lap farmasi v (linimentum)(1).doc
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Ada beberapa bentuk sediaan obat yang digunakan untuk pemakaian pada
kulit antara lain salep, krim, lotio, larutan topikal, tinktur, pasta, linimentum, serbuk
dan aerosol. Sediaan obat yang digunakan pada kulit memiliki efek fisik yaitu
pelindung kulit, pelembut, zat pengering yang berguna untuk pengobatan dalam
kondisi tertentu seperti infeksi kulit ringan, gatal-gatal, luka bakar, sengatan dan
gigitan serangga, kutu air, mata ikan, penebalan kulit, kutil, ketombe, penyakit kulit
kronis (psoriasis) dan eksim.
Linimentum merupakan salah satu sediaan obat untuk pemakaian pada kulit
yang dapat berupa larutan alkohol atau berlemak atau emulsi yang terdiri-dari
macam-macam bahan obat yang penggunaannya biasanya digosokkan pada kulit.
Linimentum dengan pembawa alkohol atau hidroalkohol berguna dalam hal
rubefasien, menghasilkan sakit atau kerja penetrasi yang ringan, linimentum berlemak
umumnya digunakan untuk mengurut/memijit. Linimentum berlemak kurang
menimbulkan iritasi pada kulit dibandingkan linimentum beralkohol. Linimentum
tidak umum digunakan pada kulit yang pecah ataui lecet karena dapat menimbulkan
iritasi yang berlebihan. Oleh karena itu pembawa linimen harus dipilih berdasarkan
kerja yang diinginkan (rubefacien, menghilangkan iritasi atau hanya untuk pijat) dan
juga berdasarkan kemampuan melarutnya komponen-komponen yang diinginkan
dalam berbagai macam pelarut.
Pembuatan linimentum dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan
pembuatan emulsi atau suspensi tergantung pada bahan-bahan yang yang digunakan
dan keadaan kasusnya. Oleh karena itu, pembuatan linimentum pada praktikum ini
disesuaikan dengan kasusnya yaitu linimentum yang berupa emulsi yang digunakan
untuk pengobatan kasus scabies.
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara pembuatan linimentum
berupa emulsi yang digunakan untuk antiscabies dari resep yang diberikan.
TINJAUAN PUSTAKA
Linimentum
Linimentum adalah sediaan cair atau kental yang mengandung analgetikum
dan zat yang mempunyai sifat rubefacient, melemaskan otot atau menghangatkan dan
digunakan sebagai obat luar. Linimentum analgetik dan yang melemaskan otot
digunakan dengan cara mengoleskan pada kulit dengan kain flanel panas sedangkan
linimentum yang menghangatkan digunakan pada kulit dengan cara mengoleskan
sambil memijat dan mengurut (Anief 2008).
Beberapa efek obat yang digunakan secara lokal (pada kulit) antara lain
antipruritik, keratoplastik, keratolitik, antieczem, antiparasit, anti bakteri dan
antifungi dan antiseborrheic. Antipruritik untuk mengurangi rasa gatal-gatal,
keratoplastik untuk menambah tebalnya lapisan tanduk (stratum corneum), keratolitik
untuk menghilangkan atau melunakkan lapisan tanduk dan antiseborrheic untuk
meredakan atau mengurangi pelepasan sebum yang berlebihan dari kelenjarnya
(Anief 2008).
Emulsi
Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamis, dari
dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur (Lachman et al 1994). Emulsi
merupakan suatu sistem heterogen yang secara termodinamik tidak stabil (Blodinger
1994). Jika dua cairan yang tidak saling mencampur diaduk secara mekanis, kedua
fase ini mula-mula cenderung membentuk tetesan-tetesan. Jika pengocokan
dihentikan, tetesan-tetesan akan bergabung menjadi satu dengan cepat dan kedua
cairan tersebut akan memisah. Umur hidup dari tetesan ditingkatkan jika suatu
pengemulsi ditambahkan pada kedua cairan yang tidak saling bercampur tersebut.
