titik beku

36
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I I. NOMOR PERCOBAAN : V II. NAMA PERCOBAAN : Penetapan Massa Molar Berdasarkan Penurunan Titik Beku III. TUJUAN PERCOBAAN : 3.1. Menentukan titik beku cairan murni dan larutan 3.2. Menetapkan massa molar dari senyawa yang tidak diketahui berdasarkan penurunan titik beku. IV. DASAR TEORI Titik didih normal adalah suhu dimana tekanan uap dari cairan sama dengan 1 atm. Titik beku normal adalah suhu dimana garis kesetimbangan padat-cair akan berpotongan dengan garis tekanan 1 atm. Ini dapat dilihat dengan menggunakan diagram fase untuk air. Dari diagram fase untuk air dapat diketahui bahwa larutan mempunyai titik tripel baru yang terbentuk pada perpotongan kurva tekanan uap larutan dengan kurva

Upload: aisyah-larasati

Post on 19-Feb-2016

188 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

word

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

I. NOMOR PERCOBAAN : V

II. NAMA PERCOBAAN : Penetapan Massa Molar Berdasarkan Penurunan

Titik Beku

III. TUJUAN PERCOBAAN:

3.1. Menentukan titik beku cairan murni dan larutan

3.2. Menetapkan massa molar dari senyawa yang tidak diketahui berdasarkan

penurunan titik beku.

IV. DASAR TEORI

Titik didih normal adalah suhu dimana tekanan uap dari cairan sama dengan

1 atm. Titik beku normal adalah suhu dimana garis kesetimbangan padat-cair akan

berpotongan dengan garis tekanan 1 atm. Ini dapat dilihat dengan menggunakan

diagram fase untuk air.

Dari diagram fase untuk air dapat diketahui bahwa larutan mempunyai titik

tripel baru yang terbentuk pada perpotongan kurva tekanan uap larutan dengan

kurva tekanan uap padatan untuk pelarut murni. Umumnya, partikel zat terlarut

tidak sesuai untuk masuk ke dalam kisi kristal yang terbentuk ketika pelarut

membeku, sehingga zat padat yang terbentuk merupakan pelarut murni.

Akibatnya, tidak ada pemisahan kurva tekanan uap padat untuk larutan. Garis

kesetimbangan padat-cair (yang menyatakan bahwa titik beku adalah fungsi dari

tekanan) naik dari titik tripel. Oleh karena titik tripel yang baru dari larutan

terletak di sebelah kiri dari titik tripel pelarut murni berarti titik beku larutan lebih

rendah dibandingkan titik beku pelarut. Selisih dari berkurangnya titik beku

(penurunan titik beku) ditunjukkan pada diagram sebagai ∆Tb. Adanya suatu zat

terlarut dalam cairan, akan menaikkan titik didih dan menurunkan titik beku

larutannya. Salah satu penggunaan praktis dari fenomena ini adalah digunakannya

larutan anti pembekuan dalam radiator mobil. Zat terlarut yang biasa digunakan

etilena glikol, C2H4(OH)2, yang bercampur menyeluruh dengan air dan

mempunyai tekanan uap yang rendah serta tidak menguap. Apabila dilarutkan

dalam air maka akan menurunkan titik beku serta menaikkan titik didih

larutannya. Pada musim dingin, etilena glikol akan melindungi mobil dengan

mencegah air pada radiator membeku. Untuk larutan encer, besarnya kenaikan

titik didih dan penurunan titik beku bergantung pada molalitas dalam larutan.

∆Td = Kd . m

Dan

∆Tb =Kb . m

Kd dan Kb masing-masing adalah konstanta kenaikan titik didih molal dan

konstanta penurunan titik beku molal. Besaran Kd dan Kb tidak sama. Berikut

beberapa daftar pelarut dengan harga Kd dan Kb-nya (Brady,2008).

