buku penyuntingan syarif for unj

40
1 P P E E N N Y Y U U N N T T I I N N G G A A N N Pengantar SYARIFUDIN YUNUS, M.Pd. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Upload: 992524

Post on 22-Oct-2015

874 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

1

PPEENNYYUUNNTTIINNGGAANN Pengantar

SYARIFUDIN YUNUS, M.Pd.

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Page 2: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

2

Satu

Pengantar Penyuntingan

A. Penyuntingan - Persfektif Berpikir Masa Kini

Penyuntingan atau dalam istilah populer disebut editing merupakan

bagian dari proses komunikasi. Komunikasi saat ini diyakini menjadi

bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang

dapat menghindar dari komunikasi (informasi). Alfin Toffler menyatakan

abad sekarang adalah abad informasi, suatu abad yang menempatkan

informasi sebagai fokus kehidupan akibat kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Komunikasi saat ini tidak hanya dipandang sebagai proses tukar

menukar pikiran/pendapat, tetapi lebih ditekankan sebagai kegiatan

untuk mempengaruhi atau mengubah pendapat dan tingkah orang lain.

Komunikasi adalah proses yang dinamis, tidak statis. Oleh karena itu,

komunikasi akan berlangsung efektif manakala terjadi persamaan

persepsi antara kita dengan orang lain. Carl Hovland menyatakan

komunikasi adalah proses untuk memindahkan rangsangan berupa kata-

kata untuk mengubah tingkah laku orang lain.

Mengacu pada peran penting komunikasi itulah, salah satu disiplin

ilmu yang kemudian berkembang untuk menunjang efektivitas

komunikasi adalah penyuntingan atau editing. Penyuntingan

menitikberatkan pada proses dan keterampilan pokok dalam mencapai

tujuan komunikasi, khususnya dalam bentuk komunikasi tertulis.

Penyuntingan berhubungan dengan aktivitas komunikasi, aktivitas

menulis, dan pada akhirnya berhubungan dengan pemahaman atau

keberterimaan isi/pesan komunikasi yang disampaikan kepada pembaca.

Ada beberapa alasan yang mendasari kegiatan penyuntingan,

diantaranya a) alat komunikasi primer bagi manusia berupa bahasa, b)

peradaban masyarakat informasi masa kini yang tumbuh cepat, c)

berkembangnya era informasi tanpa batas (internet), d) aktivitas

kehidupan setiap manusia yang bermuatan 75% untuk komunikasi, dan

e) upaya mencapai efektivitas komunikasi. Atas dasar itu pula,

Page 3: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

3

penyuntingan merupakan salah satu aspek keterampilan yang harus

dikuasai. Apalagi bagi para pengguna bahasa, khususnya mahasiswa

program studi bahasa dan sastra Indonesia.

Lebih dari itu, penyunting atau editor di era sekarang juga telah

menjadi profesi yang mandiri. Profesi editor saat ini telah tumbuh seperti

profesi lainnya. Editor kini telah menjadi profesi yang dapat diandalkan.

Di era informasi/komunikasi global seperti sekarang, fungsi penyuntingan

telah menjadi kebutuhan. Penyuntingan tak hanya bergulat dengan

teks/naskah, tetapi juga bermuatan keterampilan untuk menjadikan isi

teks/naskah menjadi menarik. Berbagai bidang profesi yang ada saat ini,

seperti bidang jurnalistik/ media massa, bidang industri televisi (sinetron),

bidang desain grafis, bidang penerbitan adalah contoh-contoh bidang-

bidang profesi yang membutuhkan penyuntingan/editing.

Di sisi lain, penyuntingan juga menjadi bagian penting dalam

aktivitas menulis. Tulisan yang dibuat tanpa proses penyuntingan

biasanya memiliki kadar kualitas tulisan rendah, baik secara teknis

maupun penyampaian pesan. Tulisan tersebut menjadi tidak efektif.

Untuk keperluan itulah, penyuntingan mengambil peran untuk menunjang

kegiatan menulis yang terus mengalami perkembangan dari tahun ke

tahun. Penyuntingan atau editing diperlukan baik sebagai proses

maupun keterampilan. Untuk lebih jelasnya, kita dapat memperhatikan

alur diagram berikut ini.

-Peradaban Masy. Informasi

-Informasi tanpa batas (internet)

-75% waktu untuk komunikasi

-Komunikasi primer – bahasa

-Efektifitas komunikasi (editing)

Aktivitas MENULIS

Tujuan: - menginformasikan

- membujuk - mendidik

- menghibur

Langkah-Langkah Menulis - Berpikir Logis & Sistematis (IKU-DUK)

- Menentukan tema - Menyusun kerangka tulisan

- Menentukan lead pendahuluan - Membangun tubuh tulisan

- Mengakhiri tulisan

JJAANNGGAANN

PPUUAASS

SSEEKKAALLII

TTUULLIISS

EEDDIITTIINNGG

PPrroosseess aakkhhiirr

sseebbeelluumm

nnaasskkaahh//ttuulliissaann

ddiippuubblliikkaassiikkaann

Page 4: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

4

Berdasarkan alur diagram di atas, maka tampak jelas penyuntingan

merupakan proses penting yang harus dilakukan dalam aktivitas

komunikasi tulis maupun kegiatan menulis. Penyuntingan diperlukan

untuk mencapai tujuan komunikasi, disamping sebagai penyesuaian atas

kebutuhan komunikasi yang pas (tepat guna), Penyuntingan juga

sebagai bagian dalam mengoptimalkan kualitas penulisan, termasuk

didalamnya untuk meminimalisasi kesalahan tulis, yang menyangkut

aspek pesan, tata bahasa, ejaan & tanda baca. Dalam pemahaman

sederhana, penyuntingan bisa dikatakan berasal dari kata susun dan

gunting (sunting), yang berarti melakukan penyempurnaan terhadap

kualitas penulisan yang kita hasilkan.

B. Aktivitas menulis bagi mahasiswa

Aktivitas menulis bagi kalangan perguruan tinggi adalah

keterampilan mutlak yang sangat diperlukan. Apalagi bagi mahasiswa

program studi bahasa (Bahasa Indonesia dan bahasa asing),

keterampilan penyuntingan hendaknya menjadi bagian yang inheren

(melekat) dalam penguasaan ilmu secara keseluruhan. Bahkan bisa jadi,

penguasaan terhadap keterampilan penyuntingan yang dimiliki

mahasiswa dapat memberikan nilai tambah tersendiri bagi daya

kompetitif mahasiswa pada saat memasuki dunia kerja.

Namun demikian, sebelum sampai pada tahap melakukan

penyuntingan, keterampilan lain yang juga penting untuk dikuasai

terlebih dulu oleh mahasiswa adalah keterampilan menulis.

Penyuntingan semata-mata dilakukan setelah kita melalui proses menulis

terlebih dulu. Menulis atau naskah tulisan adalah aset yang menjadi

obyek kegiatan penyuntingan. Oleh karena itu, aktivitas menulis bagi

mahasiswa juga perlu mendapat perhatian tersendiri.

Aktivitas menulis bagi mahasiswa pada dasarnya merupakan

kegiatan yang biasa dilakukan. Penyusunan makalah ilmiah, laporan

diskusi kelompok, hingga penulisan skripsi di akhir penyelesaian studi

merupakan bentuk aktivitas menulis konkret yang sering dilakukan

mahasiswa. Hampir semua mata kuliah yang diikuti mahasiswa menuntut

keterampilan menulis. Dengan menulis mahasiswa tidak saja dapat

Page 5: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

5

menuangkan gagasan/pikiran yang dapat dipahami orang lain, tetapi

juga dapat menjadi proses penting bagi mahasiswa dalam melakukan

penalaran secara sistematis dan obyektif.

Menulis merupakan keterampilan yang kompleks, yang melibatkan

semua unsur pengetahuan dan keterampilan teknis. Sabarti Akhadiah,

dkk. (1988) menyatakan bahwa aktivitas menulis bagi mahasiswa

haruslah memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya tulisan yang

bermakna, jelas dan lugas, memiliki koherensi (kesatuan yang bulat),

singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan.

Namun masalahnya kini, justru menulis merupakan aktivitas yang

sering menjadi ―momok‖ bagi mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa yang

terkendala dalam menulis, merasa sulit dalam menuangkan

gagasan/pikirannya. Dalam pengamatan dan kenyataan yang ada,

keterampilan menulis bagi mahasiswa saat ini bisa dikatakan “jauh

panggang dari api”. Artinya, keterampilan menulis yang dimiliki

mahasiswa saat ini tergolong kurang memadai. Tidak sedikit mahasiswa

yang sulit membuat/menghasilkan karya ilmiah, sekalipun setelah selesai

kuliah.

Untuk itu, aktivitas menulis bagi mahasiswa perlu mendapat

perhatian yang lebih optimal. Menulis bagi mahasiswa seharusnya

menjadi perhatian utama, jika perlu porsinya ditambah pada tingkat

aplikatif. Menulis adalah keterampilan yang dapat dipelajari. Menulis bisa

menjadi bisa karena biasa. Menulis seharusnya tak lagi terbatas pada

proses pembelajaran teoritik tetapi membutuhkan latihan, latihan dan

latihan. Kini, mulailah untuk menulis, tulislah apa yang Anda tertarik

untuk menuliskannya …. !

C. Penyuntingan bagian dari proses penulisan

Hal penting yang perlu disepakati bersama adalah aktivitas menulis

merupakan suatu proses. Dalam menulis, seseorang harus mengikuti

tahapan yang terjadi dalam aktivitas menulis, dari mulai merencanakan

tulisan, melakukan penulisan, hingga me-revisi tulisan. McCrimmon

(1957) menyatakan penulisan hendaknya dilakukan melalui tiga tahapan,

Page 6: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

6

yaitu 1) tahap prapenulisan, 2) tahap penulisan, dan 3) tahap revisi

tulisan.

