feromagnetik
TRANSCRIPT
1
FEROMAGNETIK
Berdasarkan perilaku molekulnya di dalam medan magnetik luar, bahan
terdiri atas tiga kategori, yaitu paramagnetik, diamagnetik, dan feromagnetik
(antiferomagnetik dan ferrimagnetik). Sebagian besar mineral di alam bersifat
diamagnetik atau paramagnetik. Namun, ada beberapa mineral yang bersifat
feromagnetik. Mineral-mineral ini yang umumnya tergolong dalam oksida besi-
titanium, sulfide besi dan hidrooksida besi yang disebut sebagai mineral magnetik.
Dari segi kuantitas keberadaan mineral- mineral ini sangat kecil.
Tabel 1.1 Sifat magnetik dari sejumlah mineral magnetik
Mineral
Massa
Jenis (103
kg m-3)
Suseptibilitas Magnetik
Tc
(0C)
Volume (k)
(10-6 SI)
Massa (χ )
(10-8m3kg-1)
Mineral Magnetik Magnetite(Fe3O4; Ferimagnetik)
5.181.000.000-5.700.000
20.000-140.000
575-585
Hematite(Fe2O3;canted antiferomagnetik)
5.26 500-40.000 10-760 675
Maghematite(Fe2O3; ferimagnetik)
4.902.000.000-2.500.000
40.000-50.000
-600
Ilmenite(FeTiO3; antiferomagnetik)
4.722.000-
3.800.000-45-80.000 -233
Pyrite(FeS2) 5.02 35-5.000 1-100Pyrrhotite(Fe7S8; ferimagnetik)
4.62 3.200.000 69.000 320
Goethite(FeOOH; antiferomagnetik)
4.271.100-12.000
26.280 -120
Mineral non- magnetikKuarasa(SiO2) 2.65 -(13-17) -(0.5-0.6)Kalsit(CaCO3) 2.83 -(7.5-39) -(0.3-1.4)Halite(NaCl) 2.17 -(10-16) -(0.48-0.75)Galena(PbS) 7.50 -33 -0.44
Suseptibilitas magnetik adalah ukuran dasar bagaimana sifat kemagnetan
suatu bahan yang merupakan sifat magnet bahan yang ditunjukkan dengan adanya
respon terhadap induksi medan magnet yang merupakan rasio antara magnetisasi
dengan intensitas medan magnet. Dengan mengetahui nilai suseptibilitas magnetik
suatu bahan, maka dapat diketahui sifat-sifat magnetik lain dari bahan tersebut.
χm adalah suseptibilitas magnet bahan (besaran tidak berdimensi)
Ada tiga kelompok bahan menurut nilai suseptibilitas magnetnya:
1. χm < 0 : bahan diamagnetik
2. χm > 0 , namum χm << 1 : bahan paramagnetik
3. χm > 0 , dan χm >> 1 : bahan ferromagnetic
Gambar 1.1 Grafik magnetisasi bahan
1. ParamagnetikBahan paramagnetik adalah bahan - bahan yang memiliki suseptibiitas
magnetik χm yang positif dan sangat kecil. Paramagnetik muncul dalam bahan
yang atom - atomnya memiliki momen magnetik permanen yang berinteraksi satu
sama lain secara sangat lemah. Apabila tidak terdapat Medan magnetik luar,
momen magnetik ini akan berorientasi acak. Dengan daya Medan magnetik luar,
momen magnetik ini arahnya cenderung sejajar dengan medannya, tetapi ini
2
dilawan oleh kecenderungan momen untuk berorientasi acak akibat gerakan
termalnya. Perbandingan momen yang menyearahkan dengan medan ini
bergantung pada kekuatan medan dan pada temperaturnya. Pada medan magnetik
luar yang kuat pada temperatur yang Sangat rendah, hampir seluruh momen akan
disearahkan dengan medannya (Tipler, 2001).
