fixprotek
DESCRIPTION
tugas individuTRANSCRIPT
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PENGARUH KETEBALAN YOKE ROTOR, JARAK ANTAR
KUTUB DAN JENIS MATERIAL MAGNET PERMANEN PADA ROTOR
STATOR TANPA INTI GENERATOR AXIAL PUTARAN RENDAH
1 FASA MENGGUNAKAN FEMM 4.2
Oleh:
DEDEK MUKTIANTO
H1C010044
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PURBALINGGA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Judul Penelitian
Pengaruh ketebalan yoke rotor,jarak antar kutub dan jenis material
magnet permanen pada rotor stator tanpa inti generator axial putaran rendah
1fasa menggunakan femm 4.2.
1.2. Latar Belakang
Dewasa ini kebutuhan akan energi listrik telah menjadi suatu kebutuhan
utama bagi manusia. Berbagai cara dilakukan agar kebutuhan listrik tersebut
dapat terpenuhi, baik secara kuantitas, kualitas maupun ketersediaan listrik
tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara
mengoptimalkan sistem pembangkitan yang ada atau dengan memberdayaan
sumber daya alam yang ada semaksimal mungkin. Saat ini, penelitian dan
pengembangan tentang sumber energi listrik terus dilakukan untuk mendapat
sumber energi listrik alternatif, terutama yang menggunakan sumber energi
terbarukan.
Salah satu perangkat sumber energi listrik terbarukan yang
dikembangkan adalah generator magnet permanen fluks axial. Generator
adalah mesin yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
Pada umumnya, peneilitian dan pengembangan generator dilakukan pada
parameter-parameter yang mempengaruhi kinerja generator, baik optimasi
parameter pada stator maupun optimasi parameter rotor generator untuk
mendapatkan desain generator yang dapat bekerja secara optimal.
3
Pada generator putaran rendah, maka dibutuhkan kutub yang cukup
banyak untuk bisa menghasilkan suatu frekuensi yang cukup tinggi,
sebagaimana rumus putaran pada generator AC, n=120 f
p , dimana jumlah
kutub ( p ) berbanding terbalik dengan putaran generator (n ) sehingga jika
putarannya rendah harus menggunakan kutub yang cukup banyak untuk
mendapatkan besarnya frekuensi yang ideal untuk sebuah pembangkitan
tenaga listrik, yakni 50-60 Hz.
Generator magnet permanen fluks aksial tidak membutuhkan energi
listrik awal untuk membuat medan magnetnya, berbeda dengan pembangkit
konvensional yang mana biasanya menggunakan generator kecepatan tinggi
fluks radial. Pada pembangkit konvensional membutuhkan energi listrik awal
untuk mendapatkan medan magnetnya serta membutuhkan transmisi gearbox
untuk menyamakan putaran antara turbin dengan generator sehingga pada
masing-masing didapatkan putaran yang sama. Sebagai solusinya maka pada
penelitian ini digunakan mesin jenis magnet permanen fluks aksial (AFPM)
kutub banyak sebagai solusi mengatasi kekurangan kekurangan yang dimiliki
oleh pengganti eksitasi.
Pada penulisan skripsi ini, penulis membahas tentang pengaruh
ketebalan yoke rotor, jarak antar kutub dan jenis material magnet permanen
pada rotor stator tanpa inti generator axial putaran rendah 1 fasa
menggunakan femm 4.2. Studi dilakukan pada pengaruh ketebalan yoke rotor,
jarak antar kutub dan jenis material magnet sehingga didapat desain rotor yang
dapat mengasilkan kuat medan magnet yang optimum.
Pembuatan studi ini, diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data
dalam perancangan dan pembuatan generator sinkron magnet permanen yang
dapat menghasilkan kuat medan magnet yang optimum.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mendesain generator magnet permanen putaran rendah.
2. Bagaimana memaksimalkan kerapatan fluks dalam konstruksi rotor stator
tanpa inti.
1.4. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih fokus dan terarah, maka perlu adanya batasan
masalah. Adapun batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tidak melakukan analisis terhadap rugi-rugi, pembebanan dan torsi pada
generator magnet permanen.
2. Tipe generator yang menjadi studi desain adalah generator sinkron
magnet permanen fluks aksial jenis cakram dengan dua rotor dan satu
stator tanpa inti (coreless).
3. Parameter desain generator adalah tebal yoke rotor ,material magnet dan
jarak antar kutub magnet . Optimasi variasi parameter disimulasikan
untuk mendapat titik optimum yang menghasilkan kuat fluks magnet
optimum.