Biasanya hanya satu fase yang bertahan dalam bentuk tetesan untuk periode waktu
yang lama. Fase ini disebut fase dalam (fase terdispersi atau fase diskontinu) dan fase
ini dikelilingi oleh fase luar atau fase kontinu. Suatu kumpulan tetesan-tetesan bulat
monodipers yang terkemas rapat (semua partikel ukurannya sama) sebgai fase dalam
dapat menempati tidak lebih dari kira-kira 74% volume total emulsi. Tetapi jelas
bahwa fase dalam dapat melebihi 74% jika partikel-partikel bulat tersebut bukan
monodispers (Lachman et al 1994).
Suatu pengemulsi berfungsi sebagai penstabil bentuk tetesan (bola-bola) dari
fase dalam. Berdasarkan strukturnya pengemulsi (zat pembasah atau surfaktan)
biasanya digambarkan sebagai molekul-molekul yang terdiri-dari bagian-bagian
hidrofilik (oleofobik) dan hidrofobik (oleofilik). Karena itu gugus senyawa senyawa
ini seringkali disebut amfifilik (menyukai air dan minyak). Tipe yang paling umum
dari emulsi farmasi dan emulsi kosmetik terdiri-dari air sebagai salah satu fase dan
minyak atau lemak sebagai fase lainnya. Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan
dalam suatu fase air kontinu, emulsi tersebut merupakan tipe minyak-dalam air (m/a),
jika minyak merupakan fase kontinu emulsi tersebut merupakan tipe air dalam
minyak (a/m). Telah diamati bahwa emulsi minyak air (m/a) kadang-kadang berubah
menjadi emulsi a/m atau sebaliknya. Perubahan tipe emulsi ini disebut inversi
(Lachman et al 1994).
Sulfur praecipitatum (Belerang Endap)
Belerang endap dapat diperoleh dengan cara menambahkan asam chloride ke
suatu larutan yang diperoleh dari campuran belerang dengan kalsium oksida dalam air
(Panitia Farmakope Indonesia 1962).
Pemerian : tak berbau dan rasanya tawar
Makroskopik : serbuk kuning kelabu atau kuning hijau pucat, yang lunak jika
diraba tidak mengandung bagian-bagian seperti pasir.
Mikroskopis : kelompok-kelompok amorf terdiri atas susunan bulatan tanpa
hablur.
Kelarutan : hampir tidak larut dalam air dan etanol (95%) P, hampir sempurna
larut dalam karbondisulfida P.
Identifikasi : A) mencair pada 1150 menjadi cairan yang mudah bergerak yang
pada pemanasan selanjutnya 1600 warnaya makin tua dan kental.
B) terbakar dengan nyala biru dan terbentuk belerang dioksida.
Khasiat : antiscabies
Gliserin (Gliserolum/ Gliserol)
Gliserol merupakan suatu campuran propane-triol dan air yang mengandung
tidak kurang dari 97% b/b C3H8O3 (Panitia Farmakope Indonesia 1962).
Pemeriaan : cairan jernih, kental seperti sirup, higroskopik, tak berwarna, tak
berbau, rasa manis yang diikuti rasa panas.
Kelarutan : dapat dicampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam eter,
kloroform dan dalam minyak-minyak lemak dan minyak atsiri.
Identifikasi : panaskan 2 atau 3 tetes dengan lebih kurang 0.1 g asam borat dalam
sebuah tabung reaksi maka akan timbul uap-uap akrolein yang
baunya merangsang.
Penyimpanan : gliserol harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik.
Khasiat : antimicrobial preservative, emollient, humectants, plasticizer,
solven, sweetening agent dan tonicity agent.
Oleum Ricini (Castor Oil)
Castor oil atau oleum ricini merupakan minyak berlemak yang diperoleh dari
pemerasan dan pemurnian biji Ricinus communis L. (Fam. Euphorbiaceae) yang
matang. Castor oil berwarna kuning pucat dan berbau lemah. Cara kerjanya adalah
sebagai pencahar dengan merangsang peristaltik usus, emollient, lubricant, .
