fe no barbital

16
Fenobarbital sudah lama dipasarkan pada tahun 1912 oleh perusahaan Bayer dengan menggunakan merek luminal. Dan digunakan oleh dokter di Jerman untuk membunuh anak yang lahir dengan deformitas, yang saat itu merupakan kebijakan Nazi, Jerman. Dulu juga digunakan untuk penyakit kuning dan profilaxis pada kejang demam Fenobarbital (fee-no-BAR-bih-tal) adalah obat anti-epilepsi yang mempunyai sejarah panjang. Obat ini pertama kali digunakan sebagai obat anti-epilepsi pada tahun 1912. Fenobarbital digunakan untuk pengobatan epilepsi tonik- klonik, epilepsi kompleks atau parsial simpel pada orang dewasa dan anak- anak. Fenobarbital juga digunakan untuk epilepsi miklonik (myclonic). Obat ini pernah menjadi obat first line, namun sekarang menjadi obat second-line karena efek samping yang ditimbulkannya — yaitu efek penenang, depresi dan agitasi. Fenobarbital merupakan obat antiepilepsi atau antikonvulsi yang efektif. Toksisitasnya relatif rendah, murah, efektif, dan banyak dipakai. Dosis antikonvulsinya berada di bawah dosis untuk hipnotis. Ia merupakan antikonvulsan yang non-selektive. Manfaat terapeutik pada serangan tonik- klonik generalisata (grand mall) dan serangan fokal kortikal. FENOBARBITAL Berdasarkan masa kerjanya, turunan barbiturate dibagi menjadi 4, yaitu: 1. Turunan barbiturat dengan masa kerja panjang (6 jam atau lebih) Contohnya : barbiturat, metarbital, fenobarbital 2. Turunan barbiturat dengan masa kerja sedang (3-6 jam) Contoh : alobarbital, amobarbital, aprobarbital, dan butabarbital berguna untuk mempertahankan tidur dalamjangka waktu yang panjang 3. Turunan barbiturat dengan masa kerja pendek (0,5-3 jam) Contoh : sekobarbital, dan pentobarbital, yang digunakan untuk menimbulkan tidur untuk orang yang sulit jatuh tidur. 4. Turunan barbiturat dengan masa kerja sangat pendek (<0,5 jam) Contoh : thiopental yang digunakan untuk anestesi umum. Barbiturat sejak lama digunakan sebagai hipnotika dan sedative, tetapi penggunaanya sejak tahun 1980-an telah sangat menurun karena adanya obat- obat dari kelompok benzodiazepine yang lebih aman. Yang merupakan pengecualian adalah fenobarbital yang memiliki sifat antikonvulsif. Barbital digunakan sebagai obat pereda untuk siang hari dalam dosis yang lebih rendah dari dosisnya sebagai obat tidur, yakni ½ -1/6 kalinya.

Upload: tean-moodygladers

Post on 01-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

fenobarbital

TRANSCRIPT

Page 1: Fe No Barbital

Fenobarbital sudah lama dipasarkan pada tahun 1912 oleh perusahaan Bayer dengan

menggunakan merek luminal. Dan digunakan oleh dokter di Jerman untuk membunuh

anak yang lahir dengan deformitas, yang saat itu merupakan kebijakan Nazi, Jerman. Dulu

juga digunakan untuk penyakit kuning dan profilaxis pada kejang demam

Fenobarbital (fee-no-BAR-bih-tal) adalah obat anti-epilepsi yang mempunyai sejarah

panjang. Obat ini pertama kali digunakan sebagai obat anti-epilepsi pada tahun 1912.

Fenobarbital digunakan untuk pengobatan epilepsi tonik-klonik, epilepsi kompleks atau

parsial simpel pada orang dewasa dan anak-anak. Fenobarbital juga digunakan untuk

epilepsi miklonik (myclonic). Obat ini pernah menjadi obat first line, namun sekarang

menjadi obat second-line karena efek samping yang ditimbulkannya — yaitu efek

penenang, depresi dan agitasi.

Fenobarbital merupakan obat antiepilepsi atau antikonvulsi yang efektif. Toksisitasnya

relatif rendah, murah, efektif, dan banyak dipakai. Dosis antikonvulsinya berada di bawah

dosis untuk hipnotis. Ia merupakan antikonvulsan yang non-selektive. Manfaat terapeutik

pada serangan tonik-klonik generalisata (grand mall) dan serangan fokal kortikal.

FENOBARBITAL

Berdasarkan masa kerjanya, turunan barbiturate dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Turunan barbiturat dengan masa kerja panjang (6 jam atau lebih)

Contohnya : barbiturat, metarbital, fenobarbital

2. Turunan barbiturat dengan masa kerja sedang (3-6 jam)

Contoh : alobarbital, amobarbital, aprobarbital, dan butabarbital berguna

untuk mempertahankan tidur dalamjangka waktu yang panjang

3. Turunan barbiturat dengan masa kerja pendek (0,5-3 jam)

Contoh : sekobarbital, dan pentobarbital, yang digunakan untuk menimbulkan tidur

untuk orang yang sulit jatuh tidur.