4. Tidak membahas generator Asinkron.
5. Analisis menggunakan perangkat lunak Finite Element Method Magnetics
(FEMM) versi 4.2.
6. Pengujian ini hanya mencari nilai tegangan keluaran (Vrms) dan daya
masukan generator dari masing-masing stator saat generator dalam
kondisi tanpa beban.
1.5. Hipotesa
Optimasi ketebalan yoke rotor,jarak antar kutub dan jenis material
magnet permanen menghasilkan generator yang mempunyai kerapatan fluks
maksimum.
1.6. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh ketebalan yoke rotor,jarak antar kutub dan jenis
material magnet permanen, stator tanpa inti pada generator axial magnet
permanen putaran rendah 1 fasa.
2. Menganalisis optimasi pemasangan magnet .
1.7. ManfaatPenelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan wawasan serta keterampilan bagi peneliti dalam mendesain
generator magnet permanen putaran rendah.
2. Memberikan kontribusi dalam penggunaan dan pemanfaatan sumber daya
air pada skala kecil untuk dijadikan sumber energi listrik yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah
pedesaan dan pegunungan.
3. Sebagai referensi dan pedoman untuk pengembangan generator sinkron
magnet permanen dengan kapasitas yang lebih besar.
1.8 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Literatur
Dilaksanakan dengan dilakukan dengan mempelajari dan membaca
berbagai sumber referensi yang berasal dari media cetak maupun media
elektronik untuk kemudian dikaji lebih lanjut.
2. Studi Laboratorium
Berupa eksperimen yang dilakukan penulis untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Wawancara
Berupa pengumpulan informasi dan konsultasi secara lisan dengan
dosen pembimbing maupun kepada pihak-pihak yang berkompeten serta
dapat menunjang penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Generator
Generator merupakan mesin berputar yang dapat mengubah tenaga
mekanis menjadi energi listrik melalui proses induksi elektromagnetik.
Generator ini memperoleh energi mekanis dari prime mover atau penggerak
mula. Penggerak mula ini bisa berupa air, angin, uap, diesel, atau jenis
penggerak mula yang lain. Jadi disini generator berfungsi untuk mengubah
tenaga mekanik menjadi tenaga listrik yang mempunyai prinsip kerja yaitu
bilamana rotor diputar maka belitan kawatnya akan memotong gaya-gaya
magnit pada kutub magnit, sehingga terjadi perbedaan tegangan, dengan
dasar inilah timbullah arus listrik, arus melalui kabel/kawat yang ke dua
ujungnya dihubungkan dengan cincin geser. Pada cincin-cincin tersebut
menggeser sikat-sikat, sebagai terminal penghubung keluar.
Bagian bagian generator yaitu
1. Rotor
Adalah bagian yang berputar yang mempunyai bagian terdiri dari poros,
inti, kumparan, cincin geser, dan sikat-sikat.
2. Stator
Adalah bagian yang tak berputar (diam) yang mempunyai bagian terdiri
dari rangka stator yang merupakan salah satu bagian utama dari generator
yang terbuat dari besi tuang dan ini merupakan rumah dari semua bagian-
bagian generator, kutub utama beserta belitannya, kutub-kutub pembantu
beserta belitannya, bantalan-bantalan poros.
Berdasarkan pada Gambar 2.1 prinsip dari generator ini adalah
berdasarkan hukum Faraday yakni apabila suatu penghantar diputarkan di
dalam medan magnet, sehingga memotong-motong garis gaya magnit maka
pada ujung-ujung penghantar akan timbul ggl (gaya gerak listrik) dengan
satuan volt (Dahono, Pekik Argo, 2008).
Gambar 1. Penghantar dalam medan magnet timbul ggl
2.2.Generator Sinkron
Generator arus bolak-balik disebut juga generator sinkron atau
alternator sinkron. Pada prinsipnya yakni penggerak mula memutar rotor
generator, kemudian rotor yang mengandung medan magnet (magnet bisa
berasal dari magnet permanen atau magnet yang ditimbulkan dari eksitasi)
menimbulkan fluks magnet yang berpotongan dengan konduktor pada stator
dan menghasilkan tegangan pada stator (Zuhal, 1995).
