frekuensi fraktur mahkota gigi anterior pada … · perhatian, nasehat dan dukungan ... 2.5...

58
i FREKUENSI FRAKTUR MAHKOTA GIGI ANTERIOR PADA USIA 9-25 TAHUN DI BEBERAPA RUMAH SAKIT KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : MUSDALIFA KASYRUDDIN J 111 10 289 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Upload: duongthien

Post on 07-Mar-2019

262 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

i

FREKUENSI FRAKTUR MAHKOTA GIGI ANTERIOR

PADA USIA 9-25 TAHUN DI BEBERAPA RUMAH SAKIT

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar

Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MUSDALIFA KASYRUDDIN

J 111 10 289

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Frekuensi fraktur mahkota gigi anterior pada usia 9-25 tahun fraktur

di beberapa rumah sakit kota Makasar

Oleh : Musdalifa Kasyruddin / J 111 10 289

Telah Diperiksa dan Disahkan

Pada Tanggal Agustus 2014

Oleh :

Pembimbing

Drg Juni Jekti Nugroho. Sp, KG

NIP : 19710625 200501 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin

Prof.drg.H. Mansjur Nasir, Ph.D

NIP. 19540625 198403 1 001

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Rasa syukur tak terhingga saya panjatkan kepada Allah Subhnahuwata’ala,

atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “FREKUENSI FRAKTUR MAHKOTA GIGI ANTERIOR PADA

USIA 9-25 TAHUN DI BEBERAPA RUMAH SAKIT KOTA MAKASSAR”

sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Gigi. Salawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada

Rasulullah Shalallahu’alaihiwassalam, yang menjadi teladan terbaik sepanjang masa.

Segala usaha dan upaya yang telah dilakukan oleh penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin, namun penulis menyadari

sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan sebagai akibat

dari adanya berbagai keterbatasan dan kemampuan yang dimilki. Maka dari itu, saran

dan kritik serta koreksi dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan

skripsi tersebut akan penulis terima dengan baik.

Penulis menyadari bahwa sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini

tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari

masa perkuliahan sampai pada masa penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. drg. Mansjur Nasir, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin.

iv

2. Drg. Juni Jekti Nugroho, Sp.KG selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan banyak pembelajaran kepada penulis mulai dari masa penulisan

sampai selesai.

3. Drg. Netty Nelly Kawulusan selaku Penasehat Akademik atas bimbingan,

perhatian, nasehat dan dukungan kepada penulis selama perkuliahan.

4. Untuk ayahanda Drs H. David Kasyruddin, ibunda Hj. Juraedah SE, untuk

adik-adikku tersayang Raodah Pratiwi David dan Mursyd Miraj David,

terima kasih atas segala doa, perhatian, dukungan moril dan kasih sayang yang

tak terhenti serta untuk kakek nenekku tercinta H Kasyruddin Dan Hj Abariah

yang selalu memberikan dukungan moril dan finansial untuk kelancaran skripsi

cucu tersayangnya hihihihi.

5. Seluruh staf perpustakaan FKG UNHAS dan staf bagian Ortodonsia yang telah

banyak membantu penulis selama ini, terima kasih atas kesabaran yang telah

diberikan.

6. Teman-teman seangkatan penulis, ATRISI 2010 FKG UNHAS yang telah

banyak membuat perubahan positif dalam hidup penulis.

7. Teman teman OMS ku sayang NADYA, BEATRIX, DYNA, BARATU,

BONITA yang selalu memberikan dukungannya, yang selalu ada saat

dibutuhkan.

8. Untuk Hertina Thalib, Dewi Sartika Arif, terima kasih yang sebesar-besarnya

untuk kalian yang sangat membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan yang telah membantu dan

memberikan semangat.

v

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan rahmat dan

membalas kebaikan dan ketulusan dari semua pihak yang telah mendukung dan

membantu penulis. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan agar

kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu bahan pembelajaran dan peningkatan

kualitas pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi ke depannya, juga dalam usaha

peningkatan perbaikan kualitas kesehatan Gigi dan Mulut masyarakat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Oktober 2014

Penulis

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi fraktur mahkota gigi anterior

pada usia 9-25 tahun di beberapa rumah sakit di Kota Makassar Penelitian ini adalah

penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan cross-sectional study.

Terdapat 225 pasien yang berkunjung pada empat rumah sakit kota Makassar yang

dikategorikan dalam penelitian ini yaitu RS Bhayangkara sebanyak 58 orang

(25.78%), Pusat pelayanan Kesehatan Gigi & Mulut (PPKGM) sebanyak 74 orang

(32.89%), Poli Gigi RSUD Daya sebanyak 39 orang (17.33%) dan Lembaga

Kedokteran Gigi (LADOKGI) TNI AL Yos Sudarso sebanyak 54 orang (24%). Data

diperoleh dengan mencatat dan menghitung berdasarkan jumlah kunjungan pasien

yang mengalami fraktur gigi pada kurun waktu 2010-2013. Analisis data dilakukan

secara deskriptif secara manual dan menggunakan program Microsoft Excel 2010.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan dari usia 9-25 tahun,

jumlah pasien terbanyak yang berkunjung yaitu sebanyak 92 orang pada usia antara

9-12 tahun dan klasifikasi fraktur gigi menurut Ellis & Davey yang paling banyak

terjadi yaitu pada kelas 3 (fraktur yang melibatkan email, dentin dan pulpa gigi) pada

gigi anterior. Hasil penelitian ini menunjukkan pula kebanyakan pasien yang

mengalami fraktur mahkota gigi melakukan pencabutan gigi (ekstraksi) yaitu

sebanyak 118 orang (52.45%).

Kata kunci: frekuensi fraktur mahkota gigi anterior, usia 9-40 tahun, klasifikasi

fraktur gigi menurut Ellis & Davey

ABSTRACT

This study aims to determine the frequency of anterior tooth crown fracture at the

age of 9-25 years in several hospitals in Makassar This study was an observational

study with a descriptive cross-sectional study. There were 225 patients who visited

the hospital four Makassar are categorized in this research that the RS Bhayangkara

as many as 58 people (25.78%), Center for Dental and Oral Health services

(PPKGM) as many as 74 people (32.89%), Poly Power Dental hospitals as much as

39 people (17:33%) and the Institute of Dentistry (Ladokgi) Navy Yos Sudarso 54

people (24%). Data were obtained by recording and counting the number of visits by

patients with fractures of the teeth during the period 2010-2013. Descriptive data

were analyzed manually and using Microsoft Excel 2010. The results of this study

indicate that overall 9-25 years of age, the largest number of patients who visit as

many as 92 people between the ages of 9-12 years and tooth fracture classification

according to Ellis & Davey the most common is in the third grade (fractures

involving enamel, dentin and dental pulp) on the anterior teeth. The results of this

study also showed that most patients do dental crown fracture of tooth extraction

(extraction) as many as 118 people (52.45%).

Keywords: frequency of crown fracture of anterior teeth, aged 9-40 years, tooth

fracture classification according to Ellis & Davey

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 5

1.3 TUJUAN PENELITIAN ......................................................................... 5

1.3.1 Tujuan umum ................................................................................. 5

1.3.2 Tujuan khusus ................................................................................ 5

1.4 MANFAAT PENELITIAN .................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI FRAKTUR GIGI .................................................................. 7

2.2 PENYEBAB FRAKTUR GIGI ............................................................. 8

2.3 KLASIFIKASI FRAKTUR GIGI .......................................................... 10

8

2.4 FREKUENSI DAN INSIDENSI GIGI YANG MENGALAMI

FRAKTUR ............................................................................................. 17

2.5 PEMERIKSAAN KASUS FRAKTUR GIGI ........................................ 19

2.6 PROGNOSIS ......................................................................................... 21

BAB III KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP

3.1 KERANGKA TEORI ............................................................................ 22

3.2 KERANGKA KONSEP .......................................................................... 23

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN .............................................................................. 24

4.2 RANCANGAN PENELITIAN ............................................................... 24

4.3 LOKASI PENELITIAN .......................................................................... 24

4.4 WAKTU PENGAMBILAN DATA ....................................................... 24

4.5 SAMPEL PENELITIAN ........................................................................ 24

4.6 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL .............................................. 25

4.7 PROSEDUR PENELITIAN ................................................................... 25

4.8 ANALISIS DATA .................................................................................. 26

4.9 ALUR PENELITIAN ............................................................................. 26

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................ 27

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 32

BAB VII PENUTUP

7.1 KESIMPULAN ...................................................................................... 38

7.2 SARAN .................................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 40

9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor Predisposisi ............................................................................ 9

Gambar 2.2 Klasifikasi fraktur gigi. .................................................................... 11

Gambar 2.3 Trauma pada gigi .............................................................................. 16

Gambar 2.4 Persentase Kejadian Fraktur ............................................................... 18

10

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik subjek ............................................................... 27

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi di beberapa rumah sakit kota

Makassar berdasarkan jenis kelamin…………………………….…….. 28

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi di beberapa rumah sakit kota

Makassar berdasarkan usia………………………………….…………. 28

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi anterior rahang atas di beberapa

rumah sakit Kota Makassar berdasarkan klasifikasi fraktur gigi Ellis &

Davey …………………………………………………………………. 29

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi anterior rahang bawah di

beberapa rumah sakit Kota Makassar berdasarkan klasifikasi fraktur gigi

Ellis & Davey………………………………………………………….. 30

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi anterior yang melakukan

perawatan saluran akar gigi di beberapa rumah sakit kota Makassar

…………………………………………………………………………. 31

11

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat pernyataan dari perpustakaan

2. Hasil olah data penelitian

12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perubahan yang cukup besar telah terjadi terhadap pola hidup masyarakat, antara lain

dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, mobilitas penduduk, dan berbagai

olah raga yang cukup menantang dan berbahaya, yang memungkinkan meningkatnya

kejadian trauma pada gigi geligi. Demikian pula adanya perubahan perilaku

masyarakat yang diimplikasikan dengan adanya tawuran antar pelajar dan antar

warga.1,2,3 Karena itu kecelakaan yang mengakibatkan patahnya gigi-geligi serta

cedera pada jaringan disekitarnya terus meningkat.1,3,4

Trauma pada gigi dapat menyebabkan cedera pulpa, dengan atau tanpa kerusakan

mahkota atau akar, atau hilangnya perlekatan antara gigi dengan soketnya, dalam hal

ini terjadi fraktur pada gigi. Bila mahkota atau akar mengalami fraktur, pulpa dapat

tetap dalam kondisi vital diikuti dengan degenerasi progresif dan akhirnya

nekrosis.2,5

Trauma pada daerah wajah dapat menyebabkan fraktur, pergerakan, serta tanggalnya

gigi, hal ini dapat berdampak negatif terhadap fungsi mastikasi, estetik, dan fisiologis

pada anak.1,6,7 Fraktur mahkota dan akar membutuhkan perhatian yang khusus

karena prevalensinya yang cukup tinggi dan berbagai macam faktor penyebab yang

dapat mempengaruhi jenis perawatan yang akan dilakukan.

