febris convulsi

Upload: tickha-billyztrespectorthickthick

Post on 19-Jul-2015

823 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB II PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN a. Febris Konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (diatas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium. ( Ngostiyok, 1997) b. Febris convulsi adalah kejang yang berlangsung pada anak antara 3 bulan 5 tahun yang berlangsungkurang dari 15 menit. ( Lab/UPF Ilmu Penyakit Syaraf, 1994) c. Sedangkan menurut Consensus Statement Of Febrile Zeizures (1980) kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intra kronial atau penyebab tertentu.

II. ETIOLOGI Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya). 1) Intrakranial Asfiksia : Ensefolopati hipoksik iskemik

Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular Infeksi Kelainan bawaan : Bakteri, virus, parasit : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith Lemli Opitz. 2) Ekstra kranial Gangguan metabolic : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K) Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.

Kelainan yang diturunkan:gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan

dan kekurangan produksi kernikterus. 3) Idiopatik Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)

III.

PATOFISIOLOGI Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler. Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida. Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak

meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.

IV.

GEJALA KLINIS Dikenal 2 bentuk kejang demam : 1. Kejang demam sederhana.

2. Kejang demam komplikata. Kejang demam sederhana Usia 6 bulan 3 tahun (kurang 5 tahun) Kejang demam komplikata

Terutama 0-3 tahun

Faktor keturunan :+ + +

Tidak jelas

Type : Tonik klonik. (modifikasi kejang grandmol

Tonik klonik seperti grondmol atau hemi konvoisi

Lama : kebanyakan 1-3 menit kejang

> 10 menit

Keadaan : pada saat panas biasanya klinis karena infeksi (ISPA) menyertai kejang

Kebanyakan peradangan SSp, intra kronial venous trombose, GPGDO atau sesudah vaksinasi

Kelaianan patologik

Gambaran peradangan dan perbahan vaskuler

kelainan neurologis sesudah kejang

+++

: baik

Anti konvulsan : tidak perlu

Diperlunya untuk jangka panjang

Prognose : baik

Perlu diawasi sering terjadi efek neurologis dan kejang

ECG : Cepat menjadi normal

Abnormal selama panas

V.

FAKTOR RESIKO 1. 2. 3. 4. 5. 6. Demam Keturunan Perkembangan terlambat Masalah-masalah pada neonatus Anak-anak dalam perawatan khusus Kadar nutrien rendah

Resiko meningkat dengan : 1. Usia dini 2. 3. 4. 5. Cepatnya anak mendapat kejang setelah demam. Temperatur rendah saat kejang Riwayat keluarga kejang demam Riwayat keluarga epilepsi

VI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. 2. 3. 4. 5. Darah cengkop : Fondostopi Transkeminasi kepala Punksi lumbol terutama pada anak usia < 1 tahun EEG < flektro enchepholo grophy > Glukosa, serum elektrolit, serum kreatinis.

VII.

PENEGAKAN DIAGNOSA Diagnosa dapat ditegakan berdasarkan atas : 1. 2. 3. Anemnesa Menanyakan keluhan yang dirasakan Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan dahulu Gejala klinis Pemeriksaan laboratorium

VIII.

DIAGNOSA BANDING 1. 2. 3. Meningitis Ensepholitis Subdural empyemo

IX.

PENATALAKSANAAN 1. Fase akut Pada waktu tegang pasien dimiringkan untuk mencegah ospirasi ludah atau muntahan, jalan nafas harus bebas, perhatikan kesadaran, tensi, nadi, suhu dan fungsi jantung. Obat-obatan yang diberikan Diazepam 0,3 0,5 mg/kg BB. IV Asam volproat 15 40 mg/kg BB/hari Antiperetik kompres alkohol Pengobatan penyebab Pengobatan soportif Keseimbangan cairan dan elektrolit Bebaskan jalan nafas O2 dan sebagainya

2.

