five star doctors

13
A FIVE STAR DOCTOR DIAN UTAMI C11109134

Upload: dian-utami

Post on 11-Dec-2014

121 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Five Star Doctors

TRANSCRIPT

Page 1: Five Star Doctors

A FIVE STAR DOCTOR

DIAN UTAMI

C11109134

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN2009

Page 2: Five Star Doctors

Sejak awal saja menapakkan kaki di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

salah satu doktrin yang terima tentang profesi ini adalah bahwa profesi dokter adalah profesi yang

mulia. Keagungan profesi begitu sering didengungkan. Hubungan dokter dengan pasien bukan

semata hubungan jual beli. Bukan semata hubungan pemberi jasa dengan pemakai jasa. Lebih dari

itu. Paradigma itulah yang sampai kini masih dipegang teguh oleh sebagian besar sejawat-sejawat

dokter saja. Meski bertentangan dengan anggapan para pakar marketing yang meyakini bahwa pada

dasarnya kita semua adalah penjual.

Terlepas dari dari paradigma tersebut, seorang mahasiswa kedokteran atau lebih tepatnya

seorang calon dokter seyogianya memiliki gambaran jelas bagaimana profil seorang dokter yang

baik (A-FIVE-STAR DOCTOR).

FIVE STARDOCTOR

Paradigma tentang profil Five Star Doctor atau dokter yang baik, ternyata telah dirumuskan

sejak 400 tahun SM oleh Filsuf Yunani Kuno Hippocrates. Hippocrates berfatwa tentang pentingnya

pendekatan menyeluruh dari seorang dokter kepada pasiennya, tidak sebatas pada pengamalan ilmu

kesehatan, seorang dokter dituntut untuk mengamati pasiennya secara mendetil dan mendalam dari

berbagai aspek.

"Barang siapa yang ingin melakukan pelayanan dan penelitian kedokteran dengan baik dan seksama, pertama-tama ia harus memperhatikan musim (cuaca) pada tahun itu Selanjutnya tengoklah arah tiupan angin Hal yang sama, apabila ia sebagai orang asing yang sedang mendatangi sebuah kota, perhatikanlah tentang situasi Air yang digunakan oleh penduduknya, cara hidup dan apa yang mereka kerjakan" ujar Hippocrates kepada murid-muridnya untuk menjadi dokter yang baik.

Terlepas dari hal tersebut, di era globalisasi yang serba modern ini, fenomena keluhan

masyarakat menyangkut hubungan seorang dokter dan pasien atau keluarganya justru kian marak.

Tiap saat dapat saja merebak di berbagai media massa. Fenomena yang memprihatinkan profesi

terhormat ini telah mengusik Badan Kesehatan Dunia WHO dan berbagai organisasi kesehatan

internasional lain seperti WMA (World Medical Association) dan World Organization of Family

Doctors, untuk mengkaji kembali kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter

Ternyata dokter yang diharapkan tidak hanya terampil dalam memberikan pelayanan

kesehatan (health provider).

Page 3: Five Star Doctors

Masyarakat makin maju dan berdaya. Keinginan dan harapannya pun menjadi makin tinggi.

Dokter yang dahulu dikenal dan diharapkan hanya sebagai figur yang dapat menyembuhkan

penyakit, saat ini telah berubah. Dokter tidak hanya diharapkan sebagai seorang penyelamat, tetapi

juga sebagai seorang yang memiliki keterampilan lengkap yang kemudian dikemas sebagai dokter

bintang 5 (five star doctor).

StarOne:CareProvider

Seorang dokter diharapkan memiliki kemampuan sebagai care provider, seorang yang

mampu mengobati pasiennya yang merupakan bagian integral dari keluarga dan masyarakat

sekelilingnya dengan kualitas pelayanan kesehatan yang memadai serta melakukan berbagai

pencegahan khusus dalam jangka waktu yang cukup lama. terutama memberikan rasa aman dan

nyaman terhadap pasien dan keluarganya.