4. Turunan barbiturat dengan masa kerja sangat pendek (<0,5 jam)

Contoh : thiopental yang digunakan untuk anestesi umum.

Barbiturat sejak lama digunakan sebagai hipnotika dan sedative, tetapi penggunaanya

sejak tahun 1980-an telah sangat menurun karena adanya obat-obat dari kelompok

benzodiazepine yang lebih aman. Yang merupakan pengecualian adalah fenobarbital yang

memiliki sifat antikonvulsif. Barbital digunakan sebagai obat pereda untuk siang hari

dalam dosis yang lebih rendah dari dosisnya sebagai obat tidur, yakni ½ -1/6 kalinya.

Fenobarbital (Luminal) merupakan senyawa organik kejang pertama yang efektif.

Senyawa ini memiliki toksisitas yang relative rendah, tidak mahal, dan masih merupakan

salah satu obat yang efektif dan lebih banyak digunakan untuk kejang.

Page 2: Fe No Barbital

Hubungan struktur-aktivitas. Rumus struktur fenobarbital (asam 5-fenil-5-etilbabiturat)

hubungan struktur aktifitas barbiturate telah banyak diteliti. Aktivitas kejang maksimal

diperoleh jika satu substituent pada posisi 5 berupa gugus fenil. Turunan 5,5-difenil

mempunyai potensi kejang lebih lemah dibandingkan dengan fenobarbital tetapi hampir

tanpa aktivitas hipnotik. Sebaliknya, asam 5,5-dibenzil barbiturat menyebabkan konvulsi.

Sifat-sifat kejang, kebanyakan barbiturat mempunyai sifat kejang. Namun, kapasitas

beberapa senyawa barbiturat untuk memberikan kerja kejang yang maksimal pada dosis

yang lebih rendah dari dosis yang diperlukan untuk hypnosis menentukan kegunaan

klinisnya sebagai obat kejang, contohnya fenobarbital. Fenobarbital aktif pada

kebanyakan uji anti kejang pada hewan tetapi relative tidak selektif. Obat ini

menghambat ekstensi tonik tungkai belakang pada hewan berkaki empat pada

elektrosyok maksimal, kejang klonik yang dipicu oleh pentilentetrazol, dan kejang kindled.

Mekanisme kerja

Mekanisme kerja menghambat kejang kemungkinan melibatkan potensiasi penghambatan

sinaps melalui suatu kerja pada reseptor GABAA, rekaman intrasel neuron korteks atau

spinalis kordata mencit menunjukkan bahwa fenobarbital meningkatkan respons terhadap

GABA yang diberikan secara iontoforetik. Efek ini telah teramati pada konsentrasi

fenobarbital yang sesuai secara terapeutik. Analisis saluran tunggal pada out patch

bagian luar yang diisolasi dari neuron spinalis kordata mencit menunjukkan bahwa

fenobarbital meningkatkan arus yang diperantarai reseptor GABA dengan meningkatkan

durasi ledakan arus yang diperantarai reseptor GABA tanpa merubah frekuensi ledakan.

Pada kadar yang melebihi konsentrasi terapeutik, fenobarbital juga membatasi

perangsangan berulang terus menerus; ini mendasari beberapa efek kejang fenobarbital

pada konsentrasi yang lebih tinggi yang tercapai selama terapi status epileptikus.

Sifat Farmakokinetik

Fenobarbital diabsorbsi secara lengkap tetapi agak lambat; kosentrasi puncak dalam

plasma terjadi beberapa jam setelah pemberian suatu dosis tunggal. Sebanyak 40%

sampai 60% fenobarbital terikat pada protein plasma dan terikat dalam jumlah yang

sama diberbagai jaringan, termasuk otak. Sampai 25 % dari suatu dosis dieliminasi

melalui eksresi ginjal yang tergantung PH dalam bentuk tidak berubah; sisanya

diinaktivasi oleh enzim mikrososm hati. Sitokrom P450 yang paling bertanggung jawab

adalah CYP2C9, dengan sedikit metabolism oleh CYP2C19 dan 2El. Fenobarbital

menginduksi enzim uridin difosfa glukuronosil transferase(UGT) dan sitokrom P450

subfamili CYP2C dan 3 A. obat-obat yang dimetabolisme oleh enzim-enzim ini dapat

terurai lebih cepat jika diberikan bersama fenobarbital; yang penting, kontrasepsi oral

dimetabolisme oleh CYP3A4.

Page 3: Fe No Barbital

Toksisitas

Sedasi merupakan efek yang tidak diharapkan dari fenobarbital yang paling sering terjadi

yang tampak pada semua pasien pada awal terapi. Tingkat sedasi yang terjadi berbeda-

beda tetapi selama pengobatan kronis berkembang toleransi terhadap efek ini.

Nistagmus dan ataksia terjadi pada dosis belebih. Fenobarbital kadang-kadang

menyebabkan kondisi mudah marah dan hiperaktivitas pada anak-anak, serta agitasi dan

kebingungan pada lanjut usia.

Ruam yang mirip scarlet atau morbili, mungkin disertai dengan manifestasi alergi obat

lainnya, terjadi pada 1% sampai 2% pasien. Dermatitis eksfoliatif jarang terjadi.

