada seorang editor, yaitu:
1. Orientasi Tekstual
Orientasi tekstual lebih menekankan pada tugas seorang editor dalam
melihat dan mengoreksi aspek-aspek teknis yang terdapat dalam
suatu teks/naskah. Aspek-aspek teknis intinya terletak pada bahasa
yang digunakan dalam teks/naskah tersebut, mencakup tentang
efektif atau tidak efektifnya bahasa yang digunakan. Sebagaimana
yang telah dibahas sebelumnya, indikator orientasi tekstual ini berupa
koreksi di tingkat kesalahan tanda baca dan ejaan, kesalahan
pengetikan, kata dan struktur kalimat, inkonsistensi dan pengulangan,
serta kejelasan makna. Dalam orientasi tekstual, editor harus memiliki
keterampilan teknis editing, disamping membutuhkan effort (usaha)
yang serius demi kesempurnaan teks/naskah.
2. Orientasi NonTekstual
Orientasi nontekstual lebih menekankan pada tugas seorang editor
secara instingtif dalam mencermati ide/gagasan yang terdapat dalam
teks/naskah. Dalam konteks ini, editor dituntut untuk memiliki
kemampuan dalam ―membaca situasi dan efek‖ dari teks/naskah
yang akan dipublikasikan. Apakah perangkat bahasa dan susunan
kalimat yang terdapat dalam teks/naskah secara substansial dapat
memenuhi tujuan penulisan? Apakah pembaca akan dapat
memahami teks/naskah sesuai dengan harapan penulis? Bagaimana
kemungkinan efek yang ditimbulkan akibat teks/naskah tersebut?
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
19
Jawaban atas pertanyaan tersebut merupakan indikator orientasi
nontekstual bagi editor dalam menjalankan tugasnya. melihat dan
mengoreksi aspek-aspek teknis yang terdapat dalam. Dalam orientasi
nontekstual, editor harus memiliki keterampilan visioner untuk melihat
aspek yang tersirat dari teks/naskah, disamping melakukan upaya
penyempurnaan teks/naskah jika memang teks/naskah yang ada
kurang memadai. Pada orientasi ini, kreativitas dan kecerdasan
intelektual seorang editor sangat memegang peranan penting.
Mengacu pada dua orientasi pokok tersebut, maka tugas editor
sangatlah berat. Tidak jarang editor menjadi ―pintu terakhir‖ yang
memastikan keberhasilan suatu tulisan atau pesan (teks/naskah). Dalam
analogi yang lebih ekstrim di dunia sales, editor adalah orang yang
menyiapkan produk menjadi semenarik mungkin agar orang membelinya.
Secara mental, seorang editor juga harus realistis, serius, dan terkadang
harus sering tertawa. Hal ini sebagai aspek moral yang diperlukan agar
editor dapat bekerja optimal.
B. Aspek Yang Diperhatikan Editor
Untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal, editor perlu
memperhatikan berbagai aspek pada saat melakukan editing atau
penyuntingan terhadap teks/naskah. Aspek-aspek yang perlu
diperhatikan adalah:
a) membaca teks dengan sebaik-baiknya dan paham,
b) memperhatikan unsur kosakata, kalimat dan makna,
c) kesesuaian terhadap kaidah ejaan & tanda baca yang berlaku,
d) berorientasi pada aspek komunikatif,
e) gaya bahasa yang digunakan,
f) teknik editing yang akan dipakai (berdasar kata, baris, atau paragraf)
g) menggunakan simbol koreksi,
h) membaca kembali hasil edit-an.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
20
Enam
Struktur Tulisan
Struktur tulisan merupakan salah satu aspek yang penting untuk
diperhatikan dalam melakukan penyuntingan atau editing. Struktur tulisan
sangat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan tulisan kepada
pembaca. Hakikatnya, tulisan dalam segala bentuknya harus disusun
dalam rangkaian yang jelas dan struktur yang teratur. Di samping aspek
koherensi dan komposisi yang baik, sebuah tulisan juga harus memuat
aspek-aspek penting lain yang berkontribusi dalam membentuk struktur
tulisan yang baik, seperti penalaran, diksi, efektifitas kalimat dan tata
tulis. Itulah perhatian seorang editor dalam menjalankan tugasnya untuk
melihat struktur suatu tulisan.
Kegunaan mengecek struktur tulisan bagi seorang editor adalah:
1. Dapat membantu editor dalam mengecek dan mengoreksi secara
optimal susunan tulisan/teks dan isinya agar sesuai dengan tujuan
penulisan. Satu gagasan tidak boleh dibahasa dua kali atau editor
dapat mencegah ketidaksesuaian isi tulisan dengan topik/judul yang
dibahas.
2. Untuk mengenal bagian-bagian pokok tulisan sehingga dapat
memperluas bagian ide/gagasan yang kurang atau mengurangi
bagian ide/gagasan yang berlebihan. Hal ini juga memungkinkan
editor untuk menciptakan suasan tulisan yang berbeda, yang sesuai
dengan variasi yang diinginkan.
3. Untuk memaksimalkan kesesuaian bahan/materi tulisan dengan
kondisi yang diharapkan oleh pembaca.
A. Penalaran Teks
Teks atau tulisan merupakan hasil kegiatan bernalar dari penulis.
Seorang editor harus menyadari bahwa tulisan/teks adalah suatu
kegiatan mental, kegiatan berpikir. Oleh karena itu, teks/tulisan haruslah
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
21
lahir dari proses yang dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan
yang berhubungan, dan bertujuan untuk sampai pada suatu kesimpulan.
