filsafat ilmu (epistemologi)

14
1 EPISTEMOLOGI DALAM PANDANGAN IMMANUEL KANT (Disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester 1 matakuliah Filsafat Ilmu) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, S.U. Oleh: Nur Nissa Nettiyawati 13.2041.0213 KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014

Upload: nissa-de-saussure

Post on 08-Feb-2016

328 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

EPISTEMOLOGI DALAM PANDANGAN IMMANUEL KANT

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat ilmu (Epistemologi)

1

EPISTEMOLOGI DALAM PANDANGAN IMMANUEL KANT

(Disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester 1 matakuliah Filsafat Ilmu)

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, S.U.

Oleh:

Nur Nissa Nettiyawati

13.2041.0213

KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2014

Page 2: Filsafat ilmu (Epistemologi)

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia dikarunia akal untuk digunakan sebagaimana fungsinya, yaitu

berfikir. Dengan karunia tersebut, mereka dituntut untuk berfikir mengenai semua

hal yang ada di sekelilingnya. Berkali-kali al-Qur’an memerintahkan manusia

untuk berfikir. Jika berbicara mengenai berfikir, secara langsung kita juga

membincangkan filsafat. Ketika manusia berfikir, maka mereka disebut telah

berfilsafat. Terdapat tiga hal pokok yang muncul saat manusia berfikir, yaitu:

pertama, tentang hal yang menjadi bahasan atau disebut ontologi. Kedua, hal

tentang pengetahuan akan kebenaran sejati yang menjadi bahasan atau disebut

epistemologi. Ketiga ialah hal tentang nilai yang menjadi bahasa atau disebut

dengan aksiologi.

Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat. Pokok kajian

epistemologi akan sangat menonjol jika dikaitkan dengan pembahasan mengenai

hakekat epistemologi itu sendiri. Secara linguistik, kata epistemology berasal dari

bahasa Yunani yaitu Episteme yang artinya pengetahuan. Sedangkan kata logos

berarti teori, uraian atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang

pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of

knowledge. Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori

pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia lazim disebut filsafat

pengetahuan. Secara terminologi, epistemologi adalah teori mengenai hakekat

ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan. Dengan kata lain

epistemologi dapat diartikan sebagai cabang filsafat yang mengkaji asal mula,

struktur, metode, dan validiti pengetahuan.

Menurut Hamlyn, epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat

yang berurusan dengan hakekat dan lingkungan pengetahuan, pengandaian-

Page 3: Filsafat ilmu (Epistemologi)

3

pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan

mengenai pengetahuan yang dimiliki1. Masalah-masalah yang berkaitan dengan

epistemologi adalah:

1. Filsafat, sebagai cabang filsafat yang berusaha mencari hakekat dan

kebenaran pengetahuan.

2. Metode, sebagai metode bertujuan mengatur manusia untuk memperoleh

pengetahuan.

3. Sistem, sebagai suatu sistem yang bertujuan memperoleh realitas

kebenaran pengetahuan itu sendiri.

Jika epistemologi merupakan sebuah metode untuk memperoleh sebuah

pengetahuan, maka untuk mencapai tujuan tersebut harus mengetahui metode-

metode yang dimaksud. Dalam pembahasan kali ini, kami akan mencoba

menjelaskan yang dimaksud dengan epistemologi dan masalah-masalah yang ada

di dalam kajian tersebut. Selain itu kami akan mencoba mengulas sebuah

pemikiran mengenai epistemologi salah satu tokoh.

B. Tujuan Pembahasa

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dipaparkan tujuan pembahasan

kami. Diharapkan dengan adanya tujuan pembahasan ini, dapat membatasi

pembahasan yang lebih jauh. Adapun tujuan pembahasan kali ini adalah:

1. Mengetahui epistemologi sebagai bidang kajian filsafat.

2. Mengetahui epistemologi dalam pandangan Immanuel Kant.

1 Amsal Bakhtiar, Filasafat Ilmu, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 148.

Page 4: Filsafat ilmu (Epistemologi)

4

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian dan Sejarah Epistemologi

Epistemologi merupakan salah satu kajian filsafat yang berkaitan dengan

pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi merupakan teori pengetahuan2. Dari

segi bahasa, epistemologi merupakan istilah yang berasal dari dua bahasa Yunani

episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Dari dua istilah

tersebut, maka epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan.

