efektivitas intensitas cahaya kaitannya dengan …digilib.unila.ac.id/31430/18/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS INTENSITAS CAHAYAKAITANNYA DENGAN GRADASI WARNA PADA TERUMBU KARANG
Zoanthus sp.
(Skripsi)
Oleh
RANINDIA AKBAR ALAMANDA
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
EFEKTIVITAS INTENSITAS CAHAYAKAITANNYA DENGAN GRADASI WARNA PADA TERUMBU
KARANG Zoanthus sp.
Ranindia Akbar Alamanda, Herman Yulianto2, Moh. Muhaemin2
1Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
e-mail: [email protected]
RINGKASAN
Terumbu karang Indonesia sangat beraneka ragam dan memegangperanan yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Indonesiamemiliki luas terumbu karang sekitar 16% dari terumbu karang dunia (lebih dari39.500 km)2. Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat rentanterhadap gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia dan pemulihannyamemerlukan waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh efektivitas intensitas cahaya yang berbeda terhadap gradasi warna padaterumbu karang. Karang yang digunakan penelitian adalah karang lunak denganjenis Zoanthus sp. Penggunaan karang ini didasari mudahnya karang tersebutberadaptasi dengan lingkungan baru, mudah didapatkan, dan jumlah yang terdapatdi alam masih banyak sehingga tidak merusak ekosistem yang ada. Penelitiandilakukan pada bulan Agustus-September 2016, bertempat di LaboratoriumPerikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, UniversitasLampung. Penelitian menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu 3001 Lux,4547 Lux, 3028 Lux, 1514 Lux. Parameter yang diamati adalah kandunganklorofil - a dan – c zooxanthellae, dan parameter pendukung yaitu kualitas air.Data klorofil - a dan – c dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa intensitas cahaya memberikan pengaruh nyataterhadap konsentrasi terhadap konsentrasi klorofil-a dan konstrasi klorofil-c.Perubahan warna pada karang menunjukkan bahwa gradasi warna dianalisisoleh MTCF dari karang berwarna hijau tua sampai terjadi pemutihan.
Kata Kunci : Gradasi warna, klorofil-a, klorofil-c, Zoanthus sp
MahasiswaJurusan Perikanan dan Kelautan FakultasPertanianUniversitas Lampung2Dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan FakultasPertanianUniversitas LampungAlamat Korespondensi: Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng Bandar Lampung35145
THE EFFECTIVENESS OF LIGHT INTENSITY ON COLORGRADATION ON CORAL REEFS Zoanthus sp.
Ranindia Akbar Alamanda, Herman Yulianto2, Moh. Muhaemin2
e-mail: [email protected]
Abstract
Indonesian coral reefs are very diverse and they have a very important role inmaintaining environmental balance. Indonesia has a coral covering area about16% of the world's coral reefs (more than 39,500 km)2. Coral reefs are anecosystem with highly vulnerable to disruptions caused by human activities. Thisstudy was aimed to find out the effect of different light intensity effectiveness oncolor gradations on coral reefs. This research used soft coral with Zoanthus sp.The use of this coral is based on the easy to adapts, easy to obtain, and easy to.This research was conducted in August-September 2016, at Fishery Laboratory,Fisheries and Marine Department, Agriculture Faculty, University of Lampung.The research used 4 treatments and 3 repetitions namely 1514 Lux,3001 Lux,3028 Lux,4547 Lux. The parameters observed of this research were the contentof chlorophyll – a and - c zooxanthellae, and the supporting parameter namelywater quality. Chlorophyll – a and - c data were analyzed by analysis of variance(ANOVA). The results showed that the light intensity gave a very significanteffect on the concentration on chlorophyll-a concentration and chlophophyll -cconstration.The change of colours on the coral showed that the gradation ofcolours analyzed by MTCF from coral the colour of have dark green until it havebleaching.
Keywords: Color gradation, chlorophyll-a, chlorophyll-c, Zoanthus sp.
MahasiswaJurusan Perikanan dan Kelautan FakultasPertanianUniversitas Lampung2Dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan FakultasPertanianUniversitas LampungAlamat Korespondensi: Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng Bandar Lampung35145
EFEKTIVITAS INTENSITAS CAHAYAKAITANNYA DENGAN GRADASI WARNA PADA TERUMBU KARANG
Zoanthus sp.
Oleh
RANINDIA AKBAR ALAMANDA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PERIKANAN
Pada
Program Studi Budidaya PerairanJurusan Perikanandan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pingsewu pada tanggal 3 Maret 1995,
sebagai anak Pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak
A.Rahman Alamanda dan Ibu Yuni Windarti. Penulis mengawali
pendidikan dari TK Nurul iman, Kab Pesawaran. Melanjutkan
pendidikan di SD Negeri 1 Gedong Tataan, Kab Pesawaran pada
tahun pelajaran 2006, Menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 2
Gedong Tataan pada tahun pelajaran 2009 serta menamatkan pendidikan di SMA YP
Unila Bandar Lampung pada tahun 2012. Tahun 2012, penulis mendapatkan kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan S1 di Perguruan Tinggi Universitas Lampung di
Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Perairan melalui jalur SNMPTN (Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Tertulis. Selama menjadi mahasiswa penulis
pernah menjadi asisten praktium Ekologi Perairan.
Selama menikmati masa perkuliahan penulis mengikuti kegiatan Magang di BBPBL di
Padang Cermin,Kab Pesawaran-Lampung dengan judul “Pembesaran Kerapu Bebek
(Comileptes altivelis) di Balai besar pengembangan budidaya laut Pesawaran-
Lampung , Praktik Umum (PU) di BPPBIH Depok-Jawa Barat dengan judul
“Pembenihan Ikan Synodontis (Synodontis eupterus) di Balai pengembangan ikan
hias Depok-Jawa barat” selama 30 hari pada bulan Juli 2016. Penulis juga mengikuti
kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 60 hari di Desa Garut, Kecamatan Semaka,
Kabupaten Tangamus pada Januari-maret 2016. Terakhir pada bulan Juli-Oktober 2016,
penulis melakukan penelitian di Perairan Laboratorium Perikanan dan kelautan yang
berjudul ““Evektivitas Intensitas Cahaya Kaitannya Dengan Gradasi Warna Pada
Teumbu Karang Zoanthus sp.” pada tahun 2016.
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tuadan murka Allah tergantung pada murka orang
tua”(Hasan.at-Tirmidzi:1899, HR.al-Hakim:7249,ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-
Kabir:14368,al-Bazzar:2394).
Jika berhasil jangan sombong,dan jika gagal janganbanyak alasan(Wishnutama)
Fall down seven times,get up eight (Pepatah Jepang)
PERSEMBAHAN
UNTUK AYAH DAN IBUDARI ANAK LELAKIMU.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada program studi
Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul
“Evektivitas Intensitas Cahaya Kaitannya Dengan Gradasi Warna Pada Teumbu
Karang Zoanthus sp. ”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan kehidupan, kesehatan, kemampuan
untuk selalu bersyukur atas rezekinya.
