fix renval

71
TUGAS AKHIR MATA KULIAH PERENCANAAN DAN EVALUASI PKM Oleh: Kelompok (2) D-2013 Devi Eka Meirinda 25010113140249 Della Zulfa Rifda 25010113140250 Indira Krisma Rusady 25010113140251 Falentine Lidya Telussa 25010113140252 Rini Oktaviani Handayani 25010113140253 Astrid Ayu Utami 25010113130254 Dhia Ghoniyyah 25010113130255 Achmad Rizki Azhari 25010113140258 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Upload: rini-oktaviani-handayani

Post on 15-Sep-2015

232 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

S

TRANSCRIPT

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PERENCANAAN DAN EVALUASI PKM

Oleh:Kelompok (2)D-2013Devi Eka Meirinda25010113140249Della Zulfa Rifda25010113140250Indira Krisma Rusady25010113140251Falentine Lidya Telussa25010113140252Rini Oktaviani Handayani25010113140253Astrid Ayu Utami25010113130254Dhia Ghoniyyah25010113130255Achmad Rizki Azhari25010113140258

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2015

DIAGNOSIS SOSIALA. Diagnosis Sosial Kota Semaranga. Gambaran Umum Kota Semarang1. LetakKota Semarang terletak antara garis 650 - 710 Lintang Selatan dan garis 10935 -11050 Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai. (Dinas Kesehatan Kota Semrang, 2013).2. Luas WilayahDengan luas wilayah sebesar 373,67 km2, dan merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, kecamatan Mijen (57,55 km2) dan Kecamatan Gunungpati (54,11 km2), dimana sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan Semarang Tengah (6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan sebagainya. (Dinas Kesehatan Kota Semrang, 2013).

b. Gambaran Keadaan Sosial Kota Semarang1. Pertumbuhan PendudukJumlah penduduk Kota Semarang menurut Buku Estimasi Penduduk Menurut Umur Tunggal yang dikeluarkan oleh Pusat Data & Informasi Kemenkes RI dalam Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013, sampai dengan akhir Desember tahun 2013 sebesar : 1.575.068 jiwa, terdiri dari 773.764 jiwa penduduk laki-laki dan 801.304 jiwa penduduk perempuan. Dengan jumlah sebesar itu Kota Semarang masih termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah. (Dinas Kesehatan Kota Semrang, 2013).

Tabel 1. : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2013

Sumber : BPS dalam Profil Kesehatan Kota Semrang 2013

2. Kepadatan dan Persebaran PendudukPenyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah (Kota Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah merupakan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan. Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan.Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum terlalu padat. Pada tahun 2012 kepadatan penduduknya sebesar 4.358 jiwa per km2.

3. Tingkat Pendidikan PendudukTabel 2. Data Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Semarang Tahun 2013Tingkat PendidikanJumlah Penduduk (Jiwa)

Tidak sekolah94,617

Belum tamat SD162,897

Tidak tamat SD131,987

Tamat SD330,797

Tamat SMTP293,419

Tamat SMTA305,304

Tamat Akademi/Diploma III62,887

Tamat Universitas64,320

Sumber : BPS - Kota Semarang Dalam Angka 2014

Dari data tabel 2. dapat disimpulkan penduduk kota Semarang Tahun 2013 terbanyak dengan tingkat pendidikan tamat Sekolah Dasar (SD).

4. KemiskinanTabel 3. Jumlah Penduduk Miskin di Kota Semarang Tahun 2013TahunJumlah Penduduk Miskin (Jiwa)

201326,518

201226,518

2011437,027

201085,947

Sumber : BPS - Kota Semarang Dalam Angka 2014

Jumlah penduduk miskin kota semarang dari tahun 2012-2013 tidak mengalami perubahan, walaupun terjadi penurunan jumlah penduduk miskin tahun 2011-2012.

5. Tingkat Pengangguran PendudukTabel. 4 Jumlah Pengangguran Penduduk Kota Semarang Tahun 2010-2013TahunJumlah Pengangguran (Jiwa)

2013226.546

201271.273

201185.769

201087.583

Sumber : Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Kota Semarang dalam katalog BPS Kota Semarang Dalam Angka 2014Terjadi peningkatan jumlah pengangguran di Kota Semarang dari tahun 2012 ke tahun 2013.6. Mata Pencaharian PendudukTabel 5. Mata Pencaharian Penduduk Kota Semarang Tahun 2013 (Jiwa)Petani SendiriBuruh TaniNelayanPengusahaBuruh IndustriBuruh Bangunan

26,94018,5342,65753,160176,63582,766

PedagangAngkutanPNS & TNI/PolriPensiunanLainnya

86,17525,55394,74839,72381,702

Sumber : BPS - Kota Semarang Dalam Angka 2014Mata pencaharian penduduk Kota Semarang terbanyak yaitu sebagai buruh industri.Prioritas Masalah SosialNoMasalahKemudahan Memperbaiki MasalahTingkat Keseriusan MasalahTotal Nilai

1Laju pertumbuhan penduduk156

2Kepadatan penduduk156

3Tingkat pendidikan penduduk yang rendah134

4Tingkat Kemiskinan Penduduk347

5Meningkatnya Tingkat Pengangguran246

6Mata Pencaharian Penduduk134

B. Alasan Prioritas Masalah Tingkat Kemiskinan PendudukAlasan penulis memilih Kemiskinan Penduduk dikarenakan masalah social tersebut dapat berdampak terhadap masalah social dibawah ini jika tidak cepat ditangani (Y.E. Prasetya, 2011) : Pengangguran Merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung pendidikan dan keterampilan merupakan hal yang sulit diraih masyarakat, maka masyarakat sulit untuk berkembang dan mencari pekerjaanyang layak untuk memenuhi kebutuhan. Dikarenakan sulit untuk bekerja, maka tidak adanya pendapatan membuat pemenuhan kebutuhan sulit, kekurangan nutrisi dan kesehatan, dan tak dapat memenuhi kebutuhan penting lainnya. Misalnya saja harga beras yang semakin meningkat, orang yang pengangguran sulit untuk membeli beras, maka mereka makan seadanya. Seorang pengangguran yang tak dapat memberikan makan kepada anaknya akan menjadi dampak yang buruk bagi masa depan sehingga akan mendapat kesulitan untuk waktu yang lama. KriminalitasMerupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan orang lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa memedulikan halal atau haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan. Misalnya saja perampokan, penodongan, pencurian, penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih banyak lagi contoh kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan. Mereka melakukan itu semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan. Di era global dan materialisme seperti sekarang ini tak heran jika kriminalitas terjadi dimanapun. Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan Sudah pasti masalah ini merupakan dampak kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus sekolah karena tak lagi mampu membiayai sekolah. Putus sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan menjadi penghambat rakyat miskin dalam menambah keterampilan, menjangkau cita-cita dan mimpi mereka. Ini menyebabkan kemiskinan yang dalam karena hilangnya kesempatan untuk bersaing dengan global dan hilangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak.

DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGIDiagnosis yaitu proses menentukan hakekat daripada kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta untuk menentukan masalahnya. Sedangkan epidemiologi dalam arti umum yaitu studitentang seberapa sering suatu penyakit terjadi pada kelompok orang yang berbeda dan mengapa bisa terjadi masalah penyakit tersebut. Jadi pengertian diagnosis epidemiologi adalah penelusuran masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi penyebab dari diagnosa sosial yang telah di prioritaskan (Cahyo dkk, 2015).Tujuan Diagnosis Epidemiologi:1. Mengidentifikasi siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan. 2. Untuk mengetahui pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut. 3. Untuk mengetahui, memahami dan menentukan faktor- faktor kesehatan yang berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat.

Berikut ini adalah faktor-faktor masalah non kesehatan dan masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kemiskinan di wilayah Kota Semarang:1. Faktor-faktor masalah non-kesehatana. Pengangguranb. Kriminalitasc. Putus sekolah dan kesempatan pendidikan

2. Faktor-faktor masalah kesehatana. ISPA

Jumlah penderita pneumonia < 1 tahun pada tahun 2011 ini mengalami kenaikan 152 kasus dari 1.448 menjadi 1.600 tetapi jumlah penderita pneumonia 1-4 th dan Pneumonia Berat < 1 th pada tahun 2011 menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah penderita pneumonia umur 1-4 tahun sebanyak 2.900 balita, penderita pneumonia berat umur < 1 tahun sebanyak 15 balita dan jumlah pneumonia berat umur 1-4 tahun sebanyak 12 balita. IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2011 sebesar 304 per 10.000 balita menurun dibanding tahun 2010. Penurunan IR pneumonia berarti jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan semakin menurun, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat untuk mau membawa balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran serta aktif petugas Puskesmas serta kader kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia balita di masyarakat.

b. KustaKusta di Kota Semarang terdapat secara menyebar hampir di 16 Kecamatan. Distribusi berdasarkan Kecamatan adalah sebagaimana terdapat dalam peta berikut:

Bila digambarkan berdasarkan distribusi Kecamatan kasus kusta adalah sebagai peta di atas, dari 16 Kecamatan di Kota Semarang ada 14 Kecamatan yang terdapat kasus kusta, 2 Kecamatan yang tidak ada kasus kusta sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 adalah Kecamatan: Mijen dan Tugu. Kecamatan dengan jumlah kasus antara 12-20: Gayamsari (16 kss), Pedurungan (15 kss), Semarang Barat (16 kss), Semarang Tengah (14 kss), Semarang Utara (20 kss). Kecamatan dengan jumlah kasus 9 11 : Banyumanik (10 kss), Genuk (11 kss). Kecamatan dengan jumlah kasus 6 8 : Candisari (7 kss), Semarang Selatan (7 kss), Tembalang (8 kss). Daftar kasus tersebut di atas adalah berdasarkan laporan dari 37 Puskesmas (100 %) dan 1 (20 % ) rumah sakit di Kota Semarang. Gambaran kasus ini hanya sebagian dari kasus kusta Kota Semarang secara keseluruhan dikarenakan belum semua rumah sakit melaksanakan pengobatan kusta dengan menggunakan MDT.Berdasarkan laporan Puskesmas pada tahun 2011, kasus kusta di Kota Semarang terdistribusi di 17 Puskesmas, dengan perincian sebagai berikut: Ngesrep (7 kasus), Pegandan (5 kasus), Bangetayu (4 kasus), Poncol (3 kasus), Lebdosari (3 kasus), Gayamsari (3 kasus), Bandarharjo (3 kasus), Lamper Tengah (2 kasus), Rowosari (2 kasus), Tlogosari Wetan (2 kasus), Bululor (1 kasus), Gunungpati (1 kasus), Kagok (1 kasus), Manyaran (1 kasus), Miroto (1 kasus), Pandanaran (1 kasus), Tlogosari Kulon (1 kasus).

c. DiarePenderita diare di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 48.051 penderita dengan angka kesakitan sebesar 32 per 1.000 penduduk, dimana terdapat peningkatan kasus dari tahun 2010 yaitu 34.593 penderita (IR: 24 per 1.000 penduduk). Angka kesakitan diare: 21/1000 penduduk, Balita dengan diare yang ditangani: 100% dan Angka kematian diare : < 1/10.000 penduduk.

Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang IR nya sesuai dan melebihi target (target IR 21/1000 penduduk) ada 13 puskesmas yaitu puskesmas Mangkang (35), Ngemplaksimongan (33), Gunungpati (30), Genuk (28), Karanganyar (28), BandarHarjo (27), Lamper tengah (27), Karang malang (26), Ngesrep (25), Bugangan (23), Banget ayu (23), Manyaran (22) dan Halmahera(21), Puskesmas yang IR diarenya < 21 per 1.000 penduduk (kurang dari target) ada 24 Puskesmas yaitu puskesmas Padangsari, Mijen, Miroto, Kedungmundu, Karangayu, Pudakpayung, Rowosari, Krobokan, Purwoyoso, Kagok, Sekaran, Pegandan, Pandanaran, Tlogosari wetan, Srondol, Gayamsari, Karangdoro, Poncol, Tambak aji, Candi lama, Bulu lor, Tlogosari kulon, Ngalian dan Lebdosari.Berdasarkan angka insiden rate diare diatas, daerah Mangkang merupakan daerah dengan IR tertinggi dengan total 35 yang melebihi target yaitu 21/1000 penduduk.Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal akibat penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit sebesar 0,07% (32/73748) dan berdasarkan data yang masuk dapat diketahui dari tahun 20052010 tidak ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang meninggal.

Jumlah penderita diare yang berkunjung sarana pelayanan kesehatan sebanyak 48.051 orang, hal ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010. Hal ini mungkin disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat sudah meningkat, sehingga masyarakat merasa apabila ada keluhan diare langsung dengan kesadaran sendiri berobat ke Puskesmas. Dengan IR (Incidence Rate) sebesar 32 per 1.000 penduduk. hal ini berarti terjadi kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 24 per 1.000 penduduk.

Dari ketiga masalah kesehatan tersebut maka langkah selanjutnya adalah penentuan prioritas dengan menggunakan variabel-variabel berdasarkan buku Perencanaan & Evaluasi Promosi Kesehatan Masyarakat (Cahyo dkk, 2015). Ada 6 hal yang harus diperhatikan:1. Variabel 1 Masalah mana yang paling memberikan dampak terbesar untuk angka kematian, kesakitan, kecacatan, rehabilitasi, dan pengobatan? Skala terendah jika memiliki dampak terkecil, sedangkan skala terbesar jika memiliki dampak terbesar.2. Variabel 2 Populasi spesifik mana yang terkena dampaknya?Skala terendah jika hanya sebagian kecil dari populasi terkena dampak, sedangkan skala tertinggi jika sebagian besar populasi terkena dampak.3. Variabel 3Masalah mana yang paling mudah diintervensi?Skala terendah jika masalah mudah diintervensi, sedangkan skala tertinggi jika masalah susah diintervensi.4. Variabel 4 Masalah mana yang tidak menjadi perhatian dari petugas kesehatan?Skala terendah jika masalah sudah menjadi perhatian petugas kesehatan, sedangkan skala tertinggi jika masalah belum menjadi perhatian petugas kesehatan.5. Variabel 5 Masalah mana, yang bila diintervensi memiliki dampak positif pada status kesehatan, peningkatan ekonomi, dan keuntungan lainnya?Skala terendah jika masalah tidak memiliki dampak positif pada status kesehatan, peningkatan ekonomi, dan keuntungan lainnya, sedangkan skala tertinggi jika masalah memiliki dampak positif pada status kesehatan, peningkatan ekonomi, dan keuntungan lainnya6. Variabel 6 Adakah dari antara masalah tersebut yang menjadi prioritas dari pemerintah regional maupun nasional?Skala terendah jika masalah sudah menjadi prioritas dari pemerintah regional maupun nasional, sedangkan skala tertinggi jika masalah belum menjadi prioritas dari pemerintah regional maupun nasional.

