filantropi berbasis lingkungan: menuju...

15
1 | Page FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU KEMASLAHATAN EKONOMI Khairul Imam Jl. Brigjend Katamso No.136 Pangenrejo Purworejo 54115 Jawa Tengah email: [email protected] HP: 081392313191 1. Pendahuluan Keunikan pendekatan sistem ekonomi Islam terletak pada sistem moral yang mewarnai tingkah laku ekonomi, dimana segala aspek kehidupan, termasuk ekonomi berjalan secara integral (kesatuan, keseimbangan, keadilan, kebebasan dan pertang-gungjawaban). Islam menerapkan nilai-nilai intrumental dan norma- norma operasional yang diterapkan dalam pembentukan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat. Islam menetapkan landasan filsafat ilmu pada nilai-nilai al-Quran dan Hadits, dimana dengan landasan iman dan panduan al-Quran dan Hadits, dapat menemukan nilai moral yang diyakini sebagai suatu kebenaran mutlak dan dapat menjadi panduan ekonomi bagi manusia (Nazaruddin, 2013:2) Dalam Islam, motif aktivitas ekonomi lebih diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar (needs) yang tentu ada batasnya, meskipun bersifat dinamis sesuai tingkat ekonomi masyarakat pada saat itu. Selain itu, kepuasan dalam Islam tidak hanya terbatas pada materi, tetapi juga tergantung pada sesuatu yang bersifat abstrak, seperti amal saleh yang dilakukan manusia. Oleh karena itu, perilaku ekonomi dalam Islam tidak didominasi oleh nilai alami yang dimiliki oleh setiap individu manusia, tetapi ada nilai di luar diri manusia yang kemudian membentuk perilaku ekonomi mereka, yaitu Islam itu sendiri yang diyakini sebagai tuntunan utama dalam hidup dan kehidupan manusia (Ascarya, 2006:4). Aturan dalam ekonomi Islam adalah aturan yang bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan Allah SWT, sesama manusia, makhluk hidup lain, lingkungan dan tujuan hidup manusia. Sedangkan pada sistem ekonomi lain tidak terdapat aturan-aturan yang menetapkan aturan perilaku manusia tersebut. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang lahir dari sistem sosial Islami yang diharapkan dapat memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan ekonomi masyarakat (Mannan, 1997: 357).

Upload: dangdung

Post on 06-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

1 | P a g e

FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN:

MENUJU KEMASLAHATAN EKONOMI

Khairul Imam

Jl. Brigjend Katamso No.136 Pangenrejo Purworejo 54115 Jawa Tengah

email: [email protected] HP: 081392313191

1. Pendahuluan

Keunikan pendekatan sistem ekonomi Islam terletak pada sistem moral yang

mewarnai tingkah laku ekonomi, dimana segala aspek kehidupan, termasuk

ekonomi berjalan secara integral (kesatuan, keseimbangan, keadilan, kebebasan

dan pertang-gungjawaban). Islam menerapkan nilai-nilai intrumental dan norma-

norma operasional yang diterapkan dalam pembentukan lembaga-lembaga ekonomi

masyarakat. Islam menetapkan landasan filsafat ilmu pada nilai-nilai al-Quran dan

Hadits, dimana dengan landasan iman dan panduan al-Quran dan Hadits, dapat

menemukan nilai moral yang diyakini sebagai suatu kebenaran mutlak dan dapat

menjadi panduan ekonomi bagi manusia (Nazaruddin, 2013:2)

Dalam Islam, motif aktivitas ekonomi lebih diarahkan pada pemenuhan

kebutuhan dasar (needs) yang tentu ada batasnya, meskipun bersifat dinamis sesuai

tingkat ekonomi masyarakat pada saat itu. Selain itu, kepuasan dalam Islam tidak

hanya terbatas pada materi, tetapi juga tergantung pada sesuatu yang bersifat

abstrak, seperti amal saleh yang dilakukan manusia. Oleh karena itu, perilaku

ekonomi dalam Islam tidak didominasi oleh nilai alami yang dimiliki oleh setiap

individu manusia, tetapi ada nilai di luar diri manusia yang kemudian membentuk

perilaku ekonomi mereka, yaitu Islam itu sendiri yang diyakini sebagai tuntunan

utama dalam hidup dan kehidupan manusia (Ascarya, 2006:4).

Aturan dalam ekonomi Islam adalah aturan yang bersumber pada kerangka

konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan Allah SWT, sesama manusia,

makhluk hidup lain, lingkungan dan tujuan hidup manusia. Sedangkan pada sistem

ekonomi lain tidak terdapat aturan-aturan yang menetapkan aturan perilaku

manusia tersebut. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang lahir dari

sistem sosial Islami yang diharapkan dapat memberikan solusi terhadap berbagai

permasalahan ekonomi masyarakat (Mannan, 1997: 357).