Hipoprotrombinemia yang disertai hemoragia teramati pada bayi baru lahir yang ibunya

menggunakan fenobarbital selama kehamilan; vitamin K efektif untuk penanganan atau

profilaksis. Anemia megaloblastik yang berespons terhadap folat dan osteomalasia yang

berespons terhadap vitamin D dosis tinggi terjadi selama terapi epilepsy dengan

fenobarbital jangka panjang, seperti yang terjadi selama pengobatan dengan fenitoin.

Konsentrasi obat dalam plasma, selama terapi jangka panjang pada orang dewasa,

konsentrasi fenobarbital dalam plasma rata-rata 10µg/ml dengan dosis sehari 1 mg/kg;

pada anak-anak besarnya 5 sampai 7µg/ml dengan dosis 1 mg/kg. meskipun tidak ada

hubungan yang pasti antara hasil terapeutik dan konsentrasi obat dalam plasma,

biasanya disarankan konsentrasi plasma 10 sampai 35µg/ml untuk mengendalikan

kejang; kadar minimal untuk pencegahan konvulsi demam adalah 15µg/ml.

Hubungan antara konsentrasi fenobarbital dalam plasma dan efek merugikan beragam

sesuai dengan perkembangan toleransi. Sedasi, nistagmus dan ataksia biasanya tidak

terjadi pada konsentrasi dibawah 30 µg/ml selama terapi jangka panjang, tetapi efek-efek

merugikan mungkin tampak selama beberapa hari pada konsentrasi yang lebih rendah

saat dimulai terapi atau setiap dilakukan peningkatan dosis. Konsentrasi yang lebih besar

dari 60µl/mg mungkin menyebabkan intoksikasi nyata pada individu yang tidak toleran.

Karena dapat terjadi toksisitas yang signifikan terhadap perilaku walaupun tidak ada

tanda-tanda toksisitas terlihat, maka kecenderungan untuk terus memberikan

fenobarbital dosis tinggi yang berlebihan pada pasien harus dihindari, terutama pada

anak-anak. Konsentrasi fenobarbital dalam plasma boleh ditingkatkan diatas 30 sampai

40µg/ml hanya jika peningkatan tersebut dapat diterima dengan memadai dan hanya jika

hal itu membantu pengendalian kejang secara bermakna.

Interaksi obat

Interaksi antara fenobarbital dan obat lain biasanya melibatkan induksi sistem enzim

mikrosom hati oleh fenobarbital. Konsentrasi fenobarbital dalam plasma dapat

Page 4: Fe No Barbital

ditingkatkan sebanyak 40 % selama penggunaanya yang bersaman dengan asam

valproat. Fenobarbital mengurangi kadar carbamazepin, lamotrigin, tiagabin, dan

zonisamide dalam darah; phenobarnital mungkin megurangi konsentrasi ethosuximide

dalam darah; konsentrasi Fenobarbital dalam darah meningkat oleh oxcarbazepin, juga

kadar metabolit aktif oxcarbazepin dalam darah menurun; kadar Fenobarbital dalam

darah seringkali meningkat oleh fenitoin, kadar fenitoin dalam darah seringkali berkurang

tetapi dapat meningkat; efek sedasi meningkat saat barbiturate diberikan dengan

primidone; kadar Fenobarbital dalam darah meningkat oleh valproat, kadar valproat

dalam darah menurun; kadar Fenobarbital dalam darah mungkin berkurang oleh

vigabatrin.

Pengunaan terapeutik

Fenobarbital merupakan obat yang efektif untuk kejang tonik-klonik menyeluruh dan

kejang parsial. Efikasi, toksisitas yang rendah, serta harga yang murah menjadikan

fenobarbital obat yang penting untuk tipe-tipe epilepsi ini. Namun, efek sedasinya serta

kecenderungannya menimbulkan gangguan perilaku pada anak-anak telah mengurangi

pengunaanya sebagai obat utama.

Golongan barbiturat, sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling sering digunakan karena

paling murah terutama digunakan pada serangan grand mal. Biasanya untuk pemakaian

lama dikombinasi dengan kofein atau efedrin guna melawan efek hipnotiknya. Tetapi tidak

dapat digunakan pada jenis petit mal karena dapat memperburuk kondisi penderita.

Contoh fenobarbital dan piramidon.

Efek samping

Penggunaan fenobarbital dapat menimbulkan efek hipnotik-sedatif. Hipnotika atau obat

tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan faali

untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur, pusing, ataksia dan pada anak-

anak mudah terangsang. Efek samping ini dapat dikurangi dengan penambahan obat-

obat lain dan pada umumnya, diberikan pada malam hari.

KEJANG

Indikasi utama dari Fenobarbital adalah untuk pengobatan Kejang.

Kejang adalah gerakan otot tonik atau klonik yang involuntar yang merupakan serangan

berkala, disebabkan oleh lepasnya muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan.

Kejang tidak secara otomatis berarti epilepsi. Dengan demikian perlu ditarik garis

Page 5: Fe No Barbital

pemisah yang tegas : manakah kejang epilepsi dan mana pula kejang yang bukan eplepsi.

