field lab

13
BAB I PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN A. Latar Belakang Ilmu gizi (Nutrition Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yang berarti “makanan”. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan di sisi lain dengan tubuh manusia (Sunita,2001). Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat (Sururi, 2006). Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak factor yang saling terkait. Secara langsung dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu; anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi (Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2009). Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan jumlah asupan (“intake”) zat gizi (nutrients) dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis 1

Upload: triadinda

Post on 29-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: field lab

BAB I

PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Latar Belakang

Ilmu gizi (Nutrition Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang

makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab

ghidza, yang berarti “makanan”. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan di sisi lain

dengan tubuh manusia (Sunita,2001).

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat

dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping

merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di

tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang

mendukung pola hidup sehat (Sururi, 2006).

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak factor yang saling terkait. Secara langsung

dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu; anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak

tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi (Tim

Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2009).

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan jumlah asupan (“intake”) zat gizi (nutrients)

dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis

(Sunita, 2001). Status gizi dapat diukur dengan berbagai cara. Departemen kesehatan Indonesia

membuat panduan pengukuran status gizi dengan mengukur berat badan/umur (WAZ) dan

tinggi badan/umur (HAZ). Penggolongan status gizi berdasarkan Z score, menjadi: Gizi Kurang

(BB/U, BB/PB < -2 SD), Gizi Buruk (BB/U,BB/PB < -3 SD atau BB/U, BB/PB < -2 SD disertai

tanda klinis) (Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2009).

Penilaian status gizi dapat membantu tenaga kesehatan dalam menentukan tindakan yang

tepat bagi pasien yang status gizinya kurang atau dalam keadaan gizi buruk. Hal ini juga dapat

membantu dalam upaya pencegahan dan penanggulangan berbagai masalah kesehatan yang

berkaitan dengan masalah gizi.

Penilaian status gizi dapat diaplikasikan menjadi : 1. Screening atau penapisan : Penilaian

status gizi perorangan, dari kelompok masyarakat atau dari puskesmas, dalam kaitannya dengan

1

Page 2: field lab

intervensi atau tindakan, 2. Pemantauan pertumbuhan anak, dalam kaitannya dengan kegiatan

penyuluhan, 3. Penilaian status gizi pada kelompok masyarakat, yang dapat digunakan untuk

mengetahui hasil dari suatu program, sebagai bahan perencanaan program atau penetapan

kebijakan (Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2009).

Penilaian status gizi pada bayi dan balita dilakukan dengan pengukuran antopometri.

Macam antopometri yang digunakan adalah: Berat Badan (BB), Panjang Badan (PB), dan

Tinggi Badan (TB). Penilaian status gizi pada ibu hamil dilakukan dengan pengukuran Lingkar

Lengan Atas (LiLA).

Pada kegiatan field lab kali ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemantauan

status gizi balita dan ibu hamil berdasarkan pengetahuannya. Mahasiswa dapat membekali diri

dengan dasar teori baik untuk pembelajaran formal dalam akademis maupun keterampilan

pemantauan status gizi masyarakat yang nantinya akan sangat berguna pada saat terjun ke

lapangan ditengah-tengah masyarakat.

B. Tujuan Pembelajaran

Mampu melakukan pemantauan status gizi balita :

1. Mampu melakukan pengukuran umur (U) balita, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB)

atau panjang badan (PB).

2. Mampu mengkategorikan hasil pengukuran U (umur), berat badan (BB), dan TB (Tinggi

badan) atau PB (panjang badan) dalam status gizi balita menurut WHO.

3. Mampu mengisi dan membaca kartu menuju sehat balita (KMS - Balita).

4. Mampu menentukan tindakan berdasarkan keadaan balita pada KMS - balita.

Mampu melakukan pemantauan status gizi ibu hamil :

1. Mampu melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada

wanita usia subur, khususnya ibu hamil.

2. Mampu mengkategorikan hasil pengukuran LILA sesuai Pedomam

Penggunaan Alat Ukur LILA.

3. Mampu melakukan tindak lanjut atas hasil pengukuran LILA terhadap

ibu hamil.