Page 2: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

2 | P a g e

Teks-teks keagamaan telah memuat banyak sekali pesan yang berkaitan

dengan bidang kehidupan ekonomi, baik secara eksplisit maupun implisit. Hanya

saja secara keseluruhan aksentuasi dari nash-nash tersebut lebih pada ajaran-ajaran

atau pesan-pesan moral universalnya, sesuai dengan semangat dasar al-Qur’an itu

sendiri yaitu semangat moral yang menekankan pada ide-ide keadilan sosial dan

ekonomi (Fazlurrahman, 1994:36)

Prinsip keadilan merupakan pilar terpenting dalam ekonomi Islam.

Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, termasuk

penegakkan keadilan ekonomi dan penghapusan kesenjangan pendapatan, sebagai

misi utama para Nabi yang diutus Allah SWT;

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-

bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca

(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan” (QS. Al-Hadid (57):25).

Dalam teori ekonomi Islam, penegakkan keadilan sosio-ekonomi dilandasi

oleh rasa persaudaraan (ukhuwah), saling mencintai (mahabbah), bahu membahu

(takaful) dan saling tolong menolong (ta’awun), baik antara si kaya dan si miskin

maupun antara penguasa dan rakyat (Agustianto, 2011). Bahkan konsep ekonomi

Islam tidak hanya memberikan keadilan sosial dan ekonomi untuk umat Islam saja,

tetapi berlaku universal, karena itu ekonomi Islam juga dipraktikkan oleh sebagian

kalangan non Muslim (Thomas J Sargent, 2013), seperti dikutip Oman Daily

Observer, Senin (21/10/2013).

Ada ungkapan menarik dari Fahmi Huwaydi,sebagaimana dikutip Sinarta:

“Jika kita mencari padanan kata yang praktis, ringkas dan komprehensif

dalam satu kata dari segala yang dikandung syariah, kita tidak akan

menemukan padanan selain “keadilan”. Jika tauhid merupakan

penyangga aqidah maka keadilan adalah penyangga syariah. Praktek

keIslaman yang benar tidak akan tuntas jika dua sisi tersebut tidak saling

menguatkan. Selain itu, jika kita hanya membatasi pada salah satunya

dan mengabaikan yang lain, maka hanya akan menghasilkan proses yang

menyimpang dan bagaimanapun tidak akan mampu menegakkan praktek

keIslaman” (Sinarta, 2012).

Agama, secara fungsional, memegang peranan penting dalam kehidupan

masyarakat, baik bagi masyarakat tradisional maupun modern, agama merupakan

tempat mereka mencari makna hidup yang final dan ultimate sehingga segala

bentuk perilaku dan tindakan selalu berkiblat pada tuntunan agama (Soelaeman,

1995: 63)

Page 3: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

3 | P a g e

Persoalan yang dihadapi umat manusia sekarang adalah munculnya suatu

pandangan yang menempatkan aspek materi diatas segalanya. Pandangan hidup

yang berpijak pada ideologi materialisme inilah yang kemudian mendorong

perilaku manusia menjadi pelaku ekonomi yang hedonistik, sekularistik dan

materialistik (Iswadi, 2007:48)

Perilaku hedonistik, sekularistik dan materialistik tersebut, disadari atau

tidak, tidak hanya berdampak pada kahidupan sosial ekonomi masyarakat, namun

juga memberikan dampak terhadap lingkungan sekitar kita. Berbagai perspektif

digunakan untuk mencari akar persoalan beserta pemecahannya. Agama, di

antaranya, dipandang punya andil besar dalam membentuk berbagai pandangan

tentang lingkungan dan aktifitas manusia di dalamnya.

White (1974) menjelaskan bahwa perubahan perlakuan manusia atas

lingkungan sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Keduanya

menunjukkan dominasinya atas dunia abad Pertengahan. Meskipun demikian,

karakter ilmu dan teknologi beserta dampak ekologisnya dibentuk oleh asumsi-

asumsi yang berkembang pada masa itu. Agama dipandang sebagai akar dari

asumsi-asumsi tersebut, sehingga agamalah yang melatarbelakangi perubahan

perlakuan manusia atas ekologi dengan ilmu dan teknologinya. Agama

bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan. Kritik White ini mendorong para

pemeluk agama untuk melakukan refleksi ke arah teologi kritis, terutama

menyangkut pandangan: relasi Allah dan alam; dan relasi umat manusia dan alam

(Timm, 2003: 109).