Proses itu semua kemudian disebut sebagai kegiatan bernalar.
Penalaran atau proses bernalar merupakan proses berpikir yang
sistematik untuk mencapai kesimpulan yang terdapat dalam suatu
teks/tulisan. Dari segi prosesnya, penalaran terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Penalaran induktif, yaitu proses penalaran yang berdasar pada hal-
hal bersifat khusus untuk menarik kesimpulan yang berlaku umum (I-
K-U). Penalaran induktif dapat berwujud generalisasi (pengamatan
atas sejumlah gejala), analogi (pengamatan sejumlah gejalan pada
waktu yang bersamaan), atau hubungan sebab akibat (hubungan
ketergantungan antargejala yang ada).
b. Penalaran deduktif, yaitu proses penalaran yang berdasar pada
kesimpulan yang berlaku umum untuk menganalisa hal-hal bersifat
khusus (D-U-K). Penalaran deduktif bisa jadi pembuktian dari
pernyataan dasar (umum) secara konsisten dengan pernyataan-
pernyataan lain.
Dalam kaitannya dengan teks/tulisan, maka penalaran menjadi hal
yang tidak terpisahkan dalam proses penulisan dan hasil tulisan. Tulisan
yang kacau pasti mencerminkan penalaran yang kacau pula. Karena itu,
latihan untuk menyunting berbagia tulisan, termasuk latihan menulis
sangat diperlukan untuk pembiasaan bernalar secara tertib dengan
bahasa yang tertib pula.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa suatu
tulisan/teks sebagai hasil proses bernalar dapat berupa hasil proses
induksi, deduksi, maupun gabungan keduanya. Tulisan yang bersifat
induksi biasanya dimulai dengan rincian-rincian spesifik atau khusus dan
diakhiri dengan kesimpulan umum. Sedangkan tulisan yang bersifat
deduksi biasanya diawali dengan pernyataan umum (general) kemudian
dikembangkan dengan rincian-rincian yang bersifat khusus. Begitu pula
halnya dengan gabungan keduanya, gabungan induksi –deduksi.
Dalam praktiknya, proses induksi dan deduksi diwujudkan dalam
satuan karangan berupa paragraf. Paragraf memuat satu gagasan utama
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
22
yang biasanya tertuang dalam kalimat utama, yang kemudian diikuti oleh
beberapa kalimat penjelas. Dari situlah, kita dapat mengecek suatu
paragraf dilkembangkan berdasar pada proses bernalar induksi atau
deduksi maupun gabungan keduanya.
Contoh: - Surat tugas ini harap dilaksanakan dengan baik.
- Bolehkah karcis bus yang tidak dipakai bisa ditukar ?
- Waktu dan tempat kami persilakan
- Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih
B. Diksi atau Pilihan Kata
Kata atau rangkaian kata merupakan pernyataan/ungkapan semua
konsep dalam bahasa apapun. Menguasai kata-kata adalah aset dasar
menguasai suatu bahasa. Tulisan/teks, termasuk kalimat-kalimatnya
merupakan hasil dari rangkaian kata-kata yang membentuk suatu
makna. Begitu pula halnya dalam kegiatan penyuntingan, pengusaaan
terhadap aspek kata atau pilihan kata menjadi keterampilan khusus yang
sangat menunjang untuk memperoleh hasil penyuntingan yang
berkualitas tinggi.
Memilih kata yang tetap dan juga mengecek kesesuaian pilihan kata
dengan makna yang ingin dicapai bukanlah pekerjaan yang mudah.
Memilih kata dan merangkainya menjadi suatu pesan tulisan/teks yang
efektif adalah bagian tersulit dalam proses penulisan dan juga
penyuntingan. Dalam konteks komunikasi antara penulis dan pembaca,
editor atau penyunting memegang peran penting dalam memaksimalkan
penyajian tulisan/teks agar dapat dimaknai oleh pembaca sesuai dengan
maksud penulis.
Terjadinya salah paham, kesenjangan komunikasi, dan interpretasi
makna yang kurang pas dimungkinkan terjadi akibat kesalahan dalam
memilih kata. Oleh karena itu, seorang editor dan juga penulis harus
berhati-hati dalam memilih kata yang akan digunakan dalam
tulisan/tesks. Setidaknya ada dua persyaratan pokok harus diperhatikan
dalam memilih kata, yaitu:
a. Ketepatan, yang terkait dengan makna-aspek logika kata-kata; kata
yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
23
diungkapkan sehingga pembaca/pendengar dapat menafsirkannya
dengan tepat pula.
b. Kesesuaian, yang terkait dengan kecocokan antara kata-kata yang
dipakai dengan situasi dan kondisi pembaca. Kesuaian menyangkut
sosial dan psikologi kata-kata yang digunakan.
Dalam konteks pilihan kata, untuk dapat menghasilkan kualitas
penyuntingan suatu teks/tulisan yang baik, seorang editor juga perlu
memperhatikan aspek-aspek pilihan kata yang sering digunakan, seperti:
1. Sinonim, homofon, dan homograf
Aspek ini menyangkut kata-kata yang memiliki kesamaan makna
(sinonim), kesamaan bunyi (homofon), dan kesamaan tulisan
(homograf).
Contoh:
- muka, paras, wajah, tampang
- rapat (pertemuan) dan rapat (tidak berjarak)
- teras (inti) dan teras (bagian bangunan)
2. Denotasi dan konotasi
Aspek yang menyangkut penggunaan kata-kata sesuai dengan
makna sebenarnya (denotasi) dan makna kiasan (konotasi). Denotasi
lebih mengacu pada makna konseptual, sedangkan konotasi lebih
mengacu nilai rasa/tambahan disamping makna denotasi.