PelarutTitik didih

(°C)

Kd

(°C/m)

Titik didih

(°C)

Kb

(°C/m)

Air 100,0 0,51 0,0 1,86

Benzena 80 2,53 5,5 5,12

Kamfer - - 179 39,7

Asam asetat 118,2 2,93 17 3,90

Suatu larutan mempunyai dua jenis sifat-sifat larutan yang sama, yaitu sifat-

sifat larutan yang tergantung pada jenis. Sedangkan sifat yang kedua adalah sifat

yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut namun hanya tergantung pada

konsentrasi zat terlarut saja. Sehingga semakin besar konsentrasi yang

ditambahkan dalam larutan, maka penurunan titik bekunya semakin besar. Hal ini

menandakan bahwa larutan yang memiliki konsentrasi sama akan memberikan

sifat yang sama. Sifat larutan yang termasuk golongan ini disebut sifat – sifat

koligatif larutan. Sifat koligatif terdiri dari empat jenis, yaitu penurunan tekanan

uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Sifat – sifat

larutan tersebut memiliki peranan penting dalam menentukan berat molekul (BM)

dan pengembangan teori. Namun, dari keempat jenis sifat koligatif larutan

tersebut yang digunakan dalam percobaan kali ini hanya penurunan titik beku

saja. Titik beku larutan yaitu temperatur pada saat larutan setimbang dengan

pelarut padatannya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah dari

pada pelarutnya. Alat yang biasa dipakai untuk menetapkan harga ∆Tf ialah alat

dari Beckam. Titik beku adalah suhu pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1

atm dengan kurva peleburan. Sedangkan titik didih adalah suhu pada perpotongan

garis tekanan tetap pada 1 atm dengan kurva penguapan. Penurunan titik beku dan

peningkatan titik didih, sama seperti penurunan tekanan uap sebanding dengan

konsentrasi fraksi molnya. Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap, maka

tekanan uap dari larutan selalu lebih kecil daripada pelarut murninya. Jadi

hubungan tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut bergantung pada

konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Hubungan itu dimasukkan dalam Hukum

Rault, yang menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen yang menguap

dalam larutan sama dengan tekanan uap yang menguap murni yang dikalikan

dengan fraksi mol komponen yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama.

Larutan yang mengikuti Hukum Rault disebut larutan ideal. Syarat Larutan ideal

adalah molekul zat terlarut dan molekul pelarut tersusun sembarang, pada

percampuran tidak terjadi efek kalor dan jumlah volume sebelum percampuran

sama dengan volume campurannya. Larutan yang tidak memenuhi Hukum Roult

disebut larutan tidak ideal. Dimana Tf adalah titik beku larutan (oC). Kf adalah

tetapan penurunan titik beku molal (oC/mol), m adalah molalitas (mol.L-1).

Masalah yang akan dipecahkan dalam percobaan kali ini yaitu bagaimana

menentukan berat molekul zat tidak mudah menguap dan mengetahui bagaimana

pengaruh penambahan zat terlarut ke dalam pelarut murni. Dari dua masalah

tersebut, praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

penambahan zat terlarut ke dalam pelarut murni dan menentukan berat molekul

zat terlarut ke dalam pelarut murni dan menentukan berat molekul zat pelarut

yang tidak mudah menguap (Safitri dan Rohayati, 2010).

Larutan adalah campuran antara dua atau lebih komponen atau zat yang

homogen yang saling melarutkan masing-masing penyusunnya sehingga tidak

dapat dibedakan secara fisik. Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis yang hanya

bergantung pada jumlah atau kuantitas partikel dalam larutan dan tidak

bergantung pada jenis zat atau komponen yang ada dalam larutan. Ada empat

jenis sifat koligatif larutan, yaitu penurunan tekanan uap, penurunan titik beku,

kenaikan titik didih, dan tekanan osmosis. Sifat Koligatif larutan merupakan

konsep dalam kimia fisika yang banyak digunakan dalam industri, misalnya untuk

membuat cairan infus yang mana harus isotonik dengan cairan darah. Hubungan

sifat koligatif larutan dalam dunia banyak dilakukan pembuatan cairan fisiologis

seperti obat tetes mata dan infus. Hubungan penurunan titik beku adalah pada

sediaan padat suppositoria yaitu obat yang diberikan melalui rektal, vagina, atau

uretra. Basis dari suppositoria tersebut meleleh pada suhu tubuh sehingga terjadi

penurunan titik beku yang tergantung pada basisnya (zat yang membawa zat aktif

pada suatu sediaan). Dari perannya saja, maka dilakukanlah percobaan sifat

koligatif larutan untuk menunjukkan pengaruh tonisitas terhadap sel dan

menunjukkan penurunan titik beku (∆Tf) serta memperoleh konstanta penurunan

titik beku ( kf ) (Fikri, 2012).