H. Misbach Yusa Biran, ayah almarhumah Sukma Ayu, dalam sebuah tayangan infotainment,

mengaku sedih karena tak pernah menerima senyum dari para dokter selama hampir enam bulan

anaknya dirawat di rumah sakit.

Paradigma yang dengan angkuhnya menyebut hubungan dokter-pasien bukan hubungan jual

beli telah mencegah masuknja konsep-konsep marketing ke dalam kurikulum pendidikan dokter kita.

Kita tidak lagi sadar bahwa sekedar senyum dan beramah-ramah dengan pasien dan keluarganya

merupakan suatu value-added services yang akan membuat si pasien lebih nyaman dalam

memanfaatkan jasa kita. Padahal hubungan yang tidak nyaman membuat pasien sungkan bertanya

kalau ingin memperoleh informasi medis mengenai kondisinya sehingga kerja sama dokter-pasien

dalam menentukan arah pengobatan yang menjadi konsep kedokteran modern sama sekali tidak

berjalan.

Selain itu dokter yang baik juga dokter yang dapat memahami pasiennya secara holistik.

Tidak hanya memantau aspek biologis atau fisik pasiennya, juga mencakup aspek psikis dan

sosialnya.

Perkembangan harapan peran (role expectation) bagi seorang dokter ini telah menuntut

institusi akademis untuk menyesuaikan ”hasil produksi”-nya mampu memenuhi keinginan konsumen

(dalam hal ini masyarakat). Tentu disadari untuk mencapai harapan tersebut tidak mudah.Masing-

masing individu dalam tiap kesempatan seyogianya menyadari status diri masing-masing dan peran

yang melekat dalam status tersebut.

Page 4: Five Star Doctors

Tak hanya itu, berbagai institusi penyelenggara pelayanan kesehatan juga saling bekerja

sama menciptakan kondisi harmonis di kalangan stakeholders kunci yaitu: policy makers, health

professions, academic institutions, health managers dan communities yang dalam memberikan

pelayanan kesehatan selalu mengacu pada kebutuhan masyarakat.

Dalam upaya memenuhi harapan peran itu dan nantinya membiasakan hidup di tengah

masyarakat yang 60-70% jumlahnya masih bermukim di perdesaan, maka pendidikan dokter tidak

hanya mengacu pada aspek kognitif, tetapi juga meliputi aspek sikap dan perilaku serta keterampilan

dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasiennya.

StarTwo:Decision Maker

Seorang dokter juga diharapkan dapat sebagai decision maker, yang mengambil keputusan,

menentukan teknologi mana yang akan dipakainya dalam pengobatan pasien dengan

memperhatikan cost-effectiveness. Dari semua cara-cara yang mungkin ditempuh dalam rangka

menyehatkan seorang pasien, seorang dikter harus benar-benar cerdas dalam menentukan

keputusan. Selain biaya dan teknologi, dokter terutama harus mempertimbangkan efektivitas dan

efek samping yang mungkin terjadi pada pasiennya.

Kebanyakan kasus terjadinya malpraktekantara lain juga disebabkan oleh ketidakmampuan

seorang dokter dalam mengambil keputusan yang tepat.

StarThree:Communicator

Dokter juga diharapkan mampu sebagai communicator yang dapat membantu individu

maupun kelompok masyarakat sehingga dapat mengubah gaya hidupnya ke arah perilaku sehat.

Namun demikian, hubungan yang tidak nyaman seringkali membuat pasien sungkan

bertanya kalau ingin memperoleh informasi medis mengenai kondisinya sehingga kerjasama dokter-

pasien dalam menentukan arah pengobatan yang menjadi konsep kedokteran modern - sama sekali

tidak berjalan.

