fisbang
DESCRIPTION
Praktikum Fisika Bangunan Semester 4TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 1
PENDAHULUAN
Pencahayaan dan akustik merupakan faktor penting dalam perancangan ruang. Apabila
pencahayaan dan akustik tidak dikelola dengan baik, maka ruang yang telah dirancang tersebut
tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik pula. Pencahayaan di dalam ruangan
memungkinkan orang yang menempatinya dapat melihat benda-benda. Tanpa dapat melihat
benda-benda dengan jelas, maka aktivitas di dalam ruang akan terganggu. Selain pencahayaan,
akustik berperan penting dalam kenyamanan suara di dalam ruang karena pengaruh kebisingan
yang ada di luar ruangan.
Dalam praktikum Fisika Bangunan 2 ini, dilakukan pengamatan dan analisis tentang
pencahayaan serta akustik dalam ruang yang bertujuan untuk mengetahui tingkat iluminasi
cahaya dan pengaruh kebisingan pada suatu ruang. Oleh karena itu, dengan melaksanakan
praktikum ini, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar bagaimana merasakan dan
mencari solusi yang tepat dalam karya arsitektural yang mempunyai permasalahan pada bidang
pencahayaan dan akustik.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 2
PRAKTIKUM I
A. JUDUL
Tingkat Daylight Factor pada sebuah ruang dalam dan luar.
B. TUJUAN
Untuk mengukur dan mengetahui perbedaan iluminasi antara ruang dalam dan ruang
luar.
Mengetahui prosentase perbedaan tingkat iluminasi antara ruang dalam dan ruang luar.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat tulis
Lightmeter
D. OBJEK PRAKTIKUM
Objek praktikum ini adalah ruang kuliah 204 dan selasar di sekitar ruang 204 Prodi Arsitektur,
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.
E. CARA KERJA
1. Persiapkan sebuah alat Lightmeter.
2. Atur ruang dalam sesuai dengan jarak terhadap bukaan jendela.
3. Atur tombol sumber cahaya pada Lightmeter, sesuaikan dengan jenis sumber cahaya
yang akan digunakan (sun light).
4. Amati angka-angka yang tertera pada layar LCD selama lebih dari 10 detik, kemudian
tekan tombol record untuk merekam tingkat iluminasi pada bidang kerja di titik ordinat
yang telah ditentukan.
Catat nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari perubahan angka tersebut.
5. Ganti posisi ordinat (jarak pengamatan terhadap bukaan jendela) dengan titik ordinat
yang lain. Lakukan pengukuran dengan langkah-langkah seperti tersebut di atas.
6. Lakukan pengukuran pada ruang luar dengan cara yang sama, sesuai dengan titik ordinat
yang telah ditentukan.
F. LANDASAN TEORI
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasa dari sinar matahari.
Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 3
membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan
jendela – jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang – kurangnya 1/6 daripada luas
lantai.
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu runga, maka diperlukan sistem
pencahayaan yang tepat sesui dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang
tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat
kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :
1. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sisitem ini 90 – 100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu
diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada
kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu,
baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang
optimal, disarankan langit – langit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan perlu
diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.
2. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sitem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit – langit dan dinding. Dalam sistem ini kelemahan
sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit – langit dan
dinding yang diplester putih memiliki effisien pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat
putih effisien pemantulan antara 5-90%.
3. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sitem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari,
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit – langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem
ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan
sisanya ke atas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit – langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bawa h. Untuk hasil yang optimal dasarankan langit –
langit perlu diberikan perhatian serata dirawat dengan baiik. Pada sistem ini masalah
bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
5. Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan di langit – langit dan dinding bagian atas
kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit – langit
dapat menjadi sumber cahaya , perlu diberikan perhatian dan pemelihaaan yang baik.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 4
Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan
kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
Faktor cahaya siang hari (Daylight factor)
Metode Analisa Daylight Factor ini pada mulanya dikembangkan oleh Commission
Internationale de l’Eclairage (CIE) untuk kondisi langit yang seragam (uniform sky conditions).
Metode ini menyatakan suatu persentase atau rasio dari illuminasi horizontal ruang dalama
(indoor) pada titik – titik yang selalu simultan dengan illuninasi horizontal ruang luar
(outdoor).
Faktor cahaya siang hari/faktor langit adalah perbandingan antara kekuatan terang
pada suatu titik pada suatu bidang dalam suatu ruangan dengan kekuatan terang yang pada
saat itu menerangi lapangan terbuka pada bidang horizontal yang sama. Faktor cahaya siang
hari dapat ditentukan dengan menggunakan penggambaran dibantu dengan busur surya dan
dengan mnggunakan rumus sebagai pendekatannya.
Faktor cahaya siang hari dipengaruhi oleh
- cahaya langsung dari matahari pada bidang kerja (SC = sky component)
- cahaya pantulan dari permukaan benda sekitar (RRC = externally sky component)
- cahaya pantulan dari permukaan di dalam ruangan (IRC = internally reflected component)
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 5
Dalam metode Daylight Factor ini, perbandingan ‘relative brightness’ antara interior (bidang
kerja) dan jendela menjadi suatu perhatian kritis pada desain penerangan alami. Bahwa
semakin besar nilai DF, maka semakin kecil perbedaan ekstrem brightness antara keduanya.
Artinya, kondisi illuminasi di dalam ruang tidak jauh berbeda dengan kondisi illuminasi
lingkungan di sekitar ruang atau bangunan tersebut.
G. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanggal : 3 Juni 2014
Waktu : 13.00
INDOOR
TITIK
ORDINAT
TINGKAT ILUMINASI RUANG DALAM (Lux)
MAX MIN RATA-RATA
1 91 57 76
2 50 32 34
3 203 198 200
4 22 20 21
5 24 20 21
6 19 15 17
7 7 6 6
8 9 8 8
9 10 9 9
OUTDOOR
TITIK ORDINAT
TINGKAT ILUMINASI RUANG LUAR (Lux)
MAX MIN RATA-RATA
1 395 381 385
2 1275 802 970
Tanggal : 3 Juni 2014
Waktu : 15.30
INDOOR
TITIK
ORDINAT
TINGKAT ILUMINASI RUANG DALAM (Lux)
MAX MIN RATA-RATA
1 107 104 105
2 36 34 35
3 189 153 168
4 11 9 9
5 10 8 9
6 7 6 6
7 4 2 3
8 4 3 3
9 4 2 2
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 6
OUTDOOR
TITIK ORDINAT
TINGKAT ILUMINASI RUANG LUAR (Lux)
MAX MIN RATA-RATA
1 498 233 395
2 778 657 721
Dari hasil pengamatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengamatan 1
Titik 2 memiliki tingkat iluminasi lebih tinggi dibanding titik 1, karena pada titik 1 terdapat
hambatan/penghalang berupa kolom bangunan gedung 2 fakultas teknik. Sedangkan pada
titik 2 adalah titik dengan kondisi langit tanpa hambatan.
Titik 3 merupakan titik yang memiliki tingkat iluminasi paling tinggi. Hal ini disebabkan karena
titik tersebut adalah titik yang paling dekat dengan sumber cahaya dan pembatas/partisi
antara ruang dalam dan ruang luar hanya berupa kaca, sehingga cahaya masih dapat diterima
pada titik ini.
sela
sar
r. 2
04
ruang 204
0
500
1000
1500
Titik 1
titik 2
sela
sar
r. 2
04
ruang 204
0
50
100
150
200
250titik 1
titik 2
titik 3
titik 4
titik 5
titik 6
titik 7
titik 8
titik 9
kaca
kolom
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 7
Pengamatan 2
Pada pengamatan 2 ini tingkat iluminasi lebih rendah daripada pada pengamatan pertama,
hal ini dikarenakan sumber cahaya semakin berkurang karena pengamatan 2 dilakukan pada
sore hari. Titik 2 memiliki tingkat iluminasi lebih tinggi karena titik ini adalah titik dengan
kondisi langit tanpa hambatan.
Titik 3 merupakan titik yang memiliki tingkat iluminasi paling tinggi. Hal ini disebabkan karena titik
tersebut adalah titik yang paling dekat dengan sumber cahaya dan pembatas/partisi antara ruang
dalam dan ruang luar hanya berupa kaca, sehingga cahaya masih dapat diterima pada titik ini.
Namun tingkat iluminasi pada pengamatan kedua ini lebih rendah daripada tingkat iluminasi pada
pengamatan pertama. Hal ini karena cahaya yang diterima dari sumber cahaya juga semakin
berkurang.
Daylight Factor
Dimana :
DF = Daylight Factor (per cent)
Ei = Iluminasi pada titik pengamatan (Lux)
Eo = Iluminasi pada ruang luar jika kondisi langit tanpa hambatan (Lux)
DF = Ei
Eo x 100
sela
sar
r. 2
04
ruang 204
sela
sar
r. 2
04
ruang 204
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180titik 1
titik 2
titik 3
titik 4
titik 5
titik 6
titik 7
titik 8
titik 9
kaca
kolom
0
200
400
600
800
Titik 1
titik 2
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 8
Pengamatan 1
Titik 1
Titik 6
Titik 2
Titik 7
Titik 3
Titik 8
Titik 4
Titik 9
Titik 5
Pengamatan 2
Titik 1
Titik 6
Titik 2
Titik 7
Titik 3
Titik 8
Titik 4
Titik 9
Titik 5
H. KESIMPULAN
Ruang dalam dan ruang luar memiliki tingkat iluminasi berbeda.
Di setiap titik pada ruang dalam memiliki tingkat iluminasi yang berbeda-beda.
Semakin besar nilai DF, maka semakin kecil perbedaan ekstrem brightness antara ruang
dalam dan ruang luar. Sebaliknya, semakin kecil nilai DF, perbedaan tingkat iluminasi
ruang dalam dan ruang luar semakin besar.
Tingkat iluminasi dipengaruhi oleh factor terang langit, refleksi internal dan refleksi
eksternal.
DF = 76
970 x 100 DF =
17
970 x 100
DF = 34
970 x 100 DF =
6
970 x 100
DF = 200
970 x 100 DF =
8
970 x 100
DF = 21
970 x 100 DF =
9
970 x 100
DF = 21
970 x 100
DF = 105
721 x 100 DF =
6
721 x 100
DF = 35
721 x 100 DF =
3
721 x 100
DF = 168
721 x 100 DF =
3
721 x 100
DF = 9
721 x 100 DF =
2
721 x 100
DF = 9
721 x 100
= 14,5 % = 0,83 %
= 4,8 % = 0,41 %
= 2,3 % = 0,41%
= 1,2 % = 0,27 %
= 1,2 %
= 7,8 %
= 3,5 %
= 20 %
= 2,1 %
= 2,1 %
= 1,7 %
= 0,6 %
= 0,9 %
= 0,8 %
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 9
I. SARAN
Penggunaan jendela kaca sebagai media penerus cahaya pada ruangan ini sudah sangat
maksimal. Namun dalam pendistribusiannya ke dalam ruangan kurang baik, karena
jendela hanya terletak di salah satu sisi kelas saja. Sedangkan di sisi lain, perolehan
pencahayaan alami masih kurang. Agar pendistribusian cahaya merata di seluruh
ruangan, dapat menggunakan warna – warna yang lebih terang pada material dinding,
partisi dan perabot. Karena warna – warna yang terang akan lebih maksimal dalam
memantulkan cahaya.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 10
PRAKTIKUM II
A. JUDUL
Tingkat cahaya buatan pada sebuah ruang dalam dan luar.
B. TUJUAN
Untuk mengukur dan mengetahui perbedaan iluminasi antara ruang dalam dan ruang
luar.
Mengetahui prosentase perbedaan tingkat iluminasi antara ruang dalam dan ruang luar.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat tulis
Lightmeter
D. OBJEK PRAKTIKUM
Objek praktikum ini adalah ruang kuliah 204 dan selasar di sekitar ruang 204 Prodi Arsitektur,
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.
