fisheries

61
1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Sistem penglihatan merupakan penghubung dengan lingkunganya, dimana dapat mengenali cahaya, warna dan bentuk semua benda, penglihatan dapat dikatakan sebagai system sensorik yang paling penting, sebab sebagian besar informasi yang diterima melalui indera penglihatan. Mata sebagai organ yang menyusun system penglihatan mempunyai dua fungsi yang berbeda namun saling berhubungan erat. Pertama mata merupakan suatu alat optic yang menerima gelombang cahaya dan merubahnya dalam bentuk bayangan. Kedua, mata merupakan reseptor sensoris yang memberikan respon terhadap bayangan yang terbentuk pada retina kemudian mengerimnya ke otak ( Siregar, dkk, 1995 ). Respon visual dari ikan dapat dilihat pada saat pengoperasian dengan alat tangkap jaring namun hal tersebut dapat disesuaikan berdasarkan jenis ukuran dan perbedaan spesies dalam hal jarak pandang dan ketajaman visual.Untuk memahami mekanisme dari respon tingkah laku pada saat proses penangkapan, bagaimana ikan mengenali alat tangkap kemudian

Upload: despri-supriadi

Post on 07-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

wewqdsad

TRANSCRIPT

Page 1: fisheries

1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sistem penglihatan merupakan penghubung dengan lingkunganya, dimana

dapat mengenali cahaya, warna dan bentuk semua benda, penglihatan dapat

dikatakan sebagai system sensorik yang paling penting, sebab sebagian besar

informasi yang diterima melalui indera penglihatan. Mata sebagai organ yang

menyusun system penglihatan mempunyai dua fungsi yang berbeda namun saling

berhubungan erat. Pertama mata merupakan suatu alat optic yang menerima

gelombang cahaya dan merubahnya dalam bentuk bayangan. Kedua, mata

merupakan reseptor sensoris yang memberikan respon terhadap bayangan yang

terbentuk pada retina kemudian mengerimnya ke otak ( Siregar, dkk, 1995 ).

Respon visual dari ikan dapat dilihat pada saat pengoperasian dengan alat

tangkap jaring namun hal tersebut dapat disesuaikan berdasarkan jenis ukuran dan

perbedaan spesies dalam hal jarak pandang dan ketajaman visual.Untuk memahami

mekanisme dari respon tingkah laku pada saat proses penangkapan, bagaimana

ikan mengenali alat tangkap kemudian bagaiman ikan bisa menghindari alat tangkap

dapat diketahui dalam ilmu histologi. Indera penglihatan ikan pada sebagian besar

jenis ikan ekonomis penting adalah merupakan indera yang utama yang

memungkinkan mereka untuk terciptanya pola tingkah laku mereka terhadap

lingkunganya. Indera penglihatan ikan akan mempunyai sifat khas tertentu oleh

adanya berbagai faktor seperti jarak penglihatan yang jelas, kisaran dan cakupan

penglihatan, warna yang jelas, kekontrasan dan kemampuan membedakan objek

yang bergerak (Gunarso, 1985).

Page 2: fisheries

2

Mata bagi ikan berfungsi sebagai jendela yang menghubungkan organisme

dengan dunia luar memberikan konstribusi yang sangat penting bagi kehidupan ikan.

Keberhasilan ikan untuk eksis dan mempertahankan kelangsungan hidup

keturunannya di habitatnya, adalah salah satu kontribusi penglihatan, disamping

indera atau reseptor lainnya. Kemampuaan mata melihat oleh ikan digunakan untuk

menangkap mangsa/makanannya, menghindari musuhnya dan alat tangkap.

Selanjutnya juga berperan penting menentukan teritorialnya, mencari pasangannya,

dan mencari tempat pengasuhan bagi anak-anaknya ( Razak, dkk, 2005).

Perkembangan metode dan operasi penangkapan ikan hingga saat ini

banyak ditentukan oleh target tangkapannya dengan memanfaatkan tingkah laku

ikan. Selama ini pemanfaatan tingkah laku ikan dalam bidang penangkapan yang

telah banyak digunakan adalah penggunaan cahaya untuk menarik gerombolan ikan

pada waktu malam hari. Hampir dapat dikatakan bahwa ikan-ikan pelagis

merupakan ikan-ikan yang tertarik oleh cahaya baik cahaya alami (Matahari)

maupun cahaya buatan (Lampu). Adaptasi mata ikan terhadap cahaya berbeda

untuk setiap jenis ikannya, hal tersebut disebabkan karena setiap jenis ikan

mempumyai tingkat sensivitas cahaya yang berbeda beda. Sensifitas mata ikan

dalam merespon cahaya dapat diidentifikasi berdasarkan kontraksi dari sel kon

dengan melihat pergerakan dari elipsoid kon di dalam lapisan sel penglihatan (Visual

cell Layer) (Hajar, 2008).

Sebagian besar spesies ikan beraneka ragam habitatnya, retina mata ikan

memperlihatkan struktur yang bervariasi. Struktur retina telah dibentuk oleh tekanan

selektif intensitas cahaya dan spectral dalam lingkungan, serta resolusi ruang yang

Page 3: fisheries

3

dibutuhkan oleh hewan untuk bertahan hidup. Selanjutnya dikatakan bahwa pada

kebanyakan ikan, mata adalah reseptor penglihatan yang sangat sempurna, system

optik pada mata ikan melakukan pengumpulan cahaya dan membentuk suatu fokus

bayangan untuk analisis oleh retina. Sensitifitas dan ketajaman mata tergantung

pada terangnya bayangan yang mencapai retina (Fujaya, 1999).

Fungsi mata ikan selain dapat diketahui dari tingkat sensifitasnya dalam

merespon cahaya, juga dapat dikaji berdasarkan penglihatan mata ikan dari tingkat

kemampuan penglihatannya. Di Indonesia pemahaman dan kajian mengenai

kemampuan penglihatan ikan masih sangat terbatas, di pelajari dan diteliti. Disisi lain

pengetahuan tentang kemampuan penglihatan mata ikan sangat penting dalam

memahami tingkah laku ikan dalam merespon alat tangkap. Kemampuan

penglihatan mata ikan dapat diidentifikasi melalui observasi fisiologi dengan

menganalisis berdasarkan metode histologi retina mata ikan (Hajar, 2008, Arimoto,

1988).

Ikan layur merupakan salah satu kelompok (species group) dalam komunitas

sumber daya demersal. Dengan demikian keberadaan populasi ikan layur akan

terlibat dalam proses-proses dinamika dalam komunitas ikan demersal, seperti

interaksi biologis antar jenis. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah antar

hubungan pemangsaan (predator-prey relationship) dan persaingan makanan (food

competetion). Salah satu perilaku ikan layur adalah ‘voracious’ atau sangat ‘rakus’,

sehingga dalam suatu komunitas tertentu ikan layur dapat merupakan ‘top predator’

yang memperebutkan makanannya berupa ikan-ikan berukuran kecil dengan ikan-

ikan predator lainnya.