Indikasinya untuk mengosongkan isi perut. Oleum ricini tidak dapat digunakan
bersamaan dengan obat cacing (anthelmintic) yang larut lemak dan kontraindikasi
bagi kehamilan (http://www.fzrm.com/plantextracts/Castor_Oil%20.htm).
Penggunaan oleum ricini pada bagian eksternal adalah luka bakar, ulcer, penyakit
kulit kronis, konjunctivitis dan kondisi lainnya.
Oleum Cocos (Minyak Kelapa)
Minyak kelapa diperoleh dari biji coconut, Cocos nucifera, Linne. Minyak
ini mengandung sedikit asam oleic sebagai glyceride (olein). Sebagian besar minyak
terdiri-dari glyceride yang kadang-kadang disebut coconin (cocinate of glycerin)
(http://www.henriettesherbal.com/eclectic/kings/cocos_oleu.html). Selain itu, minyak
ini terdiri-dari gliceride dari asam lauric, myristic, palmitic, stearic, oleic, caproic,
caprylic dan capric. Minyak ini berwarna putih, berbau khas digunakan sebagai
lubricant dan membuat sabun. (http://chestofbooks.com/health/materia-medica-
drugs/Textbook-Materia-Medica/Coco-Nut-Oil-Coprah-Oil-Oleum-Cocois-Oleum-
Cocois-Nuciferae.html).
Gom
Gom adalah bahan aktif alami yang berguna untuk mengemulsikan minyak
dan air agar dapat bersatu. Gom arab pula sebagai salah satu produk getah (resin)
yang dihasilkan dari pengendapan getah tumbuhan legume (polong-polongan) dengan
nama (Acacia senegal). Gom arab banyak digunakan dalam industri makanan dan
kimia yang berguna sebagai campuran minuman untuk mengurangi tekanan
permukaan (surface tension) air dan stabilizer (www.wikipedia.org).
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan gram dan
anak timbangan, botol kaca, mortar dan stamper, sudip, spatula stainless steel dan
tanduk, sendok tanduk, pipet, kertas perkamen , cawan porselin, gelas arloji dan
etiket. Bahan-bahan yang diperlukan adalah sulfur praecipitatum, oleum ricini, oleum
cocos, glicerinum, gom dan aquades.
METODE
Cara pembuatan linimentum adalah pertama botol ditera dan diberi tanda
sampai 50 ml kemudian semua bahan ditimbang seperti sulfur praecipitatum (3 g),
oleum ricini (2 g), oleum cocos (3 g), glicerinum (1 g), gom untuk minyak (1/2 x
minyak = 2.5 g), gom untuk sulfur (1/2 g) dan aquades (50 ml). Setelah itu, oleum
ricini dan oleum cocos dimasukkan dan dihomogenkan dalam mortar, lalu
ditambahkan 2.5 g gom dicampur hingga homogen. Selanjutnya 3.75 ml aquades
ditambahkan dan diaduk secara cepat dan searah sampai terbentuk corpus emulsi
(CE). Setelah itu gliserin ditambahkan sedikit-demi sedikit ke corpus emulsi dan
diaduk perlahan kemudian ditambahkan air sedikit-demi sedikit dan diaduk cepat dan
searah sampai terjadi perubahan fase dari emulsi A/M menjadi M/A (lebih encer).
Lalu diencerkan dengan air 10 ml, diaduk dan dimasukkan ke dalam botol yang telah
ditera (tanpa corong). Mortar dibilas dengan 5 ml air lalu dimasukkan ke dalam botol.
Selanjutnya mucilago dibuat dengan cara 0.5 g gom ditambah 0.75 air lalu
diaduk cepat dan searah sampai terbentuk mucilago dan disisihkan. Kemudian sulfur
dimasukkan ke dalam mortar dan digerus lalu dicampur dengan mucilago,
ditambahkan 5 ml aquades dan diaduk hingga homogen lalu dimasukkan ke dalam
botol. Mortar dibilas lagi dengan aquades 5 ml lalu dimasukkan ke dalam botol.