E. CARA KERJA
1. Persiapkan sebuah alat Lightmeter.
2. Atur ruang dalam sesuai dengan jarak terhadap bukaan jendela.
3. Atur tombol sumber cahaya pada Lightmeter, sesuaikan dengan jenis sumber cahaya
yang akan digunakan (flourosen).
4. Amati angka-angka yang tertera pada layar LCD selama lebih dari 10 detik, kemudian
tekan tombol record untuk merekam tingkat iluminasi pada bidang kerja di titik ordinat
yang telah ditentukan.
Catat nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari perubahan angka tersebut.
5. Ganti posisi ordinat (jarak pengamatan terhadap bukaan jendela) dengan titik ordinat
yang lain. Lakukan pengukuran dengan langkah-langkah seperti tersebut di atas.
6. Lakukan pengukuran pada ruang luar dengan cara yang sama, sesuai dengan titik ordinat
yang telah ditentukan.
F. LANDASAN TEORI
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya buatan
manusia yang dikenal dengan lampu atau luminer. Tingkat pencahayaan buatan dapat
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 11
ditentukan melalui tingkat iluminasi pada suatu objek ruang. Iluminasi adalah banyaknya
cahaya yang jatuh pada suatu permukaan. Iluminasi merupakan salah satu faktor penting
dalam perancangan suatu ruangan.
Berikut ini merupakan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam suatu ruang yang
berkaitan dengan pengaruh tingkat iluminasi.
a. Kontras terang (brightness contrast)
Kontras terang adalah perbandingan tingkat iluminasi antara bidang kerja dengan daerah
di sekelilingnya. Dengan pengendalian kontras yang tepat dapat mengurangi pengaruh
dari silau dan kelelahan pada mata.
b. Reflektansi ruang (room reflectance)
Reflektansi ruang adalah pengaruh pembatas ruang sebagai pemantul cahaya yang
mengarahkan cahaya ke arah bidang kerja maupun bagian ruang lainnya yang
mempengaruhi kondisi pencahayaan dalam ruang. Reflektansi ruang sangat dipengaruhi
oleh jenis dan warna material pembatas seperti logam, bata, kaca, cat , dan kayu.
c. Kombinasi pencahayaan (combined ilumination)
Beberapa luminer yang disusun sedemikian rupa akan bekerja sama menghasilkan
pencahayaan yang membentuk combined iluminaton. Combined illumination ini juga
sangat menguntungkan (efisiensi) dan membantu mengatasi masalah silau.
Selain itu, elemen-elemen dalam ruang juga dapat mempengaruhi terang cahaya dari
suatu sumber cahaya. Beberapa elemen tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kondisi ruang yang tertutup atau terbuka
b. Letak penempatan lampu
c. Jenis dan daya lampu
d. Jenis permukaan benda-benda dalam ruang yang memantulkan atau menyerap
e. Warna-warna dinding yang gelap atau terang
Pengarah cahaya
a. Bentuk dan posisi sumber cahaya
Bentuk lampu dapat mempengaruhi arah pancaran cahaya. Pada umumnya lampu
fluorescent adalah yang menghasilkan pencahayaan optimum yang panjang. Ada pula
lampu yang berbentuk bidang sehingga cahaya yang terpancar merupakan luasan. Selain
itu, peletakan lampu juga akan mempengaruhi model distribusi cahayanya dan yang
menarik dengan variasi model tersebut akan menimbulkan suasana ruang yang variatif.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 12
b. Distribusi cahaya
Pola distribusi cahaya dari sebuah lampu disebut dengan photometri. Photometri lampu
menggambarkan jangkauan cahaya yang dihasilkan dan pola pancarannya. Pola tersebut
dapat dimanfaatkan untuk pemilihan lampu yang dibutuhkan.
c. Perangkat pengarah cahaya
Dalam mengatasi masalah silau atau menciptakan kontras yang tepat pada ruang sangat
berkaitan dengan metode pengontrolan distribusi cahaya dari sumber cahaya.
Pengontrolan biasanya dilakukan dengan memberi tambahan material di sekitar sumber
cahaya sehingga cahaya yang keluar membentuk pola tertentu.
G. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanggal : 3 Juni 2014
Waktu : 13.00
INDOOR
TITIK
ORDINAT
TINGKAT ILUMINASI RUANG DALAM (Lux)
MAX MIN RATA-RATA
1 19 16 17
2 23 20 20
3 23 21 22
4 22 29 31
5 25 21 23
6 21 18 20
7 21 17 17
8 21 19 19
9 22 20 20
OUTDOOR
TITIK
ORDINAT
TINGKAT ILUMINASI RUANG LUAR (Lux)
MAX MIN RATA-RATA
1 241 48 150
2 479 338 404
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 13
Tanggal : 3 Juni 2014
Waktu : 15.30
INDOOR
TITIK
ORDINAT
TINGKAT ILUMINASI RUANG DALAM (Lux)
MAX MIN RATA-RATA
1 17 17 17
2 25 21 23
3 26 24 25
4 33 31 32
5 28 26 27
6 28 21 24
7 21 19 20
8 25 21 23
9 21 19 19
OUTDOOR
TITIK
ORDINAT
TINGKAT ILUMINASI RUANG LUAR (Lux)
MAX MIN RATA-RATA
1 252 140 189
2 162 44 95
Pada tingkat iluminasi pencahayaan buatan pukul 13.00 bagian dalam ruang 204
(indoor), rata-rata (average) terbesarnya adalah pada titik 4. Titik ini terletak di depan bagian
tengah dekat dengan papan tulis. Sementara yang paling rendah terdapat pada titik 1 dan 7.
Kemudian, untuk tingkat iluminasi pencahayaan buatan pada sore hari sekitar pukul
15.30, yang memiliki rata-rata terbesar juga terdapat pada titik 4. Lalu titik terendah terdapat
pada titik 1.
