fenomena pusat kebugaran dalam perkembangan...

70
UNIVERSITAS INDONESIA FENOMENA PUSAT KEBUGARAN DALAM PERKEMBANGAN KOTA (STUDI KASUS : CELEBRITY FITNESS MALL PURI INDAH DAN FITNESS FIRST MENARA BCA THAMRIN) SKRIPSI KURNIA WIJAYANTI 0405050274 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM ARSITEKTUR DEPOK JUNI 2009

Upload: dinhthien

Post on 14-May-2018

222 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

UNIVERSITAS INDONESIA

FENOMENA PUSAT KEBUGARAN

DALAM PERKEMBANGAN KOTA (STUDI KASUS : CELEBRITY FITNESS MALL PURI INDAH DAN

FITNESS FIRST MENARA BCA THAMRIN)

SKRIPSI

KURNIA WIJAYANTI 0405050274

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM ARSITEKTUR

DEPOK

JUNI 2009

Page 2: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

UNIVERSITAS INDONESIA

FENOMENA PUSAT KEBUGARAN

DALAM PERKEMBANGAN KOTA (STUDI KASUS : CELEBRITY FITNESS MALL PURI INDAH DAN

FITNESS FIRST MENARA BCA THAMRIN)

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Arsitektur

KURNIA WIJAYANTI 0405050274

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM ARSITEKTUR

DEPOK JUNI 2009

Page 3: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

ii UNIVERSITAS INDONESIA

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Kurnia Wijayanti

NPM : 0405050274

Tanda Tangan :

Tanggal : 26 Juni 2009

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 4: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

iii UNIVERSITAS INDONESIA

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Kurnia Wijayanti NPM : 0405050274 Program Studi : Arsitektur Judul Skripsi : Fenomena Pusat Kebugaran dalam Setting Kota Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana S1 pada Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ir. Toga H. Panjaitan A.A.Grad.Dipl. ( ) Penguji : ( ) Penguji : ( ) Ditetapkan di : Tanggal : 1 Juli 2009

Yandi Andri Yatmo S.T., M.Arch., Ph.D

Ir. Antony Sihombing, MPd, PhD

Depok

Perkembangan

Kota

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 5: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

iv UNIVERSITAS INDONESIA

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

nikmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.

Terselesainya penulisan skripsi ini juga tak lepas dari bantuan moril maupun

materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Ir. Toga H. Pandjaitan A.A.Grad.Dipl. selaku dosen pembimbing skripsi.

Yandi Andri Yatmo S.T., M.Arch., Ph.D dan Ir. Antony Sihombing, MPd,

Ph.D selaku dosen penguji mata kuliah skripsi

Dr. Ir. Hendrajaya Isnaeni M.Sc selaku dosen penanggungjawab mata kuliah

skripsi.

Ir. Evawani Ellisa M.Eng., Ph.D atas masukan yang telah diberikan selama

penyelesaian skripsi ini.

Keluarga saya: Ibu-Bapak sebagai motivator sekaligus inspirator terbesar bagi

saya, Mas Wawan-Kak Ifiet-Teta yang selalu mewarnai dan memberi

semangat dalam menyelesaikan skripsi, Embah Putri di Suruh, Embah

Kakung-Putri di Salatiga yang selalu mendoakan agar saya lekas

menyelesaikan kuliahnya di S1, serta Yune-Pak Marta yang selalu memahami

karakter saya selama di rumah.

Manajemen Celebrity Fitness Puri, Perpustakaan FTUI, Perpustakaan

Psikologi UI, dan Perpustakaan Teknik Untar, yang mengijinkan saya

mengambil data serta meminjam buku untuk melengkapi tugas skripsi ini.

Sahabat-sahabat saya di kampus: Vava, Irma, Chery, Lia terima kasih atas

semua hal yang telah kita lewati bersama selama hampir empat tahun. Lia,

Oho, Dilla, Tyas teman-teman dalam ber-fitness dan memberikan inspirasi

terhadap penyusunan skripsi ini, terimakasih.

Irma, Chery, Novi, Najjah, Cilla, Reni, Ika T sebagai teman dalam melakukan

berbagai hal selama berada dikosan.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 6: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

v UNIVERSITAS INDONESIA

Dewi, Chery, Channing atas masukan dan koreksinya terhadap tulisan penulis;

dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

semester terakhir angkatan 2005, serta para Wiradha: Lucky, Reni, Ama,

Tasya, Maya, Mimi yang berbaik hati meminjamkan pusjur sebagai area

mengerjakan skripsi.

Sahabat-sahabat sepanjang zaman: Deska, Nurul, Shinta, Wiwin, Lila, Iun,

Setya, Ayu di Solo; Wahyu, Dwi, Rini di Jakarta; rasanya tanpa mereka saya

tak akan bisa seperti ini. Terimakasih atas semangat, dorongannya untuk terus

maju, tetap bekerja keras, dan tak putus dalam doa.

Karyawan Departemen Arsitektur FTUI dan teman-teman di Arsitektur FTUI

dari angkatan 2004-2007 yang tak dapat disebutkan satu-persatu, serta semua

pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini.

Pada kesempatan ini, saya juga memohon maaf atas segala kesalahan dan

kekurangan yang terjadi selama pengerjaan tugas skripsi, baik yang di sengaja

maupun tidak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi

mahasiswa Arsitektur FTUI.

Depok, 1 Juli 2009

Kurnia Wijayanti

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 7: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

vi UNIVERSITAS INDONESIA

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Kurnia Wijayanti

NPM : 0405050274

Program Studi : Arsitektur

Departemen : Arsitektur

Fakultas : Teknik

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas tugas akhir saya yang berjudul:

”Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kota”

Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak

menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data

(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak

Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 13 Juli 2009

Yang menyatakan

(Kurnia Wijayanti)

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 8: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

vii UNIVERSITAS INDONESIA

ABSTRAK

Nama : Kurnia Wijayanti Program Studi : Arsitektur Judul : Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kota

Perkembangan kota dan fenomena gaya hidup masyarakat yang tinggal didalamnya merupakan dua hal yang saling berelasi. Gaya hidup masyarakat berubah seiring dengan perkembangan kota, dan faktor terbesar yang mempengaruhi perkembangan suatu kota adalah meningkatnya kebutuhan manusia yang tinggal didalamnya. Di kota besar seperti Jakarta, masyarakat yang pasti tetap bertahan dan mengikuti perubahan ini adalah mereka yang berada pada status sosial menengah-atas.

Bagi sebagian besar masyarakat menengah-atas di Jakarta, menjaga kebugaran merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupannya. Seiring dengan perubahan gaya hidup dan bertambahnya tuntutan pekerjaan, membuat jasa penyedia kebugaran memberikan variasi dalam fasilitas dan pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat tersebut.

Aspek utama yang di lihat para perancang pusat kebugaran adalah keinginannya memberikan sentuhan berbeda terhadap bentuk-bentuk pusat kebugaran yang telah ada selama ini dan tentu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kelas menengah-atas yang akan menjadi targetnya. Melalui penulisan ini, pembahasan akan diarahkan pada dampak perkembangan kota serta aplikasi arsitektur post modern terhadap pusat kebugaran. Pembahasan fenomena pusat kebugaran juga di lihat dari hadirnya berbagai konsep dan segmentasi baik dari segi lokasi maupun pengunjung. Di samping itu, berbagai aspek kebutuhan masyarakat diperhatikan dengan seksama oleh perancang sehingga pusat kebugaran yang hadir di tengah kota memiliki konsep, karakteristik, maupun ornamentasi berbeda sesuai dengan kebutuhan pengunjung.

Kata kunci : Gaya hidup, perkembangan kota, pusat kebugaran

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 9: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

viii UNIVERSITAS INDONESIA

ABSTRACT

Name : Kurnia Wijayanti Study Program : Architecture Title : Phenomenon of Fitness Centre in the City of Development

The development of the city and the phenomenon of the life -style change

of the people living inside are interconnected. People’s life style changes as the city develops. The biggest factor of the development itself is derived from the increasing demand of the people’s needs. In such a big city like Jakarta, the largest amount of costumers who stay this way and keep on changing is the middle-high class people.

For most of them, staying fit is separable in life. As the life style changes and the job demand increases, the provider of the fitness center offers a variety of facilities and services to meet the people’s needs.

The main factor of the fitness center designed is on how to give the touch of difference on the service which is made up to meet the interests of the people. In this writing, the discussion is directed to the impacts of city development and the application of post modern that influence of fitness centre. The phenomenon of the specially-conceptualized and segmented fitness center both in term of location and costumers. On the other thing, the designers keep watching the phenomenon in order to come up with a certain and different concept, characteristics and ornaments following the interests of the segmented costumers.

Key words : Life-style, city development, fitness centre

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 10: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

ix UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL------------------------------------------------------------------------i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI-------------------------------------------------ii

HALAMAN PENGESAHAN------------------------------------------------------------iii

UCAPAN TERIMA KASIH--------------------------------------------------------------iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR----------------vi

ABSTRAK----------------------------------------------------------------------------------vii

DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------------ix

DAFTAR ISTILAH-----------------------------------------------------------------------xii

DAFTAR GAMBAR---------------------------------------------------------------------xiii

DAFTAR TABEL-------------------------------------------------------------------------xiv

BAB I PENDAHULUAN-----------------------------------------------------------------1

I.1 Latar Belakang----------------------------------------------------------------------1

I.2 Perumusan Masalah----------------------------------------------------------------3

I.3 Tujuan Penulisan-------------------------------------------------------------------4

I.4 Metode Pembahasan---------------------------------------------------------------5

I.4.1 Metode pendekatan penulisan -------------------------------------------5

I.4.2 Subjek penulisan-----------------------------------------------------------5

I.4.3 Lokasi Pengamatan--------------------------------------------------------5

I.5 Sistematika Penulisan--------------------------------------------------------------6

I.6 Sistematika Pemikiran-------------------------------------------------------------7

BAB II TINJAUAN KEBUTUHAN MANUSIA DAN GAYA HIDUP

MASYARAKAT KOTA--------------------------------------------------------8

II.1 Kebutuhan Manusia dalam Psikologi--------------------------------------------8

II.2 Gaya Hidup Masyarakat Kota---------------------------------------------------10

II.2.1 Pengertian Gaya Hidup -------------------------------------------------10

II.2.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Gaya Hidup------------10

II.2.2 Gaya Hidup sebagai Indentias Individu dalam Kelompok---------11

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 11: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

x UNIVERSITAS INDONESIA

II.2.3 Gaya Hidup dan Perilaku Masyarakat --------------------------------11

II.3 Kebutuhan Fisik Masyarakat Kota----------------------------------------------12

II.3.1 Kesehatan dan Kebugaran ----------------------------------------------12

II.3.1a Kesehatan dan Gaya Hidup-----------------------------------13

II.3.1b Stress dan Kesehatan-------------------------------------------13

II.3.2 Kesenggangan (Leisure) ------------------------------------------------14

II.3.3 Interaksi (Socialite)------------------------------------------------------17

BAB III TINJAUAN PERKEMBANGAN KOTA DAN PUSAT

KEBUGARAN -------------------------------------------------------------------18

III.1 Perkembangan Kota--------------------------------------------------------------18

III.1.1 Kajian Ruang Arsitektur Kota------------------------------------------18

III.1.2 Morfologi Kota-----------------------------------------------------------19

III.2 Tinjauan Terhadap Klub Kebugaran dan Gymnasium-----------------------23

III.2.1 Pengertian Klub Kebugaran--------------------------------------------23

III.2.2 Sejarah dan Perkembangan Klub dan Klub Kebugaran-------------24

III.2.3 Peran, Fungsi dan Fasilitas Klub Kebugaran-------------------------27

III.2.4 Gymnasium---------------------------------------------------------------29

III.3 Klub Kebugaran dalam Gymnasium (Pusat Kebugaran)--------------------30

BAB IV STUDI KASUS DAN ANALISIS-----------------------------------------33

IV.1 Celebrity Fitness Puri Mall------------------------------------------------------34

IV.2 Fitness First Menara BCA-------------------------------------------------------40

IV.3 Pendekatan Psikografis-----------------------------------------------------------45

IV.4 Segmentasi Pengunjung----------------------------------------------------------46

BAB V KESIMPULAN-----------------------------------------------------------------50

Daftar Pustaka----------------------------------------------------------------------------53

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 12: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

xi UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR ISTILAH

Eksklusif = khusus atau terpisah dari yang lain

Fenomena = gejala, hal-hal yang dirasakan, fakta atau kejadian

Metropolis = kota yang menjadi pusat kegiatan tertentu, baik

pemerintahan maupun industri dan perdagangan.

Metropolitan = penduduk metropolis

Semiotik = studi hubungan antara tanda (sign) dengan simbol, dan

bagaimana orang memberikan arti di antara keduanya.