Istilah “kejang” bersifat generic, dan dapat dipergunakan penjelasan-penjelasan lain yang

lebih spesifik sesaui karakteristik yang diamati. Kejang dapat terjadi hanya sekali atau

berulang. Kejang rekuren, spontan, dan tidak disebabkan oleh kelainan metabolism yang

terjadi bertahun-tahun disebut epilepsy . bangkitan motorik generalisata yang

menyebabkan hilangnya kesadaran dan kombinasi kontraksi otot tonik-klonik yang sering

disebut kejang.

Tetanus, histeri, dan kejang demam bukanlah epilepsi walaupun ketiganya menunjukkan

kejang seluruh tubuh. Cedera kepala yang berat, radang otak, radang selaput otak,

gangguan elektrolit dalam darah, kadar gula darah yang terlalu tinggi, tumor otak, stroke,

hipoksia, semuanya dapat menimbulkan kejang.

Pada tahun 1981, The International League Against Epilepsy (ILAE) membuat suatu sistem

klasifikasi internasional kejang epileptik yang membagi kejang menjadi dua kelompok

besar yaitu Kejang Parsial sederhana (fokal atau lokal) dan Kejang Generalisata. Kejang

parsial kemudian dibagi lagi menjadi Parsial Sederhana, Parsial Kompleks, dan Parsial

yang menjadi Generalisata sekunder.

Kejang parsial dimulai disuatu daerah diotak, biasanya korteks serebrum. Gejala kejang

ini bergantung pada lokasi focus diotak. Sebagai contoh, apabila focus terletak dikorteks

sementara apabila focus motorik, maka gejala utama mungkin adalah kedutan otot;

sementara, apabila focus terletak dikorteks sensorik, maka pasien mengalami gejala-

gejala sensorik termasuk baal, sensasi seperti ada yang merayap dan menusuk-nusuk.

Kejang sensorik biasanya disertai beberapa gerakan klonik, karena dikorteks sensorik

terdapat beberapa representase motorik. Adapun yang termasuk kejang generalisata

yaitu Lena (Tipikal atau Atipikal), mioklonik, klonik, tonik, tonik-klonik dan atonik.

Kejang Generalisata melibatkan seluruk korteks serebrum dan diensefalon serta ditandai

dengan awitan aktivitas kejang yang bilateral dan simetrik yang terjadi dikedua hemisfer

tanpa tanda-tanda bafwa kejang berawal sebgai kejang fokal. Pasien tidak sadar dan tidak

mengetahui keadaan sekelililingnya saat mengalami kejang. Bisa bermula dari talamus

dan struktur subkortikal lainnya. Pada EEG ditemukan kelainan secara serentak pada

kedua hemisfer. Kejang generalisata memberikan manifetasi bilateral pada tubuh dan ada

gejala penurunan kesadaran. Kejang generalisata diklasifikasikan menjadi atonik, tonik,

klonik, tonik klonik atau kejang.

Kejang tonik adalah kekakuan kontraktur pada otot-otot, termasuk otot pernafasan

dengan karakteristik peningkatan mendadak tonus otot(menjadi kaku, kontraksi) wajah

dan tubuh bagian atas fleksi lengan dan ekstensi tungkai, mata dan kepala mungkin

berputar pada satu sisi, dan dapat menyebakan henti nafas.

Page 6: Fe No Barbital

Kejang klonik berupa gemetar yang bersifat lebih lama dengan karakteristik gerakan

menyentak, repetitive, tajam, lambat, dan tunggal atau multiple dilengan, tungkai atau

torso.

Jika keduanya muncul secara bersamaan maka disebut kejang tonik klonik (dahulu

disebut grand mal) diawali dengan hilangnya kesadaran dengan cepat. Pasien mungkin

bersuara menagis, akibat ekspirasi paksa yang disebakan oleh spasme toraks atau

abdomen. Pasien kehilangan posisi berdirinya , mengalami gerakan tonik kemudian klonik

dan inkontinensia urin disertai disfungsi outonom. Fase ini berlangsung beberapa detik.

Sebagian kejang yang lain sulit dikelompokkan pada salah satunya dimasukkan sebagai

kejang tidak terklasifikasi (Unclassified Kejang). Cara pengelompokan ini masih diterima

secara luas.

FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI KEJANG

Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang

atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas

kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. lesi otak

tengah, thalamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersifat epileptogenik,

sedangkan lesi diserebrum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.

Ditingkat membrane sel, focus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi,

termasuk yang berikut:

- Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan

- Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan secara

berlebihan

- Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam

repolarisasi) yang disebakan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gamma-

aminobutirat (GABA).

- Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam basa atau elektrolit,

yang menggangu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi

neuron. Gagngguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan

neurotransmitter eksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.

Perubahan-perubahan metabolic yang terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian

Page 7: Fe No Barbital

disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energy akibat hiperaktifitas neuron. Selama

kejang, kebutuhan metabolic secara drastic meningkat lepas muatan listrik sel-sel saraf

motorik meningkat menjadi 1000/detik. Aliran darah otak meningkat, demikian juga

respirasi dan glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul dicairan serebrospinal selama dan

setelah kejang.