Titik 4 memiliki rata-rata tingkat iluminasi terbesar karena titik ini berada di antara dua
titik lampu dalam ruangan yang tidak menggunakan armatur. Selain itu, titik 4 ini masih
terkena sinar matahari baik siang maupun pada sore hari, yang menyebabkan kontras cahaya
pada titik 4 ini menjadi terang dan silau. Terjadinya kontras cahaya ini karena adanya
reflektansi ruang dari pembatas ruang berupa partisi kaca yang akan mengarahkan cahaya
dari luar ruangan menuju ke dalam ruangan.
Sementara itu, titik 1 dan 7 merupakan titik terendah dari rata-rata tingkat iluminasi
dalam ruang. Hal ini dikarenakan pada titik 1 dan 7 yang terletak di pojok-pojok belakang
ruang sehingga tidak terjangkau dari titik lampu yang ada pada ruangan. Peletakkan kedua
lampu yang berada di belakang pun tidak terlalu mempengaruhi titik 1 dan 7 tersebut,
dikarenakan kedua lampu yang menggunakan armatur. Selain itu, kedua titik ini juga tidak
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 14
terlalu terkena oleh sinar matahari yang berada di luar ruangan, sehingga kontras terang
cahaya pada kedua titik ini pun rendah.
Selain indoor, terdapat percobaan pencahayaan buatan pada outdoor. Pada outdoor ini,
hanya diambil pada dua titik. Di mana kedua titik tersebut memiliki angka iluminasi yang
besar. Baik pada percobaan di siang hari maupun sore hari. Hal ini dikarenakan selain adanya
pencahayaan buatan, juga masih terdapatnya pengaruh sinar matahari yang besar pada luar
ruangan.
H. KESIMPULAN
Ruang dalam memiliki tingkat iluminasi yang berbeda-beda.
Semakin tinggi angka iluminasinya maka semakin banyak dan terang cahaya yang jatuh
pada titik tersebut.
Tingkat iluminasi pada suatu ruang dipengaruhi oleh beberapa faktor refleksi dalam dan
refleksi luar ruang.
Elemen dalam ruang yang mempengaruhi tingkat iluminasi adalah letak penempatan
lampu, jenis dan daya lampu, warna dinding, serta kondisi ruang yang tertutup atau
terbuka.
Selain penempatan titik lampu, pengaruh intensitas sinar matahari juga akan
mempengaruhi area luar ruangan (outdoor) pada siang maupun sore hari
I. SARAN
Penempatan titik lampu yang digunakan untuk pencahayaan buatan dalam ruangan
sudah cukup baik, yaitu dengan 4 titik lampu LHE (lampu hemat energi) yang diletakkan
di depan dan belakang secara sejajar. Tetapi akan lebih baik lagi jika jenis lampu yang
digunakan adalah lampu TL (tube lamp) supaya ruangan kelas dapat lebih terang dan
kegiatan perkuliahan dapat lebih nyaman.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 15
PRAKTIKUM III
A. JUDUL
Tingkat radiasi cahaya pada sebuah ruang dalam dan luar.
B. TUJUAN
Untuk mengukur dan mengetahui perbedaan radiasi antara ruang dalam dan ruang luar.
Mengetahui prosentase perbedaan tingkat radiasi antara ruang dalam dan ruang luar.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat tulis
Lightmeter Uvc
D. OBJEK PRAKTIKUM
Objek praktikum ini adalah ruang kuliah 204 dan selasar di sekitar ruang 204 Prodi Arsitektur,
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.
E. CARA KERJA
1. Persiapkan sebuah alat Lightmeter Uvc
2. Atur ruang dalam sesuai dengan jarak terhadap bukaan jendela.
3. Atur tombol sumber cahaya pada Lightmeter Uvc
4. Amati angka-angka yang tertera pada layar LCD selama lebih dari 10 detik, kemudian
tekan tombol record untuk merekam tingkat radiasi pada bidang kerja di titik ordinat
yang telah ditentukan.
Catat nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari perubahan angka tersebut.
5. Ganti posisi ordinat (jarak pengamatan terhadap bukaan jendela) dengan titik ordinat
yang lain. Lakukan pengukuran dengan langkah-langkah seperti tersebut di atas.
6. Lakukan pengukuran pada ruang luar dengan cara yang sama, sesuai dengan titik ordinat
yang telah ditentukan.
F. LANDASAN TEORI
Radiasi adalah suatu istilah yang berlaku untuk banyak proses yang melibatkan
pindahan tenaga oleh gejala gelombang elektromagnetik. Gaya radiatif pemindahan kalor
dalam dua pengakuan penting dari yang memimpin dan konvektif gaya (1) tidak ada medium
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 16
diperlukan dan (2) pindahan tenaga adalah sebanding kepada kuasa ke lima atau keempat
dari temperatur menyangkut badan melibatkan(Pitts and Sissom, 2001).
Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir yang
terjadi di matahari. Energi radiasi matahari berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik.
Spektrum radiasi matahari sendiri terdiri dari dua yaitu, sinar bergelombang pendek dan sinar
bergelombang panjang. Sinar yang termasuk gelombang pendek adalah sinar x, sinar gamma,
sinar ultra violet, sedangkan sinar gelombang panjang adalah sinar infra merah.
Pengukuran radiasi surya yang sampai dipermukaan bumi di pengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain oleh kedudukan surya terhadap bumi, kebersihan langit termasuk
keawanan dan lokasi titik pengukuran itu sendiri. Radiasi surya yang diukur adalah jumlah
energi radiasi yang sampai di permukaan bumi dalam bentuk intensitas dan lama peyinaran
dalam sehari, sebulan atau setahun atau untuk periode waktu tertentu yang diinginkan.
Radiasi matahari merupakan proses penyinaran matahari sampai kepermukaan bumi
dengan intensitas yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan sekitarnya. Radiasi matahari
yang diterima dipermukaan bumi lebih rendah dari konstanta mataharinya. Radiasi matahari
yang terjadi diatmosfer mengalami berbagai penyimpangan, sehingga kekuatannya menuju
bumi lebih kecil. Bagian dari radiasi matahari yang dihisap (absorbsi) akan berubah sama
sekali sifatnya. Perubahan dari sudut jatuhnya sinar dapat menyebabkan perubahan dari
panjangnya jalan yang dilalui oleh sinar tersebut (Nasir, A, 1990).