Kepedulian akan lingkungan baru muncul pada dekade 1970-an sebagai

akibat dari tumbuhnya kesadaran umum ekologi tahun 1960-an, tepatnya ketika

artikel karya Lynn White, Jr. dipublikasikan lewat jurnal Science tahun 1967. Di

dalamnya ditegaskan bahwa persoalan lingkungan global berakar dari keyakinan

agama.

Stephen Schwartz dalam The Two Face of Islam: Saudi Fundamentalism and

Its Role Terrorism, sebagaimana dikutip Ikhwan (2010) menyatakan bahwa jika

agama tidak memberikan kontribusi bagi kehidupan manusia, tidak menutup

kemungkinan akan lenyap ditelan sejarah manusia sebagaimana pernah dialami

agama pagan. Masa depan agama akan ditentukan sejauh mana ia bermanfaat untuk

kehidupan manusia di bumi.

Page 4: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

4 | P a g e

Jika menggunakan perspektif Schumacher dalam A Guide for the Perplexed,

krisis lingkungan yang terjadi pada era modern ini sangat terkait dengan krisis

kemanusiaan, dengan moralitas sosial serta krisis orientasi kita terhadap Tuhan.

Mengikuti kerangka berpikir Schumacher ini, maka seharusnya manusia yang

dipersalahkan dan bukannya Tuhan. Manusialah yang melakukan berbagai

tindakan destruktif terhadap alam. Perusakan lingkungan, penebangan liar,

eksploitasi properti alam secara besar-besaran dan segala tindakan merusak alam

lain merupakan sumber malapetaka dan bencana (Ihwan, 2010)

Paper ini membahas pelaksanaan kegiatan filantropi dalam perspektif Islam,

baik yang dilakukan oleh individu atau perusahaan, dalam upaya untuk menjaga

keberlangsungan sumber daya alam sebagai salah satu faktor produksi dalam

ekonomi. Metode yang digunakan adalah qualitative research dengan pendekatan

normatif. Tujuan paper ini adalah untuk menyampaikan konsep filantropi

lingkungan dalam perpsktif ekonomi Islam dalam upaya menjaga kelangsungan

sumber daya alam dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan

masyarakat, khususnya di Indonesia.

2. Islam dan Filantropi

Islam, sebagai sebuah agama, tidak hanya selalu mementingkan urusan

akhirat, tetapi juga urusan duniawi. Dalam konsep ekonomi, Islam menekankan

pentingnya pemerataan distribusi pendapatan diantara masyarakat, seperti

tercantum dalam surat Al-Hasyr ayat 7.

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari

harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah,

untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-

orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara

orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu,

Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”.(QS.

Al-Hasyr (59): 7)

Umer Chapra menyatakan bahwa Islam begitu intens menekankan pada nilai

persaudaraan dan keadilan menuntut semua sumber-sumber daya yang ada di

tangan manusia sebagai titipan sakral dari Allah dan harus dimanfaatkan untuk

Page 5: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

5 | P a g e

mengaktualisasi maqashid syar’iyah di antaranya ; (1) Pemenuhan kebutuhan

pokok, (2) Sumber pendapatan yang sah, (3) Distribusi pendapatan dan kekayaan

yang merata, dan (4) Stabilitas pertumbuhan ekonomi yang sehat (Chapra, 1995:

216)

Keadilan sosial dalam ekonomi Islam membutuhkan satu kondisi yang dapat

menjamin terciptanya kesempatan yang sama pada setiap orang untuk berusaha

mencapai apa yang diinginkan dengan kemampuan, namun tidak menuntut

kesamaan hasil dari peroses tersebut. Tidak membenarkan perbedaan kekayaan

yang melampaui batas kewajaran serta mempertahankannya dalam batasan-batasan

yang wajar (Ghofur, 2012: 321) Keadilan dalam ekonomi Islam juga memiliki

tujuan, yakni agar kekayaan tidak menumpuk pada sebagian kecil masyarakat

tetapi selalu beredar dalam masyarakat. Keadilan distribusi menjamin terciptanya

pembagian yang adil dalam kemakmuran, sehingga memberikan konstribusi ke

arah kehidupan yang lebih baik (Haidar Naqvi, 1994:35)

Keadilan ekonomi merupakan spirit ekonomi Islam yang merupakan jiwa

dari ajaran tauhid. Paradigma tauhid menumbuhkan semangat untuk menuntun

kerjasama dalam mencapai keadilan ekonomi. Islam, dalam upaya membangun

sistem ekonomi, bukan hanya menawarkan konsep-konsep moral teoritis, bahkan

memberikan pedoman pelaksanaan yang layak untuk diterapkan, sebagai contoh

dimana prilaku dan tindakan ekonomi yang diterapkan pada zaman Rasul dan

zaman Khalifah dapat dijadikan sebagai kerangka acuan dalam setiap aktivitas

ekonomi yang berbasis pada sistem keadilan (Nazaruddin, 2013:2).