Terapi pencegahan a. Kejang demam sederhana Diberikan penegahan intermitten dalam arti memberikan anti konvuison, bila timbul panas pada pasien yang pernah mengalami kejang demam digonotan dpozepom parenteral 0,3 0,5 mg/kg BB/8 20m bila suhu tubuh > 38,5 oC. b. Kejang demam komplikata Diberikan pencegahan terus menerus dengan pemberian anti konvulson setiap hari selama 2-3 bebas kejang sampai melampaui batas peka kejang demam max 5 tahun.

Pencegahan diberikan bila : Kejang >15 menit Diikuti kelainan neurologik Adanya riwayat kejang tanpa panas pada keluarga. Adanya perkembangan neurologik yang abnormal sebelum kejang demam yang pertama Kejang demam pada anak usia < 1tahun Bila ada kelainan EEG

X.

FAKTOR PENYULIT 1. 2. 3. Epilepsi kelumpuhan anggota badan ganguan mental dan belajar

XI.

DIAGNOSA Dengan penaggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian, frekwensi berulangnya berkisar antara 25 30 % resiko untuk mendapatkan epilepsi rendah. (Mansyoer A. 1999) Pada kejang demam komplek tingkat tinggi perkembangan dapat terganggu akibat aktifitas kejang pada neurotransmiter diotak sehingga dapat terjadi perkembangan terlambat bahkan refordasi mental. (Marillyn E. Doengoes, 2000)

XII.

POHON MASALAH

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

I.

PENGKAJIAN 1. Identitas Nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, kebangsaan, tanggal MRS 2. 3. Keluhan utama: kejang Riwayat penyakit sekarang IV. 4. Betul ada kejang apa tidak Disertai dengan kejang atau tidak, sejak kapan naka menderita demam ? Pola serangan, bersifat umum atau local. Keadaan - sebelum, saat-saat setelah kejang Sebelum aura yang dapat menimbulkan kejang (ras lapar, muntah, lelah, sakit perut, sakit kepala dan lain-lain) Selama ditanya kejang dimulai kapan dan proses penjalarannya Setelah pasien tertidur, ada perasaan sadar, kesadaran menurun

Riwayat penyakit dahulu Frekwensi serangan Pasien pernah mengalami kejang sebelumnya apa tidak. Umur terjadi kejang untuk pertama kalinya Frekwensi kejang bertahap Neilson (1975) kejang demam yang pertama terjadi dan didapatkan faktor keturunan kemungkinan berulangnya kejang demam akan lebih besar. Pernah trauma atau tidak

5. 6.

Riwayat imunisasi : efek samping dari imunisasi DPT Riwayat keluarga Ada anggota keluarga yang menderita kejang ( 25% kejang demam mempunyai faktor keturunan) Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syara/lainnya.

7.

Riwayat kehamilan dan persalinan Penyakit yang pernah diderita ibu selama hamil, trauma perdarahan pervaginem, obat yang digunakan selama hamil Apakah ada kelahiran sukar, spontan, tindakan (forcep/vokum) perdarahan antepartom, aspiksia dan lain-lain.

8.

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan Kelainan motorik hemiparese permonen bertelor antara 0,1 0,2 % Nelson : apabila kejang berlangsung > 15 menit dan kejang > 1x/24 jam penurunan IQ dan kecendrungan adanya gangguan mental dan belajar

9.

Pola-pola fungsi kesehatan a. Pola nutrisi Anak akan mengalami penurunan nafsu makan karena demam, sehingga makan Cuma sedikit atau tidak mau sama sekali b. Pola aktifitas dan latihan Aktifitas pasien akan terganggu karena harus terah baring c. Pola tidur dan istirahat Tidur dan istirahat pasien akan terganggu karena tubuh paien panas dan kemungkinan besar terjadi kejang d. Mekanisme koping akibat hospitalisasi

Anak akan menangis kuat, menjerit dan memanggil ibunya dan menolak kehadiran orang lain termasuk perawat. e. Pola eliminasi BAB dan BAK pasien akan dibantu oleh ibu klien atau anggota keluarga yang lain f. Pola hubungan dengan peran Setelah pasien MRS dan harus tirah baring pasien tidakbisa bermain dengan teman-temannya g. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Setelah MRS pasien tidak mandi, hanya di seko 2x oleh ibunya atau keluarganya

10.