Secara fisiologis, suatu kejang merupakan akibat dari serangan muatan listrik terhadap

neuron yang rentan di daerah fokus epileptogenik. Diketahui bahwa neuron-neuron ini

sangat peka dan untuk alasan yang belum jelas tetap berada dalam keadaan

terdepolarisasi. Neuron-neuron di sekitar fokus epileptogenik bersifat GABA-nergik dan

hiperpolarisasi, yang menghambat neuron epileptogenik. Pada suatu saat ketika neuron-

neuron epileptogenik melebihi pengaruh penghambat di sekitarnya, menyebar ke struktur

korteks sekitarnya dan kemudian ke subkortikal dan struktur batang otak. Dalam keadaan

fisiologik neuron melepaskan muatan listriknya oleh karena potensial membrannya

direndahkan oleh potensial postsinaptik yang tiba pada dendrit. Pada keadaan patologik,

gaya yang bersifat mekanik atau toksik dapat menurunkan potensial membran neuron,

sehingga neuron melepaskan muatan listriknya dan terjadi kejang.

PENYAKIT-PENYAKIT NEUROLOGIS YANG MENYEBABKAN KEJANG

Penyakit-penyakit yang menyebabkan kejang dapat dikelompokkan secara sederhana

menjadi penyebab kejang epileptik dan penyebab kejang non-epileptik. Penyakit epilepsi

akan dibahas tersendiri sementara kelompok non-epileptik terbagi lagi menjadi penyakit

sistemik, tumor, trauma, infeksi, dan serebrovaskuler.

Kelainan metabolik

Kelainan metabolic, sebagai kelainan yang mendasari kejang, mencakup diantaranya

hiponatremia dan hiponatremia. Gejala neurologik perubahan natrium serum terjadi

akibat peningkatan atau penurunan volume cairan intrasel neuron dan berkaitan dengan

kadar absolute kurang dari 125mEq/L atau lebih dari 150 mEq/L tetapi yang lebi penting

berkorelasi dengan kecepatan terjadinya perubahan tersebut.

Hiponatremia

Hiponatremia terjadi bila :

a) Jumlah asupan cairan melebihi kemampuan ekskresi

b) Ketidakmampuan menekan sekresi ADH (mis : pada kehilangan cairan melalui

Page 8: Fe No Barbital

saluran cerna atau gagal jantung atau sirosis hati atau pada SIADH = Syndrom of

Inappropriate ADH-secretion). Hiponatremia dengan gejala berat (mis : penurunan

kesadaran dan kejang) yang terjadi akibat adanya edema sel otak karena air dari ektrasel

masuk ke intrasel yang osmolalitas-nya lebih tinggi digolongkan sebagai hiponatremia

akut (hiponatremia simptomatik). Sebaliknya bila gejalanya hanya ringan saja (mis :

lemas dan mengantuk) maka ini masuk dalam kategori kronik (hiponatremia

asimptomatik).

Langkah pertama dalam penatalaksanaan hiponatremia adalah mencari sebab terjadinya

hiponatremia melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.

Langkah selanjutnya adalah pengobatan yang tepat sasaran dengan koreksi Na

berdasarkan kategori hiponatremia-nya.

Hipernatremia

Hipernatremia terjadi bila kekurangan air tidak diatasi dengan baik misalnya pada orang

dengan usia lanjut atau penderita diabetes insipidus. Oleh karena air keluar maka volume

otak mengecil dan menimbulkan robekan pada vena menyebabkan perdarahan lokal dan

subarakhnoid. Langkah penatalaksanaan berikutnya ialah mencoba menurunkan kadar Na

dalam plasma ke arah normal. Pada diabetes insipidus, sasaran pengobatan adalah

mengurangi volume urin. Bila penyebabnya adalah asupan Na berlebihan maka

pemberian Na dihentikan.

Intoksikasi

berbagai bahan toksik dan obat dapat menyebabkan kejang. Beberapa obat, kejang

merupakan manifestasi efek toksik. Beberapa obat yang dapat menimbulkan efek kejang

yaitu aminofilin, obat antidiabetes, lidokain, fenotiazin, fisostigmin dan trisiklik.

Penyalahgunaan zat seperti alkohol dan kokain dapat juga menyebabkan kejang.

Penegakan diagnosa pasti penyebab keracunan cukup sulit karena diperlukan sarana

laboratorium toksikologi sehingga dibutuhkan autoanamnesis dan alloanamnesis yang

cukup sermat serta bukti-bukti yang diperoleh di tempat kejadian. Selanjutnya pada

pemeriksaan fisik harus ditemukan dugaan tempat masuknya racun. Penemuan klinis

seperti ukuran pupil mata, frekuensi napas dan denyut jantung mungkin dapat membantu

penegakan diagnosis pada pasien dengan penurunan kesadaran.