Contoh:
- tidak memiliki rumah (denotas) dan tuna wisma (konotasi)
- karyawan, wajah (rasa tinggi) dan buruh, tampang (rasa
rendah)
3. Kata abstrak dan kata konkret
Aspek ini menyangkut penggunaan kata-kata yang memiliki referen
berupa konsep (abstrak) dan berupa obyek yang dapat diamati
(konkret). Kata abstrak lebih sulit dipahami daripada kata konkret.
Contoh:
- kemanusiaan, kecerdasan, demokrasi (abstrak)
- manusia, bunga, ayam (konkret)
4. Kata umum dan kata khusus
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
24
Aspek ini menyangkut kata-kata yang digunakan berdasarkan ruang
lingkupnya. Makin luas lingkupnya maka menjadi kata umum, makin
sempit lingkupnya maka menjadi kata khusus.
Contoh:
- besar, kecil, campuran, memotong (umum)
- makro, mikro, ramuan, menebang (khusus)
5. Kata populer dan kata kajian
Aspek ini menyangkut kata-kata yang digunakan dalam berbagai
situasi komunikasi di semua kalangan (populer) dan kata yang
digunakan terbatas pada distuasi tertentu/terbatas (kajian).
Contoh:
- batu, penduduk, cara, sah, tahap (populer)
- batuan, populasi, metode, sahih, stadium (kajian)
- teras (inti) dan teras (bagian bangunan)
6. Jargon, kata percakapan, dan slang
Aspek ini menyangkut kata-kata yang digunakan memiliki pengertian
khusus, biasanya kata teknis bidang/profesi tertentu (jargon), kata
percakapan kaum terpelajar (kata percakapan) dan kata tak baku
yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan sesuatu yang
baru (slang).
Contoh:
sikon (situasi dan kondisi), prokon (pro dan kontra), kep (kapten), dok
(dokter), prik (suntik), dsb.
7. Perubahan makna
Aspek ini menyangkut kata-kata yang mengalami perubahan atau
pergeseran makna seiring perubahan perdaban manusia pemakai
bahasa.
Contoh:
- sarjana = cendikiawan (dulu), gelar akademis PT(sekarang)
- ibu = yang melahirkan kita (dulu), wanita dewasa (sekarang)
- putra/putri = anak-anak raja (dulu), anak-anak (sekarang)
8. Kata asing dan kata serapan
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
25
Aspek ini menyangkut kata-kata yang diserap dari bahasa asing dan
masih dipertahankan bentuk aslinya (kata asing) dan kata asing yang
disesuaikan dengan wujud/struktur bahasa Indonesia (kata serapan).
Contoh:
- option, sistem, praktik, teknik (kata asing)
- moral, pikir, cerita, individu, kaidah (kata serapan)
- teras (inti) dan teras (bagian bangunan)
9. Kata-kata baru
Aspek ini menyangkut kata-kata baru yang timbul akibat kemajuan
ilmu dan bidang kehidupan lainnya. Kata-kata ini dapat digunakan
asalkan kita tahu dengan tepat makna dan pemakaiannya.
Contoh:
- telaah, kendala, sangkil, mangkus, laik, canggih, prakiraan, dsb.
10. Kata baku dan kata nonbaku
Aspek ini menyangkut kata-kata yang digunakan sebagai standar
(kata baku) dan kata yang tidak standar (nonbaku). Baku dan non
baku sebuah kata dapat dikenal dari pilihan, ejaan, dan bentuknya.
Contoh:
- kaedah, kemana, bole (nonbaku – ejaan)
- enggak, ngomong, bikin (nonbaku – pilihan)
- mikirin, polesin (nonbaku – bentuk)
C. Efektifitas Kalimat
Efektifitas kalimat merupakan target penting dalam kegiatan
penyuntingan atau editing. Teks atau tulisan yang baik pada
hakikatnya harus tertuang dalam kalimat-kalimat yang efektif. Dengan
begitu, makna yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh
pembaca. Seorang editor perlu memberi perhatian khusus maupun
perlu memiliki keterampilan yang memadai dalam hal kalimat efektif.
Kalimat yang efektif yang tertuang dalam sebuah teks/tulisan
haruslah memperhatikan aspek-aspek seperti; a) kesepadanan dan
kesatuan kalimat, b) kesejajaran bentuk (pararelisme), c) penekanan
dalam kalimat, d) kehematan, dan e) kevariasian. Uraian secara lebih
rinci menyangkut kalimat efektif yang patut menjadi perhatian
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
26
kegiatan penyuntingan dapat disimak pada Materi Kuliah Delapan
tentang Kalimat Efektif.
D. Tata Tulis
Penyuntingan mutlak perlu memperhatikan ketentuan tata tulis yang
berlaku dalam kaidah bahasa Indonesia. Penggunaan tata tulis yang
benar dalam suatu teks/tulisan memiliki pengaruh yang signifikan dalam
mencapai kualitas tulisan yang baik. Teks/tulisan dalam segala
bentuknya, tidak saja dituntut harus menyajikan penggunaan bahasa
Indonesia secara baik dan benar tetapi juga harus ditunjang oleh
implementasi aturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia, yaitu
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Seorang editor yang baik dituntut memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang memadai dalam menerapkan aturan ejaan yang
terkait dengan tata tulis yang berlaku. Berbagai aspek yang dicakup
dalam tata tulis sebagai acuan bagi seorang editor dalam melakukan
tugas penyuntingan, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Ejaan dan tanda baca
Kalau dalam bahasa lisan, faktor gerak-gerik, mimik, intonasi,
jeda, dan aspek non bahasa lainnya dapat mempermudah
pemahaman lawan bicara, maka dalam bahasa tertulis diperlukan
pengusaan terhadap aspek ejaan dan pungtuasi (tanda baca). Tanpa
ejaan dan tanda baca dimungkinkan terjadi kesahapahaman terhadap
pesan/gagasan yang disampaikan.
