bab 2 metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur · pdf filegambar 2.1 metodologi kerja...

18
2 - 1 Bab 2 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur Dermaga Penanganan Kerusakan Dermaga Studi Kasus Dermaga A – I Pelabuhan Palembang 2.1 Umum Agar diperoleh suatu konsep perbaikan yang tepat guna, perlu disusun langkah kerja dalam suatu metodologi kerja yang menyeluruh. Sangat minimnya informasi mengenai struktur Dermaga A – I Pelabuhan Palembang (as build drawing, dokumen perencanaan terkait) menjadi kendala utama dalam melakukan perencanaan perbaikan. Untuk mengatasi kendala tersebut disusunlah suatu metodologi kerja seperti pada Gambar 2.1.

Upload: buihuong

Post on 06-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 1

Bab

2

2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur Dermaga

Penanganan Kerusakan Dermaga Studi Kasus Dermaga A – I Pelabuhan Palembang

2.1 Umum

Agar diperoleh suatu konsep perbaikan yang tepat guna, perlu disusun langkah kerja dalam suatu metodologi kerja yang menyeluruh. Sangat minimnya informasi mengenai struktur Dermaga A – I Pelabuhan Palembang (as build drawing, dokumen perencanaan terkait) menjadi kendala utama dalam melakukan perencanaan perbaikan. Untuk mengatasi kendala tersebut disusunlah suatu metodologi kerja seperti pada Gambar 2.1.

Page 2: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 2

Pen

gum

pula

nD

ata

Sek

under

Surv

eiPa

sang

Suru

tSurv

eiAlin

yem

enD

erm

aga

Surv

eiM

ater

ial &

Str

ukt

ur

Der

maga

Eks

isting

Su

rveiLap

an

gan

& P

en

go

lah

an

Data

Analis

isStr

ukt

ur

Der

mag

aEks

isting

Met

odol

ogiPer

bai

kan

Est

imas

iBia

ya

Pen

gum

pula

nD

ata

Sek

under

Surv

eiPa

sang

Suru

tSurv

eiAlin

yem

enD

erm

aga

Surv

eiM

ater

ial &

Str

ukt

ur

Der

maga

Eks

isting

Su

rveiLap

an

gan

& P

en

go

lah

an

Data

Analis

isStr

ukt

ur

Der

mag

aEks

isting

Met

odol

ogiPer

bai

kan

Est

imas

iBia

ya

Gam

bar

2.1

M

etodol

ogi ke

rja

per

enca

naa

n p

erbai

kan s

trukt

ur

der

mag

a.

Page 3: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 3

2.2 Pengumpulan Data Sekunder

Secara umum data terbagi kedalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan dari lapangan dengan pengukuran langsung dan observasi di lokasi studi, sedangkan data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh yang merupakan hasil studi terdahulu atau hasil pengukuran dan observasi terdahulu.

Adapun data-data sekunder yang diperlukan antaralain :

1. Peta Batimetri terbaru hasil pengukuran perairan Pelabuhan Palembang oleh PT Pelindo II.

2. Hasil pengukuran Topografi terbaru di Pelabuhan Palembang.

3. Catatan seri waktu elevasi tinggi muka air di Pelabuhan Palembang.

4. Dokumen perencanaan Dermaga Konvensional (Dermaga A s/d Dermaga I) Pelabuhan Palembang.

5. Dokumen yang memuat data fisik Dermaga Konvensional Pelabuhan Palembang.

6. Dokumen yang memuat rencana pengembangan Pelabuhan Palembang sesuai dengan Master Plan Pelabuhan Palembang.

7. Data Operasional di Dermaga Konvensional Pelabuhan Palembang yang menyangkut Traffic Kapal, Labuh Tambat, arus barang dll.

8. Dokumen lain terkait yang berguna dan dipandang perlu bagi pencapaian tujuan pekerjaan.

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa sedikit sekali dokumen terkait Dermaga A – I yang masih dapat diakses, antara lain:

1. Peta Batimetri perairan Pelabuhan Boom Baru.

2. Data Pasang Surut di Sungai Musi tahun 2007.

3. Dokumen perencanaan Dermaga Konvensional (Dermaga A s/d Dermaga I).

Uraian lebih rinci mengenai masing-masing data sekunder yang berhasil diinventarisasi disajikan pada sub bab dibawah ini.

