fermentasi roti

Upload: hana-r-himmah

Post on 17-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PENGENDALIAN PROSES FERMENTASI DALAM PENGOLAHAN ROTI Nyoman Semadi Antara, Ph.D.

    Proses fermentasi pada pengolahan roti sudah dilakukan sejak lama. Proses tersebut

    dilakukan untuk menghasilkan potongan roti (loaves) dengan bagian yang porus dan

    tekstur roti yang lebih lembut. Metode ini didasarkan pada terbentuknya gas akibat proses

    fermentasi yang menghasilkan konsistensi adonan yang frothy (porus seperti busa).

    Secara umum, proses fermentasi yang dilakukan pada tahapan pengolahan roti dapat

    dilihat pada gambar.

    Pembentukkan gas pada proses fermentasi sangat penting karena gas yang

    dihasilkan akan membentuk struktur seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam adonan

    dapat berlangsung cepat pada saat baking. Panas yang masuk ke dalam adonan akan

    menyebabkan gas dan uap air terdesak ke luar dari adonan, sementara terjadi proses

    gelatinisasi pati sehingga terbentuk struktur frothy.

    Fermentasi adonan didasarkan pada aktivitas-activitas metobolis dari khamir dan

    bakteri asam laktat. Aktivitas mikroorganisme ini pada kondisi anaerob akan

    menghasilkan metabolit fungsional yang penting pada pembentukkan adonan (lihat

    tabel). Dengan mengendalikan parameter proses fermentasi dan metode preparasi adonan

    dapat dimungkinkan mempengaruhi aktivitas mukroorganisme dan enzim untuk

    menghasilkan adonan roti yang dikehendaki seperti volume, konsistensi, dan

    pembentukkan metabolit.

    Pengaruh fermentasi adonan menurut jenis dan fungsinya pada proses baking

    Pengaruh Jenis Fungsi

    Primer Pembentukkan metabolit fungsional (karbon dioksida, etanol, asam laktat, asam asetat) Volume, tekstur, rasa, umur simpan

    Sekunder Degradasi senyawa makromolekul (pentosan, -glukan, protein)

    Konsistensi, tekstur, umur simpan

    Tersier Pembentukan metabolit prekursor (prekursor flavor: komponen reaksi Maillard) Flavor, warna

  • Proses pembuatan roti dengan fermentasi adonan

    Ingredients

    Mixing/Kneading

    Dough

    Fermentation

    Pre-ripened dough

    Dividing/Forming

    Dough pieces

    Fermentation

    Mature dough pieces

    Baking

    Bread

    Activities of microorganisms and

    enzymes

  • Fermentasi Adonan

    Berbagai metode fermentasi adonan berkembang untuk memperoleh hasil sesuai

    dengan karakteristik berbagai jenis produk bakery. Walaupun berbagai metode

    dikembangkan, namun secara umum terjadi kecendrungan untuk menyederhanakan,

    memperpendek dan automatisasi proses fermentasi. Proses biologis yang kompleks

    selama fermentasi perlu dikendalikan untuk menghasilkan adonan sesuai dengan yang

    diinginkan. Untuk itu, pengendalian haruslah dilakukan selama periode fermentasi.

    Semua factor seperti suhu, mutu dan jumlah sel, serta laju pertumbuhan harus terkendali,

    sehingga terbentuk gas di dalam adonan.

    Adonan yang frothy dapat dihasilkan dengan terbentuknya atau terdispersinya

    gelembung-gelembung gas di dalam adonan. Gas yang dibutuhkan untuk terbentuknya

    adonan dapat dihasilkan melalui proses biologis, kimia, maupun fisik. Gas yang

    dihasilkan terdispersi ke dalam adonan dalam bentuk gelembung untuk menghasilkan

    pori yang halus seperti gabus. Gas yang terbentuk merupakan gas CO2. Kehalusan pori

    yang terbentuk selama proses pengadonan tergantung pada karakteristik tepung yang

    digunakan seperti viskoelastisitas dari gluten dan daya ikat air (water-binding capacity)

    pentosan. Pori yang halus bisa juga terbentuk oleh karena udara masuk ke dalam adonan

    dan terdispersi dalam bentuk gelembung yang halus ketika tepung dan air dicampur dan

    diulen. Gelembung udara yang terperangkap berperan sebagai inti yang menyerap gas

    CO2 yang terbentuk akan membuat adonan mengembang membentuk struktur spon.

    Pengembangan adonan dapat melebihi 1:6 karena gas CO2 terbentuk selama fermentasi.

    Pembentukkan gas selama fermentasi diikuti oleh reaksi-reaksi fermentative lainnya

    seperti terbentuknya metabolit-metabolit intermediate yang berpengaruh pada konsistensi

    adonan dan terbentuknya senyawa-senyawa volatile yang merupakan precursor aroma.