13

Mempelajari penyebab dari kasus tersebut sangat penting kaitannya dalam

mengevaluasi proses terjadinya kondisi tersebut dan berbagai faktor penyebab lain

yang berhubungan dengan pola fraktur gigi tersebut.6,7,8,9,10

Usia merupakan salah satu faktor signifikan terjadinya fraktur gigi. Cedera paling

sering terjadi pada kelompok usia 7-12 tahun.2,4,8 Terjadinya fraktur pada gigi dan

jaringan pendukung biasanya muncul pada usia muda dan kerusakan dapat berupa

fraktur enamel hingga terjadinya avulsi, dengan atau tanpa kerusakan pulpa ataupun

fraktur tulang rahang.5,11

Distribusi fraktur gigi berdasarkan jenis kelamin, menunjukan bahwa insidensi

fraktur yang terjadi pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan, baik

pada periode gigi susu maupun permanen. Rasio insidensi fraktur gigi pada anak

laki-laki dan anak perempuan adalah 3 : 2.12 Berdasarkan data hasil penelitian yang

dilakukan Ekaneyake dan Parendra (2006) terbukti bahwa sekitar 68% dari seluruh

pasien fraktur pada grup usia 6-10 tahun adalah anak laki-laki, dan 55% adalah anak

perempuan.13

Fraktur gigi anterior sering terjadi pada anak-anak karena anak-anak lebih aktif dari

pada orang dewasa dan koordinasi serta penilaiannya tentang keadaan belum cukup

baik sehingga sering terjatuh saat belajar, berlari, bermain, dan berolahraga. Fraktur

pada gigi anterior menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi. Ellis dan Davey

(1970) melaporkan 4251 anak sekolah di kota besar 4,2% mengalami fraktur

gigi anterior. Sementara Marcus dan Gutz (1973) dalam penelitian terpisah

melaporkan frekuensi yang lebih tinggi, sekitar 16% - 20%. Andreas Jo (1984)

melaporkan bahwa 18%-20% trauma pada gigi permanen muda, menyebabkan

14

fraktur mahkota dengan pulpa terbuka. Fraktur mahkota dengan pulpa terbuka

ini harus segera diatasi untuk melindungi pulpa agar tetap normal. 3,14,15

Gigi yang sering mengalami kerusakan akibat fraktur adalah gigi insisivus sentral

rahang atas yaitu sekitar 73%, sedangkan pada gigi insisivus sentral rahang bawah

memiliki persentase sebesar 18%, 6% pada insisivus lateral rahang bawah, dan 3%

pada insisivus lateral rahang atas. Gigi lain seperti gigi kaninus rahang atas maupun

kaninus rahang bawah memiliki persentase insidensi yang kecil. Insidensi fraktur

pada gigi insisivus sentralis rahang atas merupakan salah satu penyebab bertambah

besarnya overjet pada gigi permanen anak.13,16

Gigi yang mengalami fraktur merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dapat

berdampak terhadap aspek sosial dan psikologi. Gigi fraktur dapat secara langsung

mempengaruhi kehidupan seseorang karena hal tersebut menghambat aktifitas rutin

sehari-hari dan prosedur perawatan yang lama yang membutuhkan biaya besar.

Penatalaksanaan fraktur pada gigi harus cepat karena waktu merupakan faktor

penting dalam mempertahankan vitalitas jaringan yang terkena cedera. 2,10,16

Demikian pula pertolongan pertama sangat menentukan hasil perawatannya,

terutama yang menyangkut prognosis gigi, jaringan pulpa dan jaringan periapeks.

Adapun perawatan dari gigi yang mengalami fraktur tergantung pada level garis

fraktur dan tingkat keparahan pada gigi yang mengalami kerusakan.7,11,17 Terdapat

sejumlah klasifikasi fraktur akibat trauma yang bertujuan agar standar prosedur

perawatan dapat ditentukan.1,3,6

Penanganan pada gigi yang mengalami fraktur merupakan tantangan bagi dokter gigi

karena jaringan pendukung pada gigi fraktur seringkali mengalami cedera, sehingga

15

prognosis dari kasus bisa menjadi buruk. Kejadian fraktur gigi geligi pada anak

mengalami peningkatan, kondisi ini membutuhkan perawatan yang benar dan

adekuat berdasarkan tiap-tiap fraktur yang terjadi untuk tetap mempertahankan gigi

geligi. Pertumbuhan akar gigi permanen pada anak-anak dapat terganggu pada gigi

yang mengalami kerusakan pulpa, menyebabkan akar menjadi tipis dan lemah. Oleh

karena itu ketika cedera gigi terjadi pada anak-anak, segala upaya dilakukan untuk

menjaga vitalitas pulpa.6,7,8,18

Berdasarkan fenomena yang ada, terdapat banyak kasus fraktur pada gigi. Fraktur

gigi sering dianggap tidak ada harapan dan harus dicabut. Ketika terjadi kondisi

demikian maka perlu dilakukan perawatan untuk mempertahankan gigi geligi.

Namun pada kenyataannya, terdapat ketimpangan yang cukup besar terjadi

dikalangan masyarakat, dimana jumlah kasus fraktur pada gigi cukup banyak tetapi

kunjungan perawatan saluran akar masih sangat rendah.16. Hal tersebut dikarenakan

kurangnya kesadaran serta pengetahuan masyarakat dalam mempertahankan kondisi

gigi yang mengalami fraktur berkaitan dengan kemampuan dokter gigi. Oleh karena

itu, penulis ingin memberikan gambaran tentang frekuensi fraktur mahkota gigi

anterior pada rentang usia 9-25 tahun dibeberapa rumah sakit di kota Makassar.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas maka timbul permasalahan yang hendak diteliti:

Berapa besar frekuensi fraktur mahkota gigi anterior pada usia 9-25 tahun di

beberapa rumah sakit di Kota Makassar?

16

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui frekuensi fraktur mahkota gigi anterior pada usia 9-25 tahun di beberapa

rumah sakit di Kota Makassar

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui frekuensi fraktur mahkota gigi anterior di beberapa rumah sakit

di Kota Makassar berdasarkan jenis kelamin.

2. Mengetahui frekuensi fraktur mahkota gigi anterior di beberapa rumah sakit

di Kota Makassar berdasarkan usia 9-25tahun.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi

tentang kasus fraktur gigi dan tingkat perawatannya khususnya di wilayah

kota Makassar untuk lebih meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.

2. Dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang kondisi

fraktur gigi dan penanganannya.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Fraktur gigi

Fraktur gigi merupakan salah satu dari penyebab utama kerusakan pada gigi setelah

karies dan penyakit jaringan periodontal. Fraktur gigi adalah suatu kondisi gigi geligi

yang memperlihatkan hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi utuh. Kondisi

ini biasanya disebabkan oleh trauma pada bagian wajah atau gigi geligi seperti

olahraga yang melakukan kontak fisik atau terlibat dalam kecelakan mobil.3,4

Umumnya, fraktur gigi yang kecil tidak sampai menyebabkan pergeseran gigi

maupun perdarahan dari gingiva. Individu yang mengalamai kondisi ini cenderung

tidak mengalami rasa sakit. Fraktur gigi dapat terjadi pada gigi manapun tetapi

cenderung mengenai gigi anterior rahang atas yang telah permanen.11,12

Fraktur gigi pada umumnya terjadi bersamaan dengan cedera mulut lainnya. Deteksi

dan pengobatan dini dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan fungsi dari gigi

tersebut. Pada kasus yang berat, sebagian dari gigi fraktur sehingga bagian dentin

dan jaringan pulpa menjadi terbuka serta dapat menyebabkan rasa sakit dan

kerusakan pada pulpa. Untungnya, kondisi ini tidak membahayakan jiwa dan

prosedur perawatan pulpa gigi dapat menyelamatkan gigi yang mengalami fraktur

tersebut.6,10,13,16

8

2.2 Penyebab Fraktur Gigi

Terjadinya fraktur pada gigi dapat terjadi pada segala usia.2 Berbagai macam kondisi

yang mengakibatkan terjadinya fraktur pada gigi anterior adalah kecelakaan lalu

lintas, kecelakaan saat berolahraga, saat bermain, tindak kriminal, child abuse

dalam lingkungan rumah tangga (terkena pompa air, jatuh dari tangga, dan

lain-lain), dalam lingkungan pekerjaan, perkelahian, dan bencana alam. Anak kecil

yang belajar berjalan atau jatuh dari kursi mengalami injuri pada gigi anterior.13,19

Penyebab umum fraktur gigi adalah trauma terhadap gigi yang menyebabkan

disrupsi atau kerusakan email, dentin, atau keduanya. Literatur lain menyebutkan

bahwa usia, aktivitas olahraga, riwayat medis, dan anatomi gigi juga merupakan

faktor predisposisi.4,7

Penyebab fraktur akibat trauma gigi pada anak-anak yang paling sering adalah

karena jatuh saat bermain, baik di luar maupun di dalam rumah dan saat

berolahraga. Fraktur gigi anterior dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.

Fraktur gigi secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi,

sedangkan fraktur gigi secara tidak langsung terjadi ketika benturan yang

mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi rahang atas

dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-tiba.13

Beberapa penyebab fraktur gigi yang paling sering terjadi pada periode usia 8-12

tahun adalah kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, skateboard, atau pada saat

berolahraga seperti olahraga beladiri, sepak bola, bola basket, lomba lari, sepatu

roda, dan berenang. Khusus untuk fraktur yang terjadi secara langsung mengenai

gigi dapat disebabkan oleh aksi pengunyahan yang disebut fraktur spontan.

