fokari vol1no1juli2012 08. titik mudjiastuti
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
1/17
112
STRATEGI PENGEMBANGAN MOCAF (Modified Cassava
Flour) DALAM PENINGKATAN DIVERSIFIKASI PANGAN DAN
EKONOMI LOKAL( Suatu Studi pada Industri kecil produksi Mokaf di Desa Tegalan Kecamatan
Kandat Kabupaten Kediri )
ABSTRACT
TITIK MUDJIASTUTI
MOCAF (Modified Casssava Flour), a derivative product from cassava flour that uses theprinciple of modifying of cassava cells by fermentation, is a new innovation that is expected to replacethe role of imported wheat flour. MOCAF flour has good prospects to be
developed in Indonesia, viewed from the availability of abundant raw materials, the priceof flour MOCAF relatively less expensive, and the local market is highly prospective becauseso many food industries that use flour as the main ingredients.The purpose of this study were:1. To determine the level of recognition and understanding of MOCAF.2. To determine the management of quality and cheap MOCAF.3. To analyze the limiting factors and opportunities in MOCAF development strategy in the
improvement of food diversification and improvement of the local economy.The object of this research is the owner and employees of small industry in
the processing MOCAF in Tegalan Village of Kandat Subdistrict moor, Kediri Regency and severalsurrounding communities. Types of research used in this study is theexplanation, the study attempted to explain the causal relationship and see the problems thatoccur with the type of qualitative research approaches.
Conclusions from the discussion of the study were :1. Knowledge / informationprocessing MOCAF in society dominated by patmouth or internal (siblin
gs, friends).2. Management MOCAF done the right way will produce MOCAF quality, with almost the same
characteristics with wheat flour.Inhibiting factors and opportunities, overcome by a strategy that prioritized the revitalization
of education institutions and improving coordination among relevant agencies and developpartnerships between entrepreneurs and farmers.
PENDAHULUAN
Berdasarkan data AsosiasiProdusen Terigu Indonesia (Aptindo)kebutuhan konsumsi terigu nasional
pada tahun 2004 mencapai 3.334.108ton, dengan tingkat pertumbuhanmencapai 6 %. Dengan angka
pertumbuhan ini, maka pada tahun 2007kebutuhan terigu meningkat sampai3.700.000 ton., dan diperkirakanmencapai 10.000.000 ton pada tahun2012. Dari konsumsi ini, 65 % adalah
pasar Usaha Kecil dan Menengah,
dengan penggunaan terbesar untukproduk mie.
Tepung MOCAF memiliki prospek
pengembangan yang bagus untukdikembangkan di Indonesia, khususnyaKabupaten Kediri, pertama dilihat dariketersediaan ubi kayu yang berlimpahsehingga kemungkinan kelangkaan
produk dapat dihindari karena tidaktergantung dari impor seperti gandum.
Kedua yaitu harga harga tepungMOCAF relatif lebih murah dibandingdengan harga tepung terigu maupuntepung beras, sehingga biaya pembuatan
produk dapat lebih rendah. HargaMOCAF di pasaran Rp.5500,-/kg
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
2/17
113
sedangkan terigu Rp. 7000,; /kg danyang ketiga adalah pasar lokalnya sangat
prospektif karena begitu banyak industrimakanan yang menggunakan bahan bakutepung. Dengan demikian lahirnyateknologi produksi tepung singkongmodifikasi ( MOCAF ) akan bermanfaat
bagi industri pengolahan makanannasional sebagai diversifikasi pangan
berbahan local, selain itu diharapkan
membuka peluang bisnis besar yang bisameningkatkan ekonomi local.
Oleh karena itu, untuk memenuhikecukupan gizi dan ketersediaan bahan-
bahan pangan tersebut. Salah satu caradengan mengembangkan budaya makan/ konsumsi makanan pokok berbasistepung non beras, yang memilikimanfaat tak kalah positip dari berassebagai sumber karbohidrat.
Kandungan Kalori dan Gizi beberapa produk berbahan ubi kayu setiap 100 g
Bahan Energi(kcal)
Protein(g)
Besi(mg)
Vitamin A(mg)
Tiamin(mg)
Niacin(mg)
Vitamin C(mg)
Air(%)
Serat(g)
Umbi segar 153 0.7 1.0 - 0.07 0.7 30 60 1.0
Tepung(umbi kering)
342 1.5 2.0 - 0.04 0.8 0 12 1.5
Daun segar 91 7.0 7.6 2000 0.25 2.4 311 70 4.0
Daun kering 194 32.5 8.0 - - - - 27 -
Disamping itu, tanaman ubi kayu(singkong) sendiri di Kabupaten Kediri
juga sangat tinggi dan hampir menyebardi seluruh kecamatan se-kabupaten
Kediri.Berdasarkan data dan potensi Ubi
Kayu sebagai bahan pangan, sertaasumsi maupun data-data diatas, makadapat diperkirakan kemampuan dankebutuhan ubi kayu sebagai penguat dandiversifikasi pangan dalam mendukungketahanan pangan sangat tinggi. Makadalam penulisan Tesis ini, penelititertarik untuk melakukan penelitiandengan judul Strategi PengembanganMOCAF (Modified Cassava Flour)Dalam Peningkatan Diversifikasi Pangandan Ekonomi Lokal .
Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas,
maka permasalahan yang akan dikajidalam penelitian ini adalah :1.Sejauhmana masyarakat mengenal
dan memahami MOCAF ?.
2.Bagaimana Pengelolaan MOCAFyang bermutu dan murah ?.
3.Sejauhmana Strategi PengembanganMOCAF dalam PeningkatanDiversifikasi Pangan danmeningkatkan Ekonomi Lokal ?
Tujuan PenelitianSesuai dengan rumusan masalah di atas,maka tujuan peneitian ini adalah sebagai
berikut :1. Untuk mengetahui tingkat
pengenalan dan pemahamanmasyarakat Kabupaten Kediriterhadap MOCAF.
2. Untuk mengetahui pengelolaanMOCAF yang bermutu dan Murah.
3. Untuk menganalisa faktor-faktorpenghambat maupun peluang dalamStrategi Pengembangan MOCAFdalam Peningkatan DiversifikasiPangan dan Peningkatan EkonomiLokal.
Kegunaan Penelitian
Setelah mengetahui dari hasil penelitian,maka diharapkan penelitian ini
bermanfaat untuk :
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
3/17
114
1. Bahan pertimbangan / informasi bagiMasyarakat dalam Pengelolaan
Mocaf yang bermutu dan murah.2. Bahan Pertimbangan / Informasi
untuk mengambil keputusan /kebijakan dalam pencarian alternatifsumber pangan baru dalam
peningkatan ketahanan pangan danalternatif peningkatan ekonomi lokal.
3. Menjadi masukan atau referensi bagipeneliti selanjutnya yang relevan.
METODE PENELITIANWaktu dan Lokasi Penelitian
Berdasarkan rencana kegiatan daripersiapan sampai dengan laporan hasilpenelitian ini diperkirakan selama 4(empat) bulan, yaitu pada pertengahanminggu terakhir bulan September 2011.Adapun lokasi penelitian ini berada padaIndustri kecil Pengelolaan Mocaf diDesa Tegalan Kecamatan KandatKabupaten Kediri.
Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penjelasan(eksplanatory), yaitu penelitian yang
berusaha menjelaskan hubungan kausalserta melihat permasalahan yang terjadidan menguji hipotesa yang telahdirumuskan sebelumnya (Singarimbun,1987) dengan pendekatan jenis
penelitian kualitatif.
Populasi dan Teknik Pengambilan
SampelMenurut Suharsini Arikunto
(1992) menyebutkan bahwa populasiadalah keseluruhan subyek penelitian.Jadi di dalam suatu penelitian padahakekatnya tidak selalu untuk menelitisemua individu di dalam suatu populasi,karena akan memakan waktu, tenaga dan
biaya yang besar. Meneliti sebagian daripopulasi diharapkan dapat
menggambarkan hasil yangsesungguhnya dari populasi. Oleh karena
itu diperlukan pengklasifikasian terhadapunit analisa dari populasi tersebutmelalui sample, yaitu sebagian atauwakil dari populasi yang diteliti.Semakin banyak sample atau semakin
besar persentase sample dari populasi,hasil penelitian akan semakin baik.
Berpijak dari uraian diatas dapatdipahami bahwa tidak ada ketentuanyang pasti jumlah yang sebaiknyadiambil dari suatu populasi.
Adapun populasi dalam penelitianini adalah Pemilik dan seluruh stafkaryawan Industri kecil pengelolaanMocaf yang berada di Desa TegalanKecamatan kandat kabupaten Kediriserta beberapa masyarakat sekitarnya.
Sedangkan sample adalah bagiandari jumlah dan karakteristik yangdimiliki oleh populasi tersebut(Sugiyono, 1992). Selanjutnya AgusIrianto (1989) menyebutkan sampleadalah himpunan bagian dan pengukuranyang dipilih dari populasi yang menarik
perhatian.Menurut Mantra dan Kastra, dalam
Singarimbun (1985) menyatakan :besarnya sample tidak boleh kurang dari10 % dan ada pula peneliti lain yangmengatakan bahwa besarnya sampleminimal 5% dari jumlah satuanelementer (Elementry unit) dari populasi.
Adapun sample terhadapmasyarakat sekitar dalam penelitian inisangat flesibel sampai adanya gambaranyang cukup terhadap permasalahan yangdikaji. Dengan pertimbangan jumlahtersebut cukup representative dalam artisemua ciri-ciri atau karakteristik yangada pada populasi dapat terwakili.
Teknik Pengumpulan DataUntuk memperoleh data tentang
Strategi Pengembangan MOCAF(Modified Cassava Flour) dalam
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
4/17
115
peningkatan Diversifikasi Pangan danEkonomi lokal digunakan metode
pengumpulan data dengan kuesioner,wawancara, dokumentasi dan
pengamatan.
PEMBAHASANGambaran Lokasi Penelitian
Kabupaten Kediri seringdiidentikkan dengan kota Kediri yangsangat identik dengan tahu takwa danrokok Gudang Garam, hal itu tidaksepenuhnya salah namun kurang tepat.Kota Kediri merupakan ibukota dariPemerintah Kota Kediri sedangkanKabupaten Kediri hingga sekarang
belum memiliki ibukota yang definitif.Adapun kota Pare yang merupakan kotaterbesar di Kabupaten Kediri hanyalahmerupakan kota binaan dalam rangka
pelaksanaan perlombaan Adipura di eraOrde Baru yang lalu. Untuk lebihmengetahui gambaran umum keadaan
Kabupaten Kediri dapat disimak padauraian berikut ini.
1. Sejarah Singkat Kabupaten
Kediri
Kabupaten Kediri secara formaldibentuk berdasarkan Undang-undang
Nomor 12 Tahun 1950 tentangPembentukan Daerah-daerah Kabupatendalam lingkungan Propinsi Jawa Timur,namun secara historis Kediri memiliki
sejarah panjang yang setidaknya dapatditelusuri sejak tahun 804 Masehi.
Beberapa pihak berpendapatbahwa nama Kediri berasal dari katakedi yang artinya mandul atau wanitayang tidak berdatang bulan. Menurutkamus Jawa kuno Wojowasito kedi
berarti orang kebiri, bidan atau dukun.Hal itu sejalan dengan salah satu lakonWayang Purwo, dimana Raden Arjuno(Panengah Pandowo) pernah
mempunyai guru tari dari NegaraWiratha yang bernama Kedi Wrakatnolo.
Nama Kediri banyak pulaterdapat pada kesusasteraan kuno yang
berbahasa Jawa kuno seperti: KitabSamaradhana, Pararaton,
Negarakertagama, dan Kitab CalonArang. Demikian pula ada beberapa
prasasti yang menyebutkan nama Kediriseperti:- Prasasti Ceker tertulis tahun 1107
Saka yang terletak di desa Cekersekarang bernama Desa SukoanyarKecamatan Mojo Kabupaten Kediri.Di dalam prasasti ini menyebutkan,
karena penduduk Ceker berjasakepada raja maka merekamemperoleh hadiah tanah perdikan.Dalam prasasti itu tertulis Sri
Maharaja Mansuk Ri Siminaninaring
Bhumi Kadiri yang berarti bahwaraja telah kembali ke wismanya atauharapannya di bumi Kadiri.
- Prasasti Kamulan di Desa KamolanKabupaten Trenggalek tertulis tahun1116 Saka tepatnya menurut Damaistanggal 31 Agustus 1194 Masehi.Pada prasasti itu juga menyebutkannama Kediri, yang diserang oleh rajadari kerajaan sebelah Timur. Didalam prasasti itu tertulis Aka NiSatru Wadwa Kala Sang Purnomo,dan Tatkala Nin Kentar sangkeKadetwa Ring Katagkatang Deni Nki
Mair Yatik Kaprabuan Sri Maharaja
Siniwi Ring Bhumi Kadiri, yang
artinya antara lain Rajameninggalkan istananya diKatangkatang.
Menurut MM SukartoKartoadmojo, bahwa hari jadi Kedirimuncul pertama kalinya bersumber daritiga buah prasasti Harinjing A, B dan C.
Namun ia berpendapat, hari jadi Kediriyang paling tepat apabila didasarkan
pada prasasti Harinjing A yang usianyalebih tua atau tepatnya pada tanggal 25
Maret 804 dibanding usia kedua prasastiB dan C yang bertanggal 7 Juni 1015.
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
5/17
116
Konon pada tanggal 25 Maret 804,Bagawanta Bhari memperoleh anugerah
tanah perdikan dari Rake Layang DyahTulodong atas jasanya membangun
bendungan saluran air di sungaiHarinjing sehingga bisa dimanfaatkanuntuk pengairan sawah milik masyarakatdisekitarnya. Kediri semula merupakan
perkampungan kecil, lalu berkembangmenjadi Kerajaan Panjalu yang besardan memiliki pengaruh yang kuat pada
perjalanan sejarah kerajaan-kerajaanbesar di Tanah Jawa.