Psikologis = berkenaan dengan psikologi (proses mental) atau bersifat

kejiwaan

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 13: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

xii UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar piramida kebutuhan oleh Abraham Mashlow --------------9

Gambar 2.2 Lukisan aktifitas leisure dengan background orang-orang yang

sedang berbelanja -------------------------------------------------------16

Gambar 3.1 Organik pattern terjadi di Jakarta--------------------------------------18

Gambar 3.2 Denah Kawasan Puri Jakarta Barat Th 2005-------------------------20

Gambar 3.3 Pengembangan Kawasan Puri Th 2009-------------------------------20

Gambar 3.4 Suasana Coffee House --------------------------------------------------25

Gambar 3.5 Lukisan-lukisan yang ditampilkan pada Klub The Athenaeum----25

Gambar 3.6 Foto Country Club Concordia di Bumi Sangkuriang ---------------26

Gambar 3.7 Foto salah satu fasilitas di Sawangan Golf dan Country Club ----26

Gambar 3.8 Foto Puri Bugar di Komplek Puri Indah -----------------------------27

Gambar 3.9 Foto Sport Club & Spa Kota Wisata di Kota Wisata Cibubur-----27

Gambar 3.10 Foto Kelapa Gading Sport Club di Kelapa Gading Permai --------27

Gambar 3.11 Foto Colosseum di Italia------------------------------------------------29

Gambar 3.12 Foto Klub Kalapa Gading di Komplek Kelapa Gading, Jakarta---30

Gambar 3.13 Foto Fitness First di Sudirman Place, Sentra Bisnis Sudirman----31

Gambar 3.14 Foto Gold’s Gym di MOI, Jakarta-------------------------------------31

Gambar 3.15 Foto Fitness and Spa di Hotel Ritz-Carlton Jakarta-----------------31

Gambar 4.1 Entrance yang sparkling dengan permainan warna lampu---------35

Gambar 4.2 Interior ruang cardio-----------------------------------------------------35

Gambar 4.3 Foto Mall Puri Indah dari pencitraan jarak jauh. --------------------36

Gambar 4.4 Posisi Celebrity Fitness dari Atas Mall Puri--------------------------37

Gambar 4.5 Denah Peletakan Celebrity Fitness Puri Mall------------------------38

Gambar 4.6 Foto entrance Celebrity Fitness Mall Puri Indah --------------------38

Gambar 4.7 View Celebrity Fitness dilihat dari denah mall Puri ----------------39

Gambar 4.8 Denah Interior Celebrity Fitness Puri---------------------------------40

Gambar 4.9 Denah Lokasi Fitness First Menara BCA-----------------------------41

Gambar 4.10 Fitness First Platinum di dalam Menara BCA-----------------------42

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 14: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

xiii UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 4.11 Denah Menara BCA, Hotel Indonesia Kempinski, Grand

Indonesia------------------------------------------------------------------43

Gambar 4.12 Foto Entrance Fitness First Platinum Menara BCA-----------------44 Gambar 4.13 Salah satu Fasilitas pada Fitness First --------------------------------44

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 15: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

xiv UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Fisik Celebrity Fitness Mall Puri Indah dan Fitness First

Platinum Menara BCA Thamrin --------------------------------------33

Tabel 2 Fenomena ketertarikan pengunjung terhadap Celebrity Fitness Mall

Puri Indah-----------------------------------------------------------------47

Tabel 3 Fenomena ketertarikan pengunjung terhadap Fitness First Platinum

Menara BCA Thamrin---------------------------------------------------48

Tabel 4 Dominasi keramaian pengunjung masing-masing pusat kebugaran

pada hari kerja dan hari libur-------------------------------------------49

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 16: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kebutuhan manusia sejalan dengan gaya hidup dan lingkungan yang

mempengaruhi kesehariannya, oleh karena itu di antara ketiganya memiliki

hubungan yang tak terpisahkan. Secara psikologi, kebutuhan manusia terbagi

dalam beberapa tingkatan dari yang mendasar hingga kompleks, dan Abraham

Maslow (1970) menjabarkan kebutuhan tersebut dalam lima tingkat, mulai dari

kebutuhan fisik sebagai kebutuhan paling dasar hingga aktualisasi diri sebagai

kebutuhan tertinggi.

Gaya hidup adalah bentuk dari frame of reference1 yang dipakai seseorang

dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku

tertentu, sedangkan lingkungan yang mempengaruhinya dalam hal ini adalah kota

di mana individu tersebut tinggal. Dalam konteks frame of reference, mengandung

makna bagaimana seseorang ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya

hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang

lain, dan hal ini berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk

merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat

berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.. Dari kedua pendapat ini

dapat disimpulkan bahwa konsep gaya hidup menjadi acuan penting dalam

mendapatkan skema kebutuhan manusia secara lebih lanjut. Salah satu hal yang

mempengaruhi antara gaya hidup dan kebutuhan manusia adalah adanya tingkatan

kelas, yakni dimana seseorang masuk dalam status sosial tertentu dan memiliki

kebutuhan yang sesuai dengan standar kelasnya. Kelas sosial adalah pendapatan

atau daya beli, sedangkan status sosial mengarah pada prinsip-prinsip konsumsi

yang berkaitan dengan gaya hidup.

------------------------------------------------- 1frame of reference disini diartikan sebagai acuan dan batasan dalam penyusunan pola tertentu.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 17: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

2

UNIVERSITAS INDONESIA

Pada Rencana Umum Pembangunan Sosial Budaya DKI Jakarta 1994-

1995 yang disusun Departemen Sosiologi UI, stratifikasi kelas diklasifikasikan

dalam lima strata, yaitu; lapisan elit, lapisan menengah, lapisan peralihan, lapisan

bawah, dan lapisan terendah (Susanto, 2001). Sedangkan di Amerika Serikat,

klasifikasi lapisan sosial dapat dibagi menjadi tujuh kelas, yakni: kelas Atas-Atas,

Atas Bawah, Menengah Atas, kelas Menengah, kelas Pekerja, Bawah Atas,

Bawah-Bawah.

Lingkungan kota, merupakan leburan dari bangunan dan penduduk yang

berada didalamnya. Sebuah kota mengalami perkembangan karena terjadi

peningkatan gaya hidup manusia yang menetap atau tinggal didalamnya. Maka

secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa perkembangan suatu kota

dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup akibat peningkatan kebutuhan masyarakat

yang tinggal di dalamnya.

Pada kota metropolis seperti Jakarta, dengan tingkat komersialisasi yang

tinggi, maka masyarakat yang dipastikan terus bertahan dan menikmati setiap

elemen pemenuhan kebutuhan yang ditawarkan adalah masyarakat kelas

menengah-atas dengan kebutuhan tertinggi pada keinginannya untuk

mengaktualisasikan diri.

Dalam teori Maslow (Abraham Maslow, 1970), kebutuhan seperti ini

terkait dengan konsep diri (self actualization concept) karena masyarakat dengan

kelas menengah-atas ini, menganggap produk-produk dalam konsep diri dapat

membantu mengekspresikan citra tertentu yang ingin dipancarkan. Citra tersebut

dapat merefleksikan citra diri secara aktual (actual self) yang menggambarkan

kepribadiannya yang sesungguhnya (the real me), maupun citra diri ideal (the

ideal self) yang menggambarkan keinginan pribadi untuk berada dalam satu

lingkungan tertentu yang sesuai dengan kelasnya (the person Id like to be).

Dan di kota besar seperti Jakarta, kehidupan manusia yang termasuk dalam

status sosial menengah-atas dengan kepemilikan konsep aktualisasi diri, biasanya

juga memiliki tingkat aktifitas dan kepenatan yang cukup tinggi. Maka untuk itu

dibutuhkanlah aktifitas penyegaran (refreshing) dengan tujuan utamanya untuk

menjaga kesehatan dan mempertahankan kebugaran tubuh.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 18: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

3

UNIVERSITAS INDONESIA

I.2 Perumusan Masalah

Dalam lingkup penyediaan aktifitas kebugaran yang sesuai dengan

perkembangan kota, terjadi tiga hubungan yang tak terpisahkan antara pengusaha

sebagai penyedia ruang aktifitas, perancang sebagai pencipta gaya hidup, dan

konsumen yang membutuhkan kepuasan terhadap sebuah aktifitas kebugaran.

Untuk dapat merencanakan dan merancang sebuah pusat kebugaran yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut, maka diperlukan pemahaman

disertai penerapan konsep yang matang terhadap gaya hidup masyarakat, serta

tren atau hal-hal yang sedang dan akan diminati masyarakat khususnya di

lingkungan Jakarta.

Dari latar belakang dan perumusan masalah di atas, penulis mengangkat

dua topik permasalahan yang akan diperdalam pada penulisan skripsi ini, pertama

mengenai fenomena atau gejala kehadiran pusat kebugaran pada bangunan

komersial ditinjau dari gaya hidup masyarakat dan perkembangan kota khususnya

di Jakarta. Dan yang kedua mengenai peran arsitektur dalam perkembangan pusat

kebugaran di tengah kota besar seperti Jakarta, dalam hal ini bertujuan untuk

menjawab kebutuhan masyarakat yang tinggal didalamnya.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 19: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

4

UNIVERSITAS INDONESIA

I.3 Tujuan penulisan

Penulisan ini bertujuan membuka wawasan baru terhadap dunia arsitektur

khususnya perkembangan pusat kebugaran di lingkungan kota. Hal-hal yang ingin

dicapai dalam penulisan ini adalah perolehan gambaran jelas mengenai fenomena

hadirnya pusat kebugaran pada bangunan komersial yang ditinjau dari gaya hidup

dan perkembangan kota.

Dalam kajiannya mengenai gaya hidup masyarakat kota, Amos Rapoport

(1990) berpendapat bahwa adanya kajian gaya hidup masyarakat merupakan cara

termudah untuk merencanakan dan merancang suatu lingkungan. Hal ini

disebabkan karena gaya hidup mampu menerangkan bagaimana seseorang

beraktivitas, memiliki minat, serta memiliki kemampuan dalam beropini terhadap

sesuatu. Dari pendapat ini, menunjukkan bahwa pengaruh gaya hidup secara tidak

langsung akan menuntut pengelola dan pengembang untuk menangkap

kecenderungan yang ada di masyarakat dan menerjemahkannya ke dalam bentuk

pelayanan yang diinginkan, dan salah satunya adalah fenomena kehadiran ruang

kebugaran di tengah kota besar yang mengakomodasi kebutuhan dan gaya hidup

penggunanya.

Dalam karya tulis ini, akan ditinjau pula hubungan antara kebutuhan

manusia yang mencakup unsur psikologis dan sosial dengan gaya hidup

masyarakatnya, khususnya kelas menengah-atas. Kedua hal tersebut kemudian

dikaitkan dengan kajian mengenai perkembangan kota, sehingga tercipta tempat

kebugaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yakni yang tidak hanya

mengakomodasi unsur kesehatan, tetapi juga kesenggangan (leisure) dan interaksi

(socialite). Dan dari kajian ini, diharapkan tujuan utama penulisan skripsi dapat

tercapai, yakni fenomena apa yang terjadi sehingga tumbuh adanya pusat

kebugaran pada bangunan komersial seperti di kota Jakarta.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 20: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

5

UNIVERSITAS INDONESIA

I.4 Metode Pembahasan

I.4.1 Metode pendekatan penulisan

Metode penulisan yang digunakan untuk menjawab permasalahan ini

berupa kajian literatur yang berhubungan dengan psikologi manusia,

perkembangan kota dan arsitektur. Dalam lingkup psikologi, metode pembahasan

diarahkan pada kajian-kajian literatur tentang kebutuhan manusia dan gaya hidup

masyarakat kota. Kemudian dalam arsitektur, metode pembahasan diarahkan pada

kajian literatur tentang perkembangan kota, dan perkembangan pusat kebugaran.

Kajian-kajian literatur tersebut diperoleh dari buku referensi, makalah, penulisan

ilmiah, ensiklopedia, majalah, surat kabar, maupun internet sebagai sumber data

sekunder.

I.4.2 Subjek penulisan

Oleh karena bahasan utama yang diangkat mengenai fenomena pusat

kebugaran, maka sebagai sumber data primer subjek utama penulisan dilakukan

secara kualitatif, yakni melalui studi lapangan berupa pengamatan langsung ke

lokasi studi kasus dan wawancara. Dari cara ini penulis kemudian mengamati dan

menganalisis konsep serta konteks ruang yang digunakan pada masing-masing

pusat kebugaran, dengan tujuan untuk memperoleh data-data yang diperlukan

sebagai bahan menganalisis fenomena pusat kebugaran dalam perkembangan

ruang arsitektur kota.

I.4.3 Lokasi Pengamatan

Pengamatan akan difokuskan pada dua pusat kebugaran yang terletak pada

bangunan komersial Jakarta yang memiliki konteks lahan dan segmentasi yang

berbeda. Pusat kebugaran yang dipilih merupakan pusat kebugaran yang

memperhatikan arah perkembangan arsitektur kota dan mengusung tema gaya

hidup masyarakat pada tingkat kelas tertentu dengan tingkatan kebutuhan semakin

kompeks. Lokasi pusat kebugaran sengaja dipilih yang berada tengah kota Jakarta,

karena unsur-unsur pemenuhan gaya hidup masyarakat yang mewakili kelas

tersebut tersedia disini.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 21: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

6

UNIVERSITAS INDONESIA

I.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab, dan tersusun

sebagai berikut:

I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang dari topik penulisan skripsi,

permasalah, tujuan penulisan, metode yang digunakan, serta sistematika

penulisan.

II Tinjauan Kebutuhan Manusia dan Gaya Hidup Masyarakat Kota

Bab ini berisi tinjauan literatur mengenai kebutuhan manusia dalam

psikologi, dan gaya hidup masyarakat kota. Pembahasan dititikberatkan

pada gaya hidup masyarakat kota pada tingkatan kelas menengah-atas

yang didalamnya membutuhkan beberapa aktifitas, seperti: kebugaran,

kesenggangan, dan interaksi, serta kaitan antara kebutuhan masyarakat

dengan gaya hidupnya.

III Tinjauan Perkembangan Kota dan Pusat Kebugaran

Bab ini berisi kajian mengenai perkembangan kota ditinjau dari ruang

arsitektur dan morfologi kota, serta pembahasan mengenai perkembangan

pusat kebugaran di masa modern. Konsep terciptanya pusat kebugaran

dibahas mulai dari sejarah berdirinya klub, klub kebugaran, gymnasium,

hingga terbentuk klub kebugaran dalam gymnasium atau yang sering

disebut pusat kebugaran (fitness centre)

IV Studi Kasus dan Analisis

Bab ini berisi penjelasan dua studi kasus ditinjau dari konteks lokasi,

deskripsi dan fenomena yang terjadi pada masing-masing pusat kebugaran

tersebut. Kemudian analisis diarahkan pada konsep dan konteks studi

kasus yang berhubuungan dengan kajian literature pada bab sebelumnya.

V Kesimpulan

Bab ini merupakan hasil pemikiran akhir dari seluruh bab yang sekaligus

menjawab pertanyaan dari masalah utama pada penulisan skripsi ini.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 22: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

7

UNIVERSITAS INDONESIA

I.4.5 Sistematika Pemikiran

Metode Pembahasan :

Kajian Literatur : - Gaya hidup masyarakat kota dan

perkembangan kota ditinjau dari unsur kebutuhan manusia yang tinggal didalamnya (secara psikologis dan kelompok)

- Pemahaman mengenai pusat kebugaran (fitness centre) : klub, klub kebugaran, gymnasium, dan klub kebugaran dalam gymnasium.

Studi Kasus : - Celebrity Fitness Mall

Puri Indah - Fitness First Menara BCA

Analisis : Analisis studi kasus yang dikaitan dengan kajian literatur

Kesimpulan : Kesimpulan sebagai jawaban terhadap kerangka permasalahan

dan mencapai tujuan awal penulisan

Permasalahan : 1. munculnya fenomena pusat

kebugaran yang dilandasi gaya hidup masyarakat dan perkembangan kota seperti Jakarta.

2. Peran arsitektur dalam perkembangan pusat kebugaran di kota besar, sebagai jawaban atas perubahan kebutuhan masyarakat.