9

Fraktur spontan dapat terjadi sebagai akibat tekanan pengunyahan pada gigi

yang mengalami karies besar, sehingga gigi dapat retak atau patah pada waktu

menggigit benda yang keras. 20,21,22

Selain faktor-faktor di atas ada beberapa faktor predisposisi terjadinya fraktur

gigi anterior yaitu posisi dan keadaan gigi tertentu misalnya kelainan dentofasial

seperti maloklusi kelas I tipe 2, kelas II divisi 1 atau yang mengalami overjet lebih

dari 3 mm, keadaan yang memperlemah gigi seperti hipoplasia email,

kelompok anak penderita cerebral palsy, dan anak dengan kebiasaan mengisap

ibu jari yang menyebabkan gigi anterior protrusif.2,3,22

Gambar 2.1. Faktor Predisposisi (2) Penutupan bibir atas dan bawah yang kurang sempurna, (3)

Frekuensi trauma pada gigi depan lebih sering dengan overjet 3 – 6 mm, (4) Aktifitas olah

raga, (5) Laki laki > perempuan. Sumber : Birch, R.H. Huggins, D.G. Practical pedodontics.

Edinburgh: Churchill Livingstone (1973)

2.3 Klasifikasi Fraktur Gigi

Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan akibat trauma gigi anterior.

Klasifikasi fraktur gigi yang telah diterima secara luas adalah klasifikasi menurut

10

Ellis dan Davey (1970), Klasifikasi menurut World Health Organization (WHO)

dan modifikasi oleh Andreasen (1978) serta klasifikasi yang direkomendasikan

dari World Health Organization (WHO) dalam Application of International

Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology (1995).3,6,7,17

Klasifikasi menurut Roberts (1970) sama dengan yang diperkenalkan Ellis, tetapi

untuk membedakan antara gigi sulung dan gigi permanen, digunakan istilah

kelas I, kelas II dan seterusnya. Sedangkan untuk gigi sulung, digunakan kelas

I sulung dan seterusnya. Hargreaves dan Craig (1970) memperkenalkan klasifikasi

hanya untuk fraktur mahkota gigi sulung, yaitu kelas I, II, III dan IV. Klasifikasi

tersebut hampir sama dengan klasifikasi Ellis. Perbedaannya terletak pada kelas

IV yaitu fraktur akar disertai atau tanpa mahkota gigi sulung. Ellis dan Davey

(1970) menyusun klasifikasi fraktur pada gigi anterior menurut banyaknya

struktur gigi yang terlibat, yaitu:1,2,3,6,19,23

Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email. Ini

adalah fraktur relatif tidak berbahaya melibatkan terluar

permukaan gigi . Hal ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit

Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin

tetapi belum melibatkan pulpa. Fraktur ini menembus lapisan kedua gigi yang

cenderung sensitif terhadap suhu panas atau dingin.

Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan

menyebabkan terbukanya pulpa

Kelas 4 : Fraktur pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan

atau tanpa kehilangan struktur mahkota.

11

Kelas 5 : Fraktur pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.

Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.

Kelas 7 : Fraktur pada gigi yang menyebabkan perubahan posisi atau

displacement gigi.

Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.

Gambar 2.2 Klasifikasi fraktur gigi. Sumber: Journal of Oral ScienceA proposal for

classification of tooth fractures based ontreatment need (2010).

Organisasi Kesehatan Dunia WHO (1978) memakai klasifikasi dengan nomor kode

yang sesuai dengan ICD (International Classification of Diseases), sebagai

berikut:2,4,7

873.60: Fraktur email.

Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur tidak menyeluruh atau

retak pada email.

12

873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa

terbukanya pulpa. Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin,

pulpa tidak terbuka.

873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa. Fraktur yang rumit

yang mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa yang terbuka.

873.63: Fraktur akar. Fraktur akar yang hanya mengenai sementum,

dentin, dan pulpa. Juga disebut fraktur akar horizontal.

873.64: Fraktur mahkota-akar. Fraktur gigi yang mengenai email, dentin,

dan sementum akar. Bisa disertai atau tidak dengan terbukanya pulpa.

873.66: Luksasi. Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion),

subluksasi, luksasi lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi.

873.67: Intrusi atau ekstrusi.

873.68: Avulsi. Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari

soketnya.

873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak.

Klasifikasi dibawah ini dimodifikasi oleh Andreasen (1981) menurut contoh

berikut:2,4

873.64: Fraktur mahkota-akar yang tidak rumit tanpa terbukanya pulpa.

873.64: Fraktur mahkota-akar yang rumit dengan terbukanya pulpa.

(Fraktur mahkota-akar komplit atau tidak komplit)

873.66: Konkusi (concussion), injuri pada struktur pendukung gigi yang

bereaksi terhadap perkusi.

873.66: Subluksasi, suatu injuri pada struktur pendukung gigi dengan

kegoyahan abnormal tetapi tanpa pemindahan gigi.

873.66: Luksasi lateral, pemindahan gigi pada arah lain daripada ke aksial,

diikuti oleh fraktur soket alveolar.

873.66 : Konkusi, subluksasi, lateral luksasi

World Health Organization (WHO) dalam Application of International

Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology (1995) juga

merekomendasikan klasifikasi yang diterapkan baik pada gigi sulung maupun pada

gigi permanen yang meliputi jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan

jaringan lunak rongga mulut yaitu sebagai berikut :

13

1. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa

a. Retak mahkota (enamel infraction), yaitu suatu fraktur yang tidak

sempurna pada email tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah

horizontal atau vertikal.

b. Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown

fracture) yaitu suatu fraktur yang hanya mengenai lapisan email saja.

c. Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture), yaitu

fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai email dan dentin

saja tanpa melibatkan pulpa.

d. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture),

yaitu fraktur yang mengenai email, dentin, dan pulpa.

2. Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar

a. Fraktur mahkota-akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai email,

dentin, dan sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan

jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang kompleks

(complicated crown-root fracture) dan fraktur mahkota-akar yang

tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang

tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture).

b. Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan

pulpa tanpa melibatkan lapisan email.

c. Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang

melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian

fasial atau lingual dari dinding soket.

d. Fraktur prosesus alveolaris, yaitu fraktur yang mengenai prosesus

alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi.

e. Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus

mandibula atau maksila yang melibatkan prosesus alveolaris,

dengan atau tanpa melibatkan soket gigi.

3. Kerusakan pada jaringan periodontal

a. Concusion, yaitu fraktur yang mengenai jaringan pendukung

gigi yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan

perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.

b. Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi

akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.

c. Extrusive luxation (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian

gigi ke luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi

terlihat lebih panjang.

14

d. Luxation, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena

pergerakan gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini

menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi

tersebut. fraktur gigi yang menyebabkan luksasi lateral

menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal.

e. Intrusive Luxation, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar,

dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket

alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih

pendek.

f. Laseration (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi

ke luar dari soket.

4. Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut

a. Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang

disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka

terbuka tersebut berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel.

b. Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh

pukulan benda tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada

daerah submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa.

c. Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena

gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan

yang berdarah atau lecet.

Fraktur pada gigi sulung dapat menyebabkan beberapa kelainan pada gigi permanen,

antara lain hipoplasia email, hipokalsifikasi, dan dilaserasi. Beberapa reaksi yang

terjadi pada jaringan pulpa setelah gigi mengalami fraktur adalah hiperemi pulpa,

diskolorisasi, resorpsi internal, resorpsi eksternal, metamorfosis kalsifikasi pulpa

gigi, dan nekrosis pulpa.3,7,21

15

Gambar 2.3. Trauma pada gigi (a) intrusi (b) ekstrusi (c) luksasi palatal (d) luksasi distal.

Sumber : trauma pada gigi depan anak, Pedodonsia terapan (2010)

2.4 Frekuensi dan insidensi gigi yang mengalami fraktur

Injuri traumatik dapat terjadi pada segala umur. Anak kecil yang belajar berjalan atau

jatuh dari kursi mengalami injuuri pada gigi anterior. Bakland (2002) melaporkan

bahwa anak-anak usia 8 sampai 12 tahun paling mudah mendapatkan kecelakaaan

pada gigi-gigi mereka. 2,22 Insidensi fraktur adalah sekitar 5%. Ellis melaporkan

suatu insidensi 4,2% dan Grundy, 5.1%. Perbedaan distribusi trauma pada anak laki-

laki dan wanita hingga umur 9 tahun tidak begitu nyata, tetapi setelah umur

tersebut, fraktur gigi anterior pada anak laki-laki cenderung dua sampai tiga kali

lebih banyak dibanding pada anak perempuan.2,3 Sweet (1995) memperkirakan

bahwa persentase tertinggi gigi geligi anterior terdapat pada rahang atas sekitar

90%.2,3,21

Ellis dan Davey yang dikutip dari Eva Fauzia dan Hendralin S (2008) melaporkan

4251 anak sekolah di kota besar 4,2% memiliki fraktur gigi anterior.

Sementara Marcus dan Gutz (1973) dalam penelitiannya melaporkan frekuensi

yang lebih tinggi, sekitar 16% - 20%. Andreas Jo (1984) melaporkan bahwa

18%-20% fraktur pada gigi permanen muda, menyebabkan fraktur mahkota

dengan pulpa terbuka.3,14,15

16

Pembuatan klasifikasi fraktur akan mempermudah komunikasi serta penyebaran

informasinya. Menurut suatu penelitian prevalensi tertinggi fraktur gigi anterior pada

anak-anak terjadi antara usia 1-3 tahun karena pada usia tersebut anak mempunyai

kebebasan serta ruang gerak yang cukup luas, sementara koordinasi dan penilaiannya

tentang keadaan belum cukup baik. Frekuensi fraktur cenderung meningkat saat anak

mulai merangkak, berdiri, belajar berjalan, dan biasanya berkaitan dengan masih

kurangnya koordinasi motorik. Salah satu periode rawan fraktur adalah pada saat

usia 2-5 tahun, karena pada usia ini anak belajar berjalan dan berlari. Prevalensi

fraktur gigi yang

terjadi pada anak

usia di atas 5 tahun

menunjukkan penurunan disebabkan koordinasi motorik anak yang semakin

membaik, namun terjadi peningkatan kembali pada periode 8-12 tahun karena

adanya peningkatan aktifitas fisik.