Radiasi matahari yang diterima oleh bumi akan diterima dengan cara diserap dan tidak
tertangkis oleh atmosfer sampai ke permukaan bumi, karena bumi sangat padat, maka radiasi
ini bukan ditangkis, melainkan dikembalikan satu arah ke atmosfer (proses ini biasanya
disebut refleksi). Es dan salju merefleksi hamper kebanyakan dari radiasi matahari yang
sampai ke permukaan bumi, sedangkan laut merefleksi sangat sedikit.
Penerimaan radiasi surya dipermukaan Bumi sangat berfariasi menurut tempat dan
waktu. Menurut tempat khususnya disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan
atmosfir terutama awan. Pada skala mikro arah lereng sangat menentukan jumlah radiasi
yang diterima. Menurut waktu perbedaan radiasi terjadi dalam sehari (dari pagi sampai sore
hari) maupun secara musiman (dari hari ke hari), karena sebaran energi radiasi menurut
panjang gelombang sekitar λm, maka secara umum dapat dikatakan bahwa panjang
gelombang semakin pendek bila suhu permukaan yang memancarkan radiasi tersebut lebih
tinggi. (Handoko, 1993)
Pada waktu radiasi surya memasuki system atmosfer menuju permukaan bumi (daratan
dan lautan), radiasi tersebut akan dipengaruhi oleh gas-gas, aerosol, serta awan yang ada di
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 17
atmosfer. Sebagian akan diserap dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi berupa radiasi
langsung (direct) maupun radiasi baur (diffuse). Radiasi langsung adalah radiasi yang tidak
mengalami proses pembauran oleh molekul-molekul udara, uap dan butir-butir air serta debu
di atmosfer seperti yang terjadi pada radiasi baur. Jumlah kedua bentuk radiasi ini dikenal
dengan “radiasi global”. Alat pengukur radiasi surya yang terpasang pada stasiun-stasiun
klimatologi (Handoko, 2003).
Radiasi cahaya dari permukaan benda akan dipancarkan ke segala arah. Jika radiasi yang
dipancarkan oleh benda ini menerpa suatu permukaan lain, maka energi cahaya tersebut
dapat diserap, dipantulkan, atau diteruskan oleh permukaan penerima tersebut. Cahaya
dapat bergerak melintasi benda padat (misalnya kaca, plastic), cair (misalnya air, minyak), gas
(misalnya udara), dan ruang hampa udara atau vakum (misalnya pada ruang angkasa luar).
Salah satu ciri cahaya adalah panjang gelombang. Panjang gelombang adalah jarak per siklus
gelombang cahaya, biasanya diberi symbol λ (Benyamin Lakitan, 1994).
G. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanggal : 3 Juni 2014
Waktu : 13.00
INDOOR
TITIK
ORDINAT
TINGKAT RADIASI RUANG DALAM
MAX MIN RATA-RATA
1 -0.0 -0.1 -0.0
2 -0.0 -0.1 -0.0
3 -0.0 -0.2 -0.1
4 -0.0 -0.1 -0.0
5 -0.1 -0.1 -0.1
6 -0.0 -0.1 -0.1
7 -0.0 -0.1 -0.1
8 -0.0 -0.1 -0.1
9 -0.0 -0.1 -0.1
OUTDOOR
TITIK
ORDINAT
TINGKAT RADIASI RUANG LUAR
MAX MIN RATA-RATA
1 1.5 1.4 1.4
2 1.6 0.6 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 18
Tanggal : 3 Juni 2014
Waktu : 15.00
INDOOR
TITIK
ORDINAT
TINGKAT RADIASI RUANG DALAM
MAX MIN RATA-RATA
1 -0.0 -0.1 -0.0
2 -0.0 -0.1 -0.0
3 0.1 -0.1 -0.1
4 -0.0 -0.1 -0.0
5 -0.1 -0.1 -0.1
6 -0.0 -0.1 -0.0
7 -0.0 -0.1 -0.0
8 -0.1 -0.1 -0.1
9 -0.1 -0.1 -0.1
OUTDOOR
TITIK
ORDINAT
TINGKAT RADIASI RUANG LUAR
MAX MIN RATA-RATA
1 0.0 0.1 0.1
2 0.2 0.2 0.2
Pada saat pengamatan, kejernihan langit yaitu cerah berawan. Pengamatan yang
dilakukan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat yaitu 10 detik. Kegiatan praktikum ini
berlangsung di Ruang 204 Gedung 2 FT UNS pada hari Selasa tanggal 03 Juni 2014 pukul 13.00
dan 15.00 WIB, sesuai dengan ketentuan yang telah diterapkan oleh pihak pengelola
praktikum. Kedua waktu ini diambil dikarenakan telah terjadi perubahan arah datang sinar
matahari dan radiasi yang mengenai area dalam maupun luar ruangan.
Pengamatan yang dilakukan pada radiasi surya yang diukur, merupakan jumlah energi
radiasi yang sampai ke permukaan bumi dalam intensitas radiasi harian. Intensitas yang
dilakukan merupakan suatu radiasi surya yang diukur berdasarkan jumlah energi radiasi yang
disampaikan kepermukaan bumi.
Intensitas radiasi sangat berpengaruh bagi kenyamanan suatu ruang. Intensitas radiasi
merupakan gelombang elektromatik atau gelombang pendek. Perlunya pengamatan radiasi
surnya ini dipelajari adalah untuk dapat mengetahui seberapa besar intensitas cahaya
matahari jatuh kepermukaan bumi menyinari setiap bidang pada bangunan terkhususnya
adalah ruang yang kami amati.
Penyinaran matahari sampai ke permukaan bumi tidak hanya dipengaruhi oleh
keawanan, tetapi sudut yang dibentuk oleh matahari dan bumi, khususnya besarnya energi
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 19
matahari yang diterima bumi. Sudut yang dibentuk antara bumi dan matahari disebabkan
adanya rotasi bumi. Penangkisan dan penyerapan radiasi bisa terjadi di segala lapisan
atmosfir, yang paling sering lapisan bawah di mana massa atmosfir lebih terkonsentrasi.
Selain intensitas radiasi surya, lamanya penyinaran surya juga mempengaruhi bagi
kenyamanan suatu ruang, seberapa lama radiasi surya menyinari permukaan bumi dalam
kurung waktu tertentu. Lama penyinaran disetiap garis lintang tidak lah sama dan pada
umumnya di aquator perbedaan panjang hari relatif.
Penerimaan radiasi surya dipermukaan Bumi sangat berfariasi menurut tempat dan
waktu. Menurut tempat khususnya disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan
atmosfir terutama awan. Secara tempat, ruang dalam dan ruang luar ruang 204 hanya
dipisiahkan oleh pintu maupun jendela yang terbuka sehingga perbedaan intensitas radiasi
tidak jauh. Tanpa adanya batasan, radiasi dapat dengan mudahnya disalurkan oleh pantulan-
pantulan dinding maupun diteruskan oleh bahan kaca.
Menurut waktunya, perbedaan radiasi terjadi dalam sehari (pagi ataui sore) maupun
secara musiman (dari hari ke hari). Dalam pengamatan ini, kami mengamati waktu yang
berbeda dalam satu hari, yaitu siang dan sore. Dimana menurut hasil pengamatan, intensitas
radiasi pada ruangan yang sama (indoor) dengan waktu yang berbeda tidak memiliki
perbedaan radiasi yang signifikan.
Namun, terjadi perbedaan yang cukup jauh pada area outdoor antara jam siang dan
sore. Hal ini karena sudut bangunan dan matahari lebih besar pada siang hari sehingga
intensitas radiasinya pun meningkat.
Kemudian perbedaan juga terdapat antara area indoor dan outdoor. Hal ini dikarenakan
area outdoor behubungan langsung dengan sinar matahari, sedangkan area indoor sudah
mengalami pantulan, terusan, atau serapan dari bidang lainnya sehingga intensitas radiasi
bekurang.
Terkait dengan intensitas radiasi dan kenyamanan ruangan, bahwa panjang gelombang
semakin pendek bila suhu permukaan yang memancarkan radiasi tersebut lebih tinggi. Maka
semakin tinggi intensitas radiasi berbanding terbalik dengan tingkat kenyamanan ruang.
H. KESIMPULAN
Lama penyinaran adalah seberapa lama intensitas radiasi matahari menyinari
permukaan bumi dalam kurun waktu tertentu dan merupkan hal terpenting bagi
penyinaran dalam menciptakan kenyamanan ruang.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 20
Radiasi matahari yang dipancarkan ke bumi tergantung oleh jarak matahari dan juga
intensitas matahari (besar kecilnya cahaya matahari dipancarkan)
Radiasi surya yang diukur berdasarkan jumlah energi radiasi yang dipancarkan dalam 10
detik, seberapa besar intensitas dan lamanya peyinaran energi tersebut. Radiasi yang
dikeluarkan dipengaruhi oleh Jarak dari matahari, Intensitas radiasi matahri, Lama
penyinaran matahari/panjang hari/duration, dan Atmosfer
Radiasi surya memegang peranan penting dari berbagai sumber energy lain yang
dimanfaatkan manusia.
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur intensitas radiasi adalah Light UV Meter.
I. SARAN
Ruangan sudah cukup baik dengan penutupan vegetasi pada bagian depannya. Proporsi
material yang dipilih antara kaca dan partisi pun sesuai sehingga tidak menciptakan
perbedaan intensitas radiasi yang jauh. Tetapi, apabila jarak antara ruangan indoor dan
sumber radiasi dijauhkan, misalnya dengan memperlebar koridor (area outdoor), maka
hal ini akan meningkatkan kenyamanan ruang dari aspek radiasi.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 21
PRAKTIKUM IV
A. JUDUL
Tingkat akustik bunyi sebuah ruang dalam dan luar.
B. TUJUAN
Untuk mengukur dan mengetahui perbedaan akustik bunyi antara ruang dalam dan ruang
luar.
Mengetahui prosentase perbedaan tingkat akustik bunyi antara ruang dalam dan ruang
luar.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat tulis
Soundmeter
D. OBJEK PRAKTIKUM
Objek praktikum ini adalah ruang kuliah 204 dan selasar di sekitar ruang 204 Prodi Arsitektur,
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.
E. CARA KERJA
1. Persiapkan sebuah alat Soundmeter.
2. Atur ruang dalam sesuai dengan jarak terhadap bukaan jendela.
3. Atur tombol sumber bunyi pada Soundmeter
4. Amati angka-angka yang tertera pada layar LCD selama lebih dari 10 detik, kemudian
tekan tombol record untuk merekam tingkat akustik bunyi pada bidang kerja di titik
ordinat yang telah ditentukan.
Catat nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari perubahan angka tersebut.
5. Ganti posisi ordinat (jarak pengamatan terhadap bukaan jendela) dengan titik ordinat
yang lain. Lakukan pengukuran dengan langkah-langkah seperti tersebut di atas.
6. Lakukan pengukuran pada ruang luar dengan cara yang sama, sesuai dengan titik ordinat
yang telah ditentukan.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 22
F. LANDASAN TEORI
Akustik (dari bahasa Yunani akouein = mendengarkan) adalah ilmu terapan yang
dimaksudkan untuk memanjakan indra pendengaran di suatu ruang tertutup terutama yang
relative besar.
Dasar-dasar Akustik :
1. Gelombang Suara
Adalah getaran yang terjadi akibat fenomena tekanan, regangan, perubahan posisi
partikel dan perubahan kecepatan partikel dari medium pengantar gelombang suara itu
sendiri (udara, cairan atau juga benda padat).