Tujuan Penulisan : Tujuan penulisan ini untuk mengidentifikasi fenomena kehadiran pusat kebugaran pada bangunan komersial di kota seperti Jakarta. yang ditinjau dari gaya hidup dan perkembangan kota.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 23: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

8 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II

TINJAUAN KEBUTUHAN MANUSIA DAN GAYA HIDUP

MASYARAKAT KOTA

Bab ini membahas hubungan antara kebutuhan manusia dari sisi psikologi,

dan gaya hidup masyarakat. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial

memiliki beragam kebutuhan, baik untuk mempertahankan hidup maupun

menjaga eksistensi diri pada lingkungannya. Tingkat kebutuhan manusia sangat

tergantung pada kondisi lingkungan dan gaya hidup dimana mereka tinggal. Dan

rangkaian pembahasan ini akan diurutkan mulai dari kajian mengenai kebutuhan

manusia pada kelas masyarakat tertentu dan gaya hidup yang melingkupinya.

II.1 Kebutuhan Manusia dalam Psikologi

Dalam kehidupannya, manusia memiliki beragam kebutuhan, dari yang

mendasar hingga komplek dan Abraham Maslow (1970) membagi kebutuhan

tersebut dimulai dari; tingkat pertama yakni kebutuhan fisik (physiological needs),

meliputi kebutuhan akan makan dan minum; tingkat kedua yakni kebutuhan akan

rasa aman (safety and security needs), meliputi naungan atau keselamatan; tingkat

ketiga yakni kebutuhan sosial (social needs) terdiri dari kebutuhan untuk

berhubungan dengan orang lain seperti memiliki teman, keluarga, dan komunitas;

tingkat keempat terdapat kebutuhan akan kepuasan diri (self esteem), yang

meliputi keinginan untuk memperoleh kesuksesan, penguasaan, pengakuan

ataupun penghargaan; dan tingkat tertinggi yakni kebutuhan untuk

mengaktualisasikan diri (self actualization needs) seperti mengejar bakat,

kreatifitas, atau menyelesaikan tugas.

Sebagai makhluk individu, terdapat pola tingkah laku manusia yang tidak

hanya berdasarkan naluri, karena dengan akal pikirannya manusia memiliki

kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensi diri, sehingga mampu

menunjukkan eksistensi dirinya.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 24: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

9

UNIVERSITAS INDONESIA

Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan dan

kebergantungan dengan sesamanya baik dalam konteks fisik maupun sosial

budaya. Secara harafiah, sejak lahir manusia tidak dapat menggantungkan dirinya

sendiri untuk bertahan hidup. Dari sini menunjukkan bahwa manusia perlu

berhubungan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kebutuhan psikologi manusia pada tingkatan kelas menengah atas (telah

dijabarkan pada bab pendahuluan) memiliki kebutuhan paling komplek dan

mencapai puncak tertinggi yakni berupa kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.

Kebutuhan manusia yang seperti ini adalah terkait dengan konsep diri (self

actualization concept) karena masyarakat seperti ini menganggap produk-produk

dalam konsep diri dapat membantu mengekspresikan citra tertentu yang ingin

dipancarkan.

Gambar 2.1 Piramida kebutuhan Abraham Maslow

Sumber : dok. pribadi

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 25: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

10

UNIVERSITAS INDONESIA

II.2 Gaya Hidup Masyarakat Kota

Kebutuhan manusia dan gaya hidup masyarakat merupakan dua hal yang

saling berkaitan. Gaya hidup masyarakat merupakan pola perilaku sehari-hari

yang terbentuk akibat perubahan kebutuhan manusia, dan perubahan kebutuhan

setiap manusia juga terpengaruh oleh perubahan gaya hidup yang dialami oleh

masyarakatnya (Sarafino, 1990, p. 24).

II.2.1 Pengertian Gaya Hidup

Henry Assael dalam bukunya Marketing: Prinsciple and Strategy,

menuliskan pengertian gaya hidup sebagai berikut:

“A lifestyle is broadly defined as a mode of living that is identified by how

people spend their time (activities); what they consider important in their

environment (interest); and what they think of themselves and the world around

them (opinions)” (Assael, 1992, p. 294).

Dari penjabaran ini dapat di lihat bahwa gaya hidup adalah kecenderungan

seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diekspresikan dengan beragam

cara. Suatu hal yang dapat digunakan untuk mengukur gaya hidup seseorang

adalah seberapa besar aktivitas (waktu dan uang), minat (keinginan dan

kecenderungan sebagai prioritas yang ingin ditekuni), dan opininya (yang

dipikirkan tentang diri dan sekelilingnya) untuk menjalankan kehidupan sehari-

hari. Secara sadar ataupun tidak, maka di dalam unsur gaya hidup tercakup nilai-

nilai, kebiasaan, dan hubungan dengan orang lain sehingga akan mengikuti suatu

pola tingkah laku tertentu.

II.2.1 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Gaya Hidup

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya gaya hidup, antara lain:

usia, jenis pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, dan pendapatan. Menurut

Hawkins, Best dan Coney (1995) perkembangan gaya hidup dipengaruhi dua

faktor, eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup,

antara lain: budaya, subkebudayaan, nilai, demografi, status sosial, kelompok

referensi, dan rumah tangga. Sedangkan faktor internalnya adalah persepsi, belajar

dan ingatan, motif, kepribadian dan emosi, serta sikap.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 26: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

11

UNIVERSITAS INDONESIA

II.2.2 Gaya Hidup sebagai Indentitas Individu dalam Kelompok

Posisi seseorang dalam masyarakat dapat dilihat dari gaya hidupnya.

Solomon menyatakan “lifestyle is more than the allocation of discretionary

income. It is a statement about who one is in society and who one is not”.

(Solomon, 1999, p. 175)

Pernyataan ini diperkuat dalam tulisan Susanto (2001) yang menyatakan

bahwa gaya hidup seseorang ditentukan oleh keinginan orang tersebut untuk

memproyeksikan citra dirinya sebagai anggota kelompok tertentu ke masyarakat

atau sebaliknya, ditentukan tuntutan masyarakat terhadap cara orang tersebut

menentukan citra dirinya sebagai anggota kelompok tertentu. Sebagai contoh,

seorang pria metroseksual gaya hidupnya identik dengan kebugaran, perawatan

tubuh, dan penampilan, cara bergaul, berekreasi, dan tempat-tempat makan yang

dipilihnya. Lewat gaya hidup tertentu, pria metroseksual itu mencoba

menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia adalah bagian dari kelompok “pria

bergengsi” yang gaya hidupnya modern dan elegan.

II.2.3 Gaya Hidup dan Perilaku Masyarakat

Pada dasarnya gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya

menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Orang akan cenderung memilih,

produk, jasa, dan aktivitas tertentu karena produk, jasa, dan aktivitas tersebut

diasosiasikan dengan gaya hidup tertentu. Misalnya orang-orang yang berorientasi

pada karir akan memilih pakaian, buku, majalah, komputer, dan barang-barang

lainnya yang berbeda dengan mereka yang berorientasi pada keluarga.

Hawkins, Best, dan Coney (1995) memandang gaya hidup sebagai pusat

dari proses konsumsi. Gaya hidup yang ditentukan oleh faktor-faktor seperti

emosi, kepribadian, motivasi, persepsi, pembelajaran, budaya, nilai, demografi,

status sosial, dan kelompok referensi berhubungan dengan kebutuhan atau sikap

yang akan menentukan proses-proses konsumsi dalam situasi-situasi yang

dihadapi konsumen (pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi dan

seleksi, pemilihan tempat dan pembelajaran, serta proses-proses setelah pembelian

atau transaksi terjadi).

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 27: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

12

UNIVERSITAS INDONESIA

II.3 Kebutuhan Fisik Masyarakat Kota

Faktor pemenuhan kebutuhan fisik bagi masyarakat yang tinggal di

lingkungan perkotaan bervariasi, hal ini timbul karena masing-masing individu

memiliki gaya hidup yang berbeda-beda dan diharapkan memiliki kemampuan

untuk dapat beradaptasi dengan perilaku masyarakat yang lebih kompleks.

Secara umum, masyarakat diperkotaan memiliki kebutuhan fisik yang

berguna untuk menjaga keseimbangan hidupnya, yakni: kesehatan, kebugaran,

kesenggangan, dan interaksi.

II.3.1 Kesehatan dan Kebugaran

Dalam psikologi, kebugaran adalah gabungan antara olahraga dan aktivitas

yang dilakukan di tempat olahraga atau pusat olah raga atau di rumah. Tujuan

akhir latihan kebugaran adalah untuk:

- keadaan tubuh yang baik secara menyeluruh;

- pembakaran lemak dan kelangsingan (spinning, aerobik, kebugaran

jantung dll.);

- pertumbuhan tubuh (hipertrofi) atau bertambah kuatnya otot (binaraga)5.

Kesehatan atau health berasal dari kata wholeness yang mirip dengan

bahasa Anglo saxon, yakni whole, hale, and holy (Sheridan, 1992). Konsep

kesehatan merupakan dimensi yang menyeluruh, akibat dari interaksi kompleks

diantara biologis, psikis, dan sosial.

Dalam organisasi kesehatan dunia (WHO), kesehatan didefinisikan

sebagai: “A state of complete physical, mental and social well-being and not

merely the absence of disease or firmity.” (Sheridan, 1992). Menurut definisi

tersebut, maka kesehatan bukan hanya aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial.

Menurut Sheridan (1992), beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan

manusia, antara lain:

- Biologis: meliputi genetik dan kondisi fisik

- Psikologis: meliputi gaya hidup, tekanan, stabilitas emosional

- Sosial: efektivitas sosial

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 28: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

13

UNIVERSITAS INDONESIA

- Sosiodemografi: keamanan lingkungan, usia, jenis kelamin, pendidikan,

penghasilan, suku bangsa

Dan yang dibahas disini mengenai dampak psikologis akibat faktor gaya

hidup atau pola perilaku sehari-hari dan stress/tekanan yang tidak hanya

mempengaruhi fisiologis dan biologis, tetapi juga kesehatan mental maupun

aktifitas dan hubungan sosialnya.

II.3.1a Kesehatan dan Gaya Hidup

Kaitan antara kesehatan dan gaya hidup dapat kita lihat dengan adanya

beberapa pola perilaku individu yang beresiko mendatangkan penyakit atau

membuat tubuh berada dalam kondisi tidak sehat. Seperti: bekerja terlalu keras

hingga melupakan istirahat, kebiasaan ini memang tidak secara langsung

menyebabkan penyakit, tetapi berkaitan erat dengan munculnya problem

kesehatan. Seperti dalam kutipan Sarafino: ‘a risk factor is associated with a

health problem – it does not necessarily cause the problem’ (Sarafino, 1990). Dari

pengertian-pengertian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa gaya hidup dan

kesehatan merupakan perilaku yang ditampilkan individu sehari-hari yang

berhubungan dengan usaha meraih kondisi yang optimal.

II.3.1b Stress dan Kesehatan

Istilah stress sering diartikan dengan tekanan (pressure) dan ketegangan

(tension atau strain). Bart Smet (1994) berpendapat mengenai stress bahwa ketika

organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka secara cepat tubuh akan

terangsang dan termotivasi melalui sistem syaraf simpatetik dan endokrin,

sehingga respon fisiologis mendorong organisme untuk menyerang ancaman

tersebut atau melarikan diri.

Melalui tiga pendekatan diatas dapat dilihat bahwa peranan sumberdaya

atau kemampuan individu menjadi sangat penting dalam upaya beradaptasi

terhadap stres. Upaya individu dalam mengatasi stres sangat bergantung pada

tuntutan yang dihadapi dan sumberdaya yang dimiliki untuk menghadapi tuntutan

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 29: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

14

UNIVERSITAS INDONESIA

tersebut. Perubahan hidup berupa tuntutan-tuntutan hidup yang dihadapi manusia

terutama diperkotaan cenderung beragam. Berikut ini jenis-jenis tuntutan yang

dihadapi dan sumberdaya yang dimiliki untuk menghadapi tuntutan hidup:

1. Tuntutan yang dihadapi khususnya diperkotaan: problem pekerjaan, kondisi

lingkungan yang kurang nyaman, problem pertemanan, kesulitan keuangan,

problem kesehatan turunan, perasaan inferior, perkawinan tidak bahagia,

status sosial yang rendah, kondisi hidup yang tidak nyaman.

2. Sumber daya yang dimiliki untuk menghadapi tuntutan hidup: percaya diri,

keinginan untuk terus maju, teman dekat, penghasilan besar, kebugaran fisik,

3. Status sosial yang memuaskan, perkawinan bahagia, kesehatan mental,

kompetensi yang kuat, pekerjaan yang memuaskan, kondisi hidup yang

memuaskan.

Kemampuan individu dalam mengelola stress akan mempengaruhi

penyesuaian dirinya terhadap berbagai tekanan dan ini berdampak terhadap

kesehatan fisik. Bila seseorang berhasil mengelola stress maka kesehatan fisiknya

tidak akan terpengaruh, tetapi bila ia tidak berhasil mengatasi stres maka

kesehatan fisiknya dapat terpengaruh. Untuk mengatasi stress inilah maka di

butuhkan penyegaran, tentunya yang berhubungan dengan penyegaran fisik.

II.3.2 Kesenggangan (Leisure)

Asal kata leisure berasal dari bahasa Latin, licere yang berarti “to be

permitted” atau “to be free”. Dalam bahasa Indonesia, leisure berarti waktu luang,

dimana seseorang terlepas dari segala tekanan, dan dapat memilih sesuai dengan

kehendaknya sendiri untuk melakukan aktifitasnya (leisure activities). Aktifitas-

aktifitas leisure dapat berupa istirahat, menghibur diri, menyegarkan diri,

menambah pengetahuan, atau sekedar mencari suasana nyaman. Dalam kamus

wikipedia, pengertian leisure dijabarkan sebagai waktu bebas atau seringkali

dikatakan sebagai waktu senggang, yakni waktu di luar waktu kerja maupun

waktu di dalam aktivitas kehidupan domestik atau tempat tinggal.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan aktivitas kesenggangan diantaranya

adalah faktor gaya hidup dan demografis. Setiap individu memiliki pilihan dalam

aktivitas kesenggangan yang disesuaikan dengan gaya hidupnya masing-masing,

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 30: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

15

UNIVERSITAS INDONESIA

dan adanya faktor demografis seperti status sosial dan ekonomi secara tidak

langsung juga mempengaruhi pilihan dalam memanfaatkan waktu senggang.