Skala terendah : 1Skala tertinggi : 10MasalahVariabel yang dipertimbangkan dan nilaiTotal nilaiPeringkat

Variabel 1Variabel 2Variabel 3Variabel 4Variabel 5Variabel 6

ISPA776867402

Kusta668574363

Diare878796451

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka masalah kesehatan yang menjadi prioritas di Kota Semarang adalah Diare.

A. Penyakit diare1. Definisi Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikansebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tigakali atau lebih dalam sehari.

2. Penyebab DiareDiare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:a. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.b. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.c. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.d. Pemanis buatan3. Gejala DiareGejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:a. Muntahf. badan lesub. Perut kramg. panasc. Sakit peruth. tidak nafsu makand. Demami. darah dan lender dalam kotorane. Kembung

4. Diagnosis Diare Secara sistematik dan cermat perlu ditanyakan riwayat penyakit, latar belakang dan lingkungan pasien, riwayat pemakaian obat sebelumnya, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mikrobiologi (Stephen et al., 2008). Anamnesis yang baik : bentuk feces (watery diarrhea atau disentri diare), makanan dan minuman 6 - 24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh karena keracunan makanan atau pencemaran sumber air, dimana tempat tinggal penderita : asrama, penampungan jompo/ pengungsi, dan lain-lain. Wisatawan asing yang dicurigai kemungkinan kolera, E.colli, Amoebiasis, Giardiasis, pola kehidupan seksual (Stephen et al., 2008)

B. Prioritas masalah epidemiologi berdasarkan 6 variabel1. Dampaknya diare DehidrasiAda tiga derajat dehidrasi, yaitu:

Pada kasus dehidrasi berat yang menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, sehingga banyak penderitanya yang melakukan absentisme khususnya pada kelompok anak sekolah dan pekerja

2. Kelompok yang mempunyai risiko 1. Anak usia sekolah2. Balita3. Orang dewasa

Grafik Penderita Diare Menurut Kelompok UmurSumber : Seksi P2ML Bidang P2P

Jumlah penderita diare dari tahun 2008-2013 yang terus mengalami naik turun. Pada tahun 2011 tercatat kasus paling tinggi yang berjumlah 48.051 jiwa. Ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 2010 yaitu 13.560 jiwa. Namun, dari tahun 2011 ke tahun 2013 selalu mengalami penurunan dari tahun 2011 ke 2012 menurun sejumlah 5.702 sedangkan dari tahun 2012 ke 2013 menurun lagi sejumlah 4.348 jiwa. Pada tahun 2013 kasus diare menurut kelompok umur banyak ditemukan pada kelompok umur >5 tahun yaitu sejumlah 23.712 kasus (61 %) dan terendah pada kelompok umur < 1 tahun yang sejumlah 4.462 kasus (11.5 %). Hal ini disebabkan oleh perilaku kelompok umur tersebut.

Grafik Kasus Diare Kota Semarang

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2PPada grafik di atas diketahui bahwa jenis kelamin mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit diare. Data di atas kasus diare di kota Semarang pada tahun 2013 memperlihatkan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Pada jenis kelamin perempuan terdapat sejumlah 20.204 jiwa (53%) sedangkan pada laki-laki sejumlah 17.797 jiwa (47%).3. Dampak diare terhadap mortalitasDiare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan pada anak, terutama anak usia dibawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Angka kematian bayi dan balita karena diare berdasarkan survey antara lain.a. SKRT 2011, angka kematian bayi sebesar 9%, angka kematian balita sebesar 13%.b. Studi Mortalitas 2005, angka kematian bayi sebesar 9,1%, angka kematian balita sebesar 15,3%.c. Riskesdas 2007, angka kematian bayi sebesar 42%, angka kematian balita sebesar 25,2%.

4. Cara untuk mengatasi masalah penyakit diare berdasarkan pendekatan preventif dan kuratif a. PreventifPreventif (pencegahan) adalah mencegah jangan sampai terkena penyakit atau menjaga orang yang sehat agar tetap sehat, Misalnya yang paling sederhana melakukan cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar akan mencegah terjadinya penyakit diare. Menjaga kebersihan tangan dapat dilakukan dengan tiga cara dengan menggunakan sabun biasa dengan air mengalir, sabun antiseptik dengan air mengalir, dan tairan pencuci tangan dengan dasar alkohol,Untuk saat ini, di saat orang menuntut kepraktisan, ada alternatif cara yang dipakai yaitu produk antiseptik pencuci tangan dalam kemasan kecil dan dapat dibawa kemana pun, seperti Handy Clean. Produk ini umumnya mengandung alkohol yang mudah menguap dan pemakaiannya cukup dioleskan merata pada tangan dan cepat kering dalam hitungan detik.Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara:1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu: a. Sebelum makanb. Setelah buang air besarc. Sebelum memegang bayid. Setelah menceboki anak e. Sebelum menyiapkan makanan;2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.b. KuratifCara tepat untuk mengatasi diare amat diperlukan karena dapat mencegah dehidrasi dan mengurangi frekuensi diare, seperti salah satunya dengan cairan rehidrasi dan obat antidiare. Bahan aktif yang baik digunakan untuk obat antidiare antara lain attapulgiite dan pectin, misalnya seperti yang dikandung oleh Entrostop.Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein, paregorik (opium tinctur) atau loperamide. Kadang-kadang, bulking agents yang digunakan pada konstipasi menahun (psillium atau metilselulosa) bisa membantu meringankan diare Untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif. Bila diarenya berat sampai menyebabkan dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus. Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air, gula dan garam.

5. Masalah yang belum pernah disentuh atau terlupakan untuk diintervensi.Dari data yang kami dapatkan mengenai prioritas masalah , masalah yang belum pernah disentuh atau terlupakan untuk diintervensi dengan scoring paling rendah no 3 yaitu kusta. Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut: a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa, b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot, c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif)

Indonesia masih menjadi salah satu negara penyumbang kasus penyakit kusta terbesar ketiga di dunia. Tingginya kasus kusta karena adanya stigma dan diskriminasi terhadap orang yang pernah mengalami kusta. Hal ini menyulitkan menjangkau penderita kusta untuk pengobatan. Oleh karena itu untuk menekan lonjakan penyebaran kusta di Semarang Utara, masyarakat dihimbau untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan salah satunya dengan membersihkan diri sendiri secara teratur. Dan apabila mengalami gejala-gejala penyakit kulit segera memeriksakan diri ke dokter atau puskesmas terdekat.