Pemeriksaan penunjang berupa analisa toksikologi harus dilakukan sedini mungkin

dengan sampel berupa 50 ml urin, 10 ml serum, bahan muntahan, feses. Pemeriksaan

lain seperti radiologis, laboratorium klinik, dan EKG juga perlu dilakukan. Adapun standar

penatalaksanaan dari intoksikasi yaitu stabilisasi, dekontaminasi, eliminasi, dan

pemberian antidotum. Sementara gejala yang sering menjadi penyerta atau penyulit

adalah gangguan cairan, elektrolit, dan asam-basa ; gangguan irama jantung ;

Page 9: Fe No Barbital

methemoglobinemia ; hiperemesis ; distonia ; rabdomiolisis ; dan sindrom antikolinergik.

6

Tumor otak

Sel-sel tumor bukan epileptogenik, tetapi sel-sel neuron di sekitarnya yang terganggu

fungsi dan metabolismenya dapat menjadi focus epileptik. Apakah suatu neoplasma otak

menimbulkan kejang bergantung pada jenis, kecepatan pertumbuhan, dan lokasi

neoplasma tersebut.

Kira-kira 10% dari semua proses neoplasmatik di seluruh tubuh ditemukan pada susunan

saraf dan selaputnya, 8% di antaranya berlokasi di ruang intrakranial dan 2% sisanya di

ruang kanalis spinalis. Dengan kata lain 3-7 dari 100.000 orang penduduk mempunyai

neoplasma saraf primer. Urutan frekuensi neoplasma intrakranial yaitu : Glioma (41%),

Meningioma (17%), Adenoma hipofisis (13%), Neurilemoma / neurofibroma (12%),

Neoplasma metastatik dan neoplasma pembuluh darah serebral.

Pembagian tumor dalam kelompok benigna dan maligna tidak berpengaruh secara mutlak

bagi tumor intrakranial oleh karena tumor benigna secara histologik dapat menduduki

tempat yang vital, sehingga menimbulkan kematian dalam waktu singkat. Simptomatologi

tumor intrakranial dapat dibagi dalam :

1. Gangguan kesadaran akibat tekanan intrakranial yang meninggi

Selain menempati ruang, tumor intrakranial juga menimbulkan perdarahan setempat.

Penimbunan katabolit di sekitar jaringan tumor menyebabkan jaringan otak bereaksi

dengan menimbulkan edema yang juga bisa diakibatkan penekanan pada vena sehingga

terjadi stasis. Sumbatan oleh tumor terhadap likuor sehingga terjadi penimbunan juga

meningkatkan tekananintrakranial. TIK yang meningkat menimbulkan gangguan

kesadaran dan menifestasi disfungsi batang otak yang dinamakan (a) sindrom unkus /

kompresi diensefalon ke lateral ; (b) sindrom kompresi sentral restrokaudal terhadap

batang otak ; dan (c) herniasi serebelum di foramen magnum. Sebelum tahap stupor atau

koma tercapai, TIK yang meninggi sudah menimbulkan gejala-gejala umum.

2. Gejala-gejala umum akibat tekanan intrakranial yang meninggi salah satunya adalah

kejang. Kejang merupakan manifestasi pertama tumor intrakranial pada 15% penderita.

Meningioma pada konveksitas otak sering menimbulkan kejang sebagai gejala dini.

Kejang umum dapat timbul sebagai manifestasi tekanan intrakranial yang melonjak

secara cepat, terutama sebagai menifestasi glioblastoma multiforme. Kejang tonik yang

sesuai dengan serangan rigiditas deserebrasi biasanya timbul pada tumor di fossa kranii

posterior dan secara tidak tepat dinamakan oleh para ahli neurologi dahulu sebagai

Page 10: Fe No Barbital

“cerebellar fits”.

Trauma

Kejang dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus segera diatasi karena akan

menyebabkan hipoksia otak dan kenaikan tekanan intrakranial serta memperberat edem

otak. Mula-mula berikan diazepam 10 mg intravena perlahan-lahan dan dapat diulangi

sampai 3 kali bila masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan fenitoin 15 mg/kgBB

secara intravena perlahan-lahan dengan kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit.

Infeksi

Kejang dapat terjadi akibat fase akut atau sekuele dari infeksi sususnan saraf pusat (SSP)

yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parist. Perlu dicatat bahwa kejang biasanya

merupakan gejala klinis pertama pada abses serebrum. Infeksi merupakan penyebab

sekitar 3% kasus epilepsy. Infeksi pada susunan saraf dapat berupa meningitis atau abses

dalam bentuk empiema epidural, subdural, atau abses otak.

Serebrovaskuler

Insufisiensi serebrovasekuler arteriosklerosis dan infark serebrum merupakan kausa

utama kejang pada pasien dengan penyakit vascular, dan hal ini tampaknya meningkat

seiring dengan meningkatnya populasi orang berusia lanjut. Infark besar dan infark dalam

yang meluas kestruktur-struktur subkorteks lebih besar kemungkinan menimbulkan

kejang berulang.