    Gas yang terdispersi dan terperangkap di dalam adonan dalam bentuk gelembung

    dibutuhkan untuk pembentukkan pori. Terbentuknya dinding pori yang elastis

    (extensible) tergantung pada kandungan protein yang spesifik yang dapat membentuk

    film yang elastis. Karakteristik semacam ini diperlihatkan oleh gluten (gliadin dan

    glutenin) yang merupakan jenis protein yang terkandung di dalam tepung gandum. Ketika

    tepung gandum dicampur dengan air, gluten akan membentuk massa viskoelastis yang

  • mengikat semua bahan adonan terutama pati menjadi suatu jaringan. Lapisan film yang

    terbentuk bersifat impermiabel terhadap gas, sehingga dapat memerangkap gas dan

    mebentuk pori. Selanjutnya pada saat proses pemanggangan (baking) terjadi gelatinisasi

    pati dan koagulasi gluten yang dapat membentuk crumb dan tekstur yang lembut.

    Lama penyiapan dan fermentasi adonan sangat bervariasi yang harus dapat

    dikendalikan dengan baik. Penggunaan proporsi khamir yang tinggi akan menyebabkan

    pembentukkan gas yang cepat. Hal ini dapat menyulitkan dalam pengaturan waktu

    fermentasi dan penyiapan adonan. Untuk itu, penjadwalan yang ketat dibutuhkan saat

    penyiapan adonan karena pengembangan volume adonan terjadi dengan cepat.

    Pengakhiran proses fermentasi sangat mempengaruhi volume dan bentuk akhir produk

    bakery.

    Peran Khamir dalam Pembuatan Roti

    Khamir jenis Saccharomyces cereviceae merupakan jenis khamir yang paling

    umum digunakan pada pembuatan roti. Khamir ini sangat mudah ditumbuhkan,

    membutuhkan nutrisi yang sederhana, laju pertumbuhan yang cepat, sangat stabil, dan

    aman digunakan (food-grade organism). Dengan karakteristik tersebut, S. cereviceae

    lebih banyak digunakan dalam pembuatan roti dibandingkan penggunaan jenis khamir

    yang lain. Dalam perdagangan khamir ini sering disebut dengan bakers yeast atau ragi

    roti.

    Pengembangan Adonan. Penggunaan mikroorganisme dalam pengembangan adonan

    masih menjadi fenomena yang asing bagi masyarakat yang tidak familiar dengan pabrik

    roti. Udara (oksigen) yang masuk ke dalam adonan pada saat pencampuran dan

    pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir. Akibatnya akan

    terjadi kondisi yang anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas CO2 yang dihasilkan

    selama proses fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film gluten yang

    impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang elastis dan extensible yang selanjutnya

    menyebabkan pengembangan (penambahan volume) adonan.

    Asidifikasi. Selama proses fermentasi selain dihasilkan gas CO2 juga dihasilkan asam-

    asam organik yang menyebabkan penurunan pH adonan. Karena tingginya kapasitas

    penyangga (buffer capacity) protein di dalam adonan, maka tingkat keasaman dapat

  • ditentukan dengan menentukan total asam adonan. Proses asidifikasi ini dapat dijadikan

    sebagai indikator bahwa fermentasi adonan berjalan dengan baik. Dengan demikian

    pengukuran pH mutlak diperlukan dalam pengendalian proses.

    Produksi Flavor. Terbentuknya alkohol, penurunan pH, dan terbentuknya metabolit

    lainnya secara langsung akan berperan sebagai prekursor flavor dan rasa roti. Akibat

    proses fermentasi tersebut dapat menghasilkan roti dengan mutu organoleptik yang

    ekselen.

    Pengendalian Fermentasi

    Banyak faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adonan, namun tetap harus

    diingat bahwa dalam proses fermentasi tersebut yang dipentingkan adalah pengembangan

    adonan. Pengembangan adonan sendiri merupakan akibat dari peningkatan tekanan

    internal akibat dari gas CO2 yang dihasilkan. Dengan demikian, beberapa parameter yang

    mempengaruhi laju pengembangan adonan adalah ekstensibilitas dan elastisitas film

    protein, viskositas adonan, dan tentu saja aktivitas khamirnya.

    Suhu. Aktivitas khamir sangat dipengaruhi oleh suhu medium. Pada kisaran suhu 20-

    40oC, peningkatan suhu adonan 1oC akan meningkatkan laju fermentasi sampai 12%.

    Oleh karena itu, pada proses produksi sangat vital untuk dilakukan pemantauan dan

    pengendalian suhu adonan secara akurat pada akhir proses pencampuran. Perlu diketahui

    dan menjadi catatan bahwa apabila suhu adonan melebihi 55oC maka khamir akan mati.

    Konsentrasi Khamir. Pada suhu tersebut di atas, laju fermentasi tergantung pada jumlah

    khamir ynag digunakan. Setelah proses fermentasi 1 jam akan terjadi sedikit penurunan

    pertumbuhan khamir pada penambahan khamir 2-5%. Kemudian segera pertumbuhan

    khamir meningkat kembali setelah tersedia nutrisi untuk pertumbuhannya. Selain jumlah

    khamir yang digunakan, keberadaan gula sebagai sumber nutrisi juga mempengaruhi laju

    pengembangan adonan.

    pH. Proses fermentasi oleh khamir terjadi secara optimal diantara pH 4 dan 6. Pada

    proses pembuatan roti, pH adonan pada akhir fermentasi adalah sekitar 5,2. Apabila

    menggunakan kultur starter untuk sourdough, pH adonan dapat lebih rendah.