Disini kesenggangan dijabarkan sebagai saat dimana individu melakukan aktivitas

atau hal-hal yang diinginkannya. Biasanya aktivitas tersebut dilakukan pada saat

individu bebas dari pekerjaan atau kewajiban rutin lainnya, sehingga semakin

tinggi rutinitas pekerjaan individu maka semakin besar kebutuhannya dalam

menggunakan aktivitas leisure. Orientasi dari aktivitas ini sendiri adalah untuk

mendapat kesenangan (pleasure) dan kepuasan.

Aktifitas leisure dibedakan menjadi 2 tipe (Taulu, 1993, p. 24):

Liburan aktif (active leisure)

Liburan aktif merupakan kegiatan yang melibatkan tenaga, baik fisik maupun

mental. Energi yang keluar disesuaikan dengan intensitas individu dalam

beraktivitas, semakin besar aktivitas yang menggunakan tenaga dan pikiran

maka semakin banyak energi yang keluar. Dewasa ini, beberapa liburan aktif

seringkali lebih banyak melibatkan aktivitas mental daripada fisik, seperti

bermain piano, catur, atau melukis, adapun orang-orang yang menggemari

kegiatan ini lebih sering mengartikannya sebagai rekreasi yang produktif.

Liburan pasif (passive leisure)

Liburan pasif merupakan kegiatan dimana seseorang tidak menggunakan

energinya baik fisik maupun metal secara signifikan. Kegiatan ini seperti

nonton bioskop, menonton televisi, atau mendengarkan radio. Liburan pasif

ini lebih banyak diminati orang dibanding liburan aktif, karena kegiatan-

kegiatan pasif seperti ini merupakan cara yang mudah untuk bersantai.

Aktivitas leisure memiliki manfaat, antara lain; dampaknya bagi fisik,

yakni kebugaran dan kesehatan diri; untuk psikologis, berupa ekspresi diri,

peningkatan konsep diri, kompetisi, kepuasan, dan relaksasi; sedangkan

dampaknya bagi sosial, yaitu pengembangan hubungan dan kesempatan untuk

mengembangkan hubungan baru.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 31: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

16 UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 2.2 Lukisan aktifitas

leisure dengan background orang-

orang yang sedang berbelanja

Sumber :

http://images.google.co.id

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lely Pingkan (1993), aktifitas yang

dapat dikatakan sebagai leisure apabila memenuhi dua persyaratan, yakni

merupakan pilihan individu (prinsip kebebasan individu) dan aktifitas tersebut

bermanfaat bagi individunya (hasilnya membuat individu merasa lebih rileks).

Lely Pingkan menjelaskan bahwa aktifitas leisure dapat dibagi dalam

empat kelompok kegiatan, yaitu:

a. Aktivitas yang berorientasi intelektual

Aktivitas intelektual meliputi berbagai aktivitas mental, seperti belajar

(learning), menciptakan sesuatu (creating), menemukan sesuatu (discovering),

berimajinasi (imaginating) dan lain-lain.

b. Aktivitas yang berorientasi sosial

Aktivitas sosial seperti membina hubungan interpersonal dan mempererat

hubungan dengan teman, keluarga atau lingkungan individu

c. Aktivitas yang berorientasi kompetisi fisik

Aktivitas kompetisi fisik merupakan berbagai ativitas fisik atau olahraga yang

dilakukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani, menguji ketrampilan, dan

meningkatkan kemampuan serta ketrampilan fisik.

d. Aktivitas yang berorientasi relaksasi

Aktivitas relaksasi merupakan istirahat dengan cara menghindari suasana

sibuk atau ramai. Tujuannya untuk mencari ketenangan, melepaskan

ketegangan, kepenatan, dan stress.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 32: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

17

UNIVERSITAS INDONESIA

Seluruh faktor diatas bertujuan untuk menjelaskan bahwa masyarakat

urban yang sarat aktivitas dan rutinitas juga membutuhkan ruang kebugaran

publik yang sekaligus sebagai aktivitas leisure/kesenggangannya.

II.3.3 Interaksi (Socialite)

Menurut kamus wikipedia interaksi diartikan sebagai suatu jenis tindakan

atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki

efek satu sama lain. Pengertian tersebut senada dengan pengertian interaksi yang

ditulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dimana interaksi diartikan sebagai

dua hal atau lebih yang saling melakukan aksi atau saling berhubungan,

sedangkan interaksi sosial diartikan sebagai hubungan sosial yang dinamis antara

orang perseorangan dengan orang perseorangan, atau antara perseorangan dengan

kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok.

Dalam bahasan mengenai kebutuhan manusia dan gaya hidup terlihat

adanya hubungan saling mempengaruhi dan berkesinambungan antara keduanya.

Masyarakat pada lingkungan kota memiliki konsentrasi dan rutinitas yang

kompleks sehingga menimbulkan dampak-dampak psikologis seperti tekanan, dan

masalah kesehatan fisik akibat kurangnya pemenuhan akan kebugaran bagi tubuh.

Kemudian kebutuhan yang timbul untuk menyeimbangkan keduanya adalah

ketersediaan aktifitas yang mampu menampung kebutuhan-kebutuhan untuk

penyegaran seperti olah raga, kesenggangan dan interaksi yang berguna dan sesuai

dengan kebutuhan manusia tersebut.

Pemenuhan aktifitas disini tak terlepas dari unsur perkembangan kota

dimana mereka tinggal, sehingga pada bab selanjutnya akan dijelaskan mengenai

unsur dan dampak dari perkembangan kota mempengaruhi gaya hidup manusia

yang menetap didalamnya, yakni munculnya fenomena pusat kebugaran.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 33: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

18 UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 3.1 Organik pattern terjadi di Jakarta Sumber: www.google.co.id

BAB III

TINJAUAN PERKEMBANGAN KOTA

DAN PUSAT KEBUGARAN

III.1 Perkembangan Kota

III.1.1 Kajian Ruang Arsitektur Kota

Kota merupakan leburan antara bangunan dan penduduk, dan bentuk kota

ada dua macam yaitu geometri dan organik (Alexander, 1987). Bentuk perkotaan

yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu planned dan unplanned. Bentuk

planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota di Eropa abad pertengahan

dengan pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometrik.

Sedangkan bentuk unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota

metropolitan, dimana satu segmen

kota berkembang secara spontan

dengan bermacam-macam

kepentingan yang saling mengisi,

sehingga akhirnya kota akan memiliki

bentuk semaunya yang kemudian

disebut dengan organic pattern.

Bentuk kota organik cenderung

secara spontan, tidak terencana dan

memiliki pola yang tidak teratur dan

non geometrik.

Menurut Christopher Alexander (1987) elemen-elemen pembentuk ruang

kota organik dianalogikan secara biologis seperti organ tubuh manusia, yaitu :

- Square, open space sebagai paru-paru

- Centre, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic).

- Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh.

- Kegiatan ekonomi kota sebagai sel yang berfikir.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 34: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

19

UNIVERSITAS INDONESIA

- Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh.

- Unsur kapital (keuangan dan bangunan) sebagai energi yang mengalir ke

seluruh sistem perkotaan.

Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan

fisik dan lingkungan sosial. Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi

ruang komunal dan ruang publik yang tidak teratur tetapi menunjukkan adanya

kontak sosial dan saling menyesuaikan diri antara penduduk asli dan

pendatangantara kepentingan individu dan kepentingan umum. Perubahan demi

perubahan fisik dan non fisik (sosial) terjadi secara spontan. Apabila salah satu

elemennya terganggu maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga

akan mencari keseimbangan baru. Demikian ini terjadi secara berulang-ulang.

III.1.2 Morfologi Kota

Menurut Gallion dalam buku The Urban Pattern (Eisner and Gallion,

1992), menyebutkan bahwa perubahan suatu kawasan dan sebagian kota

dipengaruhi letak geografis suatu kota. Hal ini sangat berpengaruh terhadap

perubahan akibat pertumbuhan daerah di kota tersebut, misalkan apabila terletak

di daerah pantai yang landai, pada jaringan transportasi dan jaringan hubungan

antar kota, maka kota akan cepat tumbuh sehingga beberapa elemen kawasan kota

akan cepat berubah.

Dalam proses perubahan yang menimbulkan distorsi (mengingat skala

perubahan cukup besar) dalam lingkungan yang termasuk didalamnya perubahan

penggunaan lahan secara organik, terdapat beberapa hal yang bisa diamati,

seperti:

- Pertumbuhan terjadi satu demi satu, sedikit demi sedikit atau terus menerus

- Pertumbuhan yang terjadi tidak dapat diduga dan tidak dapat diketahui kapan

dimulai dan kapan akan berakhir, hal ini tergantung dari kekuatan-kekuatan

yang melatarbelakanginya

- Proses perubahan lahan yang terjadi bukan merupakan proses segmental yang

berlangsung tahap demi tahap, tetapi merupakan proses yang komprehensif

dan berkesinambungan

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 35: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

20

UNIVERSITAS INDONESIA

- Perubahan yang terjadi mempunyai kaitan erat dengan emosional (sistem

nilai) yang ada dalam populasi pendukung

- Faktor-faktor penyebab perubahan lainya adalah vision (kesan), optimalnya

kawasan, penataan yang maksimal pada kawasan dengan fungsi-fungsi yang

mendukung, penggunaan struktur yang sesuai pada bangunan serta komposisi

tapak pada kawasan (Alexander, 1987).

Gambar 3.2 Denah Kawasan Puri Jakarta

Barat Th 2005

Sumber : www.wikimapia.org

Gambar 3.3 Pengembangan Kawasan Puri

Th 2009 Sumber : www.wikimapia.org dan dok. pribadi

Amos Rapoport (1990), menyatakan bahwa perkembangan kota sebagai

bentuk karya arsitektur merupakan salah satu refleksi dan perwujudan kehidupan

dasar masyarakat menurut makna yang dapat dikomunikasikan. Keseragaman dan

keberagaman sebagai ungkapan perwujudan fisik yang terbentuk yaitu citra dalam

arti identitas akan memberikan makna sebagai pembentuk citra suatu tempat

(place).

Ada dua komponen struktural yang dapat dikaji dalam pola perkembangan

kota, antara lain :

1. Tipologi, yakni menyangkut tatanan sosial (sosial order) dan

pengorganisasian ruang (spatial organization) yang dalam hal ini menyangkut

ruang (space) berkaitan dengan tempat yang abstrak, dan

2. Morfologi, yakni menyangkut kualitas spasial figural dan konteks wujud

pembentuk ruang yang dapat dibaca melalui pola, hirarki, dan hubungan ruang

satu dengan yang lainya.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 36: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

21

UNIVERSITAS INDONESIA

Tipologi lebih menekankan pada konsep dan konsistensi yang dapat

memudahkan masyarakat mengenai bagian-bagian arsitektur. Sedangkan

morfologi lebih menekankan pada pembahasan bentuk geometris, sehingga untuk

memberi makna pada ungkapan ruang harus dikaitkan dengan nilai ruang tertentu.

Nilai ruang disini sangat berkaitan dengan organisasi ruang, hubungan ruang dan

bentuk ruang, perwujudan spasial fisik yang merupakan produk kolektif perilaku

budaya masyarakat serta pengaruh dan kekuasaan tertentu yang

melatarbelakanginya.

Karakteristik suatu tempat, dalam hal ini penggunaan suatu lingkungan

binaan tertentu bukan hanya sekedar mewadahi kegiatan fungsional secara statis,

melainkan menyerap dan menghasilkan makna berbagai kekhasan suatu tempat

antara lain setting fisik bangunan, komposisi dan konfigurasi bangunan dengan

ruang publik serta kehidupan masyarakat setempat.

a. Bentuk dan Massa Bangunan

Menyangkut aspek-aspek bentuk fisik karena setting, spesifik yang

meliputi ketinggian, besaran, floor area ratio, koefisien dasar bangunan,

pemunduran (setback) dari garis jalan, style bangunan, skala proporsi,

bahan, tekstur dan warna agar menghasilkan bangunan yang berhubungan

secara harmonis dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya.

b. Sirkulasi

Elemen sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur

lingkungan perkotaan.

c. Activity Support

Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota

dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang

menunjang akan keberadaan ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan

dan ruang-ruang umum bersifat saling mengisi dan melengkapi. Pada

dasarnya activity support adalah :

- Aktifitas yang mengarahkan pada kepentingan pergerakan (importment

of movement).

- Kehidupan kota dan kegembiraan (excitent).

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 37: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

22

UNIVERSITAS INDONESIA

Keberadaan aktifitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi

kegiatan publik yang mendominasi penggunaan bangunan komersial kota,

semakin dekat dengan pusat kota makin tinggi intensitas dan eksklusivitas

fungsinya.

d. Simbol dan tanda

Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk :

- Menciptakan kesesuaian.

- Mengurangi dampak negatif visual.

- Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta persaingan

dengan tanda lalu lintas atau tanda umum yang penting.

- Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter pada

fasade suatu ruang dapat memberikan informasi bisnis.

Perubahan morfologi misalnya pada sebuah bangunan komersial dengan

fungsi variasi (mix use building) tidak lepas dari pendukung kegiatan (activity

support) karena adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kawasan

dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang yang menunjang

keberadaan ruang-ruang umum. Kegiatan dan ruang-ruang umum seperti ruang

kebugaran atau restoran merupakan hal yang saling mengisi dan melengkapi,

keberadaan pendukung kegiatan mulai muncul dan tumbuh, bila berada diantara

dua kutub kegiatan yang ada di kawasan tersebut keberadaan pendukung kegiatan

tidak lepas dari tumbuhnya fungsi kegiatan publik yang mendominasi penggunaan

ruang kawasan, semakin dekat dengan pusat kegiatan semakin tinggi intensitas

dan keberagaman kegiatan.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 38: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

23

UNIVERSITAS INDONESIA

III.2 Tinjauan Terhadap Klub Kebugaran dan Gymnasium

III.2.1 Pengertian Klub Kebugaran

Oleh sebagian masyarakat awam, klub diartikan sebagai perkumpulan,

atau suatu perkumpulan yang memiliki wadah dan ruang-ruang tertentu untuk

melakukan aktifitas yang berhubungan dengan klubnya. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, klub diartikan sebagai rumah tempat berkumpul atau

bersenang-senang. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai sekelompok orang yang

dipersatukan dalam ikatan sosial atau minat yang sama, dimana diantara anggota

terjadi pertemuan secara sukarela dan berpartisipasi pada aktifitas yang diikuti

secara regular.