17

Gambar 2.4. Persentase Kejadian Fraktur. Sumber : Pediatric dentistry a clinical approach

(1988).

Peran status sosial ekonomi pada cedera traumatik gigi tampaknya tidak jelas, tetapi

beberapa laporan memberi kesan insiden yang lebih tinggi di antara remaja dari

keluarga dengan sosial ekonomi tinggi. Fraktur gigi yang umum terjadi adalah

fraktur koronal dari email dan dentin.. Terdapat kecenderungan pada fraktur vertikal

lebih sering terjadi pada gigi posterior dengan prevalensi tertinggi pada premolar (

27,2 % sampai 60,4%) diikuti oleh molar (13% sampai 25%) dan gigi insisivus

(5,6% sampai 22,6%).21,22,24,25

Kerusakan yang terjadi pada gigi anak dapat mengganggu fungsi bicara,

pengunyahan, estetika, dan erupsi gigi permanen sehingga mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan gigi serta rahang. Oleh karena itu penanganan yang

cepat dan tepat sangat penting dalam menangani kerusakan pada gigi akibat fraktur.3

Karena begitu banyak kecelakaan gigi berhubungan dengan olahraga, maka

sebaiknya setiap usaha perlindungan dilakukan untuk melindungi gigi anak-anak

terhadap hal tersebut dengan mengadakan program pendidikian disamping

menggunakan pelindung mulut.1.2,3

18

2.5 Pemeriksaan kasus fraktur gigi,2,3,7

Kasus fraktur umumnya digolongkan kasus darurat karena sering disertai rasa

sakit. Karena itu pemeriksaannya sebaiknya dilakukan dengan cepat dan perawatan

di prioritaskan untuk menghilangkan rasa sakit terlebih dahulu. Setelah itu, itu

pemeriksaan dan anamnesis dilakukan secara bertahap agar penatalaksanaannya

dapat dilakukan dengan seksama. Dalam anamnesis yang umum dilakukan terdapat

beberapa perhatian utama yaitu umur yang menyangkut tahap pertumbuhan gigi dan

menentukan perawatan yang akan dilakukan. Demikian pula mengenai kapan

terjadinya kecelakaan perlu diketahui karena waktu sangat menentukan paparan

kontaminasi dengan kuman atau vitalitas jaringan. Sebagai contoh adalah terbukanya

jaringan pulpa atau pada kasus avulsi. Sedangkan dimana kecelakaan terjadi

diperlukan untuk mempertimbangkan pemberian serum anti tetanus.20,22,23

Selanjutnya bagaimana terjadinya kecelakaan dapat digunakan untuk memperkirakan

arah benturan serta kerusakan jaringan yang terjadi. Sebagai contoh misalnya

benturan benda lunak dan tumpul akan lebih sering mengakibatkan fraktur akar dan

luksasi, dan benda keras lebih sering mengakibatkan fraktur akar dan korona.

Sedangkan benturan pada jaringan periapeks, meskipun gigi utuh akan sangat

mempengaruhi keadaan jaringan pulpa. 20,22,23

Anamnesis singkat mengenai keadaan kesehatan umum pasien juga sangat penting,

karena dapat mempengaruhi penentuan hasil dan perawatan. Dan perlu diketahui

adalah penyakit-penyakit seperti hemofili, penyakit-penyakit yang mengganggu

pertahanan tubuh seperti leukemia, diabetes mellitus, dan reaksi-reaksi alergi.11,18

Sedangkan pemeriksaan klinis karena kasusnya yang dapat dianggap kasus darurat,

19

sebaiknya dipilih yang paling tepat dan dan tidak menambah cedera pada jaringan

pulpa serta jaringan periapeks. Sebagai contoh fraktur korona pulpa tidak terbuka

tetapi disertai rasa sensitivitas. Untuk kasus ini dapat langsung dilakukan

perlindungan jaringan pulpa dengan melapisi dentin yang terbuka untuk

menghilangkan rasa ngilu. Selanjutnya pemeriksaan vitalitas dilakukan secara

periodik sampai dua tahun. Jika kemudian terdapat kelainan jaringan pulpa, dapat

dilakukan pulpektomi dan perawatan saluran akar atau perawatan lain yang

sesuai.24,26

2.6 Prognosis

Fraktur mahkota gigi umumnya diagonal, melibatkan sudut gigi, biasanya mesial.

Fraktur akar gigi lebih sering horizontal, meskipun terjadi juga fraktur diagonal dan

vertikal. Bila akar patah dekat dengan sepertiga apikal akar, prognosisnya lebih baik

dari pada bila patah lebih dekat dengan sepertiga tengah atau sepertiga servikal

karena sepertiga tengah atau sepertiga servikal mempunyai lebih sedikit dukungan

alveolar untuk fragmen fraktur sehingga mobilitas gigi lebih besar. Terjadinya

trauma yang tidak menyebabkan fraktur mahkota atau akar, dampak benturan

berlanjut pada pulpa yang menerima kekuatan terbesar dari benturan.2,26

20

BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori

KETERANGAN :

= = Variabel Dependent

= Variabel Independent

Fraktur Gigi

Klasifikasi fraktur mahkota

gigi berdasarkan

Ellis & Davey

Penyebab

Kecelakaan

Olahraga

Kelas 1:

Fraktur Email

Kelas 2:

Fraktur Email-

Dentin

Kelas 3:

Fraktur Email,

Dentin, Pulpa

Perawatan Saluran Akar

Frekuensi gigi yang mengalami fraktur usia 9-25 tahun

21

3.2 KERANGKA KONSEP

KETERANGAN :

Variabel bebas

Variabel antara

Variabel kontrol

Variabel Akibat/ Tergantung

Klasifikasi Fraktur Mahkota

Gigi Berdasarkan Ellis &

Davey :

Kelas 1: Fraktur Email

Kelas 2: Fraktur Email-

Dentin

Kelas 3: Fraktur Email,

Dentin, Pulpa

Fraktur Gigi

Perawatan Saluran Akar (PSA)

Penyebab

1. Patologis

2. Trauma :

a. Olahraga

b. Kecelakaan

22

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN : Observasional deskriptif

4.2 RANCANGAN PENELITIAN : Cross Sectional study

4.3 LOKASI PENELITIAN :

1. RS. Bhayangkara di Jl.Mappaodang

2. Pusat Pelayanan Kesehatan Gigi & Mulut (PPKGM) di Jl. Lanto Daeng

Pasewang

3. Poli Gigi Rumah Sakit Umum Daerah Daya (RSUD Daya) di Jl.Perintis

Kemerdekaan

4. Lembaga Kedokteran Gigi (LADOKGI) TNI AL Yos Sudarso

4.4 WAKTU PENGAMBILAN DATA : Bulan Maret-Agustus 2014

4.5 SAMPEL PENELITIAN :

4.5.1 Kriteria Inklusi :

a. Fraktur mahkota gigi berdasarkan Klasifikasi Ellis & Davey (1970)

yaitu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3

b. Melibatkan perawatan fraktur mahkota gigi pada tahun 2010-2013.

c. Pasien dengan rentang usia 9-25 tahun

25

4.5.2 Kriteria Eksklusi :

Pasien yang mengalami fraktur mahkota - akar gigi

4.5.3 Teknik Pengambilan Sampel :

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan teknik Total

Sampling

4.6 DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL: 2,3,5,7

a. Fraktur mahkota gigi: Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan email,

dentin dan menyebabkan terbukanya pulpa

b. Klasifikasi fraktur mahkota gigi berdasarkan Klasifikasi Ellis & Davey

(1970): Kelas 1 (Fraktur Email), Kelas 2 (Fraktur Email-Dentin), Kelas 3

(Fraktur Email, Dentin, Pulpa)

c. Usia 9-25 tahun : Rentang usia pasien yang mengalami fraktur gigi

d. Perawatan saluran akar : Perawatan saluran akar gigi karena cedera jaringan

pulpa akibat fraktur yang mana tahap perawatan saluran akar meliputi tahap

preparasi, sterilisasi dan pengisian

4.7 PROSEDUR PENELITIAN :

a. Peneliti memperoleh data sekunder di beberapa rumah sakit kota Makassar.

b. Peneiliti mencatat dan menghitung jumlah kasus fraktur mahkota gigi geligi

pada rentang usia 9-25 tahun pada tahun 2010-2013.

c. Peneliti mencatat jumlah kasus fraktur mahkota gigi yang dilakukan

perawatan.

d. Peneliti menganalisis dan menarik kesimpulan.

4.8 ANALISIS DATA

Jenis data : Data Sekunder

Pengolahan data : Dilakukan secara manual dan menggunakan Program

Microsoft Excel 2010.

Penyajian data : Dalam bentuk tabel

26

4.8.1 ALUR PENELITIAN

BAB V

Analisis data

Pengambilan data sekunder fraktur mahkota

gigi anterior pada rentang usia 9-25 tahun

periode tahun 2010-2013

Poliklinik gigi & mulut

Rumah sakit kota Makassar

Kesimpulan

27

BAB V

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai frekuensi fraktur mahkota gigi anterior pada

rentang usia 9-25 tahun di beberapa rumah sakit kota Makassar. Data ini diperoleh

dari tahun 2010-2013. Data yang diperoleh, diolah secara secara manual dan

menggunakan Program Microsoft Excel 2010. Hasilnya sebagaimana tampak di

bawah ini:

Tabel 5.1 Distribusi karakteristik subjek

Karakterisitik Sampel Frekuensi (N) Persen (%)

RS Bhayangkara 58 25.78

PPKGM 74 32.89

RSUD Daya 39 17.33

RS Angkatan Laut 54 24

Total 225 100

Tabel 5.1 memperlihatkan distribusi karakteristik subjek berdasarkan jumlah pasien

yang mengalami fraktur mahkota gigi yang berkunjung di beberapa rumah sakit kota

Makassar pada tahun 2010-2013. Ada empat tempat rumah sakit yang dikategorikan

dalam penelitian ini yaitu RS Bhayangkara, Pusat pelayanan Kesehatan Gigi &

Mulut (PPKGM), Poli Gigi RSUD Daya dan Lembaga Kedokteran Gigi

(LADOKGI) TNI AL Yos Sudarso. Secara keseluruhan jumlah pasien yang

berkunjung untuk melakukan perawatan gigi yang mengalami fraktur sebanyak 225

pasien (100%). Jumlah pasien terbanyak berkunjung di PPKGM sebanyak 74 orang

(32.89%) dan jumlah pasien yang sedikit berkunjung di Poli Gigi RSUD Daya yaitu

sebanyak 39 orang (17.33%).