Pada akhirnya dengan SuratKeputusan Bupati Kepala DaerahTingkat II Kediri Nomor 82 Tahun 1985tentang Penetapan Hari Jadi Kediri, yangditerbitkan pada tanggal 22 Januari 1985menetapkan secara resmi bahwa tanggal25 Maret 804 adalah merupakan hari jadiKediri.
2. Kondisi Wilayah
Kabupaten Kediri merupakanbagian dari Propinsi Jawa Timur yangmemiliki luas wilayah sebesar 1.386,05km2 atau 138.605 hektar dan secarageografis terletak diantara 703612sampai dengan 80032 Lintang Selatan,dan antara 1110475 sampai dengan1120820 Bujur Timur dengan batas-
batas wilayah administratif di sebelahtimur Kabupaten Jombang dan Malang,sebelah selatan Kabupaten Blitar dan
Tulungagung, sebelah barat KabupatenTulungagung dan Nganjuk, serta sebelahutara Kabupaten Jombang dan Nganjuk.Adapun di tengah-tengah wilayahKabupaten Kediri atau tepatnya di kotaKediri terdapat Daerah Otonom yaituKota Kediri.
Kabupaten Kediri merupakanwilayah dengan topografi yang berupa
pegunungan, perbukitan dan dataranrendah, letak ketinggian tempat
umumnya berada pada ketinggian antara25 meter sampai 2.300 meter di atas
permukaan laut (dpl). Berdasarkantopografi Kabupaten Kediri dapat dibagi
menjadi 4 (empat) golongan, yaitu:1) Ketinggian 0 meter 100 meter
membentang seluas 32, 45% dariluas wilayah Kabupaten Kediri;
2) Ketinggian di atas 100 meter 500meter dpl membentang seluas53,83% dari luas Kabupaten Kediri;
3) Ketinggian di atas 500 meter 1.000meter dpl membentang seluas 9,98%dari luas Kabupaten Kediri;
4) Ketinggian di ats 1.000 meter dplmembentang seluas 3,73% dari luasKabupaten Kediri.
Kemiringan tanah rata-rata diKabupaten Kediri dapat dibagi 4 (empat)kelas, yaitu:1) Tanah datar dengan kemiringan
antara 0% - 2% seluas 68,66% dariluas Kabupaten Kediri;
2) Tanah agak miring dengankemiringan di atas 2% - 15% seluas21,13% dari luas Kabupaten Kediri;
3) Tanah kemiringan di atas 15% - 40%seluas 6,33% dari luas KabupatenKediri;
4) Tanah terjal dengan kemiringan diatas 40% seluas 13,88% dari luasKabupaten Kediri.
Ditinjau dari jenis tanahnya,Kabupaten Kediri dapat dibagi menjadi 5(lima) golongan, yaitu:1) Regosol coklat kelabuan seluas
77.397 hektar atau 55,84%,merupakan jenis tanah yang sebagianbesar ada di Kabupaten Kediri,tersebar di Kecamatan Kepung,Puncu, Ngancar, Plosoklaten, Wates,Gurah, Pare, Kandangan, Kandat,Kras, Ringinrejo, Papar, Purwoasri,Pagu, Plemahan, Kunjang, danGampengrejo;
2) Aluvial kelabu coklat seluas 28.178ha. atau 20,33% merupakan tanah
yang tersebar di KecamatanNgadiluwih, Kras, Semen, Mojo,
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
6/17
117
Grogol, Papar, Tarokan, danKandangan;
3) Andosol coklat kuning, Regosolcoklat kuning, Litosol seluas 4.408ha. atau 3%, dijumpai di ketinggiandi atas 1.000 dpl seperti diKecamatan Kandangan, Grogol,Semen, dan Mojo;
4) Mideteran coklat di KecamatanMojo, Semen, Grogol, Tarokan,Banyaan, Plemahan, Pare, danKunjang.
Wilayah Kabupaten Kediri diapit
oleh dua gunung yang berbeda sifatnya,yaitu Gunung Kelut di sebelah Timuryang bersifat vulkanik dan Gunung Wilisdi sebelah Barat yang bersifat nonvulkanik, sedangkan tepat di bagiantengah wilayah Kabupaten Kedirimelintas aliran sungai Brantas yangmembelah wilayah Kabupaten Kedirimenjadi dua bagian, yaitu bagian Baratsungai Brantas dan bagaian Timursungai Brantas. Karateristik wilayahKabupaten Kediri menurut kondisigeologi dibagi menjadi 3 (tiga) daerah,yaitu:1) Bagian Barat Sungai Brantas,
merupakan perbukitan lerengGunung Wilis dan Gunung Klotok,sebagaian besar merupakan daerahyang kurang subur;
2) Bagian tengah, merupakan dataranrendah yang sangat subur, berkat
adanya aliran sungai Brantas;3) Bagian Timur, merupakanperbukitan yang membentang dariGunung Argowayang di bagianUtara dan Gunung Kelut di bagianSelatan.
Pola penyusunan lahan diKabupaten Kediri antara lain meliputiareal persawahan seluas 47.951 hektar(34,69%) dan areal tanah kering seluas90.654 hektar (65,41%). Dari kondisi
lahan kering ternyata didominasi untukperumahan dan tegal. Adapun rincian
detail pola penggunan lahan sebagaiberikut:
1) Tanah Sawah :a)Sawah teknis seluas : 35.157 ha(25,36%)
b) Sawah setengah teknis seluas :3.255 ha (2,36%)
c)Sawah sederhana seluas : 8.306ha (5,99%)
d)Sawah tadah hujan : 1.233 ha(0,89%)
2) Tanah Kering :a)Perkarangan dan bangunan seluas
: 30.446 ha (21,97%)b)Tegal dan kebun seluas : 27.891
ha (20,97%)c)Hutan negara seluas : 16.964 ha
(12,24%)d)Perkebunan rakyat seluas : 9.755
ha (7,04%)e)Hutan kayu seluas : 90 ha
(0,06%)f) Kolam/empang seluas : 24 ha
(0,02%)g)Lain-lain : 5.484 ha (3,96%)Kabupaten Kediri termasuk
beriklim tropis dengan curah hujanantara 1.500 mm 2.500 mm setiaptahun dengan suhu udara antara 28o C 31o C, memiliki perairan umum berupasungai dan bendungan. Kecamatan-kecamatan yang curah hujannya rendah(1.500 mm 2.000 mm) umumnya
terletak di sebelah barat sungai Brantas,sedangkan kecamatan yang terletak ditimur sungai Brantas mempunyai curahhujan yang lebih tinggi (2.000 mm 2.500 mm), seperti KecamatanKandangan, Kepung dan Puncu.
Dari wilayah sebelah timurKabupaten Kediri (wilayah sekitargunung Kelud), cukup banyak sungai-sungai kecil yang mengalir menujusungai Brantas dan dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk kebutuhan sehari-haridan pengairan sawah/irigasi. Apabila
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
7/17
118
dilihat dari segi hidrologi dan potensi airtanah, Kabupaten Kediri dilewati
beberapa sungai antara lain:1) Sungai yang mengalir dari Timur ke
Barat yaitu: sungai Bendo Mungal,Bendo Krasak, Konto, Srinjing, dansungai Termas Baru.