6. Masalah yang bila diintervensi dengan tepat akan mempunyai daya ungkit yang tinggi dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat dan juga untuk ekonomi. Masalah sanitasi lingkunganMengintervensi masalah sanitasi lingkungan dengan melakukan perbaikan sanitasi lingkungan seperti perbaikan jamban, penyediaan air bersih, serta pembuatan polder atau rumah pompa total di Kota Semarang yang saat ini ada sekitar 40 titik masih dimaksimalkan. Misalnya, Polder Tawang, Polder Kalibanger, Polder Sugiyono, dan Polder Mberok.

Masalah Perilaku Mengintervensi masalah perilaku dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat Semarang Utara. Misalnya melakukan kegiatan cuci tangan setelah melakukan aktivitas sehari-hari.

Masalah Pelayanan kesehatan Mengintervensi masalah pelayanan kesehatan dengan memperbaiki dan meningkatkan sarana, prasarana dan petugas pelayanan kesehatan di Semarang Utara

7. Adanya dukungan dana Dalam kasus diare ini adanya dukungan dana untuk menangani kasus banjir Rob untuk menanggulangi kasus diare. Total anggaran yang didapatkan sebesar Rp 84 miliar terdiri atas dari Pemerintah Kota Semarang dan Provinsi serta Pusat. Japan International Corporation Agency (JICA) juga membantu memberikan dana sebesar Rp 250 miliar.

C. Identifikasi data1. Penderita diare menurut umur, jenis kelamin dan waktu kejadiand. Menurut umur Kasus terbanyak terjadi pada golongan umur >5 tahun e. Menurut jenis kelamin Kasus terbanyak terjadi pada penduduk perempuan (53%)f. Menurut waktu kejadian Kasus terbanyak terjadi pada bulan Januari sebanyak 4552 kasus.

2. Bagaimana cara mereka terkena gejala dan terjadi mortatilitas Diare bisa menyebabkan gejala dan mortalitas melalui infeksi. Jalur masuk utama infeksi tersebut melalui feses manusia atau binatang, makanan, air dan kontak langsung dengan manusia. Jalur masuk melalui air bisa disebut water borne disease, yakni penyakit yang ditularkan langsung melalui air, dimana air tersebut mengandung kuman patogen dan terminum oleh manusia maka dapat menimbulkan penyakit. Water-borne diseases merupakan penyakit yang ditularkan ke manusia akibat adanya cemaran baik berupa mikroorganisme ataupun zat pada air. Kontaminasi pada manusia dapat melalui kegiatan minum, mandi, mencuci, proses menyiapkan makanan, ataupun memakan makanan yang telah terkontaminasi saat proses penyiapan makanan.Tidak hanya melalui air minum dan makanan, water-borne disease juga dapat terjadi akibat kontaminasi di kolam renang. Water-borne disease diakibatkan oleh mikroorganisme berupa bakteri, protozoa, dan cacing. Bakteri penyebab water atau foodborn disease antara lain: Chlostridium botulinum, Campylobacter jejuni, Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticusEscherichia coli, Shigella dysenteriae, Salmonella typhi.Untuk bakteri dan protozoa umumnya menyebabkan sakit akibat masuknya organisme tersebut dapat merusak jaringan ataupun sistem sirkulasi pada saluran pencernaan. Hal inilah yang menyebabkan pencernaan tidak bekerja optimal sehingga menyebabkan diare bagi penderita. Kondisi yang lebih parah dapat menyebabkan kerusakan pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan luka saluran cerna yang berakibat pada diare beradarah. Diare yang cukup sering dapat berbahaya bagi manusia diakibatkan kekurangan cairan pada tubuh, dan kehilangan cairan parah dapat menyebabkan keseimbangan asam basa tubuh tidak seimbang yang berujung pada kerusakan sistem organ.Water washed mechanism jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan individu dan umum. 1. Infeksi melalui alat pencernaanSalah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare, penularannya bersifat fecal-oral. Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya melalui air (water borne) dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water washed). Berjangkitnya penyakit ini erat kaitannya dengan ketersediaan air untuk makan, minum, memasak, dan kebersihan alat-alat makan.2. Penyakit Bawaan Makanan Penyakit bawaan makanan (foodborne disease), biasanya bersifat toksik maupun infeksius, disebabkan oleh agens penyakit yang masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Penyakit bawaan makanan mencakup lingkup penyakit yang etiloginya bersifat kimiawi maupun biologis, termasuk penyakit diare, sekaligus beberapa penyakit parasit. Diare merupakan salah satu gejala utama dari penyakit yang disebabkan oleh pangan, dan tidak jarang dapat membawa kematian terutama pada anak-anak balita. Mikroba penyebab diare sangat beragam, mulai dari bakteri, virus, protozoa dan juga cacing. Jalur masuknya kontaminasi masuknya mikroba-mikroba tersebut ke dalam tubuh manusia biasanya melalui fekal-oral, yaitu kontaminasi mikroba yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang mengandung mikroba tersebut.Patogen yang sudah dikenal sebagai penyakit diare meliputi bakteri E. coli, infeksi karena strain patogenik E. coli merupakan penyebab terumum penyakit diare di Negara berkembang.Mikroorganisme ini menyebabkan sampai 25% kasus penyakit diare pada bayi dan anak-anak, dan secara khusus dikaitkan dengan pemberian makanan tambahan. Kontaminasi E. coli dan patogen lain dari tinja yang sering terjadi pada makanan. Akibatnya, setiap patogen yang penularannya diketahui terjadi melalui jalur fekal-oral (mis., rotavirus) dapat ditularkan melalui makanan. Peranan makanan dalam menularkan patogen melalui jalur fekal-oral yaitu dengan cara tinja jari tangan lalat lingkungan tanah air makanan penjamu baru. Sejumlah besar penelitian memperlihatkan bahwa pada beberapa populasi penduduk , makanan tambahan yang beredar sangat terkontaminasi, dan bahwa tingkat kontaminasi akan meningkatkan dalam musim panas, dan bahwa makanan tambahan untuk anak kerap kali justru lebih terkontaminasi daripada makanan untuk orang dewasa.

3. Pembuangan Tinja

3. Cara perbaikan/ solusi yang paling memungkinkanCara perbaikan atau solusi untuk kasu diare di semarang utara adalah melaksanakan Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah. Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah adalah Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare).

f. Berikan OralitUntuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi : Diare tanpa dehidrasiDosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb : Umur < 1 tahun : 1/4 1/2 gelas setiap kali anak mencret Umur 1 4 tahun : 1/2 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 1 1/2 gelas setiap kali anak mencret

Diare dehidrasi Ringan/SedangDosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

Diare dehidrasi beratPada penderita dengan dehidrasi berat: Diberikan Ringer Laktat 100 ml yang terbagi dalam beberapa waktu Setiap 1-2 jam pasien diperiksa ulang, jika hidrasi tidak membaik tetesan dipercepat. Setelah 6 jam (bayi) atau tiga jam (pasien lebih tua) pasien kembali di periksa

g. Berikan Obat ZincZinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita: Umur < 6 bulan : tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari. Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet Zinc :Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.h. Pemberian ASI / MakananPemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

i. Pemberian Antibiotika Hanya Atas IndikasiAntibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

j. Pemberian NasehatIbu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : Diare lebih sering Muntah berulang Sangat haus Makan/minum sedikit Timbul demam Tinja berdarah Tidak membaik dalam 3 hari.