Setelah itu, aquades ditambahkan sampai tanda tera 50 ml lalu botol ditutup dan
diberi etiket berwarna biru (Anjing milik Tn.Opik, jika perlu digosokkan pelan-pelan
pada bagian yang sakit) dan dilabel (KOCOK DAHULU).
HASIL
Gambar 1 Hasil Sediaan Linimentum sebagai Obat Antiscabies
PEMBAHASAN
Praktikum yang telah dilakukan adalah pembuatan sediaan obat berupa
linimentum yang berbentuk emulsi. Setelah semua bahan obat ditimbang lalu
dilanjutkan dengan formulasi bahan obat menjadi bentuk emulsi yang berguna untuk
antiscabies. Salah satu bahan obat yang dipakai yang bersifat tidak tercampurkan baik
dalam air maupun dalam minyak adalah sulfur, sedangkan oleum ricini dan oleum
cocos tidak bercampur dengan air. Oleh karena itu, supaya bahan-bahan tersebut
dapat larut maka diberilah gom. Penggunaan gom berfungsi sebagai pengemulsi
sehingga minyak dan air dapat bersatu (www.wikipedia.org). Emulgator atau
pengemulsi merupakan komponen penting untuk memperoleh emulsi yang stabil.
Berdasarkan strukturnya, pengemulsi (zat pembasah atau surfaktan) biasanya
digambarkan sebagai molekul-molekul yang terdiri-dari bagian-bagian hidrofilik
(oleofobik) dan hidrofobik (oleofilik) sehingga disebut amfifilik (menyukai air dan
minyak) (Lachman et al 1994).
Zat pengemulsi atau emulgator seperti gom arab yang digunakan pada
praktikum ini memudahkan pembentukan emulsi melalui tiga mekanisme yaitu
mengurangi tegangan antarmuka (stabilisasi termodinamis), membentuk suatu lapisan
antarmuka yang kaku dan membentuk lapisan listrik rangkap (Lachman et al 1994).
Peranan pengemulsi pada tegangan antarmuka, selain untuk mngurangi tegangan
antarmuka dengan menurunkan energi bebas antarmuka juga berperan sebagai
pembatas antarmuka. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang kaku berperan
sebagai pembatas mekanik untuk penggabungan sedangkan pembentukan lapisan
listrik rangkap berperan sebagai penghalang elektrik untuk mendekati partikel-
partikel (Lachman et al 1994).
Tipe emulsi dari sediaan obat linimentum sebagai antiscabies ini adalah
emulsi M/A sehingga obat ini bersifat lebih mudah dicuci dengan air (Isnaini. Tanpa
Tahun). Keuntungan dari sediaan linimentum selain lebih mudah dicuci juga
penetrasinya lebih baik dari pada sediaan salep. Molekul obat (linimentum)
mempenetrasi stratum corneum yang bersifat semipermeabel dengan cara difusi pasif.
Stratum corneum merupakan habitat dari organisme sarcoptes scabie penyebab
scabies. Menurut Lachman et al (1994) bahan-bahan obat yang mempunyai sifat larut
dalam air dan minyak merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum
corneum. Oleh karena linimentum berbentuk emulsi yang dapat larut dalam air dan
minyak maka linimentum ini cocok untuk mengobati scabies.
Emulsifikasi dari sediaan linimentum antiscabies memerlukan pengadukan
yang cepat dan searah pada waktu-waktu tertentu seperti pada penambahan air ke
dalam campuran oleum ricini, oleum cocos dan gom serta penambahan air pada
campuran corpus emulsi dan gliserin. Hal disebabkan karena stabilitas tetesan
tergantung pada waktu. Waktu juga mempengaruhi kecepatan dua cairan yang tidak
saling bercampur untuk bercampur menjadi satu (Lachman et al 1994).