2.2.1 Peta Batimetri

Peta Batimetri hasil pengukuran PT. Pelindo II yang berhasil diinventarisasi adalah Peta Batimetri hasil pengukuran pada tanggal 29 Desember 2005. Peta Batimetri tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Dari Peta Batimetri tersebut diketahui bahwa tepat di tepi Dermaga Konvensional (Dermaga A - I) kedalaman sungai berkisar antara 6,8 m sampai dengan 11,2 m. Lebih jauh lagi ke arah sungai, kedalaman mencapai 15 m.

Page 4: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 4

Gam

bar

2.2

P

eta

Bat

imet

ri h

asil

pen

guku

ran 2

9 D

esem

ber

2005.

Page 5: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 5

Gam

bar

2.3

P

eta

Bat

imet

ri h

asil

pen

guku

ran 2

9 D

esem

ber

2005 (

zoom

1).

Page 6: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 6

Gam

bar

2.4

P

eta

Bat

imet

ri h

asil

pen

guku

ran 2

9 D

esem

ber

2005 (

zoom

2).

Page 7: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 7

2.2.2 Catatan Seri Waktu Elevasi Tinggi Muka Air

Salah satu yang menjadi lingkup dalam melakukan survei pasang surut. Sebagai pembanding diperlukan data sekunder catatan seri elevasi tinggi muka air (data pasang surut). Data sekunder catatan seri waktu elevasi tinggi muka air diperoleh dari buku Daftar Pasang Surut (Tide Tables) tahun 2007 yang dikeluarkan oleh Jawatan Hidro-Oseanografi TNI AL untuk perairan Sungai Musi.

Koordinat lokasi pengambilan data adalah 02o,2 LS dan 104o,9 BT Catatan seri waktu elevasi tinggi muka air dari tanggal 1 September 2007 sampai dengan tanggal 30 Oktober 2007 dapat dilihat pada Gambar 2.5.

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

01/09/2007 0:00 06/09/2007 0:00 11/09/2007 0:00 16/09/2007 0:00 21/09/2007 0:00 26/09/2007 0:00 01/10/2007 0:00

Elevasi M

uka Air (m

)

Waktu

Elevasi Muka Air Jawatan Hidro‐oseanografi TNI‐AL

Gambar 2.5 Catatan seri waktu tinggi muka air di Sungai Musi (buku daftar pasut Jawatan Hidro-oseanografi TNI AL 2007).

Adapun konstituen-konstituen pasang surut di Pelabuhan Palembang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Konstituen-konstituen Pasang Surut di Pelabuhan Palembang

Konstituen Amplitudo Beda Fasa

M2 26,97 80,18

S2 9,81 227,43

N2 4,35 122,66

K2 8,43 -74,94

K1 87,46 81,92

O1 68,27 56,53

P1 21,67 12,61

M4 0,49 77,85

MS4 2,90 166,78

SO 161,27

Page 8: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 8

2.2.3 Dokumen Perencanaan Dermaga Konvensional (Dermaga A - I)

Dokumen perencanaan Dermaga Konvensional (Dermaga A - I) yang berhasil didapatkan adalah berupa gambar-gambar struktur dermaga. Berikut ini adalah daftar gambar-gambar yang berhasil diperoleh, antara lain:

1. Gambar “Rehabilitasi Dermaga Kayu Pelabuhan Palembang Tahap Kedua Sepanjang 164,5 m”, (24 Mei 1975).

2. Gambar “Layout Dermaga”, (Oktober 1976).

3. Gambar “Distribusi Tiang Pancang”, (25 Maret 1977).

4. Gambar “Denah Breasting Dolphin Tampak Samping, Detail Lokasi Posisi Dolpin”, (6 Maret 2000).

5. Gambar “Layout Konstruksi Lapisan Dermaga”, (April 2000).

6. Gambar “Layout Gudang H”, (25 Mei 2002).

7. Gambar “Layout Dermaga Beton Depan Gudang AB s/d DE”, (16 Juni 2007).

Tidak banyak informasi yang bisa diperoleh dari gambar-gambar tersebut karena kebanyakan merupakan gambar struktur lama.