Pengertian yang hampir sama mengenai klub juga ditulis dalam

Ensiklopedi Indonesia dan The World Book Ensyclopedia. Pada Ensiklopedi

Indonesia dituliskan bahwa klub adalah perkumpulan dimana anggotanya

mempunyai kesenangan yang sama dan selalu mengadakan pertemuan berkala,

sedangkan The World Book Encyclopedia menuliskannya sebagai sekelompok

orang yang terorganisir untuk suatu tujuan tertentu, seperti kegiatan sosial atau

olah raga.

Secara garis besar, bentuk klub terbagi dalam tiga jenis, yakni executive

club, sport club, dan night club. Executive club memiliki anggota yang berasal

dari kalangan masyarakat tertentu dengan persyaratan tertentu yang umumnya

merupakan pengusaha, pejabat, maupun kalangan eksekutif di lingkungan

perkantoran. Sport club dikhususkan bagi penggemar olah raga maupun

menggemari berbagai jenis olah raga yang terbuka untuk umum dan memiliki

iuran yang harus dibayar jika ingin menjadi anggota atau ikut serta di dalamnya.

Sedangkan night club merupakan termpat berkumpul bagi kalangan tertentu yang

menyediakan hiburan malam dan tentunya dibuka mulai malam atau menjelang

malam dengan ketentuan yang boleh masuk hanya orang-orang berusia di atas 17

tahun.

Kebugaran dalam KBBI diartikan sebagai hal sehat dan segar atau

kesegaran badan, sedangkan dalam kamus Wikipedia kebugaran merupakan

paduan antara olahraga dan aktivitas yang dilakukan di tempat olahraga atau pusat

olahraga atau di rumah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran seseorang

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 39: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

24

UNIVERSITAS INDONESIA

antara lain adalah daya tahan, kekuatan otot, kecepatan, ketangkasan, kelenturan,

keseimbangan, kecepatan reaksi, dan koordinasi antara bagian-bagian tubuh.

Sedangkan tujuan akhir dari latihan kebugaran adalah untuk:

keadaan tubuh yang baik secara menyeluruh;

pembakaran lemak dan kelangsingan (spinning, aerobik, kebugaran

jantung)

pertumbuhan tubuh (hipertrofi) atau bertambah kuatnya otot (binaraga).

Secara terminologi, klub kebugaran merupakan kegiatan berolahraga yang

dilaksanakan di tempat-tempat olahraga dan bersifat umum atau publik.

Longmann dalam Dictionary of Contemporary English, menuliskan bahwa klub

kebugaran adalah suatu wadah atau sarana atau tempat perkumpulan dimana

anggota-anggotanya mempunyai tujuan sama yakni olah raga dan aktifitas-

aktifitas fisik lainnya yang berhubungan dengan rekreasi, sosialisasi, dan

mengolah kemampuan tubuh agar tetap bugar. Peralatan olahraga yang digunakan

pada pusat kebugaran diarahkan ke kelompok otot dan bagian tubuh tertentu. Pada

pusat kebugaran, peralatan olahraga dibuat spesifik dan disebut "peralatan

kebugaran" atau "mesin kebugaran".

Klub kebugaran merupakan salah satu fasilitas yang menerapkan gaya

hidup sehat agar orang dapat menikmati hidup yang lebih berkualitas yang sesuai

dengan tren perkembangan kota dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat

urban.

III.2.2 Sejarah dan Perkembangan Klub dan Klub Kebugaran

Klub-klub modern mulai muncul pertamakalinya di Inggris pada abad

XVII. Sekitar tahun 1652, Klub Coffee House pertama didirikan di St Michael’s

Alley, Cornhill, London oleh Pasqua Rosse. Coffee House tersebut hadir sebagai

sebuah tempat makan, minum, sekaligus sebagai area berkumpul dan

bersosialisasi bagi saudagar dan bangsawan Inggris. Di tempat tersebut para

saudagar dan bangsawan biasanya berkumpul, menikmati hidangan sembari

bertukar informasi atau berdiskusi dengan rekan-rekannya. Kemudian sekitar

tahun 1800-an, mulai muncul klub-klub sosial dan profesional yang tumbuh

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 40: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

25

UNIVERSITAS INDONESIA

secara terspesialisasi. Perkembangan ini juga menyebar hingga Amerika dengan

berbagai konsep pembangunan.

Gambar 3.4 Suasana Coffee House

Sumber : www.google.co.id

Gambar 3.5 Lukisan-lukisan yang ditampilkan pada Klub

The Athenaeum

Sumber : www.the-athenaeum.org

Salah satu klub modern lain yang muncul adalah The Athenaum yang

berdiri tahun 1842. Klub ini berdiri sebagai klub untuk seniman, penulis,

ilmuwan, dan perkumpulan para hakim. Pendirian klub-klub yang terspesilisasi

semacam ini juga terjadi pada klub-klub yang memiliki anggota yang memiliki

hobi yang sama, seperti klub automobile, klub sanggar, atau klub pengendara

sepeda.

Pada abad XIX perkumpulan semacam ini mulai dikelola dengan

terencana. Salah satunya adalah pengembangan klub yang terbagi dalam dua

kategori, yakni klub sosial dan klub komersial. Klub sosial biasanya dikelola

instansi atau perusahaan besar yang bertujuan untuk kesejahteraan karyawan,

dengan pembebanan iuran disesuaikan tingkat pendapatan dan status

kepegawaian. Sedangkan klub komersial merupakan kegiatan yang bertujuan

mencari keuntungan dengan cara memungut iuran dan anggotanya diseleksi dari

kalangan tertentu sesuai sasaran yang diinginkan pengelola.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 41: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

26

UNIVERSITAS INDONESIA

Pertengahan abad XX, di Amerika mulai diperkenalkan klub modern yang

bergerak di bidang kebugaran. Awalnya, klub ini sebagai sarana olahraga yang

didalamnya hanya terdapat alat-alat olah raga untuk para binaraga. Konsumennya

merupakan kaum pekerja dari kalangan kelas menengah ke bawah, yang dikenal

dengan olahraga kaum blue collar, kemudian klub semacam ini terus berkembang

dan merambah hingga berbagai lapisan masyarakat. Perkembangan ini semakin

pesat terlebih setelah terjadi revolusi Perancis di Amerika, dan dengan

perkembangan ke arah komersial.

Pada pertengahan abad XX, tepatnya pada tahun 1962, klub kebugaran

mulai masuk ke Indonesia. Di Indonesia pertama kalinya klub kebugaran hadir di

bumi Sangkuriang yang diberi nama Country Club Concordia, kemudian disusul

dengan hadirnya Sawangan Country Club di daerah Sawangan, Bogor sekitar

tahun 1970. Fasilitas yang ditawarkan pada kedua pusat kebugaran tersebut juga

beragam dan menjadi pembuka kehadiran klub kebugaran bertema olah raga,

rekreasi, sekaligus sosialisasi.

Gambar 3.6 Salah satu fasilitas pada Country Club

Concordia di Bumi Sangkuriang

(Sumber : www.google-image.com)

Gambar 3.7 Salah satu fasilitas pada

Sawangan Golf dan Country Club

(Sumber : www.google-image.com)

Pada akhir abad XX, pendirian klub kebugaran di Indonesia mulai marak

seiring dengan berkembangnya kawasan pemukiman elit, khususnya di Jakarta

dan sekitar. Kehadiran klub-klub kebugaran dalam komplek tersebut menjadi

pelengkap fasilitas yang disediakan para pengembang perumahan mewah.

Beberapa contoh klub kebugaran yang hadir di tengah komplek perumahan di

Jakarta:

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 42: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

27

UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 3.8 Puri Bugar di Komplek

Puri Indah

Sumber : www.google-image.com

Gambar 3.9 Sport Club & Spa Kota

Wisata di Kawasan Pemukiman

Kota Wisata Cibubur

Sumber : www.kotawisata.com

Gambar 3.10 Kelapa Gading Sport

Club di Kawasan Pemukiman

Kelapa Gading Permai

Sumber : www.panoramio.com

III.2.3 Peran, Fungsi dan Fasilitas Klub Kebugaran

Seiring perkembangan kota dan pengaruh globalisasi, saat ini peran klub

kebugaran menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat kota.

Keanggotaan mereka dalam sebuah klub kebugaran menjadi salah satu gaya hidup

yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sosialnya. Status sosial menjadi

penentu klub kebugaran yang dipilih seseorang, karena hal itu berhubungan

dengan fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan.

Bagi sebagian masyarakat urban seperti Jakarta, dunia pekerjaan

merupakan bagian terbesar dalam kehidupannya, untuk melakukan berbagai

pekerjaan mereka dituntut memiliki stamina yang bagus agar dapat melakukan

pekerjaan dengan baik, dan salah satu cara untuk menjaga kesehatan dan

kebugaran adalah dengan berolahraga. Dan kehadiran klub-klub kebugaran di

Jakarta adalah untuk menyeimbangkan rutinitas mereka dan sekaligus

menawarkan gaya hidup baru yang disesuaikan dengan perkembangan kota.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 43: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

28

UNIVERSITAS INDONESIA

Dalam konteks klub kebugaran, sejak awal abad XI di Jakarta mulai

muncul klub-klub kebugaran dengan beragam aktifitas yang ditawarkan, seperti:

olah raga, rekreasi, sosialisasi, dan untuk menunjang jalannya pengoperasian

maka dibuatlah dua kelompok penunjang yakni kelompok pengelola dan

kelompok pemakai. Kelompok pengelola memiliki kegiatan mengatur segala jenis

kegiatan untuk menunjang keberhasilan dan perkembangan klub kebugaran.

Sedangkan kelompok pemakai merupakan masyarakat yang menjadi menjadi

anggota atau mamanfaatkan fasilitas yakni olah raga, rekreasi, dan sosialisasi

yang ditawarkan klub tersebut.

Secara umum, fungsi kehadiran klub kebugaran antara lain untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat yang memiliki hobi berolahraga, selain itu salah

satu cara menumbuhkan minat olah raga bagi masyarakat baik mereka yang ingin

berprestasi maupun sekedar berekreasi atau bersosialisasi.

Dari segi fungsi, berdirinya klub kebugaran terbagi menjadi dua macam,

yakni klub kebugaran sebagai penunjang, dan klub kebugaran yang berdiri sendiri.

Klub kebugaran sebagai penunjang, diartikan sebagai pendirian klub dengan

anggota yang dipriopritaskan adalah pemakai bangunan atau intansi yang

berkecimpung dalam bangunan tersebut. Kehadiran anggota lain biasanya

diperkenankan, tetapi syarat, kapasitas, dan waktu terbatas. Sedangkan klub

kebugaran yang berdiri sendiri merupakan klub kebugaran diadakan untuk

melayani masyarakat secara umum dengan cara menjadi anggota.

Sistem pelayanan yang dilakukan setiap klub kebugaran biasanya

difungsikan untuk memenuhi kebutuhan olah raga dan rekreasi yang disesuaikan

dengan konsep dan konteks klub tersebut berdiri. Misalnya jika klub kebugaran

dibangun di dalam pemukiman, maka pelayanannya disesuaikan dengan karakter

penghuni, sehingga pengguna yang merupakan penghuni tersebut merasa nyaman

dan mendapat pelayanan terbaik.

Fasilitas yang biasanya terdapat pada klub kebugaran adalah prasarana

olah raga, dan penunjang prasarana olah raga. Prasarana olah raga digunakan

untuk memenuhi peraturan pelaksanaan kegiatan olahraga, yakni fasilitas yang

digunakan dalam berolah raga seperti alat-alat kardio, studio senam dan aerobic,

free weight dan mechine weight. Perlengkapan prasarana digunakan untuk

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 44: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

29

UNIVERSITAS INDONESIA

membantu kegiatan olah raga dan pelengkap fasilitas di dalam berolahraga, seperti

personal trainer, lounge, sauna, steam, dsb. Fasilitas pada prasarana olah raga

biasanya terletak dalam ruang-ruang yang terpisah sesuai dengan fungsi dan

bertujuan memberikan kenyamanan pengunjung. Ruang-ruang prasarana yang

terbentuk antara lain :

a. ruang untuk olah raga, seperti: fitness, aerobic, dan yoga

b. ruang untuk rekreasi dan relaksasi, seperti: steam, whirpool, sauna, café

c. ruang untuk sosialisasi, seperti lobby, lounge, dan restoran

III.2.4 Gymnasium

Pada zaman modern ini,

kita mengenal gymnasium sebagai

ruangan yang didalamnya terdapat

peralatan untuk melakukan latihan

fisik ataupun untuk pembentukan

tubuh, atau juga lapangan atau

ruangan luas yang dapat

digunakan sebagai tempat berlatih

dan olah raga. Akan tetapi

Gambar 3.11 Colosseum di Italia

Sumber : http://kudoni.files.wordpress.com

sebenarnya gymnasium telah dikenal sejak zaman Romawi dengan berdirinya

bangunan Colosseum sebagai arena untuk berlomba dan beradu kekuatan

Bangunan gymnasium umumnya dikelilingi tiang-tiang yang di dalamnya juga

disediakan fasilitas seperti lobby, toilet, ruang bilas, dan ruang baca

(perpustakaan).

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 45: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

30

UNIVERSITAS INDONESIA

III.3 Klub Kebugaran dalam Gymnasium (Pusat Kebugaran)

Dewasa ini kita mengenal adanya fitness centre atau pusat kebugaran, baik

yang berdiri sendiri maupun berada dalam bagian sebuah gedung. Sebenarnya

pusat kebugaran merupakan klub kebugaran dengan aktifitas yang terletak dalam

sebuah gym. Para pelaku bisnis pusat kebugaran menggunakan nama tersebut

untuk membentuk konsep kebugaran modern dengan anggota terspesifikasi yang

tergabung dalam sebuah klub, dan berlokasi di ruang atau bangunan tertentu.

Tipe-tipe pusat kebugaran yang berkembang di Indonesia, antara lain:

health club, gym di perkantoran, fitness center di mall, gym dalam hotel, dan

residential club atau klub yang berada di dalam komplek perumahan. Rata-rata

standar fasilitas yang disediakan sebuah pusat kebugaran antara lain:

- memiliki ruang weight training

- memiliki studio aerobic

- memiliki satu jenis atau lebih alat kardiovaskuler elektrik seperti treadmill,

sepeda statis, elliptical, stairclimber, dan stepper.

