fts_final
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
OPTIMASI KOMBINASI SUKROSA-AMILUM SEBAGAIBAHAN PENGISI DALAM FORMULA TABLET HISAP ASAM
ASKORBAT KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKANMETODE DESAIN FAKTORIAL
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Praktikum Formulasi Sediaan Solid A
Oleh :Wanda Indriani W. (098114003)Kenny Ryan Limanto (098114006)Bernadetta Arum W. (098114007)Rachelia Octavia E. (098114008)Johanes Putra W. (098104010)Dina Christin A. P. (098114015)Jenny Marina (098114016)
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman yang semakin maju dan terus berkembang, penggunaan obat-
obatan tidak pernah ditinggalkan. Salah satu bentuk sediaan obat yang paling
banyak digunakan adalah tablet. Hal ini berkaitan dengan kemudahan konsumsi
yang praktis dan mudah dibawa kemana saja.
Asam askorbat yang lebih dikenal dengan nama vitamin C dipilih sebagai
zat aktif karena vitamin C diperlukan di dalam tubuh, namun tidak dapat
diproduksi oleh tubuh, sehingga harus diperoleh dari luar.
Bentuk sediaan tablet hisap vitamin C dipilih karena tablet diharapkan dapat
melarut perlahan dan melepaskan zat aktifnya langsung di dalam mulut dan
tenggorokan. Bentuk dan rasa tablet hisap juga lebih disukai karena
penggunaannya hanya dengan mengulum dan menghisap tablet perlahan, tidak
diperlukan air minum, sehingga sangat menguntungkan bagi konsumen yang
memiliki kesulitan menelan obat.
Pembuatan tablet hisap asam askorbat menggunakan metode kempa
langsung. Penggunaan metode ini disebabkan oleh sifat asam askorbat yang tidak
stabil jika berinteraksi dengan air dan mudah teroksidasi oleh cahaya, metode
kempa langsung dapat meminimalkan kontak asam askorbat dengan air dan
cahaya. Namun, untuk membuat tablet hisap dengan metode kempa langsung,
bahan-bahan yang digunakan harus memiliki kompaktibilitas dan sifat alir yang
baik. Asam askorbat memiliki sifat alir yang kurang baik. Oleh karena itu,
digunakan sukrosa dan amilum dalam bentuk granul untuk memperbaiki sifat alir
asam askorbat, sehingga dapat dikempa langsung dengan baik.
Pada pembuatan tablet hisap dilakukan optimasi bahan pengisi. Bahan
pengisi yang akan dioptimasi adalah granul sukrosa dan granul amilum. Optimasi
bahan pengisi dilakukan karena bahan pengisi merupakan salah satu eksipien
dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga diperkirakan akan mempengaruhi
sifat fisik tablet hisap.
2
Penggunaan bahan pengisi kombinasi granul sukrosa-amilum disebabkan
masing-masing bahan mempunyai keuntungan dan kekurangan. Amilum yang
digunakan dalam penelitian ini mempunyai sifat alir yang kurang baik namun
memiliki kompresibilitas dan kompaktibilitas yang baik, higroskopis, tidak berbau
dan bersifat inert (Rubinstein, 2002). Sedangkan sukrosa bersifat higroskopis dan
lembab jika berada dalam suhu kamar namun mempunyai rasa yang manis dan
larut dalam air. Sehingga kombinasi sukrosa-amilum pada pembuatan tablet hisap
ini dimaksudkan untuk membuat rasa tablet hisap lebih manis, membentuk massa
tablet yang kompak. Kombinasi sukrosa-amilum selain sebagai bahan pengisi juga
berfungsi sebagai pemanis.
Pada pembuatan tablet hisap ini, digunakan metode desain faktorial untuk
menentukan jumlah granul sukrosa-amilum yang harus ditambahkan, agar
diperoleh sifat fisik dan respon rasa yang optimum sesuai dengan persyaratan
sehingga penelitian ini akan bermanfaat dalam bentuk yang lebih menarik, efektif
dan modern untuk digunakan oleh masyarakat luas. Dipilih metode desain
faktorial agar didapatkan komposisi yang sesuai untuk mendapatkan daerah
respon yang optimum sehingga diperoleh formula tablet hisap yang baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan,
yaitu :
1. Bagaimanakah pengaruh kombinasi granul sukrosa dan amilum sebagai bahan
pengisi terhadap sifat fisik dan respon rasa tablet hisap asam askorbat ?
2. Berapakah perbandingan granul sukrosa dan amilum sebagai bahan pengisi
yang dapat menunjukkan daerah optimum formula tablet hisap asam askorbat
yang optimum ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh kombinasi sukrosa dan amilum sebagai bahan pengisi
terhadap sifat fisik tablet hisap asam askorbat.
2. Mendapatkan daerah optimum dari formula tablet hisap asam askorbat dengan
perbandingan sukrosa dan amilum sebagai bahan pengisi.
3
D. Manfaaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
Dapat menghasilkan bentuk sediaan asam askorbat yang praktis dan dapat
diterima oleh masyarakat.
2. Manfaat metodologis
Dapat memperoleh daerah respon optimum dari formula tablet hisap asam
askorbat dan metode baru dalam pembuatan tablet hisap asam askorbat.
4
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Granul
Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil.
Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih
besar. Ukuran biasanya antara ayakan 4-14 mesh, walaupun demikian granulat
dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat tergantung pada
tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989).
Pada umumnya sebelum tabletisasi dilakukan, bahan obat dan bahan
pembantu yang diperlukan digranulasi, artinya partikel – partikel serbuk diubah
menjadi butiran granulat. Dalam hal ini diperoleh butiran, dimana partikel-partikel
serbuknya memiliki daya lekat. Disamping itu daya alirnya menjadi lebih baik.
Dengan daya alir tersebut pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara
kontinyu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat menyebabkan pula
keseragaman bentuk tablet. Dengan demikian akan dihasilkan massa tablet yang
tetap dan ketepatan takaran yang tinggi (Voigt, 1994).
Pada proses granulasi, luas permukaan total seluruh partikel serbuk
berkurang yang diikuti dengan penurunan gaya adhesi. Pada saat pencetakan
berlangsung akan terjadi peningkatan daya lekat masing-masing partikel melalui
intersepsi gerigi yang terdapat pada permukaan butiran granulat. Dengan
intersepsi tersebut, cetakan kecil memperoleh kekompakannya. Pada proses
tabletasi berlangsung dihasilkan bodi cetakan dengan adanya tekanan dan
memiliki karakteristik kekompakan dan kehancuran tertentu, jika di dalam bahan
yang ditabletasi terdapat kerja gaya ikatan yang cukup kuat (Voigt, 1994).
Granulat sebagai sediaan obat mandiri, umumnya memiliki ukuran butiran
yang sedikit lebih besar daripada granulat yang digunakan dalam pencetakan
tablet. Butiran-butiran kasar diperoleh melalui pelembaban dan pelekatan serbuk.
Pembuatannya berlangsung dalam empat tahap : agregasi campuran serbuk
dengan menambahkan cairan penggranul, pembagian massa, pengeringan granulat
dan pengayakan bagian yang halus, sekaligus memfinalkan granulat, artinya
5
membebaskan butiran granulat yang masih melekat bersama setelah proses
pengeringan melalui gerakan-gerakan lemah di ayakan (Voigt, 1994).
Granulasi dapat digolongkan menjadi granulat lembab dan granulat kering.
Pada granulasi lembab (granulasi basah) bahan yang akan dicetak dilembabkan
dengan semacam cairan yang cocok sehingga serbuk terikat bersama dan terasa
sebagai tanah yang lembab. Dengan demikian cairan penggranul ditambahkan
sesuai dengan kebutuhan. Lembab pada akhirnya dihilangkan kembali (Voigt,
1994).
Granul yang akan dikempa secara langsung harus memiliki sifat alir dan
kompaktibilitas yang baik. Kompaktibilitas adalah kemampuan serbuk melekat
satu sama lain menjadi bentuk yang kompak bila mendapat tekanan (Alderborn
dan Nystrom, 1996). Uji kompaktibilitas dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan zat dapat dikempa (Parrott, 1971).
Kompaktibilitas adalah kemampuan serbuk melekat satu sama lain menjadi
bentuk yang kompak bila mendapat tekanan (Aldeborn dan Nystrom, 1996). Uji
kompaktibilitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan zat untuk dikempa
Kompaktibilitas yang baik adalah kurang dari 40% (Fudholi, 1983).
Ada tiga metode pembuatan tablet kompresi yang berlaku yaitu metode
granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung (Ansel, 1985).
Metode granulasi basah merupakan metode yang terluas digunakan orang
dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut :
a. Penggerusan dan pencampuran obat dengan bahan tambahan.
b. Pembuatan larutan atau cairan bahan pengikat.
c. Penambahan larutan atau cairan bahan pengikat ke campuran obat dan bahan
tambahan.
d. Pengayakan massa basah.
e. Pengeringan granul basah.
f. Pengayakan granul kering.
g. Penimbangan.
h. Pencampuran dengan lubrikan dan disintegran.
6
i. Pengempaan tablet (Ansel, 1985; Augsburger, 1994).
Keuntungan metode granulasi antara lain menaikkan sifat alir dan
kompaktibilitas, khususnya untuk obat berdosis tinggi yang memiliki sifat alir
atau kompaktibilitas rendah, mengurangi udara dalam die, mengurangi debu, dan
menjamin keseragaman kadar (Augsburger, 1994).
Kerugian metode granulasi adalah setiap proses memiliki tingkat kesulitan
sendiri-sendiri, banyaknya proses menimbulkan kemungkinan munculnya
masalah lebih sulit untuk dikontrol dan dilakukan validasi, kemungkinan
munculnya efek yang merugikan terhadap stabilitas dan distribusi obat selama
pengeringan akibat waktu dan laju pengeringan, secara menyeluruh lebih mahal
dibanding kempa langsung dalam hal ruang, waktu, dan peralatan yang
dibutuhkan (Augsburger, 1994).
Untuk mengetahui sifat alir granul, maka diperlukan uji sifat fisik granul
yang meliputi :
1. Kecepatan alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan bila sejumlah granul
dituangkan dalam suatu alat kemudian dialirkan, mudah tidaknya aliran
granul dapat dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis, keadaan
permukaan dan kelembabannya. Ketidakseragaman dan semakin kecil
ukuran granul akan memperbesar daya kohesinya sehingga granul tidak
mudah mengalir karena menggumpal. Kecepatan alir granul sangat penting
karena berpengaruh pada keseragaman pengisian ruang kompresi dan
keseragaman bobot tablet (Parrott, 1971). Granul yang baik mempunyai
kecepatan alir lebih 10 gram/detik (Voigt, 1984).
2. Sudut diam
Sudut diam adalah sudut yang terbentuk antara permukaan tumpukan
granul dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil atau sama
dengan 300 biasanya menunjukkan bahwa granul mempunyai sifat alir yang
baik atau disebut juga “free flowing” dan bila sudutnya lebih besar atau
sama dengan 400 biasanya sifat alirnya kurang baik (Banker dan Anderson,
1986).
7
3. Pengetapan
Pengetapan menunjukkan penurunan volume sejumlah granul atau
serbuk akibat hentakan (tapped) dan getaran (vibrating). Makin kecil indeks
pengetapan maka semakin kecil sifat alirnya. Granul dengan indeks
pengetapan kurang dari 20% menunjukkan sifat alir yang baik (Fassihi dan
Kanfer, 1986).
B. Tablet
Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaanya rata atau cembung,
mengandung satu jenis atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim,
1979).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-
tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan ketebalan, daya
hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung dari cara pemakaian tablet dan
metode pembuatannya (Ansel, 1989).
Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung
didalamnya, sedangkan bahan pengisi yang sering digunakan dalam pembuatan
tablet yaitu bahan penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat, bahan pemberi
rasa dan bahan tambahan lainnya (Ansel, 1989).
Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan
dibandingkan dengan bentuk sediaan-sediaan farmasi lain dalam pengobatan,
selain murah juga relatif lebih mudah penggunaannya. Untuk dapat menghasilkan
tablet dengan kualitas baik, diperlukan kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria-
kriteria tersebut adalah:
1. Tablet harus cukup kekerasannya dan tidak rapuh, sehingga selama fabrikasi,
pengemasan dan pengangkutan sampai pada konsumen tetap pada kondisi yang
baik.
2. Ketersediaan hayati tablet bagus.
3. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya.
4. Mempunyai penampilan yang menarik baik mengenai bentuk, warna, dan rasa.
8
5. Dapat mempertahankan sifat fisika dan kimianya, sehingga tetap manjur dan
aman untuk digunakan (Lachman, 1986).
Untuk dapat memenuhi kriteria tersebut di atas, bahan-bahan yang akan
dikempa menjadi tablet sedapat mungkin memiliki sifat-sifat berikut:
kompresibilitas dan kompaktibilitas yang baik, mudah mengalir, mudah lepas dari
cetakan, dan mudah melepaskan zat aktif (Alderborn and Nystrom, 1996).
C. Tablet Hisap
Tablet hisap merupakan sediaan padat yang mengandung sebagian besar
gula dan gom, memberikan kohesifitas dan kekerasan yang tinggi dan dapat
melepas bahan obatnya dengan lambat. Biasanya digunakan untuk memberikan
efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Zat aktif terdiri dari antiseptik, lokal
anastetik, antiinflamasi dan antifungi (Cooper dan Gunn, 1975).
Tablet hisap mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan
bahan beraroma manis yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan di
mulut. Kandungan gula dan gom yang tinggi menghasilkan larutan yang lengket
di mulut yang dapat menyebabkan pengobatan tetap berada pada permukaan yang
terkena. Bahan flavour biasanya ditambahkan pada gula berupa minyak menguap
(Cooper dan Gunn, 1975).
Troches dan lozenges adalah dua nama yang umum digunakan untuk
menyebut tablet hisap pada mulanya lozenges dinamakan pastiles. Troches dan
lozenges biasanya dibuat dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar
kembang gula yang keras dan beraroma menarik (Gunsel dan Kanig, 1976).
Secara umum pembuatan tablet hisap hampir sama dengan tablet biasa, tapi
karena tablet ini diharapkan dapat melarut perlahan dalam mulut, maka kekerasan
tablet ini harus lebih besar dari tablet biasa. Oleh karena itu, dibutuhkan tekanan
yang tinggi dan bahan pengikat yang lebih besar (Cooper dan Gunn, 1975).
Lozenges dapat dibuat dengan cara mengempa, tetapi biasanya dibuat dengan cara
peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula, sedangkan troches dibuat
dengan cara kempa seperti halnya tablet lain (Gunsel dan Kanig, 1976).
Seperti halnya tablet konvensional, tablet hisap juga memerlukan beberapa
bahan tambahan yang membantu dalam proses penabletan agar dihasilkan tablet
9
hisap yang baik. Selain itu mungkin pula dibutuhkan zat pewarna atau zat
pemanis yang biasanya digunakan dalam pembuatan tablet hisap atau tablet
kunyah (Gunsel dan Kanig, 1976).
Berdasarkan tipe basis yang digunakan, tablet hisap dibagi menjadi dua,
yaitu hard candy lozenges dan compressed lozenges tablet. Hard candy
merupakan campuran dari gula dan karbohidrat lain yang dijaga dalam bentuk
amorf. Bentuk ini dapat diasumsikan seperti bentuk sirup gula yang padat dan
mempunyai kadar lembab sekitar 0,5-1,5 %. Compressed lozenges sering disebut
sebagai tablet hisap yang berbentuk lempeng atau cembung. Tablet hisap ini
didesain untuk melarut lambat dan hancur perlahan dalam mulut (Peters, 1989).
D. Syarat – Syarat Tablet Hisap
Persyaratan tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III, antara lain :
1. Keseragaman ukuran
Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu
sepertiga kali ketebalan tablet.
2. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif
merupakan bagian terbesar dari tablet dan cukup mewakili keseragaman
kandungan. Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari
keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian terkecil dari tablet
atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya Farmakope
mensyaratkan tablet bersalut dan tablet mengandung zat aktif 50 mg atau
kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50 % bobot sediaan, harus
memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan
pada tiap tablet.
Keseragaman bobot ditentukan oleh banyaknya penyimpangan bobot
dari bobot rata-rata sejumlah tablet yang masih diperbolehkan menurut
syarat yang telah ditentukan. Tablet yang bobotnya 26 mg sampai dengan
150 mg, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 10% dan tidak satupun
10
tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari bobot rata-ratanya 20%
(Anonim, 1979).
Tablet tak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga
yang ditetapkan kolom A, dan tidak satupun tablet yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari yang ditetapkan kolom B. Jika
perlu, dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu pun tablet
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan
dalam kolom A dan B, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :
Bobot rata-rata tabletPenyimpangan bobot rata-rata (%)
A B
< 25 mg 15% 30%
26-150 mg 10% 20%
151-300 mg 7.5% 15%
>300 mg 5% 10%
(Anonim, 1979).
3. Kekerasan
Kekerasan tablet menyatakan suatu batasan yang dipakai untuk
mengetahui ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanis seperti
goncangan dan terjadinya kerusakan selama pembungkusan, pengangkutan
dan pendistribusian kepada konsumen. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh
tekanan kompresi, kekuatan ikatan antar partikel dan kompaktibilitas tablet.
Tablet hisap dimaksudkan untuk melarut perlahan di dalam mulut, oleh
karena itu dibuat lebih keras dari tablet biasa (Parrott, 1971).
4. Kerapuhan
Kerapuhan merupakan massa seluruh partikel yang dilepaskan dari
tablet sebagai akibat adanya penguji mekanis. Kerapuhan dinyatakan
sebagai persentase dari kehilangan berat setelah pengujian (Voigt, 1984).
11
Kerapuhan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap pengikisan
permukaan dan goncangan. Pengujian kerapuhan tablet dilakukan dengan
alat friability tester (Banker dan Anderson, 1986).
E. Acuan Sifat fisik tablet Hisap
Pada percobaan ini digunakan acuan sifat fisik tablet hisap yang beredar di
pasaran. Sampel yang digunakan adalah tablet hisap asam askorbat, Vicee 500®,
rasa strawberry produksi Prafa(Pradja Pharin), Citeureup, Bogor, Indonesia.
Pengunaan acuan tablet hisap ini dikarenakan tablet yang telah beredar di pasaran
dinilai telah memenuhi standard sehingga dapat diterima di masyarakat.
Dari data pengujian sifat fisik tablet Vicee 500®, diperoleh data yang
menunjukkan kerapuhan tablet hisap yang baik adalah 2,709% - 3,440%.
Dari data pengujian sifat fisik tablet Vicee 500®, diperoleh data yang
menunjukkan kekerasan tablet yang baik adalah antara 16,4 – 28,1 kp.
F. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Tablet
Pada pembuatan tablet selain dibutuhkan zat aktif, juga diperlukan bahan
tambahan. Pada dasarnya, bahan tambahan tablet harus netral, tidak berbau, tidak
berasa, dan jika mungkin tak berwarna. Bahan tambahan yang digunakan dalam
pembuatan tablet antara lain bahan pengisi, pengikat, penghancur, dan bahan
pelicin (Voigt, 1984).
Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan tablet menurut
fungsinya yaitu:
1. Bahan pengisi (diluent)
Bahan pengisi adalah senyawa inert yang ditambahkan pada bahan
aktif untuk membuat tablet rasional. Bahan pengisi ditambahkan dengan
tujuan untuk memperbesar volume dan berat tablet. Bahan pengisi yang
umum digunakan adalah amilum, pati, dekstrosa, dikalsium fosfat dan
mikrokristal selulosa (avicel). Bahan pengisi dipilih yang dapat
meningkatkan fluiditas dan kompresibilitas yang baik. Bahan pengisi tidak
diperlukan jika dosis obat per tablet tinggi. Umumnya berat tablet paling
rendah adalah 50 mg sehingga untuk obat dengan dosis sangat rendah akan
12
membutuhkan bahan pengisi agar berat tablet minimum dapat 50 mg
(Augsburger, 1994).
2. Bahan pengikat
Bahan pengikat (binder), bahan pengikat berfungsi untuk mengikat
bahan obat dengan bahan penolong lain (menyatukan semua partikel serbuk
dalam bentuk granul-granul) sehingga diperoleh granul yang baik, yang
akan menghasilkan tablet yang kompak serta tidak mudah pecah. Pengaruh
bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan massa terlalu basah
dan granul yang terlalu keras sehingga tablet yang terjadi mempunyai waktu
hancur yang lama. Apabila bahan pengikat yang digunakan terlalu sedikit
maka akan terjadi perlekatan yang lemah dan tablet yang terbentuk lunak,
serta dapat menjadi capping yaitu lapisan atas dan atau lapisan tablet
membuka (Parrott, 1971).
Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa selain kekompakan tablet,
harus diperhatikan pula waktu hancur tablet dimana kedua sifat ini saling
berlawanan, maka sebaiknya bahan pengikat digunakan sesedikit mungkin.
Kekompakan sebuah tablet, selain tergantung bahan pengikat dapat juga
dipengaruhi oleh tekanan pengempaan (Voigt, 1984).
3. Bahan penghancur
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau
hancurnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan. Bahan
penghancur dapat berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembang atau
dengan mekanisme lain, seperti efek gaya kapiler dan enzimatis, sehingga
kemudian akan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian granul atau
fragmen. Fragmen-frgmen tablet itu mungkin sangat menentukan kelarutan
selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavaibilitas yang diharapkan
(Banker dan Anderson, 1986).
Cara penambahan bahan penghancur dalam pembuatan tablet
mempunyai 3 cara yaitu sebelum granulasi (internal addition), sesudah
granulasi (eksternal addition), dan kombinasi. Bahan penghancur yang
ditambahkan sebelum granulasi berarti ikut di granul dan berfungsi unutk
13
menghancurkan granul menjadi partikel-partikel halus, bahan penghancur
yang ditambahkan sesudah granulasi berarti tidak ikut digranul yang
berfungsi untuk menghancurkan tablet menjadi granul sedangkan dengan
cara kombinasi berarti sebagian digranul, sebagian tidak, sehingga dapat
berfungsi keduanya (Banker dan Anderson, 1986).
4. Pelincir, anti lekat dan pelicin
Suatu bahan pelincir (lubricant) diharapkan dapat mengurangi
gesekan antara dinding tablet dengan dinding die, pada saat tablet ditekan
keluar. Antilekat (antiadherent) bertujuan untuk mengurangi lekatan atau
adhesi bubuk atau granul pada permukaan punch atau dinding die. Pelicin
(glidant) ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan
mengurangi gesekan diantara partikel partikel (Banker dan Anderson,
1986).
Beberapa bahan pelicin yang biasa digunakan adalah: talk, magnesium
stearat, asam stearat, kalsium stearat, natrium stearat, likopodium, lemak,
paraffin cair (Lachman, Lieberman, Kanig, 1994).
5. Bahan Pewarna
Pewarna merupakan bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Pewarna yang digunakan
umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dari
sirup serta warnanya stabil pada kisaran pH asam. Contoh : eritrosin,
carmoisin, tartrazin, dan caramel (Anonim, 1988).
Bahan pewarna ini ditambahkan dalam formulasi tablet untuk
memudahkan identifikasi dan kepatuhan pasien. Bahan pewarna tersebut
dapat ditambahkan dalam formula sebagai serbuk atau larutan (Bendelin,
1989).
6. Penyedap Rasa dan Aroma
Penyedap rasa dan aroma merupakan bahan tambahan makanan yang
dapat memberikan, menambah, atau mempertegas rasa dan aroma. Contoh :
perasa orange, alil kaproat, benzaldehid, dan benzyl asetat (Anonim, 1988).