Prapenulisan Penulisan Revisi tulisan

Menentukan topik,

menentukan tujuan,

memilih bahan

Menyusun kalimat dan

paragraf, memilih kata,

mengembangkan teknik

penulisan

Membaca ulang,

memperbaiki tulisan

Mengacu pada tahapan proses penulisan di atas, maka dapat

diinterpretasikan bahwa penyuntingan merupakan bagian yang terdapat

dalam tahap revisi tulisan. Upaya untuk membaca ulang tulisan dan

memperbaiki tulisan merupakan proses untuk melakukan

penyempurnaan terhadap suatu tulisan. Dengan demikian, maka

penyuntingan merupakan proses mutlak yang harus dilalui dalam

aktivitas penulisan. Tulisan yang dipublikasikan atau diterbitkan tanpa

melalui proses revisi atau penyuntingan maka dimungkinkan tidak efektif.

Dengan kata lain, tulisan tanpa penyuntingan dapat berakibat tidak

tercapainya tujuan komunikasi.

Dua

Hakikat & Tujuan Penyuntingan

A. Pengertian Penyuntingan

Penyuntingan atau editing benar-benar menjadi bagian dari proses

penulisan. Penulis (author) seharusnya tidak membiarkan naskah/teks

dipublikasikan apabila belum melalui tahap editing/penyuntingan (editor).

Tulisan yang enak dibaca dan terhindar dari kesalahan (baik isi pesan

Page 7: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

7

maupun tata bahasa) merupakan target dari penyuntingan. Dengan

begitu, pembaca menjadi mudah memahami isi tulisan yang kita buat.

Penyuntingan adalah suatu proses untuk menyiapkan tulisan,

termasuk karya sastra sebelum penerbitan atau presentasi kepada

publik.

Penyuntingan adalah keterampilan untuk mengubah,

menyesuaikan, atau menyempurnakan suatu teks/naskah sesuai dengan

standar untuk mencapai tujuan komunikasi.

Batasan tentang penyuntingan di atas menegaskan bahwa kata

kunci terpenting dari proses penyuntingan adalah penyempurnaan

teks/naskah, ditempuh sebelum publikasi/terbit, dan untuk mencapai

tujuan komunikasi. Penyuntingan berisi kegiatan untuk

menyempurnakan suatu teks/naskah, yang dilakukan sebelum diterbitkan

atau dipublikasikan untuk mencapai tujuan komunikasi.

Suatu bakat menulis memang tidak perlu sama dengan bakat

menyunting/meng-edit dan sebaliknya. Akan tetapi, hanya sedikit orang

memiliki ketekunan dan fokus untuk melakukan penyempurnaan atau

mungkin koreksi terhadap tulisannya, baik dari segi kata dan kalimat, dari

halaman demi halaman. Di sinilah penyuntingan menjadi aspek yang

penting dalam proses penulisan. Bahkan terkadang, untuk hal ini kita

berani ―membayar mahal‖ seorang editor sekalipun.

B. Tujuan Penyuntingan

Penyuntingan sebagai proses maupun sebagai keterampilan, tentu

memiliki tujuan. Penyuntingan bukanlah aktivitas yang dilakukan dengan

begitu saja. Menyunting adalah mengoreksi kekeliruan yang sering kita

lakukan dalam suatu tulisan. Menyunting berarti memilih fokus untuk

menyediakan pikiran secara otomatis untuk membaca tulisan yang akan

disunting. Dengan menyunting, kita mengecek pengulangan kata yang

terjadi, kesalahan ejaan dan tata bahasa, inkonsistensi, salah logika

yang sering tidak diperhatikan penulis.

Page 8: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

8

Secara sederhana, tujuan penyuntingan atau editing dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Menjadikan tulisan enak dan perlu dibaca

Aktivitas menyunting mampu menjadikan tulisan-tulisan seolah-olah

menjelmakan suasana yang akrab-dialogis antara penulis dan

pembaca. Tulisan semacam ini mampu membangkitkan selera orang

untuk membaca, yang pada akhirnya akan menimbulkan perasaan

―perlu‖ membaca tulisan tersebut.

2. Membuat tulisan lebif bersifat komunikatif

Tulisan yang dilakukan penyuntingan terlebih dulu mampu membuat

tulisan bersifat lebih komunikatif, yang lebih menekankan

pemahaman kepada pembaca sehingga bahasa yang disajikan lebih

sesuai dengan kalangan pembaca. Kata-kata yang digunakan bersifat

lebih popular sehingga lebih mudah dipahami.

3. Mengecek tulisan agar sesuai dengan tujuan komunikasi.

Kesalahan pasti bisa terjadi dalam kegiatan menulis. Melalui

penyuntingan, kita dapat mengecek tulisan yang telah disusun

apakah telah sesuai dengan tujuan yang komunikasi yang ingin

dicapai atau belum? Penyuntingan berupaya memastikan

―ketercapaian‖ efek komunikasi yang diinginkan penulis agar sesuai

dengan tujuan komunikasi.

C. Ihwal menulis karya ilmiah

Penulis, apapun kondisinya haruslah mampu menata tulisan

sedemikian rupa agar pembaca menjadi enak dan perlu membaca.

Dalam karyanya yang sangat inspiratif, K.U.A.S.A.I Lebih Cepat: Buku

Pintar Accelerated Learning (Kaifa, 2003), Colin Rose mengatakan,

"Tulisan bagus biasanya bernada seperti mengobrol. Tentu saja, untuk

beberapa topik, gaya yang lebih formal pasti lebih sesuai--tetapi jangan

salah menganggap bahwa bersikap serius itu sama dengan bersikap

membosankan."

Maka hal pokok dan harus ada dalam tulisan adalah aura untuk

membangkitkan selera membaca orang lain. Orang yang selera

Page 9: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

9

membacanya terbangkitkan, maka tentulah akan semakin bergairah

membaca. Membaca tulisan dengan perasaan senang adalah hal yang

nyaman. Setelah itu, maka kemudian tulisan menjadi perlu untuk dibaca.

Ukuran "perlu" ini bersandarkan pada tiga hal: (1) memenuhi kaidah

penalaran (reasoning), (2) penulis melakukan pemilihan kata (diksi) yang

baik dan akurat, dan (3) memiliki koherensi dan komposisi yang baik

dalam setiap gagasan yang dituangkan.

Inti aktivitas menulis itu sebenarnya adalah menunjukkan "makna".

Atau, tulisan kita akan menjadi sangat efektif apabila ada maknanya dan

bisa dimaknai. Menulis karya ilmiah pada dasarnya adalah cara ilmuwan

berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi yang baik bisa membuat yang

diajak berkomunikasi mengerti apa yang dimaksudkan oleh komunikator.

Sama halnya, penulis yang baik harus bisa membuat pembaca mengerti

apa yang ditulisnya, tanpa arti ganda. Dengan demikian, penulis harus

lebih dahulu memahami apa makna yang akan disampaikan kepada

pembaca sebelum menuangkan gagasannya ke atas kertas. Menulis

adalah kegiatan berpikir selain berkomunikasi.

Lalu, mengapa sedikit sekali buku-buku ilmiah yang menarik

perhatian yang beredar di pasar Indonesia? Mengapa sebagian besar

textbook kita masih menggunakan buku-buku yang ditulis oleh para

sarjana dari Barat? Mengapa dosen-dosen kita tidak mencoba

menyiapkan buku ajarnya sendiri yang menarik dan dapat dikonsumsi

oleh mahasiswanya dari tahun ke tahun? Apakah menulis karya ilmiah itu

sulit? Apakah menulis buku ilmiah itu tidak laku di pasaran?

Apa sebenarnya yang terjadi dengan budaya menulis-ilmiah di

kalangan para terpelajar kita. Setiap tahun ada ribuan skripsi, tesis,

disertasi yang dimunculkan. Ada juga banyak makalah, laporan ilmiah,

artikel-artikel berbobot, yang terus mengalir. Namun, mengapa gairah

menerbitkan buku ilmiah yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas

seperti tidak muncul? Kondisi itu semua tentu menjadi tantangan.

Dengan kemampuan menulis yang telah dimiliki, keterampilan

penyuntingan yang dipelajari maka kita berupaya untuk dapat

menghasilkan karya ilmiah/tulisan yang bisa dipublikasikan sehingga

dapat dibaca orang lain.

Page 10: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

10

Kini tentunya, kita perlu mengubah keadaan yang melanda dunia

kampus kita ? ……. Tentu untuk lebih produktif dalam menulis, termasuk

membuat tulisan yang telah melalui proses penyuntingan.

Tiga

Proses Penyuntingan

A. Cara penyuntingan

Menghasilkan teks atau naskah yang bersih, tanpa ada kesalahan

bukanlah hal yang mudah. Bahkan, lembaga penerbitan profesional yang

dikenal hati-hati sekalipun tidak luput dari sesekali kesalahan ketik yang

terjadi. Namun kebanyakan pembaca memahaminya dan tidak terlalu

terganggu dengan masalah tersebut. Akan tetapi jika kesalahan itu

sering terjadi, maka harus ada upaya untuk mengatasinya. Karena jika

tidak, hal ini dapat mengakibatkan komunikasi terganggu.

Untuk dapat mengedit dengan baik, hal yang dapat membantu

adalah dengan memahami dasar-dasar tata bahasa dan mekanisme.

Tetapi hal yang paling penting adalah praktik mengedit. Dalam hal ini kita

perlu hati-hati dan memberi perhatian ke aspek detail. Berikut ini adalah

cara-cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan editing

kita:

1. Ketahuilah apa yang akan diedit. Apakah jenis kesalahan yang

sering terjadi? Ataukah masalah subyek dan kata kerja? Tentukanlah

pola kesalahan yang terjadi dan fokus pada perbaikan kesalahan

yang lebih besar dan sering, kemudian pada bentuk kesalahan

lainnya.