Generator AC bekerja berdasarkan atas prinsip dasar induksi
elektromagnetik. Tegangan bolak-balik akan dibangkitkan oleh putaran
medan magnetik dalam kumparan jangkar yang diam. Dalam hal ini
kumparan medan terletak pada bagian yang sama dengan rotor dari
generator. Nilai dari tegangan yang dibangkitkan bergantung pada :
1. Jumlah dari lilitan dalam kumparan.
2. Kuat medan magnetik, makin kuat medan makin besar tegangan yang
diinduksikan.
3. Kecepatan putar dari generator itu sendiri.
Generator arus bolak-balik memberikan hubungan yang sangat
penting dalam proses perubahan energi dari batu bara, minyak, gas, uranium
air, angin ke dalam bentuk yang bermanfaat untuk digunakan dalam industri
atau rumah tangga. Dalam generator arus bolak-balik, pada umumnya
medan diletakan pada bagian yang berputar atau rotor dan lilitan jangkar
pada bagian yang diam atau stator dari mesin (Zuhal, 1995).
2.3. Prinsip Kerja Generator Sinkron Secara Umum
Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan
magnet homogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan
tersebut. Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan yang dialiri arus DC
atau oleh magnet tetap (Zuhal, 1995).
Pada mesin tipe kutub eksternal (external pole generator) medan
magnet diletakkan pada stator, yang mana energi listrik dibangkitkan pada
kumparan rotor. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring dan
karbon sikat, sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan daya
tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator dengan
kutub internal (internal pole generator), yang mana medan magnet
dibangkitkan oleh kutub rotor dan tegangan AC dibangkitkan pada
rangkaian stator. Tegangan yang dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks
magnet pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada
kecepatan konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitkan pada mesin sinkron
kutub internal pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa
sehingga membentuk beda fasa dengan sudut 120°. Namun pada mesin
sinkron yang dirancang khusus untuk tegangan keluaran AC satu fasa,
bentuk gelombangnya berupa sinusoidal tanpa ada beda sudut.
Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan
dengan mendesain bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada rotor silinder,
kumparan rotor disusun secara khusus untuk mendapatkan fluks terdistribusi
secara sinusoidal. Untuk tipe generator dengan kutub internal (internal pole
generator), suplai DC yang dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring
dan sikat untuk menghasilkan medan magnet merupakan eksitasi daya
rendah. Jika rotor menggunakan magnet permanen, maka tidak ada slip ring
dan sikat karbon tidak begitu diperlukan karena tidak memerlukan tambahan
arus DC sebagai eksitasi untuk menghasilkan fluks magnetnya.
2.4. Generator Sinkron Magnet Permanen Fluks Aksial (GSMPFA)
Axial Flux Permanent Magnet (AFPM) yang biasa disebut mesin disc-
type merupakan sebuah mesin alternatif atas mesin Radial Flux Permanent
Magnet (RFPM) berbentuk silinder, dikarenakan bentuknya seperti Pancake
yang terlihat rapi dan tersusun padat sehingga menghasilkan berat jenis daya
(daya keluaran per massa/volume mesin) yang lebih besar.
Generator Fluks Aksial adalah suatu mesin fluks aksial yang dapat
mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik yang menghasilkan
arus bolak–balik yang terdiri dari stator dan rotor dengan memiliki arah
aliran fluks yang memotong stator secara aksial. Generator fluks aksial ini
memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dari yang biasanya dan sering
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga angin (Howey, D.A., 2009).
Prinsip kerja generator fluks aksial sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan prinsip kerja generator konvensional pada umumnya. Penggunaan
magnet permanen menghasilkan medan magnet yang tetap sehingga tidak
memerlukan pencatuan arus searah untuk menghasilkan medan magnet.
Sedangkan fluks aksialdiperoleh dari magnet permanen yang telah diberikan
perlakuan khusus sehingga arah garis-garis gaya magnet keluar dari kutub
magnet secara aksial atau vertikal. Generator ini juga memiliki konstruksi
umum yang sama yaitu terdapat rotor yang memiliki magnet permanen
sebagai sumber medan magnet, kumparan stator sebagai tempat terjadinya
induksi elektromagnetik dan celah udara antara rotor dan stator (Darabi.
