fn1

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara berpikir dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada konsekuensi di bidang kesehatan fisik dan bidang kesehatan jiwa. Dengan adanya hal tersebut dapat membuat seorang individu atau masyarakat harus berusaha untuk menyesuaikan diri atau adanya respon adaptif dalam kehidupan yang selalu berubah-ubah. Respon adaptif yang dipengaruhi oleh karakteristik individual dan atau proses psikologis, yaitu akibat situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan atau psikologis terhadap seseorang (Ivancevich & Matteson, 1980 dalam Kreitner & Kinicki, 2004). Respon adaptif ini sebenarnya adalah hasil akhir dari proses koping. Proses untuk menuju ke tahap adaptasi yaitu berawal dari munculnya suatu masalah yang dapat menyebabkan individu stresss (stresssor), lalu adanya stresssor maka memposisikan individu tersebut stresss. Dengan adanya stresss ini mengharuskan individu untuk merespon atau berusaha menyelasaikan suatu hal yang harus dihadapi (koping) yang akan membuat individu tersebut dapat menyesuaikan dirinya (adaptasi). 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari stresss, stresssor, koping, dan adaptasi? 2. Bagaimana konsep adaptasi dan segala hal yang mempengaruhi adaptasi? 3. Bagaimana proses keperawatan dalam konsep stresss dan adaptasi? 1

Upload: fitria-marina-sandy

Post on 12-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ik

TRANSCRIPT

Page 1: FN1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara berpikir

dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada konsekuensi di

bidang kesehatan fisik dan bidang kesehatan jiwa. Dengan adanya hal tersebut dapat membuat

seorang individu atau masyarakat harus berusaha untuk menyesuaikan diri atau adanya respon

adaptif dalam kehidupan yang selalu berubah-ubah.

Respon adaptif yang dipengaruhi oleh karakteristik individual dan atau proses

psikologis, yaitu akibat situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan

atau psikologis terhadap seseorang (Ivancevich & Matteson, 1980 dalam Kreitner & Kinicki,

2004). Respon adaptif ini sebenarnya adalah hasil akhir dari proses koping. Proses untuk

menuju ke tahap adaptasi yaitu berawal dari munculnya suatu masalah yang dapat

menyebabkan individu stresss (stresssor), lalu adanya stresssor maka memposisikan individu

tersebut stresss. Dengan adanya stresss ini mengharuskan individu untuk merespon atau

berusaha menyelasaikan suatu hal yang harus dihadapi (koping) yang akan membuat individu

tersebut dapat menyesuaikan dirinya (adaptasi).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari stresss, stresssor, koping, dan adaptasi?

2. Bagaimana konsep adaptasi dan segala hal yang mempengaruhi adaptasi?

3. Bagaimana proses keperawatan dalam konsep stresss dan adaptasi?

4. Apa saja masalah keperawatan yang sering muncul pada gangguan konsep stresss dan

adaptasi?

1.3. Tujuan

1. Untuk memahami pengertian dari stresss, stresssor, koping, dan adaptasi.

2. Untuk memahami konsep adaptasi secara tepat dan hal-hal yang terkait dengan adaptasi.

3. Untuk mengetahui bagaimana saja proses keperawatan dalam konsep stresss dan adaptasi,

sehingga dapat diimplementasikan secara tepat.

4. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan apa saja yang muncul dan bisa memprioritaskan

secara tepat dan benar.

1

Page 2: FN1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Stress

2.1.1. Definisi stress menurut para ahli

Stress Situasi dimana suatu tuntutan yang sifatnya tidak spesifik dan mengharuskan

seseorang memberikan respons atau mengambil keputusan (Seyle, 1976).

Stress dapat dijadikan sebagai stimulus untuk perubahan dan perkembangan,

sehingga dalam hal ini dapat dianggap positif atau bahkan perlu. Meskipun demikian stress

yang terlalu berat dapat mengakibatkan sakit, penilaian yang buruk , dan ketidakmampuan

unuk bertahan. Stress dapat didefinisikan sebagai respon adptif, dipengaruhi oleh

karakteristik individual dan atau proses psikologis yaitu akibat dari tindakan, situasi atau

kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan atau fisiologis terhadap seseorang

( Ivancevich dan Matteson, 1980 dalam kreitner dan kinicki, 2004).

Stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan

kebutuhan yang ada dalam dirinya Hans Selye (1974). Menurut Cornelli, sebagaimana dikutip

oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud “Stress adalah ganguan pada tubuh dan

pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik

oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”.

2.1.2. Pandangan mengenai stress

Dalam memahami tentang stress, para ahli berbeda-beda mendefinisikannya karena

memiliki pandangan teori yang tidak sama. Untuk lebih jelas tentang stress sebenarnya,

maka dapat diketahui beberapa pandangan diantaranya :

a. Pandangan Stress Sebagai Stimulus

Pandangan ini menyatakan stress sebagai suatu stimulus yang menuntut, di mana

semakin tinggi besar tekanan yang dialami sesorang, maka semakin besar pula stress

yang dialami.

b. Pandangan Stress Sebagai Respons

Mengidentifikasikan stress sebagai respons individu terhadapstressor yang diterima,

di mana ini sebagai akibat respons fisiologis dan emosional.

c. Pandangan Stress Sebagai Transaksional

Pandangan ini merupakan suatu interaksi antara individu dengan lingkungan dengan

meninjau dari kemampuan individu dalam mengatasi maslah dan terbentuknya

2

Page 3: FN1

sebuah koping. Dalam interaksi dengan lingkungan ini dapat diukur situasi yang

potensial mengandung stress dengan mengukur dari persepsi individu terhadap

masalah, mengkaji kemampuan seseorang atau sumber-sumber yang tersedia yang

diarahkan mengatasi masalah.

2.1.3. Tahapan stress

Menurut Dr.Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof.

Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut :

a. Stress tahap pertama (paling ringan), yaitu stresss yang disertai perasaan nafsu bekerja

yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan

tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

b. Stress tahap kedua, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar

atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, cepat lelah sesudah makan, tidak dapat

rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan punggung tegang. Hal ini

karena cadangan tenaga tidak memadai.

c. Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak

teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali,

koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.

d. Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu

bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan rutin

terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat

menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

e. Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan

mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,

gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.

f. Stress tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda seperti

jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat,

loyo, serta pingsan atau collaps.

2.1.4. Macam-macam stress

Ditinjau dari penyebabnya, maka stress dibagi menjadi tujuh macam, di antaranya :

a. Stress Fisik

3

Page 4: FN1

Stress yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau

yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.

b. Stress kimiawi

Stress ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun asam basa,

faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.

c. Stress mikrobiologik

Stress ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri, atau parasit.

d. Stres fisiologik

Stress yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh dsiantaranya gangguan dari

struktur tubuh, fungsi jaringa, organ dan lain-lain.

e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan

Stress yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkemabangan seperti pada

pbertas, perkawinan dan proses lanjut usia.

f. Stress psikis atau emosional

Stress yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi

psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau

faktor keagamaan.

Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan

menjadi 2 macam, yaitu :

a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,

perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.

b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran

rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

2.2. Stressor

2.2.1. Definisi stressor

Stressor merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang

menimbulkan stress. Stressor mewakili kebutuhan yang tidak terpenuhi, bisa berupa

kebutuhan fisiologis, psikologis, social, lingkungan, spiritual, dan sebagainya.

Stressor adalah variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab timbulnya

stress, datangnya stressor dapat sendiri-sendiri atau dapat pula bersamaan. Sumber strees

dapat berasal dari dalam tubuh dan di luar tubuh, sumber stress dapat berupa biologi atau

fisiologi, kimia, psikologi, sosial, dan spiritual. Terjadinya stress karena stressor tersebut

dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan

4

Page 5: FN1

kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik dan

psikologis. Contohnya:

a. Stressor biologi dapat berupa: mikroba; bakteri, virus dan jasad renik lainnya, hewan,

binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi

kesehatan misalnya: tumbuhnya jerawat (acne), demam, digigit binatang, dll, yang

dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu.

b. Stressor fisik dapat berupa : perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi: yang meliputi

letak tempat tinggal, domisili, demografi ; berupa jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi,

radiasi kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan, dll.

c. Stressor kimia: dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa, sedangkan dari

luar tubuh dapat berupa obat,pengobatan, pemakaian alkohol, nikotil, kafein, polusi

udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-bahan kosmetika, bahan-

bahan pengawet, pewarna, dll.

d. Stressor sosial psikologi , yaitu labeling (penamaan) dan prasangka , ketidakpuasan

terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya,perkosaan) konflik peran percaya diri yang

rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif dan kehamilan.

e. Stressor spiritual : yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan.