Stroke mengacu kepada semua gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat

pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Istilah stroke

biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum. CVA

(Cerebralvascular accident) dan serangan otak sering digunakan secara sinonim untuk

stroke. Konvulsi umum atau fokal dapat bangkit baik pada stroke hemoragik maupun

strok non-hemoragik. Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel

yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena

asfiksia dan anoxia)

Kejang demam

Kejang tonik-klonik demam yang sering disebut Kejang demam hanya mengenai bayi usia

6 bulan sampai anak usia 5 tahun. Teori menyarankan bahwa kejang ini disebabkan

olehhipertermia yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau

bakteri. Terjadi pada hari pertama demam, serangan pertama jarang sekali terjadi pada

Page 11: Fe No Barbital

usia < 6 bulan atau > 3 tahun. Gejala: anak tidak sadar, kejang tampak sebagai gerakan-

gerakan seluruh tangan dan kaki yang terjadi dalam waktu sangat singkat. Umumnya

TIDAK BERBAHAYA, tidak menyebabkan KERUSAKAN OTAK. Orang tua sering sulit

membedakan antara menggigil dengan kejang. Pada saat anak menggigil, anak tidak

kehilangan kesadaran, tidak berhenti napasnya. Anak menggigil karena suhu demamnya

akan meningkat. Orang tua juga sering sulit membedakan antara kejang demam/steup

dengan kejang akibat infeksi otak. Kejang akibat demam bersifat generalized (melibatkan

seluruh tubuh), berlangsung sekejap, setelah kejang, anak segera sadar. Kejang akibat

infeksi otak berlangsung lama, berulang-ulang, lehernya kaku, dan anak tetap tidak sadar

sekalipun kejang sudah berhenti. Sebaiknya orang tua menghitung lamanya kejang

dengan watch stop. Tidak jarang, akibat penampilannya yang menakutkan, maka orang

tua merasa kejangnya lama meski sebenarnya hanya berlangsung dalam detik atau

menit. Dosis fenobarbital yang dianjurkan untuk demam kejang yaitu 8-10 mg/Kg BB pada

hari pertama dan selanjutnya dapat diberikan 4-5 mg/Kg BB.

IKTERUS

Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin

dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang

menandakan terjadinya gangguan fungsional dari hepar, sistem biliary, atau sistem

hematologi. Ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan bilirubin indirek ( unconjugated

) dan direk ( conjugated ) mia. Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus

dikeluarkan oleh oleh tubuh. Sebagian besar hasil bilirubin berasal dari degredasi

hemoglobin darah dan sebagian lagi berasal dari hem bebas atau dari proses eritropoesis

yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang

menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi

dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut

dalam lemak, karena mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui

membrane biologic seperti placenta dan sawar darah otak.

Fenobarbital meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin. Pemberian obat ini akan

mengurangi timbulnya ikterus fisiologik pada bayi neonatus, kalau diberikan pada ibu

dengan dosis 90 mg/24 jam beberapa hari sebelum kelahiran atau bayi pada saat lahir

dengan dosis 5 mg/kgBb/24 jam. Pada suatu penelitian menunjukan pemberian

fenobarbital pada ibu untuk beberapa hari sebelum kelahiran baik pada kehamilan cukup

bulan atau kurang bulan dapat mengkontrol terjadinya hiperbilirubinemia.

Dari berbagai penyebab kejang diatas mekanisme kerja fenobarbital yaitu menstimulir

pelepasan GABA (gamma- aminobutiric acid) yang teradapat praktis diseluruh otak dalam

Page 12: Fe No Barbital

yang berhubungan langsung dengan serangan kejang. Obat-obat yang memperkuat

system penghambatan yang diatur oleh GABA berdaya antikonvulsi.

Fenobarbital juga mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik abnormal dari

pangkalnya (focus) dalam SSP.

EPILEPSI

Epilepsi adalah Kejang rekuren, spontan, dan tidak disebabkan oleh kelainan metabolisme

yang terjadi bertahun-tahun. Status epilpetikus adalah suatu kejang berkepanjangan

atau serangkaian kejang repetitive tanpa pemulihan kesadaran antartikus. Pada dasarnya,

epilepsy dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:

1 1. Bangkitan umum (epilepsi umum) yang terdiri dari:

Bangkitan tonik-klonik (epilepsy grand mal)

Ditandai dengan kehilangan kesadaran, dilanjutkan kejang – kejang, keluar air liur

berbusa dan sering disertai nafas mengorok pada saat serangan epilepsi umum.

a. Bangkitan lena (epilepsy petit mal atau absences)

Terjadi gangguan kesadaran secara mendadak ( absence ). Pada jens epilepsi ini

penyandang akan tampak diam tanpa reaksi untuk beberapa saat, kemudian melanjutkan

aktifitasnya semula setelah sadar.

b. Bangkitan lena tidak khas (atypical absences)

Bangkitan mioklonik (epilepsy mioklonik)

Bangkitan klonik

Bangkitan tonik

Bangkitan atonik

Bangkitan infantil (spasme infantil)

Bangkitan parsial atau fokal atau local (epilepsy parsial atau fokal)

Bangkitan parsial sederhana

Bangkitan parsial kompleks

Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum misalnya bangkitan tonik-

klonik, bangkitan tonik atau bangkitan klonik saja.