2

Page 3: field lab

BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan field lab di Puskesmas Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, dengan tema

“Pemantauan Status Gizi Balita dan Ibu Hamil” dilaksanakan pada tanggal 4 dan 11 Desember

2009. Pada tanggal 4 Desember 2009 mahasiswa diberikan pembekalan kegiatan Field Lab oleh

Instruktur Lapangan (Dokter Puskesmas) dan evaluasi awal tentang hasil pembelajaran dari

Buku Rencana Kerja (BRK) yang telah dibuat. Pemantauan status gizi balita dan ibu hamil

dilaksanakan pada tanggal 11 Desember 2009 di posyandu. Adapun prosedur pelaksanaannya

sebagai berikut :

1. Prosedur Penimbangan dengan Dacin

Persiapan alat:

a. Menggantung dacin pada tempat yang kokoh.

b. Bandul geser harus pada angka NOL, posisi paku tegak lurus indikator/paku yang

diam (terlihat melalui lubang).

c. Kemudian pasang sarung pada dacin

d. Memberi penyeimbang di ujung batang dacin (dengan bukusan pasir) sampai kedua

jarum tegak lurus.

Pelaksanaan Penimbangan:

a. Masukkan balita ke sarung timbang.

b. Geser bandul hingga paku tegak lurus (terlihat dari lubang).

c. Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser kemudian catat

hasilnya dengan benar.

2. Prosedur Pengukuran Panjang Badan dengan Papan Pengukur

Persiapan alat:

a. Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar.

3

Page 4: field lab

b. Pengukur panjang badan yang disebut mikrotoa dicek dulu dengan menarik meteran

sampai rapat menempel pada dinding tempat menempelnya kepala, pastikan meteran

menunjukkan angka nol.

Pengukuran:

a. Posisikan balita tidur terlentang dengan posisi kepala menempel bagian papan yang

datar dan tegak lurus kemudian punggung, tumit menempel tepat papan pengukur.

b. Lalu geser papan sampai seluruh bagian kedua telapak kaki menempel pada bagian

yang dapat digeser. Baca dan catat hasilnya

3. Prosedur Pengukuran Panjang Badan dengan Mikrotoise (Balita > 2 th)

Mempersiapkan alat:

a. Letakkan mikrotoise di dinding tegak lurus lantai (lantai dan dinding harus

datar).

b. Tarik pita meteran sampai angka menujukkan angka nol, kemudian paku kuat

ujung meteran pada dinding.

Pengukuran:

a. Balita berdiri tegak lurus di bawah mikrotoise. Belakang kepala, pantat dan tumit

menempel dinding dengan pandangan mata lurus ke depan. Tarik kepala mikrotoise

sampai puncak kepala balita.

b. Baca dan catat angka yang tertera pada garis merah.

4. Prosedur Penentuan Umur Balita

Penentuan umur balita, dibaca dalam bulan, dengan cara tanggal, hari dan tahun saat

balita ditimbang. dikurangi dengan tanggal, hari, bulan dan tahun balita lahir. Bila kelebihan

atau kekurangan hari sebanyak 16 hari s/d 30 hari, dibulatkan menjadi 1 bulan dan bila

kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 1 s/d 15 hari, dibulatkan menjadi 0 bulan.

5. Prosedur Pengisian dan Pembacaan KMS

a. Penimbangan Pertama

Melakukan registrasi dengan mengisi nama anak dan nomor pendaftaran, kolom

identitas, dan kolom bulan lahir.

Menandai titik berat badan pada grafik KMS balita

Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya.

4

Page 5: field lab

Mengisi kolom pemberian imunisasi, mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A

dosis tinggi, dan mengisi kolom periode pemberian ASI eksklusif (bagi balita usia 1-

6 bulan).

b. Penimbangan Kedua dan Seterusnya

Menghubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk garis

lurus dan catat semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan yang

bersangkutan.

Bila garis pertumbuhan naik, diberi pujian dan nasehat agar meneruskan cara

pemberian makan kepada anaknya, diupayakan agar berat badannya bertambah lagi.

Bila garis pertumbuhannya tidak naik, tanyakan riwayat makanan dan penyakitnya,

kemudian berikan nasehat makanannya. Beri motivasi agar bulan depan berat badan

naik, bila sakit dikirim atau dirujuk ke Puskesmas. Bila garis pertumbuhannya di

bawah garis merah, anak harus dirujuk ke Puskesmas/fasilitas kesehatan lain.

6. Prosedur pengukuran Lingkar Lengan Atas

a. Persiapkan pengukuran: persiapkan lengan yang akan diukur, lakukan pada lengan yang

jarang digunakan beraktivitas, singsingkan lengan baju jika menghalangi pengukuran

dengan atas ijin si ibu.

b. Letakkan pita antara bahu lengan siku, lalu tentukan titik tengahnya (tandai agar hasilnya

tepat). Lingkarkan pita setinggi titik tengah yang telah ditetapkan. Pita tidak boleh terlalu

ketat tatu terlalu longgar. Lakukan pembacaan.