- Memiliki wet area selain shower seperti sauna, steam, whirpool

Alat-alat yang biasa digunakan sebagian besar pengguna dalam pusat

kebugaran antara lain: alat kardiovaskuler, free weight, machine weight, fasilitas

wet area, ruang mandi (shower), café, locker, lounge (ruang tunggu). Berdasarkan

tempat berdirinya, lokasi fitness centre terbagi dalam beberapa district atau

kawasan:

1. Residence district : berada dalam bangunan sendiri atau memiliki gedung sendiri dan mayoritas kegiatannya terfokus pada alat-alat berat atau pembentukan otot

Gambar 3.12 Klub Kalapa Gading di Komplek

Kelapa Gading, Jakarta

Sumber : www.summarecon.com

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 46: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

31

UNIVERSITAS INDONESIA

2. Office district : tempat fitness seperti ini menyewa membeli atau ruang dalam gedung. Fasilitas yang disediakan disini biasanya cukup mewadahi, seperti: steam, sauna, dsb.

Gambar 3.13 Fitness First di Sudirman Place,

Sentra Bisnis Sudirman, Jakarta

Sumber : www.fitnessfirst.com 3. Shopping district : berada di

area mall dengan segmentasi pengunjung untuk kalangan menengah-atas dan diprioritaskan pada pengunjung mall

Gambar 3.14 Gold's Gym di MOI Jakarta

Sumber : www.kabarindo.com 4. Hotel district : fitness untuk

kawasan hotel dibagi menjadi dua, untuk hotel bintang 3 dan 4 biasanya masih dapat dijangkau kalangan menengah, sedangkan bintang 5 biasanya dikhususkan untuk kalangan atas atau kalangan eksekutif tertentu.

Gambar 3.15 Fitness and Spa di Hotel Ritz-

Carlton Jakarta

Sumber : www.mashedhotels.com

Berdasarkan segmentasi pengunjung, pusat kebugaran (fitness centre) atau

klub kebugaran dalam gym, dikelompokkan menjadi beberapa bagian:

a. public fitness club

fitness untuk umum ini disediakan bagi seluruh kalangan masyarakat

yang bersedia menjadi anggota atau pengunjung yang membayar.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 47: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

32

UNIVERSITAS INDONESIA

Perlengkapan dan fasilitas yang disediakan public fitness club biasanya

merupakan perlengkapan umum dengan fasilitas standar.

b. executive fitness club

executive fitness club merupakan fitness centre yang disediakan bagi

anggota tertentu dengan tingkatan yang lebih tinggi dari public fitness

club. Iuran keanggotaan disini lebih mahal dari public fitness club, dan

membidik pasaran dari kalangan eksekutif. Peralatan dan fasilitas yang

disediakan disini lebih bervariasi dan lebih terspesifikasi. Di kota

besar, executive fitness club biasanya membidik pasar pada kawasan

perbelanjaan dan perkantoran atau shopping and office district.

c. luxurious fitness club

luxurious fitness club atau klub fitness mewah dikhususkan bagi

anggota tertentu yang membutuhkan ruang yang lebih privat dengan

variasi fasilitas yang lebih lengkap dan pelayanan terbaik. Peralatan

dan fasilitas yang ada lebih eksklusif dari executive fitness. Luxurious

fitness club biasanya terdapat pada hotel berbintang lima, apartemen,

atau kawasan ekslusif di pusat kota.

d. body builders club

body builders dikhususkan bagi pria yang ingin memfokuskan diri

pada pembentukan tubuh tertentu. Peralatan disini biasanya terdiri alat

berat yang khusus untuk professional. Body builder merupakan klub

kebugaran yang memiliki ruang yang tidak terlalu besar dan

dikhususkan bagi pria atau wanita yang ingin memiliki tubuh layaknya

binaraga.

Bagi masyarakat kelas menengah-atas di kota besar seperti Jakarta,

berolahraga di kawasan hiburan yang mengandung unsur leisure menjadi salah

satu pilihan yang menarik. Untuk itu, sejak adanya kemudahan investasi asing di

Indonesia, maka kehadiran pusat kebugaran eksklusif di tempat-tempat seperti

mall dan perkantoran juga mulai digemari masyarakat kota terutama Jakarta.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 48: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

33 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB IV

STUDI KASUS DAN ANALISIS

Berdasarkan pengamatan saya mengenai kebutuhan akan kebugaran dan

leisure bagi masyarakat kelas menengah-atas Jakarta, maka pembahasan bab ini

akan diarahkan pada munculnya fenomena executive and luxurious fitness club

yang mulai ditawarkan investor asing kepada konsumen ibukota. Dua pusat

kebugaran yang berdiri di area perbelanjaan (shopping district) dan perkantoran

(business district) Jakarta, yaitu Celebrity Fitness Mall Puri Indah dan Fitness

First Platinum Menara BCA Thamrin sengaja dipilih, dengan alasan karena

keduanya memiliki unsur kebugaran, kesenggangan, dan interaksi yang menjadi

ruang yang mewadahi gaya hidup masyarakat kota Jakarta. Selain itu, pada kedua

pusat kebugaran ini memiliki perbedaan kualitas baik dari segi segmentasi

maupun pelayanan yang disesuaikan dengan perkembangan gaya hidup

masyarakat Jakarta, sehingga menarik untuk diperbandingkan. Selain melakukan

pengamatan lapangan, saya juga melakukan wawancara dengan pengunjung dan

karyawan masing-masing pusat kebugaran baik secara langsung maupun via email

untuk memperoleh data-data yang diperlukan.

Tabel 1. Data Fisik Celebrity Fitness Mall Puri Indah dan Fitness First

Platinum Menara BCA Thamrin

Celebrity Fitness Mall Puri Indah

Fitness First Platinum Menara BCA Thamrin

Lokasi Mall Puri Indah unit 061-062 Lantai 2 : Jalan Puri Agung, Puri Indah, Jakarta Barat

Menara BCA Lantai 11: Jalan M.H. Thamrin No.1, Jakarta Pusat

Konsep menggabungkan fitness centre dan pusat hiburan (entertainment). Alasan menampilkan “fitness sebagai sesuatu yang menyenangkan dan

Soft and calm.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 49: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

34

UNIVERSITAS INDONESIA

sparkling”.

Segmen lokasi

Shopping centre (shopping district)

Bussiness centre (office district)

Fasilitas Alat-alat kardio, Café and bar, Shower facilities, kamar kecil dan ruang loker pribadi, Sauna and steam room, Studio dengan hampir 100 kelas aerobik per minggu, Kelas khusus RPM Kelas khusus yoga

Cardio Theatre, Lounge & Juice Bar, Shower facilities, hair dryer, kamar kecil dan ruang loker pribadi, Sauna and steam room, Outdoor swimming pool, Gym:80 peralatan kardio seperti treadmills, steppers , elpticals dan alat angkat beban Program pelatihan:Body Combat, Body Attack, Body Jam, flow Yoga, Tai chi dll Rental DVD dan VCD

Jam operasional

06:00 – 00:00 WIB 09:00 – 00:00 WIB

Segmen pengunjung

Eksekutif, mahasiswa, ibu rumah tangga, dan di atas 18 tahun

Profesional dan di atas 16 tahun

Luas area 1888 m2 + 2500m2

Daya tampung pengunjung/hari

500-600 pengunjung 700-900 pengunjung

Biaya anggota

350 ribu & 490 ribu/bulan 420 ribu/bulan

IV.1 Celebrity Fitness Mall Puri

Celebrity Fitness merupakan perusahaan waralaba asal Amerika milik

John Franklin yang diperkenalkan pertama kali di Indonesia sekitar tahun 2004,

dan Celebrity Fitness Puri merupakan cabang ke-6 yang di buka sekitar

pertengahan tahun 2007 dengan tujuan melayani kebutuhan akan kebugaran bagi

masyarakat di wilayah Puri Kembangan dan sekitar. Kehadiran Celebrity Fitness

memberi nuansa baru bagi aktifitas kebugaran sebagian masyarakat Jakarta,

karena memiliki konsep yakni menggabungkan antara fitness centre dan pusat

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 50: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

35

UNIVERSITAS INDONESIA

hiburan (entertainment). Adanya penggabungan antara konsep fitness centre dan

entertainment bertujuan untuk menampilkan “fitness sebagai sesuatu yang

menyenangkan dan sparkling”, dan hal ini dilakukan dengan membuka cabang di

berbagai pusat perbelanjaan (shopping center).

Gb 4.1 entrance yang sparkling dengan

permainan warna lampu Sumber: pengelola celebrity fitness

Gb 4.2 interior ruang cardio yang sparkling

dengan dominasi warna biru Sumber: pengelola celebrity fitness

Menurut pemiliknya, nama Celebrity Fitness dipilih dengan maksud untuk

memberikan pengalaman dalam mengolah tubuh kepada anggota layaknya

seorang artis, sehingga pusat kebugaran ini menawarkan paket kebugaran modern

dengan pelayanan ekstra seperti yang selama ini dialami para selebritis.

Citra modern dan eksklusif yang ditonjolkan pusat kebugaran ini adalah

berdasarkan standar kelas atas ala Amerika, yang berarti memberikan kualitas

terbaik juga kepada anggotanya. Untuk memperkuat suasana modern dan high

class tersebut, maka dipilih lokasi mall yang eksklusif agar terbentuk suasana

hiburan sehingga anggotanya juga dapat berbelanja, makan, atau cuci mata baik

sebelum atau sesudah berolah raga.

Mall Puri Indah terletak di kawasan pengembangan Jakarta Barat,

merupakan pusat belanja dan rekreasi keluarga yang dibangun PT Puri Agung.

Pada awal pendiriannya, kehadiran Mall Puri sebagai fasilitas pengembang untuk

menyediakan kebutuhan berbelanja dan hiburan bagi masyarakat yang berdomisili

di kawasan Puri Indah dan sekitar. Mall ini mulai beroperasi tahun 1997 dan

berdiri diatas lahan seluas 125.000 m2.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 51: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

36

UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 4.3 Lokasi Mall Puri Indah dari pencitraan jarak jauh.

Sumber: google earth dan dok. Pribadi yang telah diolah

Gambar diatas menjelaskan lokasi mall yang diapit beberapa

perkantoran,, pertokoan, apartemen, dan berbagai pusat aktifitas. Alasan

menghadirkan Celebrity Fitness di mall ini karena perkembangan dan

pembangunan berbagai sarana publik, tujuannya masyarakat yang

bekerja atau tinggal di sekitar ini akan bergabung dengan Celebrity

Fitness.

Sejak tahun 2000 pembangunan gedung-gedung perniagaan,

pemerintahan, maupun hunian di sekitar Mall Puri Indah tumbuh dengan pesat.

Hal ini ditandai dengan dibangunnya Kantor Walikota Jakarta Barat, pusat

perniagaan dan perkantoran Puri, apartemen, rumah sakit, pembangunan proyek

City Walk Saint Moritz, dan pengembangan kawasan hunian. Pesatnya

perkembangan kawasan dan bertambahnya antusiasme masyarakat yang

beraktifitas di kawasan ini ditunjang dengan berdirinya akses baru berupa jalan tol

yang memiliki akses keluar dan masuk menuju Puri, sehingga mendukung

bertambahnya masyarakat yang beraktifitas di dalam maupun sekitar lokasi ini.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 52: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

37

UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 4.4 Posisi Celebrity

Fitness dari Atas Mall Puri

Sumber : dokumentasi

pribadi dan internet

Lokasi pusat kebugaran ini tepatnya berada di Jalan Puri Agung, Mall Puri

Indah Unit 061-062 Lantai 2 Jakarta Barat. Tujuan awal pembukaan Celebrity

Fitness Puri, pengelola melihat pangsa pasar yang mengarah pada shopping

district. Meski dengan segmen pasar yang beragam mulai dari mahasiswa, ibu

rumah tangga, hingga pekerja kantoran, ternyata antusiasme masyarakat di

shopping district juga cukup baik. Menurut David, marketing manager Celebrity

Fitness Puri, fasilitas yang di paling ditonjolkan pada tempat ini adalah variasi

aerobik dengan instruktur-instruktur bertaraf internasional yang sesuai standar

FISAF. Alasannya karena olah raga seperti aerobik paling diminati terutama untuk

body shape atau melangsingkan badan.

Staff yang bekerja di Celebrity Fitness Mall Puri Indah terbagi atas

marketing, greeter, costumer service, trainer, instruktur, sales, dst, dan mereka

bekerja secara shift. Untuk mendukung kepuasan dan pelayanan prima bagi

anggota, Celebrity Fitness Puri membuka operasi setiap hari termasuk hari

Minggu dan hari-hari besar lainnya seperti Idul Fitri, Natal, dan Idul Adha.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 53: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

38

UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 4.5 Denah Peletakan Celebrity Fitness Puri Mall

Sumber: dokumentasi pribadi

Celebrity Fitness Puri terletak pada sisi kiri mall di lantai paling atas, dan

memiliki fasad interior yang transparan. Lokasinya dapat dicapai dari escalator

lantai 1 yang berada di depan Gramedia atau dari arah food court yang terletak di

lantai 2. Berdasarkan pengalaman dan wawancara langsung penulis dengan

beberapa pengunjung, ketika berjalan dari food court di lantai 2 menuju tangga

escalator depan Gramedia, maka pandangan penulis dan pengunjung akan tertuju

pada interior sebuah ruang yang diterangi dengan cahaya berwarna biru mencolok.

Antara bagian luar dan dalam ruangan kebugaran diberi pembatas berupa material

kaca berwarna transparan, sehingga sebagian isi ruangan dan aktifitas yang

berlangsung di dalamnya tampak terlihat jelas dari luar.

Gambar 4.6 Entrance

Celebrity Fitness

Sumber : dok pribadi

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 54: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

39

UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 4.7 View Celebrity Fitness dilihat dari denah Mall Puri

Sumber: dokumen pribadi

Gambar ini menunjukkan posisi orang-orang dari arah luar ruangan yang

dapat melihat posisi Celebrity Fitness

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 55: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

40

UNIVERSITAS INDONESIA

Fasad ruangan di buat transparan dengan tujuan untuk memperkuat konsep

yakni menghadirkan selebriti dan melayani anggota layaknya selebriti. Kehadiran

selebriti sebagai sosok yang selalu diperhatikan orang, dan akan terlihat dari luar

ruangan, kemudian terekspos dengan menghadirkan elemen kaca pada sekat atau

pembatas area fitness dengan luar ruangan.

Gambar 4.8 Denah Interior Celebrity Fitness Puri

Sumber : dokumen pribadi

Warna clown dari denah menunjukkan batas antar ruang yang di beri

kaca transparan sehingga terjadi interaksi dua arah, dari luar ke dalam

dan dalam ke luar.