2. Mengedit-lah teks/naskah yang tercetak. Jika sedang menulis di

komputer, kita dapat memeriksa kesalahan cetak/ketik yang terjadi

Page 11: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

11

dengan cepat (spell-check). Kemudian cetaklah teks untuk

pengoreksian yang teliti, yang mungkin kita luput sebelumnya.

3. Mengedit-lah dengan aktif. Alat tulis hendaknya digunakan untuk

mengecek teks/nasakah. Pensil/pena benar-benar menyentuh setiap

kata dalam teks. Lihatlah pada kata bagian akhir. Apakah kata kerja

dan subyek sudah benar? Bagaimana dengan kata ganti?

4. Upayakan mengedit dengan mitra pendengar. Bacalah teks

dengan suara keras dan perlahan, apakah mitra kita mengerti teks

tersebut. Biarkan mitra kita menyetop kapan saja saat merasa tidak

memahami. Diskusikan tanda baca atau pilihan kata yang masih

ragu.

Cara-cara di atas terkesan membosankan, tetapi sungguh memberi

keuntungan yang besar. Ingat, teks yang disusun dengan baik maka

akan memberi kesan yang baik pula. Kita harus peduli pada tulisan yang

kita buat dulu dan kemudian pembaca juga akan peduli atas tulisan kita.

B. Fokus kegiatan penyuntingan

Di samping menempuh cara-cara sebagaimana di atas, proses

penyuntingan atau editing dapat berjalan optimal manakala kita sebagai

penulis/editor memperhatikan fokus-fokus yang perlu diperhatikan dalam

aktivitas penyuntingan, antara lain:

a) Mengoreksi teks. Berikan penekanan pada kesalahan ketik yang

terjadi di dalam teks. Koreksi pada tingkat ini juga dapat membuat

teks tulisan lebih ditingkatkan agar menjadi lebih menarik untuk

dibaca oleh orang lain.

b) Mengecek aspek kata, kalimat dan istilah. Dalam hal ini dilakukan

pengecekan akan logika bahasa yang terbentuk dari pemakaian

kata/kalimat dan mengecek repetisi atau pengulangan kata/kalaimat

yang tidak perlu.

c) Memperhatikan pilihan kata dan gaya bahasa. Kata-kata yang

digunakan hendaknya lugas dan tegas sehingga mudah dipahami

dengan gaya bahasa sederhana.

Page 12: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

12

d) Menghindari kata/makna konotatif. Pemakaian kata/makna konotatif

akan dapat mengaburkan makna yang ingin dicapai. Hal ini harus

dihindari agar tidak terjadi ambiguitas (makna ganda).

e) Orientasi pada bahasa populer. Bahasa popular adalah bahasa yang

lazim dipakai orang banyak, mudah dipahami dan biasanya singkat

saja-tidak berbelit-belit.

C. Aspek Penting dalam Editing

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses editing,

yaitu:

1. Konsentrasi

Konsentrasi diperlukan saat mengoreksi teks/naskah. Kita cenderung

melewatkan perhatian terhadap kekeliruan yang terjadi. Pikiran kita

secara otomatis seharusnya melekat pada pikiran yang terdapat

dalam suatu teks/naskah. Mengapa ? Karena penulis biasanya terlalu

dekat dengan sasaran. Karenanya, seorang editor berupaya untuk

dapat mengenali pengulangan, inkonsistensi, salah logika, dan

masalah lain yang ada dalam teks/naskah, yang sering dilewatkan

oleh penulis.

2. Membaca

Dengan membaca, kita akan dapat mengecek dan mengoreksi

teks/naskah dari segi:

- tanda baca

- penulisan/pengetikan

- struktur kalimat

- subjek dan kata kerja

- kejelasan

- sudut pandang

- pengulangan

- inkonsistensi

- dialog

- format

- alur pikiran.

Page 13: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

13

C. Simbol Koreksi dalam Editing

Untuk mengoptimalkan proses editing, perlu pula diketahui dan

dipahami penggunaan simbol koreksi. Simbol koreksi berguna untuk

memudahkan seorang editor dalam menentukan bagian teks/naskah

yang di-edit, termasuk penanda jenis simbol koreksi yang memiliki arti

tersendiri dalam kegiatan penyuntingan.

Penggunaan simbol koreksi ini terdiri dari dua bagian:

1. Simbol koreksi manual

Sistem simbol koreksi yang digunakan untuk keperluan kegiatan

penyuntingan yang bersifat manual atau digunakan pada teks/naskah

berbentuk lembaran/kertas/buku. Setiap simbol koreksi memiliki arti

tersendiri yang membantu editor dalam melakukan penyuntingan.

Simbol koreksi dapat dilihat pada halaman terlampir.

2. Kode koreksi warna

Dalam proses editing komputer, kita juga dapat menggunakan “two

color-coded” untuk setiap kata yang di-edit (hasil editing pertama dan

editing kedua), yang akhirnya kita mendapatkan versi "clean" dengan

keseluruhan perubahan hasil editing.

Contoh Simbol Koreksi Penyuntingan

Tanda penunjuk bagian yang perlu

dikoreksi (diedit), digunakan pada

pinggir kertas pada setiap titik yang

perlu di-edit

Buang atau hapus kata atau tanda baca

tersebut

- Tadi padi.;

- Tadi ini pagi

Pertukarkan tempatnya. Misalnya;

apa perbedaan novel ciri dan roman?

Sisipkan kata/huruh atau tanda baca.

- Pengajaran sastra dimulai

harus

Pisahkan atau renggangkan

penulisannya hariini

Sambungkan/rapatkan penulisannya

ce lah, di pandu

Dirapatkan penulisan untuk satu kata

- Kamu harus b e r k o r b a n

Koreksi yang tidak jadi

- Saat itu saya tidak masuk

Pakai hurup tebal (bold)

Dilarang merokok di toilet

Ditulis dengan huruf kursif (miring)

- Buku Azab dan Sengsara

Pakai huruf kecil (tidak kapital)

Dalam ROMAN terdapat karakter

Jangan dijadikan baris/alinea baru

Hari ini dia tidak masuk.

Page 14: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

14

Maka tak bisa ikut ujian.

Tidak perlu pakai spasi/alinea

Pada hari itu ia tidak datang

dikarenakan sakit.

Tarik ke kiri atau ke kanan

Kita harus berkorban

Latihan menggunakan simbol koreksi:

Huru- hara diudnia mamahasiswa Indonesiaa tahun pada 1997 telah dipicu,

oleh ketidak-puasan mahsiswa atas kepemimpinan PRESIDEN ka la itu.

Mereka ingin menegakan demokrasi, seperti terdapat

dalam buku Demokrasi Modern.

Hasilnya, presiden suharto jatuh dan mengundurkan diri sebagai presiden.

Di era tersebut Indonesoia telah memulai baru momentum dari belenggu

otokrasi. Ba bab baru bangsa Indonesia telah di mulai dan kita mengenanya

sebagai era reformasi.

Empat

Tahapan Dalam Penyuntingan

Penyuntingan sebagai proses, tentu menghendaki setiap editor atau

orang melakukan editing untuk memperhatikan tahapan-tahapan yang

ditempuh dalam penyuntingan. Tahapan ini diperlukan untuk membantu

tercapainya hasil editing yang berkualitas, yang sesuai dengan tujuan

penyempurnaan teks/naskah.

Adapun tahapan dalam editing adalah:

a) Membaca tulisan dengan baik dan berupaya untuk memahami teks

b) Mengecek koherensi (keterpaduan) isi setiap paragraf

c) Mencermati pemakaian kalimat, baik segi kualitatif maupun kuantitatif

d) Memperhatikan pola kalimat agar tidak monoton

Page 15: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

15

e) Mengecek panjang pendek kalimat sehingga tidak membosankan,

kalimat bersifat sederhana

f) Melihat ketepatan susunan kata sehingga tidak membingungkan

g) Memeriksa kesalahan kalimat, kata, tanda baca, huruf kapital, dan

ejaan lainnya.

Untuk dapat menguji kemampuan kita dalam menerapkan tahapan-

tahapan editing tersebut, tentu saja kita diharapkan banyak melakukan

latihan. Ingat pepatah, ala bisa karena biasa. Begitu pula halnya dengan

editing, kemampuan melakukan penyuntingan yang optimal akan terjadi

dalam diri seseorang apabila proses dan tahapan dalam editing

dilakukan dengan sungguh-sungguh. Editor yang profesional, dimanapun

ia berada, telah memulainya dengan latihan-latihan, dengan menerapkan

proses dan tahapan editing secara konsisten.

Bagaimana cara melatihnya ? Kita dapat menempuh latihan dengan

cara yang mudah, misalnya dengan:

- pilih dan bacalah satu tulisan/bacaan

- perhatikan apakah aspek-aspek tahapan di atas telah terpenuhi atau

belum di dalam tulisan?

- kita juga bisa membuat tulisan/karangan (misalnya 4-5 paragraf),

kemudian dapat uji dengan terpenuhi atau tidaknya tahapan di atas

dalam tulisan kita ?

Dalam editing, tampaknya latihan memang harus mendapat

prioritas untuk meningkatkan kemampuan. Kini, saatnya kita perlu

memulai untuk melatih kemampuan menulis sekaligus melatih editing ?

Perhatikan contoh-contoh kutipan berikut dan latihlah dengan mengecek

teks sesuai dengan tahapan editing !

1. Di sekolah putra dan putri bangsa dididik. Mereka agar memiliki pengetahuan dan keterampilan. Mereka agar berbudi luhur. Mereka agar sehat jasmani dan rohaninya.

