g. metodologi dan program kerja
DESCRIPTION
perencanaan pembangunan trotoarTRANSCRIPT
Bab. VI :
1
BAB 6
PENDEKATAN METODOLOGI
VI.1. U M U M
Titik berat lingkup pekerjaan pada kegiatan ini adalah melaksanakan Pekerjaan Perencanaan Teknis Pemeliharaan Jalan dan
Jembatan lengkap dan terperinci sedemikian rupa sehingga tercapai penyesuaian terhadap tingkat optimum dari pelaksanaan pembangunan.
Agar hasil pekerjaan benar-benar sesuai dengan semua syarat-
syarat dan ketentuan-ketentuan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja dan berdasarkan pada apa yang telah kami
pelajari dari kegiatan-kegiatan yang sejenis, kami merumuskan langkah-langkah pendekatan dan metodologi yang paling efektif untuk diterapkan
pada kegiatan ini, sehingga diharapkan akan didapat hasil pekerjaan yang sesuai latar belakang serta maksud dan tujuan diadakan kegiatan.
Perincian mengenai pendekatan umum dan metodologi yang
Konsultan rencanakan untuk digunakan pada kegiatan ini diuraikan pada sub bab berikut ini.
VI.2. STANDAR PERENCANAAN
Standar perencanaan yang kami gunakan sebagai pedoman dalam
melakukan pekerjaan Perencanaan Teknis Jalan adalah sebagai berikut :
- Untuk perencanaan jalan digunakan Standart Perencanaan
Geometrik Jalan Raya yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga Nomor 13.1970 bersifat mengikat.
- Untuk perhitungan tebal perkerasan jalan digunakan Peraturan
Penentuan Tebal Perkerasan (Fleksible) Jalan Raya Direktorat
Jenderal Bina Marga Nomor : 04/PDBM/74 *)serta Petunjuk
Perencanaan Jalan Raya dengan Metoda Analisa Komponen SKBI-
2.3.26.11987, UDC : 625.73 (02) bersifat mengikat.
*) Catatan : Dengan memperhatikan pula buku : "Tinjauan terhadap buku Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Fleksibel Jalan Raya No. 04/PDBM/74 Direktorat Jenderal Bina Marga Maret 1977.
Bab. VI :
2
- Spesifasi Standart untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota
(Rancangan Akhir) Sub Direktorat Perencanaan Teknis Jalan Bipran
Bina Marga, Desember 1990.
- Ketentuan lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini.
VI.3. TAHAP PRA DESAIN
VI.3.1 PEKERJAAN PERSIAPAN KONSULTAN
Segera setelah konsultan menerima Surat Perintah Mulai Kerja atau surat resmi lainnya dari Pemberi Tugas, maka konsultan segera
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam masa pra konstruksi ini antara lain, menyediakan kantor dan perlengkapannya,
memobilisasi personil yang diperlukan, memobilisasi kendaraan dan fasilitas lainnya, menyiapkan formulir-formulir standar yang akan
dipakai selama masa pekerjaan perencanaan.
Adapun formulir-formulir standar yang dimaksud antara lain formulir untuk keperluan survai topografi, inventarisasi jembatan,
inventarisasi jalan masuk ke jembatan/ jalan pendekat, penyelidikan tanah, survai sumber material dan formulir-formulir pendukung
lainnya.
Seluruh penyediaan formulir diusahakan selesai pada masa
persiapan pekerjaan, hingga dapat digunakan pada saat pekerjaan pengumpulan data lapangan mulai dilaksanakan. Konsultan akan memobilisir team-team lapangan agar mereka juga dapat
mempersiapkan tugas-tugasnya di lokasi kegiatan.
Pada tahap ini Konsultan akan berdiskusi dengan Asissten
Perencanaan dan Pengendali Kegiatan untuk hal-hal yang dianggap penting. Hal ini akan dibahas pada Pra Konstruksi.
Dari hal tersebut apabila segala sesuatunya disiapkan dengan baik diharapkan masa pelaksanaan perencanaan akan berjalan lancar.
VI.3.2. RAPAT PRA DESAIN
Setelah Konsultan menerima SPMK maka Konsultan memohon
diadakan rapat pra desain dengan mengundang pihak pemberi tugas untuk menata kerja sama yang baik mengenai prosedur melaksanakan
suatu pekerjaan, pengertian yang sama mengenai hasil yang diinginkan
Bab. VI :
3
sesuai Spesifikasi Kontrak, menyepakati dan memahami bersama untuk
administrasi, penagihan/pembayaran serta metode kerja yang diikuti
Apabila hasil rapat Pra Desain terselenggara dengan baik akan
bermafaat bagi kelancaran pelaksanaan kegiatan, hasil rapat serta hasil tanya jawab rapat tersebut akan dicatat dalam suatu notulen/berita acara rapat dan dibagikan kepada semua pihak yang hadir.
VI.4. PENDEKATAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN
Tugas konsultan sesuai dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah
untuk mendapatkan konsep perencanaan dan detail desain dalam gambar dan dokumen yang terpadu sehingga menjadi pegangan pada
waktu pelaksanaan pembangunan di lapangan.
Hasil dari perencanaan teknik adalah mencakup kumpulan
dokumen teknik yang dapat memberikan gambaran produk yang ingin diwujudkan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Ketentuan teknis
- Keadaan serta faktor pengaruh lingkungan dan menggambarkan hasil
optimal sesuai dengan kebutuhan pemakai serta penghematan biaya.
Bagian-bagian pokok dari pekerjaan perencanaan teknik ini akan disajikan dalam Blok Diagram pada gambar 6.1.
Bab. VI :
1
Ta
ha
p
Pe
rsia
pa
n
La
po
ran
Akh
ir
Pe
rkira
an
Bia
ya
Da
n P
en
yia
pan
Do
ku
men
Le
lan
g
Ta
ha
p
Pe
ng
gam
ba
ran
Ta
ha
p
Pe
rhitu
ng
an
Da
n
Pe
rencan
aan
Ta
ha
p S
urv
ai L
ap
an
gan
Dan
An
alis
a D
ata
Lap
ora
n
Akh
ir
Perh
itu
ng
an
Vo
lum
e &
Perk
iraan
Bia
ya
Do
ku
men
Lela
ng
Pen
gg
am
bara
n
Pere
ncan
aan
Talu
d
Pere
ncan
aan
Go
ron
g-g
oro
ng
Pere
ncan
aan
Dra
inase
Sam
pin
g
Pere
ncan
aan
Perk
era
san
Pere
ncan
aan
Geo
metr
ik
Pen
gu
ku
ran
To
po
gra
fi
Inven
tari
sasi
Jal
an,
Jem
bat
an, G
oro
ng
-
goro
ng, D
rain
ase
Sam
pin
g D
an
Sum
ber
Mat
eria
l
Pen
yeli
dik
an
Tan
ah
Su
rvai L
alu
Lin
tas
Su
rvai
Pen
dah
ulu
an
Pekerj
aan
Pers
iap
an
Ga
mb
ar
6.1
DIA
GR
AM
HU
BU
NG
AN
AK
TIF
ITA
S P
EK
ER
JA
AN
PO
KO
K P
ER
EN
CA
NA
AN
Bab. VI :
2
6.VI.1. SURVAI PENDAHULUAN DAN INVESTIGASI LAPANGAN
Hal-hal penting lainnya yang harus dilakukan konsultan pada tahap awal pekerjaan adalah mengiventarisir kondisi lapangan dengan jalan
melakukan Survai Pendahuluan. Sehingga didapatkan informasi umum tentang kondisi awal STA sampai dengan akhir STA yang akan ditangani dan guna penentuan langkah kerja selanjutnya.
Adapun informasi awal yang dimaksud meliputi : - Data mengenai kondisi jalan dan elemen-elemen yang rusak serta
usulan/perkiraan alternatif penanganannya.
- Meninjau apakah jalan lama perlu adanya relokasi.
- Menyelidiki secara visual kondisi tanah sepanjang ruas jalan.
- Meninjau volume lalu lintas yang ada, apakah perlu jalan
alternatif lain jika jalan dibangun.
- Data banjir terbesar dan erosi yang pernah terjadi.
- Bahan-bahan yang tersedia yang dapat menentukan macam
konstruksi yang paling menentukan.
- Data lain yang diperlukan yang dianggap penting
- Usulan-usulan lain dari Dinas Pekerjaan Umum Propinsi - ,
Pengambilan foto dan gambar
Selama kegiatan survai pendahuluan ini, Konsultan akan mengecek semua data di lapangan, memberi koreksi-koreksi seperlunya serta
mengambil keputusan apa yang harus dimasukkan pada saat desain. Khusus dalam memenuhi kebutuhan perencanaan teknik jalan, dalam survai ini ditentukan :
- Tipe pondasi dan lapis perkerasan yang paling sesuai untuk lokasi
tersebut sehubungan dengan material dan kondisi tanah yang ada
- Type penanganan jalan.
- Menentukan relokasi jalan bila ada, lengkap dengan sketsa situasi
terhadap jalan lama.
- Membuat titik referensi dari beton.
- Mencatat material yang tersedia
- Menentukan jenis penyelidikan tanah yang diperlukan
Semua hasil survai pendahuluan akan dilaporkan dalam bentuk Laporan Survai Pendahuluan lengkap dengan foto asli.
Bab. VI :
3
6.VI.2. PENGUKURAN TOPOGRAFI
Pekerjaan pengukuran yang dimaksud disini adalah untuk mendapatkan data lapangan yang hasil akhir berupa :
Peta situasi secara konkrit, lengkap dengan garis-garis kontur, Gambar trace jalan dan bangunan lainnya yang diperlukan dan Profil melintang
jalan.
Lingkup Pekerjaan ini meliputi : - Persiapan
- Pemasangan Bench Mark (pilar beton) yang dipergunakan sebagai titik
kontrol pengukuran dan pemetaan.
- Pengukuran poligon (Tranverse).
- Pengukuran waterpass (Levelling).
- Penentuan Azimut Matahari.
- Pengukuran situasi.
- Pengukuran Cross Section.
- Perhitungan dan penggambaran
Peralatan yang diperlukan antara lain meliputi :
- Theodolit dengan ketelitian 1" (misal Wild T2)
- Theodolit dengan ketelitian 20" (misal Wild T1) atau theodolit dengan
ketelitian 1' (misal Wild TO)
- Waterpass otomatis (Wild NAK2)
- Alat ukur jarak meteran (meetband 50 M) - Rool meter (3 M) / walking
meassure
- Bak ukur
- Statip theodolit & waterpass - Payung
- Formulir / buku ukur
- Patok kayu/paku payung dan atau BM jika diperlukan - Paku, cat dan
lain-lain
Alat Ukur
Semua alat ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dan memenuhi ketelitian sesuai dengan persyaratan teknis masing-masing pengukuran,
Bab. VI :
4
sebelum memakai semua alat ukur tersebut sudah didapat persetujuan
dari Direksi lapangan.
Buku Ukur
Data hasil pengukuran akan dicatat dalam formulir buku ukur, disesuaikan dengan Pedoman dari Bina Marga. Data ukur teknis dengan pensil min 2H, kalau salah akan dicoret, tidak
boleh dihapus atau ditimpa. Pada setiap buku ukur akan dicatat : Nama juru ukur, jenis dan nomor
alat ukur, seksi, tanggal serta kaedaan cuaca pada saat pengukuran dilakukan.
A. Teknis Pelaksanaan Pengukuran.
Pekerjaan pengukuran bertujuan untuk mendapat data lapangan guna pembuatan peta situasi, profil memanjang dan melintang yang selanjutnya
akan dipakai sebagai dasar perencanaan. a. Pekerjaan Persiapan.
Pekerjaan persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :
i) Persiapan Administrasi.
- Pembuatan detail Time Schedule, jadwal personil, jadwal
penggunaan peralatan.
- Persiapan ijin survai
- Persiapan peta kerja dan data tentang lokasi pekerjaan,
transportasi dan lain-lain.
- Persiapan buku ukur, alat-alat tulis dan alat gambar
- Persiapan buku-buku kerja harian, formulir-formulir untuk
laporan harian, mingguan dan bulanan.
ii) Persiapan teknis
Penyiapan tenaga-tenaga pelaksana yang meliputi koordinator pengukuran, surveyor, draftman, juru hitung dan tenaga lokal. Penyiapan peralatan pengukuran serta alat bantu lainnya.