Gambar 1.2 Arah orientasi momen dipol magnet bahan
(a). Tanpa medan magnet luar
(b). Dengan magnet luar.
Karakteristik dari bahan yang bersifat paramagnetik adalah memiliki
momen magnetik permanen yang akan cenderung menyearahkan diri sejajar
dengan arah medan magnet dan harga suseptibilitas magnetiknya berbanding
terbalik dengan suhu T. Variasi dari nilai susceptibilitas magnetik yang
berbanding terbalik dengan suhu T adalah merupakan hukum Curie
χ=NV
(gμB )2
3J ( J+1 )
k BT (1.1)
χ= N3V
μB
2 P2
k BT (1.2)
χ=CT (1.3)
Persamaan di atas adalah merupakan persamaan hukum Curie dimana T adalah
suhu pengamatan, μB adalah bilangan Bohr Magneton, N adalah jumlah atom
3
Suseptibilitas
Suhu T0
bahan, k B adalah konstanta Boltzman, C adalah tetapan Curie, P adalah bilangan
Bohr Magneton efektif, dan g adalah faktor Lande.
P=g ( J ( J+1 ) )1
2 (1.4)
g=32+1
2 [ S ( S+1−L (L+1 ))J (J+1 ) ]
(1.5)
Gambar 1.3 Grafik hubungan antara suseptibilitas magnetik terhadap temperatur T pada bahan paramagnetik (Kittel, 1996)
Sifat dari bahan dapat diketahui dengan mengetahui kandungan mineral
magnetik pada bahan tersebut. Kandungan mineral magnetik ini dapat diketahui
dengan serangkaian penelitian, salah satunya adalah dengan mengukur temperatur
curie dari bahan tersebut. Batuan merupakan bahan yang komplek, tersusun dari
lebih satu mineral magnetik. Dengan pengukuran temperatur curie, dapat
menentukan mineral magnetik yang terkandung dalam batuan.
Gambar 1.4 contoh beberapa bahan paramagnetik (memperkuat medan magnet)
2. Diamagnetik
4
Bahan diamagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas
negatif dan sangat kecil, sehingga bisa dikatakan bersifat memperlemah medan
magnet. Bahan diamagnetik terdiri atas atom-atom atau molekul-molekul yang
tidak memiliki dipol magnet permanen. Jika bahan tersebut di dalam medan
magnet, terinduksi momen dipol sedemikian rupa sehingga medan magnet di
dalam bahan Bi lebih kecil daripada medan luar B.
Sifat diamagnetik ditemukan oleh Faraday pada tahun 1846 ketika
sekeping bismuth ditolak oleh kedua kutub magnet, hal ini memperlihatkan bahwa
medan induksi dari magnet tersebut menginduksi momen magnetik pada bismuth
pada arah yang berlawanan dengan medan induksi pada magnet.
Gambar 2.1 beberapa bahan diamagnetic ( memperlemah medan magnet )
3. Feromagnetik
Feromagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas
magnetik χm positif, yang sangat tinggi atau bahan yang mempunyai momen
magnetik. Ferromagnetik memiliki elektron tidak berpasangan sehingga atom
mereka memiliki momen magnet bersih. Mereka mendapatkan magnet yang kuat
sifat mereka karena keberadaan domain magnetik. Dalam domain ini, sejumlah
besar di saat-saat atom adalah sejajar paralel sehingga gaya magnet dalam domain
yang kuat. Ketika bahan feromagnetik dalam keadaan unmagnitized, wilayah
hampir secara acak terorganisir dan medan magnet bersih untuk bagian yang
secara keseluruhan adalah nol. Ketika kekuatan magnetizing diberikan, domain
5
menjadi selaras untuk menghasilkan medan magnet yang kuat dalam bagian.
Komponen dengan materi-materi ini biasanya diperiksa dengan menggunakan
metode magnetik partikel.