2) Sungai yang mengalir dari Barat keTimur yaitu: sungai Gunting, Bruno,Kanyoran, dan sungai Kedak.
3. Administrasi Pemerintahan
Guna memperlancar dalammenjalankan program pemerintahan danseiring berlakunya Undang-Undang
Nomor 22 dan 25 Tahun 1999,Pemerintah Kabupaten Kediri telahmelaksanakan perombakan di bidangorganisasi dan tata kerja PemerintahDaerah yang mulai berlaku secara efektif
pada tahun 2001. Secara administratifKabupaten Kediri dibagi atas 4 wilayahkerja Koordinator Kecamatan (sebelum
berlakunya UU No. 22 Tahun 2000 danPerda No. 18 Tahun 2000 disebutPembantu Bupati/Kawedanan), 26Kecamatan, 343 Desa, 1 Kelurahan, dan2.811 Rukun Warga, serta 8.954 RukunTetangga. Adapun KoordinatorKecamatan dan masing-masingKecamatan terinci sebagai berikut :1) Koordinator Kecamatan di Pare,
mengkoordinir Kecamatan Pare,
Gurah, Plosoklaten, Kandangan,Kepung, dan Kecamatan Puncu;2) Koordinator Kecamatan di Papar,
mengkoordinir Kecamatan Papar,Purwoasri, Pagu, Plemahan, danKecamatan Kunjang;
3) Koordinator Kecamatan di Kediri,mengkoordinir KecamatanGampengrejo, Mojo, Semen,Grogol, Tarokan, dan KecamatanBanyakan;
4) Koordinator Kecamatan diNgadiluwih, mengkoordinir
Kecamatan Ngadiluwih, Kras,Kandat, Wates, Ngancar, dan
Kecamatan Ringinrejo (Perda No.19 Tahun 2000 tentang SusunanOrganisasi Kantor Kecamatan).
Adapun kedudukan masing kecamatan diKabupaten Kediri dapat dilihat pada peta
berikut ini :
Karakteristik RespondenSesuai dengan tujuan penelitian
yang hendak dicapai yaitu ingin
mengetahui bagaimana StrategiPengembangan MOCAF (Modified
Cassava Flour) Dalam Peningkatan
Diversifikasi Pangan dan Ekonomilocal ( Suatu studi pada Home Industri
pengelola MOCAF di Desa TegalanKecamatan Wates Kabupaten Kediri).Melalui tehnik penarikan sample secararandom dari populasi, ditentukan salahsatu tempat usaha home industri
pengelola Mocaf serta masyarakatsekitar sebagai sample yang akanmewakili populasi dari penelitian ini diKabupaten Kediri.
Responden sejumlah 100 orangjika dilihat berdasarkan jenis kelaminnyaditunjukkan pada table berikut :
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin F Persentase
1.2.
Laki lakiPerempuan
4565
45 %65 %
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
8/17
119
J U M L A H 100 100 %
Pada table 3 terlihat bahwa komposisiresponden baik sebagai karyawan homeindustri Pengelolaan Mocaf danMasyarakat sekitar usaha adalah laki-laki ( 65 %) Sedangkan sisanya adalahPerempuan sebesar ( 45 %).
Dilihat berdasarkan usiaresponden, dapat dilihat bahwa 35 %
berusia dibawah 30 tahun, antara 31sampai dengan 40 tahun adalah 45 %dan 41 sampai dengan 50 tahun
sebanyak 17 %. Sedangkan minoritasberusia lebih dari 50 tahun yaitu 3 %sebagaimana terlihat pada table 4sebagai berikut :
Distribusi Frekuensi Responden MenurutUsia
NOUmur
(Th)F Persentase
123
4
< 3031 4041 50
> 50
354517
3
35,045,017,0
03,0J U M L A H 100 100,0
Selanjutnya bila dilihat dari tingkatpendidikan responden sebagian besarLulusan SMU yaitu 52 %. Respondenyang berpendidikan SMP sebesar 38 %dan tingkat pendidikan Sarjana Mudayaitu 6 % dan yang paling kecil yaituhanya 4 % responden berpendidikanSarjana. Sebagaimana ditunjukkan
dalam table 5.
Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Tingkat Pendidikan
NO Pendidikan F Persentase
1234
SLTPSMUSarjana MudaSarjana
385264
385264
J U M L A H 11 100,00
Hasil Penelitian dan
Pembahasan1. Pemahaman Masyarakat terhadapMocaf dan Olahannya.
CASSAVA (Manihot utilissimaPOHL) atau ubi kayu, populer puladengan sebutan singkong, telah lamadikenal dan dibudidayakan olehMasyarakat. Di beberapa daerah, cassavamerupakan tanaman penting dandigunakan oleh penduduk setempatsebagai bahan makanan setelah padi dan
jagung sebagai bahan pangan, padaumumnya umbi cassava diolah menjadigaplek, yaitu dengan mengupas kulitnyadan dipotong, selanjutnya dikeringkandibawah sinar matahari. Dari gaplek inidapat diolah menjadi beragam makanan,antara lain gatot, tiwul, nasi singkong.Selain itu umbi cassava juga dapatdiolah menjadi berbagai panganandengan cara langsung merebus ataumenggoreng. Sehingga dapat dipastikan
hampir semua penduduk di DesaTegalan Kecamatan Wates sudah tidakasing lagi dengan Singkong/Ubi Kayu.Berdasarkan hasil pengamatan terhadapResponden diperoleh gambaran
pemahaman mereka terhadap UbiKayu/Singkong jika dikaitkan denganJenis Pekerjaan dapat diperolehgambaran sesuai Tabel 6 berikut :
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
9/17
120
Pengetahuan Responden Terhadap Singkong dan Olahan Tradisionalnya
JenisPekerjaan
PengetahuanTerhadap SingkongDan Olahan Tradisional
Jenis Pekerjaan
JumlahPetani/Buruh
TaniSwasta /
WiraswastaPNS / TNI /
Polri
Jml % Jml % Jml %
Tahu 46 82 33 92 8 100 87 ( 87 )
Tidak Tahu 10 18 3 8 0 0 13 ( 13 )
JUMLAH 56100
36100
8100 100 (100)
56 36 8 100
Berdasarkan data tabel diatas diperolehgambaran bahwa secara keseluruhan 87 %persen responden tidak asing denganSingkong dan beberapa olahantradisionalnya dan hanya 13 % yaitu dari
para Petani/Buruh Tani terdapat 10 %persen serta 3 Persen swasta yang kurangmemahami detail beberapa olahantradisional Singkong.