2. Ayahandaku A.Rahman Alamanda, terimakasih atas dukungan doa, kasih
sayang, fasilitas, dukungan moril, semangat yang selalu diberikan kepada
anakmu sehingga mampu menyelesaikan tahap yang lumayan rumit ini.
3. Ibundaku Yuni Windarti, terimakasih atas segala doa, kasih sayang,
dukungan untuk tidak pernah menyerah, segala yang terbaik yang telah
diberikan dan semangat yang tak henti-hentinya hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Adik-adikku Raddien Laduni Alamanda, Justice Wahhab Alamanda dan
Shaffa Sayyidah Alamanda terimakasih telah mendampingi, mendukung,
dan mendorong agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Makwo dan Makcu, terimakasih telah mendampingi, mendukung, dan
mendorong agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si, selaku Dekan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
7. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Perikanan dan
Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
8. Bapak Moh.Muhaemin S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan motivasi penuh, selalu sabar memberikan bimbingan, dan
selalu memberikan saran serta kekuatan yang membangun selama penulis
aktif dalam perkuliahan maupun pada saat menyelesaikan skripsi, sekali
lagi terimakasih banyak pak untuk semua hal yang telah bapak berikan
kepada saya.
9. Bapak Heman Yulianto S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing utama
akademik sekaligus dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi
penuh, selalu sabar memberikan bimbingan, dan selalu memberikan saran
serta kekuatan yang membangun selama penulis aktif dalam perkuliahan
maupun pada saat menyelesaikan skripsi.
10. Bapak Deny Sapto C.U S.Pi., M.Si, selaku dosen penguji yang selalu
memberikan motivasi penuh, selalu sabar memberikan bimbingan, dan
selalu memberikan saran serta kekuatan yang membangun selama penulis
aktif dalam perkuliahan maupun pada saat menyelesaikan skripsi.
11. Bapak Dr. Hari Kaskoyo, S.Hut., M.P. selaku dosen yang sangat
membantu dalam pengerjaan perhitungan AHP pasca penelitian.
12. Bapak Limin Santoso S.Pi., M.Si, selaku dosen yang selalu memberikan
dukungan yang berupa Pengalaman pekerjaan yang sangat membantu dan
bemanfaat selama menjadi mahasiswa.
13. Partner penelitian terbaik Bang Ahmad Mustawa terimakasih atas
kerjasama,ilmu, tenaga dan segalanya semoga hidupmu selalu diberkahi.
14. Team penelitian Coral reef Suliswati, Sundari Sayekti dan Weni Fitriani
terimakasih atas bantuan,motivasi dan segalannya kalian salah satu yang
terbaik.
15. Manusia-Manusia Lucu (Khanif Ardiansyah, Dharta Mahardani, Ardian
Thomas S, M. Zainal Arifin, M. Rio Maryanto, Risky Arizal Tanjung,
Shara Anbia P, Rahajeng Utami P), terimakasih telah memberikan canda,
tawa, semangat dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dan semoga kalian selalu bahagia.
16. Kawan-kawan terbaik (M. Rukni Assegaf, Doni Putra P, Eshy Tri
Wulandari, Imam Sodikin, Desti Rizki A, Winny Mutiasari, Auliyan
Azizi, Agi Ramanda, Andika Wirya K, Tatang Purnama, Dimas Rizky,
Renaldo Syaputra,dan Fauzan Ersi Banuwa.) terimakasih telah
memberikan canda, tawa, semangat dan bantuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi.
17. Teman-teman satu angkatan 2012 Budidaya Perairan terima kasih
telah menjadi bagian keluarga yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
18. Semua mahluk hidup di Kantin Chindo bunda and goo.
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.
Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua, dan dengan
segala kerendahan semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita
semua,Amin Allahhumma Amin
Bandar Lampung, April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. v
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................ 2
1.4 Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................... 3
1.5 Hipotesis ................................................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
2.1 Terumbu Karang ................................................................................... 6
2.2 Karang ................................................................................................... 7
2.3 Faktor Pembatas Pertumbuhan Karang ................................................. 9
2.3.1 Kecerahan.................................................................................... 9
2.3.2 Suhu ............................................................................................ 9
2.3.3 Salinitas ....................................................................................... 9
2.3.4 Sedimentasi ................................................................................. 10
2.3.5 Arus ............................................................................................. 10
2.3.6 Intensitas Cahaya ........................................................................ 10
2.4 Klorofil .................................................................................................. 11
III. METODE PENELITIAN ............................................................... 13
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 13
3.2.1 Alat Penelitian .............................................................................. 13
3.2.2 Bahan Penelitian........................................................................... 13
3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................ 14
3.4 Materi Penelitian ................................................................................... 15
3.4.1 Sirkulasi Air .................................................................................. 15
3.4.2 Pengambilan Sampel ..................................................................... 16
3.4.3 Aklimatisasi Karang ...................................................................... 16
3.5 Prosedur Penelitian................................................................................ 17
3.5.1 Persiapan Alat dan Bahan ............................................................. 17
3.5.2 Analisis Klorofil ............................................................................ 17
3.5.3 Pengukuran Kualitas Air ............................................................... 18
3.5.4 Indeks Konsistensi Warna Menggunakan Metode AHP ............... 18
3.5.5 Analisis Data ................................................................................. 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 23
4.1 Konsentrasi Klorofil-a pada Karang Zoanthus sp.. ............................... 23
4.2 Konsentrasi Klorofil-c Pada Terumbu Karang. .................................... 25
4.3 Modified Toca Color Finder (M-TCF) ................................................. 26
4.3.1 Pengambilan M-TCF pada Zoanthus sp. dengan metode AHP ... 27
4.4 Kualitas Air ........................................................................................... 28
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 30
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 30
5.2 Saran ..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 31
LAMPIRAN .............................................................................................. 34
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar
1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian ........................................................ 42. Karang Zoanthus sp. ............................................................................... 83. Struktur Klorofil-a dan Klorofil-c ............................................................... 114. Tata Letak Rancangan Penelitian Tiap Perlakuan .................................. 145. Sketsa Penelitian ..................................................................................... 156. Karang Zoanthus sp. ............................................................................... 167. Skala nilai M-TCF(Modified Toca Colour Finder) ................................ 188. Konsentrasi klorofil-a pada Zoanthus sp................................................ 249. Kandungan klorofil-c pada Zoanthus sp. ................................................ 2510. Rata-rata intensitas warna karang Zoanthus sp. .................................... 26
DAFTAR TABEL
HalamanTabel
1. Spesifikasi Alat Penelitian ...................................................................... 132. Matriks Perbandingan ............................................................................. 193. Matriks Perbandingan Ternormalisasi .................................................... 204. Nilai RI (Random Index)......................................................................... 205. Skala Penilaian AHP............................................................................... 216. Skala Penilaian AHP............................................................................... 217. Pengukuran Consistency Ratio (CR) menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP)..................................................... 278. Pengukuran Consistency Ratio (CR) menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP)..................................................... 289. Kualitas air selama pemeliharaan Zoanthus sp. ...................................... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Anova Klorofil c ..............................................................................................352. BNT-LSD Klorfil c .........................................................................................353. Anova Klorofil a ..............................................................................................364. BNT-LSD Klorfil a ..........................................................................................365. Tabel Rata-rata Klorofil a ................................................................................376. Tabel Rata-rata Klorofil c ...............................................................................377. Tabel Rata-rata MTCF ....................................................................................388. Perhitungan Rasio Konsisten metode AHP hari ke-3 ......................................389. Perhitungan Rasio Konsisten metode AHP hari ke-6 ......................................4010. Perhitungan Rasio Konsisten metode AHP hari ke-9 .....................................4211. Perhitungan Rasio Konsisten metode AHP hari ke-12 ...................................4412. Perhitungan Rasio Konsisten metode AHP hari ke-15 ...................................46
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang
garis pantai berkisar 95.000 km dan memiliki 17.504 pulau (Sarumaha, 2016).