2.2.2. Tipe kepribadian individu menghadapi stressor

Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stress. Hal

tersebut sangat bergantung pada sifat dan hakikat stress yaitu intensitas, lokal, lamanya, dan

umum. Selain itu juga pada sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi. Sebagaimana

dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa stress apabila ditinjau dari tipe

kepribadian individu dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a. Tipe yang rentan (vulnerable)

Individu dengan tipe ini memiliki resiko yang tinggi mengalami stress dengan ciri-ciri

kepribadian sebagai berikut :

- Cita-citanya tinggi (ambisius)

- Agresif

- Suka bersaing yang kurang sehat

- Banyak jabatan rangkap

- Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah mengalami

ketegangan, dan kurang sabar

- Terlalu percaya diri (over confident)

- Self kontrol kuat

5

Page 6: FN1

- Terlalu waspada

- Tindakan dan cara bicaranya cepat serta tidak dapat diam (hiperaktif)

- Cakap dalam berorganisasi (organisatoris)

- Cakap dalam memimpim (leader)

- Tipe kepemimpinan otoriter

- Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic)

- Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri

- Disiplin waktu yang ketat

- Kurang rileks dan serba terburu-buru

- Kurang atau bahkan tidak ramah

- Tidak mudah bergaul

- Mudah empati, namun juga mudah bersikap bermusuhan

- Sulit dipengaruhi

- Sifatnya kaku (tidak fleksibel)

- Pikiran tercurah kepekerjaan walaupun sedang libur

- Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali

b. Tipe yang kebal (immune)

Individu dengan tipe ini kebal terhadap stress, yang ciri-ciri kepribadiannya sebagai berikut :

- Cita-cita atau ambisinya wajar

- Berkompetensi secara sehat

- Tidak agresif

- Tidak memaksakan diri

- Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung,

penyabar, dan tenang

- Kewaspadaan wajar

- Self control wajar

- Self confident wajar

- Cara bicara tenang

- Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat

- Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat

- Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi

- Mudah bekerja sama (kooperatif)

- Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan

- Bersikap ramah

6

Page 7: FN1

- Mudah bergaul

- Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)

- Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar

- Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan disaat libur

- Mampu menahan dan mengendalikan diri

2.3. Koping

2.3.1. Definisi Koping

Koping adalah sebuah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban

yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu

stres. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan

atau beban tersebut (Ahyar, 2010).

Koping ialah proses yang dilalui individu dalam menyelesaikan situasi yang stressful. Koping

juga merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam. Strategi koping adalah cara yang

dilakukan individu untuk mengubah lingkungan atau situasi untuk menyelesaikan masalah.

2.3.2. Macam-macam Koping

Koping dibagi menjadi dua macam, yaitu

a. Koping efektif atau disebut dengan adaptif

b. koping yang tidak efektif disebut dengan maladaptif

Bell (1977, dalam Rasmun 2004) menyatakan ada dua metode koping yang di gunakan

oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu: metode koping jangka panjang dan

metode koping jangka pendek.

Metode koping jangka panjang bersifat konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan

realitas dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu yang lama, hal ini seperti;

berbicara dengan orang lain, teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang sedang

dihadapi, mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang

dihadapi, menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dalam kekuatan supra

natural, melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan/masalah, membuat berbagai

alternatif tindakan untuk mengurangi situasi, mengambil pelajaran dari peristiwa atau

pengalaman masalalu.

Sedangkan metode koping jangka pendek digunakan untuk mengurangi

stres/ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif

jika digunakan dalam jangka panjang contohnya adalah; mengunakan alkohol, melamun

fantasi, mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan, tidak ragu,

7

Page 8: FN1

dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, banyak tidur, banyak merokok,

menangis, beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah.

Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah seperti yang di

kemukakan oleh Mc.Cubbin (1979, dalam Rasmun, 2004) adalah; mencari dukungan sosial

seperti minta bantuan keluarga, tetangga, teman, atau keluarga jauh, reframing yaitu

mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat menanganinya dan menerima,

menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengurangi stres/kecemasan, mencari

dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah,

menggerakkan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan, penilaian secara pasive

terhadap peristiwa yang di alami dengan cara menonton tv, atau diam saja.

