farmasiklinik
DESCRIPTION
materi untuk makalah farmasi klinisTRANSCRIPT
7/21/2019 Farmasiklinik
http://slidepdf.com/reader/full/farmasiklinik-56db001edcc9a 1/9
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Drug Related Problems (DRPs)Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu kejadian yang tidak
diharapkan dari pengalaman pasien akibat terapi obat sehingga secara aktual
maupun potensial dapat mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan
(Cipolle et al., 199)DRPs dibagi menjadi dua yaitu DRPs aktual dan DRPs potensial, tetapi pada
kenyataannya problem yang muncul tidak selalu terjadi dengan segera. DRPs
aktual adalah suatu masalah yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi yang
sedang diberikan pada pasien. DRPs potensial adalah suatu masalah yang
diperkirakan akan terjadi berkaitan dengan terapi yang sedang diberikan pada
pasien (Cipolle et al., 199)
Praktek pelayanan !armasi klinik mengharuskan setiap !armasis meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam proses pelayanan kesehatan, memahami
penyakit dan terapinya dengan memperhatikan kondisi pasien secara indi"idual,
mampu mengidenti!ikasi dan menatalaksana problem kesehatan yang terkait
dengan penggunaan obat DRP, dan mampu bekerja sama langsung dalam
pera#atan penderita (Cipolle et al., 199)DRPs dapat diatasi atau dicegah ketika penyebab dari masalah tersebut
dipahami dengan jelas. Dengan demikian perlu untuk mengidenti!ikasi dan
mengkatagorikan DRPs dan penyebabnya.
2.2 Komponen DRPs
$uatu kejadian dapat disebut DRPs bila memenuhi dua komponen berikut %
1. &ejadian tidak diinginkan yang dialami pasien&ejadian ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnosis penyakit,
ketidakmampuan (disability) atau sindrom' dapat merupakan e!ek dari kondisi
psikologis, !isiologis, sosiokultural atau ekonomi.. ubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat
7/21/2019 Farmasiklinik
http://slidepdf.com/reader/full/farmasiklinik-56db001edcc9a 2/9
*entuk hubungan ini dapat berupa konsekuensi dari terapi obat maupun
kejadian yang memerlukan terapi obat sebagai solusi maupun pre"enti!.
$ebagai pengemban tugas pelayanan ke!armasian, seorang !armasis memiliki
tanggung ja#ab terhadap adanya DRPs yaitu dalam hal%1. +engidenti!ikasi masalah
. +enyelesaikan masalah
. +elakukan tindakan untuk mencegah terjadinya DRPs
2.3 Kategori Drug Related Prolems !DRPs"
1. +embutuhkan -bat ambahan (/ndikasi *utuh -bat)
Penyebabnya yaitu pasien membutuhkan obat tambahan misalnya untuk
pro!ilaksis atau pramedikasi, memiliki penyakit kronik yang memerlukan
pengobatan kontinu, memerlukan terapi kombinasi untuk menghasilkan e!ek sinergis atau potensiasi dan atau ada kondisi kesehatan baru yang memerlukan
terapi obat.
. -bat anpa /ndikasi yang $esuai
al ini dapat terjadi sebagai berikut % menggunakan obat tanpa indikasi
yang tepat, dapat membaik kondisinya dengan terapi non obat, minum
beberapa obat padahal hanya satu terapi obat yang diindikasikan atau minum
obat untuk mengobati e!ek samping.
+erupakan tanggungja#ab !armasi agar pasien tidak menggunakan obat
yang tidak memiliki indikasi yang tepat. DRP kategori ini dapat menimbulkan
implikasi negati! pada pasien berupa toksisitas atau e!ek samping, dan
membengkaknya biaya yang dikeluarkan diluar yang seharusnya. +isalnya,
pasien yang menderita batuk dan !lu mengkonsumsi obat batuk dan analgesik0
antipiretik terpisah padahal dalam obat batuk tersebut sudah mengandung
paracetamol.
. +enerima -bat yang $alah
&asus yang mungkin terjadi adalah % obat tidak e!ekti!, ketidaktepatan
pemilihan obat, alergi, adanya resiko kontraindikasi, resisten terhadap obat
yang diberikan, kombinasi obat yang tidak perlu dan atau obat bukan yang
paling aman.