14
Bahan pemberi rasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap. Apa
yang dirasa mulut saat menghisap tablet sangat terkait dengan penerimaan
konsumen nantinya dan berarti juga sangat berpengaruh terhadap kualitas
produk. Dalam formula tablet hisap, bahan perasa yang digunakan biasanya
juga merupakan bahan pengisi tablet hisap tersebut, seperti mannitol (Peters,
1989).
G. Monografi atau Pemerian Bahan
1. Amilum
Amilum adalah pati yang didapat dari umbi akar Manihot utilisima pohl.
Amilum berupa serbuk sangat halus, putih, yang praktis tidak larut dalam air
dingin dan dalam etanol (Anonim, 1995).
2. Sukrosa
Pemerian hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau
berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil
di udara. Larutannya netral terhadap lakmus. Kelarutannya sangat mudah
larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam
etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1979).
3. Vitamin C
Vitamin C yang mempunyai rumus kimia C6H8O6 mempunyai
pemerian hablur serbuk putih, atau agak kuning. Oleh pengaruh udara
lambat laun akan menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di
udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu kurang dari
190oC. Vitamin C mempunyai kelarutan sebagai berikut: mudah larut dalam
air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter,
dan dalam benzena (Anonim, 1995).
Vitamin C digunakan untuk mengobati kekurangan vitamin C,
penyakit kudis, luka tertunda dan penyembuhan tulang, pengasaman urin,
dan pada umumnya sebagai antioksidan. Hal ini juga telah diusulkan untuk
menjadi agen antivirus yang efektif (Anonim, 2011).
15
O
OH
HO O
OH OH
Struktur asam askorbat
(Anonim, 2011).
4. Na-Sakarin
Sebagai pemanis buatan biasanya dalam bentuk garam berupa
Kalsium, Kalium dan Natrium Sakarin dengan rumus kimia
(C14H8CaN2O6S2.3H2O), (C7H4KNO3S.2H2O), dan (C7H4NaNO3S.2H2O).
Secara umum, garam sakarin berbentuk Kristal putih, tidak berbau atau
berbau aromatik lemah, dan mudah larut dalam air, serta berasa manis.
Sakarin memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 300 sampai dengan 500
kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori. Kombinasi
penggunaannya dengan pemanis buatan rendah kalori lainnya bersifat
sinergis (Wisnu, 2006).
Intensitas Natrium Sakarin cukup tinggi yaitu 200-700 kali sukrosa
10%. Di samping rasa manis sakarin juga mempunyai rasa pahit yang
disebabkan oleh kemurnian yang rendah dari proses sintetik. Pemerintah
Indonesia mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI
No.208/Menkes/Per/IV/1985 untuk pemanis buatan dan
No.722/Menkes/PerIX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan, bahwa pada
pangan dan minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan untuk
penderita penyakit diabetes melitus kadar maksimum sakarin yang
diperbolehkan adalah 300 mg/ kg (Wisnu, 2006).
16
SO2
N
OC
Na
Stuktur Molekul Natrium Sakarin.
5. Mg-stearat
Mg-stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-
asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari Mg-
stearat dan Mg-palmitat dalam berbagai perbandingan, mengandung setara
dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Serbuk halus,
putih, dan voluminus, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari
butiran-butiran. Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter (Anonim,
1995).
H. Metode Kempa Langsung
Metode kempa langsung yaitu percetakan bahan obat dan bahan tambahan
yang berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal atau granulasi. Kempa
langsung membangkitkan gaya ikatan di antara partikel sehingga tablet memiliki
kekompakan yang cukup. Pada proses ini diperlukan serbuk yang mempunyai
fluiditas dan kompaktibilitas yang baik (Voigt, 1984).
Tabletasi langsung ditandai oleh suatu pemakaian kerja yang rendah dengan
demikian lebih ekonomis daripada pencetakan granulat, maka metode ini dinilai
sangat menarik minat. Keuntungannya yang utama, suatu tabletasi langsung
berharga juga pada bahan obat peka lembab dan peka panas, dimana stabilitasnya
terganggu melalui tahapan granulasi (Voigt, 1984).
Untuk mendapatkan tablet yang baik, maka bahan yang akan dikempa
menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
a. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir
ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet
tidak akan memiliki variasi yang besar.
17
b. Kompaktibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga dihasilkan
tablet yang keras.
c. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan
mudah lepas dan tak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga
permukaan tablet halus dan licin (Voigt, 1984).
I. Pencampuran
Proses mencampur merupakan suatu proses penting dalam pembuatan
sediaan obat. Fungsinya adalah untuk memungkinkan tercapainya homogenitas
campuran dua bahan atau lebih. Prinsip dasar pencampuran terletak pada
penyusupan partikel bahan yang satu ke partikel bahan yang lain. Penyebaran
yang dicapai lebih merupakan suatu kebetulan sehingga keberadaan dalam suatu
pencampuran adalah sama. Jika tidak satu pun tempat pada pencampuran
menunjukkan adanya perbedaan maka diperoleh homogenitas (Voigt, 1994).
Untuk kepentingan kita, pencampuran didefinisikan sebagai proses yang
cenderung mengakibatkan pengocokan partikel yang tidak sama dalam suatu
sistem. Hal ini harus dibedakan dari suatu sistem yang tertentu di mana partikel-
partikel tersusun menurut aturan yang dapat berulang, sehingga mengikuti pola
pengulangan. Ada kemungkinan mempertimbangkan pencampuran yang hanya
membedakan salah satu faktor seperti orientasi pengisian ruang atau kecepatan
translasi (Lachman, Lieberman, Kanig, 1986).
Adapun macam-macam mekanisme pencampuran yang dapat dilakukan,
antara lain :
1. Diffusion mixing
Pencampuran dengan difusi terjadi jika gerakan acak dari partikel
dalam suatu wadah serbuk menyebabkan partikel serbuk relatif berubah
posisi satu sama lain. Pertukaran tempat dari partikel-partikel tunggal
tersebut mengakibatkan berkurangnya intensitas pemisahan. Pencampuran
difusi terjadi pada daerah antarmuka yang tidak sama, yang mengalami
shear dan disebabkan oleh pencampuran shear (Lachman, Lieberman,
Kanig, 1986).
18
2. Convective mixing
Tergantung dari tipe mixer yang digunakan, pencampuran konvektif
dapat terjadi dengan memutar bidang serbuk dengan pisau-pisau pedang
atau dayung, dengan sekrup yang berputar atau dengan metode lain dengan
memindahkan suatu massa yang relatif lebih besar dari suatu bidang serbuk
ke bidang serbuk yang lain (Lachman, Lieberman, Kanig, 1986).
3. Shear mixing
Akibat gaya di dalam massa partikel, terbentuklah bidang-bidang
licin. Tergantung pada karakteristik aliran dari serbuk. Hal ini dapat terjadi
secara sendiri-sendiri atau sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan
aliran laminar. Shear terjadi antara daerah-daerah dengan komposisi
berbeda dan sejajar dengan antarmukanya, akan mengurangi skala segregasi
dengan menipiskan lapisan-lapisan yang tidak sama (Lachman, Lieberman,
Kanig, 1986).
J. Pengeringan
Pengeringan didefinisikan sebagai penghilangan cairan dari bahan
menggunakan panas yang dilakukan dengan pemindahan cairan dari permukaan
ke dalam fase uap yang belum jenuh (Voigt, 1994).
Pengukuran untuk kelembaban dalam zat basah ialah suatu perhitungan
berdasarkan berat keringnya. Angka ini sebagai kandungan lembab (moisture
content) atau MC:
% MC = x 100%
(Lachman, Lieberman, Kanig, 1986).
K. Metode Optimasi Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan aplikasi regresi yaitu teknik untuk memberikan
model hubungan antara variabel dengan satu atau lebih variabel bebas. Model
yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Desain
faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing
faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan level tinggi.
19
Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor
yang dominan berpengaruh terhadap suatu respon (Bolton, 1997).
Optimasi campuran dua bahan (ada dua faktor) dengan desain faktorial (two
level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b12X1X2……………………………(1)
Dengan :
Y = Respon hasil atau sifat yang diamati
X1, X2 = Level bagian A, level bagian B
b0, b1, b2, b12 = Koefisien dapat dihitung dari hasil percobaan
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan
(2n = 4), dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor.
Penamaan formula untuk jumlah percobaan sebanyak 4 buah adalah formula (1)
untuk percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III,
dan formula ab untuk percobaan IV. Respon yang diukur harus dapat
dikuantitatifkan (Bolton, 1997).
Rancangan percobaan desain faktorial sebagai berikut :
Tabel I. Rancangan Percobaan Desain Faktorial dengan Dua Faktor dan Dua
Level
Formula Faktor A Faktor B Interaksi
1 - - +
A + - -
B - + -
Ab + + +
Keterangan :
(-) = level rendah
(+) = level tinggi
Formula (1) = faktor A level rendah, faktor B rendah
Formula a = faktor A level tinggi, faktor B rendah
Formula b = faktor A level rendah, faktor B tinggi
Formula ab = faktor A level tinggi, faktor B tinggi
20
Berdasarkan persamaan tersebut dengan substitusi secara matematis, dapat
dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi. Besarnya
efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level
tinggi dan rata-rata level rendah. Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1997)
sebagai berikut :
Efek faktorial I = [(a-(1)) + (ab-b)] / 2
Efek faktorial II = [(b-(1)) + (ab-a)] / 2
Efek faktorial III = [(ab-(b)) + (a-(1)] / 2
(Bolton, 1997).
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki
efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam
menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek
interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian
jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Bolton, 1997).
L. Landasan Teori
Tablet hisap banyak digunakan karena mudah, nyaman dan memiliki rasa
yang enak di mulut. Tablet hisap asam askorbat dibuat dengan tujuan untuk
mencegah infeksi seperti sariawan dan mengobati penyakit seperti scurvy atau
scorbut yang terjadi dalam rongga mulut dan tenggorokan, serta untuk memenuhi
kebutuhan asam askorbat dalam tubuh. Asam askorbat merupakan bahan yang
sangat mudah teroksidasi dengan adanya panas. Dengan demikian, metode kempa
langsung memberikan keuntungan untuk dipilih sebagai metode dalam tablet
pembuatan tablet hisap asam askorbat karena kempa langsung sesuai untuk bahan
obat yang sensitif terhadap kelembaban dan panas.
Metode kempa langsung mensyaratkan bahan-bahan yang digunakan harus
mudah mengalir, memiliki kompaktibilitas yang bagus dan mudah dikempa.
Dalam percobaan ini, dilakukan optimasi sukrosa dan amilum sebagai bahan
pengisi. Namun karena sifat alir amilum dan sukrosa yang buruk karena sifatnya
yang higroskopis, maka kedua bahan tersebut masing-masing dibuat menjadi
granul. Dengan ukurannya yang semakin besar, maka kemampuan menyerap
21
lembab dari lingkungan akan berkurang, sehingga sifat alir dari kedua bahan ini
akan menjadi lebih baik.
Tablet hisap mensyaratkan rasa yang enak pada sediaannya. Sukrosa adalah
bahan pengisi yang memiliki sifat larut air dan rasa enak di mulut yang
diharapkan dapat memberi rasa manis pada formula tablet hisap asam askorbat
dalam penelitian ini. Selain itu, juga memiliki kompaktibilitas yang cukup baik.
Kedua bahan pengisi ini memiliki sifat masing-masing yang akan mempengaruhi
sifat fisik dari campuran yang akan dihasilkan. Campuran sukrosa dan amilum
diharapkan dapat menghasilkan sifat fisik campuran granul sesuai dengan yang
dikehendaki pada komposisi tertentu sehingga dapat digunakan sebagai formula
tablet hisap asam askorbat secara kempa langsung.