2.3 Survei Pasang Surut

Survei pasang surut dilakukan untuk mengetahui elevasi-elevasi acuan di Pelabuhan Palembang. Survei pasang surut pada pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan Automatic Water Level Recorder (AWLR). AWLR adalah suatu perangkat yang dapat mencatat elevasi muka air secara otomatis. Setelah elevasi acuan pasang surut diperoleh, kemudian akan diikatkan terhadap chart datum (CD) Pelabuhan Palembang.

2.4 Survei Alinyemen Dermaga

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa informasi terkait dengan struktur Dermaga A-I sangat sedikit, oleh karena itu perlu dilakukan survei untuk mengidentifikasi Dermaga A-I. Survei alinyemen dermaga mencakup beberapa kegiatan, antara lain:

1. Pengukuran elevasi Alinyemen Dermaga.

2. Pemetaan Kerusakan Dermaga.

3. Dokumentasi Visual.

2.4.1 Pengukuran Elevasi Alinyemen Dermaga

Pengukuran elevasi dermaga dilakukan untuk mengetahui elevasi dermaga terhadap CD Pelabuhan Palembang.

Elevasi diperoleh dengan melakukan pengukuran waterpass pada titik-titik jalur. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap CD Pelabuhan Palembang. Elevasi dermaga diukur setiap jarak 5 m di sepanjang dermaga. Untuk lebih jelasnya, sketsa pengukuran elevasi dermaga dapat dilihat pada Gambar 2.6. Pada Gambar 2.6 dapat dilihat contoh profil elevasi dermaga yang di zoom.

Page 9: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 9

520

SKETSA PENGUKURAN ELEVASI DERMAGA (ZOOM)

510

500

505

515

NTS

X

SKETSA PENGUKURAN ELEVASI DERMAGA

Z (cm)

525

530

NTS

Z (m)

5 m

5

248 m X

LLWL

MSL

DERMAGA

HHWL

Gambar 2.6 Sketsa survei elevasi dermaga.

Spesifikasi teknis pengukuran elevasi dermaga adalah sebagai berikut :

a. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi memanjang setiap 5 m.

b. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.

c. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka.

d. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap Benang atas, Benang tengah, dan Benang bawah.

e. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm.

f. Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.

g. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.

Dari hasil pengolahan tersebut didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok terhadap CD Pelabuhan Palembang.

2.4.2 Pemetaan Kerusakan Dermaga

Hanya sedikit informasi yang bisa diperoleh dari data sekunder Dokumen Perencanaan Dermaga Konvensional (Dermaga A – I) Pelabuhan Palembang. Perlu dilakukan pengukuran terhadap elemen-elemen struktur Dermaga A – I sehingga diperoleh gambar denah, potongan melintang dan tampak depan dari struktur Dermaga A – I. Gambar denah, potongan melintang dan tampak depan Dermaga A – I harus dilengakapi dengan dimensi dan jenis kerusakan pada elemen struktur dermaga.

Pemetaan kerusakan dermaga dilakukan pada seluruh elemen struktur (balok, tiang pancang, lantai dermaga dan poer) baik pada bagian atas dermaga maupun pada bagian bawah (kolong) dermaga. Pengamatan di kolong dermaga dilakukan dengan menggunakan perahu pada saat kondisi surut. Hasil Pemetaan kerusakan dermaga

Page 10: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 10

adalah suatu gambar yang memuat informasi mengenai dimensi semua jenis elemen struktur dan dimensi kerusakan pada elemen struktur tersebut.

2.4.3 Dokumentasi Visual

Untuk mendukung hasil pemetaan kerusakan dermaga, diperlukan dokumentasi berupa foto yang disusun secara sistematis. Untuk kepentingan dokumentasi pada struktur di atas air dapat dilakukan dengan menggunakan kamera yang biasa digunakan di darat. Untuk dokumentasi visual struktur bawah air, dilakukan dengan perabaan oleh penyelam, hal ini dikarenakan air dilokasi studi keruh sehingga sulit untuk mendapatkan hasil foto yang baik.