Ironisnya, salah satu penyumbang faktor yang terbesar terjadinya malpraktik adalah masalah

komunikasi yang dibangun sewaktu dokter menggali informasi dari pasien. dalam praktik medis

disebut dengan anamnesis. Beberapa fakta empiris yang sering diresahkan masyarakat adalah sikap

Page 5: Five Star Doctors

dokter yang kurang ramah, kurang empati dan kurang mengayomi pasien-pasiennya. Pasien hanya

didibaratkan sebagai sebuah mesin yang tunduk pada perintah dokter tanpa memperhatikan

feedback langsung dari lawan bicaranya.

Ketidaksempurnaan dokter dalam membangun komunikasi terhadap pasien akan berakibat

buruk terhadap proses terapeutik yang dikelolanya nanti. Karena tak jarang, dokter terlalu

intervensif dalam melakukan anamnesis. Seorang dokter, menurut sebuah penelitian di Amerika,

umumnya menyela keluhan yang disampaikan pasiennya setelah 22 detik. Artinya, dokter sering

tidak sabar menunggu Anda menyelesaikan semua keluhan, dan lebih suka menghentikannya di

tengah-tengah pembicaraan. Padahal, kalau dokter mau bersikap lebih sabar sedikit saja terhadap

pasiennya, dan mendengarkan semua penjelasan yang disampaikan, hal itu tidak memakan waktu

lama. Penelitian yang dilakukan di Swiss, menyimpulkan: Pasien rata-rata hanya butuh waktu dua

menit untuk menyelesaikan semua keluhan yang dirasakan. Menurut Dr. Wolf Langewitz dari

University Hospital di Basle, gejala serupa hampir terjadi di semua negara. “Diperkirakan dokter

mengambil alih pembicaraan setelah 30 detik. Mereka akan segera bertanya, “Bagaimana

batuknya?, “Merasakan demam nggak?”, “Suhunya berapa?”. Begitulah dokter akan memulai

dengan serangkaian pertanyaan dan jarang memberi kesempatan kepada pasien untuk bicara.”

Dengan kata lain, aspek keterampilan juga harus dimiliki oleh dokter. Keterampilan yang

dimaksud adalah keterampilan dalam arti luas, termasuk di dalamnya keterampilan berkomunikasi

baik verbal maupun nonverbal dalam melakukan anamnesis, menjelaskan, maupun mempersuasi

pasiennya.

StarFour:HealthCareManager

Dokter tetap diharapkan mampu berperan sebagai health care manager, yakni seorang

dokter harus bisa mengelola sumber daya dengan efisien. Selain itu, untuk mengelola tugas, fungsi

dan perannya, seorang dokter yang baik sedapatnya memiliki keterampilan dalam bidang

managerial. Dengan memiliki keterampilan tersebut, ia dapat mengatur pekerjaaannya serta

mengambil keputusan dengan lebih cermat dan terarah. Sebab seorang dokter bukan hanya

berhadapan dengan seorang pasien, melainkan banyak pasien. Pun seorang dokter memiliki keluarga

yang tentunya harus mendapatkan perhatian. Oleh karenanya, dokter mesti pandai-pandai dalam

mengelola seluruh kepentingan dan tugasnya agar berjalan sebaik mungkin.

Page 6: Five Star Doctors

StarFive:CommunityLeader

Tak kalah pentingnya dokter juga diharapkan dapat sebagai community leader and motivator,

yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitarnya untuk mengembangkan dirinya. Masalah

kesehatan yang bisa saja muncul dalam masyarakat termasuk menjadi tanggung jawab seorang

dokter untuk memberikan informasi-imformasi penting yang seyogianya diketahui oleh orang

banyak.

Keterampilan memimpin dan menjadi kordinator juga sangat penting untuk dimiliki oleh

seorang dokter, di mana kelak ia akan dihadapkan oleh realita masyarakat luas yang semakin pandai

dan selalu menuntut penjelasan dan pengetahuan tentang sesuatu.

