farmasi fisiiiikaaaa 2.doc

19
PERCOBAAN III EMULSIFIKASI 21 FEBRUARI 2014 TUJUAN 1. Menghitung jumlah golongan emulgator surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi. 2. Membuat emulsi dengan emulgator golongan surfaktan 3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi 4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi ALAT DAN BAHAN Alat Bahan - Neraca analitik - paraffin liquid - Penangas - span - Gelas kimia - tween - Mortir & stamper - air - Pengaduk listrik - Tabung sedimentasi - Gelas ukur PROSEDUR A. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan Buat HLB butuh 12 Hitung jumlah tween dan span yang dibutuhkan Timbang masing-masing bahan Campur paraffin liquid dengan span, dan tween dengan air. Masing-masing dipanaskan

Upload: mae-nfh

Post on 12-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

PERCOBAAN III

EMULSIFIKASI21 FEBRUARI 2014

TUJUAN

1. Menghitung jumlah golongan emulgator surfaktan yang digunakan

dalam pembuatan emulsi.

2. Membuat emulsi dengan emulgator golongan surfaktan

3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi

4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan

emulsi

ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan

- Neraca analitik - paraffin liquid

- Penangas - span

- Gelas kimia - tween

- Mortir & stamper - air

- Pengaduk listrik

- Tabung sedimentasi

- Gelas ukur

PROSEDUR

A. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan

Buat HLB butuh 12

Hitung jumlah tween dan span yang dibutuhkan

Timbang masing-masing bahan

Campur paraffin liquid dengan span, dan tween dengan air. Masing-masing dipanaskan

Page 2: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

Parameter kestabilan emulsi dengan menghitung volume

sedimentasi (F) Vu = volume sedimen

V0 = volume awal

HASIL PERHITUNGAN DAN PERCOBAAN

1. Perhitungan Jumlah Tween Dan Span HLB 12

Tween 15 7,7

12

Span 4,3 3 +

10,7

Tween = = 0,719 x 5

= 3,59

Span = 5 – 3,59

= 1,41

HLB

BUTUH

JUMLAH

TWEEN

JUMLAH

SPAN

4 0,14 4,86

5 0,3 4,7

6 0,79 4,21

7 1,26 3,74

8 1,7 3,3

9 2,19 2,80

10 2,66 2,34

Fase minyak dicampurkan pada fase air sedikit-sedikit sambil

diaduk pada mortir dan stemper

Jika sudah homogen, masukkan ke tabung sedimentasi

Amati kestabilan dalam 1 minggu.

Page 3: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

11 3,13 1,87

12 3,59 1,41

13 4,065 0,935

2. Pengamatan Stabilitas Emulsi (Volume Sedimentasi)

Ket:

Vu = volume sedimen

Vo = volume awal

HL

B

HARI KE-

1 2 3 4 5

V0 Vu F1 V

0

Vu F2 V0 Vu F3 V0 Vu F4 V0 Vu F5

4 75 75 1 7

5

43 0,57

3

75 43,5 0,58 75 43,5 0,58 75 43,5 0,58

5 75 75 1 7

5

44 0,58

6

75 41 0,54

6

75 40,5 0,54 75 41 0,54

6

6 75 75 1 7

5

46,5 0,62 75 46,5 0,62 75 46,5 0,62 75 46,5 0,62

7 75 74 0,98

6

7

5

41 0,54

6

75 41,5 0,55

3

75 41 0,54

6

75 36 0,48

8 75 56 0,74

6

7

5

46 0,61

3

75 38 0,50

6

75 46 0,61

3

75 37 0,49

3

9 75 50 0,66 7

5

46 0,61

3

75 46 0,61

3

75 46 0,61

3

75 46 0,61

3

10 75 45,5 0,6 7

5

41,5 0,55

3

75 41,5 0,55

3

75 41,5 0,55

3

75 41,5 0,55

3

11 75 48,5 0,64

6

7

5

38 0,50

6

75 38 0,50

6

75 38 0,50

6

75 38 0,50

6

12 75 46 0,61

3

7

5

43 0,57

3

75 43 0,57

3

75 43 0,57

3

75 48,5 0,64

6

13 75 40 0,53 7

5

39 0,52 75 39 0,52 75 38,5 0,51

3

75 39 0,52

PEMBAHASAN

Suatu emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara

termodinamik yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang

tidak bercampur, dimana satu di antaranya didispersikan sebagai bola-

Page 4: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

bola dalam fase cair lain. Sistem dibuat stabil dengan adanya suatu zat

pengemulsi atau disebut emulgator. Emulgator adalah bahan aktif

permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka antara

minyak dan air dan membentuk film yang liat mengelilingi tetesan

terdispersi sehingga mencegah koalesensi dan terpisahnya fase

terdispersi. Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator

merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan

kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang

digunakan.