Pada Larutan nonelektrolit, sifat – sifat koligatif berbanding lurus dengan

molalitas larutan. Larutan elekrolit memperlihatkan penurunan titik beku lebih

besar. Dalam larutan elektrolit terurai menjadi ion – ion sehingga molalitas

partikel menjadi bertambah. Meskipun jumlah partikel dalam larutan elektrolit

bertambah besar, tetapi perubahan sifat – sifat koligatif larutan tidak sebanding

dengan perhitung jumlah partikel. Hal ini disebabkan terjadinya gaya tarik

menarik antar ionik. Ion-ion yang bermuatan positif tidak sepenuhnya merupakan

satuan-satuan bebas. Setiap ion positif dari larutan akan dikelilingi oleh ion

negatif, begitu pula sebaliknya (Maulana, 2014).

Pada tiap temperatur, tekanan uap larutan lebih rendah daripada uap pelarut

murni. Pada titik didih normal, tekanan uap larutan terletak di bawah 1 atm. Agar

larutan ini mendidih, larutan harus dipanasi ke temperatur diatas titik didih

normal. Perubahan temperatur titik didih disebut ∆Tb. Pada titik beku normal,

tekanan uap larutan juga lebih rendah daripada tekanan uap pelarut padat murni.

Agar larutan membeku, maka didinginkan ke temperatur yang terletak

dibawah titik beku normal. Pada temperatur ini, tekanan uap pelarut padat murni.

Perubahan temperatur titik beku disebut ∆Tf (Keenan, 1984).

V. ALAT DAN BAHAN

5.1. Alat

1. Gabus

2. Gelas piala 600 mL

3. Thermometer

4. Tabung reaksi besar

5. Kawat pengaduk

5.2. Bahan

1. Air

2. Es batu

3. Garam Dapur

4. Larutan P-xylena

5. Gula

VI. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Penetapan titik beku pelarut

1. Akuades

• Dimasukkan kedalam tabung reaksi

• Diukur suhu awal

• Dimasukkan kedalam gelas beker berisi

es batu

2. Akuades + Gula

• Ditambahkan

• Dimasukkan ke dalam tabung

Reaksi

• Diukur suhu awal

• Dimasukkan ke dalam beker glass yang

berisi es batu

Diukur penurunan suhu tetap15 detik sampai 0° C

Akuades

Diukur penurunan suhu setiap 15 detik sampai -2°C

Akuades

1 g Gula

B. Penetapan massa senyawa yang tidak diketahui

1. P-xylena

• Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

• Diukur suhu awal

• Dimasukkan kedalam beker glass yang

berisi es batu

2. P-xylena + Gula

• Ditambahkan

• Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

• Diukur suhu awal

• Dimasukkan ke dalam beker glass yang

berisi es batu

P-xylena

Diukur penurunan suhu setiap 15 detik sampai -1°C

P-xylena

1 gr Gula

Diukur penurunan suhu setiap 15 detik -1°C

VII. PERTANYAAN PRAPRAKTEK

1. Dalam 400 g air dilarutkan 9 g glukosa dan sejumlah urea. Bila titik beku

larutan – 0,93°C, tentukan berat urea yang ditambahkan ?

Jawab : Diketahui : Massa pelarut : 400 g

Massa glukosa : 9 g

Mr glukosa : 180 g/mol

Mr urea : 60 g/mol

Tf larutan : - 0,93°C

Tf pelarut : 0°C

Ditanya : Massa urea yang ditambahkan ?

Dijawab : ∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan

∆Tf = 0 – (- 0,93°C)

∆Tf = 0,93°C

∆Tf = kf. m

= m glukosa+murea

mr glukosa. mr urea = 1000

P . kf

0,93 = 9 g+murea

180 gmol

.60 gmol

x 1000400 . 1,86

0,934,65 x 180 = 9 + 3 g urea

36 = 9 + 3 g urea

Gram urea = 36 - 93

Gram urea = 9 g

2. Sebanyak 1,2 g senyawa rumus C8H8O dilarutkan dalam 15,0 mL sikloheksana

(ρ = 0,799 g/mL). Hitunglah molaritas larutan ini.

