fetoskopi

Upload: bonifacius-bayu-erlangga-kusuma

Post on 29-Feb-2016

166 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

fetoskopi

TRANSCRIPT

FETOSKOPI

FETOSKOPIREFERATOleh: R. Bonifacius Bayu Erlangga KPembimbing:DR. dr. John Wantania, Sp. OG-KFETOSKOPIBeberapa kondisi kelainan prenatal pada janin tidak dapat menunggu untuk dilakukan terapi setelah kelahiran, sehingga mendorong untuk dilakukannya suatu fetal terapi. Salah satu fetal terapi yang dikenal luas adalah penggunaan glukokortikoid untuk pematangan paru. Namun beberapa fetal terapi memerlukan tindakan yang langsung, invasif ke fetoplasental unit, memerlukan keterampilan tinggi dan dihubungkan dengan komplikasi dari prosedur yang dilakukan, salah satu fetal terapi tersebut adalah dengan teknik fetoskopi

2

Beberapa kondisi yang memerlukan tindakan khusus3

FETOSKOPIFetoskopi adalah sebuah teknik visualisasi terhadap janin secara transabdominal menggunakan teleskop fiber optik. Selama satu dekade, fetoskopi sudah digunakan untuk keberlangsungan kehamilan dimana diagnosis adanya kelainan pada janin hanya dapat dilakukan dengan visualisasi langsung, sampel darah janin atau dengan biopsi jaringan janin. Upaya awal dalam visualusasi in utero dilakukan oleh Westlin pada tahun 1954. Westlin memperkenalkan sebuah teleskop berdiameter 10 mm. Tetapi baru berkembang pada tahun 70 dan 80an.4FETOSKOPIpada tahun 1980 penggunaanya terutama pada pengambilan sampel darah janin.

Fetoskopi saat ini memegang peran penting dalam fetal medicine. Dua tipe fetoskopi dapat dibagi menjadi; fetoskopi obstetrik dan endoskopi untuk operasi bedah janin. Fetoskopi obstetrik melibatkan intervensi bedah pada plasenta, tali pusat, dan selaput ketuban. Sedangkan tipe kedua digunakan pada kondisi tertentu, dimana keuntungan operasi in utero lebih baik dibanding operasi setelah janin lahir.5

Hernia Diafragmatika Kongenital

Hipoplasia dan Hipertensi PulmonalFETAL THERAPYHDK terjadi sekitar 1/4000 kelahiran hidup. Defek diafragmatika menyebabkan herniasi pada organ abdominal ke rongga thorax, sehingga terjadi hipoplasia pulmonal. Sekitar 80% dari defek ini terjadi pada sisi kiri, 15% terjadi pada sisi kanan dan 5% bilateral. Secara keseluruhan risiko mortalitas sekitar 50%.7,8Beberapa tahun terakhir, berbagai cara dilakukan untuk mencegah perkembangan abnormal paru janin, termasuk dengan operasi bedah terbuka yang melibatkan laparotomi dan histerotomi, dilanjutkan thorakotomi dan repair defek diafragma. Tetapi hal tersebut telah ditinggalkan karena berhubungan dengan tingginya morbiditas maternal dan tidak meningkatkan survival rate janin. Sekarang, tindakan invasif minimal telah dikembangkan dan menggantikan operasi bedah terbuka. 8

Fetoskop dimasukkan ke dalam uterus, kemudian masuk kedalam mulut janin, orofaring, dan trakhea. Sebuah balon digunakan untuk menutup trakhea dan mencegah keluarnya sekret paru. Sehingga terjadi peningkatan tekanan dan peningkatan luas penampang paru menghasilkan stimulasi pertumbuhan paru. Balon biasanya diinsersi pada umur kehamilan 26 minggu dan dikeluarkan umur kehamilan 34 minggu.9Lower Urinary Tract Obstruction10

Pada kondisi ini janin tidak dapat mengosongkan kandung kemih sehingga kandung kemihnya menjadi semakin besar. Selain itu, karena cairan amnion dibentuk dari urin janin pada pertengahan trimester kedua, kantung amnion menjadi kering. Efeknya terjadi peningkatan dari morbiditas dan mortalitas janin. Termasuk juga terjadi kelainan seperti hidronefrosis, displasia ginjal, dan hipoplasia pulmo.