2. Diduga bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama bahasa

dengan penutur yang tinggal 100 orang itu akan punah.

Page 16: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

16

3. Dari proses ini akan melahirkan berbagai perilaku sistem penduduk yang berwujud: jumlah penduduk, ratio ketergantungan, ratio pria/wanita, dan lain sebagainya.

4. Bandara Udara Soekarno Hatta yang dibangun dengan

menggunakan teknik cakar ayam yang belum pernah digunakan di mana pun di duniasebelum ini karena teknik itu memang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini oleh para ahli rekayasa Indonesia yang masih muda-muda dan yang baru saja lulus dari pendidikannya yang mengagumkan.

5. Penjelasan mereka itu saya tidak mengerti

Perhatikan bahasan dan editing terhadap kutipan-kutipan di atas !

1. Kalimat (1) sebenarnya merupakan kalimat tunggal yang dituliskan dalam empat bagian kalimat. Kalimat bagian kedua, ketiga dan keempat bukanlah kalimat sehingga menyebabkan gagasan kalimat menjadi terpenggal, tidak teratur, bahkan terjadi redudansi. Kalimat seharusnya: Di sekolah putra dan putri bangsa dididik agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan, berbudi luhur, dan sehat jasmani serta rohaninya.

2. Kalimat yang digunakan berlebihan, yang sebenarnya dapat dibuat secara lebih hemat dan lugas, menjadi: Diduga bahwa bahasa dengan penutur 100 orang itu akan segera punah.

3. Terjadi kalimat yang rancu sehingga makna kalimat menjadi kacau, seharusnya menjadi: - Dari proses ini dilahirkan berbagai perilaku ………. dst. - Proses ini melahirkan berbagai perilaku ……….. dst.

4. Kalimat ini menunjukkan tidak adanya predikat, padahal dengan menghilangkan kata ‗ýang‘ pada kelompok kata yang dibangun dapat menghasilkan kalimat yang lengkap. Di samping itu agar tidak bertele-tele kalimat tersebut dapat dijadikan dua kalimat pendek. Bandara Udara Soekarno Hatta dibangun dengan menggunakan teknik cakar ayam yang sebelumnya belum pernah digunakan di mana pun di dunia ini. Teknik cakar ayam memang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir oleh para ahli rekayasa Indonesia yang masih muda-muda.

Page 17: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

17

5. Kalimat itu terdapat dua subjek yaitu penjelasan mereka itu dan saya, seharusnya: - Saya tidak mengerti penjelasan mereka itu - Penjelasan mereka itu tidak saya pahami

Untuk lebih memastikan proses editing dilakukan sesuai dengan

tahapan yang benar, kita juga dapat mengajukan beberapa pertanyaan

yang terkait dengan aspek bahasa yang terdapat dalam suatu

teks/naskah, yaitu:

- Apakah setiap kata yang digunakan sudah benar-benar dipahami

maknanya ?

- Apakah masih terdapat kata yang mubazir, kata yang tidak perlu ?

- Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam

paragraf tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambiguaitas) ?

- Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam

paragraf mengungkapkan hubungan antargagasan yang konsisten,

yang tidak saling bertentangan ?

- Apakah setiap kata sudah ditulis dengan tepat dan telah

menggunakan tanda baca yang tepat pula ?

Lima

E d i t o r

A. Apa itu Editor ?

Editor adalah istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang

bertugas melakukan penyuntingan atau editing. Fungsi editor dikenal di

industri media massa, baik media cetak maupun media elektronik,

penerbitan/percetakan, dan bahkan kini hingga dunia desain. Editor

dalam menjalankan tugasnya, bisa menempati fungsi bagian dalam

suatu departemen atau berdiri sendiri sebagai profesi. Editor sebagai

profesi merupakan tenaga spesialis, yang menyaratkan keterampilan

khusus dalam menjalankan tugasnya.

Secara operasional, editor merupakan orang yang bertugas

membaca teks/naskah untuk mengecek dan menyempurnakan

Page 18: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

18

teks/naskah dari kesalahan (tanda baca, ejaan, pengetikan), kata dan

struktur kalimat, inkonsistensi dan pengulangan, kejelasan makna, dan

sebagainya. Editor harus melihat segala sesuatu yang terdapat dalam

teks/naskah secara detail. Artinya, segala sesuatu yang tersurat

(eksplisit) maupun yang tersirat (implisit) dalam suatu naskah merupakan

tugas seorang editor. Terkadang, editor pun bekerja sama dengan

penulis (author) untuk berdiskusi tentang teks/naskah yang ditulis dan

perubahannya (jika diperlukan).

Dalam melakukan tugasnya, ada dua orientasi pokok yang harus

melekat pada seorang editor, yaitu:

1. Orientasi Tekstual

Orientasi tekstual lebih menekankan pada tugas seorang editor dalam

melihat dan mengoreksi aspek-aspek teknis yang terdapat dalam

suatu teks/naskah. Aspek-aspek teknis intinya terletak pada bahasa

yang digunakan dalam teks/naskah tersebut, mencakup tentang

efektif atau tidak efektifnya bahasa yang digunakan. Sebagaimana

yang telah dibahas sebelumnya, indikator orientasi tekstual ini berupa

koreksi di tingkat kesalahan tanda baca dan ejaan, kesalahan

pengetikan, kata dan struktur kalimat, inkonsistensi dan pengulangan,

serta kejelasan makna. Dalam orientasi tekstual, editor harus memiliki

keterampilan teknis editing, disamping membutuhkan effort (usaha)

yang serius demi kesempurnaan teks/naskah.

2. Orientasi NonTekstual

Orientasi nontekstual lebih menekankan pada tugas seorang editor

secara instingtif dalam mencermati ide/gagasan yang terdapat dalam

teks/naskah. Dalam konteks ini, editor dituntut untuk memiliki

kemampuan dalam ―membaca situasi dan efek‖ dari teks/naskah

yang akan dipublikasikan. Apakah perangkat bahasa dan susunan

kalimat yang terdapat dalam teks/naskah secara substansial dapat

memenuhi tujuan penulisan? Apakah pembaca akan dapat

memahami teks/naskah sesuai dengan harapan penulis? Bagaimana

kemungkinan efek yang ditimbulkan akibat teks/naskah tersebut?

Page 19: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

19

Jawaban atas pertanyaan tersebut merupakan indikator orientasi

nontekstual bagi editor dalam menjalankan tugasnya. melihat dan

mengoreksi aspek-aspek teknis yang terdapat dalam. Dalam orientasi

nontekstual, editor harus memiliki keterampilan visioner untuk melihat

aspek yang tersirat dari teks/naskah, disamping melakukan upaya

penyempurnaan teks/naskah jika memang teks/naskah yang ada

kurang memadai. Pada orientasi ini, kreativitas dan kecerdasan

intelektual seorang editor sangat memegang peranan penting.

Mengacu pada dua orientasi pokok tersebut, maka tugas editor

sangatlah berat. Tidak jarang editor menjadi ―pintu terakhir‖ yang

memastikan keberhasilan suatu tulisan atau pesan (teks/naskah). Dalam

analogi yang lebih ekstrim di dunia sales, editor adalah orang yang

menyiapkan produk menjadi semenarik mungkin agar orang membelinya.

Secara mental, seorang editor juga harus realistis, serius, dan terkadang

harus sering tertawa. Hal ini sebagai aspek moral yang diperlukan agar

editor dapat bekerja optimal.

B. Aspek Yang Diperhatikan Editor

Untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal, editor perlu

memperhatikan berbagai aspek pada saat melakukan editing atau

penyuntingan terhadap teks/naskah. Aspek-aspek yang perlu

diperhatikan adalah:

a) membaca teks dengan sebaik-baiknya dan paham,

b) memperhatikan unsur kosakata, kalimat dan makna,

c) kesesuaian terhadap kaidah ejaan & tanda baca yang berlaku,

d) berorientasi pada aspek komunikatif,

e) gaya bahasa yang digunakan,

f) teknik editing yang akan dipakai (berdasar kata, baris, atau paragraf)

g) menggunakan simbol koreksi,

h) membaca kembali hasil edit-an.

Page 20: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

20

Enam

Struktur Tulisan

Struktur tulisan merupakan salah satu aspek yang penting untuk

diperhatikan dalam melakukan penyuntingan atau editing. Struktur tulisan

sangat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan tulisan kepada

pembaca. Hakikatnya, tulisan dalam segala bentuknya harus disusun

dalam rangkaian yang jelas dan struktur yang teratur. Di samping aspek

koherensi dan komposisi yang baik, sebuah tulisan juga harus memuat

aspek-aspek penting lain yang berkontribusi dalam membentuk struktur

tulisan yang baik, seperti penalaran, diksi, efektifitas kalimat dan tata

tulis. Itulah perhatian seorang editor dalam menjalankan tugasnya untuk

melihat struktur suatu tulisan.

Kegunaan mengecek struktur tulisan bagi seorang editor adalah:

1. Dapat membantu editor dalam mengecek dan mengoreksi secara

optimal susunan tulisan/teks dan isinya agar sesuai dengan tujuan

penulisan. Satu gagasan tidak boleh dibahasa dua kali atau editor

dapat mencegah ketidaksesuaian isi tulisan dengan topik/judul yang

dibahas.

2. Untuk mengenal bagian-bagian pokok tulisan sehingga dapat

memperluas bagian ide/gagasan yang kurang atau mengurangi

bagian ide/gagasan yang berlebihan. Hal ini juga memungkinkan

editor untuk menciptakan suasan tulisan yang berbeda, yang sesuai

dengan variasi yang diinginkan.

3. Untuk memaksimalkan kesesuaian bahan/materi tulisan dengan

kondisi yang diharapkan oleh pembaca.