28

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi di beberapa rumah sakit kota

Makassar berdasarkan jenis kelamin

Jenis

kelamin

RS

Bhayangkara PPKGM

RSUD

Daya

RS Angkatan

Laut Total

N (%) N (%) N (%) N (%) N (%)

Laki-laki 32 19.63 58 35.58 25 15.34 48 29.45 163 100

Perempuan 26 41.94 16 25.81 14 22.58 6 9.68 62 100

Total 58 25.78 74 32.89 39 17.33 54 24 225 100

Tabel 5.2 memperlihatkan frekuensi fraktur mahkota gigi di beberapa rumah sakit

kota Makassar berdasarkan jenis kelamin. Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa secara

keseluruhan jumlah pasien terbanyak berkunjung adalah pasein berjenis kelamin

laki-laki yaitu sebanyak 163 orang dibandingkan dengan perempuan yaitu 62 orang.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi di beberapa rumah sakit kota

Makassar berdasarkan usia.

Usia

(tahun)

RS

Bhayangkara PPKGM RSUD Daya

RS Angkatan

Laut Total

N (%) N (%) N (%) N (%) N (%)

9-12 26 28.26 31 33.69 17 18.48 18 19.57 92 100

13-16 11 25 21 47.73 3 6.82 9 20.45 44 100

17-20 8 16 7 14 18 36 17 34 50 100

21-25 13 33.33 15 38.46 1 2.56 10 25.64 39 100

Total 58 25.78 74 32.89 39 17.33 54 24 225 100

Tabel 5.3 memperlihatkan distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi di beberapa

rumah sakit kota Makassar berdasarkan usia. Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa

29

secara keseluruhan dari usia 9-25 tahun, jumlah pasien terbanyak yang berkunjung

yaitu sebanyak 92 orang pada usia antara 9-12 tahun. Sedangkan hanya 39 orang

yang berkunjung pada usia antara 21-25 tahun.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi anterior rahang atas di beberapa

rumah sakit Kota Makassar berdasarkan klasifikasi fraktur gigi Ellis & Davey

Klasifikasi

Fraktur Gigi

Menurut Ellis &

Davey

Gigi Anterior Rahang Atas

Total

11

N(%)

12

N(%)

13

N(%)

21

N(%)

22

N(%)

23

N(%) N(%)

Kelas 1 12(32.43) 6(16.22) 2(5.41) 13(35.14) 3(8.11) 1(2.7) 37(100)

Kelas 2 19(45.24) 3(7.14) 1(2.38) 17(40.48) 1(2.38) 1(2.38) 42(100)

Kelas 3 30(34.09) 8(9.09) 5(5.68) 25(28.41) 17(19.32) 3(3.41) 88(100()

Total 61(36.53) 17(10.1) 8(4.79) 55(32.93) 21(12.57) 5(2.99) 167(100)

Tabel 5.4 memperlihatkan distribusi frekuensi mahkota gigi anterior rahang atas di

beberapa rumah sakit Kota Makassar berdasarkan klasifikasi fraktur gigi Ellis &

Davey(1970). Pada tabel 54 menunjukkan bahwa klasifikasi fraktur gigi Ellis &

Davey (1970) yang paling banyak terjadi yaitu pada kelas 3 (fraktur yang melibatkan

email, dentin dan pulpa gigi) sebanyak 88 orang. Sedangkan klasifikasi fraktur gigi

menurut Ellis & Davey(1970) yang paling sedikit terjadi yaitu pada kelas 1 (fraktur

yang melibatkan email) sebanyak 37 orang. Pada tabel 5.4 menunjukkan pula bahwa

gigi anterior rahang atas yang paling banyak mengalami fraktur mahkota adalah gigi

11 (incisivus sentralis kanan) yaitu sebanyak 61 orang (36.53%) dan gigi anterior

rahang atas yang paling sedikit mengalami fraktur mahkota adalah gigi 23(kaninus

kiri) yaitu sebanyak 5 orang (2.99%).

30

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi anterior rahang bawah di

beberapa rumah sakit Kota Makassar berdasarkan klasifikasi fraktur gigi Ellis &

Davey

Tabel 5.5 memperlihatkan distribusi frekuensi mahkota gigi anterior rahang bawah

di beberapa rumah sakit Kota Makassar berdasarkan klasifikasi fraktur gigi Ellis &

Davey (1970). Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa klasifikasi fraktur gigi Ellis &

Davey (1970) yang paling banyak terjadi yaitu pada kelas 3 (fraktur yang melibatkan

email, dentin dan pulpa gigi) sebanyak 39 orang. Sedangkan klasifikasi fraktur gigi

menurut Ellis & Davey(1970) yang paling sedikit terjadi yaitu pada kelas 2 (fraktur

yang melibatkan dentin) sebanyak 7 orang. Pada tabel 5.5 menunjukkan pula bahwa

gigi anterior rahang bawah yang paling banyak mengalami fraktur mahkota adalah

gigi 41 (incisivus sentralis kanan) yaitu sebanyak 21 orang (36.21%) dan gigi

anterior rahang bawah yang paling sedikit mengalami fraktur mahkota adalah gigi

23(kaninus kanan) yaitu sebanyak 2 orang (3.45%).

Klasifikasi

Fraktur Gigi

Menurut Ellis

& Davey

Gigi Anterior Rahang Bawah

Total

31

N(%)

32

N(%)

33

N(%)

41

N(%)

42

N(%)

43

N(%) N(%)

Kelas 1 5 (41.67) 0 (0) 1 (8.33) 3(25) 2 (16.67) 1(8.33) 12(100)

Kelas 2 3 (42.86) 0 (0) 1 (14.29) 1 (14.29) 2 (28.57) 0 (0) 7 (100)

Kelas 3 9 (23.08) 4 (10.26) 2 (5.13) 17 (43.59) 6 (15.34) 1 (2.56) 39 (100)

Total 17 (29.31) 4 (6.89) 4 (6.89) 21 (36.21) 10 (17.24) 2 (3.45) 58(100)

31

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi anterior yang melakukan

perawatan saluran akar gigi di beberapa rumah sakit kota Makassar

Tabel 5.6 memperlihatkan distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi anterior yang

melakukan. perawatan saluran akar gigi di beberapa rumah sakit kota Makassar. Pada

tabel 5.6 menunjukkan bahwa kebanyakan pasien yang mengalami fraktur mahkota

gigi melakukan pencabutan gigi (ekstraksi) yaitu sebanyak 118 orang (52.45%).

Sedangkan pasien yang melakukan perawatan saluran akar gigi namun tidak selesai

sebanyak 43 orang (19.11%).

RS Kota Makassar

Perawatan Fraktur Gigi

Total Perawatan

saluran akar

hingga selesai

N(%)

Pencabutan

gigi (ekstraksi)

N(%)

Perawatan

saluran akar

tidak selesai

N(%)

RS Bhayangkara 20 (34.48) 32 (55.17) 6 (10.35) 58(100)

PPKGM 23 (31.09) 33 (44.59) 18 (24.32) 74(100)

RSUD Daya 12 (30.77) 17 (43.59) 10 (25.64) 39(100)

RS Angkatan Laut 9 (16.67) 36 (66.66) 9 (16.67) 54(100)

Total 64 (28.44) 118 (52.45) 43 (19.11) 225 (100)

32

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai frekuensi fraktur mahkota gigi anterior pada rentang usia 9-25

tahun di beberapa rumah sakit di kota Makassar telah dilakukan pada empat rumah

sakit. Rumah sakit yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu RS. Bhayangkara

di Jl.Mappaodang, Pusat Pelayanan Kesehatan Gigi & Mulut (PPKGM) di Jl. Lanto

Daeng Pasewang, Poli Gigi Rumah Sakit Umum Daerah Daya (RSUD Daya) di

Jl.Perintis Kemerdekaan dan Lembaga Kedokteran Gigi (LADOKGI) TNI AL Yos

Sudarso. Pada penelitian ini, sampel diambil berdasarkan jumlah kunjungann pasien

yang mengalami fraktur gigi pada kurun waktu 2010-2013 sesuai dengan kriteria

sampel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Teknik pengambilan data pada

penelitian ini adalah dengan teknik Total Sampling.

Tabel 5.1 memperlihatkan distribusi karakteristik subjek berdasarkan jumlah pasien

yang mengalami fraktur mahkota gigi yang berkunjung di beberapa rumah sakit kota

Makassar pada kurun waktu tahun 2010-2013. Secara keseluruhan jumlah pasien

yang berkunjung untuk melakukan perawatan pada gigi yang mengalami fraktur

sebanyak 225 pasien. Jumlah pasien terbanyak berkunjung di PPKGM sebanyak 74

orang. Hal ini disebabkan PPKGM merupakan pusat pelayanan yang khusus

melakukan perawatan kasus gigi dan mulut sehingga pasien memilih berkunjung di

PPKGM tersebut. Selain itu fasilitias yang dimiliki cukup memadai untuk dilakukan

perawatan terkait masalah kesehatan gigi dan mulut di masyarakat terutama pada

33

fraktur gigi yang mendorong pasien termotivasi yang dapat mempengaruhi perilaku

seseorang dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.30

Pada tabel 5.2 memperlihatkan frekuensi fraktur mahkota gigi di beberapa rumah

sakit kota Makassar berdasarkan jenis kelamin. Secara keseluruhan jumlah pasien

terbanyak berkunjung adalah pasein berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 163

orang dibandingkan dengan perempuan yaitu 62 orang. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ekaneyake dan Parendra (2006) terbukti bahwa

insidensi fraktur yang terjadi pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak

perempuan, baik pada periode gigi susu maupun permanen. Sekitar 68% dari seluruh

pasien fraktur pada kelompok usia 6-10 tahun adalah anak laki-laki, dan 55% adalah

anak perempuan. Rasio insidensi fraktur gigi pada anak laki-laki dan anak

perempuan adalah 3 : 2.3,12,16

Pada tabel 5.3 distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi di beberapa rumah sakit kota

Makassar berdasarkan usia. Secara keseluruhan dari rentang usia 9-25 tahun, jumlah

pasien terbanyak yang berkunjung yaitu sebanyak 92 orang pada usia antara 9-12

tahun. Sedangkan hanya 39 orang yang berkunjung pada usia antara 21-25 tahun.

Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut anak mempunyai kebebasan serta ruang

gerak yang cukup luas, sementara koordinasi dan penilaiannya tentang kondisi

berisiko belum cukup baik. Fraktur gigi merupakan salah satu dari tiga penyebab

utama kerusakan pada gigi setelah karies dan penyakit jaringan periodontal.3,5 Fraktur

pada gigi dapat terjadi pada segala usia.2,9,14 Frekuensi trauma cenderung meningkat

saat anak mulai merangkak, berdiri, belajar berjalan, dan biasanya berkaitan dengan

masih kurangnya koordinasi motorik. Salah satu periode rawan fraktur adalah pada

34

saat usia 2-5 tahun, karena pada usia ini anak belajar berjalan dan berlari. Prevalensi

trauma gigi yang terjadi pada anak usia di atas 5 tahun menunjukkan penurunan

disebabkan koordinasi motorik anak yang semakin membaik, namun terjadi

peningkatan kembali pada periode 8-12 tahun karena adanya peningkatan aktifitas

fisik.13,14,29

Pada Tabel 5.4, dan tabel 5.5 memperlihatkan distribusi frekuensi mahkota gigi

anterior baik rahang atas maupun rahang bawah di beberapa rumah sakit Kota

Makassar berdasarkan klasifikasi fraktur gigi Ellis & Davey. Berdasarkan pada

kedua tabel tersebut menunjukkan bahwa klasifikasi fraktur mahkota gigi menurut

Ellis & Davey yang paling banyak terjadi yaitu pada kelas 3 (fraktur yang melibatkan

email, dentin dan pulpa gigi) baik rahang atas maupun rahang bawah. Hal ini sesuai

dengan penelitian Ellis dan Davey yang dikutip dari Eva Fauzia dan Hendralin S

(2008) melaporkan 4251 anak sekolah di kota besar 4,2% memiliki fraktur

gigi anterior. Sementara Marcus dan Gutz (1973) dalam penelitiannya melaporkan

frekuensi yang lebih tinggi, sekitar 16% - 20%. Andreas Jo pada (1984)

melaporkan bahwa 18%-20% trauma pada gigi permanen muda, menyebabkan

fraktur mahkota dengan pulpa terbuka.3,14,15 Sweet (1995) memperkirakan bahwa

persentase tertinggi gigi geligi anterior terdapat pada rahang atas sekitar 90%.2,3,21

Berdasarkan data dari sebuah penelitian dilaporkan hampir 51% dan 46% trauma

melibatkan satu atau dua gigi, trauma yang melibatkan jaringan lunak dilaporkan

terjadi sekitar 14% dari kasus yang diteliti. Pada gigi permanen insidensi trauma

pada insisivus sentral kiri rahang atas sekitar 48%, diikuti dengan insisivus sentral

kanan rahang atas yaitu sekitar 44%. Fraktur mahkota merupakan trauma dental yang

35

paling sering terjadi baik pada gigi permanen maupun trauma pada gigi susu . Dari

248 kasus trauma gigi permanen, hanya 2,1% yang melibatkan email saja, 49,3%

fraktur melibatkan kerusakan email–dentin. Sekitar 34,5% dari fraktur enamel-

dentin melibatkan pulpa, 25% fraktur email dentin yang tidak melibatkan pulpa. 3,14,16

Pada tabel 5.4 dan tabel 5.5 menunjukkan pula bahwa gigi anterior yang paling

banyak mengalami fraktur mahkota adalah gigi incisivus sentralis kanan baik rahang

atas maupun rahang bawah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ekaneyake dan Parendra (2006) terbukti bahwa gigi yang sering mengalami

kerusakan akibat fraktur adalah gigi insisivus sentral rahang atas yaitu sekitar 73%,

sedangkan pada gigi insisivus sentral rahang bawah memiliki persentase sebesar

18%, 6% pada insisivus lateral rahang bawah, dan 3 % pada insisivus lateral rahang

atas. Gigi lain seperti gigi kaninus rahang atas maupun kaninus rahang bawah

memiliki persentase insidensi yang kecil. Insidensi trauma pada gigi insisivus

sentralis rahang atas merupakan salah satu penyebab bertambah besarnya overjet

pada gigi permanen anak.3,16

Peran status sosial ekonomi pada cedera traumatik gigi tampaknya tidak jelas, tetapi

beberapa laporan memberi kesan insiden yang lebih tinggi di antara remaja dari

keluarga dengan sosial ekonomi tinggi. Trauma gigi yang umum terjadi adalah

fraktur mahkota dari email dan dentin. Terdapat kecenderungan pada fraktur vertikal

lebih sering terjadi pada gigi posterior dengan prevalensi tertinggi pada premolar (

27,2 % sampai 60,4%) diikuti oleh geraham (13% sampai 25%) dan gigi insisivus

(5,6% sampai 22,6%).21,22,24,25

36

Fraktur gigi anterior dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Fraktur gigi

secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan

fraktur gigi secara tidak langsung terjadi ketika benturan yang mengenai dagu

menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan

atau tekanan besar dan tiba-tiba.13

Beberapa penyebab fraktur gigi yang paling sering terjadi pada periode usia 8-12

tahun adalah kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, skateboard, atau pada saat

berolahraga seperti olahraga beladiri, sepak bola, bola basket, lomba lari, sepatu

roda, dan berenang. Khusus untuk trauma yang terjadi secara langsung mengenai

gigi dapat disebabkan oleh aksi pengunyahan yang disebut fraktur spontan.

Fraktur spontan dapat terjadi sebagai akibat tekanan pengunyahan pada gigi

yang mengalami karies besar, sehingga gigi dapat retak atau patah pada waktu

menggigit benda yang keras. 20,21,22

Tabel 5.6 memperlihatkan distribusi frekuensi fraktur mahkota gigi anterior yang

melakukan. perawatan saluran akar gigi di beberapa rumah sakit kota Makassar.

Secara keseluruhan pasien yang mengalami fraktur mahkota gigi kebanyakan

melakukan pencabutan gigi yaitu sebanyak 118 orang (52.45%). Hal ini disebabkan

berdasarkan fenomena yang ada, terdapat banyak kasus fraktur pada gigi. Fraktur

gigi sering dianggap tidak ada harapan dan harus dicabut. Ketika terjadi kondisi

demikian maka perlu dilakukan perawatan untuk mempertahankan gigi geligi.

Namun pada kenyataannya, terdapat ketimpangan yang cukup besar terjadi

dikalangan masyarakat, dimana jumlah kasus trauma pada gigi cukup banyak tetapi

kunjungan perawatan saluran akar masih sangat rendah.7,16,19 Hal tersebut

37

dikarenakan kurangnya kesadaran serta pengetahuan masyarakat dalam

mempertahankan kondisi gigi yang mengalami trauma berkaitan dengan kemampuan

dokter gigi.16,21

38

BAB VII

PENUTUP

7.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa:

1. Jumlah pasien yang berkunjung untuk melakukan perawatan pada gigi yang

mengalami fraktur sebanyak 225 pasien. Jumlah pasien terbanyak berkunjung

adalah pasein berjenis kelamin laki-laki yaitu 163 orang dibandingkan dengan

perempuan yaitu 62 orang.

2. Frekuensi terjadinya fraktur gigi di beberapa rumah sakit di kota Makassar

pada tahun 2010-2013 berdasarkan usia menunjukkan jumlah pasien

terbanyak yang berkunjung yaitu sebanyak 92 orang (34.21%) pada rentang

usia 9-12 tahun..

3. Prevalensi terjadinya fraktur gigi di beberapa rumah sakit di kota Makassar

pada tahun 2010 hingga 2013 berdasarkan klasifikasi fraktur gigi Ellis &

Davey (1970) menunjukkan bahwa klasifikasi fraktur gigi menurut Ellis &

Davey yang paling banyak terjadi yaitu pada kelas 3 (fraktur yang melibatkan

email, dentin dan pulpa gigi) pada gigi anterior baik rahang atas maupun

rahang bawah.

4. Prevalensi perawatan saluran akar gigi akibat fraktur di beberapa rumah sakit

di kota Makassar pada kurun waktu tahun 2010-2013 menunjukkan bahwa

kebanyakan pasien yang mengalami fraktur mahkota gigi melakukan

pencabutan gigi.

viii

7.2 SARAN

Perlu dikembangkan lebih lanjut mengenai frekuensi fraktur mahkota gigi anterior

pada pasien rentang usia 9-25 tahun di beberapa rumah sakit di kota Makassar pada

kurun waktu tahun 2010-2013 dengan rentang waktu yang berbeda karena pada

penelitian ini, usia dan tahun yang diteliti masih terbatas dan belum mencakup

keseluruhan dari prevalensi yang ada.

ix

DAFTAR PUSTAKA

1. Sundoro EH. Serba-serbi ilmu konservasi gigi. Universitas Indonesia; 2005,

p.209-17

2. Grossman LI, Oliet S, Del Rio CE. Ilmu endodontic dalam praktek edisi 11.Alih

bahasa: Rafiah Abyono.EGC.1995, p. 303

3. Fauzia E. Hendralin S. Perawatan fraktur kelas tiga ellis Pada gigi tetap insisif

sentral atas . Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (2):169-174

4. Singh A. Endodontics. Clinical dentistr Mumbai . november 2012: 16-20

5. Samadi F, Jaiswal JN, Pandey S, et all. Restoration of fractured teeth using

thermoformed templates – A case report. Department of Pedodontics and

Preventive Dentistry 2008; 1(2):25-28

6. Nicholls E. Endodontics.. Bristol: jhon wright & sons LTD. 1967, p.242-55

7. Cohen S, Burns RC. Pathways of the pulp. Eight edition. Mosby. 2002, p.603-12

8. Franklin WS. Endodontic therapy Sixth edition. Mosby 2004, p.84-5

9. Agrawal A, Manwar NU, Chandak G.. Reattachnebt of anterior teeth fragments

with two different treatment techniques : report of two cases. International

journal of dental clinics 2011; 3(1):107

10. Jhonson WT. Color atlas of endodontics. W.B. saunders company. 1970, p.167-

72

11. Tsurmachi T, Matsumoto S, Kobayashi Y, et all. Esthetic and endodontic

management of a deep crown-root fracture of a maxillar central incisor. Journal

of oral science, October12,2012 : 54(4) : 359-62.