Epilepsi psikomotor atau epilepsy lobus temporalis merupakan bangkitan parsial

kompleks atau bangkitan parsial yang berkembang menjadi epilepsy umum bila fokusnya

Page 13: Fe No Barbital

terletak di lobus temporalis anterior.

c. Bangkitan lain-lain (tidak termasuk golongan I atau II)

Mekanisme Kerja Antiepilepsi

Terdapat 2 mekanisme antikonvulsan yang penting:

2 Dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuro epileptik

dalam fokus epilepsi.

3 Dengan mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuro normal akibat

pengaruh dari fokus epilepsi

Fenobarbital, asam 5,5-fenil-etil barbiturate, merupakan senyawa organic pertama yang

digunakan dalam pengobatan antikonvulsan. Kerjanya membatasi penjalaran aktivitas

bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Fenobarbital masih merupakan obat

antikonvulsan pilihan karena cukup efektif, murah. Dosis efektifnya relative rendah. Efek

sedative, dalam hal ini dianggap sebagai efek samping, dapat diatasi dengan pemberian

stimulant sentral tanpa mengurangi efek antikonvulsinya.

Dosis dewasa yang biasa digunakan ialah 2×100 mg sehari. Untuk mengendalikan

epilepsy disarankan kadar plasma optimal, berkisar antara 10-40 µg/ml. kadar plasma

diata 40 µg/ml sering disertai gejala toksik yang nyata. Penghentian pemberian

fenobarbital harus secara bertahap guna mencegah kemungkinan meningkatnya

frekuensi bengkitan kembali, atau malahan bangkitan status epileptikus.

Epilepsi bukan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi, tetapi merupakan gangguan

kronik pada otak akibat gangguan atau infeksi terdahulu yang menyerang otak. Tanda

yang paling sederhana dan mudah dikenali bagi penyandang epilpsi adalah tiba – tiba

kejang dengan mengeluarkan air liur berbusa dari dalam mulut. Gangguan ini muncul

sebagai serangan dan terjadi berulang – ulang yang disebabkan terlepasnya muatan

listrik abnormal sel – sel saraf otak yang bersifat reversible dengan berbagai penyebab.

Gejala yang timbul secara tiba – tiba akan menghilang secara tiba – tiba pula.

Penyebab yang dapat memicu terjadinya epilepsi, antara lain :

4 Trauma yang dapat menyebabkan cedera otak atau perdarahan otak.

5 Infeksi pada otak atau selaput otak yang disebabkan oleh virus atau bakteri.

6 Kejang demam yang sering terjadi pada anak – anak.

7 Tumor otak

8 Kelainan pembuluh darah

9 Keracunan timbal ( Pb) atau kamper

10 Gangguan keseimbangan hormon

Page 14: Fe No Barbital

Rangsangan – rangsangan tertentu mempermudah serangan epilepsi :

1. Faktor sensoris

Cahaya yang berkedip – kedip, bunyi – bunyi yang mengejutkan, air panas.

2. Faktor sistemis

Demam, pemyakit infeksi, obat – obatan, kelelahan fisik

3. Faktor mental

Stress, gangguan emosional

Penanganan pertama bila berada dekat dengan penderita yang mengalami serangan

epilepsi :

1. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lain dari benda keras, tajam atau panas

2. Longgarakan pakaian, bila mungkin miringkan kepala kesamping untuk mencegah

sumbatan jalan nafas.

3. Biarkan kejang berlangsung, jangan memasukkan benda keras diantara gigi karena

dapat mengakibatkan gigi patah.

4. Biarkan istirahat setelah kejang, karena penderita akan bingung atau mengantuk

setelah kejang.

5. laporkan adanya serangan pada kerabat dekat penderita epilepsy ( penting untuk

pemberian pengobatan dari dokter ).

6. Bila serangan berulang dalam waktu singkat atau mengalami luka berat, segera

larikan ke rumah sakit.

Fenobarbital (Luminal) merupakan senyawa organik kejang pertama yang efektif.

Senyawa ini memiliki toksisitas yang relative rendah, tidak mahal, dan masih merupakan

salah satu obat yang efektif dan lebih banyak digunakan untuk kejang.

Indikasi utama dari fenobarbital adalah untuk pengobatan kejang. Penyakit-

penyakit yang menyebabkan kejang dapat dikelompokkan secara sederhana menjadi

penyebab kejang epileptik dan penyebab kejang non-epileptik. Penyakit epilepsi akan

dibahas tersendiri sementara kelompok non-epileptik terbagi lagi menjadi penyakit

metabolis, tumor, trauma, infeksi, ikterus, dan serebrovaskuler.

Page 15: Fe No Barbital

DAFTAR PUSTAKA

11 A.Price Sylvia dan M.Wilson Lorraine. “Patofisiologi volume 2 edisi 6”. 2006.

Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta.

12 Ganiswarna. “Farmakologi Terapan Edisi IV”. 2006. Penerbit Kedokteran EGC.

Jakarta.

13 Tjay Hoan Tan Drs dan Raharja Kirana Drs. 2008. “Obat-Obat Penting Edisi 6”.

Gramedia. Jakarta.

14 Gilman, A. G. “Dasar Farmakologi Terapi Volume I”. 2007. Penerbit Kedokteran

EGC. Jakarta.

Tim penyusun : Khairiyah, Ningsih Husen, Danesra Tandi Karrang