2.5 Survei Material & Struktur Dermaga Eksisting

Survei struktur dermaga eksisting merupakan pengambilan sampel dan laboratory test untuk mendapatkan perkiraan kondisi komponen struktur terpasang akibat penurunan kekuatan struktur. Jenis pengujian yang dimaksud meliputi:

1. Pengujian beton inti (cored drill test), untuk mengetahui nilai kuat beton yang tesisa pada konstruksi. Pengujian ini dilaksanakan dilapangan dan di laboratorium. Pengujian dilapangan terdiri dari pengambilan sampel benda uji dengan mengambil sampel inti beton pada bagian komponen struktur, sedangkan uji laboratorium merupakan kegiatan uji tekan beton terhadap sampel inti beton yang diambil.

2. Pengujian karbonasi, untuk mengetahui kedalaman/ketebalan intrusi air laut ataupun karbondioksida dalam pori-pori pada struktur beton dengan proses persenyawaan kimia hal ini akan menyebabkan korosi pada tulang.

Uji karbonasi pada struktur beton dilapangan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia Phenolthalein yang disemprotkan pada sampel beton yang diambil pada pengujian beton inti (core drilling).

3. Pengujian tulangan terpasang, untuk mengetahui detail tulangan terpasang seperti tebal selimut lapisan beton, letak, jumlah dan diameter tulangan dalam satruktur beton. Pengujian ini juga berguna untuk mengukur tingkat korosi pada tulangan terpasang pada komponen struktur.

Sampel hasil data penelitian lapangan dan laboraturium selanjutnya digunakan untuk menganalisis kondisi dan kapasitas struktur terpasang.

2.5.1 Pengujian Beton Inti (Cored drill Test)

A. Pengambilan Sampel

Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Pemboran adalah pengujian yang bersifat semi-destructive dengan maskud untuk memperkirakan nilai kuat tekan beton. Metoda ini berdasarkan SNI 03-2492-1991 tentang Metode Pengambilan Benda Uji Beton Inti dan SNI 03-3403-1994 tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Pemboran, dimana dalam pelaksanaannya pengujian ini dilakukan di lapangan dan laboratorium. Pengujian lapangan adalah suatu kegiatan pengambilan contoh benda uji dengan mengambil inti beton pada komponen struktur. Contoh benda uji diambil menggunakan peralatan core drill, dengan persyaratan contoh benda uji sebagai berikut:

1. Diambil pada komponen struktur dengan umur beton tidak boleh kurang dari 14 hari.

Page 11: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 11

2. Contoh Benda uji yang cacat (terlalu banyak rongga), adanya serpihan/agregat kasar yang terlepas, tulangan besi yang lepas dan ketidakteraturan dimensi tidak boleh digunakan.

3. Diameter benda uji tidak boleh kurang dari 90 mm.

4. Benda uji harus l/Φ ≥ 0,95 , dimana l= panjang dan Φ = diameter benda uji.

5. Baja tulangan letaknya harus tegak lurus terhadap sumbu benda uji.

6. Jumlah baja tulangan tidak boleh lebih dari dua batang.

Pengujian dilakukan di laboratorium terhadap benda uji silinder yang diambil dilapangan dengan menggunakan alat bor inti (core drill) dengan diameter 10 cm. Jumlah benda uji sebanyak 26 buah yang diambil 26 titik uji dengan rincian sebagai berikut :

1. Komponen pelat lantai 6 buah.

2. Balok melintang 5 buah.

3. Balok memanjang 5 buah.

4. Lisplank 5 buah.

5. Tiang pancang 5 buah.

B. Pengujian Sampel

Uji laboratorium dilaksanakan untuk mengetahui kuat-tekan (compressive strength) dan porositas yang terjadi pada beton struktur dermaga. Pengujian dilakukan terhadap 26 buah benda uji berupa silinder beton berdiameter 10 cm yang diperoleh pada pekerjaan pemboran beton inti.

Pengambilan sampel dilaksanakan secara merata pada seluruh bagian struktur dermaga sehingga dapat mewakili struktur dermaga secara keseluruhan.

