fh.unram.ac.id · web viewhal ini sesuai dengan ketentuan pasal 1338 kuhperdata yang mengatakan...
TRANSCRIPT
1
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN SEWA-MENYEWA TANAH UNTUK PEMBANGUNAN TOWER SELULER DAN
PERMASALAHANNYA DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH
JURNAL
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATANUNTUK MENCAPAI DERAJAT S-1 PADA
PROGRAM REGULER SORE STUDI ILMU HUKUM
OLEH
AHMAD ZAELANI UMARDIA 106 214
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS MATARAM
MATARAM2013
2
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN SEWA-MENYEWA TANAH UNTUK PEMBANGUNAN TOWER SELULER DAN
PERMASALAHANNYA DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH
JURNAL
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATANUNTUK MENCAPAI DERAJAT S-1 PADA
PROGRAM REGULER SORE STUDI ILMU HUKUM
OLEH
AHMAD ZAELANI UMARDIA 106 214
Mataram:…………………………………Menyetujui
Pembimbing Utama
SRI SUTRISNI, SH., MH19490412 197903 2 001
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN SEWA-MENYEWA TANAH UNTUK PEMBANGUNAN TOWER SELULER DAN
PERMASALAHANNYA DI KABUPATEN LOMBOK TENGAHAHMAD ZAELANI UMAAR
3
D1A 106 214FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa tanah dan lokasi untuk pendirian Tower oleh perusahaan telekomunikasi seluler, untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban para pihak selama berlangsungnya perjanjian sewa-menyewa tersebut, dan bentuk pertanggungjawaban para pihak apabila terjadi dari wanprestasi salah satu pihak. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kualitatif. Data yang digunakan bersumber dari penelitian lapangan dan studi kepustakaan. Penelitian ini termasuk penelitian sosiologis normatif. Hasil penelitian yang diperoleh adalah pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa tanah dan lokasi pendirian BTS oleh perusahaan telekomunikasi seluler PT. XL AXIATA Tbk. di Kabupaten Lombok Tengah berjalan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam Hukum Perdata, namun didalamnya tidak lepas dari hambatan. Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yaitu mengajukan perijinan kepada pihak terkait, membuat perjanjian yang tepat, dan melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat apabila ada sengketa.
Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa tanah Tower Seluler
THE RIGHTS AND OBLIGATIONS OF THE PARTIES IN THE LAND LEASE AGREEMENT FOR THE CONSTRUCTION OF CELLULER TOWERS AND
THEIR PROBLEMS IN CENTRAL LOMBOK REGENCYABSTRACT
The research was done by telecomunication cell development, particularly which used in telecomunication tower in Indonesia, often cause the problems in order to find out the solution before another problems have detected in the future. The purpose of this research is to know the form of land purchase agreement and location for establish the cell tower by celluler telecomunication companies, to find out how the rights and obligations of the parties during the lease agreement, and what form of accountability of the parties in the even of default by one of the parties.The research method used is qualitative analysis. Data used sourced from field research and literature of study. This method is sosiological normative.There are some result from this research is how the implementation of the land lease agreement location for established BTS by celluler tellecomunication companies PT. XL AXIATA Tbk. in Central Lombok goes according to laws and regulation aplicable in the civil code, contained some of the problems. How to solve by asking permission to related parties, make the right deal, and deliberate for getting the achieve consensus.
Keyword : Land lease agreement of Mobile Tower
i
I. PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi
kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu
membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi,
berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak
lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum,
mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar.
Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organisasi harus saling
membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan
manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial
merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling
membutuhkan.
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa
tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih "lemah" dari pada wujud
sosial yang “besar” dan “kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu non formal
(masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi, negara) dengan
wibawanya wajib mengayomi individu.
ii
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang
menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana
memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari: 1. Dorongan untuk
makan, 2. Dorongan untuk mempertahankan diri, 3. Dorongan untuk melangsungkan
jenis
Dan tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam
perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan
satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi
antar masyarakat ditentukan oleh peran manusia sebagai makhluk sosial.