Page 4: fisheries

4

Perilaku kebiasaan makan ikan layur dewasa dan layur anakannya (yuwana,

juvenile) berhubungan erat dengan kebiasaan migrasi vertikal (diurnal – siang;

nocturnal - malam) mempunyai sifat yang berlawanan. Pada siang hari layur dewasa

biasanya bermigrasi vertikal ke dekat permukaan untuk mencari makan dan kembali

bermigrasi ke dasar perairan pada malam hari. Ikan layur anakannya yang

berukuran kecil akan membentuk gerombolan (schooling) mulai dari dasar sampai

ke dekat permukaan pada siang hari dan pada malam hari menyebar dan

mengelompok untuk mencari makan sampai ke dekat permukaan.

Berdasarkan kepentingan ini dalam aplikasinya di bidang teknologi

penangkapan ikan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk megetahui tingkat

kemampuan penglihatan mata ikan, khususnya ikan Layur (Trichiurus savala).

B. Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui kemampuan

penglihatan mata ikan Layur (Trichiurus Savala) yang dapat di aplikasikan dalam

bidang teknologi penangkapan ikan dengan :

1. Mendeskripsikan struktur susunan kon (cone mosaic) sel-sel penglihatan di

dalam retina mata ikan

2. Mengetahui arah ketajaman penglihatan ikan (Visual axis)

3. Menentukan tingkat ketajaman penglihatan mata ikan (Visual acuity)

4. Mengetahui jarak maksimum penglihatan mata ikan berdasarkan ukuran

terhadap suatu objek (Maximum sighting distance)

5. Mejelaskan hubungan antara tingkat ketajaman mata ikan dan penerapannya

pada bidang teknologi penangkapan ikan.

Page 5: fisheries

5

Kegunaan penelitian ini adalah mengklarifikasi fenomena dan pengetahuan

tingkah laku ikan dalam merespon alat tangkap yang dapat digunakan dalam

menentukan startegi penangkapan. Khususnya respon mata pada ikan layur

(Trichiurus savala) terhadap alat tangkap.

Page 6: fisheries

6

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika, Ciri Morfologis dan Daerah Sebar

Sistematika ikan Layur (Trichiurus Savala) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Sub Ordo : Scombroidei

Family : Trichiurus

Genus : Trichiurus

Spesies : Trichiurus Savala

Gambar 1. Morfologi ikan Layur

Ciri utama dari kelompok ikan layur antara lain adalah: Badannya sangat

memanjang dan pipih seperti pita. Oleh karena itu dalam beberapa literatur

internasional ikan layur disebut sebagai ‘ribbon fish’. Gigi rahangnya sangat kuat dan

bagian depan gigi rahang tersebut membentuk taring. Sirip punggung memanjang,

mulai dari belakang kepala sampai mendekati ujung ekor. Pada bagian depan sirip

punggung terdapat jari-jari sirip keras. Kadang-kadang antara kedua sirip punggung

yang keras dan sirip lemah terdapat notch yang sangat jelas. Warna badannya pada

umumnya adalah keperakan, bagian punggungnya agak sedikit gelap. Ikan layur

merupakan salah satu kelompok (species group) dalam komunitas sumber daya

pelagis. Dengan demikian keberadaan populasi ikan layur akan terlibat dalam

Page 7: fisheries

7

proses-proses dinamika dalam komunitas ikan demersal, seperti interaksi biologis

antar jenis. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah antar hubungan

pemangsaan (predator-prey relationship) dan persaingan makanan (food

competetion). Salah satu perilaku ikan layur adalah ‘voracious’ atau sangat ‘rakus’,

sehingga dalam suatu komunitas tertentu ikan layur dapat merupakan ‘top predator’

yang memperebutkan makanannya berupa ikan-ikan berukuran kecil dengan ikan-

ikan predator lainnya

Melihat morfologi kepala, mulut dan gigi-gigi ikan layur tidak diragukan lagi

bahwa ikan layur adalah ikan predator yang kebiasaan makanannya adalah hewan

hewan berkuran lebih kecil. Jenis-jenis makanan ikan layur meliputi euphausid

(udang-udang berukuran kecil seperti Rebon, larva udang penaeid), ikan-ikan

berukuran kecil (seperti; teri, sardin, myctophids, bregmacerotids, carangoids,

sphyraenids, atherinids, sciaenids, scombrids, larva/yuwana ikan layur ) dan

cumicumi berukuran kecil. Perilaku kebiasaan makan ikan layur dewasa dan layur

anakannya (yuwana, juvenile) berhubungan erat dengan kebiasaan migrasi vertikal

(diurnal – siang; nocturnal - malam) mempunyai sifat yang berlawanan. Pada siang

hari layur dewasa biasanya bermigrasi vertikal ke dekat permukaan untuk mencari

makan dan kembali bermigrasi ke dasar perairan pada malam hari. Ikan layur

anakannya yang berukuran kecil akan membentuk gerombolan (schooling) mulai

dari dasar sampai ke dekat permukaan pada siang hari dan pada malam hari

menyebar dan mengelompok untuk mencari makan sampai ke dekat permukaan.

Page 8: fisheries

8

B. Indera Penglihatan Ikan

Indera penglihatan ikan pada sebagian besar jenis ikan pada sebagian besar

jenis ikan yang ekonomis penting adalah merupakan indera yang utama yang

memungkinkan mereka untuk terciptanya pola tingkah laku mereka terhadap

keadaan lingkungannya. Indera penglihatan ikan akan mempunyai sifat khas tertentu

oleh adanya berbagai faktor seperti jarak penglihatan yang jelas, kisaran dari

cakupan penglihatan, warna yang jelas, kekontrasan dan kemampuan membedakan

objek yang bergerak (Gunarso, 1985).

Ikan yang bergerombol berhubungan dengan daya penglihatannya, karena

ikan berpisah dan menyebar setelah gelap. Penerimaan mata ikan terhadap cahaya

mendorong timbul daya mempertahankan diri dari pemangsa yang menyebabkan

ikan bergerak ke arah penyinaran cahaya yang dilihatnya, kemudian membentuk

gerombolan untuk mempertahankan diri dari pemangsa (Yami, 1987).

Fujaya (1999) menyatakan bahwa pada sebagian besar spesies ikan dengan

beraneka ragam habitatnya, retina mata ikan memperlihatkan struktur yang

bervariasi. Struktur retina telak dibentuk oleh tekanan selektif intensitas cahaya dan

spektral dalam lingkungannya, serta resolusi ruang yang dibutuhkan oleh hewan

untuk bertahan hidup. Perbedaan yang dihasilkan oleh tekanan selektif yang tidak

sama dapat ditemukan di dalam (1) ketebalan retina (2) perbedaan sub jenis sel

retina, khususnya fotoreseptor dan (3) spesialisasi wilayah pada sel retina terhadap

pemantulan pandangan yang diperlukan. Selanjutnya dikatakan bahwa pada

kebanyakan ikan, mata adalah reseptor penglihatan yang sangat sempurna. Sistem

optika pada mata ikan ialah melakukan pengumpulan cahaya dan membentuk suatu

Page 9: fisheries

9

fokus bayangan untuk dianalisis oleh retina. Sensivitas dan ketajaman mata

tergantung pada terangnya bayangan yang mencapai retina.