Ada dua macam emulgator:

1. Emulgator Alam: diperoleh dari alam dan tanpa melalui serangkaian

proses

2. Emulgator Buatan: diperoleh dari hasil rekayasa yang dibuat

manusia atau sintetis.

Pada praktikum kali ini, emulgator yang digunakan diperoleh dari

golongan surfaktan yaitu span dan tween dimana keduanya

merupakan emulgator buatan. Metode yang dapat digunakan untuk

menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan adalah metode HLB

(Hydrophilic-Lipophilic Balance). Dibuat satu seri emulsi dengan HLB

butuh masing-masing yaitu 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13. Dari

variasi HLB butuh tersebut dicari kombinasi emulgator dengan

perbandingan yang paling stabil untuk membuat suatu emulsi paraffin

Page 5: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

liquid. Penilaian ini didasarkan pada penampilan fisik, misalnya

perubahan volume, perubahan warna dan pemisahan fase terdispersi

dan pendispersi dalam jangka waktu 5 hari dimulai dari saat dibuatnya

emulsi tersebut.

Terdapat 10 emulsi dengan nilah HLB butuh yang bervariasi.

Paraffin liquid dan span sebagai fase minyak dicampurkan dengan

tween dan air yang bertindak sebagai fase air. Emulsi yang dilakukan

adalah emulsi tipe O/W atau minyak dalam air karena fase minyak

yang terdispersi dalam fase air. Sebelum dicampurkan, keduanya

dipanaskan terlebih dahulu agar mudah mencapai homogenitas pada

saat pencampuran dalam mortir.

Selanjutnya setelah dipastikan keduanya telah homogen (dalam

kasat mata), dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi untuk dipantau

terjadinya pemisahan antara fase dispersi dan fase terdispersinya

selama 5 hari. Pemisahan ini menunjukkan kestabilan suatu emulsi.

Setelah diamati, masing-masing emulsi dengan variasi nilai HLB butuh

ini mengalami pemisahan dengan cepat menjadi dua lapisan.

Kegagalan dari dua cairan yang tidak dapat bercampur ini karena gaya

kohesif antara molekul-molekul dari tiap cairan yang memisah lebih

besar daripada gaya adhesif antara kedua cairan. Gaya kohesif dari

tiap fase dinyatakan sebagai suatu energi antarmuka atau tegangan

pada batas antara cairan-cairan tersebut.

Page 6: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

Pada hasil perhitungan, nilai F menyatakan bahwa suatu sediaan

emulsi atau suspense dikatakan baik (stabil) apabila mempunyai nilai F

mendekati sama dengan 1. Selain semakin kecil nila F maka emulsi

tersebut lebih stabil, dan apabila nilai F yang dihasilkan lebih besar

maka seri emulsi cenderung tidak stabil.

Pada emulsi dengan HLB butuh 4, 5, dan 6 memiliki kestabilan

yang paling bagus pada hari pertama yaitu 1. Pada hari kedua dan

selanjutnya kestabilan yang didapat bervariasi. Namun emulsi yang

paling bagus dan mendekati 1 adalah emulsi dengan nilai HLB 6. Di

hari pertama kestabilannya adalah 1 dan pada hari kedua sampai

kelima nilainya konstan yaitu 0,62. Penyebab kegagalan emulsi pada

HLB butuh dari dase minyak yang berbeda-beda ini tergantung dari

kombinasi surfaktannya. Pada praktikum kombinasi HLB butuh 6

dengan tween 0,79 gram dan span 4,21 gram adalah yang paling baik

diantara varian HLB butuh yang lainnya.

Meskipun secara teoritis HLB butuh 12 justru yang paling bagus,

namun sulit menemukan kombinasi dua emulgator yang paling baik

dan stabil. Untuk itu penggunaan kombinasi HLB rendah dan HLB tinggi

akan memberikan hasil yang lebih baik. Ini disebabkan karena dengan

menggunakan kombinasi emulgator dapat diperoleh harga HLB yang

sama dengan harga HLB butuh minyak dan film antar pemukaan yang

terbentuk lebih rapat.