Tanah, merupakan bagian yang penting dan tidak terpisahkan dengan
kebutuhan manusia. Hak atas tanah, merupakan hak penting dan pokok dalam
berbagai kegiatan penunjang pembangunan, di mana masyarakat mempunyai sistem
pemilikan hak atas tanahnya.
Sewa menyewa menurut Pasal 1548 KUH Perdata adalah suatu perjanjian
antara pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang
lainnya disebut pemberi sewa untuk kenikmatan suatu barang selama suatu waktu
tertentu, dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak yang disebut terakhir
itu disebut penyewa dengan pembayaran sewa.
Perjanjian yang berlaku antara pihak pengelola telepon seluler dengan pemilik
tanah adalah berupa perjanjian sewa yang dalam pasal 1548 KUH Perdata sewa-
iii
menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang selama
suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak tersebut
belakangan itu disanggupi pembayarannya.1
Berdasarkan amanah yang terkandung dalam pasal 1548 KUH Perdata
mengenai perjanjian sewa-menyewa antara kedua belah pihak yaitu perusahaan
pengelola telepon seluler dengan pemilik tanah merupakan perjanjian konsensual
artinya ia sudah sah dan mengikat para pihak pada detik tercapainya kesepakatan
mengenai unsur-unsur pokoknya, yaitu barang dan harga.2 Ada beberapa rumusan
masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana pelaksanaan
perjanjian sewa menyewa tanah dan lokasi untuk pendirian Tower Seluler (pemancar)
oleh perusahaan telekomunikasi seluler serta bagaimana hak dan kewajiban para
pihak selama berlangsungnya perjanjian sewa-menyewa tersebut. 2) Bagaimana
bentuk pertanggung jawaban para pihak apabila terjadi wanprestasi dari salah satu
pihak. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa tanah dan lokasi untuk pendirian Tower
(pemancar) oleh perusahaan telekomunikasi seluler. 2) Untuk mengetahui bagaimana
hak dan kewajiban para pihak selama berlangsungnya perjanjian sewa-menyewa
1 R. Subekti dan R. Tjidrosudibio, KUH Perdata, Cetakan ke 32, PT. Pradnia Paramita, Jakarta, 2002,
Hal. 381.2 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan ke X, PT Citra Aditya Bakti, 1995, Hal. 40.
iv
tersebut. 3) Untuk mengetahui bagaimana bentuk pertanggungjawaban para pihak
apabila terjadi dari wanprestasi salah satu pihak. Manfaat yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah: 1) Kegunaan Teoritis, Hasil dari penelitianin dapat menjadi
informasi ilmiah mengenai bentuk perjanjian sewa-menyewa yang dibuat oleh para
pihak tersebut mengetahui bagaimana hak dan kewajiban para pihak selama
berlangsungnya perjanjian sewa-menyewa tersebut serta untuk mengetahui
bagaimana bentuk pertanggung jawaban para pihak apabila terjadi wanprestasi dari
salah satu pihak. Selain itu diharapkan juga hasil dari penelitian ini bisa ikut
mengembangkan konsep-konsep yang menyangkut hukum perdata terutama yang
terkait dengan perjanjian sewa-menyewa. 2) Kegunaan Praktis, Diharapkan dapat
memberi sumbangan pemikiran atau masukan pada para praktisi hukum, mahasiswa,
penegak hukum, berkaitan dengan perjanjian sewa menyewa tanah dan lokasi untuk
pendirian Tower, selain itu hasil penelitian ini diarahkan bagi kepentingan masyarakat
yang umumnya masih awam atau kurang begitu mengerti masalah hukum, terlebih
lagi masalah perjanjian sewa-menyewa, dengan demikian masyarakat bisa tahu dan
mengerti akan hukum khususnya perjanjian.
v
II. PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Sewa-Menyewa Tanah untuk Pendirian Tower Seluler Oleh PT.
XL AXIATA Tbk dengan Pemilik Tanah di Kabupaten Lombok Tengah
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) tidak
disebutkan secara sistematis mengenai bentuk perjanjian atau kontrak.3 Namun
apabila kita menelaah berbagai ketentuan yang tercantum dalam KUHPerdata, maka
perjanjian menurut bentuknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu perjanjian lisan dan
perjanjian tertulis. Perjanjian lisan adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak
hanya dengan ucapan lisan atau kesepakatan saja. Dengan adanya consensus atau
kesepakatan, maka perjanjian itu telah terjadi secara sah dan mengikat para pihak
yang melakukan perjanjian tersebut.