Pada jenis ikan yang aktif pada siang hari, pada umumnya kon tersusun

dalam bentuk mosaik pada retina mereka. Kon tersebut dapat tersusun dalam

bentuk barisan atau dalam bentuk persegi empat. Pada umumnya ikan-ikan yang

memiliki kon dalam bentuk mozaik seperti ini adalah jenis ikan yang intensif sekali

menggunakan indera penglihatannya, biasanya mereka jenis ikan yang aktif

memburu mangsa. Untuk jenis-jenis ikan yang aktif pada malam hari atau jenis ikan

yang hidup pada lapisan dalam (deep sea fishes) jumlah kon sangat kurang atau

tidak ada sama sekali, dan kedudukan kon sangat kurang atau tidak ada sama

sekali, dan kedudukan kon tersebut digantikan oleh rod (Gunarso,1985).

C. Retina pada Mata Ikan

Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan

dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang

memanjang sampai ke otak. Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka

terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta. Adanya lensa dan ligamentum

pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua, yaitu bagian depan

terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian

belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut

berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar. Kotak mata pada

tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang

melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini

Page 10: fisheries

10

peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf.

Radang konjungtiva disebut konjungtivitis. Tiga daerah terpenting dari retina dapat

dibedakan secara histologi dan topografis (1) pars optika, yang melapisi bagian

terbesar dari ruang vitrus; (2) pars kiliaris, yamg menutupi benda silier; dan (3) pars

iridika, yang menutupi permukaan belakang iris. Pada pars optika merupakan bagian

terbesar retina yang terbagi atas sepuluh lapisan yaitu epitel berpigmen, kon dan

rod, membran pembatas luar, lapisan nucleus luar, lapisan pleksiform luar, lapisan

nucleus dalam, Lapisan pleksiform dalam lapisan sel ganglion, lapisan serat saraf

dan membran pembatas dalam (Ali and Anctil, 1976). Struktur lapisan retina ikan

yang telah diteliti pada ikan Sanma (Pacific,Saury) terlihat pada gambar berikut.

(Hajar. 2000).

Gambar 2. Struktur dari Lapisan Retina(Sumber : Hajar2008)

Page 11: fisheries

11

Sel Batang dan Sel Kerucut Retina

Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan

sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi

pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama

pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel

basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus

berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke

tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning

hanya ada sel konus saja. Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut

rodopsin, yaitu suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya

sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A.

Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan

kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi

rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat. Pigmen lembayung dari

sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin

dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah,

hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap

spektrum warna.

Page 12: fisheries

12

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2009.

Pengambilan sampel dilakukan Diperairan Tanjung Palette Kabupaten Bone,

Sulawasi Selatan. Dan pengamatan di lakukan di Laboratorium Fisiologi hewan Air,

Laboratorium Parasit dan Laboratorium Teknologi Penangkapan Ikan Jurusan

Perikanan FIKP Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat Dan Bahan

Adapuan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, seperti ditunjukkan pada tabel 1 :

Tabel 1 : Alat dan bahan yang digunakan pada proses histologiNO Alat Dan Bahan Kegunaan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Alat

Mikroskop

Timbangan

Benang

Mikrometer

Pisau bedah

Botol sample

Plastik sample

Spidol

Microtom

Cassette

Kayu 3x2x2cm

Untuk observasi sample

Untuk mengetahui bobot sampel

Untuk mengukur diameter lingkar badan

sampel

Untuk mengukur diameter bola dan lensa

mata sampel

Untuk memisahkan bagian tubuh sampel

Media penyimpanan sample

Untuk memisahkan sample

Untuk pemberian label dan tanda

Untuk pemotongan sampel

Tempat penyimpanan retina untuk

memasukkan paraffin ke dalam jaringan

Page 13: fisheries

13

12

1

2

3

4

5

6

7

8

Slide glass

Bahan

Ikan Layur (Trichiurus sp)

Larutan Bouins

(formalin,PicridAcid,Acetid

Acid)

Alkohol

Parrafin

Xylen

Eosin

Haematoxylen

Aquades

retina

Sebagai penahan pada saat pemotongan

Sebagai tempat hasil pemotongan jaringan

Sampel

Menjaga konsistensi jaringan mata

Untuk mengeluarkan air dari dalam jaringan

Untuk media tanam sample & penertrasi ke

dalam jaringan.

Untuk menghilangkan alcohol dalam jaringan

& mengeluarkan parrafin

Untuk pewarnaan

Untuk pewarnaan

Untuk penyempurnaan proses rehidrasi

C. Metode Pengambilan Sampel

Sampel diambil pada hasil tangkapan set net berdasarkan ketersediaan ukuran

hasil tangkapan. Jumlah sampel yang diambil berdasarkan ukuran panjang total

yang terkecil sampai yang terbesar tergantung ukuran yang diperoleh dari hasil

setiap tangkapan. Pengambilan sampel dilakukan secara berulang berdasarkan

ketersediaan sampel yang diperoleh. Dan sampel yang di peroleh 15 ekor yang di

mana panjang totalnya 25 cm sampai 65 cm.

Page 14: fisheries

14

Gambar 3. Ikan Layur (Trichiurus Savala) Ukuran TL : 25 cm – 65 cm

D. Proses Histologi Retina

a. Pengambilan sampel di lapangan

Pengambilan sampel dilakukan sesaat setelah proses hauling dilakukan.

Jumlah sampel yang diambil berdasarkan ukuran panjang total yang terkecil

sampai yang terbesar tergantung ukuran yang diperoleh dari hasil setiap

tangkapan. lalu sampel yang ada diukur dan ditimbang. Setelah itu sampel

dipotong kepalanya dan dimasukkan ke larutan bouins dan dilanjutkan dengan

proses histologi di laboratorium.

b. Proses histologi mata ikan

Untuk mengetahui kepadatan kon mata ikan dilakukan analisis dengan

menggunakan metode histologi retina mata ikan berdasarkan potongan

horizontal (Hajar,2008). Tahap-tahap metode histologi adalah sebagai berikut

1. Fiksasi, yaitu proses dimana potongan mata ikan dicelupkan ke dalam

larutan Bouine minimal selama 2 hari yang bertujuan untuk mempertahankan

bentuk morfologi dari sampel dan komposisi kimia jaringan (sampel)

Gambar 4. Proses Fiksasi

Page 15: fisheries

15

2. Washing, yaitu pencucian sampel dari bouinne dengan menggunakan

alkohol.

overnight

60 menit

Gambar 5. Proses Washing

3. Mengukur diameter bola mata dan lensa mata menggunakan micrometer

scrup, kemudian mengambil retina dengan metode spot pada bagian depan,

belakang, atas, bawah.

4. Sampel retina di bungkus dalam kertas saring dan memasukkan ke dalam

embedding cassettes.

5. Dehidrasi, memasukkan sampel ke dalam alkohol secara bertingkat, yang

bertujuan untuk mengeluarkan air dalam jaringan

30 menit

30 menit

30 menit

30 menit Gambar 6. Proses Dehidrasi

30 menit

Alkohol 70 %

Alkohol 75 %

Alkohol 75 %

Alkohol 85 %

Alkohol 90 %

Alkohol 96 % I

Alkohol 96 % II

Page 16: fisheries

16

6. Clearing, memasukkan sampel ke dalam larutan Xylene, yang bertujuan

untuk menghilangkan alkohol dalam jaringan, melarutkan lemak dan

mengantarkan paraffin ke jaringan, hal ini dilakukan sampai jaringan

transparan

60 menit

60 menit

60 menit

Gambar 7. Proses Clearing

7. Impregnating, memasukkan sampel ke dalam Xylen + paraffin, dan parafin.

Yang bertujuan untuk memasukkan parafin cair kedalam jaringan.