DIAGNOSA PERILAKU

A. Prioritas dan penyebab masalahHealth problem dari diagnosis epidemiologi ada 3 yaitu:1. Diare2. ISPA3. KustaPrioritas utama yang akan dilakukan diagnosis berikutnya yaitu diare. Faktor penyebab diare antara lain:1. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.2. Jarang mencuci tangan menggunakan sabun3. Mengkonsumsi air mentah4. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.5. Pemanis buatan6. Tidak memberikan ASI & MP-ASI penuh 6 bulan

Kategori faktor penyebab diare adalah sebagai berikut :1. Penyebab Perilaku: Jarang mencuci tangan menggunakan sabun, mengkonsumsi air mentah, tidak memberikan ASI & MP ASI penuh 6 bulan.2. Penyebab Non Perilaku: Alergi terhadap makanan ataupun obat tertentu, Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain, Pemanis buatan.Faktor yang didiagnosis adalah faktor perilaku yaitu :1. Jarang mencuci tangan menggunakan sabunPerilaku mencuci tangan adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum baunya. (Nadesul, 2006).Dalam praktik keseharian, anak melakukan cuci tangan dalam satu hari menurut informasi responden, bahwa anak tidak selalu mencuci tangan dengan sendirinya. Bagi ibu sebagai ibu rumah tangga akan sedapat mungkin mengingatkan dan memberikan contoh secara terus menerus membiasakan diri untuk cuci tangan kepada anak. Bagi ibu yang bekerja seperti di sector swasta anak tinggal dirumah baik bersama anggota keluarga lain yang setiap saat berusaha memberikan pengertian agar anak tetap melakukan cuci tangan. Adanya pendidikan kepada anak mengenai kebiasaan mencuci tangan menjadikan kegiatan tersebut menjadi suatu kewajiban bagi anak. Anak yang terdidik dan terlatih dengan akan sendirinya belajar untuk mencuci tangan meskipun dalam pelaksanaannya tidak selalu dilakukan dengan benar. Namun kebiasaan mencuci tangan pada anak tersebut memperlihatkan adanya hubungan positif artinya anak yang mau melakukan cuci tangan dengan baik lebih tidak terkena diare dibandingkan anak yang kurang dalam melakukan kegiatan cuci tangan.2. Mengkonsumsi air mentahMenurut pemberitaan Network Health Channel, di dalam air mentah banyak terkandung bakteri, virus, serta parasit, yang dapat membahayakan tubuh manusia. Mengkonsumsi air mentah akan sangat mudah terjangkit radang usus akut, tifus, diare dan infeksi parasitis.Konsumsi air mentah dapat meningkatkan resiko terjangkit diare. Contohnya kasus wabah diare di NTT tahun 2005. NTT merupakan daerah dengan tingkat penderita diare tertinggi karena perilaku hidup bersih masyarakat yang memprihatinkan. Mereka suka mengkonsumsi air mentah dibanding air yang dimasak.

3. Tidak memberikan ASI & MP-ASI penuh 6 bulanSesuai hasil survey angka kesakitan diare oleh DEPKES(2000) menunjukkan kelompok umur 5-14 bulan merupakan kelompok tertinggi penderita diare. Hal ini banyak dikaitkan dengan system imunologik intestinal dan kemampuan cadangan regenerasi sel epitel usus, selain fungsi organ lain yang masih terbatas pada bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Soegeng Soegijanto, 2009 menyebutkan bahwa faktor perilaku yang dapat menyebabkan diare adalah tidak memberikan ASI dan MP-ASI secara penuh sampai umur 6 bulan, penggunaan susu botol yang tidak steril, menyimpan pada suhu kamar (20-25oC), menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan tidak membuang tinja dengan benar. Menurut penelitian Aswita, 2006 menyebutkan bahwa resiko terjadinya diare pada bayi yang tidak mendapatkan ASI penuh sampai umur 6 bulan mencapai 30 kali lipat lebih sering daripada bayi yang mendapatkan ASI penuh sampai umur 6 bulan. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang tidak bersih juga dapat menyebabkan diare terutama pada bayi yang rentan dan daya tahan tubuh masih lemah. Menurut penelitian Aswita, 2006 menyebutkan bahwa masih banyak Ibu yang tidak membersihkan botol susu tersebut karena beranggapan bahwa botol susu tersebut hanya digunakan untuk membuat susu, padahal botol yang tidak dicuci dapat menyebabkan kuman berkembang biak dan hal ini dapat beresiko tinggi terhadap kejadian diare.

B. Tingkatan perilaku dalam terminologi kepentinganPentingDasar untuk mereting perilaku

Pemberian ASI dan MP-ASI penuh 6 bulan- Kelompok sangat kuat, Kejadian tinggi

Kurang PentingDasar untuk mereting perilaku

Mengkonsumsi Air mentah Jarang mencuci tangan menggunakan sabunKelompok kecil, Kejadian jarang

C. Tingkatan perilaku dalam terminologi perubahan.Langkah berikutnya dalam diagnosis perilaku adalah me-rating perilaku dalam aspek kemampuan untuk berubah. Bagaimana perubahan itu dinyatakan sebagai perilaku yang dipilih. Sebuah tingkah laku mungkin merupakan hal yang sangat penting dalam masalah kesehatan. Faktor yang sangat mengakar dan berpengaruh adalah masalah waktu.Lagi, terdapat pedoman yang dapat membantu seorang perencana memastikan kemungkinan untuk berubah. Kemampuan perubahan yang tinggi dapat terjadi ketika perilaku :1) Masih berada dalam tahapan pengembangan atau hanya sesuatu yang telah terjadi2) Hanya bagian luar terikat terhadap budaya atau gaya hidup yang ada sebelumnya3) Kemampuan berubah ketika merekaa. telah lama terbentukb. telah lama menjadi dasar dari budaya atau gaya hidupc. telah berubah pada masa yang telah laluPedoman ini memberikan sebuah akibat yang intervensi awalnya berpengaruh pada perubahan dan perkembangan dari subjek, dan yang terbesar adalah kemungkinan kemungkinan untuk berubah.D. Memilih target perilakuDengan mendapatkan nilai-nilai diatas maka dapat dipilih fokus perubahan perilakunya. Dibawah ini merupakan matriks perilaku kesehatan:PentingKurang Penting