Secara geografis Indonesia terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera
Hindia sehingga laut Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi,
salah satunya adalah terumbu karang. Indonesia memiliki luas terumbu karang
sekitar 16% dari terumbu karang dunia sebesar 39.500 km2. Terumbu karang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang paling banyak di dunia, dengan
590 spesies karang keras yang mewakili lebih dari 95% jumlah spesies yang
tercatat di Pusat Segitiga Terumbu Karang (Veron et al., 2002).
Terumbu karang Indonesia sangat beraneka ragam dan memegang peranan
yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Terumbu
karang merupakan ekosistem yang paling produktif namun merupakan ekosistem
yang sangat sensitif. Hal ini karena terumbu karang rentan terhadap gangguan
yang disebabkan oleh kegiatan manusia serta pemulihannya memerlukan waktu
yang lama (Dahuri, 2001).
Proses pembentukan terumbu karang memerlukan karang lunak sebagai
pemasok senyawa karbonat terbukti sejak ditemukannya sebagian besar spikula
berkapur di dalam jaringan tumbuhan karang lunak yang tidak ditemukan pada
hewan lain (karang batu, anemone) namun hidup di terumbu karang yang sama
(Manuputty, 2002). Penelitian karang lunak telah banyak dilakukan terutama
penelitian tentang kandungan bioaktif yang terdapat dalam karang lunak. telah
mengisolasi senyawa terpen dari beberapa jenis karang. Karang lunak hasil
fragmentasi buatan mampu menghasilkan senyawa bioaktif yang digunakan
sebagai penyedia bahan obat-obatan (Soedharma & Arafat, 2007).
Karang merupakan anggota filum Cnidaria yang dapat menghasilkan
kerangka luar dari kalsium karbonat. Karang hidup secara berkoloni maupun
soliter. Sebagai contoh, karang hermatipik hidup secara berkoloni dengan
berbagai hewan karang atau polip yang menempati mangkuk kecil (kolarit) dalam
2
kerangka yang massif. Terdapat beberapa seri septa pada setiap mangkuk tajam
dan berbentuk daun yang keluar dari dasar. Pola septa berbeda-beda pada tiap
spesies dan merupakan dasar pembagian spesies karang (Bengen, 2002). Karang
tidak hidup soliter tetapi berasosiasi dengan mikroalga yang lebih dikenal dengan
zooxanthellae.
Zooxanthellae merupakan organisme fotosintetik yang memiliki pigmen
klorofil a dan klorofil c. Pigmen klorofil a dan klorofil c memberikan warna
kekuningan dan kecoklatan yang khas dari banyak spesies inang. Zooxanthellae
yang berada di dalam karang memberikan warna sehingga karang terlihat indah.
Zooxanthellae mampu menyediakan lebih dari 90% kebutuhan energi karang.
Sedangkan karang dan anemon mampu memberikan proteksi, shelter, dan karbon
dioksida secara konstan untuk kebutuhan aktifitas fotosintesisnya (Rudwan, 2000
dalam Riddle, 2006).
Mikroalga Zooxanthellae bersifat autrotrof sehingga memerlukan cahaya
untuk proses fotosintesis. Cahaya merupakan faktor yang mempengaruhi
kehidupan zooxanthellae yang diserap oleh pigmen klorofil. Terdapat dua jenis
klorofil pada zooxanthellae yaitu klorofil-a dan klorofil-c. Klorofil-a mampu
menyerap cahaya pada panjang gelombang 400 - 500 nm dan 630 - 700 nm
(Osinga & Janssen, 2008), sedangkan klorofil-c mampu menyerap cahaya pada
panjang gelombang 580 - 590 nm dan 625 - 640 nm (Shibata & Haxo, 1969).
Pigmen klorofil tersebut akan melakukan proses fotosintesis dengan bantuan
cahaya, sehingga diperlukan intensitas cahaya yang sesuai untuk zooxanthellae.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk menganalisis respon warna dan kandungan
klorofil karang Zoanthus sp.dengan intensitas cahaya yang berbeda.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yaitu untuk memberikan informasi mengenai kandungan
klorofil-a, klorofil-c dan gradasi warna pada karang Zoanthus sp. terhadap
intensitas cahaya yang berbeda.
3
1.4 Kerangka Pikir Penelitian
Terumbu karang terbentuk atas asosiasi dari hewan karang dan alga
berkapur dan organisme-organisme lain penghasil kapur. Karang pembentuk
terumbu (karang hermatifik) yang hidup secara berkoloni bersimbiosis dengan
zooxanthellae individu karang (polip) menempati suatu ruang kecil yang
dinamakan koralit. Polip tersusun atas kulit luar (epidermis) dan kulit dalam
(gastrodermis). Terumbu karang yang terdapat di Indonesia sangat beragam dan
memiliki warna menarik yang dihasilkan oleh pigmen fotosintesis pada
zooxanthellae. Pada penelitian ini karang yang digunakan adalah jenis karang
lunak yaitu Genus zoanthus dan dari spesies Zoanthus sp. Karang ini adalah salah
satu karang yang mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan harga dari
karang tersebut saat ini berkisar Rp.25.000 - 50.000.
Koloni Zoanthus sp. menampilkan warna kehijauan karena adanya proses
fotosintesis,akan tetapi zoanthus yang biasa ditemukan di dasar perairan dapat
ditemukan juga berbagai warna seperti merah,biru dan kuning, koloni zoanthus
ini dapat membentuk lembaran padat di zona karang intertidal maupun subtidal,
perluasan polip dapat terus berlangsung pada saat lingkungan perairan yang bersih
dan cahaya matahari mampu masuk ke perairan akan tetapi zoanthus sangat tahan
terhadap kondisi lingkungan sekitar, itu menunjukan kemampuan regeneratif
polip sangat baik dalam proses adaptasi.