5

Page 6: field lab

BAB III

PEMBAHASAN

Kegiatan yang dilaksanakan pada field lab kali ini meliputi pengukuran antopometri dan

penilaian status gizi. Pengukuran antopometri yang dilakukan adalah Berat badan pada bayi dan

balita, panjang badan pada bayi, tinggi badan pada balita, dan pengukuran lingkar lengan atas

pada ibu hamil. Perlu keterampilan khusus dalam melakukan pengukuran khususnya pada bayi

dan balita.

Pada hari pertama mahasiswa diberikan pembekalan kegiatan Field Lab oleh Instruktur

Lapangan (Dokter Puskesmas) dan evaluasi awal tentang hasil pembelajaran dari Buku Rencana

Kerja (BRK) yang telah dibuat.

Pada hari kedua, mahasiswa melakukan pengukuran terhadap bayi, balita dan ibu hamil

di posyandu. (Hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran)

Hasil dari pengukuran pada bayi dan balita digunakan untuk mengisi Kartu Menuju Sehat

(KMS). Penggunaan KMS sangat membantu dalam pemantauan status gizi balita karena

memperlihatkan perkembangan gizi balita tiap bulannya. Jika hal ini tidak dilakukan, status gizi

balita tidak akan terkontrol dan dikhawatirkan terjadinya kelalaian dalam pemberian nutrisi.

Pengisian KMS dilakukan oleh kader (masyarakat sendiri) yang ditunjuk sebagai pembantu

dokter atau bidan setempat dalam pemantauan ini.

Berdasarkan hasil pengukuran berat badan dan tinggi pada bayi dan balita, dapat

dinyatakan bahwa semua balita naik berat badannya, tumbuh baik, dan sehat. Garis pertumbuhan

anak naik mengikuti salah satu pita warna atau naik dan pindah ke pita warna di atasnya. Dengan

demikian tindak lanjut yang diberikan berdasar pada KMS balita adalah memberi pujian kepada

6

Page 7: field lab

anak dan ibunya. Dan menganjurkan kepada ibunya agar meneruskan cara pemberian makanan

kepada anaknya tapi lebih banyak, agar bulan berikutnya berat badan naik lagi.

Status gizi bayi dan balita yang baik kemungkinan dikarenakan kertersediaan pangan

tingkat rumah, perilaku dan asuhan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan telah dilaksanakan

dengan baik.

7

Page 8: field lab

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kegiatan field lab di Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo pada tanggal 4 dan 11

Desember 2009 berjalan dengan lancar.

2. Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya mengontrol status gizi sudah baik

ditandai dengan banyaknya bayi, balita, dan ibu hamil yang dating.

3. Ketersediaan sarana penunjang di posyandu sudah cukup lengkap.

4. Pada saat pengukuran, tidak ditemukan masalah yang berarti. Mahasiswa telah dibekali

keterampilan untuk mengatasi hal-hal yang kemungkinan akan terjadi sehingga semua

hambatan dapat teratasi. Namun tingkat ketelitian hasil pengukuran kurang valid

dikarenakan sulitnya memposisikan bayi atau balita pada posisi antopometri.

5. Status gizi bayi dan balita berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian dikategorikan

sebagai gizi baik, tidak ditemukan adanya bayi atau balita yang dikategorikan status gizi

buruk. Hal ini menandakan kesadaran masyarakat mengenai asupan gizi dan penyuluhan

terhadap warga telah berjalan dengan baik.

6. Status gizi ibu hamil dikategorikan baik. Dari hasil pengukuran tidak ditemukan adanya

ibu hamil yang memiliki lingkar lengan atas < 23.5 cm sehingga para ibu hamil tidak

beresiko untuk melahirkan jika terus menjaga asupan gizi nya.

B. Saran

Sebaiknya tingkat ketelitian pengukuran lebih diperhatikan karena berpengaruh terhadap

penilaian status gizi bayi, balita, dan ibu hamil.

8

Page 9: field lab

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Sunita Almatsier; Prinsip Dasar Ilmu Gizi; Jakarta: Gramedia; 2001. Pp: 3

Sururi, M. 2006. Penanggulangan Gizi Buruk. Akses di

http://www.dinkespurworejo.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=4

Tim Field Lab FK UNS, UPTD Puskesmas Sibela Surakarta; Ketrampilan Pemantauan Status

Gizi Balita; Surakarta: Bagian Field Lab; 2008.

9