Contoh bahan feromagnetik yaitu :
- Besi
- Nikel
- Kobalt
Gambar 3.1 Bahan Unmagnetized
Gambar 3.2 Bahan Magnetik
Dalam bahan ini sejumlah kecil medan magnetik luar dapat menyebabkan
derajat penyearahan yang tinggi pada momen dipol magnetik atomnya. Dalam
beberapa kasus, penyearahan ini dapat bertahan sekalipun Medan
pemagnetannnya telah hilang. Ini terjadi karena momen dipol magnetik atom dari
bahan- bahan feromagnetik ini mengerahkan gaya- gaya yang kuat pada atom
tetangganya sehingga dalam daerah ruang yang sempit momen ini disearahkan
satu sama lain sekalipun medan luarnya tidak ada lagi. Daerah ruang tempat
momen dipol magnetik disearahkan ini disebut daerah magnetik. Dalam daerah
ini, semua momen magnetik disearahkan, tetapi arah penyearahannya beragam
dari daerah ke daerah sehingga momen magnetik total dari kepingan mikroskopik
bahan feromagnetik ini adalah nol dalam keadaan normal (Tipler, 2001).
6
Gambar 3.3 Susunan teratur dari spin-spin electron Feromagnetik sederhana
Teori feromagnetik pertama kali dikemukakan oleh Pierre Weiss, yang
berkhusus pada hipotesis berikut :
1. Suatu sampel bahan feromagnetik berisi sejumlah daerah kecil yang disebut
ranah (domain), yang termagnetisasi secara spontan. Besar magnetisasi
spontan sampel bahan itu secara keseluruhan ditentukan oleh jumlah vector
dari momen-momen magnetic domain.
2. Magnetisasi masing-masing domain disebabkan oleh adanya perputaran, BE
yang cenderung menghasilkan sususan dipole-dipole atomic yang sejajar.
Medan pertukaran BE dianggap sebanding dengan magnetisasi M masing-
masing domain.
BE=λ M
Table 3.1 Sifat magnetik Bahan Ferromagnetik
MaterialPermeabilitas Awal Relatif
Permeabilitas Maksimum Relatif
Kekuatan Paksaan
(Oersteds)
Density Kepadatan
(gauss)
Besi, 99,8% murni 150 5000 1.0 13.000
Besi, 99,95% murni
10.000 200.000 0,05 13.000
78 Permalloy 8.000 100.000 0,05 7.000
Superpermalloy 100.000 1.000.000 0,002 7.000
Cobalt, 99% murni
70 250 10 10 5.000
Nikel, 99% murni 110 600 0,7 4.000
Baja, 0,9% C 50 100 70 10.300
Steel, Co 30% ... ... ... ... 240 9.500
Alnico 5 4 ... ... 575 12.500
Silmanal ... ... ... ... 6.000 550
Besi, baik bubuk ... ... ... ... 470 6.000
7
8
9
10
11
12
13
14
3.1 Magnetik Domain
Ferromagnetik mendapatkan sifat magnetik tidak hanya karena mereka
membawa atom momen magnetik tetapi juga karena bahan tersebut terdiri dari
daerah kecil yang dikenal sebagai domain magnet. Dalam setiap domain, semua
dipol atom digabungkan bersama-sama dalam arah istimewa. Keselarasan ini
berkembang sebagai bahan mengembangkan struktur kristal selama solidifikasi
dari kondisi cair. Magnetic domain dapat dideteksi
dengan menggunakan Magnetic Force Microscopy
15
(MFM) dan gambar dari domain seperti yang ditunjukkan di bawah ini dapat
dibangun.
Gambar 3.1.1 Magnet Domain pada baja karbon yang dipanaskan
Selama solidifikasi, satu triliun atau saat atom lebih selaras paralel
sehingga gaya magnet dalam domain yang kuat di satu arah. Bahan Ferromagnetik
dikatakan ditandai oleh "magnetisasi spontan" karena mereka mendapatkan
magnetisasi saturasi di setiap domain tanpa medan magnet luar diterapkan.