Alat uji kuat-tekan beton yang digunakan di laboratorium terdiri dari:

a. Mesin Uji Tekan, kapasitas 100 Ton

b. Mesin Potong Beton

Berdasarkan SNI 03-3403-1994 hasil dari uji tekan harus dikoreksi kembali dengan faktor koreksi C0, C1, dan C2 untuk mendapatkan kuat tekan beton yang sebenarnya.

a. Faktor Koreksi C0

Ketentuan mengenai faktor koreksi C0 adalah sebagai berikut :

1. C0 adalah faktor pengali yang berhubungan dengan arah pengambilan benda uji beton inti pada struktur beton.

2. C0 digunakan untuk menghitung kuat tekan beton inti yang dikoreksi (f’cc).

3. Untuk menghitung (f’cc) apabila kuat tekan benda uji beton inti adalah f’c, harus dikalikan dengan faktor koreksi C0 seperti yang tercantum dalam Tabel 2.1 berikut :

Page 12: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 12

Tabel 2.2 Faktor Koreksi C0

Arah Pengambilan Benda Uji Beton C0

Horisontal (Tegak lurus pada arah tinggi dari struktur beton)

1

Vertikal (sejajar dengan arah tinggi dari struktur beton)

0,92

b. Faktor Koreksi C1

Ketentuan mengenai faktor koreksi C1 adalah sebagai berikut :

1. C1 adalah faktor pengali yang berhubungan dengan rasio panjang sesudah diberi lapisan untuk kaping ( 'l ) dengan diameter φ dari benda uji.

2. C1 digunakan untuk menghitung kuat tekan benda uji beton inti yang dikoreksi (f’cc).

3. Apabila rasio panjang setelah diberi lapisan untuk kaping ( 'l ) dengan diameter (φ ) dari benda uji adalah 'l φ≤ ≤1,94 2,10 , C1 tidak boleh digunakan untuk menghitung f’cc.

4. Untuk menghitung f’cc apabila 'l φ <1,94 , kuat tekan benda uji beton inti (f’c) harus dikaitkan dengan faktor pengali C1 seperti yang tercantum dalam Tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3 Faktor Koreksi C1

'l φ C1

1,75 0,98 1,50 0,96 1,25 0,93 1,00 0,87

5. Apabila tidak terdapat dalam Tabel 2.3, C1 dapat dicari dengan cara interpolasi.

6. C1 dalam Tabel 2.3 berlaku untuk beton normal dan beton ringan dengan berat isi antara 1.600-1.900 kg/m3, baik yang diuji tekan dalam keadaan kering maupun lembab.

7. C1 dalam Tabel 2.3 berlaku untuk beton dengan kuat tekan silinder antara 13,8 – 41,4 MPa.

c. Faktor koreksi C2

Ketentuan mengenai faktor koreksi C2 adalah sebagai berikut :

1. C2 adalah faktor pengali karena adanya kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti yang letaknya tegak lurus terhadap sumbu benda uji.

2. C2 digunakan untuk menghitung kuat tekan benda uji beton inti yang dikoreksi (f’cc).

3. Apabila kandungan tulangan besi yang letaknya tegak lurus pada sumbu benda uji hanya satu batang, maka :

2C d hlφ

⎛ ⎞= ⎜ ⎟

⎝ ⎠×1,0+1,5 ........................................................................... (2.1)

Page 13: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 13

dimana :

d = diameter batang tulangan (mm).

φ = diameter rata-rata benda uji (mm).

h = jarak terpendek antara sumbu batang tulangan dengan ujung benda uji (mm).

l = panjang benda uji sebelum diberi lapisan untuk kaping (mm).

4. Apabila kandungan tulangan besi yang letaknya tegak lurus pada sumbu benda uji jumlahnya lebih dari satu batang, maka :

(1) Untuk benda uji dengan kandungan dua buah tulangan besi, apabila jarak antara dua tulangan > d terbesar, C2 ditentukan menurut rumus berikut :

( )

2Cd h

lφ=

∑ ××

1,0+1,5 .................................................................... (2.2)

dimana :

d = diameter batang tulangan (mm).

φ = diameter rata-rata benda uji (mm).

h = jarak terpendek antara sumbu batang tulangan dengan ujung benda uji (mm).

l = panjang benda uji sebelum diberi lapisan untuk kaping (mm).

(2) Untuk benda uji dengan kandungan dua buah tulangan besi, apabila jarak antara dua tulangan < d terbesar C2 ditentukan menurut rumus berikut :

2C d hlφ

⎛ ⎞= ⎜ ⎟

⎝ ⎠×1,0+1,5 ...................................................................... (2.3)

dimana :

d = diameter batang tulangan (mm).