Contoh pentingnya ejaan dan tanda baca dapat dibuktikan di
bawah ini:
masyarakat adat terpencil sebenarnya memiliki potensi yang
tinggi hanya saja pemerintah belum bisa menjangkau ke sana
sehingga mereka terpencil secara fisik dan budaya indonesia memiliki
keragaman suku dan adat bahkan jumlahnya mencapai ribuan
berbagai hal menjadi penyebabnya
Berdasarkan contoh di atas, maka jelas bahwa pemakaian
ejaan dan tanda baca dalam suatu teks/tulisan sangat diperlukan
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
27
agar menjadi lebih mudah dipahami. Itulah sebabnya, seorang editor
dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menerapkan ejaan dan
tanda baca dalam suatu teks/tulisan. Berbagai aspek dalam hal ini
yang perlu diperhatikan :
1. Pemakaian huruf, untuk memahami pemakaian dan penulisan
huruf
dalam bahasa Indonesia dapat disimak dengan cermat dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,
sub Pemakaian & Penulisan Huruf.
2. Penulisan kata, memiliki aturan main tersendiri-sesuai dengtan
kaidah
yang berlaku. Apalagi kata dasar yang mendapat imbuhan,
pengulangan, maupun penggabungan bisanya mengalami
perubahan sesuai dengan kaidah. Hal ini juga dapat disimak
dalam Pedoman Umum EYD sub Penulisan Kata.
3. Penulisan Unsur Serapan, yang telah mengalami penyesuaian
dalam
bahasa Indonesia, baik dari segi pengucapan dan penulisannya
sekalipun ada yang belum disesuaikan. Hal ini juga dapat dilihat
dalam Pedoman Umum EYD sub Unsur Serapan.
4. Tanda baca, yang seringkali diabaikan oleh pemakai bahasa.
Tanda baca sangatlah berperan dalam teks/tulisan untuk
membantu pembaca memahami pesan dengan tepat. Jika tidak,
maka akan menyulitkan pembaca dalam memahami teks atau
bahkan dapat salah paham. Hal ini juga dapat disimak dalam
Pedoman Umum EYD sub Tanda Baca.
b. Teknik penulisan
Teknik penulisan pada dasarnya memuat dua aspek, yaitu gaya
penulisan dalam membuat pernyataan dan teknik notasi dalam
menyebutkan sumber. Hal ini sangat diperlukan dalam penulisan
ilmiah. Berbagai aspek teknik penulisan yang patut dipahami oleh
seorang editor dalam menjalankan aktivitas penyuntingan,
diantaranya adalah:
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
28
1. Kutipan dan catatan kaki merupakan bentuk pendapat, konsep
dari para pakar yang telah dipertanggungjawabkan sehingga
dapat dijadikan sumber acuan bagi tulisan. Penulisan kutipan dan
catatan kaki telah diatur secara tersendiri dalam kaidah tata tulis
bahasa Indonesia.
2. Daftar pustaka merupakan tabulasi/daftar semua sumber bacaan
ilmiah baik telah dipublikasikan maupun yang belum
dipublikasikan, yang memberi inspirasi untuk memperkaya suatu
teks/tulisan tanpa harus membacanya secara keseluruhan.
Penulisan daftar pustaka juga telah diatur tersendiri dalam kaidah
bahasa Indonesia, khususnya menyangkut penulisan nama
penulis, judul buku/tulisan, tahun terbit, penerbit, halaman, dan
penyusunan berdasarkan urutan alfabet pengarang.
3. Format penulisan merupakan aspek teknis yang mengatur tata
cara penulisan yang dilihat sebagai hasil akhir berupa „hard copy‟.
Hal ini mengatur tentang kertas yang digunakan, format ketikan,
paragraf, nomor halaman, marjin tulisan, dan sebagainya. Aturan
main mengenai hal ini dapat dilihat dalam Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah atau dapat disesuaikan dengan aturan masing-
masing lembaga/institusi tertentu.
Tujuh
Kalimat & Penyuntingan Jurnalistik
A. Kalimat Jurnalistik
Penggunaan bahasa yang efektif adalah alat penunjang utama
untuk mencapai keberhasilan penyampaian pesan dalam berkomunikasi
satu arah, seperti teks/tulisan. Sebuah berita yang ditulis dengan
menarik, akan menyentuh emosi dan pikiran pembacanya sehingga
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
29
tergugah. Bahasa yang komunikatif dalam penulisan berita memiliki
beberapa syarat, antara lain: jelas dan jernih, bernalar runtut, tidak rumit,
kata dan kalimatnya populer.
Untuk kejelasan dan kejernihan, bahasa pers lebih cocok
menggunakan kalimat-kalimat pendek agar mudah dicerna dan dipahami
pembaca. Dalam satu alinea juga cukup terdiri dari 2-3 kalimat agar mata
pembaca tidak cepat lelah, tidak perlu banyak kalimat dalam satu alinea.