Ahmad et al., 2012). Berikut konstruksi umum generator fluks aksial seperti
pada gambar 2.3 :
Gambar 2.2. Konstruksi Umum Generator Fluks Aksial (Fatkhurrohman, 2013)
2.5. Rotor (AFPM)
Rotor merupakan bagian generator yang bergerak atau berputar. Rotor
berfungsi sebagai kumparan medan untuk menghasilkan fluks. Rotor terbuat
dari plat berbentuk cakram yang didalamnya terdapat magnet. Magnet yang
digunakan untuk AFPM ini adalah magnet permanen. Bentuknya yang
menyerupai piringan, rotor jenis ini memiliki beberapa keuntungan, yakni
jumlah kutubnya bisa dengan mudah diatur dengan mengatur jumlah magnet
yang digunakan. Pada prakteknya rotor dapat ditempatkan di tengah, yakni
diantara dua stator, maupun dua rotor mengapit satu stator di tengah. Atau
bisa juga hanya terdiri dari satu stator dan satu rotor. Pada rotor terdapat
beberapa kutub, jumlah kutub magnet yang digunakan untuk masing-masing
piringan rotor dapat ditentukan menggunakan persamaan (2.1) sebagai
berikut :
f = p2
xn
60
p = 120 f
n ........................................(2.1)
Keterangan:n = Kecepatan putar rotor (rpm)
p= Jumlah kutub rotor
f = frekuensi (Hz).
Perputaran rotor akan memutar medan magnet yang dihasilkan oleh
kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor akan
diinduksikan pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang
terletak di stator akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah
besarnya terhadap waktu. Adanya perubahan fluks magnetik yang
melingkupi suatu kumparan terhadap waktu akan menimbulkan ggl induksi
pada akhir kumparan tersebut (Junianto, 2013).
2.6. Material Yoke Rotor
Pada generator sederhana, yoke biasanya terbuat dari bahan besi. Tapi
untuk generator yang lebih besar menggunakan material yoke yang terbuat
dari baja. Secara umum, fungsi rotor adalah :
a. Sebagai bahan material untuk penampang magnet permanen dan
sebagai pelindung mesin.
b. Membawa fluks magnetic yang dihasilkan oleh magnet permanen.
Material yang baik digunakan untuk yoke adalah material yang
memiliki permeabilitas dan knduktifitas elektrik relative tinggi. Material
yang memiliki karakteristik ini disebut juga dengan material ferromagnetij,
missal seperti besi, cobalt dan nikel. Material feeromagnetik adalah salah
suatu benda yang dapat dibuat menjadi magnet, karena electron-elektron
pada atom benda itu mudah untuk diarahkan gerakannya oleh medan magnet
dari luar. Keuntungan menggunakan material ferromagnetic sebagai inti besi
pada generator sinkron adalah dimungkinkan memperoleh fluks yang
berlipat ganda (Zuhal, 1995).
2.7. Stator AFPM
Stator merupakan bagian dari generator yang statis (diam atau tidak
berubah).Stator terdiri dari kumparan dari bahan tembaga, jumlah kumparan
menentukan tegangan yang bisa dikeluarkan oleh generator tersebut.
Kumparan-kumparan tersebut digabung secara seri. Untuk generator tiga
fase, kumparan-kumparan yang digabung seri tersebut menghasilkan 3 fase
tegangan, sehingga masing-masing fasa terdiri dari n/3 kumparan yang
disusun secara seri, dimana n merupakan banyaknya gulungan kumparan,
namun jika dirancang generator 1 fase, maka fase tersebut terdiri dari n
kumparan yang disusun seri atau dengan kata lain semua kumparan disusun
seri yang bermuara pada satu titik. (Junianto, 2013).
2.8. Magnet Permanen
Sebagai penghasil medan magnet utama, medan magnet pada rotor
merupakan medan magnet permanent yang kuat. Magnet permanen tidak
memiliki kumparan penguat dan tidak menghasilkan disipasi daya elektrik.
Seperti bahan ferromagnetik yang lain, sebuah magnet permanen dapat
digambarkan oleh B-H Hysteresis Loop. Magnet permanen merupakan
material feromagnetik yang memiliki Hysteresis Loop yang lebar. Histeresis
Loop yang lebar menunjukkan sedikitnya pengaruh induksi dari luar
terhadap magnet tersebut. Magnet permanen dibuat atas perlakuan khusus
pada besi atau baja sehingga mayoritas dari garis-garis medan magnet yang
keluar dari kutub hanya mengarah ke atas dan bawah secara vertikal seperti
pada gambar 2.5 di bawah ini :
Gambar 2.3. Ilustrasi Aliran Garis-Garis Medan Magnet (Gieras dkk, 2008)
Terdapat dua tipe dari magnet langka yang masih ada di bumi, yaitu
magnet SmCo (Samarium-Cobalt) dan magnet NdFeB (Neodymium-Iron-
Boron). Penggunaan Rare-earth Nd-Fe-B magnet dapat memberikan Power
Density yang tinggi dalam volume material yang kecil sehingga membantu
desainer untuk memproduksi mesin berkualitas terbaik dengan sedikit rugi-
rugi daya dan materialyang lebih ringan. Selain itu, mesin dengan stator
tanpa inti dapat bekerja denganjika menggunakan teknologi Nd-Fe-B ini.