Overnight, suhu 60°C

60 menit, suhu 60°C

60 menit, suhu 60°C

Gambar 8. Proses Impregnating

8. Embedding, merupakan proses penanaman ke dalam parafin sebagai media,

dimana sampel retina dibenamkan dalam parafin kemudian sampel retina di

cairkan dalam oven dengan suhu 600C lalu dipadatkan dalm frezeer

kemudian diletakan pada kayu penahan.

Xylene I

Xylene III

Xylene II

Xylen + paraffin 1 : 1

Paraffin I

Paraffin II

Paraffin III

Page 17: fisheries

17

Gambar 9. Proses Embedding

9. Cutting, suatu proses pemotongan, di mana pemotongan sampel retina yang

telah dibenamkan dalam parafin disayat dengan menggunakan microtome

kemudian diletakan pada micro slide glass, setelah itu dipanaskan dengan

suhu 60 °C.

Gambar 10. Proses Cutting

10. Staining, yaitu proses pewarnaan sebagai tingkatan sebagai berikut :

A. Deparafinasi (clearing) yaitu sampel retina di masukan kedalam Xylene,

yang bertujuan untuk menghilangkan parafin dari dalam jaringan.

10 menit

10 menit

Gambar 11. Proses Deparafinas

Xylene I

Xylene III

Xylene II

Page 18: fisheries

18

B. Rehidrasi, bertujuan untuk memasukan air kedalam jaringan dengan

tahap sebagai berikut :

B1. Sampel retina dimasukan kedalam alkohol

10 menit

10 menit

10 menit

10 menit

Gambar 12.Proses Rehidrasi

B2. Sampel retina dimasukan kedalam air mengalir tujuan untuk

menyempurnakan proses rehidrasi. Setelah itu dimasukkan ke

dalam larutan Hematoxilene. Kemudian di masukkan ke dalam air

mengalir, selanjutnya di masukan kedalam larutan Eosin setelah itu

di masukan kembali ke dalam aquades.

2 – 3 detik

10 menit

10 menit

10 menit

Gambar 13. Proses Pewarnaan

1 – 2 detik

Alkohol 100 %

Alkohol 96 %

Alkohol 90 %

Alkohol 80 %

Alkohol 70 %

Air mengalir

Hematoxiline

Aquades

Eosin

Air mengalir

Page 19: fisheries

19

C. Dehidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat, dengan tujuan agar

air dalam jaringan keluar.

10 menit

10 menit

10 menit

10 menit

Gambar 14. Proses Dehidrasi

D. Clearing, dengan menggunakan larutan Xylene, yang bertujuan untuk

mengeluarkan alkohol dari dalam jaringan.

10 menit

10 menit

Gambar 15. Proses Clearing

E. Setelah itu sampel ditutup dengan micro cover glass.

Alkohol 70 %

Alkohol 80 %

Alkohol 90 %

Alkohol 96 %

Alkohol 100 %

Xylene I

Xylene III

Xylene II

Page 20: fisheries

20

11. Observasi dengan menggunakan mikroskop.

Gambar 16. Observasi

E. Analisis Data

1. Mendeskripsikan struktur susunan kon (Con mozaik) sel-sei penglihatan

didalam retina mata ikan. Dilakukan dengan cara melihat dari susunan con

jadi bentuk mozaik merupakan kon yang tersusun dalam bentuk barisan atau

dalam bentuk pola bujur sangkar. Ikan yang memiliki struktur susunan kon

berbentuk baris atau pola bujur sangkar menunjukkan bahwa ikan tersebut

sangat intensif menggunakan indera penglihatannya.

2. Menentukan arah ketajaman penglihatan (Visual Axis) dilakukan dengan

cara:

Dilihat dari jumlah kepadatan con (n) pada setiap arah pandangan

ikan. Jadi sistem penglihatan ikan untuk kasus ketajaman penglihatan

berdasarkan kepadatan kon dan diameter lensa dapat di hubungkan dengan

karakteristik hidupnya, dimana habitatnya berada sebagai bentuk adaptasi

terhadap lingkungan khususnya untuk kondisi penglihatannya.

Page 21: fisheries

0.1 mm

21

3. Menentukan tingkat ketajaman mata ikan (visual acuity) di lakukan dengan

cara :

Menghitung diameter lensa (F)

F = ( lens ø /2) x 2,55

Menghitung kepadatan kon (n)

(cells/0,01 mm2 )

Cone dihitung berdasarkan double cone

atau single cone

Gambar 17. Susunan Kon(Sumber:Hajar,2008)

Menentukan estimasi sudut pandang minimum (α)

1 ______ 0,1 x ( 1+ 0,25 ) x 2

F √n

Penentuan tingkat ketajaman( VA)

α x 180 x 60 -1

π

4. Mengetahui jarak maksimum penglihatan mata ikan berdasarkan ukuran

suatu objek, dilakukan dengan cara menhitung;

VA =

α =

0.1 mm

Page 22: fisheries

22

Estimasi jarak pandang maksimum (D)

D= t

α

Gambar 18. Estimasi Jarak Pandang Maksimum( Sumber :Hajar,Arimoto,2008)

Page 23: fisheries

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Alat Tangkap

Set net adalah salah satu alat tangkap yang popular dioperasikan

disepanjang perairan pantai Jepang dengan berbagai variasi besar dan desain yang

berbeda. Set net yang dioperasikan diperairan pantai Jepang, mulai dari Hokkaido

sampai pulau Okinawa, ditujukan untuk menangkap berbagai jenis ikan (pelagis,

demersal, ikan bermigrasi dan ikan yang menetap). Satu unit Set net terdiri dari

beberapa bagian yakni penaju (leader net), serambi ( play ground), ijeb-ijeb

(entrance) dan kantong (bag/crib).

Keterangan gambar

1. Penaju (leader net)

2. Daun pintu

3. Serambi (play ground)

4. Jaring pengarah

5. Kantong (bag/crib)

6. Kantong tambahan

7. Pelampung

8. Pemberat

Gambar 19. Alat Tangkap Set net Tipe Otoshi ami (Sumber: JICA Set Net Project)

Page 24: fisheries

24

Alat tangkap yang digunakan dalam pengaplikasiannya yaitu Set Net dengan

melihat tiga bagian yaitu penaju (leader net), serambi ( play ground), ijeb-ijeb

(entrance) dan kantong (bag/crib) berdasarkan ukuran objek target yaitu diameter

benang jaring, diameter tali ris dan diameter pelampung dengan data seperti pada

Tabel 2.