Akan tetapi Sesuai denganperkembangan pembangunan nasional yang
pada intinya menuju ke arah industriberbasis sumber daya alam (naturalresources based industrialisation), cassavamenjadi salah satu hasil pertanian Indonesiayang penting, dan dibudidayakan olehsebagian besar petani, seperti halnya hasil
pertanian lain mempunyai arti penting danstrategis untuk dikembangkan sebagai
produk industri. Dalam kaitannya denganperubahan arah kebijakan tersebut dansesuai dengan perkembangan produk
cassava ini dengan penerapan teknologi
yang tepat dan layak, yang diharapkandapat menjadi produk generasi kedua,ketiga, yang mempunyai nilai tambah(added-value) tinggi dan menjadi bahan
baku produk lain diantaranya adalahTepung MOCAF. Maka akan menjadi
pemandangan yang berubah serta titik ukurpemahaman kebanyakan masyarakat diDaerah terutama di Desa Tegalankecamatan Wates menjadi suatu persoalan
baru.
Dimana jika dikaitkan denganpengelolaan singkong menjadi Mocaf makasebagian besar masyarakat kurangmemahami bahkan beberapa diantaranya
baru mengenal istilah Mocaf itu sendiri.Berikut gambaran pemahaman Masyarakatterhadap pengelolaan mocaf dan
pemanfaatannya jika dilihat berdasarkanjenis pekerjaan Responden sesuai Tabel 7berikut :
Pengetahuan Responden Terhadap Pengolahan MOKAF
JenisPekerjaan
PengetahuanTentang Pengolahan Mokaf
Jenis Pekerjaan
JumlahPetani/Buruh
TaniSwasta /
WiraswastaPNS / TNI /
Polri
Jml % Jml % Jml %
Tahu 30 53 12 34 3 38 45 ( 45 )
Tidak Tahu 26 47 24 66 5 62 55 ( 55 )
JUMLAH 56
100
36
100
8
100 100 (100)
56 36 8 100
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
10/17
121
Berdasarkan data tabel diatasdiperoleh gambaran bahwa secara
keseluruhan dimana masyarakat yangbekerja disektor swasta/Wiraswastamemiliki prosentase tertinggi yang tidakmengetahui pengelolaan Mocaf yaitu 66% persen, menyusul pada posisiresponden yang bekerja sebagaiPNS/TNI/Polri mereka tidak tahuterhadap pengelolaan Mocaf yaitu 62 %dan hanya 47 % yaitu dari paraPetani/Buruh Tani yang tidak tahutentang pengelolaan Mocaf.
Jika dilihat dari perbandingan tabel6 dan tabel 7 dapat diketahui adanya
disparitas yang jauh antara hasilsumberdaya alam yaitu singkong dan
pemahaman masyarakat dalammengoptimalisasikan olahan sumberdayaalam tersebut dalam hal ini olahansingkong menjadi tepung Mocaf.Berkaitan dengan hal tersebut dari hasil
pantauan dan interview diperolehgambaran bahwa khusus bagi merekayang mengetahui apa itu Mocaf dan
bagaimana cara pengelolaanya diperolehdata yang cukup mencengangkan tentangsumber informasi bagi mereka
mengetahui hal tersebut, dapat dilihatpada tabel berikut ini
Pengetahuan Responden Terhadap MOCAF berdasarkan
Sumber Informasi
JenisPekerjaan
SumberInformasi
Jenis Pekerjaan
JumlahPetani/Buruh
TaniSwasta /
WiraswastaPNS / TNI /
Polri
Jml % Jml % Jml %
Media Cetak/Elektronik 8 27 5 42 0 0 13 ( 29 )
Pemerintah 6 20 2 16 1 33 9 ( 20 )
Internal (Teman, Saudara dll) 16 53 5 42 2 67 23 ( 51 )
JUMLAH 30100
12100
3100 45 (100)
67 27 6 100
Berdasarkan data tabel diatas diperolehgambaran bahwa hampir semuaresponden dengan berbagai latar
pekerjaan memperoleh pengetahuantentang MOCAF memperoleh SumberInformasi dari Internal (Teman, Saudara,
dll) dengan masing-masing presentaseyaitu Petani/Buruh Tani sebanyak 53 %,Swasta/Wiraswasta 42 % bahkan denganlatar belakang PekerjaanPNS/TNI/POLRI sebanyak 67 %.
2. Metode Pengelolaan Mocaf
Masyarakat.Pada industri rumah tangga,
cassava yang diterima dari petani setelahdibersihkan, dikupas, dicuci dandilakukan pemarutan. Pengupasan dan
pencucian diIakukan secara manual oleh
tenaga kerja. Pemarutan dilakukan padaalat pemarut yang digerakkan motor (l0-16 HP), hasil parutan disaring melalui
penyaring kain, dan diaIirkan ke bakpengendapan. Pada industri yang lebihbesar (industri kecil) pengendapan
dilakukan pada jalur-jalur pengendapan(panjang 50 cm dan dalam 30 cm),dengan kemiringan. Setelah 12 jam(semalam) tepung pati yang mengendapdikumpulkan dan dikeringkan di bawahterik matahari. Tepung tapioka keringumumnya masih berupa bongkahankasar, untuk itu perlu dilakukan
penggilingan. Pada pengolahan tapiokasecara rumah tangga dan kecil inidihasilkan dua limbah padat, yang
pertama onggok dan ampas dan serathasil pengendapan pati yang disebut elot.
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
11/17
122
Elot dikeringkan dikenal sebagai tepungasia dan dijual sebagai bahan bantu
kerupuk, obat nyamuk atau lainnya.Onggok dapat dijual sebagai bahan
pakan ternak atau dibuang sebagailimbah padat.
Rendemen perolehan tapioka padaindustri rumah tangga dan kecil ini
berkisar antara 15-20 %. Pada industribesar, pencucian dan pembersihandilakukan dalam bak yang dilengkapidengan pisau putar, selanjutnya denganconveyor diangkut ke mesin pemarut.
Hasil parutan dialirkan ke unitpenyaringan -yang memisahkan slurrydan ampas (onggok). Pati dalam slurry(suspensi pati) dipisahkan dengan cara
pemusingan (sentrifugasi); yangselanjutnya dilakukan pengeringan. Patikering diangkut ke pemisah siklon,untuk memisahkan partikel pati
berdasarkan besarlkecilnya. Pati kasarakan turun ke bawah, ke unit
pengemasan. Rendemen pati padaindustri besar ini berkisar .17 -22... %.
Problem yang dihadapi olehindustri tapioka, antara lain meliputi
beberapa butir:- pasokan bahan baku berupa cassava,
sangat tergantung pada musim danjenis cassava yang ditanam petani,
- kekurangan jumlah pasokan,mengharuskan pabrik menunggu
beberapa hari untuk mulai melakukan
pengolahan, selama waktu tunggu initerjadi penurunan mutu cassava(penurunan rendemen),
- penggunaan air selama pengolahanyang relatif sangat banyak,
- penggunaan bahan kimia (untukmembantu pengendapan pati),kadang-kadang menyisakan residudalam pati yang secara standard mutu(ekspor) tidak diperkenankan,
- kehilangan (loss) pati pada beberapalini proses, antara lain meliputikeluaran (outlet) dari mesin pencuci,
mesin pemarut, onggok, etot dansiklon,
- peningkatan efisiensi proses dapatdilakukan dengan melakukanpendaur-ulangan air pencuci danpengekstrak, serta recovery pati darikeluaran-keluaran terjadi kehilangan,
- selain itu pola kemitraan antarapabrik dan petani cassava yang salingmenguntungkan perlu diterapkan.