φ = diameter rata-rata benda uji (mm).

h = jarak terpendek antara sumbu batang tulangan dengan ujung benda uji (mm).

l = panjang benda uji sebelum diberi lapisan untuk kaping (mm).

2.5.2 Pengujian Karbonasi

Karbonasi adalah salah satu dari penyebab utama perkaratan tulangan beton disamping klorida. Akibat persenyawaan karbon dioksida (CO2) dengan senyawa-senyawa hidroksida alkali dalam beton. Proses karbonasi akan menurunkan nilai pH (eksponen hidrogen) dalam beton sampai pada batas di mana tulangan akan berkarat. Karbondioksida yang terlarut dalam air akan membentuk asam-asam karbonat yang mana akan berpindah ke tulangan beton dan menyebabkan perkaratan jika beton memiliki kualitas rendah (beton porus, kandungan semen rendah atau water-cement ratio terlalu tinggi).

Pengujian ini dilakukan dengan menyemprotkan larutan Phenolpthaline pada benda uji silinder yang diperoleh dari hasil core masing-masing komponen struktur. Larutan

Page 14: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 14

Phenolphtalein merupakan indikator asam-basa yang mana akan menunjukkan perubahan pH pada permukaan beton. Indikator akan berubah menjadi berwarna merah muda (pink) jika disemprotkan pada beton berkarbonasi rendah atau tidak berkarbonasi (pH tinggi). Sebaliknya indikator tetap tidak berwarna jika disemprotkan pada beton berkarbonasi tinggi (pH rendah).

Alat pengujian: reagen larutan Phenolphtalein, alat penyemprot (sprayer).

Metode Pengujian:

- Permukaan beton yang diuji dibersihkan dari kotoran dengan batu gerinda dan dicuci. Jika benda uji berupa silinder hasil pemboran inti, permukaannya harus dibersihkan dari debu sisa-sisa pemboran dengan pencucian.

- Semprotkan reagen secara merata pada permukaan benda uji dan perhatikan reaksi yang terjadi. Catat perubahan warna dan dokumentasikan hasilnya dengan foto-foto.

(a) (b)

Gambar 2.7 (a) Kit uji karbonasi, (b) Contoh hasil pengujian.

2.5.3 Pengujian Tulangan Terpasang

Pengujian terhadap tulangan yang telah terpasang di lapangan meliputi:

A. Identifikasi Tulangan

Identifikasi tulangan dilakukan pada komponen balok lintang, balok memanjang, pelat dan lisplang, dengan menggunakan alat R.Bar Locater.

B. Uji Korosi (Half-Cell Potential)

Uji Half-Cell Potential adalah uji semi-destructive dengan teknik elektro-kimiawi yang umum digunakan untuk menaksir laju korosi/perkaratan pada suatu bahan metal seperti tulangan beton. Istilah ”half-cell” digunakan karena alat uji utama terdiri dari satu unit sel elektro-kimiawi yang memiliki elektroda tunggal dan dalam hal ini berfungsi sebagai elektroda acuan (reference electrode).

Uji HCP dapat dilaksanakan dengan cepat dan relatif murah karena hanya perlu membuka sebagian komponen konstruksi yang diperiksa/diuji. Metode ini memberikan informasi yang berharga dalam penilaian perkaratan pada tulangan beton dan memberikan dukungan terhadap jaminan mutu perbaikan struktur serta penaksiran umur layan (service life) yang masih tersisa.

Page 15: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 15

Gambar 2.8 Skema uji HCP pada tulangan beton.