Penekanan epistemologi adalah pengetahuan manusia, sebagai makhluk berakal

dan berperadaban. Kajian epistemologi mencakup pembahasan dan penelusuran

wilayah pengetahuan secara rasional. Proses yang dilakukan untuk membahas dan

menelusuri pengetahuan diartikan sebagai upaya dalam mencari akar

permasalahan terkait ide, dan gagasan yang berhubungan dengannya, seperti

indera, memori, persepsi, bukti-bukti, kepercayaan dan kepastian.

Epistemologi merupakan sebuah penelusuran rasional, berkaitan dengan

kemungkinan dan kepastian isi pengetahuan, menguji validitas, menentukan

batas-batas, dan memberikan kritik berkaitan dengan ciri-ciri umum yang hakiki

dari pengetahuan. Epistemologi juga menentukan aspek kesadaran manusia ketika

berinteraksi dengan lingkungan, alam sekitar dan terlebih dengan diri pribadi

manusia itu sendiri. Dalam perkembangannya, masalah epistemologi menduduki

porsi signifikan dalam wacana filsafat Barat. Kajian epistemology memang telah

dikaji dan diperdebatkan oleh para filsuf selama ribuan tahun, namun ternyata

epistemology tidak menjadi persoalan yang pertama kali diperbincangkan oleh

bapak filsafat Barat, Thales (645-545 SM). Fokus pemikiran Thales adalah

2 Thomas Mautner, The Penguin Dictionary of Philosophy, London, Penguin Books Ltd.,

2000, hlm. 174.

Page 5: Filsafat ilmu (Epistemologi)

5

tentang pokok penyusun alam semesta3. Ia berusaha menemukan suatu realitas

primordial4, yang disebut arche. Namun karena tidak meninggalkan karya,

pemikiran Thales hanya dapat dijumpai dari karya-karya para pemikir

sesudahnya.

Perkataan Thales di atas cukup dikenal para sarjana pengkaji filsafat Barat,

yang sebenarnya merupakan kutipan yang tidak utuh. Kalimat selengkapnya

berbunyi, “semua adalah air, dan dunia penuh dengan dewa-dewa”5. Dari

ungkapan Thales tersebut, dapat diketahui bahwa perhatiannya bukanlah

epistemologi, melainkan ontologi. Dalam pemikirannya, Thales mencoba

memecahkan masalah tentang asas penyusun alam, tanpa meninggalkan

kepercayaan tentang dzat adikodrati. Ia menganggap air sebagai sumber

kehidupan, dengan begitu dia mengatakan bahwa semua yang ada di dunia

berawal dari air6.

Perdebatan ranah epistemology tidak dimulai sebelum aba ke-5 SM. Meskipun

sebelum abad ke-5 SM., telah ada rumusan dari dua tokoh, yaitu Parmenides dan

Heraklitos, namun penalaran secara mendalam belum terbentuk secara utuh.

Kendati demikian, mereka telah memainkan peran yang besar dalam wacana

filsafat di kemudian hari. Kedua sering dianggap mewakili dua kecenderungan

yang berlainan. Parmenides (lahir 540 SM) dikategorikan sebagai pioneer

kelompok rasionalis, sedangkan Herakleitos (540-480 SM) merupakan kelompok

empiris. Parmenides menganggap pengetahuan manusia diperoleh dari

kemampuan akal. Adapun Heraklitos menganggap pengalaman sebagai sumber

pengetahuan7. Pengetahuan bagi keduanya merupakan keniscayaan, dengan kata

lain siapapun dapat memperoleh pengetahuan.

3 W. Wildelband, History of Ancient Philosophy, trans., Herbert Ernest Cushman (New

York: Dover Publication Inc., 1956), hlm. 37. 4 Thomas Mautner (ed.), The Penguin Dictionary of Pholosophy, hlm. 458.

5 Jerome R. Ravert, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Pembahasan, terj. Saut

Pasaribu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 7. 6 McKeon (ed.), Introduction to Aristotle, New York: Random House, Inc., 1947, hlm. 250.

7 D.W. Hamlyn, Epistemology, in Paul Edwards, ed., The Encyclopedia of Philosophy, vol.,

III, New York, Macmillan Publishing Co., Inc., and The Free Press, 1972, hlm. 9.