Kerusakan yang terjadi pada terumbu karang dapat dilihat dari secara fisik
dan fisiologis, kerusakan pada karang salah satunya adalah pemutihan yang terjadi
pada karang, salah satu sebabnya adalah intensitas cahaya yang tidak mencukupi
sehingga proses fotosintesis pada karang menjadi terganggu. Semakin besar
intensitas cahaya yang diserap oleh terumbu karang akan meningkatkan kualitas
warna menjadi lebih cerah pada karang, dan Zooxanthellae membutuhkan cahaya
yang cukup untuk melakukan fotosintesis. Rendahnya cahaya yang diterima
zooxanthellae akan menurunkan laju fotosintesis, sehingga kemampuan karang
dalam menghasilkan kalsium karbonat akan berkurang (Fachrurrozie et al., 2012).
Zooxanthellae dapat melakukan fotosintesis karena memiliki pigmen
klorofil. Pigmen klorofil pada zooxanthellae ada 2 yaitu klorofil-a dan -c. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh intensitas cahaya terhadap
4
BLEACHING SEBAGAI INDIKATOR
KERUSAKAN KARANG
perubahan warna pada terumbu karang zoanthus yang dilakukan dengan analisis
klorofil –a dan klorofil -c sebagai indikator kehidupan terumbu karang zoanthus
dan analisis menggunakan MTCF (Modified Toca Colour Finder) sebagai
indikator perubahan warna pada karang.
Gambar 1. Diagram kerangka pikir penelitian
PERLAKUAN INTENSITAS
CAHAYA YANG BERBEDA
DIBIARKAN KEMATIAN PADA
KARANG
YA
TIDAK
PELUANG HIDUP
DILAKUKAN
PEMELIHARAAN
ANALISIS KLOROFIL ANALISIS
MENGGUNAKAN MTCF
5
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
A. Pengaruh intensitas cahaya terhadap pigmen klorofil-a Zoanthus sp.
Ho : Pemberian intensitas cahaya yang berbeda tidak berpengaruh nyata
terhadap kandungan klorofil-a pada terumbu karang Zoanthus sp.
H1 : Pemberian intensitas cahaya yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap kandungan klorofil-a pada terumbu karang Zoanthus sp.
B. Pengaruh intensitas cahaya terhadap pigmen klorofil-c Zoanthus sp.
H0 : Pemberian intensitas cahaya yang berbeda tidak berpengaruh nyata
terhadap kandungan klorofil-c pada terumbu karang Zoanthus sp.
H1 : Pemberian intensitas cahaya yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap kandungan klorofil-c pada terumbu karang Zoanthus sp.
C. Pengaruh intensitas cahaya terhadap perubahan gradasi warna pada
terumbu karang Zoanthus sp.
H0 : Pemberian intensitas cahaya yang berbeda tidak berpengaruh nyata
terhadap perubahan warna pada terumbu karang
H1 : Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap perubahan warna pada
terumbu karang Zoanthus sp.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terumbu Karang
Terumbu karang yang luas melindungi kepulauan Indonesia. Terumbu
karang pada dasarnya terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat
(CaCO3) yang dihasilkan dari karang pembentuk terumbu dari filum Cnidaria,
ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit
tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menghasilkan kalsium
karbonat (Bengen, 2002).
Terumbu karang mempunyai fungsi ekonomi yang penting yaitu
menyediakan barang dan jasa bagi penduduk, khususnya di negara-negara
berkembang. Sumber pendapatan dan makanan perikanan yang disediakan
terumbu karang bagi masyarakat lokal adalah bagian dari nilai penting tersebut
(Burke et al., 2002). Selain itu, keanekaragaman terumbu karang memiliki nilai
ilmu pengetahuan, pariwisata serta sumber produk-produk farmasi (Reid et al.,
2011). Fungsi ekologis terumbu karang, antara lain sebagai habitat untuk mencari
makan, habitat untuk asuhan dan berkembang biak bagi biota laut seperti ikan,
krustacea, ecinodermata, moluska dan melindungi pesisir dari erosi pantai (Burke
et al., 2002).
Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat banyak bagi kehidupan ini,
tetapi fungsi tersebut terus menerus mengalami penurunan karena banyak terumbu
karang mengalami kerusakan. Kerusakan terumbu karang ini terus meningkat
setiap tahunnya, karena ketergantungan manusia yang tinggi terhadap sumberdaya
laut. Ancaman utama bagi terumbu karang adalah pembangunan wilayah pesisir
yang tidak dikelola dengan baik, pencemaran dari laut, sedimentasi, pencemaran
dari darat, penangkapan ikan secara berlebihan dan dengan cara merusak (Burke
et al., 2002). Peningkatan suhu permukaan laut akibat El Nino yang dapat
menyebabkaan pemutihan karang (Burke et al., 2002).
7
2.2 Karang
Terumbu adalah sebuah istilah secara umum menerangkan sebuah
gundukan, atau substrat keras, yang berkembang dan tumbuh menuju permukaan
laut dan terdiri dari skeleton organisme-organisme yang menghasilkan zat kapur
(Thamrin, 2007). Karang pembentuk terumbu adalah hewan walaupun pada
umumnya seperti bebatuan, terutama yang telah mati dan meninggalkan skeleton
di berbagai daerah pantai (Thamrin, 2007). Skeleton merupakan polip pembentuk
kerangka kapur (Nybakken, 1992). Tubuh karang sebagian besar terdiri dari zat
kapur dan sebagian besar hewan karang secara permanen melekat pada dasar laut.
Terumbu karang merupakan endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3)
yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermartipik)
dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan
zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang
menyekresi kalsium karbonat (Bengen, 2002).
Karang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu karang hermatipik dan
ahermatipik (Nybakken, 1992). Karang hermatipik (karang batu) merupakan
karang pembentuk terumbu yang bersimbiosis dengan zooxanthellae yang ada di
dalam jaringan karang (Levinton, 2001), dimana bila terjadi gangguan terhadap
karang batu akan mengakibatkan terjadinya keruasakan pada ekosistem teiumbu
karang sendiri. Sedangkan karang ahermatipik tidak bersimbiosis dengan
zooxanthellae sehingga tidak dapat membentuk terumbu (Sumich, 1999 ; Castro
& Huber, 2005),
Karang dijumpai dari daerah kutub sampai daerah tropis dengan perairannya
yang hangat. Karang dari Filum Cnidaria/Coelenterata terbentuk dari salah satu
kelompok kingdom hewan dan sangat penting dalam ekologi terumbu karang.
Filum ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: hydroid, jellyfish, dan anthozoa
yang terdiri dari soft coral (karang lunak), gorgonian, sea anemone, sea pen, black
coral dan karang batu (Thamrin, 2007). Karang terdiri dari sebuah polip yang
mempunyai bentuk seperti tabung dengan mulut yang berada diatas dan dikelilingi
tentakel. Pada beberapa jenis karang, individu polip tersusun sangat rapat
sehingga membentuk koloni. Semua spesies karang dapat menggunakan sengatan
tentakel untuk menangkap mangsanya, tetapi kebanyakan makanan karang berasal
8
dari simbion dengan zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan karang (Burke et
al., 2002).