Jawab : Diketahui : m C8H8O = 1,2 g

V = 15,0 mL

ρ = 0,799 g/mL

Ditanya : Molaritas ?

Dijawab : M = g

Mr x 1000

V

M = 1,2 g

120 g /mol x 1000

1,51mL

M = 0,6061 Molar

VIII. DATA HASIL PENGAMATAN

1. Akuades 5 mL

No. Waktu (detik) Suhu (°C)

1 0 32

2 15 20

3 30 20

4 45 15

5 60 12

6 75 10

7 90 9

8 105 8

9 120 7

10 135 5

11 150 4

12 165 3

13 180 2

14 195 2

15 210 1

16 225 1

17 240 0

18 255 0

19 270 0

2. Akuades 5 mL + 1 g gula

NO. Waktu (detik) Suhu (°C)

1 0 27

2 15 12

3 30 10

4 45 9

5 60 8

6 75 8

7 90 7

8 105 6

9 120 5

10 135 5

11 150 4

12 165 3

13 180 3

14 195 3

15 210 2

16 225 2

17 240 2

18 255 1

19 270 0

20 285 0

21 300 0

22 315 0

23 330 0

24 345 0

25 360 -1

26 375 -1

27 390 -1

28 405 -1

29 420 -2

3. P-xylena 5 mL + 1 g gula

No. Waktu (detik) Suhu(°C)

1 0 18

2 15 16

3 30 14

4 45 8

5 60 6

6 75 5

7 90 4

8 105 3

9 120 2

10 135 1

11 150 1

12 165 1

13 180 0

14 195 0

15 210 -1

16 225 -1

17 240 -1

18 255 -1

4. P-xylena 5 mL

No

.

Waktu (detik) Suhu(°C)

1 0 31

2 15 22

3 30 13

4 45 9

5 60 6

6 75 5

7 90 3

8 105 2

9 120 1

10 135 1

11 150 1

12 165 0

13 180 0

14 195 -1

15 210 -1

16 225 -1

17 240 -1

IX. REAKSI DAN PERHITUNGAN

Massa molekul relatif akuades

V akuades : 5 mL

m glukosa : 1 g

ρ air : 1 g/mL

massa akuades = ρ akuades × V akuades

= 1 g/mL x 5 mL

massa akuades = 5 g

∆Tf = Tf pelarut - Tf larutan

= 0 - (-2)

∆Tf = 2°C

∆Tf = m . kf

∆Tf = massa

Mr x 1000

ρ

2 = 1 gMr x

10005mL

2 = 372 gMr

Mr = 186 g/mol

Rumus molekul

(CH2O)n = Mr

(12 + 2 + 16 )n = 186

30 n = 186

n = 6,2

n = 6

(CH2O)n = (CH2O)6 = C6H12O6

GRAFIK

A. Penurunan Tititk Beku Air Murni

0 15 30 45 60 75 90 1051201351501651801952102252402552700

2

4

6

8

10

12

Akuades

Waktu (detik)

Suhu

(°C

)

B. Penurunan Titik Beku Air Murni + Gula

0 30 60 90 120

150

180

210

240

270

300

330

360

390

430

0

2

4

6

8

10

12

Akuades + Gula

Waktu (detik)

Suhu

(°C

)

C. Penurunan Titik Beku P-Xylena + Gula

0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240 2550

2

4

6

8

10

12

P-Xylena + Gula

Waktu (detik)

Suhu

(°C

)

D. Penurunan Titik Beku P-Xylena

0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 2400

2

4

6

8

10

12

P-Xylena

Waktu (detik)

Suhu

(°C

)