Page 6: Filsafat ilmu (Epistemologi)

6

Selama berabad-abad berikutnya, pemahaman tentang pengetahuan itu tetap

terpelihara dan terjamin seutuhnya dalam pola pikir masyarakat Yunani hingga

abad ke 5 SM. Pada abad tersebut, pandangan mengenai pengetahuan di atas

mendapatkan kritikan dari kaum Sofis. Mereka adalah kalangan terpelajar yang

memulai menyebarkanluaskan filsafat ke tengah-tengah masyarakat8. Seni

berdebat adalah salah satu yang diajarkan kaum Sofis, termasuk mata pelajaran

favorit. Di antara mereka adalah guru dan teladan berilmu. Jasa kaum Sofis adalah

menyebarluaskan dan memelihara ide-ide besar dalam bidang saintifik yang sudah

ada di Yunani. Mereka disebut-sebut sebagai pembawa pertama dan terutama

terjadinya pencerahan Yunani9.

Secara etimologis, Sofisme berasal dari kata Yunani sophisma dari asal kata

sophizo yang berarti “saya bijaksana”. Kemudian kata sophistes berarti “orang

yang melakukan kebijaksanaan” dan kata sophos berarti “orang bijak”. Saat ini,

kata Sofisme telah mengalami perubahan arti menjadi “argumentasi salah yang

kelihatan valid”, sebuah arti yang sangat berbeda dari makna aslinya. Kaum sofis

tidak memberikan kaidah baku terkait masalah epistemologi, sehingga apa yang

diajukan terjerumus ke dalam relativisme. Inilah batu sanding kaum sofis.

Kebebasan yang digembor-gemborkan oleh para kaum Sofis malah menarik

mereka pada gerbang kegagalan. Karena kebebasan, mereka lupa untuk memberi

batasan dari kebebasan tersebut. Sikap mereka inilah yang menyebabkan

masyarakat Yunani berangsur-angsur beralih memihak Socrates dan para

muridnya (470-399 SM). Wacana epistemologi pada babak berikutnya

dirumuskan lebih jelas oleh Plato (428-347 SM), seorang murid Socrates yang

paling setia.

Plato merupakan orang pertama yang mengajukan pertanya mendasar tentang

epistemologi: “apa yang bisa kita ketahui?”10

. paparan epistemology dalam

pembahasan selanjutnya, lebih diarahkan kepada masa tertentu sejak perumusan

8 W. Wildelband, History of Ancient Philosophy, hlm. 110.

9 Ibid., hlm. 111.

10 Robert Ackermann, Theories of Knowledge: A Critical Introduction, New York:

McGraw-Hill Company, 1965, hlm. 14.

Page 7: Filsafat ilmu (Epistemologi)

7

awalnya, dan langsung dilarikan ke zaman modern. Periodesasi ini dipilih,

mengingat akar sejarah kemunculannya sangat diperlukan guna memetakan

perkembangannya dari awal, dan zaman di saat perdebatan itu begitu ramai ketika

Immanuel Kant hidup. Sebagaimana disebutkan Bertrand Russel, filsafat pada

masa itu berada di bawah kendali agama Kristen. Filsafat digunakan untuk

membentengi peran agama sebagai alat penalaran yang memperkokoh iman11

.

11

Bertrand Russel, History of Western Philosophy and Its Connection With Political and Social Circumstances from the Earliest Times to the Present Day, London: George Allen and Unwin Ltd., 1961, hlm. 303-306.

Page 8: Filsafat ilmu (Epistemologi)

8

BAB III

PEMBAHASAN

A. Emmanuel Kant

Immanuel Kant lahir pada 22 April 1724 di Konigsberg, sebuah kota tempat

berlabuhnya perdagangan internasional Prussia. Wilayah ini terletak di sebelah

timur kerajaan Prussia, dekat dengan perbatasan Rusia, dan lebih dekat dengan

Polandia dari pada dengan Prussia Barat. Banyak bangunan institusi-institusi

resmi didirikan di kota ini. kota Konigsberg12

berpenduduk sekitar 40.000 jiwa di

tahun 1706, meningkat menjadi 50.000 jiwa di tahun 1770, dan terus meningkat

menjadi 56.000 jiwa di tahun 178613

. Kant terlahir dengan nama babtis

“Emmanuel”, dari pasangan Johann Georg Kant dna Anna Regina Kant. Ia

merupakan anak ke-4 dari Sembilan bersaudara. Sebagai anak pembuat pelana

kuda, kehidupan Kant sangat jauh dari kemewahan. Kant dibesarkan dalam

suasana kehidupan yang dipenuhi dengan ketaatan Puritanisme. Kelak ia merasa

sangat berhutang budi atas didikan ibunya, yang selalu mengajarkannya nilai-nilai

kebaikan dan kejujuran.