Pemberian penjelasan kepada semua personil mengenai pembagian kerja, methode pelaksanaan, rencana kerja, kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi dan cara mengatasinya, serta syarat-syarat teknis yang diminta
iii) Persiapan data/peta.
Peta situasi skala 1 : 5000 bila ada dan peta topografi skala 1 :
25.000 sebagai peta kerja yang telah dilengkapi dengan lay out definitif yang direncanakan, dalam jumlah yang cukup yaitu paling
Bab. VI :
5
tidak masing-masing 3 buah yaitu untuk pelaksanaan dilapangan,
dipasang Base Camp dan untuk ploting patok. Data titik ikat yaitu titik-titik tinggi yang akan digunakan sebagai
titik-titik referensi atau titik trianggulasi.
b. Pemasangan Bench Mark dan Patok
i) Bench Mark dipasang sebelum dilakukan pengukuran, dipasang tiap 1 Km ditempat yang aman yang keadaan tanahnya stabil dan lokasi
mudah dicari kembali. Setiap Bench mark akan diberi nomor kode yang teratur sesuai dengan petunjuk Direksi lapangan (misalnya
BM.I, BM.2 ... dan seterusnya). Ukuran Bench Mark untuk titik kontrol pengukuran situasi 20x20x7S cm dan dipasang tiap
kilometer. Patok akan ditanam sedemikian rupa sehingga bagian patok yang ada diatas tanah adalah kurang lebih 20 cm.
ii) Patok kayu dibuat dari kayu diameter ukuran (3x4x40) untuk jalan
tanah) atau paku payung (untuk jalan aspal) dipasang setiap jarak 5O m untuk jalan lurus dan landai serta setiap jarak 25 meter untuk
daerah-daerah tikungan dan berbukit, serta diberi nomor stasioning yang tercantum.
c. Pengikatan Terhadap Titik Tetap
Semua pengukuran yang dilakukan oleh konsultan akan diikatkan dengan titik yang ada (titik triangulasi, titik NWP, Bench Mark dan
sebagainya). Dari hasil pengukuran ke titik tetap yang ada, konsultan akan melakukan evaluasi apakah hasil pengukuran sudah memenuhi persyaratan teknik atau belum. Untuk keperluan tersebut, maka hasil
pengukuran beda tinggi dibandingkan dengan data beda tinggi titik tetap yang ada di peta topografi.
Dimisalkan ada 5 (lima) titik trianggulasi, maka dihitung selisih hasil ukuran dengan data yang ada sebagai berikut :
No. Titik Trainggulasi
Beda tinggi yang ada
h
Beda tinggi ukuran
hU
Beda tinggi ukuran
h - hU
T1
T2 T3 T4
T5
12
23
34
45
12U
23U
34U
45U
12
23
34
45
Bab. VI :
6
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, apabila selisih antara hasil
pengukuran dan data yang ada terlalu besar maka hasil pengukuran harus diperiksa lagi. Apabila selisih antara hasil ukuran dengan data
yang ada sudah memenuhi syarat, maka hail perhitungan dapat digunakan untuk proses perhitungan cross section dan situasi.
Bila daerah pengukuran tidak terdapat titik tetap, maka Direksi
lapangan akan menunjukan titik tertentu yang terdapat dilapangan dan memasang baut sebagai tanda titik tetap.
Direksi lapangan menetapkan koordinat dan ketinggian titik tetap, semua koordinat titik-titik hasil pengukuran ditentukan berdasarkan
salib sumbu pada titik tersebut.
d. Pengukuran Poligon
i ) Kontrol Poligon (Umum) Basis poligon meliputi medan ukur yang akan dipetakan. Poligon
tersebut merupakan jaring jaring tertutup (close loop) dan dikaitkan ke titik trianggulasi yang ada atau titik-titik tetap poligon. Kaki-kaki
poligon harus sepanjang mungkin dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan di bawah ini akan dipakai untuk
mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan. Apabila mungkin titik-titik trianggulasi yang ada akan digunakan
sebagai azimut ahkir. Titik-titik trianggulasi yang akan digunakan harus saling berhubungan dengan titik trianggulasi yang lain. Untuk mengontrol orientasinya, akan diadakan pengamatan azimut
matahari, jika titik-titik trianggulasi yang sudah ada tidak terlihat lagi, dan/atau pada interval 25 titik disepanjang masing-masing
poligon. Poligon terdiri atas Poligon Utama dan Poligon Cabang
Bila daerah pengukuran tidak terdapat titik tetap, maka Direksi lapangan akan menunjukan titik tertentu yang terdapat dilapangan
dan memasang baut sebagai tanda titik tetap. Direksi lapangan menetapkan koordinat dan ketinggian titik tetap, semua koordinat titik-titik hasil pengukuran ditentukan
berdasarkan salib sumbu pada titik tersebut.
ii) Pengukuran Titik Kontrol Horisontal
Poligon Utama
- Statip akan ditempatkan pada tanah yang stabil untuk
memperoleh hasil pengamatan sudut horisontal yang teliti
polygon yang melalui daerah sawah akan diikuti secara hati-hati
Bab. VI :
7
untuk menghindari lokasi- lokasi sulit di daerah genangan sawah
atau pada pematang-pematang yang tidak stabil.
- Semua Theodolite akan dalam keadaan baik dan setelahnya akan
diperiksa terus selama pengamatan berlangsung. Kalibrasi akan
diperiksa apabila melebihi 1' (satu menit). Pelaksanaan pekerjaan
akan menyiapkan semua catatan yang berkenan dengan
pemeriksaan dan penyesuaian peralatan yang dilakukan.
- Theodolite akan mampu mengukur sampai 1 " (satu detik) dan
dilengkapi dengan semua bagian bantu yang diperlukan.
- Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada
saat melakukan sentring maka perlu digunakan 4 buah statip
dan 4 buah triback.
Selama pengamatan berlangsung statip dan triback tersebut akan tetap berada satu titik, hanya target dan Theodolite saja yang berpindah/berubah. Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir
dan pekerjaan hari berikutnya mulai, sentring akan dilakukan dengan hati-hati. Hal yang sama berlaku juga pada waktu
dilakukan pengamatan ulang di tempat yang sama. Kedudukan Nivo kasar (circular bubble), dan pengunting optik (optical Plamur) harus
sering diperiksa dengan bantuan untingunting gantung dan penyesuaian-penyesuaian dilakukan bila perlu.
- Sebelum pengamatan dilakukan Theodolite akan distel
sebaikbaiknya, peng-ukuran sudut horisontal dilakukan
minimum 2 kali pengamatan, untuk satu kali pengamatan
dilakukan sejumlah pembacaan dengan urutan sebagai berikut:
1 Bidik Kiri (FL) untuk bacaan target belakang. 1 Bidik kiri
(FL) untuk bacaan target kedepan
1 Bidik kanan (FR) untuk bacaan target kedepan
1 Bidik kanan (FR) untuk bacaan target kebelakang
- Dua kali pengamatan diambil dari titik nol secara terpisah
0°01' dan 90°08', jika pengamatan lebih lanjut diperlukan
maka digunakan 45°02' dan 135°07'.
- Semua hasil pengamatan direduksi dilapangan. Jika
perbedaan antara kempat harga sudut yang diperoleh ( 2 FL, 2
FR) melebihi 5", maka babak- babak selanjutnya akan diamati.
Semua buku catatan lapangan akan diserahkan
Bab. VI :
8
Polygon cabang
Metode pengukuran sama deng~n untuk polygon utama, hanya pada butir 6, pengukuran sudut horisontal dilakukan 1 (satu) kali
pengamatan.
iii) Pengukuran Titik Kontrol
- Dua seri sudut vertikal (masing-masing terdiri dari satu
pengamatan FL dan satunya lagi FR) akan diamati dari
masingmasing ujung garis untuk mereduksi jarak kearah
horisontal.
- Sebelum pembacaan dilakukan kedudukan nivo tabung akan
tepat ditengah, agar kedudukan alat mendatar: Apabila dilengkapi
dengan kompensator otomatis, maka alat ini akan di cek terlebih
dahulu sebelum pembacaan dimulai untuk mengetahui apakah
alat tersebut berfungsi dengan baik.
- Seluruh hasil pengamatan akan direkduksi di lapangan jika
terdapat perbedaan harga dari dua seri sebesar 15" segera
dilakukan pengamatan ulang.
- Pada saat dilakukan pembacaan sudut vertikal, pengamat akan
memeriksa indeks lingkaran tegak kalimasi agar tidak
mempunyai perbedaan menyolok pada setiap set.
- Indeks lingkaran tegak/kilomasi akan disesuiakan apabila
perbedaannya melebihi 1 menit.
Iv) Pengukuran Jarak.
- Selama pekerjaan berlangsung pengukuran jarak dilakukan
dengan memggunakan pita ukur baja. Semua hasil pengamatan
akan diberitahukan kepada pihak pemberi kerja.
- Paling sedikit 3 pengukuran dari masing-masing ujung garis
polygon akan diamati. Hasil rata-rata dari kedua ujung garis
tersebut akan mempunyai persamaan lebih dari '-° mm dari jarak
kalau tidak pengamatan tambahan perlu dilakukan misalnya
untuk penentuan garis sejauh 2 km, hasil rata-rata pengamatan
akan lebih dari 3° mm.
Bab. VI :
9
- Bilamana perlu temperatur dan tekanan udara akan dicatat
untuk memungkinkan dilakukannya koreksi reflaksi yang akan
dilaksanakan pengamatan atau selama perhitungan selanjutnya.
v) Ketelitian Pengukuran Polygon.
Poligon Utama
- Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimuth matahari 10n,
dimana n adalah jumlah titik sudut. Jika kesalahan penutupnya
masih berada dalam toleransi, maka sudut itu akan disesuaikan
dengan azimuth matahari jika toleransi tersebut dilampaui maka
azimuth dan / atau sudut-sudut tersebut akan diulang dan cek.
- Kesalahan penutup linier polygon tidak boleh lebih besar dari 1 :
10000 dari panjang totalnya. Polygon akan dijaga agar pendek
untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring jaring
atau bagian tidak lebih dari 1 meter.
Poligon Cabang
Toleransi untuk kesalahan penutup sudut = 20" JN , dimana
N = banyaknya titik poligon
e. Penyipatan Datar (Waterpass). Tujuan pengukuran sipat datar adalah mendapatkan beda tix~ggi
antara dua titik. Beda tinggi yang dimaksud adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui dua titik tersebut.
i) Metode Pengukuran
- Jika jalur pengukuran sipat datar cukup jauh, maka jalur
pengukuran dibagi dalam beberapa seksi.
- Setiap seksi dibuat dalam slag genap.
- Pengukuran akan dilakukan pulang pergi dan harus selesai
dalam satu hari.
- Sebagai kontrol beda tinggi dalam tiap slag akan dilakukan
pengukuran double stand.
- Untuk mengeliminir pengaruh kesalahan garis bidik, akan
diusahakan dalam tiap slag jarak ke muka sama dengan jarak ke
Bab. VI :
10
belakang atau jumlah jarak kemuka sama dengan jarak ke
belakang.
- Cara perpindahan rambu bergantian antara rambu muka dan
rambu belakang hal ini dimaksudkan untuk mengeliminir
pengaruh kesalahan nol rambu.
- Pembacaan selalu didahulukan ke rambu belakang kemudian ke
rambu muka.
- Sebagai titik kontrol bacaan benang tengah pada rambu
- 2 BT = BA + BB
- dimana : BT = Bacaan Benang Tengah BA= Bacaan Benang Atas
BB = Bacaan Benang Bawah
ii) PeIaksanaan Pengukuran
- Alat yang digunakan sipat datar automatic level Ni- 2 Nak-l, Nak-
2 atau sejenis.
- Saat pengukuran sebaiknya akan dilaksanakan :
Pergi : jam 06.00 - 11.00
pulang : jam 15.00 - 18.00
- Pengecekkan baut tripod jangan sampai longgar, sambungan
rambu ukur akan lurus betul, rambu akan menggunakan nivo.
- Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar akan
dicek dulu garis bidiknya. Data pengecekkan akan dicatat dalam
buku ukur.