X. PEMBAHASAN

Sifat koligatif, sifat fisis larutan yang hanya tergantung pada jumlah partikel

zat terlarut dan tidak tergantung pada jenis zat terlarut. Penurunan titik beku yang

dilakukan pada percobaan ini salah satu dari sifat-sifat koligatif. Pada percobaan

ini menggunakan bahan-bahan diantaranya air sebagai zat pelarut, gula sebagai zat

terlarut, dan P-xylena sebagai sampel. Larutan P-xylena yang dicampurkan

dengan gula tidak dapat larut dikarenakan larutan P-xylena termasuk senyawa non

polar dan gula termasuk senyawa polar. Kelarutan itu jumlah maksimal zat

terlarut yang larut dalam suatu pelarut. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kelarutan itu diantaranya pengadukan membuat zat terlarut semakin cepat larut,

Luas penampang, karena semakin luas suatu penampang maka semakin cepat larut

larutannya. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut atau zat pelarutnya maka

semakin cepat larut dan yang terakhir prinsip like dissolved like. Prinsip like

dissolved like itu larutan yang hanya dapat larut dengan pasangannya. Contohnya

larutan polar hanya dapat larut dengan larutan polar saja, begitu juga sebaliknya.

Es batu sebagai penurunan suhu dan garam sebagai stabilitasator suhu agar es

tidak dapat meleleh. Garam sebagai stabilisator suhu disebabkan karena butiran-

butiran garam tersebut masuk kedalam pori-pori es batu dan menutupinya

sehingga menghambat proses pencairan es. Pada pelarut murni air dan P-xylena

penurunan titik beku ke dua larutan relatif cepat ke titik stabil. Berbeda dengan

larutan campuran air murni dan larutan gula yang melarut, untuk mencapai

penurunan titik beku memerlukan waktu yang lebih lama. Pada larutan pelarut P-

xylena dan gula penurunan titik beku relatif cepat stabil akibat perbedaan jenis

larutan kedua senyawa. Untuk mendapatkan penurunan titik beku dengan suhu

rendah di perlukan pencampuran larutan sejenis, polar dengan polar, non polar

dan non polar, tapi untuk mencapai penurunan titik beku diperlukan waktu lama

dibandingkan dengan pelarut murni. Pada saat proses pengukuran ada tiga faktor

yang menyebabkan kesalahan diantaranya pengukuran, alat ukur, benda ukur dan

orang yang melakukan pengukuran. Larutan dibagi dua diantaranya larutan

homogen dan larutan heterogen. Larutan homogen, larutan yang tercampur

sempurna dan terdiri dari satu fase. Sedangkan larutan heterogen, larutan yang

tidak tercampur sempurna sehingga larutannya terpisah.

XI. KESIMPULAN

1. Kelarutan dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya pengadukan, luas

penampang, konsentrasi zat pelarut dan zat terlarut dan prinsip like dissolved

like.

2. Garam berfungsi sebagai stabilitator suhu pada es agar tidak mudah mencair.

3. Senyawa polar hanya dapat larut dengan senyawa polar dan senyawa non polar

hanya dapat larut dengan senyawa non polar.

4. Larutan terdiri dari larutan homogen dan larutan heterogen.

5. Titik beku larutan akan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut

murninya.

DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E., 2008. Kimia Universitas. Bina Rupa Aksara : Tangerang.

Fikri, M. R., 2012. Sifat Koligatif larutan. Skripsi. FKM. Universitas Islam negeri

Alauddin Makassar. Diakses 13 November 2015 Pukul 16.30 WIB.

Keenan, P., 2008. Kimia Dasar Prinsip – Prinsip & Aplikasi Modern. Erlangga :

Jakarta.

Maulana, A., 2013. Penentuan Titik Beku Larutan. (http://achmadunmaulana.

wordpress.com). Diakses pada tanggal 13 november pukul 14.00 WIB.

Safitri & Rohayati, 2010. Penurunan Titik Beku Larutan. Jurnal Sains Kimia,

2(2) : 2-3.