Tabel. 2 Data Bagian-Bagian Set Net

Objek Target Penaju (leader net) Serambi (play ground) Kantong (Chamber net)

JARING Mesh Size Bahan Diameter Warna

242,4 mmPolythelene

5 mmHitam

121,2 mmPolythelene

5 mmHitam

30,3 mmTetoron5 mmHitam

TALI RIS Bahan Diameter Warna

Polythelene18 mmHitam

Polythelene18 mmHitam

Polythelene14 mmHitam

PEMBERAT Bahan Diameter Bentuk

Timah14 mmSilinder

Timah14 mmSilinder

Timah14 mmSilinder

B. Kemampuan Penglihatan

Kemampuan penglihatan dari ikan layur(Trichiurus Savala) dapat ditaksir

dalam beberapa aspek kemampuan penglihatannya, seperti: arah penglihatan,

ketajaman penglihatan, dan jarak pandang maksimum dengan cara pengujian

histologi retina yaitu dengan melihat obervasi photomicroscopic. Dengan melihat dari

struktur retina dapat mengidentifikasi sel kon dari ikan Layur yang terdiri dari single

cone dan double cone, masing-masing kon tunggal diapit oleh empat double cone.

Dari ini dapat diperoleh dalam menentukan mosaik kon pada suatu ukuran kotak

Page 25: fisheries

25

pengaturan mosaic, untuk analisa lebih lanjut dari data ini, bisa digunakan untuk

menentukan arah penglihatan dengan melihat dari area kepadatan kon retinal yang

paling tinggi. Arah penglihatan berhubungan dengan penempatan dari kepadatan

kon paling tinggi itu lewat melalui pusat dari lensa yang dianggap sebagai arah

penglihatan mata ikan yang tertajam (Hajar, 2008).

Setelah melakukan uji histologi terhadap retina mata ikan layur(Trichiurus

Savala) dengan menghitung jumlah kepadatan kon (n) diperoleh hasil analisis data

seperti ditunjukkan pada Tabel 3 :

Tabel 3. Hasil Analisis Data pada Setiap Ukuran Ikan Layur (Trichiurus Savala)

NO

TL(cm)

BOLA MATA(mm)

Ø LENSA(mm)

n F (α) (VA)D (m)

(t=10mm)

D (m) (t=50mm

)

1 25 5.00 2.07 320 2.640.005

3 0.055 1.89 9.44

2 27 6.04 2.17 307 2.770.005

2 0.056 1.94 9.70

3 29 6.14 2.34 294 2.980.004

9 0.059 2.05 10.23

4 30 6.40 2.40 287 3.060.004

8 0.060 2.07 10.37

5 32 6.90 3.27 262 4.170.003

7 0.078 2.70 13.50

6 34 7.20 3.35 259 4.270.003

6 0.080 2.75 13.75

7 37 8.44 4.23 244 5.390.003

0 0.098 3.36 16.78

8 40 8.16 4.31 242 5.500.002

9 0.100 3.43 17.17

9 43 9.00 4.40 239 5.610.002

9 0.101 3.47 17.35

10 45 9.37 4.67 236 5.950.002

7 0.106 3.66 18.29

11 46 9.39 5.06 229 6.450.002

6 0.114 3.91 19.53

12 48 10.00 5.30 223 6.760.002

5 0.117 4.04 20.18

Page 26: fisheries

10 μm

double cone

single cone

26

13 51 11.40 5.72 212 7.290.002

4 0.124 4.25 21.24

14 56 17.12 7.47 183 9.520.001

9 0.150 5.15 25.77

15 65 19.12 8.46 155 10.790.001

9 0.156 5.37 26.86

1. Struktur Susunan Kon

Setelah melakukan uji histologi terhadap retina mata ikan layur (Trichiurus

Savala) dengan mendeskripsikan struktur susunan kon (mosaic cone) seperti

ditunjukkan pada Gambar 20 :

Gambar 20 . Struktur Susunan Kon

Berdasarkan pada Gambar 20 struktur susunan kon (mosaic cone) ikan layur

(Trichiurus Savala) adalah tersusun berbentuk segi empat beraturan (Regular

Square Pattern) yang saling berhubungan dimana setiap satu single cone dikelilingi

empat double cone. Hal ini sesuai dengan pendapat Munz dan Mc Farland, 1973

bahwa sel kon pada ikan pelagis, berpola seperti mosaik yaitu berbentuk garis atau

Page 27: fisheries

27

pola bujur sangkar tunggal maupun ganda. Pada kebanyakan jenis ikan, double

cone identik dengan sel kon kembar, sedangkan single cone hanya satu tipe (Loew

dan Lyhtgoe,1978). Menurut pendapat (Abdul Razak dkk, 2005) bahwa ikan yang

memiliki struktur susunan kon berbentuk baris atau pola bujur sangkar menunjukkan

bahwa ikan tersebut sangat intensif menggunakan indera penglihatannya.

2. Arah Ketajaman Penglihatan

Setelah melakukan uji histologi terhadap retina mata ikan layur (Trichiurus

Savala ) dengan mengambil sampel sebanyak lima sampel yang berukuran besar.

Dengan menghitung jumlah kepadatan kon pada setiap spot masing-masing daerah

pada retina sehingga diperoleh bahwa rata-rata jumlah kepadatan kon tertinggi dari

lima sampel tersebut berada pada daerah temporal (T) seperti ditunjukkan pada

Gambar 21 :

v

n1; TL = 65 cm n2; TL = 56 cm n3; TL = 48 cm

139

132

143

135

158

152

203

178

215

Page 28: fisheries

28

n4 ; TL = 45 cm n5 ; TL = 40 cm

Gambar 21. Penentuan Jumlah Kepadatan Kon Tertinggi dalam Retina dan Arah Penglihatan Mata Ikan layur (Trichiurus Savala)

Jumlah kepadatan kon (n) pada retina berbeda-beda, dimana perbedaan

tersebut berhubungan dengan pemanfaatan indera penglihatan pada lingkungannya

(Abdul Razak dkk, 2005). Berdasarkan pada Gambar 21 ikan layur (Trichiurus

Savala) memiliki jumlah kepadatan kon tertinggi pada area temporal (T) retina yang

menunjukkan pada jika area tersebut melewati pusat dari lensa mata maka arah

ketajaman penglihatan (Visual Acuity) ikan layur(Trichiurus Savala) ke arah nasal

(N) atau ke arah depan (Gambar 21). Pada penelitian ikan pelagis lainnya seperti

pasific saury (colorabis saira) bahwa ikan tersebut memiliki kepadatan sel kon pada

227

192211

238

222

218

Page 29: fisheries

29

daerah temporal retina yang menunjukkan bahwa arah penglihatan adalah daerah

nasal (Hajar, 2008).

3. Tingkat Ketajaman Penglihatan

Setelah melakukan uji histologi terhadap retina mata ikan layur (Trichiurus

Savala) dengan menghitung jumlah kepadatan kon (n) diperoleh grafik seperti

ditunjukkan pada Gambar 22 :

Gambar 22. Jumlah Kepadatan Kon (cone density, n) pada Berbagai Ukuran Ikan layur (Trichiurus Savala) dengan Total Length, TL ; 25-65 cm

Berdasarkan Gambar 22 terlihat bahwa ikan layur (Trichiurus Savala) pada

setiap pertambahan pertumbuhan panjang tubuh ikan maka semakin sedikit jumlah

kepadatan kon (n). Ukuran terkecil ikan memiliki jumlah kepadatan kon (n) yang

20 30 40 50 60 700

50100150200250300350

n

Panjang tubuh (cm)

Kepa

data

n ko

n(n)

Page 30: fisheries

30

lebih besar dibanding dengan ukuran ikan yang terbesar. Hal ini didasarkan kepada

nilai jumlah kepadatan kon (n) yang ditunjukkan Tabel 3 pada ukuran 25 cm yaitu

320 sementara ukuran 65 cm yaitu 155. Hubungan kepadatan kon dengan tingkat

ketajaman penglihatan adalah berbanding terbalik dimana kepadatan kon menurun

sejalan dengan pertambahan pertumbuhan panjang ikan sedangkan tingkat

ketajaman penglihatan meningkat sejalan dengan pertumbuhan panjang ikan.

