filosofi batik

7
1. Sido Luhur Jenis : Batik Kraton. Daerah : Kraton Surakarta. Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin). Makna : Mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan ragawi dengan

Upload: riani-dea-pratiwi

Post on 20-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

berbagai macam jenis batik dengan penjelasan filosinya dan asal daerahnya

TRANSCRIPT

Page 1: Filosofi Batik

1. Sido Luhur

Jenis : Batik Kraton.

Daerah : Kraton Surakarta.

Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin).

Makna : Mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari

keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan

ragawi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya.

Sementara keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk keluhuran non materi. Orang

Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran.

Page 2: Filosofi Batik

2. Motif Truntum

Mengandung makna tumbuh & berkembang. Demikianlah, orang Jawa selalu mendambakan

bagi setiap keluarga baru supaya segera mempunyai keturunan yg akan dpt menggantikan

generasi sebelumnya. Generasi baru itulah yg akan menjadi tumpuan setiap keluarga baru yg

baru menikah utk meneruskan segala harapan& cita-cita keluarga sekaligus sebagai generasi

penerus secara biologis yg mewarisi sifat-sifat keturunan dari sebuah keluarga baru. Harapan itu

selalu muncul saat keluarga baru terbentuk. Ungkapan2 seperti segera mendapatkan keturunan

yg solih & solihah, berguna bagi keluarga, masyarakat, agama, & negara sering terdengar saat

ada upacara pernikahan. Sebab memang dari keluarga baru itulah diharapkan akan berkembang

keluarga-keluarga baru lainnya. Sementara sumber lain mengatakan bahwa motif truntum ini

awal mulanya diciptakan oleh kerabat kerajaan Surakarta yg sedang sedih hatinya karena merasa

diabaikan oleh raja. Di tengah kesendirian itulah ia melihat di langit di tengah malam banyak

bintang gemerlap menemani dirinya dlm kesepian. Insipirasi itulah yang ditangkap dan

dituangkan dlm motif batik.

Page 3: Filosofi Batik

3. Motif Megamendung

Pada bentuk Megamendung bisa kita lihat garis lengkung yang beraturan secara teratur dari

bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar)

menunjukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang

beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan

turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar/menjalani kehidupan

sosial agama) dan pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali

kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) pada akhirnya kembali

ke asalnya (sunnatullah). Sehingga bisa kita lihat bentuk megamendung selalu terbentuk dari

lengkungan kecil yang bergerak membesar terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi

menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus. Terlepas dari makna filosofi bahwa

Megamendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehinga bentuknya harus

menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung

megamendung harus bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian

warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan. 

Page 4: Filosofi Batik

4. Parang Barong

Motif batik ini berasal dari kata “batu karang” dan “barong” (singa). Parang Barong merupakan

parang yang paling besar dan agung, dan karena kesakralan filosofinya motif ini hanya boleh

digunakan untuk Raja, terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan dan meditasi.

Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanya krakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman

jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya, dan kesadaran sebagai seorang manusia

yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta. Kata barong berarti sesuatu yang besar, dan ini

tercermin pada besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif Parang Rusak Barong ini

merupakan induk dari semua motif parang. Motif ini mempunyai makna agar seorang raja selalu

hati-hati dan dapat mengendalikan diri

Page 5: Filosofi Batik

5. Motif Batik Sawat

Sawat berarti melempar. Pada zaman dahulu orang Jawa percaya para dewa sebagai

kekuatan yang mengendalikan alam semesta. Salah satunya adalah Batara Indra yang

bersenjata wajra atau bajra, yang berarti thathit (kilat). Senjata tersebut digunakan dengan

cara melemparkannya (Jawa: nyawatake). Bentuk senjata tersebut menyerupai seekor ular

yang bertaring dan bersayap (Jawa : mawa lar).  Bila dilemparkan ke udara, senjata ini

akan menyambar - nyambar dan mengeluarkan suara yang sangat keras dan

menakutkan.Walaupun menakutkan, wajra juga mendatangkan kegembiraan sebab

dianggap sebagai pembawa hujan. Senjata pusaka batara indra ini diwujudkan dalam

motif batik berupa sebelah sayap dengan harapan agar si pemakai selalu mendapatkan

perlindungan dalam hidupnya.