Meskipun domain yang magnetis jenuh, materi massal mungkin tidak
memperlihatkan tanda-tanda magnet karena domain mengembangkan diri dan
berorientasi secara acak relatif terhadap satu sama lain.
Bahan Ferromagnetik menjadi magnet ketika domain magnet dalam bahan
dan kepatuhannya. Ini dapat dilakukan dengan menempatkan bahan pada medan
magnet eksternal yang kuat atau dengan melewatkan arus listrik melalui material.
Beberapa atau semua domain bisa menjadi selaras. Lebih domain yang sesuai,
semakin kuat medan magnet dalam material. Ketika semua domain yang sesuai,
bahan dikatakan magnetis jenuh. Ketika materi secara magnetis jenuh, tidak ada
jumlah tambahan kekuatan magnetisasi eksternal akan menyebabkan peningkatan
tingkat internal magnetisasi.
Kecil daerah magnetisasi spontan, terbentuk pada temperatur di bawah
titik Curie, dikenal sebagai domain. Seperti ditunjukkan dalam ilustrasi tersebut,
domain berasal dalam rangka untuk menurunkan energi magnetik. Dalam Ver. B
terlihat bahwa dua domain akan mengurangi besarnya medan magnet luar, karena
16
garis gaya magnetik yang dipersingkat. Pada pembagian lebih lanjut, seperti,
bidang ini masih jauh berkurang.
Gambar 3.1.2 Menurunkan energi medan magnet oleh domain. (a). Garis gaya untuk domain tunggal. (b) Shortening dari garis-garis gaya dengan pembagian ke dalam dua
domain. (c). Pengurangan energi lapangan dengan pembagian lebih lanjut.
3.2 Suhu Curie
Semua ferromagnetik memiliki suhu maksimum di mana properti
feromagnetik menghilang sebagai hasil dari agitasi termal. Suhu ini disebut suhu
Curie. Suhu Curie besi adalah sekitar 1043 K. Suhu Curie memberikan gambaran
jumlah energi yang diperlukan untuk memecah jangka panjang memesan dalam
materi. Pada 1043 K energi panas adalah sekitar 0,135 eV dibandingkan menjadi
sekitar 0,04 eV pada suhu kamar.
Tabel 3.2.1 Suhu Curie beberapa bahan feromagnetik
Material Suhu Curie (K)
Fe 1043
Co 1388
Ni 627
Gd 293
Dy 85
CrBr3 37
Au2MnAl 200
Cu2MnAl 630
Cu2MnIn 500
EuO 77
EuS 16.5
MnAs 318
17
0 T
Kompleks
Tf
MnBi 670
GdCl3 2.2
Fe2B 1015
MnB 578
Pada temperatur tertentu bahan feromagnetik akan berubah menjadi bahan
paramagnetik, temperatur transisi ini dinamakan temperatur curie. Diatas
temperatur curie orientasi momen magnetik akan menjadi acak, dan suseptibilitas
magnetiknya diberikan oleh persamaan:
χ= CT−T f (3.2.1)
Dimana C adalah tetapan Curie dan Tf adalah temperatur Curie. Persamaan 3.2.1
merupakan hukum Curie- Weiss, besar tetapan Curie adalah
C=T f
λ (3.2.2)
C=μ0 N ( gμB)
2
kB (3.2.3)
Dimana λ adalah konstanta Weiss yang besarnya
λ=−k BT f
μ0 N (gμB)2 (3.2.4)
18
Gambar 3.2.1 Grafik hubungan antara magnetik terhadap temperatur T
pada bahan feromagnetik (Kittel, 1996)
3.3 Permeabilitas
Seperti telah disebutkan sebelumnya, permeabilitas adalah properti materi
yang menggambarkan kemudahan dengan fluks magnetik yang didirikan di suatu
komponen. Ini adalah rasio kepadatan fluks untuk gaya magnetizing dan diwakili
oleh persamaan berikut:
m = B/H
Jelas bahwa persamaan ini menggambarkan kemiringan kurva pada setiap
titik pada hysteresis loop. Nilai permeabilitas diberikan dalam kertas dan bahan
referensi biasanya permeabilitas maksimum atau permeabilitas relatif maksimum.