M. Hipotesis
Ada pengaruh kombinasi sukrosa dan amilum sebagai bahan pengisi
terhadap sifat fisik tablet hisap asam askorbat dengan metode kempa langsung
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental dengan rancangan
desain faktorial yang bersifat eksploratif, yaitu mencari komposisi granul sukrosa
dan granul amilum yang optimum dalam pembuatan tablet hisap asam askorbat.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Jenis bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan granul, yaitu
sukrosa dan amilum.
b. Komposisi granul sukrosa dan granul amilum yang divariasikan (level
rendah dan level tinggi).
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kandungan lembab
dan sifat alir (meliputi kecepatan alir, pengamatan sudut diam, dan uji
pengetapan) granul sukrosa, granul amilum dan campuran semua bahan
pembuat tablet, dan sifat fisik tablet hisap (uji keseragaman bobot, uji
kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet, dan uji waktu hancur).
3. Variabel terkendali
a. Alat-alat seperti alat-alat gelas, neraca elektrik, pengukur waktu alir,
mesin tablet, hardness tester, mixer, stopwatch dan pengayak yang
digunakan dalam penelitian dibuat sama.
b. Bahan selain sukrosa dan amilum yang digunakan untuk tiap formula
adalah sama.
c. Jumlah asam askorbat dalam tiap formula dibuat sama.
d. Lama pencampuran serbuk pada tiap formula dibuat sama.
e. Jumlah eksipien selain granul sukrosa dan granul amilum dalam tiap
formula dibuat sama.
23
f.Tekanan pengempaan, ukuran lubang die dan punch untuk tiap formula
adalah sama.
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas,
neraca elektrik, alat pengukur waktu alir, mesin tablet single punch, hardnes
tester, cube mixer, stopwatch, pengayak, moisture analyzer dan pengatur
kelembaban.
2. Bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk asam
askorbat, sukrosa, amilum, syrupus simplex, Mg-stearat, Na-sakarin, perasa
orange 51941AP0551 dan pewarna tartrazine eurolake.
D. Definisi Operasional
1. Campuran bahan adalah campuran bahan-bahan yang terdiri dari granul
sukrosa, granul amilum, asam askorbat, perasa orange, pewarna tartrazine
eurolake, Na-sakarin dan Mg-stearat dengan komposisi sesuai dengan
komposisi masing-masing formula.
2. Level rendah sukrosa adalah campuran bahan yang mengandung jumlah
sukrosa sebesar 50% dari berat asam askorbat, yaitu 125 mg.
3. Level tinggi sukrosa adalah campuran bahan yang mengandung jumlah
sukrosa sebesar 150% dari berat asam askorbat, yaitu 375 mg.
4. Level rendah amilum adalah granul campuran bahan yang mengandung
jumlah amilum sebesar 50% dari berat asam askorbat, yaitu 125 mg.
5. Level tinggi amilum adalah campuran bahan yang mengandung jumlah
amilum sebesar 150% dari berat asam askorbat, yaitu 375 mg.
6. Uji sifat fisik serbuk adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kualitas
serbuk sehingga dapat diperkirakan sifat fisik tablet yang akan dihasilkan.
7. Waktu alir serbuk adalah waktu yang diperlukan sejumlah serbuk untuk
mengalir melalui lubang corong.
8. Kandungan lembab adalah jumlah lembab yang dimiliki sejumlah serbuk.
24
9. Kondisi optimum campuran bahan adalah kondisi di mana campuran masuk
dalam syarat – syarat yang digunakan sebagai standar penerimaan dalam
penelitian ini, seperti kandungan lembab serbuk antara 0,5-1,5%, kecepatan
alir sama atau lebih dari 10 g/detik, sudut diam lebih kecil atau sama dengan
300, dan indeks pengetapan kurang dari 20%.
10. Standar tablet hisap yang digunakan dalam penelitian ini adalah tablet hisap
Vicee 500®.
11. Kondisi optimum tablet hisap asam askorbat adalah kondisi di mana tablet
masuk dalam syarat – syarat yang digunakan sebagai standar penerimaan
dalam penelitian ini, kekerasan antara 16,4 - 28,1 kp dan kerapuhan antara
2,709% - 3,440%.
12. Area komposisi optimum adalah area pada countour plot yang menunjukkan
komposisi sukrosa dan amilum yang memenuhi kondisi optimum yang
dapat diprediksi sebagai daerah komposisi formula untuk tablet hisap asam
askorbat.
E. Skema Kerja Penelitian
Penyiapan bahan untuk pembuatan granul, yang terdiri dari sukrosa, amilum, dan
sirupus simplex dan Mg stearat.
Pembuatan granul sukrosa dan granul amilum dengan bahan pengikat sirupus
simplex dan pelicin Mg stearat untuk masing – masing granul.
Pemeriksaan kandungan lembab dan sifat alir masing-masing granul yang
meliputi : kecepatan alir, pengamatan sudut diam, dan uji pengetapan.
Penyiapan bahan untuk pembuatan tablet lainnya yang terdiri dari Asam askorbat,
Na-sakarin, tartrazine eurolake, perasa orange, dan Mg-stearat.
Pencampuran granul sukrosa, granul amilum dan bahan tablet lainnya dengan
komposisi sesuai formula masing – masing. Pencampuran dilakukan selama 15
menit pada 20 rpm menggunakan cube mixer.
25
Pemeriksaan kandungan lembab dan sifat alir campuran bahan yang meliputi :
kecepatan alir, pengamatan sudut diam, dan uji pengetapan.
Campuran bahan dikempa dengan menggunakan mesin tablet single punch.
Pemeriksaan sifat fisis tablet, meliputi uji penampilan tablet, uji keseragaman
bobot, uji kekerasan tablet, dan uji kerapuhan tablet.
Pembuatan countour plot sifat fisik campuran bahan dan sifat fisis tablet.
Analisis akhir dan kesimpulan.
F. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan granulatum simpleks
Ditimbang masing-masing amilum dan sukrosa kemudian
ditambahkan syrupus simplex secukupnya dan sama banyaknya pada granul
amilum dan sukrosa, sedikit demi sedikit, dicampur homogen sampai
terbentuk granul, kemudian diayak dengan ayakan no 14. Ayakan tersebut
kemudian dikeringkan selama 5 hari.
Pemeriksaan kandungan lembab granul :
Sebanyak 25 gram granul dimasukkan ke dalam piring petri. Piring
petri yang berisi granul kemudian dimasukkan ke dalam moisture analyzer.
Alat kemudian dijalankan dengan suhu 110o. Setelah mencapai waktu yang
telah diatur (15 menit), alat akan berhenti secara otomatis. Hasil kandungan
lembab serbuk ditunjukkan oleh print out yang meliputi berat serbuk mula-
mula, berat serbuk setelah proses uji, berat yang hilang dan persen kadar
lembab serbuk.
Tablet hisap yang baik memiliki kandungan lembab antara 0,5-1,5%
(Peters, 1989).
Pemeriksaan sifat alir granul setelah pengeringan selama 5 hari meliputi:
26
a. Kecepatan alir granul
Sebanyak 100 gram granul dimasukkan ke dalam corong
pengukur waktu alir yang sudah ditutup bagian bawahnya melalui tepi
corong. Waktu alir dihitung menggunakan stopwatch dari saat corong
dibuka hingga granul habis mengalir keluar dari corong.
Granul yang baik mempunyai kecepatan alir lebih dari 10
gram/detik (Voigt, 1994).
b. Pengamatan sudut diam
Granul hasil pengeringan selama 5 hari ditimbang sebanyak 100
g, dimasukkan secara perlahan-lahan melewati lubang atas alat,
sementara bagian bawah ditutup. Penutupnya dibuka dan serbuk
dibiarkan keluar. Tinggi dan panjang samping kerucut yang terbentuk
diukur. Percobaan diulangi sebanyak 3 kali. Sudut diam yang
terbentuk dihitung dan dibandingkan dengan literatur.
Granul dengan sifat alir yang baik memiliki sudut diam lebih
kecil atau sama dengan 300 (Banker dan Anderson, 1986).
c. Uji Pengetapan
Dituangkan granul hasil pengeringan selama 5 hari secara pelan-
pelan ke dalam gelas ukur hingga volume 100 mL. Dicatat volume
awal (100 mL) sebagai Vo. Dipasang gelas ukur pada alat dan
dihidupkan motor. Dicatat perubahan volume setelah pengetapan (Vt)
bila t = 5, 10, 25, 50, 100 hentakan. Diteruskan pengetapan sampai
permukaan serbuk tidak turun lagi (volume sudah konstan, dan dicatat
sebagai Vk). Dicatat berat granul.
Granul dengan indeks pengetapan kurang dari 20%
menunjukkan sifat alir yang baik (Fassihi dan Kanfer, 1986).
2. Penentuan Level rendah dan Level Tinggi Sukrosa dan Amilum
Pada penelitian ini ditetapkan level rendah untuk sukrosa adalah 50%
berat asam askorbat dan level tinggi sukrosa adalah 150% berat asam
askorbat. Demikian juga untuk level rendah amilum adalah 50% berat asam
27
askorbat dan level tinggi amilum dalah 150% berat asam askorbat. Berat
asam askorbat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 250 mg/tablet.
Selanjutnya berdasarkan desain faktorial dengan dua level dan dua faktor,
level rendah diubah menjadi (-1) dan diubah menjadi (+1) seperti yang
terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel II. Level Rendah dan Level Tinggi Formula tablet Hisap Asam askorbat
Formula Asam askorbat (mg) Granul sukrosa Granul amilum
1 250 -1 -1
a 250 +1 -1
b 250 -1 +1
ab 250 +1 +1
3. Penyiapan Komposisi Campuran
Penyiapan bahan dilakukan dengan mengikuti formula acuan
(Mendez,et al., 1989) yaitu :
Tabel III. Formula Acuan Tablet Kunyah Asam askorbat
Ingridient Komposisi
Ascorbic acid 250 mg
Crystaline sorbitol 335,3 mg
Sodium sakarin 0,7 mg
FD & C Yellow #6 lake 2,0 mg
Perasa 5,0 mg
Magnesium stearat 3,0 mg
Bahan yang terdiri dari granul sukrosa, granul amilum, asam askorbat,
perasa orange, pewarna tartrazine eurolake, Na-sakarin, dan Mg-stearat
ditimbang seperti pada tabel sebelum dicampur dalam cube mixer.
28
Tabel IV. Komposisi Campuran Sukrosa dan Amilum dalam Formula Tablet
Hisap Asam askorbat
BahanFormula I
(mg)
Formula a
(mg)
Formula b
(mg)
Formula ab
(mg)
Asam askorbat 250 250 250 250
Faktor a (sukrosa) 125 375 125 375
Faktor b (amilum) 125 125 375 375
Na-sakarin 0.7 0.7 0.7 0.7
Perasa Orange 5.0 5.0 5.0 5.0
Eurolake
Tartrazine2.0 2.0 2.0 2.0
Mg-stearat 3.0 3.0 3.0 3.0
4. Pencampuran Bahan
Granul sukrosa, granul amilum, asam askorbat, perasa orange,
pewarna tartrazine eurolake, magnesium stearat dan Na-sakarin dari
masing-masing formula dicampur selama 10 menit menggunakan cube
mixer dengan kecepatan 20 rpm. Setelah itu Mg-stearat dimasukkan dalam
campuran serbuk, kemudian pencampuran dilanjutkan lagi selama 5 menit.
Pemeriksaan kandungan lembab campuran bahan :
Sebanyak 25 gram campuran bahan dimasukkan ke dalam piring petri.
Piring petri yang berisi granul kemudian dimasukkan ke dalam moisture
analyzer. Alat kemudian dijalankan dengan suhu 110o. Setelah mencapai
waktu yang telah diatur (15 menit), alat akan berhenti secara otomatis. Hasil
kandungan lembab serbuk ditunjukkan oleh print out yang meliputi berat
serbuk mula-mula, berat serbuk setelah proses uji, berat yang hilang dan
persen kadar lembab serbuk.