Ada tiga jenis pembagian magnet permanen yang digunakan untuk mesin
elektrik, diantaranya yaitu:
a. Alnicos (Al, Ni, Co, Fe);
b. Ceramics (Ferrites), contohnya Barium Ferrite BaOx6Fe2O3 dan
Strontium Ferrite SrOx6Fe2O3;
c. Rare-earth materials, contohnya Samarium-Cobalt (SmCo)
danNeodymium-Iron-Boron (NdFeB).
Berikut kurva karakteristik Hysteresis Magnetic seperti pada gambar 2.6 di
bawah ini :
Gambar 2.4. Kurva karakteristik Hysteresis Magnetic beberapa material (Gieras dkk, 2008)
Berdasarkan kurva karakteristik Hysteresis, Neodymium-Iron-Boron
menjadi bahan yang paling baik dari ketiga jenis bahan yang lain. NdFeB
mempunyai densitas fluks yang lebih besar dibandingkan bahan
feromagnetik yang lain. Selain itu, harga dari NdFeB saat ini menjadi lebih
terjangkau. Itulah sebabnya saat ini banyak digunakan ferimagnetik jenis ini.
Berikut spesifikasi material magnet permanen pada tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1. Spesifikasi material magnet permanen (Gieras dkk, 2008).
Material Magnet
Energi Maksimum-
Bhmax (MGOe)
Kepadatan Fluks
Magnet- Br (gauss)
Daya Tarik-Hc (Koe)
Temperatur
Kerja C
Keramik 5 3.4 3950 2400 400
Alniko 5 3.9 10900 620 540
Alniko cetak 8 5.3 8200 1650 540Samarium
kobalt 20 (1.5)20 9000 8000 260
Samarium kobalt 28
(2.17)
28 10500 9500 350
Neodymium N42
45 13500 10800 80
Neodymium 33 UH
33 11500 10700 180
Dari tabel 2.1 di atas, bisa kita lihat material magnet Neodymium N42
mempunyai energi maksimal (Bhmax) sebesar 45 MGOe. Energi maksimal
ini merupakan energi produk yang menyatakan jumlah energi yang
tersimpan dalam magnet persatuan volume. Neodymium N42 mempunyai Br
sebesar 13500 Gauss. Br merupakan induksi magnetik yang tersisa dalam
bahan magnetik jenuh setelah bidang magnetizing dihapus. Selain itu,
Neodymium N42 mempunyai daya tarik Hc sebesar 10800 Koe. Daya tarik
yang dimaksud, yaitu kekuatan medan magnet yang diperlukan untuk
menarik bahan yang mempunyai konduktivitas seperti besi dan baja. Dalam
pengoperasiannya, Neodymium N42 juga mempunyai temperatur maksimal
sebesar 80C dan jika lebih dari 80C, maka Neodymium N42 tidak dapat
bekerja secara maksimal.
Generator dengan magnet permanen memiliki tingkat efisiensi yang
lebih baik dibandingkan dengan generator induksi karena tidak ada rugi
yang dihasilkan sehingga banyak digunakan terutama untuk turbin angin.
Bentuknya yang lebih sederhana membuat generator magnet permanen
menjadi lebih rapi, ringan, dan tersusun padat walaupun harganya lebih
mahal karena kelangkaan magnet permanen di bumi. Akan tetapi, generator
magnet permanen tidak dapat diatur seberapa besar eksitasi yang diberikan
kepada generator karena fluks magnetik yang dihasilkan magnet ini tetap
sehingga arus eksitasi yang dihasilkan pun tidak dapat diubah sesuai dengan
kebutuhan (Gieras dkk, 2008).
Dengan menggunakan magnet permanen sebagai penghasil medan
magnet utama, generator ini tidak membutuhkan lagi adanya pencatuan arus
DC sehingga biaya dan tenaga untuk merawat serta mengganti komponen-
komponen pencatuan tersebut dapat dihilangkan. Terdapat dua buah tipe
generator magnet permanen bila dikategorikan berdasarkan arah fluks-fluks
magnetik, yaitu tipe fluks radial dan fluks aksial.