. Dosis erlalu &ecil
7/21/2019 Farmasiklinik
http://slidepdf.com/reader/full/farmasiklinik-56db001edcc9a 3/9
Pasien menerima obat dalam jumlah lebih kecil dibandingkan dosis
terapinya. al ini dapat menjadi masalah karena menyebabkan tidak
e!ekti!nya terapi sehingga pasien tidak sembuh, atau bahkan dapat
memperburuk kondisi kesehatannya. al0hal yang menyebabkan pasien
menerima obat dalam jumlah yang terlalu sedikit antara lain ialah kesalahan
dosis pada peresepan obat, !rekuensi dan durasi obat yang tidak tepat dapat
menyebabkan jumlah obat yang diterima lebih sedikit dari yang seharusnya,
penyimpanan juga berpengaruh terhadap beberapa jenis sediaan obat, selain
itu cara pemberian yang tidak benar juga dapat mengurangi jumlah obat yang
masuk ke dalam tubuh pasien.2da beberapa !aktor pendukung yang menyebabkan kejadian tersebut
yaitu antara lain obat diresepkan dengan metode !i3ed model (hanya merujuk
pada dosis la4im) tanpa mempertimbangkan lebih lanjut usia, berat badan,
jenis kelamin dan kondisi penyakit pasien sehingga terjadi kesalahan dosis
pada peresepan. 2danya asumsi dari tenaga kesehatan yang lebih menekankan
keamanan obat dan meminimalisir e!ek toksik terkadang sampai
mengorbankan sisi e!ekti"itas terapi. &etidakpatuhan pasien yang
menyebabkan konsumsi obat tidak tepat jumlah, antara lain disebabkan karena
!aktor ekonomi pasien tidak mampu menebus semua obat yang diresepkan,
dan pasien tidak paham cara menggunakan obat yang tepat. +isalnya
pemberian antibiotik selama tiga hari pada penyakit /$52 Pneumonia.6. Dosis erlalu *esar
Pasien menerima obat dalam jumlah dosis terlalu tinggi dibandingkan
dosis terapinya. al ini tentu berbahaya karena dapat terjadi peningkatan
resiko e!ek toksik dan bisa jadi membahayakan al0hal yang menyebabkan
pasien menerima obat dalam jumlah dosis terlalu tinggi antara lain ialah
kesalahan dosis pada peresepan obat, !rekuensi dan durasi minum obat yang
tidak tepat. +isalnya, penggunaan !enitoin dengan kloram!enikol secara
bersamaan, menyebabkan interaksi !armakokinetik yaitu inhibisi metabolisme
!enitoin oleh kloram!enikol sehingga kadar !enitoin dalam darah meningkat.
7/21/2019 Farmasiklinik
http://slidepdf.com/reader/full/farmasiklinik-56db001edcc9a 4/9
7. Pasien +engalami 8!ek -bat yang idak Diinginkan (2d"erse Drug
Reaction)
Dalam terapinya pasien mungkin menderita 2DR yang dapat disebabkan
karena obat tidak sesuai dengan kondisi pasien, cara pemberian obat yangtidak benar baik dari !rekuensi pemberian maupun durasi terapi, adanya
interaksi obat, dan perubahan dosis yang terlalu cepat pada pemberian obat0
obat tertentu.
2DR merupakan respon terhadap suatu obat yang berbahaya dan tidak
diharapkan serta terjadi pada dosis la4im yang dipakai oleh manusia untuk
tujuan pro!ilaksis, diagnosis maupun terapi.
Pada umumnya 2DR dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu %a. Reaksi tipe 2
Reaksi tipe 2 mencakup kerja !armakologis primer atau sekunder yang
berlebihan atau perluasan yang tidak diharapkan dari kerja obat seperti
diuretik mengimbas hipokalemia atau propanolol mengimbas pemblok
jantung. Reaksi ini seringkali bergantung dosis dan mungkin disebabkan
oleh suatu penyakit bersamaan, interaksi obat0obat atau obat0makanan.
Reaksi tipe 2 dapat terjadi pada setiap orang. b. Reaksi tipe *
Reaksi tipe * merupakan reaksi idiosinkratik atau reaksi imunologi.
Reaksi alergi mencakup tipe berikut %• ipe /, ana!ilaktik (reaksi alergi mendadak bersi!at sistemik) atau
segera (hipersensiti"itas)
• ipe //, sitotoksik
• ipe ///, serum
• ipe /, reaksi alergi tertunda misalnya penggunaan !enitoin dalam
jangka #aktu lama dapat menyebabkan $te"en :ohnson syndrome.
c. Reaksi ipe C (berkelanjutan)Reaksi tipe C disebabkan penggunaan obat yang lama misalnya analgesik,
ne!ropati.d. Reaksi ipe D
Reaksi tipe D adalah reaksi tertunda, misalnya teratogenesis dan
karsinogenesis.