Pembuatan mucilago dilakukan karena mucilago bersifat emulsigator bagi
sulfur sehingga sulfur yang awalnya bersifat tidak larut dengan air dan minyak
menjadi larut dalam air dan minyak. Pembuatan mucilago dilakukan dengan cara
mencampur 0.5 g gom dengan 0.75 ml aquades yang diaduk secara cepat dan searah
sampai terbentuk lendir (mucilago). Emulsi sangat peka terhadap serangan mikroba
dan hendaknya diawetkan untuk menjamin waktu paruh yang sesuai (Blodinger
1994). Bahan yang digunakan untuk mengawetkan emulsi dari linimentum yang
dibuat adalah gliserin.
Setelah emulsi dari linimentum antiscabies terbentuk dan dikemas dalam
botol kaca kemudian diberi etiket berwarna biru dan dilabel dengan tulisan “ KOCOK
DAHULU”. Penggunaan label dikocok terlebih dahulu bertujuan untuk menjamin
meratanya penyebaran fase.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembuatan sediaan
linimentum yang berupa emulsi untuk antiscabies memerlukan teknik tertentu agar
bahan-bahan yang tidak dapat bercampur dengan minyak dan atau air dapat
bercampur menjadi satu dan emulsi yang terbentuk stabil. Teknik tersebut berupa
teknik pengadukan yang cepat dan searah, pembuatan mucilago dan penggunaan gom
sebagai zat pegemulsi (emulsigator). Tipe emulsi dari sediaan linimentum yang
dihasilkan adalah emulsi minyak dalam air (M/A) karena lebih mudah dicuci dengan
air dan daya penetrasinya lebih baik daripada salep.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M. 2008. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Anonim. 2010. Castor Oil. http://www.fzrm.com/plantextracts/Castor_Oil%20.htm.
[28 Maret 2010].
Anonim. 2010. Coco Nut Oil (Coprah Oil, Oleum Cocois, Oleum Cocois Nuciferae). http://chestofbooks.com/health/materia-medica-drugs/Textbook-Materia-Medica/Coco-Nut-Oil-Coprah-Oil-Oleum-Cocois-Oleum-Cocois-Nuciferae.html. [28 Maret 2010].
Anonim. 2010. Gom Arab. www.wikipedia.org. [29 Maret 2010].
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI-Press.
Blodinger J. 1994. Formulasi Bentuk Sediaan Veteriner. Surabaya: Airlangga
University Press.
Felter HW dan John UL. 1898. Oleum Cocos-Cocoanut Oil.
http://www.henriettesherbal.com/eclectic/kings/cocos_oleu.html. [28 Maret
2010]
Lachman L, Herbert AL & Joseph LK. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi ke-3. Jakarta: UI-Press.
Panitia Farmakope Indonesia. 1962. Farmakope Indonesia I. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Isnaini. Tanpa Tahun. Perihal Obat. www.osun.org [15 Maret 2010]
Sulfur Praecipitatum (Belerang Endap)
Belerang atau sulfur adalah
Skabies
Skabies atau penyakit kudis disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Hewan
yang mudah terjangkiti penyakit kudis adalah anjing, kucing, kambing, dan domba.
Pada hewan peliharaan scabies sering menyerang anjing dan kucing. Serangan awal
biasanya dijumpai di bagian kepala, di atas mata, di bagian axilla dan inguinal.
Tungau ini hidup dengan membuat terowongan-terowongan yang pendek di bawah
permukaan kulit. Mula-mula ada gejala kemerahan pada kulit yang tidak terlalu jelas,
selanjutnya terjadi peradangan kulit, kerontokan rambut, kulit mengering, menebal
(hiperkeratinosis), dan kusut. Bila tidak segera diobati dapat terjadi serangan bakteri
sehingga terbentuklah pernanahan pada kulit. Diagnosis dilakukan dengan melakukan
kerokan kulit yang agak dalam menggunakan scalpel agar tungau yang berada di
terowongan kulit dapat terbawa, kemudian dilakukan pemeriksaan di bawah
mikroskop. (Gunandini 2006).