Terdapat beberapa macam bentuk magnet permanen yang baik
digunakan dalam mesin AFPM, yaitu trapezoidal, persegi (rectangular) dan
bulat (circular). Bentuk-bentuk magnet tersebut disesuaikan dengan jumlah
dan susunan kumparan stator dengan mempertimbangkan efisiensi dan
keselarasan antara rotor dan stator. Perbedaan bentuk diantara ketiganya
dapat dilihat pada gambar 2.7 di bawah ini :
Gambar 2.5. Bentuk-bentuk Kutub Magnet Permanen
(a) Rectangular, (b) Trapezoidal, (c) Lingkaran
2.9. Desain Magnet
Desain rotor pada generator magnet permanen axial memiliki 2 jenis
yaitu surface mounted dan surface inset seperti yang terlihat pada gambar
2. .Surface mounted adalah jenis rotor yang penempatan magnet
permanennya berada di luar permukaan penampang atau yoke pada rotor,
sedangkan surface inset merupakan jenis rotor yang penempatannya berada
di dalam penampang atau yoke rotor. Pada pernilitian ini yang digunakan
adalah perpaduan antara surface mounted dan surface inset dengan variasi
pada jarak pemasangan magnet yang dimasukan kedalam penampang atau
yoke. Adapun besarannya adalah 0%, 5%,10% dan 50% dari tebal magnet
yang dimasukan kedalam penampang atau yoke.
Perpaduan teknik ini digunakan karena dalam perancangan rotor jenis
ini lebih mudah dikonfigurasi karena strukturnya relative sederhana untuk
diproduksi dan stabil saat pada putaran yang diinginkan( Parviainen,2005).
2.10. Perhitungan Tegangan AFPM
Tegangan listrik yang dibangkitkan oleh generator magnet permanen ini
dapat dirumuskan melalui persamaan (2.3).
Erms=Emax
√2=2 π
√2×N×f ×Φmax×
N s
N ph(2.3)
Dengan :
Erms = Tegangan induksi keluaran dari generator (volt)
N = Jumlah lilitan per kumparan.
f = Frekuensi elektris (Hz)
Φmax = fluks magnet (Wb)
N s = Jumlah kumparan
N ph = Jumlah fasa (1 fase atau 3 fase)
2.11. Perhitungan Fluks Magnet
Fluks magnetik adalah ukuran atau jumlah medan magnet B
(Tesla) yang melewati luas penampang tertentu. Satuan fluks magnetik
dengan satuan adalah weber (Wb).
Φmax dapat dihitung dengan rumusan:
Φmax=Amagn⋅Bmax(2.4)
Amagn = Area magnet (m2)
Bmax = Densitas fluks maksimum (weber)
Amagn=π⋅(r o
2−ri2 )−τ f (ro−ri )⋅Nm
N m
Dengan :
ro = Radius luar magnet (m)
ri = Radius dalam magnet (m)
τ f = Jarak antar magnet (m)
Nm = Jumlah magnet
(2.5)
2.12. Kerapatan Fluks magnet Maximum
Kerapatan fluks magnet adalah jumlah garis gaya tiap satuan luas yang
tegak lurus kuat medan magnet. Fluks density dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Bmax=Br⋅lm
lm+δ (2.6)
Dengan :
B max = Kerapatan fluks magnet maximum (tesla)
Br= Kerapatan fluks magnet (tesla)
lm = Ketebalan magnet (m)
δ = Jarak antara rotor dengan stator (m)
2.13. Perhitungan Rating Daya Keluaran Generator
Kapasitas daya keluaran dari sebuah generator ditentukan oleh besar
tegangan generator dan kemampuan hantar arus (KHA) kawat dari stator
pada generator tersebut. Untuk daya generator (watt) dapat dicari dengan
rumus pada persamaan (2.7) :
P = V I (2.7)
P = Kapasitas daya generator (watt)
V = Tegangan generator (volt)
I = Kemampuan hantar arus kawat stator / KHA (ampere)
2.14. Finite Element Method Magnetics ( FEMM)
FEMM adalah sebuah paket program yang digunakan untuk
memecahkan masalah elektromagnetis.Program ini dikhususkan untuk
permasalahan seperti linear dan non linear low frequency magnetic, linear
electrostatic problem dan heat flow problem.