Dimana dari hasil tepung tapiocatersebut untuk menghasilkan MOCAFyang merupakan produk tepung
singkong (Manihot Esculenta Crantz)lebih lanjut yang diproses menggunakan
prinsip memodifikasi sel singkongsecara fermentasi dengan Bakteri AsamLaktat (BAL).
4. Strategi Pengembangan MOCAF
dalam Peningkatan Diversifikasi
Pangan dan Peningkatan Ekonomi
Lokal.
Indonesia memiliki tingkatkonsumsi tepung terigu yang tinggi. Halini dapat terlihat dari banyaknya produk
pangan berbasis terigu beredar dipasaran. Salah satu produk panganberbasis terigu yang banyak digemarikonsumen adalah mie. Bahkan mie dapatdikatakan sebagai makanan pokoksetelah nasi bagi masyarakat Indonesia.Selain itu, mie juga dapat berperan
sebagai lauk pauk sehingga seringdijumpai masyarakat yangmengkonsumsi nasi dengan mi gorengsebagai lauk pauk.
Tingginya konsumsi mie berartipula meningkatnya kebutuhan tepungterigu sebagai bahan baku pembuatanmie. Padahal, untuk mencukupikebutuhan tepung terigu bangsaIndonesia masih harus impor dari luarnegri. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat impor terigu mencapai 3,5 jutaton dengan nilai Rp 98 triliun. Bahkan,
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
12/17
123
impor komoditas gandum Indonesiapada September 2006 mencatat rekor
tertinggi, yakni melonjak 81,04 persenmenjadi US$135,6 juta dari US$74,9
juta.Harga tepung terigu kualitas baik
cukup tinggi di pasaran, berkisar antaraRp 7.000/kg cukup membuat para
produsen mie resah. Selain itu, hargaterigu yang fluktuatif akan membuatstabilitas harga mie di pasaran seringmengalami perubahan, padahal produsentidak bisa menaikkan harga mie secara
tiba-tiba.Salah satu alternatif pengganti
tepung terigu adalah Modified CassavaFlour (MOCAF). MOCAF dihasilkandari modifikasi tepung singkong yangmengalami fermentasi. Alasan lain
pemilihan MOCAF sebagai pensubstitusitepung terigu adalah produk MOCAFsecara ekonomis ternyata jauh lebihmurah daripada produk terigu yangselama ini beredar di pasaran. Bahan
baku yang mudah dibudidayakan,murahnya harga ubi kayu di pasaran,serta proses pengolahan tepung yangtidak memerlukan teknologi tinggi,membuat harga MOCAF saat ini hanya
berkisar antara 40-60 persen dari hargaterigu.
Jenis dan karakteristik yanghampir sama dengan terigu, namundengan harga yang jauh lebih murah
membuat MOCAF menjadi pilihan yangsangat menarik. Berbagai jenis produkolahan tepung terigu yang bisadigantikan oleh MOCAF, juga membuattransisi pengguna kepada MOCAF tidaksulit untuk dilakukan. Selain itu, bentuk,warna, dan rasa MOCAF sama dengantepung terigu. Disamping itu, telah jugadilakukan uji coba substitusi tepungterigu dengan MOCAF dengan skala
pabrik. Hasilnya menunjukkan bahwa
hingga 15% MOCAF dapatmensubstitusi terigu pada mie dengan
mutu baik, dan hingga 50% untuk mieberkelas rendah, baik dari mutu fisik
maupun organoleptik.Upaya diversifikasi pangan dengan
cara substitusi MOCAF dengan tepungterigu dalam pembuatan mie salingterkait antara industri mie dengan petani.Penggunaan MOCAF dalam industri mie
berarti mengurangi penggunaan tepungterigu di Indonesia. Akibatnya, produksisingkong di Indonesia meningkat. Halini menguntungkan petani. Dilihat darisegi produksi, hasil panen singkong
meningkat sehingga harga jual singkongpun meningkat.
Petani memiliki peranan pentingdalam hal ini. Selama ini sebagian besar
petani Indonesia berada dalam pihakyang dirugikan. Hasil panen umumnyadibeli dengan harga yang sangat murah.Salah satu alasannya adalah karenakekhawatiran petani akan hasil panenyang cepat rusak. Tetapi denganmemodifikasi singkong menjadi tepung,maka petani tidak perlu khawatir lagiakan hal itu. Alternatif ini diharapkanmendapat perhatian yang besar dari
pemerintah dan perusahaan-perusahaanyang bergerak pada bidang industri
pangan sehingga dapat meningkatkannilai tambah dan nilai jual singkong sertadapat meningkatkan pendapatan petani.Indonesia sendiri sebenarnyamemproduksi lebih dari 20 juta ton
singkong per tahun yang dihasilkan olehpara petani marginal di daerah-daerahtandus yang tanahnya tidak bisa ditanamitanaman lain.
Menurut Achmad (Koran Jakarta,2010), saat ini kapasitas produksisingkong sudah mencapai 500 ton per
bulan. Kualitas singkong yangdiproduksi di Trenggalek diawasi ketat.Kategori mutu MOCAF yang dikenalada dua, yaitu kategori A dan kategori B
diamana ;
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
13/17
124
- Kategori MOCAF B merupakanmutu biasa dijual dengan harga Rp
1.700,00 per kilogram,- sedangkan kategori MOCAF A
dijual mencapai Rp 3.000,00 perkilogram, lebih murah jikadibandingkan dengan tepung teriguyang harganya mencapai Rp4.500,00 per kilogram.
Hal ini membuat petaniTrenggalek merasa diuntungkan karenasingkong yang sebelumnya seharga Rp80 sampai dengan Rp 150 per kilogram,
sekarang dijual dengan harga Rp 400-500 per kilogram.
Penjelasan di atas merupakan suatugambaran tentang naiknya nilai jualsingkong sekarang ini di matamasyarakat Indonesia. Trenggalekmerupakan suatu contoh daerah diIndonesia yang mengembangkansingkong menjadi MOCAF.
Penggunaan MOCAF sebagaibahan substitusi dengan tepung terigudalam industri mie di Indonesia akanmeningkatkan konsumsi MOCAF diIndonesia sehingga produksi singkongmeningkat dengan harga jual yang lebihtinggi dari sebelumnya. Hal ini tentunyaakan meningkatkan kesejahteraan petani-
petani Indonesia sehingga dapatdikatakan bahwa singkong dapatmenjadi salah satu sumber pembangunandi daerah-daerah Indonesia.
A. PEMANFAATAN HASIL
SAMPING DAN LIMBAH
CASSAVA.Pada paragraph ini secara selintas
akan diuraikan mengenai pengolahanhasil samping dan Iimbah cassava lain
berupa onngok, kulit dan/atau bagianbatang tanaman ubikayu . Onggok secaraekplisit pada paragraf sebelumnya dapatdidayagunakan untuk substrat
pembuatan asam sitrat secara fermentasipadat. Ketiga limbah itu secara kimiawi
tersusun atas tiga komponen utama,yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin
sebagai perekat. Oleh karena itu bahantersebut (dan bahan serupa) disebutlimbah lignoselulosik. Ketiga bahan
penyusun lignoselulosa, masing-masingdapat didayagunakan dengan melalui
proses fisik, mekanik , kimiawi menjadiproduk bernilai ekonomi tinggi.