Tablet hisap yang baik memiliki kandungan lembab antara 0,5-1,5%
(Peters, 1989).
Pemeriksaan sifat alir campuran bahan meliputi :
a. Kecepatan alir campuran bahan
29
Sebanyak 100 gram campuran bahan dimasukkan ke dalam
corong pengukur waktu alir yang sudah ditutup bagian bawahnya
melalui tepi corong. Waktu alir dihitung menggunakan stopwatch dari
saat corong dibuka hingga campuran bahan habis mengalir keluar dari
corong.
Granul yang baik mempunyai kecepatan alir lebih dari10
gram/detik (Voigt, 1994).
b. Pengamatan sudut diam
Campuran bahan ditimbang sebanyak 100 g, dimasukkan secara
perlahan-lahan melewati lubang atas alat, sementara bagian bawah
ditutup. Penutupnya dibuka dan serbuk dibiarkan keluar. Tinggi dan
panjang samping kerucut yang terbentuk diukur. Percobaan diulangi
sebanyak 3 kali. Sudut diam yang terbentuk dihitung dan
dibandingkan dengan literatur.
Granul dengan sifat alir yang baik memiliki sudut diam lebih
kecil atau sama dengan 300 (Banker dan Anderson, 1986).
c. Uji Pengetapan
Dituangkan campuran bahan secara perlahan-lahan ke dalam
gelas ukur hingga volume 100 mL. Dicatat volume awal (100 mL)
sebagai Vo. Dipasang gelas ukur pada alat dan dihidupkan motor.
Dicatat perubahan volume setelah pengetapan (Vt) bila t = 5, 10, 25,
50, 100 hentakan. Diteruskan pengetapan sampai permukaan serbuk
tidak turun lagi (volume sudah konstan, dan dicatat sebagai Vk).
Dicatat berat granul.
Granul dengan indeks pengetapan kurang dari 20%
menunjukkan sifat alir yang baik (Fassihi dan Kanfer, 1986).
Pemeriksaan sifat fisik tablet meliputi :
a. Uji penampilan tablet
Mengambil tablet kemudian diamati penampilan tablet yang
meliputi warna, tebal, dan diameter tablet.
30
b. Uji keseragaman bobot
Mengambil sebanyak 20 tablet untuk masing – masing formula,
kemudian tablet dibebas debukan. Tablet ditimbang satu per satu
menggunakan neraca analitik. Bandingkan hasilnya dengan
persyaratan keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia.
c. Uji kekerasan tablet
Mengambil sebanyak 20 tablet untuk masing – masing formula.
Tablet diuji kekerasannya menggunakan alat hardness tester.
Bandingkan hasilnya dengan persyaratan kekerasan tablet hisap (16,4
- 28,1 KP).
d. Uji kerapuhan tablet
Mengambil sebanyak 20 tablet untuk masing –masing formula,
kemudian tablet dibebas-debukan. Tablet ditimbang satu per satu
menggunakan neraca analitik, lalu masukkan ke dalam friabilator.
Pengujian dilakukan selama 4 menit atau 100 putaran. Tablet
dikeluarkan dari friabilator lalu dibebas-debukan, dan ditimbang.
Kerapuhan tablet dinyatakan dalam selisih berat tablet sebelum dan
sesudah pengujian berat tablet dibagi berat tablet mula – mula dan
dikalikan 100%. Bandingkan hasilnya dengan persyaratan kerapuhan
tablet hisap (2,709% - 3,440%).
5. Analisis Akhir
Analisis data yang diperoleh dari pengujian berbagai parameter sifat
fisik serbuk campuran dapat dilakukan dengan 2 cara:
a. Pendekatan secara teoritis; yaitu dengan membandingkan data yang
diperoleh dari pengujian dengan syarat yang terdapat dalam Farmakope
Indonesia dan pustaka lain yang diacu.
b. Pendekatan secara statistik; yaitu dengan menganalisis data uji sifat
campuran antar formula dengan menggunakan desain faktorial.
31
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
Tujuan dilakukannya praktikum proyek ini adalah agar mahasiswa
mengetahui cara penyusunan suatu formula dan melakukan kontrol sifat fisis
tablet hisap yang telah dibuat.
Pada praktikum ini dilakukan optimasi amilum dan sukrosa sebagai bahan
pengisi menggunakan metode desain faktorial. Praktikan memilih optimasi bahan
pengisi karena bahan pengisi merupakan salah satu eksipien dengan jumlah yang
cukup banyak, sehingga diperkirakan akan mempengaruhi sifat fisik tablet hisap.
Sedangkan pemilihan metode desain faktorial agar didapatkan komposisi yang
sesuai untuk mendapatkan daerah respon yang optimum sehingga diperoleh
formula tablet hisap yang baik.
Pada pembuatan tablet digunakan bahan-bahan yang berfungsi sebagai
berikut :
a. Asam askorbat
Merupakan bahan aktif yang dipilih oleh praktikan karena asam
askorbat merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh, namun tidak
dapat diproduksi oleh tubuh. Sehingga dengan praktikum ini akan diperoleh
formula optimum sediaan tablet hisap asam askorbat yang dapat diterima
dan berguna bagi masyarakat.
b. Sukrosa
Sukrosa merupakan salah satu bahan pengisi yang dioptimasi. Sukrosa
dipilih karena rasa yang manis sehingga mampu meningkatkan acceptability
dari tablet yang dihasilkan.
c. Amilum
Amilum digunakan karena sifat alirnya bagus, sehingga dapat
menutupi kekurangan bahan yang lain. Selain itu, amilum juga bersifat inert
dimana tidak bereaksi dengan bahan yang lain.sehingga baik digunakan
sebagai bahan pengisi.
32
d. Aspartam
Aspartam merupakan salah satu pemanis buatan. Aspartam dalam
formula ini digunakan sebagai perasa yang dapat meningkatkan
acceptibillity pasien
e. Mg stearat
Mg stearat dalam formula digunakan sebagai glidant yang akan
meningkatkan sifat alir campuran bahan, sehingga tidak terjadi masalah
pada proses pembuatan tablet.
Dalam pembuatan formula, didasarkan pada formula acuan yang didapat
oleh praktikan, hingga diperoleh formula sebagai berikut
F1 Fa Fb Fab
Asam askorbat 250 250 250 250
Sukrosa 125 375 125 375
Amilum 125 125 375 375
Aspartam 0,7 0,7 0,7 0,7
Mg stearat 3 3 3 3
Bobot tiap tablet 510,7 760,7 760,7 1010,7*dalam satuan mg
Pada formula tersebut, untuk level rendah baik faktor a dan b digunakan
50% dari asam askorbat sebagai bahan aktif, sedangkan untuk level tinggi baik
faktor a dan b digunakan 150% dari asam askorbat. Pertimbangan pemilihan level
rendah dan tinggi yang berbeda sebesar + 50% dari bahan aktif adalah agar
perbedaan hasil dari masing masing formula untuk berbagai respon yang
dipengaruhi oleh bahan pengisi dapat terlihat jelas perbedaannya.
Pada praktikum ini, segala bahan yang diberikan selain amilum dan sukrosa,
jumlahnya dibuat sama besar. Selain bahan, berbagai perlakuan seperti tekanan
yang diberikan, lamanya pencampuran, urutan pencampuran, dan lain-lain juga
dibuat sama. Hal ini dilakukan agar perbedaan respon yang didapatkan benar-
benar merupakan pengaruh dari bahan yang dioptimasi, yaitu amilum dan sukrosa.
33
Pembuatan Granul Sukrosa dan Amilum
Metode yang digunakan dalam pembuatan granul ini adalah metode
granulasi basah. Serbuk sukrosa dan amilum masing-masing dibuat manjadi
granul untuk memperbaiki sifat alir dan kompaktibilitas yang kurang baik.
Sukrosa yang berbentuk kristal digerus terlebih dahulu untuk merubah ukuran
menjadi lebih kecil.
Pada proses granulasi basah, digunakan mucilago amili 10% sebagai bahan
pengikat. Mucilago amili dibuat dengan melarutkan 10 g Amylum manihot dengan
sedikit air dingin supaya Amylum manihot mengembang dahulu, kemudian
ditambahkan air dingin sampai volume 100 ml (dengan diasumsikan bahwa
kerapatan dari amilum adalah 1 g/mL). Larutan diaduk sambil dipanaskan di atas
waterbath sampai mengental. Hal ini dilakukan untuk menghindari penggumpalan
Amylum manihot dalam pemanasan yang dapat menyebabkan mucilago tidak
homogen.
Penambahan mucilago amili ke dalam serbuk sukrosa dan amilum bertujuan
untuk mengikat partikel-partikel masing-masing serbuk supaya terbentuk massa
granul yang kompak, yang ditandai dengan agak lengketnya campuran yang
dihasilkan sehingga menunjukkan bahwa partikelnya saling berikatan, jika
dikepalkan dan dipatahkan tidak muncul serpihan-serpihan yang jatuh.
Penambahan mucilago dilakukan secara bertahap supaya jumlah mucilago tidak
terlalu sedikit maupun terlalu banyak. Jika terlalu sedikit, granul yang dihasilkan
akan mudah pecah atau kembali ke bentuk partikel-partikel serbuk. Sebaliknya
jika jumlah mucilago yang diberikan terlalu banyak, massa granul yang tebentuk
akan menjadi terlalu lembek atau lengket. Jumlah larutan mucilago yang
dibutuhkan untuk membuat granul dari 400 g sukrosa adalah 24 mL dan jumlah
mucilago yang dibutuhkan untuk membuat granul dari 400 g amilum adalah 54
mL.
Setelah terbentuk massa granul yang baik, masing-masing massa granul
digumpalkan dan diayak dengan tekanan yang sama kuat di setiap sisi pengayak
dengan gerakan satu arah. Hal ini bertujuan untuk memperoleh ukuran granul
yang homogen atau seragam.
34
Bahan pengikat lebih efektif dalam bentuk cair karena jumlah bahan
pengikat yang digunakan relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah bahan pengikat
dalam bentuk kering (padat) yang kemudian ditambahkan air secara terpisah.
Baik tidaknya massa granul yang dihasilkan tergantung dari formula dan jumlah
bahan pengikat (kualitatif dan kuantitatif) dan proses pencampuran serbuk dan
bahan pengikat.
Pada saat pencampuran, akan terjadi jembatan cair dengan tahap sebagai
berikut :
1. Pendular, tahap awal di mana terjadi jembatan cair di antara dua buah granul.
2. Funicular, tahap kedua di mana terjadi jembatan cair di antara tiga buah
granul.
3. Capillary, tahap ketiga di mana terjadi jembatan cair di antara empat buah
granul.
4. Droplet, tahap di mana jembatan cair telah terbentuk dengan bbaik di antara
granul-granul sehingga terbentuk massa granul yang elastis.
Kondisi tersebut sangat tergantung dari jumlah cairan pengikat yang
ditambahkan dan intensitas pencampuran. Jembatan cair tersebut merupakan
penghubung antar partikel komponen tablet pada waktu proses pengeringan akan
menjadi jembatan padat. Kondisi jembatan ini akan menentukan rapuh tidaknya
granul yang dihasilkan.
Tahap selanjutnya adalah pengeringan granul sukrosa dan amilum dalam
lemari pengering. Suhu tinggi dari lemari pengering diteruskan ke dalam granul.
Transfer panas berlangsung dalam tiga proses, yaitu :
1. Konduksi, adalah transfer panas melalui medium dalam satu atau dua granul
dengan adanya kontak fisik antar partikel dalam granul maupun antar granul.
2. Konveksi, adalah transfer panas dalam granul yaitu antara satu bagian granul
ke titik-titik yang lain dalam granul tersebut dengan menggunakan medium gas
dengan perpindahan cairan dan bahannya.
3. Radiasi, adalah transfer panas antara granul dan lemari pengering secara
langsung tanpa menggunakan medium apapun.