Dewabrata menyatakan alinea dalam berita pers adalah kelompok
kalimat yang bertujuan untuk membantu pembaca dalam memahami isi
berita.
Ciri bahasa ragam jurnalistik adalah populer, menggunakan kata-
kata yang mudah dicerna dalam waktu yang singkat. Unsur-unsur berita
yaitu apa, siapa, mengapa, di mana, kapan dan bagaimana serta
keterangan lainnya harus disusun dengan runtut. Ada kecenderungan
banyak pembaca tak senang membaca berita yang suah dimengerti.
Harus disadari bagi kita, berita ditulis untuk dibaca. Di sinilah penyunting
atau editor mengambil peran untuk dapat mengemas berita jurnalistik
agar menjadi ‗mudah dibaca‘ dan ‗perlu‘.
Arthur Plotnik dalam Elements of Editing – A Modern Guide for
Editors and Journalists mengingatkan bahwa editor dibayar untuk
memproses kata-kata menjadi kemasan komunikasi. Media massa tentu
menggunakan kata-kata yang dikemas secara khusus dengan sebagus-
bagusnya untuk menyajikan sebuah berita. Bahkan kini, kemampuan
mengedit (menyunting) juga harus dimiliki wartawan dalam menulis berita
sebelum diserahkan kepada editor. Berita yang jelas, gamblang, dan
jernih hanya diperoleh dari kemampuan menyusun kalimat yang baik,
menaruh satu kata di samping kata yang lain atau di samping
frase/klausa dan pilihan kata-kata lain yang pas di telinga pembaca.
Kalimat jurnalistik harus mampu mengubah hal-hal yang berat dan
rumit menjadi hal-hal yang dibahasakan secara ringan dan mudah
dipahami. Dalam konteks berita yang disajikan, pers harus mampu
mengartikulasikan pesan dari nara sumber berita menjadi informasi yang
dapat dicerna –jika mungkin—dilaksanakan oleh masyarakat awam
sekalipun. Itulah pokok peran bahasa ragam jurnalistik yang patut
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
30
dipegang sebagai acuan bagi kalangan jurnalistik maupun editor dalam
menjalankan tugasnya.
Secara tampilan kalimat jurnalistik yang tertuang dalam berita harus
memenuhi beberapa syarat, diantaranya:
a. menggunakan kalimat-kalimat yang mengalir dari awal hingga akhir
berita
b. menggunakan kata-kata populer yang akrab di telinga masyarakat
c. tidak menggunakan susunan kata yang kaku formal hingga sulit
dicerna
d. menggunakan kata-kata yang pas sesuai dengan suasana dan isi
pesan
e. memilih dan meletakkan kata atau frase/klausa dengan tepat
Untuk memperjelas kalimat jurnalistik yang membutuhkan
penyuntingan, berikut disajikan berita yang disusun tidak secara
jurnalistikdan berpotensi membingungkan pembaca.
Ada bus tabrakan dengan mikrolet, dan sopir mikroletnya luka parah.
Entah, sopir mikrolet itu dibawa ke mana. Tidak ada polisi yang datang.
Banyak orang lihat di by pass.
Contoh di atas menunjukkan bahasa berita yang ruwet, tidak teratur
susunannya, kalimat yang digunakan sembarangan-layaknya komunikasi
lisan. Kejanggalan berita tersebut juga dapat diuji melalui tidak
terdapatnya informasi mengenai kapan terjadinya?, di mana terjadinya?,
siapa?, mengapa?, bagaimana?. Padahal sebagai berita seharusnya
cerita ‗tabrakan‘‘ itu ditulis sejelas mungkin, runtut, dan gamblang.
Bandingkan jika berita itu ditulis seperti berikut ini.
Sebuah bus menabrak mikrolet di by pass, dekat kantor telkom kemarin
sekitar pukul 10.00. Supir mikrolet luka parah dan kini dirawat di RS UKI
Cawang. Sebelum korban dibawa ke RS, banyak orang yang menolong
dan kemudian polisi datang mengusut tabrakan itu. Supir bus melarikan
diri dan sampai berita ini ditulis belum ditemukan.
Selain itu, kalimat jurnalistik juga dapat dibuat secara lebih variatif
yang terkesan ‗bebas‘‘, tidak terikat secara ketat dengan susunan SPOK
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
31
(Subjek-Predikat-Objek-Keterangan). Hal ini perlu menjadi perhatian bagi
editor dalam menyunting setiap teks/tulisan jurnalistik. Sebagai contoh
bandingkan kedua berita di bawah ini.
* Mengakui Maria kurang baik permainannya ketika melawan pemain
China di Istora kemarin, Ivana Lie sebagai pelatih tunggal putri
merasa puas atas penampilan Silvi dan Firda.
* Ivana Lie yang menjadi pelatih tunggal putri mengakui Maria kurang
baik permainannya melawan pemain China di Istora kemarin, tatapi ia
merasa puas atas penampilan Silvi dan Firda.
B. Penyuntingan Jurnalistik
Jurnalistik dalam segala bentuknya, khususnya media cetak
merupakan suatu kebutuhan primer bagi masyarakat modern. Apabila
satu hari saja tidak membaca surat kabar, kita seolah-olah ketinggalan
berita, baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam konteks berita di
surat kabar inilah, perhatian terhadap aspek penyuntingan berita, baik
dari segi isi maupun judul berita perlu dilakukan.