Turunan ligninLignin yang diperoleh dari delignifikasi
bukan merupakan limbah atau bah anbuangan, melainkan dapat
didayagunakan menjadi produkberharga. Dengan reaksi sulfonasi, darilignin dapat dihasilkan sulfonated alkalilignin dan sulfite lignosulfonates. Kedua
bahan tersebut dapat digunakan sebagaibahan pengambil minyak padapengeboran minyak (drilling fluidadditives) , dan pengganti deterjensintetik Lignosulfonat dapat jugadigunakarl sebagai penyetabil aspal,
pendispersi, yang mempunyai nilaiekonomi menarik. Dalam batas tertentu,misalnya permintaan pasar, lignin dapatdiproses menjadi vanillin, dengan
pemanasan bertekanan (900 1400 kPa)selama Y2 -1jam, dalam kondisi alkalis(Na2C03).XHosa dan Xilitol dari hemiselulosa
Hemiselulosa, sebagi polimer tersusunsebagian besar atas xilosa dan pentosa.Dengan cara hidrolisis (asam atau
enzimatik) hemiselulosa akan dihasilkangula xilosa, yang apabila dilanjutkandengan hidrogenasi (katalitik) diperoJehxilitol. Kedua produk tersebut dapatdigunakan sebagai pemanis untukdiabetik.Selulosa dan turunannya
Dari bahan dasar selulosa dapatdidayagunakan lebih lanjut menjadi
produk produk yang mempunyai nilaiekonomi dan komersial penting. Produk
produk dan proses kimiawinya tersebutantara lain : karboksi metil selulosa,
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
14/17
125
metil dan etil selulosa (eterifikasi),selulosa nitrat, selulosa asetat, selulosa
propionat, s;:!lulosa asetat-butirat(esterifikasi). Produk selulosa tersebut
banyak digunakan sebagai pengental(pangan, kosmetika, farmasi), pelapis,
bahan penahan (protektif) pada kertasdan tekstil , plastik, . Bahan plastik-resintermoplastik dan rayon dapat diperolehdari selulosa, antara lain : selofan, busaselulosa dan rayon.
B. Peluang ,Hambatan, dan
Tantangan Olahan MOCAF.B.1 Peluang
Hal-hal yang harus di analisis padatahapan kajian peluang adalah :1. Sumber bahan baku, dalam hal ini
adalah ketersediaan cassava2. Pola pertanian yang ada sebagai
pendukung agroindustri berbasiscassava
3. Kebutuhan konsumen atas produkyang mau dikembangkan
4. Jumlah impor produk serupaSangat penting artinya
perencanaan yang matang dan tidakhanya sesaat, mengenai pengembangansumberdaya manusia., tidak saja jumlahyang diperlukan, tetapi lebih pentingadalah jenis dan tingkatan mutu sertaspesifikasi dan kompetensi yangdiperlukan.
Perubahan dan peningkatan
permintaan pasar akan menuntut pulapeningkatan ketersediaan bahan baku,baik secara kuantitas maupin kualitas.Hal ini merupakan titik kritis pada
perancangan agroindustri. Seperti telahkita ketahui , produk atau komoditas
pertanian berlainan dengan bahan nonpertanian, tak dapat secara mendadakdilakukan peningkatan mutu atau
jumlah. Selain hal itu berkaitan denganpenyediaan lahan produksi juga faktor
iklim, tanah, dan prasarana lain jugaberkaitan. Pada umumnya perusahaan
agroindustri tidak mempunyai lahansendiri yang luas, sebaigian besar lahan
untuk penyediaan atau produksi bahanbaku adalah berasal dari pemilikanpetani atau pekebun
B.2 Hambatan dan Tantangan dalam
Pengelolaan MOCAF.Hambatan dalam pengembangan
Mocaf dapat dipilah berdasarkan aspekmanajemen, dan social ekonomi adalahsebagai berikut :
ASPEK MANAJEMENHambatan pengembangan Casava yang
berkaitandengan aspek manajemen, diantaranya adalah: (1) dukungan sistem
pemasaran lemah, , (2) penyuluhanpertanian mengarah ke komoditassuperior, (3) koordinasi antar instansiterkait lemah, (4) ubi kayu belumtermasuk komoditas unggulan prioritasutama, (5) koordinasi tim teknis dalam
penyusunan teknologi anjuran lemah,dan (6) infrastruktur belum memadai.
Strategi untuk mengatasi masalahmanajemen tersebut diprioritaskan pada :Revitalisasi lembaga penyuluhan dan
perbaikan koordinasi antar instansi yangterkait dengan pengembangan ubi kayusebagai bahan baku industry bioetanoluntuk mencegah ekspor gaplek sebagai
bahan baku industry bioetanol RRC,ekspor bioetanol dan alkohol.
ASPEK SOSIAL EKONOMIHambatan yang terkait dengan
aspek sosial ekonomi dalampengembangan ubi kayu adalah: (1)pemilikan lahan sempit, (2) usaha tanisubsisten, (3) modal usaha tani terbatas,(4) tenaga kerja keluarga terbatas, (5)rantai pemasaran hasil panjang, (6) biayatransportasi hasil mahal, (7) posisi tawar
petani lemah, (8) lembaga sumberdana
belum berkembang, (9) infra strukturbelum memadai, dan (10) budaya
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
15/17
126
mengolah pupuk organik belumberkembang.
Petani sering bermitra denganswasta (industri), yakni denganmenerima kredit sarana produksi yangakan dibayar pada saat petani menjualhasilnya ke pemberi kredit tersebut. Pada
pola kemitraan tersebut posisi tawarpetani lemah, sehingga keuntunganusaha taninya sulit diprediksi. Kondisitersebut memberikan gambaran bahwa
besarnya kredit saprodi tidak linierdengan keuntungan, sehingga petani
tidak terpacu untuk meningkatkanproduksi sampai tingkat optimal.Terjadinya pola kemitraan yang tidaksaling menguntungkan tersebut dipacuoleh belum berkembangnya lembagasumberdana pedesaan.
Strategi untuk mengatasi hambatan
yang terkait dengan aspek socialekonomi tersebut diprioritaskan pada:A. Strategi yang bersifat agresif/optimis,
dilakukan melalui: (a) pemanfaatanrespon petani terhadap varietasunggul dan teknologi produksi yangtinggi dalam upaya meningkatkankontribusi terhadap pendapatankeluarga, dan (b) pemanfaatan
budaya usaha tani ubi kayu yangtelah turun temurun .