Pemeriksaan fisik a. - Keadaan umum : kesadaran, tensi, nadi, suhu, pernafasan - Kepala : ada tanda-tanda makro/mokro epoli atau tidak Disproporsi bentuk kepala Tanda-tanda tidak meningkat Gangguan netrus tronial Gangguan gerakan bola mata - Pemeriksaan kulit/integomen mungkin didapatkan turgor kulit menurun atau sionosis. - Dada : ada retroksi atat dada, suara nafas tambahan pada kejang demam, atau tidak

- abdomen : ada peningkatan peristaltic usus pada kejang demam yang diprovakosi oleh GE atau tidak. - Pemeriksaan kesadaran Pada kejang demam sederhana tidak terjadi defisit neurologis, sedangkan pada kejang demam komplek dapat terjadi sefisit neorologis sehingga pasien mungkin dalam kondisi shock atau kesadaran sempulur. b. Pemeriksaan penunjang Daerah lengkap, EEG, CT scen, dan lain-lain

II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Potensial kejang berulang b.d hipertermi 2. Potensial insuri/trauma b.d perubahan kesadaran, berkurangnya koordinasi otak, emosi yang labil. 3. kurangnya pengetahuan b.d keterbatasan informasi 4. resiko kerusakan sel otak 5. peningkatan suhu tubuh b.d adanya proses ekstra kronium 6. resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d kejang

III.

INTERVENSI KEPERAWATAN DP I Tujuan K/H : Potensial kejang berulang b.d hipertermi : Klien mengalamki kejang selama perawatan :

- Klien tidak kejang

- Suhu 36,5 37,5 oC - Nadi 120 140x/menit - RR 30 60 x /menit - Kesadaran CM. Interverensi 1. 2. 3. 4. 5. 6. :

lakukan pendekatan terapiutik pada klien dan keluarga. observasi TTV longgarkan pakaian, beri pakaian tipis yang dapat menyerap keringat beri kompres dingin batasi aktifitas selama suhu tubuh menaik kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat-obatan anti konvolsi, sedotin dan anti piretik.

Rasional : 1. agar klien dan keluarga percaya dan kooperatif dalam tindakan medis maupun keperawatan 2. 3. pemantauan teratur dapat menentukan tindakan proses konduksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat 4. 5. 6. perpindahan panas sel konduksi aktifitas berlebih dapat meningkatkan panas dan metabolisme tubuh. merupakan peran interdependent perawat

DP II

: Pot. Injury/trauma b.dperubahan kesadaran, berkurangnya koordinasi otot dan emosi yang labil

Tujuan KH -

: tidak didapatkan injury/trauma pada diri klien :

Injury tidak ada Keadaan umum klien baik dan segar TTV dalam batas normal

Intervensi : 1. 2. 3. 4. 5. Jelaskan setiap prosedur tindakan pada klien dan keluarga (orang tua). Beri pengamanan disisi tempat tidur Pantau dan kaji secara cermat selama kejang berlangsung. Catat tipe kejang dan frekwensi kejang. Observasi TTV secara teratur.

Rasional : 1. 2. 3. Agar klien dan keluarga mengetahui tujuan tindakan. Agar keamanan klien terjamin. Selama kejang berlangsung keberadaan perawat sangat penting, agar kecemasan keluarga berkurang dan mengetahui tindakan selanjutnya. 4. Dengan mengetahui tipe dan frekwensi kejang dapat menentukan tindakan selanjutnya. 5. Observasi yang teratur dan teliti dapat mengetahui perkembangan klien.

DP III Tujuan KH

: Kurang pengetahuan sampai dengan kurang informasi. : klien dan ibu mengerti tentang penyakit klien dan cemas berkurang. : - Ibu dan keluarga ikut serta dalam program pengobatan.