35
Proses pengeringan berlangsung dalam lima tahap, antara lain :
1. Tahap permulaan
Granul yang basah dipanasi hingga mencapai temperatur
pemanasan.
2. Tahap laju konstan
Pada tahap ini kecepatan pengeringan pada setiap unit
permukaan adalah konstan. Laju perpindahan panas yang terjadi
merupakan jumlah laju perpindahan panas secara pancaran/ konveksi,
radiasi, dan rambatan.
3. Tahap laju penurunan pertama
Pada tahap ini laju penguapan air lebih kecil dari pada laju
difusi.
4. Tahap laju penurunan kedua
Laju difusi dan penguapan air sudah tidak seimbang lagi.
Kecepatan difusi lebih kecil dari pada kecepatan penguapan air
sehingga kecepatan penguapan air menurun.
5. Tahap kandungan lembab seimbang
Kandungan lembab sudah konstan, tidak terjadi penguapan lagi
walaupun dilakukan pemanasan.
Granul yang baik berbentuk spheris, memiliki homogenitas dan
kompaktibilitasnya baik, memiliki kelembaban tertentu, dan memiliki ukuran
yang mengikuti distribusi normal dengan % partikel kasar dan % partikel halus
(fines) kecil.
Dari hasil pembuatan granul tersebut, didapatkan granul dengan bentuk
yang spheris (bulat). Namun, diantara granul-granul tersebut, terdapat juga granul
yang bentuknya lonjong. Hal ini dimungkinkan penambahan cairan pengikat yang
tidak merata.
36
Pembuatan Tablet Hisap Asam Askorbat
Hal pertama yang dilakukan dalam tahap ini adalah menimbang bahan-
bahan yang digunakan sesuai dengan masing-masing formula. Perlu diperhatikan
penimbangan bahan-bahan yang memiliki sifat fisik yang kurang baik seperti
asam askorbat yang mudah teroksidasi sebaiknya ditimbang sesaat sebelum
pencampuran bahan. Hal ini bertujuan supaya asam askorbat tidak terlalu lama
berinteraksi dengan udara (O2) dan meminimalkan jumlah asam askorbat yang
teroksidasi. Bahan-bahan tablet hisap asam askorbat dicampur dengan urutan
massa terkecil sampai terbesar supaya campuran yang dihasilkan homogen.
Kualitas granul amilum dan sukrosa sebagai bahan pengisi maupun hasil
campuran bahan sangat mempengaruhi sifat fisik tablet yang dihasilkan. Maka
perlu dilakukan pemeriksaan campuran bahan sebelum pengempaan tablet.
Tablet dikempa dengan menggunakan mesin single punch. Suhu dan
kelembaban ruang produksi harus dijaga untuk menjaga stabilitas produk tablet
yang dihasilkan. Sebelum mencetak tablet, dilakukan pengaturan tekanan, ukuran
punch dan die. Pada pembuatan tablet hisap asam askorbat ini dilakukan optimasi
bahan pengisi, maka seharusnya tekanan, ukuran punch dan die pada mesin tablet
adalah sama untuk semua formula. Hal ini dikarenakan tekanan dapat
mempengaruhi kekerasan tablet yang dihasilkan, sedangkan ukuran punch dan die
dapat mempengaruhi bentuk, diameter dan tebal tablet yang dihasilkan. Pada
pembuatan ini, punch yang dipilih adalah bentuk bulat pipih. Berdasarkan hasil
pengujian tablet vitain C yang beredar di pasaran, tablet hisap memiliki syarat
kekerasan yang tinggi yaitu antara 16,4 - 28,1 KP dan kerapuhan antara 2,709% -
3,440% maka digunakan tekanan maksimum dari kemampuan mesin pengempa.
Penggunaan mesin single punch ini kurang menguntungkan dari sisi
kecepatan produksi karena pada satu mesin hanya terdapat satu punch dan die.
Akan lebih menguntungkan (lebih efisien) jika menggunakan mesin rotary yang
memiliki beberapa punch dan die sehingga dalam waktu yang sama akan
dihasilkan tablet dengan jumlah yang lebih banyak.
37
Hasil pengujian
1. Uji Sifat Alir
Percobaan sifat alir ini bertujuan untuk mengetahui pengeringan atau
pengaruh dari kandungan lembab granul terhadap sifat alir granul. Apabila
kandungan lembab pada granul masih tinggi, maka ikatan antar granul akan
semakin besar dan akibatnya granul tidak bisa mengalir dengan baik karena
menempel satu sama lain. Alasan dilakukan uji sifat alir pada pembuatan tablet
karena :
1. Pada pembuatan tablet diperlukan adanya serbuk yang free flowing untuk
keseragaman pengisian
2. Mencegah terjadinya capping dan lamination pada produksi tablet
Sifat alir granul adalah salah satu faktor penting dalam pembuatan tablet,
hal ini dikarenakan ada pengaruhnya terhadap pengisian ruang kompresi (die).
Jika granul mudah mengalir maka ruang kompresi akan terisi penuh, tetapi jika
sifat alir granul tidak baik maka ruang kompresi tidak selalu penuh sehingga
akibatnya bobot tablet yang dihasilkan tidak konstan dan mempengaruhi
keseragaman bobot zat aktif pada masing-masing tablet. Jadi apabila sifat alir
semakin baik maka keseragaman bobot juga semakin terpenuhi.
Pengujian sifat alir dapat dilakukan dengan 2 macam metode, yaitu metode
langsung (metode dimana mengukur secara langsung kecepatan alir sejumlah
serbuk) dan metode tidak langsung (metode dimana mengukur parameter sudut
diam granul atau dengan metode pengetapan). Namun, pada percobaan ini
pengujian sifat alir hanya dilakukan dengan metode langsung.
Metode ini merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan sifat
alir suatu massa yaitu dengan mengukur waktu yang diperlukan sejumlah serbuk
untuk mengalir dari corong.
Empat formula granul yang akan diuji harus dikeringkan terlebih dahulu
selama kurang lebih 5 hari. Kemudian masing-masing formula granul diambil
sebanyak 50 gram yang telah dikeringkan, dimasukkan ke dalam corong yang
bawahnya telah ditutup. Pada saat penuangan granul ke dalam corong harus
melewati tepi corong supaya granul tidak terkumpul di tengah yang dapat
38
menyebabkan tekanan pada daerah tengah corong dan dapat mempengaruhi gaya
gesek antara granul dengan corong maupun antara granul dengan granul yang
lainnya, dimana granul yang berada di tengah corong terlalu padat sehingga tidak
dapat mengalir karena tekanan yang terjadi. Pengukuran waktu dimulai pada saat
tutup corong bagian bawah dibuka, waktu (t) diukur sampai granul yang berada di
corong habis. Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan, keempat formula
granul yang berada dalam corong mengalir dengan baik (waktu alir kurang dari 2
detik). Hal ini dikarenakan kandungan lembab tidak tinggi.
Pengaruh Moisture Content (MC) terhadap kecepatan alir dapat dijelaskan
bahwa semakin besar gaya tarik ke samping maka semakin sulit untuk mengalir.
Salah satunya disebabkan oleh kandungan lembab dimana semakin tinggi
kandungan lembab maka akan memperluas permukaan kontak dengan partikel
lain sehingga gaya tarik antar partikel menjadi semakin kuat dan akibatnya granul
menjadi sulit untuk mengalir. Adanya jembatan hidrogen sebagai akibat tegangan
interfacial pada permukaan partikel yang terbasahi cairan juga mempertinggi gaya
tarik antar partikel. Adanya tegangan interfacial cairan di dalam granul dan
tegangan kapiler antar partikel juga menyebabkan granul sulit mengalir. Gaya ke
samping ini menyebabkan granul mengalir tidak secara individu tetapi
berkelompok. Selain itu, sulit mengalirnya granul pada tahap pengeringan awal
juga disebabkan oleh adanya gaya adhesi yang cukup kuat dengan dinding corong
sehingga tidak semua granul dapat mengalir saat tutup corong dibuka.
Kecepatan alir yang baik menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah ≥
10 g/detik. Dari data percobaan didapatkan kecepatan alir pada F1 = 49,8 g/detik,
Fa = 50,4 g/detik, Fb = 51,3 g/detik, dan Fab = 49,7 g/detik. kecepatan alir rata-
ratanya didapatkan 50,3 g/detik. Jadi ini membuktikan bahwa keempat formula
granul tersebut memiliki sifat alir yang baik karena memenuhi syarat yaitu
kecepatan alirnya ≥ 10 g/detik.
2. Keseragaman Bobot
Tujuan dilakukan uji keseragaman bobot adalah untuk mendapatkan bobot
tablet yang kurang lebih sama serta menjamin kadar zat aktif yang terkandung di
dalamnya sama. Selain itu, digunakan juga untuk mengetahui apakah bobot tablet
39
tersebut memenuhi syarat keseragaman bobot menurut acuan pustaka yang
digunakan.
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet satu persatu
kemudian hitung bobot rata-ratanya. FI III menyebutkan bahwa penyimpangan
bobot tablet rata-rata untuk tablet lebih dari 300 gram adalah A = 5 % , B = 10%.
Maksudnya adalah jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih besar dari
harga yang ditetapkan kolom A, serta tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih besar dari yang harganya ditetapkan
kolom B.
Tabel Penyimpangan Bobot Tablet
Bobot Rata-rataPenyimpangan bobot rata-rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg s/d 150 mg 10 % 20%
151 mg s/d 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5 % 10 %
Perlu diperhatikan, sebelum ditimbang tablet harus dibebasdebukan terlebih
dahulu agar tidak ada partikel lain yang mengganggu sehingga hasil penimbangan
yang diperoleh valid.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh :
a. Formula 1; bobot rata-rata tablet yang diperoleh adalah 0,53287; dari hasil
perhitungan diperoleh data bahwa ada 10 tablet yang tidak memenuhi syarat
bobot rata-rata tablet yang ditetapkan pada kolom A namun semua tablet
memenuhi syarat bobot rata-rata tablet yang ditetapkan pada kolom B.
b. Formula a; bobot rata-rata tablet yang diperoleh adalah 0,79369; berdasarkan
hasil perhitungan didapatkan 9 tablet yang tidak masuk range pada kolom A
serta diperoleh 1 tablet yang bobotnya tidak memenuhi persyaratan
keseragaman bobot yang ditetapkan pada kolom B.
c. Formula b; bobot rata-rata tablet yang diperoleh adalah 0,80512; dari data
diperoleh bahwa terdapat 9 tablet yang tidak memenuhi persyaratan
40
keseragaman bobot yang ditetapkan kolom A namun memenuhi persyaratan
keseragaman bobot yang ditetapkan kolom B.
d. Formula ab; bobot rata-rata tablet yang diperoleh adalah 1,19175; dari
perhitungan diperoleh data bahwa terdapat 5 tablet yang tidak memenuhi
keseragaman bobot yang ditetapkan pada kolom A serta terdapat 2 tablet yang
tidak memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan oleh kolom B.
Dari empat formula yang dikerjakan, masing-masing terdapat
penyimpangan bobot baik yang ditetapkan pada kolom A maupun B. Hal ini
dimungkinkan terjadi mungkin karena beberapa sebab :
a. Pencampuran bahan yang kurang homogen sehingga banyaknya granul yang
masuk ke dalam lubang die tidak seragam. Hal ini berakibat pada keseragaman
bobot.
b. Tekanan yang diberikan berbeda sehingga tablet memiliki bobot yang berbeda.
Semakin banyak pori-pori dalam granul maka berat tablet akan semakin ringan.
c. Perbedaan jumlah bahan penghancur dan pelicin pada masing-masing formula
dapat menyebabkan perbedaan keseragaman bobot
Untuk mengatasi penyimpangan bobot tablet tersebut dapat dilakukan
dengan memperbaiki sifat alir serta kompaktibilitasnya yang buruk akibat proses
pencampuran bahan-bahan yang tidak homogen.