12. Morris J, Pendry L, Harker R. Children Dental Health in United Kingdom .

December 2004. p.12-8

13. Sadozai SRK, Ahmad MUD, Mehmood AR, et all. Etiology, pattern and

associated features of traumatic tooth fractures. Pakistan oral & dental journal,

December 2012 : 32(3) : 522

14. Tamse A. Vertical root fracture in endodontically treated teeth: diagnostic signs

and clinical management. 2006, p.84-94

x

15. Principle and practice of endodontics, Management of traumatized teeth. P.24-8

16. Ingle JI, Bakland LK. Endodontics fifth edition. BC Decker Hamilton: London

2002. P.795-8

17. Harty F.J. Endodonti klinis edisi 3. Alih bahasa : Lilian Yuwono. Hipokrates,

2002. p. 1

18. Kocadereli I, Tasman F, Guner SB. Combined endodontic-orthodontic and

prosthodontic treatment of fractured teeth. Case report. Australian dental journal

1998; 43(1):28-31

19. Torabinejad M, Walton RE. Endodontics Principles and Practice 4th Edition,

2002, p.108-9

20. Fractured/Broken teeth; united Concordia, insuring America’s dental health

21. Shivakumar A, Bardvalli SG. An alternative approach for re-attachment of the

fractured fragment - A case report.Journal In Contemporary Dentistry, March

2011; 2(2): 48-50

22. Loomba K, Loomba A, Bains R dkk. A proposal for classification of tooth

fractures based on treatment need. Journal of Oral Science, 2010; 52(4): 517-529,

23. Clokie C, Metcalf I, Holland A. Dental trauma in anaesthesia. CAN J

ANAESTH, 1989; 36(6):675-80

24. Aggarwal S, Chabbra A, Paul S, dkk. Treatment Of Mid Root Fracture: A Case

Report. Indian Journal of Dental Sciences. December 2012; 4(5):40-43

25. Galagali SR, Santosh K, Navaneeth.H, Srikanth C. Vertical Root Fractures:

Diagnosis and Management - A Review. International journal of dental clinics

2011:3(3):59-61

26. Spili P, Parashos P, Messer HH. The Impact of Instrument Fracture on Outcome

of Endodontic Treatment. The American Association of Endodontists,

December 2005:31(12): 845-50

27. Shafie L, Farzaneh F, Hashemipour MA. Repair of horizontal root fracture: A

case report. Iranian Endodontic Journal 2011;6(4):176-178.

28. Moule AJ, Kahler B. Diagnosis and management of teeth with vertical root

fractures. Australian Dental Journal 1999;44:(2):75-87.

xi

29. Andreasen, J.O., Andreasen, F.M., Bakland, L.K., Flores, M. T. Traumatic

dental injuries a manual. 2nd edition. Munksgaard : Blackwell Publishing

/Company. 2003.