Muhammad Shyarif Chaudhry, yang dikutip oleh Ghofur (2012: 321),

mengemukakan bahwa distribusi pendapatan penting dilakukan untuk menciptakan

kesejahteraan di masyarakat sebagai bagian dari komitmen persaudaraan dan umat.

Untuk menciptakan distribusiyang adil, dilakukan dengan merealisasikan aktifitas

berbagi/karitas, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Islam, seperti zakat,

wakaf, waris dan lain sebagainya. Dalam pandangan modern, aktifitas distribusi

pendapatan atau barbagi tersebut dikenal dengan istilah filantropi.

Filantropi berasal dari philanthropy: Philos (cinta) dan anthropos (manusia).

Konseptualisasi filantropi adalah praktik giving, services, dan association secara

sukarela untuk membantu pihak lain. Menurut James O. Midgley (1995), filantropi

merupakan salah satu pendekatan dari tiga pendekatan untuk mempromosikan

Page 6: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

6 | P a g e

kesejahteraan termasuk di dalamnya upaya pengentasan kemiskinan yaitu

pendekatan social service (social administration), social work dan philanthropy

(Tamim, 2011:36)

Pada prinsipnya, aktifitas filantropi dalam Islam diterapkan guna

mewujudkan prinsip keadilan dalam ekonomi, yaitu: 1) pemenuhan kebutuhan bagi

semua makhluk, 2) memberikan efek positif bagi pemberi itu sendiri seperti halnya

zakat di samping dapat membersihkan diri dan harta, juga meningkatkan keimanan

dan menumbuhkan kebiasaan untuk berbagi, 3) menciptakan kebaikan di antara

semua orang, 4) mengurangi kesenjangan pendapatan dan kekayaan, 5)

pemanfaatan lebih baik terhadap sumberdaya dan aset, 6) memberikan harapan

pada orang lain melalui pemberian. (Ghofur, 2012: 323)

Dalam kehidupan masyarakat Muslim, termasuk di Indonesia, aktifitas

filantropi bukan merupakan hal yang asing. Bahkan, aktifitas filantropi tersebut

dapat dikatakan telah menjadi aktifitas sehari-hari masyarakat. Namun, pola

aktifitas filantropi tersebut masih bersifat tradisional, belum terorganisir secara

optimal. Menurut Saidi dan Abidin (2004: 134-136), tidak optimalnya

pendayagunaan dana filantropi disebabkan oleh beberapa faktor, yakni:

Pertama, pola menyumbang masyarakat yang bersifat langsung dan

individual. Sebagian besar masyarakat masih lebih suka menyumbangkan dananya

secara langsung kepada penerima daripada menyalurkannya lewat organisasi sosial.

Selain itu, dari sisi donatur, ada kecenderungan untuk menyumbang kepada

organisasi-organisasi yang program atau kegiatannya berkaitan erat dengan dirinya,

seperti untuk pelayanan sosial, perbaikan kawasan perumahan dan kampung

halamannya, dan sejenisnya. Sebaliknya organisasi yang bidang kegiatannya tidak

berkaitan langsung dengan kepentingannya, seperti organisasi kesenian, lingkungan

hidup, advokasi, hukum, dll. kurang mendapatkan dana.

Kedua, pemahaman ideologi yang sempit dan kurang tepat, baik oleh donatur

maupun lembaga sosial menyebabkan sumbangan yang disampaikan hanya

terfokus pada program-program penyantunan fakir miskin, anak yatim, panti

jompo, korban bencana, dan sejenisnya. Sebaliknya, bagi lembaga sosial yang

bergerak di bidang pemberdayaan perempuan, pelestarian lingkungan, advokasi

hukum dan HAM, perlindungan konsumen, jarang diberi sumbangan karena

dianggap bukan golongan yang berhak mendapatkan sumbangan.

Page 7: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

7 | P a g e

Ketiga, prioritas/pilihan program belum menjadi pertimbangan dalam

memberikan sumbangan. Prioritas dalam memberikan sumbangan hanya diarahkan

pada program-program darurat (crush program) seperti penanganan bencana atau

penanganan kaum miskin/terlantar.

3. Islam dan lingkungan hidup

Agama Islam sendiri sangat dekat dengan prinsip pelestarian lingkungan,

bahkan Al-Quran juga telah mengingatkan bahwa:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari

(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS.

Ar-Rum,(30):41).