2. Respon Impuls Ruang
a. Waktu dengung
b. EDT (Early Decay Time)
c. Definition atau Deutlichkeit
d. Clafty atau Klarheitsmass
e. Centre Time
3. Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi
Syarat agar pendengar dapat menangkap informasi yang disampaikan meskipun dalam
posisi berbeda adalah selisih antara tingkat tekanan bunyi terjauh dan terdekat tidak
lebih dari 6 dB. Jika dalam suatu ruangan yang relative kecil di mana sumber bunyi
dengan tingkat suara yang normal telah mampu menjangkau pendengar terjauh, maka
hampir dapat dipastikan bahwa distribusi tingkat tekanan bunyi dalam ruangan tersebut
telah merata.
Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait
dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Akustik sendiri berarti gejala perubahan
suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh
dalam reproduksi suara, misalnya dalam ruang kuliah akan sangat memengaruhi artikulasi
dan kejelasan pembicara.
Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :
Perubahan suara karena pemantulan dan
Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.
Akustik suatu ruang dipengaruhi oleh kebisingan, baik pada ruang itu sendiri maupun
lingkungan sekitar ruangan tersebut. Menurut McGraw-Hill Dictionary of Scientific and
Technical Terms, kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki. Sebenarnya ini tidak
sepenuhnya tepat karena kedua kata tersebut menjelaskan keadaan bunyi yang keras atau
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 23
gemuruh. Sesungguhnya, gangguan yang ditimbulkan nois tidak harus berupa bunyi yang
keras. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian nois/kebisingan bersifat
subjektif, sehingga batasan nois/kebisingan bagi orang yang satu bisa saja berbeda dengan
batasan nois/kebisingan bagi orang yang lain.Toleransi manusia terhadap kebisingan
tergantung pada faktor akustikal dan non-akustikal (Sanders dan McCornickdalam Christina,
2005).Faktor akustikal meliputi: tingkat kekerasan bunyi, frekuensi bunyi, durasi munculnya
bunyi, fluktuasi kekerasan bunyi, fliktuasi frekuensi bunyi, dan waktu munculnya bunyi.
Sedangkan faktor non-akustikal meliputi: pengalaman terhadap kebisingan, kegiatan,
perkiraan terhadap kemungkinan munculnya kebisingan, manfaat objek yang menghasilkan
kebisingan, kepribadian, lingkungan dan keadaan. Semua faktor tersebut harus
diperhitungkan setiap kali mengukur tingkat kebisingan pada suatu tempat, sehingga data
yang dihasilkan menjadi sahih dan solusi yang diterapkan lebih tepat. Kebisingan dapat
dikategorikan menjadi dua,yaitu: kebisingan tunggaldan kebisingan majemuk. Kebisingan
tunggal dihasilkan oleh sumber bunyi berbentuk titik dan kebisingan majemuk dihasilkan oleh
sumber berbentuk garis. Tingkat gangguan kebisingan dapat diukur menggunakan skala
berdasarkan apa yang dirasakan manusia, seperti: merasakan adanya kebisingan,merasa
terusik, merasa terganggu, sampai merasa sangat terganggu atau tidak tahan.
Reduksi Kebisingan Secara Alamiah
Tanpa harus melakukan perlakuan khusus, misalalnya dengan menempatkan elemen-elemen
buatan, sebenarnya fenomena alam yang terjadi disekitar kita mampu mengurangi tingkat
kebisingan. Meskipun nilai reduksi kebisingan akibat kondisi di sekitar bangunan tidak
terlampau signifikan, ada baiknya kita mempelajari hal tersebut untuk selanjutnya berusaha
mencapai nilai maksimal. Adapun faktor-faktor alami yang memungkinkan mereduksi
kebisingan adalah :
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 24
a. Jarak
Kita memahami bahwa dengan semakin jauhnya jarak telinga terhadap sumber
kebisingan maka semakin lemahlah bunyi yang diterima. Reduksi kebisingan akibat jarak
akan berbeda besarnya antara sumber kebisingan tunggal atau majemuk. Penelitian
menunjukkan bahwa pada sumber bunyi tunggal, setiap kali jarak telinga dari sumber
bertambah dua kali lipat dari jarak semula, kekuatan bunyi akan turun sebesar 6 dB.
Sedangkan pada sumber bunyi majemuk, setiap kali jarak telinga dari sumber bertambah
dua kali lipat dari jarak semula, kekuatannya akan turun sebesar 3 dB (BRE/CIRIA, 1983).
b. Serapan Udara
Udara di sekitar kita, yang menjadi medium perambatan gelombang bunyi, sesungguhnya
mampu menyerap sebagian kecil kekuatan gelombang bunyi yang melewatinya.
Kemampuan serapan udara tersebut bergantung pada suhu dan kelembabannya. Serapan
yang lebih besar akan terjadi pada udara bersuhu rendah dibandingkan dengan udara
bersuhu tinggi. Serapan juga terjadi lebih baik pada udara dengan kelembaban relatif
rendah, dibandingkan pada udara dengan kelembaban relatif tinggi.
c. Angin
Pengaruh angin dalam mengurangi kekuatan bunyi adalah fenomena yang belum dapat
dipahami sepenuhnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin. Pada
kondisi angin bertiup dari sumber bunyi menuju satu titik, maka titik tersebut akan
menerima bunyi dengan lebih cepat, dan dalam kekuatan yang cukup besar. Namun
sebaliknya, bila angin bertiup menuju arah yang berlawanan menjauhi titik maka titik
tersebut akan merima bunyi dengan kekuatan yang lemah.
Penghalang Buatan
a. Posisi atau peletakan
Gambar 1. Layout bangunan tehadap sumber kebisingan
Sumber : http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/SMARTEK/article/viewFile/461/398
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 25
Layout bangunan yang memungkinkan terbentuknya ruang0ruang (ruang B) yang jauh
dari kebisingan untuk ruang privat, sementara ruang A yang lebih dekat dengan
kebisingan dapat difungsikan sebagai ruang public.