Sebelum membahas penyuntingan jurnalistik, perlu diketahui
terlebih dulu bahwa ditinjau dari cara timbulnya berita di surat kabar bisa
terdiri dari beberapa macam, yaitu a) berita fakta sebenarnya, b) berita
palsu/bohong, c) berita khayal, dan d) berita samar-samar. Pada
dasarnya, cara timbulnya berita ini dapat menjadi catatan perhatian bagi
editor sebelum melakukan aktivitas penyuntingan berita. Dengan begitu,
obyektivitas pemberitaan tetap terpelihara.
Layaknya di bidang lain, penyuntingan jurnalistik atau surat kabar
juga tetap mengacu pada prinsip-prinsip penyuntingan yang berlaku.
Secara khusus, langkah-langkah aktivitas penyuntingan media cetak
perlu difokuskan pada hal-hal berikut:
1. Kenalilah kesalahan umum yang lazim terjadi pada naskah cetak
untuk memperbaiki dan memiliki pengalaman dalam temuan
kesalahan itu.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
32
2. Gunakanlah buku petunjuk standard penyuntingan naskah cetak yang
berlaku bagi suatu institusi atau standard bahasa Indonesia.
3. Pahamilah mind-set penyuntingan naskah cetak secara profesional
dan sesuai dengan tujuan pemberitaan.
4. Ketahuilah standard tanda korektor dan upayakn terampil
menggunakannya.
5. Pahamilah terminologi yang berlaku dalam industri media massa,
khususnya tentang disain halaman, tata letak, dan tipografi.
6. Ketahuilahperbedaan aktivitas penyuntingan pada sistem elektronik
(komputer) dan secara tertulis (naskah).
7. Pahamilah mekanisme penyajian berita utama dan teks isi berita.
8. Ketahuilah fungsi penytuntingan berita dan pentingnya konsistensi
gaya penyuntingan.
Dalam melakukan aktivitas penyuntingan jurnalistik, seorang editor
juga perlu memahami perbedaan yang jelas dalam proses pembuatan
berita untuk mengklasifikasikan naskah berita yang dibuat
reporter/wartawan dalam bentuk naskah berita pertama atau telah
menjadi naskah berita ―jadi‖ yang akan mengisi pemberitaan. Patut
diketahui pula, aktivitas penyuntingan media cetak dalam bentuk
koran/surat kabar harian, tabloid, dan majalah pada dasarnya memiliki
perbedaan ciri dan proses penyuntingan yang dilakukan. Hal ini akan
menentukan pula fokus penyuntingannya.
Seorang editor di redaksi media cetak perlu memfokuskan aktiivitas
penyuntingannya pada beberapa aspek yang terkait langsung dengan
naskah/teks berita antara lain:
a. pengetikan
b. pemakaian tanda baca
c. kosa kata dan tata kalimat
d. pilihan kata
e. konsistensi dan gaya penulisan
f. pengecekan data/fakta
g. nara sumber tulisan reporter/wartawan
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
33
Aktivitas penyuntingan jurnalistik juga perlu memahami
keterampilan lain yang lazim dilakukan dalam industri media cetak
khususnya untuk menyesuaikan dengan standard penulisan maupun
percetakan media tertentu. Hal-hal lazim yang berlaku di suatu
perusahaan media cetak adalah sebabagi berikut:
bagaimana menuliskan judul berita dan sub judul berita ?
bagaimana menuliskan caption atau berita foto
tipe huruf, akses berita, simbol tipografi khsusu
syarat pencetakan (besar huruf, jenis huruf)
sambungan berita, komposisi halaman
terminologi lain seperti kutipan, editing teks.
Di samping itu, untuk memperluas bahasan dan diskusi mengenai
aktivitas penyuntingan jurnalisitik perlu diperhatikan pula hal-hal sebagai
berikut:
- Proses penyuntingan secara elektronik dengan menggunakan
komputer, misalnya tampilan hasil editing di monitor, pengkodean
tipografi dan tata letak.
- Masalah pengetikan dan ejaan, misalnya terkait dengan salah ketik,
salah ejaan, kaidah ejaan dan tanda baca.
- Kosa kata yang berkaitan dengan subjek kata kerja, pengulangan
kata/kalimat, dan modifikasi penempatan.
- Masalah sintaksis dan struktur kalimat, misalnya metafora, judul
yang kurang pas, dan struktur yang tidak jelas.
- Gaya tulisan, berkaitan dengan buku pedoman tulis-menulis dan gaya
bahasa yang disepakati.
- Konsistensi kata dan cek fakta yang dimuat, misalnya cara mengecek
fakta, keseimbangan kualitas tulisan, bahan bagi editor, dan referensi.
- Fungsi editor di media cetak, misalnya tugas dan fungsi, jadwal
penerbitan, status fungsi, peningkatan diri, dan sikap hasil editing.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
34
Delapan
Kalimat Efektif
Teks atau naskah adalah obyek penyuntingan. Editor bekerja untuk
memperbaiki teks/naskah agar menjadi mudah dipahami dan menarik.
Teks/naskah atau disebut wacana pada dasarnya dibangun dari
berbagai paragraf. Sedangkan paragraf dibangun dari berbagai kalimat.
Untuk itu, salah satu keterampilan yang penting dimiliki seorang editor
adalah penguasaan kalimat efektif.
Kalimat adalah obyek yang paling dekat bagi seorang editor atau
paling dekat dalam kegiatan penyuntingan. Biasanya kegiatan
penyuntingan berfokus pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam
teks/naskah, yang kemudian dapat berkembang ke tingkat paragraf atau
ke tingkat kata. Penyuntingan di tingkat kalimat pada saat ini lebih lazim
digunakan karena struktur bahasa Indonesia yang lebih menekankan
kebermaknaan bahasa pada efektivitas kalimat.