Koloni Zoanthus sp. menampilkan warna kehijauan karena adanya proses
fotosintesis,akan tetapi zoanthus yang biasa ditemukan di dasar perairan dapat
ditemukan juga berbagai warna seperti merah,biru dan kuning, koloni zoanthus
ini dapat membentuk lembaran padat di zona karang intertidal maupun subtidal,
perluasan polip dapat terus berlangsung pada saat lingkungan perairan yang bersih
dan cahaya matahari mampu masuk ke perairan akan tetapi zoanthus sangat tahan
terhadap kondisi lingkungan sekitar, itu menunjukan kemampuan regeneratif
polip sangat baik dalam proses adaptasi.
Gambar 2. Zoanthus sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Zoanthidea
Famili : Zoanthidae
Genus : Zoanthus
9
2.3 Faktor Pembatas Pertumbuhan Karang
Terumbu karang merupakan struktur kalisum karbonat, semacam batu kapur
yang terbentuk dari sisa metabolisme hewan karang. Hewan karang memiliki
faktor pembatas yang relatif sedikit dalam siklus hidupnya dan distribusi
pertumbuhan ekosistem terumbu karang tergatung dari faktor fisik dan kimia
perairan (Nybakken, 1992). Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
2.3.1 Kecerahan
Kecerahan cahaya matahari merupakan saah satu parameter utama yang
berpengaruh dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya matahari
merangsang terjadinya proses fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam
jaringan karang. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan
bersamaan dengan itu kemampuan karang untuk membentuk terumbu (CaCO3)
akan berkurang pula. Kebanyakan terumbu karang dapat berkembang dengan baik
pada kedalaman 25 meter atau kurang. Pertumbuhan karang sangat berkurang saat
tingkat laju produksi primer sama dengan respirasinya (zona kompensasi) yaitu
kedalaman dimana kondisi intensitas cahaya berkurang sekitar 15-20% dari
intensitas cahaya di lapisan permukaan air.
2.3.2 Suhu
Pada umumnya terumbu karang tumbuh secara optimal pada kisaran suhu
perairan laut rata-rata tahunan antara 25-29 oC (Wells, 1954 dalam Supriharyono,
2000). Supriharyono (2000) menyatakan bahwa batas minimum suhu berkisar
antara 16-17 oC dan batas maksimum sekitar 36
oC. Suhu di luar kisaran tersebut
masih bisa ditolerir oleh spesies tertentu dari jenis karang hermatifik untuk dapat
berkembang dengan baik. Karang hermatifik dapat bertahan pada suhu dibawah
20 oC selama beberapa waktu. Dan dapat mentolerir suhu sampai 36
oC dalam
waktu yang singkat. Kisaran suhu yang relatif sempit ini (stenotermal),
menyebabkan penyebaran karang hanya pada daerah tropik.
2.3.3 Salinitas
Umumnya terumbu karang tumbuh dengan baik di sekitar wilayah pesisir
pada salinitas 30-36 ppt. Karang merupakan organisme laut sejati yang tidak dapat
10
bertahan pada salinitas yang jelas menyimpang dari salinitas air laut normal yaitu
32–35 ppt. Namun demikian ada juga terumbu karang yang mampu berkembang
di kawasan perairan dengan salinitas 42 ppt seperti di wilayah Timur Tengah.
2.3.4 Sedimentasi
Daerah yang memiliki sedimentasi yang tinggi akan sulit untuk menjadi
tempat yang baik bagi pertumbuhan karang. Tingginya sedimentasi menyebabkan
penetrasi cahaya di air laut akan berkurang. Hal ini akan menganggu proses
fotosintesis zooxanthella di dalam polip sehingga proses pengkapuran juga
terganggu. Sedimentasi yang tinggi juga menyebabkan ruang-ruang dalam polip
akan tertutup. Selanjutnya polip akan menghabiskan sebagian energinya untuk
membersihkan tubuhnya dengan silia. Kegiatan ini memakan cukup banyak energi
dari hewan karang sehingga proses pertumbuhannya akan terhambat.
2.3.5 Arus
Arus diperlukan pada proses pertumbuhan karang dalam hal menyuplai dan
mendistribusikan nutrien dan makanan berupa mikroplankton. Polip yang
mempunyai cambuk atau tentakel juga dapat menangkap makanan sendiri pada
malam hari. Pergerakan air diperlukan untuk penyedian nutrien dan oksigen
terutama pada malam hari dimana tidak terjadi fotosintesis (Nontji, 1984).
Pertumbuhan karang batu ditempat yang airnya selalu teraduk oleh angin, arus
dan ombak akan lebih baik jika dibandingkan dengan daerah yang tenang dan
terlindung. Sementara berdasarkan Supriharyono (2000), jenis karang yang
dominan pada suatu habitat tergantung pada kondisi lingkungan atau habitat
tempat karang itu hidup. Pada suatu habitat, jenis karang dapat didominasi oleh
suatu jenis karang tertentu, Kondisi lingkungan ini ternyata adalah gabungan
kompleks antara habitat tempat karang hidup dengan kondisi di lingkungan
perairannya.
2.3.6 Intensitas Cahaya
Cahaya adalah sumber energi penting bagi tumbuhan termasuk mikroalga
dan merupakan faktor paling penting dalam pertumbuhan terumbu karang, karena
cahaya digunakan oleh zooxanthellae dalam proses fotosintesis. Intensitas cahaya
yang rendah dapat menyebabkan jumlah zooxanthellae pada zoanthus berkurang
11
dan sebaliknya (Steel 1976 dalam Rani 2004). Tanpa cahaya yang cukup laju
fotosintesis akan berkurang dan bersamaan dengan itu kemampuan karang untuk
menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula
(Nybakken, 1992). Peranan cahaya dalam fotosintesis adalah membantu
menyediakan energi untuk diubah menjadi energi kimia dengan bantuan klorofil.
Sumich (1999) menyatakan bahwa adanya proses fotosintesa oleh mikroalga
menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan
karbon dioksida untuk membentuk terumbu karang.
2.4 Klorofil
Klorofil merupakan kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat pada
mikroorganisme autotrof yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Pigmen
fotosintesis terdiri dari klorofil a, c, β-karoten, peridinin, neoperidinin,
dinoxanthin dan beberapa xanthophyl (Nontji, 1984). Klorofil-a mampu
mengubah energi dari sinar matahari menjadi energi kimiawi sehingga fotosintesis
menghasilkan bahan organik. Sedangkan pigmen yang lain meskipun mampu
menyerap energi dari sinar matahari, tetapi energi tersebut harus ditransfer
terlebih dahulu ke klorofi-a dan barulah energi tersebut diubah oleh klorofil-a
menjadi energi kimiawi yang dapat digunakan untuk proses fotosintesis, karena
hanya klorofil-a yang mampu melakukan proses fotosintesis (Basmi, 1999).