3. Uji kekerasan
Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan tablet dan untuk
mengetahui stabilitas fisik tablet terhadap pengaruh dari luar seperti benturan
mekanik selama pembuatan, pengemasan, distribusi maupun selama proses
penyimpanan.
Uji ini sangat berhubungaan dengan kekompakan dan ikatan antar partikel
tablet. Semakin kompak tablet tersebut maka ikatannya akan semakin kuat dan
tablet yang dihasilkan akan semakin keras. Kuat lemahnya ikatan antar partikel
granul dipengaruhi dengan adanya fines atau ukuran partikel yang kecil dan halus.
Alat yang digunakan dalam uji kekerasan adalah Hardness Tester. Sebanyak
20 tablet disiapkan dan dibebasdebukan, kemudian tablet diletakkan di atas
piringan secara vertikal dan sekrup diputar hingga tablet tertekan oleh batang
41
penekan dan akhirnya tablet hancur. Sebelumnya skala alat hardness tester harus
di nol kan dahulu. Skala yang ditunjukkan pada alat (KP) menunjukkan kekerasan
tablet.
Dari percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :
Keterangan Formula 1 Formula a Formula b Formula ab
Rata-rata kekerasan
(KP)2,835 2,54 2,345 1,55
Persyaratan kekerasan untuk tablet hisap yaitu 16,4 - 28,1 KP. Angka ini
didapatkan berdasarkan percobaan uji kekerasan tablet pada saat orientasi
menggunakan tablet Vicee 500®. Sehingga berdasarkan data tersebut maka dapat
diketahui bahwa dari keempat formula tidak ada yang memenuhi syarat kekerasan
tablet hisap. Hal ini dikarenakan seharusnya pada pembuatan tablet hisap bahan
yang digunakan tidak boleh mengandung disintegran. Tapi pada praktikum,
praktikan menggunakan amilum yang juga berfungsi sebagai disintegran sehingga
dapat menyebabkan kekerasan tablet berkurang.
Dari grafik yang diperoleh dari data, dapat dikatakan bahwa pada level
rendah amilum, semakin banyak sukrosa yang digunakan, maka kekerasan tablet
akan semakin menurun. Sedangkan pada level tinggi amilum, semakin banyak
sukrosa yang digunakan maka kerapuhan tablet akan semakin menurun. Namun
penurunan kekerasan tablet pada level rendah amilum, tidak terlalu signifikan jika
dibandingkan level tinggi amilum.
Pengaruh penambahan sukrosa pada kekerasan tablet
sukrosa
keke
rasa
n
42
Pada grafik pengaruh penambahan amilum terhadap kerapuhan tablet, dapat
dikatakan pada level rendah sukrosa, semakin banyak amilum yang ditambahkan,
maka kekerasan tablet akan menurun. Sedangkan pada level tinggi sukrosa,
semakin banyak amilum yang digunakan maka kerapuhan tablet akan menurun
lebih signifikan jika dibandingkan dengan level rendah sukrosa.
Faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet yaitu bahan pengikat, tekanan
pengempaan, serta kelembaban udara. Semakin banyak bahan pengikat yang
ditambahkan pada suatu formula, maka tablet tersebut akan semakin keras karena
ikatan antar partikel tablet semakin kuat dan semakin kompak. Dengan tekanan
yang besar maka porositas tablet dapat berkurang dan ikatan antar granul-granul,
granul-bahan pengikat, maupun antar bahan pengikat akan semakin kuat.
Sedangkan pengaruh kelembaban yaitu semakin tinggi kelembaban suatu ruangan,
akan memungkinkan tablet akan menyerap air dari udara selama proses dari
pengempaan sehingga tablet dapat larut dan pecah sebelum waktunya.
Selain itu, faktor yang dapat mempengaruhi kekerasan tablet adalah ukuran
partikel. Dimana ukuran partikel ini akan mempengaruhi sifat alir dan penataan
granul dalam hopper. Ukuran granul yang heterogen akan mempermudah
penataan granul di dalam hopper. Sifat alir yang baik akan menghasilkan penataan
granul yang baik. Sehingga pada saat dikempa akan terjadi ikatan-ikatan antar
granul yang kuat dan diperoleh tablet dengan kekerasan yang diharapkan.
4. Uji Kerapuhan
Uji ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar angka kerapuhan dari
tablet. Dengan demikian dapat diketahui stabilitas fisik tablet terhadap goncangan
atau benturan – benturan mekanis selama proses pembuatan, pengemasan,
distribusi dan penyimpanan. Uji kerapuhan ini untuk melihat kestabilan obat atau
Pengaruh penambahan amilum pada kekerasan tablet
amilum
keke
rasa
n
43
tablet dalam kemasan selama penyimpanan dan distribusi obat dari pabrik →
distributor → apotek / toko obat → pasien.
Obat yang mempunyai tingkat kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
keseragaman bobot dan akan memperburuk penampilan tablet sehingga tablet
kurang acceptable. Tablet yang baik mempunyai angka kerapuhan kurang dari
0,8- 1,0 % ( Voigt, 1995 ). Alat yang digunakan adalah fribilator tester dan
diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm sehingga terdapat 100 putaran.
Setelah inti tablet dikeluarkan dan dibebasdebukan, ditimbang bobotnya pada
neraca analitik. Nilai kerapuhan tablet ditunjukkan oleh persen bobot tablet yang
hilang selama perputaran dalam friabilator.
Dari percobaan yang dilakukan % kerapuhan yang didapat yaitu untuk F1
replikasi 1 dan 2 berturut-turut 2,333 dan 2,833; untuk Fa replikasi 1 dan 2
berturut-turut 7,379 dan 4,749; untuk Fb replikasi 1 dan 2 berturut-turut 4,564 dan
14,607; untuk Fab replikasi 1 dan 2 berturut-turut 0,662 dan 4,664. Yang
memenuhi range kerapuhan adalah Fab pada replikasi 1.
Dari grafik yang diperoleh dari data, dapat dikatakan bahwa pada level
rendah amilum semakin banyak sukrosa yang digunakan maka kerapuhan tablet
akan semakin meningkat. Sedangkan pada level tinggi amilum semakin banyak
sukrosa yang digunakan maka kerapuhan tablet akan semakin menurun.
44
Sedangkan pada grafik pengaruh penambahan amilum terhadap kerapuhan
tablet, dapat dikatakan pada level rendah sukrosa semakin banyak amilum yang
dunakan maka kerapuhan tablet akan semakin meningkat. Sedangkan pada level
tinggi sukrosa semakin banyak amilum yang digunakan maka kerapuhan tablet
akan semakin menurun.
Terlihat dari kedua tablet diatas, penambahan sukrosa dapat menurunkan
kerapuhan tablet. Hal ini dimungkinkan dari sifat fisis sukrosa yang mempunyai
bentuk yang amorf/ tidak beraturan. Hal ini memungkinkan terjadinya
interlocking antar partikel sehingga terbentuk massa tablet yang kompak.
5. Penampilan tablet
Pada praktikum ini dilakukan pula pengamatan terhadap penampilan tablet
hisap yang dibuat, yaitu lebar tablet, tebal tablet, warna, bau, dan permukaan
tablet.
Keterangan F1 Fa Fb Fab
Diameter 1.2 cm 1.4 cm 1.4 cm 1.4 cm
Tebal 0.3 cm 0.4 cm 0.4 cm 0.5 cm
Warna Putih Putih Putih Putih
Permukaan tablet keempat formula masih belum halus dan tampak tidak
rata. Hal ini mungkin karena kurangnya pemberian bahan pelicin, sehingga ketika
tablet dikempa masih ada bahan yang tertinggal di punch atau die.
DESAIN FAKTORIAL
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan persamaan desain faktorial
untuk kekerasan, y = 3,1025 - 9,6 x 10-4x1 - 1,8 x 10-4x2 - 8 x10-6x1x2 serta
45
persamaan desain faktorial untuk kerapuhan berupa y = -5,25925 + 0,048814x1 +
0,03473x2 - 1,66448 x10-6. Dari persamaan tersebut, telah dicoba untuk dibuat
contourplotnya. Namun, dari hasil perhitungan, tidak didapatkan daerah arsiran.
Hal ini disebabkan karena keempat formula yang telah dibuat tidak memenuhi
syarat tablet hisap yang baik. Dari hasil percobaan, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak didapatkan daerah optimum dari formula tablet hisap asam askorbat
dengan perbandingan amilum dan sukrosa sebagai bahan pengisi.
46
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kombinasi amilum dan sukrosa sebagai bahan pengisi memiliki pengaruh
terhadap sifat fisik tablet hisap asam askorbat, seperti kekerasan dan
kerapuhan tablet.
2. Tidak didapatkan daerah optimum dari formula tablet hisap asam askorbat
dengan perbandingan amilum dan sukrosa sebagai bahan pengisi
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih, mengenai interaksi antara amilum-sukrosa yang
berpengaruh terhadap sifat fisis tablet yang dihasilkan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Alderborn, 1996, Pharmaceutical Powder Compaction Technology, vii-viii,
Marcel Dekker, Inc., New York.
Aldeborn, G., 2002, Tablet and Compaction, in Aulton, M.E. Pharmaceutics The Science
Dosage Forms Design 2nd Ed., pg. 366-367, Churchill Livingstone, London.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6-8, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1988, PERMENKES RI No: 722 MENKES/PER/IX/88 Tentang Bahan
Tambahan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 5-9, 420, 488-489, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2011, Vitamin C, http://www.drugbank.ca/drugs/DB00126, diakses pada
tanggal 25 Maret 2011.
Ansel, Howard C., 1969, Capsules, Tablet, Pills, in Introduction to
Pharmaceutics Dosage Forms, pg. 323, Lea % Febiger, Philadelphia.
Ansel, 1985, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, 4th ed., 251-272, Lee
and Febiyer, Philadelphia, London.
Ansel, 1989, Introduction Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems, terjemahan Ibrahim F., Edisi IV, 110-114, 155-192, 275-276,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Augsburger, 1994, Seminar of Direct Compression Technology, 1-13, Enteos
Bankers and Industrialis Social Club, Jakarta.
Banker & Anderson, 1986, Tablet, in Lachman & Lieberman, L., Lieberman, A. &
Kanig, L. (Ed), The theory and Practice of Industrial Pharmacy 3rd Ed, Jilid
II, diterjemahkan oleh Siti Suryani, hal 463-737, Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Bendelin, F. J., 1989, Compressed Tablet by Wet Granulation in Lieberman &
Schwartz, Pharmaceutical Dosage Form : Tablet vol 1,2nd Ed, pg.131,
Marcel Dekker, Inc., New York.
48
Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd
Ed, 308-326, Marcel Dekker inc, New York.
Cooper, J.W., Gunn,C. 1975, Dispensing for Pharmacuetical Students, Twelfth
Ed, 10; 186 – 187. Pitman Medical Publishing Co. Ltd, London.
Fassihi, A.R., dan Kanfer, S., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow
Properties On Tablet Weight Variation, Drug Development and Industrial
Farmacy, 11-13, Marcell Dekker Inc, New York.
Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi dalam Kompresi Direk, 586-593,
Farmacia, Jakarta.
Gunsel, W.C., & Kanig, J.L., 1976, The Teory and Practice of Industrial
Pharmacy, 2nd ed., 333-335, Lea & Febiger, Philadelphia.
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., 1986, Pharmaceutical Dosage
Forms: Tablets, Vol I, 109-110, Marcel Dekker Inc., New York.
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Iis Arsyah, Ed. III, UI Press,
Jakarta.
Parrott, 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3rd
Edition, 73-86, Burgess Publishing Company, Minneapolis.
Peters, D., 1989, Medicated Lozenges, in Lieberman, H.A., Lachman, L.,
Schwartz, J.B., Pharmaceutical Dosage Forms : Tablet vol 1, 2nd Ed, pg.
419, 549-555, Marcel Dekker, Inc., New York.
Rubinstein, M.H., 2002, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design,
310-312, Churchill Livingstone, London.