Dalam praktiknya, setiap gagasan dalam bentuk teks/naskah pasti
dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat. Kalimat yang baik adalah
kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal. Kalimat harus disusun
berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, diantaranya: a) unsur-unsur
penting yang harus dimiliki setiap kalimat, b) aturan-aturan tentang Ejaan
Yang Disempurnakan, dan c) cara memilih kata (diksi) dalam kalimat.
Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan
sebuah kalimat. Sebuah kalimat harus memiliki paling kurang Subyek
dan Predikat. Kalimat yang lengkap harus ditulis sesuai EYD dengan
kata yang tepat. Dengan begitu, kalimat menjadi jelas maknanya dan
mudah dipahami orang lain secara tepat. Itulah kalimat efektif. Kalimat
efektif adalah kalimat yang mampu menimbulkan pesan/gagasan di
pikiran pembaca sama persis dengan di pikiran penulisnya.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
35
Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca
seperti yang diharapkan oleh penulis, perlu diperhatikan beberapa hal
yang menjadi ciri-ciri kalimat efektif, yaitu:
1. Kesepadanan dan Kesatuan
Kalimat yang efektif harus memiliki struktur yang baik. Kalimat
harus mempunyai subjek dan predikat atau bisa ditambah objek,
keterangan dan unsur lainnya sehingga melahirkan keterpaduan arti.
Kalimat harus memuat keseimbangan antara pikiran/gagasan dengan
bahasa yang digunakan. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh
kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan yang
merupakan kesatuan pikiran.
Contoh kalimat yang efektif :
Ibu menata ruang tamu tadi pagi
Bandingkan jika strukturnya diubah menjadi:
Menata kemarin ibu ruang tamu atau Ruang tamu ibu menata
kemarin
Berkaitan dengan kesepadanan dan kesatuan teks/naskah,
untuk dapat mencapai efektivitas penyuntingan maka juga perlu
diperhatikan aspek-aspek yang berhubungan dengan a) kejelasan
posisi subjek dan predikat, b) kata penghubung intrakalimat dan
antarkalimat, c) gagasan pokok, d) penggunaan kata gabung dan
partikel, dan e) hubungan akibat dan tujuan.
2. Kesejajaran bentuk
Kesejajaran bentuk atau pararelisme dalam kalimat adalah
penggunaan bentuk-bentuk (konstruksi) bahasa yang sama, yang
konsisten penggunaannya. Jika gagasan dinyatakan dalam bentuk
frase, maka gagasan lain pun dinyatakan dalam bentuk frase. Atau
jika kalimat dibuat dengan kata benda (pe-an, ke-an) maka gagasan
lain pun dinyatakan dengan kata benda pula. Kesejajaran dalam
kalimat atau penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama untuk
menyatakan gagasan yang sederajat akan mendukung keefektifan
kalimat.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
36
Contoh:
- Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang
paling mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahan dan
pengobatannya tak ada yang tahu.
- Setelah dipatenkan, diproduksikan, dan dipasarkan masih ada lagi
sumber pengacauan berupa peniruan, baik yang langsung
maupun tidak langsung.
3. Penekanan
Setiap kalimat pasti hanya memilki satu gagasn pokok. Gagasan
pokok atau inti pikiran ini biasanya ingin lebih ditekankan oleh penulis.
Penekanan pada bagian kalimat dimaksudkaan untuk mempermudah
memahami makna. Dengan demikian, pada setiap kalimat terdapat
bagian yang menjadi inti pikiran untuk ditonjolkan.
Bandingkan penekanan dalam kalimat di bawah ini:
- Salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina
adalah rasio yang timpang antara jumlah pegawai dengan
produksi minyak.
- Rasio yang timpang antara jumlah pegawai dengan produksi
minyak adalah salah satu indikator yang menunjukkan tidak
efisennya Pertamina.
Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberi penekanan dalam
kalimat, diantaranya melalui a) posisi dalam kalimat (di depan), b)
urutan logis (seperti rincian), dan 3) pengulangan kata.
4. Kehematan kata
Unsur lain yang penting dalam pembentukan kalimat yang efektif
adalah kehematan kata. Kehematan ini menyangkut aspek gramatikal
dan makna kata. Akan tetapi, kehematan juga bukan berarti
menghilangkan/membuang kata-kata yang dapat mengaburkan
makna.
Contoh:
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
37
- Menteri itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu
dengan para pengusaha. (Menteri itu segera mengubah rencana
setelah bertemu dengan para pengusaha).
Unsur-unsur penghematan kata yang patut mendapat perhatian
dalam kegiatan penyuntingan antara lain a) pengulangan subjek
kalimat, b) hiponim (bawahan makna kata) seperti bulan Desember,
dan c) pemakaian kata ―dari‖ dan ―daripada‖.
5. Kevariasian struktur kalimat
Teks atau naskah hendaknya berusaha menghindari kebosanan,
monotonitas, dan keletihan pembaca. Oleh karena itu, teks atau
naskah harus disusun dengan struktur kalimat yang variatif. Teks
seharusnya merupakan komposisi kata yang dapat memikat dan
mengikat pembaca untuk terus membaca hingga selesai.