Dapat Berubah Pemberian ASI penuh 6 bulan dan MP-ASI Mengkonsumsi Air mentah

Sulit Berubah Jarang mencuci tangan menggunakan sabun Tidak ada program

Berdasarkan matriks diatas, dapat diketahui bahwa prioritas perubahan perilaku adalah pemberian ASI dan MP-ASI secara penuh selama 6 bulan. Who= Ibu-ibu yang memiliki balita.What= Peningkatan pengetahuan dan kesadaran ibu dalam pemberian ASI secara penuh selama 6 bulan dan MP-ASI yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Where= Kelurahan MangkangWhen= Awal bulan Januari 2016How much= 70% ibu-ibu yang memiliki balita sudah meningkatkan pengetahuan dan kesadaran dalam pemberian ASI secara penuh selama 6 bulan dan MP-ASI yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang.Objective goal: Pada awal bulan Januari 2016 sebanyak 70% ibu-ibu yang memiliki balita di wilayah Kelurahan Mangkang telah meningkatkan pengetahuan dan kesadarannya dalam pemberian ASI dan MP-ASI secara penuh selama 6 bulan dan sesuai dengan pedoman gizi seimbang.

diagnosa pendidikanDiagnosa pendidikan adalah penelurusan masaalah yang menjadi penyebab terjadinya masalah prilaku yang sudah diprioritaskan. (Kusyogo dkk, 2013)Ada tiga kelompok masalah yang dapat menyebabkan masyarakat mudah terkena suatu penyakit, yaitu ada faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan juga faktor penguat (reinforcing factor). Dari diagnosa perilak yang sudah dilakukan maka didapatlah masalh perilaku yang menjadi prioritas adalah pemberian ASI 6 bulan penuh dan MP-ASI.

ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu di sayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bayi. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal (Prakoso, 2002).1. Faktor Predisposisi (predisposing factor)a. Usia ibu terlalu tuaUmur adalah lama hidup atau ada (sejak dilahirkan). Proses degenerasi payudara mengenai ukuran dan kelenjar alveoli mengalami regresi yang dimulai pada usia 30 tahun. Sehingga dengan proses tersebut payudara cenderung kurang menghasilkan air susu. Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu- ibu yang sudah tua. (Prakoso, 2002)b. Pendidikan ibu rendahBerdasarkan GBHN, pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Sedangkan tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah formal yang ditamatkan oleh seseorang. Sementara menurut Notoaatmodjo (2003), pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Mereka yang berpendidikan tinggi akan berbeda dengan mereka yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru khususnya hal-hal yang berhubungan dengan ASI Eksklusif.

c. ParitasParitas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi produkvitias ASI karena berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelahan. Pikiran, perasaan dan sensasi seorang ibu sangat mempengaruhi peningkatan atau penghambat pengeluaran oksitosin yang sangat berperan dalam pengeluaran ASI (Roesli, 2005)

d. Ibu bekerjaBekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun berkurang. Akan tetapi seharusnya seorang ibu yang bekerja tetap memberia ASI secara eksklusif kepada bayinya dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja (Soetjiningsih, 2004).

e. Kepercayaan ibuMenurut Notoatmodjo (2003) kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis. Kepercayaan dapat bersifat rasional dan irasional. Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan orang terhadap sesuatu tersebut masuk akal. Sebaliknya seorang mempunyai kepercayaan irasional bila ia mempercayakan air yang diberi mantera oleh dukun dapat menyembuhkan penyakit. Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan. Hal ini dimaksudkan bahwa orang percaya kepada sesuatu karena ia mempunyai pengetahuan tentang hal itu.

2. Faktor Pemungkin (enabling factor)a. Kurangnya penyuluhanYang dimaksud dengan penyuluhan kesehatan adalah suatu pemberian informasi melalui media komunikasi, informasi dan edukasi (Depkes, 2005) dalam meningkatkan penggunaan ASI, masalah utama dan prinsipil adalah bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung sehingga menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses (Soetjiningsih, 2004).

b. Kurangnya fasilitas kesehatan yang mendukung pemberian ASI Eksklusif dan MPASIFaktor penentu untuk inisiasi menyusui dini adalah dari penolong persalinan itu sendiri atau petugas kesehatan. Jika petugas kesehatan tidak mau melakukan, maka proses inisiasi dini tidak akan berjalan. Selain itu, kemungkinan tata laksana rumah sakit atau tempat bersalin tidak mendukung keberhasilan menyusui karena prosedur yang harus dilakukan, seperti memandikan bayi, atau pembuatan identitas bayi, dan lain-lain. (Solihah, dkk. 2010) Banyak petugas tidak melakukan hal tersebut karena butuh waktu dan tempat. Pemerintah harus mencari solusi agar setiap proses persalinan, inisiasi menyusu dini dapat dilakukan.

c. Tidak tersedianya ruangan laktasi di tempat kerjaBerdasarkan ketersediaan ruang untuk menyusui di tempat kerja, menunjukkan bahwa tidak ada satu fasilitas kerja pun yang menyediakan ruang untuk bayi. Ketersediaan ruang menyusui di tempat-tempat umum seperti kantor, mall, dan lainnya akan sangat mendukung di si ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi.

3. Faktor Penguat (reinforcing factor)a. Kurangnya dukungan dari pelayanan kesehatanBila kebijakan di Puskesmas mendukung program ASI Eksklusif maka ASI Eksklusif selama 6 bulan lebih mudah dilaksanakan. Akan tetapi apabila belum ada kebijakan, walaupun pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan sudah baik terhadap praktek pemberian ASI Eksklusif, bila tidak ada kebijakan yang mendukung akan tetap mengalami hambatan.b. Kurangnya dukungan keluargaDukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada prinsipnya adalah suatu kegiatan baik bersifat emosional maupun psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI. Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui sendiri bayinya (Lubis, 2000).Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmijati (2007) menyebutkan ibu yang mendapat dukungan keluarga memiliki kemungkinan memberikan ASI Eksklusif 6,533 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga. Penelitian lain juga mengatakan bahwa ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga akan meningkatkan resiko untuk tidak memberikan ASI Eksklusif (Mardiyanti, 2007).c. Kurangnya dukungan petugas kesehatanMenurut Notoatmodjo (2003), prilaku terbentuk karena faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai seorang yang dipercayai ibu-ibu dalam mengatasi masalah bayi, tenaga kesehatan hendaknya memberikan nasehat kepada seorang ibu permulaan menyusui agar dapat mengukuhkan kepercayaan dirinya atas kesanggupan menyusui dan bersikap mendukung penilaian bahwa menyusui adalah suatu fungsi alamiah yang sempurna.

Dari ketiga faktor diatas maka faktor yang menjadi prioritas adalah faktor predisposisi (predisposing factor).

More ImportantLess Important

More Changeable Pendidikan ibu rendah Ibu bekerja

Less Changeable Paritas Usia ibu terlalu tua

Objective goalWho= Ibu-ibu yang memiliki balita.What= Peningkatan pengetahuan dan kesadaran ibu dalam pemberian ASI secara penuh selama 6 bulan dan MP-ASI yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Where= Kelurahan MangkangWhen= Akhir bulan November 2015How much= 70% ibu-ibu yang memiliki balita sudah meningkatkan pengetahuan dan kesadaran dalam pemberian ASI secara penuh selama 6 bulan dan MP-ASI yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang.Jadi objective goalnya adalah Pada akhir bulan November 2016 sebanyak 70% ibu-ibu yang memiliki balita di wilayah Kelurahan Mangkang telah meningkatkan pengetahuan dan kesadarannya dalam pemberian ASI dan MP-ASI secara penuh selama 6 bulan dan sesuai dengan pedoman gizi seimbang.