7/21/2019 Farmasiklinik
http://slidepdf.com/reader/full/farmasiklinik-56db001edcc9a 5/9
e. Reaksi ipe 8Reaksi tipe 8, penghentian penggunaan misalnya timbul kembali karena
ketidakcukupan adrenokortikal.
;. erjadinya /nteraksi -bat
/nteraksi antara obat0obat merupakan masalah yang perlu dihindari.
$emua obat termasuk obat non resep harus dikaji untuk interaksi obat.
2poteker perlu mengetahui interaksi obat0obat yang secara klinik signi!ikan.
$uatu interaksi dianggap signi!ikan secara klinik jika hal itu mempunyai
kemungkinan menyebabkan kerugian atau bahaya pada pasien. /nteraksi antar
obat dapat berakibat merugikan atau menguntungkan. /nteraksi obat dianggap
penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan<atau
mengurangi e!ekti"itas obat yang berinteraksi, terutama bila menyangkut obatdengan batas keamanan yang sempit.
+ekanisme interaksi obat, yakni %
a. /nteraksi !armasetik (inkompatibilitas)
/nkompatibilitas ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan)
antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat
demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara !isik atau
kimia#i yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,
perubahan #arna dan lain0lain, atau mungkin juga tidak terlihat. /nteraksi
ini biasanya berakibat inakti!asi obat.
*agi tenaga kesehatan, interaksi !armasetik yang penting adalah
interaksi antar obat suntik dan interaksi antara obat suntik dengan cairan
in!us.
b. /nteraksi !armakokinetik
/nteraksi !armakokinetik terjadi bila salah satu obat mempengaruhi
absorpsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar
plasma obat kedua meningkat atau menurun. 2kibatnya, terjadi
peningkatan toksisitas atau penurunan e!ekti"itas obat tersebut. /nteraksi
!armakokinetik tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan
dengan obat yang berinteraksi, sekalipun struktur kimianya mirip, karena
7/21/2019 Farmasiklinik
http://slidepdf.com/reader/full/farmasiklinik-56db001edcc9a 6/9
antara obat segolongan terdapat "ariasi si!at0si!at !isiko kimia yang
menyebabkan "ariasi si!at0si!at !armakokinetiknya. +isalnya, penggunaan
ketokona4ol dan paracetamol secara bersamaan, menyebabkan inhibisi
metabolisme paracetamol oleh ketokona4ol sehingga kadar paracetamol
meningkat.
c. /nteraksi !armakodinami
/nteraksi !armakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja
pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem !isiologik yang sama
sehingga terjadi e!ek yang aditi!, sinergistik atau antagonistik. /nteraksi
!armakodinamik merupakan sebagian besar dari interaksi obat yang
penting dalam klinik. *erbeda dengan interaksi !armakokinetik, interaksi
!armakodinamik seringkali dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang
segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan obat
memang berdasarkan persamaan e!ek !armakodinamiknya. +isalnya,
penggunaan #ar!arin dan aspirin dapat meningkatkan terjadinya
perdarahan.
. &etidakpatuhan Pasien (Pasien +engalami &ondisi &eadaan =ang idak
Diinginkan 2kibat idak +inum -bat $ecara *enar)
&epatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang indi"idu dengan
nasehat medis atau kesehatan. &epatuhan pasien untuk minum obat
dipengaruhi oleh beberapa !aktor, antara lain %
a. Persepsi tentang kesehatan b. Pengalaman mengobati sendiri
c. Pengalaman dengan terapi sebelumnya
d. >ingkungan (teman, keluarga)
e. 2danya e!ek samping obat!. &eadaan ekonomi
g. /nteraksi dengan tenaga kesehatan (dokter, apoteker, pera#at).
2kibat dari ketidakpatuhan (non0compliance) pasien untuk mengikuti
aturan selama pengobatan dapat berupa kegagalan terapi dan toksisitas.