ζ ζ ζ

TOMORROWDOCTOR

Selain ke-lima point di atas, ada 2 point tambahan yang saat ini dikenal dengan istilah

Tomorrow Doctor, yaitu Profesional dan Scholar.

Professional

Pun tanpa kita ragukan, dokter masih sebuah profesi yang mendapat tempat yang istimewa

di mata masyarakat. bukan hanya karena kedalaman ilmunya, tetapi karena jiwa kemanusiaannya

yang akrab dengan tugasnya yang amat mulia, yakni menyelamatkan nyawa orang. Tetapi, sepertinya

kesan baik itu sudah mulai luntur dengan banyaknya tingkah laku dokter yang mulai menimbulkan

rasa was-was kepada pasien. Faktanya, tidak jarang, dokter melakukan kesalahan-kesalahan yang

tidak lazim dalam menjalankan tugasnya. Hal ini diistilahkan dengan kata mal praktik, yang ironisnya

tak jarang menyebabkan kerugian yang amat besar kepada pasien. kesalahan-kesalahan yang terjadi

saat proses pelayanan seorang dokter tak jarang karena disebabkan oleh kelailaian si dokternya

sendiri, padahal bisa jadi, kekurang telitian tersebut sebenarnya bisa dihindari. Mal praktik yang kian

digaungkan di tengah pasar kesehatan negeri ini merupakan salah satu celah ketidakprofesionalan

dokter dalam mengemban amanahnya.

Belakangan begitu sering kasus-kasus malapraktik dilaporkan sejumlah pasien atau keluarga

pasien. Kasus malapraktik biasanya muncul saat pihak pasien atau keluarga pasien tidak puas karena

Page 7: Five Star Doctors

pihak dokter yang menanganinya dinilai bekerja tidak benar sehingga mengakibatkan cacat atau

kematian pasien.

Hal ini diakui oleh Siti Hawa, seorang pasien Indonesia yang ditemui ”PR” di Singapura belum

lama ini. Siti mengatakan bahwa dirinya trauma dengan pelayanan dokter di Indonesia.

Dikisahkannya, kekecewaannya berawal dari kurang profesionalnya dokter dalam melayani pasien

akibat dokter lebih mementingkan uang. Suatu hari, kata Siti, dirinya hendak konsultasi masalah

fertilitas dengan seorang dokter spesialis di salah satu klinik di Jakarta. Dokter ini, menurut

pengakuan Siti, sangat dikenal oleh banyak orang, sehingga tidak heran, Siti harus membuat

appointment dulu beberapa hari sebelumnya. Selanjutnya, saat tiba waktunya Siti untuk

berkonsultasi, dengan ditemani suaminya, Siti pun pergi ke klinik tempat si dokter spesialis tersebut

berpraktik.

Dia dan suaminya datang ke tempat itu sekira pukul 20.00 WIB malam dan di sana sudah

banyak pasien yang menunggu. Meski Siti sudah membuat appointment, ternyata dia tidak bisa

langsung diperiksa saat itu juga. Dia harus menunggu. Karena dia ingin mengetahui lebih jauh

mengenai masalah kesuburan yang menyangkut diri dan suaminya, Siti pun rela menunggu sampai

larut malam. Ternyata, dia baru dipanggil pukul 1.00 WIB dini hari dan si dokter, menurut pengakuan

Siti, memeriksanya sambil terkantuk-kantuk. Hal ini wajar saja sebab si dokter sudah memulai

pekerjaannya sejak jam 19.00 WIB malam.

Melihat pelayanan dokter yang demikian, wajar saja bila ada hasil pemeriksaan pasien pun

menjadi tidak akurat. Karena itu, dari diri dokter sendiri harus ada kesadaran bahwa keselamatan

pasien di atas segala-galanya. Pasien adalah raja, sedangkan dokter adalah pembantu. Jadi, sudah

selayaknya pasien diperlakukan dengan istimewa.