Perangkat lunak FEMM yang digunakan pada pengujian ini adalah
versi 4.2.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada penelitian tugas akhir dilakukan di Laboratorium Energi Teknik
Elektro Universitas Jenderal Soedirman pada bulan november 2014-maret
2015.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Sebuah unit laptop lenovo G40-30 dengan spesifikasi
a. Intel Celeron ™ CPU intel N2830 2.166 GHz RAM 2 GB
b. Sistem Operasi Microsoft Windows 7 Home Premium 32 Bit
2) Perangkat LunakFinite Element Methode (FEMM) 4.2
3.3. Materi Penelitian
Materi penelitian diambil dari berbagai macam referensi baik berupa
jurnal, buku, blog, dan penerapannya terutama mengenai bagian Generator
Magnet Permanen Aksial sebagai alat pembangkit listrik serta perhitungan
satu fasa.
3.4. Tahapan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a) Tahap Persiapan
b) Tahap Perencanaan
c) Tahap Desain dan Analisis
d) Tahap Akhir
3.4.1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, penulis melakukan pengumpulan literatur-
literatur berupa jurnal, buku maupun artikel generator magnet
permanen sebagai komponen utama dalam proses pembangkitan, serta
mengkaji hasil penelitian tugas akhir sebelumnya. Pada tugas akhir
ini, penulis melakukan pengembangan tugas akhir sebelumnya yang
berjudul Desain Generator Magnet Permanen Axial Ac 1 Fasa Pada
Putaran Rendah Dengan Kapasitas 100 Watt 48 Volt, dalam
penelitiannya menggunakan magnet permanen N42 sebanyak 10
kutub dan 10 kumparan stator. Dalam perancangannya menggunakan
aplikasi Autocad 2007.
3.4.2. Tahap Perencanaan
Dalam membuat Generator Sinkron Axial Flux Permanent
Magnet dimulai dengan menggambar desain generator menggunakan
perangkat lunak FEMM 4.2 dan merencanakan terlebih dahulu baik
sisi konstruksi maupun sisi elektrikalnya. Perencanaan gambar ini
meliputi jarak magnet yang optimal pada rotor, banyaknya magnet
yang digunakan serta besar geometri dari rotor dan stator yang akan
digunakan.
Generator Sinkron AFPM yang dirancang dan diteliti
mempunyai 2 rotor yang terbentuk dari 10 magnet permanen pada
setiap sisinya dan satu sisi stator yang berupa gulungan, dimana sisi
mempunyai 10 gulungan koil stator. Keunggulan dari generator jenis
ini adalah terletak pada konstruksinya yang sederhana dengan magnet
permanen sehingga mudah dalam perawatan. Disamping itu dengan
bentuk rotornya yang berupa piringan sedemikian hingga jumlah
kutub yang akan dibuat dapat disesuaikan banyaknya, sehingga cocok
untuk pembangkit putaran rendah.
3.4.3. Tahap Desain dan Analisis
Langkah awal sebelum dibuat, generator AFPM ini perlu
ditentukan parameter-parameternya dimana nantinya kita akan
mendapatkan tegangan keluaran dari generator tersebut.
a. Rotor
Karena generator yang akan didesain termasuk generator
putaran rendah maka disini ditentukan putaran generator sebesar
600 rpm, dimana putaran tersebut cocok untuk kondisi di
Indonesia dimana debit air yang tidak terlalu besar dan kecepatan
angin yang rendah.
Gambar 3.1. Rotor Generator Magnet Permanen Axial
b. Jumlah Lilitan
Jumlah lilitan berpengaruh dalam hasil keluaran suatu
generator magnet permanen, karena semakin banyak lilitannya
semakin besar pula tegangan yang dihasilkan, disini ditentukan
banyaknya lilitan sebesar 80 lilitan tiap kumparannya.
c. Jumlah Kutub
Frekuensi generator ditentukan dengan standar 50 Hz
sehingga jika putaran generator turun maka pengaruh dalam
penurun frekuensi tidak terlalu terasa. Berdasarkan persamaan
120f/p, sehingga untuk frekuensi 50 Hz dan putaran diatur
menjadi 600 rpm maka didapatkan hasil yang ideal jumlah
magnet sebanyak 10 buah.
d. Stator Tanpa Inti
Generator yang dibuat berupa generator fluks aksial dua
sisi dimana satu stator akan diapit oleh dua buah sisi rotor. Stator
disini terdiri atas kumparan-kumparan yang digulung dan
disusun seri dengan ketebalan stator adalah 10,4 mm dan tebal
kawat 1.3 mm dan sisi stator mempunyai 10 buah kumparan.
Didalam stator kumparan digunakan sebagai jangkar dimana
tegangan keluaran melalui bagian ini.