&etidakpatuhan seolah0olah diartikan akibat kelalaian dari pasien, dan hanya
pasienlah yang bertanggung ja#ab terhadap hal0hal yang terjadi akibat
7/21/2019 Farmasiklinik
http://slidepdf.com/reader/full/farmasiklinik-56db001edcc9a 7/9
ketidakpatuhannya. Padahal penyebab ketidakpatuhan bukan semata0mata
hanya kelalaian pasien dalam mengikuti terapi yang telah ditentukan, namun
banyak !aktor pendorongnya, yaitu %
a. -bat tidak tersediaidak tersedianya obat yang dibutuhkan pasien diapotek terdekat
menyebabkan pasien enggan untuk menebus obat keapotek lain. b. Regimen yang kompleks
:enis sediaan obat terlalu beragam, misalnya pada saat bersamaan pasien
mendapat sirup, tablet, tablet hisap, dan obat inhaslasi, hal ini dapat
menyebabkan pasien enggan minum obat.
c. ?sia lanjut
+isalnya, banyak pasien geriatrik menggunakan lima atau eman obat0
obatan beberapa kali dalam sehari pada #aktu yang berbeda. &esamaan penampilan seperti ukuran, #arna, atau bentuk obat0obat tertentu dapat
berkontribusi pada kebingungan. *eberapa pasien geriatrik dapat
mengalami hilang daya ingat yang membuat ketidak patuhan lebih
mungkin.
d. >amanya terapi
Pemberian obat dalam jangka panjang misalnya pada penderita *C, D+,
arthritis, hipertensi dapat mempengaruhi kepatuhan pasien, dimana pasien
merasa bosan dalam penggunaan obat tersebut yang menyebabkan e!ek
terapi tidak tercapai.
e. ilangnya gejala
Pasien dapat merasa lebih baik setelah menggunaan obat dan merasa
bah#a ia tidak perlu lebih lama menggunakan obatnya setelah reda.
+isalnya, ketika seorang pasien tidak menghabiskan obatnya selama
terapi antibiotik setelah ia merasa bah#a in!eksi telah terkendali. al ini
meningkatkan kemungkinan terjadinya kembali in!eksi, sehingga pasien
#ajib diberi nasehat untuk menggunakan seluruh obat selama terapi
antibiotik.
!. akut akan e!ek sampingimbulnya e!ek samping setelah meminum obat, seperti % ruam kulit dan
nyeri lambung atau timbulnya e!ek ikutan seperti urin menjadi merah
7/21/2019 Farmasiklinik
http://slidepdf.com/reader/full/farmasiklinik-56db001edcc9a 8/9
karena minum obat rimpa!isin dapat menyebabkan pasien tidak mau
menggunakan obat.
g. Rasa obat yang tidak enak
h. +asalah rasa obat0obatan paling umum dihadapi dengan penggunaan
cairan oral oleh anak0anak, misalnya dalam !ormulasi obat cair oral bagi
anak0anak penambahan pena#ar rasa dan 4at #arna dilakukan untuk daya
tarik, sehingga mempermudah pemberian obat dan meningkatkan
kepatuhan.
i. idak mampu membeli obat&etidakpatuhan sering terjadi dengan penggunaan obat yang relati! mahal,
pasien akan lebih enggan mematuhi instruksi penggunaan obat yang lebih
mahal.
j. Pasien lupa dalam pengobatan.k. &urangnya pengetahuan terhadap kondisi penyakit, pentingnya terapi dan
petunjuk penggunaan obat.
Pasien biasanya mengetahui relati! sedikit tentang kesakitan mereka,
apalagi man!aat dan masalah terapi yang diakibatkan oleh obat. *iasanya
pasien menetapkan pikiran sendiri berkenaan dengan kondisi dan
pengharapan yang berkaitan dengan e!ek terapi obat. :ika terapi tidak
memenuhi harapan, mereka cenderung tidak patuh. -leh karena itu
diperlukan edukasi pada pasien tentang kondisi penyakitnya, man!aat serta
keterbatasan terapi obat.
Dari beberapa !aktor pendorong terjadinya ketidakpatuhan, apoteker
memiliki peran untuk meningkatkan kepatuhan pasien dengan memberikan
in!ormasi tentang pentingnya pengobatan pada keadaan penyakit pasien.
$elain itu, diperlukan juga komunikasi yang e!ekti! antara dokter dan apoteker
sehingga upaya penyembuhan kondisi penyakit pasien dapat berjalan dengan
baik.
2.# Studi Kasus
Pada :urnal (Presentasi &asus @ Pembahasan)