Prinsip dasar dalam ajaran Islam yang menjadi basis norma paradigma

pelestarian lingkungan adalah bahwa manusia adalah Khalifah Allah di muka bumi;

“dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia

meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat,

untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya

Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.

dan bumi diciptakan untuk kepentingan manusia;

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan

Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan

Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah (2): 29)

Tetapi, bukan berarti manusia berhak berbuat sekehendaknya terhadap bumi

dan alam sekitarnya. Perilaku manusia terhadap alam harus tetap sesuai dengan

aturan-aturan Allah. Posisi sebagai hamba, menurut Hossein Nasr, menunjukkan

bahwa kekuasaan manusia atas segala apa yang ada di bumi dibatasi oleh

ketundukan kepada hukum-hukum Allah (Fata, 2006) Lebih lanjut, konsekuensi

dari posisi dan peran sebagai Khalifah, menjadikan manusia memiliki tanggung

jawab di hadapan Tuhan atas amanat yang diterimanya. Manusia harus

mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang dilakukannya, tidak hanya

kepada sesama manusia, tetapi juga kepada makhluk (hewan, tumbuhan, udara, dll)

di sekelilingnya. Bahkan dalam terma dualisme ontologis dalam Teologi Islam,

yaitu Allah SWT (Khaliq) dan ciptaan (makhluk), menjadikan manusia berposisi

sama dengan alam, yaitu sebagai ciptaan Allah.

Page 8: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

8 | P a g e

Dalam kenyataanya, doktrin keunggulan manusia atas makhluk lain dan

mandat pengelolaan alam dalam Islam, secara sadar maupun tidak, -seringkali-

menjadi faktor perilaku perusakan alam. Secara tidak langsung doktrin ini

mengajarkan sikap superioritas manusia atas makhluq lainnya (terutama alam)

sehingga manusia berhak melakukan tindakan apapun terhadap alam. Pembacaan

seperti ini dikuatkan oleh Al-Qur’an yang menyebutkan penciptaan bumi adalah

untuk kepentingan manusia.

“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa

yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya.

dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-

Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

kepada manusia” (QS. Al-Hajj (22):65).

Namun, memang sering kali kita melihat sifat manusia yang kufur nikmat.

salah satu hal yang paling jelas terlihat adalah kebiasaan manusia untuk menguras

semua kekayaan alam tanpa memperdulikan kelestariannya. Padahal sesungguhnya

didalam ajaran Islam telah dijelaskan tentang tata cara pemanfaatan alam dengan

baik. Bahkan Allah SWT dalam al-Qur’an surat menyebutkan bahwa orang-orang

yang merusak lingkungan itu termasuk golongan orang munafiq:

“Dan bila dikatakan kepada mereka: “janganlan kamu membuat kerusakan

dimuka bumi.” Mereka menjawab: “sesungguhnya kami orang-orang yang

mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itu orang-orang

yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS al-Baqarah (2):11-

12)

4. Filantropi Lingkungan dalam Islam

Untuk membahas peranan filantropi lingkungan sebagai salah satu upaya

meningkatkan kemaslahatan ekonomi, menarik untuk kita cermati definisi Chapra

tentang ekonomi Islam:

“Islamic economics may than be defined as a branch of knowledge which

helps realize human well-being through an allocation and distribution of

scarce resources that is in conformity with Islamic teachings without unduly

curbing individual freedom or creating continued macroeconomic and

ecological imbalances.” (Chapra, 1996, 33).

Berdasarkan definisi tersebut Nampak bahwa ekonomi Islam merupakan

suatu jalan untuk membantu merealiasaikan kesejahteraan manusia melalui

kegiatan pengalokasian dan pendistribusian sumber-sumber daya langka yang

seirama dengan tujuan syariat atau Maqasid Syariah tanpa mengekang kebebasan

Page 9: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

9 | P a g e

individu, menciptakan ketidakseimbangan makro-ekonomi dan lingkungan

(ekologi).

Ekoteologi tidak hanya mengeksplorasi hubungan antara agama dan alam

dalam hal degradasi alam, tetapi juga dalam hal pengelolaan ekosistem secara

umum. Secara khusus, ekoteologi berusaha tidak hanya untuk mengidentifikasi isu

yang menonjol dalam hubungan antara alam dan agama, tetapi juga untuk

menguraikan solusi potensial. Hal ini penting karena banyak pendukung dan

penyumbang ekoteologi berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan pendidikan

yang tidak cukup untuk menginspirasi perubahan yang diperlukan dalam krisis

lingkungan kita saat ini (Brown, 1999)

Adapun peletak dasar hubungan manusia dengan alam dan makhluk lain

adalah: pertama, kewajiban menggali dan mengelola alam dengan segala

kekayaannya;

“Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan memerintahkan kalian

memakmurkannya (mengurusnya)” (QS. Hud (11):61). Kedua, manusia sebagai

pengelola alam tidak diperkenankan merusak lingkungan, karena pada akhirnya hal

itu akan merusak kehidupan umat manusia itu sendiri; “dan janganlah kamu

membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya” (Al-A’raf

(7):56).