Setelah menyelesaikan sekolah menengahnya, Kant melanjutkan studi ke

universitas kota Konigsberg pada tahun 1740. Selama kuliah, Kant menjadi

anggota masyarakat akademis, yang memungkinkannya terbebas dari beban biaya

menggunakan inventaris kampus dan beberapa kauntungan lainnya14

. Minat

awalnya selama kuliah adalah studi klasik, tetapi Kant ternyata lebih terobsesi

menggeluti filsafat berkat pengaruh Martin Knutzen dan Johann Gottfried Teske.

Meskipun demikian, mereka berdua hanyalah dosen biasa dan tidak ada

hubungannya dengan Kant.

12

Kota Konigsberg telah berubah nama menjadi Kaliningrad. Sekarang kota itu termasuk dalam wilayah Polandia, Paul Strathern, 90 Menit Bersama Kant., terj., Franz Kowa, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001, hlm. 3.

13 Manfred Kuehn, Kant: A Biography, hlm. 56.

14 Ibid., hlm. 371

Page 9: Filsafat ilmu (Epistemologi)

9

Semasa kuliah, Kant bukanlah seoranng mahasiswa yang menjadi idola bagi

gadis-gadis Jerman15

. Secara fisik, penampilan Kant kurang menarik. Kulit pucat

dengan tinggi badannya 157 cm, sepanjang hayat menderita hypochondria,

dadanya tipis dan sering kesulitan bernafas16

. Pada masa kuliah filsafat, Kant

cenderung mengikuti arah pemikiran Christian Wolff. Hal ini tanpa mengingkari

beberapa dosen yang menyukai sistem Aristotelian, seperti Johann Adam

Gregorovious. Pemikir seperti Descartes dan Locke adalah tokoh-tokoh yang

lebih banyak diserang17

. Tidak mengherankan jika Kant pada awalnya lebih

diarahkan kepada sistem Wolffian, berkat dosen-dosennya. Namun pada

kenyataannya, pada masa mudanya ia malah manjaga jarak dari sistem manapun.

Kant berusaha independent dengan pemikirannya sendiri.

Setelah enam tahun absen untuk menjadi guru, Kant kembali ke universitas

dengan mengajukan disertasinya berjudul, Succint Meditations on Fire (Meditasi-

meditasi Ringkas tentang Api)18

. Pamannya Richter, membayar biaya promosi

doktornya. Untuk mengajar di universitas, Kant harus menerima “venia legendi”,

dengan mempertahankan disertasi lain yang berjudul, “Principiorum Primorum

Cognitionis Metaphysicae Nove Diludation” (Penjelasan Baru tentang Prinsip-

prinsip Pertama Pengetahuan Metafisik). Kemudian ia diterima untuk mengajar di

universitas tersebut. Pengaruhnya sangat popular dalam atmosfer akademik

Konigsberg.

Pada tanggal 12 Februari 1804, Kant menghembuskan nafasnya yang terakhir,

dua bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-80. Nisannya sekarang ada di kota

Kaliningrad. Tapi nisan itu sudah tidak berisi tulang-belulangnya lagi, akibat

rusak dan dicuri ketika perang19

. Di nisan itu tertulis dua hal yang memenuhi

pikirannya dengan kekaguman, penghormatan, dengan begitu sering dan terus-

15

Pada zaman Kant, kehidupan antara laki-laki dan perempuan Jerman terpisahkan secara gender. Itulah mengapa, ia seperti orang-orang di masanya, jarang bergaul dengan lawan jenis mereka. Kehidupan perempuan Jerman saat itu, diarahkan pada tiga hal: Kinder, Kuche, und Kirche (anak-anak, dapur, dan gereja). Manfred Kuehn, Kant: A Biography, hlm. 55.