IV.2 Fitness First Menara BCA

Fitness First merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa

kebugaran. Pertama kali dibuka di UK tahun 1992, konsep yang digunakan adalah

mengembangkan klub kebugaran berkualitas tinggi yang berstandar internasional.

Segmentasi pengunjung di Fitness First berusia 16 tahun keatas. Saat ini pusat

kebugaran tersebut memiliki 550 cabang di seluruh dunia, dan telah membuka 7

cabang di Jakarta dengan menyewa ruang gedung-gedung komersial yang

memiliki tingkatan kelas A.

Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat merupakan kawasan strategis sekaligus

kawasan ekonomi prospektif yang memungkinkan berbagai aktifitas bisnis dan

pemerintahan berdiri di sepanjang jalan ini. Hampir semua bangunan tinggi yang

berdiri di sini berfungsi sebagai perkantoran, perdagangan, perhotelan,

perbelanjaan sehingga tak bisa disangkal bahwa setiap harinya kawasan baik

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 56: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

41

UNIVERSITAS INDONESIA

sepanjang Jalan maupun di dalam bangunan dipenuhi orang-orang dengan

berbagai kepentingan. Dan wujud dari kompleksitas aktifitas masyarakat di

sepanjang jalan inilah yang menjadi salah satu bidikan pengembang usaha

kebugaran. Fenomena kebutuhan masyarakat kota yang membutuhan aktifitas

penyegaran sekaligus sosialisasi ini mendorong pemilik usaha untuk

mengembangkan bisnis kebugaran di kawasan tersebut. Salah satu lokasi yang

menjadi bidikan pengusaha kebugaran adalah pusat berbagai aktifitas yang berdiri

di sekitar Jalan MH Thamrin tepatnya depan Bundaran Hotel Indonesia yakni

gabungan antara Hotel Indonesia Kempinski, Menara BCA, dan Grand Indonesia.

Gambar 4.9 Denah Lokasi Fitness First Menara BCA

Sumber : www.fitnessfirst.com

Fitness First Platinum berada di dalam gedung Menara BCA yang terletak

di Jalan M.H. Thamrin N0. 1, Jakarta Pusat 1031. Salah satu ruangan gedung yang

disewa yakni Menara BCA Thamrin, merupakan salah satu gedung perkantoran

tertinggi di Jakarta. Gedung ini berdiri di atas lahan yang memiliki akses langsung

dengan Hotel Indonesia Kempinski, Tower Apartemen dan Residence Kempinski,

pusat perbelanjaan Grand Indonesia, dan komplek hiburan (entertainment

complex).

Lokasi fitness yang dipilih penulis berada di lantai 11, gedung perkantoran

yang memiliki total 50 lantai. Pusat kebugaran ini memiliki akses langsung yang

menghubungan tiga bidikan strategis, yakni area perkantoran (dalam Menara

BCA), area perbelanjaan (Grand Indonesia), area hotel, apartemen, dan residence

(Hotel Indonesia Kempinski). Peletakan di dalam sebuah perkantoran merupakan

alasan strategis yang dilakukan pengembang usaha, karena costumer dari pusat

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 57: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

42

UNIVERSITAS INDONESIA

kebugaran mayoritas merupakan karyawan kantor dan penghuni

apartemen/residence yang berlokasi sama dengan pusat kebugaran dan sekitar

Thamrin, dimana rata-rata mereka berusia diatas 20 tahun (para professional yang

sudah mapan) dan tempat ini tidak hanya difungsikan sebagai area berolahraga

tetapi juga sebagai area pertemuan baik dalam pembicaraan bisnis maupun

pertemuan dengan relasi atau teman. Pengembang usaha sengaja membuat bidikan

yang tersegmentasi pada usia dewasa mapan yang disesuaikan dengan kisaran usia

kaum sosialita dan komoditas masyarakat yang menghuni kawasan ini.

Gambar 4.10 Fitness First Platinum di

dalam Menara BCA

Sumber :

http://indonesianproperty.blogspot.com

Letak Fitness First ini berada dalam satu komplek bangunan yang

berfungsi sebagai kantor, penginapan (hotel), apartemen, dan mall.

Sasaran utama pengunjung fitness adalah para eksekutif dan perofesional

muda yang beraktifitas di sekitar lokasi ini.

Area fitness dikelilingi kaca transparan yang memiliki pemandangan

langsung menghadap Jalan Thamrin dan bundaran HI, sehingga

pengunjung di dalam ruangan dapat melihat kondisi jalan dan

memprediksi kepadatan lalu lintas.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 58: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

43

UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 4.11 Denah Menara BCA, Hotel Indonesia Kempinski, Grand Indonesia

Sumber : http://indonesianproperty.blogspot.com Lokasi FF berada di ujung kanan yang terkoneksi antara Menara BCA, HI

Kempinski, dan GI. Tujuan FF mengambil lokasi di kawasan ini untuk

menjaring pengunjung yang lebih banyak dari kalangan professional dan

eksekutif.

Berbeda dengan Celebrity Fitness Puri yang memiliki entrance transparan

sehingga memungkinkan adanya interaksi antara orang yang berada di luar dan

dalam ruangan yang berada pada pusat perbelanjaan, entrance yang terdapat

Fitness First Platinum tampak seperti ruang tertutup dan anggota pusat kebugaran

ini memiliki privasi yang utuh dari pandangan orang luar. Model terbuka yang

diterapkan pada Fitness First Platinum ini merupakan interaksi sepihak yakni

model kaca berwarna transparan yang menghadap kearah luar gedung. View

pengunjung dibuat mengarah ke luar gedung yakni kawasan Thamrin, Bundaran

HI dst dari ketinggian 50 m di atas jalan raya. Di sini orang yang berada satu

gedung dengan pusat kebugaran Fitness First seperti tidak diperkenankan melihat

kedalam ruang tersebut. Kesan tertutup dan eksklusif ini disesuaikan dengan

bidikan pasar dan simbol platinum yang mengarah ke ekslusivitas penggunanya.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 59: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

44

UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 4.12 Entrance Fitness

First Platinum Menara BCA

Sumber: dokumen pribadi

Entrance dengan dinding masif di sekitar. Entrance pada FF merupakan

pintu yang menghubungkan langsung antara lift bangunan dengan ruang

fitness. Kesan yang timbul dari sini adalah untuk menjaga kesan ekslusive

pada pengunjung. Warna yang muncul ketika pertma masuk pintu utama

adalah soft, untuk menjaga kenyamanan dan sesuai target yakni

pengunjung yang rata pekerja profesional yang ingin rileks, nyaman, dan

juga memungkinkan area FF digunakan untuk mengadakan pertemuan.

Gambar 4.13 Salah satu Fasilitas pada Fitness First

Sumber : www.fitnessfirst.co.id

Akses keluar masuk bagi costumer di lokasi ini melalui satu entrance yang

disambut dengan sebuah meja administrasi dan kartu pas. Diluar akses masuk

langsung berhadapan dengan empat buah lift yang disediakan kantor Menara

BCA. Model pintu masuk ini seperti lorong pendek yang hanya menghubungkan

pintu dengan area kebugaran. Dibalik meja administrasi dan pintu pas terdapat

meja kursi yang berjajar di samping kiri dan peralatan kardiovaskuler di samping

kanan. Menurut salah satu karyawan disini tujuan peletakan meja kursi yang

terlihat dari area lift adalah disediakan untuk anggota yang sedang menunggu

rekan sambil mengamati langsung ke arah luar (fungsi interaksi), atau ruang bagi

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 60: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

45

UNIVERSITAS INDONESIA

anggota untuk rehat sejenak sebelum memulai atau sesudah memulai latihan

(fungsi kesenggangan) atau juga bisa digunakan sebagai tempat untuk

berkonsultasi dengan personal trainer atau bertemu kolega (fungsi interaksi,

sosialisasi, dan marketing). Kesemuanya bisa dilakukan sembari menikmati

pemandangan luar Bundaran HI dst (pemandangan satu arah).

Bagi pengunjung yang berasal dari luar gedung apabila ingin memasuki

lokasi ini melalui dua akses utama, yakni dari lift menuju lantai 11 yang

disediakan Menara BCA atau jika pengunjung melalui akses masuk Grand

Indonesia, pengunjung terlebih dahulu menuju lantai 3, kemudian melewati tenant

Gramedia untuk menemukan lift menuju lantai 11 yang merupakan penghubung

antara Grand Indonesia dan Menara BCA.

Peletakan pusat kebugaran ini seperti terlihat eksklusif dan tertutup bagi

non anggota atau non calon anggota. Hal ini dikarenakan pemilik bisnis

memahami keinginan masyarakat kota yang akan menjadi konsumen disini

merupakan kalangan masyarakat eksekutif yang memiliki keinginan akan suasana

eksklusif, nyaman, dan terbebas dari pandangan orang-orang luar. Dan gaya hidup

seperti inilah yang diminati masyarakat kelas menengah atas kota Jakarta yang

rata-rata menginginkan privasinya terjaga dari pengaruh luar.

IV.3 Pendekatan Psikografis

Untuk menganalisis gaya hidup pada masyarakat pengguna Celebrity

Fitness dan Fitness First dilakukan dengan pendekatan psikografik. Berikut

beberapa definisi psikografik yang akan menjadi acuan dalam menganalisis gaya

hidup pada kedua studi kasus:

1. Engel, Blackwell, dan Miniard, pengertian psikografik adalah:

“psychographic is a term often use interchangeably with AIO measures, or

statements to describes the activities, interest, and opinions of consumers”

(Engel, Blackwell, and Miniard, 1995, p. 451).

2. Loudon and Della Bitta, pengertian psokografik dikutip dalam:

“psychographics is the systematic use of relevant activity, interests, and

opinion constructs to quantitatively explore and explain the communication,

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 61: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

46

UNIVERSITAS INDONESIA

purchasing and consuming behaviors of person for brands, products, and

cluster of product” (Loudon and Della Bitta, 1993, p. 60).

3. Schiffman and Kanuk, psikografik diartikan sebagai:

“psychographics, also commonly reffered to as lifestyles analysis or AIO

(activities, interests, and opinions) research, is form of consumer research

that has been heartily embraced by both marketing practitionaire and

academic consumer researches” (Schiffman and Kanuk, 1991, p. 123).

4. Sedangkan Mowen mendefinisikan psikografik sebagai:

“psychographics is the quantitative investigation of consumer’ lifestyle,

personalities, and demographic characteristics, which are used to assist in

marketing and decision making” (Mowen J.C., 1987, p. 200).

Dari kutipan-kutipan tersebut, dapat disimpulkan psikografik sebagai suatu

penelitian kuantitatif untuk mengukur aktifitas, minat, dan opini (gaya hidup),

kepribadian, serta demografik konsumen, yang dilakukan untuk menggali dan

menjelaskan komunikasi dan tingkah laku konsumen atas merek, produk, dan

sekumpulan produk yang digunakan untuk mengambil keputusan dalam

pemasaran.

Fungsi metode psikografik dalam meneliti gaya hidup adalah untuk

mengenali dan memahami konsumen, serta secara efektif dapat berkomunikasi

dan menjual produk atau jasa kepada mereka (Loudon dan Della Bitta, 1993).

Schiffman dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa psikografik adalah alat untuk

melakukan segmentasi pasar dan mengembangkan kampanye promosi khusus.

Pendekatan psikografis yang dapat dikaitkan dengan Celebrity Fitness dan

Fitness First ini adalah mengenai pengukuran terhadap kepuasan masing-masing

anggota yang tidak sama. Upaya pendekatan khusus terhadap anggota Celebrity

Fitness ataupun Fitness First dilakukan berdasarkan tingkatan usia pengunjung

yang menjadi anggota pada kedua tempat tersebut.

IV.4 Segmentasi Pengunjung

Berdasarkan studi kasus di atas, maka segmentasi pengunjung pada

Celebrity Fitness dan Fitness First dibatasi dalam cakupan remaja akhir, dewasa

muda, dan dewasa madya.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 62: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

47

UNIVERSITAS INDONESIA

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa Latin adolescere yang

artinya tumbuh ke arah kematangan (Steinberg, 1999, p. 3). Lipsitz (1977)

membagi masa remaja menjadi remaja awal (11-14 tahun), remaja madya (15-18

tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Istilah adult (dewasa) berasal dari bahasa

Latin yang berarti “to grow to maturity” (berkembang menuju kematangan).

Papalia dan Olds (1998) memberi batasan usia dewasa muda pada 20-40 dan

dewasa madya pada usia 40 - 60 tahun.

Tabel 2. Fenomena ketertarikan pengunjung terhadap

Celebrity Fitness Mall Puri Indah

Segmentasi usia pengunjung pada Celebrity Fitness yang dikaitkan dengan pendekatan psikografis Keterangan

Remaja akhir (18-20 tahun), sekitar 10%

Perkembangan kognitif: 1.Kemampuan Hypothetico-Deductive Reasoning (gaya hidup dan lingkungan berpengaruh pada pemilihan Celebrity Fitness sebagai tempat menyalurkan minat dan aktifitas kebugaran) 2. Kognisi sosial (pemilihan Celebrity Fitness untuk menyesuaikan diri dengan status dan lingkungan sosialnya)

Perubahan Fisik dan Psikologis yang cepat: 1. Fisik (karena olah tubuh dan hormon) 2. Psikologis (bergabung dengan Celebrity Fitness karena keinginan agar di terima masyarakat umum sebagai orang dewasa)

Perkembangan aspek sosial: 1. Relationship (bergabung dengan Celebrity Fitness bersama teman-teman sebaya) 2. Identitas diri (bergabung dalam Celebrity Fitness sebagai identitas dan gaya hidupnya) 3. Konformitas (celebrity fitness Puri Mall disukai remaja akhir karena dorongan teman-teman sebaya yang tinggal, bersekolah, maupun beraktifitas di sekitar Puri Indah.