Dokter tidak bersifat mementingkan finansial atau hanya berpikiran bagaimana

mendapatkan materi yang banyak. Tidak dapat disangkal, budaya hedonistik telah merambah begitu

banyak kaum profesional, termasuk dokter di negara ini. ”Dokter juga kan harus kaya,” begitu

komentar salah seorang dokter. Ironis sekali, uang kini menjadi abdi pelayanan. Padahal, pekerjaan

dokter erat kaitannya dengan nilai-nilai kemanusiaan. Karena itu, kasih kepada manusia seharusnya

menjadi landasan utama dokter dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Scholar

Page 8: Five Star Doctors

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hubungan yang tidak nyaman dapat membuat

pasien merasa tidak nyaman dan sungkan bertanya, sehingga terkadang sulit untuk mendapatnakn

informasi medis tentang penyakit atau kondisinya.

Seorang ibu yang pernah menerima pengobatan dari salah satu rumah sakit ternama di

Jakarta menuturkan bagaimana dokternya marah ketika ia menyebutkan bahwa dirinya sakit cacar.

"Ibu jangan sok tau!" bentak dokter itu "kalau sudah tau kenapa datang kesini!"

Bisa jadi itu trik si dokter yang takut kalau pasiennya banyak bertanya.

Padahal memilih menjadi dokter berarti harus siap untuk belajar seumur hidup. Siap untuk selalu

menjelaskan pada pasien dan keluarganya bagaimana kondisinya, mendiskusikan bagaimana strategi

pengobatannya, membantu pasien mengambil keputusan karena hak itu ada ditangan pasien.

tentunya dengan dokter memberikan informasi yang sejelas-jelasnya tentang keuntungan dan risiko

setiap tindakan yang dipilih. Karena begitulah prosedur seharusnya. Suatu prosedur yang terbilang

masih langka di negeri ini.

Memutuskan untuk menjadi seorang dokter berarti siap untuk belajar seumur hidup (long

live learn). Karena dunia kedokteran yang terus berkembang dari waktu ke waktu tidak akan pernah

bisa menjamin bahwa kita telah cukup belajar. Selamanya, seorang dokter harus terus-menerus

meng-update ilmu kliniknya.

ζ ζ ζ

Pendidikan dokter pun juga perlu memerhatikan perkembangan kemampuan soft skill. Oleh

karena itu, berbagai kegiatan kemahasiswaan dilakukan. Tidak hanya di bidang penalaran, tetapi juga

kegiatan dalam pengembangan minat dan bakat. Mahasiswa berlatih sebanyak-banyaknya dalam

seting realita di masyarakat melalui kerja sosial kesehatan, bantuan medis pada korban bencana dan

berbagai kegiatan lainnya. Mahasiswa juga berlatih bekerja secara komprehensif dalam

mengintervensi berbagai faktor determinan penyakit. Bahkan mahasiswa masih harus berlatih secara

terstruktur melalui pelatihan pradokter sampai menjelang dilantik menjadi seorang dokter.

Page 9: Five Star Doctors

Referensi :

[dokter] etika kedokteran-decision making. http://groups.yahoo.com/group/dokter/

ANTARA MALPRAKTEK, PROFESIONALISME & TOENTOETAN KEHIDOEPAN DOKTER. http://www.overmij.wordpress.com/

Dokter Bintang Lima. http://tokoh.com/

Dokter dan Profesi Kedokteran. http://sutarmanisme’sweblog.wordpress.com/

Etikolegal. http://www.majalah-framacia.com/

Menakar Profesionalisme Dokter. http://suara pembaharuan.com/

Profil Five Star Doctor (Dokter yang Baik): Wacana Abadi Bagi Para Dokter. http://www.pdpersi.co.id

Yahoo! ANSWER Indonesia. Apa pengertiannya "FIVE STAR DOCTOR" ? please... kasi tahu dong... !?. http://www.yahoo.answer.com/