LAMPIRAN GAMBAR

1. Tabung reaksi besar 2. Thermometer

3. gelas piala 600 mL 4. Kawat pengaduk

5. Gabus

LITERATUR

Titik didih normal adalah suhu dimana tekanan uap dari cairan sama

dengan 1 atm. Titik beku normal adalah suhu dimana garis kesetimbangan padat-

cair akan berpotongan dengan garis tekanan 1 atm. Ini dapat dilihat dengan

menggunakan

Dari diagram fase untuk air dapat diketahui bahwa larutan mempunyai titik tripel

baru yang terbentuk pada perpotongan kurva tekanan uap larutan dengan kurva

tekanan uap padatan untuk pelarut murni. Umumnya, partikel zat terlarut tidak

sesuai untuk masuk ke dalam kisi kristal yang terbentuk ketika pelarut membeku,

sehingga zat padat yang terbentuk merupakan pelarut murni. Akibatnya, tidak ada

pemisahan kurva tekanan uap padat untuk larutan. Garis kesetimbangan padat-cair

(yang menyatakan bahwa titik beku adalah fungsi dari tekanan) naik dari titik

tripel. Oleh karena titik tripel yang baru dari larutan terletak di sebelah kiri dari

titik tripel pelarut murni berarti titik beku larutan lebih rendah dibandingkan titik

beku pelarut. Selisih dari berkurangnya titik beku (penurunan titik beku)

ditunjukkan pada diagram sebagai ∆Tb. Adanya suatu zat terlarut dalam cairan,

akan menaikkan titik didih dan menurunkan titik beku larutannya. Salah satu

penggunaan praktis dari fenomena ini adalah digunakannya larutan

antipembekuan dalam radiator mobil. Zat terlarut yang biasa digunakan etilena

glikol, C2H4(OH)2, yang bercampur menyeluruh dengan air dan mempunyai

tekanan uap yang rendah serta tidak menguap. Apabila dilarutkan dalam air maka

akan menurunkan titik beku serta menaikkan titik didih larutannya. Pada musim

dingin, etilena glikol akan melindungi mobil dengan mencegah air pada radiator

membeku. Untuk larutan encer, besarnya kenaikan titik didih dan penurunan titik

beku bergantung pada molalitas dalam larutan.

∆Td = Kd . m

Dan

∆Tb =Kb . m

Suatu larutan mempunyai dua jenis sifat-sifat larutan yang sama, yaitu sifat-sifat

larutan yang tergantung pada jenis.sedangkan sifat yang kedua adalah sifat yang

tidak bergantung pada jenis zat terlarut namun hanya tergantung pada konsentrasi

zat terlarut saja. Sehingga semakin besar konsentrasi yang ditambahkan dalam

larutan, maka penurunan titik bekunya semakin besar. Hal ini menandakan bahwa

larutan yang memiliki konsentrasi sama akan memberikan sifat yang sama. Sifat

larutan yang termasuk golongan ini disebut sifat – sifat koligatif larutan. Sifat

koligatif terdiri dari empat jenis, yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik

didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Sifat – sifat larutan tersebut

memiliki peranan penting dalam menentukan berat molekul ( BM ) dan

pengembangan teori. Namun, dari keempat jenis sifat koligatif larutan tersebut

yang digunakan dalam percobaan kali ini hanya penurunan titik beku saja. Titik

beku larutan yaitu temperatur pada saat larutan setimbang dengan pelarut

padatannya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah daripada

pelarutnya. Alat yang biasa dipakai untuk menetapkan harga ∆Tf ialah alat dari

Beckam. Titik beku adalah suhu pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm

dengan kurva peleburan. Sedangkan titik didih adalah suhu pada perpotongan

garis tekanan tetap pada 1 atm dengan kurva penguapan. Penurunan titik beku dan

peningkatan titik didih, sama seperti penurunan tekanan uap sebanding dengan

konsentrasi fraksi molnya. Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap, maka

tekanan uap dari larutan selalu lebih kecil daripada pelarut murninya. Jadi

hubungan tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut bergantung pada

konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Hubungan itu dimasukkan dalam Hukum

Rault, yang menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen yang menguap

dalam larutan sama dengan tekanan uap yang menguap murni yang dikalikan

dengan fraksi mol komponen yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama.

Larutan yang mengikuti Hukum Rault disebut larutan ideal. Syarat Larutan ideal

adalah molekul zat terlarut dan molekul pelarut tersusun sembarang, pada

percampuran tidak terjadi efek kalor dan jumlah volume sebelum percampuran

sama dengan volum campurannya. Larutan yang tidak memenuhi Hukum Roult

disebut larutan tidak ideal. Dimana Tf adalah titik beku larutan (oC). Kf adalah

tetapan penurunan titik beku molal (oC/mol) m adalah molalitas larutan (mol.L-1 ).