STRATEGI DAN METODE PENDIDIKAN

Penetapan metode dan strategi pendidikan ialah tahap dimana metoda-metoda yang akan digunakan dipilih. Perubahan perilaku adalah tujuan akhir dari pendidikan kesehatan yang dapat dicapai dengan beberapa jalan. Salah satunya dengan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar materi pendidikan pada sasaran, selain pendidik, alat dan metode pendidikan turut erperan penting. Bagaimanapun pandainya pendidik dalam merubah tingkah laku, tidak terlepas dari metode dan alat bantu pendidikan yang digunakan. (Kusyogo dkk, 2015)Dari diagnosa pendidikan didapatkan bahwa faktor predisposisi merupakan prioritas utama dalam kelompok masalah, maka dari faktor tersebut dapat dijabarkan beberapa strategi dan metode pendidikan pada faktor predisposisi, yaitu:1. Metode komunikasi ceramah-tanya jawabMetode ceramah adalah salah satu cara mengajar untuk menyampaikan penuturan keterangan/ informasi tentang persoalan secara lisan pada sekelompok pendengar dan dapat menggunkan alat-alat bantu seperti: gambar, potret, benda barang tiruan. (Kusyogo dkk, 2015)Metode ceramah digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pada kelompok ibu di wilayah Kelurahan Mangkang dalam pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI secara penuh dan sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Metode ini dapat dilaksanakan di gedung Balai Kota Semarang dengan sasaran kelompok ibu rumah tangga yang memiliki balita. Pembicara bisa berasal dari petugas puskesmas Bagian Kesehatan Ibu dan Anak, dokter, petugas Bidang Kesehatan Keluarga (Seksi Kesehatan Ibu dan Bayi) dari dinas kesehatan, dan mahasiswa.Materi dalam ceramah tanya jawab meliputi:1. Pengertian ASI ekslusif dan MP ASI2. Manfaat ASI dan pemberian MP ASI bagi bayi dan ibu3. Jenis-jenis ASI4. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI5. Kerugian susu formula dan tidak memberikan MP ASI pada balitaSetelah penjabaran dari pemateri akan diberikan tanya jawab seputar ASI ekslusif dan MP ASI, dengan begitu akan terjalin komunikasi yang aktif antara peserta dan pembicara. Selama proses ceramah peserta dapat diberikan alat bantu berupa leaflet sesuai topik, sehingga dengan metode ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman ibu tentang pentingnya ASI ekslusif dan MP ASI.0. Keunggulan metode ini:0. Penceramah dapat menguasai arah pembicaraan dalam kelompok dan perhatiannya tidak terpecah0. Metode ini dapat diterapkan pada kelompok besar seperti kelompok IRT di wilayah semarang0. Pembicara dapat menjelaskan dengan menonjolkan bagian-bagian materi yang penting0. Metode ini murah dan mudah dilakukan0. Metode ini dapat merangsang kreativitas dan ketrampilan mengemukakan pendapat peserta karena sifatnya ceramah-tanya jawab0. Kelemahan: 1. Penceramah sulit mengetahui sejauh mana peserta mengerti dan paham isi pembicaraan1. Dapat menimbulkan konsep yang berbeda-beda dari yang dimaksud penceramah1. Hanya melibatkan indra pendengar

1. Metode komunikasi dengan teknik siaran terprogramSiaran terprogram merupakan penyampaian informasi secara terprogram melalui siaran radio dan televisi kepada sasaran luas yang bertujuan mengubah sikap, pengetahuan, dan tindakan masyarakat. Terprogram mempunyai pengertian bahwa informai tersebut disiarkan di media elektronik dengan waktu dan materi yang sudah dipersiapkan. (Kusyogo dkk, 2015)Dalam metode ini dapat dilakukan melalui media elektronik radio lokal di wilayah Semarang dengan pemilihan waktu dan materi yang tepat. Bentuk materi dapat berupa sandiwara atau cerita yang diperankan oleh pelakon. Dalam cerita tersebut dapat digambarkan seorang ibu yang tidak memiliki pengetahuan mengenai pentingnya ASI eksklusif dan MP ASI karena latar belakang berbagai macam (kurangnya pengetahuan, kesibukan ibu dalam bekerja, persepsi ibu). Akibatnya dampak buruk terjadi pada anaknya, maka dari kejadian tersebut akan disisipkan pesan kesehatan. Pemilihan waktu yang paling tepat adalah di pagi hari dengan durasi 30-45 menit, dimana banyak ibu dengan profesi wanita karir maupun ibu rumah tangga yang beraktivitas sambil mendengarkan radio. Pendengar biasanya tidak menyadari bahwa mereka telah mendapatkan pendidikan seklaigus hiburan, tetapi mereka telah menerima pesen kesehatan tersebut dam cenderung akan diingat. a. Keunggulan:1. Mencakup asaran luas2. Metode ini secara efektif dapat menambah pengetahuan umum3. Dapat diulang atau diputar berulang karena sifatnya yang relatif dapat dinikmati dalam semua kondisi4. Metode penyampaian yang ringan dan pesan yang terkandung akan mudah diingatb. Kelemahan:1. Saat ini tidak semua masyarakat yang aktif mendengarkan media elektronik radio2. Perlu perencanaan matang sehingga perlu tanaga ahli, dana yang besar serta waktu persiapan panjang3. Dapat menimbulkan kejenuhan bila pesan yang disampaikan dirasa kurang menarik bagi pendengar

Dari metode dan strategi yang dijabarkan diatas yang merupakan prioritas pertama adalah metode komunikasi dengan ceramah tanya jawab. Karena sifatnya yang interaktif antara narasumber dengan peeserta sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan MP ASI secara signifikan

DIAGNOSIS ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN

Untuk menstabilitaskan kasus diare yang naik turun maka dibutuhkan suatu program untuk meningkatkan pendidikan kesehatan masyarakat khususnya kepada ibu-ibu yang memiliki balita. Program ini bertujuan dalam menggunakan organisasi yang berlingkup luas sehingga dapat ditetapkan tahapan penetapan intervensi.Program yang akan dijalankan yaitu mengutamakan Penambahan Pelayanan Posyandu di wilayah Mangkang. Program ini dipusatkan pada daerah Mangkah untuk menambahkan pelayanan pendidikan dan penyuluhan Posyandu khususnya pada posyandu purnama dan posyandu mandiri. Suatu program membutuhkan penjadwalan yaitu salah satu aspek yang penting dalam perencanaan, oleh karena itu alat yang bermanfaat bagi penetapan waktu yang diperlukan untuk suatu program adalah PERT (Program Evaluation and Review Technique).Berikut adalah diagram PERT dengan tujuan akhir untuk satu tahun ke depan yaitu dapat menurunkan/menstabilitaskan kasus diare yang ada di Kota Semarang.