Permeabilitas maksimum adalah titik di mana kemiringan H / kurva B untuk
material unmagnetized adalah terbesar. Hal ini sering diambil sebagai titik di
mana garis lurus dari titik asal
bersinggungan dengan H / kurva B.
Permeabilitas relatif tiba di dengan mengambil rasio permeabilitas bahan
yang ke permeabilitas dalam ruang kosong (udara).
19
Bentuk hysteresis loop bercerita banyak tentang bahan yang magnet.
Kurva histeresis dari dua material yang berbeda akan ditampilkan dalam grafik.
Sehubungan dengan bahan lain,
bahan dengan hysteresis loop yang
lebih luas memiliki:
Permeabilitas rendah
Tinggi Retentivity
Tinggi koersivitas
Keengganan Tinggi
Sisa Magnit Tinggi
Sehubungan dengan bahan lain,
bahan dengan hysteresis loop
sempit memiliki:
Permeabilitas Tinggi
Lower Retentivity
Lower koersivitas
Keengganan Bawah
Sisa Magnit rendah.
Dalam pengujian partikel magnetik, tingkat magnet residual adalah
penting. Sisa medan magnet dipengaruhi oleh permeabilitas, yang dapat
berhubungan dengan kadar karbon dan paduan material. Sebuah komponen
dengan kandungan karbon yang tinggi akan memiliki permeabilitas rendah dan
akan mempertahankan fluks magnet lebih dari bahan dengan kandungan karbon
yang rendah.
3.3.1 The Loop histeresis dan Magnetik Properties
Sebagian besar informasi dapat belajar tentang sifat-sifat magnetik
material dengan mempelajari hysteresis loop nya. Sebuah hysteresis loop
menunjukkan hubungan antara kepadatan fluks induksi magnet (B) dan gaya
20
magnetizing (H). Hal ini sering disebut sebagai BH loop. An Sebuah contoh
hysteresis loop ditampilkan di bawah.
Loop yang dihasilkan dengan mengukur fluks magnetik bahan
ferromagnetic sedangkan gaya magnetizing berubah. Suatu bahan feromagnetik
yang belum pernah dilakukan sebelumnya magnet atau telah sepenuhnya
demagnetized akan mengikuti garis putus-putus sebagai H meningkat. Sebagai
baris menunjukkan, semakin besar jumlah saat ini diterapkan (H +), semakin kuat
medan magnet dalam komponen (B +). Pada titik "a" hampir semua domain
magnetik adalah selaras dan peningkatan tambahan dalam angkatan magnetizing
akan menghasilkan peningkatan yang sangat sedikit di fluks magnetic. Ketika H
adalah nol, kurva akan bergerak dari titik "" untuk titik "b. Pada titik ini, dapat
dilihat bahwa beberapa fluks magnetik tetap dalam materi meskipun gaya
magnetizing adalah nol. Hal ini disebut sebagai titik retentivity pada grafik dan
menunjukkan remanen atau tingkat magnetisme sisa dalam bahan. (Beberapa
domain magnetik tetap selaras tetapi beberapa telah kehilangan keselarasan
mereka kekuatan.) Sebagai magnetizing dibalik, kurva bergerak ke titik "c", di
mana fluks telah dikurangi menjadi nol. Ini disebut titik koersivitas pada kurva.
(Gaya magnetizing terbalik memiliki cukup membalik domain sehingga fluks
21
bersih dalam bahan material adalah nol.) Gaya yang dibutuhkan untuk menghapus
sisa daya tarik dari disebut gaya koersif atau koersivitas material.
Sebagai kekuatan magnetizing meningkat pada arah negatif, material lagi
akan menjadi magnetis jenuh tetapi dalam arah yang berlawanan (titik "d").