Selain bentuk kontrak atau perjanjian diatas, terdapat pula bentuk perjanjian
lainnya yang disebut dengan perjanjian standar, dimana bentuk perjanjian ini
merupakan bentuk perjanjian yang telah dibuat dan dituangkan dalam bentuk
formulir.
Di dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) khususnya
dalam pasal 1548, yang menyatakan bahwa sewa menyewa adalah “suatu perjanjian
3 R. Subekti. Hukum Perjanjian, PT. Intermasa Bardin Sinar Grafika, Cetakan XII, Tahun 1999, Hal. 21.
vi
dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk memberikan pada pihak yang
lain kenikmatan dari suatu barang selama waktu tertentu dengan pembayaran suatu
harga yang boleh pihak terakhir disanggupi pembayarannya”.4
B. Bentuk Perjanjian Sewa-Menyewa Tanah untuk Pendirian Tower Seluler
oleh PT. XL AXIATA Tbk dengan Pemilik Tanah di Kabupaten Lombok
Tengah
Setiap perjanjian yang melahirkan suatu ikatan, maka para pihak yang
membuat perjanjian itu dituntut untuk harus menjalankan dan mentari isi dari
perjanjian yang telah mereka buat dan sepakati bersama. Hal ini sesuai dengan
ketentuan pasal 1338 KUHPerdata yang mengatakan bahwa “Perjanjian adalah
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”, oleh karena itu, jika terjadi
wanprestasi oleh salah satu pihak mengenai isi perjanjian yang telah mereka sepakati
bersama, maka akan menimbulkan sanksi yuridis bagi pihak yang melakukan
wanprestasi tersebut.
Dengan dilahirkannya perikatan dari suatu perjanjian sewa-menyewa yang
dibuat oleh PT. XL AXIATA Tbk dengan pemilik tanah, maka secara otomatis telah
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing.
Didalam berbagai literatur disebutkan bahwa wanprestasi adalah tidak memenuhi atau
lalai melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Adapun jenis-jenis wanprestasi, antara
4 R. Subekti. Hukum Perjanjian, PT. Intermasa Bardin Sinar Grafika, Cetakan XII, Tahun 1999, Cet
Ke XII, Hal. 90.
vii
lain sebagai berikut: 1. Total Breachts, artinya pelaksanaan kontrak atau perjanjian
tidak mungkin untuk dilakukan, 2. Patial Breachts, artinya pelaksanaan perjanjian
atau kontrak masih mungkin untuk dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa tanah yang dilakukan oleh PT.
XL AXIATA Tbk dengan pemilik tanah, wanprestasi dapat dilakukan oleh siapa saja,
karena tidak menutup kemungkinan pihak yang membuat perjanjian, melakukan
wanprestasi. Berikut ini adalah bentuk wanprestasi yang dapat dilakukan oleh para
pihak (PT XL AXIATA Tbk dan pemilik tanah) antara lain: 1. Bentuk wanprestasi
yang dapat dilakukan oleh pihak pertama (pemilik tanah): a. Tidak menyerahkan
barang sewaan (tanah) pada pihak penyewa pada waktu yang telah ditentukan, b.