Dewasa Muda ( 21-40 tahun), sekitar 50%

Ketertarikan pengunjung pada Celebrity Fitness Puri karena mereka memiliki kemampuan biologis, psikologis, sosial, dan hukum untuk bergabung di tempat ini

Pengunjung usia muda berasal dari beberapa latar belakang pekerjaan , mayoritas

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 63: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

48

UNIVERSITAS INDONESIA

karyawan swasta dan pengusaha muda

Menunjukkan jiwa muda: berkarakter fisik penuh semangat, berolahraga teratur, bertenaga, terlihat segar, dan bergaya hidup sehat

Terjadi perubahan nilai dan status, bagi mereka yang sanggup menjadi member di tempat ini

Dewasa Madya (41-60 tahun), sekitar 35%

Masa transisi dan masa puncak karier. Alasan memilih Celebrity Fitness biasanya untuk melepaskan beban pikiran, disertai mengurangi penyakit yang timbul seperti jantung, dsb

Tabel 3. Fenomena ketertarikan pengunjung terhadap Fitness First Platinum

Menara BCA Thamrin

Segmentasi usia pengunjung pada Fitness First yang dikaitkan dengan pendekatan psikografis

Keterangan

Remaja akhir (16-20 tahun), sekitar 5%

Perkembangan kognitif: 1.Kemampuan Hypothetico-Deductive Reasoning (gaya hidup dan lingkungan tinggal menjadi alasan pemilihan Fitness First sebagai tempat menyalurkan minat dan aktifitas kebugaran)

Perubahan Fisik dan Psikologis yang cepat: 1. Fisik (karena olah tubuh dan hormon) 2. Psikologis (bergabung dengan Fitness First agar diakui masyarakat umum sebagai orang dewasa)

Perkembangan aspek sosial: 1. Relationship (bergabung bersama teman-teman sebaya) 2. Identitas diri (sebagai identitas dan gaya hidupnya) 3. Konformitas (karena dorongan keluarga atau teman yang tinggal, ataupun beraktifitas di sekitar Thamrin

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 64: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

49

UNIVERSITAS INDONESIA

Dewasa Muda ( 21-40 tahun), sekitar 45%

Ketertarikan pengunjung karena alasan jangkauan lokasi: tempat bekerja atau tempat tinggal

Pengunjung usia muda mayoritas karyawan kantoran dan pengusaha yang bekerja atau bertempat tinggal di sekitar kawasan ini

Menunjukkan jiwa muda: berkarakter fisik penuh semangat, berolahraga teratur, bertenaga, terlihat segar, dan bergaya hidup sehat

Terjadi perubahan nilai dan status, bagi mereka yang sanggup menjadi member di tempat ini (Ketertarikan pengunjung pada Fitness First Platinum karena mereka memiliki kemampuan biologis, psikologis, sosial, dan hukum untuk bergabung di tempat ini)

Dewasa Madya (41-60 tahun), sekitar 50%

Masa transisi dan masa puncak karier. Alasannya lokasi yang berdekatan dengan pusat beraktifitas (kantor atau tempat tinggal) dan biasanya untuk melepaskan beban pikiran, mengurangi penyakit yang timbul seperti jantung, dsb, dan seringkali digunakan untuk bertemu kolega,.

Tabel 4. Dominasi keramaian pengunjung masing-masing pusat

kebugaran pada hari kerja dan hari libur

Jam ramai pengunjung

Celebrity Fitness Fitness First Tingkat keramaian pengunjung terbanyak: hari libur terutama sabtu malam dan minggu

Tingkat keramaian pengunjung terbanyak: malam hari dan sabtu malam

Hari libur, Sabtu, Minggu

Pengunjung terbanyak: Remaja akhir dan ibu rumah tangga, juga pekerja kantoran

Pengunjung terbanyak; Pekerja kantoran yang libur bekerja, dan remaja akhir

Hari kerja Senin-Jumat malam

Pekerja kantoran Profesional dan eksekutif yang pulang bekerja

Hari kerja Senin-Jumat siang

Ibu rumah tangga, remaja akhir Remaja akhir dan profesional seringkali juga melakukan pertemuan relasi di tempat ini.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 65: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

50 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Gaya hidup masyarakat menciptakan arah perkembangan suatu kota dan

perkembangan kota mempengaruhi gaya hidup masyarakat yang tinggal

didalamnya. Dampak yang timbul dari gaya hidup dan kota adalah

masalah kesehatan, kebugaran, kesenggangan dan interaksi-sosialisasi,

untuk itu terciptalah pusat-pusat kebugaran yang memenuhi seluruh unsur

tersebut dengan kondisi yang memungkinkan yakni pada bangunan

komersial di kota seperti Jakarta.

Berdasarkan seluruh tinjauan dan analisis yang telah dibahas pada bab-bab

sebelumnya, penulis mengambil dua hal penting yang dapat digunakan untuk

menelaah fenomena pusat kebugaran (fitness centre) yang muncul saat ini, yakni:

1. Setelah dilakukan analisis pada studi kasus, ternyata perkembangan fitness

centre atau pusat kebugaran di kota besar seperti Jakarta tidak terlepas dari

aspek gaya hidup masyarakat dan perkembangan arsitektur kota. Dari sisi

psikologi diketahui bahwa manusia dengan berbagai tingkat kebutuhan

memiliki aspek tertinggi yaitu keinginan untuk mengaktualisasikan diri.

Dalam mendukung kebutuhannya tersebut, maka manusia memposisikan diri

pada lingkungan atau gaya hidup yang sesuai dengan kelasnya, yang juga

disesuaikan dengan arah perkembangan kota dimana mereka tinggal dan

arsitektur yang berkembang pada masanya. 2. Dunia arsitektur memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menjawab

berbagai kebutuhan manusia, dan satu hal terpenting adalah kebutuhan untuk

menjaga kebugaran baik fisik maupun non fisik bagi mereka yang tinggal di

kota metropolitan dengan lahan terbatas seperti Jakarta. Dalam menghadapi

kebutuhan masyarakat yang tinggal pada lingkup tersebut, membuka

kreatifitas perancang untuk membuat variasi konsep kebugaran yang

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 66: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

51

UNIVERSITAS INDONESIA

disesuaikan dengan segmentasi pengunjung dan lokasi seperti dua studi kasus

yang telah di analisis pada bab sebelumnya.

Dari hasil kajian literatur dan analisis studi kasus, dapat disimpulkan

bahwa berdirinya pusat kebugaran yang tergabung dalam lingkup bangunan

tertentu, seperti: Celebrity Fitness di Mall Puri maupun Fitness First di Menara

BCA, secara empiris merupakan wujud kebutuhan yang kompleks antara

kebutuhan individu dan perkembangan gaya hidup masyarakat yang tinggal di

dalamnya terhadap ruang arsitektur kota. Kehadiran pusat kebugaran seperti

Celebrity Fitness dan Fitness First ini tentu disesuaikan dengan aspek kebutuhan

manusia pada tingkat menengah-atas dengan gaya hidup masyarakat eksklusif

yang menjadi anggota pada masing-masing pusat kebugaran tersebut. Selain itu,

kompleksitas juga terjadi karena Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki lahan

terbatas dengan kepadatan manusia dan aktifitasnya yang majemuk, sehingga

memungkinkan terciptanya ruang kebugaran yang sekaligus berfungsi leisure

(kesenggangan) dan socialite (interaksi).

Hasil analisis pada studi kasus juga menunjukkan bahwa peran perancang

terhadap fenomena perkembangan pusat kebugaran ternyata sangat besar. Ini

disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Makin terbatasnya ruang di Jakarta

2. Makin terbatasnya waktu akibat aktifitas masyarakat yang rutin dan padat

3. Makin banyaknya manusia yang mengisi ruang kota Jakarta

Peran perancang disini adalah menuangkan ide-ide untuk merancang pusat

kebugaran pada lahan terbatas tetapi kreatif dan inovatif sesuai sasaran

pengunjung. Hal utama yang dilakukan arsitek adalah memaksimalkan aspek

sesuai dengan kebutuhan individu dan gaya hidup masyarakat yang tinggal

didalamnya yang nantinya menjadi segmen pengunjung pada pusat kebugaran

tersebut, misalnya Celebrity Fitness dan Fitness First seperti yang telah dibahas

pada bab studi kasus.

Selain sisi-sisi positif di atas, sebenarnya terdapat kekurangan yang

sebaiknya perlu diperhatikan dari munculnya fenomena pusat kebugaran di tengah

kota Jakarta, yakni eksklusivitas membatasi kesempatan bagi kaum menengah-

bawah untuk bergabung sebagai konsumen pada tempat-tempat yang telah

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 67: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

52

UNIVERSITAS INDONESIA

diklasifikasikan seperti ini. Seharusnya fenomena pusat kebugaran sebagai bagian

dari perkembangan arsitektur tidak menimbulkan gap terhadap kelas tertentu,

karena terciptanya ruang arsitektur dan kota sebenarnya bertujuan untuk

mewadahi aktifitas masyarakat yang tinggal didalamnya dan bukan berarti

menutup diri terhadap kelas sosial tertentu.

Berdasarkan fenomena pusat kebugaran yang muncul di tengah kota besar

saat ini, maka penulis melihat dua hal yang dapat dijadikan sebagai tantangan

terbesar pada perkembangan pusat kebugaran kedepannya, antara lain:

1. Perkembangan pusat kebugaran di tengah kota Jakarta di masa mendatang

sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pada golongan masyarakat menengah-

atas. Namun, kemunculan pusat kebugaran sebaiknya juga memiliki kajian

dan konteks yang dapat dikemas bagi kalangan menengah ke bawah. Hal ini

tentu bukan berarti kembali pada periode awal terbentuknya pusat kebugaran,

tetapi lebih kepada penggalian konsep arsitektur pusat kebugaran di tengah

kota yang ramah terhadap masyarakat marginal.

2. Pusat kebugaran yang muncul pada distrik-distrik tertentu, seperti Fitness First

yang berdiri pada office district dengan segmentasi pengunjung kalangan

eksekutif di perkantoran, atau Celebrity Fitness yang berdiri pada shopping

district dengan segmentasi pengunjung kaum muda yang terbuka dan

masyarakat penyuka aktifitas belanja, maka tidak menutup kemungkinan

perkembangan pusat kebugaran kedepannya tidak hanya terbatas pada office

district, shopping district, residence district, dan office district, tetapi

memiliki segmentasi yang lebih mengakar dan mampu memasuki setiap

elemen kawasan atau district yang terdapat dalam lingkup kota Jakarta.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 68: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

53

UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

- Alexander, Christopher. (1987). A new theory of urban design. California: The

Center for Environmental Structure.

- Assael, Henry. (1992). Consumer behavior and marketing action (4th ed.).

Boston: PWS-KENT Publishing Company.

- Brian, Sharkey. (2003). Fitness and health. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

- Cashmore, Ellis. (2002). Sport psychology: the key concepts. New York:

Routledge Taylor and Francis Group.

- David. (2009, Mei 3). Personal Interview.

- Eisner, S., & Gallion, Arthur. (1992). The urban pattern (6th ed.). New York:

John Wiley & Sons.

- Engel, J.F., Blackwell, R.D., & Miniard, P.W. (1992). Consumer behavior.

Chicago: Dryden Press.

- Havitz, M.E., & Dimanche, F. (1999). Leisure involvement revisited: drive

properties and paradoxes. Jurnal of Leisure Research. Mei 28, 2009.

http://www.questia.com/googleScholar

- Hawkins, D.I., Best, R.J., & Coney, K.A. (1995). Costumer behavior:

implications for marketing strategy (6th ed.). Chicago: Richard D. Irwin Inc.

- Kappelman, Leon A. (1995). Measuring user involvement: a diffusion of

innovation perspective. Special Double Issue: Diffusion of Technological

Innovation, 65 – 86. Maret, 2009. http://www.year2000.unt.edu/kappelma

- Kasali, Renald. (2000). Membidik pasar Indonesia: segmentasi, targeting,

positioning (4th ed.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

- Kerlinger, F.N. (1986). Foundation of behavioral research (3rd ed.). Tokyo:

CBS College Publishing.

- Leonard, Plotnicov. (1990). Work and play: an urban lifestyle ideally

portrayed. USA: University of Pittsburgh

- Loudon, D.L., Della B., & Albert, J. (1993). Consumer behavior: concepts

and applications (4th ed.). Singapore: McGraw-Hill.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 69: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

54

UNIVERSITAS INDONESIA

- Machmud, A. Mauraga. (2005). Psikologi Arsitektur Post Modern. RONA

Jurnal Arsitektur FT-Unhas, Volume 2 No. 1, 35-36.

- Maslow, Abraham H. (1970). Motivation and personality (2nd ed.). New

York: Harper & Row.

- Mowen, John C. (1995). Consumer behavior. New Jersey: Prentice-Hall.

- Newmark, N.L., & Thomson, P.J. (1977). Self, space, shelter: an introduction

to housing. New York: Harper & Row.

- Papalia, D., & Olds, S.W. (1998). Human development (7th ed.). New York:

McGraw-Hill Co.

- Powers, S.K., & Dodd, S.L. (1997). The essential of total fitness. USA:

University of Florida.

- Rapoport, Amos. (1990). History and precedent in environmental design. New

York: Plenum.

- Rice, F. Philip. (1996). The adolescent: development, relationship, and culture

(8th ed.). Massachussets: Allyn & Bacon.

- Santrock, John W. (1999). Lifespan development (7th ed.). Boston: MacGraw

Hill College.

- Sarafino, Edward P. (1990). Health Psychology: biopsychosocial interactions.

New York: John Wiley & Sons.

- Schiffman, L.G., & Kanuk, L.L. (1994). Consumer behavior (5th ed.). New

Jersey: Prentice Hall-Hall Inc.

- Sheridan, C.L., & Radmacher, S.A. (1992). Health psychology: challenging

the biomedical model. New York: John Wiley & Sons.

- Solomon, Michael R. (1999). Consumer behavior: buying, having, and being.

New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

- Smet, Bart. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Grasindo.

- Sumalyo, Yulianto. (2005). Arsitektur modern: akhir abad XIX dan abad XX

(2nd ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

- Steinberg, Laurence. (1993). Adolescence (3rd ed.). New York: McGraw Hill

- Susanto, A.B. (2001). Potret-potret gaya hidup metropolis. Jakarta: PT

Kompas Media Nusantara.

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009

Page 70: Fenomena Pusat Kebugaran dalam Perkembangan Kotalontar.ui.ac.id/file?file=digital/20249518-R050935.pdf · dan teman-teman seangkatan yang mewarnai kehidupan pusjur sebagai studio

55

UNIVERSITAS INDONESIA

- Taulu, Lely Pingkan C. (1993). Gaya hidup dan pemilihan aktivitas leisure:

sebuah pendekatan pada penduduk Jakarta berusia 45-65 tahun. Depok:

Skripsi Sarjana Fakultas Psikologi UI.

- Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus besar bahasa Indonesia

(3rd ed.). Jakarta: Balai Pustaka.

- Turner, J.S., & Helms, D.B. (1995). Lifespan development (5th ed.).

Philadelphia: Harcourt Brace & Company.

- Webster’s new world college dictionary (3rd ed.). (1996). New York: Simon

& Schuster, Inc.

- http://www.fitnessfirst.com

Fenomena pusat..., Kurnia Wijayanti, FT UI, 2009