Jumlah kepadatan kon yang diperoleh ini diperkuat oleh Purbayanto,1989 yang

menyatakan bahwa kepadatan sel kerucut (kon) cenderung menurun dengan

meningkatnya panjang tubuh. Hal ini disebabkan menurut Tamura (1957) kepadatan

sel kerucut akan tetap sama selama hidup ikan, yang berubah adalah kekuatan

penglihatan sejalan dengan pertumbuhan lensanya. Semakin bertambah panjang

tubuh ikan maka diameter lensa akan meningkat, fokus lensa akan meningkat

panjang dan ketajaman penglihatan ikan semakin meningkat karena meningkatnya

fokus lensa menyebabkan nilai sudut pembeda terkecil semakin kecil. Setelah

memperoleh nilai jumlah kepadatan kon (n), dan diameter lensa setiap ukuran ikan,

maka dapat menentukan nilai tingkat ketajaman penglihatan (Visual Acuity) pada

ikan layur (Trichiurus Savala) dengan menggunakan analisis data diperoleh grafik

seperti ditunjukkan pada Gambar 23 :

Page 31: fisheries

31

Gambar 23. Tingkat Ketajaman Penglihatan (Visual Acuity, VA) pada Berbagai Ukuran Ikan layur (Trichiurus Savala) dengan Total Length, TL ; 25-65 cm

Berdasarkan Gambar 23 terlihat bahwa ikan layur (Trichiurus Savala) setiap

pertambahan pertumbuhan panjang tubuh ikan maka semakin meningkat ketajaman

penglihatannya. Ukuran terbesar ikan memiliki nilai tingkat ketajaman penglihatan

yang lebih baik dibandingkan dengan ikan ukuran terkecil. Hal ini didasarkan kepada

nilai yang ditunjukkan Tabel 3 tingkat ketajaman penglihatan (VA) pada ukuran 25

cm yaitu 0,0053 sementara ukuran 65 yaitu 0,0019.

Hal ini sesuai dengan menurut Tamura (1957) semakin bertambah panjang

tubuh ikan maka diameter lensa akan meningkat, fokus lensa akan meningkat

panjang dan ketajaman penglihatan ikan semakin meningkat karena meningkatnya

fokus lensa menyebabkan nilai sudut pembeda terkecil semakin kecil.

Indera penglihatan pada ikan layur (Trichiurus Savala) adalah merupakan

indera yang sangat vital, hal ini disebabkan ikan ini tergolong ikan pelagis perenang

cepat, predator dan hidup bergerombol. Hal ini didukung oleh pernyataan Abdul

Razak dkk (2005) bahwa mata ikan membutuhkan mata yang tajam untuk bergerak

20 30 40 50 60 700.0000.0200.0400.0600.0800.1000.1200.1400.1600.180

VA

Panjang Tubuh(cm)

visu

al a

cuity

Page 32: fisheries

32

sekaligus menangkap mangsanya, makanannya berupa ikan-ikan kecil dan cumi-

cumi. Mata ikan-ikan pelagis yang predator lebih berkembang dari pada mata ikan

demersal. Disamping itu pada ikan pelagis yang tergolong perenang cepat/karnivora

yang hidup bergerombol dengan jumlah yang sangat besar.

4. Jarak Maksimum Penglihatan

Setelah melakukan uji histologi pada retina mata ikan layur (Trichiurus

Savala) dengan mendapatkan nilai sudut pandang minimum ( α ) maka dapat

menentukan jarak maksimum penglihatan (D) ikan Layur(Trichiurus Savala) pada

suatu objek dengan menggunakan analisis data. Maka grafik yang diperoleh

ditunjukkan pada Gambar 24 :

Gambar 24. Jarak Maksimum Penglihatan (Max. Sighting Distance, D) pada Berbagai Ukuran Ikan layur (Trichiurus Savala) dengan Total length TL ; 25-65 cm, (t = target objek)

Berdasarkan Gambar 24 menunjukkan bahwa ikan layur (Trichiurus Savala)

terdapat perbedaan antara ikan ukuran terkecil dengan ikan ukuran terbesar dalam

melihat ukuran objek (t) yang sama, dimana ikan ukuran terbesar memiliki jarak

10 20 30 40 50 60 7005

1015202530

D 50 (m)

panjang tubuh (cm)

Jara

k p

and

ang

mak

sim

um

(m

)

Page 33: fisheries

33

penglihatan yang jauh dibandingkan dengan ukuran terkecil. Hal ini didasarkan pada

nilai jarak maksimum penglihatan (D) mata ikan layur (Trichiurus Savala) yang

ditunjukkan pada Tabel 3 pada objek yang berdiameter 10 mm dengan ukuran 25

cm yaitu sejauh 1,89 m sedangkan ukuran 65 cm yaitu sejauh 5,37 m. Begitu pun

pada objek yang berdiameter 50 mm dengan ukuran 25 cm yaitu sejauh 9,4 m

sedangkan 65 cm yaitu sejauh 26,86 m.

Indera penglihatan ikan pada sebagian besar jenis ikan pada sebagian besar

jenis ikan yang ekonomis penting adalah merupakan indera yang utama yang

memungkinkan mereka untuk terciptanya pola tingkah laku mereka terhadap

keadaan lingkungannya. Indera penglihatan ikan akan mempunyai sifat khas tertentu

oleh adanya berbagai faktor seperti jarak penglihatan yang jelas, kisaran dari

cakupan penglihatan, warna yang jelas, kekontrasan dan kemampuan membedakan

objek yang bergerak (Gunarso, 1985).

Jarak maksimum penglihatan dan ketajaman penglihatan ikan merupakan

salah satu faktor yang dapat dijadikan acuan dalam memahami respon tingkah laku

ikan guna pengembangan strategi penangkapan dan juga untuk meningkatkan hasil

tangkapan dalam proses penangkapan (Hajar, 2008).

5.Hubungan Panjang Total (TL) dengan Bola Mata, Diameter Lensa, dan Estimimasi Sudut Pandang (α)

Hubungan panjang total ikan Layur (TL) dengan bola mata ditunjukkan pada

grafik gambar 25.

20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 700

5

10

15

20

25

Hubungan Panjang (TL) & Bola Mata Ikan (F)

Hubugan Pan-jang Tubuh (TL) & Bola Mata

Panjang Total ikan (TL)

Bola

Mat

a

Page 34: fisheries

34

Gambar 25. Hubungan Panjang Total Ikan Layur (TL) dan Bola Mata Ikan

Berdasarkan Gambar 25 terlihat bahwa ikan layur (Trichiurus Savala) setiap

pertambahan pertumbuhan panjang tubuh ikan maka semakin besar Bola matanya.

Ukuran terbesar ikan memiliki nilai Bola mata yang lebih besar dibandingkan dengan

ikan ukuran terkecil. Hal ini didasarkan kepada nilai yang ditunjukkan Tabel 3 Bola

mata ikan pada ukuran 25 cm yaitu 5,00 sementara ukuran 65 yaitu 19,12.