Kasus Diare MenurunPusat penyuluhan, Pemberian PendidikanAkses mudah, Sosialisasi PelayananPenambahan Pelayanan PosyanduPemerintah, Dinkes

Tiga Bulan PertamaTiga Bulan KeduaTiga Bulan KetigaTiga Bulan Terakhir

Permintaan kepada Pemerintah dan Dinkes untuk meningkatkan Posyandu khusunya di setiap wilayah di Mangkang Kebutuhan Dana dan Personel untuk tiap posyandu sangat dibutuhkan, oleh karena itu pola pengaturan harus tepat. Agar program dapat berjalan.Setelah Penambahan Pelayanan Posyandu tercapai, maka sistem harus dibuat untuk menjalankan posyandu yaitu dari mengatur budgeting, hingga training personel agar pelayanan posyandu selalu baik.Pusat pelayanan pada posyandu yang bekerja di bidang preventif seperti penyuluhan agar setiap pasien yang datang diharapkan tidak sakit kembali, akses menuju posyandu pun harus mudah dan sosialisasi program yang ada pada posyandu harus selalu digencarkan.Semua perencanaan sesuai dengan jadwal dan untuk tiga bulan terakhir kasus diare dapat menurun sedikit demi sedikit.

Kegiatan ini dilakukan dimulai pada Bulan November yaitu pada akhir bulan sampai satu tahun yang akan datang, Program ini pun akan ditambahkan di seluruh posyandu purnama maupun mandiri yang berada di wilayah Mangkang agar target pencapaian program dapat terlaksana penuh paling tidak lebih dari 70% kepada sasaran yang spesifik yaitu Ibu-ibu yang memiliki balita.Metode-metode yang di berikan pada program untuk menambah pendidikan pun masih di dominasi dengan komunikasi ceramah tanya-jawab, karena metode ini masih dianggap metode yang paling efektif. Selain itu pada sarana posyandu seperti media elektronik yang ada pada posyandu ditayangkan beberapa informasi pendidikan khususnya tentang ASI Eksklusif dan MP ASI untuk pendidikan yang ringan dan secara tidak langsung mudah diingat.Tahapan Diagnosis Administratif1. Within Program Analysis (Analisis didalam Program) : Program Penambahan Pelayanan Posyandu pada bidang Pendidikan dan Penyuluhan harus mempertimbangkan berapa dana yang dibutuhkan untuk membuat suatu Posyandu, lalu kemampuan SDM yang menangani dapat terlatih sehingga pelayanan yang didapat masyarakat dari posyandu baik. Oleh karena itu biaya yang dikeluarkan dengan dana yang diberikan harus sesuai.2. Within Organizational Analysis (Analisis didalam Organisasi) : Kerja sama lintas program dibutuhkan khusus untuk menurunkan kasus diare, kerja sama antara posyandu dan pelayanan untuk ibu dan anak.3. Inter Organizational Analysis (Analisis antar Organisasi) : Untuk memudahkan masyarakat datang ke posyandu maka diperlukan kerja sama lintas sektor bersama PU (Pekerjaan Umum) dan daerah setempat, yaitu berupa akses yang mudah dapat berupa kendaraan umum ataupun jalanan yang bagus untuk mencapai posyandu, selain itu kerja sama antar puskesmas pun dapat dijalankan untuk mensosialisasikan program yang ada pada posyandu.Diagnosa KebijakanSuatu Program dibuat harus didasari dengan kebijakan-kebijakan agar program itu terlaksana secara runtut dan ada aturan-aturan dalam program, dalam menilai kebijakan, regulasi, dan organisasi maka dibutuhkan Issue of Loyalty yaitu sejumlah SDM yang telah dibentuk untuk melayani masyarakat harus setia terhadap apa yang telah membentuknya dan dapat mengembangkan diri dan bukan hanya dipengaruhi oleh gaji yang tinggi. Consistency, Flexibility, dan Administrative suatu rencana yang konsisten harus diperkuat dengan kebijakan yang berlaku dan tujuan organisasi, namun kebijakan tersebut tahu seberapa fleksibel untuk memperkuat rencana tersebut, karena suatu masalah dan kesempatan tidak pernah diketahui kapan akan dihadapi oleh sebuah organisasi, bentuk fleksibilitas yang paling umum adalah administator atau profesional yang memegang jabatan tertentu. Selain itu suatu kebijakan pun harus dapat menilai kekuatan politik.Pada proses diagnosa administrasi suatu program harus dievaluasi, maka tiga tingkat evaluasinya yaitu :1. Evaluasi Proses : Suatu evaluasi proses dirumuskan dengan penilai aktivitas program yang berlangsung, program penambahan pelayanan posyandu dinilai apakah perencanaan telah berlangsung sesuai jadwal, dan apakah peranan lintas sektor, lintas program, maupun lintas organisasi dapat terlibat. Lalu bagaimana dengan program penambahan yang mengajak kegiatan preventif apakan pendidikan kesehatan dapat ditingkatkan atau tidak.2. Evaluasi Impak : Suatu Objective Goal pada diagnosa perilaku dan diagnosa pendidikan menargetkan bahwa perilaku pemberian ASI penuh 6 bulan dan MP-ASI merupakan perilaku yang penting dan mudah dirubah sehingga pendidikan untuk ibu yang memiliki anak balita perlu ditingkatkan. Impak dalam penambahan pelayanan posyandu yaitu kegiatan pemberian pendidikan kesehatan dengan penyuluhan dapat mempengaruhi perilaku dan pendidikan. Evaluasi ini dilakukan sesuai dengan jangka waktu program yaitu satu tahun kedepan.3. Evaluasi Out Come : Diare merupakan kasus yang sering di Kota Semarang, dengan beberapa program yang berjalan untuk menurunkan kasus diare maka kita dapat bisa melihat apakah dalam setahun keberhasilan program dapat menurunkan kasus diare, jika tidak maka kita dapat memperoleh indikator-indikator yang membuat kegagalan suatu program sehingga di kemudian hari program yang gagal tidak terulang kembali.

DAFTAR PUSTAKABadan Pusat Statistik Kota Semarang. 2014. Kota Semarang Dalam Angka 2014.Cahyo, Kusyogo dkk. 2015. Perencanaan & Evaluasi Promosi Kesehatan Masyarakat. Semarang: Bagian PKIP FKM UndipDepkes RI. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta: Depkes RI.Depkes RI. 2011. Pengendalian Diare di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2011. Profil Kesehatan Kota Semarang 2011.Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2013. Profil Kesehatan Kota Semarang 2013.Listiyorini, Warni. 2012. Hubungan Antara Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pajang Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada 16 Juni 2015. http://eprints.ums.ac.id/22549/10/12/_Naskah_Publikasi.pdfPrasetya, Y.E.. 2011. Kemiskinan Indonesia dan Penyelesaiannya. http://research.amikom.ac.id/index.php/sti/article/download/6705/4846.. Diakses pada 15 Juni 2015.