B. Strategi yang bersifat inovatif,dilakukan melalui: (a) penerapan
inovasi teknologi produksi danvarietas unggul, (b) inovasiteknologi produksi melalui
pengaturan umur panen.C. Strategi yang bersifat diversifikatif,
dilakukan melalui :penganekaragaman pengolahanproduk, yang dapt meningkatkannilai tambah dari produk yangdihasilkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1.Pengolahan ubi kayu menjadi MOCAF
dengan cara memodifikasi ubi kayudengan menggunakan Bakteri AsamLaktat sebagai generasi lanjutan dalam
pemanfaatan ubi kayu sebagai bahanbaku, meskipun banyak pihak berusahamensosialisasikan akan tetapi diKabupaten Kediri, khususnya di desaTegalan Kecamatan Kandat
pengetahuan/informasi pengolahanMocaf masih banyak didominasidengan cara tepuk tular atau dari
internal (saudara, teman).2.Pengolahan MOCAF yang dilakukan
dengan cara yang benar akanmenghasilkan MOCAF yang bermutu,dengan karakteristik yang hampir samadengan tepung terigu, namun denganharga yang lebih murah, membuatMOCAF menjadi pilihan yang sangatmenarik. Berbagai jenis produk olahantepung terigu yang bisa digantikanoleh MOCAF, membuat MOCAF bisamenjadi alternative pengganti tepungterigu di masa depan. DisampingMOCAF sebagai diversifikasi pangan
berbasis potensi lokal yang diharapkanakan dapat meningkatkan ketahanan
pangan nasional dan peningkatanekonomi lokal dengan nilai tambahyang dihasilkan MOCAF serta
pemanfaatan hasil samping limbahpengolahan ubi kayu yang berupa
onggok, lignin, hemiselulosa danturunanannya yang mempunyai nilaiekonomi tinggi.
3.Faktor-faktor penghambat maupunpeluang yang ada, diatasi . denganstrategi yang diprioritaskan padaRevitalisasi Lembaga Penyuluhan dan
perbaikan koordinasi antar instansiyang terkait dengan pengembangan ubikayu.dan mengembangkan programkemitraan antara pengusaha dan
petani.
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
16/17
127
SARAN.
1.Petani sebagai barometer peningkatandan pemanfaatan Sumber Daya Alamharus perlu mendapatkan perhatiankhusus, baik berupa intensifikasilahan maupun produk-produk
pertanian. Juga didukung dengankebijakan yang melindungi eksistensimereka.
2.Peningkatan Sarana dan PrasaranaPendukung terhadap eksploitasi hasil
pertanian perlu ditingkatkan yangdidukung tersedianya perusahaan-
perusahaan baik pendukung prosesproduktifitas pertanian maupunperusahaan-perusahaan yang bergerakdibidang pengolahan hasil pertaniandalam hal ini adalah Diversifikasi
pangan melalui bahan baku Ubi Kayu(MOCAF)
3.Sebagai bahan perenungan daninspirasi bagi peneliti maupun calon
peneliti untuk mengkaji lebih dalammaupun menganalisis dari aspek lainyang belum dilihat dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKAARC. 2009. Cassava. Agricuture
Research Council.Asep K. Mocaf : Inovasi & Peluang
Baru Agribisnis. Dikutip dari :URL : http://www.bumiagri.net. Diambil pada 13 September
2009, pukul 20:16.Bantacut,T.2009an. Peran LembagaPengelola Stok Pangan
Nasionaluntuk mempercepatproses industrisaliasi tepungCassava. Paper Dipresentasikan
pada Lokakarya NasionalAkselerasi IndustrialisasiTepung Cassava untukMemperkokoh KetahananPangan Nasional. Balai Kartini,
9 Mei 2009, Jakarta.
Bantacut, T. 2009b. KebijakanPendorong Agroindustri
Tepung Dalam Perspektifketahanan Pangan. MajalahPangan, March 2009.
Bantacut, T.2009c. Review: Penelitiandan Pengembangan UntukIndustri Berbasis Cassava.Jurnal Teknologi IndustriPertanian. 18 (4).
BPS. 2009. Data Strategis BPS. BadanPusat Statistik, Jakarta.
Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil
Nabati. Penerbit Agritech.Yogyakarta
Grace B.1990. Peranan Ubi Kayu danPermasalahannya di Indonesia.di dalam J.Wargiono,Saraswati, J. Pasaribu, danSutoro (eds.), Pengkajian danPengembangan Teknologi Pra
dan Pasca Panen Ubikayu I.Prosiding. Lampung : Seminar
Nasional UPT-EPG BPPT; 15Februari 1990.
Hadi, Sutrisno, 1978, MetodologiResearch 1, Andi Offset,Yogyakarta.
Haryono, T.2009. Pendekatan socialbudaya dalam percepatanprogram diversifikasi panganuntuk mendukung ketahanan
pangan nasional. Paperdipresentasikan pada
Lokakarya Nasional AkselerasiIndustrialisasi Tepung CassavaUntuk MemperkokohKetahanan Pangan Nasional.Balai Kartini, 9 mei 2009,Jakarta.
Manullang, M, 1988, Dasar dasarManajemen, Cetak KeempatBelas, Balai Aksara, Jakarta.
Paul Herseykennth H Blanehrd, AihBahasa Agus Darma, 1995,
Manajemen PerilakuOrganisasi, Penggunaan
-
7/22/2019 Fokari Vol1no1juli2012 08. Titik Mudjiastuti
17/17
128
Sumber Daya Manusia, EdisiKeempat, Penerbit Airlangga,
Jakarta.Sawega, A.M., 2007. Kembali ke
Kassava. Kuliner Indonesia Keanekaragaman Pangan.www.Kuliner Indonesia(kliping kuliner & wisata
Nusantara) KeanekaragamanPangan.htm.
Subagio, A. 2008. Produk Bakerydengan Tepung Singkong.FOODREVIEW Referensi
Industri & Teknologi PanganIndonesia.www.foodreview.biz/preview.php?view&id=176.
Suryana, A. 2009. Dukungan Kebijakanpengembangan industri tepungcassava. Paper dipresentasikan
pada Lokakarya NasionaAkselerasi IndustrialisasiTepung Cassava UntukMemperkokoh KetahananPangan Nasional. Balai Kartini,9 Mei 2009, Jakarta.
Sugiyono, 1999, Statistika UntukPenelitian, CV Alfabeta,Bandung.
Suwartono, 2009. PeningkatanProduktivitas Cassava : analisiskesenjangan produktivitas
potensial degnan produksi riil.Paper dipresentasikan pada
Lokakrya AkselerasiIndustrialisasi Tepung Cassavauntuk MemperkokohKetahanan Nasional. BalaiKartini, 9 Mei 2009, Jakarta.
Subagio,A (2006) Modified CassavaFlour (MOCAF) Sebuah MasaDepan Ketahanan Pangan
Nasional Berbasis PotensiLokal, Universitas Jember.
Majalah trubus (2009) MOCAF Inovasi
dan Peluang Baru, Jakarta
Khudori (2003), Mendongkrak GengsiSingkong, Kompas, jum at 19
September 2003.Wirakartakusumah, MA (1997), Telaah
Perkembangan Industri Pangandi Indonesia, Pangan (32),Bulog, Jakarta.