Tabel 3.1 American Wire Gauge (Junianto, 2013)
AWG
Diameter Area Resistance Resistance Max
Current
[mm] [mm2] [Ohms / 1000 ft]
[Ohms / km] [Amperes]
0000 (4/0)
11.684 107 0.049 0.16072 302
000 (3/0)
10.40384 85 0.0618 0.202704 239
00 (2/0) 9.26592 67.4 0.0779 0.255512 190
0 (1/0) 8.25246 53.5 0.0983 0.322424 150
1 7.34822 42.4 0.1239 0.406392 119
2 6.54304 33.6 0.1563 0.512664 94
3 5.82676 26.7 0.197 0.64616 75
4 5.18922 21.2 0.2485 0.81508 60
5 4.62026 16.8 0.3133 1.027624 47
6 4.1148 13.3 0.3951 1.295928 37
7 3.66522 10.5 0.4982 1.634096 30
8 3.2639 8.37 0.6282 2.060496 24
9 2.90576 6.63 0.7921 2.598088 19
10 2.58826 5.26 0.9989 3.276392 15
11 2.30378 4.17 1.26 4.1328 12
12 2.05232 3.31 1.588 5.20864 9.3
13 1.8288 2.62 2.003 6.56984 7.4
14 1.62814 2.08 2.525 8.282 5.9
15 1.45034 1.65 3.184 10.44352 4.7
16 1.29032 1.31 4.016 13.17248 3.7
17 1.15062 1.04 5.064 16.60992 2.9
18 1.02362 0.823 6.385 20.9428 2.3
19 0.91186 0.653 8.051 26.40728 1.8
20 0.8128 0.518 10.15 33.292 1.5
21 0.7239 0.41 12.8 41.984 1.2
22 0.64516 0.326 16.14 52.9392 0.92
23 0.57404 0.258 20.36 66.7808 0.729
24 0.51054 0.205 25.67 84.1976 0.577
Pada simulasi pengujian dipakai kawat jenis American Wire
Gauge (AWG) tipe AWG 16 dikarenakan diameter kawat yang
dibutuhkan adalah sebesar 1.3 mm. Sesuai pada data Tabel 3.1.
Semakin besar diameter sebuah kawat maka kemampuan hantar arus
(KHA) kawat tersebut akan semakin besar, sehingga rugi-rugi
terhadap daya akan semakin mengecil.
e. Magnet
Jumlah magnet sebanyak 10 buah berjenis NdFeB, dengan tebal
10mm dan jarak antar magnet 26.9mm. Dengan air gap bervariasi
antara 2mm,3mm,4mm dan 5mm. Sedangkan untuk teknik
pemasangan magnet dirotor sebesar 0%,5%,10% dan 50% dari tebal
magnet. Hal ini dikarenakan agar menjaga stabilitas saat berputar
dengan kecepatan 600 rpm.
Setelah gambar selesai dibuat pada perangkat lunak FEMM 4.2 ,
kemudian dilakukan pengujian simulasi. Simulasi yang diujikan antara
lain :
a. Pengaruh ketebalan yoke rotor,jarak antar kutub dan jenis
material
b. Perhitungan nilai fluks pada stator tanpa inti
c. Perhitungan nilai output tegangan dan daya keluaran generator.
Lalu dilanjutkan dengan melakukan perhitungan untuk
mengetahui nulai keluaran generator berdasarkan parameter tersebut.
Perhitungan dilakukan secara manual, dengan persamaan (2.4).
Dimana persamaan ini untuk mendapatkan nilai fluks dari generator
yang akan didisain. Kemudian nilai yang dicari adalah nilai tegangan
(Vrms) dari generator sinkron magnet permanen, sesuai dengan
persamaan (2.3).
3.4.4. Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini merupakan tahap penulisan laporan serta
melakukan presentasi atau seminar hasil dari penelitian yang telah
dilakukan. Penyajian utama dalam laporan tugas akhir ini adalah
perhitungan komponen baik rotor maupun stator serta pendesainan
rotor dan stator.
3.5. Jadwal Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga bulan
Maret 2015 :
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian
Kegiatan
Bulan ke-
I II III IV V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap persiapan X X X X
Tahap pengumpulan
data X X X X
Tahap analisis X X X X X X X X
Tahap Akhir X X X X
3.6. Alur Penelitian
Tidak
Mulai
Pembuatan Model
Memasukan Parameter
Mensimulasikan dengan FEMM 4.2
Berhasil
Ya
Melakukan Analisis perhitungan
Selesai