Peralatan yang digunakan dalam uji Half Cell Potential (HCP) terdiri dari :

i. Half-Cell Test Unit

Half-Cell Test Unit terdiri dari tabung tembus pandang berbahan nonkonduktor/dielektrik yang tidak bereaksi dengan tembaga (Cu) atau tembaga sulfat (CuSO4), sebuah tutup berpori-pori (porous) berbahan keramik sehingga tetap basah oleh sifat kapilaritasnya, dan sebuah batang tembaga yang dicelupkan ke dalam larutan jenuh tembaga sulfat di dalam tabung. Larutan harus disiapkan dengan reagent grade kristal tembaga sulfat yang dilarutkan dalam air distilasi. Larutan dapat dianggap jenuh jika masih ada sisa-sisa kristal tembaga sulfat (yang tidak terlarut) di dasar tabung larutan. Contoh HCP unit diberikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.9 HCP test unit.

ii. Voltmeter

Voltmeter yang digunakan harus dapat dioperasikan dengan baterai dan memiliki ketelitian skala ±3% pada rentang (range) voltase yang digunakan. Input impedansi tidak boleh kurang dari 10MΩ jika dioperasikan pada skala maksimum

elemen logam yang diuji

Voltmeter

“half-cell”

(elektroda acuan)

Page 16: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 16

100 mV. Pembagian skala yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga pada beda potensial 0,02 V atau kurang masih dapat dibaca tanpa interpolasi.

iii. Kawat Penghubung

Kawat penghubung harus memiliki dimensi sedemikian sehingga hambatan listriknya pada seluruh panjang yang digunakan tidak mengganggu sirkuit hingga lebih dari 0,0001V. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan kawat tidak lebih dari 150 meter sekurang-kurangnya kawat standar tipe AWG No. 24. Kabel harus berlapis selayaknya dengan tipe penyekatan direct burial.

Sebelum pengujian di lapangan. alat-alat yang digunakan harus diperiksa terlebih dahulu sesuai prosedur berikut:

a. Periksa tabung half-cell dan pastikan bahwa tabung terisi penuh dengan larutan.

b. Periksa juga keberadaan kristal tembaga sulfat yang terendap pada dasar tabung berisi larutan sebagai indikasi larutan tembaga sulfat telah jenuh.

c. Ikuti prosedur-prosedur pengoperasian half-cell seperti yang tercantum dalam standar ASTM C876.

d. Ujung porus tutup keramik dari tabung half-cell harus dalam keadaan jenuh larutan.

e. Periksa kapasitas sumberdaya pada voltmeter.

f. Periksa apakah voltmeter telah diatur pada batas tegangan yang sesuai. Pengukuran tegangan harus dilakukan dengan batas tegangan terendah pada voltmeter. Pengukuran tegangan akan lebih teliti jika diukur pada 2/3 batas atas yang dipilih untuk instrumen tertentu.

g. Periksa kinerja voltmeter dengan membandingkan pengukuran yang dilakukan dengan alat-alat yang berbeda, atau melakukan pengukuran dari sumber tegangan yang diketahui.

Pelaksanaan uji HCP dijelaskan sebagai berikut:

i. Persiapan Benda Uji

Permukaan beton yang akan diuji harus dibersihkan dengan disikat dan dicuci bersih. Jika tulangan yang diuji tidak tampak, perlu mengupas sebagian permukaan beton. Kerak lapisan atau karat jika ada, harus dibersihkan dari ujung elemen (tulangan) yang akan diuji supaya kontak listrik dapat berlangsung dengan baik.

ii. Pemeriksaan Kontinuitas

Periksa kontinuitas listrik antar elemen yang akan diuji dan/atau antara elemen dengan permukaan beton. Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur hambatan di antara elemen-elemen atau dengan membandingkan potensial-potensial half-cell di antara elemen-elemen setelah arus dialirkan pada elemen-elemen yang diuji.

Jika hambatan yang terukur di antara elemen-elemen lebih besar dari 5 Ω elemen-elemen boleh dikatakan terisolasi. Sebagai alternatif, gunakan kabel yang sama untuk pemeriksaan hambatan listrik, potensial tegangan di atara 2 buah elemen dapat diukur dan harus lebih besar dari 5 mV untuk membuktikan bahwa tidak ada kontinuitas.

Jika arus dialirkan pada salah satu elemen, potensial half-cell yang diukur untuk elemen yang lain tidak boleh dipengaruhi jika elemen-elemen tersebut dalam keadaan terisolasi.

Page 17: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 17

iii. Prosedur Uji

Pengujian dilakukan dengan mengukur beda potensial antara half-cell dengan elemen logam yang diuji.

Pasang kabel penghubung dari terminal negatif (katoda) voltmeter ke ujung tulangan menggunakan jepitan atau peralatan lainnya. Tidak diperkenankan menyambung kabel ke ujung tulangan yang diuji dengan mengelas. Half-cell dihubungkan dengan terminal positif dan hidupkan voltmeter.

Tempatkan tabung half-cell pada bagian permukaan beton di dekat/sekitar elemen logam yang diuji dan tentukan suatu lintasan yang menunjukkan tingkat perkaratan dengan menggerakkan/memindahkan tabung half-cell sepanjang lintasan tersebut, baca nilai-nilai potensial yang terukur. Selanjutnya pindahkan tabung half-cell ke lintasan yang lain dan lakukan prosedur yang sama sehingga akan diperoleh satu set data pembacaan dalam arah memanjang dan melintang bidang permukaan beton di mana elemen yang diuji berada. Pengujian korosi dilakukan di lapangan terhadap baja tulangan terpasang didalam beton dengan mengukur potensial yang dimiliki tulangan terpasang.

2.6 Analisis Struktur Dermaga Eksisting

Analsis struktur dermaga eksisting dengan menggunakan perangkat lunak Structural Analysis Program (SAP) 2000. Untuk mengetahui kehandalan struktur dermaga eksisting terhadap beban-beban operasional. Elemen struktur yang rusak tentunya mengalami pengurangan kekuatan. Perlu dilakukan estimasi seberapa besar pengurangan kekuatan yang terjadi dengan mengacu pada standar yang berlaku (jika ada) atau dengan melakukan judgment dikaitkan dengan seberapa parah kerusakan yang terjadi.

SAP2000 memiliki kemampuan untuk memodelkan struktur portal 2 dimensi maupun 3 dimensi berdasarkan metode analisis linear dan non linear pada kondisi beban statis dan dinamis. Selain itu SAP2000 memiliki antarmuka pengguna grafis (Graphical User Interface/GUI) yang memungkinkan penyusunan model lebih interaktif.

Analisis struktur Dermaga A - I Pelabuhan Palembang dilakukan dalam 2 tahap:

1. Tahap pertama adalah analisis struktur untuk kondisi yang ada (eksisting), tujuannya adalah untuk mencari gaya-gaya dalam yang bekerja sebagai akibat adanya gaya-gaya operasional dan gaya lingkungan yang bekerja.

2. Tahap kedua adalah pengecekan kapasitas penampang berdasarkan data properti mekanik yang diperoleh dari survei material & struktur dermaga.

Input yang diperlukan berupa geometri struktur eksisting dan properti mekanik dari struktur dermaga eksisting diperoleh dari hasil survei kondisi alinyemen dermaga dan survei material & struktur dermaga.

2.7 Metodologi Perbaikan

Jenis-jenis kerusakan yang biasa terjadi pada struktur beton, antara lain : retak, spalling, erosi permukaan dan dis-colouration. Untuk mengembalikan kinerja struktur dan memperpanjang umur “masa layan” suatu struktur yang telah mengalami degradasi struktur akibat kondisi kerusakan pada sebagian besar komponen strukturnya yang dapat menimbulkan permasalahan atas perolehan informasi dari lapangan , dan penyebab gejala, maka diperlukan langkah-langkah penanggulangan untuk mengatasi seluruh permasalahan yang ada.

Page 18: Bab 2 Metodologi Kerja Perencanaan Perbaikan Struktur · PDF fileGambar 2.1 Metodologi kerja perencanaan perbaikan struktur dermaga. 2 - 3 ... Gambar denah, potongan melintang dan

2 - 18

Metoda perbaikan untuk tiap jenis kerusakan adalah tertentu dan sudah menjadi standar, penjelasan lebih rinci disampaikan pada bab-bab selanjutnya. Perbaikan kerusakan struktur beton tidak terlepas dari pemilihan material perbaikan.

2.8 Estimasi Biaya

Berdasarkan metodologi perbaikan dapat ditentukan metode dan bahan perbaikan struktur beton yang akan digunakan. Hasil pemetaan kerusakan dermaga akan memberikan gambaran megenai jenis kerusakan yang terjadi dan volume kerusakan. Dengan berdasarkan pada hal-hal tersebut dapat disusun suatu estimasi biaya yang diperlukan untuk perbaikan.