A. Penalaran Teks

Teks atau tulisan merupakan hasil kegiatan bernalar dari penulis.

Seorang editor harus menyadari bahwa tulisan/teks adalah suatu

kegiatan mental, kegiatan berpikir. Oleh karena itu, teks/tulisan haruslah

Page 21: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

21

lahir dari proses yang dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan

yang berhubungan, dan bertujuan untuk sampai pada suatu kesimpulan.

Proses itu semua kemudian disebut sebagai kegiatan bernalar.

Penalaran atau proses bernalar merupakan proses berpikir yang

sistematik untuk mencapai kesimpulan yang terdapat dalam suatu

teks/tulisan. Dari segi prosesnya, penalaran terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Penalaran induktif, yaitu proses penalaran yang berdasar pada hal-

hal bersifat khusus untuk menarik kesimpulan yang berlaku umum (I-

K-U). Penalaran induktif dapat berwujud generalisasi (pengamatan

atas sejumlah gejala), analogi (pengamatan sejumlah gejalan pada

waktu yang bersamaan), atau hubungan sebab akibat (hubungan

ketergantungan antargejala yang ada).

b. Penalaran deduktif, yaitu proses penalaran yang berdasar pada

kesimpulan yang berlaku umum untuk menganalisa hal-hal bersifat

khusus (D-U-K). Penalaran deduktif bisa jadi pembuktian dari

pernyataan dasar (umum) secara konsisten dengan pernyataan-

pernyataan lain.

Dalam kaitannya dengan teks/tulisan, maka penalaran menjadi hal

yang tidak terpisahkan dalam proses penulisan dan hasil tulisan. Tulisan

yang kacau pasti mencerminkan penalaran yang kacau pula. Karena itu,

latihan untuk menyunting berbagia tulisan, termasuk latihan menulis

sangat diperlukan untuk pembiasaan bernalar secara tertib dengan

bahasa yang tertib pula.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa suatu

tulisan/teks sebagai hasil proses bernalar dapat berupa hasil proses

induksi, deduksi, maupun gabungan keduanya. Tulisan yang bersifat

induksi biasanya dimulai dengan rincian-rincian spesifik atau khusus dan

diakhiri dengan kesimpulan umum. Sedangkan tulisan yang bersifat

deduksi biasanya diawali dengan pernyataan umum (general) kemudian

dikembangkan dengan rincian-rincian yang bersifat khusus. Begitu pula

halnya dengan gabungan keduanya, gabungan induksi –deduksi.

Dalam praktiknya, proses induksi dan deduksi diwujudkan dalam

satuan karangan berupa paragraf. Paragraf memuat satu gagasan utama

Page 22: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

22

yang biasanya tertuang dalam kalimat utama, yang kemudian diikuti oleh

beberapa kalimat penjelas. Dari situlah, kita dapat mengecek suatu

paragraf dilkembangkan berdasar pada proses bernalar induksi atau

deduksi maupun gabungan keduanya.

Contoh: - Surat tugas ini harap dilaksanakan dengan baik.

- Bolehkah karcis bus yang tidak dipakai bisa ditukar ?

- Waktu dan tempat kami persilakan

- Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih

B. Diksi atau Pilihan Kata

Kata atau rangkaian kata merupakan pernyataan/ungkapan semua

konsep dalam bahasa apapun. Menguasai kata-kata adalah aset dasar

menguasai suatu bahasa. Tulisan/teks, termasuk kalimat-kalimatnya

merupakan hasil dari rangkaian kata-kata yang membentuk suatu

makna. Begitu pula halnya dalam kegiatan penyuntingan, pengusaaan

terhadap aspek kata atau pilihan kata menjadi keterampilan khusus yang

sangat menunjang untuk memperoleh hasil penyuntingan yang

berkualitas tinggi.

Memilih kata yang tetap dan juga mengecek kesesuaian pilihan kata

dengan makna yang ingin dicapai bukanlah pekerjaan yang mudah.

Memilih kata dan merangkainya menjadi suatu pesan tulisan/teks yang

efektif adalah bagian tersulit dalam proses penulisan dan juga

penyuntingan. Dalam konteks komunikasi antara penulis dan pembaca,

editor atau penyunting memegang peran penting dalam memaksimalkan

penyajian tulisan/teks agar dapat dimaknai oleh pembaca sesuai dengan

maksud penulis.

Terjadinya salah paham, kesenjangan komunikasi, dan interpretasi

makna yang kurang pas dimungkinkan terjadi akibat kesalahan dalam

memilih kata. Oleh karena itu, seorang editor dan juga penulis harus

berhati-hati dalam memilih kata yang akan digunakan dalam

tulisan/tesks. Setidaknya ada dua persyaratan pokok harus diperhatikan

dalam memilih kata, yaitu:

a. Ketepatan, yang terkait dengan makna-aspek logika kata-kata; kata

yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin

Page 23: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

23

diungkapkan sehingga pembaca/pendengar dapat menafsirkannya

dengan tepat pula.

b. Kesesuaian, yang terkait dengan kecocokan antara kata-kata yang

dipakai dengan situasi dan kondisi pembaca. Kesuaian menyangkut

sosial dan psikologi kata-kata yang digunakan.

Dalam konteks pilihan kata, untuk dapat menghasilkan kualitas

penyuntingan suatu teks/tulisan yang baik, seorang editor juga perlu

memperhatikan aspek-aspek pilihan kata yang sering digunakan, seperti:

1. Sinonim, homofon, dan homograf

Aspek ini menyangkut kata-kata yang memiliki kesamaan makna

(sinonim), kesamaan bunyi (homofon), dan kesamaan tulisan

(homograf).

Contoh:

- muka, paras, wajah, tampang

- rapat (pertemuan) dan rapat (tidak berjarak)

- teras (inti) dan teras (bagian bangunan)

2. Denotasi dan konotasi

Aspek yang menyangkut penggunaan kata-kata sesuai dengan

makna sebenarnya (denotasi) dan makna kiasan (konotasi). Denotasi

lebih mengacu pada makna konseptual, sedangkan konotasi lebih

mengacu nilai rasa/tambahan disamping makna denotasi.

Contoh:

- tidak memiliki rumah (denotas) dan tuna wisma (konotasi)

- karyawan, wajah (rasa tinggi) dan buruh, tampang (rasa

rendah)

3. Kata abstrak dan kata konkret

Aspek ini menyangkut penggunaan kata-kata yang memiliki referen

berupa konsep (abstrak) dan berupa obyek yang dapat diamati

(konkret). Kata abstrak lebih sulit dipahami daripada kata konkret.

Contoh:

- kemanusiaan, kecerdasan, demokrasi (abstrak)

- manusia, bunga, ayam (konkret)

4. Kata umum dan kata khusus

Page 24: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

24

Aspek ini menyangkut kata-kata yang digunakan berdasarkan ruang

lingkupnya. Makin luas lingkupnya maka menjadi kata umum, makin

sempit lingkupnya maka menjadi kata khusus.

Contoh:

- besar, kecil, campuran, memotong (umum)

- makro, mikro, ramuan, menebang (khusus)

5. Kata populer dan kata kajian

Aspek ini menyangkut kata-kata yang digunakan dalam berbagai

situasi komunikasi di semua kalangan (populer) dan kata yang

digunakan terbatas pada distuasi tertentu/terbatas (kajian).

Contoh:

- batu, penduduk, cara, sah, tahap (populer)

- batuan, populasi, metode, sahih, stadium (kajian)

- teras (inti) dan teras (bagian bangunan)

6. Jargon, kata percakapan, dan slang

Aspek ini menyangkut kata-kata yang digunakan memiliki pengertian

khusus, biasanya kata teknis bidang/profesi tertentu (jargon), kata

percakapan kaum terpelajar (kata percakapan) dan kata tak baku

yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan sesuatu yang

baru (slang).

Contoh:

sikon (situasi dan kondisi), prokon (pro dan kontra), kep (kapten), dok

(dokter), prik (suntik), dsb.

7. Perubahan makna

Aspek ini menyangkut kata-kata yang mengalami perubahan atau

pergeseran makna seiring perubahan perdaban manusia pemakai

bahasa.

Contoh:

- sarjana = cendikiawan (dulu), gelar akademis PT(sekarang)

- ibu = yang melahirkan kita (dulu), wanita dewasa (sekarang)

- putra/putri = anak-anak raja (dulu), anak-anak (sekarang)

8. Kata asing dan kata serapan

Page 25: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

25

Aspek ini menyangkut kata-kata yang diserap dari bahasa asing dan

masih dipertahankan bentuk aslinya (kata asing) dan kata asing yang

disesuaikan dengan wujud/struktur bahasa Indonesia (kata serapan).

Contoh:

- option, sistem, praktik, teknik (kata asing)

- moral, pikir, cerita, individu, kaidah (kata serapan)

- teras (inti) dan teras (bagian bangunan)

9. Kata-kata baru

Aspek ini menyangkut kata-kata baru yang timbul akibat kemajuan

ilmu dan bidang kehidupan lainnya. Kata-kata ini dapat digunakan

asalkan kita tahu dengan tepat makna dan pemakaiannya.

Contoh:

- telaah, kendala, sangkil, mangkus, laik, canggih, prakiraan, dsb.

10. Kata baku dan kata nonbaku

Aspek ini menyangkut kata-kata yang digunakan sebagai standar

(kata baku) dan kata yang tidak standar (nonbaku). Baku dan non

baku sebuah kata dapat dikenal dari pilihan, ejaan, dan bentuknya.