Mengenai konsep hubungan antara agama dan lingkungan hidup, lebih jauh

Wardani (2009) dalam pembahasannya tentang konsep ekoteologi memberikan dua

pengertian yang saling menopang. Pertama, teologi yang berbasis (paradigma)

lingkungan dalam pengertian rumusan-rumusan teologi dan metode-metode

pengenalan Tuhan dibangun atas dasar bukti-bukti kealaman yang inderawi

(sehingga mudah dipahami) dan mudah dinalar, seperti dalam beberapa contoh di

atas. Konsep kosmologi al-Qur’an memiliki basis yang kuat dalam hal ini,

misalnya:

“Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. kamukah yang

menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya? kalau Kami kehendaki,

niscaya Kami jadikan Dia asin, Maka Mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS.

al-Waqi’ah (56): 68-70)

Kedua, persoalan bagaimana implikasi teologis dalam memandang alam

secara positif, sebagaimana digali oleh tokoh Islam, Isma’il al-Faruqi dalam

Page 10: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

10 | P a g e

“Tawhid: Its Implication for Thought and Life” yang menjelaskan tentang implikasi

Tauhid dalam pemikiran dan kehidupan. Oleh karena itu, bukan hanya persoalan

“sekularisasi” fenomena-femomena alam di satu sisi, melainkan juga kesadaran

tentang alam sebagai mediator, sebagai “pertanda” (ayat) kebesaran Tuhan

(Mustofa, 2012)

5. Peran Korporasi dalam Filantropi Lingkungan

Fakta menunjukkan bahwa proses industrialisasi yang mengejar keuntungan

ekonomi semata telah menyebabkan pencemaran lingkungan. Pada tahun 1980-an

akhir dan awal 1990-an, masyarakat global mulai merasakan bahwa telah terjadi

perubahan iklim (climate changei) yang ekstrim karena pemanasan global/global

warming (Fajar, 2010: 238). Sejak masa itu, mulai muncul kesadaran dan

pemikiran bahwa perusahaan tidak lagi semata mencari keuntungan, tetapi juga

melayani kepentingan sosial. Mukti Fajar mengutip pandangan Bryant Maynard Jr

dan Susan E Menrtens dalam buku The Fourth Wave: Business in the 21st Century,

yang menawarkan paradigma baru perusahaan yang bertujuan untuk melayani

masyarakat (serve as global steward), dimana pada konsep gelombang keempat

(fourth wave) bisnis adalah mengintegrasikan seluruh dimensi kehidupan dan

masyarakat. Juga munculnya konsep Tripple Bottom Lines, bahwa korporasi

bertujuan untuk mencari keuntungan (profit), menciptakan kesejahteraan sosial

(people) dan melestarikan lingkungan hidup (planet), dikenal dengan istilah

Corporation for Profit, People and Planet (Fajar, 2010: 8).

Page 11: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

11 | P a g e

Triple Bottom Lines

Pembangunan yang berpusat pada pertumbuhan, menempatkan pertumbuhan

ekonomi di atas manusia dan ekologi yang menjadi tumpuan kesejahteraan

manusia. Semua hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi (economic

growth), sehingga diperlukan visi pembangunan yang mendahulukan kesejaheraan

manusia, dikenal dengan sebutan sustainability development atau pembangunan

berkelanjutan (Korten, 2001: 60).

Sustainable development telah memberikan pertumbuhan ekonomi yang besar

di negara maju dimana segala kebijakannya didasarkan pada keberlanjutan dan

perluasan sumber daya alam. Hal ini meyakinkan bahwa pemenuhan kebutuhan

saat ini, tanpa kompromi harus mempertimbangkan pula kebutuhan generasi masa

depan (Herrmann, 2004: 209)

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dapat diartikan sebagai

aktivitas perusahaan untuk ikut mengatasi permasalahan sosial dengan peningkatan

ekonomi, perbaikan kualitas hidup masyarakat dan mengurangi berbagai dampak

operasionalnya terhadap lingkungan , yang dalam jangka panjang mempunyai

keuntungan bagi perusahaan dan pembangunan masyarakat (Fajar, 2010: 34)

CSR merupakan bentuk nyata kepedulian kalangan dunia usaha terhadap

lingkungan di sekitarnya. Kegiatan CSR ini dilakukan di berbagai bidang, mulai

dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan bahkan sosial budaya. Konsep

Bearable Equitable

Viable

Sustainable

Page 12: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

12 | P a g e

CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan sudah mulai dikenal

semenjak tahun 1970an, namun mulai berkembang pesat di Indonesia sejak tahun

2000. Beberapa perusahaan yang kegiatannya berdampak terhadap lingkungan

sudah mulai merintis kegiatan CSR yang peduli lingkungan dan secara sukarela

mengungkapkan kinerja CSR mereka dalam berbagai cara, baik melalui pelaporan

khusus dan terpisah, maupun menjadi bagian dari laporan tahunan.