16 Manfred Kuehn, Kant: A Biography, hlm. 151.

17 Ibid., hlm. 67.

18 Ibid., hlm. 100.

19 F. Budi Hardiman, Filsafat Modern, hlm. 132.

Page 10: Filsafat ilmu (Epistemologi)

10

menerus orang-orang merefleksikannya. Pengakuan tentang hal yang paling

membuatnya terkesan, seperti disebutkan dalam karyanya, Kritik der Practischen

Vernunft: “langit yang bertabur bintang di atas saya dan hukum moral dalam diri

saya”

B. Pemikiran dan Karya-karya Emmanuel Kant

Periode pra-kritis Kant berakhir sejak 1769, memasuki tahun 1770. Dalam

masa pra-kritis itu, pemikiran Kant terbagi menjadi dua: pertama, berlangsung

sejak 1755-1762, dikenal sebagai periode rasionalis; kedua, antara tahun 1762-

1769, dikategorikan sebagai metode empiris. Sejak tahun 1770, Kant berusaha

keras menghasilkan suatu pemikiran orisinilnya. Ia mencari sistem filsafat yang

terbebas dan mengatasi, baik rasionalisme maupun empirisme. Selama sebelas

tahun ia terus berusaha keras, ia menggugat pandangan Leibbiz-Wolffian, dan

semua sistem yang ada saat itu. Pada tahun 1781, edisi pertamanya muncul

dengan judul Kritik der Reinen Vernunft. Semenjak saat itu, pemikiran-pemikiran

Kunt terus bermunculan. Berikut adalah karya-karya pemikiran Kunt:

1. Kritik der Reinen Vernunft (1781), merupakan karya filsafat yang

membahas masalah epistemology. Dalam karya ini Kant berupaya

membongkar masalah-masalah yang tidak selesai seputar pengetahuan. Ia

merumuskan sistem baru, dengan terlebih dahulu mengkritik aliran

rasionalisme dan empirisme.

2. Prolegomena zu Einer Jeden Kunfrigen Metaphyik (1783), dengan tulisan

ini, Kunt bermaksud menjadikannya sebagai sebuah catatan singkat untuk

bisa memahami pembahasan dalam Kritik der Reinen Vernunft. Karena

penjelasan yang sulit dengan gaya bahasa yang bertele-tele, karya tersebut

dapat memudahkan para pembaca dalam memahami isi Kritik der Reinen

Vernunft, yang kerap mengundang banyak keluhan.

3. Was ist Aufklarung? (1784), esai ini diterbitkan Berlinische Monatschrift,

ditulis untuk menjawab seputar pertanyaan tentang pencerahan yang

terjadi pada abad ke-18 di Eropa.

Page 11: Filsafat ilmu (Epistemologi)

11

4. Grundlegung zur Metaphysik der Sitten (1785), sebuah paparan

argumentative tentang dasar-dasar hukum moral.

5. Metaphysik Anfangsgrunde der Naturwissenschaften (1786), sebagai

pengajar fisika, Kunt merasa perlu menjelaskan prinsip-prinsip kaidah

ilmu pengetahuan alam yang ia pegang. Lewat inilah, ia menjelaskan hal

itu.

6. Was Heisst: Sic him Denken Orientiren? (Oktober, 1786), ulasan dalam

karya ini berisi kontribusi Kunt terkait persoalan paham panteisme yang

melanda kalangan sarjana abad ke-18, diterbitkan dalam Berlinische

Monatschrift.

7. Kritik der Practischen Vernunft (1788), lewat karya ini, Kant berusaha

merumuskan bahwa kaidah moral tidak semata masalah agama dan hati,

melainkan termasuk bagian urusan pemahaman rasional.

8. Kritik der Urteilkraft (1790), karya ini merupakan kritik ketiga yang berisi

pembahasan seputar penilaian nilai estetika.

9. Uber das Miblingen aller Philosophischen Versuche in der Theodicee

(September, 1791), sebuah esai yang berisi paparan tentang masalah

agama dalam batas-batas rasional, diterbitkan dalam Berlinische

Monatschrift.

10. Das Ende aller Dinge (Juni, 1794), berisi kritik filsafat politik Kant

terhadap situasi saat itu. Karya ini diterbitkan Berlinische Monatschrift.

11. Zum ewigen Frieden (1795), sebuah esai yang menjelaskan tentang basis

moral, melukiskan perkembangan sejarah dan politik.

12. Der Streit der Fakultaten (terbit pada musim gugur tahun 1795), esai ini

ditulis Kant berkenaan dengan pengekangan pemerintah terhadap

kebebasan menyuarakan pendapat tentang masalah agama.