2.4. Adaptasi

2.4.1. Definisi adaptasi

Adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi optimal yang

melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan mekanisme koping dan

idealnya dalam mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Potter, P, 2005).

Adaptation diartikan penyesuaian psikologis terhadap berbagi keadaan yang

berubah untuk mempertahankan fungsi yang normal ( Brooker, 2001)

Adptation model adalah proses dinamika dalam pikiran, perasaan, perilaku dan

biofisiologik individu yang terus berubah untuk menyesuaikan lingkungan terus berubah

(Hartanto, 2004)

Adaptability merupakan kemampuan untuk beradaptasi baik secara maternal

maupun fisik terhadap keadaan sekitar agar fleksibel (Hirchliff, S, 1999). Adaptasi adalah

hasil akhir dari koping. Adaptasi merupakan dasar keseimbangan dan pertahananterhadap

stress. Beradaptasi artinya memodifikasi situasi untuk mendapatkan yg baru,

berubah,berbeda.

8

Page 9: FN1

2.4.2. Dimensi adaptasi

- ADAPTASI FISIOLOGIS

Adaptasi fisiologi atau adaptasi biologis yaitu, terjadi respon peningkatan atau gangguan

tubuh dan usaha yang dihasilkan berupa kompensasi yaitu perubahan fisik.

Misal : meningkatnya kekuatan otot setelah latihan fisik, meningkat kapasitas jantung, paru.

- ADAPTASI PSIKOLOGIS

Termasuk perubahan sikap dan perilaku, misal : strategi koping, Life style, berhenti merokok,

maladaptif seperti minum alkhohol, merokok, obat, dll.

- ADAPTASI SOSIAL BUDAYA

Termasuk perubahan perilaku berkaitan dengan norma, keyakinan, bahasa, keputusan, dll.

2.4.3. Elemen – elemen yang ada pada adaptasi

Menurut Suster Callista Roy (1969) adaptasi terdiri dari 3 elemen yaitu:

1. Manusia

9

Page 10: FN1

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem

adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang

mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah

mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik

manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan

regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang

hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan

perubahan lingkungan.

2. Lingkungan

Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan

merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif. Lebih luas

lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan di sekitar yang

mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu atau

kelompok.

3. Sehat

Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia

secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia

menyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu

mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan

potensi manusia. konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang

bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespons

terhadap stimulus yang lain (Nursalam, 2008).

2.4.4. Proses penyesuaian diri (adaptasi)

Proses penyesuaian diri (adaptasi) menurut schneiders (1984) setidaknya melibatkan tiga

unsur yaitu:

1. Motivasi dan Proses penyesuaian diri

Faktor motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses penyesuaian

diri. Motivasi, sama halnya dengan kebutuhan, perasaan dan emosi merupakan

kekuatan internal yang menyebabkan ketegangan dan ketidakseimbangan dalam

organisme. Ketegangan dalam ketidakseimbangan merupakan kondisi yang tidak

menyenangkan karena sesungguhnya kebebasan dari ketegangan dan keseimbangan

10

Page 11: FN1

dari kekuatan-kekuatan internal lebih wajar dalam organisme apabila dibandingkan

dengan kedua kondisi tersebut.

2. Sikap terhadap realitas dan proses penyesuaian diri

Berbagai aspek penyesuaian diri ditentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi

terhadap manusia disekitarnya, benda-benda dan hubungan-hubungan yang

membentuk realitas. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sikap yang sehat

terhadap realitas dan kontak yang baik terhadap realitas itu sangat diperlukan bagi

proses penyesuaian diri yang sehat.

3. Pola dasar proses penyesuaian diri

Dalam penyesuaian diri sehari-hari terdapat suatu pola dasar penyesuaian diri. Pada

orang dewasa, akan mengalami ketegangan dan frustasi karena terhambatnya

keinginan memperoleh rasa kasih sayang, memperoleh anak, meraih prestasi dan

sejenisnya. Untuk itu, dia akan berusaha mencari kegiatan yang dapat mengurangi

ketegangan yang ditimbulkan sebagai akibat tidak terpenuhi kebutuhannya.