Voigt, R., 1984, Lerbuch der Pharmazeutischen Technology, terjemahan
Soewandi, N.S., dan Mathilda, B.W., Edisi V, 165-234, UGM Press,
Yogyakarta.
Voigt, R., 1994, Buku Ajar Teknologi Farmasi Ed V,167–168, 199–200, 579–
580, diterjemahkan oleh Soendani Noerno Soewandi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Wisnu, C., 2006, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, 25-27,
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
49
LAMPIRAN
A. DATA dan ANALISIS DATA
Pengujian kekerasan tablet
F1 Fa Fb Fab
3 2,8 2,4 1,2
3,3 2,7 3,4 1,5
3,2 2,9 2,4 1,3
1,8 1,9 2 1,7
3,3 2,3 2,4 1,6
2,2 3,3 2,2 1,5
3,5 2 2,4 1,5
2,6 2,5 2,9 1,8
2,8 2,7 2,4 1,4
2,8 2,3 2,5 1,4
2,7 2,7 2 1,8
2,8 2,4 1,8 1,4
2,9 3,1 2,1 1,6
2,5 3 2,6 1,3
3 2,9 1,5 1,6
2,6 0,9 2,3 1,5
2,8 2,6 2,3 1,6
2,6 2,5 2,5 1,9
3,4 2,4 2,2 1,3
2,9 2,9 2,6 2,1kekerasan 2,835 2,54 2,345 1,55
Pengaruh penambahan sukrosa terhadap kekerasan tablet
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
0 100 200 300 400
Level rendah amilum
Level tinggi amilum
50
Pengaruh penambahan amilum terhadap kekerasan tablet
Pengujian kerapuhan tablet
Keterangan
F1 Fa Fb Fab
Rep. 1 Rep. 2 Rep. 1 Rep. 2 Rep. 1 Rep. 2 Rep. 1 Rep. 2Sebelum 10,448 10,436 15,07 15,116 15,422 15,4146 22,1752 22,933
Sesudah 10,205 10,14 13,958 14,398 14,718 13,163 22,0285 21,8635
%kerapuhan 2,333 2,832 7,379 4,749 4,564 14,607 0,662 4,664Rata-rata
%kerapuhan2,582903748 6,064522489 9,585594971 2,662567533
Pengaruh penambahan sukrosa terhadap kerapuhan tablet
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
0 100 200 300 400
Level rendah sukrosa
Level tinggi sukrosa
0
2
4
6
8
10
12
0 100 200 300 400
Level rendah amilum
Level tinggi amilum
51
Pengaruh penambahan amilum terhadap kerapuhan tablet
Pengujian keseragaman bobot
F1 Fa Fb Fab
0,4927 0,7449 0,7827 1,09
0,488 0,7778 0,7758 1,16
0,4999 0,7649 0,744 1,13
0,5156 0,781 0,7571 1,16
0,5327 0,7539 0,7664 1,01
0,5135 0,7582 0,7803 1,14
0,5058 0,7554 0,7574 1,07
0,5049 0,7532 0,7585 1,15
0,5089 0,7386 0,7697 1,14
0,4945 0,7529 0,753 1,18
0,517 0,743 0,7491 1,14
0,5178 0,7528 0,7801 1,15
0,5148 0,779 0,7761 1,16
0,5288 0,7695 0,787 1,17
0,4938 0,7507 0,7712 1,15
0,5148 0,691 0,7616 1,17
0,4935 0,7779 0,7806 1,13
0,5041 0,7648 0,7828 1,13
0,5015 0,754 0,7646 1,11
0,5073 0,7544 0,7376 1,16
0,507495 0,755895 0,76678 1,135
0
2
4
6
8
10
12
0 100 200 300 400
Level rendah sukrosa
Level tinggi sukrosa
52
Formula I (F1)m = 10,657420 g = 0,507495 gPenyimpangan 5%:
= 0,507495 ± (0,507495) g
= 0,50623 – 0,55951 g
Penyimpangan 10%:
= 0,507495 ± (0,507495)
= 0,47958 – 0,58616
Formula II (Fa)m = 15,8738920 g = 0,79369 gPenyimpangan 5%:
= 0,79369 ± (0,79369)g
= 0,75401 – 0,83337 g
Penyimpangan 10%:
= 0,79369 ± (0,79369)g
= 0,71432 – 0,87306 g
Formula III (Fb)m = 15,335620 g = 0,80512 gPenyimpangan 5%:
= 0,80512 ± (0,80512) g
= 0,76486 – 0,84538 g
Penyimpangan 10%:
= 0,80512 ± (0,80512)
= 0,72461 – 0,89024 g
Formula IV (Fab)m = 22,720 g = 1,19175gPenyimpangan 5%:
= 1,19175 ± (1,19175) g
= 1,13216 – 1,25134 g
Penyimpangan 10%:
= 1,19175 ± (1,19175)
= 1,07258 – 1,31093 g
Penampakan fisik tablet
F1 Fa Fb Fab
Diameter 1.2 cm 1.4 cm 1.4 cm 1.4 cm
Tebal 0.3 cm 0.4 cm 0.4 cm 0.5 cm
Warna Putih Putih Putih Putih
53
Perhitungan persamaan desain faktorial
y = b0 + b1x1 + b2x2 + b12x1x2
Kekerasan
Formula Sukrosa Amilum Respon
F1 - - 2,835
Fa - + 2,54
Fb + - 2,345
Fab + + 1,5
Keterangan:- = 125 mg+ = 375 mg
2,835 = b0 + 125b1 + 125b2 + 15625b12 . . .(1)
2,54 = b0 + 125b1 + 375b2 + 46875b12 . . .(2)
2,345 = b0 + 375b1 + 125b2 + 46875b12 . . .(3)
1,55 = b0 + 375b1 + 375b2 + 140625b12 . . .(4)
Eliminasi (1) dan (2)
2,835 = b0 + 125b1 + 125b2 + 15625b12
2,54 = b0 + 125b1 + 375b2 + 46875b12 -
Eliminasi (1) dan (3)
2,835 = b0 + 125b1 + 125b2 + 15625b12
2,345 = b0 + 375b1 + 125b2 + 46875b12 -
0,295 = -250b2 - 31250b12 . . .(5) 0,49 = -250b1 - 31250b12 . . .(6)
Eliminasi (5) dan (6)
0,49 = -250b1 - 31250b12
0,295 = -250b2 - 31250b12 -
Eliminasi (3) dan (4)
2,345 = b0 + 375b1 + 125b2 + 46875b12
1,55 = b0 + 375b1 + 375b2 + 140625b12 -
0,195 = -250b1 + 250b2 . . .(7) 0,795 = -250b2 - 93750b12 . . .(8)
Eliminasi (5) dan (8)
0,295 = -250b2 - 31250b12
0,795 = -250b2 - 93750b12 -
Substitusi b12 ke persamaan (5)
0,295 = -250b2 – 31250 (-8 x10-6)
b2 =, ,
b2 = -1,8 x 10-4-0,5 = 62500b12
b12 = -8 x10-6
54
Substitusi b2 ke persamaan (7)
0,195 = -250b1 + 250(-1,8 x104)
b1 = -9,6 x 10-4
Substitusi b1, b2, dan b12 ke persamaan (1)
2,835 = b0 + 125(-9,6 x 10-4) + 125(-1,8 x 10-4) + 15625(-8 x10-6)
b0 = 2,835 – (-0,12 – 0,0225 – 0,125)
b0 = 3,1025
Persamaan desain faktorial untuk kekerasan:
y = 3,1025 - 9,6 x 10-4x1 - 1,8 x 10-4x2 - 8 x10-6x1x2
Kerapuhan
Formula Sukrosa Amilum Respon
F1 - - 2,583
Fa - + 6,064
Fb + - 9,585
Fab + + 2,663
Keterangan:- = 125 mg+ = 375 mg
2,583 = b0 + 125b1 + 125b2 + 15625b12 . . .(1)
6,064 = b0 + 125b1 + 375b2 + 46875b12 . . .(2)
9,585 = b0 + 375b1 + 125b2 + 46875b12 . . .(3)
2,663 = b0 + 375b1 + 375b2 + 140625b12 . . .(4)
Eliminasi (1) dan (2)
2,583 = b0 + 125b1 + 125b2 + 15625b12
6,064 = b0 + 125b1 + 375b2 + 46875b12 -
Eliminasi (1) dan (3)
2,835 = b0 + 125b1 + 125b2 + 15625b12
2,345 = b0 + 375b1 + 125b2 + 46875b12 -
-3,481 = -250b2 - 31250b12 . . .(5) -7,002 = -250b1 - 31250b12 . . .(6)
55
Eliminasi (5) dan (6)
-7,002 = -250b1 - 31250b12
-3,481 = -250b2 - 31250b12 -
Eliminasi (3) dan (4)
9,585 = b0 + 375b1 + 125b2 + 46875b12
2,663 = b0 + 375b1 + 375b2 + 140625b12 -
-3,521 = -250b1 + 250b2 . . .(7) 6,922 = -250b2 - 93750b12 . . .(8)
Eliminasi (5) dan (8)
-3,481 = -250b2 - 31250b12
6,922 = -250b2 - 93750b12 -
Substitusi b12 ke persamaan (8)
6,922 = -250b2 – 93750(-8 x10-6)
b2 = -8,6825
b2 = 0,03473-10,403 = 62500b12
b12 = -1,66448 x10-6
Substitusi b2 ke persamaan (7)
0,195 = -250b1 + 250(0,03473)
b1 = 0,048814
Substitusi b1, b2, dan b12 ke persamaan (1)
2,583 = b0 + 125(0,048814) + 125(0,03473) + 15625(-1,66448 x10-6)
b0 = 2,583 – (6,10175 – 4,34125 – 2,60075)
b0 = -5,25925
Persamaan desain faktorial untuk kerapuhan:
y = -5,25925 + 0,048814x1 + 0,03473x2 - 1,66448 x10-6
56
B. GAMBAR
Penimbangan bahan Mesin penablet (single punch)
Tablet jadi (kiri ke kanan, F1 Fab) Tablet jadi (kiri ke kanan, F1 Fab)
Diameter tablet (atas ke bawah, F1 Fab) Friabiliator tester
Uji keseragaman bobot tablet Hardness tester
Tablet hasil uji kerapuhan
DATA SIFAT FISIK TABLET HISAP VICEE 500®.
1. Uji keseragaman bobot
2 g 2 g 2 g 2 g 2 g2 g 2 g 2 g 2 g 2 g2 g 2 g 2 g 2 g 2 g2 g 2 g 2 g 2 g 2 g
= 40 g
x = 40 = 2 g20
Penyimpangan 5% = 5 x 2 g = 0,1 g100
Range = 2 + 0,1 g = 1,9 – 2,1 g
Semua tablet masuk range
Penyimpangan 10% = 10 x 2 g = 0,2 g100
Range = 2 + 0,2 g = 1,8 – 2,2 g
Semua tablet masuk range
2. Uji kekerasan
26, 8 g 28,1 g 16,4 g 23,5 g23,6 g 26,3 g 25,3 g 22,8 g24,4 g 25,0 g 26,9 g 18,9 g25,2 g 20,7 g 24,0 g 18,5 g20,6 g 18,6 g 24,5 g 28,0 g
= 468,1 kp
x = 468,1 = 23,405 kp20
Range kekerasan tablet 16,4 – 28,1 kp
3. Uji kerapuhan
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3Bobot awal 40,7 40,4 40,6Bobot akhir 39,3 39,1 39,5Selisih 1,4 1,3 1,1Kerapuhan 1,4 x 100%
40,7= 3,440%
1,3 x 100%40,7= 3,194%
1,1 x 100%40,7= 2,709%
Range kerapuhan 2,709% - 3,440%
4. Penampilan
Warna : Merah muda
Diameter : 2 cm
Ketebalan : 1,3 cm
Tanggal pengujian 29 April 2011