Larutan adalah campuran antara dua atau lebih komponen atau zat yang homogen

yang saling melarutkan masing-masing penyusunnya sehingga tidak dapat

dibedakan secara fisik. Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis yang hanya

bergantung pada jumlah atau kuantitas partikel dalam larutan dan tidak

bergantung pada jenis zat atau komponen yang ada dalam larutan. . Sifat Koligatif

larutan merupakan konsep dalam kimia fisika yang banyak digunakan dalam

industri, misalnya untuk membuat cairan infus yang mana harus isotonik dengan

cairan darah. Pembuatan cairan isotonik ini menggunakan konsep tekanan

osmosis. Peran sifat koligatif larutan dalam industri juga dapat ditemukan pada

pembuatan obat herbal. Hubungan sifat koligatif larutan dalam dunia banyak

dilakukan pada pembuatan cairan fisiologis seperti obat tetes mata, dan infus

harus isotonik dengan darah dan jaringan pada tubuh manusia. Hubungan

penurunan titik beku adalah pada sediaan padat suppositoria yaitu obat yang

diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra. Basis dari suppositoria tersebut

meleleh pada suhu tubuh sehingga terjadi penurunan titik beku yang tergantung

pada basisnya (zat yang membawa zat aktif pada suatu sediaan). Pada Larutan

nonelektrolit, sifat – sifat koligatif berbanding lurus dengan molalitas larutan.

Larutan elekrolit memperlihatkan penurunan titik beku lebih besar. Dalam larutan

elektrolit terurai menjadi ion – ion sehingga molalitas partikel menjadi bertambah.

Meskipun jumlah partikel dalam larutan elektrolit bertambah besar, tetapi

perubahan sifat – sifat koligatif larutan tidak sebanding dengan perhitung jumlah

partikel. Agar larutan ini mendidih, larutan harus dipanasi ke temperatur diatas

titik didih normal. Perubahan temperatur titik didih disebut ∆Tb. Pada titik beku

normal, tekanan uap larutan juga lebih rendah daripada tekanan uap pelarut padat

murni. Agar larutan membeku, maka didinginkan ke temperatur yang terletak

dibawah titik beku normal. Pada temperatur ini, tekanan uap pelarut padat murni.

Perubahan temperatur titik beku disebut ∆Tf.

LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (MSDS)

MSDS NATRIUM CLORIDA (NaCL)

NaCl atau bisa disebut dengan Natrium Klorida mempunyai MSDS dibawah ini :

SIFAT FISIKA dan SIFAT KIMIA

Keadaan fisik dan penampilan: Solid (Bubuk kristal padat).

Bau: Sedikit.

Rasanya: Garam.

Berat Molekul: 58,44 g / mol

Warna: Putih.

pH (1% soln / air): Netral 7

Titik Didih: 1413 ° C (2575,4 ° F)

Melting Point: 801 ° C (1473,8 ° F)

Spesifik Gravity: 2.165 (Air = 1)

Properti Dispersi: Lihat kelarutan dalam air.

kelarutan:

Mudah larut dalam air dingin, air

panas. Larutdalam gliserol, danamonia. Sangat sedikit larut dalam alkohol. Tidak

larut dalam Asam klorida.

PENANGANAN :

Kontak Mata:

Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi kontak,

segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air

dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan segera.

Kontak Kulit :

Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya

selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan

sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu melunakkan. Air

dingin mungkin dapat digunakan pakaian.cuci sebelum digunakan kembali. benar-

benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali. Dapatkan perawatan medis

dengan segera.

Kulit Serius :

Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi dengan krim

anti-bakteri. Mencari medis segera

Inhalasi:

Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan

buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan segera perhatian medis.

Serius Terhirup:

Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan pakaian yang

ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. jika sulit

bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut

ke mulut. 

PERINGATAN: 

Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut

ke mulut (resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif.Cari

bantuan medis segera.

Tertelan:

JANGAN mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh

personel medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada korban

yang sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat

pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul.