final klkk

36
KARYA ILMIAH KLKK BAHAYA BAHAN ADITIF TERHADAP KESEHATAN NIKMATILLAH RISKIANA NPM: 07700168 NO. Absensi: 58 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2009/2010 1

Upload: supit1

Post on 08-Apr-2016

76 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

klkk

TRANSCRIPT

Page 1: Final Klkk

KARYA ILMIAH KLKK

BAHAYA BAHAN ADITIF TERHADAP KESEHATAN

NIKMATILLAH RISKIANA

NPM: 07700168

NO. Absensi: 58

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2009/2010

1

Page 2: Final Klkk

ABSTRAK

Secara ilmiah,zat aditif makanan didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengelolahan makanan untuk meningkatan mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pengumpal dan anti oksidan.

Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat indonesia setelah merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan dan daging yang terjadi pada beberapa bulam belakangan.Selain formalin terdapat zat aditif lainya yang di pergunakan produsen sebagai bahan pengawet contohnya borak dan MSG (Monosodium Glutamate),kedua pengawet ini sangat berbahaya bagi kesehatan.

Rhodamine B juga termasuk zat aditif makanan yang biasa di pakai oleh produsen sebagai pewarna untuk memberi warna yang menarik pada makanan,ternyata bahan tersebut dapat menyebabkan kanker dan menimbulkan keracunan pada paru-paru, tenggorokan ,hidung, dan usus.

Kata kunci :

1. Zat aditif

2. Pewarna

3. Penyedap

4. Pengawet

5. Formalin

6. MSG

7. Rhodamine B

2

Page 3: Final Klkk

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahan makanan adalah hal sangat penting bagi kehidupan manusia seperti karbohidrat, lemak , protein, vitamin dan mineral. Disamping itu ada zat yang ditambahkan baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja yang akan mempengaruhi kualitas makanan itu sendiri. Penambahan tersebut bisa berbahaya bagi kesehatan manusia baik secara sengaja maupun tidak sengaja yaitu apabila bahan makanan ditambahkan zat aditif yang bersifat sintetis.

Sering kali pada makanan ditambahkan bahan-bahan tertentu untuk memperkaya kandungan nutrisi serti penambahan vitamin D pada susu, vitamin B, riboflavin, dan zat besi pada roti, iodium pada garam dapur dsb.Biasanya tanbahan bahan-bahan tersebut dinamakan sebagai nutritional suplementation atau fortifikasi makanan.

Ada kalanya zat warna ditambahkan pada makanan agar menarik (rodhamin), dan bahan-bahan lain yang ditambahkan sebagai bahan pengawet seprti borax dan formalin.Bahan-bahan tersebut dicurigai sebagai penyebab gangguan kesehatan,contohnya formalin sebagai bahan pengawet mayat yang digunakan sebagai pengawet tahu atau mie basah, bahkan sebagai pengenyal bahan-bahan makanan.

Racun dalam makanan ternyata bisa membahayakan orang yang memakannya apabila higiene dan sanitasinya dalam mengolah bahan makanan tersebut tidak cermat. Bahan makanan berguna untuk sumber tenaga, pembangun, pengatur bahkan penyembuh sakit. Namun, bisa juga sebagai media perantara bagi vektor, mikroorganisme dan berbagi jenis bahan kimia, keracunan bahan makanan ini oleh bahan kimia erat kaitannya dengan proses produksi dan distribusinya. Dalam proses produksi sering terjadi kelalaian bahkan kesengajaan menggunakan bahan kimia sebagai zat tambahan dalam makanan seperti zat pewarna, zat pengawet dan sebagainya. Kasus biskuit beracun di Indonesia merupakan bukti dimana bahan makanan tercemar dengan Sodium Nitrat dan menyebabkan kematian bagi konsumen yang memakannya. Pencemaran makanan bisa juga terjadi melalui rantai makanan di lingkungan seperti kasus Itai-Itai Diseases di negara Jepang.

Selain oleh bahan kimia pencemaran makanan bisa juga disebabkan oleh faktor biologis dan ini menjadikan makanan tersebut menjadi mediator masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme tersebut mengalami penguraian sehingga dapat mengurangi nilai gizi dan kelezatannya bahkan dapat menyebabkan sakit dan kematian bagi yang mengkonsumsinya. Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan dipengaruhi oleh faktor intrinsik, ekstrinsik, implisit dan pengolahan. Beberapa kasus pernah terjadi di Indonesia.

3

Page 4: Final Klkk

B. RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa zat aditif berbahaya terhadap kesehatan ?2. Apa saja bahan-bahan makanan yang termasuk zat aditif ?

C. TUJUAN

1. Untuk memberi informasi bahan-bahan makanan yang termasuk zat aditif2. Mengetahui bahaya zat aditif terhadap kesehatan 3. Untuk memberi pengetahuan pada pembaca cara memilih makanan yang bebas

dari bahan aditif4. Memberi informasi tentang gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi zat- zat

aditif 5. Agar pembaca dapat menghindari mengkonsumsi makanan yang mengandung

zat aditif 6. Untuk melengkapi tugas KLKK

4

Page 5: Final Klkk

BAB II

PEMBAHASAN

A.BAHAYA ZAT ADITIF

Zat aditif adalah zat yang ditambahkan ke dalam makanan atau pun minuman yang bertujuan memberikan rasa, warna yang menarik, dan supaya makanan atau pun minuman tersebut dapat bertahan lama. Zat aditif ini sama sekali tidak mengandung nilai gizi kepada yang mengkonsumsinya. Dalam jumlah yang tidak terlalu berlebihan zat aditif ini tidak berbahaya, akan tetapi jikalau telah melebihi dari standar yang normal maka sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Misalnya dalam jangka panjang akan menyebabkan kanker, gangguan fungsi ginjal, hati, menurunnya fungsi otak yang berakibat makin melemahnya daya ingat seseorang, dan efek-efek negatif lain yang dapat mengganggu kesehatan. Beberapa contoh zat aditif adalah MSG ( Monosodium Glutamate ) yang bertujuan untuk memberi rasa terhadap makanan, Rodamin-B yang berfungsi untuk memberikan warna yang menarik pada kecap, Formalin yang diberikan agar makanan menjadi tahan lama, dan masih banyak lagi zat-zat aditif lainnya. Khusus Rodamin-B, zat pewarna ini biasanya untuk keperluan tekstil/ batik agar lebih menarik warnanya namun pada kenyataanya beberapa produsen kecap dan pembuat terasi juga memanfaatkan zat ini. Begitu pula dengan Formalin yang biasanya dipergunakan untuk mengawetkan mayat, ternyata juga dipakai untuk mengawetkan tahu, bakso, ikan basah dan kering, dan makanan lainnya yang belum sempat diperiksa oleh Balai POM ( Pengawasan Obat dan Makanan )  Depkes RI Rodamin-B dan Formalin sedikit pun tidak boleh ada dalam makanan atau pun minuman.

Pernahkah anda membaca label isi kandungan makanan ringan yang anda beli? Jika diperhatikan betul-betul, anda pasti sadar selain komponen utama makanan atau obat-obatan yang anda beli sering mengandungi berbagai bahan campuran lain. Contohnya, bahan-bahan campuran yang diberi nama huruf awal "E", seperti E101 (Riboflavin), E123 (Amaranth), E211 (Natrium Benzoate), E249 (Kalium Nitrit), E322 (Lesitin) dan sebagainya. Bahan-bahan campuran ini diberi nama aditif. Jadi zat aditif makanan merupakan zat yang  yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan maksud meningkatkan cita rasa, tampilan, daya simpan, dll.

Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain. Lebih parah lagi, apabila zat aditif yang digunakan sebenarnya bukan untuk dikonsumsi manusia (karena bersifat toxic) seperti pewarna merah Rhodamine-B (pewarna textile), Borax

5

Page 6: Final Klkk

sebagai pengenyal dan pengawet (racun semut/kecoa serta bahan campuran barang industri termasuk pembuatan kaca anti peluru), Formalin sebagai pengawet makanan basah (biasa di gunakan mengawetkan mayat), Gula tetes serta pemanis buatan yang tidak disarankan antara lain Sakarin (daya manis hingga 500x gula tebu), dll.

WHO mensyaratkan zat tambahan itu seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut :

(1). Aman digunakan

(2). Jumlahnya sekedar memenuhi kriteri pengaruh yang diharapkan

(3). Sangkil secara teknologi

(4). Tidak boleh digunakan utnuk menipu pemakai dan jumlah yang dipakai haruslah minimal.

Pemakaian zat tambahan yang aman digunakan merupakan pertimbangan yang penting , walaupun tidak mungkin untuk mendapatkan bukti secara mutlak bahwa suatu zat tambahan yang digunakan secara khusus tidak toksik bagi semua manusia dalam semua kondisi, paling tidak pengujian secara sifat-sifat fisiologis, farmakologis, dan biokemis pada binatang percobaan yang dusulkan dapat dipaki sebagai dasar yang beralasan bagi penilaian pemakian suatu zat tambahan pada bahan makanan.

Perilaku materialistik dari beberapa produsen makanan dan minuman yang tidak memperhatikan aturan yang ada dan hanya mengejar keuntungan, tentunya sangat merugikan masyarakat utamanya yang belum tahu akan dampak terhadap kesehatan dari penggunaan zat aditif ini. Ditambah lagi penerapan aturan yang belum tegas terhadap produsen pengguna zat aditif yang berlebihan dan yang dilarang. Kondisi seperti ini membuat tidak jera dari pengguna zat berbahaya ini. Sehingga dimana-mana dapat kita temukan makanan dan minuman yang diperjual belikan tidak memperhatikan Hygiene dan Sanitasi Makanan. Ada beberapa cara pemalsuan yang sering terjadi dan ini dilakukan oleh penjual /produsen :

Menghilangkan bau, seperti penambahan cuka pada ikan yang telah membusuk Memberikan kesegaran palsu, misalnya dengan menambahkan zat warna pada

daging

6

Page 7: Final Klkk

Menambahkan zat putih pada tepung. Menambahkan tanggal kadaluarsa suatu produk Menyalurkan kembali makanan yang telah kadaluarsa melalui paket-paket hadiah

atau parcel.

Anak-anak kita yang menjadi generasi penerus untuk masa-masa yang akan datang, jikalau mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung zat aditif seperti ini maka dapat kita bayangkan akan bermunculan generasi yang tidak berkualitas. Generasi penyakitan yang nantinya tidak dapat diandalkan sebagai pelaku-pelaku pembangun bangsa dan negara ini.

Dimana-mana dapat kita temui penjual makanan dan minuman untuk anak-anak sekolah yang sama sekali jauh dari kabersihan. Penampilan dari makanan dan minuman itu sendiri begitu mencolok sehingga menarik bagi anak-anak untuk membelinya, justru inilah yang perlu diwaspadai jangan sampai terlalu banyak zat pewarna dan zat pemanis yang dipergunakan. Seperti penjual es warna, minuman berwarna yang dikemas dalam botol aqua kecil yang tidak terdaftar di Balai POM Depkes RI, dan yang lainnya. Sudah banyak informasi,  baik cetak mau pun elektronik bahwa di beberapa sekolah beberapa anak sering keracuna makanan mau pun minuman di sekolahnya. Yang direpotkan tentunya kembali kepada pihak sekolah dan orang tua anak-anak tersebut.

Jadi sekolah sebagai lembaga yang sangat dekat dengan anak-anak sekolah haruslah mengetahui apa itu zat aditif dan melarang anak-anak untuk berbelanja makanan dan minuman yang tidak menggunakan prinsip Hygiene dan Sanitasi makanan serta makanan-makanan kemasan yang tidak terdaftar di Balai POM Depkes RI. Untuk keperluan jajanan anak-anak, akan lebih baik jika pihak sekolah sendiri yang mengelolanya. Peran orang tua juga sangat penting dalam memberikan informasi dan larangan kepada anak-anaknya untuk tidak berbelanja di sembarang tempat. Dengan demikian hal-hal yang kita khawatirkan bersama yaitu generasi penyakitan dapat dicegah sedini mungkin. Sebab yang kita harapakan tentunya generasi yang handal dan kuat, sehat lahir batin. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

B. KEUNTUNGAN ZAT ADITIF

Penggunaan zat aditif memiliki keuntungan meningkatkan mutu makanan dan pengaruh negatif bahan tambahan pangan terhadap kesehatan. Agar makanan dapat tersedia dalam bentuk yang lebih menarik dengan rasa yang enak, rupa dan konsentrasinya baik serta awet maka perlu ditambahkan bahan makanan atau dikenal dengan nama lain “food additive”.

Penggunaan bahan makanan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang, Peraturan Menteri Kesehatan dan lain-lain disertai dengan batasan maksimum penggunaannya. Di samping itu UU Nomor 7 tahun

7

Page 8: Final Klkk

1996 tentang Pangan Pasal 10 ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan yang pada intinya adalah untuk melindungi konsumen agar penggunaan bahan tambahan makanan tersebut benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan.

Namun demikian penggunaan bahan tambahan makanan tersebut yang melebihi ambang batas yang ditentukan ke dalam makanan atau produk-produk makanan dapat menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki dan merusak bahan makanan itu sendiri, bahkan berbahaya untuk dikonsumsi manusia. Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebih pada umumnya bersifat racun bagi manusia. Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan yang disebut ADI atau Acceptable Daily Intake. ADI menentukan seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan setiap hari yang dapat diterima dan dicerna sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan.

ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan sebagai standar digunakan berat badan 50 kg untuk negara Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Satuan ADI adalah mg bahan tambahan makanan per kg berat badan. Contoh: ADI maksimum untuk B-karoten = 2,50 mg/kg, kunyit (turmerin) = 0,50 mg/kg dan asam benzoat serta garam-garamnya = 0,5 mg/kg. Untuk menghitung batas penggunaan maksimum bahan tambahan makanan, digunakan rumus sebagai berikut

BPM = ADIxB x1.000 / K (mg / kg)

Di mana BPM = batas penggunaan maksimum  (mg/kg)

B = berat badan (kg)

K = konsumsi makanan (gr)

Contoh:

Hitung BPM bahan tambahan makanan yang mempunyai ADI 2 mg untuk konsumsi makanan harian yang mengandung bahan tersebut (1 kg) dan bobot badan 60 kg ?

Jawab

BPM = ADIxB x1.000 / K (mg / kg)

= 2 x 60 x 1.000 /1.000

= 120 mg/kg

Jadi batas penggunaan maksimum bahan tambahan makanan yang mempunyai ADI 2 mg untuk 1000 gr makanan yang dikonsumsi konsumen yang berbobot 60 kg adalah 120

8

Page 9: Final Klkk

mg/kg. Perlu diingat bahwa semakin kecil tubuh seseorang maka semakin sedikit bahan tambahan makanan yang dapat diterima oleh tubuh.

Pada pembahasan berikut disajikan pengaruh negatif dan bahan tambahan pangan langsung yang meliputi: monosodium glutamat, sakarin dan siklamat, zat antioksidan, tartrazin, asam benzoat, kalium sorbat, natrium nitrit dan zat penambah gizi serta batasan penggunaan senyawa-senyawa tersebut yang aman bagi kesehatan manusia.

C.MACAM-MACAM ZAT ADITIF

1. Zat PewarnaAdalah bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan

tersebut lebih menarik. Contoh pewarna alami:a. Anato (orange) b. Karamel (cokelat hitam) c. Klorofil (hijau) d. Beta karoten (kuning)

Contoh pewarna sintetik:

a. Bir berlian (biru)b. Coklat HT (coklat)c. Eritrosit (merah)d. Hijau FCF (hijau)

Nama Zat Pewarna dan Penyakit yang ditimbulkan :

1. Rhodamin B (pewarna tekstil)

Kanker dan menimbulkan keracunan pada paru-paru, tenggorokan, hidung, dan usus

2. Tartazine

Meningkatkan kemungkinan hyperaktif pada masa kanak-kanak.

3. Sunset Yellow

Menyebabkan kerusakan kromosom

4. Ponceau 4R

9

Page 10: Final Klkk

Anemia dan kepekatan pada hemoglobin.

5. Carmoisine (merah)

Menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.

6. Quinoline Yellow

Hypertrophy, hyperplasia, carcinomas kelenjar tiroid

2. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasaZat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma

makanan. Penyedap rasa dan aroma (flavour),penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester. Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum). Penguat rasa (flavour echancer). Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak dengan nama vetsin.

3. PengawetZat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman

atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Contoh bahan pengawet dan penggunaannya: Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap, acar ketimun dalam botol dan caos. Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju. Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan. Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.

Zat pengawet dimaksudkan untuk memperlambat oksidasi yang dapat merusak makanan. Ada dua jenis pengawet makanan yaitu alami dan sintetik (buatan). Pengawet yang paling aman adalah bahan-bahan alam, misalnya asam cuka (untuk acar), gula (untuk manisan), dan garam (untuk asinan ikan/telur). Selain itu beberapa bahan alam misalnya saja penambahan air jeruk atau air garam yang dapat digunakan untuk menghambat  terjadinya proses reaksi waktu coklat (browing reaction) pada buah apel.

Nama zat pengawet dan Penyakit yang ditimbulkan

1. Formalin :Kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan, penyakit jantung dan merusak sistem saraf.

2. Boraks :Mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan ginjal, serta gangguan pada otak dan hati.

10

Page 11: Final Klkk

3. Natamysin :Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.

4. Kalium Asetat :Kerusakan fungsi ginjal.

5. Nitrit dan Nitrat :Keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.

6. Kalsium Benzoate :Memicu terjadinya serangan asma.

7. Sulfur Dioksida :Perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi.

8. Kalsium dan Natrium propionate :Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.

9. Natrium metasulfat :Alergi pada kulit

4. Anti oksidanZat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi. Contoh:

Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging olahan, kaldu, dan buah kalangan. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak,minyak makan, margarin dan mentega.

5. Pengemulsi, pemantap, dan pengentalZat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi

yang homogen pada makanan. Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab

6. Pemutih dan pematang tepung Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung

sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan. Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat.

7. Pengatur keasaman Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan

derajat keasaman makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natriu bikarbonat

8. Anti kempal

11

Page 12: Final Klkk

Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)

9. Pengeras

Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh: aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada buah kalangan)

10. Sekuestran

Adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA

11. Penambah gizi

Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk memperbaiki gizi makanan. Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan vitamin D.

D.PENGARUH FORMALIN TERHADAP KESEHATAN

Formalin : adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Penggunaan Formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh prduk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya

1. Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.

2. Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.

3. Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.

4. Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah basi

12

Page 13: Final Klkk

Akhir-akhir ini formalin menjadi bahan pembicaraan karena disalahgunakan sebagai pengawet bahan makanan. Padahal banyak tersedia pengawet yang direkomendasikan untuk makanan dan minuman. Formalin bukan pengawet makanan dan sangat berbahaya bila dikonsumsi. Untuk mempertahankan kesegaran atau agar produk tahan lama, serta untuk memperbaiki rasa, aroma, penampilan fisik, dan warna.

Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan menjadi tengik akibat perubahan kimiawi. Namun, karena kurangnya pengetahuan tentang bahaya penggunaan BTP, para produsen makanan menggunakan BTP (pengawet) secara berlebihan. Jenis-jenis zat aditif yang dapat digunakan untuk makanan, termasuk pengawet, tercantum dalam buku Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Bidang Kesehatan. Pengawet boleh digunakan oleh perusahaan atau produsen makanan untuk mengawetkan bahan yang mudah rusak.

Akibat bagi manusia : Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0.1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.

Kalau terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.

Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.

Pembuatan: Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 °C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia

2 CH3OH + O2 → 2 H2CO + 2 H2O.

Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih panas, kira-kira 650 °C. dalam keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi

13

Page 14: Final Klkk

CH3OH → H2CO + H2.

Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.

Kegunaan lain Formaldehide (bahan Formalin):

Pengawet mayat Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.

Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca

Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.

Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan untuk pembuatan produk parfum.

Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.

Pencegah korosi untuk sumur minyak

Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.

Manfaat dan KegunaanFormalin selain harganya murah, mudah didapat dan pemakaiannya pun tidak sulit

sehingga sangat diminati sebagai pengawet oleh produsen pangan yang tidak bertanggung jawab. Hasil survei dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan, sejumlah produk pangan menggunakan formalin sebagai pengawet. Anjuran penggunaan formalin yang benar adalah:

(1) sebagai pembunuh kuman, sehingga banyak dipakai dalam pembersih lantai, pakaian, kapal dan gudang(2) pembasmi lalat dan serangga lainnya

14

Page 15: Final Klkk

(3) salah satu bahan dalam pembuatan sutera buatan, zat pewarna cermin kaca dan bahan peledak(4) pengeras lapisan gelatin dan kertas foto(5) bahan pembuatan pupuk urea, parfum, pengeras kuku dan pengawet produk kosmetik(6) pencegah korosi pada sumur minyak(7) bahan untuk insulasi busa(8) bahan perekat kayu lapis. Dalam konsentrasi kurang dari 1%, formalin digunakan sebagai pengawet dalam pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, sampo mobil, lilin, dan karpet.

Bahaya Formalin bagi Kesehatan Kasus pemakaian formalin pada tahu, ikan segar, ikan asin, dan produk makanan

lainnya menunjukkan kurangnya pengetahuan produsen serta minimnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan bahaya bahan aditif. Formalin tidak diperkenankan ada dalam makanan maupun minuman, karena dalam jangka panjang dapat memicu perkembangan sel-sel kanker. Formalin sangat berbahaya jika terhirup, tertelan atau mengenai kulit karena dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernapasan, reaksi alergi serta luka bakar.Bahaya Jangka Pendek (Akut)

1. Bila terhirup dapat menimbulkan iritasi, kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan, hidung, dan tenggorokan. Tanda-tanda lainnya adalah bersin, batuk-batuk, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.2. Bila terkena kulit akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa, dan terbakar.3. Bila terkena mata dapat menimbulkan iritasi sehingga mata memerah, sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat sehingga lensa mata rusak.4. Bila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, atau tidak sadar hingga koma. Selain itu juga terjadi kerusakan pada hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat, dan ginjal.

Bahaya Jangka Panjang (Kronis)1. Bila terhirup dalam jangka lama akan menimbulkan sakit kepala, gangguan pernafasan, batukbatuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal, dan sensitasi pada paru. Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang, gangguan haid dan kemandulan pada perempuan, serta kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.

15

Page 16: Final Klkk

2. Bila terkena kulit akan terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan radang kulit yang menimbulkan gelembung. Formalin telah disalahgunakan untuk mengawetkan beberapa produk pangan seperti daging ayam dan tahu.3. Bila terkena mata dapat menyebabkan radang selaput mata.4. Bila tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan, dan rasa gatal di dada.

Menghindari Produk BerformalinDeteksi formalin secara akurat baik secara kualitatif maupun kuantitatif hanya dapat

dilakukan di laboratorium. Namun demikian, untuk menghindarkan terjadinya keracunan, masyarakat harus dapat membedakan bahan/produk makanan yang mengandung formalin dan yang sehat. Beberapa ciri produk berformalin diuraikan berikut ini: Ikan asin

• Tahan lama pada suhu kamar (25°C), lebih dari 1 bulan. • Warna bersih dan cerah (tidakkuning kecoklatan).• Tekstur keras, tidak berbau khas ikan asin dan tidak mudah hancur.• Tidak dihinggapi lalat.

Ikan basah/udang• Insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang.• Warna putih bersih dengan tekstur yang kenyal.• Awet sampai 3 hari pada suhu kamar, tidak mudah busuk dan bau.Ayam potong• Warna putih bersih.• Awet dan tidak mudah busuk.

Tahu mentah• Tekstur kenyal, tidak padat tetapi tidak mudah hancur.• Awet sampai 3 hari pada suhu kamar, tahan sampai 15 hari dalam lemari es.• Aroma menyengat bau formalin (kadar 0,5-1,0 ppm).

Mi basah• Mengkilat, tidak lengket dan sangat berminyak.• Awet sampai 2 hari pada suhu kamar, tahan sampai 15 hari dalam lemari es.• Aroma menyengat (tidak berbau mi) dan tidak mudah basi.

Bakso• Tidak rusak selama 5 hari pada suhu kamar.• Tekstur sangat kenyal.

Bahaya penggunaan formalin dalam produk makanan bagi kesehatan tidak dapat dirasakan secara langsung. Namun, penggunaan dalam kurun waktu lama sangat mengkhawatirkan. Selain tahu, mi basah, ikan segar dan produk lainnya, masih banyak produk yang menggunakan formalin sebagai pengawet. BPOM telah menemukan 39 produk manisan dan permen yang beredar di pasaran mengandung formalin. Penggunaan zat aditif yang tepat akan melindungi konsumen dari risiko mengkonsumsi zat aditif yang berbahaya. Oleh karena itu, peredaran bahan aditif harus diawasi oleh BPOM. Pada label

16

Page 17: Final Klkk

kemasan harus dicantumkan dosis dan aturan penggunaan yang jelas, seperti halnya obat-obatan. Penggunaan formalin dan aditif lainnya yang salah oleh produsen yang nakal, mencirikan tidak adanya tanggung jawab dan sangat disesalkan. Sudah saatnya masyarakat kritis dan menambah pengetahuan mengenai BTP/zat aditif yang banyak digunakan dalam makanan dan minuman

E. PENGARUH Rhodamine B TERHADAP KESEHATAN

Penampilan makanan, termasuk warnanya, sangat berpengaruh untuk menggugah selera. Penambahan zat pewarna pada makanan bertujuan agar makanan lebih menarik. Zat pewarna sendiri secara luas digunakan di seluruh dunia. Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau dan daun jambu untuk warna merah. Pewarna alami ini aman dikonsumsi namun mempunyai kelemahan, yakni ketersediaannya terbatas dan warnanya tidak homogen sehingga tidak cocok digunakan untuk industri makanan dan minuman. Penggunaan bahan alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi pangan pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada produk pangan. Dengan demikian produsen bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen.Berikut ini beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada makanan (Syah et al. 2005) :

1. Untuk memberi kesan menarik bagi konsumen.

2. Menyeragamkan warna makanan dan membuat identitas produk pangan.

3. Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna. Dalam hal ini penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas yang rendah dari suatu produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila menggunakan zat pewarna yang berbahaya.

4. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan selama penyimpanan.

5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama produk disimpan.

Zat pewarna pada makanan secara umum digolongkan menjadi dua kategori yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna sintetis. Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari tanaman atau buah-buahan. Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama. Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur

17

Page 18: Final Klkk

dan aroma makanan. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis (Lee 2005).

Zat pewarna sintesis merupakan zat pewarna buatan manusia. Zat pewarna sintetis seharusnya telah melalui suatu pengujian secara intensif untuk menjamin keamanannya. Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memilliki variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Di samping itu penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan bila dihitung berdasarkan harga per unit dan efisiensi produksi akan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Para konsumen pun hendaknya selalu mendapatkan informasi tentang komponen-komponen yang terkandung dalam zat pewarna sintetis tersebut (Lee 2005).

Tabel perbedaan antara zat pewarna sintetis dan alami

Pembeda Zat pewarna Sintetis Zat pewarna alami

Warna yang dihasilkanLebih cerah

Lebih homogen

Lebih pudar

Tidak homogenVariasi warna Banyak Sedikit

Harga Lebih murah Lebih mahal

Ketersediaan Tidak terbatas Terbatas

Kestabilan Stabil Kurang stabil

Pemerintah sendiri telah mengatur penggunaan zat pewarna dalam makanan. Namun demikian masih banyak produsen makanan, terutama pengusaha kecil, yang menggunakan

18

Page 19: Final Klkk

zat-zat pewarna yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan, misalnya rhodamine B sebagai pewarna untuk tekstil atau cat yang pada umumnya mempunyai warna yang lebih cerah, lebih stabil dalam penyimpanan, harganya lebih murah dan produsen pangan belum menyadari bahaya dari pewarna tersebut.

Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat pewarna berbahaya. Rhodamine B termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan (Syah et al. 2005). Namun demikian, penyalahgunaan rhodamine B sebagai zat pewarna pada makanan masih sering terjadi di lapangan dan diberitakan di beberapa media massa. Sebagai contoh, rhodamine B ditemukan pada makanan dan minuman seperti kerupuk, sambal botol dan sirup di Makassar pada saat BPOM Makassar melakukan pemeriksaan sejumlah sampel makanan dan minuman ringan (Anonimus 2006).

Rhodamine B termasuk zat yang apabila diamati dari segi fisiknya cukup mudah untuk dikenali. Bentuknya seperti kristal, biasanya berwarna hijau atau ungu kemerahan. Di samping itu rhodamine juga tidak berbau serta mudah larut dalam larutan berwarna merah terang berfluorescen. Zat pewarna ini mempunyai banyak sinonim, antara lain D and C Red no 19, Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine dan Brilliant Pink B. Rhodamine biasa digunakan dalam industri tekstil. Pada awalnya zat ini digunakan sebagai pewarna bahan kain atau pakaian. Campuran zat pewarna tersebut akan menghasilkan warna-warna yang menarik. Bukan hanya di industri tekstil, rhodamine B juga sangat diperlukan oleh pabrik kertas. Fungsinya sama yaitu sebagai bahan pewarna kertas sehingga dihasilkan warna-warna kertas yang menarik. Sayangnya zat yang seharusnya digunakan sebagai pewarna tekstil dan kertas tersebut digunakan pula sebagai pewarna makanan.

Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena rhodamine B termasuk karsinogen yang kuat. Efek negatif lainnya adalah menyebabkan gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati (Syah et al. 2005). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa zat pewarna tersebut memang berbahaya bila digunakan pada makanan. Hasil suatu penelitian menyebutkan bahwa pada uji terhadap mencit, rhodamine B menyebabkan terjadinya perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan di sekitarnya mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan adanya piknotik (sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma (Anonimus 2006).

Dalam analisis yang menggunakan metode destruksi yang kemudian diikuti dengan analisis metode spektrofometri, diketahui bahwa sifat racun rhodamine B tidak hanya disebabkan oleh senyawa organik saja tetapi juga oleh kontaminasi senyawa anorganik terutama timbal dan arsen (Subandi 1999). Keberadaan kedua unsur tersebut menyebabkan rhodamine B berbahaya jika digunakan sebagai pewarna pada makanan, obat maupun

19

Page 20: Final Klkk

kosmetik sekalipun. Hal ini didukung oleh Winarno (2004) yang menyatakan bahwa timbal memang banyak digunakan sebagai pigmen atau zat pewarna dalam industri kosmetik dan kontaminasi dalam makanan dapat terjadi salah satu diantaranya oleh zat pewarna untuk tekstil.

F. PENGARUH MSG TERHADAP KESEHATAN

Meski pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang yang melarang produksi dan peredaran makanan yang tidak memenuhi standar kesehatan, namun dalam kenyataannya beragam jenis makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya masih beredar di pasaran.

Salah satu bahan penyedap makanan yang kerap dikonsumsi masyarakat adalah Monosodium Glutamate (MSG) atau yang biasa disebut vetsin atau michin. Ternyata dibalik kenikmatan vetsin atau MSG ini, disinyalir berbahaya bagi kesehatan tubuh terutama kesehatan anak-anak.

MSG adalah garam natrium (sodium) dari asam glutamat (salah satu asam amino non-esensial penyusun protein). MSG dijual sebagai kristal halus berwarna putih, dan penampakannya mirip gula pasir atau garam dapur. Glutamate adalah asam amino (amino acid) yang secara alami terdapat pada semua bahan makanan yang mengandung protein. Misalnya, keju, susu, daging, ikan dan sayuran. Glutamate juga diproduksi oleh tubuh manusia dan sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh dan fungsi otak. Setiap orang rata-rata membutuhkan kurang lebih 11 gram Glutamate per hari yang didapat dari sumber protein alami.

Monosodium Glutamate adalah zat penambah rasa pada makanan yang dibuat dari hasil fermentasi zat tepung dan tetes dari gula beet atau gula tebu. Ketika MSG ditambahkan pada makanan, dia memberikan fungsi yang sama seperti Glutamate yaitu memberikan rasa sedap pada makanan. MSG sendiri terdiri dari air, sodium dan Glutamate.

20

Page 21: Final Klkk

Secara sederhana MSG dibagi menjadi dua jenis, yakni alami dan buatan. MSG yang alami sehat untuk dikonsumsi. Sedangkan yang buatan, dan justru banyak beredar, sangat berpotensi mendatangkan gangguan kesehatan.

Jika digunakan secara berlebihan, MSG mempunyai efek negatif terhadap tubuh. 12 gram MSG per hari dapat menimbulkan gangguan lambung, gangguan tidur dan mual-mual. Bahkan beberapa orang ada yang mengalami reaksi alergi berupa gatal, mual dan panas. Tidak hanya itu saja MSG juga dapat memicu hipertensi, asma, kanker serta diabetes, kelumpuhan serta penurunan kecerdasan.

Sebelum tahun 60-an MSG digunakan golongan masyarakat baik ibu rumah tangga maupun restoran di Cina, Jepang, Korea, Thailand, Vietnam dan Myanmar. Takarannya pun sangat kecil sekali, yakni 1-2 korek kuping (setara dengan 30-60 Mg) untuk setiap porsi masakan ala Cina, mie atau bakso. pangsit. Makanan tradisionel dan lokal asli tidak menggunakan sama sekali, karena sudah terasa lezat dan gurih oleh ramuan bumbu rempah.

Pada dasarnya MSG tidak dibutuhkan untuk jenis masakan Indonesia karena sudah banyak bahan bahan yang membuat lezat pada makanan Indonesia, jika ditambah lagi MSG maka itu berarti berlebihan. Disamping itu, MSG berfungsi mengintensifkan rasa gurih dari produk daging daginganutamanya.

Jika pun diperlukan pengganti MSG biasanya adalah yeast extract (ekstrak khamir), atau moromi (hasil fermentasi kedele) atau bubuk kecap. Untuk itu, demi kesehatan tubuh kita terutama anak-anak, hindari penggunaan MSG yang berlebihan dalam masakan dan makanan dan sebaiknya mengganti penyedap masakan anda dengan garam dan gula atau tidak memakainya sama sekali.

G.PENGARUH BORAX TERHADAP KESEHATAN

Boraks adalah serbuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5.Penggunaan :

Boraks dipakai sebagai pengawet kayu, anti septik kayu dan pengontrol kecoa. Bahaya Boraks terhadap kesehatan diserap melalui usus, kulit yang rusak dan selaput lendir.

Efek toksik : kumulatif selama penggunaan berulang – ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :

a.    Tanda dan gejala akut :Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)

b.    Tanda dan gejala kronis -   Nafsu makan menurun-   Gangguan pencernaan

21

Page 22: Final Klkk

-   Gangguan SSP : bingung dan bodoh-   Anemia, rambut rontok dan kanker.

Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk.

Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf.

Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Jauhkan anak – anak kita dari makanan yang mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam makanan.

22

Page 23: Final Klkk

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penggunaan zat aditif (tambahan) dalam makanan dan minuman sangat berbahaya bagi kesehatan masyaratkan, terutama zat tambahan bahan kimia sintetis yang toksik dan berakumulasi dalam tubuh untuk jangka waktu yang relatif lama bagi yang menggunakannya.

Zat aditif adalah zat yang ditambahkan ke dalam makanan atau pun minuman yang bertujuan memberikan rasa, warna yang menarik, dan supaya makanan atau pun minuman tersebut dapat bertahan lama.

Keracunan makanan bisa disebabkan oleh karena kelalaian dan ketidaktahuan masyarakat dalam pengolahannya , seperti keracunan singkong.

Keracunan makanan bisa juga disebabkan oleh kondisi lingkungan yang memungkinkan mikroba untuk berkembang biak lebih cepat, seperti karena faktor fisik, kimia dan biologis.

B. SARAN

Bagi produsen makanan hendaknya jangan hanya ingin mendapat keuntungan yang besar tetapi juga memperhatikan aspek kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsinyayaitu dengan menggunakan zat aditf yang tidak membahayakan bagi kesehatan.

Bagi Dinas kesehatan Pengawasan makanan dan minuman hendaknya sebelum mengeluarkan nomor registrasi mengetahui kandungan zat yang ada didalamnya terutama yang membahayakan kesehatan.

Bagi instansi terkait hendaknya memberikan informasi kepada khalayak luas tentang bahan kimia atau zat tambahan yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam makanan dan minuman yang mengganggu kesehatan.

Usahakan bawa makanan dari rumah Biasakan sarapan agar tidak terlalu banyak jajan Banyak mengkonsumsi sayur, buah dan banyak minum air putih Olahraga teratur Cuci tangan sebelum makan Tidak jajan di luar kantin sekolah

23

Page 24: Final Klkk

Teliti sebelum membeli makanan :- Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. segarnya. Biasanya makanan yang mencolokwarnanya mengandung pewarna tekstil- Cicipi rasa makanan tersebut. Biasanya lidah kita juga cukup jeli membedakan mana makanan yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, misalnya sangat gurih dan membuat lidah bergetar biasanya makanan-makanan ini mengandung penyedap rasa dan penambah aroma berlebih.- Perhatikan kualitas makanan dan tanggal kadaluarsa. Apakah masih segar, atau malah sudah berjamur dan bisa menyebabkan keracunan.- Baui juga aromanya. Bau apek atau tengik menandakan bahwa makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.- Amati komposisinya. Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan makanan tambahan yang berbahaya yang bisa merusak kesehatan.- Ingat juga, kriteria aman itu bervariasi. Aman buat satu orang belum tentu aman buat yang lainnya. Bisa saja pada anak tertentu bahan pengawet ini menimbulkan reaksi alergi. Tentu saja reaksi semacam ini tidak akan muncul jika konsumennya tidak memiliki riwayat alergi.

24

Page 25: Final Klkk

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama,Prof.DR.MSc, Ilmu Gizi,Dian Rakyat, jilid II, Jakarta,

1989

Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 1992

Alan Berg and Robert J. Muscat, Faktor Gizi, Bharata Karya Aksara, Jakarta, 1987

A. Tresna Sastrawijaya, MSc,Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991

Majalah Kesehatan, edisi III, 1992

Sarudji, H. Didik,M.Sc. Prof. 2008. Kesehatan Lingkungan. Media Ilmu

www.gizi.net

25