- Adanya pemahaman akan proses penyakit dengan prognosis.

Intervensi 1. 2. 3.

:

Kaji proses penyakit dan harapan masa depan. Kaji status mental. Memberikan informasi mengenai terapi obat obatan, interaksi dan efek samping dan pentingnya kekuatan pada program.

Rasional 1. 2.

:

Memberi pengetahuan dasar dimana kita membuat pilihan. Membantu mengontrol pemahaman lingkungan dan mengurangi jumlah patogen yang ada.

3.

Menaikan pemahaman dan menaikan kerja dalam menyembuhkan profilaksis dan mengurangi resiko kambuhnya komplikasi.

DP IV Tujuan KH -

: Resiko kerusakan sel otak. : tidak terjadi kerusakan sel otak : pemenuhan O2 diotak tidak terjadi kejang ulang. tidak ada sesak nafas.

Intervensi : 1. 2. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan. Singkirkan benda benda berbahaya di sekitar pasien, lepaskan pakaian yang mengganggu pernafasan. 3. Bila suhu tubuh tinggi berikan kompres air hangat secara intensif.

4.

Kolaborasi dengan dokter.

Rasional 1. 2. 3. 4.

:

O2 diotak terpenuhi, air way bebas. Pasien terhindar dari cidera dan pernafasan teratur. Kompres air hangat mempercepat penurunan panas. Kolaborasi dalam pemberian obat seperti anti piretik, anti konvulson.

DP V

: Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya proses ekstrakronium.

Tujuan KH -

: Suhu tubuh kembali normal dalam waktu 24 jam pertama. :

Permukaan kulit waktu disentuh terasa hangat. Pasien tidak menangis. :

Intervensi 1. 2. 3. 4.

Pantau suhu tubuh pasien. Berikan kompres hangat. Anjurkan pasien untuk minum banyak. Kolaborasi dengan tim medis.

Rasional : 1. 2. 3. Perubahan suhu yang mendadak dapat menimbulkan kejang ulang. Dengan kompres hangat mempercepat penurunan suhu tubuh. Dengan adanya panas metabolisme tubuh meningkat.

4.

Untuk memberikan anti piretik.

DP VI

: Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan proses kejang.

Tujuan KH

: pertumbuhan dan perkembangan optimal sesuai dengan usia anak. :

- pasien tidak shock/samnolen. - GCS 4:5:6. - Berat badan sesuai usia. - Motorik halus, motorik kasar, sosialisasi anak sesuai usia. Intervensi 1. 2. :

Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang tumbuh kembang anak. Diskusikan pada keluarga cara-cara stimulasi tumbuh kembang anak sesuai dengan kemampuannya berkomunikasi dengan anak.

Rasional

:

sebagai indikasi ada atu tidaknya perbedaan pemahaman keluarga dengan konsep yang ada.

IV. PELAKSANAAN Tahap pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan untuk mengatasi masalah pasien secara optimal. (Nasrul Efendi, 1995) V. EVALUASI

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan . Dalam evaluasi tujuan tersebut terdapat tiga aaalternatif, yaitu : Tujuan tercapai : pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan tercapai sebagian : pasien menunjukkan perubahan sebagian sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan tidak tercapai : pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali.

RIWAYAT IMUNISASI JENIS BCG DPT Polio Capak Heportits (mansyoer A. 1999) UMUR 0 2 bulan 2, 3, 4 bulan 1-5 bulan 9 bulan 0, 1, 6 bulan CARA 1C 1M Refisi 5C 1M JUMLAH 1x 3x 4x 4x 3x

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG MENURUT KOEHLBERG USIA 15 bln FISIK Motorik Kasar Berjalan sendiri Motorik Halus - Pegang cangkir - Memasukkan jari kelubang - Membuka kotak - Melempar benda 18 bln Lari jatuh - Menggunakan sendok - Membuka hal. Buku - Menyususn balok 24 bln BB 4x BB lhr TB bauik - Berlari sudah baik - Membuka pintu - Naik tangga sendiri - Membuka kunci - Menggunting - Menggunakan sendok dengan baik Sosial Emosional Bermain solitary play