Hubungan panjang total ikan Layur (TL) dengan diameter lensa mata ikan (F)

ditunjukkan pada grafik gambar 26.

Gambar 26. Hubungan Panjang Total Ikan Layur (TL) dan Diameter Lensa Mata Ikan (F)

20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 700

5

10

15

20

25

Hubungan Panjang (TL) & Bola Mata Ikan (F)

Hubugan Pan-jang Tubuh (TL) & Bola Mata

Panjang Total ikan (TL)

Bola

Mat

a

20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 700.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00Hubungan Panjang (TL) & Diameter Lensa Mata Ikan (F)

Hubungan Pan-jang & Diameter Lensa Mata Ikan F

Panjang Total Ikan (TL)

Diam

eter

Len

sa M

aa Ik

an (F

)

Page 35: fisheries

35

Berdasarkan Gambar 26 terlihat bahwa ikan layur (Trichiurus Savala) setiap

pertambahan pertumbuhan panjang tubuh ikan maka semakin besar diameter lensa

matanya. Ukuran terbesar ikan memiliki diameter lensa mata yang lebih besar

dibandingkan dengan ikan ukuran terkecil. Hal ini didasarkan kepada nilai yang

ditunjukkan Tabel 3 diameter lensa mata pada ukuran 25 cm yaitu 2.07 sementara

ukuran 65 yaitu 8,46.

Hubungan panjang Total ikan Layur (TL) dengan diameter lensa mata ikan

(F) ditunjukkan pada grafik gambar 27.

Gambar 27. Hubungan Panjang Total Ikan Layur (TL) dan Estimasi Sudut Pandang Minimum(α)

Berdasarkan Gambar 27 terlihat bahwa ikan layur (Trichiurus Savala) setiap

pertambahan pertumbuhan panjang tubuh ikan maka semakin meningkat estimasi

20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 700.0000

0.0010

0.0020

0.0030

0.0040

0.0050

0.0060Hubungan Panjang & Estimasi Sudut Pandang Minimum α

Hubungan Pan-jang & Estimasi Sudut Panjang Minimum α

Panjang Total Ikan (TL)

Estim

asi S

udut

Pan

jang

Min

imum

(α)

Page 36: fisheries

36

sudut pandang minimum. Ukuran terbesar ikan memiliki nilai estimasi sudut pandang

yang lebih baik dibandingkan dengan ikan ukuran terkecil. Hal ini didasarkan kepada

nilai yang ditunjukkan Tabel 3 estimasi sudut pandang minimum (α) pada ukuran 25

cm yaitu 0,0053 sementara ukuran 65 yaitu 0,0019.

C. Metode Aplikasi Terhadap Alat Tangkap

1. Menentukan tingkat ketajaman penglihatan mata ikan (Visual acuity)

Nilai tingkat ketajaman penglihatan ikan Layur (Trichiurus Savala) yang

nantinya telah didapat maka nilai tersebut dapat damasukkan dalam analisis data

untuk menghitung nilai VA (Visual Acuity), sehingga menjadi informasi penting untuk

peningkatan strategi penangkapan.

2. Mengetahui arah ketajaman penglihatan ikan (Visual axis)

o Jika arah penglihatan ikan Layur (Trichiurus Savala) yang nantinya cenderung

ke atas maka untuk menangkapnya dioperasikan beberapa alat tangkap

misalnya untuk pancing dapat di pasang di sekitar permukaan perairan dengan

panjang tali kail yang bisa mencapai kedalaman ± 1- 5 m dari permukaan,

sehingga ikan bisa melihat pada jarak tersebut dan memakan umpan.

o Jika arah penglihatanya ke bawah, maka untuk aplikasinya dilakukan strategi

dengan memasang alat tangkap bubuh yang dipasang di dasar perairan.

o Jika arah penglihatan ikan Layur (Trichiurus Savala) nantinya cenderung ke

depan, maka dapat dioperasikan alat tangkap gill net dasar karena ikan

tersebut lebih banyak berada di dasar perairan.

3. Mengetahui jarak maksimum penglihatan mata ikan berdasarkan ukuran suatu

objek (Maximum sighting distance)

Page 37: fisheries

37

Untuk ikan Layur dengan ukuran 25 - 65 cm yang dapat melihat jaring dengan

diameter 5 mm pada jarak 0,94 – 2,69 m, hal ini berbeda untuk tingkatan

ukuran yang lain sehingga aplikasinya dilakukan pada pengoperasian alat

tngkap Set net misalnya karena jarak maksimum penglihatan ikan Layur

(Trichiurus Savala) telah di dapat, maka jaring Set net bisa dimodifikasi pada

bagian penaju dengan memperbesar diameter material jaring menjadi 6 mm

agar bisa terlihat oleh ikan sehingga ikan mengikuti penaju menuju kantong.

Untuk alat tangkap gil net bisa dilakukan perubahan ukuran diameter mata

jaring misalnya dengan memperkecil menjadi 4 mm sehingga pada jarak

kurang dari 0,94 m – 2,69 m ikan tidak dapat menghidari alat tangkap sehingga

bisa terjerat.

4. Mendeskripsikan struktur susunan kon (Con mosaik) sel-sel penglihatan di dalam

retina mata ikan

Susunan kone di dalam retina mata ikan Layur (Trichiurus Savala) terlihat

dengan susunan yang rapi dengan model singel atau double kone maka

diaplikasikan untuk alat tangkap Purse seine yang dioperasikan pada malam

harus memberikan efek pencahayaan yang baik karena cahaya merupakan

penentu keberhasilan operasi penangkapan karena ikan yang memiliki susunan

kone yang baik dapat tertarik dari efek cahaya yang diberikan dengan respon

yang cepat, sehingga pemanfaatan tingkah laku ikan dapat dilakukan.

Penelitian ini dalam pengaplikasiannya terhadap alat tangkap menggunakan

alat tangkap yaitu Set Net dengan melihat tiga bagian ukuran objek masing-masing

Page 38: fisheries

38

yaitu diameter benang, diameter tali dan diameter pelampung berdasarkan nilai yang

ditunjukkan pada Tabel 2 dengan tujuan untuk mengetahui jarak maksimum

penglihatan mata ikan layur (Trichiurus Savala) pada tiga objek tersebut. Untuk

kepentingan optimalisasi alat tangkap dan metode penangkapan selektif yang lebih

baik pada respon target penglihatan yaitu dengan melihat berdasarkan ukuran dan

jenis target yang merupakan salah satu faktor pokok untuk memahami bagaimana

ikan bereaksi pada alat tangkap (Wardle CS, 1983). Ketajaman penglihatan dari

suatu hewan merupakan ukuran tentang kapasitasnya dalam melihat secara detil

yang baik pada penglihatannya (Tamura 1957), yang dapat diketahui dari hasil nilai

dari jarak penglihatan maksimum. Nilai jarak penglihatan maksimum dapat diperoleh

melalui nilai pada sudut pandang minimum dalam melihat suatu objek seperti jaring,

tali dan pemberat, oleh karena itu beberapa ikan banyak dapat mendeteksi dan

menghindarinya untuk melepaskan diri (Hajar, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada ikan ukuran TL;25 cm memiliki