Gunandini (2006) menuliskan bahwa pengobatan pada penderita skabies
dengan memberikan preparat sulfur presipitatum 5-10%, preparat ini baik untuk
tungau skabies stadium larva, nimfa, dan dewasa. Pemberian preparat ini minimal
tiga hari agar telur yang baru menetaspun akan terbunuh. Selain itu dapat juga
diberikan benzil benzoate 20-25% dan krotamiton.
Pembahasan
Bentuk Sediaan dan Proses Pembuatan
Sediaan yang dipraktikumkan kali ini ialah sediaan linimentum yang
diaplikasikan dengan cara dioles atau topikal. Hal ini sesuai dengan perintah
pembuatan resep dari dokter hewan
(drh) adalah misce fac linimentum si
opus sit lenitr terendo parter dolentes
yang berarti campur dan buatlah
linimentum jika perlu dioleskan pada
bagian yang sakit. Linimentum
umumnya adalah sediaan cair atau
kental, mengandung analgetikum dan
zat yang mempunyai sifat rubefacient
Drh. NanaAlamat: Jl. Cibanteng 2, Bogor
SIP: 0123/SIP/JB/04Bogor, 2 Maret 2010
R/ Paracetamol 0,20g Sulfaguanidin 0,10g Papaverin HCL 0,30g Elasoscharamenthapip 0,20g m.f. linimentum s.o.s 1 len.ter,part.dol
……………………………………………
Pro : anjing (B), umur 3 thMilik : Ny. EndahAlamat : Jl. Aceh 2, Bogor
melemaskan otot atau menghangatkan, digunakan sebagai obat luar. Linimentum
analgetik dan yang melemaskan otot digunakan dengan cara mengoleskan pada kulit
dengan menggunakan kain flannel panas, dan linimentum yang menghangatkan
digunakan pada kulit dengan cara mengoleskan sambil memijat dan mengurut.
Sediaan linimentum tersebut berupa larutan emulsi. Emulsi adalah sediaan
yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Pengertian
lain emulsi ialah sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya
air dan minyak, di mana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam
cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan
membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsa yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film
(lapisan) di sekeliling butir-butir koalesen dan terpisahnya cairan disperse sebagai
fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A (minyak-air)
di mana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M (air-minyal) dimana
fase intern (fase diskontinu) adalah air dan fase extern (fase kontinu) adalah minyak.
Zat pengemulasi adalah gom arab, tragacantha, gelatin, sapo, senyawa ammonium
kwarterner, cholesterol, surfactant seperti tween, span dan lainnya. Untuk stabilnya
emulsi perlu diberi pengawet yang cocok.
Emulsi dapat dibedakan menjadi emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria
(emulsi buatan). Emulsi yang dibuat oleh praktikan berupa emulsi spuria (emulsi
buatan) dengan oleum cocos (minyak kelapa) dan oleum ricini (cartos oil).
Pembuatan emulsi minyak biasanya dibuat dengan emulgator gom arab. Gom arab
yang digunakan adalah separo jumlah bagian minyak.
Cara pembuatan sediaan ialah dengan mencampurkan bahan-bahan aktif yang
digerus dan dicampur dengan oleum ricini, oleum cocos, gliserin, aquades dan gom
arab (pulvis gom arabmosus) yang berfungsi sebagai emulgator. Cara pembuatan
emulsi dengan gom arab, yaitu dibuat lendir (mucilago) dulu, lalu diteteskan minyak
lemak (oleum ricini dan oleum cocos). Mucilago adalah larutan kental dari zat yang
disarikan dari tumbuh-tumbuhan dengan air dingin atau air panas, Menurut Anief
(2008), dalam Farmakope Belanda terdapat dua macam mucilago, yaitu mucilago
amyli dan mucilago gummi arabici. Untuk membuat mucilago gummi arabici, ke
dalam mortar dimasukkan gom arab, digerus dan ditambahkan air dan diaduk sampai
terdapat masa yang homogen.