Reducing . Mengurangi H ke nol membawa kurva ke titik "e." . Ini akan memiliki
tingkat residu magnet sama dengan yang dicapai ke arah lain. Meningkatkan H
kembali pada arah yang positif akan kembali B ke nol. Perhatikan bahwa kurva
tidak kembali ke asal usul grafik karena beberapa gaya yang dibutuhkan untuk
menghapus sisa magnetisme. Kurva akan mengambil jalan yang berbeda dari titik
"f" kembali ke titik jenuh dimana dengan lengkap loop.
Dari loop histeresis, sejumlah sifat magnet utama bahan dapat ditentukan.
1. Retentivity - Sebuah ukuran kepadatan fluks sisa sesuai dengan induksi
saturasi bahan magnet. Dengan kata lain, adalah materi kemampuan untuk
mempertahankan sejumlah medan magnet sisa ketika gaya magnetizing
dihapus setelah mencapai kejenuhan (Dengan nilai B di b titik pada kurva
histeresis.)
2. Sisa Magnit atau Sisa Fluks - kepadatan fluks magnetik itu tetap berada
di material ketika gaya magnetizing adalah nol. Perhatikan bahwa magnet
sisa dan retentivity adalah sama ketika materi telah magnet ke titik jenuh.
Namun, tingkat daya tarik sisa mungkin lebih rendah dari nilai retentivity
ketika gaya magnetizing tidak mencapai tingkat kejenuhan.
3. Memaksa Force - Jumlah reverse medan magnet yang harus diterapkan
untuk bahan magnetik untuk membuat kembali fluks magnetik ke nol.
(Nilai c H di titik pada kurva histeresis.)
4. Permeabilitas, m - A milik dari bahan yang menggambarkan kemudahan
dengan fluks magnet yang didirikan di komponen.
5. Keengganan - Apakah oposisi bahwa bahan feromagnetik menunjukkan
untuk pembentukan medan magnet. Keengganan analog dengan resistensi
dalam sebuah sirkuit listrik.
3.4 Aplikasi Feromagnetik
3.4.1 Elektromagnet
22
Elektromagnet biasanya dalam bentuk inti besi solenoida . Feromagnetik
milik inti besi penyebab internal domain magnetik besi untuk berbaris dengan
lebih kecil mengemudi medan magnet dihasilkan oleh arus dalam solenoida.
Efeknya adalah perkalian medan magnet oleh faktor-faktor dari puluhan bahkan
ribuan. Solenoida bidang hubungan adalah
Dan k adalah permeabilitas relatif dari besi itu, menunjukkan efek pembesar dari
inti besi.
23
24
25
26
27
Gambar 3.4.1 Elektromagnetik
3.4.2 TransformatorSebuah transformator memanfaatkan Hukum Faraday dan feromagnetik
sifat dari inti besi untuk efisien meningkatkan atau menurunkan tegangan AC. Ini
tentu saja tidak dapat meningkatkan daya sehingga jika tegangan dinaikkan,
arusnya diturunkan secara proporsional dan sebaliknya.
Gambar 3.4.2 Pembentukan transformator dan perhitungan
Transformator dan Hukum Faraday
28
Gambar 3.4.3 Transformator dan penerapan hukum Farady
DAFTAR PUSTAKA
Tipler. (2001). Fisika Teknik, Erlangga : Jakarta.
Kittel, C. (1996). Pengantar Fisika Solid State, New York : Wiley.
Departemen Sains Material. (2008). Feromagnetisme, Wikipedia.
Glen, A. (1998). Daya Tarik .Inggris : Hyperbook Fisika. Retrieved 5 Mei 2010
dari http://id.hyperbookfisika//dayatarik.id.org
Halaman website :
www.wikipedia//feromagnetisme.com
www.wikipedia//feromagnetisme/bahan.com
www.answer.com
www.hyperteksbook//fisika/dayatarik.com
29
30