Gambar 2. Letak barrier tehadap sumber kebisingan
Sumber : http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/SMARTEK/article/viewFile/461/398
Posisi barrier yang sedekat mungkin pada sumber atau pendengar akan memberikan efek
reduksi kebisingan maksimal, sebaliknya posisi barrier yang berada ditengah-tengah tidak
akan berfungsi efektif.
b. Material
Mengingat gelombang bunyi yang mampu menembus celah atau retakan yang sangat
kecil serta mampu menggetarkan objek-objek, maka pemakaian bahan yang berat, tebal
dan masif (tanpa cacat serta homogen) yang dipasang secara rigid, kokoh dan permanen
sangatlah diharapkan. Setelah posisi dan dimensi barrier ditentukan, maka perlu kiranya
dipertimbangkan pemakaian berat material sebagai berikut ( Tunner dalam Christina,
2005) :
Untuk mendukung reduksi 0 - 10 dBA diperlukan bahan dengan berat minimal 5
kg/m2
Untuk mendukung reduksi 11-15 dBA diperlukan bahan dengan berat minimal 10
kg/m2
Untuk mendukung reduksi 16-20 dBA diperlukan bahan dengan berat minimal 15
kg/m2
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 26
G. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanggal : 3 Juni 2014
Waktu : 15.00
INDOOR
TITIK
ORDINAT
TINGKAT RADIASI RUANG DALAM
MAX MIN RATA-RATA
1 48.9 40.5 43.2
2 52.0 40.3 44.4
3 50.3 40.3 43.8
OUTDOOR
TITIK ORDINAT
TINGKAT RADIASI RUANG LUAR
MAX MIN RATA-RATA
1.1 60.7 48.3 55.0
1.2 64.4 46.7 52.8
1.3 59.6 43.4 51.1
Tingkat kebisingan setiap ruangan berbeda-beda, baik pada ruang dalam maupun
ruang luar. Berdasarkan hasil pengamatan, ruang luar memiliki tingkat kebisingan lebih tinggi
dibandingkan ruang dalam. Hal tersebut dikarenakan ruang luar berhubungan langsung
dengan sumber kebisingan/bunyi. Pada jam 15.00 merupakan waktu mahasiswa selesai
kuliah, sehingga sumber kebisingan/bunyi paling banyak adalah suara kendaraan bermotor
dan suara mahasiswa yang sedang berbincang-bincang. Percobaan di ruang luar dilakukan 3
kali di tempat yang sama dan dapat dilihat tingkat kebisingan ketiganya berbeda-beda. Hal ini
disebabkan karena sumber kebisingan/bunyi yang ditangkap tidak sama.
Gambar Titik Percobaan
Sela
sar
R. 2
04
Ruang 204
Titik Outdoor
Titik Indoor 1
Titik Indoor 2
Titik Indoor 3
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 27
Berbeda dengan ruang luar, percobaan di ruang dalam dilakukan pada tiga titik yang
berbeda dan dalam selang waktu tertentu. Sehingga tingkat kebisingan yang didapat
berbeda-beda.
Pada titik pertama, tingkat kebisingan menunjukkan angka 48.9 dBA, hal tersebut
mungkin dikarenakan adanya kolom struktur yang menghalangi sumber kebisingan yang
masuk atau sumber kebisingan/bunyi dari luar memiliki intensitas yang rendah.
Pada titik kedua, tingkat kebisingan menunjukkan angka 52.0 dBA, hal tersebut
mungkin dikarenakan intensitas sumber kebisingan/bunyi yang masuk cukup tinggi, karena
ada kendaraan dengan kecepatan tinggi melaju, sehingga menimbulkan bunyi yang cukup
keras.
Pada titik ketiga, tingkat kebisingan menunjukan angka 50.3 dBA, hal tersebut
mungkin dikarenakan intensitas sumber kebisingan/bunyi yang masuk cukup tinggi, namun
karena titik ketiga terletak jauh dari pintu masuk ruangan dan sumber bunyi tersebut maka
tingkat kebisingan yang ditangkap hanya 50.3 dBA.
H. KESIMPULAN
Ruang dalam dan luar memiliki tingkat kebisingan yang berbeda-beda.
Tingkat kebisingan suatu ruang dipengaruhi dengan posisi sumber kebisingan, material
ruangan, dan dimensi ruangan.
Tingkat kebisingan di dalam ruang 204 sesuai dengan Peraturan Menkes No.
718/Menkes/Per/XI/87 tentang Tingkat Kebisingan Maksimum di dalam bangunan yaitu
45-55 dBA.
I. SARAN
Ruang 204 cukup efektif pada jam 15.00 untuk perkuliahan, namun apabila pada jam
08.00-14.00 ruangan tersebut kurang efektif. Hal tersebut dikarenakan pembatas
dinding pada sisi kanan dan belakang ruangan menggunakan partisi kayu yang tidak
dapat meredam suara pada saat ruang-ruang tersebut digunakan, baik untuk aktivitas
perkuliahan maupun aktivitas laboratorium sains. Sehingga untuk mengurangi tingkat
kebisingan yang disebabkan ruang 203 dan laboratorium sains, maka partisi kayu lebih
efektif diganti dengan partisi lain yang dapat meredam suara atau bahkan partisi
tersebut diganti dengan dinding batu-bata.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 28
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Akustik_ruang
http://www.academia.edu/1478474/MAKALAH_akustik
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/SMARTEK/article/viewFile/461/398
www.digilib.its.ac.id
http://www.academia.edu/4056883/Pencahayaan
http://kumpulaninfosipil.blogspot.com/2012/02/pencahayaan-alami-dan-buatan.html
http://radiologiymc.blogspot.com/2010/08/pengertian-radiasi.html
http://www.infonuklir.com/read/detail/510/apakah-radiasi-itu
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN 2 29
LAMPIRAN
Gambar Titik Percobaan pada Pencahayaan Alami, Buatan dan Radiasi
Gambar Titik Percobaan pada Akustik
Sela
sar
R. 2
04
Ruang 204
1
2
1
9 3 4
2 5
6
8
7
Sela
sar
R. 2
04
Ruang 204
Titik Outdoor
Titik Indoor 1
Titik Indoor 2
Titik Indoor 3