Gambar 3. Struktur Klorofil-a dan Klorofil-c
Fotosintesis merupakan dasar dari produksi zat-zat organik dalam alam
(produksi primer). Proses fotosintesis merupakan reaksi berantai yang panjang
dan kompleks. Proses tersebut hanya dapat berlangsung di dalam sel hidup yang
mengandung pigmen klorofil. Klorofil memiliki fungsi utama dalam proses
fotosintesis yaitu sebagai katalisator dan menyerap energi cahaya (kinetic
12
energy) yang akan digunakan dalam proses tersebut (Strickland, 1960). Klorofil
a mempunyai struktur kimia yaitu C55H72O5N4Mg.
Zooxanthellae merupakan mikroalga yang mengandung pigmen klorofil-a,
sehingga mampu melakukan proses fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen,
senyawa organik. Salah satu faktor yang menentukan kandungan klorofil-a yaitu
cahaya. Klorofil-a menyerap intensitas cahaya pada panjang gelombang 400-500
nm dan 630-700 nm (Osinga & Janssen, 2008).
13
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 44 hari antara bulan Agustus - September
2016 bertempat di Laboratorium Perikanan Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain lux meter, akuarium
tandon berukuran 50x30x40 cm3, akuarium pemeliharaan karang 50x30x40cm
3
wave maker (water flow), pipa paralon, pH meter, DO meter, termometer batang,
lampu (cahaya matahari, 1514 Lux, 3028 Lux, 4547 Lux). Akuarium filter 40 x 30
x 30cm3 (satu buah pompa, protein skimmer, dan pipa paralon), Modified Toca
Colour Finder (M-TCF), spektrofotometer, cuvet, pipet tetes, dan beaker glass.
Tabel 1. Spesifikasi Alat Penelitian
No Alat Spesifikasi
1 Lux Meter Rentang pengukuran cahaya 0-50.000 Lux
2 Wave Maker Wave maker jenis waver 4000 yang memiliki kemampuan
membuat arus konstan 1000 liter/jam.
3 Protein Skimmer
Protein skimmer jenis BM CURVE 5 dengan pompa jenis
SP1000 memiliki kemampuan menghisap air sebanyak 500
liter/jam.
4 Pompa Memiliki kemampuan menghisap 1500 liter /jam dan dapat
digunakan pada ketinggian maksimal 1,5 m.
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah karang Zoanthus sp.
berwarna merah, air laut, pasir laut (kasar dan halus), pecahan karang,
fitoplankton, kapas filter, dan larutan aseton.
14
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dibagi ke dalam tiga perlakuan dan masing-masing terdiri dari 4 kali ulangan.
Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Perlakuan A : Cahaya Matahari (3001 Lux)
Perlakuan B : Intensitas Cahaya Tinggi (4547 Lux)
Perlakuan C : Intensitas Cahaya Sedang (3028 Lux)
Perlakuan D : Intensitas Cahaya Rendah (1514 Lux)
Gambar 4. Tata letak rancangan penelitian tiap perlakuan
15
Gambar 5. Sketsa penelitian tampak atas (a) protein skimmer, (b) pecahan
karang, (c) pasir, (d) akuarium perlakuan A, (e) akuarium perlakuan
B, akuarium perlakuan C, (g) tandon dan (h) pompa air.
3.4 Persiapan Penelitian
3.4.1 Sirkulasi Air
Sirkulasi air atau biasa disebut cycling merupakan proses perputaran air
dalam akuarium. Sirkulasi air dilakukan selama 14 hari. Cycling bertujuan untuk
membersihkan air laut dari kotoran, senyawa kimia, plankton. Langkah untuk
melakukan proses sirkulasi air yaitu dengan meyediakan akuarium sump atau
akuarium filter yang berukuran 40 x 30 x 30 cm3
dan dibagi menjadi 3 bagian.
Pada bagian pertama berisi 1 buah pompa air, bagian kedua berisi pasir dan
b
a c
f e d
g
h
16
pecahan karang, bagian ketiga berisi protein skimmer. Selanjutnya air laut pada
akuarium filter dihubungkan menggunakan pipa menuju tiga akuarium utama
berukuran 50 x 30 x 40 cm3 dan diberikan wave maker sebagai sumber arus. Pada
akuarium pertama diinstalasi lampu 20 watt, akuarium kedua diinstalasi lampu 40
watt, lampu 60 watt pada akuarium ketiga.
3.4.2 Pengambilan Sampel
Sampel karang jenis Zoanthus sp. diperoleh melalui pihak yang telah
memiliki izin dan sertifikat dalam penangkaran karang serta penjualan karang
dalam jumlah yang telah ditentukan. Karang tersebut sangat mudah ditemukan
dengan jumlah yang banyak di sekitar perairan. Karang yang telah dibeli segera
dibawa ke laboratorium penelitian menggunakan plastik besar berisi air laut.
3.4.3 Aklimatisasi Karang
Karang dimasukkan ke dalam akuarium utama berisi air laut yang
sebelumnya mengalami proses cycling selama 14 hari. Sampel karang disusun
menjadi 2 baris dan pemberian nama sampel dilakukan secara acak. Setiap
akuarium perlakuan diisi 4 buah karang. Proses aklimatisasi dilakukan hingga
warna fisiologis karang tersebut menyerupai ketika karang berada di alam.
Gambar 6. Karang Zoanthus sp.
17
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan alat dan bahan yang dilakukan dalam penelitian yaitu
perancangan akuarium perlakuan (B, C, dan D) yang ditempatkan secara
berdekatan. Akuarium uji diberi penutup plastik hitam di seluruh bagian
akuarium, yang bertujuan agar tidak ada cahaya yang masuk ke dalam akuarium
uji, selain cahaya yang berasal dari lampu. Selanjutnya, perlakuan A ditempatkan
pada tempat yang dekat cahaya matahari tanpa adanya cahaya tambahan dari
lampu dan tidak diberikan penutup plastik seperti pada perlakuan B, C dan D.
3.5.2 Analisis Klorofil
Pengukuran klorofil karang Zoanthus sp. dilakukan pada hari ke 3, 6, 9, 12
dan 15. Sampel terlebih dahulu dicuci menggunakan air laut yang telah steril
untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada sampel karang, kemudian
diambil bagian polip dan digerus menggunakan mortar dengan ditambahkan
sedikit air laut steril. Selanjutnya sampel yang telah digerus, kemudian disaring
dengan menggunakan kertas saring dengan kerapatan 0,045 µm.