Karena gom arab menaikkan cairan menjadi viskes, maka zat-zat tersebut
digunakan untuk menaikkan viskositas larutan dan hal ini diperlukan untuk
mengemulsikan partikel padat.
Penggunaan bahan-bahan dalam resep
Rute penggunaan obat dibedakan berdasarkan bentuk sediaan obat untuk
pemakaian dalam dan bentuk sediaan obat untuk pemakaian luar. Pemakaian dalam
dimaksud dengan cara penggunaan di mana obat melalui mulut, esophagus masuk ke
lambung, disebut pula secara oral, sedang cara penggunaan lainnya dianggap sebagai
pemakaian luar, seperti pemakaian pada kulit (topikal) yaitu linimentum.
Etiket yang digunakan berwarna biru karena obat ini termasuk obat
luar. Obat ini juga berlabel “kocok dahulu” sebab sediaan berbentuk emulsi
untuk??
Sediaan ini diaplikasikan secara topikal dan ditujukan untuk penderita
penyakit kulit seperti skabies. Hal ini terlihat dari resep dokter yang memasukkan
sulfur praecipitatum. Berarti dokter hewan telah melakukan pemeriksaan dan
menemukan bahwa penyebab penyakit skabies yang diderita pasien adalah
ektoparasit tungau.
Wanamaker dan Massey menyatakan bahwa sediaan obat topikal dapat
diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa. Umumnya obat diabsorpsi lebih
lambat jika melalui kulit daripada melalui membran mukosa. Laju absorpsi mungkin
dapat ditingkatkan jika obat tersebut dikemas dalam suatu “vehicle” seperti di-methyl
sulfoxide (DMSO).
Pengobatan juga dapat diaplikasikan melalui mukosa rongga mulut (cavum
oris /sublingual), rektum (suppositoria), uterus, vagina, kelenjar mammae, mata, dan
telinga. Pada kuda, bahan kaustik dapat diaplikasikan secara topikal untuk
menghambat pertumbuhan jaringan granulasi (proud flesh).
Sediaan topikal tersedia dalam berbagai bentuk, seperti linimentum, lotion,
salep (ointment), bubuk dan aerosol. Linimentum adalah sediaan obat yang dioleskan
ke kulit sebagai counterirritant (anti iritasi) atau untuk mengurangi rasa sakit
(analgesik). Lotion adalah suspensi cairan atau solutio dengan substansi pelunak yang
dapat diaplikasikan di kulit. Salep merupakan sediaan semisolid yang digunakan
untuk pemakaian luar yang mudah dioleskan dan sedikit mengandung air, bahan
obatnya harus larut homogen dengan dasar salep yang cocok. Sediaan bubuk (bubuk
kutu) merupakan campuran beberapa obat yang berbentuk bubuk untuk aplikasi
topikal. Sebagai tambahan, bubuk memiliki kemampuan menyerap (adsorben -
amilum) atau bahan lubrikan (pelumas-talkum). Aerosol adalah sediaan yang
mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan, berisi
propelan atau campuran yang cukup untuk memancarkan isinya hingga habis.
Sediaan bubuk dan aerosol umum digunakan untuk insektisida topikal dan perban
luka.
Serbuk yang sulit dibasahi oleh air, disebut hidrofob, seperti sulfur, carbo
adsorben, magnesia stearas dan serbuk yang mudah dibasahi oleh air, disebut hidrofil,
seperti toluene, zinci oxydi, magnesia carbonas. Gliserin dapat berguna dalam
penggerusan zat yang tidak larut karena akan memindahkan udara di antara partikel-
partikel hingga bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi partikel karena
lapisan gliserin pada permukaan partikel mudah campur dengan air. Oleh karena itu
pendispersian partikel dilakukan dengan menggerus dulu partikel dengan gliserin,
propilenglikol, koloid gom baru diencerkan dengan air, hal ini sidah terkenal dalam
praktek farmasi.