Contoh:

- kaedah, kemana, bole (nonbaku – ejaan)

- enggak, ngomong, bikin (nonbaku – pilihan)

- mikirin, polesin (nonbaku – bentuk)

C. Efektifitas Kalimat

Efektifitas kalimat merupakan target penting dalam kegiatan

penyuntingan atau editing. Teks atau tulisan yang baik pada

hakikatnya harus tertuang dalam kalimat-kalimat yang efektif. Dengan

begitu, makna yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh

pembaca. Seorang editor perlu memberi perhatian khusus maupun

perlu memiliki keterampilan yang memadai dalam hal kalimat efektif.

Kalimat yang efektif yang tertuang dalam sebuah teks/tulisan

haruslah memperhatikan aspek-aspek seperti; a) kesepadanan dan

kesatuan kalimat, b) kesejajaran bentuk (pararelisme), c) penekanan

dalam kalimat, d) kehematan, dan e) kevariasian. Uraian secara lebih

rinci menyangkut kalimat efektif yang patut menjadi perhatian

Page 26: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

26

kegiatan penyuntingan dapat disimak pada Materi Kuliah Delapan

tentang Kalimat Efektif.

D. Tata Tulis

Penyuntingan mutlak perlu memperhatikan ketentuan tata tulis yang

berlaku dalam kaidah bahasa Indonesia. Penggunaan tata tulis yang

benar dalam suatu teks/tulisan memiliki pengaruh yang signifikan dalam

mencapai kualitas tulisan yang baik. Teks/tulisan dalam segala

bentuknya, tidak saja dituntut harus menyajikan penggunaan bahasa

Indonesia secara baik dan benar tetapi juga harus ditunjang oleh

implementasi aturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia, yaitu

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Seorang editor yang baik dituntut memiliki keterampilan dan

pengetahuan yang memadai dalam menerapkan aturan ejaan yang

terkait dengan tata tulis yang berlaku. Berbagai aspek yang dicakup

dalam tata tulis sebagai acuan bagi seorang editor dalam melakukan

tugas penyuntingan, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Ejaan dan tanda baca

Kalau dalam bahasa lisan, faktor gerak-gerik, mimik, intonasi,

jeda, dan aspek non bahasa lainnya dapat mempermudah

pemahaman lawan bicara, maka dalam bahasa tertulis diperlukan

pengusaan terhadap aspek ejaan dan pungtuasi (tanda baca). Tanpa

ejaan dan tanda baca dimungkinkan terjadi kesahapahaman terhadap

pesan/gagasan yang disampaikan.

Contoh pentingnya ejaan dan tanda baca dapat dibuktikan di

bawah ini:

masyarakat adat terpencil sebenarnya memiliki potensi yang

tinggi hanya saja pemerintah belum bisa menjangkau ke sana

sehingga mereka terpencil secara fisik dan budaya indonesia memiliki

keragaman suku dan adat bahkan jumlahnya mencapai ribuan

berbagai hal menjadi penyebabnya

Berdasarkan contoh di atas, maka jelas bahwa pemakaian

ejaan dan tanda baca dalam suatu teks/tulisan sangat diperlukan

Page 27: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

27

agar menjadi lebih mudah dipahami. Itulah sebabnya, seorang editor

dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menerapkan ejaan dan

tanda baca dalam suatu teks/tulisan. Berbagai aspek dalam hal ini

yang perlu diperhatikan :

1. Pemakaian huruf, untuk memahami pemakaian dan penulisan

huruf

dalam bahasa Indonesia dapat disimak dengan cermat dalam

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,

sub Pemakaian & Penulisan Huruf.

2. Penulisan kata, memiliki aturan main tersendiri-sesuai dengtan

kaidah

yang berlaku. Apalagi kata dasar yang mendapat imbuhan,

pengulangan, maupun penggabungan bisanya mengalami

perubahan sesuai dengan kaidah. Hal ini juga dapat disimak

dalam Pedoman Umum EYD sub Penulisan Kata.

3. Penulisan Unsur Serapan, yang telah mengalami penyesuaian

dalam

bahasa Indonesia, baik dari segi pengucapan dan penulisannya

sekalipun ada yang belum disesuaikan. Hal ini juga dapat dilihat

dalam Pedoman Umum EYD sub Unsur Serapan.

4. Tanda baca, yang seringkali diabaikan oleh pemakai bahasa.

Tanda baca sangatlah berperan dalam teks/tulisan untuk

membantu pembaca memahami pesan dengan tepat. Jika tidak,

maka akan menyulitkan pembaca dalam memahami teks atau

bahkan dapat salah paham. Hal ini juga dapat disimak dalam

Pedoman Umum EYD sub Tanda Baca.

b. Teknik penulisan

Teknik penulisan pada dasarnya memuat dua aspek, yaitu gaya

penulisan dalam membuat pernyataan dan teknik notasi dalam

menyebutkan sumber. Hal ini sangat diperlukan dalam penulisan

ilmiah. Berbagai aspek teknik penulisan yang patut dipahami oleh

seorang editor dalam menjalankan aktivitas penyuntingan,

diantaranya adalah:

Page 28: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

28

1. Kutipan dan catatan kaki merupakan bentuk pendapat, konsep

dari para pakar yang telah dipertanggungjawabkan sehingga

dapat dijadikan sumber acuan bagi tulisan. Penulisan kutipan dan

catatan kaki telah diatur secara tersendiri dalam kaidah tata tulis

bahasa Indonesia.

2. Daftar pustaka merupakan tabulasi/daftar semua sumber bacaan

ilmiah baik telah dipublikasikan maupun yang belum

dipublikasikan, yang memberi inspirasi untuk memperkaya suatu

teks/tulisan tanpa harus membacanya secara keseluruhan.

Penulisan daftar pustaka juga telah diatur tersendiri dalam kaidah

bahasa Indonesia, khususnya menyangkut penulisan nama

penulis, judul buku/tulisan, tahun terbit, penerbit, halaman, dan

penyusunan berdasarkan urutan alfabet pengarang.

3. Format penulisan merupakan aspek teknis yang mengatur tata

cara penulisan yang dilihat sebagai hasil akhir berupa „hard copy‟.

Hal ini mengatur tentang kertas yang digunakan, format ketikan,

paragraf, nomor halaman, marjin tulisan, dan sebagainya. Aturan

main mengenai hal ini dapat dilihat dalam Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah atau dapat disesuaikan dengan aturan masing-

masing lembaga/institusi tertentu.

Tujuh

Kalimat & Penyuntingan Jurnalistik

A. Kalimat Jurnalistik

Penggunaan bahasa yang efektif adalah alat penunjang utama

untuk mencapai keberhasilan penyampaian pesan dalam berkomunikasi

satu arah, seperti teks/tulisan. Sebuah berita yang ditulis dengan

menarik, akan menyentuh emosi dan pikiran pembacanya sehingga

Page 29: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

29

tergugah. Bahasa yang komunikatif dalam penulisan berita memiliki

beberapa syarat, antara lain: jelas dan jernih, bernalar runtut, tidak rumit,

kata dan kalimatnya populer.

Untuk kejelasan dan kejernihan, bahasa pers lebih cocok

menggunakan kalimat-kalimat pendek agar mudah dicerna dan dipahami

pembaca. Dalam satu alinea juga cukup terdiri dari 2-3 kalimat agar mata

pembaca tidak cepat lelah, tidak perlu banyak kalimat dalam satu alinea.

Dewabrata menyatakan alinea dalam berita pers adalah kelompok

kalimat yang bertujuan untuk membantu pembaca dalam memahami isi

berita.

Ciri bahasa ragam jurnalistik adalah populer, menggunakan kata-

kata yang mudah dicerna dalam waktu yang singkat. Unsur-unsur berita

yaitu apa, siapa, mengapa, di mana, kapan dan bagaimana serta

keterangan lainnya harus disusun dengan runtut. Ada kecenderungan

banyak pembaca tak senang membaca berita yang suah dimengerti.

Harus disadari bagi kita, berita ditulis untuk dibaca. Di sinilah penyunting

atau editor mengambil peran untuk dapat mengemas berita jurnalistik

agar menjadi ‗mudah dibaca‘ dan ‗perlu‘.

Arthur Plotnik dalam Elements of Editing – A Modern Guide for

Editors and Journalists mengingatkan bahwa editor dibayar untuk

memproses kata-kata menjadi kemasan komunikasi. Media massa tentu

menggunakan kata-kata yang dikemas secara khusus dengan sebagus-

bagusnya untuk menyajikan sebuah berita. Bahkan kini, kemampuan

mengedit (menyunting) juga harus dimiliki wartawan dalam menulis berita

sebelum diserahkan kepada editor. Berita yang jelas, gamblang, dan

jernih hanya diperoleh dari kemampuan menyusun kalimat yang baik,

menaruh satu kata di samping kata yang lain atau di samping

frase/klausa dan pilihan kata-kata lain yang pas di telinga pembaca.

Kalimat jurnalistik harus mampu mengubah hal-hal yang berat dan

rumit menjadi hal-hal yang dibahasakan secara ringan dan mudah

dipahami. Dalam konteks berita yang disajikan, pers harus mampu

mengartikulasikan pesan dari nara sumber berita menjadi informasi yang

dapat dicerna –jika mungkin—dilaksanakan oleh masyarakat awam

sekalipun. Itulah pokok peran bahasa ragam jurnalistik yang patut

Page 30: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

30

dipegang sebagai acuan bagi kalangan jurnalistik maupun editor dalam

menjalankan tugasnya.

Secara tampilan kalimat jurnalistik yang tertuang dalam berita harus

memenuhi beberapa syarat, diantaranya:

a. menggunakan kalimat-kalimat yang mengalir dari awal hingga akhir

berita

b. menggunakan kata-kata populer yang akrab di telinga masyarakat

c. tidak menggunakan susunan kata yang kaku formal hingga sulit

dicerna

d. menggunakan kata-kata yang pas sesuai dengan suasana dan isi

pesan

e. memilih dan meletakkan kata atau frase/klausa dengan tepat

Untuk memperjelas kalimat jurnalistik yang membutuhkan

penyuntingan, berikut disajikan berita yang disusun tidak secara

jurnalistikdan berpotensi membingungkan pembaca.