Insidensi berdasarkan data dari Northern Region Congenital Anomaly Register England memperlihatkan bahwa LUTO terjadi 2,2 per 10.000 kelahiran. Katup urethra posterior terjadi 1,4 per 10.000 kelahiran, atresia urethra terjadi 0,7 per 10.000 kelahiran, dan sisanya tidak teridentifikasi11

Penyebab obstruksi bermacam-macam, paling sering karena adanya katup urethra posterior pada janin laki-laki. Pada janin wanita, tersering adalah karena atresia urethra. Penyebab lain obstruksi antara lain ureterocele, striktur urethra atau agenesis, kloaka persisten, dan megalourethra. Hasil pemeriksaan USG pada kelainan diatas mungkin serupa dan biasanya sulit dibedakan hingga janin lahir.10,13

Terapi dapat dilakukan dengan bedah terbuka atau dengan fetoskopi dilakukan Vesicoamniotic Shunt12Twin to Twin Transfusion SyndromeTTTS adalah kondisi yang terjadi pada sekitar 10 - 15 % dari kehamilan kembar monokorion. Penyebab TTTS dikaitkan dengan aliran darah yang tidak seimbang pada sistem peredaran darah masing-masing janin kembar.16,17,18 Kembar donor menjadi oligohidramnion dan terhambat pertumbuhannya, sedangkan kembar resipien menjadi polihidramnion, menderita gagal jantung, dan hidrops. Mortalitas mencapai 90% dan sekitar 30% yang bertahan memperlihatkan kelainan perkembangan saraf13AmnioreduksiFetoskopiKoagulasi LaserTerapi TTTS dilakukan dengan amnioreduksi atau laser ablasi fetoskopik.

14

Terapi TTTS dilakukan dengan amnioreduksi atau laser ablasi fetoskopik. VIDEOOOOO15Twin Reversed Arterial PerfussionKondisi ini terjadi 1 % dari kehamilan kembar monokorion. Darah mengalir atau dipompakan kepada kembar lainnya (kembar akardiak) dengan aliran retrograde sehingga menyebabkan kembar resipien memperoleh darah rendah oksigenAngka mortalitas cukup tinggi yaitu 50% - 75% dan diperkirakan terutama disebabkan karena peningkatan kebutuhan pompa jantung untuk mengakomodasi perfusi kembar akardiak.16

xxumbilical cord ligationlaser therapy of the placental vesselslaser umbilical cord occlusionProsedur tersebut salah satunya dengan fetoskopi. Terapi TRAP dengan fetoskopi dapat berupa ligasi tali pusat (umbilical cord ligation), terapi laser pada pembuluh darah plasenta (laser therapy of the placental vessels), oklusi tali pusat dengan laser (laser umbilical cord occlusion).6,20,23

17Amniotic Band Syndrome18

Amnion adalah membran yang mengelilingi janin di dalam rahim, jika terjadi ruptur maka helaian selaput dapat mengambang didalam kantung amnion sehingga dapat menimbulkan ikatan pada bagian badan janin dan menyebabkan trauma pada janin, hal tersebut disebut sebagai Amniotic band syndome.Kelainan ini pertama kali didefinisikan oleh Montgomery tahun 1832. Terjadi 1 dari 1.200 - 15.000 kelahiran hidup.

Jika tidak diterapi, jeratan helaian ini semakin erat pada bagian badan janin, menyebabkan amputasi, deformitas berat pada ekstremitas, jari kaki dan tangan berselaput, atau defek berat pada kraniofasial dan tulang belakang19

VIDEOOO20Moran SL, Jensen M, Bravo C. 2007. Amniotic Band Syndrome of the Upper Extremity: Diagnosis and Management. Journal of the American Academy of Orthopaedic Surgeons, Volume 15 No. 7.

Frekuensi keterlibatan ekstrimitas pada amniotic band syndrome. 21KESIMPULANBeberapa kondisi kelainan prenatal pada janin tidak dapat menunggu untuk dilakukan terapi setelah kelahiran, sehingga mendorong untuk dilakukannya suatu fetal terapi.

Fetoskopi adalah sebuah teknik visualisasi terhadap janin secara transabdominal menggunakan teleskop fiber optik.

22KESIMPULANBeberapa kondisi yang telah dikenal dapat dilakukan fetal terapi dengan fetoskopi adalah hernia diafragmatika kongenital, lower urinary tract obstruction, amniotic band syndrome, twin to twin transfusion syndrome, twin reversed arterial perfussion.

Dengan fetal terapi (fetoskopi) morbiditas dan mortalitas janin terbukti dapat diturunkan.

23TERIMA KASIH24

CDH criteria28