Variasi tulisan pada dasarnya dapat dilihat pada struktur kalimat
yang digunakan. Kalimat panjang dan dan kalimat pendek, subjek di
depan atau di belakang adalah bentuk variasi kalimat. Tulisan yang
menggunakan pola serta bentuk kalimat yang sama akan membuat
suasana menjadi kaku dan monoton. Dengan begitu, membaca
menjadi kegiatan yang membosankan. Maka pola, bentuk, dan jenis
kalimat yang bervariasi diperlukan dalam tulisan, tentu harus dari
keseluruhan tulisan.
Contoh:
- Orang memang bisa ketagihan mencari uang. (S di awal)
- Turun perlahan-lahan dia dari pesawat itu. (P di awal)
- Barangkali anak-anak itu tidak diperhatikan orang tuanya. (KM)
- Menurut pada ahli bedah, sulit didiagnosa penyakit itu. (F di awal)
Variasi ini juga bisa dilakukan dengan memvariasikan panjang
pendek kalimat, pemakaian jenis kalimat, pemakaian kalimat aktif dan
pasif, atau kalimat langsung dan tidak langsung.
* Diskusi
- Diskusikanlah bersama kelompok Anda tentang ―TATA LETAK &
TIPOGRAFI‖ pada surat kabar Kompas, Seputar Indonesia,
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
38
Poskota, dan Lampu Hijau. Buatlah perbandingan tata letak surat
kabar tersebut!
- Buatlah Laporan Diskusi kelompok Anda !
Sembilan
Latihan Penyuntingan
Lakukankan proses penyuntingan atau editing untuk teks di bawah ini:
Latihan 1
Berikut ulasan lebih jelasnya mengenai contoh teks pidato yang bisa kami
berikan.
Assalamu'alikum Wr. Wb
Yang terhormat kepada Bapak Kepala Sekolah, beserta dewan guru yang
saya hormati, tidak lupa pula kepada teman-teman semuanya yang saya
cintai. Untuk mengawali pertemuan kita pada siang hari ini marilah kita
berikan rasa syukur kita kepada Allah SWT, yang mana telah memberikan
kita kesempatan bisa berkumpul di aula Masjid yang semoga diberikan
rahmat leh Allah SWT. Untuk itu dalam rangka menyambut tahun ajaran
baru tahun pelajaran 2012-2013 mudah-mudahan acara ini dapat lancar
tanpa adanya halangan sedikit pun.
Untuk kedua kalinya tidak lupa kita berikan shalawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Karena
beliaulah yang mmebawa misi ajaran agama Islam sampai ke penjuru
peolosk dunia, sehingga kita bisa membedakan mana yang haq dan yang
bathil. Mudah-mudahan kita termasuk umat Nabi Muhammad yang setia
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
39
kepadanya.
Hari ini acaranya adalah penyambuatn tahun ajaran baru antara adik-adik
kelas III, maupun dewan guru. Dan saya mewakili teman-teman kelas III,
mengungkapkan terima kasih sebanyak-banyaknya terhadap bapak-bapak
guru-guru, maupun Ibu guru yang selama tiga tahun mendidik kami dengan
penuh kesabaran, memberikan berbagai macam ilmu yang banyak kelak,
semuanya itu disampaikan tanpa pamrih. Kini kamu tidak bisa membalas
kebaikan bapak guru maupun ibu guru. Hanya teriring do'a semoga Allah
senantiasa membalas jasa-jasa bapak guru yang telah mencurahkan
tenaga, pikiran, dan waktu demi mendidik, dan memajukan anak didiknya.
Segala kebaikan Bapak guru maupun ibu guru dalam menyampaikan
pelajaran masih terkenang, dan teringat, hal ini tidaklah bisa lupa, walaupun
kita sudah melanjutkan ke perguruan tinggi, atau sudah tau nanti.
Hadirin, yang saya hormati. Demikian juga terhadap teman-teman agar
bertambah semangat dala meraih prestasi untuk adik-adik kelas satu dan
dua. Dalam belajar jangan sekali-kali mencontoh kakak-kakakmu yang
malas belajar, akan tetapi contohlah kakak-kakakmu yang semangat
belajarnya, agar adik-adik dalam menempuh pelajaran betul-betul berhasil
dengan baik sesuai dengan harapan kedua orang tua. Adik-adik perlu juga
saya sampapaikan agar budi pekerti yang baik hendaklah diterapkan betul
agar kau menjadi anak-anak yang terkontrol. Kesopanan terhadap siapapun
hendaklah kau terapkan betul, baik terhadap bapak guru, ibu guru, dan tidak
kalah pentingnya terhadap orang tua, itulah yang paling utama anda
lakukan.
Dan yang terakhir kami mohon do'a restu dari bapak-bapak guru, maupun
ibu guru, serta teman-teman yang masih duduk dibangku kelas satu dan
dua. Agar ilmu yang telah kami peroleh selama dibangku sekolah benar-
benar bermanfaat dan bisa amalkan dala kehidupan sehari-hari, mudah-
mudahan kami dalam melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi akan mampu
dalam menerima pelajaran.
Penyuntingan-Syarifudin Yunus
40
Maka demikianlah kata-kata pidato kami dalam acara tahun ajaran baru
2012-2013 yang bisa saya berikan, apabila ada sumur diladang boleh
menumpang mandi, bila ada umur panjang kita bisa bertemu lagi. Kurang
lebihnya kami mohon maaf, karena kekurangan banyak dari diri saya dan
semua kelebihan hanyalah punya Allah semata.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Latihan 2
Ada 41 orang yang dibawa ke rumah sakit, termasuk enam orang yang
meninggal. Di Garut saja setidaknya ada sembilan orang yang meninggal
dunia, namun sebagian tidak melapor dan tidak juga dibawa ke rumah
sakit.