Ada bus tabrakan dengan mikrolet, dan sopir mikroletnya luka parah.

Entah, sopir mikrolet itu dibawa ke mana. Tidak ada polisi yang datang.

Banyak orang lihat di by pass.

Contoh di atas menunjukkan bahasa berita yang ruwet, tidak teratur

susunannya, kalimat yang digunakan sembarangan-layaknya komunikasi

lisan. Kejanggalan berita tersebut juga dapat diuji melalui tidak

terdapatnya informasi mengenai kapan terjadinya?, di mana terjadinya?,

siapa?, mengapa?, bagaimana?. Padahal sebagai berita seharusnya

cerita ‗tabrakan‘‘ itu ditulis sejelas mungkin, runtut, dan gamblang.

Bandingkan jika berita itu ditulis seperti berikut ini.

Sebuah bus menabrak mikrolet di by pass, dekat kantor telkom kemarin

sekitar pukul 10.00. Supir mikrolet luka parah dan kini dirawat di RS UKI

Cawang. Sebelum korban dibawa ke RS, banyak orang yang menolong

dan kemudian polisi datang mengusut tabrakan itu. Supir bus melarikan

diri dan sampai berita ini ditulis belum ditemukan.

Selain itu, kalimat jurnalistik juga dapat dibuat secara lebih variatif

yang terkesan ‗bebas‘‘, tidak terikat secara ketat dengan susunan SPOK

Page 31: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

31

(Subjek-Predikat-Objek-Keterangan). Hal ini perlu menjadi perhatian bagi

editor dalam menyunting setiap teks/tulisan jurnalistik. Sebagai contoh

bandingkan kedua berita di bawah ini.

* Mengakui Maria kurang baik permainannya ketika melawan pemain

China di Istora kemarin, Ivana Lie sebagai pelatih tunggal putri

merasa puas atas penampilan Silvi dan Firda.

* Ivana Lie yang menjadi pelatih tunggal putri mengakui Maria kurang

baik permainannya melawan pemain China di Istora kemarin, tatapi ia

merasa puas atas penampilan Silvi dan Firda.

B. Penyuntingan Jurnalistik

Jurnalistik dalam segala bentuknya, khususnya media cetak

merupakan suatu kebutuhan primer bagi masyarakat modern. Apabila

satu hari saja tidak membaca surat kabar, kita seolah-olah ketinggalan

berita, baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam konteks berita di

surat kabar inilah, perhatian terhadap aspek penyuntingan berita, baik

dari segi isi maupun judul berita perlu dilakukan.

Sebelum membahas penyuntingan jurnalistik, perlu diketahui

terlebih dulu bahwa ditinjau dari cara timbulnya berita di surat kabar bisa

terdiri dari beberapa macam, yaitu a) berita fakta sebenarnya, b) berita

palsu/bohong, c) berita khayal, dan d) berita samar-samar. Pada

dasarnya, cara timbulnya berita ini dapat menjadi catatan perhatian bagi

editor sebelum melakukan aktivitas penyuntingan berita. Dengan begitu,

obyektivitas pemberitaan tetap terpelihara.

Layaknya di bidang lain, penyuntingan jurnalistik atau surat kabar

juga tetap mengacu pada prinsip-prinsip penyuntingan yang berlaku.

Secara khusus, langkah-langkah aktivitas penyuntingan media cetak

perlu difokuskan pada hal-hal berikut:

1. Kenalilah kesalahan umum yang lazim terjadi pada naskah cetak

untuk memperbaiki dan memiliki pengalaman dalam temuan

kesalahan itu.

Page 32: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

32

2. Gunakanlah buku petunjuk standard penyuntingan naskah cetak yang

berlaku bagi suatu institusi atau standard bahasa Indonesia.

3. Pahamilah mind-set penyuntingan naskah cetak secara profesional

dan sesuai dengan tujuan pemberitaan.

4. Ketahuilah standard tanda korektor dan upayakn terampil

menggunakannya.

5. Pahamilah terminologi yang berlaku dalam industri media massa,

khususnya tentang disain halaman, tata letak, dan tipografi.

6. Ketahuilahperbedaan aktivitas penyuntingan pada sistem elektronik

(komputer) dan secara tertulis (naskah).

7. Pahamilah mekanisme penyajian berita utama dan teks isi berita.

8. Ketahuilah fungsi penytuntingan berita dan pentingnya konsistensi

gaya penyuntingan.

Dalam melakukan aktivitas penyuntingan jurnalistik, seorang editor

juga perlu memahami perbedaan yang jelas dalam proses pembuatan

berita untuk mengklasifikasikan naskah berita yang dibuat

reporter/wartawan dalam bentuk naskah berita pertama atau telah

menjadi naskah berita ―jadi‖ yang akan mengisi pemberitaan. Patut

diketahui pula, aktivitas penyuntingan media cetak dalam bentuk

koran/surat kabar harian, tabloid, dan majalah pada dasarnya memiliki

perbedaan ciri dan proses penyuntingan yang dilakukan. Hal ini akan

menentukan pula fokus penyuntingannya.

Seorang editor di redaksi media cetak perlu memfokuskan aktiivitas

penyuntingannya pada beberapa aspek yang terkait langsung dengan

naskah/teks berita antara lain:

a. pengetikan

b. pemakaian tanda baca

c. kosa kata dan tata kalimat

d. pilihan kata

e. konsistensi dan gaya penulisan

f. pengecekan data/fakta

g. nara sumber tulisan reporter/wartawan

Page 33: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

33

Aktivitas penyuntingan jurnalistik juga perlu memahami

keterampilan lain yang lazim dilakukan dalam industri media cetak

khususnya untuk menyesuaikan dengan standard penulisan maupun

percetakan media tertentu. Hal-hal lazim yang berlaku di suatu

perusahaan media cetak adalah sebabagi berikut:

bagaimana menuliskan judul berita dan sub judul berita ?

bagaimana menuliskan caption atau berita foto

tipe huruf, akses berita, simbol tipografi khsusu

syarat pencetakan (besar huruf, jenis huruf)

sambungan berita, komposisi halaman

terminologi lain seperti kutipan, editing teks.

Di samping itu, untuk memperluas bahasan dan diskusi mengenai

aktivitas penyuntingan jurnalisitik perlu diperhatikan pula hal-hal sebagai

berikut:

- Proses penyuntingan secara elektronik dengan menggunakan

komputer, misalnya tampilan hasil editing di monitor, pengkodean

tipografi dan tata letak.

- Masalah pengetikan dan ejaan, misalnya terkait dengan salah ketik,

salah ejaan, kaidah ejaan dan tanda baca.

- Kosa kata yang berkaitan dengan subjek kata kerja, pengulangan

kata/kalimat, dan modifikasi penempatan.

- Masalah sintaksis dan struktur kalimat, misalnya metafora, judul

yang kurang pas, dan struktur yang tidak jelas.

- Gaya tulisan, berkaitan dengan buku pedoman tulis-menulis dan gaya

bahasa yang disepakati.

- Konsistensi kata dan cek fakta yang dimuat, misalnya cara mengecek

fakta, keseimbangan kualitas tulisan, bahan bagi editor, dan referensi.

- Fungsi editor di media cetak, misalnya tugas dan fungsi, jadwal

penerbitan, status fungsi, peningkatan diri, dan sikap hasil editing.

Page 34: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

34

Delapan

Kalimat Efektif

Teks atau naskah adalah obyek penyuntingan. Editor bekerja untuk

memperbaiki teks/naskah agar menjadi mudah dipahami dan menarik.

Teks/naskah atau disebut wacana pada dasarnya dibangun dari

berbagai paragraf. Sedangkan paragraf dibangun dari berbagai kalimat.

Untuk itu, salah satu keterampilan yang penting dimiliki seorang editor

adalah penguasaan kalimat efektif.

Kalimat adalah obyek yang paling dekat bagi seorang editor atau

paling dekat dalam kegiatan penyuntingan. Biasanya kegiatan

penyuntingan berfokus pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam

teks/naskah, yang kemudian dapat berkembang ke tingkat paragraf atau

ke tingkat kata. Penyuntingan di tingkat kalimat pada saat ini lebih lazim

digunakan karena struktur bahasa Indonesia yang lebih menekankan

kebermaknaan bahasa pada efektivitas kalimat.

Dalam praktiknya, setiap gagasan dalam bentuk teks/naskah pasti

dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat. Kalimat yang baik adalah

kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal. Kalimat harus disusun

berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, diantaranya: a) unsur-unsur

penting yang harus dimiliki setiap kalimat, b) aturan-aturan tentang Ejaan

Yang Disempurnakan, dan c) cara memilih kata (diksi) dalam kalimat.

Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan

sebuah kalimat. Sebuah kalimat harus memiliki paling kurang Subyek

dan Predikat. Kalimat yang lengkap harus ditulis sesuai EYD dengan

kata yang tepat. Dengan begitu, kalimat menjadi jelas maknanya dan

mudah dipahami orang lain secara tepat. Itulah kalimat efektif. Kalimat

efektif adalah kalimat yang mampu menimbulkan pesan/gagasan di

pikiran pembaca sama persis dengan di pikiran penulisnya.

Page 35: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

35

Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca

seperti yang diharapkan oleh penulis, perlu diperhatikan beberapa hal

yang menjadi ciri-ciri kalimat efektif, yaitu:

1. Kesepadanan dan Kesatuan

Kalimat yang efektif harus memiliki struktur yang baik. Kalimat

harus mempunyai subjek dan predikat atau bisa ditambah objek,

keterangan dan unsur lainnya sehingga melahirkan keterpaduan arti.