jarak penglihatan maksimum mata ikan layur (Trichiurus Savala) pada objek ukuran

diameter benang jaring pada penaju sebesar 5 mm, yaitu sejauh 0,94 m, pada ikan

ukuran TL;40 cm pada objek ukuran diameter yang sama (5 mm) yaitu sejauh 1,72

m dan pada ikan ukuran TL;65 cm pada objek ukuran diameter yang sama (5 mm)

yaitu sejauh 2,69 m.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada ikan ukuran TL;25 cm memiliki

jarak penglihatan maksimum mata ikan layur(Trichiurus Savala) pada objek ukuran

diameter tali pada penaju sebesar 18 mm, yaitu sejauh 3,4 m, pada ikan ukuran

TL;40 cm pada objek ukuran diameter yang sama (18 mm) yaitu sejuh 6,18 m dan

Page 39: fisheries

D : 4,81 m

D : 2,64 mD : 0,94 m D : 3,4 m

D : 1,72 m D : 6,18 m

D : 2,69 m D : 9,67 m

4 m 8 m

TL ; 65 cm

TL ; 25 cm

TL ; 40 cm

BenangJaring Pemberat tali ris (t =5 mm) (t = 14 mm) (t =18 mm) 2 m 6 m 10 m

2 m 4 m 6 m 8 m 10 m

D : 7,52 m

D : 4,81 m

D : 2,64 m

39

pada ikan ukuran TL;65 cm pada objek ukuran diameter yang sama (18 mm) yaitu

sejauh 9,67 m.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada ikan ukuran TL;25 cm memiliki

jarak penglihatan maksimum mata ikan layur (Trichiurus Savala) pada objek ukuran

diameter pemberat pada penaju sebesar 14 mm, yaitu sejauh 2,64 m, pada ikan

ukuran TL;40 cm pada objek ukuran diameter yang sama (14 mm) yaitu sejauh 4,81

m dan pada ikan ukuran TL;65 cm pada objek ukuran diameter yang sama (14 mm )

yaitu sejauh 7,52 m.

Berdasarkan dari hasil yang diperoleh dari jarak penglihatan ikan layur

(Trichiurus Savala) pada suatu objek dapat diaplikasikan pada alat tangkap. Dan

untuk pengaplikasiannya, alat tangkap yang digunakan adalah alat tangkap set net

pada objek jaring, tali ris dan pelampung (Gambar 27).

MAX. SIGHTING DISTANCE (D)

Page 40: fisheries

40

Gambar 28. Jarak Maksimum Penglihatan pada Setiap Ukuran Ikan Layur (Trichiurus Savala) dengan Total length TL ; 25, 40, dan 65 cm

Page 41: fisheries

41

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian kemampuan penglihatan mata ikan

layur(Trichiurus Savala) yang diperoleh maka dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut :

1. Struktur susunan kon (mosaic cone) pada ikan Layur (Trichiurus Savala)

ditemukan memiliki struktur berbentuk segi empat beraturan (Regular Square

Pattern) yang saling berhubungan dimana setiap single cone dikelilingi oleh

empat double cone.

2. Arah ketajaman penglihatan (Visual Axis) ikan Layur (Trichiurus Savala)

ditemukan kepadatan kon tertinggi terdapat pada daerah temporal (T) retina

sehingga arah ketajaman penglihatan ke arah nasal (N) atau ke arah depan.

3. Tingkat ketajaman penglihatan (Visual Acuity) ikan Layur (Trichiurus Savala)

bertambah setiap pertambahan pertumbuhan panjang tubuh. Ukuran terbesar

ikan memiliki nilai tingkat ketajaman penglihatan yang lebih baik dibandingkan

dengan ikan ukuran terkecil.

4. Jarak maksimum penglihatan (Maximum Sigthing Distance) ikan Layur

(Trichiurus Savala) ditemukan terdapat perbedaan ikan ukuran terkecil dengan

ikan ukuran terbesar dalam melihat objek (t) yang sama, dimana ikan ukuran

terbesar memiliki jarak penglihatan yang jauh dibandingkan dengan ukuran

terkecil.

5. Setelah kita ketahui tingkat ketajaman penglihatan mata ikan Layur (Trichiurus

Savala) maka dapat diapalikasikan terhadap alat tangkap Set Net, dengan

Page 42: fisheries

42

melihat tiga bagian ukuran objek masing-masing yaitu diameter benang jaring,

diameter tali ris, dan diameter pemberat. Ikan Layur (Trichiurus Savala) ukuran

(TL) 25 cm memiliki jarak penglihatan maksimum 0,94 m, dengan objek ukuran

diameter benang jaring sebesar 5 mm. Agar ikan layur tersebut tidak

menghindari alat tangkap, Maka kita dapat mengubah diameter benang jarring.

B. SARAN

Peneliti selanjutnya di sarankan mengkaji tingkah laku ikan berdasarkan

aspek respon penglihatan terhadap cahaya (Visual Sensitivity), dan perlu juga di

lakukan penelitian sampel yang berbeda untuk perbandingan dari hasil penelitian,

namun lebih di perlukan ketelitian dan kesabaran dalam proses histologi yang akan

di lakukan.

Page 43: fisheries

43

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rasak, Kasful Anwar, Muliono S. Baskoro. 2005. Fisiologi Mata Ikan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Ali, M.A. and M. Anctil. 1976. Retinas of Fishes – An Atlas. Springer – Verley Berlin Heidelberg New York. Department de Biologie, Universite de Montreal, Canada.

Arimoto, T., N.Watanabe and N. Okamoto, 1988. Retinomotor Responses of Jack Mackerel, Trachurus japanicus to Light Condition. Journal of The Tokyo University of Fisheries.

Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Bahan pengajaran Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metoda dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Harris Siregar, 1995. Neuro Fisiologi. Bagian Ilmu Feal FAkultasd Kedokteran Unhas Ujung Pandang.

Hajar, M.A.I. 2008.Visual Physiology of Fish in Capture Process of Light Fishing. Doctoral Course of Applied Marine Biosciences Tokyo University of Marine Science and Technology.

Hajar, M.A.I, Hiroshi Inada, Masahide Hasobe and Arimoto, T. 2008, Visual Acuity of Pasifis Saury Cololabis saira for Understanding Capture Process.

Hajar, M.A.I. 2000. Studi Analisis Jaringan Makanan pada Dua Kombinasi Alat Bantu Pengikat Ikan di Perairan Jeneponto. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar, Makassar.

Tamura T. 1957. A study of visual perception in fish, especially on resolving power and accommodation. Nippon Suisan Gakkaishi; 536-537.

Wagner HJ.Retinal structure of fishes.In: Douglas RH, Djamgos MBA (eds).1990, The Visual System of Fish. Chapman and Hall, London. 1990; 109-157.

Yami, B.M. 1987. Fishing With Light. FAO United Nation – Fishing News Book Ltd.

Surrey, England.

Page 44: fisheries

44

KEMAMPUAN PENGLIHATAN MATA IKAN LAYUR (Trichiurus savala) DALAM APLIKASINYA

PADA ALAT TANGKAP SET NET

S K R I P S I

OLEH:

BK.ASLAN

L 231 04 020

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PERIKANANFAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Page 45: fisheries

45

MAKASSAR 2011