13. Metaphysische Anfangsgrunde der Rechtslehre dan Metaphysische

Anfangsgrunde der Tugendlehre (1797), kedua esai ini berupa bagian

karya Metaphysik der Sitten, berisi penjelasan Kant tentang metafisika

moral. Yang pertama berbicara tentang elemen-elemen dalam pembahasan

Page 12: Filsafat ilmu (Epistemologi)

12

metafisika moral yang seharusnya, sedangkan yang kedua menjelaskan

tentang kebijaksanaan dalam moral.

Antara tahun 1796-1804 adalah masa-masa terakhir bagi kehidupan Kant.

Sejak 1797 ia sudah tidak bisa mengajar lagi, karena usia tua dan sakit. Pikirannya

masih tajam, tapi secara fisik ia sangat lemah. Sejak tahun 1800, Kant mulai

melupakan kejadian-kejadian yang baru saja dilakukannya, dan lupa apa yang

harus dilakukan. Pada periode ini banyak bermunculan kisah-kisah menggelikan

yang berkaitan dengan Kant, misalnya analisisnya tentang kematian kucing-

kucing karena sengatan listrik, orang negro Afrika yang sebenarnya berkulit putih,

dan sebagainya.

Page 13: Filsafat ilmu (Epistemologi)

13

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat. Pokok kajian

epistemologi akan sangat menonjol jika dikaitkan dengan pembahasan mengenai

hakekat epistemologi itu sendiri. Secara linguistik, kata epistemology berasal dari

bahasa Yunani yaitu Episteme yang artinya pengetahuan. Sedangkan kata logos

berarti teori, uraian atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang

pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of

knowledge. Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori

pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia lazim disebut filsafat

pengetahuan. Secara terminologi, epistemologi adalah teori mengenai hakekat

ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan. Dengan kata lain

epistemologi dapat diartikan sebagai cabang filsafat yang mengkaji asal mula,

struktur, metode, dan validiti pengetahuan.

Immanuel Kant lahir pada 22 April 1724 di Konigsberg, sebuah kota tempat

berlabuhnya perdagangan internasional Prussia. Wilayah ini terletak di sebelah

timur kerajaan Prussia, dekat dengan perbatasan Rusia, dan lebih dekat dengan

Polandia dari pada dengan Prussia Barat. Periode pra-kritis Kant berakhir sejak

1769, memasuki tahun 1770. Dalam masa pra-kritis itu, pemikiran Kant terbagi

menjadi dua: pertama, berlangsung sejak 1755-1762, dikenal sebagai periode

rasionalis; kedua, antara tahun 1762-1769, dikategorikan sebagai metode empiris.

Sejak tahun 1770, Kant berusaha keras menghasilkan suatu pemikiran orisinilnya.

Ia mencari sistem filsafat yang terbebas dan mengatasi, baik rasionalisme maupun

empirisme. Selama sebelas tahun ia terus berusaha keras, ia menggugat

pandangan Leibbiz-Wolffian, dan semua sistem yang ada saat itu. Pada tahun

1781, edisi pertamanya muncul dengan judul Kritik der Reinen Vernunft.

Semenjak saat itu, pemikiran-pemikiran Kunt terus bermunculan.

Page 14: Filsafat ilmu (Epistemologi)

14

DAFTAR PUSTAKA

Ackermann, Robert, 1965, Theories of Knowledge: A Critical Introduction, New

York: McGraw-Hill Company.

Bakhtiar, Amsal, 2010, Filasafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hamlyn, D.W., 1972, Epistemology, in Paul Edwards, ed., The Encyclopedia of

Philosophy, vol., III, New York, Macmillan Publishing Co., Inc., and The

Free Press.

Hardiman, F. Budi, Filsafat Modern.

Kuehn, Manfred, Kant: A Biography.

Mautner, Thomas, 2000, The Penguin Dictionary of Philosophy, London: Penguin

Books Ltd.

McKeon (ed.), 1947, Introduction to Aristotle, New York: Random House, Inc.

Ravert, Jerome R., 2004, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Pembahasan,

terj. Saut Pasaribu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Russel, Bertrand, 1961, History of Western Philosophy and Its Connection With

Political and Social Circumstances from the Earliest Times to the Present

Day, London: George Allen and Unwin Ltd.

Strathern, Paul, 2001, 90 Menit Bersama Kant., terj., Franz Kowa, Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Wildelband, W., 1956, History of Ancient Philosophy, trans., Herbert Ernest

Cushman, New York: Dover Publication Inc.