Page 7: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

KESIMPULAN

- Emulgator yang dipakai adalah dari golongan surfaktan yaitu tween

dan span yang merupakan emulgator buatan

- Emulsi yang paling bagus dan dapat dikatakan stabil diantara yang

lain yaitu dengan HLB butuh 6 karena nilai kestabilan (F) yang

mendekati 1 dan paling konstan selama 5 hari berturut-turut

yaitu 0,62

DAFTAR PUSTAKA

Martin, Alfred, (1994), “Farmasi Fisik”, UI-Press, Jakarta

www.freewebs.com/leosylvi/koloidemulsi.html. Diakses pada tanggal 27

Februari 2014

http://iyanvalidasi.blogspot.com/2012/02/emulsi.html. Diakses pada

tanggal 26 Februari 2014

PEMBAHASAN

Alat yang digunakan untuk mengukur massa jenis adalah piknometer.

Massa jenis dalam ilmu science mempunyai lambang (rho). Pada praktikum

kali ini, untuk menentukan massa jenis dan kerapatan suatu zat digunakan

piknometer. Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan

penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Bobot jenis adalah rasio bobot

Page 8: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang

sama dan dinyatakan dalam desimal. Kerapatan adalah massa per satuan

volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Sifat ini merupakan salah satu

sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat

fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk

menentukan kemurnian suatu zat.

Pada percobaan ini, alat ukur piknometer dibersihkan dan dicuci terlebih

dahulu menggunakan etanol. Sebaiknya jangan gunakan air sebagai pencuci

karena akan membutuhkan waktu yang lama sampai piknometer tersebut

benar-benar kering. Sedangkan etanol merupakan zat cair yang mudah

menguap sehingga zat cair yang menempel pada piknometer akan terangkat

dan menguap dengan cepat. Selain itu juga untuk memastikan bahwa tidak

ada zat sisa yang tertinggal pada piknometer yang nantinya akan

mempengaruhi hasil penimbangan dan perhitungan. Setelah dikeringkan,

piknometer ditimbang dalam keadaan kosong. Kemudian piknometer diisi

menggunakan air yang akan dipakai sebagai pembanding bagi zat lainnya.

Keuntungan dari piknometer ini adalah mudah dalam pengerjaannya dan

kerugiannya adalah pada proses penimbangan yang kurang teliti dan

membutuhkan waktu yang cukup lama. Volume air adalah 12,254 ml.

Zat cair lain yang ditentukan kerapatannya adalah etanol, aseton dan

kloroform. Ketiga zat ini diberi perlakuan yang sama seperti pada air. Ketiga

zat cair ini memiliki kerapatan yang berbeda-beda meskipun volume yang

ditimbang kurang lebih sama sebanyak 10 ml dalam piknometer. Ethanol

memiliki kerapatan 0,796 gram ml-1,, aseton memiliki kerapatan 0,788 gram

ml-1 dan kloroform yaitu 1,478 gram ml-1. Selanjutnya digunakan lilin sebagai

zat padat yang kerapatannya lebih besar dari air. Lilin yang digunakan

memiliki bobot 0,31 gram. Dari ketentuan perhitungan, bobot air yang

ditumpahkan setelah ditambahkan lilin pada piknometer harus sama dengan

volume lilin tersebut, Pada hasil praktikum, boot air yang tumpah adalah 0,31

Page 9: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

ml yang artinya sama dengan bobot lilin yaitu 0,31 gram.

KESIMPULAN

- Piknometer adalah bejana kaca yang digunakan untuk mengukur massa

jenis dan kerapatan suatu zat.

- Volume air adalah 12,254 ml

- Kerapatan ethanol adalah 0,796 gram ml-1

- Kerapatan aseton adalah 0,788 gram ml-1

- Kerapatan kloroform adalah 1,478 gram ml-1

- Bobot air yang ditumpahkan = bobot lilin (zat padat)

0,31 ml = 0,31 gram

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia III, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika I. Penerbit universitas Indonesia:

Jakarta

http://september.ucoz.com/fisfar/

PENENTUAN_KERAPATAN_DAN_BOBOT_JENIS.pdf

Page 10: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

PERCOBAAN IVLARUTAN

Jumat, 7 MARET 2014

Fatimah Nurul Hidayah31112133

FARMASI 2C

KELOMPOK 9

STIKes Bakti Tunas Husada

Page 11: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

TASIKMALAYA

A 20 years old young lady who was born in a

small town, Tasikmalaya, on January 22. She

never thought that she loves her life that

much. Living, loving, and staying on the

planet earth she steps on. That what makes

her falls in love with her own self. There’s no

need to be someone else. Even the whole

world might think she is somewhat crazy, but

she’s surely crazy doing what she loves. Art,

design, craft, photography are a bunch of

oxygen that she breathes every single

second in her lifetime. She brings her

imagination through the camera and let the

Page 12: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

world know her world. This slant-eyed young

lady love doing moronic things

PERCOBAAN IV

LARUTAN7 MARET 2014

TUJUAN

A. Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

B. Menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat

C. Menentukan konsentrasi misel kritik dari surfaktan dengan metode

kelarutan

ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan

- Neraca analitik - air

- Gelas kimia - alkohol

- Gelas ukur - propilenglikol

- Erlenmeyer - theophylin

- Buret - NaOH O,1 N

- Statif & Klem - indikator fenolftalein

- Plastik wrap

PERCOBAAN

1. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

Komposisi campuran pelarut

Air ( % v/v ) Alkohol ( % v/v ) Propilenglikol ( % v/v )

60 0 40

Page 13: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

60 5 35

60 10 30

60 15 25

60 20 20

60 30 10

60 35 5

60 40 0

60

60

Cara Kerja

Penentuan kadar Theophyllin (F1 ed IV tahun 1995)

2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat

Larutkan theophyllin sedikit sedikit dalam masing-masing campuran pelarut sampai larutan jenuhLarutkan theophyllin sedikit sedikit dalam masing-masing campuran pelarut sampai larutan jenuh

kocok larutan selama 1 jam, jika ada endapan yang larut, tambah lagi theophyllin sampai larutan jenuh kembalikocok larutan selama 1 jam, jika ada endapan yang larut, tambah lagi theophyllin sampai larutan jenuh kembali

saring, tentukan kadar theophyllin yang larut dengan cara titrasisaring, tentukan kadar theophyllin yang larut dengan cara titrasi

buat kurva antara kelarutan Theophyllin dengan % pelarutbuat kurva antara kelarutan Theophyllin dengan % pelarut

Pipet 10 ml larutan pindahkan ke erlenmeyer lain (dibuat triplo) tambahkan masing-masing dengan indikator fenolftalein titrasi dengan NaOH 0,1 N

1 ml NaOH ~ 18,02 mg Theophyllin

Page 14: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

DATA HASIL PERCOBAAN

1. Kurva Kelarutan Theophyllin vs Presentase Pelarut

Air

( % v/v )

Alkohol

( % v/v )

Propilenglikol

( % v/v )

Volume

Titran

Kadar

Theophyllin

60 0 40

60 5 35

60 10 30

60 15 25

60 20 20

60 30 10

60 35 5

60 40 0 220, 44 mg

60

60

Penetapan Kadar Theophyllin

Volume Volume buret Volume Theophyllin

Buat 50 ml larutan Tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,5; 1; 5; 10; 20; 50 dan 100 mg/mlBuat 50 ml larutan Tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,5; 1; 5; 10; 20; 50 dan 100 mg/ml

+ theophyllin sedikit-sedikit ke dalam masing-masing larutan sampai jenuh+ theophyllin sedikit-sedikit ke dalam masing-masing larutan sampai jenuh

kocok larutan selama 1 jam. jika ada endapan yang larut, tambahkan lagi theophyllin sampai jenuh kembalikocok larutan selama 1 jam. jika ada endapan yang larut, tambahkan lagi theophyllin sampai jenuh kembali

saring, tentukan kadar theophyllin yang terlarut dalam masing-masing pelarutsaring, tentukan kadar theophyllin yang terlarut dalam masing-masing pelarut

buat grafik antara kelarutan theophyllin dengan konsentrasi tween 80buat grafik antara kelarutan theophyllin dengan konsentrasi tween 80

Page 15: FARMASI FISIIIIKAAAA 2.doc

sampel

10 ml 0 – 11,7 11,7 ml

10 ml 11,7 – 24,0 12,3 ml

10 ml 24,0 – 36,7 12,7 ml

12,23 ml

Kadar Theophyllin = vol. theo x mg theo= 12,23 x 18,02= 220,444 mg

2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

Konsentrasi Tween 80 (mg/ml)

Volume titran

Kadar Theophyllin

00,10,515

102050

100