Kalimat harus memuat keseimbangan antara pikiran/gagasan dengan

bahasa yang digunakan. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh

kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan yang

merupakan kesatuan pikiran.

Contoh kalimat yang efektif :

Ibu menata ruang tamu tadi pagi

Bandingkan jika strukturnya diubah menjadi:

Menata kemarin ibu ruang tamu atau Ruang tamu ibu menata

kemarin

Berkaitan dengan kesepadanan dan kesatuan teks/naskah,

untuk dapat mencapai efektivitas penyuntingan maka juga perlu

diperhatikan aspek-aspek yang berhubungan dengan a) kejelasan

posisi subjek dan predikat, b) kata penghubung intrakalimat dan

antarkalimat, c) gagasan pokok, d) penggunaan kata gabung dan

partikel, dan e) hubungan akibat dan tujuan.

2. Kesejajaran bentuk

Kesejajaran bentuk atau pararelisme dalam kalimat adalah

penggunaan bentuk-bentuk (konstruksi) bahasa yang sama, yang

konsisten penggunaannya. Jika gagasan dinyatakan dalam bentuk

frase, maka gagasan lain pun dinyatakan dalam bentuk frase. Atau

jika kalimat dibuat dengan kata benda (pe-an, ke-an) maka gagasan

lain pun dinyatakan dengan kata benda pula. Kesejajaran dalam

kalimat atau penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama untuk

menyatakan gagasan yang sederajat akan mendukung keefektifan

kalimat.

Page 36: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

36

Contoh:

- Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang

paling mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahan dan

pengobatannya tak ada yang tahu.

- Setelah dipatenkan, diproduksikan, dan dipasarkan masih ada lagi

sumber pengacauan berupa peniruan, baik yang langsung

maupun tidak langsung.

3. Penekanan

Setiap kalimat pasti hanya memilki satu gagasn pokok. Gagasan

pokok atau inti pikiran ini biasanya ingin lebih ditekankan oleh penulis.

Penekanan pada bagian kalimat dimaksudkaan untuk mempermudah

memahami makna. Dengan demikian, pada setiap kalimat terdapat

bagian yang menjadi inti pikiran untuk ditonjolkan.

Bandingkan penekanan dalam kalimat di bawah ini:

- Salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina

adalah rasio yang timpang antara jumlah pegawai dengan

produksi minyak.

- Rasio yang timpang antara jumlah pegawai dengan produksi

minyak adalah salah satu indikator yang menunjukkan tidak

efisennya Pertamina.

Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberi penekanan dalam

kalimat, diantaranya melalui a) posisi dalam kalimat (di depan), b)

urutan logis (seperti rincian), dan 3) pengulangan kata.

4. Kehematan kata

Unsur lain yang penting dalam pembentukan kalimat yang efektif

adalah kehematan kata. Kehematan ini menyangkut aspek gramatikal

dan makna kata. Akan tetapi, kehematan juga bukan berarti

menghilangkan/membuang kata-kata yang dapat mengaburkan

makna.

Contoh:

Page 37: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

37

- Menteri itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu

dengan para pengusaha. (Menteri itu segera mengubah rencana

setelah bertemu dengan para pengusaha).

Unsur-unsur penghematan kata yang patut mendapat perhatian

dalam kegiatan penyuntingan antara lain a) pengulangan subjek

kalimat, b) hiponim (bawahan makna kata) seperti bulan Desember,

dan c) pemakaian kata ―dari‖ dan ―daripada‖.

5. Kevariasian struktur kalimat

Teks atau naskah hendaknya berusaha menghindari kebosanan,

monotonitas, dan keletihan pembaca. Oleh karena itu, teks atau

naskah harus disusun dengan struktur kalimat yang variatif. Teks

seharusnya merupakan komposisi kata yang dapat memikat dan

mengikat pembaca untuk terus membaca hingga selesai.

Variasi tulisan pada dasarnya dapat dilihat pada struktur kalimat

yang digunakan. Kalimat panjang dan dan kalimat pendek, subjek di

depan atau di belakang adalah bentuk variasi kalimat. Tulisan yang

menggunakan pola serta bentuk kalimat yang sama akan membuat

suasana menjadi kaku dan monoton. Dengan begitu, membaca

menjadi kegiatan yang membosankan. Maka pola, bentuk, dan jenis

kalimat yang bervariasi diperlukan dalam tulisan, tentu harus dari

keseluruhan tulisan.

Contoh:

- Orang memang bisa ketagihan mencari uang. (S di awal)

- Turun perlahan-lahan dia dari pesawat itu. (P di awal)

- Barangkali anak-anak itu tidak diperhatikan orang tuanya. (KM)

- Menurut pada ahli bedah, sulit didiagnosa penyakit itu. (F di awal)

Variasi ini juga bisa dilakukan dengan memvariasikan panjang

pendek kalimat, pemakaian jenis kalimat, pemakaian kalimat aktif dan

pasif, atau kalimat langsung dan tidak langsung.

* Diskusi

- Diskusikanlah bersama kelompok Anda tentang ―TATA LETAK &

TIPOGRAFI‖ pada surat kabar Kompas, Seputar Indonesia,

Page 38: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

38

Poskota, dan Lampu Hijau. Buatlah perbandingan tata letak surat

kabar tersebut!

- Buatlah Laporan Diskusi kelompok Anda !

Sembilan

Latihan Penyuntingan

Lakukankan proses penyuntingan atau editing untuk teks di bawah ini:

Latihan 1

Berikut ulasan lebih jelasnya mengenai contoh teks pidato yang bisa kami

berikan.

Assalamu'alikum Wr. Wb

Yang terhormat kepada Bapak Kepala Sekolah, beserta dewan guru yang

saya hormati, tidak lupa pula kepada teman-teman semuanya yang saya

cintai. Untuk mengawali pertemuan kita pada siang hari ini marilah kita

berikan rasa syukur kita kepada Allah SWT, yang mana telah memberikan

kita kesempatan bisa berkumpul di aula Masjid yang semoga diberikan

rahmat leh Allah SWT. Untuk itu dalam rangka menyambut tahun ajaran

baru tahun pelajaran 2012-2013 mudah-mudahan acara ini dapat lancar

tanpa adanya halangan sedikit pun.

Untuk kedua kalinya tidak lupa kita berikan shalawat serta salam semoga

tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Karena

beliaulah yang mmebawa misi ajaran agama Islam sampai ke penjuru

peolosk dunia, sehingga kita bisa membedakan mana yang haq dan yang

bathil. Mudah-mudahan kita termasuk umat Nabi Muhammad yang setia

Page 39: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

39

kepadanya.

Hari ini acaranya adalah penyambuatn tahun ajaran baru antara adik-adik

kelas III, maupun dewan guru. Dan saya mewakili teman-teman kelas III,

mengungkapkan terima kasih sebanyak-banyaknya terhadap bapak-bapak

guru-guru, maupun Ibu guru yang selama tiga tahun mendidik kami dengan

penuh kesabaran, memberikan berbagai macam ilmu yang banyak kelak,

semuanya itu disampaikan tanpa pamrih. Kini kamu tidak bisa membalas

kebaikan bapak guru maupun ibu guru. Hanya teriring do'a semoga Allah

senantiasa membalas jasa-jasa bapak guru yang telah mencurahkan

tenaga, pikiran, dan waktu demi mendidik, dan memajukan anak didiknya.

Segala kebaikan Bapak guru maupun ibu guru dalam menyampaikan

pelajaran masih terkenang, dan teringat, hal ini tidaklah bisa lupa, walaupun

kita sudah melanjutkan ke perguruan tinggi, atau sudah tau nanti.

Hadirin, yang saya hormati. Demikian juga terhadap teman-teman agar

bertambah semangat dala meraih prestasi untuk adik-adik kelas satu dan

dua. Dalam belajar jangan sekali-kali mencontoh kakak-kakakmu yang

malas belajar, akan tetapi contohlah kakak-kakakmu yang semangat

belajarnya, agar adik-adik dalam menempuh pelajaran betul-betul berhasil

dengan baik sesuai dengan harapan kedua orang tua. Adik-adik perlu juga

saya sampapaikan agar budi pekerti yang baik hendaklah diterapkan betul

agar kau menjadi anak-anak yang terkontrol. Kesopanan terhadap siapapun

hendaklah kau terapkan betul, baik terhadap bapak guru, ibu guru, dan tidak

kalah pentingnya terhadap orang tua, itulah yang paling utama anda

lakukan.

Dan yang terakhir kami mohon do'a restu dari bapak-bapak guru, maupun

ibu guru, serta teman-teman yang masih duduk dibangku kelas satu dan

dua. Agar ilmu yang telah kami peroleh selama dibangku sekolah benar-

benar bermanfaat dan bisa amalkan dala kehidupan sehari-hari, mudah-

mudahan kami dalam melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi akan mampu

dalam menerima pelajaran.

Page 40: Buku Penyuntingan Syarif for Unj

Penyuntingan-Syarifudin Yunus

40

Maka demikianlah kata-kata pidato kami dalam acara tahun ajaran baru

2012-2013 yang bisa saya berikan, apabila ada sumur diladang boleh

menumpang mandi, bila ada umur panjang kita bisa bertemu lagi. Kurang

lebihnya kami mohon maaf, karena kekurangan banyak dari diri saya dan

semua kelebihan hanyalah punya Allah semata.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Latihan 2

Ada 41 orang yang dibawa ke rumah sakit, termasuk enam orang yang

meninggal. Di Garut saja setidaknya ada sembilan orang yang meninggal

dunia, namun sebagian tidak melapor dan tidak juga dibawa ke rumah

sakit.