makalah fisbang 2

Upload: raden-lord-shogun-kartono

Post on 03-Mar-2018

266 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    1/24

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sering di temukannya ruang auditorium yang tidak memenuhi fungsi dan tujuannya.

    Akibat dari kualitas akustik gedung yang buruk sehingga fungsi dari gedung itu sendiri dalam

    penerapannya sangat kurang. Gedung Auditorium yang tidak memenuhi fungsi sebagai mana

    mestinya, biasanya apabila ada suatu kegiatan di dalam gedung tersebut para pendengar

    sebagian besar tidak dapat menangkap apa yang di sampaikan oleh pembawa acara atau penyaji

    dalam acara tersebut. Hal ini di sebabkan kualitas penyebaran suara yang tidak merata dan suara

    yang bercampur antara suara dari panggung dan suara para audience itu sendiri.

    1.2. Tujuan

    Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi

    mahasiswa khususnya jurusan Teknik Arsitektur dalam pemahaman tentang aplikasi bunyi

    terhadap ruang akustik dalam bangunan (Auditorium). Sehingga dapat memahami syarat-syarat

    material, tata ruang dan letak dari mebel dalam ruang Auditorium. Dan diharapkan bermanfaat

    bagi kita semua.

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    2/24

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Bunyi

    A. Definisi Bunyi

    Definisi bunyi adalah gelombang longitudinal hasil dari suatu getaran yang dapat

    merangsang indra pendengaran. Dalam perambatannya bunyi memerlukan medium. Energi

    bunyi tersebut berasal dari benda yang bergetar, getaran yang merambat disebut gelombang.

    Bunyi merupakan gelombang longitudinal. Mengapa bunyi dapat kita dengar? Kita dapat

    mendengar bunyi karena bunyi tersebut merambat dari sumber bunyi sampai telinga kita.

    Sumber bunyi yang bergetar akan menggetarkan udara disekitarnya, selanjutnya molekul udara

    yang bergetar akan menjalar sampai telinga kita. Getaran molekul udara membentuk rapatan

    dan regangan.

    Ketika beduk dipukul, atau gitar di petik, senar gitar atau beduk tampak bergetar waktu

    dibunyikan. Saat senar bergetar terdengarlah bunyi. Bunyi gitar akan melemah jika getarannya

    melemah, akhirnya bunyi pun menghilang. Bunyi dapat terdengar bila:

    1. ada benda yang bergetar (sumber bunyi)

    2. ada medium yang merambatkan bunyi, dan

    3. ada penerima yang berada dalam jangkauan sumber bunyi

    B. Pemantulan Bunyi

    Bunyi termasuk gelombang dan salah satu sifat gelombang adalah dapat dipantulkan. Ketika

    berteriak di dalam ruangan atau di depan tebing suara yang kita ucapkan akan terdengar kembali

    meskipun lebih lemah daripada ucapan aslinya. Mengapa demikian? Ketika berteriak di dalam

    ruangan atau di depan tebing, bunyi yang merambat ketika sampai ke dinding mengalami

    pemantulan sehingga berbalik ke arah kita. Pemantulan bunyi banyak manfaatnya dalam

    kehidupan sehari hari seperti mengukur kedalaman laut, mengetahui kandungan ikan di bawah

    laut, mengukur panjang lorong gua, atau menyelidiki kerusakan logam.

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    3/24

    3

    Jenis-Jenis Bunyi Pantul Terdapat beberapa jenis bunyi pantul yaitu, gaung, dan gema Gaung

    adalah bunyi pantulan yang sebagian terdengar bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi

    asli menjadi tidak jelas. Sebagai contoh apabila kita mengucapkan kata fisika, kadang-kadang

    kita mengengar bunyi pantulan sebelum seluruh suku kata selesai kita ucapkan. Dalam hal ini

    kita mendengar dua macam suara yaitu suara asli dan suara pantulan.

    C. Medium Rambat

    Bunyi Dalam perambatannya bunyi memerlukan medium, jika kita berbicara dan orang lain

    dapat mendengar, itu terjadi karena bunyi merambat melalui udara. Bunyi tidak dapat merambat

    di ruang hampa. Oleh karena itu jika kita berada di bulan, kita tidak dapat mendengar bunyi

    dengan jelas, dikarenakan tidak ada udara sebagai medium dalam perambatan bunyi. Gambar

    di samping adalah sebuah percobaan tentang perambatan bunyi, bel yang dibunyikan tidak akan

    terdengar, hal ini dikarenakan udara yang seharusnya sebagai media untuk merambatnya bunyi

    telah di pompakan keluar, sehingga menjadi ruang hampa. Bunyi juga dapat merambat di benda

    padat dan cair.

    D. Cepat Rambat Bunyi

    Untuk sampai ke telinga kita, bunyi memerlukan waktu, seberapa cepat sampainya bunyi

    bergantung pada cepat rambat bunyi. Bunyi memiliki cepat rambat yang terbatas. Bunyi

    memerlukan waktu untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Cepat rambat bunyi jauh

    lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan cahaya, hal ini dapat kita amati pada saat mendung

    atau turun hujan. Pada saat terjadi petir kita melihat kilatan cahaya petir muncul terlebih dahulu

    kemudian disusul bunyi gemuruh. Sebenarnya kilatan dan bunyi petir terjadi secara bersamaan,

    tetapi karena cahaya meranbat jauh lebih besar dibandingkan bunyi maka cahaya sampai dikita

    lebih dahulu dibandingakan bunyi.

    E. Tinggi Rendah Bunyi

    Bunyi yang dihasilkan dari sumber bunyi menghasilkan frekuensi atau banyaknya getaran tiap

    detik . Frekuensi yang dihasilkan sumber bunyi dapat berbeda, ada yang menghasilkan

    frekuensi tinggi, ada juga yang menghasilkan frekuensi rendah. Makin tinggi frekuensi sumber

    bunyi maka semakin tinggi bunyi yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya. Bunyi yang sangat

    nyaring dapat menyebabkan telinga terasa sakit, yang disebabkan gendang telinga kita bergetarlebih cepat, akibatnya telinga terasa nyeri. Suara wanita terdiri dari kumpulan gelombang bunyi

    dengan frekuensi tinggi, sehingga sering disebut suara wanita tinggi dan sebaliknya untuk pria

    yang memiliki suara yang rendah karena mengandung kumpulan frekuensi yang rendah. Suara

    alat musik bass memiliki frekuensi yang sangat rendah, suara yang rendah dapat menyebabkan

    jantung berdetak lebih kencang.

    F. Kuat Lemah Bunyi

    Kuat lemah bunyi bergantung pada amplitudo bunyi. Amplitudo adalah simpangan maksimum

    suatu gelombang. Makin besar amplitudo bunyi semakin kuat bunyi yang terdengar, demikian

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    4/24

    4

    pula sebaliknya. Hal ini dapat dibuktikan pada sebuah garpu tala yang digetarkan secara

    perlahan atau dengan kuat, frekuensi yang dihasilkan akan sama walaupun terdengar keras jika

    digetarkan dengan kuat dan terdengar lemah jika getarannya lemah.

    G. Bunyi pada ruang Auditorium

    Yang kita bahas kali ini adalah hubangan bunyi dengan ruang Auditorium. Terkadang kita tidak

    sadar bahwa di lingkungan kita terdapat banyak bunyi. Ada bunyi yang enak di dengar, dan

    adapula bunyi yang tidak enak didengar. Bahnkan membuat kita merasa bising. Dalam

    kehidupan kita, kita dapat mendengar, melihat, mencium, merasa, dan meraba sesuai dengan

    keinginan kita. Karena dalam tubuh kita dilengkapi dengan alat indera. Kita di beri dua buah

    mata agar kita dapat melihat sesuatu. Apabila kita tidak ingin melihatnya, kita bias menutup

    mata kita. Apabila kita mencium bau yang tidak kita inginkan, kita bias menutup hidung kita

    dengan tangan kita. Namun hal ini tidak berlaku pada bunyi-bunyian/suara yang dapat di dengar

    oleh telinga kita. Kita tidak dapat menghalangi dan memisah-misahkan bunyi yang kita

    inginkan dengan bunyi yang tidak kita inginkan. Dalam duatu ruang auditorium, bila hal initerjadi maka akan merusak fungsi dari ruang auditorium itu sendiri. Bunyi/suara yang hendak

    kita dengarkan di ruang auditorium itu adalah bunyi yang bersumber dari panggung auditorium.

    Apabila audience dalam auditorium ikut bicara. Apabila penataan letak obyek, pemilihan

    material untuk plafond dan dinding serta lantai tidak di atur dan di sesuaikan dengan kebutuhan

    sedemikian rupa. Maka acara atau kegiatan yang diselenggarakan pada ruang auditorium

    tersebut akan gagal karena apa yang di sampaikan oleh penyaji di atas panggung tidak

    tersampaikan kepada para pandengar.

    2.2 Pengertian Akustik

    Akustik (dari bahasa Yunani akouein = mendengar) adalah ilmu terapan yang dimaksudkan

    untuk memanjakan indra pendengaran Anda di suatu ruang tertutup terutama yang relatif besar.

    Arsitek Romawi dari abad ke 1 Marcus Pollio sudah mulai melakukan pengamatan cermat

    tentang gema dan interferensi (getaran-getaran suara asli dan getaran pantulan yang saling

    menghilangkan) dari suatu ruangan. Namun baru pada tahun 1856 akustik ini mulai dibangun

    sebagai suatu ilmu oleh Joseph Henry dan akhirnya dikembangkan penuh oleh Wallace Sabine

    di tahun 1900. Keduanya adalah fisikawan Amerika. Namun sayangnya kecenderungan sampai

    saat ini dinegara kita nampaknya menunjukan bahwa kecuali pada ruangan ruangan khususseperti untuk ruang konsert, studio rekaman atau panggung teater, rancangan akustik umumnya

    diabaikan. Padahal di ruang manapun, bagi orang-orang yang indra pendengarannya sensitif,

    berada diruang yang berakustik buruk merupakan siksaan.

    2.3. Ruang Auditorium

    A. Definisi

    Ruang Auditorium merupakan ruang multi-fungsi karena mempunyai fungsi sebagai

    ruang pertemuan dan pertunjukan seni, misalnya untuk pertunjukan theater atau music. Terkait

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    5/24

    5

    dengan itu maka persyaratan ruang harus dipenuhi sesuai dengan fungsinya, agar pesan yang

    diungkapkan penyaji seni dapat tertangkap dengan baik sehingga tercapai kualitas pertunjukan

    yang optimal serta kepuasan bagi penikmatnya mengingat penonton yang memasuki sebuah

    Auditorium memiliki hak untuk mendapatkan kenyamanan, keamanan, penerangan yang

    cukup, pemandangan (viewing) yang menyenangkan dan kualitas bunyi yang baik selain

    kualitas acaranya itu sendiri. Sesuai dengan fungsi utamanya yaitu sebagai Auditorium, salahsatu persyaratan yang seharusnya dipenuhi selain tata cahaya adalah penataan akustik atau tata

    suara. Pengolahan tata suara yang baik akan mempertinggi kualitas tampilan pertunjukan dan

    menciptakan kenyamanan bagi penikmatnya.

    Dalam sebuah pertemuan dan pertunjukan dibutuhkan tingkat kejelasan suara yang

    tinggi agar para pengguna dapat menerima secara utuh dan benar informasi yang disampaikan.

    Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam perancangan akustik interior Auditorium

    yang harus dipenuhi sesuai dengan fungsinya, agar pesan yang diungkapkan penyaji seni dapat

    tertangkap dengan baik sehingga tercapai kualitas pertunjukan yang optimal serta kepuasan

    bagi penikmatnya. Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam perancangan tata akustik

    Auditorium adalah: kekerasan (loudness) yang cukup dengan cara memperpendek jarak

    penonton dengan sumber bunyi, penaikan sumber bunyi, pemiringan lantai, sumber bunyi harus

    dikelilingi lapisan pemantul suara, kesesuaian luas lantai dengan volume ruang, menghindari

    pemantul bunyi paralel yang saling berhadapan dan penempatan penonton di area yang

    menguntungkan.

    Persyaratan lainnya adalah bentuk ruang yang tepat, distribusi energi bunyi yang merata

    dalam ruang, bebas dari cacat-cacat akustik dan pengolahan bentuk elemen pembentukruangnya (lantai, dinding dan plafond) serta pelapisan dengan bahan penyerap bunyi dan bahan

    yang berfungsi akustik maupun bahan-bahan lunak yang berpori lainnya. Pertimbangan

    finansial biasanya merupakan pembatas langkah-langkah perbaikan akustik, karena untuk

    menghasilkan kualitas akustik yang baik memerlukan biaya tinggi.

    B. Perkembangan Akustik Auditorium

    Untuk dapat mengenal akustik dengan baik, berikut diuraikan sejarah perkembangannya yang

    berawal dari desain bangunan umum bangsa Yunani. Dahulu perkembangan akustik ruang

    berasal dari kebutuhan akan perlakuan bunyi pada bangunan umum, mulai dari perkembangan

    teater Yunani klasik dan Romawi, gereja Gothic dan Baroque, gedung opera abad ke-19 serta

    gedung pertunjukan abad ke-20. Dalam membangun tempat-tempat pertemuan umum, bangsa

    Yunani telah mempelajari dasar-dasar akustik ruang dengan mengarahkan bunyi yang

    dikehendaki dan mengurangi bunyi yang mengganggu. Bangunan-bangunan Yunani yang perlu

    diperhatikan akustiknya seperti arena gladiator, tempat pertandingan, dan olah raga

    Bentuk denah teater Yunani antara lain berupa semi-circular atausemi-elliptical dengan

    panggung melingkar di tengah dan tempat duduk penonton mengelilingipanggung sedangkan

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    6/24

    6

    di belakang panggung merupakan bangunan yang berfungsi sebagairuang ganti, ruang istirahat,

    ruang pelayanan (service) dan sebagainya. Bangsa Yunani berusaha untuk mendapatkan

    kenyamanan garis pandang sekaligus pendengaran yangbaik dengan cara pengaturan tempat

    duduk yang bertingkat-tingkat. Maksud dan tujuanpengaturan ini agar penonton dapat sedekat

    mungkin dengan panggung, sehingga dialog dapat didengar dan ekspresi muka aktor dapat

    terlihat. Contoh teater yang masih adasampai saat ini antara lain teater berbentuksemi-ellipticaldi Herodes Atticus-Athena,yang bentuknya didesain dengan menggunakan banyak permukaan

    pantul di sekelilingpanggung untuk memperkuat intensitas bunyi asli.

    Pada perkembangan selanjutnya, bangsa Romawi memotong lingkaran panggung

    menjadi setengah lingkaran, sehingga penonton menjadi lebih dekat dengan sumber bunyi.

    Teater Romawi memperlihatkan tempat duduk yang bertingkat-tingkat lebih curam

    dibandingkan dengan teater Yunani. Belakang panggung diberi latar belakang dan ornamen,

    berfungsi untuk memantulkan bunyi dari panggung agar intensitas bunyi langsung menjadi

    bertambah kuat. Contoh teater Romawi yang megah antara lain Colloseum di Roma juga teater

    di Orange, Perancis yang dibangun abad ke-50 SM. Setelah kerajaan Romawi jatuh, satu-

    satunya bangunan umum yang dibangun selama abad pertengahan adalah gereja. Pada abad

    pertengahan, drama yang berkembang berasal dari gereja katolik dengan karakteristik liturgis,

    kadang-kadang diiringi dengan koor yang berfungsi juga untuk mengiringi misa (kebaktian).

    Ruang-ruang di katedral biasanya tertutup sepenuhnya dengan volume sangat besar, sehingga

    waktu dengung (reverberation time) dapat mencapai sekitar 8 detik. Akustik pada bangunan ini

    dengan waktu dengung (reverberation time) yang panjang diperuntukkan bagi musik organ dan

    koor gereja. Pada jaman Renaissance dan sesudahnya, bentuk terbuka teater Romawi

    berkembang menjadi teater tertutup di Itali, sehingga bunyi dapat dipantulkan berulang kali

    melalui dinding dan plafon, daripada diserap oleh udara terbuka. Contohnya pada TeatroOlimpico di Vicenza (1585) yang dirancang oleh Palladio dan diselesaikan oleh Scamozzi.

    Teater ini menjadi awal mula yang penting dari sejarah perkembangan teater modern.

    Kemudian, bentuk denah berkembang menjadi bentuk U atau bentuk telur. Tempat duduk di

    dalam kotak mengelilingi panggung secara berhadap-hadapan, dan berkembang menjadi opera

    house. Contoh desain awal antara lain Teatro di Tor di Nona (1671) serta Opera House di

    Bayreuth-Jerman (1748) yang mempertunjukkan music khusus karya Wagner. Pengaturan

    tempat duduk seperti ini dipertahankan terus sampai abad ke-19. Pada abad ke-19 beberapa

    nama yang menaruh perhatian terhadap akustik muncul, diantaranya Lord Rayleigh dengan

    bukunya berjudul The Theory of Sound. Sebelum abad ke-20, W.C. Sabine dari Univeristas

    Harvard telah merintis perancangan akustik ruang, dengan teorinya Reverberation Time

    (waktu dengung). Mulai saat itu, ilmu akustik menjadi maju dengan pesat. Pada abad ke-20

    (1927) Walter Gropius mendesain The Total Theatre yang mengambil inspirasi dari teater

    Yunani. Denahnya berbentuk oval dengan tempat duduk penonton melingkari panggung. Selain

    itu masih banyak lagi desain-desain auditorium dengan kapasitas penonton lebih dari 2.000

    orang, yang tentunya membutuhkan desain akustik serius, seperti The Boston Symphony Hall

    dengan kapasitas 2.600 tempat duduk (Legoh, 1993).

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    7/24

    7

    C. Perilaku Bunyi di Ruang Auditorium

    Berdasarkan sumber yang didapat dari http://Acoustics.com bunyi di dalam ruang

    tertutup (enclosed space) memiliki perilaku (behaviour) tertentu jika menumbuk dinding-

    dinding dari ruang tertutup tersebut yakni energinya akan dipantulkan (reflected), diserap

    (absorbed), disebarkan (diffused), atau dibelokkan (diffracted) tergantung pada sifat akustik

    dindingnya.

    1. Refleksi Bunyi (Pemantulan Bunyi)

    Bunyi akan memantul apabila menabrak beberapa permukaan sebelum sampai ke

    pendengar sebagaimana pendapat Mills: Pemantulan dapat diakibatkan oleh bentuk ruang

    maupun bahan pelapis permukaannya. Permukaan pemantul yang cembung akan menyebarkan

    gelombang bunyi sebaliknya permukaan yang cekung seperti bentuk dome (kubah) dan

    permukaan yang lengkung menyebabkan pemantulan bunyi yang mengumpul dan tidak

    menyebar sehingga terjadi pemusatan bunyi.

    Gambar 1. Pemantulan suara ke langit-langit

    Permukaan penyerap bunyi dapat membantu menghilangkan permasalahan gema

    maupun pemantulan yang berlebihan.

    2.Absorbsi Bunyi (Penyerapan Bunyi)

    Saat bunyi menabrak permukaan yang lembut dan berpori maka bunyi akan terserap

    olehnya sehingga permukaan tersebut disebut penyerap bunyi. Bahan-bahan tersebut menyerap

    bunyi sampai batas tertentu, tapi pengendalian akustik yang baik membutuhkan penyerapan

    bunyi yang tinggi. Adapun yang menunjang penyerapan bunyi adalah lapisan permukaan

    dinding, lantai, langit-langit, isi ruang seperti penonton dan bahan tirai, tempat duduk dengan

    lapisan lunak, karpet serta udara dalam ruang.

    Permukaan cembung Permukaan cekunga

    Sumber

    bunyi

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    8/24

    8

    3. Diffusi Bunyi (Penyebaran Bunyi)

    Bunyi dapat menyebar menyebar ke atas, ke bawah maupun ke sekeliling ruangan.

    Suara juga dapat berjalan menembus saluran, pipa atau koridor.ke semua arah di dalam ruang

    tertutup.

    4.

    Difraksi Bunyi (Pembelokan Bunyi)

    Difraksi bunyi merupakan gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi

    dibelokkan atau dihamburkan di sekitar penghalang seperti sudut (corner), kolom, tembok dan

    balok.

    2.3. Masalah Penyampaian Bunyi dalam Ruang Auditorium

    Dalam ruang Auditorium, banyak masalah yang bisa terjadi. Hal ini di karenakan

    kurangnya pengetahuan dalam bidang pembangunan suatu Auditorium yang memiliki kualitas

    akustik yang baik dan kurangnya perhatian terhadap suara-suara yang tidak perlu di dalam suatu

    ruangan. Suara-suara yang tidak perlu itu misalnya suara-suara yang tidak berssumber dari

    panggung utama.

    Kualitas suara dari sumber suara yang terlalu keras juga akan menimbulkan suatu

    ketidaknyamanan bagi pendengar. Pemilihan material dalam pembangunan sangat di perlukan.

    Khususnya dalam ruang Auditorium. Pemilihan jenis dan bentuk plafond dan dinding akan

    sangat mempengaruhi kualitas akustik dalam ruang Auditorium. Sebuah ruangan yang didesain

    untuk suatu fungsi tertentu, baik yang mempertimbangkan aspek akustik maupun yang tidak,

    seringkali dihadapkan pada problem-problem berikut:

    1. Pemusatan Suara:

    Masalah ini biasanya terjadi apabila ada permukaan cekung (concave) yang bersifat reflektif,

    baik di daerah panggung, dinding belakang ruangan, maupun di langit-langit (kubah atau

    jejaring kubah). Bila anda mendesain ruangan dan aspek desain mengharuskan ada elemen

    cekung/kubah, ada baiknya anda melakukan treatment akustik pada bidang tersebut, bisa

    dengan cara membuat permukaannya absorptif (mis. menggunakan acoustics spray) atau

    membuat permukaannya bersifat diffuse.

    2.Pantulan berulang dan kuat:

    Problem ini seringkali dibahasakan sebagai gema, Gema adalah bunyi pantul yang muncul

    setelah bunyi asli selesai. Gema dapat terjadi di alam terbuka seperti di lembah atau jurang.

    Terjadinya gema hampir sama dengan gaung yaitu terjadi karena pantulan bunyi. Namun, gema

    hanya terjadi bila sumber bunyi dan dinding pemantul jaraknya jauh, lebih jauh daripada jarak

    sumber bunyi dan pemantul pada gaung. Tidak seperti pemantulan pada gaung, pemantulan

    pada gema terjadi setelah bunyi misalnya jika kita berteriak di daerah pegunungan, setelah

    beberapa saat, terdengar kembali teriakanmu berteriak. Bunyi tersebut sebetulnya adalah bunyi

    pantul yang baru sampai di telinga kita. Echoe disebabkan oleh permukaan datar yang sangat

    reflektif atau permukaan hyperbolic reflektif (terutama pada dinding yang terletak jauh dari

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    9/24

    9

    sumber). Pantulan yang diakibatkan oleh permukaan-permukaan tersebut bersifat spekular dan

    memiliki energi yang masih besar, sehingga (bersama dengan delay time yang lama) akan

    mengganggu suara langsung. Problem akan menjadi lebih parah, apabila ada permukaan

    reflektif sejajar di hadapannya. Permukaan reflektif sejajar bisa menyebabkan pantulan yang

    berulang-ulang (flutter echoe) dan juga gelombang berdiri. Flutter echoeini bisa terjadi pada

    arah horisontal (akibat dinding sejajar) maupun arah vertikal (lantai dan langit-langit sejajardan keduanya reflektif).

    3. Gaung:

    adalah bunyi pantul yang datang sebelum bunyi asli selesai dikirim. Contoh gaung adalah ketika

    kamu berada di ruangan yang sempit. Apa yang kamu ucapkan tidak terdengar jelas karena

    terganggu bunyi pantul. Ketika kamu berbicara di dalam sebuah gedung yang besar, dinding

    gedung ini akan memantulkan suaramu. Biasanya, selang waktu antara bunyi asli dan

    pantulannya di dalam gedung sangat kecil. Sehingga bunyi pantulan ini bersifat merugikan

    karena dapat menggangu kejelasan bunyi asli. Pemantulan bunyi yang seperti ini- dinamakangaung. Untuk menghindari peristiwa ini, gedung-gedung yang mempunyai ruangan besar

    seperti aula telah dirancang supaya gaung tersebut tidak terjadi. Upaya ini dapat dilakukan

    dengan melapisi dinding dengan bahan yang bersifat tidak memantulkan bunyi atau dilapisi

    oleh zat kedap (peredam) suara. Contoh bahan peredam bunyi adalah gabus, kapas, dan wool.

    Ruangan yang tidak menghasilkan gaung sering disebut ruangan yang mempunyai akustik

    bagus. Selain melapisi dinding dengan zat kedap suara, struktur bangunannya pun dibuat

    khusus. Perhatikan langit-langit dan dinding auditorium, dinding dan langit-langit ini tidak

    dibuat rata, pasti ada bagian yang cembung. Hal ini dimaksudkan agar bunyi yang mengenai

    dinding tersebut dipantulkan tidak teratur sehingga pada akhirnya gelombang pantul ini tidakdapat terdengar.

    4. Resonance (Resonansi):

    Seperti halnya echoeproblem ini juga diakibatkan oleh dinding paralel, terutama pada ruangan

    yang berbentuk persegi panjang atau kotak. Contoh yang paling mudah bisa ditemukan di ruang

    kamar mandi yang dindingnya (sebagian besar atau seluruhnya) dilapisi keramik. Resonansi,

    selain membawa manfaat juga menimbulkan kerugian. Kerugian akibat resonansi antara lain

    adalah ketika terjadi gempa, bumi bergetar dan getaran ini diteruskan ke segala arah. Getaran

    bumi dapat diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di perut bumi, misalnya terjadinyadislokasi di dalam perut bumi sehingga bumi bergetar yang dapat kita rasakan sebagai gempa.

    Jika getaran gempa ini sampai ke permukaan dan sampai di pemukiman, gedung-gedung yang

    ada di permukaan bumi akan bergetar. Jika frekuensi getaran gempa sangat besar dan getaran

    gedung-gedung ini melebihi frekuensi alamiahnya, gedung-gedung ini akan roboh. Suatu

    benda, misalnya gelas, mengeluarkan nada musik jika diketuk sebab ia memiliki frekuensi

    getaran alami sendiri. Jika kita menyanyikan nada musik berfrekuensi sama dengan suatu

    benda, benda itu akan bergetar. Peristiwa ini dinamakan resonansi. Bunyi yang sangat keras

    dapat mengakibatkan gelas beresonansi begitu kuatnya sehingga pecah.

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    10/24

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    11/24

    11

    1. Kekerasan (Loudness)yang Cukup

    Kekerasan yang kurang terutama pada AUDITORIUM ukuran besar disebabkan oleh

    energi yang hilang pada perambatan gelombang bunyi karena jarak tempuh bunyi terlalu

    panjang, dan penyerapan suara oleh penonton dan isi ruang (kursi yang empuk, karpet, tirai).

    Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi agar tercapai kekerasan/loudnessyang cukup.Dalam hal ini Doelle (1990:54) mengemukakan persyaratan yang perlu diperhatikan untuk

    mencapainya, yaitu dengan cara memperpendek jarak penonton dengan sumber bunyi,

    penaikan sumber bunyi, pemiringan lantai, sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul

    suara, luas lantai harus sesuai dengan volume AUDITORIUM, menghindari pemantul bunyi

    paralel yang saling berhadapan, dan penempatan penonton di area yang menguntungkan.

    2. Memperpendek Jarak Penonton dengan Sumber Bunyi.

    Mills mengemukakan pendapat mengenai persyaratan jarak penonton dengan sumber

    bunyi untuk mendapatkan kepuasan dalam mendengar dan melihat pertunjukan: Jarak tempat

    duduk penonton tidak boleh lebih dari 20 meter dari panggung agar penyaji pertunjukan dapat

    terlihat dan terdengar dengan jelas.

    Akan tetapi untuk mendapatkan kekerasan yang cukup saja (tanpa harus melihat penyaji

    dengan jelas), misalnya pada pementasan orkestra atau konser musik, toleransi jarak penonton

    dengan penyaji dapat lebih jauh hingga jarak maksimum dengan pendengar yang terjauh adalah

    40m, sebagaimana yang dikemukakan Mills. Jarak pendengar dan orkestra di dalam ruang

    auditorium sekitar 40 meter.

    3. Penaikan Sumber Bunyi

    Sumber bunyi harus dinaikkan agar sebanyak mungkin dapat dilihat oleh penonton,

    sehingga menjamin gelombang bunyi langsung yang bebas (gelombang yang merambat secara

    langsung tanpa pemantulan) ke setiap pendengar.

    4. Pemiringan Lantai

    Lantai di area penonton harus dibuat miring karena bunyi lebih mudah diserap bila

    merambat melewati penonton dengan sinar datang miring (grazing incidence). Aturan gradien

    kemiringan lantai yang ditetapkan tidak boleh lebih dari 1:8 atau 30 dengan pertimbangan

    keamanan dan keselamatan. Kemiringan lebih dari itu menjadikan lantai terlalu curam dan

    membahayakan.

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    12/24

    12

    Gambar 2. Penaikan sumber bunyi dan pemiringan lantai area penonton

    Sumber: Doelle (1990)

    Gambar di atas menjelaskan pemiringan lantai dan peninggian sumber bunyi. Bila

    sumber bunyi ditinggikan dan area tempat penonton dimiringkan 30 maka pendengar akan

    menerima lebih banyak bunyi langsung yang menguntungkan kekerasan suara.

    5. Sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul suara

    Untuk mencegah berkurangnya energi suara, sumber bunyi harus dikelilingi oleh

    permukaan-permukaan pemantul bunyi seperti gypsum board, plywood, flexyglass dan

    sebagainya dalam jumlah yang cukup banyak dan besar untuk memberikan energi bunyi pantultambahan pada tiap bagian daerah penonton, terutama pada tempat-tempat duduk yang jauh.

    Langit-langit dan dinding samping auditorium merupakan permukaan yang tepat untuk

    memantulkan bunyi.

    Jadi salah satu cara untuk memperkuat bunyi dari panggung adalah dengan menyediakan

    pemantul di atas bagian depan auditorium untuk memantulkan bunyi secara langsung ke tempat

    duduk bagian belakang, dimana bunyi langsung (direct sound) terdengar paling lemah.

    Permukaan-permukaan pemantul bunyi (acoustical board, plywood, gypsum boarddanlain-lain) yang memadai akan memberikan energi pantul tambahan pada tiap-tiap bagian daerah

    penonton, terutama pada bagian yang jauh. Ukuran permukaan pemantul harus cukup besar

    dibandingkan dengan dengan panjang gelombang bunyi yang akan dipantulkan. Sudut-sudut

    permukaan pemantul harus ditetapkan dengan hukum pemantulan bunyi dan langit-langit serta

    permukaan dinding perlu dimanfaatkan dengan baik agar diperoleh pemantulan-pemantulan

    bunyi singkat yang tertunda dalam jumlah yang terbanyak.

    30

    Area tem at duduk enonton

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    13/24

    13

    Gambar 3. Penempatan langit-langit pemantul

    Sumber: Doelle (1990)

    Gambar di atas menjelaskan bahwa ketepatan dalam meletakkan langit-langit pemantul

    dengan pemantulan bunyi yang makin banyak ke tempat duduk yang jauh, secara efektif

    menyumbang kekerasan yang cukup. Langit-langit dan bagian depan dinding-dinding samping

    auditorium merupakan permukaan yang cocok untuk digunakan sebagai pemantul bunyi.

    6. Kesesuaian luas lantai dengan volume ruang

    Terkait dengan kapasitas tempat duduk, The Association of British Theatre Techniciansdalam Mills mengklasifikasikan AUDITORIUM dari yang berukuran kecil hingga sangat besar

    yakni: ukuran sangat besar berkapasitas 1500 atau lebih tempat duduk, ukuran besar 900-1500

    tempat duduk, ukuran sedang 500900 tempat duduk dan ukuran kecil kurang dari 500 tempat

    duduk.

    Doelle menyebutkan bahwa nilai volume per tempat duduk penonton yang

    direkomendasikan untuk AUDITORIUM serbaguna minimal 5.1 m (m cubic), optimal 7.1 m

    dan maksimal 8.5 m. Dari perbandingan tersebut dapat diperoleh standar ukuran volume yang

    dipersyaratkan untuk gedung ukuran tertentu sehingga kelebihan ataupun kekurangan kapasitas

    ruang dapat dihindari.

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    14/24

    14

    7. Menghindari pemantul bunyi paralel yang saling berhadapan

    Bentuk plafond paralel secara horisontal seperti gambar di bawah ini tidak dianjurkan.

    Gambar 4. Bentuk plafond paralel yang tidak dianjurkan

    Sumber: Doelle (1990)

    Pada gambar di atas terjadi pemantulan kembali sebagian besar bunyi langsung ( direct

    sound)ke sumber bunyi, dan sebagian lagi dipantulkan ke langit-langit dengan waktu tunda

    singkat yang terbatas baru kemudian disebarkan ke arah penonton sehingga bunyi langsung

    yang diterima penonton lebih sedikit sehingga kekerasan sangat berkurang.

    Disarankan bentuk permukaan pemantul bunyi yang miring dengan permukaan yang

    tidak beraturan, terutama daerah plafond di atas sumber bunyi, agar sebagian besar bunyi

    langsung (direct sound) menyebar ke arah penonton dengan waktu tunda yang panjang sehingga

    bunyi langsung dapat diterima sebagian besar penonton hingga ke tempat duduk terjauh.

    Gambar 5. Pemantulan yang dianjurkan

    Sumber: Doelle (1990)

    30panggung

    Sumber bunyi

    Arah bunyi

    Area tempat duduk

    penonton

    pemantulan yang berguna

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    15/24

    15

    8. Penempatan penonton di area yang menguntungkan

    Penonton harus berada di daerah yang menguntungkan, baik saat menonton maupun

    melihat pertunjukan, yakni berada pada area sumbu longitudinal.

    Gambar 6. Area sumbu longitudinal/ Sumber: Doelle (1990)

    Area sumbu longitudinal merupakan area untuk pendengaran dan penglihatan terbaik,

    sehingga harus diefektifkan untuk tempat duduk. Harus dihindari perletakan lorong sirkulasi

    di area ini.

    Selain ditinjau dari kualitas mendengar dan melihat dari segi penontonnya, juga harus

    dilihat dari segi kenyamanan pemainnya. Agar pemain masih bisa leluasa dalam melakukan

    aksi panggungnya, maka rentang sudut yang masih bisa ditolerir 135 dari sumber bunyi seperti

    yang dijelaskan oleh Mills (1976:37):

    Lingkar area tempat duduk penonton yang lebih besar merupakan hal yang

    menguntungkan karena lebih banyak penonton yang mendapatkan jarak mendengar dan

    melihat yang baik secara akustik maupun visual, tapi dalam beberapa hal cenderung tidak

    menguntungkan bagi penonton yang berada di sisi panggung yang lain. Lagipula, tidak

    mungkin bagi pemain untuk menghadap ke arah penonton yang berada di dua arah yang

    berlawanan dalam waktu yang bersamaan.

    Gambar 7. Limit Lingkar area penonton yang dapat dijangkau pemain (act of command)

    Sumber: Doelle (1990)

    45

    stage

    Area tempat

    duduk terbaik

    Sumber bunyi

    135

    Batas area akting (act

    of commands)

    audience

    aktor

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    16/24

    16

    Lingkar dengan sudut 135 merupakan batas maksimal, karena lebih dari itu akan

    menambah ketidakleluasaan penampilan pemain saat melakukan pertunjukan.

    9. Bentuk plafon yang baik akustiknya

    1. BentukCekung

    Bentuk cekung untuk bangunan auditorium membawa efek pada bentuk eksterior, kemudian

    bentuk cekung juga menimbulkan efek focal point atau sebagai pusat arah pantulan suara,

    disebut whispering gallery atau gema yang merambat. Bentuk cekung tersebut bila diolah

    menurut rambatan suara akan lebih mendukung kondisi akustik.

    2. Bentuk Cembung

    Permukaan langit-langit yang melengkung cembung dengan penyusunan seperti gambar

    akan dapat memantulkan bunyi secara merata, memenuhi ruangan dan bagus untuk musik.

    Selain dari bentuk langit-langit yang mendukung, hal yang harus diperhatikan lagi adalah

    penataan kursi penonton. Pada auditorium selalu memanfaatkan posisi kemiringan lantai

    pada posisi duduk penonton, agar semua penonton dapat menerima pantulan bunyi secara

    merata dan dapat menyaksikan pertunjukkan yang disajikan. Dalam penggabungannya

    sekaligus, penggunaan sistem langit-langit dan kursi penonton memilki hubungan terkait

    dalam rangka merambatkan bunyi. Hubungan antara penggunaan bentuk ceiling dan

    pengaturan kursi disebut metode geometri. Penggunaan metode geometri tersebut ditujukan

    untuk merefleksikan suara pada auditorium besar. Berikut adalah hubungan antarapenerapan bentuk ceiling dan pengaturan kursi audience (Metode Geometri). Untuk dinding,

    digunakan bentuk-bentuk akustik yang bisa berfungsi sebagai reflektor. Tidak hanya hal-hal

    di atas, tetapi posisi penyaji terutama orkestra memilki ketentuan khusus (menyebar). Bentuk

    menyebar tersebut dimanfaatkan karena di dalam orkestra terdapat berbagai macam alat

    musik yang digunakan dengan intensitas suara yang berbeda-beda. Dengan komposisi yang

    sedemikian rupa, maka harmonisnya suatu alunan orkestra dapat tercipta dengan baik dan

    menjadi satu kesatuan bunyi yang enak untuk didengarkan.

    B.Pemilihan Bentuk Ruang yang Tepat

    Doelle (1995:95) menyebutkan bahwa bentuk ruang juga mempengaruhi kualitas bunyi.

    Ada beberapa bentuk ruang pertunjukan yang lazim digunakan, yaitu: bentuk empat persegi

    (rectangular shape), bentuk kipas (fan shape), bentuk tapal kuda (horse-shoe shape) dan bentuk

    hexagonal (hexagonal shape).

    1. Bentuk Ruang Empat Persegi (rectangular shape) merupakan bentuk tradisional

    yang paling umum digunakan Ruang-ruang konser dari abad ke-19 dan awal abad ke-20 seperti

    The Grosser Musikvereinsaal, Vienna, Andrews Hall Glasgow, The Concertgebouw

    Amsterdam, The Stadt Casino Basel dan Symphony Hall Boston, semuanya mempunyai bentuk

    lantai empat persegi. Keuntungan dari bentuk ruang ini dijelaskan Mills sebagai berikut:

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    17/24

    17

    Keuntungan dari bentuk ini adalah tingkat tinggi keseragaman dan dalam keseimbangan energi

    baik awal dan akhir. Besar kecilnya suara untuk sejumlah besar suara lateral yang awal,

    ditingkatkan oleh kontribusi tambahan dari beberapa refleksi antara dinding-dinding samping.

    Jadi bentuk ruang empat persegi panjang (rectangular shape) memiliki tingkat keseragaman

    suara yang tinggi sehingga terjadi keseimbangan antara suara awal dan suara akhir. Sisi lebaryang lebih kecil dapat merespon bunyi lateral /bunyi samping, diperkuat dengan pantulan yang

    berulang-ulang antar dinding samping menyebabkan bertambahnya kepenuhan nada, suatu segi

    akustik ruang yang sangat diinginkan pada ruang pertunjukan.

    Gambar 8. Bentuk lantai empat persegi (Rectangular shape)

    Sumber: Doelle (1990)

    Kelemahan dari bentuk ini adalah pada bagian sisi panjangnya, karena menjadikan jarak

    antara penonton dengan panggung terlalu jauh. Solusi untuk permasalahan ini adalah dengan

    mempersempit area panggung dan memperlebar sisi depannya.

    2. Lantai bentuk Kipas (Fan Shape)membawa penonton dekat dengan sumber bunyi

    karena memungkinkan adanya konstruksi balkon. Keuntungan lain dari bentuk ini menurut

    Mills (1986: 29):

    Bentuk kipas mengandung jumlah maksimum orang di tiap sudut yang diberikan untuk

    karakteristik sumber maksimun penerima ditentukan oleh jarak. Hal ini berguna untuk

    penghematan biaya serta memungkinkan ruang untuk memenuhi persyaratan gedung

    Auditorium.

    Jadi keuntungan ruang bentuk kipas, dapat menampung penonton dalam jumlah banyak,

    disamping itu juga menyediakan sudut pandang yang maksimum bagi penonton.

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    18/24

    18

    Gambar 9. Denah AUDITORIUM dengan bentuk kipas

    Sumber: Doelle (1990)

    Akan tetapi disisi lain, banyak pula kekurangan dari bentuk ini memiliki kekurangan

    yang membuat reputasi akustiknya kurang baik, karena bentuk dinding samping yang melebar

    ke belakang menyebabkan pemantulan yang terlalu cepat ke dinding belakang yang

    dilengkungkan sehingga menciptakan gema dan pemusatan bunyi sehingga ruang ini cenderung

    memiliki akustik yang tidak seragam, dengan kondisi area duduk penonton bagian tengah yang

    kurang baik.

    3.Ruang Bentuk Tapal Kuda (Horse-shoe shape)merupakan bentuk yang memiliki

    keistimewaan karakteristik yakni adanya kotak-kotak yang berhubungan (rings of boxes) yang

    satu di atas yang lain. Walaupun tanpa lapisan permukaan penyerap bunyi pada interiornya,kotak-kotak ini berperan secara efisien pada penyerapan bunyi dan menyediakan waktu

    dengung yang pendek.Disamping itu bentuk dindingnya membuat jarak penonton dengan

    pemain menjadi lebih dekat. (Doelle:1990).

    Gambar 10. Ruang berbentuk Tapal Kuda (Horse-shoe Shape)

    Sumber: Doelle (1990)

    stageDinding

    belakang

    stageAudience

    Area penonton

    Stage/panggung

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    19/24

    19

    Akan tetapi disisi lain terdapat kekurangan yaitu permukaan dinding bagian belakang yang

    cekung merupakan bentuk yang tidak dianjurkan karena akan terjadi penyerapan suara yang

    terlalu tinggi di bagian belakang.

    Bentuk Lantai Hexagonal (Hexagonal Shape) di di bawah ini dapat membawa penonton

    sangat dekat dengan sumber bunyi, keakraban akustik dan ketegasan, karena permukaan-

    permukaan yang digunakan untuk menghasilkan pemantulan-pemantulan dengan waktu tunda

    singkat dapat dipadukan dengan mudah ke dalam keseluruhan rancangan arsitektur.

    Gambar 11. Bentuk Lantai Hexagonal (Hexagonal Shape)

    Sumber: Doelle (1990)

    C. Distribusi Bunyi yang Merata

    Energi bunyi dari sumber bunyi harus terdistribusi secara merata ke setiap bagian ruang,

    baik yang dekat maupun yang jauh dari sumber bunyi. Untuk mencapai keadaan tersebut

    menurut Doelle (1990:60) perlu diusahakan pengolahan pada elemen pembentuk ruangnya,

    yakni unsur langit-langit, lantai dan dinding, dengan cara membuat permukaan yang tidak

    teratur, penonjolan elemen bangunan, langit-langit yang ditutup, kotak-kotak yang menonjol,

    dekorasi pada permukaan dinding yang dipahat, bukaan jendela yang dalam dan sebagainya.

    Pengolahan bentuk permukaan elemen pembentuk ruang terutama dibagian dinding dan

    langit-langit dengan susunan yang tidak teratur dan dalam jumlah dan ukuran yang cukup akan

    banyak memperbaiki kondisi dengar, terutama pada ruang dengan waktu dengung yang cukup

    panjang. Cacat akustik merupakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pengolahan

    elemen pembentuk ruang AUDITORIUM yang menimbulkan permasalahan akustik. Pemilihan

    material yang baik untuk ruang Auditorium akan di jelaskan di bawah ini.

    Penggunaan Bahan Penyerap Bunyi

    Pemilihan bahan penyerap bunyi yang tepat untuk melapisi elemen pembentuk ruang

    AUDITORIUM sangat dipersyaratkan untuk menghasilkan kualitas suara yang memuaskan.

    Doelle (1990:33) menjelaskan mengenai bahan-bahan penyerap bunyi yang digunakan dalam

    perancangan akustik yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalam ruang-ruang bising dan

    audience

    stage

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    20/24

    20

    dapat dipasang pada dinding ruang atau di gantung sebagai penyerap ruang yakni yang berjenis

    bahan berpori dan panel penyerap (panel absorber) serta karpet.

    Bahan interior yang mendukung akustik

    Bahan berpori

    Panel absorber Karpet

    Gypsum

    Kalsiboard

    Polyster

    Jerami

    Tempat telur

    Core limbah kayu sengon laut

    Styrofoam

    a. Bahan Berpori

    Bahan berpori merupakan suatu jaringan selular dengan pori-pori yang saling

    berhubungan. Bahan akustik yang termasuk kategori ini adalah papan serat (fiber board),

    plesteran lembut (soft plasters), mineral woolsdan selimut isolasi.

    Karakteristik dasar dari semua bahan berpori seperti ini adalah mengubah energi bunyi

    yang datang menjadi energi panas dalam pori-pori dan diserap, sementara sisanya yang telah

    berkurang energinya dipantulkan oleh permukaan bahan-bahan akustik berpori dapat dibagi

    menjadi 2 kategori, yakni: unit akustik siap pakai, dan bahan yang disemprotkan.

    Gambar 12. Unit akustik siap pakai yang berlubang dan bercelah

    Unit akustik siap pakai meliputi bermacam-macam jenis ubin selulosa dan serat mineral

    yang berlubang, bercelah, bertekstur, panel penyisip dan lembaran logam berlubang dengan

    bantalan penyerap. Jenis-jenis ini dapat dipasang dengan berbagai cara, sesuai dengan petunjuk

    pabrik seperti disemen pada permukaan yang padat, dipaku, dibor pada kerangka kayu atau

    dipasang pada sistem langit-langit gantung. Unit akustik siap pakai khusus seperti acoustical

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    21/24

    21

    boarduntuk pelapis dinding dan Geocoustic boarddipasang pada langit-langit dalam susunan

    dengan jarak tertentu dalam potongan-potongan kecil.

    Penggunaan bahan akustik siap pakai ini juga menguntungkan ditinjau dari daya serap

    bunyinya yang dijamin oleh pabrik, pemasangan dan perawatannya mudah, dapat dihias tanpa

    mempengaruhi jumlah penyerapan, penggunaannya dalam sistem langit-kangit dapat disatukan

    secara fungsional dan visual dengan instalasi penerangan, pemanasan dan pengkondisian udara.

    Apabila dipasang dengan tepat maka penyerapannya dapat bertambah.

    Bahan yang disemprotkan digunakan terutama untuk tujuan reduksi/pengurangan

    bising. Bahan ini berbentuk semiplastik, diterapkan dengan cara disemprotkan melalui pistol

    penyemprot /sprayer gun. Kelebihan dari bahan akustik jenis ini adalah fleksibilitasnya karena

    berbentuk cairan yang disemprotkan ke permukaan sehingga dapat diterapkan pada bentuk

    penampang apapun. Biasanya diterapkan pada ruang dalam auditorium dimana upaya

    pengolahan akustik lain tidak dapat dilakukan karena bentuk permukaan yang melengkung atau

    tidak teratur. Efisiensi akustiknya biasanya cukup baik apabila dikerjakan dengan cermat, tepat

    dalam penentuan komposisi plesteran, jumlah perekat, serta keadaan lapisan dasar yang

    digunakan.

    b. Penyerap Panel

    Penyerap panel merupakan bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang yang

    padat (solid baking) tetapi terpisah oleh suatu rongga.

    Gambar 13. Panel Penyerap (Panel Absorber)siap pakai yang bertekstur

    Bahan ini berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk oleh

    gelombang bunyi. Getaran lentur dari panel akan menyerap sejumlah energi bunyi yang datang

    dan mengubahnya menjadi energi panas. Cara pemasangan sesuai dengan di semen pada

    permukaan yang padat, dipaku, dibor pada kerangka kayu atau dipasang pada sistem langit-

    langit gantung.

    Gambar 14. Penerapan Panel Penyerap pada plafond dan dinding

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    22/24

    22

    Kelebihan dari bahan ini adalah kemudahannya untuk disusun sesuai desain yang

    diinginkan karena tersedia dalam ukuran-ukuran yang bervariasi, mudah dalam

    pemasangannya serta ekonomis dan merupakan penyerap bunyi yang efisien karena

    menyebabkan karakteristik dengung yang merata pada seluruh jangkauan frekuensi (tinggi

    maupun rendah karena berfungis untuk mengimbangi penyerapan suara yang agak berlebihan

    oleh bahan penyerap berpori dan isi ruang.Jenis bahan yang termasuk penyerap panel antara

    lain: panel kayu, hardboard, gypsum board dan panel kayu yang digantung di langit-langit.

    c. Karpet

    Karpet selain digunakan sebagai penutup lantai, juga digunakan sebagai bahan akustik

    karena kemampuannya mereduksi dan bahkan meniadakan bising benturan dari atas atau dari

    permukaan seperti suara seretan kaki, bunyi langkah kaki, pemindahan perabot rumah dan

    sebagainya. Karpet juga dapat diterapkan sebagai bahan pelapis dinding, untuk memberikan

    peredaman suara yang lebih optimal. Makin tebal dan berat karpet maka makin besar pula daya

    serap dan kemampuannya dalam mereduksi bising

    Gambar 15. Bahan akustik dari Karpet

    d. Gypsum

    Bahan papan gypsum standar (plasterboard) relatif lunak sehingga bahan gypsum relatif

    bisa menyerap suara dengan baik daripada dinding bata. Papan gypsum cocok digunakan untuk

    ruang-ruang yang memerlukan peredaman suara. Pemakaian papan gypsum sebagai pelapis

    dinding dapat membantu meredam gema yang ditimbulkan akibat pantulan balik suara, karena

    sifat peredaman gypsum yang baik inilah maka beberapa produsen mengeluarkan panel

    peredam suara yang lebih baik dengan berbahan dasar gypsum.

    e. Kalsiboard

    Papan Kalsi merupakan papan bangunan rata teknologi khusus dr Etex Group - Belgia.

    Kalsi terbuat dr semen, bahan organik, serta bahan penguat dan perekat alami. Kalsi 100%

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    23/24

    23

    bebas asbes, tahan air, tahan rayap. Kalsi sangatlah menguntungkan. mudah, cepat, ringkas dlm

    pengerjaannya; biaya relatif murah; bersih serta kering dlm pelaksanaannya.

    f. Polyster

    Polyester fiber, adalah serat sintetik yang terbuat dari hasil polimerisasi etilen glikol

    dengan asam tereptalat melalui proses polimerisasi kondensasi. Hasil polimerisasi berupa chipatapun polimer leleh, yang kemudian di lakukan proses spinning untuk membentuk fiber.

    g. Jerami

    Jerami merupakan salah satu alat penyerap bunyi yang ekonomis. Cara pemakaiannya

    jerami dikeringkan terlebih dahulu. Setelah kering, jerami tersebut dipotong menjadi bagian-

    bagian kecil. Selanjutnya, jerami dicampur dengan bahan perekat, ada juga yang dicampur

    dengan kanji yang dicampur air, ada pula yang dicampur dengan resin yang sudah dicampur

    dengan kloroform.

    h. Tempat Telur

    Tempat telur memiliki bentuk yang tidak merata dan berpori. Terbuat dari serbuk kertas

    dan bahan-bahan lain. Oleh karena itu mampu menyerap hasil pemantulan bunyi yang tidak

    berfungsi seperti gema.

  • 7/26/2019 Makalah Fisbang 2

    24/24

    BAB III

    KESIMPULAN

    Dari pembahasan di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa suatu ruang Auditorium

    sangat berpengaruh oleh bentuk, jenis, dan struktur dari bahan dinding, plafond dan lapisan

    lantainya. Karena suara/bunyi terhadap material bangunan memiliki sifat pemantulan suara,

    penyerapan bunyi, penyebaran bunyi, pembelokan bunyi. Oleh karena itu dapat di simpulkan

    bahwa persyaratan khusus dalam membangun Auditorium sebagai berikut:

    Auditorium harus mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga penonton dapat sedekat

    mungkin dengan sumber suara.

    Setiap penonton selain menerima suara refleksi juga harus menerima suara langsung.

    Khusus untuk pertunjukkan musik, harus memiliki rasio bass yang cukup tinggi untuk

    memberi kesan kehangatan, serta menghindari penggunaan panil-panil tipis misalnyapapan kayu ' yang akan meredam bunyi frekuensi rendah.

    Menghindari permukaan-permukaan yang menyebabkan gema (echo), lecutan (seperti

    lecutan akibat pantulan yang cepat), rayapab (bunyi yang merambat di permukaan

    kubah).

    Kepadatan tempat duduk 0,6-0,8m2

    Untuk ruangan berbentuk persegi panjang dengan panggung depan, volume ruang per

    orang adalah 8 m2. Untuk penggung tengah volume ruang per orang adalah 13 m2.

    Permukaan pemantul bunyi di dekat panggung harus dapat memantulkan bunyi kembali

    ke panggung sehingga pemain dapat merasakan respon ruangan yang memadai.

    Permukaan dinding samping langit-langit, dinding balkon dan dinding panggung harus

    dapat memantulkan bunyi secara baur, dan hindari bentuk-bentuk rata.