Beberapa perusahaan menyatakan sudah melaksanakan CSR bidang

lingkungan, namun masih belum dilakukan secara holistic. Beberapa kegiatan CSR

yang ada hanya dilakukan sesaat dan tidak berkelanjutan sehingga target yang

dicapai tidak terpenuhi, sebagai contoh misalnya pelaksanaan kegiatan penanaman

pohon yang tidak disertai pemeliharaannya, baik dari sisi pendanaan maupun

personal atau lembaga yang seharusnya bertanggung jawab, sehingga upaya

penanaman menjadi sia-sia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012:4)

Aktifitas CSR yang telah dilakukan oleh korporasi di Indonesia antara lain ;

Aksi Bersih - Bersih Masjid di Seluruh Indonesia oleh BRISyariah pada bulan

Ramadan 1435 H (2014), Kegiatan Corporate Social Responsibility di BRIS

terbagi atas 6 perhatian yaitu: 1) Pendidikan, 2) Kesehatan, 3) Pemberdayaan

Perekonomian, 4) Sarana Publik dan Lingkungan Hidup, 5) Da'wah, serta bantuan

sarana Ibadah serta 6) Bantuan Santunan, Musibah dan Bencana dan Program

Green Airline sebagai pilar CSR Garuda Indonesia untuk mejadi Green Airline

yang mampu menghindari atau setidaknya meminimalkan dampak terhadap

kelestarian lingkungan hidup.

Aktifitas pelestarian lingkungan juga dilakukan Pemerintah Indonesia yang

pada tahun 2014 ini mengusung tema Hari Lingkungan Hidup yaitu “Satukan

Langkah, Lindungi Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim” yang

dimaksudkan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat atas pentingnya

perlindungan ekosistem pesisir dan dampak perubahan iklim dalam rangka

ketahanan lingkungan. Tema ini selaras dengan tema World Environment Day

2014 yang dikeluarkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP)

yaitu “Raise Your Voice, Not the Sea Level” (Siaran Pers Kementerian

Lingkungan Hidup dalam Peluncuran Pekan Lingkungan Indonesia Tahun 2014)

Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan kegiatan CSR bidang

lingkungan tidak hanya diperlukan komitmen yang kuat, namun juga partisipasi

Page 13: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

13 | P a g e

aktif semua pihak yang peduli terhadap keberlangsungan kehidupan umat manusia

kini, esok dan di masa datang. Tujuh alternatif CSR Bidang Lingkungan pada

Petunjuk Pelaksanaan ini mencakup:

1. Produksi Bersih (Cleaner Production)

2. Konservasi Energi dan Sumber Daya Alam

3. Kantor Ramah Lingkungan (Eco Office)

4. Pengelolaan Sampah Melalui Reduce, Reuse, Recycle (3R)

5. Energi Terbarukan

6. Adaptasi Perubahan Iklim

7. Pendidikan Lingkungan Hidup. (KLH, 2012:8-9)

6. Kesimpulan

Paradigma ekosentrisme yang diterima oleh masyarakat, memposisikan

manusia sejajar dengan mahluk hidup lainnya di muka bumi. Tidak ada satu

justifikasi apapun yang memposisikan manusia lebih tinggi dan memiliki izin untuk

melakukan eksploitasi alam tanpa batas. Sehingga, lebih jauh, paradigma ini

meminta manusia agar lebih arif dan bijaksana dalam menggunakan akal

pikirannya. Dengan paradigma ini manusia diharapkan dapat bersahabat dengan

alam dengan cara menjaga keberlangsungannya.

Mengingat peran lingkungan yang sangat besar terhadap kelangsungan

sebuah kehidupan, maka peran serta kita semua, baik individu maupun korporasi,

dalam melindungi dan mengelola lingkungan hidup menjadi sebuah keharusan.

Wujud kepedulian lingkungan tersebut dapat ditunjukkan melalui berbagai ragam

cara, mulai dari aktifitas yang sifatnya global sampai pada hal yang lebih rinci

menyangkut pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama berkaitan dengan upaya

pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup.