Tidak memberikan rasa aman dan tenteram kepada pihak penyewa selama
berlangsungnya perjanjian sewa-menyewa, 2. Bentuk wanprestasi yang dapat
dilakukan oleh pihak kedua (PT XL AXIATA Tbk): a. Tidak membayar harga sewa
kepada pihak yang menyewakan sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan
sebelumnya, b. Mempergunakan lahan atau barang sewaan tidak sesuai dengan apa
yang diperjanjikan, c. Tidak mengembalikan lahan sebagaimana yang diperjanjikan
kepada pemilik lahan setelah perjanjian selesai.
viii
III. PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan ini disusun yang merupakan jawaban atas permasalahan-permasalahan
yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu: 1) Bentuk perjanjian yang dibuat oleh PT
XL AXIATA Tbk dengan pemilik tanah dalam pendirian Tower seluler adalah
perjanjian sewa-menyewa yang dibuat dalam bentuk tertulis dengan melibatkan
notaris sehingga akan lebih menjamin kepastian hukum dan jika dilihat dari draf
perjanjian sewa-menyewa yang dibuat oleh PT XL AXIATA, maka implementasi
atas perjanjian tersebut telah sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan
yang berlaku tentang sewa-menyewa. 2) Hak dari pihak penyewa adalah menerima
dan menggunakan barang yang disewa sesuai dengan apa yang diperjanjikan
sebelumnya, dan kewajiban pihak penyewa adalah membayar harga sewa atas barang
yang disewanya sedangkan hak pihak yang menyewakan adalah menerima uang sewa
sebesar yang telah diperjanjikan dan kewajibannya adalah menyediakan dan
menyerahkan obyek sewa yang berupa tanah kepada pihak penyewa untuk digunakan
sesuai dengan perjanjian sebelumnya. 3) Bentuk tanggung jawab para pihak apabila
terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak, jika yang penyewa yang melakukan
wanprestasi maka pihak yang menyewakan dapat membatalkan perjanjian sewa
menyewa tersebut secara sepihak tanpa harus menunggu keputusan pengadilan.
Seperti penyewa terlambat melakukan pembayaran harga sewa yang merupakan salah
satu kewajiban pihak penyewa itu sendiri. Sedangkan apabila pihak yang
ix
menyewakan yang melakukan wanprestasi, dan apabila wanprestasi itu menimbulkan
kerugian yang cukup berat kepada pihak penyewa maka pihak penyewa dapat
meminta ganti rugi kepada pihak yang menyewakan.
Saran
Dalam kesempatan ini penulis akan mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1)
Bahwa PT. XL AXIATA Tbk diharap melakukan pendekatan dengan masyarakat
dengan cara antara lain lebih memperhatikan kesejahteraan, kesehatan warga,
keselamatan warga, dan keselamatan lingkungan. Keadaan demikian hendaknya
dipertahankan oleh perusahaan dan lebih ditingkatkan lagi sehingga tujuan akan
tercapai tanpa adanya pihak-pihak yang dirugikan. 2) Dengan perkembangan dunia
yang semakin maju, masalah-masalah pertelekomunikasian dan pertanahan juga
mengalami peningkatan sesuai denagn kemajuan zaman. Oleh karena itu pembuat
undang-undang diharapkan dapat menyempurnakan peraturan perundang-undangan
yang mengatur masalah-masalah tersebut sehingga dapat mengikuti perkembangan
masalah pertelekomunikasian dan pertanahan yang semakin meningkat. Dengan
penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang ada, maka akan lebih memberi
kepastian hukum bagi perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi, khususnya
perusahaan telekomunikasi.
x
Daftar Pustaka
Makalah/Artikel/Website
1R. Subekti dan R. Tjidrosudibio, KUH Perdata, Cetakan ke 32, PT. Pradnia
Paramita, Jakarta, 2002, Hal. 381.
2R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan ke X, PT Citra Aditya Bakti, 1995, Hal. 40.
3R. Subekti. Hukum Perjanjian, PT. Intermasa Bardin Sinar Grafika, Cetakan XII,
Tahun 1999, Hal. 21.
4R. Subekti. Hukum Perjanjian, PT. Intermasa Bardin Sinar Grafika, Cetakan XII,
Tahun 1999, Cet Ke XII, Hal. 90