30. Pusat pelayanan kesehatan gigi dan mulut PPKGM) Sul Sel, Pemerintah Prov

Sulsel Dinas Kesehatan

xii

RS. BHAYANGKARA

NO NAMA JK USIA

KLASIFIKASI

FRAKTUR GIGI PERAWATAN

1 Carolina perempuan 11 kelas 1 21 PSA

2 Andi Aiska perempuan 9 kelas 1 42 PSA

3 Annisa perempuan 20 kelas 3 31 PSA

4 Surya Hasanuddin laki-laki 24 kelas 3 22 PSA

5 swandi laki-laki 21 kelas 2 22 ekso

6 Sofyan Haris laki-laki 10 kelas 2 11 ekso

7 M. Akbar Tawakkal laki-laki 9 kelas 3 11 ekso

8 Dartini perempuan 9 kelas 3 12 ekso

9 Agustini perempuan 14 kelas 3 22 ekso

10 Abd Kadir laki-laki 18 kelas 1 11 PSA

11 Muh Yahya S laki-laki 21 kelas 2 41 PSA

12 Zayisa perempuan 12 kelas 1 21 ekso

13 Burhan laki-laki 12 kelas 3 32 ekso

14 Fatmini Nur perempuan 10 kelas 3 41 PSA tidak selesai

15 Akhyar laki-laki 19 kelas 3 42 PSA tidak selesai

16 Malik laki-laki 11 kelas 3 11 PSA tidak selesai

17 Abd Asiz laki-laki 11 kelas 1 11 PSA

18 Viti perempuan 9 kelas 3 11 ekso

19 Werdayanti perempuan 19 kelas 3 21 ekso

20 Hasmi perempuan 24 kelas 2 11 PSA tidak selesai

21 Andi Fitrah laki-laki 13 kelas 1 42 ekso

22 Wawan laki-laki 13 kelas 3 21 PSA

23 Nismawati perempuan 15 kelas 2 21 ekso

24 Randi laki-laki 9 kelas 3 41 ekso

25 Siti Aisyah perempuan 9 kelas 3 41 PSA tidak selesai

26 Putri Sariah perempuan 17 kelas 3 32 PSA

27 Megawati Nur perempuan 10 kelas 1 12 PSA

28 Rina Hayu perempuan 25 kelas 3 41 ekso

29 M Nurul perempuan 21 kelas 3 11 ekso

30 Martha perempuan 16 kelas 2 23 ekso

31 Adhi Hendrawan laki-laki 10 kelas 3 11 PSA

32 Ardiansyah laki-laki 21 kelas 3 22 PSA

33 Abdullah laki-laki 17 kelas 3 31 ekso

34 Ana Chaliten perempuan 11 kelas 2 11 ekso

35 Steven laki-laki 24 kelas 3 31 ekso

36 Innawati perempuan 14 kelas 2 11 ekso

xiii

37 Nabila Harun perempuan 25 kelas 3 41 PSA

38 Ahmad Sada laki-laki 12 kelas 3 11 ekso

39 Anto laki-laki 20 kelas 1 21 ekso

40 Evi R perempuan 16 kelas 1 21 ekso

41 Yahya laki-laki 12 kelas 3 22 ekso

42 Suriadi laki-laki 10 kelas 1 11 ekso

43 Yusri Asrianto laki-laki 25 kelas 3 42 PSA

44 Heranti perempuan 25 kelas 3 21 ekso

45 Verycia perempuan 11 kelas 2 12 PSA

46 Erna perempuan 11 kelas 1 11 PSA

47 Muh Aldi laki-laki 9 kelas 1 23 ekso

48 Abi Palimbu laki-laki 10 kelas 3 22 ekso

49 Sirajuddin laki-laki 20 kelas 2 21 PSA tidak selesai

50 Rahayu perempuan 21 kelas 2 11 ekso

51 Eva Bura perempuan 14 kelas 3 21 PSA

52 Darmawansyah laki-laki 9 kelas 3 42 PSA

53 Aswanto laki-laki 16 kelas 1 31 PSA

54 Agussalim laki-laki 22 kelas 1 11 PSA

55 Wahyuddin laki-laki 15 kelas 3 11 ekso

56 Andi Subhan laki-laki 22 kelas 3 12 ekso

57 Syahrir laki-laki 9 kelas 1 41 PSA tidak selesai

58 Muh Asri laki-laki 14 kelas 3 11 ekso

xiv

PPKGM

NO NAMA JK USIA KLASIFIKASI

FRAKTUR GIGI PERAWATAN

1 Nurmawati perempuan 11 kelas 2 33 ekso

2 Qiran perempuan 20 kelas 3 43 PSA tidak selesai

3

Muh

SahrirHerman laki-laki 19 kelas 3 31 ekso

4 Marthen laki-laki 9 kelas 1 11 PSA tidak selesai

5 Syam Surya laki-laki 16 kelas 3 21 PSA

6 Yohana perempuan 25 kelas 2 11 PSA tidak selesai

7 Muh Arsil laki-laki 25 kelas 3 11 PSA

8 Aditya laki-laki 21 kelas 1 13 ekso

9 Adila perempuan 12 kelas 1 12 PSA tidak selesai

10 Amelia Yuliati perempuan 14 kelas 1 11 ekso

11 Yizrel laki-laki 10 kelas 3 21 PSA

12 Agung laki-laki 11 kelas 3 13 ekso

13 Andi Nurcahaya perempuan 18 kelas 2 11 PSA

14 Abd Halim laki-laki 13 kelas 2 13 PSA

15 Haerunnisa perempuan 12 kelas 3 21 PSA tidak selesai

16 Feby Kusuma perempuan 25 kelas 1 12 PSA tidak selesai

17 Awal Aswar laki-laki 24 kelas 3 42 ekso

18 Abd Syukur laki-laki 10 kelas 3 23 ekso

19 Laode Abmuhadi laki-laki 10 kelas 3 22 PSA tidak selesai

20 Elvinus laki-laki 9 kelas 3 11 PSA

21 Antonius laki-laki 11 kelas 1 21 PSA

22 Nur Fitriani perempuan 21 kelas 3 12 PSA

23 Gunawan laki-laki 21 kelas 2 21 PSA

24 Yudi laki-laki 9 kelas 2 31 ekso

25 Tri Syamsul laki-laki 11 kelas 3 31 ekso

26 Fitri Damayanti perempuan 11 kelas 1 12 PSA tidak selesai

27 Abd Syukur laki-laki 20 kelas 3 42 PSA tidak selesai

28 Kartini perempuan 15 kelas 3 11 ekso

29 Ramadhan laki-laki 15 kelas 3 13 PSA

30 Reza Anugrah perempuan 15 kelas 1 21 PSA

31 Qiran laki-laki 16 kelas 3 22 ekso

32 Abd Mutakdir laki-laki 19 kelas 2 21 ekso

33 Yohana laki-laki 9 kelas 1 31 ekso

34 Suitanus Kante laki-laki 9 kelas 1 33 ekso

35 Waode Polle laki-laki 17 kelas 1 43 ekso

xv

36 Abd Rauf S laki-laki 16 kelas 3 22 ekso

37 Amrullah laki-laki 16 kelas 3 31 ekso

38 Dwi Indah perempuan 20 kelas 3 41 PSA tidak selesai

39 Faiz laki-laki 15 kelas 2 11 PSA tidak selesai

40 Sry Wahyuni perempuan 11 kelas 3 11 PSA

41 Hijriah perempuan 11 kelas 1 21 PSA

42 Suleman laki-laki 10 kelas 2 11 PSA tidak selesai

43 Haeruddin laki-laki 21 kelas 3 12 PSA

44 Syifa perempuan 23 kelas 3 21 ekso

45 Sugiarto laki-laki 10 kelas 2 21 ekso

46 Handoyo laki-laki 12 kelas 2 21 ekso

47 Darwis laki-laki 23 kelas 2 11 PSA

48 Abbas Ali laki-laki 11 kelas 3 33 ekso

49 Rafi laki-laki 23 kelas 3 42 PSA tidak selesai

50 Paulus K laki-laki 9 kelas 3 11 ekso

51 Agus Balman laki-laki 22 kelas 2 11 PSA

52 Ferianto laki-laki 15 kelas 3 21 PSA

53 Farid Krisdianto laki-laki 14 kelas 3 23 ekso

54 Nasrul laki-laki 15 kelas 3 41 PSA tidak selesai

55 Firman Ansari laki-laki 10 kelas 2 11 ekso

56 Agung Tri Irawan laki-laki 10 kelas 2 21 ekso

57 Arisandi laki-laki 21 kelas 2 21 ekso

58 Yogi laki-laki 14 kelas 3 21 PSA

59 Hasdi laki-laki 10 kelas 2 21 ekso

60 Nirgianto laki-laki 14 kelas 3 23 PSA tidak selesai

61 Suherman laki-laki 11 kelas 2 31 ekso

62 Abd Hamid laki-laki 16 kelas 3 41 PSA tidak selesai

63 Muh Isra laki-laki 13 kelas 3 11 PSA

64 Arfansyah laki-laki 25 kelas 1 21 PSA

65 Muh Rusli laki-laki 12 kelas 2 21 PSA

66 Muh Fajrin laki-laki 16 kelas 1 22 PSA

67 Budi L laki-laki 13 kelas 3 21 ekso

68 Yaya R laki-laki 12 kelas 3 11 ekso

69 Ahmad Lili laki-laki 15 kelas 3 11 ekso

70 Basri Ali laki-laki 10 kelas 3 22 PSA

71 Mario Ariesta laki-laki 11 kelas 1 11 PSA tidak selesai

72 Surman laki-laki 24 kelas 1 31 PSA tidak selesai

73 Rahmat Abidin laki-laki 16 kelas 3 22 ekso

74 Supriadi laki-laki 9 kelas 3 21 ekso

xvi

POLI GIGI RSUD DAYA

NO NAMA JK USIA KLASIFIKASI

FRAKTUR GIGI PERAWATAN

1 Ifa Latifa perempuan 10 kelas 2 21 PSA

2 Dede Mahendra laki-laki 16 kelas 1 31 PSA tidak selesai

3 Carolina perempuan 19 kelas 3 33 PSA tidak selesai

4 Jahadi laki-laki 24 kelas 3 22 ekso

5 Akbarullah laki-laki 12 kelas 3 22 ekso

6 Baharuddin laki-laki 19 kelas 2 42 ekso

7 Dina Risna perempuan 17 kelas 2 21 ekso

8 Hasbullah laki-laki 17 kelas 1 11 PSA tidak selesai

9 Muh Akbar laki-laki 11 kelas 3 12 ekso

10 Adelina perempuan 12 kelas 3 11 PSA

11 Zulfikar laki-laki 9 kelas 1 22 PSA

12 Handoyo laki-laki 10 kelas 3 21 PSA

13 Nasrul Anwar laki-laki 20 kelas 3 21 ekso

14 Budi Leksono laki-laki 19 kelas 1 22 PSA tidak selesai

15 Rian Rajidin laki-laki 16 kelas 3 12 ekso

16 Nadrawiah perempuan 9 kelas 3 31 PSA tidak selesai

17 Ernawati perempuan 12 kelas 3 11 PSA tidak selesai

18 Dinda perempuan 18 kelas 3 21 ekso

19 Syamsul Kamal laki-laki 19 kelas 3 32 PSA tidak selesai

20 A. Fitrah laki-laki 20 kelas 1 11 PSA tidak selesai

21 Reza N laki-laki 20 kelas 3 31 PSA

22 Muh Iqra laki-laki 17 kelas 2 11 PSA

23 A. Taufiq laki-laki 19 kelas 1 31 PSA tidak selesai

24 Asmira perempuan 10 kelas 3 22 PSA

25 Yunidah perempuan 19 kelas 3 32 PSA

26 Sofiah J perempuan 11 kelas 3 11 ekso

27 Eril laki-laki 19 kelas 2 11 ekso

28 Ratnawati perempuan 12 kelas 3 11 PSA

29 Ramzi laki-laki 12 kelas 3 21 ekso

30 Suwandi laki-laki 17 kelas 1 13 ekso

31 Fuad laki-laki 20 kelas 1 12 PSA

32 Asiz B laki-laki 19 kelas 2 21 PSA

33

A. Zakiah

Zainuddin perempuan 9 kelas 2 12

ekso

xvii

34 Putri Gabriel perempuan 10 kelas 2 21 ekso

35 Suhadi laki-laki 10 kelas 1 21 ekso

36 Alifka perempuan 18 kelas 3 12 PSA tidak selesai

37 Ismail laki-laki 15 kelas 3 11 PSA

38 Irwan Nus laki-laki 12 kelas 2 12 ekso

39 Arisandi laki-laki 12 kelas 2 11 ekso

LEMBAGA KEDOKTERAN GIGI (LADOKGI) TNI AL YOS SUDARSO

NO NAMA JK USIA KLASIFIKASI

FRAKTUR GIGI PERAWATAN

1 Ahmad laki-laki 12 kelas 3 13 PSA tidak selesai

2 Muh Fadel laki-laki 25 kelas 3 22 ekso

3 Puput N perempuan 9 kelas 2 21 ekso

4 Muh Said laki-laki 25 kelas 3 21 PSA

5 Yakob T laki-laki 21 kelas 1 21 ekso

6 Syukri laki-laki 10 kelas 3 21 ekso

7 M Ersandi laki-laki 10 kelas 3 21 ekso

8 Marina Baan perempuan 23 kelas 3 13 ekso

9 Abraham laki-laki 16 kelas 3 21 PSA tidak selesai

10 Moch Arif Budi laki-laki 10 kelas 2 11 ekso

11 Anggi Nur perempuan 20 kelas 1 41 ekso

12 Nur Fitriani perempuan 15 kelas 3 22 ekso

13

Hendra

Aripurna laki-laki 17 kelas 3 11

ekso

14 Gasfar Nusa laki-laki 10 kelas 3 21 ekso

15 Abd Rifal laki-laki 19 kelas 2 11 PSA tidak selesai

16 Al-Ghozali laki-laki 22 kelas 3 11 ekso

17 Suriyanto laki-laki 11 kelas 3 21 ekso

18

Muh Yamin

Yusuf laki-laki 11 kelas 1 21

ekso

19 Abd Rasyid laki-laki 18 kelas 1 41 ekso

20 Wahyu P laki-laki 12 kelas 3 12 ekso

21 Ketut Darsa laki-laki 18 kelas 3 11 PSA

22 M Said laki-laki 13 kelas 3 21 ekso

23 Wirsandi laki-laki 9 kelas 3 11 ekso

24 Fadel laki-laki 9 kelas 3 21 ekso

25 Mahyuddin laki-laki 22 kelas 3 21 PSA

26 Inaya Husnin laki-laki 25 kelas 1 21 PSA

xviii

27 Yacob laki-laki 11 kelas 3 21 ekso

28 Khalik Riadi laki-laki 20 kelas 3 21 PSA tidak selesai

29 Lingga laki-laki 11 kelas 3 11 ekso

30 Yusuf N laki-laki 19 kelas 1 21 ekso

31 Mubarak laki-laki 14 kelas 3 21 ekso

32 Emir Salihan laki-laki 19 kelas 3 21 PSA

33 Muhammadi laki-laki 20 kelas 3 21 ekso

34 Nadir Hossain laki-laki 14 kelas 2 31 ekso

35 Aisyah perempuan 16 kelas 2 21 ekso

36 Djunda laki-laki 18 kelas 3 21 ekso

37 Syahrir laki-laki 19 kelas 3 21 PSA

38 Jiyanto laki-laki 18 kelas 3 21 PSA tidak selesai

39 Indrawan laki-laki 15 kelas 1 11 ekso

40 Muh Aidil laki-laki 15 kelas 3 11 ekso

41 Rezky perempuan 13 kelas 2 42 PSA tidak selesai

42 Adly laki-laki 20 kelas 3 13 PSA tidak selesai

43 Triadi Rianggi laki-laki 22 kelas 2 11 PSA

44

Atillah

Islamuddin laki-laki 20 kelas 3 11

PSA

45 Muh Arsyad laki-laki 10 kelas 3 11 PSA tidak selesai

46 A.M. Iqbal laki-laki 18 kelas 2 21 ekso

47 Habib Syeral laki-laki 18 kelas 3 21 ekso

48 Basri Ali laki-laki 21 kelas 1 12 ekso

49 Kasim laki-laki 17 kelas 3 21 ekso

50 Faid Fdias laki-laki 9 kelas 3 11 ekso

51 A. Arfan. A laki-laki 22 kelas 3 22 PSA

52 Aditya laki-laki 11 kelas 2 11 PSA tidak selesai

53 Muh Jafar laki-laki 10 kelas 1 11 ekso

54 Ibnu Syahman laki-laki 12 kelas 3 22 ekso

SURAT PERNYATAAN

xix

Dengan ini menyatakan mahasiswa yang tercantum dibawah ini :

Nama : Musdalifa Kasyruddin

Nim : J 111 10 289

Judul Skripsi : Frekuensi Fraktur Mahkota Gigi Anterior pada Usia 9-25

Tahun di beberapa Rumah Sakit Kota Makassar

Menyatakan Bahwa Judul Skripsi yang diajukan adalah judul yang baru dan tidak

terdapat di Perpustakaan Kedokteran Gigi Unhas

Makassar, 24 Oktober 20014

Staf. Perpustakaan FKG-UH

NURAEDA, S. Sos