- Menarik mainan - Naik dengan tangga bantuan

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, nasrul (1995) Pengantar Proses Keperawatan EGC, Jakarta. Diktat Medis dan Askep Penyakit Anak. FKUI (2000), kapita Selecto Kedokteran Edisi III jilid 2, Media Auscataplus, Jakarta. Lab/UPF Ilmu Penyakit Syaraf (1994), Pedoman Diagnosa Dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Marlyn D (2000), Rencana Asuhan Keperawatan EGC, Jakarta. Ngotiyah (1997), Perawatan Anak Sakit EGC, Jakarta.

BAB IV PENUTUP

1.

Kesimpulan Febris Konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (diatas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium. ( Ngostiyok, 1997) Febris convulsi adalah kejang yang berlangsung pada anak antara 3 bulan 5 tahun yang berlangsungkurang dari 15 menit. ( Lab/UPF Ilmu Penyakit Syaraf, 1994) Sedangkan menurut Consensus Statement Of Febrile Zeizures (1980) kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intra kronial atau penyebab tertentu. Febris dapat disebabkan oleh tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya). Dikenal 2 bentuk kejang demam, yaitu kejang demam sederhana dan demam komplikata.

2.

Kritik dan Saran

BAB I PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Febris Konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (diatas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium. ( Ngostiyok, 1997). Febris convulsi adalah kejang yang berlangsung pada anak antara 3 bulan 5 tahun yang berlangsungkurang dari 15 menit. ( Lab/UPF Ilmu Penyakit Syaraf, 1994). Sedangkan menurut Consensus Statement Of Febrile Zeizures (1980) kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intra kronial atau penyebab tertentu. Febris dapat disebabkan oleh tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya). Dikenal 2 bentuk kejang demam, yaitu kejang demam sederhana dan demam komplikata.

2.

Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Tujuan umum Memberikan pengetahuan tentang febris convulsi Melaksanakan tugas tersetruktur yaitu KDM

2. Tujuan khusus o Mengetahui dan memahami tentang proses penyakit, pengertian, penyebab, pengobatan dan perawatan dari febris comvulsi o Mengetahui dan memahami pengkajian yang dilakukan, masalah keperawatan yang muncul,rencana keperawaatan dan tindakan keperawatan yang diberikan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan.

3.

Rumusan Masalah o o o o o o o o Apa yang dimaksud dengan febris convulsi? Apa jenis- jenis febris convulsi? Bagaimana etiologi terjadinya febris convulsi? Bagaimana proses perjalanan penyakit dan pohon masalah febris convulsi? Bagaimana manifestasi klinis dari febris convulsi? Mengetahui bagaimana permeriksaan diagnostic pada pasien febris convulsi? Bagaimana proses penatalaksanaan febris convulsi? Bagaimana asuhan keperawatan bagi pasien febris convulsi ?

4.

Manfaat 1 2 3 Untuk menegtahui penyakit febris convulsi Memeberikan pengetahuan baru bagi pembaca ataupun penyaji Untuk mengetahui bagaimana proses penyakit, gelaja klinis,serta jenis- jenis dari febris convulsi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah KDM. Adapun makalah ini mengenai FEBRIS CONVULSI . Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Dosen mata kuliah KDM serta temanteman yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka Kami dengan senang hati menerima kritik serta saran saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswa/mahasiswi D-III keperawatan. Akhir kata, melalui kesempatan ini kami penyusun makalah mengucapkan banyak terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Batu, Mei 2012 Tim penyusun

MAKALAHAsuhan Keperawatan dengan Diagnosa MedisFEBRIS CONVULSI

OLEH :

Agustika Rokhma Chumrotul Azizah Denik Ismiati Ita Lukita Ningsih

STIKes Bahrul Ulum Lab. II Kota BatuJl.H.Sutan Hasan Halim 100 Kota Batu

Telp.(0341)512905,Fax.(0341)5915952012