Upaya yang perlu digalakkan adalah dengan menerapkan konsep filantropi

lingkungan dalam setiap aktifitas ekonomi, baik yang dilakukan oleh individu

melalui penerapan zakat, infaq, sedekah, hibah, wakaf, dan aktifitas berbagi

lainnya. Korporasi/perusahaan sebagai pelaku ekonomi yang lebih besar

diharapkan juga menerapkan pola filantropi lingkungan, melalui aktifitas CSR,

tidak hanya dalam bentuk kegiatan simbolik seperti penanaman pohon, tetapi juga

pola kebertanggungjawaban sosial secara berkelanjutan.

Page 14: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

14 | P a g e

Perubahan dalam pola pikir masyarakat juga perlu dilakukan agar kegiatan

filantropi tidak hanya sebatas kegiatan beramal yang temporer untuk menangani

kasus-kasus bencana, tapi mulai diarahkan secara profesional dan

berkesinambungan untuk program-program pembangunan jangka panjang.

Jika kesadaran tersebut telah tumbuh, maka secara langsung akan

membentuk pribadi yang tidak hanya berpikir menciptakan kesejahteraan individu,

namun juga bertanggung jawab pada terciptanya kemaslahatan ekonomi dalam

masyarakat, yaitu memperoleh falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia-akhirat).

Wallahu a’lam bisshawab.

Page 15: FILANTROPI BERBASIS LINGKUNGAN: MENUJU …icies-annual.com/1st_icies_annual/FILANTROPI_BERBASIS_LINGKUNG… · Penegakkan keadilan senantiasa ditekankan dalam Al-Qur’an, ... tercantum

15 | P a g e

Daftar Pustaka

Ascarya. 2006. Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa

Negara. Jakarta: Bank Indonesia.

Brown. Valerie. 1999. The Rise of Ecotheology. 21stC: The World of Research at

Columbia. Volume 3. Issue 4. http://www.columbia.edu/cu/21stC/issue-

3.4/brown.html. diunduh tanggal 26 Oktober 2013.

Chapra , M. Umer. 1995. Islam and the Economic Challenge (Islamic Economic Series

17). Virginia: The International institute of Islamic Thought and The Islamic

Foundation.

Chapra. M. Umer. 1996. What is Islamic Economics?. Jeddah. Saudi Arabia: IRTI –

IDB.

Edwards. Denis. 2007. Ecology at The Heart of Faith (The Change of Heart That Leads

to A New Way of Living on Earth). Orbis Books: Maryknoll. New York.

Fajar. Mukti ND. Dr. 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fata. Ahmad Khoirul. 2006. Ekoteologi dan Fiqih Lingkungan. http://cakfata-

denbagus.blogspot.com/2008/10/ekoteologi-dan-fiqih-lingkungan.html. diunduh

tanggal 26 Oktober 2013.

Fazlurrahman. 1994. Islam. cet.II. terj. Ahsin Mohammad. Bandung : Pustaka.

Ghofur. Ruslan Abdul. 2012. Kebijakan Distribusi Ekonomi Islam Dalam Membangun

Keadilan Ekonomi Indonesia. Jurnal ISLAMICA. Vol. 6. No. 2. Maret.

Herrmann. Kristina K. 2004. “Corporate Social Responsibility And Sustainable

Development: The European Union initiative as A Case Study” in Indiana

Journal of Global Legal Studies. Summer Edition.

Hidayanto. Fajar. 2008. Praktek RIba dan kesenjangan Sosial. Jurnal Ekonomi Islam

La_Riba. Vol. II. No. 2. Desember 2008.

Ihwan. Muhammad. 2010. Ekoteologi: Mendekati Tuhan Melalu Perspektif Ekologi.

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2010/08/10/ekoteologi-mendekati-

tuhan-melalu-perspektif-ekologi-221069.html. diunduh tanggal 26 Oktober

2013.

Iswadi. Muhammad. 2007. Ekonomi Islam: Kajian Konsep Dan Model Pendekatan.

Jurnal Mazahib. Vol. IV. No. 1. Juni 2007.

Kementerian lingkungan Hidup. 2012. Petunjuk Pelaksanaan CSR Bidang Lingkungan.

Jakarta: t.n.p.

Korten. David C. 2001. Menuju Abad Ke-21: Tindakan Sukarela dan Agenda Global.

terj. Lilian Teja Sudhana. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mannan. M. Abdul. 1997.Teori dan Peraktek Ekonomi Islam. terj. M. Nastangin

(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

Naqvi. Syed Nawab Haidar. 1994. Islam. Economics and Society. UK: Kegan Paul

International.

Nazaruddin. 2013. Islam Dan Keadilan Ekonomi. http://nazaruddinaw.com/?p=321.

diunduh 25 Oktober 2013.

Soelaeman. 1995. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT.Eresco.

White. Lynn. Jr. 1974. The Historical Roots of Our Ecological Crisis [with discussion

of St Francis; reprint. 1967].Ecology and religion in history. New York: Harper and

Row.