Langkah selanjutnya, sebanyak 10 ml sampel karang yang telah disaring
disentrifugasi pada kecepatan 1000 rpm selama lima menit hingga terbentuk dua
lapisan (supernatan dan endapan). Kemudian supernatan dibuang, yang tersisa
hanya endapan. Endapan tersebut diberi cairan aseton 90% sebanyak 10 ml dan
dihomogenkan dengan menggunakan vortex selama satu menit. Sampel klorofil
disimpan dalam ruangan gelap pada suhu -4°C minimal 24 jam. Selanjutnya
sampel klorofil disentrifugasi pada kecepatan 1000 rpm selama lima menit.
Supernatan yang didapat kemudian diambil dan dimasukkan ke dalam cuvet untuk
diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 630,
664 dan 750 nm. Sampel klorofil diukur dengan menggunakan spektrofotometer,
dengan menggunakan rumus (Strychar dan Sammarco, 2012):
Klorofil - a = ((11,85) × (Abs 664 nm-Abs 750 nm))–((0,08) × (Abs 630 nm-
Abs 750 nm))
Klorofil - c = ((24,52) × (Abs 630 nm-Abs 750 nm) – (1,67 × (Abs 664 nm-
Abs 750 nm))
18
3.5.3 Pengukuran Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Pengelolaan
kualitas air bertujuan untuk meningkatkan dan menjaga kualitas air yang
digunakan sehingga menekan angka kerusakan dalam pemeliharaan. Upaya untuk
menjaga kualitas air adalah dengan melakukan pengukuran parameter kualitas air
yang meliputi pH, suhu, dan salinitas. Pengukuran suhu dilakukan setiap satu hari
sekali, pengukuran pH, dan salinitas dilakukan setiap tiga hari sekali.
3.5.4 Indeks Konsistensi Warna Menggunakan Metode AHP
(Analytical Hierarcy Process)
Perhitungan Indeks konsistensi menggunakan metode AHP bertujuan untuk
mengetahui hasil dari keputusan 5 panelis dalam pengukuran warna sampel
melalui M-TCF. Skala nilai M-TCF yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 7. Skala nilai M-TCF (Modified Toca Colour Finder)
19
Langkah-langkah dalam metode AHP menurut Saaty (1980) yaitu:
1. Penentuan jenis kriteria yang akan menjadi persyaratan panelis.
2. Langkah pertama untuk mencari rasio konsistensi hasil dari setiap
pengamatan menggunakan metode AHP dengan penyatuan pendapat
setiap kriteria dari 5 pengamat independen yang tidak buta warna
menggunakan rata-rata geometrik. Nilai rata–rata geometrik dapat
diketahui berdasarkan persamaan :
Keterangan :
G = rata-rata geometrik
x1 = pengamat independen ke-1
x2 = pengamat independen ke-2
xn = pengamat independen ke-n
3. Menyusun matriks perbandingan dari hasil perbandingan antar pasangan
kriteria pairwise comparison yaitu kriteria sampel A, sampel intensitas
cahaya tinggi (B), sampel intensitas cahaya sedang (C), dan sampel
intensitas cahaya rendah (D).
Tabel 2. Matriks perbandingan
Kriteria A B C D
A 1 A/B A/C A/D
B B/A 1 B/C B/D
C C/A C/B 1 C/D
D D/A D/B D/C 1
Jumlah kolom Kolom A Kolom B Kolom C Kolom D
4. Perhitungan nilai elemen kolom kriteria dengan rumus masing-masing
elemen kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom
5. Perhitungan nilai prioritas kriteria dengan rumus menjumlahkan matriks
baris hasil dari langkah ke 4 dan hasilnya dibagi dengan jumlah kriteria
6. Menghitung nilai eigen vector (Tabel 3) kriteria dengan menjumlahkan
baris matriks hasil dari langkah ke-5 dan hasilnya dibagi dengan jumlah
kriteria.
20
Tabel 3. Matriks Perbandingan Ternormalisasi
Kriteria A B C D Eigen
vektor
A (1) /
(kolom A)
(A/B) / (kolom
B)
(A/C) / (kolom
C)
(A/D) / (kolom
D)
jumlah
baris / 4
B (B/A) / (kolom
A) (1) / (kolom B)
(B/D) / (kolom
C)
(B/D) / (kolom
D)
jumlah
baris / 4
C (C/A) / (kolom
A)
(C/B) / (kolom
B) (1) / (kolom C)
(C/D) / (kolom
C)
jumlah
baris / 4
D (D/A) / (kolom
A)
(D/B) / (kolom
B)
(D/C) / (kolom
C) (1) /(kolom D)
jumlah
baris / 4
7. - Penghitungan CI dengan persamaan :
Keterangan :
CI = Consistency Index
λ maks = (jumlah kolom sampel kontrol x eigen vektor sampel A)+....+(jumlah
kolom sampel D x eigen vektor sampel D)
- Penghitungan CR dengan persamaan :
Keterangan :
CR = Consistency Ratio
CI = Consistency Index
RI = Random Index
Tabel 4 . Nilai RI (Random Index)
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51
8. Jika (CR < 0,1), maka nilai matriks perbandingan berpasangan pada
matriks kriteria konsisten, jika (CR ≥ 0,1) maka nilai perbandingan
berpasangan pada matriks kriteria tidak konsisten. Jika CR tidak konsisten
maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria
maupun alternatif harus diulang.
9. Penghitungan alternatif-alternatif yang menjadi pilihan.
21
10. Penyusunan alternatif-alternatif yang telah ditentukan dalam bentuk
matriks berpasangan untuk masing-masing kriteria.
11. Masing-masing matriks berpasangan antar alternatif dijumlahkan
perkolomnya.
12. Penghitungan nilai prioritas alternatif masing-masing matriks berpasangan
antar alternatif dengan rumus masing-masing elemen kolom alternatif di
bagi dengan jumlah matriks kolom.
13. Penghitungan masing-masing nilai prioritas alternatif.
14. Penyususan matriks baris antara alternatif versus kriteria yang isi nya nilai
prioritas alternatif.
15. Pada proses 14 dikalikan dengan nilai prioritas kriteria dan hasilnya berupa
prioritas global sebagai nilai yang digunakan untuk pengambilan
keputusan berdasarkan skor yang tertinggi.
Tabel 5. Skala Penilaian AHP.
Sintaks Pembanding Nilai
Warna sangat hijau 9
Lebih hijau menuju sangat hijau 8
Lebih hijau 7
Hijau menuju lebih hijau 6
Hijau 5
Cukup hijau menuju hijau 4
Cukup hijau 3
Setara menuju cukup hijau 2
Setara 1
Tabel 6. Skala Penilaian AHP
Intensitas
Kepentingan Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting
daripada yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong
satu elemen atas yang lainnya
5 Elemen yang satu esensial atau sangat
penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat satu
elemen atas elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih penting dari
elemen yang lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya
telah terlihat dalam praktek
22
9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang
lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang
mungkin menguatkan
2, 4, 6, 8 Nilai- nilai tengah diantara dua pertimbangan yang berdekatan
Bila kompromi dibutuhkan
Kebalikan
Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan suatu
aktifitas j, maka j mempunyai nilai
kebalikannya bila dibandingkan dengan aktifitas i
3.5.5 Analisis Data
Analisis data konsentrasi total klorofil-a dan klorofil-c yang diperoleh diuji
homogenisitas (Steel et al, 1993) untuk memastikan data menyebar secara
homogen. Selanjutnya dilakukan sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui
pengaruh antar perlakuan. Setelah diketahui terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan
dengan uji BNT untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Sedangkan data
kualitas air dianalisis secara deskriptif.