2.4.5. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri (adaptasi)

Menurut Schneiders (1984), setidaknya ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses

penyesuaian diri yaitu :

1. Kondisi fisik

2. Kepribadian

3. Proses belajar

4. Lingkungan

5. Agama serta budaya

2.4.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan adaptasi

1. Usia

semakin cukup usia dan tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seorang yang

lebih dewasa juga akan lebih di percaya dari orang yang belum cukup tinggi

kedewasaanya, hal ini sebagai akibat dari kematangan jiwanya. Oleh sebab itu dia

telah memiliki kemampuan untuk mempelajari dan beradaptasi pada situasi yang

11

Page 12: FN1

baru, misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis

(Nursalam, 2001).

Semakin muda seseorang maka sedikit pengalaman dan informasi yang didapat.

Untuk dapat menerima dan menyerap informasi dengan baik dibutuhkan

kematangan dalam berfikir. Apabila kematangan dan kekuatan seseorang dalam

berfikir kurang, serta cara berfikir mereka rendah maka kemapuan dalam menerima

dan menyesuaikan diri dalam menghadapi peran sebagai calon ibu akan rendah

(Notoatmodjo 2003)

2. Pendidikan

Menurut Koentjoroningrat (1997) dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani (2001), dari

tingkat pendidikan tersebut responden yang berpendidikan tinggi dengan mudah

memperoleh informasi. semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

mudah menerima informasi sehingga semakin mampu menyesuaikan diri dalam

menjalani peran sebagai calon ibu sebaliknya pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru

diperkenalkan (Notoatmodjo 2003).

3. Pekerjan

Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau

diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing.

Status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Dan juga pekerjaan yang lebih baik adalah pekerjaan yang dapat berkembang,

bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman. (Notoatmodjo, 2003).

2.5. Proses Keperawatan dalam Konsep Stress dan Adaptasi

Dalam proses keperawatan, ada lima (5) tahap yang harus dilalui; dimana tahap-tahap

tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan. Tahap-tahap ini secara bersama-

sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinu, yang mengulangi kembali

kontak dengan klien.

  Tahap-tahap dalam proses keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

2. Diagnosis keperawatan

3. Perencanaan

4. Pelaksanaan

12

Page 13: FN1

5. Evaluasi

Kelima tahap tersebut merupakan pedoman dalam mencapai tujuan keperawatan, yaitu :

meningkatkan, mempertahankan kesehatan, atau membuat klien mencapai kematian

dengan tenang pada klien yang terminal, serta memungkinkan klien atau keluarga dapat

mengatur kesehatannya sendiri, secara mandiri, menjadi lebih baik atau meningkat.

 -Pengkajian

Pengumpulan data

Klasifikasi / tabulasi data

Analisis data

-Penentuan masalah / diagnosis keperawatan

Penentuan prioritas masalah

-Perencanaan

Menentukan dan merencanakan tujuan

Menentukan tindakan keperawatan / intervensi

Menuliskan instruksi keperawatan

- Pelaksanaan

Melaksanakan tindakan / intervensi sesuai dengan rencana keperawatan

yang dibuat.

-Penilaian/ evaluasi

Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan —

menilai pencapaian tujuan — perbaikan rencana tindakan bila diperlukan.

2.6. Masalah Keperawatan

Dalam kasus yang berhubungan dengan konsep stress dan adaptasi, berikut masalah

keperawatan yang sering muncul :

1. Koping individu tidak efektif

2. Koping Keluarga yang tidak Efektif

3. Intoleransi aktivitas

4. Keputusasaan

5. Gangguan pola tidur

13

Page 14: FN1

6. Ansietas

2.7. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Perawat dapat mengumpilkan data dengan cara observasi, wawancara, dan

pemeriksaan. Data yang didapat dapat dikelompokkan:

a. Data Fisiologis

1. Peningkatan tekanan darah

2. Ketegangan otot meningkat

3. Peningkatan denyut nadi dan frekuensi napas

4. Kringat dingin pada telapak tangan

5. Tangan dan kaki terasa dingin

6. Sakit kepala

7. Sakit perut (gangguan pencernaan)

8. Suara nada tinggi dan cepat

9. Nafsu makan berubah

10. Frekuensi miksi/kencing bertambah

11. Sulit tidur atau sering terbangun

12. Dilatasi pupil

13. Gula darah meningkat

b. Data psiko-sosial

1. Cemas dan ragu-ragu

2. Depresi

3. Bosan

4. Penggunaan obat dan zat meningkat

5. Pola makan berubah

6. Perubahan pola tidur dan kegiatan

7. Kelelahan mental

8. Perasaan tidak mampu

9. Harga diri kurang dan hilang

10. Mudah tersinggung dan cepat marah

11. Motivasi hilang

12. Menangais

13. Produktivitas dan kualitas kerja menurun

14

Page 15: FN1

14. Cenderung melakukan kesalahan atau daya nilai buruk

15. Pelupa

16. Sering melamun

17. Tidak konsentrasi pada tugas

18. Meningkat absen dan sering sakit

19. Minat hilang

2. Diagnosa

Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan dalam masalah keperawtan

(potensial atau aktual) dan etiologoi dari masalah. Berikut diagnosa keperawtan pada

stres dan adaptasi :

a. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan :

1. Perubahan pola hidup

2. Sistem pendukung tidak adekuat

3. Koping yang tidak ampuh

4. Stress yang berkepanjangan

b. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan :

1. Masalah ekonomi

2. Kercacatan yang berkepanjangan

3. Stress berkepanjangan (fisiologis, psikososial, dan situasi)

c. Gangguan aktivitas berhubungan dengan :

1. Stress fisiologis

2. Krisis emosi atau situasi

dll.

3. Rencana keperawatan

Tujuan keperawatan pada klien stres yaitu:

a. Klien dapat menangani berbagai dalam kehidupan

b. Klien dapat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah

c. Klien menerima beberapa dukungan yang adekuat

Intervensi

a. Mendukung klien dan keluarga

R : sering klien dan keluarga memerlukan seseorang untuk mengekspresikan

perasaan,kekhawatiran,dan masalahnya. Ungkapan perasaan merupakan salah

satu cara mengurangi stres.

15

Page 16: FN1

b. Mengorientasikan klien

R : mengorientasikan klien tentang rumah sakit, fasilitas dan peraturan yang

berlaku. Informasi tentang rumah sakit dibutuhkan klien dan keluarga untuk

dapat beradaptasi dengan situasi rumah sakit yang berbeda dengan situasi

rumah sendiri.

c. Mempertahankan identitas klien

R : mempertahankan identitas klien dengan memanggil nama klien, memberi

kesempatan menggunakan peralatan sendiri selama tidak bertentangan dengan

kondisi klien.

d. Memberi informasi yang dibutuhkan klien

R : sering stres timbul karena informasi yang tidak jelas.Misalnya : prosedur

pemeriksaan dan tindakan keperawatan.

e. Mengulangi informasi jika klien sukar mengingat

R : dapat diberikan berupa leaflet, brosur, booklet agar dapat di baca dan di

pelajari lebih lanjut.

f. Meningkatkan harga diri klien

R : libatkan klien dalam tindakan keperawatan. Beri penghargaan pada perilaku

positif.

g. Membantu latiohan menejemen stress

R : a. Latihan nafas dalam

Latihan relaksasi ( anggota badan, perut, dada, kepala dan leher)

Latihan lima jari ( hipnose diri sendiri )

(Keliat B A, 1999).

BAB III

PENUTUP

16

Page 17: FN1

Kesimpulan

Adanya modernisasi dan perkembangan teknologi pada masa ini menyebabkan

banyak hal menjadi berubah. Seseorang atau individu tentunya dengan adanya perubahan

tersebut haruslah berusaha untuk menyesuaikan diri atau memberi respon adaptif terhadap

kehidupan yang sering berubah. Banyak hal yang dapat mempengaruhi proses adaptasi

suatu individu. Mulai dari kondisi fisik hingga lingkungan yang berperan penting dalam

membantu individu beradaptasi.

Peran perawat dalam masalah pada konsep stress dan adaptasi ini bisa sangat

membantu klien. Sebab, dalam proses keperawatan dalam mengatasi masalah, perawat

mencakup 5 tahapan, yang dimulai dari pengkajian hingga evaluasi. Peran perawat dalam

masalah ini ialah membantu dalam memanajemen stress klien.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmojo, 2003. Pendidikan Dan prilaku kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

17

Page 18: FN1

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

18