- Waktu pembidikkan rambu akan diletakkan diatas alat besi
(Straat Spot).
- Bidikkan rambu akan antara interval 0,50 m & 2,75 m (untuk
rambu yang 3,00 m)
- Jarak bidikkan alat ke rambu maximum 50,00 m
- Usahakan pada waktu pembidikkan jarak rambu muka sama
dengan jarak rambu belakang atau jumlah jarak muka sama
dengan jumlah jarak belakang.
- Usahakan jumlah jarak per seksi selalu genap
Bab. VI :
11
- Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang silang yakni
benang atas, tengah dan bawah, dengan urutan sebagai berikut :
terlebih dahulu : BT
kemudian : BA dan BB
checking ~ BA + BB = 2 BT
langsung dihitung jarak belakang : db = 100 (BAb - BBb)
jarak muka : d", = 100 (BAm - BBm)
selisih beda tinggi antara stand I dan II tidak boleh lebih dari 2
mm
- Pengukuran sipat datar akan dilakukan setelah BM dipasang.
- Semua BM yang ada maupun yang akan dipasang akan melalui
jalur sipat datar atau dekat dengan sipat datar
- Pada jalur yang terikat/tertutup, pengukuran dilakukan dengan
cara pergi pulang, sedang pada jalur yang terbuka di ukur dengan
stand ganda (doble stand) dan pergi pulang.
- Batas toleransi untuk kesatahan penutup maximum IOJD mm,
dimana D = jumlah jarak dalam km.
f. Pengukuran Situasi Detail.
Tujuan dari pengukuran situasi adalah untuk menentukan jarak
mendatar dan beda tinggi antara titik pengamat dengan titik yang dibidik; yang selanjutnya data tersebut akan diolah untuk menentukan posisi horisontal dan vertikal.
i) Tahap Pengukuran - Memasang dan mengatur alat diatas titik kontrol yang
mempunyai data koordinat dan elevasi (X, Y, Z)
- Membuat skets lokasi yang meliputi :
1 skets kontur
1 skets titik-titik detail
- Setelah selesai membuat skets lokasi, maka dapat dilakukan
pengukuran situasi cara tachimetri.
- Selanjutnya detail yang radial.
- dilakukan pengukuran situasi ke semua titik ada dalam skets
lokasi dengan cara pengukuran
Bab. VI :
12
- Pada pembuatan peta skets situasi akan dibuat nomor urut
keterangan searah jarum jam.
- Untuk setiap titik detail yang diukur akan dibaca
tinggi alat (TA)
nomor titik sesuai dengan skets lokasi (No) 1 benang atas (BA)
benang tengah (BT) 1 benang bawah (BB)
sudut miring (m) atau sudut zenith (z) ke titik detail 1 sudut
horisontal ke titik detail
- Dalam setiap pengukuran akan diusahakan bacaan benag tengah
(BT) sama dengan tinggi alat (TA)
- Apabila semua titik detail telah selesai diukur, diahkir
pengukuran akan diukur titik kontrol yang akan digunakan
untuk tempat pengukuran berikut.
- Setelah selesai pengukuran, dapat dilanjutkan pengukuran dititik
berikutnya dengan prosedur yang sama.
ii) Pelaksanaan Pengukuran
- Alat yang digunakan adalah theodolite T-0 atau yang sederajad
ketelitiannya.
- Methode yang digambarkannya adalah raai dan voorstraal
- Ketelitian polygon raai untuk sudut 24 r dimana r = banyaknya
titik sudut. Ketelitian linier polygon raai 1 : 2000
- Semua tampakan yang ada baik alamiah maupun buatan
manusia diambil sebagai titik detail, misalnya bukit lembah, atur
dan lain-lain.
- Kerapatan titik detail akan dibuat sedemikian rupa sehingga
bentuk topograpi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan
sesuai dengan keadaan lapangan.
- Sketsa lokasi detail akan dibuat rapih, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi
- persyaratan mutu yang baik dari peta.
- Pengukuran situasi akan dilebihkan sebesar 250 m dari batas
yang telah ditentukan
- Sudut polygon raai dibaca satu seri
- Ketelitian tinggi polygon raai 10 cm.
- Pehitungan jarak mendatar dan beda tinggi dari titik pengamatan
ke titik detail akan menggunakan rumus :
Bab. VI :
13
Dd = 100 (BA - BB) cosam
H = 100 (BA - BB) sin m cos m + TA - BT
g. Pengukuran Tampang Melintang. Maksud pekerjaan adalah untuk mendapatkan gambar tampang melintang yang benar, lengkap, teliti dan jelas dari setiap lokasi kontrol
point patok station dan patok tambahan yang telah dipasang disepanjang route survey dengan posisi tegak lurus dengan arah route
survey. Alat yang digunakan untuk tampang melintang adalah alat ukur sipat
datar jenis automatic arde ke 2. Alat yang digunakan untuk pengukuran jarak adalah pita ukur baja.
Pengukuran penampang melintang akan dilakukan setiap jarak 50 M pada bagian jalan lurus dan landai dan jarak 25 M untuk daerah tikungan dan berbukit. Lebar pengukuran akan mengikuti daerah
sejauh 50 M sebelah kiri kanan sumbu jalan pada bagian yang lurus dan 25 M ke sisi luar serta 75 M ke sisi dalam pada bagian jalan yang
menikung. Titik yang perlu diperhatikan adalah tepi perkerasan, dasar
goronggorong, tepi bahu jalan, dasar atas gorong-gorong, tepi bahu jalan, dasar permukaan selokan, saluran irigasi, lantai kendaraan jembatan dan tebing sungai.
Prosedure pengukuran tampang melintang, dilakukan sebagai berikut : - Alat yang dipakai dalam keadaan sempurna, kesalahan-kesalahan
pada alat ukur yang mengakibatkan pembacaan yang salah
hendaknya dikoreksi terlebih dahulu.
- Alat ukur sipat datar diusahakan letaknya tidak terlalu jauh,
maximum 50 km dari stasiun yang diukur tamgang melintangnya.
- Alat ukur diatur dalam alat ukur level (gelembung nivo tabung
sudah di tengah)
- Pembacaan hanya pada benang tengah saja.
- Jarak diambil dengan menggunakan pita ukur baja.
Ketentuan batas tampang melintang adalah sebagai berikut:
- Batas pengukuran tampang melintang disepanjang jaringan pipa
sekurang-kurangnya jarak ke kanan dan ke kiri adalah menurut
kebutuhan.
- Tebaran titik tampang melintang pada setiap tampang dibuat
serapat mungkin, sehingga nantinya mewujudkan citra lapangan
yang mendekati citra lapangan sebenarnya.
- Pencatatan hasil pengukuran, dilakukan sebagai berikut :
Bab. VI :
14
- Sebetum tampang melintang dimulai, juru ukur membuat sket
tampang melintang, sket diatas formulir ukur secara rapi, lengkap,
jelas dan teliti.
- Pencatatan pembacaan benang tengah dilakukan pada waktu
rambu ukur berdiri di titik detail tampang melintang dan teropong
sudah diarahkan ke rambu.
- Hasil sket tampang melintang, pembacaan benang tengah dan
pembacaan jarak dari pita ukur baja ditulis pada formulir ukur
dengan menggunakan tinta dan tidak mudah dihapus.
- Pencatatan data dan penggambaran sket yang salah akan dicoret,
data dan sket yang benar ditulis diatasnya.
B. Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan hasil Pengamatan.
a. Pencatatan
Pelaksana pekerjaan akan menyerahkan contoh-contoh buku lapangan
yang akan dipakai kepada pemberi kerja untuk disetujui. Pencatatan akan menggunakan bolpoint bertinta hitam dan dilapisi
karbon, hingga diperoleh dua lembar untuk pencatatan yang sama. Kesalahan akan dicoret satu kali penimpaan angka dan penghapusan
tidak akan diterima. Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan kelembar pengamatan
sementara pekerjaan berlangsung. Hal ini menyangkut nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomot alat juga penjelasan-penjelasan lainnya seperti ketinggian alat temperatur dan tekanan udara.
Seluruh lembar data akan disertai tanggal dan tanda tangan pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.
Seluruh pengamatan dilakukan dilakukan dilapangan diserahkan kepada pihak pemberi kerja.
b. Reduksi. Sudut dan jarak perlu direduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan diperiksa apakah sudah memenuhi toleransi yang sudah
ditetapkan. Reduksi jarak termasuk juga koreksi meteorologi, kesalahan titik nol,
alat, kemiringan, muka air laut rata-rata dan koreksi faktor skala dimana dianggap perlu. '
Pengamatan dilapangan perlu direduksi setiap harinya lalu ditanda tangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana pekerjaan.
Hasil pengamatan ini akan diarsipkan.
Bab. VI :
15
c. Pemrosesan
Perhitungan-perhitungan akan dilakukan dua kali secara terpisah sekali dilapangan dan sekali dikantor.
Penghitungan akan dilakukan dilapangan untuk memeriksa apakah pengamatan telah sesuai dengan standard ketepatan sebagai yang dijelaskan pada bagian f dan g.
Untuk kontrol planimeter ini meliputi : Pengecekkan hasil perhitungan sudut dan jarak rata-rata. 1
Pengecekkan penutup sudut dan jarak rata-rata.
Pengecekkan azimuth antara titik-titik triangulasi atau azimuth
mata-hari.
Penyesuian kesalahan sudut.
Perhitungan dari x dan y untuk mengecek hasil planimetri
Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :
Pemeriksaan hasil hitungan dari dan bacaan belakang, bacaan
muka, dan perbedaan tinggi (h).
Perbedaan (h) seksi-seksi antara titik-titik.
Perhitungan dari tiap loop .
Penyesuaian dari loop dengan methode dill (atau methode lainnya)
agar mem-peroleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada
perhitungan rinci ketinggian nantinya.
Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim kekantor pelaksana
pekerjaan guna dilakukan perhitungan akhir. Penyesuaian planimetri yang akan dihitung mencakup seluruh titik trangulasi yang ada dilapangan.
Penyesuaian hasil pengamatan sudut akan sesuai dengan jumlah antara titik-titik azimuth triangulasi atau pengamatan azimuth
matahari yang dapat diterima, seperti yang telah ditentukan. Penyesuaian titik-titik polygon akan sesuai dengan jarak hal ini berarti
bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama dengan Salah penutup dalam simpangan timur
Seluruh hasil perhitungan, pengamatan dan informasi seperti yang didaftar dibawah ini akan diserahkan kepada pihak pemberi kerja
untuk mendapatkan persetujuan sementara. Urutan cara perhitungan loop atau jalur polygon antara Bench
Mark.
Bab. VI :
16
Salah penutup sudut pada setiap bagian/seksi antara azimuth
matahari, azimuth kontrol, atau azimuth yadg diperoleh dari loop
yang berdekatan, bersama-sama dengan jumlah titik dalam setiap
seksi.
Salah penutup liniair x, y dari tiap loop atau jalur poligon antara
titik simpul dan salah tutup fraksi-fraksi yang dipilih dengan
jumlah titik.
Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak
dipakai dan lain sebagainya.
Akan dilaksanakan penyesuaian kuadrat terkecil, asalkan kegiatan ini tidak akan mengakibatkan tertundanya proses berikutnya.
C. Penggambaran dan Ketelitian Penggambaran.
Garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm. Gambar konsep akan
dilakukan diatas kertas putih. Semua Bench Mark dan titik triangulasi
(titik pengikat) yang ada dilapangan akan digambar dengan legenda yang
telah ditentukan dan dilengkapi dengan elevasi dan koordinat.
Pada setiap interval 5 (lima) garis kontour dibuat tebal dan ditulis angka
elevasinya. Pencantuman legenda pada gambar akan sesuai dengan apa
yang ada dilapangan. Penarikan kontour lembah/alur atau bukit akan
ada data elevasinya.
Garis sambungan/overlaap peta sebesar 5 cm transparan stabil.
Titik pengikat/referensi peta akan tercantum pada peta dan ditulis
dibawah legenda. Gambar kampung dan sungai akan diberi nama yang
jelas. Gambar kampung, sawah, rawa harus diberi batas
Peta ikhtisar akan tercantum nama kampung, nama sungai, BM, jalan,
jeriibatan dan lain-lain tampakan yang ada didaerah pengukuran.
Interval kontour cukup setiap 0,50 m untuk daerah datar dan 1 m untuk
daerah berbukit.
Lembar peta akan diberi nomor urut yang jelas dan teratur.
Format gambar etiket peta akan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pemberi kerja. Sebelum pelaksana memulai
penggambaran akan diasistensikan kepada pemberi kerja (bagian
pengukuran)
Titik polygon utama, polygon cabang dan polygon digambar dengan sistim
koordinat (tidak diperkenankan digambar dengan cara grafis)
Bab. VI :
17
Apabila ada 2 kontour atau lebih, yang berdekatan dan hampir berimpit
(misalnya batas kampung, tanggul, jalan kelokkan saluran) kontour
digambarkan dengan garis-garis putus yang diperbesar. Garis kontour
akan berhenti pada jalan raya dan sungai besar dalam hal ini garis
kontour tidak boleh digambarkan memotong sungai, tetapi akan berhenti
pada salah satu tebing sungai dan selanjutnya bersambung pada tebing
sungai diseberang lainnya.
Hasi! pengukuran digambarkan dengan skala :
Skala gambar situasi 1 : 500
Skala gambar potongan memanjang :
orizontal 1 : 500
Vertikal 1 : 100 (digunakan kertas standart Bina Marga)
Skala gambar potongan melintang :
Horizontal 1 : 100
Vertikal l : l00 Interval kontur 0,50 m
Daftar koordinat beserta ketinggian titik poligon utama akan dilampirkan. Hasil penggambaran tersebut akan dileng'kapi dengan :
1. Garis-garis batas Daerah Manfaat Jalan, Daerah Milik Jalan, dan
Daerah Pengawasan Jalan.
2. Persilangan, perpotongan, perhimpitan dan perlintasan Daerah
Manfaat Jalan, Daerah Milik Jalan, dan Daerah Pengawasan Jalan
dengan milik banggunan lain.
3. Bangunan utilitas yang ada dalam, Daerah Milik Jalan, dan Daerah
Pengawasan Jalan.
4. Lokasi dan jenis perlengkapan jalan, lokasi dan jenis pelengkapan
bangunan pelengkap jalan beserta bangunan-bangunan lain yang
berada dalam ruas jalan tersebut dengan disertai ukuran pokoknya.
5. Peta lokasi yang menunjukkan letak ruas dimaksud terhadap ruas
jalan lainnya.
6.4.3.Survai dan Inventarisasi Lapangan
A. Inventarisasi Geometrik Jalan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data umum mengenai kondisi perkerasan yang ada dan kondisi geometrik jalan yang bersangkutan.
Menggunakan kertas standart
Bina Marga
Bab. VI :
18
Pemeriksaan dilakukan metode yang disederhanakan, yaitu mencatat
kondisi dominan setiap 100 m yang dicatat selama berkendaraan. Petugas akan berusaha mendapatkan data yang selengkap mungkin
mengenai keadaan disekitarnya jalan tersebut. Data yang akan diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
1. Lebar perkerasan yang ada, dalam meter.
2. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya : AC, HRS, Nacas,
Lasbutag, Penetrasi Macadam, Kerikil, Tanah, Soil Cement dsb.
3. Nilai kekerasan jalan (Road Condition Index), yang dapat diperoleh
dari hasil survei NAASRA Roughness Meter atau ditentukan secara
visual dengan ketentuan skala.
4. Kondisi daerah samping serta sarana utilitas yang ada seperti
saluran samping, gorong-gorong, bahu/berm, jarak
pagarlbangunan penduduk/tebing ke pinggir perkerasan.
5. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan
Iokasi yang ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.
6. Data yang diperoleh akan dicatat didalam formulir HR.3.1.
7. Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik jalan sesuai
ketentuan.
8. Foto akan ditempel pada formulir HR.3.2. dengan mencantumkan
hal-hal yang diperlukan seperti nomor dan nama ruas jalan, arah
pengambilan foto, tanggal pengambilan foto, dan tinggi petugas
yang memegang nomor STA / KM.
Dalam Inventarisasi geometrik jalan juga harus diperhatikan kelandaian jalan.
Untuk kelandaian jalan dikatagorikan sebagai berikut :
D - Datar atau relatif datar
B - Berbukit bergelombang atau berombak
G - Kelandaian yang curam
Kelandaian jalan yang mencolok dicatat sesuai dengan kategori diatas pada setiap jarak 500 meter dan juga mencatat dimana terdapat perubahan ~ kelandaian yang berarti, pada suatu titik tertentu.
Lebar perkerasan yang ada bahu jalan saluran/drainase dalam satuan meter. Tata Cara Inventarisasi Geometris Jalan (Formulir DL 3.2.
Rekaman Foto)
1. Caranya : dengan memperhatikan kondisi rata-rata setiap 1 km.
Bab. VI :
19
Kondisi permukaan dinilai secara visual menurut Road Condition Index
(RCI) dengan skala berikut ini :
IRI RCI* Kondisi permukaan jalan aspal ditinjau secara vsa
Contoh jenis-jenis permukaan
3-0 8-10 Sangat rata dan teratur Hot-mix baru (Lataston,
Lataston) setelah pening-katan menggunakan be-
berapa lapisan.
4-3 7-8 Sangat baik, umumnya rata Campuran panas setelah
pemakaian beberapa tahun,
hot-mix yang baru diletakkan sebagai satu lapisan tipis di
atas penmac.
6-4 6-7 Baik Lapisan tipis lama dari hot-
mix, Nacas baru, Lasbutag
baru.
8-6 5-6 Cukup, sedikit sekali atau
tidak ada lubang-lubang tetapi permukaan jalan
tidak rata.
Pen. Macadam baru, Nacas
baru, lasbutag setelah pemakaian beberapa tahun.
10-8 4-5 Jelek, kadang-kadang ada
lubang, permukaan tidak
rata.
Penmac setelah pemakaian 2
atau 3 tahun, Nacas lama,
jalan kerikil yang kurang terpelihara.
12-10 3-4 Rusak, bergelombang, banyak lubang.
Penmac lama, Nacas lama, jalan kerikil yang kurang
terpelihara.
16-12 2-3 Rusak berat, banyak lubang
dan seluruh daerah
perkerasan hancur
Semua tipe-tipe perkerasan
yang diabaikan lama sekali
> 16 1-2 Tidak bisa dilalui, kecuali oleh 4 WD jeep
Jalan-jalan tanah dengan drainase yang jelek, semua
tipe permukaan jalan yang
dabik lama sekali.
2. Data penelitian NAASRARoughness Meter juga diminta bila
memungkinkan.
Untuk penelitian-penelitian ini, pastikan bahwa : i. Formulir-formulir Bina Marga yang digunakan.
ii. Kendaraan yang digunakan untuk survai dicatat dengan jelas dalam
formulir (catat nomor registrasinya).
iii. Data di mana bacaan NAASRA Meter dimulai dengan jelas terlihat di
dalam formulir.
Bab. VI :
20
iv. Petunjuk speedometer harus jelas menyebut obbyek-obyek fisiknya
di lapangan, terutama patok-patoknya.
v. Arah survai harus diperhatikan km dicatat.
3. Catat kira-kira jumlah pohon-pohon/km dalam bagian "Komentar"
apabila lebih dari hanya sekali-kali.
4. Persoalan utama yang memerlukan suatu tindakan untuk menjamin
kemampuan pelayanan 10 tahun (misalnya daerah longsor yang besar)
harus dicatat lebih terinci pada halaman yang terpisah (dengan foto).
5. Harus dicatat U negatif (berarti permukaan air yang tinggi) dalam hal
sawah di atas, atau sangat dekat dengan permukaan jalan, walaupun
apabila sawah tersebut kering pada saat penelitian. Catat titik
permulaan dan akhir dari bagian-bagian jalan yang terletak di bawah
dari jalan yang membutuhkan peninggian permukaannya.
6. Banyak contoh-contoh foto diperlukan untuk seluruh ruas jalan, dan
paling sedikit 1 buah foto secara umum/km (dengan lokasi km terlihat
jelas di foto). Tiap foto umum dari jalan harus memperlihatkan seorang
anggota staff dengan diketahui tinggi badannya (tinggi badan dicatat
dalam catatan foto). Tempel foto dalam formulir standar HR 3.2. yang
disediakan.
7. Penting sekali untuk mengisi formulir-formulir
DL 3.1. dengan cara-cara standar, karena data-data ini akan
digunakan dalam desain secara komputerisasi dan agar
memungkinkan pengecekan serta koordinasi secara cepat di Central
Design Office.
8. Akan mengisi setiap tempat dalam formulir HR 3. l., terutama yang di
kotak judul. Penting sekali untuk mencatat nama kota yang digunakan
untuk patokan km. (Lebih baik awal dari seluruh ruas).
9. Akan diisikan setiap interval 1,0 km, sekalipun patok kilometernya
hilang. Dasarkanlah jarak pada pembacaan speedometer pada setiap 1
km berhenti, karena tidak diketahui selanjutnya apabila patok yang di
muka telah hilang atau masih.
10. Akan ditaksir punggung rata-rata perkerasan (sudut kemiringan)
untuk setiap 1,0 km karena ini akan mempengaruhi kuantitas aspal
Bab. VI :
21
yang diperlukan. Gunakan kawat yang direnggang untuk memberikan
keterangan visual untuk menaksir bentuk permukaan perkerasan.
11. Ketinggian timbunan perkirakan dan catat ketinggian rata-rata
dalam meter untuk setiap km.
12. Tentukan titik awal dan akhir pada setiap paket kontrak dan
tandai ini dengan jelas pada formulir HR 3.1. Titik-titik tersebut harus
berhubungan dengan obyek-obyek fisik yang telah ditetapkan di
lapangan. yang dapat diidentifikasikan dengan mudah nantinya oleh
kontraktor ( misalnya patok kilometer, pangkal jembatan, dll.).
13. Apabila jalan tersebut melalui daerah-daerah perkotaan siapkan
peta sketsa yang dengan jelas memperlihatkan rute proyek yang
diminta melalui jaringan jalan perkotaan. Juga catat dengan jelas baik
perincian-perincian yang sudah ada maupun keperluan perbaikan
trotoar, saluran-saluran air, lampu-lampu jalan dan detail
persimpangan-persimpangan (termasuk lampu-lampu lalu lintas
lainnya).
14. Jumlah gorong-gorong per kilometer dicatat dalam ruangan yang
disediakan pada formulir HR 3.1. Survai terinci dari tipedan ukuran
serta kondisi tiap gorong-gorong tidak diperlukan pada tahap ini.
Survai gorong-gorong pada banyak jalan dapat dilakukan dengan
cukup akurat dengan menggunakan kendaraan survai yang bergerak
dengan hanya sekali-sekali berhenti untuk meyakinkan adanya gorong-
gorong yang tidak dapat dilihat dengan jelas.
B. Inventarisasi Jembatan
Tujuan dari ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi
jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau. Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah sebagai berikut :
1. Nama dan lokasi jembatan.
2. Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar, kebebasan, jenis lantai
dan kondisi jembatan.
3. Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan dan
pemeliharaan.
4. Data yang diperoleh dicatat dalam formulir HR.S.1 5.1.
Bab. VI :
22
5. Foto dokumentasi sebanyak 2 (dua) lembar untuk setiap jembatan
yang diambil dari arah memanjang dan melintang. Foto akan ditempel
pada formulir.
Tata Cara Inventarisasi Jembatan (Formulir HR 5.1 dan HR 5.2)
1. Jembatan jembatan dengan bentang kurang dari 10 m dimasukkan
dalam kelom-pok program peningkatan, sedangkan yang lebih besar
bentangnya dari 10 km akan ditingkatkan dibawah Program
Peningkatan Jembatan (Bridge Betterment Programe) yang terpisah.
Oleh sebab itu, semua jembatan jembatan yang bentangnya 10 m atau
kurang akan diinventarisasi dan lokasi-lokasinya harus dicatat dalam
formulir HR 5. l.
2. Jenis dan kondisi deck yang ada, pagar, pangkal dan pondasi-pondasi
akan dicatat/diketahui, bersamaan dengan perbaikan-perbaikan
menggunakan dana kecil yang dianjurkan, yang bertujuan untuk
menjamin penggunaan jembatan terus menerus selama masa layan 10
th, dari proyek peningkatan jalan.
3. Akan dibuat dua buah foto untuk setiap jembatan pendek dan fotofoto
cetak yang asli dikirimkan ke CDO. Tambahan foto akan dibuat untuk
menunjukkan masalah-masalah pada formulir khusus (umpamanya
pangkal jembatan yang reta.k dsb).
4. Kuantitas material yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan yang
diusulkan akan diperkirakan dan dilakukan sewaktu pemeriksaan
jembatan, tidak pada waktu kembali di kantor. Tujuannya untuk
memperkirakan pembiayaannya saja.
C. Inventarisasi Gorong-gorong
Tata Cara Inventarisasi Gorong-gorong (Formulir HR 6.4.1)
1. Salinan daftar gorong-gorong akan dibawa pada waktu survai.
2. Baik gorong-gorong yang ada yang perlu diperbaiki maupun kebutuhan
gorong-gorong baru dimasukkan pada formulir ini. Gorong-gorong yang
ada tidak perlu diperbaiki juga hams dicatat apabila gorong-
gorong tersebut telah dihapus dari daftar gorong-gorong.
3. Apabila ada tumbuhan yang lebat disisi jalan, maka perlu kehati-
hatian untuk menghindari terlewatnya gorong-gorong tersebut, atau
Bab. VI :
23
perlu adanya gorong-gorong. Pemeriksaan secara hati-hati pada semua
titik rendah di jalan dan pada bagian timbunan, juga sepanjang bagian
samping jalan.
4. Ukuran gorong-gorong yang ada akan diukur, bila memungkinkan.
5. Saluran air dapat merupakan saluran alamiah atau gorong-gorong
kecil pada selokan kecil, perlu pemeriksaan untuk erosi dan
penyumbatan.
6. Menanyakan pada pegawai P.U. setempat atau penduduk tentang
keterangan adanya banjir yang menunjukkan gorong-gorong tidak
memadai. Hal ini diperlukan bila survai dilaksanakan pada musim
hujan, bila secara praktis memungkinkan.
7. Ukuran yang diperlukan gorong-gorong baru, ditentukan oleh
keperluan pemeliharaan untuk yang berukuran kecil. Untuk gorong-
gorong ukuran besar perkiraan secara visual dari ukuran daerah
tangkapan akan dimasukkan di dalam kolom Pekerjaan Perbaikan.
8. Kebutuhan kuantitas hanya kira-kira saja, perhitungan detail tidak
diperlukan.
D. Inventarisasi Drainase Samping
Tata Cara Inventarisasi Drainase Samping (Formulir HR 6.4.2)
1. Survai akan mencakup seluruh panjang jalan. Apabila tidak ada
drainase, ini perlu ditunjukkan, bersama-sama dengan keteragan
perlunya drainase dan pekerjaan yang diperlukan.
2. Drainase samping kiri dan kanan akan dicatat pada lembar yang
berbeda.
3. Ra.ta-rata ketinggian penampang akan diperiksa dengan cepat,
menggunakan mistar penyipat 2 m, pengukur tinggi dan mistar.
4. Diperlukan garis baru pada formulir untuk masing-masing bagian dari
drainase diantara outlet. Apabila kemiringan pengeluaran drainase
berubah tiba-tiba, garis yang berbeda untuk masing-masing
kemiringan.
5. Outlet dari drainase dapat berupa tempat pemotongan, aliran air
alamiah, gorong-gorong atau bagian lanjutan dari drainase dengan
Bab. VI :
24
kemiringan yang berbeda. Hal ini dicatat pada kolom 'outlet', bersama-
sama dengan stasiun outlet yang akan ada pada satu ujung atau
bagian yang lainnya.
6. Lebar rata-rata daerah tangkapan" adalah lebar rata-rata perkerasan,
bahu dan sisi yang berdekatan yang didrainase oleh selokan. Hal ini
dapat digunakan untuk roenghitung aliran maksimum pada drainase.
Penampang drainase pada ujung outlet dibuat skets dan luas
penampang, melintang dicatat.
E. Inventarisasi Sumber Material
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi meogenai
bahan-bahan perkerasan yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada ruas-ruas jalan yang dikerjakan. Data-data
yang diperoleh dari survai ini adalah :
1. Perkiraan harga satuan tiap jenis bahan.
2. Perkiraan jarak pengangkutan bahan quarry ke base camp proyek.
3. Peta lokasi quarry berikut keterangan lokasi (Km., Sta.).
4. Data yang diperoleh dicatat dalam formulir yang terkait.
Tata Cara inventarisasi Sumber Material (FormulirHR 4)
1. Data yang diserahkan berupa peta yang memperlihatkan semua
sumbersumber material yang dianjurkan, sekalipun jika data yang
sama atau mirip telah dikirim ke Kantor Proyek sebelumnya.
2. Diperlihatkan dengan jelas dengan menggunakan tanda berwarna
untuk rute pengangkutan yang paling mungkin dari setiap sumber ke
tengah-tengah titik ruas jalan, dengan mencatat jarak dari rute
tersebut pada peta.
3. Peta juga mencatat tiap proyek yang sedang dilaksanakan atau sudah
dilaksanakan baru-baru ini, dan sumber-sumber serta rute yang
digunakan.
6.4.4.Penyelidikan Tanah (DCP / Dynamic Cone Penetrometer)
A. Umum
Penggunaan Scala Dynamic Cone Penetrometer adalah untuk
Pemeriksaan evaluasi kekuatan subgrade. Pekerjaan pemeriksaan Scala Dynamic Cone Penetrometer dilakukan dengan interval jarak
100 meter (sesuai KAK) sepanjang jalan pada kanan/kiri jalan atau
Bab. VI :
25
sesuai Typical kondisi lapangan yang ada pada sumbu jalan (tidak
pada bahu jalan). Material perkerasan yang ada pada tiap titik pemeriksaan DCP akan
digali sebelum pemeriksaan dilaksanakan. Lapisan material perkerasan yang ada akan dicatat untuk memperlihatkan ketebalan dan kondisi struktur dari material perkerasan.
Pengujian DCP akan memberikan sebuah rekaman yang menerus dari kekuatan tanah hingga kedalaman 90 cm dibawah permukaan
subgrade yang ada, kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras. Pengujian DCP dilaksanakan dengan mencatat jumlah
pukulan (blow) dan penetrasi dari kerucut logam yang tertanam pada tanah karena pengaruh jatuhan pemberat (falling weight).
Kemudian dengan penggunaan tabel korelasi, pembacaan penetrometer akan diubah menjadi pembacaan setara dengan CBR atau setara dengan Unconfined Compressive Strengh.
B. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan yang dapat dilaksanakan guna menunjang
kelancaran kegiatan di lapangan adalah : a. Penyiapan sarana dan prasarana penyelidikan tanah yang meliputi
: penyediaan blangko / formulir lapangan, alat penyelidikan (DCP)
lengkap alat-alat tulis dan peralatan lain yang diperlukan.
b. Orientasi lapangan Maksud dari kegiatan ini adalah untuk
menentukan rencana kerja secara rinci dan dapat mengetahui
secara umum kondisi medan.
c. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan personil.
C. Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan Penyelidikan Tanah yang dilaksanakan adalah
mengadakan pemeriksaan lapis tanah dasar/sub grade dengan alat scala Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dengan interval 25 meter.
Pemeriksaan dilaksanakan sepanjang ruas jalan yang efektif untuk peningkatan jalan dan mencatat semua data yang penting yang
berhubungan dengan pekerjaan misalnya : - data hasil pembacaan
- kondisi jalan
- tanah asli
- timbunan
- kondisi drainase
- cuaca
- waktu
Bab. VI :
26
- dan sebagainya.
Semua data di catat dalam formulir standart yang telah disediakan.
D. Pekerjaan Analisa Data
Data lapangan di susun dalam formulir khusus yang berisikan : - lokasi pemeriksaan / STA jumlah tumbukan
- besarnya penurunan
- sket potongan melintang jalan
- detail susunan lapis perkerasan
Untuk mendapatkan nilai CBR dari data DCP, plot jumlah komulatif
tumbukan dan kedalaman penetrasi dalam formulir. Dari data tersebut disusun urut STA lalu dibuat grafik CBR untuk
menetukan panjang masing-masing Unique Section. Sebagai analisa terakhir adalah menyusun nilai CBR dengan menjumlah dan menghitung prosentasenya sehingga didapatkan
angka prosentase komulatif. Dari data nilai CBR dan Prosentase komulatif di buat grafik kemudian
diambil kesimpulan besarnya nilai CBR 90%. Berdasar nilai CBR 90% ini digunakan untuk mendesain tebal
perkerasan jalan yang akan direncanakan.
E. Tata Cara Pemeriksaan DCP
- Peralatan
a. Standart Dynamic Cone Penetrometer terdiri atas ;
9.07 kg (20 lb) pemberat yang dijatuhkan melalui 50.8 cm (20
inch) pada sebuah tiang yang bergaris tengah 16 mm (5/8
inch) dengan memukul suatu landasan.
Besi baja (bulat) yang bergaris tengah 16 mm (5/8 inch)
dengan ujung baja yang keras seluas 1,61 cm2 (1/z sq.in)
dengan sudut 30°.
b. Meteran bangunan yang dapat diperpanjang dan mempunyai alat
pengunci yang positip.
c. Formulir-formulir standart.
- Cara Kerja
a. Satu orang menjalankan penetrometer, dan satu orang lagi
dengan meteran bangunan, mengukur dan mencatat jumlah
penetrasi setiap pukuian.
Bab. VI :
27
b. Palu digunakan untuk menanamkan ujung kerucut sampai garis
tengahnya yang paling lebar masuk kedalam permukaan tanah.
Posisi Ini adalah datum untuk pengujian dan meteran bangunan
diperpanjang dan dikunci dengan ujung dari meterannya berse-
belahan dengan dasar dari baut landasan.
c. Ujung meteran disingkirkan kesamping tanpa mengubah posisi
badan meteran di tanah dan pengujian penetrasi dapat dimulai.
d. Penetrometer tersebut ditanamkan dengan pukulan-pukulan dari
palu yang dijatuhkan. Apabila material yang diuji sangat keras
(penetrasi kurang dari kira-kira 0.2 cm /pukulan), serangkaian
pukulan (misal 5 atau 10) harus diberikan diantara setiap
pembacaan penetrasi. Untuk material yang lebih lunak,
pembacaan diambil setelah masing-masing pukulan.
e. Penetrometer tersebut dikeluarkan dengan pukulan-pukulan
keatas dari palu "stop nut".
f. Akibat pukulan - pukulan keatas yang digunakan untuk
mengangkat / mengeluarkan alat tersebut, setelah beberapa jam,
menyebabkan pemanjangan yang nyata dari tiang baja tersebut,
jarak jauh dari palu tersebut harus diperiksa secara berkala dan
posisi "stop nut" disesuaikan, ditetapkan jarak jatuh 50.80 cm.
6.4.5. Test Pit (Sumur / Lubang percobaan)
Tujuan utama dari pembuatan sumur / lubang percobaan (test pit) ini
adalah untuk mengetahui apa sajakah jenis tanah yang ada, dan berapa tebal dari bermacam lapisan tanah yang dijumpai tersebut dan untuk mengetahi nilai CBR dari tanah dasar hasil galian. Sumur-
sumur percobaan (test pit) adalah lubang-lubang hasil penggalian dengan tangan dengan ukuran diameter kira-kira 1 s/d 1,5 meter.
Pekerjaan ini dilakukan sampai suatu kedalaman tertentu, asalkan
kohesi bahan yang digali masih memungkinkan dan permukaan air tanah ditempat tersebut masih lebih dalam daripada dasar penggalian.
Sumur-sumur percobaan mempunyai keuntungan yaitu bahwa sumur-sumur ini akan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang susunan lapisan tanah, dan juga dapat mengambil contoh tanah yang
berupa potongan-potongan yang besar dari dasar atau dinding lubang galian tersebut.
Bab. VI :
28
Sambil melakukan penggalian sumur percobaan, dibuat catatan yang
teliti tentang lapisan-lapisan tanah yang dijumpai. Dalam pelaksanaan nantinya catatan ini akan dibuat oleh seorang yang ahli dan terlatih
serta mempunyai pengalaman dalam cara-cara pembuatan hasil pemboran/ penggalian (soil logging). Penyusunan Laporan Penyelidikan Tanah akan dilakukan sebaik
mungkin hingga mencakup seluruh penyelidikan pada lokasi kegiatan perencanaan berdasarkan klasifikasi tanah yang didapat sebagai hasil
test.
Kesimpulan dan saran yang akan diberikan oleh Konsultan
berdasarkan data-data dan peninjauan teknis ekonomis yang lengkap.
6.4.7. Analisa Data Lapangan, Perencanaan dan Penggambaran
Tahap Perhitungan Rencana
Dalam perhitungan perencanaan disini terdiri dalam beberapa tahapan, sebagai berikut :
a. Penyusunan konsep detail perencanaan, atas persetujuan pemberi
tugas.
b. Pembuatan perencanaan akhir, dilakukan setelah konsep tersebut
dalam butir a. disetujui pemberi tugas dengan mencantumkan
koreksi-koreksi dan saran yang diberikan oleh pemberi tugas.
c. Semua perencanaan mengikuti ketentuan-ketentuan standart
perencanaan yang diuraikan dalam kerangka acuan tugas.
Konsep Detail Perencanaan
Dalam proses ini Konsultan akan menentukan semua kesimpulan hasil survai lapangan dari semua bagian proyek antara lain menyangkut :
A. Perencanaan Geometrik
a. Penetapan alinyemen horizontal
Konsultan akan menetapkan alinyemen horizontal yang mungkin diperlukan perbaikan dengan memperhatikan :
- Lokasi (STA) dan nomor-nomor titik kontrol horizontal
- Pertimbangan ekonomi
- Data lengkung horisontal (curva data) yang direncanakan
- Lokasi dari bangunan pelengkap
Bab. VI :
29
b. Penetapan alinemen vertikal
Konsep alinyemen vertikal (penampang memanjang) dapat dimulai setelah konsep alinyemen horizontal disetujui pemberi
tugas dan digambar dibagian bawah dari alinyemen horizontal. Penetapan alinyemen vertikal didasarkan pada :
- Tinggi permukaan tanah
- Ketentuan kemiringan maksimum diagram superelevasi
- Data lengkung vertikal
- Elevasi bangunan-bangunan pelengkap, bangunan-bangunan
drainase dan bangunan disekitar rencana jalan
- Pertimbangan ekonomi
- Ketentuan panjang kritis landai maksimum
c. Penetapan potongan melintang
Dalam merencanakan standart potongan melintang Konsultan akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Rencana pengaturan lalu lintas, jalur hijau tanaman dan
bangunan pelengkap yang diperlukan
- Penetapan rencana konstruksi perkerasan dan badan jalan -
Penetapan rencana drainase
- Penetapan rencana lansekap
d. Keselamatan lalu lintas
Dalam perencanaan geometrik jalan, Konsultan akan mempertimbangkan aspek keselamatan pengguna jalan, baik
selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi maupun pada saat pengoperasian jalan. Konsultan perlu menjamin bahwa semua
elemen geometrik yang direncanakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standart geometrik jalan dan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.
e. Tinjauan Geometrik jalan
Standart perencanaan geometrik yang perlu diperhatikan antara
lain dan tidak terbatas pada : 1) Klasifikasi perencanaan
2) Lalu lintas (traW c)
3) Kecepatan rencana
4) Potongan melintang
5) Jalur lalu lintas
6) Bahu jalan
7) Jarak pandang henti
8) Jarak pandang menyiap
Bab. VI :
30
9) Alinyemen horisontal
- Jari jari tikungan minimum
- Jari jari minimum untuk bagian jalan dengan kemiringan
normal
- Superelevasi
- Bagian peralihan
- Pelebaran pada tikungan
10) Kemiringan melintang
11) Alinyemen vertikal
- Landai maksimum
- Panjang kritis landai
- Jalur pendakian
- Lengkung vertikal
12) Persimpangan sebidang
- Kontrol pengendalian lalu lintas pada persimpangan
- Kecepatan rencana
- Alinyemen dan konfigurasi - Jarak antara persimpangan
- Jari jari minimum persimpangan
- Potongan melintang dekat persimpangan, pergeseran
jalur (line shife)
- Jalur belok kanan
- Jalur belok kiri
Bab. VI :
31
Diagram alur perencanaan geometrik disajikan pada gambar 6.2 - 6.8
Fisik Dan Topografi
F i s i k
Jenis Tanah dasar (keras – lunak)
Keadaan MAT (tinggi – rendah)
Keadaan curah hujan (tinggi – rendah)
T o p o g r a f i
Tipe daerah yang dilalui (permukiman, pertanian, industri)
Jenis medan (datar, perbukitan, pegunungan)
PERENCANAAN GEOMETRIK
GAMBAR 6.2. FISIK DAN TOPOGRAFI
Bina Marga : Jalan Utama (I)
Jalan Sekunder (II)
Jalan Penghubung (III)
Urban :
Jalan Ekspress
Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lentur
Jalan Kaku
Konstruksi
Jalan Negara
Jalan Propinsi
Jalan Kabupaten
Jalan Kecamatan
Jalan Desa
Administrasi Kepemilikan
Kelas I
Kelas IIA
Kelas IIB
Kelas IIC
Kelas III
Volume & Sifat
Lalu-Lintas Fungsi
Klasifikasi Jalan
PERENCANAAN GEOMETRIK
GAMBAR 6.3. KLASIFIKASI JALAN
Bab. VI :
32
Kelelahan
Ketrampilan
Psikis
Lebar jalan
Jarak pandang
Alinyemen
Rem
Daya mesin
Lampu
Keamanan
Manusia J a l a n Keamanan
PERENCANAAN GEOMETRIK
GAMBAR 6.5. KEAMANAN
LHRT
LHR
Fluktuasi lalu lintas
Pembagian jurusan
SMP
Kelompok
kendaraan
Kecepatan rencana
Kecepatan jalan
Kecepatan relatif
Volume Lalu-Lintas
Komposisi
Lalu-Lintas Kecepatan
Lalu - Lintas
Mobil penampung
Bus
Truk tunggal
Truk gandeng
Truk gandeng berat
Volume & Sifat
Lalu - Lintas
Analisa LL sekarang
Analisa perkembangan LL mendatang
Faktor proyeksi
Proyeksi
Lalu-Lintas
PERENCANAAN GEOMETRIK
GAMBAR 6.4. LALU LINTAS
Bab. VI :
33
Lalu lintas harian rata-rata
Kecepatan rencana
Lebar daerah penugasan minimum
Lebar perkerasan
Lebar median minimum
Lebar bahu
Lereng melintang perkerasan
Lereng melintang bahu
Jenis lapisan permukaan jalan
Miring tikungan maksimum
Jari-jari lengkung minimum
Landai maksimum.
Pertimbangan Biaya Syarat Batas Perencanaan
Kriteria Dasar
PERENCANAAN GEOMETRIK
GAMBAR 6.6. KRITERIA DASAR
Keamanan pengemudi
Pedoman penempatan tanda dan aturan lalu
lintas.
Jarak melihat rintangan sampai menginjak rem
Jarak mengerem
Jarak berlandai
Pengaruh jurusan dan truk
Standard perencanaan
alinyemen
Jarak PIEV
Jarak pada lajur kanan
Jarak bebas
Jarak kendaraan berlawanan
Jarak pandang malam hari
Ketinggian jarak pandang
Standard perencanaan alinyemen
Manusia Jarak Pandangan
Henti Kendaraan
Jarak Pandangan
PERENCANAAN GEOMETRIK
GAMBAR 6.7. JARAK PANDANGAN
Bab. VI :
34
B. Perencanaan Perkerasan
Pemilihan type dan material perkerasan akan didasarkan pada pertimbangan dari segi ekonomi, kondisi setempat, tingkat
kebutuhan, kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya. Perhitungan tebal perkerasan lentur dilakukan dengan metoda
analisa komponen Bina Marga.
a. Standart perencanaan
Rujukan yang dipakai untuk perhitungan konstruksi perkerasan jalan dalam pekerjaan ini adalah : Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metoda Analisa Kemampuan Komponen SNI-1732-1989-F, SKBI-2.3.26.1987,
UDC:625.73(02)
b. Analisa lalu lintas
Konsultan akan melakukan analisis data lalu lintas untuk
penetapan lebar dan tebal konstruksi perkerasan.
Kebebasan horizontal
Kebebasan vertikal
Talud
Trotoar
Lebar manfaat
Badan jalan
Daerah pembebasan
Lebar jalur
Pengaruh lebar jalur
Lebar rencana
Jalur Lalu Lintas
Fungsi
median
Median
Fungsi bahu
Lebar bahu
Kemiringan
bahu
Bahu Jalan
Kemiringan melintang
Kemiringan memanjang
Selokan tepi
Drainase
Kebebasan
Bagian Lain
Penampang Melintang
PERENCANAAN GEOMETRIK
GAMBAR 6.8. PENAMPANG MELINTANG
Bab. VI :
35
c. Pemlilihan jenis bahan
Konsultan akan mengutamakan penggunaan bahan setempat. Bila bahan setempat tidak digunakan langsung sebagai bahan
konstruksi, maka Konsultan akan mengusulkan usaha-usaha peningkatan sifat-sifat teknis bahan sehingga dapat dipakai
sebagai bahan konstruksi.
d. Prinsip perencanaan tebal perkerasan
Perkerasan jalan direncanakan menggunakan jenis perkerasan lentur. Prinsip-prinsip perencanaan lentur menggunakan metode/cara Bina Marga Analisa Komponen :
1) Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari satu
arus jalan yang menampung lalu lintas terbesar, Koefisien distribusi kendaraan ( C ) untu kendaraan ringan dan
berat yang lewat padajalur rencana ditentukan sesuai dalam "daftar koefisien distribusi kendaraan ( C ) pada buku standart
Bina Marga.
2) Angka ekivalen beban sumbu kendaraan (E)
(beban satu sumbu tunggal kg)4
Angka ekivalen sumbu tunggal = 0,086
8160
3) Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR)
LHR setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana, yang dihitung untuk diusahakan pada jalan tanpa
median atau masing-masing arah pada jalan dengan median.
4) Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)
LEP = LHRjxCjxEj
J = Jenis Kendaraan
5) Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
LEA = URxCjxEjiLHRj )1(
UR = Umur Rencana i = perkembangan lalu lintas
6) Lintas Ekivalen Tengah (LET)
LET = LEP + LEA
Bab. VI :
36
2
7) Lintas Ekivalen Rencana (LER)
LER = LET x FP
FP = LR
10
8) Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR
Daya dukung tanah dasar ditetapkan berdasarkan grafik
koreksi dengan CBR dalam buku standard Bina Marga.
9) Faktor Regional (FR)
- Kelandaian
- Persentase kendaraan berat (> 13 ton)
- Curah hujan
Faktor regional dapat diambil dari nilai-nilai yang terdapat dalam buku standard.
10) Indeks Permukaan (IP)
Indeks permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan
serta kekokohan permukaan yang berkait dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.
11) Indeks Permukaan pada Awal umur rencana (Ipo)
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur
rencana perlu diperhatikan jenis lapisan permukaan jalan (kerataan / kehalusan serta kekokohan) pada awal umur
rencana.
12) Koefisien Kekuatan Relatif
Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaan sebagai lapis permukaan dan pondasi ditentukan / digunakan seperti pada “Daftar Koefisien Kekuatan Relatif (a)” dalam buku
standard.
Indeks Tebal Perkerasan (ITP) Penentuan tebal perkerasan dinyatakan oleh ITP
ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3 a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bahan
D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan. Pelapisan Tambahan
Untuk perhitungan pelapisan tambahan (overlay), kondisi perkerasan jalan lama (existing pavement) dinilai sesuai “Daftar
Nilai Kondisi Perkerasan Jalan” pada buku standard Bina Marga.
Bab. VI :
37
Indeks total perkerasan yang diperhitungkan ( ITP) ITP = ITP – ITPe
ITPe = ITP perkerasan jalan lama (existing pavement) Pelapisan tambahan
D1 = ITP
a1
Gambar 6.9 menunjukkan bagan alir perencanaan perkerasan cara Bina
Marga Analisa Komponen untuk konstruksi perkerasan baru dan Gambar 6.10 menunjukkan bagan alir perencanaan perkerasan pelapisan tambahan.
Bab. VI :
38
M u l a i
Traffic Test CBR
Angka
Ekivalen
Kendaraan (E)
Koefisien
Distribusi
Kendaraan (C)
LHR pada
Awal
Umur Rencana
Lintas Ekivalen
Permulaan
LEP = LHR x C x E
Lintas Ekivalen Akhir
LEA = LHR x
(1+i)^UR x C x E
Lintas Ekivalen Tengah
LET = (LEP + LEA) / 2
Lintas Ekivalen Rencana
LER = LET x UR / 10
Daya Dukung
Tanah (DDT)
Faktor Regional
Kelandaian
% Kendaraan berat
Iklim/curah hujan
Indeks
Permukaan
(IP)
Koefisien Kekuatan Relatif Bahan
a1, a2, a3, a4
Indeks Tebal
Perkerasan ( ITP )
Tebal Perkerasan
D1, D2, D3, D4
S e l e s a i
GAMBAR 6.9. BAGAN ALIR PERENCANAAN PERKERASAN CARA ANALISA
KOMPONEN ( UNTUK PERKERASAN BARU )
Bab. VI :
39
S e l e s a i
GAMBAR 6.10. BAGAN ALIR PERENCANAAN PERKERASAN CARA ANALISA
KOMPONEN ( UNTUK PERKERASAN TAMBAHAN )
M u l a i
Traffic Test CBR
Angka
Ekivalen
Kendaraan (E)
Koefisien
Distribusi
Kendaraan (C)
LHR pada
Awal
Umur Rencana
Lintas Ekivalen
Permulaan
LEP = LHR x C x E
Lintas Ekivalen Akhir
LEA = LHR x
(1+i)^UR x C x E
Lintas Ekivalen Tengah
LET = (LEP + LEA) / 2
Lintas Ekivalen Rencana
LER = LET x UR / 10
Daya Dukung
Tanah (DDT)
Faktor Regional
Kelandaian
% Kendaraan berat
Iklim/curah hujan
Indeks
Permukaan
(IP)
Koefisien Kekuatan Relatif Bahan
a1, a2, a3, a4
Indeks Tebal
Perkerasan ( ITP )
Tebal Perkerasan
D1, D2, D3, D4
Indeks Tebal Perkerasan Existing
ITP e
Indeks Tebal Perkerasan
Pelapisan Tambahan
Tebal Perkerasan
Pelapisan Tambahan
Bab. VI :
40
C. Perencanaan Drainase
Ukuran / dimensi bangunan air diperhitungkan cukup untuk
mengalirkan sejumlah volume air tertentu dalam suatu waktu yang lamanya tertentu pula (disebut debit aliran air dengan satuan
m3/detik.).
Pada perencanaan drainase, permasalahan yang dihadapi adalah : - Berapakah besar debit air yang harus disalurkan melalui
bangunan.
- Bentuk dan dimensi struktur/konstruksi bangunannya.
Air hujan (air) yang jatuh disuatu harus dapat segera dibuang. Untuk keperluan itu harus dibuatkan saluran-saluran guna menampung air
hujan yang mengalir dipermukaan tanah dan mengalirkannya ke dalam saluransaluran pembuangan. Saluran pembuangan ini
mengalirkan air tadi ke sungai atau ke tempat pembuangan yang lebih besar.
Besarnya banjir dihitung dengan Metoda Rasional kalau daerah alirannya tidak melebihi kira-kira 80 ha, untuk daerah lairan yang lebih besar dapat digunakan Metoda Rasional yang diubah.
a. Perkiraan Run-off
Karena syarat drainase yang baik adalah amat penting untuk
pemeliharaan jalan dan keselamatan lalu lintas, maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan sebagai berikut :
- Drainase air permukaan termasuk air hujan, kemiringan
tanggul dan permukaan-permukaan lainnya dalam batas ROW.
- Drainase tepi jalan termasuk air hujan pada tepi jalan dan
areal terdekat yang dihuni di luar bats ROW, yang mempunyai
pengaruh terhadap jalan.
- Saluran terbuka dan saluran pembuangan yang melintang
jalan.
b. Gorong-gorong dan saluran terbuka
Kapasitas gorong-gorong dan saluran terbuka dihitung dengan rumus manning.
c. Lama waktu konsentrasi
Lama waktu konsentrasi, tc untuk saluran drainase terdiri atas :
- Waktu yang diperlukan air mengalir melalui permukaan tanah
ke saluran terdekat.
Bab. VI :
41
- Waktu untuk mengalirkan air di dalam salurannya ke tempat
yang diukur.
d. Intensitas curah hujan
Analisa curah hujan dibuat hanya untuk kurun waktu waktu curah hujan maksimum. Intensitas hujan I adalah laju rata-rata
dari hujan yang lamanya sama dengan lama waktu konsentrasi t~ dengan masa ulang tertentu.
e. Koefisien pengaliran
Koefisien pengaliran C ini sukar ditentukan secara tepat dan
memerlukan pertimbangan teknis dalam pemeliharaannya. Pemilihan koefisien ini akan mempertimbangkan kemungkinan akan adanya pembangunan dan pengembangan daerahnya
dikemudian hari.
f. Koefisien penampungan
Efek penampungan dari palung saluran terhadap puncak banjir semakin besar kalau daerah alirannya semakin luas. Efek
penampungan terhadap banjir maksimum diperhitungkan dengan menggunakan koefisien penampungan Cs.
g. Koefisien kekasaran
Digunakan koefisien kekasaran Manning (n) dan koefisien
kekasaran Strikler (k).
h. Tahapan perencanaan analisa hidrologi :
i. Hitung koefisien pengaliran (C).
ii. Dari data pengukuran, hitung : beda tinggi (H), panjang daerah
pengaliran (L) dan kemiringan rata-rata (s).
iii. Lama waktu konsentrasi (tc).
Untuk daerah aliran kecil dengan pola drainase sederhana, lama waktu konsentrasi bisa sama dengan lama waktu
pengaliran dari tempat terjauh. Inilah salah satu sebab rumus rasional hanya dapat digunakan untuk daerah-daerah aliran kecil (kebanyakan untuk perencanaan sistem drainase
perkotaan, kurang dari 80 ha). iv. Intensitas curah hujan (I) :
Digunakan rumus Mononobe. v. Hitung luas daerah aliran (A).
vi. Hitung debit rencana (Q) ; Q = 0,278.C.I.A
i. Tahapan perencanaan analisa hidrolika l dimensi saluran :
i. Tentukanlpilih bentuk epenampang basah dari alternatif
sebagai berikut :
Bab. VI :
42
- Segi empat
- Trapesium (dua sisi)
- Trapesium (satu sisi)
ii. Tentukan/pilih type dinding saluran dengan alternatif sebagai
berikut :
- Pasangan batu tanpa plesteran - Pasangan batu dengan
plesteran - Beton
- Tanah
iii. Coba penampang basah :
- H dalam m
- B dalam m
- Luas penampang basah (F) dalam m2
- Keliling penampang basah (O) dalam m
iv. Hitung radius hidrolik (R)
v. Hitung/tentukan kemiringan dasar saluran (S)
vi. Tentukan koefisien kekasaran (n) dan (k)
vii. Hitung kecepatan air rata-rata (V)
viii. Hitung debit kapasitas saluran (Q) : Q = V.F
Kapasitas saluran ini harus lebih besar daripada debit rencana / maksimum :
Q = V.F ~ Q = 0,278.C.I.A Bagan alir perencanaan drainase permukaan, analisa hidrologi
dan analisa hidrolika disajikan seperti pada gambar 6.11.
Bab. VI :
43
M u l a i
Survai & Pengukuran
Koefisien Pengaliran C
Beda tinggi, panjang pengaliran, kemiringan ( H, L, s )
Luas daerah aliran A
Waktu konsentrasi tc Curah hujan R 24
Intensitas hujan I
Debit rencana max Q
Kemiringan dasar saluran S
Kecepatan pengaliran V
Bentuk & tipe saluran
Coba penampang basah, h, b Luas penampang basah F
Keliling penampang basah O
Radius hidrolik R Koefisien kekasaran
( n ) atau ( k )
Kapasitas Saluran Q
S e l e s a i
Tidak
Ya
GAMBAR 6.11. BAGAN ALIR PERENCANAAN SALURAN
Bab. VI :
44
D. Perencanaan Struktur Box Culvert
Bagan alir perencanaan struktur box culvert disajikan pada gambar 6.12
E. Perencanaan tembok penahan
Pekerjaan jalan dan jembatan umumnya tidak terlepas dari perlunya tembok penahan tanah terutama pada daerah berbukit, timbunan,
taludtalud dan kepala jembatan.
M u l a i
Gambar Modelisasi Struktur
Dasar & Data Perencanaan
Taksir Dimensi
Pembebanan
Mekanika Teknik
Perhitungan Beton Bertulang
Kontrol angka penulangan, Kontrol geser
Gambar Detail
S e l e s a i
Sesuaikan Dimensi
Tidak
Ya
GAMBAR 6.12. BAGAN ALIR PERENCANAAN BOX CULVERT
Bab. VI :
45
Tembok penahan (retaining wall) merupakan suatu bangunan untuk
mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat dimana kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng
tanah itu sendiri.
1) Jenis jenis retaining wall
a. Tembok penahan pasangan batu.
Tembok penahan jenis digunakan terutama untuk pencegahan
terhadap keruntuhan tanah, dan apabila tanah asli di belakang tembok itu cukup baik dan tekanan tanah dianggap kecil. Tembok penahan jenis ini digunakan secara luas sebagai
dinding penahan tanah rendah karena biaya pekerjaannya relatif murah dan pelaksanaan pekerjaannya mudah
dilaksanakan.
b. Tembok penahan beton type gravitasi.
Tembok jenis ini untuk memperoleh ketahanan terhadap tekanan tanah dengan beratnya sendiri. Karena bentuknya
yang sederhana dan juga pelaksanaannya mudah, jenis ini sering digunakan apabila dibutuhkan konstruksi penahan yang tidak terlalu tinggi atau bila tanah pondasinya baik.
c. Tembok penahan beton dengan sandaran
Tembok penahan dengan sandaran sebenarnya juga termasuk
dalam kategori tembok penahan gravitasi tetapi cukup berbeda dalam fungsinya. Tembok ini dapat dibuat miring sisi dalam
terhadap lereng tanah.
d. Tembok penahan beton bertulang dengan balok kantilever
Tembok penahan dengan balok kantilever tersusun dari suatu tembok memanjang dan suatu pelat. Masing-masing berlaku
sebagai balok kantilever dan kemantapan tembok didapatkan dengan beratnya sendiri dan berat tanah diatas tumit pelat lantai.
e. Tembok penahan beton bertulang dengan penahan (buttress)
Tipe ini dibangun pada sisi tembok di bawah tanah tertekan untuk memperkecil gaya irisan yang bekerja pada tembok
memanjang dan pelat lantai. Jenis ini digunakan untuk tembok penahan yang cukup tinggi. Kelemahan dari tembok penahan
jenis in adalah pelaksanaannya yang lebih sulit dari padajenis lainnya.
Bab. VI :
46
f. Tembok penahan beton bertulang dengan penyokong
Tembok penahan dengan penyokong sama seperti dinding penahan tetapi tembok penyokong yang berhubungan dengan
penahan ditempatkan pada sisi berlawanan dengan sisi dimana tekanan tanah bekerja.
g. Tembok penahan khusus
Jenis ini adalah tembok penahan khusus yang tiak termasuk
dalam tembok penahan yang disebut diatas. Jenis ini dibagi menjadi tembok macam rak, tipe kotak, tembok penahan menggunakan jangkar, dengan penguatan tanah, berbentuk Y
terbalik.
2) Pemilihan jenis retaining wall
Dalam memilih jenis dinding penahan, perlu mengetahui : sifat-sifat tanah pondasi, kondisi pelaksanaan dan efisiensi ekonomis.
Sebagai pegangan, stabdart ketinggian dinding yang sering digunakan diperlihatkan pada tabel 6.13.
Tabel 4.13 : Tinggi pemakaian pendekatan pada berbagai dinding penahan
T I P E TINGGI ( m )
5 10 15
Pasangan Batu
Gravitasi
Balok Kantilever
Dinding Penopang
3) Prinsip-prinsip perencanaan retaining wall
a. Beban rencana
- Berat sendiri tembok penahan
- Tekanan tanah
- Beban lain yang perlu diperhitungkan, antara lain beban di
belakang dinding untuk jalan raya dianggap sebesar 1ton/m2
sebagai pembebanan kendaraan.
b. Kemantapan stabilitas - Kontrol stabilitas guling
- Kontrol stabilitas geser
- Kontrol eksentrisitas
Bab. VI :
47
- Kontrol terhadap daya dukung tanah pondasi
Bagan alir perencanaan dinding penahan disajikan pada gambar 6.14.
Bab. VI :
48
Penyerahan Konsep Detail
Semua konsep Detail perencanaan sementara meliputi antara lain : - Laporan
- Gambar rencana
Akan diserahkan kepada pemberi tugas sesuai jumlah dan jadwal
waktunya. Keputusan pemberi tugas atas pengajuan konsep detail perencanaan
akan diberikan selambat-lambatnya 10 hari setelah penyerahan detail rencana sementara yang dimaksud.
Perencanaan Akhir Semua konsep perencanaan yang telah mendapat persetujuan dari
pemberi tugas akan dimasukkan dalam final desain.
M u l a i
Modelisasi Struktur Dasar Perencanaan
Pendekatan & Asumsi
Beban Rencana
Kontrol Eksentrisitas
Kontrol Daya Dukung
Kontrol Stabilitas Geser
Kontrol Stabilitas Guling
Ya / Tidak
S e l e s a i
Ya
Tidak
GAMBAR 6.14. BAGAN ALIR PERENCANAAN TEMBOK PENAHAN
Bab. VI :
49
Cetakan perencanaan akhir pada kertas standar Bina Marga dan
akan diserahkan kepada pemberi tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Semua catatan dan perhitungan pada survai lapangan dan semua akhir perencanaan Proyek akan diserahkan kepada pemberi tugas bersama dengan penyerahan perencanaan akhir.
6.4.8.Perhitungan Volume dan Biaya 1. Perhitungan Volume
Setelah gambar desain selesai atau sebagian, maka dilakukan perhitungan volume pekerjaan dan RAB.
Dalain perhitungan pekerjaan dapat dilakukan dengan sistem manual atau dengan komputer, hal ini akan ditinjau kembali setelah gambar
desain selesai. Untuk perhitungan RAB, analisa maupun formatnya akan disesuaikan dengan petunjuk Direktorat Jenderal Bina Marga dan Dinas PU Bina Marga.
Pembuatan RAB harus dihitung jumlah pekerjaan untuk tiap bagian kontrak pelaksanaannya dan diringkas dalam beberapa pekerjaan
sebagai berikut : - Mobilisasi dan Pemeliharaan Lalu-lintas
- Pekerjaan Drainase
- Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Bahu Jalan
- Pekerjaan Perkerasaan Berbutir
- Pekerjaan Perkerasan Aspal
- Pekerjaan Struktur
- Pekerjaan Pengembalian Konstruksi dan Pekerjaan Minor
- Pekerjaan Pemeliharaan Jalan
2. Perkiraan Biaya
Supaya didapat perkiraan biaya yang tetap dan sesuai, maka Konsultan akan menyiapkan analisa harga satuan dari setiap jenis
pekerjaan berdasarkan faktor-faktor: material, peralatan, sosial, pajak, ~over head, keuntungan dan pengawasan yang didapat dari
keterangan-keterangan daerah setempat. Perkiraan yang didapat dari analisa ini dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya atau pekerjaan-pekerjaan sejenis di daerah itu,
bila terjadi perbedaan maka harus dicari sebabnya dan diadakan penelitian kembali hingga didapatkan harga yang sesuai untuk
pekerjaan tersebut. Perkiraan biaya pembebasan tanah ( ROW ) harus dibuat berdasar-
kan harga satuan yang ditentukan oleh pemerintah untuk setiap jenis penggunaan tanah.
Bab. VI :
50
Konsultan akan mengumpulkan data dari kontraktor dalam negeri
sehingga dapat diperkirakan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan fisik tersebut.
Dokumen yang akan disediakan adalah sebagai berikut : - Analisa harga satuan - Perkiraan biaya untuk masing-masing cara pelaksanaan.
- Jumlah pekerjaan ini dari setiap pelaksanaan yang bersangkutan.
Dalam menganalisa periode-periode pelaksanaan dan pembiayaannya,
Konsultan akan menyiapkan jadwal untuk setiap kegiatan dengan jumlah biaya tahunan yang diperlukan.
6.5. PERSIAPAN DAN PENYERAHAN LAPORAN
6.5.1.U m u m
Walaupun persiapan laporan memerlukan waktu dan membosankan, laporan Konsultan merupakan informasi yarig
sangat berguna dan membantu mengurangi keragu-raguan, kedua-duanya mempunyai pengaruh positif pada kegiatan.
Konsultan yakin akan menyiapkan seluruh laporan-laporan yang dibutuhkan yang berguna untuk mencapai penyerahan tepat
waktu. Bagian berikut menggambarkan bagaimana laporan dibutuhkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK) akan disiapkan dan data dasar
yang terdapat pada masing-masing laporan.
6.5.2.Laporan Survai Pendahuluan Laporan ini merupakan ringkasan uraian dari hasil survai
pendahuluan, yang mencakup semua data yang didapat selama survai termasuk data relokasi, banjir, harga satuan bahan dan upah, lokasi sumber material dan informasi-informasi lain yang
menyangkut pelaksanaan pekerjaan perencanaan jalan. Susunan laporan adalah sebagai berikut :
- Daftar isi - Peta lokasi proyek
- Uraian - Photo Dokumentasi
Laporan ini disertai dengan foto-foto dokumentasi pada waktu kegiatan survai pendahuluan.
6.5.3.Laporan Perencanaan Laporan Perencanaan ini isinya terdiri atas pengolahan,
perhitungan perencanaan beserta uraian dari rumus-rumus yang dipakai yang pada prinsipnya merupakan ringkasan dan saran-
saran dari semua pekerjaan yang telah dilaksanakan selama kontrak.
Bab. VI :
51
Untuk cara/rumus, langkah-langkah perhitungan yang digunakan
: - Uraian cara/rumus, langkah langkah perhitungan yang
digunakan.
- Lampiran data-data sebagai masukan dalam perhitungan.
- Contoh salah satu perhitungan.
- Hasil Perhitungan (dalam tabel)
Susunan Laporan adalah sebagai berikut : - Daftar isi
- Peta Lokasi Kegiatan - Daftar Jalan
- Data Perencanaan - Perhitungan teknis : Perencanaan Geometrik, Perkerasan,
Drainase dll.
- Perkiraan biaya konstruksi keseluruhan - Lampiran : a. Laporan Penyelidikan DCP
b. Data-data survai lalu lintas dan RCI c. Reproduksi gambar rencana
6.5.4. Photo - Photo Dokumentasi
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan antara lain
dokumentasi mengenai keadaan medan dari proyek yang bersangkutan serta proses pekerjaan lapangan yang dilaksanakan
oleh PT. PRIMASETIA Engcon, kemudian akan dipilih dan mengambil bagian-bagian penting yang diperkirakan akan banyak
membantu dalam pemikiran perencanaan. Sedapat mungkin sedemikian sehingga identitas petugas lapangan dari Konsultan
akan terambil photonya. Ukuran photo akan dibuat selebar post card dan berwarna. Secara umum bagian-bagian yang perlu diambil photonya antara
lain sebagi berikut : 1. Survai Lapangan
- Tikungan-tikungan relokasi.
- yang tajam dimana kemudian akan diusulkan untuk
- Jembatan jembatan dalam kondisi rusak / lain-lain yang
perlu ditangani (di design).
- Daerah-daerah yang tererosi - Patok-patok beton
2. Penyelidikan Tanah dan Material - Lokasi dan jenis Quarry
- Pelaksanaan pekerjaan DCP
- Peta lokasi Quarry
- Pelaksanaan Pekerjaan Benklemen Beam
Bab. VI :
52
6.5.5. Dokumen Pelelangan Dan Kontrak
Konsultan akan menyiapkan Dokumen Pelelangan dan Surat Perjanjian untuk setiap pembagian pelaksanaan yang telah di
tetapkan meliputi : Dokumen Pelelangan - Undangan pelelangan
- Penjelasan pelelangan
- Petunjuk peserta lelang
- Formulir jaminan peserta lelang, jaminan Penawaran dan
Jaminan Pelaksanaan.
- Formulir surat perjanjian.
- Formulir daftar kuantitas dan harga
Dokumen Kontrak
a. Buku 1 : Instruksi Kepada Peserta Lelang
b. Buku 2 : Syarat Umum Kontrak
c. Buku 3 : Spesifikasi Umum
d. Buku 4 : Gambar Rencana Dan Engineer Estimated
e. Buku 5 : Daftar Kuantitas Dan Harga
Gambar Rencana
Gambar rencana akan dibuat diatas kertas kalkir standard.
6.5.6. Penyerahan Laporan / Hasil Pekerjaan Semua hasil laporan pekerjaan akan dijilid rapi dan diberi sampul sesuai dengan standard, yang ukuran-ukurannya adalah sebagai
berikut : - Buku, ukuran kertas adalah A4
- Ukuran gambar rencana (master) Al
- Ukuran gambar rencana (reduksi) A3
- Semua dokumen tiap satu paket lengkap akan dimasukkan
dalam satu kotak dari triplek dan dilapisi dengan cover tebal
yang warnanya akan ditentukan kemudian, juga warna cover
setiap laporan akan ditentukan kemudian.
6.6. KOORDINASI KEGIATAN PEKERJAAN
Pendekatan akan dilakukan oleh Konsultan terhadap pihak Pemberi
Tugas dalam bentuk koordinasi dan asistensi secara berkala dengan maksud :
Bab. VI :
53
mendapatkan pengarahan teknis dari Pengendali kegiatan, melaporkan
segala hambatan yang timbul selama pelaksanaan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut
Dengan adanya pendekatan koordinatif diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada.
6.7. PROSEDUR KERJA KONSULTAN
Dalam pembuatan dokumen-dokumen tersebut ~ Konsultan akan
mengikuti prosedur sebagai berikut :
a. konsep detail perencanaan jalan serta kelengkapan lainnya untuk
kemudian dimintakan persetujuan pemberi tugas.
b. Pembuatan detail perencanaan jalan dilakukan setelah konsep
tersebut mendapat persetujuan pemberi tugas dengan
mencantumkan koreksi dan saran yang dilakukan pemberi tugas
dengan tidak mengurangi tanggung jawab Konsultan atas hasil
perencanaannya.
Untuk lebih jelasnya seluruh proses Pekerjaan perencanaan Teknis Jalan diperlihatkan pada Gambar 6.15 Bagan Alir Pekerjaan Perencanaan Teknis
Jalan :
Bab. VI :
54
M u l a i
Tahap 1
Kriteria & standar desain
Analisa data
Tahap 2
Survai & evaluasi data hasil survai
Koordinasi dengan pemberi kerja dan instansi terkait
Tahap 3
Evaluasi Teknis
Tahap 4
Konsultasi dengan pemberi tugas
Tahap 5
Konsep rencana teknik
Tahap 6
Perencanaan dan perhitungan
Tahap 7
Konsultasi dengan pemberi tugas
Tahap 8
Gambar rencana
Tahap 9
Asistensi gambar kepada pemberi tugas
Tahap 10
Analisa kwantitas dan harga, Analisa waktu pelaksanaan
Tahap 11
Persetujuan dari pemberi tugas
Tahap 12
Dokumen Tender
Tahap 13
Persetujuan dari pemberi tugas
Tahap 14
Penyerahan seluruh hasil akhir dokumen perencanaan
S e l e s a i
Tidak
Tidak
Tidak/revisi
Tidak/revisi
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya Ya
GAMBAR 6.15. BAGAN ALIR PEKERJAAN PERENCANAAN TEKNIS JALAN