30
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu ada pengaruh
nyata untuk pemberian intensitas cahaya yang berbeda terhadap konsentrasi
klorifl-a dan klorofil-c.
Intensitas cahaya yang tinggi adalah pelakuan yang paling baik bagi
klorofil-a dan klorofil-c dan warna yang paling cerah.
5.2 Saran.
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu diperlukan adanya penelitian lebih
lanjut menggunakan hewan karang Zoanthus sp. mengenai ketahanan hewan
karang tersebut terhadap intensitas cahaya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Basmi, J. (1999). Planktonologi: Plankton sebagai Bioindikator KualitaS
Perairan. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.
Bengen, D. G. (2002). Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan
Laut. Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian
Bogor.
Burke, L. Selig, E. & Spalding, M. (2002). Terumbu Karang yang Terancam di
Asia Tenggara. USA: Diterjemahkan dari Reefs at Risk in Southeast Asia.
World Resources Institute
Castro, P. & Huber, M. E. (2005). Marine Biology Ed ke-5. New York: McGraw-
Hill.
Dahuri, R. Rais, Y. Putra, S.G. & Sitepu, M. J.(2001). Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Cetakan ke dua. Jakarta :
Penerbit Pradnya Paramitha.
Fachrurozie, A. Patria, M. P. & Widiarti, R. (2012). Pengaruh perbedaan
intensitas cahaya terhadap kelimpahan zooxanthellae pada karang bercabang
(Marga : Acropora) Di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Jurnal
Akuatika, 3 (2): 115-124
Glynn, P. W. (1996). Coral reef bleaching: facts, hypothesis and implications.
Global Change Biology, 2 (6): 495–509
Hill, R. E. K, Ulstrup, & Ralph, P. J. (2009). Temperature Induced Changes In
Thylakoid Membrane Thermostability Of Cultured, Freshly Isolated, And
Expelled Zooxanthellae From Scleractinian Corals. Bulletin Of Marine
Science, 85 (3): 223–244
Jones, R. O. Hoegh-Guldberg, Larkum, A, & Schreiber, U. (1998). Temperature-
induced bleaching of coral begins with impairment of the CO2 fixation
mechanism inzooxanthellae. Plant cell environ, 21 (12): 1219-1230
Kuczynska, P. Jemiola-Rzeminska, M., & Strzalka, K. (2015). Photosynthetic
Pigments in Diatoms. Marine Drugs, 13 (9), 5847-5881
Levinton, J. S. (2001). Marine biology: function, biodiversity, ecology. New
York: Oxford University Press.
32
Manuputty, A. E. W. (2002). Karang Lunak (Soft Coral) Perairan Indonesia
(Buku I, Laut Jawa dan Selat Sunda). Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Nontji, A. (1984). Peranan Zooxanthella Dalam Ekosistem Terumbu Karang.
Oseana , 9 (3): 74 - 87
Nybakken, J. W. (1992). Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan
oleh HM Eidman, Koesoebiono, DG Bengen, M. Hutomo, dan S. Sukardjo.
Jakarta : PT. Gramedia.
Osinga, R. & Janssen, M. (2008). The role of light in coral physiology and its
implications for coral husbandry. Burgers’ Zoo Arnhem the Netherlands,
2: 173-183
Padmowati, R. D. L. E. (2009). Pengukuran Indeks Konsistensi dalam Proses
Pengambilan Keputusan Menggunakan AHP. Jakarta : PT. Gramedia.
Rani, C. Jompa. J. & Amiruddin. 2004. Pertumbuhan Tahunan Karang Keras
Porites lutea di Kepulauan Spermonde : Hubungannya Dengan Suhu dan
Curah Hujan. Torani, 14 (4): 195-203
Reid, C. S. Marshall, J., Logan, D. & Kleine, D. (2011). Terumbu Karang Dan
Perubahan Iklim : Panduan Pendidikan Dan Pembangun Kesadartahuan.
Australia: CoralWatch, The University of Queensland.
Rowan, R., Knowlton, N., Baker, A., & Jara, J. (1997). Landscape ecology of
algal symbionts creates variation in episodes of coral bleaching. Nature,
388(6639), 265.
Saaty, T. L.(1980). Multicriteria Decision Making : The Analytic Hierarchy
Process. Pittsburgh: RWS Publication.
Sarumaha, A. (2016). Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Illegal Fishing
yang Dilakukan Secara Terorganisir (Studi Kasus Putusan No. 17/Pid. Sus.
P/2013/PN. MDN).
Steel, R., & Torrie, J. (1993). Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan
Biometrik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Shibata, K. & Haxo, F. T. (1969). Light transmission and spectral distribution
through epi-and endozoic algal layers in the brain coral, Favia. The
Biological Bulletin, 136 (3): 461-468
Soedharma, D. & Arafat D. (2007). Perkembangan Transplantasi Karang di
Indonesia, h. 1-7. Prosiding Seminar Transplantasi karang. Bogor, 8
September 2005. Bogor : Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup Institut
Pertanian Bogor.
33
Sumich, J. L. (1999). An Introduction to Biology of Marine Life. International
edition. New York : McGraw-Hill.
Suharsono. (1998). Condition of coral reef resource in Indonesia. Jurnal Pesisir
dan Lautan , 1 (2): 44-52
Supriharyono. (2000). Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta :
Djambatan.
Supriharyono. (2009). Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah
Pesisir dan Laut Tropis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Strickland, J. D. (1960). Measuring the production of marine phytoplankton. In
Measuring the production of marine phytoplankton. Ottawa : Fisheries
Research.
Strychar, K. B., & Sammarco, P. W. (2012). Effects of heat stress on
phytopigments of zooxanthellae (Symbiodinium spp.) symbiotic with the
corals Acropora hyacinthus, Porites solida, and Favites complanata.
International Journal of Biology, 4(1), 3.
Thamrin. (2007). Karang Dan Zooxanthellae Avertebrata dan Miro-algae
Pengendali Ekosistem Terindah Dunia. Pekanbaru: Ilmu Kelautan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Veron, J. E. N. (2002). Reef corals of the Raja Ampat Islands, Papua Province,
Indonesia. A Marine Rapid Assessment of the Raja Ampat Islands, Papua
Province, Indonesia. Australia : Australian Institute Of Marine Science.
Walsh, G. E. & Bowers, R. L. (1971). A review of Hawaiian zoanthids with
descriptions of three new species. Zoological Journal of the Linnean
Society, 50 (2): 161-180